PERBANDINGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA TIGA STADIA SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAH RAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN Nining Widyah Kusnanik* Abstract The purpose of this study was to compare the differences of physical fitness level during three menstruation cycles. This study was conducted on 60 female students' School of Sports Coaching Faculty of Sports Sciences. Data was collected from physical fitness test using 20M Shuttle Run at three menstruation cycles (menstruation, proliferation, and secretion). Data was analysed by using ANAVA with significant level 0,05. The results of this study reveal that mean physical fitness level (VO2max) during menstruation, proliferation, and secretion were 39,4750ml/kg/men4,7625ml/kg/men; 39,4183ml/kg/men4,8000ml/kg/men; 39,4617ml/kg/men4,8125ml/kg/men; respectively. It can be concluded that there are no differences between physical fitness level during menstruation and proliferation cycles (tcal = 1,193; p=0,238); there are no differences between physical fitness level during proliferation and secretion cycles (tcal = 1,294; p=0,201); there are no differences between physical fitness level during menstruation and secretion cycles (tcal = 0,380; p=0,705). Key words: physical fitness, menstruation, proliferation, secretion. A. Pendahuluan Keikutsertaan wanita dalam arena olahraga di Indonesia telah mendapat tempat dan dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat. Beberapa atlet wanita Indonesia telah menunjukkan prestasinya ditingkat dunia, bahkan medali pertama (perak) Olimpiade (di Seoul) untuk Indonesia dipersembahkan oleh atlet panahan wanita yang dikenal dengan Trio Srikandi Indonesia. Kemudian disusul oleh pebulutangkis wanita Indonesia yaitu Susi Susanti yang telah mempersembahkan medali emas pertama pada Olimpiade di Barcelona. Mengingat potensi yang ada, pembinaan atlet wanita sebenarnya memiliki peluang yang besar. Namun hingga saat ini para pelatih atlet wanita belum menggunakan perspektif perempuan dalam melakukan pembinaan dan penyusunan program latihan, sehingga hasilnya tidak optimal. Oleh karena itu diperlukan pendekan IPTEK dan pengetahuan yang komprehensif tentang *
Nining Widyah Kusnanik, S.Pd., M.Appl.Sc. adalah staf pengajar Jurusan Pendidikan KepelatihanFakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya.
1
Nining, Perbandingan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Tiga Stadia Siklus Menstruasi Mahasiswi Pendidikan Kepelatihan Olah Raga Fakultas Ilmu Keolahragaan
perempuan sebagai subyek pelaku kegiatan olahraga agar pembinaan yang dilakukan dapat memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Pengaruh menstruasi terhadap penampilan olahraga merupakan salah satu area penelitian yang menarik, khususnya sejak terjadi peningkatan partisipan pada aktifitas fisik yang dilakukan secara reguler dikalangan wanita (Highet, 1989). Peningkatan ini terbukti dengan banyaknya atlet wanita yang bermunculan pada level yang tinggi. Meskipun banyak literatur tentang menstruasi dan pengaruhnya terhadap penampilan, namun hanya sedikit informasi yang nyata terhadap kemungkinan hubungan fase siklus menstruasi dengan penampilan atlet. Pada dua dekade terahir ini banyak penelitian tentang pengaruh siklus menstruasi pada penampilan atlet wanita. Pada awalnya penelitian ini merupakan anekdot atau survey retrospektif yang hasilnya secara potensial salah menginformasikan pada atlet wanita dan pelatih pada khususnya tentang kebenaran pengaruh fase siklus menstruasi terhadap penampilan olahraga. Banyak atlet wanita yang percaya bahwa menstruasi memberikan pengaruh yang negatif pada penampilannya, dan banyak wanita yang percaya bahwa penampilan motorik dan kognitifnya terganggu selama masa menstruasi. Gunn (1990) melaporkan bahwa sepertiga sampai setengah dari seluruh wanita percaya bahwa penampilannya dihalangi oleh menstruasi, meskipun penurunan pada beberapa penampilannya tidak nampak. Dari penelitian terdahulu (Sommer, 1983) dilaporkan bahwa beberapa konsekuensi menstruasi yang berhubungan dengan penurunan penampilan ditemukan pada wanita non atlet. Sejak Olimpiade tahun 1984, atlet wanita baru diijinkan untuk mengikuti lomba lari dengan nomer lomba lari yang lebih dari 1500 meter. Sedangkan pada Olimpiade sebelumnya, atlet wanita dinyatakan tidak mampu terhadap tekanan fisik. Masyarakat secara perlahan-lahan telah merubah persepsi dan tingkah laku tentang pengaruh dari siklus menstruasi terhadap kemampuan atau keterbatasan penampilan fisik pada wanita. Beberapa literatur menginformasikan bahwa beberapa atlet wanita mencatat penampilan terbaiknya dan memenangkan kompetisi yang besar pada saat menstruasi (Ryan, 1975, Toth, 1976). Namun beberapa atlet wanita melaporkan pada wartawan bahwa mereka telah dipengaruhi secara negatif oleh menstruasi, misalnya sepertiga dari peserta Olimpiade tahun 1960 peserta gagal karena dirugikan oleh menstruasi yang telah mempengaruhi penampilannya (Zaharieva, 1965). Dari kenyataan tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian pada mahasiswi Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya tentang perbandingan tingkat kesegaran jasmani pada tiga stadia siklus menstruasi yaitu stadium menstruasi, stadium proliferasi, dan stadium sekresi.
2
LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 2/No. 1/Juni 2006, ISSN 1858-4845
B. Kajian Pustaka 1. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani (physical fitness) secara harfiah berarti kesesuaian fisik terhadap tugas-tugas dalam memenuhi tuntutan hidup sehari-hari. Kesegaran jasmani disebut juga kebugaran jasmani atau kesemaptaan jasmani. Beragam konsep tentang kesegaran jasmani yang dikemukakan oleh beberapa para ahli. Menurut Moeloek (1984:2) mendefinisikan kesegaran jasmani sebagai kesanggupan dan kemampuan tubuh untuk melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Lebih lanjut McArdle (1986:635) mendefinisikan kesegaran jasmani atau physical fitness is a set of attributes that relate to one's ability to perform physical activity. Kemudian Sajoto (1988:43) mengemukakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dengan mengeluarkan energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan. Selanjutnya Menurut WHO definisi kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari dengan bertenaga dan penuh kesiagaan, tanpa kelelahan yang tidak semestinya dan dengan cukup energi sehingga tetap dapat menikmati waktu terluang dan menanggulangi keadaan mendadak yang tidak diperkirakan (Gian dan The, 1993:8). Kemudian Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1994:1) mengemukakan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dari pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani atau kebugaran jasmani merupakan suatu kemampuan tubuh untuk melakukan aktifitas sehari-hari yang dilakukan tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan atau masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan pekerjaan tambahan diluar kegiatan rutin. Oleh karena itu sangatlah penting bahwa kesegaran jasmani untuk meningkatkan kesegaran jasmani seseorang, khususnya atlet yang ingin mengoptimalkan prestasinya baik ditingkat nasional maupun internasional. Para ahli sependapat bahwa Kapasitas Aerobik Maksimal (KAM) merupakan indikator terpercaya bagi kesegaran kardiorespiratori atau kesegaran jasmani seseorang. Cabang olahraga yang memerlukan daya tahan (endurance) seperti sepakbola, hoki, lari jarak menengah dan jarak jauh, KAM merupakan faktor dominan yang menentukan. Semakin besar KAM seorang atlet, semakin besarlah kemungkinannya untuk berprestasi pada cabang olahraga yang memerlukan ketahanan (Rushell dan Pyke, 1990). Oleh karena itu KAM merupakan modal dasar bagi berlangsungnya kerja yang lama dan pencapaian prestasi pada cabang olahraga yang memerlukan ketahanan tubuh.
3
Nining, Perbandingan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Tiga Stadia Siklus Menstruasi Mahasiswi Pendidikan Kepelatihan Olah Raga Fakultas Ilmu Keolahragaan
Sebagai gambaran hubungan antara daya tahan dengan masa siklus menstruasi, Jurkowski (1981) menyatakan bahwa terdapat perubahan yang signifikan pada kapasitas kerja selama masa siklus menstruasi. Jurkowski juga menemukan bahwa penampilan terburuk terjadi selama masa menstruasi dan penampilan terbaik selama masa pertengahan menstruasi. 2.
Kapasitas Aerobik Maksimal (VO2max) Pengertian kapasitas aerobik maksimal adalah kapasitas tubuh untuk menghirup, mengangkut, mengedarkan, membagikan dan menggunakan oksigen sebanyak-banyaknya (Sastropanoelar, 1997:5). Sedangkan Fox dan Mathews (1981) menyatakan bahwa: …….”the maximum aerobic power (VO2max) is a significant predictor in the performance of prolonged activities”. Dari definisi tersebut jelaslah bahwa KAM mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kemampuan kerja dalam waktu yang lama. Besarnya KAM dapat mencerminkan tingkat kesegaran jasmani seseorang dan merupakan sebuah ukuran kapasitas fungsional sistem kardiorespiratori yang sahih. Pengukuran KAM seseorang dapat digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya sebuah program latihan. Untuk menentukan besarnya Kapasitas Aerobik Maksimal atau kapasitas penggunaan oksigen sebanyak-banyaknya, maka oksigen yang digunakan harus diukur. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengukur besarnya KAM baik itu secara langsung (direct method) maupun tidak langsung (indirect method). Pengukuran KAM secara langsung hanya bisa dilaksanakan di laboratorium. Karena metode pengukuran ini sulit, memakan banyak waktu, tenaga, dan biaya yang tinggi, maka sebagai alternatif lain yang lebih mudah, lebih murah, dan lebih sederhana yaitu dengan cara menaksir banyaknya oksigen yang digunakan pada waktu kerja/latihan. Salah satu pengukuran penggunaan oksigen secara tidak langsung adalah dengan menggunakan 20m Shuttle Run Test. Beberapa ahli menyatakan bahwa penafsiran VO2max dengan menggunakan metode ini merupakan tes VO2max yang sahih dan terpercaya (Leger dan Lambert, 1982, Ramsbottom, 1991). Keunggulan dari 20m shuttle run test adalah selain pelaksanaannya mudah, biayanya lebih murah, tidak memakan banyak tempat dan waktu, juga dapat dilaksanakan dengan beberapa orang secara bersamaan. Adapun pelaksanaannya adalah dengan menggunakan atal bantu CD player untuk memutar Compact Disc 20m shuttle run test sebagai signal saat berlangsungnya tes. CD tersebut sudah diset dengan rapi mulai dari informasi pelaksanaan tes, hingga signal tiap level dan shuttle. Orang coba berlari bolakbalik dalam jarak 20 meter dengan mengikuti signal dari CD. Pada saat permulaan tes orang coba berjalan dengan cepat, setelah beberapa level dan shuttle orang coba berlari pelan-pelan, hingga akhirnya orang coba harus berlari cepat untuk bisa mengikuti signal dari CD. Semakin lama orang coba melaksanakan tes, maka semakin tinggi level dan shuttle yang diperolehnya.
4
LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 2/No. 1/Juni 2006, ISSN 1858-4845
Dengan demikian, semakin besar pula KAM atau tingkat kesegaran jasmaninya. 3. Siklus Menstruasi Pada wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya, kejadian ini disebut menstruasi atau haid. Masa dari hari pertama haid sampai hari pertama haid yang berikutnya disebut siklus. Siklus menstruasi secara normal adalah selama 28 hari antara 3 minggu sampai 5 minggu (Obsteri, 1983:78). Selama kurang lebih satu bulan, siklus menstruasi dibedakan menjadi empat masa (stadia) yaitu stadium menstruasi atau desquamasi, stadium post menstruum atau stadium regenerasi, stadium intermenstruum atau stadium proliferasi, dan stadium praemenstruum atau stadium sekresi. Pada stadium menstruasi, endometrium dicampakkan dari dinding rahim disertai dengan pendarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut stratum basale, stadium ini berlangsung 4 hari. Sedangkan pada stadium post menstruum, luka yang terjadi karena endometrium dilepaskan, berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi dari sel epitel kelenjarkelenjar endometrium. Stadium ini sudah mulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari. Pada stadium proliferasi, endometrium tumbuh menjadi tebal dan kelenjarkelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain hingga berkelok. Stadium ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari hari pertama haid. Pada stadium sekresi, endometrium tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah. Dalam endometrium sudah tertimbun glikogen dan kapur yang nantinya diperlukan sampai makanan untuk telur. Stadium sekresi ini berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Kalau tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepaskan dengan pendarahan dan berulang lagi siklus menstruasi (Obsteri, 1985). Siklus menstruasi akan mempengaruhi metabolisme tubuh karena sebagian besar fungsi dan kerja organ tubuh bagian dalam ikut berperan dalam proses siklus. Oleh sebab itu selama proses ini berlangsung, tubuh wanita akan mengalami perubahan. Menurut Hale (dalam Straus, 1984) pada saat siklus menstruasi tubuh wanita akan kehilangan darah rata-rata 35 sampai 60 mililiter, dan hemoglobin akan turun sekitar 2 gram. Kondisi ini akan mempengaruhi kapasitas pengangkutan oksigen. Sementara menurut Wells (1985) beberapa bagian fungsional tubuh yang mengalami perubahan selama siklus menstruasi adalah sebagai berikut: 1) Temperatur. Temperatur atau suhu badan akan turun sebelum ovulasi dan meningkat tajam saat ovulasi. Derajat temperatur akan bertahan sampai saat pembentukan ovum. 2) Tekanan Darah. Pada pertengahan siklus, tekanan darah pada nadi (arteri) rendah.
5
Nining, Perbandingan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Tiga Stadia Siklus Menstruasi Mahasiswi Pendidikan Kepelatihan Olah Raga Fakultas Ilmu Keolahragaan
3) 4) 5) 6) 7) 8)
Pernapasan. Ventilasi paru-paru meningkat pada tahap secretory (sebelum menstruasi). Berat Badan. Berat badan akan meningkat pada tahap sebelum menstruasi. Sel Darah Merah. Jumlah sel darah merah akan berangsur-angsur menurun pada tahap sebelum menstruasi. Sel Darah Putih. Jumlah sel darah putih menurun selama menstruasi dan selama tahap sesudah menstruasi. Metabolisme Karbohidrat. Kadar gula menurun selama tahap saat menstruasi. Asam Laktat. Asam laktat akan meningkat saat terjadi pelepasan ovum.
C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif, yaitu membandingkan tingkat kesegaran jasmani pada tiga stadia siklus menstruasi yaitu stadium menstruasi, stadium proliferasi, dan stadium sekresi pada mahasiswi Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya. 1. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya. Sampel diambil dengan mengunakan teknik proporsional random sampling sebanyak 60 mahasiswi yang aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (dari seluruh cabang olahraga yang ada) dan bersedia mengikuti tes pada jadwal yang ditentukan. 2. Teknik Pengumpulan Data Data peneltian ini diperoleh dari hasil tes kesegaran jasmani dengan menggunakan 20m Shuttle Run Test yang masing-masing dilakukan sekali pada tiga stadia siklus menstruasi yaitu pada stadium menstruasi, stadium proliferasi, dan stadium sekresi pada mahasiswi Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya. 3. Teknik Analisa Data Penelitian ini menggunakan teknik analisa data yang diperoleh dengan menggunakan rumus Analisis Varians (ANAVA) dengan taraf signifikansi 0,05. D. Pembahasan Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa rata-rata tingkat kesegaran jasmani (VO2max) mahasiswi Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan pada stadium menstruasi sebesar 39,4750ml/kg/men dengan standar deviasi 4,7625ml/kg/men. Pada stadium proliferasi rata-rata yang diperoleh adalah 39,4183ml/kg/men dengan standar deviasi 4,8000ml/kg/men. Sedangkan pada stadium sekresi diperoleh rata-rata sebesar 39,4617ml/kg/men dengan standar deviasi 4,8125ml/kg/men. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel I di bawah ini:
6
LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 2/No. 1/Juni 2006, ISSN 1858-4845
Tabel I. Deskripsi Tingkat Kesegaran Jasmani (VO2max) Mahasiswi Pada Tiga Stadia Siklus Menstruasi N=60 Deskripsi
Stadium Menstruasi
Statistik Stadium Proliferasi
Stadium Sekresi
Mean Standar Deviasi Simpangan Baku Varians Nilai Minimum Nilai Maksimum
39,4750 4,7625 22,681
39,4183 4,8000 23,040
39,4617 4,8125 23,160
30,20 49,50
30,00 49,60
30,10 49,60
Hasil uji Anova terhadap penilaian tingkat kesegaran jasmani (VO2max) pada stadium menstruasi dan stadium proliferasi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,948). Hasil uji Anova ini memberikan arti bahwa tingkat kesegaran jasmani mahasiswi Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga dari dua stadia siklus yaitu stadium menstruasi dan stadium profilerasi memiliki nilai yang sama. Hasil uji Anova terhadap penilaian tingkat kesegaran jasmani (VO2max) pada stadium menstruasi dan stadium sekresi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,988). Hasil uji Anova ini memberikan arti bahwa tingkat kesegaran jasmani mahasiswi Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga dari dua stadia siklus yaitu stadium menstruasi dan stadium sekresi memiliki nilai yang sama. Hasil uji Anova terhadap penilaian tingkat kesegaran jasmani (VO2max) pada stadium proliferasi dan stadium sekresi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,961). Hasil uji Anova ini memberikan arti bahwa tingkat kesegaran jasmani mahasiswi Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga dari dua stadia siklus yaitu stadium proliferasi dan stadium sekresi memiliki nilai yang sama. Hasil uji Anova terhadap penilaian tingkat kesegaran jasmani (VO2max) pada stadium menstruasi, stadium proliferasi, dan stadium sekresi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p=0,998). Hasil uji Anova ini memberikan arti bahwa tingkat kesegaran jasmani mahasiswi Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga dari tiga stadia siklus yaitu stadium menstruasi, stadium proliferasi, dan stadium sekresi memiliki nilai yang sama. Hasil perhitungan uji-t untuk masing-masing stadium mengenai tingkat kesegaran jasmani menunjukkan bahwa: (a) Pada perbedaan stadium menstruasi dan stadium profilerasi tidak terjadi perbedaan atau peningkatan yang bermakna pada tingkat kesegaran jasmani (thitung = 1,193; p=0,238) dari stadium menstruasi ke stadium proliferasi; (b) Pada perbedaan stadium proliferasi dan
7
Nining, Perbandingan Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Tiga Stadia Siklus Menstruasi Mahasiswi Pendidikan Kepelatihan Olah Raga Fakultas Ilmu Keolahragaan
stadium sekresi tidak terjadi perbedaan atau peningkatan yang bermakna pada tingkat kesegaran jasmani (thitung = 1,294; p=0,201) dari stadium proliferasi ke stadium sekresi. Pada perbedaan stadium menstruasi dan stadium sekresi tidak terjadi perbedaan atau peningkatan yang bermakna pada tingkat kesegaran jasmani (thitung = 0,380; p=0,705) dari stadium menstruasi ke stadium sekresi. Dari hasil perhitungan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa antara stadium mentruasi, stadium proliferasi, dan stadium sekresi menunjukkan tidak adanya peningkatan kesegaran jasmani pada mahasiswi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan UNESA. Hasil penelitian ini secara tidak langsung masih menguatkan anggapan masyarakat selama ini bahwa wanita memiliki tingkat kesegaran jasmani yang sama pada saat mengalami menstruasi dari awal permulaan yaitu stadium menstruasi hingga stadium sekresi. E. Simpulan Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kesegaran jasmani antara stadium menstruasi dan stadium proliferasi (thitung = 1,193; p=0,238), tidak terdapat perbedaan tingkat kesegaran jasmani antara stadium proliferasi dan stadium sekresi (thitung = 1,294; p=0,201), tidak terdapat perbedaan tingkat kesegaran jasmani antara stadium menstruasi dan stadium sekresi (thitung = 0,380; p=0,705). Sesuai dengan hasil penelitian, disarankan agar para wanita yang aktif dalam berbagai kegiatan apabila sedang mengalami menstruasi hendaknya lebih memperhatikan asupan (konsumsi) kadar karbohidrat yang sangat berfungsi sebagai sumber tenaga. Penelitian ini masih perlu dikembangkan lagi, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih banyak dan dalam melakukan penelitian selanjutnya perlu diperhatikan kelemahan-kelemahan penelitian sebelumnya. Daftar Pustaka Allen, M.J., Bailey N., 1982. “Stability of Grip Strength During the Menstrual Cyle.” Journal of Perceptual Motor Skills 55: 1138. Burke, Edmund J., Ernest M. 1990. Laboratory Experiences in Exercise Physiology. New York: Movement Publication. De Vries, Herbert A., Terry H.J.. 1994. Physiology Exercise for Physical Education, Athletics and Exercise Science. Fifth Edition. Dubuque: Wm.C.Brown Communication Inc.
8
LENTERA, Jurnal Studi Perempuan, Vol. 2/No. 1/Juni 2006, ISSN 1858-4845
Fox E.L., Mathews D.K. 1981. The Physiological Basis of Physical Education and Athletics. Third Edition. Philadhelphia: CBS College Publishing. Gabbard C., LeBlanc, Susan L. 1987. Physical Education for Children. Building the Foundation, New Jersey: Prentice Hall, Inc. Gunn J.B., Gargiulo J., Warren M.P. 1990. “The Menstrual Cycle and Athletics Performance in Women and Sports, Human Kinetics. Higg S.L., Robertson L.A. 1981. “Cycle Variation in Perceived Exertion and Physical Work Capacity in Females.” Canadian Journal of Applied Sports Sciences 6: 191-96. Jurkowsky J.E, Jones N.L., Toews C.J., Sutton J.R. 1981. “Effects of Menstrual Cycle on Blood, O2 Delivery, and Performance during Exercise.” Journal of Applied Physiology 51: 1493-99. Nossek, Josef. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan African Press, Ltd. Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajdjaran Bandung. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman. Ryan A.J.. 1975. “Gynecological Consideration.” JOPER 46: 40. Sastropanoelar S., Rasim A., Doewes M., Suranto H. 1997. Multistage Fitness Test Sebagai Penaksir Kapasitas Aerobik Maksimal, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
9