PERBEDAAN KARANGAN ARGUMENTASI ANTARA SISWA SMAN 1 SINGARAJA DAN SMAN 1 GEROKGAK Agus Sujianto1, Nengah Suandi2, Made Sutama3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian deskriptif ini bertujuan (1) mendeskripsikan perbedaan karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan siswa SMAN 1 Gerokgak ditinjau dari sistematika penulisan dan (2) mendeskripsikan perbedaan karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak ditinjau dari kualitas argumen. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Singaraja yang berjumlah 15 orang dan siswa SMAN 1 Gerokgak yang berjumlah 15 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) ditinjau dari segi sistematika penulisannya, karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja lebih sistematis daripada karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak karena dari 15 karangan yang dianalisis sebanyak, 13 karangan sudah terdiri atas pendahuluan, kalimat tesis, tubuh argumen, dan penutup dan 2 karangan lainnya tidak memiliki bagian penutup. Untuk karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak dari 15 karangan yang dianalisis, hanya 3 karangan yang sesuai dengan teori penulisan ideal dan 12 karangan lainnya tidak sesuai dengan ketentuan. (2) Dari segi kualitas argumen, karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja lebih baik dibandingkan dengan siswa SMAN 1 Gerokgak. Dari 15 karangan siswa SMAN 1 Singaraja, argumennya memiliki 13 data, 23 fakta, dan 13 autoritas, sedangkan 15 karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak argumennya hanya memiliki 3 data, 3 fakta, dan tidak ditemukan autoritas. Kata kunci: karangan argumentasi, sistematika penulisan, kualitas argumen
Abstract This descriptive research was aimed at (1) describing the difference of argumentative texts made by students at SMAN 1 Singaraja and SMAN 1 Gerokgak from its writing systematic, (2) describing the difference of argumentative texts made by students at SMAN 1 Singaraja and SMAN 1 Gerokgak from the quality of argument. The subject of this research was students at SMAN 1 Singaraja and SMAN 1 Gerokgak. The object was the difference of argumentative text in terms of the writing systematic and the quality of argument. The data collection was done by using documentation method. The data was analyzed by using descriptive qualitative technique. The research result were (1) the difference of argumentative texts at SMAN 1 Singaraja and SMAN 1 Gerokgak from its writing systematic showed that argumentative text of students at SMAN 1 Singaraja was more systematic in the writing structure because from 15 texts, about 13 texts had consisted introduction, thesis statement, arguments and closing and the other two texts did not have closing. While at the SMAN 1 Gerokgak, from 15 texts, only 3 of them fulfilled the ideal requirements according to the theory of writing an argumentative paragraph while the others did not fulfill one of the requirements. (2) The difference of argumentative texts at SMAN 1 Singaraja and SMAN 1 Gerokgak from the quality of argument can be described that the students at SMAN 1 Singaraja had better quality. From 15 texts, the arguments consisted of 13 data, 23 facts and 13 authorities. Meanwhile from 15 texts made by students SMAN 1 Gerokgak, the arguments only had 3 data, 3 facts, and none authority can be observed. Keywords: argumentative text, writing systematic, the quality of argument
PENDAHULUAN Pemerataan pendidikan di kota dan desa merupakan permasalahan pelik yang sampai saat ini tidak pernah kering untuk dibicarakan. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak mampu melakukan pemerataan dengan baik, tetapi tuntutan pemerintah dalam segala hal mengenai pendidikan adalah sama, yakni tidak memandang kota dan desa. Perbedaan pendidikan di kota dan di desa tercermin dari hasil belajar siswa pada hampir seluruh mata pelajaran. Salah satu perbedaan tersebut dapat dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran bersangkutan. Pada sekolah yang berada di kota, KKM untuk setiap mata pelajaran berkisar antara 82 sampai dengan 85 (Data Kurikulum SMAN 1 Singaraja 2013) untuk mencapai kelulusan, sedangkan sekolah yang berada di desa kebanyakan hanya mematok angka 75 sampai dengan 80 (Data Kurikulum SMAN 1 Gerokgak 2013). Pemaparan di atas tentu mengindikasikan ada perbedaan yang signifikan antara sekolah yang berada di desa dan di kota. Ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab perbedaan hasil belajar siswa SMA di kota dan di desa, seperti peran guru dan fasilitas yang tersedia. Position of teachers in the learning process on the curriculum emphasized that it is strategic and decisive. Strategic because the teacher will determine the depth and breadth of subject matter, while decisive for selecting and sorting teacher the lesson material that will be presented to students (Yunus, 2005: 74). Dalam kutipan di atas disebutkan bahwa kedudukan guru dalam proses pembelajaran pada kurikulum sangatlah strategis dan menentukan. Guru bersifat strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan guru bersifat menentukan karena gurulah yang memilih dan memilah bahan pelajaran yang akan disajikan kepada siswa Berdasarkan hasil perbincangan peneliti dengan beberapa guru Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di desa dan di kota mengenai hasil belajar siswa
SMA dan penentuan KKM, dapat disimpulkan ada perbedaan antara kemampuan siswa SMA di kota dan di desa. Ternyata perbedaan ini juga terjadi pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat ditegaskan dari penentuan KKM dan hasil Ujian Tengah Semester (UTS). Pada SMA yang berada di kota Singaraja KKM untuk bahasa Indonesia adalah sebesar 84, sedangkan untuk SMA di luar kota Singaraja hanya sebesar 79. Perbedaan-perbedaan yang terjadi antara siswa SMA di kota dan siswa SMA di desa ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan siswa SMA di desa dan di kota. Larry (2001:120) mengatakan “The capability of student reflected in the way a person's ability to speak and the way of thinking in response to the problem through the arguments”. Salah satu kemampuan siswa akan terlihat dari cara berbahasa dan berpikir yang meliputi cara menanggapi masalah dan cara memberikan solusi. Kedua hal tersebut merupakan cara berpikir dasar yang dapat digunakan sebagai takaran untuk mengukur kemampuan dalam lingkup sederhana. Pada penelitian ini, penulis menggunakan sebuah cara sederhana untuk memaparkan dan membandingkan kemampuan siswa SMA kota dan siswa SMA desa, yakni dengan menggunakan tulisan/karangan argumentasi. Vivian (dalam Achmadi, 1998:44) mengemukakan bahwa argumen adalah suatu bentuk wacana yang tujuan utamanya adalah untuk mempersuasi audiens tertentu dalam mengambil suatu doktrin atau sikap tertentu akan suatu perbuatan. Beliau juga mengemukakan bahwa syarat utama wacana argumentasi adalah suatu keterampilan dalam menalar dan suatu kemampuan dalam menyusun ide atau gagasan menurut aturan logis. Dengan mempertimbangkan hasil tulisan/karangan argumentasi siswa, akan diperoleh kedalaman proses berpikir siswa. Artinya, karangan argumentasi tersebut akan menunjukan pengetahuan siswa dalam berbahasa dan berpikir logis yang tercermin dari alur penulisan atau
sistematika penulisan, dan ketajaman berpikir yang tercermin dari isi paragraf tersebut. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengetahui kemampuan siswa-siswi SMA yang berada di kota dan yang berada di desa adalah dengan cara menganalisis tulisan/karangan argumentasi hasil karya siswa dari dua segi yakni kualitas argumen yang tecermin dari kesesuaian argumen (alasan) penulis dengan opini yang dimunculkan (pendapat), dan sistematika penulisan yang dapat ditinjau dari judul, pendahuluan, isi, dan penutup. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak yang keduanya berada di Kabupaten Buleleng. SMAN 1 Singaraja dipilih peneliti karena SMA tersebut merupakan SMA Negeri yang berada tepat di pusat kota Singaraja. Hal ini sejalan dengan permasalahan yang akan dipaparkan dalam penelitian ini yakni kemampuan siswa SMA kota yang tercermin dari tulisan/karangan argumentasi. Selain itu, SMAN 1 Singaraja merupakan sekolah dengan fasilitas belajar-mengajarnya yang sudah jauh di atas rata-rata atau dengan kata lain sudah sangat baik. SMAN 1 Gerokgak dipilih peneliti sebagai tempat pengambilan data yang mewakili siswa SMA di desa karena SMAN 1 Gerokgak merupakan SMA Negeri di Buleleng yang terletak di desa, yakni desa Sanggalangit Kecamatan GerokgakKabupaten Buleleng. Berdasarkan pegamatan yang dilakukan penulis, perbedaan spsifik antara kedua sekolah itu adalah letak/lokasi sekolah tersebut, yakni di pusat Kota Singaraja Kabupaten Buleleng dan di Desa Sanggalangit Kabupaten Buleleng. Pemilihan dua sekolah tersebut penulis anggap sudah mewakili sampel yang ada di Kabupaten Buleleng karena pemenuhan kriteria yang penulis tetapkan, yakni sama-sama sekolah negeri, sama-sama SMA 1 (berdiri lebih dulu dibandingkan dengan sekolah yang lain), dan terletak di pusat kota serta desa yang jauh dari keramaian kota. Pada dasarnya, SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak tidak banyak memiliki perbedaan jika dilihat dari segi bangunan gedung dan guru. Akan tetapi,
data awal yang berupa karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan siswa SMAN 1 Gerokgak menunjukan adanya perbedaan. Perbedaan tersebut terlihat dari panjang pendeknya karangan yang dibuat dan jenis kalimat yang digunakan. Karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja kebanyakan terdiri atas tiga sampai dengan tujuh paragraf, sedangkan karangan yang dibuat oleh siswa SMAN 1 Gerokgak hanya terdiri atas satu sampai tiga paragraf saja. Kalimat yang digunakan oleh siswa SMAN 1 Singaraja juga lebih kompleks dibandingkan dengan kalimat yang dibuat oleh siswa SMAN 1 gerokgak. Berdasarkan uraian di atas, terdapat perbedaan antara siswa SMAN 1 Singaraja dan siswa SMAN 1 Gerokgak dari segi kemampuan dalam menulis, khusunya menulis karangan argumentasi. Untuk lebih mengetahui perbedaan-perbedaan tersebut secara terperinci, penulis akan melakukan penelitian dengan melibatkan sampel 15 siswa pada masing-masing sekolah, yakni SMAN 1 Singaraja dan di SMAN 1 Gerokgak. Sejauh ini, penulis belum mendapati penelitian-penelitian yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan. Akan tetapi, penelitian-penelitian serupa di bidang tulisan/karangan argumentasi sudah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian mengenai keterampilan menulis argumentasi pernah dilakukan oleh I Made Subawa pada tahun 2011 dengan judul Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Siswa Kelas XI SMANegeri 1 Tegalalang dengan Menerapkan Siklus ACE Menggunakan Media Kasus Kontroversial. Hasil penelitian tersebut adalah peningkatan nilai rata-rata kelas, yaitu 76,84% pada siklus 1 dan menjadi 78,63% pada siklus 2. Namun, penelitian tersebut jelas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Perbedaan tersebut terletak pada jenis penelitian, subjek, dan objek penelitian, serta hasil penelitiannya. Penelitian berikutnya adalah sebuah tesis milik I Wayan Numertayasa pada tahun 2013 yang mengangkat struktur tulisan siswa dengan judul Analisis Wacana Esai
Kajian Struktur Supra, Mikro dan Makro pada Esai Hasil Pelatihan Menulis Esa Sekolah Menengah Sekecamatan Rendang Tahun 2011. Hasil penelitian tesis di atas menguraikan 18 buah esai siswa sekolah menengah sekecamatan Rendang dari segi struktur supra, struktur mikro, dan struktur makro. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama mencari struktur karangan, yakni struktur esai dan struktur karangan argumentasi. Namun, perbedaan terletak pada subjek dan objek kedua yakni subjek yang penulis angkat adalah karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak, sedangkan tesis tersebut mengangkat esai siswa menengah di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Kedua, objek yang diangkat penulis adalah sistematika penulisan dan kualitas argumen dalam karangan argumentasi siswa, sedangkan pada tesis di atas yang diangkat adalah tiga struktur dalam esai siswa yakni struktur supra, mikro, dan makro. Dari temuan awal mengenai perbedaan antara tulisan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak, dan belum adanya penelitian yang mengambil tema dan subjek-objek yang sama, serta pentingnya temuan penelitian ini di bidang pendidikan, penulis menganggap penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapat hasil dan generalisasi yang akurat. Penelitian ini akan mencari dan mendeskripsikan perbedaan karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak serta mencari dan mendeskripsikan perbedaan kualitas argumen siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak. Pemecahan kedua masalah yang akan dicari di atas akan penulis dasarkan pada beberapa teori yang penulis gunakan. Vivian (dalam Achmadi, 1998:44) mengemukakan bahwa argumen adalah suatu bentuk wacana yang tujuan utamanya adalah mempersuasi audiens tertentu untuk mengambil dalam doktrin atau sikap tertentu akan suatu perbuatan tertentu. Beliau juga mengemukakan bahwa syarat utama wacana argumentasi adalah suatu keterampilan dalam menalar sesuatu
dan suatu kemampuan dalam menyusun ide atau gagasan menurut aturan logis. Permasalahan pertama mengenai sistematika penulisan penulis pecahkan dengan berpedoman dengan teori penulisan karangan argumentasi yang terdiri atas pendahuluan, kalimat tesis, tubuh argumen, dan penutup. Dijk dalam Numertayasa ( 2013: 41) mengemukakan bahwa sebuah tulisan yang padu atau tulisan yang memiliki skematika yang tersusun rapi terdiri atas pendahuluan, bagian inti, dan penutup. Dalam wacana tulis, pendahuluan boleh dimisalkan sebagai kunci untuk membuka wacana. Pendahuluan merupakan kontak yang mula-mula sekali antara pembaca dan penulis. Di dalam pendahuluan juga terdapat kalimat tesis yang menggambarkan sikap penulis mengenai topik yang diangkat. Isi sebuah karangan merupakan inti suatu tulisan (wacana). Isi sebuah wacana merupakan keseluruhan pesan yang ingin disampaikan penulis, mulai dari awal permasalahan, puncak permasalahan, sampai pada akhir permasalahan itu sendiri. Di dalam isi, penulis bercerita banyak tentang maksud atau tujuan penulisan. Pada bagian ini, penulis berupaya meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakan itu benar sehingga pendapat yang disimpulkan juga benar. Pendapat itu mencakup beberapa kemahiran tertentu seperti kecermatan mengadakan fakta yang benar, penyusunan bahan secara baik dan teratur, kekritisan dalam proses berpikir, penyuguhan fakta, evidensi kesaksian, premis, dan sebagainya yang benar. Bagian terakhir adalah penutup. Pada sebuah tulisan bagian penutup juga memegang peranan yang sangat penting dalam penulisan wacana yang baik. Pada bagian ini, penulis harus menjaga agar konklusi yang disimpulkan tetap memelihara tujuan dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai, alasan-alasan konklusikonklusi itu diterima sebagai sesuatu yang logis.
Permasalahan kedua penulis pecahkan dengan mempertimbangkan jumlah evidensi yang penulis temukan dalam karangan tersebut. Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya, evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampuradukkan dengan yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa pun terhadap sebuah evidensi. Ia hanya sekadar menegaskan suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi, seorang penulis dapat mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia mengganggap pendengar sudah mengetahui faktafaktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan kepadanya. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orangorang kepada seseorang. Semuanya dimasukkan ke dalam pengertian data (yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan). Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi atau sesuatu yang ada secara nyata. Namun, dalam beberapa kasus, kerap pembaca meragukan evidensi-evidensi yang ada. Benarkah evidensi itu? Apakah tidak mungkin ada hal-hal yang dapat menggugurkan evidensi itu? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan pembaca untuk menganalisis kebenaran atau kualitas argumen/alasan penulis dalam bentuk evidensi itu. Salah satunya dengan cara menguji data, menguji fakta, dan menilai autoritas. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan
metode kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti merancang metode penelitian yang meliputi (1) rancangan penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) metode pengumpulan data dan instrumen, dan (4) teknik analisis data. Penelitian ini adalah penelitian deskripsi kualitatatif yang mendeskripsikan dua data yang berbeda. Subjek dalam penelitian ini adalah 15 siswa SMAN 1 Singaraja dan 15 siswa SMAN 1 Gerokgak. Objek yang akan dicari dan dideskripsikan oleh peneliti adalah sistematika penulisan karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak dan kualitas argumen dalam karangan siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan karangan argumentasi yang telah dibuat oleh siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak melalui dokumentasi yang telah peneliti pilih. Karangan-karangan yang telah terkumpul akan dipilih berdasarkan kuat lemahnya data yang diperkirakan ada. Karangan tersebut kemudian akan dibaca satu per satu oleh peneliti dan menganalisis karangan yang telah dipilih dengan menggunakan instrumen yang ada. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen. Tujuan penggunaan instrumen dalam penelitian adalah mempermudah kerja peneliti dan hasilnya lebih baik. Baik yang penulis maksudkan adalah lebih cermat, lengkap, dan sisematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen tersebut berupa tabel kriteria yang penulis buat dengan memperhatikan kajian teori yang ada. Intrumen pertama peneliti gunakan sebagai alat untuk menganalisis data pada maslah pertama, instrumen kedua peneliti gunakan sebagai alat analisis pada masalah kedua. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah mendeskripsikan lewat uraian dan penjelasan data yang telah didapatkan. Tahapan analisis data ini akan melewati tiga alur, yaitu: pengidentifikasian data, penyajian data, dan penarikan simpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perbedaan karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak ditinjau dari segi sistematika penulisan adalah sebagai berikut. Pertama, karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja memiliki dua variasi penulisan karangan, yakni dari 15 karangan argumentasi yang dianalisis, sejumlah 13 karangan telah mengikuti aturan penulisan karangan argumentasi secara ideal atau sudah terdapat pendahuluan, kalimat tesis, tubuh argumen, dan penutup. Kemudian, 2 karangan lainnya tidak memiliki bagian penutup atau dengan kata lain hanya terdiri atas pendahuluan, kalimat tesis, dan tubuh argumen. Karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak memiliki 4 variasi penulisan yakni sejumlah 3 karangan tersusun atas struktur pendahuluan, kalimat tesis, tubuh argumen dan penutup, 8 karangan terususn atas struktur pendahuluan, kalimat tesis, dan tubuh argumen, 3 karangan tersusun atas pendahuluan dan kalimat tesis, serta 1 karangan hanya tersusun atas pendahuluan saja. Perbedaan kedua terlihat dari banyaknya karangan yang telah sesuai dengan kaidah penulisan, yakni tersusun atas pendahuluan, kalimat tesis, tubuh argumen, serta penutup. Dari 15 karangan siswa SMAN 1 Singaraja sejumlah 13 karangan telah sesuai dengan alur penulisan yang ideal, sedangkan dari 15 karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak, hanya 3 karangan yang memenuhi unsur penulisan yang ideal. Perbedaan ketiga dapat dilihat dari banyaknya karangan yang dihasilkan oleh siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak yang tidak sesuai dengan kaidah struktur penulisan yang ideal atau dengan kata lain tidak memenuhi struktur pendahuluan, kalimat tesis, tubuh argumen, dan penutup. Dari 15 karangan siswa SMAN 1 Singaraja, sejumlah 2 karangan ditemukan tidak sesuai dengan alur penulisan yang ideal, sedangkan dari 15 karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak, ditemukan sejumlah 12 karangan yang belum memenuhi unsur penulisan yang ideal.
Perbedaan kualitas argumen dalam karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak adalah sebagai berikut. Pertama, berdasarkan data, fakta, dan autoritas yang terdapat dalam argumen, karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dapat dibagi menjadi 5 karangan yang argumennya tersusun atas data, fakta, dan autoritas, 2 karangan yang argumennya tersusun atas data dan fakta, 1 karangan yang argumennya tersusun atas data dan autoritas, dan 4 karangan yang argumennya tersusun atas fakta dan autoritas. Selain itu, ada 2 karangan yang argumennya hanya tersusun atas fakta dan juga terdapat 1 karangan yang argumennya tidak memiliki data, fakta, dan autoritas. Sedangkan, karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak dibagi atas 1 karangan yang argumennya tersusun atas data dan fakta, 1 karangan yang argumennya tersusun atas data, dan 2 karangan yang argumennya tersusun atas fakta. Selain itu, juga terdapat 11 karangan yang argumennya tidak memiliki data, fakta, dan autoritas. Perbedaan kedua dari kualitas argumen dalam karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan desa SMAN 1 Gerokgak dapat dilihat dari jumlah data, fakta, dan autoritas pada setiap karangan yang telah dibuat. Dari 15 karangan argumentasi yang telah dibuat oleh siswa SMAN 1 Singaraja terdapat 13 data, 25 fakta, dan 13 autoritas. Dari 15 karangan argumentasi yang telah dibuat oleh siswa SMA desa (SMAN 1 Gerokgak), ditemukan 3 data, 3 fakta, dan 0 autoritas. Dengan kata lain, kualitas argumen dalam karangan siswa SMAN 1 Singaraja lebih baik jika dibandingkan dengan kualitas argumen siswa SMAN 1 Gerokgak hal ini dilihat dari jumlah data, fakta, dan autoritas yang ada di dalam argumennya. Pembahasan Dari pemaparan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini dan data atau hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui ada beberapa ketimpangan antara teori dan data yang diperoleh di lapangan. Ketimpanganketimpangan tersebut akan penulis
gunakan sebagai temuan berarti dalam penelitian ini. Temuan pertama adalah keberhasilan siswa SMAN 1 Singaraja dalam menyusun karangan argumentasi dengan baik sesuai dengan sistematika penulisan yang ideal (terdiri atas pendahuluan, kalimat tesis, tubuh argumen, dan penutup). Hal ini sejalan dengan yang telah dikemukakan Dijk dalam Numertayasa (2013: 41) bahwa sebuah tulisan yang padu atau tulisan yang memiliki skematika yang tersusun rapi terdiri atas pendahuluan, kalimat tesis, bagian inti, dan penutup. Pada bagian pendahuluan yang sebagian besar terletak pada paragraf I dalam karangan siswa SMAN 1 Singaraja tersebut difungsikan untuk menarik perhatian pembaca pada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menunjukkan dasar-dasar argumentasi itu harus dikemukakan. Dalam pendahuluan yang telah mereka buat, penulis sudah menegaskan ulasan persoalan itu dibicarakan pada saat ini. Bila waktunya tepat untuk mengemukakan persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian saat ini, fakta-faktanya merupakan suatu titik tolak yang sangat baik. Kemudian, penulis juga sudah menjelaskan latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut. Namun, yang diuraikan tidak terlalu banyak karena fungsi pendahuluan sekadar menimbulkan keingintahuan, bukan menguraikan persoalan. Dalam pendahuluan yang telah dibuat oleh siswa SMAN 1 Singaraja, terdapat kalimat tesis (opini/pernyataan penulis) yang menjadi pusat pembahasan dan yang dikembangkan dengan argumen-argumen dalam tubuh argumen. Dari 15 karangan argumentasi yang telah dikumpulkan, semuanya telah memiliki kalimat tesis dan telah diperkuat oleh argumen-argumen dalam tubuh karangan argumentasi. Kalimat tesis ini bisa berupa penolakan terhadap suatu persoalan dan juga bisa penerimaan terhadap sebuah persoalan.
Setelah pendahuluan dan kalimat tesis yang telah dibuat oleh siswa SMAN 1 Singaraja, bagian berikutnya adalah tubuh argumen. Tubuh argumen merupakan bagian terpenting dalam sebuah karangan argumentasi. Dalam tubuh argumen, penulis akan menuangkan pemikirannya untuk menyokong pernyataan tesis yang telah dikemukakan dalam pendahuluan. Dari 15 karangan yang dianalisis, semuanya telah memiliki tubuh argumen (isi) yang memiliki relevansi untuk menyokong pendapat (pernyataan tesis) yang telah dibuat oleh siswa SMAN 1 Singaraja. Bagian terakhir yang dibuat oleh siswa SMAN 1 Singaraja adalah penutup. Bagian penutup ini mencul pada bagian terakhir atau paragraf terakhir dalam karangan tersebut. Dari seluruh karangan yang terkumpul, terdapat 2 karangan yang tidak memiliki bagian penutup. Karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja yang tidak memiliki bagian penutup adalah karangan yang berjudul “Pendidikan yang Lebih Baik untuk Indonesia” dan “Perlunya Pendidikan Karakteri di Indonesia”. Karangan pertama hanya terdiri atas dua paragraf. Hal ini mengakibatkan penutup dilupakan oleh penulis dalam merampungkan tulisannya. Kemudian peragraf kedua terdiri atas lima paragraf, paragaraf kedua sampai paragraf kelima merupakan isi yang menyokong pernyataan penulis dan bagian penutup yang berfungsi menegaskan kembali kebenaran pernyataan tesis dilupakan oleh penulis. Meskipun ada karangan tidak memiliki penutup, karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dapat dikategorikan sebagai karangan argumentasi yang telah mengikuti kaidah atau teori yang ideal dalam mengorganisasikan tulisan karena tiga belas karangan lainnya telah sesuai. Hal ini sejalan dengan yang telah dikemukakan Santrock (2007:368), bahwa “pada masa remaja, individu akan dapat mengorganisasikan ide-ide sebelum menulis, dapat memberdakan poin-poin khusus dan umum saat menulis, dapat menghubungkan kalimat-kalimat sehingga menjadi masuk akal, dan dalam mengorganisasikan tulisan, remaja
cenderung menggunakan susunan pendahuluan, inti, dan simpulan”. Temuan ini juga sejalan dengan tesis yang dilakukan oleh I Wayan Numertayasa pada tahun 2013 yang berjudul Analisis Wacana Esai Kajian Struktural Supra, Mikro dan Makro pada Esai Hasil Pelatihan Menulis Esai Sekolah Menengah SeKecamatan Rendang Tahun 2011 yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja SMP yang memiliki tulisan yang baik dari segi struktur adalah siswa-siswi yang tulisannya memiliki struktur supra secara lengkap yakni, pendahuluan, pernyataan tesis, isi, dan penutup. Temuan kedua adalah ketimpangan teori dari data yang penulis analisis, yakni karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak. Berbeda halnya dengan kemahiran siswa SMAN 1 Singaraja yang sudah mampu menyusun karangan argumentasinya berdasarkan sistematika penulisan yang ideal, sebagian besar bahkan hampir semua siswa SMAN 1 Gerokgak belum mampu menunjukan tulisan yang ideal dari segi penyusunan sistematika penulisan. Hal ini dapat dilihat dari 15 karangan argumentasi yang telah dianalisis, ditemukan 3 karangan yang telah sesuai dengan kriteria sistematika penulisan yang ideal, 8 karangan yang hanya terdiri atas pendahuluan, kalimat tesis, dan tubuh argumen. Selain itu, terdapat 3 karangan yang hanya terdiri atas pendahuluan dan kalimat tesis serta terdapat juga 1 karangan yang hanya terdiri atas pendahuluan. Temuan ini membuktikan bahwa sebagian besar siswa SMAN 1 Gerokgak belum mampu mengorganisasikan pemikirannya dan menyistematiskan tulisan karangan argumentasinya karena hanya tiga orang yang karangan argumentasinya telah sesuai dengan kriteria penulisan yang ideal. Kejadian ini disinyalir karena faktor lingkungan yang sangat berperan besar dalam pembentukan proses berpikir siswa. Hal ini sejalan dengan yang telah dikemukakan Chomsky (dalam Yogatama, 2011) bahwa anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi, seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, memengaruhi
perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya seharihari. Dengan demikian perkembangan bahasa dan alur berpikir seseorang terbentuk oleh lingkungan. Temuan-temuan di atas yang telah dipaparkan tadi adalah pembahasan temuan dari segi perbedaan sistematika penulisan karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak. Selanjutnya, akan dipaparkan temuan dari segi kualitas argumen dalam karangan argumentasi yang telah dibuat oleh siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak. Temuan penting yang akan dipaparkan dalam hal ini adalah jumlah dan jenis evidensi (data, fakta, dan autoritas) yang terdapat dalam argumen karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan siswa SMAN 1 Gerokgak. Dari lima belas karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja yang penulis analisis ditemukan sejumlah 13 data, 23 fakta, dan 13 autoritas, sedangkan argumen dalam 15 karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak yang telah penulis analisis ditemukan sejumlah 3 data, 3 fakta, dan tidak ada autoritas. Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa argumen dalam karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja lebih baik kualitasnya apabila dibandingkan dengan argumen dalam karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak. Hal ini sejalan dengan apa yang telah dikemukakan Keraf (2004:9) bahwa sebuah argumen yang baik dan dapat dipercaya oleh pembacanya adalah argumen yang mendukung pernyataan (tesis) dengan memaparkan data, fakta, dan autoritas. Kualitas argumen akan mencerminkan kualitas wawasan penulis dan kemampuan berpikir penulis, sebuah argumen yang digunakan menyokong pernyataan tesis tidak akan berarti apapun jika yang dikemukakan hanyalah asumsi tanpa disertai bukti (data, fakta, dan autoritas). Temuan mengenai evidensi yang ada dalam karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Putri Puspita Sari pada tahun 2013 yang
berjudul Analisis Esai Mahasiswa Peserta Gelora Esai Ditinjau Dari Segi Subtansi dan Bentuk Esai. Dalam penelitian tersebut, esai yang memiliki kualitas tinggi adalah beberapa esai yang ditulis oleh mahasiswa dengan merujuk refrensi (anafora atau katafora) tertentu untuk memperkuat subtansi isi esai tersebut. Dalam karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja ditemukan sembilan data berupa angka statistik yang mendukung kalimat tesis, sedangkan dalam karangan siswa SMAN 1 Gerokgak hanya terdapat tiga data. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan keteranganketerangan yang dikumpulkan atau diberikan orang-orang kepada seseorang semuanya dimaksudkan dalam pengertian data (Keraf, 2004:9). Kualitas argumen salah satunya ditentukan dengan kemunculan data dalam alasan (argumen) yang penulis berikan sebagai strategi untuk memperkuat pernyataan tesisnya. Karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja lebih banyak memiliki data dibandingkan dengan karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak. Selain data, fakta juga dapat digunakan oleh penulis sebagai pemerkuat atau penyokong pernyataan tesisnya. Sama halnya dengan kehadiran data, kehadian fakta dalam sebuah argumen juga ikut menentukan kualitas argumen penulis. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi atau sesuatu yang ada secara nyata. Dengan kata lain, fakta ini tidak perlu dijelaskan lebih lanjut lagi oleh siswa karena keberadaannya telah diketahui oleh pembaca. Terdapat 23 fakta dalam argumen pada karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja, sedangkan sebanyak 3 buah fakta terdapat dalam karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak. Hal ini dapat menggambarkan bahwa dari segi kemunculan fakta dalam argumen, kualitas argumen siswa SMAN 1 Singaraja lebih unggul atau lebih baik daripada argumen siswa SMAN 1 Gerokgak.
Tataran evidensi tertinggi adalah autoritas. Keraf (2004:10 ) menyatakan “autoritas dapat diartikan sebagai kesaksian ahli yang diberikan oleh seseorang, sebuah komisi, atau suatu badan atau kelompok yang dianggap berwenang untuk itu”. Autoritas digunakan penulis sebagai penguat pernyataan tesisnya dalam membuat karangan argumentasi. Pada tahap analisis autoritas, penulis menemukan sembilan autoritas dalam argumen pada karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja, sedangkan dalam karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak tidak ditemukan autoritas. Padahal, untuk memperlihatkan bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, sebaiknya seluruh argumentasi itu jangan didasarkan pada satu autoritas saja. Dengan bersandar pada satu autoritas saja, hal itu akan memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri. Jika satu autoritas saja dapat membuktikan penulis kurang siap, apalagi sebuah karangan argumentasi yang tidak menggunakan autoritas atau pernyataan ahli untuk memperkuat argumennya. Hal ini akan mengindikasikan bahwa penulis bisa saja berbohong dengan yang telah ditulis. Oleh karena itu, autoritas sangat diperlukan untuk menunjang sebuah argumen. Kemampuan menulis karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak ternyata memang benar berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut terlihat dari temuan-temuan yang telah dipaparkan di atas. Dalam mengorganisasikan tulisan yang berupa karangan argumentasi, siswa SMAN 1 Singaraja lebih baik. Hal ini menunjukan alur berpikir siswa SMAN 1 Singaraja lebih sistematis karena telah mampu menata tulisannya sedemikian rupa. Bukan hanya itu, ternyata dalam hal luas sempitnya pengetahuan yang dimiliki, siswa SMAN 1 Singaraja juga lebih baik dibandingkan dengan siswa SMAN 1 Gerokgak. Hal ini terlihat dari evidensi yang ada dalam argumen mereka. Untuk menemukan fakta, data, dan autoritas mengenai topik tertentu haruslah dibutuhkan pengetahuan yang luas. Sumber pengetahuan yang berupa evidensi akan digunakan untuk
memperkuat pernyataan tesisnya. Evidensi tersebut berasal dari berbagai informasi yang ada di lingkungan sekitar, media, dan bahan-bahan bacaan yang tersedia. Kesenjangan kemampuan menulis karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor pertama adalah input atau masukan (siswa) yang diterima oleh masing-masing sekolah. Input siswa akan mempermudah proses belajar dan pembelajaran pada masingmasing sekolah. Semakin bagus atau semakin tinggi kualitas pengetahuan siswa, akan semakin mudah dalam belajar dan meraih prestasi. Hal ini tercermin dari input yang diterima oleh SMAN 1 Singaraja pada awal tahun ajaran 2013/2014 SMAN 1 Singaraja menyeleksi siswa yang mendaftar untuk menjadi peserta didik sebanyak 2311 siswa menjadi 250 siswa yang diterima. Proses seleksi dilakukan melalui pertimbangan nilai Ujian Nasional SMP dan hasil tes TPA (Tes Potensi Akademik) yang dilakukan oleh panitia penerimaan peserta didik SMAN 1 Singaraja. Berbeda dengan SMAN 1 Singaraja, SMAN 1 Gerokgak hanya menyeleksi melalui nilai Ujian Nasional SMP. Dari 425 siswa yang mendaftar terpilih 350 siswa yang menjadi peserta didik baru tahun ajaran 2013/2014. Faktor kedua adalah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Proses belajar mengajar secara langsung membentuk karakter dan kualitas kemampuan siswa. Proses belajar yag kondusif dan didukung dengan bebrbagai metode serta media pembelajaran akan menentukan kualitas kemampuan siswasiswinya. Proses belajar-mengajar di SMAN 1 Singaraja berlangsung dengan kondusif. Hal ini didukung dengan pemilihan pendekatan saintifik dan berbagai media yang ada. Pendekatan saintifik ini merupakan salah satu realisasi kurikulum 2013. Media yang digunakan oleh guru biasanya merupakan slide show pemaparan teori dan contoh melalui LCD. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar-mengajar di SMAN 1 Gerokgak yang kebanyakan masih menggunakan metode ceramah dan tematik dalam pembelajarannya, sedangkan media yang
digunakan juga sangat minim akibat tidak adanya LCD pada masing-masing kelas. Faktor ketiga adalah kualitas pengajar yang ada. Meskipun proses belajar mengajar telah dibuat sedemikian rupa dengan berbagai metode dan media pembelajaran, guru tetap memegang perang penting dalam pembentukan karakter dan kualitas kemampuan siswa. Seorang guru yang memilki kemampuan tinggi akan memudahkan proses belajar mengajar dan daripada guru yang berkemampuan rendah. Tenanga pengajar di SMAN 1 Singaraja hampir keseluruhan telah memiliki prestasi pada masing-masing bidang, baik tingkat lokal, nasional, bahkan internasional. Pada tahun 2012 salah satu guru SMAN 1 Singaraja mendapatkan penghargaan dari Presiden Republik Indonesia karena prestasinya menjadi guru teladan tingkat nasional juara II. Tahun 2011 salah satu guru mata pelajaran Fisika mampu mewakili Indonesia pada Olimpiade Sains tingkat Internasional di Moscow. Tahun 2011 Tim TI (guru dan siswa) SMAN 1 Singaraja juga mampu mewakili Indonesia pada lomba IT di eropa. Prestasiprestasi besar ini belum semua dicapai oleh guru-guru di SMAN 1 Gerokgak. Faktor keempat adalah pengadaan sarana dan prasarana pada masing-masing sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sarana dan prasarana pembelajaran ikut menunjang kelancaran proses belajar mengajar dan sekaligus menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran. Pengadaan akses internet, LCD, dan lainlain misalnya. LCD dan akses WIFI tersedia pada masing-masing ruangan di SMAN 1 Singaraja, sedangkan di SMAN 1 Gerokgak belum semua kelas memiliki LCD dan akses WIFI. Kemudian layanan prima diberikan oleh pihak perpustakaan SMAN 1 Singaraja yang buka sampai pukul 18.00 WITA juga menjadi salah satu bahan pertimbangan mengenai prasarana yang dimiliki oleh SMAN 1 Singaraja. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
Pertama, perbedaan karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak dari segi sistematika penulisan adalah karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja lebih sistematis cara penulisannya daripada karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak karena dari 15 karangan yang dianalisis, sebanyak 13 karangan sudah terdiri atas pendahuluan, kalimat tesis, tubuh argumen, dan penutup. Kemudian 2 karangan lainnya tidak memiliki bagian penutup, sedangkan dari 15 karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak yang dianalisis, hanya 3 karangan yang sesuai dengan teori tulisan ideal, yakni terdiri atas pendahuluan, kalimat tesis, tubuh argumen, dan penutup. Kemudian, 8 karangan terususun atas struktur pendahuluan, kalimat tesis, dan tubuh argumen, 3 karangan tersusun atas pendahuluan dan kalimat tesis, serta 1 karangan hanya tersusun atas pendahuluan saja. Kedua, perbedaan karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak dari segi kualitas argumen adalah karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja lebih baik. Hal ini dikarenakan dalam 15 karangan siswa SMAN 1 Singaraja argumennya memiliki 13 data, 23 fakta, dan 13 autoritas. Sedangkan dari 15 karangan argumentasi siswa SMAN 1 Gerokgak argumennya hanya memiliki 3 data, 3 fakta, dan tidak ditemukan autoritas. Dengan jumlah data, fakta, dan autoritas yang lebih banyak, kualitas argumen dalam karangan siswa SMAN 1 Singaraja dapat dikatakan lebih memiliki kualitas lebih baik. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, kepada pemerintah untuk memberikan perhatian lebih terkait penanggulangan kesenjangan pendidikan di kota dan di desa. Perhatian tesebut bisa berupa peningkatan kualitas tenaga pengajar yang ada, penambahan tenaga pengajar ahli, pengadaan buku-buku pelajaran, dan pemenuhan fasilitas lainnya. Kedua, penulis hanya meneliti perbedaan karangan argumentasi siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak dari segi sistematika penulisan dan kualitas argumen, meskipun saat menganalisis
banyak sekali ditemui kesalahan penggunaan tata kaidah bahasa Indonesia. Oleh karena itu, besar harapan penulis bagi peneliti lain agar bisa meneliti kesalahan berbahasa siswa SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1 Gerokgak sebagai tindak lanjut. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Muchsin. 1998. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Keraf, Gorys. 2001. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Numertayasa, I Wayan. 2013. Analisis Wacana Esai Kajian Struktur Supra, Mikro dan Makro pada Esai Hasil Pelatihan Menulis Esai Sekolah Menengah Se-Kecamatan Rendang Tahun 2011.Tesis (tidak diterbitkan) Program Studi Bahasa IndonesiaPascasarjana, Universitas Pendidika Ganesha. Sari, Putri Puspita. 2013. Analisis Esai Mahasiswa Peserta Gelora Esai Ditinjau Dari Segi Subtansi dan Bentuk Esai. Skripsi (tidak diterbitkan) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha. Santrock, Jhon W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Subawa. 2011. Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Siswa Kelas XI SMANegeri 1 Tegalalang dengan Menerapkan Siklus ACE Menggunakan Media Kasus Kontroversial. Skripsi (tidak diterbitkan).Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha Singaraja. Yunus. 2005. Jurnal Penyelidikan Pendidikan. Kuala Lumpur; Bahagian Perancangan dan Penyelidikan Dasar Pendidikan Kementerian Pelajaran Malaysia Wendra, I Wayan. 2011. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha.