PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BAYI YANG DIBERI AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN PENGGANTI AIR SUSU IBU (PASI) DI KELURAHAN KEBON JERUK JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH : Wulan Ambarwati NIM : 108104000012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli Saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Maret 2014
(Wulan Ambarwati)
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Wulan Ambarwati
Tempat/tgl Lahir
: Jakarta, 27 September 1989
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. H. Marzuki Rt 004 Rw 003 No. 22B, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530
Telp/email
: 083893838180/
[email protected]
Riwayat Pendidikan TK Risanti II, Jakarta
(1994-1996)
SDN Percontohan 11 Pagi, Jakarta
(1996-2002)
SMPN 127, Jakarta
(2002-2005)
SMAN 101, Jakarta
(2005-2008)
S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2008-sekarang)
Riwayat Organisasi Ketua Pramuka SDN Percontohan 11 Pagi, Jakarta
(2000-2001)
Anggota Dokter Kecil SDN Percontohan 11 Pagi Jakarta
(2001-2002)
Sekretaris OSIS SMPN 127 Jakarta
(2004-2005)
Ketua PMR SMPN 127 Jakarta
(2003-2005)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Ibunda tercinta “Usriani” terimakasih sebesar-besarnya atas segala do’a yang tak henti dipanjatkan, curahan kasih sayang, kesabaran, pengorbanan serta motivasi yang selama ini Ibu berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat. 2. Ayahanda “Miselan” terimakasih yang sebesar-besarnya atas doa yang senantiasa menyertai dalam setiap langkah penulis, dorongan moril dan materil yang diberikan dan seuntaian kasih sayang. 3. Bapak/Ibu dosen PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , terimakasih atas segala bekal ilmu dan motivasi serta bimbinganmu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dengan baik. 4. Kakakku tercinta “Mas Agus Andriantoro” terimakasih atas semua kasih sayang, motivasi dan do’a untuk penulis.
vii
5. M. Ridwan Darmawan yang selalu memberi semangat, nasehat, do’a yang tulus , setia menemani selama menjalani perkuliahan, selalu memberikan yang terbaik untuk penulis, terimakasih atas perhatian dan kesetiaannya. 6. Sahabat-sahabatku “Dita Puspita, Khaerunissa, Marina Ulfa, Mayang Setyo M, Desi Ratna S. terimakasih atas motivasi yang diberikan, berbagi suka duka, kasih sayang yang tercurahkan dengan tulus sehingga penulis semangat dalam menjalankan perkuliahan. 7. Teman-teman PSIK FKIK 2008 yang tak bisa Penulis sebutkan. Terimakasih untuk saling memotivasi satu sama lain. Semoga selalu terjaga tali silaturahmi kita
viii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2013 Wulan Ambarwati, NIM: 108104000012 Perbandingan Pertumbuhan Bayi yang diberi Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dengan Pengganti Air Susu Ibu (PASI) di Kelurahan Kebon Jeruk X + 86 halaman + 12 tabel + 2 gambar + 2 bagan + 6 lampiran
ABSTRAK Pertumbuhan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung dalam ASI. Pemberian ASI di Indonesia mengalami penurunan, masyarakat lebih memilih PASI yang digambarkan bahwa PASI dapat menjadikan anak lebih cerdas, montok, lucu dibandingkan anak yang hanya diberikan ASI. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan bayi 6 sampai 7 bulan yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi 6 sampai 7 bulan yang diberikan PASI di Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta Barat, pertumbuhan yang diukur terdiri dari berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan desain penelitian Cross-Sectional. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat (Uji T independent). Waktu penelitian pada tanggal 23 Oktober hingga 4 Nopember 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi usia 6 sampai 7 bulan yang tinggal di Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Sampel pada penelitian ini adalah keluarga yang memiliki bayi usia 6 sampai 7 bulan di Kelurahan Kebon Jeruk dengan menggunakan uji hipotesis beda dua proporsi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran langsung. Hasil penelitian menunjukkan dari 70 sampel didapatkan hasil selisih rata-rata berat badan bayi yang diberikan ASI 3205,71 gram, PASI 4834,29 gram dengan nilai eta 0,670. Selisih rata-rata panjang badan bayi ASI 15,057 cm, PASI 17,071 cm dengan nilai eta 0,083. Selisih rata-rata lingkar kepala bayi ASI 9,829 cm, PASI 9,657 cm dengan nilai eta 0,0076. Ada perbedaan pertumbuhan bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan PASI di Kelurahan Kebon Jeruk tahun 2012.
Kata kunci: Pertumbuhan bayi, ASI Eksklusif, PASI Referensi: 38 (2000-2011) viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLLAH JAKARTA Undergraduates Thesis, January 2013 Wulan Ambarwati , NIM: 108104000012 Comparison of the Growth infants given breast milk exclusively (ASI) with Breast milk substitutes (PASI) in the Kebon Jeruk Village Jakarta X + 86 pages + 12 tables + 2 images + 2 charts + 6 attachment
ABSTRACT Infants growth are largely determined by the amount of breastfeeding, including energy and other nutrients contained in milk. Breastfeeding in Indonesia has decreased, people prefer PASI described that may make children more intellegent, buxom, funny compared to infants given only breastfeeding. Aims of research is compare the infants growth 6 to 7 months exclusively breastfed at 6 to 7 months infants given PASI in the Kebon Jeruk Village of West Jakarta, while the measured growth consisting of body weight, body length and head circumference. This research is quantitative analytical research using crosssectional research design. Analysis of the data used are univariate and bivariate (independent T test). Research time on 23 October to 4 November 2012. The population in this study were infants aged 6 to 7 months of living in Kebon Jeruk Village, West Jakarta. The sample is a family that has a baby aged 6 to 7 months in Kebon Jeruk Village test hypotheses using two different proportions. The data was collected using questionnaires and direct measurement. The results showed 70 samples obtained from the average yield weight infants given breast milk 3205.71 grams, while PASI 4834.29 0.670 grams with a value of eta. The average length of breastfed 15.057 cm and 17.071 cm PASI eta value of 0.083. The average breastfed baby's head circumference 9.829 cm and 9.657 cm PASI eta value 0.0076. There are differences in the growth of babies exclusively breastfed infants given with PASI in the Kebon Jeruk Village in 2012.
Key Words: Infants Growth, breast milk exclusive, breast milk substitutes. Reference: 38 (2000-2011)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Perbandingan Pertumbuhan Bayi yang diberi Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dengan Pengganti Air Susu Ibu (PASI) di Kelurahan Kebon Jeruk”. Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana keperawatan (S.Kep), untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah. Penulis menyadari bahwa penyajian proposal penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bertujuan untuk perbaikan proposal ini. Proposal skripsi ini tentunya tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. dr. MK Tajudin, Sp.And selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ns, Waras Budi Utomo, S.Kep. MKM selaku kepala program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku sekretaris program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Rita Yuliani, S.Kp. M.Si selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada peneliti. x
5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp. M.Sc selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti. 6. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta staf akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi) atas bantuannya yang telah memudahkan dalam proses birokrasi. 7. Orang tua tercinta (Ibu dan Bapak) atas kasih sayang, doa dan dukungannya baik secara material dan spiritual yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga kebaikan dan pengorbanan kalian tidak akan sia-sia dan akan dibalas oleh Allah SWT. Semoga penulis dapat menjadi seperti apa yang kalian harapkan. Amin. 8. Kakak yang tersayang (Mas Agus Andriantoro) yang selalu memberikan dukungan dan doa serta yang menjadi inspirasi penulis. 9. M. Ridwan Darmawan yang telah memberikan motivasi agar segera menyelesaikan skripsi, memanjatkan doa serta menjadi inspirasi bagi penulis. 10. Teman-temanku Marina Ulfa, Mayang Setyo Magnawiyah, Dita Puspita dan Khaerunissa serta teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan masukan dan semangat kepada peneliti. Peneliti menyadari dalam pembuatan proposal skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga proposal skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya. Wassalamu’alaikum wr.wb
Ciputat, Januari 2013
Wulan Ambarwati
xi
DAFTAR ISI
Halaman PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. ii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v PERSEMBAHAN ................................................................................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................................................ viii ABSTRACT .......................................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .......................................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xvi DAFTAR BAGAN .............................................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 10 E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................................... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan ............................................................................................................. 12 xii
1. Pengertian Pertumbuhan ........................................................................................ 12 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan .................................................. 15 3. Indikator Pertumbuhan........................................................................................... 22 4. Antropometri .......................................................................................................... 23 5. Kurva Pertumbuhan ............................................................................................... 28 B. Air Susu Ibu (ASI) ..................................................................................................... 30 1.
Pengertian ASI ................................................................................................... 30
2.
Pengertian ASI Ekslusif ..................................................................................... 31
3.
Manfaat ASI ....................................................................................................... 33
4.
Jenis-jenis ASI ................................................................................................... 36
5.
Komposisi ASI .................................................................................................. 38
C. Pengganti Air Susu Ibu (PASI) ................................................................................. 41 1.
Pengertian Pengganti Air Susu Ibu .....................................................................41
2.
Jenis Pengganti Air Susu Ibu.............................................................................. 42
3.
Manfaat Susu Formula ....................................................................................... 44
4.
Komposisi Susu Formula ................................................................................... 46
D. Kerangka Teori .......................................................................................................... 48 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ...................................................................................................... 50 B. Hipotesis ................................................................................................................... 51 C. Definisi Operasional .................................................................................................. 53 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ...................................................................................................... 58 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................... 58 C. Populasi dan Sampel ................................................................................................. 58 xiii
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................................ 62 E. Pengolahan Data ........................................................................................................ 64 F. Etika Penelitian .......................................................................................................... 67 BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian .................................................................................... 69 B. Gambaran Sampel Penelitian .................................................................................... 70 C. Analisis Univariat ..................................................................................................... 71 D. Analisis Bivariat......................................................................................................... 72 BAB VI PEMBAHASAN A. Pembahasan variabel Penelitian Analisis Bivariat .................................................... 77 B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................. 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................................... 84 B. Saran ......................................................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
No. Tabel Tabel 2.1 Pertumbuhan Rata-rata Bayi Usia 0 sampai 6 Bulan
23
Tabel 2.2 Perbandingan Komposisi ASI dan PASI (Susu Sapi) untuk tiap 100 ml
38
Tabel 2.3 Porsi Pemberian Susu Formula
43
Tabel 3.1 Definisi Operasional
53
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Bayi Usia 6-7 Bulan Berdasarkan Nutrisi
70
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Bayi Usia 6-7 Bulan Berdasarkan Jenis Kelamin
71
Tabel 5.3 Rata – rata Selisih Berat Badan Bayi Berdasarkan Nutrisi
71
Tabel 5.4 Rata – rata Selisih Panjang Badan Bayi Berdasarkan Nutrisi
72
Tabel 5.5 Rata – rata Selisih Lingkar Kepala Bayi Berdasarkan Nutrisi
72
Tabel 5.6 Perbandingan Pertumbuhan Berat Badan Bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan Bayi yang diberikan PASI Usia 6-7 bulan
73
Tabel 5.7 Perbandingan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan Bayi yang diberikan PASI Usia 6-7 bulan
74
Tabel 5.8 Perbandingan Pertumbuhan Lingkar Kepala Bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan Bayi yang diberikan PASI Usia 6-7 bulan
75
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Hal
Gambar 2.1 Perubahan proporsi tubuh dari sebelum lahir sampai masa dewasa
15
Gambar 2.2 Cara pengukuran lingkar kepala, dada, abdomen dan panjang badan (pada posisi berbaring) dari kepala sampai tumit
xvi
26
DAFTAR BAGAN
No Bagan Bagan 2.1 Kerangka Teori
49
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
51
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran 1. Lampiran Permohonan Izin Penelitian 2. Lampiran Permohonan Kesediaan Menjadi Responden 3. Lampiran Persetujuan Bersedia Menjadi Responden 4. Lampiran Kuesioner I (Identitas Responden) 5. Lampiran Kuesioner II (Pemberian ASI) 6. Lampiran Observasi Pertumbuhan Bayi
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu unsur penting dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan mutu kehidupan bangsa. Kekurangan gizi, terutama pada anak-anak akan menghambat proses tumbuh kembang. Pertumbuhan yang terjadi pada seseorang meliputi perubahan fisik seperti panjang badan, berat badan, lingkar kepala, dan lain-lain. Perkembangan yang dialami seorang anak merupakan
rangkaian
perubahan
secara
teratur
dari
satu
tahap
perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dan berlaku secara umum, misal: anak berdiri dengan satu kaki, berjinjit, berjalan, menaiki tangga, berlari dan seterusnya. Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap faktor tumbuh kembang anak, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan (Berhman, 2000). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Berdasarkan instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantintas pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan
1
2
berhentinya
pertumbuhan
tulang.
Faktor
lingkungan
merupakan
lingkungan bio–psiko–sosial yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang (Berhman, 2000). Pemberian nutrisi secara mencukupi pada bayi harus sudah dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 4 sampai 6 bulan (Nursalam, 2005). Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan usia sekitar enam bulan. Pemberian ASI tanpa pemberian makanan lain selama enam bulan tersebut melalui menyusui secara eksklusif. WHO (2006), ASI eksklusif adalah bayi hanya menerima ASI dari ibu atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat. Allah SWT memerintahkan para ibu untuk menyusui anak-anaknya hingga dua tahun. Perintah ini bukan tanpa manfaat, karena akhir-akhir ini semakin banyak penelitian yang mengungkap dahsyatnya Air Susu Ibu (ASI) untuk membentuk generasi yang berakhlakul karimah, namun yang terjadi sekarang, para ibu enggan menyusui bayinya sama sekali. Mereka
3
beranggapan bahwa kualitas susu formula dapat menggantikan ASI, bahkan mutunya lebih baik daripada ASI (Chomaria, 2011). Menurut King (1993 dalam Chomaria 2011), sindrom “bayi botolan” melanda negara berkembang karena banyak ibu bahkan yang miskin dan berpendidikan rendah sekalipun, termakan rayuan dan janji susu formula. Bayi montok, lucu, dan berkulit putih menjadi harapan banyak ibu, hal ini menyebabkan para ibu lebih suka memberikan bayi mereka susu formula, walau penyajiannya tidak sesuai dengan petunjuk takaran (sangat encer) sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang bayinya. Data menunjukkan bahwa jumlah ibu yang menyusui bayinya semakin berkurang sedangkan jumlah ibu yang menggunakan susu formula untuk bayinya semakin meningkat.
Penggunaan susu formula menjadikan anak-anak tidak mendapatkan apa yang telah menjadi hak dasarnya. Anak akan terjauhkan dari interaksi hangat yang berupa penyatuan ragawi, dekapan dan belaian ibu sejak dini, karena anak merupakan amanah dan menyusui anak merupakan naluri alamiah seorang ibu. Di masyarakat sekitar, perilaku tidak memberikan ASI eksklusif telah diterima dengan wajar dan ibu yang melakukannya tidak merasa terbebani, padahal secara moral tindakan mereka salah. Betapa ibu telah kehilangan sisi naluriah keibuannya dengan tega tidak memberikan apa yang telah menjadi hak anak (Chomaria, 2011).
Kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh National Center for Health Statistics (NCHS), bahwa berat badan bayi akan meningkat dua kali lipat
4
dari berat lahir saat usia 6 bulan, berat badan bayi yang mendapat ASI lebih ringan dibanding bayi yang mendapat susu formula sampai usia 6 bulan. Hal ini tidak berarti bahwa berat badan bayi yang mendapat susu formula lebih baik dibanding bayi yang mendapat ASI. Berat berlebih pada bayi yang mendapat susu formula justru menandakan terjadi kegemukan. Kegemukan ini dapat berlangsung hingga beranjak dewasa nanti. Adapun bayi yang diberi ASI tidak perlu khawatir akan kegemukan, karena ASI menyesuaikan kebutuhan energi tubuh bayi itu sendiri. Kurva pertumbuhan yang normal adalah kurva bayi yang mendapat ASI, yaitu membandingkan Berat Badan anak saat ini dengan Berat Badan Ideal berdasarkan Growth Chart dari CDC atau WHO (Putriani, 2010)
ASI eksklusif sangat penting untuk pertumbuhan bayi, maka Kementerian Kesehatan telah menerbitkan surat keputusan Menteri Kesehatan nomor: 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif diberikan sejak bayi lahir sampai bayi berumur 6 bulan dan dilanjutkan sampai umur 2 tahun dan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan kepada ibu hamil yang baru melahirkan untuk
memberi
ASI
eksklusif
dan
tenaga
kesehatan
harus
menginformasikan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
ASI memang merupakan makanan paling ideal bagi bayi, namun tidak semua ibu dapat memberikan ASI pada bayinya, ada beberapa
5
kondisi yang menyebabkan ibu hanya dapat memberikan Pengganti Air Susu Ibu (PASI). Sulistijani (2001) mengungkapkan pemberian PASI dapat dimengerti jika alasan bayi sakit seperti kekurangan cairan, radang mulut atau infeksi paru-paru, bayi lahir dengan berat badan rendah, bayi lahir sumbing (bawaan). Pemberian PASI juga dapat disebabkan oleh masalah pada pihak ibu seperti jumlah dan mutu ASI kurang memadai sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi, ibu menderita sakit, seperti ginjal atau penyakit menular, ibu menderita infeksi, luka puting, mastitis, ibu mengalami gangguan jiwa atau epilepsi dan ibu sedang menjalani terapi obat yang tidak aman bagi bayi.
Makanan PASI berupa susu formula dapat diberikan dengan alasanalasan tersebut di atas. Umumnya susu formula untuk bayi terbuat dari susu sapi yang susunan zat gizinya diubah sedemikian rupa sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping. ASI merupakan nutrisi yang paling ideal untuk bayi maka perubahan yang dilakukan pada komponen gizi susu sapi harus mendekati susunan zat gizi ASI. Meskipun para ahli teknologi pangan telah berusaha untuk memperbaiki susunan zat gizi susu sapi agar komposisinya mendekati susunan zat gizi ASI, sampai saat ini usaha tersebut belum menunjukkan hasil yang baik (Krisnatuti, 2004).
Apabila dibandingkan dengan ASI, susu formula memiliki banyak kelemahan terutama dalam hal kandungan gizinya. Penggunaan susu formula harus di kontrol dari kemungkinan masuknya organisme-
6
organisme patogen atau terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan diare. Pengaturan makanan bayi dengan PASI sama dengan pengaturan makanan dengan ASI. Pemberian PASI dilakukan berdasarkan kebutuhan gizi bayi terutama dalam hal kebutuhan air, energi dan protein.
Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan menunjukkan kecenderungan menurun selama 3 tahun terakhir. Berdasarkan data survey Kesehatan Nasional menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 (Susenas 2004-2009 dalam Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Berdasarkan data di atas tampak bahwa pemberian ASI eksklusif di Indonesia mengalami penurunan yang sesungguhnya ASI eksklusif sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini disebabkan oleh gencarnya pemasaran susu formula diberbagai media khususnya media audio visual (televisi). Media sangat berperan dalam mengubah satu paradigma berpikir, yang terbukti dengan adanya pergeseran nilai dan penghargaan antara wanita karir dengan ibu rumah tangga. Media banyak mengangkat tema perempuan modern sebagai perempuan yang cerdas dan sukses serta berkiprah di luar rumah. Pada sebuah iklan susu formula digambarkan seorang ibu dengan memakai pakaian kerja sebelum meninggalkan anaknya ia mempersiapkan sebotol
7
susu untuk buah hatinya. Image masyarakat mulai membenarkan bahwa ibu dalam iklan tersebut merupakan ibu yang jempolan, karena sebelum bekerja, ia telah memberikan susu formula dengan kualitas terbaik untuk anaknya. Pada iklan tersebut, dua pesan telah tersampaikan, yaitu peran sebagai wanita karir yang sukses serta susu formula untuk kesuksesan tumbuh kembang anak.
Gencarnya media massa mengangkat pentingnya susu formula yang dilengkapi dengan berbagai nutrisi menyebabkan kaum ibu merasa membutuhkan susu tersebut demi tumbuh kembang anaknya. Bayangan seorang anak yang cerdas, montok, lucu, membuat ibu ingin membentuk anak-anaknya seperti sosok dalam iklan tersebut. Alhasil, mereka mulai menciptakan kebutuhan untuk bayinya, bahwa sang bayi memerlukan susu formula, karena kandungan susu formula lebih unggul daripada ASI.
Penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2006) untuk membandingkan pertumbuhan berat badan bayi yang mendapat ASI, PASI, dan kombinasi ASI-PASI dengan sampel 38 bayi prematur terdiri dari 18 laki-laki (47,4%) dan 20 perempuan (52,6%), diperoleh hasil bahwa hanya 6 bayi (15,8%) yang mendapat ASI sedangkan sisanya mendapat PASI (23,6%) dan
ASI+PASI
(60,6%).
Hasil
penelitian
menunjukkan
terdapat
peningkatan berat badan pada ketiga kelompok bayi tetapi yang bermakna secara statistik adalah pada kelompok PASI dan kelompok ASI ditambah PASI. Berdasarkan penelitian tersebut, ibu lebih banyak menggunakan PASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi prematur.
8
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami obesitas di kemudian hari. Penelitian pada 15.000 anak yang menjadi peserta Nurses’Health Study II di Harvard menemukan bahwa anak-anak yang mendapatkan ASI secara eksklusif atau hampir eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupannya memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami obesitas dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula. Risiko berat badan berlebih juga lebih rendah diantara anak-anak yang mendapatkan ASI lebih lama. Hal ini disebabkan karena seorang bayi yang diberikan ASI cenderung mengambil sesuai yang diperlukannya dan kemudian berhenti, sedangkan bayi yang diberi susu formula cenderung mengambil lebih banyak kalori (Walker, 2005).
Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan Juli 2012, di Kelurahan Kebon Jeruk, didapatkan hasil dari 10 responden, 6 bayi mendapatkan PASI, 2 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, dan 2 bayi yang mendapatkan ASI dengan PASI. Berat badan bayi yang mendapatkan PASI terlihat lebih berat dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Rendahnya data bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan tingginya data bayi yang mendapatkan PASI.
Berdasarkan data tersebut diatas, pada penelitian ini peneliti menggunakan indikator pertumbuhan tidak hanya berat badan, melainkan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala pada bayi yang berat badan lahirnya normal. Dari perbedaan tersebut maka peneliti ingin mengetahui
9
bagaimana perbandingan pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi yang mendapat ASI eksklusif dengan bayi yang sudah diberikan PASI pada usia tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbandingan pertumbuhan bayi yang diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dengan Pengganti Air Susu Ibu (PASI) di Kelurahan Kebon Jeruk.
B. Rumusan Masalah Pemberian ASI eksklusif yang menurun dan besarnya angka pemberian PASI dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi dimana pertumbuhan merupakan proses fisiologis bagi makhluk hidup, apabila pada awal pertumbuhan mengalami hambatan, maka pertumbuhan kedepannya akan gagal, oleh sebab itu pertumbuhan sejak dini akan mempengaruhi pertumbuhan pada masa berikutnya. Salah satu faktor pertumbuhan dipengaruhi oleh nutrisi, sejauh mana nutrisi dapat mempengaruuhi pertumbuhan pada bayi usia 6 sampai 7 bulan, maka peneliti ingin meneliti bagaimana perbandingan pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan PASI.
10
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan PASI. 2. Tujuan Khusus a
Mengetahui berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi yang diberikan ASI eksklusif.
b
Mengetahui berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi yang diberikan PASI.
c
Mengetahui perbandingan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan yang diberikan PASI.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi masyarakat, dan institusi, yaitu : 1. Bagi Kelurahan Kebon Jeruk Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan
masyarakat tentang manfaat ASI eksklusif untuk pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala sebagai salah satu indikator kesehatan serta memberikan masukan dalam meningkatkan upaya promosi pertumbuhan kesehatan bayi.
11
2. Institusi Pendidikan Keperawatan Menambah informasi dan wawasan mahasiswa tentang pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi usia 6 bulan serta sebagai bahan penambahan karya ilmiah pada bagian ilmu keperawatan. 3. Institusi Pelayanan Kesehatan Memberikan informasi mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif terhadap pertumbuhan bayi usia 6 bulan serta diharapkan pelayanan kesehatan mampu menerapkan program ASI eksklusif selama 6 bulan untuk meningkatkan kesehatan bayi khususnya di wilayah Kebon Jeruk.
E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai perbandingan pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan yang diberikan PASI. Subjek penelitian ini adalah bayi 6 sampai 7 bulan yang diberikan ASI eksklusif dengan PASI di Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi crosssectional. Metode pengambilan data berupa kuesioner dan pengukuran langsung.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan 1. Pengertian Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Wong, 2008). Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadiya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (UNICEF, 2005). Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan dan tinggi badan (Nursalam, dkk, 2008). Pertumbuhan pada masa anak berbeda dan bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik di mulai dari arah kepala ke kaki (cephalocaudal). Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsurangsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Pada masa fetal (kehamilan 2 bulan), pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah
12
13
lahir, yaitu 50% dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur (Nursalam, dkk, 2008). Pola pertumbuhan merupakan peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan pada anak yang dapat mengalami percepatan maupun perlambatan yang saling berhubungan antara satu organ dengan organ yang lain (Hidayat, 2009). Pada peristiwa tersebut akan mengalami perubahan pola pertumbuhan menurut Hidayat (2009), seperti berikut: a. Pola pertumbuhan fisik yang terarah Pola ini memiliki dua prinsip atau hukum perkembangan, yaitu prinsip cephalocaudal dan prinsip proximodistal. Pola Cephalocaudal atau head to tail direction (dari arah kepala kemudian ke kaki) dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan untuk menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan, tangan, dan kaki. Hal tersebut merupakan pola searah dalam pertumbuhan. Proximodistal atau near for direction. Pola ini dimulai dengan menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat/sumbu tengah kemudian menggerakkan anggota gerak yang lebih jauh atau ke arah bagian tepi, seperti menggerakkan bahu terlebih dahulu lalu jarijari. Hal tersebut juga dapat dilihat pada perkembangan berbagai organ yang ada di tengah, seperti jantung, paru, pencernaan, dan yang lain akan lebih dahulu mencapai kematangan.
14
Ciri-ciri pertumbuhan (Hidayat, 2008): 1) Perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik, seperti berat badan, tingggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan lain-lain. 2) Perubahan proporsi yang dapat terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi hingga dewasa. 3) Ciri-ciri lama yang ada selama masa pertumbuhan akan hilang, seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, atau hilangnya refleks-refleks tertentu. 4) Terdapat ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan, seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis, atau dada. Soetjiningsih (2002 dalam Nursalam 2005) menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu: 1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa. 2) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya.
15
3) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur
yang ditandai dengan
adanya masa-masa tertentu, yaitu masa pranatal, bayi, dan remaja, dimana terjadi pertumbuhan cepat dan masa prasekolah dan masa sekolah, di mana pertumbuhan berlangsung lambat.
Gambar 2.1 Perubahan proporsi tubuh dari sebelum lahir sampai masa dewasa Sumber: Wong (2008). 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Setiap individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia. Dalam proses pertumbuhan, peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan. Proses percepatan dan perlambatan seperti tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor hormonal (Hidayat, 2009).
16
a
Faktor Herediter Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat ketika mereka mencapai masa pubertas. Ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam pertumbuhan, hal ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu yang memiliki kecenderungan lebih besar atau tinggi, seperti orang Asia yang lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan orang Eropa atau lainnya. Faktor genetis akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu:
17
1) Perbedaan ras, etnis, atau bangsa Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesia atau bangsa lainnya, dengan demikian postur tubuh tiap bangsa berlainan. 2) Keluarga Ada keluarga yang cenderung memiliki tubuh gemuk atau perawakan pendek. 3) Umur Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami pertumbuhan cepat dibanding dengan masa lainya. 4) Jenis kelamin Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu dibanding dengan laki-laki. 5) Kelainan kromosom Penyebab kegagalan pertumbuhan, misalnya sindroma down. b. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal
18
(lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (lingkungan setelah bayi lahir). 1) Lingkungan Prenatal Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin, dan hormonal. a) Lingkungan mekanis Lingkungan mekanis adalah segala hal yang mempengaruhi janin atau posisi janin dalam uterus. (1) Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin. (2) Infeksi dalam kandungan mempengaruhi pertumbuhan janin. (3) Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan dalam plasenta sehingga kemungkinan bayi lahir dengan berat badan yang kurang. (4) Faktor imunitas dapat mempengaruhi pertumbuhan janin karena menyebabkan terjadinya abortus. (5) Stres dapat mempengaruhi kegagalan tumbuh kembang janin. b) Zat kimia atau toksin Zat kimia atau toksin berkaitan dengan penggunaan obatobatan, alkohol, atau kebiasaan merokok oleh Ibu hamil.
19
c) Hormonal Hormon-hormon ini mencakup hormon somatotropin, plasenta, tiroid, dan insulin. Peran hormon somatotropin (growth hormon), yaitu disekresi kelenjar hipofisis janin sekitar minggu ke-9 dan produksinya meningkat pada minggu ke-20. Hormon plasenta (human placental lactogen) berperan dalam nutrisi plasenta. 2) Lingkungan Postnatal Selain faktor lingkungan intrauteri terdapat lingkungan setelah lahir yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan. a) Budaya lingkungan Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di masyarakat yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana seseorang atau masyarakat mempersepsikan pola hidup sehat, hal ini dapat terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengikuti budaya yang ada sehingga kemungkinan besar dapat menghambat dalam aspek pertumbuhan, sebagai contoh, anak yang dalam usia tumbuh kembang membutuhkan makanan yang bergizi, namun karena terdapat adat atau budaya yang melarang makan makanan tertentu dalam masa tertentu padahal makanan
20
tersebut dIbutuhkan untuk perbaikan gizi, maka tentu akan mengganggu atau menghambat masa pertumbuhan. b) Status sosial ekonomi Status
sosial
ekonomi
juga
dapat
mempengaruhi
pertumbuhan anak. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak sosial ekonomi rendah. Demikian juga dengan anak berpendidikan rendah, tentu akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan anak. c) Nutrisi Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan. Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang selama masa pertumbuhan. Pemberian nutrisi secara mencukupi pada bayi harus sudah dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 4 sampai 6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan
21
yang baik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa bayi dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat, terutama pertumbuhan otak (Nursalam, 2005). d) Iklim dan cuaca Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan. Misalnya pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah diperoleh, namun pada saat musim yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim kemarau penyediaan air bersih atau sumber makanan sangatlah sulit diperoleh. e) Status Kesehatan Seperti halnya anak yang sehat dengan yang sakit akan berbeda proses pertumbuhannya. Anak yang sakit akan mengalami perlambatan pertumbuhan. Seperti anak yang mengalami penyakit kronis, pencapaian kemampuan untuk memaksimalkan pertumbuhan akan terlambat karena anak memiliki masa kritis, asupan nutrisi yang didapat berbeda dengan anak yang sehat. c. Faktor Hormonal Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain hormon somatotropin, tiroid, dan glukokortikoid. Hormon
22
somatotropin (Growth Hormone) berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal (Wong, 2000 dalam Hidayat, 2008). 3. Indikator Pertumbuhan a
Pertumbuhan Bayi 0 sampai 6 bulan Pertumbuhan pada anak dapat dilihat dari pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala (Hidayat, 2008). 1) Berat Badan Pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu usia 06 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan pertumbuhan berat badan akan mengalami penambahan setiap minggu sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir bulan ke 6, sedangkan pada usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-40 gram dan pada akhir bulan ke 12 akan terjadi penambahan tiga kali berat badan lahir. 2) Panjang Badan Panjang badan usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya.
23
3) Lingkar Kepala Ukuran lingkar kepala bayi ketika lahir normalnya 34-35 cm. Pada usia 6 bulan, lingkar kepala bertambah kurang lebih 8,5 cm, menjadi 43,5 cm. Tabel 2.1 Pertumbuhan rata-rata bayi usia 0 sampai 6 Bulan Usia
Berat Badan (gram) standar
Panjang Badan (cm) standar
Lahir
2.700-3.400
40,5-50,5
1 Bulan
3.400-4.300
43,5-55,0
2 Bulan
4.000-5.000
46,0-58,0
3 Bulan
4.500-5.700
48,0-60,0
4 Bulan
5.000-6.300
49,5-62,5
5 Bulan
5.500-6.900
51,0-64,5
6 Bulan
5.900-7.400
52,5-66,0
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1973 dalam Sutomo, 2010
4. Antropometri Pengukuran antropometri ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuranukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran) (Nursalam, 2005). Ukuran antropometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur, misalnya BB terhadap usia atau TB terhadap usia. Berdasarkan
24
pengukuran tersebut, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya. b. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya tanpa memperhatikan umur anak yang diukur, misalnya BB terhadap TB. Ukuran ini digunakan untuk mengetahui apakah proporsi anak tergolong normal (Nursalam, 2005). Pada penentuan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu dilakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Pengukuran antropometri untuk memantau tumbuh kembang anak adalah berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, lipatan kulit, lingkar dada (Nursalam, dkk, 2008). a. Berat badan (BB) Menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: 1) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah di tera (distandardisasi/dikalibarasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan adalah timbangan tidur untuk bayi. 2) Untuk menimbang bayi yang berusia kurang dari 1 tahun, maka hal tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Cara pengukuran berat badan anak adalah: 1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
25
2) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan pada timbangan. Apabila anak sudah berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa di pegang. 3) Ketika menimbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat di timbang. 4) Apabila anak tidak mau ditimbang, Ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh Ibu dan ditimbang. Selisih antara berat badan Ibu bersama anak dan berat badan Ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut BB anak = (BB Ibu dan anak) – BB Ibu 5) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum petunjuk pada timbangan b. Panjang Badan (PB) Penentuan panjang badan, pengukuran dikelompokkan menjadi, usia kurang dari 2 tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan untuk anak usia kurang dari 2 tahun adalah sebagai berikut. 1) Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila digunakan pita pengukur (meteran).
tidak ada, dapat
26
2) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi). 3) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. 4) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi.
Gambar 2.2 Cara pengukuran lingkar kepala, dada, abdomen dan panjang badan (pada posisi berbaring) dari kepala sampai tumit Sumber: Wong (2008). c. Lingkar Kepala (LK) Ukuran kepala dinyatakan normal apabila berada di antara batas tertinggi dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di atas kurva normal, berarti kepala berukuran besar
27
(makrocephali), sedangkan apabila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti kepala berukuran kecil (mikrocephali). Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah sebagai berikut: 1) Siapkan pita pengukur (meteran). 2) Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabela (frontalis) atau supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan hasilnya. 3) Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala. d. Lingkar Lengan Atas (LILA atau LLA) Pertumbuhan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh oleh keadaan cairan tuubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah. Keuntungan dari pengukuuran lingkar lengan atas adalah murah, mudah, alatnyya bisa dibuat sendiri, dan siapa saja dapat melakukannya. Namun kadangkadang hasil pengukuran kurang akurat karena sukar untuk mengukur lila tanpa menekan jaringan.
28
Praktiknya, pengukuran ini jarang digunakan kecuali ada gangguan pertumbuhan atau gangguan gizi yang berat, sehingga pengukuran ini hanya efektif pada usia di bawah 3 tahun (usia prasekolah) (Nursalam, 2005). e. Lipatan Kulit Tebalnya lipatan kulit meruupakan refleksi pertumbuhan jaringan lemakk di bawah kulit yang mencerminkan kecukupan energi. Apabila anak mengalami defisiensi kalori, maka lipatan kulit menipis, lipatan tersebut akan menebal bila anak kelebihan energi (Nursalam, 2005). f. Lingkar Dada Pengukuran lingkar dada jarang dilakukan, pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa. Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berbaring (Nursalam, 2005). 5. Kurva Pertumbuhan Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan kurva pertumbuhan, salah satu alat atau kurva pertumbuhan adalah Kartu Menuju Sehat (KMS). a
Pengertian Kartu Menuju Sehat (KMS) Kartu menuju sehat atau sering di singkat dengan KMS adalah suatu
kartu/alat
penting
yang
digunakan
untuk
memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1996 dalam Nursalam 2008). KMS yang ada untuk saat ini adalah KMS balita,
29
yaitu kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang
bermanfaat untuk mencatat dan memantau
tumbuh kembang balita setiap bulannya, dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun (Depkes RI,1996). KMS dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi (catatan riwayat kesehatan dan gizi) balita (Nursalam, 2008). Secara umum, KMS berisi gambar kurva berat badan terhadap umur
untuk anak berusia 0- 5 tahun, atribut
penyuluhan dan catatan yang penting untuk di perhatikan oleh petugas dan orang tua, seperti riwayat kelahiran anak, pemberian ASI dan makanan
tambahan,
pemberian
imunisasi
dan
vitamin
A,
penatalaksanaan diare di rumah, serta patokan sederhana tentang perkembangan psikomotorik anak (Nursalam, 2008). b Tujuan Penggunaan KMS Menurut Nursalam (2008), tujuan umum penggunaan KMS adalah mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan anak balita secara optimal. Adapun tujuan khususnya meliputi: 1) Alat bantu Ibu atau orang tua untuk memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. 2) Alat bantu dalam membantu dan menentukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal. 3) Mengatasi
malnutrisi
di
masyarakat
serta
efektif
peningkatan pertumbuhan yang memadai (promotive).
dengan
30
c. Fungsi KMS Balita Menurut Nursalam (2008), ada beberapa fungsi KMS. Secara umum, fungsi–fungsi tersebut dapat dikelompokan menjadi: 1) Media untuk mencatat/memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap. 2) Media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita. 3) Sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik untuk balita. 4) Analisa tumbuh kembang balita.
B. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI ASI adalah makanan cair yang secara khusus diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan disamping memenuhi kebutuhan bayi akan energi. Hanya dengan diberi ASI saja tanpa makanan lain, bayi mampu tumbuh dan berkembang dengan baik sampai usia 6 bulan (Moehji, 2008). ASI
mengandung
nutrisi,
hormon,
unsur
kekebalan,
faktor
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi, sehingga ASI merupakan makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual (Purwanti, 2004). ASI selain sebagai
31
sumber nutrisi dapat memberi perlindungan kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang dikandungnya. Walaupun Ibu dalam kondisi kekurangan gizi sekalipun, ASI tetap mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk bayi dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit dan immunoglobulin (Munasir dan Kurniati, 2008). Sementara menurut Roesli (2005) ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif. Pemberian ASI yang dianjurkan adalah ASI eksklusif selama 6 bulan yang diartikan bahwa bayi hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih (Matondang, dkk, 2008). Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan (Roesli, 2005). 2. Pengertian ASI eksklusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa terjadual dan tanpa memberikan makanan lain, seperti susu formula, madu, jeruk, air teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai berumur dua tahun (Purwanti, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI maksimal 1 jam setelah ia dilahirkan hingga minimum berusia 6 bulan, tanpa didampingi dengan asupan cairan, seperti susu formula, madu, teh manis, air putih, serta tanpa pemberian makanan yang lain, seperti bubur susu, bubur nasi,
32
pisang, dan lain-lain. Jadi, bayi hanya mendapatkan ASI dari Ibunya, dan jika dalam kondisi terpaksa (sakit), bayi boleh diberikan obat sirup dari dokter. ASI merupakan satu-satunya intake yang dIbutuhkan bayi. ASI juga merupakan makanan terbaik karena dirancang sesuai dengan cara kerja tahap perkembangan pencernaan bayi, sehingga mudah diserap kedalam tubuh. Pemberian ASI eksklusif, dapat membuat bayi akan lebih sehat dan cerdas. ASI merupakan makanan utama bayi yang sangat baik dan tidak ada tandingannya, meskipun susu formula termahal yang ada dipasaran. The AAP Section on Breastfeeding, American College of Obstetricians and Gynecologists, American Academy of Family Physicians, Academy of Breastfeeding Medicine, World Health Organization, United Nations Children’s Fund, serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa pemberian ASI eksklusif memang lebih unggul dibandingkan susu formula, karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang dibutuhkan oleh bayi pada bulan-bulan pertama setelah ia dilahirkan.
33
“Para Ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para Ibu dengan cara yang ma’ruf.
Seseorang
tidak
dibebani
melainkan
menurut
kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang Ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun be menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah: 233). a. Manfaat bagi Bayi Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi bayi (Roesli, 2005), yaitu : 1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
34
2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga mengurangi terjadinya diare, sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan serta terjadinya serangan alergi. 3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai. 4) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang sehingga dapat menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik. b. Manfaat bagi Ibu Adapun manfaat bagi Ibu bila memberikan ASI eksklusif (Roesli, 2005), yaitu : 1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada Ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. 2) Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi karena menyusui mengurangi perdarahan. 3) Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. 4) Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin Ibu menyusui yang meningkat membantu rahim ke ukuran sebelum hamil.
35
5) Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. 6) Mengurangi kemungkinan penderita kanker. 7) Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan susu formula. 8) Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan segera tanpa harus menyiapkan atau memasak air. 9) Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk menyusui. 10) Memberi Ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena telah berhasil memberikan ASI eksklusif. c. Manfaat bagi Negara Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran negara karena hal-hal berikut ini (Roesli, 2005): 1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu. 2. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit muntah-mencret dan penyakit saluran pernafasan. 3. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan. 4. Menciptakan
generasi
penerus bangsa
berkualitas untuk membangun negara. 4. Jenis-jenis ASI
yang tangguh dan
36
Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi 3 yaitu: kolostrum, susu matang, serta susu awal dan akhir. a. Kolostrum Kolostrum diproduksi dalam beberapa hari setelah bayi dilahirkan. Kolostrum banyak mengandung protein dan antibodi. Wujudnya sangat kental dan jumlahnya hanya sedikit. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya satu sendok teh. Meskipun demikian, khasiatnya sangat luar biasa. Kolostrum mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya. Selanjutnya secara berangsur-angsur, produksi kolostrum berkurang saat air susu matang keluar pada hari ketiga sampai kelima. Menurut Baskoro (2008), beberapa ciri penting yang menyertai produksi kolostrum adalah: 1) Komposisi kolostrum mengalami perubahan secara berangsurangsur setelah bayi lahir. 2) Kolostrum adalah cairan kental berwarna keekuningan dan lebih kuning daripada ASI matang. 3) Kolostrum
bertindak
sebagai
laksatif
yang
berfungsi
membersihkan dan melapisi mekonium usus bayi yang baru lahir, serta mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. 4) Kolostrum lebih banyak mengandung protein (kurang lebih 10% protein) dibandingkan dengan susu matang (kurang lebih 1%
37
protein). Lain halnya dengan ASI matang yang mengandung protein berupa kasein, yang mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi. 5) Pada kolostrum terdapat beberapa protein yang sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap serangan infeksi. 6) Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin A, mineral natrium (Na), dan seng (Zn). 7) Lemak dalam kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lecithin dibandingkan dengan ASI matang. 8) Volume kolostrum sekitar 150-300ml/24 jam. b. Susu Matang Selama satu atau dua minggu berikutnya, air susu meningkat jumlahnya, serta penampakannya berubah. Susu mulai terlihat biru dan cair. Inilah yang disebut sebagai susu matur/susu matang, yang berisi semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi supaya tumbuh dengan baik. ASI matang terlihat lebih encer daripada susu sapi, sehingga sebagian Ibu merasa susunya sangatlah encer. Tetapi penampilan yang demikian sangatlah wajar, karena ASI memasok cukup air bahkan dalam cuaca yang teramat panas sekalipun. c. Susu awal dan susu akhir 1) Susu awal Susu yang keluar pertama kali (foremilk). Susu ini kaya akan protein, laktosa, vitamin, mineral, dan air, hanya mengandung
38
sedikit lemak (hanya 1-2 %). Air susu ini sangat membantu untuk menghilangkan rasa haus pada bayi. 2) Susu akhir Susu yang keluar setelah susu awal habis atau saat waktu menyusui hampir selesai. Susu ini terlihat lebih putih daripada susu awal, karena mengandung lebih banyak lemak. Lemak inilah yang memasok lebih dari 50% energi dalam ASI. 5.
Komposisi ASI ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas (Hendarto dan Pringgadini, 2008). Tabel 2.2 Perbandingan komposisi ASI dan PASI (susu sapi) untuk tiap 100 ml
Komposisi Energi Air Protein Rasio kasein: whey Lemak Laktosa Vitamin A (Retinol) Beta-karoten Vitamin D Larut dalam air Vitamin C Tiamin (Vit B1) Riboflavin (Vit B2) Niasin Vitamin B12 Folasin (Asam folat) Kalsium (Ca) Besi (Fe) Tembaga (Cu)
Satuan Kkal G G G G Ug Ug Ug Ug Mg Mg Mg Mg Ug Ug Mg Mg Ug
ASI 70 89,7 1,07 1:1,5 4,2 7,4 60 0 0,01 0,80 3,8 0,02 0,03 0,62 0,01 5,2 35 0,08 39
Susu Sapi 67 90,2 3,4 1:0,2 3,9 4,9 31 19 0,03 0,15 1,5 0,04 0,2 0,89 0,31 5,2 124 0,05 21
39
Ug 295 361 Seng (Zn) Keterangan: PASI ( susu sapi) yang belum diolah, 100 mL = 103 g ; 100 g = 97 ml. Dikutip dari Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS “Gizi untuk Bayi”, 1993 hal.33 (Sunartyo, 2008). Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa susu sapi mengandung protein sekitar 3 kali lebih banyak daripada protein yang dikandung ASI. Sebagian besar protein tersebut adalah kasein dan sisanya adalah berupa protein “whey” yang larut. Bila bayi diberi susu sapi dimana kandungan kasein lebih tinggi, maka dalam lambung akan membentuk gumpalan yang keras dan sulit dicerna serta diserap usus. Meskipun ASI tidak banyak mengandung protein, namun bagian protein “whey” –nya lebih banyak dan bisa dicerna serta diserap oleh usus bayi karena gumpalan yang dibentuknya relatif lunak. Sedikitnya setengah dari energi yang terdapat dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi ketimbang lemak susu sapi, sebab ASI lebih banyak mengandung enzim pemecah lemak (lipase). Air susu yang pertama kali disebut susu awal ini hanya sedikit mengandung lemak sekitar 1-2 % dan terlihat encer, ini akan membantu bayi memuaskan rasa haus saat menyusu. Air susu berikutnya mengandung lebih banyak lemak, ini dibutuhkan untuk memberikan energi bagi bayi, sehingga penting bagi para Ibu menyusui memperhatikan agar bayi memperoleh ASI. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya sumber karbohidrat yang terdapat dalam ASI. Laktosa yang dikandung ASI lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi, yang merupakan tambahan dari fungsinya
40
sebagai sumber energi. Laktosa di dalam usus sebagian akan diubah menjadi asam laktat, yang membantu mencegah pertumbuhan bakteri dan membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain. Meskipun ASI lebih sedikit mengandung kalsium daripada susu sapi, tetapi karena mudah diserap maka jumlah ini sudah memenuhi kebutuhan bayi. Demikian pula dengan zat besi yang dikandung oleh ASI dan susu sapi yang sedikit, tetapi sekitar 75 % dari zat ini yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus dibandingkan zat besi yang terdapat dalam makananmakanan lain hanya mampu diserap sekitar 5 – 10 % saja. Apabila Ibu memperhatikan makanan yang dikonsumsi cukup memadai, maka semua vitamin yang dIbutuhkan bayi selama 4-6 bulan pertama kehidupannya dapat diperolehnya melalui ASI, hanya sedikit vitamin D dalam lemak susu, tetapi anak yang diberikan lebih banyak ASI cenderung terhindar dari penyakit polio. Jumlah vitamin A, tiamin dan vitamin C sangat bergantung pada makanan yang dikonsumsi oleh Ibu. Semakin banyak Ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, semakin tinggi kadar kandungan zat-zat gizi dalam ASI. C. Pengganti Air Susu Ibu (PASI) 1. Pengertian Susu formula dapat diberikan pada bayi 0-6 bulan, tetapi harus dengan alasan yang tepat. Susu formula hanya dapat diberikan, jika ASI yang diberikan kurang mencukupi kebutuhan bayi (volume ASI yang keluar sedikit) atau keluarnya ASI tersendat (Bulan, 2007).
41
Susu formula merupakan pengganti ASI atau dapat juga sebagai pelengkap ASI. Tetapi harus diingat, tak satupun susu yang komposisi zat gizinya bisa menyamai ASI. Untuk memilih susu formula, harap diperhatikan kandungan gizi yang tertera pada kemasan. Penting untuk selalu membaca label zat gizi pada makanan atau minuman kemasan sebelum membelinya, terutama produk bayi dan anak. Susu formula yang beredar di pasaran bermacam-macam. Ada yang mengandung Omega 3, DHA, AA/ARA, prebiotik FOS, laktoferin, laktulosa,
dan lain-lain.
Semuanya ini memberikan manfaat lebih bagi kesehatan bayi dan anak. Untuk bayi dengan kondisi tertentu sebaiknya pemilihan susu formula dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak atau ahli gizi (Bulan, 2007). Disamping itu berbagai keadaan tidak memungkinkan Ibu untuk memberi ASI pada bayinya walaupun produksinya cukup, seperti Pudjiadi (2003) : 1. Penyakit yang dilarang oleh dokter untuk menyusui, baik untuk kepentingan Ibu (seperti penyakit: gagal jantung) maupun untuk bayinya (seperti penyakit menular yang diderita Ibu). 2. Bayi dilahirkan dengan kelainan metabolik bawaan yang akan bereaksi jelek jika bayi tersebut mendapat ASI. 3. Ibu dirawat di rumah sakit dan dipisahkan dari bayinya. 4. Ibu bekerja atau berdagang, sedangkan tempat kerja atau tokonya terletak jauh dari tempat tinggalnya 2. Jenis PASI
42
Jenis-jenis Susu Formula menurut Bulan (2007). a. Starting formula (complete infant formula), yaitu formula awal (0-6 bulan) yang terdiri dari: 1)
Complete starting formula Untuk bayi lahir normal tanpa ada syarat khusus.
2) Adapted starting formula Untuk bayi yang lahir dengan pertimbangan khusus untuk fisiologisnya dengan syarat rendah mineral, digunakan lemak tumbuhan sebagai sumber energy, dan susunan zat gizi yang mendekati ASI. Susu jenis ini merupakan jenis yang paling banyak mengalami penyesuaian dan banyak beredar di pasaran. b. Follow up formula (6-12 bulan) c. Special formula (formula diet) 1) Susu bebas laktosa Susu ini untuk bayi yang mengalami intoleransi laktosa, dimana kondisi pencernaan bayi tidak tahan terhadap laktosa. 2) Susu dengan protein hidrolisate dan lemak sederhana. Susu ini ditujukan untuk bayi dengan diare akut/kronis. 3) Susu formula bayi premature dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah <2500). 4) Susu penambah energi Susu ini dikategorikan sebagai menu tambahan atau pelengkap. Bisa dikatakan juga sebagai pengganti makanan, karena kandungan
43
gizinya cukup komplet. Biasanya diberikan pada anak yang sulit makan dan nafsu makannya kurang. Tabel 2.3 Porsi Pemberian Susu Formula Usia Bayi 0-3 bulan Di atas 3 bulan Di atas 6 bulan
Porsi Pemberian Sekitar 60-90 ml, diberikan kapan saja setiap kali bayi lapar. Sekitar 180 ml, diberikan setiap 2-3 jam. Sekitar 200 ml diberikan 2 kali sehari karena bayi telah mendapat MP ASI/makanan padat.
Sumber: Bulan (2007)
Hal yang perlu diingat dalam memberikan susu formula yakni botol susu harus dalam keadaan steril (untuk mencegah diare) dan susu diberikan dalam keadaan hangat agar bayi tidak mudah kembung. Oleh karena itu, jangan pernah memberikan sisa susu formula kepada bayi jika lebih dari 2,5 jam karena akan menyebabkan bayi terkena diare, sisa susu sebaiknya dIbuang dan berikan susu yang baru dIbuat jika bayi lapar (Bulan, 2007).
3. Manfaat Susu Formula
Menurut Eissenberg (2002) ada 2 manfaat susu formula, yaitu manfaat bagi bayi dan manfaat susu formula bagi Ibu, dalam bukunya mengenai “Susu Formula”, Manfaat Pemberian Susu Formula adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Susu Formula Bagi Bayi
44
Bagi bayi, susu formula bermanfaat untuk memberikan kepuasan yang lebih lama karena formula susu sapi yang di buat dari susu sapi lebih sulit dicerna dari pada ASI, dan endapan besar sehingga meningalkan rasa kenyang pada bayi yang lebih lama. Ada 2 fungsi susu formula, yaitu
1) Sebagai Nutrisi
Susu Formula dengan jumlah kalori, vitamin dan mineral yang sesuai, dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak dan membantu pencapaian tumbuh kembang yang optimal. Penggunaan merek susu formula yang sesuai usia anak selama tidak menimbulkan gangguan fungsi tubuh dalam hal ini saluran cerna adalah susu yang terbaik.
2) Meningkatkan Kecerdasan
Penambahan AA, DHA, Spingomielin pada susu formula sebenarnya tidak merupakan pertimbangan utama pemilihan susu yang terbaik. Penambahan zat yang diharap berpengaruh terhadap kecerdasan anak memang masih sangat kontroversial. Terdapat dua faktor penentu kecerdasan anak, yaitu faktor genetika dan faktor lingkungan.
a) Faktor genetika
45
Faktor genetika atau faktor bawaan menentukan apakah potensi genetika atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa.
b) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi atau direkayasa.
b. Manfaat Pemberian Susu Formula Pada Bayi Untuk Ibu Pemberian susu formula pada bayi ditahun pertama biasanya dilakukan karena keadaan – keadaan yang terjadi pada Ibu yaitu puting rata, puting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, infeksi payudara, abses payudara, dan pekerjaan (Prawirohardjo, 2005). Manfaat pemberian susu formula pada bayi untuk Ibu antara lain memudahkan pemantauan jumlah susu yang di berikan pada bayi, lebih sedikitnya tuntutan pada Ibu, tidak menganggu model baju, lebih sedikit pembatasan dalam metode keluarga berencana, lebih sedikit tuntutan batasan diet, tidak merasa tertekan bila memberi susu di depan umum, dan tidak menganggu kegiatan bercinta (Eissenberg, 2002). 4. Komposisi Susu Formula
46
Komposisi zat gizi susu formula selalu sama untuk setiap kali minum (sesuai aturan pakai), hanya sedikit mengandung imunoglobulin yang sebagian besar merupakan jenis yang “salah” (tidak diperlukan oleh tubuh). Selain itu, tidak mengandung sel-sel darah putih dan sel-sel lain dalam keadaan hidup. (Handayani,2002). a) Lemak Kadar lemak disarankan antara 2.7 – 4.1 g tiap 100 ml. Komposisi asam lemaknya harus sedemikian hingga bayi umur 1 bulan dapat menyerap sedikitnya 85%. b) Protein Kadar protein harus berkisar antara 1.2 dan 1.9 g/100 ml, dengan rasio laktalbumin/kasein kurang-lebih 60/40. Oleh karena kandungan protein daripada formula ini relatif rendah maka komposisi asam aminonya harus identik atau hampir indentik dengan yang terdapat dalam protein ASI. Protein demikianlah yang dapat dipergunakan seluruhnya oleh bayi pada minggu pertama setelah dilahirkan. Pemberian
protein
yang
terlalu
tinggi
dapat
menyebabkan
meningginya kadar ureum, amoniak, serta asam amino tertentu dalam darah. Perbedaan antara protein ASI dan susu formula terletak pada kandungannya (susu formula mengandung 3.3 g/100 ml.) dan rasio antara protein whey dan kaseinnya: pada ASI 60/40, sedangkan pada susu sapi 20/80. Bayi baru lahir dan terutama yang dilahirkan sebagai prematur dapat megubah asam amino metionin menjadi sistein, hingga pemberian susu sapi tanpa diubah dahulu dapat menyebabkan
47
kekurangan
relatif
sistein.
Penambahan
protein
whey
akan
memperbaiki susunan asam aminonya hingga mendekati kandungan sistein
yang
terdapat
dalam
ASI.
Beberapa
produsen
susu
menambahkan taurin pada produk formula susu bayinya. c) Karbohidrat Kandungan karbohidrat yang disarankan pada susu formula antara 5.4 dan 8.2 g bagi tiap 100 ml. Sehingga, dianjurkan supaya karbohidrat hanya atau hampir seluruhnya
memakai laktosa,
selebihnya glukosa atau destrin-maltosa, tidak dibenarkan pada pembuatan formula ini untuk memakai tepung atau madu, maupun diasamkan (acidified) karena belum diketahui efek sampingnya dalam jangka pendek maupun jangka panjang. d) Mineral Mineral dalam susu sapi seperti natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, khlorida, lebih tinggi 3 sampai 4 kali dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam ASI. Pada pembuatan susu formula adaptasi kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara 0.25 dan 0.34 g bagi tiap 100 ml. Kandungan mineral dalam susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat pada ASI Penurunan kadar mineral sangat diperlukan oleh karena bayi baru lahir belum dapat mengekresi dengan sempurna kelebihannya. e) Energi
48
Banyaknya energi dalam formula demikian biasanya disesuaikan dengan jumlah energi yang terdapat pada ASI.
D. Kerangka Teori Kerangka konseptual adalah suatu hubungan/ kaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan teori perjalanan pertumbuhan pada bayi 0-6 bulan, ASI dan PASI berikut adalah kerangka teori dari penelitian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi (0-6 bulan): 1.
Herediter a
Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
b
Keluarga
c
Umur
d
Jenis kelamin
e
Kelainan kromosom
49
Pertumbuhan bayi 0-6 bulan -
Berat Badan
-
Panjang Badan
-
Lingkar Kepala
-
Lingkar Lengan Atas
-
Lipatan Kulit
-
Lingkar Dada
Keterangan: : Tidak diteliti : Diteliti Bagan 2.1 Kerangka Teori Nursalam (2005), Hidayat (2008), Wong (2008), Sutomo (2010)
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian, sehingga melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan suatu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya (Sumantri, 2011) Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, pertumbuhan bayi dapat dilihat dari berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala. Baik atau tidaknya pertumbuhan bayi dapat dipengaruhi oleh asupan nutrisi bayi (0-6 bulan) baik yang diberikan ASI Eksklusif maupun PASI atau susu formula. Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti terdiri dari : 1.
Variabel bebas (independen) :
Bayi yang diberikan ASI eksklusif dan bayi yang diberikan PASI.
2.
Variabel terikat (dependen)
: Pertumbuhan bayi, antara lain berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala.
Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Kelurahan Kebon Jeruk, yaitu sebagai berikut:
50
51
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pertumbuhan Bayi
Jenis Nutrisi: -
-
Berat Badan
-
Panjang Badan
-
Lingkar Kepala
ASI Eksklusif
-
PASI
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Peneliti hanya mengambil tiga indikator pertumbuhan bayi 0 sampai 6 bulan dari enam indikator yang ada dikarenakan pengukuran lingkar lengan atas jarang dilakukan kecuali adanya gangguan pertumbuhan atau gangguan gizi yang berat, sedangkan pengukuran lipatan kulit dan lingkar dada juga jarang dilakukan pada bayi usia 0 sampai 6 bulan, karena jarang atau bahkan tidak ada pencatatan dokumentasi yang tertulis dalam KMS. Sehingga peneliti hanya mengambil tiga indikator yaitu berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala yang umumnya dilakukan oleh pelayanan kesehatan dan terdapat pencatatan dokumentasi pada KMS balita. B. Hipotesis Ho: Tidak ada perbandingan pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan PASI di Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta.
52
Ha: Ada perbandingan pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan PASI di Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta.
C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1
Variabel
Definisi Operasional
AlatUkur
Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan
Melihat dan mencatat
bayi (0-6 bulan)
bertambah jumlah dan
data 0 bulan dan 6
menganalisa
besarnya sel di seluruh
bulan pada KMS atau
badan, panjang badan dan lingkar
bagian
yang
dokumentasi
kepala bayi melalui KMS atau
secara kuantitatif dapat
pertumbuhan
bayi
dokumentasi panjang badan dan
diukur (Wong, 2008).
untuk mengambil data
lingkar kepala untuk usia 0 dan 6
berat badan, panjang
bulan.
tubuh
badan,
dan
Cara Ukur Melakukan
observasi pertumbuhan
Skala dengan
Interval
berat
lingkar
kepala bayi
53
Berat Badan
Selisih berat badan bayi
Melihat
KMS
dan
Cara pengukuran berat badan bayi
usia 6 bulan dengan usia
mencatat
0 bulan
mengambil data berat
1) Lepas pakaian yang tebal pada
badan usia 0 dan 6
bayi dan anak saat pengukuran,
bulan
cukup pakaian dalam saja.
untuk
adalah:
2) Tidurkan timbangan.
bayi
pada
meja
Tentukan
hasil
timbangan sesuai dengan jarum petunjuk pada timbangan. Panjang Badan
Selisih panjang badan
Melihat
KMS
bayi usia 6 bulan dengan
dokumentasi
usia 0 bulan
mencatat mengambil
atau Cara untuk menentukan panjang badan: dan untuk data
panjang badan usia 0
1) Siapkan pengukur.
papan Apabila
atau tidak
meja ada,
dapat digunakan pita pengukur (meteran).
54
dan 6 bulan
2) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai
menempel
pada
meja
(posisi ekstensi). 3) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur),
lalu
ukur
sesuai
dengan skala yang tertera. 4) Apabila
tidak
ada
papan
pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara member tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik
55
pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lingkar Kepala
Selisih lingkar kepala
Melihat dokumentasi Cara pengukuran lingkar kepala:
bayi usia 6 bulan dengan
dan mencatat untuk
1) Siapkan pita pengukur (meteran).
usia 0 bulan
mengambil
data
2) Lingkarkan pita pengukur pada
lingkar kepala bayi
daerah glabela (frontalis) atau
usia 0 dan melakukan
supra
pengukuran
menuju
lingkar
orbita
kepala bayi dengan
posterior.
menggunakan
hasilnya.
pita
pengukur saat usia 6 sampai 7 bulan untuk
bagian
oksiput
pada
Kemudian
anterior bagian tentukan
3) Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala.
mengambil data usia 6 bulan
56
2
Pemberian ASI Pemberian atau PASI
makanan
kepada bayi usia 0-6
Kuesioner II mengenai ASI
Melakukan
wawancara
dengan Nominal
kuesioner pada ibu-ibu responden. Ibu Ya:
Bila
bulan yang dapat berupa
menjawab pertanyaan pada kuesioner diberikan
ASI eksklusif atau susu
menggunakan skala Guttman (jawaban Eksklusif
formula
Ya dan Tidak)
bayi ASI
Tidak: Bila bayi tidak diberikan ASI Eksklusif
(susu
formula)
57
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian
ini
merupakan
jenis
penelitian
kuantitatif
dengan
menggunakan desain penelitian Cross-Sectional (potong lintang) karena pada penelitan ini variabel independen dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama, jadi tidak ada follow-up pada studi ini (Setiadi, 2007). Berdasarkan metode ini diharapkan dapat diketahuinya perbandingan pertumbuhan bayi yang diberi ASI eksklusif dengan PASI.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Kebon Jeruk pada tanggal 30 Oktober hingga 4 Nopember 2012.
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan di teliti (Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia atau klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 6 bulan sampai 7 bulanyang bertempat tinggal di Kelurahan Kebon Jeruk. 58
59
2.
Sampel Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2007). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah keluarga yang memiliki bayi usia 6 sampai 7 bulan di Kelurahan Kebon Jeruk dengan menggunakan uji hipotesis beda dua proporsi karena terdapat dua sampel atau dua populasi yang berbeda dari suatu peristiwa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah dengan kriteria: a. Kriteria Inklusi: 1) Bayi yang lahir dengan berat badan dalam rentang normal. 2) Bayi dalam keadaan sehat. 3) Bayi memiliki KMS, yang mencatat panjang badan, berat badan dan lingkar kepala bayi lahir sampai usia 7 bulan atau ibu memiliki buku catatan pertumbuhan bayi. 4) Bayi hanya mengkonsumsi ASI Eksklusif. 5) Bayi hanya mengkonsumsi susu formula saja dan makanan lain tanpa ASI. 6) Orang tua bersedia menjadi responden. 7) Orang tua mampu berkomunikasi, membaca dan menulis dengan baik.
60
b. Kriteria Ekslusi : 1) Bayi yang memiliki masalah kesehatan bawaan. 2) Bayi dengan berat badan lahir rendah.
3.
Besar Sampel Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 70 orang dengan perhitungan sampel sebagai berikut: Rumus uji hipotesis beda dua proporsi sebagai berikut :
n=
Keterangan : n
= Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z1-α/2 = 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan (α) sebesar 5%) Z 1-β = 1, 28 (Kekuatan uji sebesar 90%) P1=0,4 (proporsi perbedaan pertumbuhan berat badan bayi usia 0 – 6 bulan antara yang mendapat ASI eksklusif dengan susu formula di posyandu Boegenvile
desa Kebonsari Wetan Kecamatan
Mayangan Probolinggo tahun 2007 oleh Indah Septiyorini) OR = 9,75 (Odds ratio faktor resiko pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan antara yang mendapat ASI eksklusif dengan susu formula menurut penelitian di posyandu Boegenvile desa
61
Kebonsari Wetan Kecamatan Mayangan Probolinggo tahun 2007 oleh Indah Septiyorini)
= 0,064
= 0,232
n
=
= 30,99 = 31 responden Penelitian ini menggunakan uji beda dua proporsi oleh karena itu jumlah sampel dikalikan dua, sehingga sampel yang terpilih sebanyak 31 x 2 = 62 orang, untuk menghindari sampel yang drop out dan sebagai cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal. Cadangan 10% x 62 = 6,2 responden. Total = 62 orang + 7 orang = 69 responden Jadi, jumlah sampel keseluruhan responden yang diambil untuk keperluan penelitian ini adalah 69 responden = 70 responden dengan 35 responden bayi dengan ASI Eksklusif dan 35 responden bayi dengan PASI.
62
4. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dimana teknik ini merupakan metode yang digunakan jika penetapan sampel didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu yang tujuannya adalah agar informasi yang didapatkan maksimal (Nurbaeti, 2010). Teknik ini digunakan di Kelurahan Kebon Jeruk untuk mendapatkan 70 responden bayi dengan 35 bayi yang mengkonsumsi ASI eksklusif dan 35 bayi yang mengkonsumsi PASI.
D. Metode Pengumpulan Data 1.
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2002). Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat ukur atau instrumen. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah KMS untuk melihat hasil pengukuran berat badan dan panjang badan. Pita (meteran) untuk mengukur lingkar kepala. Ibu diberikan 2 buah kuesioner dimana kuesioner I merupakan identitas responden (ibu dan bayi) dan kuesioner II mengenai ASI yang menggunakan Skala Guttman dengan dua pertanyaan dengan jawaban pilihan Ya dan Tidak, dimana dengan penilaian jika pada kuesioner II mengenai pemberian ASI, ibu memberikan jawaban no 1. Tidak dan pada
63
no 2 Ya maka hasilnya adalah ASI eksklusif. Sedangkan PASI apabila pada kuesioner II ibu menjawab pertanyaan no 1.Ya dan no 2.Tidak. 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel untuk penelitian. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah berupa KMS, Formulir pengukuranpanjang badan dan lingkar kepala yang sudah dipakai di Indonesia yang telah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peneliti mencatat hasil pengukuran yang sudah ada dalam buku KMS, untuk melihat data 0 bulan dan 6 bulan. Peneliti juga menggunakan kuesioner untuk data demografi. 3.
Langkah-Langkah Pengumpulan Data Prosespengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di Posyandu melalui beberapa tahap yaitu: a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta b. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. c. Memberikan
lembar
persetujuan
(informed
consent)untuk
ditandatangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian. d. Memberikan penjelasan kepada orang tua responden tentang cara penelitian yang peneliti lakukan.
64
e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan penelitian. f. Peneliti mengelompokkan data yang sudah terkumpul sesuai dengan variabel penelitian. g. Peneliti melihat dokumentasi atau KMS untuk mencatat berat badan usia 0 bulan dan 6 bulan. h. Peneliti melihat dokumentasi atau KMS untuk mencatat panjang badan bayi pada usia 0 bulan dan 6 bulan. i. Peneliti melihat dokumentasi atau KMS untuk mencatat lingkar kepala bayi usia 0 bulan, untuk lingkar kepala usia 6 bulan, peneliti melakukan pengukuran lingkar kepala secara langsung
E. Pengolahan Data 1. Teknik Pengolahan Data Pada penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah jenis data primer dan data sekunder. Dalam pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa kegiatan, antara lain: a Data sekunder Data Pertumbuhan berat badan dan panjang badan dilihat melalui KMS untuk 0 bulan dan 6 bulan, sedangkan untuk lingkar kepala bayi, penelit hanya melihat usia 0 bulan pada KMS.
65
b Data primer Peneliti melakukan pengukuran lingkar kepala untuk bayi usia 6 bulan dengan pita meteran. Data bayi yang mendapat ASI Eksklusif atau yang mendapat susu formula dikumpulkan dengan memberikan kuesioner kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 6 bulan sampai 7 bulan untuk mengetahui bayi yang mendapat ASI Eksklusif dan bayi yang mendapat susu formula selama 6 bulan. Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam pengolahan data terdapat langkahlangkah yang harus ditempuh, diantaranya : 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2007). 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer (Hidayat, 2007).
66
3. Entri data Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi (Hidayat, 2007). 4. Cleaning data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudahdimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat memasukkan data ke komputer. 5. Processing data Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari kuesioner ke paket program computer pengolahan data statistik. 4. Analisis Data a
Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat (Sumantri, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI Eksklusif) dan Pengganti Air Susu Ibu (PASI). Variabel dependen yaitu pertumbuhan bayi: berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala.
67
b Analisis Bivariat Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara variabel
independen
dengan
dependen,
yaitu
perbandingan
pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi yang diberi ASI eksklusif dengan PASI di Kelurahan Kebon Jeruk. Analisis bivariat dilakukan dengan uji-t independen. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui perbedaan mean dua kelompok data independen. Syarat/asumsi yang harus dipenuhi adalah: 1. Data berdistribusi normal/simetris 2. Kedua kelompok data independen 3. Variabel yang dihubungkan berbentuk numerik dan kategorik (dengan hanya dua kelompok) Untuk melihat kemaknaan sistem dengan membandingkan nilai p ≤ α (0,05) maka ada hubungan yang bermakna antara dua variabel dependen dan independen (Ho ditolak). Begitu juga tidak ada hubungan bermakna (Ho gagal ditolak) jika p ≥ α (0,05).
F. Etika Penelitian Masalah etika pada penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008). Masalah etika yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
68
1.
Informed Consent (lembar persetujuan) Informed Consent merupakan bentuk persetujuan yang telah disepakati antara peneliti dengan responden melalui penandatanganan surat pernyataan persetujuan menjadi responden (informed consent). Informed consent tersebut diajukan kepada responden sebelum penelitian dilakukan, dimana pihak responden mempunyai hak mendapatkan penjelasan sejelas–jelasnya tentang maksud dan tujuan diadakannya penelitian tersebut. Setelah mengetahui semua yang tertulis dalam surat persediaan, maka responden diberi kebebasan untuk memutuskan apakah bersedia atau menolak untuk menjadi responden. Apabila responden menolak, maka peneliti harus menghormati keputusan responden.
2.
Anonymity (tanpa nama) Masalah etika merupakan masalah yang sensitif dalam setiap penelitian, salah satunya adalah berhubungan dengan identitas. Untuk menjaga
kerahasiaan
identitas
responden,
peneliti
tidak
akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi melainkan hanya memberikan kode-kode tertentu. 3.
Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian. Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian Letak geografis wilayah Jakarta Barat adalah 106 - 480 BT sampai dengan 60 - 120 LU dengan batas wilayah utara Kabupaten atau Kotamadya Tangerang dan Kotamadya Jakarta Utara, batas timur Kotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarta Pusat, batas selatan Kotamadya Jakarta Selatan dan Kabupaten atau Kotamadya Tangerang dan batas barat Kabupaten dan Kotamadya Tangerang. Luas wilayah Jakarta Barat adalah 12.615,14 ha dengan pembagian wilayah 8 Kecamatan, 56 Kelurahan, 568 RW dan 6.202 RT. Jumlah kepadatan penduduk 119 Jiwa / ha. Luas kecamatan Kebon Jeruk adalah 17,51 km, dengan jumlah penduduk 195.594 jiwa. Kelurahan Kebon Jeruk berada di Jalan Perum Kebon Jeruk (2012).
Penelitian dilakukan di Kelurahan Kebon Jeruk, Jakarta Barat tahun 2012. Sampel berjumlah sebanyak 70 responden, yang terdiri dari 35 responden bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan 35 responden bayi yang diberi PASI selama 6 bulan penelitian dilakukan dengan melihat berat badan dan panjang badan lahir dan saat 6 sampai 7 bulan serta melihat lingkar kepala bayi lahir pada KMS dan mengukur langsung lingkar kepala bayi saat 6 sampai
bulan. Penelitian ini
menggunakan kuesioner untuk mengetahui apakah bayi mendapatkan ASI eksklusif atau PASI, peneliti menggunakan media kuesioner yang
69
70
diberikan pada Ibu dengan meminta persetujuan informed consent terlebih dahulu.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Oktober hingga 4 Nopember 2012 dan pada hari pelaksanaan, peneliti melakukan kunjungan ke rumah warga yang memiliki bayi usia 6 sampai 7 bulan serta mendatangi posyandu yang banyak terdapat bayi yang berusia 6 sampai 7 bulan. Peneliti memberikan kuesioner untuk diisi oleh Ibu, peneliti mencatat data bayi yang terdapat pada KMS maupun dokumen, peneliti mencatat berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi saat lahir dan peneliti mengukur lingkar kepala saat 6 bulan. Penelitian ini dapat dilakukan setelah diberikan izin sebelumnya oleh pihak kelurahan. Penelitian dilakukan pada satu waktu yang dibantu oleh orang tua dan disupervisi oleh anggota kelurahan sehingga penelitian berjalan dengan lancar.
B. Gambaran Sampel Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Bayi Usia 6-7 Bulan Berdasarkan Nutrisi Nutrisi ASI PASI
Frekuensi n=70 35 35
Persentase (%) 50 50
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 70 responden terdapat 35 bayi (50%) yang mendapatkan ASI eksklusif dan 35 bayi (50%) yang mendapatkan PASI.
71
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Bayi Usia 6-7 Bulan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Frekuensi n=70 33 37
Persentase (%) 47,1 52,9
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 37 bayi (52,9%) sedangkan laki-laki 33 bayi (47,1%).
C. Analisis Univariat Analisis univariat menjelaskan atau mendeskripsikan data berat badan, panjang badan dan lingkar kepala berdasarkan nutrisi. 1. Gambaran Berat Badan Bayi Berdasarkan Nutrisi Tabel 5.3 Rata–rata Selisih Berat Badan Bayi Berdasarkan Nutrisi Nutrisi ASI PASI
Mean (gram) 3205,71 4834,29
St. dev 437,367 692,690
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa rata-rata bayi yang mendapat ASI 3205,71 gram dengan standar deviasi 437,367 sedangkan bayi yang mendapatkan PASI 4837,29 gram dengan standar deviasi 692,690.
72
2. Gambaran Panjang Badan Bayi Berdasarkan Nutrisi Tabel 5.4 Rata–rata Selisih Panjang Badan Bayi Berdasarkan Nutrisi Nutrisi ASI PASI
Mean (cm) 15,057 17,071
St. Dev 2,6810 3,9763
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata panjang badan bayi yang mendapatkan ASI 15,057 cm dengan standar deviasi 2,6810 sedangkan bayi yang mendapatkan PASI 17,0711 cm dengan standar deviasi 3,9763
3. Gambaran Lingkar Kepala Bayi Berdasarkan Nutrisi Tabel 5.5 Rata–rata Selisih Lingkar Kepala Bayi Berdasarkan Nutrisi Nutrisi ASI PASI
Mean (cm) 9,829 9,657
St. Dev 0,6854 1,2173
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa rata-rata lingkar kepala bayi yang mendapatkan ASI 9,829 cm dengan standar deviasi 0,6854 sedangkan PASI 9,657 cm dengan standar deviasi 1,2173.
D. Analisis Bivariat Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara variabel independen dengan variabel dependen, pemberian ASI
73
eksklusif dan pemberian PASI pada bayi terhadap pertumbuhan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala bayi di Kelurahan Kebon Jeruk. Analisis bivariat dilakukan dengan uji-t independen. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui perbedaan mean dua kelompok data independen.
1. Perbandingan Pertumbuhan Berat Badan Bayi yang diberikan ASI Eksklusif dengan PASI Analisis perbandingan pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan PASI pada usia 6-7 bulan di Kelurahan Kebon Jeruk tahun 2012 disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 5.6 Perbandingan Pertumbuhan Berat Badan Bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan Bayi yang diberikan PASI Usia 6-7 bulan Pemberian Makanan ASI Eksklusif PASI
Mean
Berat Badan (gram) Std.Dev T Df
3205,71
437,367
4834,29
692,690
-11,761
57,392
P value 0,030
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan berat badan bayi usia 6-7 bulan yang diberikan ASI eksklusif adalah 3205,71 gram dengan standar deviasi 437,367, sedangkan rata-rata pertumbuhan berat badan bayi usia 6-7 bulan yang diberikan PASI adalah 4834,29 gram dengan standar deviasi 692,690 dan t hitung -11,761 dengan df 57,392 Nilai p sebesar 0,030 dimana p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya ada perbandingan pertumbuhan berat badan
74
bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan PASI pada usia 6-7 bulan di Kelurahan Kebon Jeruk tahun 2012. Besar eta squared pengaruh perbandingan berat badan bayi sebesar 0,670 artinya, ada perbedaan yang besar pada berat badan bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan PASI, bayi yang diberikan ASI eksklusif lebih ringan dibandingkan dengan bayi yang diberikan PASI Cohen (1988, dalam Pallant, 2010). 2. Perbandingan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi yang diberikan ASI Eksklusif dengan PASI Analisis perbandingan pertumbuhan panjang badan bayi yang diberi ASI eksklusif dengan PASI pada bayi usia 6-7 bulan di Kelurahan Kebon Jeruk tahun 2012 disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 5.7 Perbandingan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan Bayi yang diberikan PASI Usia 6-7 bulan Pemberian Makanan ASI Eksklusif PASI
Mean
Panjang Badan (cm) Std.Dev T Df
15,057
2,6810
17,071
3,9763
-2,485
59,619
P value 0,020
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan panjang badan bayi usia 6-7 bulan yang diberikan ASI eksklusif adalah 15,057 cm dengan standar deviasi 2,6810, sedangkan rata-rata pertumbuhan berat badan bayi usia 6-7 bulan yang diberikan PASI adalah 17,071 cm dengan standar deviasi 3,9763 dan t hitung -2,485 dengan df 59,619. Nilai p sebesar 0,020 dimana p value < 0,05 sehingga dapat
75
disimpulkan Ho ditolak, artinya ada perbandingan pertumbuhan panjang badan bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan PASI pada usia 6-7 bulan di Kelurahan Kebon Jeruk tahun 2012. Besar eta squared pengaruh perbandingan panjang badan bayi sebesar 0,083 artinya, ada perbedaan yang sedang pada panjang badan bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan PASI, bayi yang diberikan ASI eksklusif lebih pendek dibandingkan dengan bayi yang diberikan PASI Cohen (1988, dalam Pallant, 2010).
3. Perbandingan Pertumbuhan Lingkar Kepala Bayi yang diberikan ASI Eksklusif dengan PASI Analisis perbandingan pertumbuhan lingkar kepala bayi yang diberi ASI eksklusif dengan PASI pada bayi usia 6-7 bulan di Kelurahan Kebon Jeruk tahun 2012 disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 5.8 Perbandingan Pertumbuhan Lingkar Kepala Bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan Bayi yang diberikan PASI Usia 6-7 bulan Pemberian Makanan ASI Eksklusif PASI
Mean
Lingkar Kepala (cm) Std.Dev T Df
9,829
0,6854
9,657
1,2173
0,726
53,587
P value 0,002
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan lingkar kepala bayi usia 6-7 bulan yang diberikan ASI eksklusif adalah 9,829 cm dengan standar deviasi 0,6854, sedangkan rata-rata pertumbuhan lingkar kepala bayi usia 6-7 bulan yang diberikan PASI adalah 9,657
76
cm dengan standar deviasi 1,2173 dan t hitung 0,726 dengan df 53,587. Nilai p sebesar 0,002 dimana p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya ada perbandingan pertumbuhan lingkar kepala bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan PASI pada usia 6-7 bulan di Kelurahan Kebon Jeruk tahun 2012. Besar eta squared pengaruh perbandingan lingkar kepala bayi sebesar 0,0076 artinya, ada perbedaan yang kecil pada lingkar kepala bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan PASI, bayi yang diberikan ASI eksklusif memiliki lingkar kepala lebih besar dibandingkan dengan bayi yang diberikan PASI Cohen (1988, dalam Pallant, 2010).
BAB VI PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan pembahasan penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam Bab VI ini mengenai ada tidaknya perbandingan pertumbuhan bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan PASI.
A. Pembahasan Variabel Penelitian Analisis Bivariat 1.
Gambaran berat badan bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi PASI Pada penelitian ini, rata-rata pertumbuhan berat badan bayi usia 6 sampai 7 bulan yang diberikan ASI eksklusif adalah 3205,71 gram dengan standar deviasi 437,367, sedangkan rata-rata pertumbuhan berat badan bayi yang diberikan PASI adalah 4834,29 gram dengan standar deviasi 692,690. Rata-rata berat badan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih ringan dibandingkan dengan rata-rata berat badan bayi yang mendapatkan PASI. Selama tahun pertama, pertumbuhan terjadi sangat cepat terutama selama 6 bulan pertama. Bayi memperoleh pertambahan berat badan 150 sampai 210 gram (5 sampai 7 ons) setiap minggu sampai sekitar usia 5 sampai 6 bulan. Berat badan rata-rata bayi usia 6 bulan adalah dua kali lipat dari berat badan lahir, sekitar 7260 gram. Bayi yang mendapatkan ASI sampai lebih dari usia 4 sampai 6 bulan secara khas lebih ringan dari bayi yang mendapatkan susu botol.
77
78
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh American Academy of Pediatrics, 1998; Dewey dkk (1993 dalam Wong 2008) yang menyatakan bahwa “Bayi yang mendapatkan ASI sampai lebih dari usia 4 sampai 6 bulan secara khas lebih ringan dari bayi yang mendapatkan
susu botol”. Berat badan bayi yang
mendapatkan ASI lebih ringan dibandingkan dengan Berat Badan bayi yang mendapatkan PASI namun jika dilihat dari kurva KMS, bayi yang mendapatkan ASI memiliki berat badan dalam rentang berat badan normal, sedangkan bayi yang mendapatkan PASI memiliki berat badan berada pada rentang obesitas dikarenakan kandungan protein pada susu formula sekitar 3 kali lebih banyak dibanding ASI, kandungan lemak pada ASI cenderung lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak pada susu formula . Hal ini dikarenakan kandungan kalori dalam ASI diserap oleh tubuh bayi sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi. Namun tubuh bayi akan menyerap semua kalori yang terdapat pada
PASI.
Sehingga, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih ringan dibandingkan dengan PASI.
2.
Gambaran panjang badan bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan PASI Pada penelitian ini, rata-rata pertumbuhan panjang badan bayi usia 6 sampai 7 bulan yang diberikan ASI eksklusif adalah 15,057 cm dengan standar deviasi 2,6810, sedangkan rata-rata pertumbuhan
79
panjang badan pada bayi yang diberikan PASI adalah 17,071 cm dengan standar deviasi 3,9763. Rata-rata panjang badan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih pendek dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan PASI. Panjang badan pada bayi akan bertambah 2,5 cm (1 inci) setiap bulan selama 6 bulan pertama dan kemudian melambat selama 6 bulan kedua. Pertambahan panjang melonjak dengan cepat, bukan dengan pola lambat dan bertahap. Tinggi rata-rata adalah 65 cm pada usia 6 bulan (Wong, 2008). Panjang badan pada bayi yang mendapatkan ASI cenderung lebih lambat dibandingkan dengan PASI, namun panjang badan pada bayi yang mendapatkan ASI sesuai dengan berat badan bayi. Bayi yang mendapatkan ASI memiliki berat badan lebih ideal, artinya panjang badan sesuai dengan berat badan bayi, bayi memiliki berat badan dan panjang badan yang proporsional. Pada bayi yang mendapatkan PASI, bayi cenderung terlihat “bongsor”, antara berat badan dan panjang badan tidak sesuai dengan usianya. Hal ini dikarenakan ASI merupakan larutan kompleks yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Di dalam usus halus laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Produksi enzim laktase pada usus halus bayi kadangkadang belum mencukupi, untungnya laktase terdapat dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus besar, dimana laktosa ini akan difermentasi oleh flora usus (bakteri baik pada usus) yaitu laktobasili.
80
Bakteri ini akan menciptakan keadaan asam dalam usus yang akan menekan pertumbuhan kuman patogen (kuman yang menyebabkan penyakit) pada usus dan meningkatkan absorpsi (penyerapan) kalsium dan fosfor. ASI hanya menyerap kalsium dan fosfor sesuai dengan kebutuhan bayi. Sedangkan PASI tidak.
3.
Gambaran lingkar kepala bayi yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang diberikan PASI Pada penelitian ini, rata-rata pertumbuhan lingkar kepala bayi usia 6 sampai 7 bulan yang diberikan ASI eksklusif adalah 9,829 cm dengan standar deviasi 0,6854, sedangkan rata-rata pertumbuhan lingkar kepala bayi yang diberikan PASI adalah 9,657 cm dengan standar deviasi 1,2173. Rata-rata lingkar kepala bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih besar dibandingkan dengan rata-rata lingkar kepala bayi yang mendapatkan PASI. Pertumbuhan lingkar kepala bayi berjalan sangat cepat selama 6 bulan pertama, lingkar kepala bertambah setiap bulannya sekitar 1,5 cm. Ukuran rata-rata adalah 43 cm pada usia 6 bulan. Pertambahan ukuran kepala mencerminkan pertumbuhan dan diferensiasi sistem saraf (Wong, 2008). Pertambahan yang relatif konstan juga dapat diketahui dari proporsi besar kepala dengan panjang badan. Saat lahir, kepala berukuran seperempat bagian dari panjang badan dan setelah dewasa, besar kepala hanya seperdelapan dari panjang badan. Oleh karena itu, lingkar kepala ini hanya efektif pada 6 bulan pertama
81
sampai umur 2-3 tahun, kecuali pada keadaan tertentu seperti bentuk kepala yang besar pada anak yang menderita hydrocephalus. Pada dua tahun pertama ini, pertumbuhan otak relatif pesat (Nursalam, 2005). Pengukuran
lingkar
kepala
dimaksudkan
untuk
menaksir
pertumbuhan otak. Berat otak waktu lahir adalah sekitar 350 gram, pada usia 1 tahun beratnya hampir mencapai 3 kali lipat yaitu 925 gram 75%, dan mencapai 90% pada usia 6 tahun. Pertumbuhan ukuran lingkar kepala umumnya mengikuti pertumbuhan otak sehingga bila ada hambatan atau gangguan pada pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan otak biasanya juga terhambat (Nursalam, 2005). Komposisi yang terdapat dalam ASI juga sudah lengkap, di dalamnya terkandung AA dan DHA yang telah digembar-gemborkan produsen susu formula untuk meningkatkan kecerdasan anak. Hal ini perlu diketahui Ibu sebelum hamil, sehingga Ibu lebih siap untuk memberikan ASI eksklusif. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif telah terbiasa untuk belajar sejak dini, berbagai panca indranya telah distimulasi sejak dini. Menurut Yen (dalam Chomaria 2011), bayi yang diberikan ASI eksklusif akan terstimulasi dari segi penciuman, penglihatan, pengecapan, pendengaran dan sentuhan. Bayi setelah dilahirkan dan diletakkan di dada Ibu, secara spontan akan menggunakan indra pengecap dan penciumannya untuk menelusuri cairan sejenis yang dikeluarkan dari putting ibu. Selain itu dalam waktu 9 menit, bayi baru lahir mampu menoleh dengan mata mengikuti rangsangan yang
82
bergerak. Saat berada didada, bayi akan mendengar lebih jelas suara ibu dan detak jantung ibu seperti dalam kandungan. Kontak kulit antara Ibu dan bayi dapat memberikan rasa nyaman dan tenang pada bayi. Semua ini menyebabkan IQ dan EQ bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih tinggi dibandingkan dengan PASI, karena sejak detik-detik awal kelahirannya di dunia, baik fisik maupun psikis terstimulasi secara optimal. Penelitian tentang perbedaan IQ bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan PASI telah dilakukan. Menurut Suradi dalam Chomaria 2011), berdasarkan hasil penelitian di Denmark, diketahui bahwa bayi yang diberi ASI hingga lebih dari sembilan bulan akan tumbuh cerdas. Hal tersebut disebabkan ASI mengandung AA dan DHA, sementara bayi yang tidak diberi ASI mempunyai IQ yang lebih rendah 7 – 8 poin dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif.
B. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain: 1.
Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional yang meneliti variabel dependen dengan independen pada satu waktu, sehingga tidak dapat melihat hubungan sebab akibat, tetapi hanya melihat perbandingan saja, tidak ada tindak lanjut.
2.
Sulitnya mendapatkan responden bayi yang diberikan ASI eksklusif dibandingkan PASI.
83
3.
Saat pengukuran berlangsung, penulis mendapatkan kesulitan dikarenakan bayi rewel, bayi banyak bergerak akibat menangis. Sehingga diperlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasil pengukuran lingkar kepala.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Berat badan bayi yang diberikan ASI Eksklusif lebih ringan dibandingkan dengan bayi yang diberikan PASI. 2. Panjang badan bayi yang diberikan ASI Eksklusif lebih pendek dibandingkan dengan bayi yang diberikan PASI. 3. Lingkar kepala bayi yang diberikan ASI Eksklusif lebih besar dibandingkan dengan bayi yang diberikan PASI. 4. Ada perbandingan pertumbuhan berat badan pada bayi saat lahir dan usia 6-7 bulan yang diberikan ASI eksklusif dengan PASI dengan rata-rata berat badan ASI eksklusif (3205.71) lebih ringan dibandingkan PASI (4834.29). 5. Ada perbandingan pertumbuhan panjang badan pada bayi saat lahir dan usia 6-7 bulan yang diberikan ASI eksklusif dengan PASI dengan rata-rata panjang badan ASI eksklusif (15.057) lebih pendek dibandingkan PASI (17.071). 6. Ada perbandingan pertumbuhan lingkar kepala pada bayi saat lahir dan usia 6-7 bulan yang diberi ASI eksklusif dengan PASI dengan rata-rata lingkar kepala ASI eksklusif (9.829) lebih besar dibandingkan PASI (9.657).
84
85
B. Saran 1. Bagi Kelurahan Kebon Jeruk Bekerjasama dengan puskesmas maupun petugas posyandu untuk memberikan promosi kesehatan dalam menegakkan program ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan lain selain ASI. Mengadakan program konseling khusus untuk ibu yang sedang hamil (calon ibu) di Kelurahan Kebon Jeruk mengenai pentingnya pemberian ASI secara eksklusif sehingga persepsi ibu mengenai ASI baik dan dapat memberikan nutrisi terbaik untuk pertumbuhan bayinya
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian sejenis, dengan metode longitudinal atau kohort yang mengikuti responden dari lahir sampai 6 bulan dengan memperhatikan daya tahan tubuh bayi selama 6 bulan tersebut, dengan menggunakan pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) sebagai panduan untuk mengetahui tentang kesehatan bayi selama 6 bulan agar hasil yang didapatkan lebih akurat. Penggunaan alat distraksi yang bersifat atraumatic care agar bayi tidak menangis atau rewel pada saat penelitian berlangsung. Sehingga, hasil yang didapatkan lebih akurat dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil penelitian.
86
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan a. Meningkatkan peran perawat dan keahlian perawat, khususnya perawat maternitas dan anak, untuk mengetahui pentingnya menyusui eksklusif bagi pertumbuhan bayi. b. Memperbanyak buku referensi manfaat pemberian ASI eksklusif bagi pertumbuhan bayi.
4. Institusi Pelayanan Kesehatan a. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi. b. Menerapkan program inisiasi menyusui dini kepada bayi yang baru lahir. c. Menerapkan program ASI eksklusif sampai 6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, A. Peningkatan Berat Badan pada Bayi Prematur yang Mendapat ASI, PASI, dan Kombinasi ASI-PASI. 2006. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 No 2 Juni 2007. Baskoro, A. ASI: Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarja: Banyu Media. 2008. Berhman RE, Kiegmen RM, Jensen HB; alih bahasa, A. Samik Wahab. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1 Ed.15. Jakarta: EGC. 2000. Bulan, A dan Zulfito M. Buku Pintar Menu Bayi, Jakarta: Wahyu Medika. 2007. Chomaria, N. Panduan Terlengkap Pasca Melahirkan. Solo: Ziyad Visi Media. 2011. Depkes RI. Hasil Survei ASI Ekslusif dan MP-ASI Balita. 2011. Diakses tanggal 3 November 2011.
. Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASi Lokal). 2006. Diakses tanggal 3 November 2011. < www.depkes.org.id>. Depkes RI. Kartu Menuju Sehat (KMS). Diakses tanggal 30 Maret 2012. . Eisenberg, A. Bayi Pada Tahun Pertama. Jakarta: Arcan. 2002. Hidayat, A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Hidayat, A. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Matondang C.S., Munatsir Z., Sumadiono. Aspek Imunologi Air Susu Ibu, Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2008. IDAI. Breast Milk. Diakses tanggal 3 April . 2009.
2013.
Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Diakses tanggal 3 November 2011. . 2007. Moehji, S. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta : Bhratara Karya Aksara. 1988. Munasir Z. dan Kurniati N. Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh. In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008.
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. Nurbaeti, I, Utomo. Metodologi Penelitian ddalam Bidang Keperawatan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. 2010. Nursalam, Susilaningrum, Utami. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika. 2008. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Pallant, J. SPSS Survival Manual 4th Edition: A Step by Step Guide to Data Analysis Using the SPSS Program. 2010. Prawiroharjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. 2005. Pudjiadi, S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi ke-4. Jakarta: FKUI. 2002. Purwanti, H.S. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC. 2004. Putriani, N. Pengaruh ASI terhadap Tumbuh Kembang Anak. Diakses tanggal 23 Oktober 2011. . Jakarta. 2010. Roesli, U. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2001. Sembiring, T. Ragam Pediatrik Praktis. Medan : USU Press. 2009. Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007. Sumantri, A. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana. 2011. Sunartyo, N. Panduan Merawat Bayi dan Balita Agar Tumbuh Sehat dan Cerdas. Yogyakarta: DIVA Press. 2008. Sutomo, Budi dan Dwi. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta: Demedia. 2010. UNICEF WHO IDAI. Rekomendasi tentang Pemberian Makanan Bayi pada Situasi Darurat. Diakses tanggal 3 November 2011. . 2005. Walker, A. Makanan yang Sehat untuk Bayi dan Anak. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2005. WHO. Exclusive Breastfeeding. Diakses tanggal 20 Desember 2011. <www.who.int/elena/titles/exclusive_breasstfeeding/en/>. 2006.
Wong, Donna L.. [et.al]; alih bahasa, Agus Sutarna, Neti Juniarti, H. Y. Kuncara. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong; Editor edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha… [et. Al] Ed. 6. Jakarta: EGC. 2008. ___________________.Kota Administrasi Jakarta Barat. Diakses pada tanggal 15 Januari 2013. . 2012.
PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Nama : Wulan Ambarwati NIM
: 108104000012 Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul Perbandingan
Pertumbuhan Bayi yang diberi Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dengan Pengganti Air Susu Ibu (PASI) yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pertumbuhan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala antara bayi yang mendapat ASI Eksklusif dengan PASI atau susu formula. Sehubungan dengan hal tersebut, saya dengan ini meminta kesediaan ibuibu untuk menjadi responden dengan mengisi formulir yang diberikan dengan benar dan sukarela dimana jawaban yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya. Atas kesediaan dan bantuannya saya sampaikan terima kasih.
Hormat Saya
(Wulan Ambarwati)
LEMBAR PERSETUJUAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN (Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Umur
:
Alamat
:
Menyatakan dengan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun Bersedia / Tidak Bersedia * Untuk berpartisipasi dan berperan serta sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Wulan Ambarwati mahasiswi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Perbandingan Pertumbuhan Bayi yang diberi Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dengan Pengganti Air Susu Ibu (PASI) “. Saya yakin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan keraguan apapun pada saya dan keluarga. Dan saya telah mempertimbangkan serta telah memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Jakarta,
(
Keterangan : * Coret yang tidak dipilih
2012
)
KUESIONER I PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BAYI YANG DIBERI AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN PENGGANTI AIR SUSU IBU (PASI) DI KELURAHAN KEBON JERUK Nomor responden
:
Pewawancara
:
Tgl wawancara :
I IDENTITAS RESPONDEN 1. IDENTITAS ORANG TUA No
Identitas
1
No. Responden
2
Umur
3
Pendidikan
4
Pekerjaan
Ibu
2. IDENTITAS BAYI 1. Tanggal lahir
:
2. Usia
:
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan*
Bulan
4. Apakah saat lahir hingga saat ini, bayi ibu memiliki masalah kesehatan berat yang dinyatakan berdasarkan pemeriksaan dokter? Ya/tidak
KUESIONER II PEMBERIAN ASI Petunjuk pengisian : Beri tanda silang (x) pada masing-masing jawaban yang menurut anda sesuai dan dianggap paling benar.
1. Sebelum bayi disusui untuk pertama kali, apakah bayi diberi cairan atau makanan lain selain ASI? a. Ya
b. Tidak
Jika jawaban no 1 “YA”, jenis makanan/cairan apa yang diberikan a
Susu formula
b
Air putih
c
Lain-lain, sebutkan...
2. Apakah bayi ibu hanya diberi ASI saja hingga usia 6 bulan? a. Ya
b. Tidak
Jika jawaban no 2 “TIDAK” makanan pendamping apa yang pertama kali diberikan pada bayi yang berumur dibawah 6 bulan a. Bubur susu b. Pisang c. Susu formula d. Nasi lembek e. Lain-lain, sebutkan :………..
* Coret yang tidak perlu
LEMBAR OBSERVASI PERTUMBUHAN BAYI
Lihat grafik pertumbuhan yang terdapat pada dokumentasi pertumbuhan bayi dan saat peneliti melakukan pengukuran.
Pertumbuhan Berat badan (Kg) Panjang badan (Cm) Lingkar kepala (Cm)
0 bulan
6 bulan sampai 7 bulan
Your temporary usage period for IBM SPSS Statistics will expire in 13 days. T-TEST GROUPS=pm(0 1) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=bb /CRITERIA=CI(.95).
T-Test [DataSet0]
Berat Badan Berdasarkan Nutrisi Group Statistics pemberian makanan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
ASI eksklusif
35
3205.71
437.367
73.929
PASI
35
4834.29
692.690
117.086
berat badan Independent Samples Test Levene's Test for Equality of
t-test for Equality of
Variances
Means
F Equal variances assumed berat badan
Sig. 4.911
t .030
Equal variances not assumed
df
-11.761
68
-11.761
57.392
Independent Samples Test t-test for Equality of Means Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Equal variances assumed
.000
-1628.571
138.472
Equal variances not assumed
.000
-1628.571
138.472
berat badan
Independent Samples Test t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
Equal variances assumed
-1904.888
-1352.254
Equal variances not assumed
-1905.816
-1351.327
berat badan
T-TEST GROUPS=pm(0 1) /MISSING=ANALYSIS
/VARIABLES=pb /CRITERIA=CI(.95).
T-Test [DataSet0]
Panjang Badan Berdasarkan Nutrisi
Group Statistics pemberian makanan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
ASI eksklusif
35
15.057
2.6810
.4532
PASI
35
17.071
3.9763
.6721
panjang badan
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of
t-test for Equality of
Variances
Means
F Equal variances assumed panjang badan
Sig. 5.712
t .020
Equal variances not assumed
df
-2.485
68
-2.485
59.619
Independent Samples Test t-test for Equality of Means Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Equal variances assumed
.015
-2.0143
.8106
Equal variances not assumed
.016
-2.0143
.8106
panjang badan
Independent Samples Test t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
Equal variances assumed
-3.6319
-.3967
Equal variances not assumed
-3.6360
-.3926
panjang badan
T-TEST GROUPS=pm(0 1) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=lk /CRITERIA=CI(.95).
T-Test
[DataSet0]
Lingkar Kepala Berdasarkan Nutrisi Group Statistics pemberian makanan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
ASI eksklusif
35
9.829
.6854
.1159
PASI
35
9.657
1.2173
.2058
lingkar kepala Independent Samples Test Levene's Test for Equality of
t-test for Equality of
Variances
Means
F Equal variances assumed lingkar kepala
Sig. 10.664
t .002
Equal variances not assumed
df .726
68
.726
53.587
Independent Samples Test t-test for Equality of Means Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
Equal variances assumed
.470
.1714
.2361
Equal variances not assumed
.471
.1714
.2361
lingkar kepala
Independent Samples Test t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
Equal variances assumed
-.2998
.6426
Equal variances not assumed
-.3021
.6449
lingkar kepala
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin FREQUENCIES VARIABLES=jk /ORDER=ANALYSIS. [DataSet0] Statistics jenis kelamin Valid
70
N Missing
0
jenis kelamin Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
laki-laki
33
47.1
47.1
47.1
perempuan
37
52.9
52.9
100.0
Total
70
100.0
100.0