PERBANDINGAN VARIASI JUMLAH TRIETANOLAMIN TERHADAP STABILITAS SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA GEL ANTISEPTIK EKSTRAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh : DENY SEPTIAWAN M3509015
DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
i
ii
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul “PERBANDINGAN VARIASI JUMLAH TRIETANOLAMIN TERHADAP STABILITAS SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA GEL ANTISEPTIK EKSTRAK AIR BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.)” adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/ dicabut.
Surakarta, Juli 2012
Deny Septiawan M3509015
iii
PERBANDINGAN VARIASI JUMLAH TRIETANOLAMIN TERHADAP STABILITAS SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA GEL ANTISEPTIK EKSTRAK AIR BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) DENY SEPTIAWAN Jurusan D3 Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret INTISARI Tanaman rosella memiliki berbagai macam khasiat, salah satu bagian tanaman yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah pada bagian bunganya. Diketahui ekstrak bunga rosella dapat digunakan sebagai antibakteri, tetapi penggunaan dalam bentuk ekstrak dirasa tidak praktis, maka perlu alternatif lain yaitu dibuat dalam bentuk gel. Dalam bentuk gel, ekstrak akan mudah digunakan karena praktis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penggunaan variasi jumlah trietanolamin terhadap stabilitas sifat fisik dan sifat kimia gel antiseptik ekstrak air bunga rosella. Penelitian dilakukan dengan membuat variasi jumlah trietanolamin yaitu 2% 3% dan 4% dalam sediaan gel. Setiap formula dilakukan uji organoleptis dan stabilitas yang meliputi pH, viskositas dan daya sebar. Data yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian statistika menggunakan Kolmogrov-Smirnov dilanjutkan one way ANOVA. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi trietanolamin dominan akan berpengaruh terhadap stabilitas sifat fisik dan sifat kimia sediaan gel. Untuk viskositas, semakin tinggi konsentrasi trietanolamin akan semakin meningkatkan viskositas gel, hal ini dapat dilihat dari formula 3 (trietanolamin 4%) memiliki viskositas paling tinggi. Sedangkan untuk pH semakin tinggi konsentrasi trietanolamin akan meningkatkan pH. Tetapi untuk daya sebar, semakin tinggi konsentrasi trietanolamin akan menurunkan nilai daya sebar. Untuk perbandingan konsentrasi trietanolamin terhadap masing masing formula, formula 2 memilik stabilitas yang paling baik, karena dari ketiga pengujian (pH, viskositas, dan daya sebar), tidak ada perubahan di setiap minggu pengujiannya. Berdasarkan pengujian menggunakan Kolmogrov-Smirnov yang dilanjutkan one way ANOVA, menunjukan bahwa konsentrasi trietanolamin akan berpengaruh terhadap stabilitas gel.
Kata kunci : Bunga rosella, Antibakteri, Gel, Trietanolamin, Stabilitas.
iv
COMPARISON OF TOTAL VARIATION TRIETANOLAMINE ON THE STABILITY OF PROPERTIES PHYSICAL AND CHEMICAL PROPERTIES ANTISEPTIC GEL OF WATER FLOWER ROSELLA EXTRACT (Hibiscus sabdariffa L.) DENY SEPTIAWAN Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science Sebelas Maret University ABSTRACT Rosella plants have various properties, one part of the plant is efficacious as an antibacterial in the flowers. Rosella flower extract known to be used as an antibacterial, but the use of extracts are found to be practical, it needs an alternative that is made in the form of gel. In gel form, will extract simple to use as practical. This study aims to determine the comparative use of variation in the number of Triethanolamine on the stability of the physical and chemical properties of water extracts of antiseptic gel rosella flower. Research carried out by varying the amount Triethanolamine 2% 3% and 4% in the gel preparation. Each organoleptis and tested formula that includes the pH stability, viscosity and dispersive power. The data obtained were then performed statistical tests using Kolmogrov-Smirnov one-way ANOVA followed. Based on the results showed that the dominant Triethanolamine concentration will affect the stability of the physical and chemical properties of the gel preparations. For viscosity, the higher the concentration of Triethanolamine will further increase the viscosity of the gel, it can be seen from the formula 3 (Triethanolamine 4%) had the highest viscosity. Whereas for higher concentrations of Triethanolamine pH will increase the pH. But for the spread, the higher concentration lowers the power Triethanolamine spread. For comparison Triethanolamine concentration of each formula, the formula 2 pick the best stability, because of the three tests (pH, viscosity, and the spread), no change in the test every week. Based on Kolmogrov-Smirnov test using one-way ANOVA followed, showed that the concentration would affect the stability Triethanolamine gel.
Key words: Rosella flowers, Antibacterial, Gel, Triethanolamine, Stability.
v
MOTTO
Jangan meminta jalan pada Tuhan, tapi mintalah arahnya saja, karena sesungguhnya jalan hidup kita, kita sendiri yang menentukan Penulis Mungkin kesuksesan anda akan datang pada percobaan ke 100. Maka jika sekali anda gagal berusahalah terus untuk mencoba 99 kali lagi Penulis Tuhan akan membuat semuanya indah pada waktunya, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu terlambat, tetapi selalu tepat pada waktunya Amary Federik Douglas
vi
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk: Ibuku, Ayahku, dan keluargaku tercinta yang selama ini memberi banyak pelajaran berharga tentang arti kehidupan.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir dengan Judul “PERBANDINGAN VARIASI JUMLAH TRIETANOLAMIN TERHADAP STABILITAS SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA GEL ANTISEPTIK EKSTRAK AIR BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.)” dengan baik. Penyusunan laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada jurusan D3 Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku ketua program studi D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Anang Kuncoro R.S., S.Si., Apt selaku pembimbing tugas akhir atas segala ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan, pengertian, saran, dan ilmunya yang tiada tara nilainya.
viii
4. Segenap dosen pengajar dan staff jurusan D3 Farmasi yang telah banyak memberikan ilmu dan pelajaran berharga. 5. Dek yana yang selama ini telah memberikan dukungan, motivasi, kesabaran, perhatian, dan kasih sayangnya. 6. Teman teman koli (adi, aal, deni, duta, eka, titis, syaiful) atas persahabatannya selama ini. 7. Teman-teman seperjuangan D3 Farmasi, atas kerjasamanya selama masa-masa kuliah. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam Tugas Akhir ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di masyarakat pada khususnya.
Surakarta, Juli 2012 Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..…....
i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………..………..
ii
HALAMAN PERNYATAAN ...........................................................................
iii
INTISARI ........................................................................................................... iv ABSTRACT .......................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii KATA PENGANTAR ………………………………………….…………..… viii DAFTAR ISI ………………………………………………….…………….....
x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………...…………….. xiv DAFTAR TABEL ....…………………………………………...…………..… xv DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..… xvi BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang ………..……………………….....................………..
1
B. Perumusan Masalah .............................................................................
3
C. Tujuan Penelitian……………………………….…...................……..
3
D. Manfaat Penelitian ……………………………..……….....................
4
BAB II LANDASAN TEORI
5
A. Tinjauan Pustaka.....................................………………..…..………..
5
1.
Klasifikasi Tanaman…..................…………………...……….....
5
2.
Deskripsi Tanaman .......................................................................
6 ….
x
3.
Kandungan Tanaman ……...........………………….…..………..
6
4.
Manfaat Tanaman dan Khasiat tanaman .......................................
7
5.
Antiseptik …………………..........................................................
7
6.
Gel ……………………………….…...…………….…..………..
8
7.
Ekstraksi …………………………………..……………………..
8
8.
Dekoksasi ……….……….………………………………………
9
9.
Tinjauan Bahan …....................………………………..………...
9
10. Evaluasi Sediaan Gel ………………….……………......……….
11
B. Kerangka Pemikiran …........................………………….…………....
12
C. Hipotesis ......................................................................……..………..
14
BAB III METODE PENELITIAN
15
A. Rancangan Penelitian ............……………………………..…………
15
B. Variabel Penelitian ……..……....…………………………..………...
16
C. Alat dan Bahan ………………..................………………….………..
16
1. Alat yang digunakan .......................................................................
16
2. Bahan yang digunakan ....................................................................
17
D. Waktu dan Tempat Penelitian ............…………………….………….
17
E. Cara Kerja ……………………………………………………………
17
1. Preparasi Sampel .............................................................................
17
2. Rancangan Formula Gel Antiseptik Ekstral Bunga Rosella .......…
18
3. Pembuatan Sediaan Gel …………………………………………...
18
4. Evaluasi Sediaan Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella …...
18
F. Pengumpulan dan Analisis Pengumpulan Data ……………….…….
xi
21
G. Diagram Alir Cara Kerja ……………………………………………. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 23
A. Determinasi Tanaman …..…………................................................…
23
B. Pembuatan Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ….....
23
C. Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)…….................................................................................
24
D. Pengujian Kandungan Zat Aktif Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ………………………………………...…...
24
E. Pembuatan Sediaan Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ………………………..…………….....…...
25
F. Pengujian Organoleptis gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ......................................................................
26
G. Uji Viskositas Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ………………...............................................................
27
H. Uji pH Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ...…………………………………………………......
30
I. Uji Daya Sebar Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ………………...............................................................
33
J. Uji Kesukaan dan Iritasi Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ……………………………………………... BAB V. KESIMPULAN
37 39
A. Kesimpulan .............................………………………..………….......
39
B. Saran ........................................…………..….…….............................
39 9
xii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
40
LAMPIRAN .......................................................................................................
42
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ………………..……...
5
Gambar 2.
Struktur Carbopol ………………………………………………
9
Gambar 3.
Struktur Trietanolamin ………………………………………….
10
Gambar 4.
Diagram Pembuatan Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) …..……………………………………..………...
Gambar 5.
21
Diagram Pembuatan Del Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) …………….……………….………….
22
Gambar 6.
Diagram Pengujian Stabilitas Gel dan Analisis Data ……...…...
22
Gambar 7.
Hasil Pengujian Kandungan Favonoid dan Saponin Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)…………………………. 25
Gambar 8.
Hasil Formulasi Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ………………………………………… 26 Grafik Uji Viskositas Gel ....………………..…………………..
27
Gambar 10. Grafik Pengujian pH Gel .......………...........................................
31
Gambar 11. Grafik Daya Sebar Gel …….….……………...……...................
34
Gambar 12. Diagram Uji Kesukaan Gel .........……...……………………….
37
Gambar 13. Diagram Uji Iritasi Gel …...............................…………………..
38
Gambar 9.
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Tabel Rancangan Formula Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)..………………………..……….
Tabel II.
18
Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ……………………...…………………...
24
Tabel III. Hasil Pengamatan Gel Secara Organoleptis ......………………….. 26 Tabel IV. Hasil Pengujian Viskositas Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ..................................................... Tabel V.
27
Hasil Pengujian pH Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ..................................................................
30
Tabel VI. Hasil Pengujian Daya Sebar Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L ........................................................ 34 56 58 60 63 63
64
65
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi .......................................................................... 43 Lampiran 2. Hasil Perhitungan Randemen dan Jumlah Ekstrak yang Digunakan …………….………………………………………… 44 Lampiran 3. Data Replikasi Viskositas Gel ....................................................... 45 Lampiran 4. Data Replikasi pH Gel ................................................................... 46 Lampiran 5. Data Replikasi Daya Sebar Gel ..................................................... 47 Lampiran 6. Data Kesukaan dan Iritasi Terhadap Responden .......................... 48 Lampiran 7. Data Analisis Viskositas Gel ………………………………......... 49 Lampiran 8. Data Analisis pH Gel ..................................................................... 61 Lampiran 9. Data Analisis Daya Sebar Gel ..................................................... 75 Lampiran 10.Lembar Kuisioner ………………………………………………. 85
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemakaian antiseptik dalam bentuk sediaan gel di kalangan masyarakat sudah menjadi suatu gaya hidup, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sediaan paten antiseptik yang dijual di pasaran. Salah satu sediaan yang dapat kita jumpai adalah antiseptik tangan yang cara pemakainnya dengan diteteskan pada telapak tangan, kemudian diratakan pada permukaan tangan (Block, 2001). Respon positif terhadap penggunaan antiseptik tangan berkaitan dengan paradigma bersih itu sehat, serta pemakaiannya yang praktis. Bahan antiseptik yang biasa digunakan dalam formula sediaan pada umumnya dari golongan alkohol dengan konsentrasi ± 50% sampai 70% dan jenis desinfektan yang lain seperti : klorheksidin, triklosan (Gennaro, 1995). Penggunaan alkohol tidak sepenuhnya aman, hal ini dikarenakan alkohol adalah zat kimia yang mudah terbakar dan pada pemakaian berulang dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi pada kulit. Karena alasan itu, masyarakat mulai semakin peka untuk menggunakan bahan-bahan alam (back to nature), yang lebih aman digunakan. Meningkatnya keinginan masyarakat ini, ditanggapi dengan banyaknya produk-produk topikal berbahan aktif tanaman untuk perawatan kesehatan, kosmetik maupun pencegahan penyakit. Salah satu tanaman obat Indonesia yang secara empiris dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit dan memiliki khasiat antibakteri adalah bunga rosella
1
2
(Hibiscus sabdarifa L.). Tanaman ini mempunyai kandungan kimia yang banyak terdapat dalam kelopak bunganya seperti flavonoid, antosianin (zat merah), glukoside hibisin, air, protein, lemak, serat, abu, kalsium, fosfor, zat besi, karoten, tiamin, niasin, asam askorbat, steroid dan saponin (Maryati, 2008). Berdasarkan data tersebut kandungan kelopak bunga rosella ini diduga dapat berkhasiat sebagai antibakteri (Sastroamidjojo, 1992). Penelitian tentang aktivitas antibakteri tersebut telah dilakukan dengan menggunakan ekstrak air bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) terhadap bakteri Staphylococcus aures 1135, Staphylococcu aures 1178, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus xylosus, dan Staphylococcus warneri. Jumlah ekstrak yang digunakan adalah sebanyak 2,6 gram yang diperoleh dari 100 gram serbuk rosella yang dilarutkan dalam 400 ml pelarut dan didapatkan randemen 2,6% (b/b). Hasil ekstraksi yang didapatkan kemudian digunakan untuk pengujian daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aures 1135, Staphylococcu aures 1178, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus xylosus, dan Staphylococcus warneri, dari penelitian ini diketahui nilai KHM (Kosentrasi Hambat Minimum) yaitu nilai konsentrasi minimal ekstrak air bunga rosella yang memiliki sifat antibakteri. Dari penelitian didapat nilai KHM terletak pada konsentrasi 0,81%1,62% (Zuhrotun dkk, 2009). Menurut Farmakope Indonesia edisi IV menyatakan bahwa gel adalah suatu sistem dispersi semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
3
Pembuatan sediaan gel, stabilitasnya dipengaruhi oleh bahan bahan didalamnya, terutama gelling agent. Carbomer merupakan gelling agent yang biasanya digunakan dalam basis gel yang mempunyai struktur senyawa kimia dimana setiap ujung-ujung pada rantai mempunyai gugus karboksilat yang bersifat asam ketika direaksikan dengan air. Oleh sebab itu perlu ditambahkan suatu basa penetral seperti trietanolamin yang akan mengadakan ionisasi dan menyebabkan obat yang terlarut air dapat masuk dan terjebak dalam struktur namun dapat melepas kembali dengan mudah. Proses netralisasi berlebih akan mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia suatu sediaan gel. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk membuat sediaan gel antiseptik dengan bahan aktif ekstrak air bunga rosella, yang akan dibandingkan stabilitas sifat fisik dan sifat kimianya berdasarkan variasi jumlah trietanolamin (2%, 3% dan 4%) yang digunakan, dan sediaan gel antiseptik ini akan diuji selama 4 minggu. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang didapatkan suatu rumusan masalah : 1. Bagaimana perbandingan variasi jumlah trietanolamin (2%, 3% dan 4%), terhadap sifat fisik dan sifat kimia gel antiseptik ekstrak bunga rosella? 2. Dari ketiga variasi jumlah trietanolamin (2%, 3% dan 4%) yang digunakan, formula manakah yang mempunyai stabilitas sifat fisik dan sifat kimia yang paling baik selama pengujian 4 minggu?
4
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui perbandingan variasi jumlah trietanolamin (2%, 3% dan 4%) terhadap sifat fisik dan sifat kimia gel antiseptik ekstrak bunga rosella. 2. Mengetahui variasi jumlah trietanolamin (2%, 3% dan 4%) yang memberikan stabilitas sifat fisik dan sifat kimia gel antiseptik ekstrak bunga rosella yang paling baik selama pengujian 4 minggu. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi tentang penggunaan variasi jumlah trietanolamin terhadap sifat fisik dan sifat kimia gel antiseptik ekstrak air bunga rosella. 2. Diperoleh sediaan gel antiseptik ekstrak air bunga rosella yang menghasilkan stabilitas sifat fisik dan sifat kimia yang baik berdasarkan jumlah trietanolamin. 3. Meningkatkan nilai guna dari bunga rosella yang dapat dimanfaatkan sebagai gel antiseptik.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Klasifikasi tanaman
Gambar 1. Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Tanaman rosella memiliki klasifikasi : Regnum : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae Ordo
: Malvales
Familia : Malvaceae Genus
: Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L.
5
6
2. Deskripsi tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) termasuk dalam famili malvaceae. Tanaman ini sangat baik ditanam di daerah tropis maupun sub tropis. Rosella merupakan herba tahunan yang bisa mencapai ketinggian 0,5 sampai 3 meter. Batangnya bulat, tegak, berkayu, dan berwarna merah. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi, pangkal berlekuk. Panjang daun 6 sampai 15 cm dan lebarnya 5 sampai 8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau, dengan panjang 4 sampai 7 cm. Bunga rosella yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal, artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini mempunyai 8 sampai 11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, pangkalnya saling berlekatan, dan berwarna merah. Kelopak bunga rosella ini sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri dari 5 helai, panjangnya 3 sampai 5 cm. Tangkai sari yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari berukuran pendek dan tebal, panjangnya sekitar 5 mm dan lebar sekitar 5 mm. Putiknya berbentuk tabung, berwarna kuning atau merah. (Maryani dan Kristiana, 2005). 3. Kandungan tanaman Kandungan kimia yang terdapat pada kelopak bunga rosella yaitu : flavonoid, antosianin (zat merah), glukoside hibisin, air, protein, lemak,
7
serat, abu, kalsium, fosfor, zat besi, karoten, tiamin, niasin, asam ascorbat, dan saponin (Maryani dan Kristiana, 2005). Setiap 100 gram rosella mengandung 260-280 mg vitamin C, vitamin D, B1 dan B2. Kandungan lainya adalah kalsium 486 mg, omega 3, magnesium, beta karotin serta asam amino esensial seperti lysine dan agrinine. Bunga rosella juga kaya akan serat yang bagus untuk kesehatan saluran pencernaan (Sutomo, 2007). 4. Manfaat dan Khasiat tanaman Ekstrak dari bunga rosella dapat digunakan sebagai antispasmodik (penahan kekejangan). Selain itu khasiat lain dari ekstrak air bunga rosella adalah sebagai antibakteri. Daun tumbuhan ini juga bisa digunakan untuk merawat luka, penyakit kulit dan gigitan serangga (Lestari, 2009). 5. Antiseptik Antiseptik merupakan zat yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme yang hidup di permukaan tubuh. Mekanisme kerja antiseptik adalah merusak lemak pada membran sel bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri yang berperan dalam biosintesis asam lemak (Isadiartuti, 2005). Daya antiseptik suatu sediaan antiseptik dipengaruhi oleh antara lain: kadar bahan aktif dan bahan-bahan yang terdapat dalam formula sediaan (Block, 2001). Salah satu zat aktif yang terkandung dalam antiseptik yang biasa digunakan adalah alkohol. Alkohol merupakan zat yang memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas dalam membunuh bakteri, virus dan jamur.
8
Mekanisme kerja alkohol dengan cara mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan juga melarutkan lemak. Penggunaan alkohol 70% pada tangan dapat mengurangi jumlah bakteri sampai 99,7% (Ascenzi, 1996). Dampak yang ditimbulkan oleh bahan dasar antiseptik yang dipakai untuk mencuci tangan seperti alkohol, chlorhexidine gluconate, iodophor, parachlorometaxylenol (PCMX), dan triklosan diantaranya adalah kulit kering, iritasi kulit, dan dermatitis kontak alergi (Barbe, 2001). 6. Gel Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989). Beberapa keuntungan sediaan gel adalah kemampuan penyebarannya baik pada kulit, tidak ada penghambatan fungsi secara fisiologis, kemudahan pencuciannya dengan air yang baik, pelepasan obatnya baik (Voigt, 1994). 7. Ekstraksi Ekstrasi adalah sediaan yang berupa kering, kental, dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, yaitu maserasi, perkolasi, atau penyeduhan dengan air mendidih. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara.
9
Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Anief, 1987). 8. Dekoksasi Dekokta istilah aslinya adalah dekoktum (bahasa Latin) merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air (pelarut berair/polar) pada suhu 90° C selama 30 menit, terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih. Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada suhu 100oC), maka panas yang diterima oleh panci atas suhunya hanya mencapai sekitar 90oC saja. Kondisi demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam bahan tidak rusak oleh pemanasan berlebihan (Anonim, 1995). 9. Tinjauan bahan a. Carbopol
Gambar. 2. Struktur Carbopol
Memiliki pemerian berwarna putih, halus, asam, higroskopis, memiliki bau yang khas. Carbopol merupakan resin akrilat yang apabila dinetralkan dengan alkali akan menghasilkan larutan kental jernih, gel transparan, yang dapat digunakan untuk sediaan semi solid (Rowe et al., 2009). Carbopol merupakan material koloid hidofilik yang mengental
10
lebih baik dari pada natural gums. Carbomer di dispersikan kedalam air membentuk larutan asam yang keruh, kekeruhan ini disebabkan karena asam karboksilat yang terlepas dari polimer asam akrilat akan membentuk koloid yang tidak larut yang menyebabkan gel menjadi keruh, maka dari itu kemudian dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida, atau amina (contohnya, trietanolamin), atau dengan basa anorganik lemah contohnya (contohnya, ammonium hidroksida), sehingga dengan demikian akan meningkatkan konsistensi dan mengurangi kekeruhannya (Barry, 1983). b. TEA (Trietanolamin)
Gambar. 3 Struktur Trietanolamin
Trietanolamin mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 107,4 % dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamin. Pemerian : cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik. Kelarutan : mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform. Fungsinya sebagai zat tambahan dan membantu stabilitas gel dengan basis carbopol (Anonim, 1979).
11
Trietanolamin memiliki pH 10,5 dan larut dalam air, metanol, karbon tetraklorida dan aseton. Khasiat sebagai penetral pH carbopol agar terbentuk larutan jernih, sehingga gel transparan (Rowe, 2009).Trietanolamin ditambahkan untuk mengentalkan gel setelah basis karbomer didispersikan. Trietanolamin akan menetralisir resin basis karbomer yang mengandung etanol hingga 50% (Allen, 2002). Netralisasi yang berlebihan (pH optimal 5-10) akan menghasilkan penurunan viskositas, yang tidak dapat balik dengan penambahan asam. pH sangat penting dalam menentukan viskositas gel basis karbomer (Allen, 2002) c. Methylis Parabenum (Nipagin) Pemerian berupa serbuk hablur halus, putih, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas (Anonim, 1979). 10. Evaluasi sediaan gel Sediaan gel merupakan sediaan semi solid yang perlu dievaluasi stabilitasnya, evaluasi yang dilakukan adalah a.
Uji organoleptis Merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan panca indra untuk mendeskripsikan bentuk atau konsistensi, homogenitas, warna dan bau (Anonim, 1979).
12
b. Uji viskositas Viskositas adalah suatu pernyataan dari suatu cairan untuk mengalir,
makin
tinggi
viskositasnya
makain
sulit
untuk
mengalir/semakin besar tahanannya (Martin, 1993). c. Uji pH Prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran potensiometer/elektrometri dengan menggunakan pH meter, dalam evaluasi pH dilihat perubahan nilai pH sediaan setelah penyimpanan 1, 3, 7 hari (Anonim, 2004). d. Penghamburan/Daya sebar Uji penghamburan diartikan sebagai kemampuan untuk disebarkan pada kulit. Prinsipnya yakni salep atau gel dengan volume tertentu dibawa ke pusat antara dua lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbang. Permukaan
penyebaran
yang
dihasilkan
dengan
menaiknya
pembebanan menggambarkan suatu karakteristik untuk daya sebar (Voigt, 1994). e.
Pengujian iritasi Pengujian iritasi sediaan setengah padat dilakukan terhadap 20 sukarelawan dengan menggunakan patch test (uji tempel terbuka) yaitu dengan cara : sejumlah sediaan uji dioleskan pada punggung tangan sukarelawan selam 5 menit. Selanjutnya diamati apakah ada perubahan warna yang terjadi pada punggung tangan sukarelawan yang diamati,
13
jika tidak terjadi rekasi (tidak merah, tidak iritasi) dibri tanda (-) tetapi jika terjadi reaksi (merah, iritasi) diberi tanda (+) (Padmadisastra dkk, 2007). B. Kerangka pemikiran Penggunaan gel antiseptik berbahan dasar alkohol sudah sering digunakan, tetapi pada kenyataanya penggunaan alkohol tidak sepenuhnya aman, hal ini disebabkan karena gel bahan dari alkohol dapat mengiritasi tangan, menyebabkan tangan kering dan lain sebagainya. Masyarakat juga semakin cerdas untuk beralih dari penggunaan bahan kimia ke bahan alam. Oleh karena alasan tersebut perlu adanya alternatif penggunaan bahan antiseptik yang benar-benar aman dan disukai oleh masyarakat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah bunga rosella, sebelumnya banyak diketahui bahwa kelopak bunga ini hanya dimanfaatkan untuk pembuatan minuman, yang memiliki khasiat sebagai antioksidan. Namun seiring berjalanya waktu, manfaat lain dari kelopak bunga rosella diketahui, yaitu sebagai antibakteri yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan gel antiseptik. Gel adalah suatu sistem dispersi semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Pembuatan sediaan gel, stabilitasnya dipengaruhi oleh bahan bahan didalamnya, terutama gelling agent. Carbomer merupakan gelling agent yang biasanya digunakan dalam basis gel yang mempunyai
14
struktur senyawa kimia dimana setiap ujung-ujung pada rantai mempunyai gugus karboksilat. Carbopol yang dilarutkan dalam air akan melepaskan sebagian gugus karboksilat
dari
polimernya
yang akan
memberikan
suasana
asam.
Penambahan basa kuat atau basa lemah dari golongan amina (trietanolamin) akan memberikan suasana basa sehingga gugus karboksilat dalam polimer akan dilepaskan secara total dan dinetralkan oleh trietanolamin. Penetralan tersebut akan membuat gel akan semakin kental dan jernih. Penetralan yang berlebih akan mempengaruhi stabilitas fisika dan kimia sediaan gel dengan basis carbopol. Penambahan trietanolamin pada sediaan gel dengan basis carbopol dengan jumlah 2-4% dapat meningkatkan stabilitas sediaan gel. Penelitian dilakukan dengan dengan membuat 3 formula yang akan digunakan tiga variasi jumlah trietanolaminnya (2%, 3%, dan 4%). Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan semakin banyak jumlah trietanolamin akan semakin menstabilkan suatu gel, hal ini dikarenakan dalam formulasi memiliki ekstrak yang memiliki pH sangat asam yaitu 2,5 sehingga untuk melakukan penetralan, dibutuhkan konsentrasi trietanolamin yang lebih. Dari penelitian itu
selanjutnya akan
dilakukan pengujian stabilitas sifat fisik dan sifat kimianya, serta dilakukan analisa statistik. C. Hipotesis 1. Variasi jumlah trietanolamin diduga memberikan perbedaan sifat fisik dan sifat kimia gel antiseptik ekstrak air bunga rosella.
15
2. Penambahan jumlah trietanolamin dengan konsentrasi 4% diduga akan memberikan stabilitas sifat fisik dan sifat kimia gel antiseptik ekstrak air bunga rosella yang paling baik.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pertama pembuatan gel antiseptik ekstrak air bunga rosella dengan jumlah trietanolamin 2 %, tahap yang kedua adalah pembuatan gel antiseptik ekstrak air bunga rosella dengan jumlah trietanolamin 3 %, dan tahap yang ketiga pembuatan gel antiseptik ekstrak air bunga rosella dengan jumlah trietanolamin 4 %. Perbedaan dari ketiga tahap ini adalah jumlah trietanolamin yang digunakan dalam tiap-tiap formula. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap masingmasing sedian gel, yaitu pengujian sifat fisik (uji organoleptis, uji viskositas, uji daya sebar) dan pwngujian sifat kimia (uji pH). Hal ini dilakukan untuk mengetahui stabilitas sifat fisik dan sifat kimia yang paling baik berdasarkan variasi jumlah terietanolamin yang digunakan dalam sediaan. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik menggunakan Kolmogrov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara normal atau tidak, selanjutnya dilakukan pengujian dengan one way ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar formula dan dilanjutkan uji Pos Hoc Test dengan menggunakan pengujian LSD untuk mengetahui perbedaan yang dihasilkan bermakna atau tidak.
16
17
B. Variabel Penelitian 1. Identifikasi variabel penelitian Variabel utama adalah variabel yang terdiri dari variabel bebas, variabel terkendali dan variabel tergantung. 2. Klasifikasi Variabel Utama Variabel bebas merupakan variabel yang direncanakan untuk diteliti yang mempengaruhi variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi penggunaan jumlah trietanolamin dalam pembuatan sediaan gel antiseptik ekstrak air bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) yaitu : (2%, 3% dan 4%). Variabel tergantung Variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitiaan ini adalah sifat fisik yang meliputi : organoleptis, viskositas, daya sebar dan sifat kimia yaitu pH. Variabel terkendali merupakan variabel yang harus dikendalikan agar tidak mempengaruhi variabel bebas. Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah
pengaruh
suhu,
kelembapan,
penimbangan
bahan,
waktu
penyimpanan, metode pembuatan. C. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan Alat yang digunakan adalah seperangkat alat dekoksasi, wather bath (Termo Star), gelas bekker (Pyrex), timbangan digital, mortir, stamper, alat uji daya sebar, pH meter (Friwo inolab), viskotester (VT-04 E-Rion.Co),
18
anak timbang, water bath, alat-alat gelas, termometer, oven/alat pemanas dan alat pendukung lainnya. 2. Bahan yang digunakan a. Simplisia bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) yang diambil dari Petani daerah Tawangmangu, bulan Maret 2012. b. Aquades, carbopol, trietanolamin (TEA), metil paraben (nipagin). D. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan Maret-Juni 2012, dan tempat pelaksaannya dilakukan di Laboratorium Farmasetika FMIPA Universitas Sebelas Maret dan Laboratorium Farmasetika Universitas Setia Budi Surakarta. E. Cara Kerja 1. Preparasi Sampel Penelitian dilakukan sebagai berikut : a. Determinasi Tanaman Determinasi Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi Surakarta. b. Pengumpulan Bahan dan pembuatan simplisia Kelopak bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) disortir, dicuci, dan ditiriskan, kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 300-400 C. Setelah kering kelopak bunga rosella kemudian diperkecil ukurannya untuk memperbesar luas penampangnya.
19
c. Pembuatan dekokta kelopak bunga rosella Kelopak bunga rosella kering ditimbang sebanyak 1000 gram dan ditambah 4000 ml air, dipanaskan diatas penangas air selama 30 menit setelah suhu mencapai 900 C sambil sekali sekali diaduk. Kemudian hasil penyarian disaring dengan menggunakan kain flanel, setelah itu hasil penyaringan diuapkan diatas water bath hingga terbentuk ekstrak kental. 2. Rancangan Formula gel antisepik ekstrak air bunga rosella Tabel I. Tabel Rancangan Formula gel antiseptik ekstrak air bunga rosella
Komposisi Ekstrak air bunga rosella Carbopol Trietanolamin Nipagin Aquadest
Kandungan per 100 gram Formula I Formula II Formula III 2% 2% 2% 2% 2% 2% 2% 3% 4% 0,2% 0,2% 0,2% ad 100 gram ad 100 gram ad 100 gram
3. Pembuatan sediaan gel antiseptic Carbopol dikembangkan dengan air panas dalam mortir dan ditunggu beberapa saat hingga carbopol terdispersi semuanya, kemudian digerus dalam mortir sampai terbentuk massa gel, dan ditambahkan trietanolamin aduk homogen, selanjutnya ditambahkan ekstrak air bunga rosella dan ditambah nipagin aduk hingga homogen. Dan dimasukan ke wadah gel. 4. Evaluasi sediaan gel antiseptik ekstrak air bunga rosella Sediaan gel yang sudah jadi, kemudian diamati secara organoleptis untuk mengetahui homogenitas, warna, bau, dan konsistensi selama 4 minggu penyimpanan. Selain itu juga akan diuji kestabilan gel selama
20
penyimpanan 4 minggu yang meliputi uji viskositas, uji pH, uji daya sebar, dan uji kesukaan dan iritasi. a. Uji organoleptis Merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan panca indra untuk mendeskripsikan bentuk, homogenitas, warna dan bau. Sediaan gel yang sudah didapat kemudian dilakukan pengamatan terhadap bentuk, homogenitas, warna dan bau. b. Uji pH gel Uji ph gel dilakukan selam 4 minggu, dengan menggunakan pH meter Friwo inolab. Sebelum pH digunakan terlebih dahulu dikalibrasi dengan larutan buffer yag sudah tersedia dalam alat, sampai monitor pH menunjukan sinyal ready (pH sesuai), selanjutnya ujung pH meter dimasukan kedalam gel yang diujikan, sampai muncul sinyal ready lagi. Pada saat itu dicatat pH yang tertera pada layar monitor pH meter. Sebelum diujikan ke gel lain, terlebih dahulu ujung pH meter di bersihkan dahulu dengan aquadest agar bersih dari sisa gel pada pengujian sebelumnya. c. Uji viskositas gel Pengukuran viskositas menggunakan alat viskotester (VT-O4 produksi Rion co., Ltd) dengan hasil pengukuran diperoleh dalam satuan desiPascal (d-Pas). Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan gel yang dibuat. Pengujian dilakukan dengan memasang alat pada klem, selanjutnya rotor dipasang tepat ditengah tengah wadah gel.
21
Sebelum rotor tadi dinyalakan dipastikan bahwa skala pada posisi 0, dengan menarik tuas ke arah lock (terkunci). Tahap selanjutnya tuas ditarik lagi kearah unlock (tidak terkunci) dan tombol on dinyalakan. Selanjutnya rotor akan berputar, nilai viskositas dilihat dari pergerakan jarum penunjuk pada skala sesuai dengan nomor rotor yang digunakan. d. Uji daya sebar gel Pengujian daya sebar dilakukan dengan menimbang 5 gram sediaan gel yang akan diuji, kemudian diletakkan pada tengah alat (kaca bulat). Sebelumnya ditimbang dahulu kaca yang satunya. Kaca diletakan diatas massa gel dan dibiarkan selama 1 menit. Selanjutnya diukur berapa diameter gel yang menyebar (dilakukan dengan cara mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi). Ditambahkan 10 gram beban tambahan, didiamkan selama 1 menit dan dicatat diameter gel yang menyebar seperti sebelumnya. Dilanjutkan dengan menambah tiap kali beban tambahan 10 gram hingga gel tidak menyebar lagi. e. Uji iritasi gel Pengujian iritasi sediaan setengah padat dilakukan terhadap 20 sukarelawan dengan menggunakan patch test (uji tempel terbuka) yaitu dengan cara : sejumlah sediaan uji dioleskan pada punggung tangan sukarelawan selama 5 menit. Selanjutnya diamati apakah ada perubahan warna yang terjadi pada punggung tangan sukarelawan yang diamati, jika tidak terjadi rekasi (tidak merah, tidak iritasi) diberi tanda (-) tetapi jika terjadi reaksi (merah, iritasi) diberi tanda (+) (Padmadisastra dkk, 2007).
22
F. Pengumpulan dan analisis pengumpulan data Data yang diperoleh dari pengujian sifat fisik gel, selanjutnya dianalisis dengan pendekatan Kolmogrov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara normal atau tidak. Selanjutnya data yang telah diperoleh tadi dilanjutkan dengan analisis one way ANOVA . Jika dari data yang diuji menunjukan adanya perbedaan, maka akan dilanjutkan pengujian LSD. G. Diagram Alir Cara Kerja Kelopak bunga rosella kering.
Dekoksasi selama 30 menit dengan suhu 900 C
Ekstrak kental
Dekokta Diuapkan Gambar 4. Diagram Pembuatan Ekstrak Rosella
Carbopol
Air panas
Dalam mortir hingga mengembang dan dicampur sampai homogen
Ditambahkan
Trietanolamin Ditambahkan
Gel antiseptik ekstrak air bunga rosella
Ekstrak air bunga Rosella dan nipagin
Gambar 5. Diagram Pembuatan Gel Ekstrak Rosella
23
Gel antiseptik ekstrak air bunga rosella
Organoleptis ( bau, warna, homogenitas dan konsistensi)
Uji pH
Uji viskositas
Uji daya sebar
Kesukaan dan iritasi kulit
Setelah pengujian selama 4 minggu
Data dikumpulkan dan danalisis
Gambar 6. Diagram Pengujian Stabilitas Gel dan Analisis Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman Determinasi merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian dengan menggunakan bahan alam. Determinasi bertujuan untuk mengetahui kebenaran tanaman yang digunakan dalam penelitian, sehingga kesalahan dalam pengumpulan bahan dapat dihindari. Determinasi Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi Surakarta. Hasil determinasi yang didapatkan bahwa tanaman yang digunakan benar benar Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat dilihat pada Lampiran I. B. Pembuatan Ekstrak air bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Pembuatan ekstrak air bunga rosella dilakukan dengan metode dekoksasi yang akan menghasilkan dekokta. Menurut Anonim (1995) Dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air (pelarut berair/polar) pada suhu 90° C selama 30 menit, terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih. Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada suhu 100o C), maka panas yang diterima oleh panci atas suhunya hanya mencapai sekitar 90oC saja. Kondisi demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam bahan tidak rusak oleh pemanasan berlebihan menurut (Farmakope Edisi V, 1979) zat aktif akan rusak bila dipanaskan sampai 100o C atau lebih). Kemudian ekstrak cair diuapkan diatas water bath hingga terbentuk masa ekstrak kental. 24
25
C. Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Dari ekstraksi yang dilakukan kemudian didapatkan ekstrak air bunga rosella. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara organoleptis. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui warna, bau, pH, dan daya lekat. Tabel II. Hasil Pengamatan Organoleptis Ekstrak air bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa
L.) Pengamatan
Hasil
pH
2
Bau
Khas bunga rosella
Warna
Merah kehitaman
Daya lekat
10 detik
D. Pengujian Kandungan Zat Aktif Ekstrak air bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode uji tabung untuk mengetahui kandungan flavonoid yang terkandung didalam ekstrak air bunga rosella. Pengujian dilakukan dilakukan dengan cara : sebanyak 0,5 gram ekstrak dimasukan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan aquadest secukupnya, kemudian dipanaskan hingga campuran ekstrak dan air hangat. Campuran ini kemudian ditambahkan dengan serbuk logam magnesium dan larutan asam klorida 2% secukupnya. Selanjutnya ditambahkan alkohol dan didiamkan hingga terbentuk cincin ungu/merah yang naik keatas pada permukaan campuran. Jika terbentuk cincin ungu/merah maka diketahui ekstrak tersebuat positif mengandung flavonoid. Pengujian selanjutnya adalah melakukan pengujian untuk mengetahui kandungan saponin dalam ekstrak bunga rosella, pengujian dilakukan dengan
26
cara : memasukan ekstrak dalam tabung reaksi dan dicampur dengan aquadest secupuknya. Kemudian campuran tadi dikocok kuat kuat selama ±5 menit. Diamati apakah ada gelembung atau tidak, jika ada kemudian dimasukan beberapa tetes cairan asam klorida 2 % , selanjutnyan didiamkan beberapa saat, jika masih terdapat gelembung udara maka diketahui bahwa ekstrak mengandung saponin. Hasil pengujian ekstrak dapat dilihat pada. Gambar 7.
Gambar 7. Hasil Pengujian Kandungan Flavonoid dan Saponin Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Keterangan : kiri : Terbentuk cincin warna, sehingga positif (+) mengandung flavonoid. : kanan : Terbentuk busa, sehingga positif (+) mengandung saponin.
E. Pembuatan Sediaan Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Pada penelitian kali ini dilakukan penelitian pembuatan sediaan gel antiseptik dengan zat aktif menggunakan ekstrak air bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Pada pembuatan sediaan gel ini , tahap pertama yang dilakukan adalah pembuatan ekstrak air bunga rosella yang dilakukan dengan metode dekoksasi. Setelah ekstrak diperoleh, kemudian akan dibuat sediaan gel antiseptik ekstrak air bunga rosella. Hasil formula gel antiseptik ekstrak rosella dapat dilihat pada gambar 8
27
Gambar 8. Hasil Formulasi Gel Ekstrak air bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Keterangan : Formula 1 : Formula gel dengan trietanolamin 2% Formula 2 : Formula gel dengan trietanolamin 3% Formula 3 : Formula gel dengan trietanolamin 4%
F. Pengujian
Organoleptis
Gel
Antiseptik
Ekstrak
air
bunga
Rosella(Hibiscus sabdariffa L.) Dari pembuatan gel yang sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan pengujian organoleptis yang meliputi warna, bau dan konsistensi sediaan. Hasil yang didapatkan dapat dilihat pada tabel III. Tabel. III Hasil Pengamatan gel secara Organoleptis
Forrmula
Homogenitas
Bau
Warna
Konsistensi
Formula 1
Homogen
Khas bunga rosella
Bening kehitaman
Massa kental
Formula 2
Homogen
Khas bunga rosella
Bening kehitaman
Massa kental
Formula 3
Homogen
Khas bunga rosella
Bening kehitaman
Massa lebih kental
Keterangan :
Formula 1 : Formula gel dengan trietanolamin 2% Formula 2 : Formula gel dengan trietanolamin 3% Formula 3 : Formula gel dengan trietanolamin 4%
Dari penelitian yang dilakukan bahwa gel antiseptik ini dari ketiga formula dari pengujian sifat fisik tidak mengalami perbedaan, hal ini dikarenakan formula dari ketiga formulasi semua konsentrasi sama, kecuali jumlah trietanolamin yang berbeda. Semua formula memiliki homogenitas yang homogen, selain itu dari pengamatan bau dan warna ketiga formula tidak memilik perbedaan yang begitu nyata. Namun dalam pengamatan konsistensi, formula 3 memiliki konsistensi yang paling kental hal ini sesuai dengan Allen (2002) yang menyatakan bahwa trietanolamin ditambahkan untuk semakin
28
mengentalkan gel setelah basis karbomer didispersikan. Hal ini terjadi karena konsentrasi trietanolamin dalam sediaan gel pada formula 3 adalah yang paling banyak yaitu 4%. G. Uji Viskositas Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Viskositas merupakan suatu tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Jika semakin besar tahanan suatu cairan maka viskositas semakin besar, begitu pula sebaliknya. Perbedaan konsentrasi trietanolamin diteliti akan mempengaruhi viskositas dari gel antiseptik dari ekstrak air bunga rosella. Hasil uji viskositas gel antiseptik ekstrak air bunga rosella salama 4 minggu dapat dilihat dari tabel IV. Tabel IV. Hasil Pengujian Viskositas Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Formula Formula 1 Formula 2 Formula 3
Viskositas(dPas)±SD minggu keMinggu 1 17.33±3.05 18.33±1.53 28.33±2.89
Keterangan :
Viskoitas (d-Pas)
35
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
17.33±3.05 18.33±0.58 29.33±4.73
17.67±2.52 18.33±0.58 30.00±6.25
17.33±2.08 18.67±0.58 28.67±5.13
16.67±2.52 18.67±0.58 27.33±5.03
Formula 1 : Formula gel dengan trietanolamin 2% Formula 2 : Formula gel dengan trietanolamin 3% Formula 3 : Formula gel dengan trietanolamin 4%
Uji Viskositas Gel 28.33
29.33
30
28.67
27.33
18.33
18.33
18.33
18.67
18.67
30 25 20 15 10
Formula 1 17.33
17.33
17.67
17.33
16.67
5 0 1
2
3
4
5
Pengamatan minggu keGambar 9. Grafik Uji Viskositas Gel
Formula 2 Formula 3
29
Dari hasil pengujian viskositas terhadap masing masing formula, diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi trietanolamin akan semakin meningkatkan nilai viskositas, hal ini berkaitan dengan pelepasan gugus karboksilat dalam sediaan gel, saat gugus karboksilat banyak yang lepas dari monomer asam akrilat, akan menyebabkan monomer yang ditinggalkan akan semakin kuat ikatannya, sehingga hal ini akan menyebabkan viskositas akan naik. Pelepasan gugus karboksilat dari polimer perlu adanya suatu pembasa. Pada penelitian ini pembasa yang digunakan adalah trietanolamin. Sehingga semakin meningkat jumlah trietanolamin yang digunakan, akan semakin banyak mengikat gugus karboksilat, maka akan banyak gugus karoksilat yang lepas. Pelepasan gugus karboksilat ini, akan mengakibatkan ikatan antar monomer asam aklirat dalam sediaan akan semakin kuat, yang menyebabkan semakin naik nilai viskositasnya. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 9. Selain itu, untuk formula 3 memiliki nilai viskositas yang jauh lebih tinggi dari kedua formula yang lain. Dari data masing-masing formula, kemudian dilakukan pengujian secara statistik ditiap minggu pengujiannya, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai viskositas tiap formula pada pengujian tiap minggunya mengalami perubahan atau tidak, hal ini dapat dilihat pada pengujian ANOVA, dengan mengacu pada nilai Sig. formula antar minggunya yaitu: formula 1 : 0,991 formula 2 : 0,965 : dan formula 3 : 0,969 nilai ini lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan nilai viskositas ketiga formula ditiap pengujian antar minggunya tidak mengalami perubahan yang bermakna. Lampiran 7.
30
Selanjutnya data viskositas antar formula diuji secara analisis statistik, menggunakan pengujian Kolmorgov-Smirnov untuk mengetahui data tersebut terdistribusi secara normal atau tidak. Pada pengujian ini digunakan acuan menggunakan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) karena nilai ini paling sering digunakan sebagai indikator, dimana nilai dari masing masing formula dari mulai formula 1 sampai formula 3 adalah 0,501 : 0,510 : 1,000 yang nilainya lebih besar dari 0,05 maka Ho dapat diterima dan dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal. Dari pengujian secara statistik didapatkan hasil bahwa data yang dihasilkan terdistribusi secara normal,
sehingga dilakukan pengujian
selanjutnya menggunakan one way ANOVA. Pada pengujian menggunakan one way ANOVA, sebelumnya kita menentukan dahulu apakah data memilik varian yang sama, hal ini dapat diketahui dengan menggunakan tes homogenitas, dan dari pengujian staistik didapat nilai 0,051 yang nilainya lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa varian antar ketiga formula sama. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan one way ANOVA untuk mengetahui apakah dari ketiga formula ada perbedaan atau tidak. Hasil yang didapat dari pengujian dengan one way ANOVA, bahwa nilai signifikasinya yaitu 0,000 yang memiliki nilai kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa viskositas dari ketiga formula memiliki perbedaan. Selanjutnya dilanjutkan dengan uji Pos Hoc Test menggunakan pengujian LSD untuk mengetahui apakah antar formula memiliki perbedan yang bermakna atau tidak, dari data yang telah dianalisa didapatkan hasil pengujian
31
yaitu : nilai signifikan antara formula 1 dan formula 2 adalah 0,011 dan nilai signifikan antara formula 1 dan 3 serta formula 2 dan formula 3 adalah 0,000 nilai signifikan yang didapat kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa antar formula memiliki perbedaan yang bermakna. Dari pengujian dengan statistik ini dapat disimpulkan, bahwa perbedaan konsentrasi variasi trietanolamin dalam masing-masing formula akan mempengaruhi perbedaan viskositas antar formula. Lampiran 7. H. Uji pH Gel Antiseptik Ekstrak air bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Pemeriksaan pH merupakan salah satu dari bagian pemeriksaan sifat kimia dalam menentukan kestabilan sediaan gel.. Kestabilan pH selama penyimpanan harus diperhatikan. Nilai pH yang aman bagi kulit adalah 5-10 Hasil pengujian pH selama penyimpanan 4 minggu dapat dilihat dari tabel V. Tabel V. Hasil Pengujian pH Gel Antiseptik Ekstrak air bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
pH±SD
Formula Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
Formula 1
7.31±0.13
7.16±0.07
7.14±0.04
6.98±0.08
6.88±0.53
Formula 2
7.83±0.06
7.88±0.05
7.86±0.06
7.96±0.15
8.03±0.23
Formula 3
7.87±0.01
7.80±0.07
7.87±0.10
8.00±0.05
8.04±0.15
Keterangan :
Formula 1 : Formula gel dengan trietanolamin 2% Formula 2 : Formula gel dengan trietanolamin 3% Formula 3 : Formula gel dengan trietanolamin 4%
32
Uji pH Gel 8.5 7.83
7.88
7.86
7.5
7.87
7.8
7.87
7
7.31
7.16
7.14
pH
8
6.5
7.96
8.03
8
8.04
Formula 1 Formula 2
6.98
6.88
Formula 3
6 1
2 3 4 pengamatan minggu ke-
5
Gambar 10. Grafik Uji pH
Dari hasil pengamatan sesuai gambar 10. Dapat dikatakan bahwa nilai pH formula 1 memiliki nilai yang lebih kecil dari kedua formula lainya, hal ini dapat disebabkan karena perbedaan jumlah trietanolamin yang digunakan. Karena diketahui gugus karboksilat dari polimer carbopol yang terlepas dari monomer asam akrilat adalah bersifat asam, sehingga untuk menetralkannya perlu digunakan adanya suatu pembasa yang dapat mengikat gugus itu sehingga dapat menjadi netral, pembasa yang digunakan adalah trietanolamin. Dengan semakin banyak jumlah trietanolamin yang digunakan, akan semakin banyak mengikat gugus karboksilatnya, sehingga gugus karboksilat akan semakin banyak yang dinetralkan, hal ini berkaitan dengan pH sediaan yang digunakan. Perubahan nilai pH yang terjadi dari pengamatan antar minggu dari ketiga formulasi, dapat disebabkan karena adanya perubahan suhu, lama penyimpanan, pH ekstrak yang digunakan, dan komposisi sediaan lainnya. Dari data masing-masing formula, kemudian dilakukan pengujian secara statistik ditiap minggu pengujiannya, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai pH antar formula mengalami perubahan pH atau tidak, hal ini
33
dapat dilihat pada pengujian ANOVA, dengan mengacu pada nilai Sig. formula antar minggunya yaitu : formula 1 : 0,001 formula 2 : 0,344 : dan formula 3 : 0,044. Hanya formula 2 yang memiliki nilai lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan nilai pH formula 2 dipengujian antar minggunya tidak mengalamin perubahan yang bermakna. Sedangkan untuk formula 1 dan formula 3 nilainya kurang dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai pH formula 1 dan formula 3 antar minggunya mengalami perubahan yang bermakna. Dari hasil data nilai pH yang didapat, selanjutnya antar formula diuji statistik dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, yang bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Dari hasil pengujian dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pH gel dari formula 1 sampai formula 3 adalah 0,982 : 0,908 : 0,838, dan nilai ini disimpulkan dapat terdistribusi secara normal, karena nilainya lebih dari 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian untuk mengetahui homogenitas dari ketiga formula, pengujian dilanjutkan dengan menggunakan tes homogenitas, dari pengujian didapatkan nilai 0,194 yang nilainya lebih dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan, bahwa varian antar ketiga formula sama. Selanjutnya pengujian dilanjutkan dengan one way ANOVA. Pengujian dengan one way ANOVA digunakan untuk mengetahui apakah ketiga formula memiliki perbedaan yang signifikan atau tidak. Hasil yang didapatkan bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000 yaitu kurang dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga formula memilik nilai pH yang
34
berbeda. Kemudian dilanjutkan dengan uji Pos Hoc Test menggunakan pengujian LSD untuk mengetahui perbedaan pH antar formula memiliki perbedan yang bermakna atau tidak, dari data yang dianalisa didapatkan hasil pengujian yaitu : nilai signifikansi antara formula 1 dan formula 2, formula 1 dan 3 adalah 0,000 yang nilainya kurang dari 0,05 sehingga diketahui bahwa perbedaan antar formula tersebut memiliki perbedaan yang bermakna dan nilai signifikansi antara formula 2 dan formula 3 adalah 0,960 nilai signifikasi yang didapat bernilai lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa antar formula tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Dari pengujian secara statistik didapatkan hasil, bahwa konsentrasi jumlah trietanolamin akan mempengaruhi nilai pH dari masing masing formula. Lampiran 8. I. Uji Daya Sebar Gel Antiseptik Ekstrak air bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Pengujian daya sebar gel dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel menyebar pada permukaan kulit. Sediaan setengah padat diharapkan mampu menyebar dengan mudah pada tempat pemberiaan, tanpa menggunakan tekanan yang berarti. Karena semakin mudah dioleskan pada kuliat maka luas permukaan kontak zat berkhasiat dengan kulit akan semakin besar, sehingga absorbsi zat berkhasiat ditempat pemberiaan akan semakin optimal. Daya sebar erat kaitanya dengan viskositas suatu sediaan, karena jika semakin kecil nilai viskositas, maka nilai daya sebar akan semakin besar, begitu juga sebaliknya. Hasil analisa data daya sebar gel dapat dilihat pada tabel VI.
35
Tabel VI. Hasil Pengujian Daya Sebar Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Formula Formula 1 Formula 2 Formula 3
Daya sebar(Cm)±SD Minggu 1 2,74±0,02 2,70±0,03 2,40±0.01
Keterangan :
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
2,70±0,06 2,70±0,03 2,44±0,01
2,74±0,08 2,70±0,06 2,47±0,02
2,77±0,04 2,73±0,03 2,47±0,01
2,77±0,03 2,76±0,02 2,48±0,02
Formula 1 : Formula gel dengan trietanolamin 2% Formula 2 : Formula gel dengan trietanolamin 3% Formula 3 : Formula gel dengan trietanolamin 4%
Dari data yang dihasilkan, pengujian daya sebar diketahui bahwa semakin besar nilai daya sebar gel, menunjukan bahwa gel tersebut memiliki konsistensi yang lebih lunak. Dari data yang didapatkan bahwa formula 1 memiliki nilai daya sebar yang paling lunak, dan formula 3 memiliki konsistensi yang paling padat/kental. Hasil penguian daya sebar dapat dilihat pada grafik berikut.
daya sebar (mm)
Uji Daya Sebar Gel 2.8 2.7 2.6 2.5 2.4 2.3 2.2
2.74
2.7
2.7 2.7
2.74
2.77
2.77
2.7
2.73
2.76 Formula 1
2.4 1
2.44
2.47
2.47
2.48
Formula 2 Formula 3
2
3
4
5
pengamatan minggu keGambar 11. Grafik Uji Daya Sebar
Berdasarkan gambar 11, diketahui bahwa formula 3 memiliki daya sebar paling kecil, hal ini dikarenakan konsistensi formula 3 adalah yang paling kental. Sedangkan formula 1 memiliki daya sebar yang paling kecil. Karena semakin besar tahanan suatu sediaan, penambahan beban yang digunakan dalam pengujian, juga akan semakin sulit untuk menyebarkan gel. Hal ini juga
36
berkaitan erat dengan viskositas suatu sediaan, yaitu semakin kental/tinggi viskositas suatu sediaan, daya sebar yang dihasilkan akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya. Dari data masing-masing formula, kemudian dilakukan pengujian secara statistik ditiap minggu pengujiannya, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai daya sebar antar formula mengalami perubahan atau tidak, hal ini dapat dilihat pada pengujian ANOVA, dengan mengacu pada nilai Sig. formula antar minggunya yaitu : formula 1 : 0,618 formula 2 : 0,271 : dan formula 3 : 0,000. Dari ketiga formula hanya formula 3 yang memiliki nilai kurang dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa formula 3 memiliki perubahan nilai daya sebar pada pengujian antar minggu yang signifikan. Sedangkan formula 1 dan formula 2 nilainya lebih dari 0,05 dan diketahui bahwa formula 1 dan formula 2 tidak mengalami perubahan daya sebar pada pengujian antar minggu yang signifikan. Analisa selanjutnya dilakukan dengan menguji data antar formula menggunakan pengujian Kolmogrof-Smirnov, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui data tersebut terdistribusi normal atau tidak, hasil yang didapatkan berdasarkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) menunjukan bahwa formula ini terdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) dari formula 1 sampai formula 3 adalah 0,925 : 0,577 : 0,726 yang memiliki nilai lebih dari 0,05. Selanjutnya dilakukan tes homogenitas untuk mengetahui apakah ketiga formula memiliki homogenitas varian yang sama atau tidak. Dari pengujian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa nilai signifikansinya adalah 0,865 yang
37
lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga formula memiliki varian yang sama. Uji selanjutnya digunakan pengujian dengan menggunakan one way ANOVA. Pengujian dengan one way ANOVA digunakan untuk mengetahui apakah dari ketiga formula tersebut ada perbedaan atau tidak. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa dari ketiga formula memiliki perbedaan, karena nilai signifikansinya adalah sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji Pos Hoc Test menggunakan pengujian LSD untuk mengetahui perbedaan daya sebar antar formula memiliki perbedan yang bermakna atau tidak, dari data yang dianalisa didapatkan hasil pengujian yaitu : nilai signifikansi antara formula 1 dan formula 3, formula 2 dan 3 adalah 0,000 yang nilainya kurang dari 0,05 sehingga diketahui bahwa perbedaan antar formula tersebut memiliki perbedaan yang bermakna, sedangkan untuk nilai signifikansi antara formula 1 dan formula 2 adalah 0,189 nilai signifikansi yang didapat bernilai lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa antar formula tidak memiliki perbedaan yang bermakna yang dianalisa dapat disimpulkan bahwa antar formula memiliki perbedaan yang bermakna. Dari pengujian secara analisis statistik, dapat disimpulkan bahwa ketiga formula mempunyai perbedaan, perbedaan daya sebar ini dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi trietanolamin, karena semakin tinggi konsentrasi dari trietanolamin maka gel akan semakin kental, sehingga akan semakin menurunkan nilai daya sebar. Lampiran 9.
38
J. Hasil Uji Kesukaan dan Iritasi Sediaan Gel Antiseptik Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui sebera besar responden menyukai sediaan yang kita buat untuk menentukan, apakah sediaan ini dapat diterima dipasaran atau tidak. Dari pengujian terhadap 20 responden dihasilkan:
Uji Kesukaan 60% 50% 40%
Kenyamanan
30%
Bau Warna
20%
Kelengketan
10% 0% Formula 1
Formula 2
Formula 3
Gambar 12. Diagram Uji Kesukaan
Pada penilaian kesukaan berdasarkan pada kenyamanan, bau, warna, dan kelengketan terhadap ketiga formulasi yang diujikan. Dari hasil pengujian terhadap responden bahwa dari pengujian ini kebanyakan responden memilih memilih Formula 2 .Hal ini disebabkan karena formula 2 memiliki viskositas yang sesuai dan tidak lengket, tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental, sehingga nyaman digunakan. Selanjutnya dilakukan uji iritasi terhadap responden, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah gel menyebabkan reaksi, sepeti gatal, panas pada kulit dan kemerahan. Pengujian iritasi dilakukan untuk mengetahui
39
keamanan sediaan gel yang telah dibuat. Pada pengujian iritasi gel antiseptik ekstrak air bunga rosella ini, dilakukan terhadap 20 orang responden. Hasil dari pengujian iritasi dapat dilihat dari gambar 11.
Uji Iritasi Jumlah responden
25 20 15
iritasi
10
tidak iritasi
5 0 Formula 1
Formula 2
Formula 3
Gambar 13. Diagram Uji Iritasi
Dari data pengujian iritasi terhadap kulit, dapat diketahui formula sediaan gel antiseptik dari ekstrak air bunga rosella dalam penelitian ini aman untuk digunakan dan tidak memberikan efek iritasi seperti bengkak, kulit kemerahan dan gatal-gatal. Hal ini dikarenakan karena pH yang ada dari masing masing formula masuk dalam range pH aman untuk kulit, menurut troy et al (2005) pH kulit yang aman digunakan adalah 5-10, sedangkan rata-rata pH yang ada dari formula berkisar antara 6,88-8,04. Dari hasil pengujian terhadap 20 orang responden dapat disimpulkan gel antiseptik dari ekstrak air bunga rosella aman digunakan pada kulit.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bahwa variasi jumlah trietanolamin yang digunakan ternyata mempengaruhi stabilitas sifat fisik dan sifat kimia sediaan gel antiseptik dari ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.). 2. Dari hasil penelitian dan pengujian statistik dapat disimpulkan, bahwa formula 2 memiliki stabilitas sifat fisk dan sifat kimia paling baik, karena setelah diamati perubahan viskositas, pH, dan daya sebar, formula 2 tidak terjadi perubahan nilai ditiap tiap minggu pengujian. B. Saran 1. Perlu dilakukan uji antibakteri sediaan gel antiseptik ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.). 2. Perlu dilakukan pembuatan gel ekstrak rosella dengan metode ekstraksi lain. 3. Perlu dilakukan pembuatan ekstrak dengan variasi jumlah trietanolamin dengan zat aktif yang berbeda. 4. Perlu dilakukan penelitian pengaruh suhu penyimpanan terhadap stabilitas gel antiseptik ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.).
40