Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
Perbedaan Burnout Ditinjau dari Dukungan Sosial pada Atlet Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia
Differences of Burnout Viewed from Social Support on Women’s National Basketball League Athlete (WNBL) Indonesian
Yenny Rianto, Hardjono, Nugraha Arif Karyanta Program Studi Psikologi FakultasKedokteran UniversitasSebalasMaret
ABSTRAK Burnout merupakan suatu keadaan keletihan fisik, emosional, depersonalisasi, dan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri yang terjadi karena stres yang diderita dalam jangka waktu yang lama, dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi dalam lingkungan klub. Seorang atlet rentan terhadap burnout karena atlet selalu berorientasi pada prestasi, berkomitmen tinggi, dan stres karena banyaknya tuntutan dari lingkungan klub. Untuk mengurangi terjadinya burnout pada atlet, maka diperlukan pemberian dukungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan burnout ditinjau dari dukungan sosial pada atlet Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia dengan jumlah sampel 60 responden. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel karena terbatasnya jumlah sampel. Burnout diukur dengan Maslach Burnout Inventory (MBI) dengan nilai cronbach alfa sebesar 0,908 dan dengan rentang validitas (r hitung) 0,337 – 0,836 diatas nilai r tabel sedangkan skala dukungan sosial dengan nilai cronbach alfa sebesar 0,938 dan dengan validitas (r hitung) 0,313 – 0,780 diatas nilai r tabel. Analisis data menggunakan teknik analisis varians satu jalur. Hasil analisis varians satu jalur untuk burnout ditinjau dari dukungan sosial pada atlet Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia, diperoleh F hitung > F tabel (34,703 > 3,159) dengan p-value 0,000 < 0,05. Hal ini berarti hipotesis alternatif diterima, terdapat perbedaan burnout yang signifikansi ditinjau dari dukungan sosial pada atlet Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia. Hasil analisis deskriptif menunjukkan adanya perbedaan rata-rata burnout ditinjau dari dukungan sosial. Perbedaan tersebut terlihat pada dukungan sosial rendah yang mempunyai rerata burnout paling tinggi dibandingkan dengan rerata burnout pada dukungan sosial sedang dan tinggi. Kata kunci: burnout, dukungan sosial, atlet Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia.
prestasi olahraga yang baik akan meningkatkan
PENDAHULUAN Olahraga merupakan salah satu unsur yang berpengaruh dalam kehidupan manusia dan ikut berperan dalam mengharumkan nama bangsa, baik melalui kompetisi di tingkat nasional maupun internasional. Setiap bangsa di seluruh dunia berlomba-lomba menciptakan prestasi
dalam
kegiatan
olahraga,
karena
citra bangsa di dunia internasional. Seiring dengan arus globalisasi yang terus mengalir, gender memberikan dukungan kuat pada wanita untuk
masuk
dalam
bidang
yang
sudah
dianggap maskulin itu. Selain itu, meningkatnya kesadaran
akan
perlunya
kesehatan
dan
kebugaran jasmani mendorong para wanita 85
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
untuk ambil bagian dalam berbagai bentuk yang berkaitan dengan rekan kerja, pelatih, aktivitas jasmani, termasuk olahraga. Bell
(2007)
menyebutkan
keluarga dan lawan tanding. Serta atlet dituntut bahwa juga untuk dapat mengatur sendiri kondisi
pertandingan olahraga yang dilakukan wanita di fisiknya agar tetap stabil, sehat, terhindar dari Amerika terjadi setelah adanya revolusi jerman risiko cidera, dan selalu memberikan kontribusi tahun 1849 dan tahun 1950 muncul trend yang permainan yang baik di dalam pertandingan memulai kembali keterlibatan wanita dalam maupun latihan. olahraga. Keterlibatan wanita dalam olahraga
Untuk mempertahankan kondisi atlet
sekarang
tetap
bukan
hanya
berperan
sebagai agar
prima
maka
atlet
profesional
penonton yang hanya memberikan dukungan memiliki tanggung jawab dan batasan-batasan diluar lapangan tetapi wanita telah terlibat yang tidak boleh dilanggar seperti contoh tidak langsung menjadi pelaku olahraga itu sendiri. Smith
(dalam
Harsuki,
boleh
minum
alkohol,
merokok,
adanya
2003) peraturan jadwal latihan dan istirahat. Atlet
menyatakan bahwa tingkat keterlibatan wanita tidak bisa melakukan kegiatan sesuai dengan dalam olahraga terus meningkat, perambahan keinginannya sendiri seperti orang lain pada pada
cabang-cabang
olahraga
keras umumnya serta adanya tuntutan prestasi yang
sebagaimana yang kerap dilakukan kaum pria tinggi. Menurut Sihotang (2004) menyebutkan bukan lagi merupakan sesuatu yang tabu. bahwa salah satu persoalan yang muncul Peningkatan
partisipasi,
kesempatan
baru,
karena
kebijakan
adanya: berkaitan dengan diri individu di dalam
pemerintah, menghadapi tuntutan organisasi yang semakin
aktivitas wanita, kesehatan dan kebugaran tinggi dan persaingan yang keras di lingkungan jasmani, serta pemberian penghargaan dan individu adalah stres. Stres adalah ungkapan publisitas
terhadap
atlet
wanita
yang perasaan yang kita alami saat merasa kewalahan
berpartisipasi.
atau sangat tertekan saat menghadapi situasi
Partisipasi dalam olahraga merupakan tertentu
dalam
kurun
waktu
tertentu
sumber kesenangan bagi sebagian besar atlet, (Tenenbaum dan Robert, 2007). Stres yang sayangnya tuntutan yang terlalu intens atau berlebihan akan berakibat buruk terhadap tinggi membuat atlet mengalami kelelahan kemampuan
individu
untuk
berhubungan
akibat stres kronis (Gustafsson, 2007). Wanita dengan lingkungannya secara normal. Stres yang berprofesi sebagai seorang atlet dituntut yang dialami individu dalam jangka waktu yang untuk
senantiasa
meningkatkan
kualitas lama dengan intensitas yang cukup tinggi akan
profesionalisme. Kualitas profesionalisme yang mengakibatkan individu yang bersangkutan dimaksud antara lain keahlian, konsentrasi yang menderita kelelahan, baik fisik ataupun mental tinggi,
pengetahuan,
mampu
bersikap yang disebut dengan burnout.
profesional ketika dihadapkan pada persoalan
86
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
Burnout adalah kelelahan secara fisik atlet bola basket Indonesia yang didaftarkan berupa kelelahan yang bersifat sakit fisik, oleh klub masing-masing dan telah memenuhi kelelahan ditandai
mental dengan
berupa
kelelahan
rendahnya
yang syarat serta memiliki ikatan kerja dengan
penghargaan klubnya. Ofisial dan pemain WNBL Indonesia
terhadap diri sendiri dan depersonalisasi, serta wajib kelelahan
emosional
berhubungan
berusia
minimal
18
tahun
ketika
dengan pertandingan kegiatan resmi WNBL Indonesia
perasaan pribadi yang ditandai dengan rasa diselenggarakan
dan
sudah
lulus
Sekolah
tidak berdaya dan depresi (Pines dan Aronson, Menengah Atas (SMA). Pemain yang terdaftar dalam Rahman, 2007). Hal yang sama juga resmi
sebagai
peserta
kegiatan
WNBL
diungkapkan oleh Schabracq, dkk. (2003), Indonesia hanya dapat mengikuti satu jenis bahwa
burnout
adalah
kondisi
seseorang kompetisi per tahun.
kehilangan energi psikis maupun fisik, biasanya
Peneliti melakukan survei dan interviu
hal ini disebabkan oleh situasi yang tidak singkat kepada lima belas atlet Women’s mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan National Basketball League (WNBL) Indonesia dan harapan. Burnout dialami dalam bentuk yang dijumpai. Dari interviu yang dilakukan, kelelahan fisik, mental, dan emosional yang terungkap intens.
bahwa
sebagian
besar
atlet
mengalami burnout baik saat latihan maupun Pada dasarnya burnout dapat terjadi pertandingan. Menurut Gustafsson (2007), atlet
pada semua orang, khususnya pada pria dan rentan terhadap burnout karena atlet selalu wanita. Hal tersebut terjadi karena setiap berorientasi pada prestasi, berkomitmen tinggi, manusia tentu mengalami tekanan-tekanan yang dan stres karena banyaknya tuntutan dari diperoleh dalam kehidupan, khususnya dalam lingkungan klub. Ivancevich, dkk. (2007) juga menjalani aktivitasnya. Wanita memperlihatkan menyebutkan, bahwa suatu tingkat keterlibatan frekuensi lebih besar untuk mengalami burnout yang tinggi atau mendalam dan memiliki daripada pria, yang disebabkan seringnya komitmen yang berlebihan, individu akan wanita merasakan kelelahan emosional (Schultz merasa sangat kecewa ketika imbalan dari dan Schultz, dalam Sihotang, 2004). Hal ini usahanya tidaklah seimbang. Mereka akan disebabkan pria dan wanita berbeda bukan saja merasa gagal dan berdampak pada menurunnya secara fisik, tetapi juga sosial dan psikologisnya penilaian terhadap kompetensi diri, hal inilah serta mempunyai cara yang berbeda dalam yang menyebabkan seseorang rentan terhadap menghadapi masalahnya. Berdasarkan teori burnout. tersebut peneliti tertarik untuk meneliti pada
Penelitian yang dilakukan oleh Ariyadi
atlet Women’s National Basketball League (2010) menyimpulkan, bahwa faktor lingkungan (WNBL)
Indonesia.
Women’s
National kerja psikologis, promosi, upah atau imbalan
Basketball League (WNBL) Indonesia adalah yang diberikan, dukungan sosial dari atasan, dan
87
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
tuntutan pekerjaan berpengaruh secara negatif emosional atau efek perilaku bagi dirinya dan signifikan terhadap burnout karyawan pada (Gottlieb, dalam Smet, 1994). Dalam hal ini P.T. Harian Bengkulu Pers dengan kontribusi orang yang merasa memperoleh dukungan sebesar
76,5%.
Adapun
penelitian
yang sosial secara emosional merasa lega karena
dilakukan oleh Muhammad (2011) menyatakan, diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang bahwa ada hubungan negatif yang sangat menyenangkan pada dirinya, agar mereka dapat signifikan antara dukungan sosial dengan mencari burnout.
Peran
dukungan
sosial
jalan
keluar
untuk
memecahkan
terhadap masalahnya.
burnout sebesar 13,8%, maka semakin tinggi
Bagi
atlet,
lingkungan
di
klub
dukungan sosial karyawan semakin rendah merupakan sumber dukungan sosial
yang
burnout karyawan, dan sebaliknya semakin utama. Dukungan sosial tersebut atlet dapatkan rendah
dukungan
sosial
karyawan
maka dari teman-teman sesama satu tim, pelatih, dan
semakin tinggi burnout pada karyawan.
para manajemen klub. Para atlet yang tinggal di
Lee dan Ashforth (dalam Schabracq, klub
berkembang
dengan
bimbingan
dan
dkk., 2003) menunjukkan, bahwa adanya bukti perhatian pelatih serta manajemen klub sebagai yang jelas untuk hubungan positif antara pengganti
orang
tua.
Hurlock
(2004)
kurangnya dukungan sosial terhadap burnout. mengatakan, bahwa dukungan sosial dari teman Kurangnya dukungan sosial terhadap burnout sebaya, berupa perasaan senasib menjadikan mendapatkan hasil rata-rata 14% pada kelelahan adanya
hubungan
emosional, 6% pada depersonalisasi, dan 2% memahami
masalah
saling
mengerti
masing-masing,
dan saling
pada rendahnya penghargaan terhadap diri memberi nasihat, simpati, yang tidak didapatkan sendiri.
dari orang tuanya sekalipun. Hasil
menyebutkan, berkorelasi
penelitian
Lailani
bahwa
dukungan
negatif
dengan
burnout
(2012)
Dukungan sosial merupakan salah satu
sosial fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial pada tersebut menggambarkan tingkat kualitas umum
perawat sebesar - 0,448 dan mempunyai peran dari
hubungan
interpersonal.
Ikatan
dan
terhadap burnout sebesar 39,169 %. Hal ini persahabatan dengan orang lain dianggap menunjukkan bahwa semakin besar dukungan sebagai aspek yang memberikan kepuasan sosial yang diperoleh perawat maka akan secara emosional dalam kehidupan individu. semakin rendah burnout yang dialami perawat.
Saat seseorang didukung oleh lingkungan maka
Dukungan sosial terdiri atas informasi segalanya akan terasa lebih muda. Dukungan atau nasihat verbal dan non verbal, bantuan sosial menunjukan pada hubungan interpersonal yang nyata atau tindakan yang diberikan oleh yang melindungi individu terhadap konsekuensi orang lain atau didapat karena hubungan mereka negative dari stres. Dukungan sosial yang dengan lingkungan dan mempunyai manfaat diterima
dapat
membuat
individu
merasa
88
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa emosional lebih diperpanjang, lelah, dan letih. percaya diri dan kompeten (Rook, dalam Smet, Depersonalisasi mengacu pada kecenderungan 1994).
untuk mengembangkan sikap negatif, sinis, atau Tenenbaum
menyatakan,
dan
bahwa
Robert
(2007) berperasaan memihak terhadap orang-orang
dukungan
sosial dengan siapa atlet bekerja. Komponen ketiga
merupakan salah satu faktor yang dapat adalah rendahnya penghargaan terhadap diri mengurangi terjadinya burnout pada atlet. sendiri yang berasal dari pekerjaan dan individu Untuk
mengatasi
peristiwa-peristiwa
yang sering mengevaluasi dirinya sendiri secara
menekan, individu membutuhkan dukungan negatif. sosial. Individu yang memiliki dukungan sosial
Seorang atlet dituntut untuk senantiasa
yang tinggi tidak hanya mengalami burnout meningkatkan
kualitas
profesionalisme.
yang rendah, tetapi juga dapat mengatasi Kualitas profesionalisme yang dimaksud antara burnout secara lebih berhasil dibanding dengan lain
keahlian,
mereka yang kurang memperoleh dukungan pengetahuan, sosial (Taylor, 2009). Melihat dengan
ketika
adanya
dukungan
hubungan
sosial
pada
konsentrasi
mampu
dihadapkan
yang
bersikap pada
tinggi,
profesional
persoalan
yang
burnout berkaitan dengan rekan kerja, pelatih, keluarga fenomena- dan lawan tanding. Atlet dituntut juga untuk
fenomena yang telah disebutkan, maka peneliti dapat mengatur sendiri kondisi fisiknya agar tertarik untuk mengetahui lebih mendalam dan tetap stabil, sehat, terhindar dari risiko cidera, hal tersebut mendasari peneliti untuk menyusun dan selalu memberikan kontribusi permainan skripsi dengan judul: “Perbedaan Burnout yang baik di dalam pertandingan maupun Ditinjau dari Dukungan Sosial pada Atlet latihan. Untuk mempertahankan kondisi atlet Women’s National Basketball League (WNBL) agar tetap prima, maka atlet profesional Indonesia”.
memiliki tanggung jawab dan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar seperti contoh tidak boleh
DASAR TEORI Maslach
(dalam
Cooper,
2001)
menyatakan bahwa burnout merupakan pola respons afektif kronis dari kondisi kerja penuh tekanan sebagai bagian dari ciri tingkat tinggi kontak
interpersonal.
dikonseptualisasikan emosional,
Burnout sebagai
depersonalisasi,
dan
juga
kelelahan rendahnya
penghargaan terhadap diri sendiri. Kelelahan emosional mengacu pada perasaan yang secara
minum
alkohol,
merokok,
adanya
peraturan jadwal latihan dan istirahat. Atlet tidak bisa melakukan kegiatan sesuai dengan keinginannya sendiri seperti orang lain pada umumnya serta adanya tuntutan prestasi yang tinggi. Gustafsson (2007) menjelaskan bahwa tuntutan prestasi yang terlalu intens atau tinggi membuat atlet mengalami burnout akibat dari stres kronis yang dialami. Atlet yang mengalami
89
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
burnout akan kehilangan martabat, semangat, yang terdiri dukungan emosional, dukungan dan motivasi. Hal ini terjadi karena adanya penghargaan, dukungan instrumental, dukungan perbedaan antara harapan individu, hasrat, dan informatif, dan dukungan jaringan sosial. kenyataan, serta adanya ketidakseimbangan
Dukungan sosial merupakan hubungan
antara tuntutan dan sumber-sumber untuk interpersonal
yang
di
dalamnya
terdapat
memenuhi tuntutan dapat menyebabkan stres pemberian bantuan yang melibatkan bentukkronis dan merupakan ciri khas burnout.
bentuk dukungan yang terdiri atas emosional,
Freudenberger (dalam Farber, 1991) penghargaan,
instrumental,
informatif,
dan
menyatakan bahwa burnout adalah suatu bentuk jaringan sosial yang diperoleh individu melalui kelelahan yang disebabkan seseorang bekerja interaksi dengan lingkungan, yang hal lain terlalu intens, berdedikasi dan berkomitmen, mempunyai bekerja terlalu banyak dan terlalu lama, serta perilaku
manfaat
bagi
memandang kebutuhan dan keinginan mereka membantu
emosional
penerima,
individu
atau
sehingga
dalam
efek dapat
menghadapi
sebagai hal kedua. Hal ini menyebabkan masalahnya. individu tersebut merasakan adanya tekanantekanan untuk memberi
Atlet yang mendapat dukungan sosial
sumbangan lebih dari lingkungan di sekitarnya dan orang terdekat
banyak kepada organisasinya.
maka akan membuat atlet merasa dirinya
Salah satu faktor yang dapat mengurangi dicintai, diperhatikan, dihargai dan menjadi terjadinya burnout pada atlet adalah dukungan bagian dalam kelompok atau organisasi; apabila sosial (Tenenbaum dan Robert, 2007). Untuk terjadi keluh kesah, persoalan, dan kendala mengatasi peristiwa-peristiwa yang menekan dalam meraih prestasi, atlet akan merasa atau tuntutan prestasi yang tinggi dan intens, nyaman mengungkapkan kepada teman-teman atlet membutuhkan dukungan sosial. Individu dan
pelatih,
sehingga
permasalahan
bisa
yang memiliki dukungan sosial yang tinggi dicarikan solusinya oleh pelatih, teman-teman, tidak hanya mengalami burnout yang rendah, dan orang di sekitar akan menyebabkan atlet tetapi juga dapat mengatasi burnout secara lebih merasa
lega
serta
dapat
menyelesaikan
berhasil dibanding dengan mereka yang kurang masalahnya dengan baik. memperoleh dukungan sosial (Taylor, 2009). Dukungan sosial sangat diperlukan oleh siapa saja dalam berhubungan dengan orang lain demi melangsungkan hidupnya di tengah-tengah masyarakat, begitu juga yang terjadi pada seorang atlet. Sarafino (1998) mendifinisikan dukungan sosial sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel (penelitian populasi atau studi populasi). Menurut Arikunto (2010), apabila responden kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Oleh karena itu, 90
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian dapat terdistribusi secara normal dan sampel ini yaitu seluruh atlet Women’s National penelitian dapat mewakili populasi. Basketball
League
(WNBL)
Indonesia
berjumlah 60 orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan alat ukur berupa skala psikologi. Skala psikologi yang digunakan, yaitu Skala burnout yang merupakan
adaptasi
dan
modifikasi
dari
Maslach Burnout Inventory (MBI), yang terdiri atas tiga aspek yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, dan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri. Skala burnout memiliki nilai validitas yang bergerak dari 0,337 sampai 0,836 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,908.
Uji Homogenitas Hasil
Uji
homegenitas
terhadap
variansi burnout dengan dukungan sosial kategori rendah, sedang, dan tinggi diperoleh nilai Levene sebesar 0,844 dengan nilai signifikansi
sebesar
0,435
pada
taraf
signifikansi 5% (0.435>0.05). Artinya dapat dinyatakan
bahwa
variansi
dari
ketiga
kelompok adalah relatif sama, sehingga dapat dikatakan bahwa variansi di antara kelompok tersebut dalam keadaan homogen.
Skala dukungan sosial disusun berdasarkan Uji Hipotesis aspek-aspek yang diungkapkan oleh Sarafino Hasil analisis one way anova diketahui bahwa F (1998) yaitu dukungan emosional, dukungan hitung > F tabel sebesar 34,703 > 3,159 dengan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan taraf signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka Ha informatif, dan dukungan jaringan sosial. Nilai diterima dan Ho ditolak. Hasil uji one way validitas skala bergerak dari 0,313 sampai anova menunjukkan terdapat perbedaan burnout dengan 0,780, dengan koefisien reliabilitas ditinjau
dari
dukungan
sosial
pada
atlet
Women’s National Basketball League (WNBL)
sebesar 0,938.
Indonesia. HASIL- HASIL Metode analisis data yang digunakan analisis Analisis Deskriptif varians satu jalur atau one way anova, dengan Hasil kategorisasi
pada
skala
burnout,
menggunakan bantuan komputer Statistical menunjukkan bahwa 56,67% atlet Women’s Product And Service Solution (SPSS) versi 16.0. National Basketball League (WNBL) Indonesia dalam kategori sedang. Hal tersebut berarti Uji Normalitas
secara
umum,
atlet
Women’s
National
Hasil uji normalitas dengan menggunakan Basketball League (WNBL) Indonesia memiliki teknik One Kolmogorov Smirnov, diperoleh burnout yang sedang. nilai signifikansi untuk skala burnout sebesar 0,242; dan untuk skala dukungan sosial sebesar Hasil kategorisasi pada skala dukungan sosial 0,248. Hal ini berarti data pada kedua variabel menunjukkan bahwa 41,67% atlet Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia memiliki dukungan sosial dalam kategori 91
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
sedang. Hal tersebut berarti secara umum, atlet Indonesia, didapatkan bahwa atlet Women’s Women’s National Basketball League (WNBL) National Basketball League (WNBL) Indonesia Indonesia memiliki dukungan sosial yang yang mendapatkan dukungan sosial rendah sedang.
memiliki rata-rata (mean) burnout paling tinggi dibandingkan dengan rata-rata burnout pada atlet yang mendapatkan dukungan sosial sedang PEMBAHASAN
dan tinggi melalui interaksi dengan lingkungan
Dari hasil uji hipotesis yang diperoleh di sekitar klub tersebut. Maka dengan adanya menunjukkan,
bahwa
perbedaan dukungan sosial yang didapatkan oleh atlet
terdapat
burnout yang signifikan dengan dukungan dapat mempengaruhi keadaan burnout pada sosial. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis masing-masing
atlet
Women’s
National
teknik one way anova yang digunakan untuk Basketball League (WNBL) Indonesia. Hasil menguji hipotesis diperoleh F hitung > F tabel perhitungan penelitian di atas sesuai dengan (34,703 > 3,159) serta taraf signifikansi sebesar pernyataan yang diungkapkan oleh Tenenbaum 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil analisis tersebut dan Robert (2007), bahwa salah satu faktor yang maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian dapat mempengaruhi terjadinya burnout pada ini dapat diterima, yaitu ada perbedaan burnout atlet adalah dukungan sosial. ditinjau
dari
dukungan
sosial
pada
Pada atlet profesional seperti pada atlet
atlet
Women’s National Basketball League (WNBL) Women’s National Basketball League (WNBL) Indonesia. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Indonesia rentan terhadap burnout karena atlet semakin rendah dukungan sosial yang diterima selalu berorientasi pada prestasi, berkomitmen maka burnout yang dialami oleh atlet akan tinggi, dan stres karena banyaknya tuntutan dari semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi lingkungan di klub. Seorang atlet dituntut untuk dukungan sosial yang diterima maka burnout senantiasa yang dialami oleh atlet akan semakin rendah.
meningkatkan
kualitas
profesionalisme. Kualitas profesionalisme yang
Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa dimaksud antara lain keahlian, konsentrasi yang skor burnout dan skor dukungan sosial berada tinggi,
pengetahuan,
mampu
bersikap
pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan profesional ketika dihadapkan pada persoalan bahwa atlet Women’s National Basketball yang berkaitan dengan rekan kerja, pelatih, League (WNBL)
Indonesia
secara umum keluarga dan lawan tanding. Pencapaian prestasi
mendapatkan dukungan sosial dalam kategori yang salah yaitu atlet dilatih dengan beban yang sedang, dan mengalami burnout dalam kategori terlalu berat dan volume yang terlalu tinggi sedang.
Hasil
statistik
ditinjau
dari
dukungan
deskriptif sosial
burnout sembari kurang memberikan kesempatan yang
pada
atlet cukup kepada atlet untuk regenerasi fisik
Women’s National Basketball League (WNBL) psikologis, memaksa atlet untuk mencapai
92
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
prestasi yang tinggi dalam waktu yang singkat persahabatan dengan orang lain dianggap biasanya ini adalah ambisi pelatih, dan jadwal sebagai aspek yang memberikan kepuasan pertandingan yang terlalu berat dalam tahap secara emosional dalam kehidupan individu. pertandingan. Hal
Saat seseorang didukung oleh lingkungan maka
senada
Gustafsson (2007),
juga
dinyatakan
oleh segalanya akan terasa lebih muda. Dukungan
bahwa tuntutan prestasi sosial menunjukan pada hubungan interpersonal
yang terlalu intens atau tinggi membuat atlet yang melindungi individu terhadap konsekuensi mengalami burnout. Atlet yang mengalami negatif. Dukungan sosial yang diterima dapat burnout akan kehilangan martabat, semangat, membuat individu merasa tenang, diperhatikan, dan motivasi. Hal ini terjadi karena adanya dicintai, timbul rasa percaya diri dan kompeten perbedaan antara harapan individu, hasrat, dan (Rook, dalam Smet, 1994). Maka dengan kenyataan, serta tidak adanya keseimbangan adanya dukungan sosial dari berbagai pihak antara tuntutan dan sumber-sumber untuk yaitu keluarga, teman-teman di dalam tim, serta memenuhi tuntutan yang dapat menyebabkan klub atau organisasi dapat mempengaruhi stres kronis dan merupakan ciri khas burnout. terjadinya burnout pada atlet Women’s National Untuk
mengatasi
peristiwa-peristiwa
yang Basketball League (WNBL) Indonesia.
menekan atau tuntutan prestasi yang tinggi dan intens, atlet membutuhkan dukungan sosial.
Penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan-keterbatasan
selama
proses
Atlet yang mendapat dukungan sosial jalannya penelitian, antara lain penelitian ini dari lingkungan di sekitarnya dan orang hanya dapat digeneralisasikan pada populasi terdekat, akan membuat atlet merasa dirinya penelitian yang terbatas
yaitu pada atlet
dicintai, diperhatikan, dihargai, dan menjadi Women’s National Basketball League (WNBL) bagian dalam klub atau tim. Apabila terjadi Indonesia, keluh kesah, persoalan, dan kendala dalam untuk
sedangkan
populasi
yang
penerapan lebih
penelitian
luas
dengan
meraih prestasi, atlet akan merasa nyaman karateristik yang berbeda perlu dilakukan, mengungkapkan
kepada
teman-teman
dan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
pelatih, sehingga permasalahan bisa dicarikan Lemahnya kontrol peneliti terhadap responden solusinya oleh pelatih, teman-teman, dan orang ketika mengisi skala, yaitu agar responden tidak di sekitar akan menyebabkan atlet merasa lega memanipulasi data dalam pengisian skala serta dapat menyelesaikan masalahnya dengan dikarenakan baik.
privasi
subjek.
Kelebihan
penelitian ini adalah mampu membuktikan Dukungan sosial merupakan salah satu adanya
perbedaan
burnout
ditinjau
dari
fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial dukungan sosial, sehingga dapat mengetahui tersebut menggambarkan tingkat kualitas umum secara jelas tentang perbedaan burnout ditinjau dari
hubungan
interpersonal.
Ikatan
dan
93
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
dari dukungan sosial pada atlet Women’s
timbulnya burnout saat latihan maupun
National Basketball League (WNBL) Indonesia.
pertandingan
dengan
beberapa
bantuan,
Penelitian selanjutnya sangat diperlukan
seperti saling memberi motivasi, perhatian,
dan diharapkan dapat lebih memperhatikan
nasehat, dukungan untuk maju antar atlet
variabel-variabel lain yang terkait dengan
agar dapat semangat dalam berlatih maupun
burnout, lebih memperdalam landasan teori, dan
bertanding.
dapat memberikan alternatif-alternatif serta 2. Untuk klub WNBL Indonesia inovasi-inovasi baru untuk hasil yang lebih baik
Klub WNBL Indonesia diharapkan dapat
dengan pembaharuan dan peningkatan mulai
memberikan dukungan sosial kepada atlet
dari persiapan orientasi, sasaran, prosedur,
untuk dapat mencapai tujuan bersama,
metode, teknik, penggunaan alat ukur, serta
misalnya dengan memberikan dukungan
ruang lingkup penelitian yang lebih luas.
berupa nasehat, perhatian, dan menjaga komunikasi antar atlet dan manajer klub. Adanya dukungan sosial yang diperoleh
PENUTUP
atlet melalui interaksi dengan lingkungan di klub, mempunyai manfaat emosional atau
Kesimpulan 1. Hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan burnout ditinjau dari dukungan sosial
pada
Basketball
atlet
Women’s
National
League
(WNBL)
Indonesia
2. Atlet Women’s National Basketball League Indonesia
yang
mendapatkan
dukungan sosial rendah memiliki rata-rata burnout tinggi dibandingkan pada dukungan
atlet
dalam
menghadapi
masalahnya. 3. Untuk orang tua para atlet
memberikan dukungan kepada anaknya yang memilih untuk berprofesi sebagai atlet profesional di bidang olahraga bola basket. Dengan adanya dukungan dari orang tua maka atlet dapat bersemangat memotivasi
sosial sedang dan tinggi.
dirinya untuk meraih prestasi lebih tinggi,
Saran 1. Untuk Atlet Women’s National Basketball
Diharapkan dapat saling memberi dukungan sosial dalam tim, karena dengan adanya dukungan sosial dari orang-orang terdekat dapat membantu kemudahan atlet dalam komunitas
atau
klub
misalnya orang tua selalu hadir di setiap pertandingan,
League (WNBL) Indonesia Atlet
suatu
membantu
Orang tua para atlet diharapkan dapat
dinyatakan diterima.
(WNBL)
efek perilaku bagi atlet sehingga dapat
untuk
mengerjakan suatu hal dan dapat mencegah
memberi
nasehat,
dan
menyempatkan waktu untuk berkomunikasi. 4. Untuk peneliti lain Penelitian ini hanya meninjau sebagian perbedaan
saja,
sehingga
bagi
peneliti
selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian yang sejenis diharapkan agar
94
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
memperhatikan pengaruh lain, seperti, jenis Damon, William. 1998. Handbook of Child Psychology, 5rd Edition. Canada: kelamin, usia, pendidikan, jam kerja, Published simultaneously. lingkungan kerja, dan sebagainya. Farber, A. 1991. Crissis in Education Stress and Selanjutnya peneliti diharapkan dapat Burnout in the American Teacher. San Francisco: Jossey-Bass Publishers. memperluas populasi dan memperbanyak sampel, agar ruang lingkup dan generalisasi Gunarsa, Singgih, D. 1989. Psikologi Olahraga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. penelitian menjadi lebih luas serta mencapai proporsi yang seimbang sehingga kesimpulan Gustafsson, H. 2007. Burnout in Competitive and Elite Athletes. Sweden: Orebro yang diperoleh lebih komprehensif. University.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Imam. 2006. Statistik Non-Parametrik: Teori & Aplikasi Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Andarika, R. 2004. Burnout pada Perawat Puteri RS St. Elizabeth Semarang Ditinjau dari Harsono. 1992. Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK/IKIP. Dukungan Sosial. Jurnal Psyche. Vol. 1 No. 1, Juli 2004 Harsuki, H. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini (Kajian Para Pakar). Jakarta: Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu P.T. Rajagrafindo Persada. Pendekatan Praktik. Jogjakarta: Rineka Cipta.
Hurlock, E., B. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Ariyadi. 2010. Burnout Karyawan pada PT Harian Rakyat Bengkulu Pers. Abstrak Ivancevich, J., M., Robert, K., Michael, T., M. Skripsi. Bengkulu: Universitas Bengkulu 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga. Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kreitner, R. dan Kinicki, A. 2005. Perilaku Organisasi, Edisi 5. Jakarta: Salemba Bell, R., C. 2007. A History of Women in Sport Empat. Prior to Title IX. The Sport Jurnal. Vol. 10 No. 2
Lailani, Fereshti. 2012. Burnout pada Perawat Ditinjau dari Efikasi Diri dan Dukungan Caputo, J., S. 1991. Staff and Burnout in Sosial. Jurnal Talenta Psikologi. Vol. 1 Library Service. Canada: Oryx Press. No. 1, Februari 2012. Cherniss, Cary. 1980. Staff Burnout: Job Stress in the Human Service. London: Sage Maslach, C. and Jackson, S., E. 1981. The Measurement of Experienced Burnout. Publications, Beverly Hills. Journal of Occupational Behaviour. Vol. 2. 99-113 Cooper, C., L., Philip, J., D., Michael, P., O. 2001. Organizational Stress: A Review and Critique of Theory, Research, and Maslach, C., Wilmar, B., S., Michael, P., L. 2001. Job Burnout. Journal Annu Rev Applications. London: Sage Psychol 52: 397-422. Publications, Inc. Cox, Richard, H. 2007. Sport Psychology, Muhammad, R. 2011. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Burnout. Concepts and Applications, Sixth Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Edition. New York: McGraw-Hill Inc. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 95
Rianto, et al / PERBEDAAN BURNOUT DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL
Orford, J. 2000. Community Psychology: Theory and Practice. England: John Wiley & Sons Ltd Papalia, D., E. dan Olds, S., W. 1988. Psychology, Second Edition. New York: McGraw-Hill Inc Priyatno, Dwi. 2012. Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI Rahman, U. 2007. Mengenal Burnout pada Guru. Lentera Pendidikan. Edisi X. No. 2 Sarafino, E., P. 1998. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions, 3rd Edition. New York: John Willey and Sons Inc. Schabracq, M., J., Winnubst, J., Cary, C. 2003. The Handbook of Work and Health Psychology Second Edition. England: John Wiley and Sons Publishers. Scott, L. 2009. Possible Early Signs of Athlete Burnout: A Prospective Study. Journal of Science and Medicine in Sport. Vol 12, Issue 3. Sihotang, I., N. 2004. Burnout pada Karyawan Ditinjau dari Persepsi terhadap Lingkungan Kerja Psikologis dan Jenis Kelamin. Jurnal Psyche. Vol. 1 Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo Taylor, E., S. 2009. Health Psychology, Seventh Edition. New York: McGraw-Hill Inc Tenenbaum, G. dan Robert, C. 2007. Handbook of Sport Psychology, 3rd Edition. Canada: John Wiley and Sons Publishers.
96