63 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
PERBEDAAN DEPRIVASI RELATIF FRATERNAL ANTARA ETNIS CINA DAN ETNIS JAWA
Wulan Noviasari¹, Sri Untari¹ ¹Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sahid Surakarta
Abstract May 1998 riots was did not only caused lusted things but alive too. It was interested that in every riot that influenced by SARA (ethnic, religion, and racial issues), the Chinese found to be the victims. According to the experts, it caused by economic differences. Almost 70 percent of economic country managed by Chinese. Otherwise, as culture and population, Chinese people are only around 5 percent from all of Indonesian people. It can be affords relative fraternal deprivation at Javanese toward Chinese. Besides, Chinese role in other part of living in this country are stuck so that’s why Chinese could be in relative fraternal deprivation toward Javanese too. Relative fraternal deprivation is feeling lack of as individual (in group) when something not as well as another group (out group). . Keyword: Ethnic, Relative Fraternal Deprivation.
64 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Abstrak Kerusuhan Mei 1998 tidak hanya menimbulkan kerugian berupa harta namun juga nyawa. Hal menarik dari fenomena tersebut bahwa dalam setiap kerusuhan yang berbau SARA (Suku, Agama, dan Ras) ada kecenderungan warga etnis Cina menjadi korban. Menurut pendapat para pakar, hal tersebut disebabkan oleh adanya kesenjangan ekonomi. Kesenjangan ekonomi itu terjadi karena warga etnis Cina menguasai perekonomian negara sampai dengan hampir 70 persen. Padahal secara kultur dan populasi, warga etnis Cina hanya berjumlah sekitar 5 persen dari jumlah total penduduk Indonesia. Hal ini dapat memicu timbulnya deprivasi relatif fraternal di kalangan etnis Jawa, yang merupakan kelompok mayoritas dari seluruh penduduk di Indonesia, terhadap etnis Cina. Di sisi lain, peran etnis Cina dalam beberapa bidang kehidupan berbangsa dan bernegara mengalami hambatan sehingga etnis Cina juga dapat mengalami deprivasi relatif fraternal terhadap etnis Jawa. Deprivasi relatif fraternal adalah perasaan kekurangan yang dirasakan oleh individu karena kelompoknya (in group) tidak memiliki kondisi sebaik kondisi di luar kelompoknya (out group). Kata Kunci : Deprivasi Relatif Fraternal, Etnis.
65 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Dalam
PENDAHULUAN
ekonomi Fenomena kesenjangan sosial tampaknya
begitu
mewarnai
hubungan antara etnis Cina dan orang pribumi di Indonesia sehingga stereotip di antara mereka pun kebanyakan negatif, padahal manusia sebagai makhluk sosial memerlukan orang
lain
untuk
hidup
dan
berkembang. Etnis Cina dan etnis Jawa
pun
pasti
berdampingan
ingin
secara
hidup
harmonis.
Sementara itu yang terjadi antara etnis Cina dan etnis Jawa dalam kehidupan sehari-hari belum terjadi proses
pembauran
seperti
yang
diharapkan serta tampaknya kurang atau
bahkan
tidak
harmonis
puncaknya seperti yang terjadi pada Tragedi Mei 1998. Mengapa hal tersebut
terjadi?
Salah
satunya
disebabkan oleh adanya deprivasi relatif fraternal,
yaitu perasaan
kekurangan yang dirasakan oleh individu karena kelompoknya (in group) tidak memiliki kondisi di luar
perkembangan
yang
cepat,
mungkin
keadaan ekonomi semua kelompok meningkat secara pesat. Kelompok yang
satu
mungkin
peningkatan
mengalami
yang
lebih
baik
dibandingkan dengan kelompok yang lain,
sehingga
timbul
perasaan
kurang di antara anggota kelompok yang
kurang
beruntung.
Pada
gilirannya hal ini dapat menimbulkan antagonisme
terhadap
kelompok
yang beruntung. Ini merupakan salah satu penjelasan tentang terjadinya kerusuhan di daerah minoritas pada tahun
1960-an
(Sears,
1991).
Ketidakpuasan tidak hanya timbul dari kekurangan objektif, tetapi juga dari perasaan kurang secara subjektif yang relatif lebih besar dibandingkan orang
lain
atau
kelompok
lain
(relative deprivation). Bila orang merasa
kurang
dibandingkan
kelompok yang lain, mereka akan mengungkapkan kejengkelan mereka dalam bentuk antagonisme kelompok (Sears, 1991).
kelompoknya (out group) (Sears, 1991).
Melihat
adanya
fenomena
deprivasi relatif fraternal yang terjadi
66 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
antara etnis Cina dan orang pribumi
peluang
yang dalam penelitian ini etnis Jawa,
kerjasama dan interaksi sosial yang
maka
harmonis
dirumuskan
suatu
untuk
meningkatkan
sebagai
kunci
untuk
permasalahan sekaligus tujuan yang
meminimalkan perbedaan deprivasi
ingin dicapai dalam penelitian ini
relatif fraternal yang terjadi di antara
yaitu; untuk mengetahui perbedaan,
kedua
penyebab terjadinya, dalam hal apa
diharapkan memberikan gambaran
saja
sekaligus bahan solusi bagi para elit
terjadi
perbedaan
deprivasi
etnis
serta
politik
etnis
menyikapi konflik etnis Cina dan
Sudiroprajan,
di
Kelurahan
Kecamatan
Jebres,
Kotamadya Surakarta.
pemerintah
(3)
relatif fraternal antara etnis Jawa dan Cina
dan
tersebut;
dalam
Jawa yang disebabkan oleh adanya perbedaan deprivasi relatif fraternal di antara kedua etnis khususnya yang
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan: (1) akan menambah keragaman
kajian
tentang
bertempat
tinggal
di
Kelurahan
Sudiroprajan.
ilmu
psikologi sosial khususnya yang
A. Deprivasi Relatif.
berkaitan dengan deprivasi relatif, Ted Robert Gurr (Supriatma,
serta pemahaman tentang konflik antara etnis Cina dan kaum pribumi yang mayoritas penduduknya adalah etnis Jawa, sekaligus peluang untuk meminimalkan
konflik
dengan
mengetahui
deprivasi
relatif
tersebut, fenomena
fraternal
yang
dialami oleh etnis Jawa dan etnis Cina; (2) menambah wawasan etnis Cina
dan
etnis
Jawa
tentang
deprivasi relatif fraternal yang terjadi antara etnis Cina dan Jawa di Kelurahan Sudiroprajan, sekaligus
1998),
seorang
ilmuwan
sosial
Amerika, pernah berteori bahwa kekerasan muncul karena deprivasi relatif yang dialami oleh masyarakat maupun bahwa
individu. deprivasi
Dirumuskan relatif
adalah
“perasaan” kesenjangan antara nilai harapan (value expectation) dengan kapabilitas nilai (value capabilities) yang dimiliki oleh seorang manusia. Menurut Gurr (Supriatma, 1998), value expectation adalah harapan akan suatu kualitas kehidupan yang
67 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
dirasakan
oleh
manusia
sebagai
Teori psikologi dan teori
haknya untuk menikmati, bahwa
kelompok konflik mengakui bahwa
orang merasa berhak atas suatu
semakin
kualitas kehidupan tertentu. Value
ketidakpuasan, maka semakin besar
capabilities adalah kondisi-kondisi
dorongan
dimana orang merasa mampu untuk
kekerasan (Supriatma, 1998). Dan
manggapai harapannya itu. Dalam
seringkali
hal ini terdapat perasaan bahwa
(justifiability) kekerasan ini justru
sarana-sarana sosial yang ada akan
didorong
mampu
yang
normatif dan utilitarianistis yang
menjadi dambaan dan harapan dari
dimiliki oleh masyarakat. Kekerasan
orang-orang itu.
terorisme misalnya, memiliki motif-
mewujudkan
apa
besar
intensitas
untuk
melakukan
pengabsahan
oleh
kerangka-kerangka
motif utilitarianistis untuk keadilan, Kondisi
masyarakat
yang
menaikkan tingkat intensitas harapan tanpa meningkatkan kapabilitasnya, akan
meningkatkan
intensitas
ketidakpuasan. Sebaliknya, kondisi masyarakat yang menurunkan posisi nilai dalam masyarakat non pribumi tanpa menurunkan nilai harapan
kebebasan,
kesejahteraan,
diselubungkan
dibalik
dan
kerangka-
kerangka normatif ideologi tertentu. Para
pelaku
kerusuhan
sosial
seringkali mengabsahkan tindakan kekerasannya
dibalik
kerangka-
kerangka norma-norma agama atau adat.
mereka akan menghadapi hal yang sama. Tidak fleksibelnya penerapan
Menurut
Bernstein
dan
nilai, pemerosotan jangka pendek
Crosby (Sears, 1991), kekurangan
kondisi kehidupan kelompok, dan
relatif
pembatasan
secara
menimbulkan antagonisme semacam
efek
itu bila orang merasa berhak atas
pendorong kekerasan. Ketidakpuasan
barang berharga tertentu yang tidak
deprivatif
mereka
struktural
kesempatan akan
memiliki
akan
terjadinya berbagai aksi.
mendorong
(relative deprivation) bisa
miliki,
membandingkan
dirinya sendiri dengan kelompok yang memiliki
barang itu, dan
68 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
merasa bahwa suatu saat mereka
penelitian
ini
kemudian
akan dapat memperolehnya tetapi
istilah deprivasi relatif (Hardjito,
tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
2000).
Deprivasi
muncul
adalah
suatu
kondisi yang dialami seseorang bila Penelitian
yang
dilakukan
oleh Stouffer dan sejawatnya pada tahun 1949 (Hardjito, 2000) tentang sikap
dan
moral
para
tentara
Amerika pada Perang Dunia II memberikan hasil yang menarik. Ternyata moralitas para tentara pada satu seksi militer dengan peluang
dia tidak berhasil atau terhalangi untuk
mencapai
sesuatu
yang
diinginkannya. Kesimpulan penting dari penelitian ini adalah bahwa deprivasi tidak bersifat absolut, tetapi relatif; yaitu relatif terhadap kondisi yang dijadikan referensi (Brown, 1995).
promosi yang besar justru lebih rendah dibandingkan moralitas para
Berdasarkan
definisi
yang
tentara di seksi lain yang kesempatan
telah dikemukakan di atas, pada
promosinya
dasarnya dapat dirangkum menjadi
tidak
begitu
besar.
Alasannya, peluang promosi yang
tiga
besar
deprivasi
relatif
ketidakpuasan
yang tidak hanya
promosi. Bila promosi yang sangat
timbul
kekurangan
diharapkan
objektif
telah
seseorang
menaikkan untuk
ini
harapan
mendapatkan
ternyata
tidak
kerangka
dari
pikiran.
Pertama, adalah
secara
karena perasaan secara
didapatkan, maka kekecewaan yang
subjektif yang relatif lebih besar
terjadi akan tinggi.
dibandingkan orang atau kelompok lain.
Para tentara yang berada di seksi
militer
yang
peluang
promosinya lebih rendah tampaknya tidak mengembangkan harapan yang tinggi untuk mendapatkan promosi sehingga
kegagalan
mendapatkan
promosi
akan
menghasilkan
kekecewaan yang relatif rendah. Dari
Kedua,
deprivasi
relatif
merupakan “perasaan” kesenjangan antara
nilai
harapan
dengan
kapabilitas nilai yang dimiliki oleh seorang manusia. Ketiga, deprivasi relatif adalah kondisi yang dialami seseorang bila dia tidak berhasil untuk
mencapai
sesuatu
yang
69 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
diinginkannya dan bersifat relatif terhadap kondisi
yang dijadikan
referensi.
Menurut
Folger
(Mummendey, dkk., 1999) ada tiga aspek
yang
berkaitan
dengan
outcome,
yaitu
deprivasi relatif : 1. Aspek-aspek deprivasi relatif. a) Referent Crosby (1982) berpendapat bahwa deprivasi relatif dialami oleh seseorang karena orang tersebut merasakan
adanya
kesenjangan
antara: (a) apa yang dimilikinya dengan
apa
(wanting),
yang
serta
diinginkannya (b)
apa
perbandingan
antara
yang ada dengan outcome yang diinginkan.
Ketidakpuasan
muncul bila apa yang ada tidak sesuai
dengan
apa
didapatkannya (deserving).
diharapkan. b) Referent instrumentalities, yaitu penilaian tentang prosedur yang menyebabkan
relatif
menurut
Crosby (1982) bisa terjadi melalui perbandingan dengan pihak lain yang dianggap
lebih
baik,
tetapi
perbandingan itu sendiri tidak secara langsung
menyebabkan
deprivasi
relatif. Perbandingan dengan pihak lain
yang
lebih
baik
bisa
menghasilkan deprivasi relatif karena perbandingan mempengaruhi
yang
yang
dimilikinya dengan apa yang pantas
Deprivasi
outcome
adanya
ketidaksesuaian antara outcome yang
sebenarnya
diharapkan.
Anggapan bahwa ketidaksesuaian ini terjadi melalui prosedur yang tidak
sah
(illegitimate)
atau
bahwa prosedur alternatif akan memberikan hasil yang lebih baik,
akan
memperkuat
ketidakpuasan.
tersebut keinginan
dan
c) Likelihood of amelioration, yaitu
pendapat seseorang tentang apa yang
kemungkinan kondisi negatif di
pantas
serta
atas membaik. Bila ada harapan
menguatkan deprivasi relatif yang
ke depan bahwa kondisi negatif
terjadi.
ini bisa diperbaiki, ketidakpuasan
didapatkannya
yang ada akan melemah.
70 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Deprivasi
relatif
menurut
Folger (Mummendey, dkk., 1999)
2. Macam-macam
deprivasi
relatif.
bisa terjadi melalui perbandingan dengan pihak lain (outgroup) yang dianggap
lebih
baik,
tetapi
perbandingan itu sendiri tidak secara langsung
menyebabkan
deprivasi
relatif. Perbandingan dengan pihak
Deprivasi
relatif,
menurut
Runciman (Hardjito,2000) terbagi menjadi dua, yaitu : a) Deprivasi temporal (temporal relative deprivation).
lain (outgroup) yang lebih baik bisa Deprivasi temporal adalah
menghasilkan deprivasi relatif karena tersebut
deprivasi
mempengaruhi hasil (outcome) yang
seseorang
diinginkan,
membandingkan
perbandingan
penilaian
tentang
yang
dialami
oleh karena
kondisinya
prosedur untuk memperoleh outcome
sekarang dengan kondisi masa
tersebut, dan harapan ke depan
lalunya yang menurutnya lebih
tentang kondisi negatif yang bisa
baik. Menurut Davies (Brown,
diperbaiki
1995) deprivasi temporal ini
serta
menguatkan
paling terasa ketika kondisi yang
deprivasi relatif yang terjadi.
dirasa terus membaik tiba-tiba Berdasarkan
pengertian
di
terpotong
dan
mengalami
atas dapat diambil kesimpulan bahwa
penurunan drastis. Ini disebabkan
deprivasi relatif yang dialami oleh
karena
seseorang
orang
membaik tadi memicu harapan
adanya
orang untuk masa depan yang
kesenjangan antara lain ; keinginan
lebih baik lagi. Penurunan yang
(wanting),
berhak
drastis tadi meninggalkan jurang
(deserving), hasil (referent outcome),
yang begitu besar antara standar
penilaian tentang prosedur (referent
kehidupan
instrumentalities), dan harapan ke
dengan standar kehidupan yang
depan (likelihood of amelioration).
nyata,
ditimbulkan
atau
kelompok oleh
perasaan
kondisi
yang
yang
yang
terus
diinginkan
kemudian
menimbulkan deprivasi.
71 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
b) Deprivasi sosial (social relative
dianggapnya lebih baik. Atau dalam sebuah kelompok, bahwa
deprivation).
kehidupan pribadi mereka sedang Deprivasi sosial adalah deprivasi yang dirasakan oleh seseorang
karena
membandingkan dengan
kondisinya
kondisi
Menurut
orang
Runciman
lain.
(Hardjito,
2000) bahwa seseorang akan mengalami
deprivasi
terhadap
sesuatu, misalnya x, bila: 1) dia tidak mempunyai mengetahui
akan
diganggu
oleh
kelompok sasaran. Karena itu, ini merupakan proses kepentingan pribadi
yang egoistis
(Sears,
1991).
Deprivasi
egoistis
ditemukan berhubungan dengan gejala-gejala
depresi
(Brown,
1995), psikosomatik dan stress (Aogoustinos, 1995).
x; 2) dia
orang
mempunyai
atau
x;
lain 3)
dia
(2) Deprivasi fraternal (fraternal deprivation),
yaitu
deprivasi
menginginkan x dan; 4) dia
yang dialami seseorang karena
menganggap
dirinya
pantas
dia
mendapatkan
x.
Crosby
membandingkan
kelompoknya
kondisi
dengan
kondisi
(Hardjito, 2000) menambahkan
kelompok lain yang lebih baik,
satu lagi, yaitu; 5) dia tidak
tidak peduli apakah individu
menyalahkan
mengalami kekurangan atau tidak
dirinya
sendiri
karena gagal mendapatkan x. Runciman 2000)
membedakan
(Hardjito, deprivasi
sosial menjadi dua: (1) Deprivasi deprivation),
(Sears, 1991). Deprivasi fraternal berakibat
makin
ikatan
dalam
menguatnya kelompok,
partisipasi dalam protes-protes sosial
(Aogoustinos,
1995),
egoistis
(egoistic
hasrat akan adanya perubahan
yaitu
deprivasi
sosial,
sikap
yang terjadi akibat seseorang
munculnya
membandingkan
kelompoknya
kondisinya
dengan kondisi orang lain yang
militansi klaim
atau bahwa pantas
72 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
mendapatkan status yang lebih
referent selection dan dimension
baik (Masters, 1987).
selection. Referent (referensi) adalah pihak
Selain itu, ada juga yang membedakan deprivasi fraternal dan deprivasi egoistis dengan cara yang berbeda.
Martin
(Hardjito,
dan
Murray
2000),
misalnya
menyatakan bahwa deprivasi egoistis adalah deprivasi yang dialami oleh seseorang
akibat
membandingkan
dirinya dengan orang lain yang mirip (similar)
dengannya,
perbandingan
yang
sedangkan menyebabkan
terjadinya deprivasi fraternal adalah perbandingan yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain yang tidak mirip (dissimilar) dengannya. Tetapi definisi ini tampaknya tidak
yang
dijadikan
bahan
perbandingan, sedangkan dimension (dimensi)
adalah
aspek
yang
dibandingkan. Misalnya penelitian Crosby (1982) tentang deprivasi relatif yang dialami oleh pekerja perempuan. Para pekerja perempuan tersebut mengalami deprivasi relatif karena gaji yang diterima lebih rendah daripada gaji yang diterima oleh pekerja laki-laki. Maka dalam hal ini, para pekerja perempuan tersebut menggunakan pekerja lakilaki sebagai referensi perbandingan, sementara aspek yang dibandingkan, yaitu
gaji
adalah
dimensi
perbandingan (Gelfand, dkk., 2002).
begitu populer, sebab perbedaan yang lebih banyak ditekankan untuk membedakan
antara
Masalah
referensi
dan
deprivasi
dimensi ini memang cukup rumit
egoistis
dan
deprivasi
fraternal
sehingga
adalah
bahwa
dalam
deprivasi
perbandingan
egoistis terjadi perbandingan antar
(Aogoustinos,
individu sementara dalam deprivasi
deprivasi
fraternal
menggunakan konsep perbandingan
terjadi
perbandingan
kelompok (Sears, 1991).
menghinggapi sosial
relatif
konsep
sejak
1995). yang
lama
Konsep banyak
sosial pun mengalami masalah yang sama, yaitu menentukan pihak mana
Konsep
deprivasi
relatif
sendiri menurut Aogoustinos (1995), mempunyai kelemahan dalam hal
yang dijadikan bahan perbandingan dan aspek apa yang dibandingkan.
73 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Untuk
meminimalkan
masalah
kategorisasi
ingroup/outgroup
referensi dan dimensi ini, menurut
(Turner, 1987). Dengan menonjolnya
Hogg (Hardjito, 2000), para pencetus
suatu kategorisasi, kategori-kategori
teori
kemudian
yang dihasilkan oleh kategorisasi
memasukkan unsur budaya dalam
tersebut menyediakan suatu referensi
menonjolnya
perbandingan-
perbandingan karena perbandingan
perbandingan tertentu di masyarakat.
yang terjadi adalah perbandingan
Misalnya
antara
deprivasi
relatif
perbandingan
posisi
kategori-kategori
tersebut,
ekonomi antara masyarakat Katolik
sedangkan aspek yang menyebabkan
dan masyarakat Protestan di Irlandia
kategori-kategori tersebut menonjol
Utara. Perbandingan ini menonjol
adalah aspek yang dijadikan dimensi
seiring
perbandingan (Gelfand, dkk., 2002)
dengan
menonjolnya
kategorisasi Katolik/Protestan yang terpelihara
oleh
perseteruan
adanya
diantara
kedua
kategorisasi tersebut. Sedangkan di Inggris,
perbandingan
tersebut
mungkin tidak terlalu menonjol, seperti
juga
Berdasarkan uraian di atas,
tradisi
kategorisasi
Katolik/Protestan yang juga tidak terlalu menonjol di sana (Hogg,
maka dapat disimpulkan bahwa ada dua macam deprivasi relatif yaitu deprivasi temporal dan deprivasi sosial.
Deprivasi
sosial
sendiri
terbagi menjadi dua yaitu deprivasi egoistis
dan
deprivasi
fraternal.
Melihat fenomena yang terjadi dalam hubungan etnis Cina dan etnis Jawa,
1988).
maka yang terjadi dalam fenomena Dengan menonjolnya
demikian, suatu
ketegorisasi
etnis Cina dan etnis Jawa adalah perbandingan
kelompok
mempunyai peranan penting untuk
berdasarkan
memicu terjadinya deprivasi relatif.
ingroup/outgroup.
yang
kategorisasi
Nilai penting proses kategorisasi ini lebih menonjol lagi dalam deprivasi relatif
fraternal,
karena
pada
dasarnya kategorisasi sosial adalah
B. Pengertian Ras dan Etnis. Dalam
buku
“Sosiologi
Makro,” Sanderson mendefinisikan
74 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
suatu ras adalah suatu kelompok atau kategori
orang-orang
Dari uraian di atas dapat
yang
disimpulkan bahwa pengertian etnis
mereka
dan ras sering tumpang tindih yakni;
sendiri, sebagai perbedaan sosial
suatu kelompok yang perbedaannya
yang dilandasi oleh ciri-ciri fisik atau
terutama
biologis (Sanderson, 1993). Menurut
biologis, dan dapat juga mempunyai
Sjahrir (1998), ras menunjuk pada
perbedaan kultural. Akan tetapi,
ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh
meskipun sering dicampur aduk,
seseorang atau individu yaitu warna
konsep ras dan etnis terpisah secara
kulit, tekstur rambut, bentuk mata,
analitik (Sanderson, 1993). Ditinjau
telinga, bibir, dan postur tubuh.
dari
Antropologi mengenal tiga ras dunia,
termasuk
yaitu
(hitam),
Mongoloid sedangkan etnis Jawa
Mongoloid (kuning), dan Kaukasoid
termasuk dalam sub-ras Malayan
(putih).
Mongoloid sehingga kedua etnis
mengidentifikasikan
ras
diri
Negroid
terletak
klasifikasi
pada
ras,
dalam
kriteria
etnis
sub-ras
Cina Asiatic
berasal dari induk ras yang sama Berlawanan dengan istilah
yaitu Mongoloid (Sanderson, 1993).
ras, istilah etnis digunakan untuk mengacu
suatu
kelompok
atau
kategori sosial yang perbedaannya
C. Etnis dan Deprivasi Relatif Fraternal
terletak pada kriteria kebudayaan dan Menurut
bukan biologis (Sanderson, 1993). Menurut Sjahrir (1998) kelompok etnis
merupakan
perluasan
dari
kelompok kekerabatan. Karena itu keanggotaannya
didasarkan
atas
kesamaan nenek moyang. Umumnya kelompok menggunakan
itu
antara bahasa,
lain agama
(sering) dan daerah asal yang sama.
Sjahrir
(1998),
hegemoni dari minoritas bila suatu minoritas kelompok etnis atau ras menguasai aspek kehidupan yang vital, misalnya ekonomi, sementara mayoritas mampu
masyarakatnya menghadapi
tidak
kenyataan
tersebut secara terbuka, alasan ras atau etnis merupakan cara yang paling cepat dan manjur untuk “mengobati”
sakit
hati
atau
75 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
kekecewaan kelompok mayoritas.
tertekan.
Kenyataan yang terjadi di masa Orde
menjadi pemicu yang sangat kuat ke
Baru, kesempatan etnis Cina di
arah
bidang politik, pemerintahan dan
khususnya sikap anti Cina (Sjahrir,
pendidikan, agak terhambat tetapi
1998). Berbekal prasangka dan fakta
mereka hanya diberi tempat di sektor
warisan
ekonomi.
mengherankan
Mereka
terpaksa
Situasi
timbulnya
semacam
anarki
masa
sosial,
silam,
jika
itu
tak
kesenjangan
menggenjot diri untuk mencari harta
ekonomi di antara kedua kaum itu
dan
membuat etnis Cina menjadi sasaran
keuntungan
bahkan
sebesar-besarnya
dengan
Kesenjangan,
segala seperti
cara.
amuk massa seperti yang terjadi pada
juga
Tragedi Mei 1998 (Taher, 1997).
kemiskinan sebenarnya hal yang Kesalahan pemerintah Orde
biasa terjadi di mana-mana. Ia mengkristal sebagai kebencian akibat dilatarbelakangi Kolusi
dan
praktek
Korupsi,
Nepotisme
(KKN)
dimana pemerintah yang kolusif yang
menjadi
konglomerat
simbol
etnis
Cina
bagi dan
perlakuan yang tidak adil dalam masyarakat (Forum Keadilan, 1998).
Baru adalah terlalu memfokuskan diri
pada
pembangunan
berteknologi
tinggi,
masyarakatnya
industri
sedangkan
mayoritas
agraris.
Dampaknya adalah banyak kebijakan yang memberikan peluang besar kepada etnis Cina. Peran ekonomi mereka pun dengan jaringan bisnis yang terbentuk sejak zaman Hindia
Policy
assimilation
yang
Belanda menjadi amat dominan.
diterapkan pemerintah Orde Baru
Segregasi
sosial
dalam bentuk sistem percukongan
Perbedaan
ras
(hubungan
dengan
simbiose
mutualistis
kian yang
kesenjangan
berkarat. bertabrakan ekonomi
antara pengusaha dan penguasa)
memperlebar jurang antara orang
telah mengakibatkan bidang ekonomi
pribumi dan etnis Cina. Menguatnya
dikuasai etnis Cina. Orang pribumi,
sentimen
yang merasa dominan secara kultur
konsekuensi logis dari
dan populasi, merasa dipojokkan dan
rasial
merupakan kebijakan
76 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
industrialisasi
tersebut
(Forum
Keadilan, 1998).
pekerjaan,
ekonomi,
pendidikan,
sosial-psikologis,
administrasi Sayangnya
yang
menjadi
sasaran kemarahan massa bukan bos konglomerat warga etnis Cina, tetapi kelompok menengah ke bawah yang belum tentu tahu-menahu tentang kedudukan sebagai buffer itu. Hal itu menyebabkan konglomerat
300 Cina
perekonomian
kelompok mendominasi
di
Indonesia,
membuat 8 juta etnis Cina lainnya
budaya,
kependudukan,
serta
domisili dan kepemilikan tanah. Hal tersebut juga berkaitan dengan belum tercapainya proses pembauran yang baik antara etnis Cina dengan orang pribumi khususnya etnis Jawa yang merupakan
mayoritas
penduduk
Indonesia. Dengan demikian, baik orang pribumi maupun etnis Cina dapat
mengalami
suatu
kondisi
deprivasi relatif fraternal.
terkena sasaran kecemburuan sosial dan ekonomi warga pribumi. Etnis
METODE
Cina di level atas yang bermasalah Penelitian ini menggunakan
tapi yang menjadi korban adalah masyarakat di level bawah dan menengah, seperti peristiwa yang terjadi pada Tragedi 13-15 Mei 1998
metode penelitian kuantitatif yang diperkaya
dilakukan Penyebab
terjadinya
data-data
informasi-informasi kualitatif.
(Forum Keadilan, 1998).
dengan
teknik
yang
Metode dengan
dan
bersifat
kuantitatif menggunakan
pengambilan
sampel
deprivasi relatif fraternal antara lain
purposive (sampel bertujuan). Dalam
kebijakan
yang
penelitian kualitatif, maksud sampel
menguntungkan pihak etnis Cina
adalah untuk menjaring informasi
dalam bidang ekonomi, sehingga
sebanyak-banyaknya dari berbagai
mereka mampu menguasai 70%
macam sumber dan bangunannya.
perekonomian Indonesia. Di lain
Pemilihan berakhir jika sudah terjadi
pihak,
pengulangan (Moleong, 2000).
pemerintah
etnis
Cina
mengalami
hambatan dalam berperan di bidang politik-pemerintahan,
perolehan
77 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Peneliti
memakai
strategi
bersifat kualitatif, maka penelitian ini
maximum variation sampling dalam
menggunakan teknik pengumpulan
pemilihan sampel, yaitu sampel yang
data, antara lain:
memberikan keragaman maksimal, ini bertujuan untuk memperoleh berbagai
variasi
informasi
dari
informan
yang
diadaptasi
dari
kondisi-kondisi
yang
berbeda.
Jumlah sampel dianggap telah cukup representatif apabila dirasakan telah mendapatkan kebulatan informasi
1. Metode
pengamatan
observasi. mengamati,
atau
Yaitu
proses
memahami,
dan
mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan informan atau responden. Metode ini digunakan untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan
yang dikehendaki.
dengan tujuan penelitian yang Jumlah sampel yang akan diambil untuk
sebanyak
80
memperoleh
metode
responden
data
penelitian
dengan
kuantitatif
(menggunakan
angket).
Untuk
memperkaya
data-data
atau
informasi-informasi dengan
lebih
menggunakan
penelitian
telah ditetapkan sebelumnya.
kualitatif,
lanjut metode dengan
mengambil sebanyak 10 responden,
2. Metode
wawancara.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu antara pewawancara
dengan
diwawancarai.
yang Dengan
wawancara ini, diharapkan data yang diperoleh lebih akurat dan bisa
dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Wawancara yang
antara lain:
dilakukan adalah dengan cara: 1. 5 Responden dari kelompok etnis a) Wawancara
Cina.
pembicaraan
informal, yaitu pembicaraan 2. 5 Responden dari kelompok etnis Jawa.
antara peneliti dengan obyek yang wawancara
Untuk memperkaya data-data dan
informasi-informasi
yang
diteliti. ini
Jenis dilakukan
pada tokoh-tokoh masyarakat
78 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
dari kedua kelompok, tokoh
dengan tujuan penelitian. Untuk
Partai Demokrasi Indonesia
mencari jawaban atas pertanyaan
Perjuangan
penelitian yang pertama yaitu untuk
(PDIP),
pemerintah
pihak
(kelurahan),
mengetahui
perbedaan
tingkat
warga etnis Cina, warga etnis
deprivasi fraternal antara etnis Cina
Jawa.
dan etnis Jawa digunakan analisis ttest (Azwar, 1999).
b) Wawancara
menggunakan
petunjuk umum wawancara, yaitu
dengan
Untuk mencari jawaban atas
membuat
pertanyaan penelitian kedua dan
kerangka dan garis besar
ketiga yang memerlukan data-data
pokok-pokok
atau
yang
akan
informasi-informasi
bersifat
ditanyakan. Hal ini dilakukan
kualitatif, digunakan analisa data
agar proses wawancara lebih
terdiri dari reduksi data, penyajian
terarah
tidak
data, dan penarikan kesimpulan atau
pokok
verifikasi. Jabarannya adalah sebagai
dan
menyimpang
dari
persoalan. c) Metode
berikut: wawancara
ini
1. Reduksi data. Merupakan proses
digunakan untuk menggali
seleksi,
lebih
tentang
penyederhanaan, dan abstraksi
penyebab
data yang ada dalam fieldnote.
dalam
lagi
perbedaan,
pemfokusan,
terjadinya, dan dalam hal apa
Proses
saja
sepanjang pelaksanaan riset, yang
perbedaan
deprivasi
ini
berlangsung
relatif fraternal antara etnis
dimulai
Cina
pengumpulan
dan
Kelurahan Kecamatan
etnis
Jawa
di
Sudiroprajan, Jebres,
Kota
Surakarta.
Reduksi peneliti
dalam penelitian ini disesuaikan
data
data
sebelum dilakukan.
dimulai
mengambil
sejak
keputusan
tentang kerangka kerja teoritis, pemilihan
Analisa data yang digunakan
bahkan
terus
kasus,
pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dan tentang cara pengumpulan data
79 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
yang
dipakai.
Pada
saat
pengumpulan data berlangsung,
arahan
sebab
akibat
dan
proposisi-proposisi.
reduksi data berupa membuat Aktivitas
singkatan, coding, memusatkan tema,
membuat
permasalahan memo.
batas
dan
Proses
menulis
reduksi
ini
berlangsung sampai penelitian
komponen
tersebut
data.
Merupakan
dilaksanakan
pengumpulan data sewaktu dalam suatu proses siklus. Dalam bentuk ini tetap
komponen 2. Penyajian
ketiga
dalam bentuk interaktif dalam proses
peneliti
berakhir.
diantara
bergerak
di
selama
4
proses
pengumpulan data sewaktu penelitian
suatu rakitan organisasi informasi
berlangsung.
Kemudian
yang memungkinkan kesimpulan
bergerak
riset dapat dilakukan. Dengan
analisis yaitu reduksi data, sajian
melihat suatu penyajian data,
data, dan penarikan kesimpulan.
diantara
3
peneliti komponen
peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan
sesuatu
HASIL dan PEMBAHASAN
pada
Penelitian tentang fenomena
analisis ataupun tindakan lain
deprivasi relatif fraternal antara etnis
berdasarkan penelitian tersebut.
Cina
Susunan penyajian data yang
menghasilkan data sebagai berikut:
dan
etnis
Jawa
ini
baik dan jelas sistematiknya, akan banyak menolong peneliti
1. Penyebab terjadinya perbedaan deprivasi relatif fraternal antara
sendiri.
etnis 3. Penarikan Kesimpulan. Pada
Cina
dan
etnis
Jawa
menurut warga etnis Cina adalah;
awal pengumpulan data, peneliti
adanya
harus sudah mengerti apa arti dan
ketidakpercayaan,
hal-hal yang ia temui dalam
dengan trauma historis-psikologis
melakukan pencatatan peraturan,
politik Indonesia di masa lalu
pokok-pokok
pernyataan,
yaitu paham komunisme yang
mungkin,
telah menjadi sejarah kelam bagi
konfigurasi
yang
rasa
takut, berkaitan
80 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
bangsa Indonesia (42,86 %).
setempat (55,56 %). Kebijakan
Dominasi ekonomi oleh etnis
pemerintah
Cina
peluang emas pada etnis Cina di
telah
menyebabkan
yang
memberikan
timbulnya kecemburuan sosial
bidang
yang tidak pada tempatnya (85,71
membuat
%). Perbedaan budaya (71,43 %),
mendominasi
tingkat pendidikan etnis Jawa
negara hampir 70 persen telah
yang rendah (28,57 %), dan sikap
menimbulkan kesenjangan sosial-
anti-Cina
ekonomi antara etnis Cina dan
(42,86
%),
serta
ekonomi
(22,22
mereka
(44,44
%), dapat
perekonomian
kebijakan pemerintah yang hanya
Jawa
%).
memberikan peluang etnis Cina
ekonomi juga sulit dilakukan
di bidang ekonomi (14,29 %).
karena
adanya
Kerjasama
diskriminasi
perlakuan terhadap etnis Jawa 2. Penyebab terjadinya perbedaan
(22,22 %).
deprivasi relatif fraternal antara etnis
Cina
dan
etnis
Jawa
Deprivasi
relatif
fraternal
menurut warga etnis Jawa adalah
yang dirasakan oleh warga etnis Cina
etnis Cina memiliki budaya kerja
terhadap warga etnis Jawa adalah di
keras, mau bekerja apa saja dan
bidang
menggunakan segala cara asal
perolehan
pekerjaan,
menguntungkan, serta terkesan
budaya,
pendidikan,
tidak peduli terhadap lingkungan
psikologis,
dalam menjalankan
usahanya
kependudukan, serta domisili dan
(44,44 %). Fakta yang terjadi di
kepemilikan tanah. Pemerintah yang
masyarakat
Kelurahan
memberikan peluang emas pada etnis
Sudiroprajan adalah maraknya
Cina di bidang ekonomi (22,22 %),
bisnis Narkoba yang dikuasai
membuat mereka dapat mendominasi
oleh
etnis
diberantas
politik-pemerintahan, ekonomi, sosialadministrasi
Cina
yang
sulit
perekonomian negara hampir 70
karena
etnis
Cina
persen
telah
menimbulkan
mempunyai beking pihak aparat
kesenjangan sosial-ekonomi antara
hukum dan pejabat pemerintah
etnis Cina dan Jawa (44,44 %).
81 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Kerjasama
ekonomi
dilakukan
juga
karena
sulit
budaya, tingkat pendidikan, sikap
adanya
anti-Cina, kebijakan penemirntah
diskriminasi perlakuan terhadap etnis 2. Menurut etnis Jawa : Budaya
Jawa (22,22 %).
kerja keras pada etnis Cina, Deprivasi
relatif
fraternal
dominasi
yang dirasakan oleh warga etnis Cina
pemerintah,
terhadap warga etnis Jawa adalah
perlakuan.
bidang politik-pemerintahan (71,43
ekonomi,
kebijakan diskriminasi
DAFTAR RUJUKAN
%), perolehan pekerjaan (71,43 %), ekonomi (14,29 %), budaya (100 %),
Anonim. 1998. Berkaca di Riak
sosial-
Gelombang. Forum Keadilan.
psikologis (71,43 %), administrasi
Edisi Khusus 17 Agustus
kependudukan
(85,71
%),
serta
1998 No. 22/Th.VI. Halaman
domisili
kepemilikan
tanah
70-74.
pendidikan
(42,86
dan
%),
(85,71 %). Deprivasi relatif fraternal yang dirasakan oleh warga etnis Jawa terhadap warga etnis Cina adalah di bidang ekonomi (77,78 %). SIMPULAN
Aogoustinos, M. & Walker, I. 1995. Social
Cognition:
Integrated
An
Introduction
London: Sage Publications. Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan
Terdapat
perbedaan
Validitas.
Yogyakarta:
Penyebab terjadinya deprivasi relatif
Pustaka Pelajar.
fraternal antara etnis Cina dan etnis
Brown, R. 1995. Prejudice, Its
Jawa, yaitu:
Social
1. Menurut etnis cina: Rasa takut berkaitan dengan trauma historispsikologis politik Indonesia di masa lalu, dominasi ekonomi oleh
etnis
.
Cina,
perbedaan
Psychology.
New
York: Blackwell Publisher. Crosby, F.J. 1982. Relative Deprivation Women.
and
Oxford:
University Press.
Working Oxford
82 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
Gelfand, M.J.; Higgins, M.; Toyama, M.;
Yamaguchi,
Hogg, M.A., & Abrams, D. 1988.
S.;
Social Identifications.
Murakami, F. 2002. Culture
London & New York:
and Egocentric Perceptions
Routledge.
of Fairness in Conflict and Negotiation.
Journal
Personality
and
Social
Psychology.Volume
87,
No.5,
Page:
Amerika:
Masters, J.C., & Smith, W.P. 1987.
of
833-845. American
Psychological Association. Gie, K.K. Akar dan Pucuk Politik Pembauran. Forum Keadilan. Edisi Khusus 17 Agustus 1998 No. 22/Th.VI. Halaman 14. Gie, K.K., dan Madjid, N. 1998. Masalah Pri dan Nonpri Dewasa Ini. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Social Comparison, Social Justice, and Relative Deprivation (Eds). London: Erlbaum. Moleong, L.J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mummendey, A.; Kessler, T.; Klirk, A.; & Mielke, R. 1999. Strategies Negative
to
Cope
Social
with
Identity:
Predictions by Social Identity Theory
and
Relative
Deprivation Theory. Journal Hardjito, 2000. Hubungan antara Authoritarianism dengan Deprivasi Fraternal. Skripsi.
of Personality and Social Psychology, 72 (1) 229-245. Sanderson, S.K. 1993. Sosiologi
(Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Makro. Jakarta: Rajawali Press. Sears, D.O.; Freedman, J.L., & Peplau, L.A. 1992. Psikologi Sosial. Jilid I Eds. 5.
83 TALENTA PSIKOLOGI Vol. II, No. 1, Februari 2013
(Terjemahan: Michael Adryanto & Savitri Soekrisno). Jakarta: Penerbit Erlangga. Sjahrir, K. 1998. Kunci ke Arah Nation Indonesia. Forum Keadilan. Edisi Khusus 17 Agustus 1998 No. 22/Th.VI. Halaman 81. Supriatma, A.M.T. 1998. Kekerasan, Pembangunan Militerisasi.
dan (Dalam
Muqoddas,B.; Prasetyo, E.; & Wartini, S.). Kekerasan dalam Politik yang Over Acting. Yogyakarta: LKBH UII. Taher, T. 1997. Masyarakat Cina dan Ketahanan Nasional dan Integritas Bangsa di Indonesia. Jakarta: PPIM. Turner, J.C. 1987. Rediscovering The Social Group: A Self – Categorization Theory. New York : Basil Blackwell.