TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PENGGUNAAN GLASSFIBRE REINFORCED CEMENT (GRC) & BETON PRA-CETAK (PRECAST) SEBAGAI PANEL DINDING EKSTERIOR UNTUK BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT TINGGI DI TINJAU DARI SEGI WAKTU & BIAYA (STUDI KASUS PROYEK PAKUBUWONO RESIDENCE)
Disusun oleh : Kadi 4110411-073
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2008
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN No.Dokumen
011 423 441 00
Tgl. Efektif
7 MARET 2005
Q
Distribusi
Semester : VIII (Delapan)
Tahun Akademik : 2008/2009
Tugas akhir ini untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik, jenjang pendidikan Strata 1 (S-1), Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Mercu Buana, Jakarta.
Judul Tugas Akhir
: Perbandingan Penggunaan GRC dan Precast Sebagai Panel Dinding Eksterior untuk Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi Di Tinjau dari Segi Waktu & Biaya (Studi Kasus Proyek Pakubuwono Residence)
Disusun Oleh : Nama
: Kadi
NIM
: 4110411073
Jurusan/ Program Studi
: Teknik Sipil dan Perencanaan/ Teknik Sipil
Telah diajukan dan dinyatakan lulus sidang sarjana :
Jakarta, 3 Juni 2008 Pembimbing,
Ir. Mawardi Amin, MT Megetahui, Ketua Sidang,
Ketua Program Studi Teknik Sipil,
Ir. Mawardi Amin, MT
Ir. Mawardi Amin, MT
Universitas Mercubuana
i
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA No.Dokumen
011 423 441 00
Tgl. Efektif
7 MARET 2005
Q
Distribusi
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Kadi
NIM
: 4110411073
Jurusan
: Teknik Sipil
Fakultas
: Teknik Sipil dan Perencanaan
Menyatakan bahwa tugas akhir ini merupakan karya asli, bukan jiplakan (duplikat) dari karya orang lain. Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dipertanggung jawabkan sepenuhnya.
Jakarta,
2008
Yang memberikan pernyataan,
Kadi
Universitas Mercubuana
ii
ABSTRAK
Nama penyusun : Kadi, NIM : 4110411073, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Mercu buana, Dosen Pembimbing : Ir. Mawardi Amin, MT, Judul Skripsi Perbandingan Penggunaan GRC dan Precast sebagai Panel Dinding Eksterior untuk Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi Di Tinjau dari Segi Waktu & Biaya (Studi Kasus Proyek Pakubuwono Residence). Tujuan dari penulisan tugas akhir in adalah untuk membandingkan efektifitas dan efisiensi dari GRC dan Precast sebagai panel dinding eksterior untuk bangunan gedung bertingkat tinggi. Sesuai dengan kreteria keberhasilan suatu proyek konstruksi, maka perbandingan ditekankan dari segi waktu dan biaya. Disamping itu untuk menunjang pembahasan, maka penulis juga menguraikan metode pelaksanaan konstruksi masing-masing jenis material tersebut. Setelah dilakukan analisa maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan GRC serta keseluruhan lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan Precast.
Kata kunci : Dinding eksterior, GRC, Precast, Biaya, Waktu
Universitas Mercubuana
iii
“ Sayangilah orang - orang di bumi, maka kamu akan disayangi oleh yang dilangit “
Dan aku menyadari bahwa sesungguhnya ilmuku adalah bagai sebutir pasir dari lautan yang maha luas. Kupersembahkan skripsiku untuk orang-orang yang kucintai ...... Bapak dan ibu yang tidak bosan-bosannya berlutut sujud tiap malam dengan do’a - do’anya untukku. Kangmas, Mbak, dan Kemenakkanku yang lucu - lucu dan keluarga besar istriku tercinta. Temen-temen teknik sipil & perencanaan 2004. Serta yang sangat-sangat berarti bagi hidupku, istriku dan anakku Asmawati, Moh. Attar ......
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrohim, Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah, atas karunia dan rahmat-Nya Alhamdulillah Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga tercurah bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya, keluarga dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan segala keterbatasan ilmu serta waktu, Penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas akhir ini sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa untuk membuat suatu karya tulis yang baik dan bermutu diperlukan waktu yang cukup dan juga masukan-masukan yang membangun yang akan dijadikan sumber di dalam penulisan. Dengan segala keterbatasan yang ada, Penulis berusaha menghasilkan suatu karya yang mudahmudahan dapat memberikan masukan dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan yang dapat dipakai di lingkungan kerja. Dalam melengkapi penulisan ini beberapa pihak telah memberikan masukan serta memberikan konstribusi yang positif, sehingga di dalam penulisan ini Penulis ingin mengucapkan rasa rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatiannya demi terselesaikannya tugas akhir ini, khususnya kepada : 1. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan selalu memberikan dukungan. 2. Istri dan anak saya (Asmawati & Moh. Attar) atas doa dan spirit yang dicurahkan,
Universitas Mercubuana
iv
3. Bapak Ir. Muji Indarwanto, MM.MT selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana, 4. Ibu Ir. Desiana Vidayanti, MT selaku Wakil Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana, 5. Bapak Ir. Mawardi Amin, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana dan juga selaku Dosen Pembimbing, 6. Bapak Ir. Edifrizal Darma, MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana, dan juga selaku Koordinator Tugas Akhir, 7. Para Dosen PKSM Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana, 8. Para Staff dan Karyawan PKSM Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana, 9. Maya Pertisari, Agus Sunarko dan semua rekan mahasiswa PKSM angkatan-V, atas segala kebersamaannya, 10. Ir. Dedet Syafinal, Direksi dan staf karyawan PT Total Bangun Persada Tbk.
Semoga tulisan yang jauh dari kata bermutu ini mendapat kritik serta saran yang konstruktif dari pembaca demi perbaikan tulisan ini dan semoga dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, 28 Juni 2008
Penulis
Universitas Mercubuana
v
Daftar Isi
DAFTAR ISI
Halaman Lembar Pengesahan................................................................................................
i
Lembar Pernyataan..................................................................................................
ii
Abstrak .....................................................................................................................
iii
Kata Pengantar ........................................................................................................
iv
Daftar Isi...................................................................................................................
vi
Daftar Tabel..............................................................................................................
ix
Daftar Gambar..........................................................................................................
xi
Bab I : Pendahuluan I.1. Pendahuluan................................................................................................
I-1
I.2. Latar Belakang Masalah..............................................................................
I-1
I.3. Pembatasan Masalah..................................................................................
I-3
I.4. Maksud dan Tujuan.....................................................................................
I-4
I.5. Metodologi Pembahasan.............................................................................
I-4
I.6. Sistematika Pembahasan............................................................................
I-5
Bab II : Teori Dasar Pengisi Dinding II.1. Umum..........................................................................................................
II-7
II.2. Jenis Material Dinding Pengisi....................................................................
II-8
II.2.1. Glassifibre Reinforced Cement (GRC)..............................................
II-9
II.2.2. Beton Pra-cetak (Precast).................................................................
II-12
II.3. Unsur-unsur Pembentuk Panel Dinding GRC dan Precast.........................
II-14
II.3.1. Portland Cement................................................................................
II-15
II.3.1.1. Sifat-sifat Kimia Portland Cement..........................................
II-15
II.3.1.2. Proses Pengikatan dan Pengerasan.....................................
II-16
II.3.1.3. Penimbunan Semen..............................................................
II-16
II.3.2. Agregat...............................................................................................
II-17
II.3.2.1. Agregat Halus........................................................................
II-17
II.3.2.2. Agregat Kasar........................................................................
II-18
II.3.3. Air Pencampur....................................................................................
II-19
II.3.4. Bahan Tambahan...............................................................................
II-20
Universitas Mercubuana
vi
Daftar Isi II.3. Kriteria Keberhasilan Suatu Proyek Konstruksi...........................................
II-20
II.4.1. Anggaran Biaya..................................................................................
II-21
II.4.2. Waktu.................................................................................................
II-23
II.4.2.1. Bar Chart dan Gant Chart......................................................
II-23
II.4.2. Mutu...................................................................................................
II-24
Bab III : Metodologi Pembahasan III.1. Bagan Alir Penyusunan Tugas Akhir..........................................................
III-25
III.2. Biaya...........................................................................................................
III-26
III.2.1. Bill Of Quantity (BoQ).......................................................................
III-26
III.2.1.1. Langkah-langkah Penyusunan Bill Of Quantity..................
III-26
III.2.1.2. Kategori Bill Of Quantity (BoQ)..........................................
III-27
III.2.1.3. Dasar-dasar Penyusunan dan Pembuatan BoQ...............
III-29
III.2.1.4. Sistem Format Penyusunan BoQ......................................
III-30
III.2.1.5. Tahap Persiapan dalam Penyusunan BoQ.......................
III-31
III.2.2. Catatan Harga (Princing Notes)......................................................
III-32
III.2.3. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Biaya.................................
III-35
III.3. Waktu.........................................................................................................
III-36
III.3.1. Bar Chart atau Gantt Chart.............................................................
III-36
III.2.2. Network Planning...........................................................................
III-38
Bab IV : Metode Pelaksanaan Konstruksi, Analisa Biaya dan Waktu (GRC dan Precats) IV.1. Metode Pelaksanaan Konstruksi (GRC dan Precast)...............................
IV-40
IV.1.1. Data Proyek...................................................................................
IV-40
IV.1.2. Data Umum Proyek.......................................................................
IV-40
IV.1.3. Fabrikasi GRC...............................................................................
IV-41
IV.1.3.1. Design..............................................................................
IV-42
IV.1.3.2. Cetakan (Moulding)..........................................................
IV-42
IV.1.3.3. Proses Fabrikasi..............................................................
IV-43
IV.1.3.3.1. Kategori Hand or Machine Spray....................
IV-43
IV.1.3.3.2. Kategori Premix..............................................
IV-46
IV.1.3.4. Proses Perawatan (Curing).............................................
IV-46
IV.1.3.5. Pengangkutan.................................................................
IV-48
IV.1.4. Teknik Pelaksanaan Pemasangan Komponen GRC....................
IV-48
IV.1.4.1. Survey.............................................................................
IV-48
Universitas Mercubuana
vii
Daftar Isi IV.1.4.2. Marking............................................................................
IV-49
IV.1.4.3. Pemasangan Frame........................................................
IV-49
IV.1.4.4. Pemasangan Panel GRC................................................
IV-50
IV.1.4.5. Finishing dan Sealant.....................................................
IV-50
IV.1.5. Fabrikasi Precast...........................................................................
IV-52
IV.1.6. Pemasangan Precast....................................................................
IV-54
IV.1.7. Finishing........................................................................................
IV-55
IV.2. Analisa Biaya dan Waktu (GRC dan Precast)..........................................
IV-57
IV.2.1. Data Perencanaan Dinding Eksterior............................................
IV-57
IV.2.2. Analisa Biaya................................................................................
IV-60
IV.2.2.1. Analisa Biaya Dinding GRC............................................
IV-60
IV.2.2.2. Analisa Biaya Dinding Precast........................................
IV-65
IV.2.3. Analisa Waktu...............................................................................
IV-70
IV.2.3.1. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Dinding GRC................
IV-70
IV.2.3.2. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Precast............
IV-70
IV.2.4. Analisa Gabungan........................................................................
IV-71
IV.2.5. Analisa Konsultan Quantity Surveyor...........................................
IV-72
Bab V : Simpulan dan Saran V.1. Simpulan...................................................................................................
V-73
V.2. Saran........................................................................................................
V-74
Daftar Pustaka
Lampiran
Universitas Mercubuana
viii
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Sifat Fisik dari GRC...................................................................................
II-11
Tabel 2.2 Property GRC dan Precast (Typical Range).............................................
II-12
Tabel 2.3 Analisa Ayakan.........................................................................................
II-18
Tabel 3.1 Contoh Bar Chart atau Gantt Chart..........................................................
III-37
Tabel 4.1 Schedule Pemasangan Panel GRC.........................................................
IV-58
Tabel 4.2 Daftar Harga Satuan Material...................................................................
IV-59
Tabel 4.3 Daftar Harga Beli Alat...............................................................................
IV-59
Tabel 4.4 Daftar Harga Sewa Alat............................................................................
IV-60
Tabel 4.5 Daftar Upah Tenaga Kerja........................................................................
IV-60
Tabel 4.6 Biaya Pembuatan Bekisting GRC.............................................................
IV-61
Tabel 4.7 Biaya Pekerjaan Pembetonan GRC.........................................................
IV-61
Tabel 4.8 Biaya Pekerjaan Pembesian GRC...........................................................
IV-62
Tabel 4.9 Biaya Peralatan Untuk GRC.....................................................................
IV-63
Tabel 4.10 Biaya Sewa Tower Crane untuk Pemasangan GRC..............................
IV-64
Tabel 4.11 Upah Tenaga Kerja GRC.......................................................................
IV-64
Tabel 4.12 Total Biaya Panel GRC Terpasang/m²...................................................
IV-65
Tabel 4.13 Biaya Pembuatan Bekisting untuk Precast.............................................
IV-66
Tabel 4.14 Biaya Pekerjaan Pembetonan untuk Precast.........................................
IV-66
Tabel 4.15 Biaya Sewa Alat untuk Precast...............................................................
IV-67
Tabel 4.16 Biaya Beli Alat untuk Precast..................................................................
IV-67
Tabel 4.17 Biaya Sewa Tower Crane untuk Pemasangan........................................
IV-68
Tabel 4.18 Upah Tenaga Kerja Precast....................................................................
IV-69
Tabel 4.19 Total Biaya Precast Panel/m²..................................................................
IV-69
Universitas Mercubuana
ix
Daftar Tabel Tabel 4.20 Volume dan Jadwal Pemasangan Panel GRC........................................ IV-70 Tabel 4.21 Volume dan Jadwal Waktu Pemasangan Precast Panel........................
IV-71
Tabel 4.22 Analisa Perbandingan Biaya Pekerjaan..................................................
IV-71
Tabel 4.23 Analisa Perbandingan Waktu Pekerjaan.................................................
IV-71
Tabel 4.24 Analisa Perbandingan Biaya Pekerjaan Konsultan.................................
IV-72
Tabel 4.25 Analisa Perbandingan Waktu Pekerjaan Konsultan................................
IV-72
Universitas Mercubuana
x
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Bar Chart...............................................................................................
II-23
Gambar 3.1 Metode Analisis.....................................................................................
III-25
Gambar 3.2 Diagram Panah......................................................................................
III-39
Gambar 3.3 Precedence Diagram.............................................................................
III-39
Gambar 4.1 Diagram Alir Produksi GRC...................................................................
IV-51
Gambar 4.2 Diagram Alir Pemasangan Panel GRC.................................................
IV-52
Gambar 4.3 Diagram Alir Pembuatan Panel Precast................................................
IV-56
Gambar 4.4 Diagram Alir Pemasangan Precast.......................................................
IV-57
Universitas Mercubuana
xi
Bab I : Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Pendahuluan Seiring dengan lajunya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, maka kebutuhan akan tempat-tempat usaha seperti bank, perkantoran, pertokoan dan usaha-usaha dibidang komersial lainnya juga akan ikut mengalami peningkatan. Namun sementara itu lahan-lahan yang tersedia tidak ikut bertambah, sehingga mengakibatkan pembangunan gedung-gedung tersebut tidak diarahkan pada arah horizontal melainkan ke arah vertikal. Karenanya seperti kita lihat dewasa ini banyak bermunculan gedung-gedung bertingkat tinggi terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Para pengembang tampak seperti berlomba-lomba untuk mendirikan gedung-gedung baru yang baik dan indah. Hal ini mengakibatkan persaingan diantara mereka untuk dapat menciptakan gedung yang baik yang pada saat pengoperasiannya nanti harus mampu bersaing baik dari segi harga maupun mutu. Adanya tuntutan yang demikian membuat kontraktor sebagai pelaksana konstruksi yang menerima perintah kerja dari pemilik harus dapat merencanakan dan mengelola sumber daya yang diperlukan secara efektif dan efisien agar dapat mewujudkan suatu proyek konstruksi yang layak sesuai dengan biaya, mutu dan waktu yang telah ditetapkan.
I.2. Latar Belakang Masalah Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produk Glassfibre Reinforced Cement (GRC) dan Beton Pra-cetak (Precast), yang dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi struktur, yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi arsitekturalnya yaitu penampakan luar (keindahan). Oleh karena itu, sipil dan arsitek yang berorientasi maju pasti akan memikirkan alternatif pemakaian produk GRC dan Precast untuk bangunan rancangannya. Bagaimana tidak,
Universitas Mercubuana
I-1
Bab I : Pendahuluan dengan digunakannya GRC dan Precast maka semua komponen yang seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau sipil dan arsitek untuk diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga sipil dan arsitek dengan leluasa mengawasi kualitas produk yang akan dipasangnya. Kecuali itu, umumnya produk GRC dan Precast adalah untuk komponen-komponen yang berulang (repetitif) sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya, dibuat satu dulu sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan kualitas yang sama. Untuk produk GRC dan Precast, yang sangat berperan adalah teknologi yang digunakannya. Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang harus bagus tetapi juga perlu pelaksanaan yang baik. GRC dan Precast for structure and finishing, yang diperuntukkan untuk keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding produk GRC dan Precast yang sekedar untuk komponen struktur saja. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan (teknologi karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang tinggi, juga detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang menimpanya selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga detail sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada gempa dll-nya tanpa mengalami degradasi kinerja dan lainnya. Oleh karena itulah perusahaan GRC dan Precast untuk keperluan struktur dan finishing yang sukses di Jakarta tidaklah banyak. Disamping itu karena banyaknya masalah yang ditimbulkan dalam pemeliharaan dinding juga mempengaruhi biaya pemeliharaan gedung secara keseluruhan, sehingga dipakailah alternatif GRC dan Precast untuk menanggulangi masalah-masalah yang mungkin ditimbulkan. Hal ini dikarenakan kedua materi tersebut merupakan bahan yang bebas dalam pemeliharaan (Free Maintenance), dimana ini juga merupakan dasar-dasar pemilihan penggunaan GRC dan Precast, walaupun dalam pelaksanaanya diperlukan biaya yang relatif lebih besar dibanding menggunakan konvensional seperti dinding bata.
Universitas Mercubuana
I-2
Bab I : Pendahuluan I.3. Pembatasan Masalah Dalam penyusunan tugas akhir ini, penyusun menyadari banyak hal yang berkaitan dengan masalah Glassfibre Reinforced Cement (GRC) dan Beton Pra-cetak (Precast). Karena pengetahuan yang penyusun miliki belum memungkinkan untuk membahas seluruh masalah yang berkaitan dengan Glassfibre Reinforced Cement (GRC) dan Beton Pra-cetak (Precast) ini. Agar tidak terjadi penyimpangan dari masalah yang akan dibahas dalam penyusunan tugas akhir ini, maka penyusun membuat pembatasan masalah sesuai dengan kemampuan yang penyusun miliki. Masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir yang berjudul ”Perbandingan Penggunaan Glassfibre Reinforced Cement (GRC) dan Beton Pra-cetak (Precast) sebagai panel dinding eksterior untuk bangunan gedung bertingkat tinggi ditinjau dari segi waktu & biaya studi kasus proyek Pakubuwono Residence “ dititik beratkan pada penggunaan GRC sebagai dinding pengisi luar (eksterior). Untuk mengetahui Efektifitas dan Efisiensi dari elemen ini, maka sebagai pembanding digunakan jenis material lain yaitu Precast. Tanpa mengecilkan aspek-aspek lain, maka disini perbandingan ditekankan dari segi biaya, waktu pelaksanaan dan mutu kedua material tersebut. Dan sebagai catatan maka biaya material yang digunakan adalah biaya yang berlaku untuk wilayah Jakarta. Sehingga diharapkan dengan pembatasan masalah ini terdapat penyesuaian pengetahuan yang penyusun peroleh didalam pekerjaan yang dalam hal ini Penulis bekerja sebagai Drafter serta literaturliteratur yang dibaca. Adapun batasan-batasan masalah lainnya adalah sebagai berikut : 1. Metode pelaksanaan konstruksi GRC dan Precast sebagai panel dinding eksterior. 2. Study di lapangan yaitu pada proyek Pakubuwono Residence, yang berlokasi di Jakarta Selatan, 3. Analisis dilakukan terhadap biaya & waktu Pelaksanaan Glassfibre Reinforced Cement (GRC) dan Beton Pra-cetak (Precast) yang meliputi : biaya Pelaksanaan GRC dan Precast, alat-alat berat yang digunakan dan tenaga kerja yang terlibat.
Universitas Mercubuana
I-3
Bab I : Pendahuluan I.4. Maksud dan Tujuan Tujuan dari penulisan tugas akhir adalah : 1. Untuk membandingkan jenis material dinding pengisi luar (eksterior) yang dewasa ini banyak digunakan pada pembangunan proyek konstruksi gedung bertingkat tinggi, khususnya GRC dan Precast. 2. Membandingkan Efektifitas dan Efisiensi dari kedua jenis material tersebut, sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihan dari material diatas, yang pada akhirnya akan dapat menambah ilmu dan pengetahuan bagi penulis. 3. Membandingkan biaya dan waktu antara material GRC dan Precast untuk mengetahui jenis dinding pengisi apa yang paling ekonomis digunakan pada Proyek tersebut (asumsi perhitungan dibuat bagian luar GRC dan Precast non struktural).
I.5. Metodologi Pembahasan Agar suatu pekerjaan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang sebenarnya maka pekerjaan tersebut harus disertai dengan data-data yang dihasilkan dari suatu penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam penyusunan tugas akhir ini penyusun berusaha mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalahmasalah yang akan penyusun kemukakan. Adapun langkah-langkah yang dipergunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini meliputi : 1. Riset kepustakaan (Library Research) Pada riset kepustakaan, dilakukan pengumpulan keterangan- keterangan dengan cara mempelajari buku-buku literatur diperpustakaan, serta bahan-bahan kuliah yang berhubungan dengan tema dan masalah yang dibahas pada tugas akhir ini. 2. Riset Lapangan (Field Research)
Universitas Mercubuana
I-4
Bab I : Pendahuluan Pada riset lapangan ini penulis melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh data-data dan informasi pada lokasi pekerjaan atau proyek yaitu data-data pendukung (sekunder) pada proyek Pakubuwono Residence yang beralamat di Jakarta Selatan. 3. Permintaan data-data Untuk semakin memperbanyak data-data, penulis dalam hal ini meminta data dari badan atau instansi yaitu PT. Mega Beton Indonesia dan PT. Adhimix Precast selaku subkon pekerjaan GRC dan Precast yang berkaitan dengan proyek Pakubuwono Residence. 4. Pengolahan Data Dalam hal ini penulis mengolah data yang sudah didapatkan melalui riset kepustakaan dan riset lapangan dengan menggunakan bagan alir (Flow Chart) penyusunan Tugas Akhir. 5. Analisa Harga Satuan Melakukan analisa harga satuan dengan memperhatikan catatan harga pada Bill of Quantity. 6. Menyimpulkan Pokok Pembahasan Dari data-data yang diperoleh di atas diharapkan penulis dapat memberikan suatu kesimpulan yang dapat bermanfaat baik bagi diri penulis sendiri juga masyarakat luas pada umumnya.
I.6. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran tentang isi dari tugas akhir ini, maka penyusun mencoba membaginya menjadi 5 bab, di mana masing-masing bab mempunyai arah juga isi yang saling menunjang sehingga diperoleh kemudahan dalam pembahasan dan pemahaman isi pokok tugas akhir ini. Untuk lebih jelasnya penyusun membuat sistematika penyusunan tugas akhir ini sebagai berikut :
Universitas Mercubuana
I-5
Bab I : Pendahuluan
BAB I : PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang masalah, maksud dan tujuan mengadakan pembahasan ini, ruang lingkup pembahasan, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan.
BAB II : TEORI DASAR DINDING PENGISI Menjelaskan mengenai teori dinding pengisi, khususnya GRC dan Precast.
BAB III : METODOLOGI PEMBAHASAN Dalam bab ini penyusun mencoba memberikan pembahasan mengenai langkah-langkah penyusunan BQ untuk kedua jenis material tersebut serta catatan-catatan harga dan pengaruhnya terhadap Bill of Quantity (BQ).
BAB IV : METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI DAN ANALISA BIAYA & WAKTU GRC DAN PRECAST Menjelaskan mengenai metode pelaksanaan konstruksi GRC dan Precast sebagai panel dinding eksterior dan Pembahasan mengenai analisa penggunaan jenis material dinding pengisi luar ditinjau dari segi biaya, waktu pelaksanaan dan mutu.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Hasil kesimpulan yang didapat dari pembahasan yang telah dilakukan dan saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis.
Universitas Mercubuana
I-6
Bab II : Teori Dasar
BAB II TEORI DASAR PENGISI DINDING
II.1. Umum Secara umum difinisi dari dinding pengisi adalah suatu elemen pada bangunan teknik sipil yang berfungsi untuk menutupi atau sebagai pemisah ruangan. Dan secara teknik dinding pengisi adalah suatu struktur vertikal yang dibuat untuk mengisi ruangan kosong antara struktur balok dan kolom. Dan seperti kita ketahui dinding pengisi ini tidak berfungsi sebagai suatu struktur bangunan yang memikul beban-beban bangunan, kecuali beratnya sendiri (merupakan materi non struktural). Pada saat merencanakan materi untuk dinding pengisi ini, harus diperhatikan beberapa aspek yang dalam pelaksanaannya dapat menentukan keberhasilan dari proyek itu sendiri, yaitu : 1. Tepat mutu, dimana dinding pengisi yang dihasilkan harus sesuai dengan standart yang ditetapkan. 2. Tepat waktu, dimana perencanaan jadwal waktu pekerjaan disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia dan diatur agar pelaksaannya seefektif mungkin. 3. Tepat biaya, dimana anggaran (dana) yang ditetapkan untuk pekerjaan ini diusahakan seefisien mungkin, 4. Tepat guna, dimana pemilihan jenis material serta metode pelaksanaannya harus sesuai dengan konstruksi bangunan itu sendiri. Dinding pengisi mempunyai fungsi-fungsi utama sebagai berikut :
1. Sebagai penutup atau penyekat ruangan.
2. Sebagai tempat kedudukan untuk alat-alat akses untuk ruangan seperti pintu dan jendela. 3. Untuk memberikan rasa aman terhadap gangguan-gangguan dari luar seperti cuaca, kebisingan, pencurian dan lain-lain.
Universitas Mercubuana
II-7
Bab II : Teori Dasar 4. Sebagai tempat kedudukan alat-alat pendukung lainnya seperti instalasi listrik, air, telephone, AC dan sebagainya. 5. Sebagai penghias ruangan dan memiliki nilai estetika/keindahan. Untuk dapat memenuhi fungsi-fungsi tersebut, dinding pengisi hendaknya dapat memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Kuat dan tahan lama. 2. Mempunyai ketebalan tertentu. 3. Bersifat permanen. 4. Tidak terlalu mudah untuk dibongkar. Sedangkan berdasarkan penempatannya dinding pongisi terbagi atas : 1. Dinding eksterior Yaitu dinding pengisi sebelah luar yang menutupi seluruh bangunan. 2. Dinding interior Yaitu dinding pengisi sebelah dalam berfungsi sebagai pembatas dan pemisah ruangan-ruangan yang ada didalamnya.
II.2. Jenis Material Dinding Pengisi Seiring dengan pesatnya pembangunan gedung-gedung bertingkat tinggi dewasa ini, maka senantiasa diikuti dengan munculnya desain-desain baru yang unik, sebagai perwujudan perkembangan dunia arsitek yang semakin maju. Dan untuk merealisasikan berbagai desain yang rumit tersebut maka para produsen bahan bangunan juga saling berkompetisi untuk menciptakan produk yang efektif dan efisien untuk mempermudah mewujudkan semua gagasan tersebut. Dinding sebagai salah satu pekerjaan konstruksi juga mengalami perkembangan. Karena itulah semakin banyak diciptakan variasi elemen yang dapat digunakan sebagai dinding eksterior maupun interior. Alternatif-alternatif yang kini digunakan sebenarnya bertujuan untuk mempercepat waktu penyelesaian proyek dengan mutu dan biaya yang sesuai, karena semakin cepat suatu bangunan dapat
Universitas Mercubuana
II-8
Bab II : Teori Dasar dimanfaatkan berarti akan semakin cepat memberikan hasil kepada pemiliknya. Materialmaterial untuk dinding eksterior yang dewasa ini banyak digunakan disamping bata (sistem konvensional) adalah Precast, ALC-Siporex, GRC, beton komposit dan lain-lain. Masing-masing meterial tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk selanjutnya karena keterbatasan waktu yang ada, maka penulis hanya akan membahas 2 diantaranya yaitu GRC dan Precast sebagai pembandingnya.
II.2.1. Glassfibre Rinforced Cement (GRC) adalah nama yang diberikan untuk bahan inorganic dari matrix hydraulic semen dan pasir halus, diperkuat dengan fiberglass khusus yang tahan terhadap alkali. Bahan GRC terlihat seperti beton secara umum, bagaimanapun GRC ini dapat dibuat dengan ketebalan yang tipis saja dikarenakan tidak ada butiran agregat kasar dan tidak memerlukan tulangan beton rebar. Seperti kita ketahui beton merupakan bahan yang getas dan lemah terhadap tarik. Supaya beton dapat digunakan sebagai bagian struktur yang mampu menahan gaya tarik maka dipasanglah sejumlah tulangan pada bagian beton yang mengalami gaya tarik dan diharapkan dapat bekerja monolit dengan beton. Tulangan-tulangan itu dapat berupa penambahan serat, jerami, bambu, besi beton dan sekarang yang sedang banyak digunakan adalah serat-serat fibreglass yang berasal dari negara Inggris pada tahun 1969. Bermula dari diadakannya percobaan oleh BRE (Bilding Research Establesment) yang bekerja sama dengan Pilkington Brother LTD yang merupakan pabrik fibregalss terbesar di Inggris, dimana mereka ingin menciptakan suatu materi non struktural (tidak memikul beban) dengan memakai bahan yang mirip dengan beton, ringan dan mudah di buat maka terciptalah Glassfibre Reinforced Cement (GRC) dimana fibreglass sebagai tulangannya. Namun setelah dilakukan penyelidikan dan penelitian ternyata fibreglass ini tidak tahan terhadap semen. GRC ini akan mengalami penurunan kekuatan setelah berumur 20 tahun, karena hancurnya fibreglass dalam
Universitas Mercubuana
II-9
Bab II : Teori Dasar semen tersebut. Hingga akhirnya ditemukanlah fibreglass yang tahan terhadap semen, kekuatan setelah berumur 20 tahun, kerena hancurnya fibreglass dalam semen tersebut. Hingga akhirnya ditemukanlah fibreglass yang tahan terhadap semen, yaitu fibreglass yang mengandung ZrO2 (Oksida Zirkonia) yang baru dipergunakan pada tahun 1971 dan kemudian dikomersialkan pada tahun 1983. Keuntungan dan kerugian penggunaan GRC dibanding dengan beton biasa :
Keuntungan : 1. Tahan terhadap cuaca, korosi, api dan jamur. 2. Mempunyai tebal ukuran yang relatif tipis antara 8 mm-20 mm, yang berarti mengurangi beban yang dipikul oleh pondasi. 3. Bebas pemeliharaan (free maintanance). 4. Tahan terhadap benturan. 5. Density tinggi dengan porositas rendah. 6. Mudah dibentuk untuk bentuk-bentuk rumit. 7. Mudah dalam pembuatan. 8. Mudah untuk ditangani. 9. Aman untuk dipakai.
Kerugian : 1. Dalam pemasangan GRC dibutuhkan ketelitian dan kecermatan yang baik, terutama mengenai sambungan untuk memperoleh hubungan yang kaku. 2. Bagian dalam dari gedung harus diberi penutup kembali karena akan tampak rangka-rangka penahan untuk GRC tersebut. 3. Dengan pemakaian GRC biaya yang dikeluarkan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan dinding konvensional dalam jumlah yang kecil, namun untuk pemakaian dalam jumlah banyak relatif lebih murah.
Universitas Mercubuana
II-10
Bab II : Teori Dasar 4. Jika jumlah panel yang dibutuhkan banyak dan ukurannya besar, maka memerlukan alat bantu untuk pengangkatan dan pemasangan seperti tower crane. 5. Terkena biaya transportasi jika fabrikasi berada diluar lokasi proyek. Tabel 2.1 Sifat fisik dari GRC
Panas
Api
Kelembaban
Sifat
Unit Tes
Pemuaian Daya konduksi Pembekuan
Per ºK W/M ºK
Tidak terbakar Pembakaran Perambatan api Penyebaran api Tahan api Asap Penguapan air Penyerapan
Penyerapan air Penyerapan kelembaban Gerakan kelembaban Penyerapan akustik suara dB
BS 476 PI 4 BS 476 PI 5 BS 476 PI 6
Class P (Tidak mudah terbakar) Class O
BS 476 PI 7
Class 1 ( Zero spread)
BS 476 PI 8 ASTM SIP 4422-67
0 – 4 jam tergantung pada kontruksi Dm=2-6 pengabaian timbul asap
BS 3177 BS 473/550
Penyerapan kurang dari 1.3 metric perms untuk tebal 10 mm 0.02-0.4 ml/m2 min untuk tebal 8 mm 10 – 20% dari kering oven sampai jenuh Dari jenuh sampai kering oven
Serat di udara
Micron
Serat
Standar WHO
Universitas Mercubuana
10 - 20 x 10 0.5 - 1.0 Tidak nampak atau perubahan mekanik. Tidak nampak atau perubahan mekanik. After 300 cycle + 20º C perubahan relative sedikit. Tidak terbakar
ASTM C418-68
ketahanan gores Keamanan
BS 4264 Din 278 ASTM C666.73
Keterangan
8 mm sheet 23 dB at 125 Hz 40 dB at 4000 Hz 0.27 - 0.30 cm3 volume hilang. Lebih rendah dari beton normal, lembar A/C atau batu bata Diameter serat lebih besar dari 12 micron dan oleh karena itu diatas batas dari kemampuan bernafas (3.5 microns diameter). Detailed medical information is available on request. GRC dapat digunakan untuk sistem pengairan . Serat benar-benar dapat lekat kedalam campuran dan tidak larut dalam air. GRC berisi serat yang tidak ada rasanya dan kekeruhannya tidak memberi dampak racun logam dan tidak melewati tingkat spesifikasi.
II-11
Bab II : Teori Dasar Tabel 2.2 Property GRC dan Precast (Typical Range)
Property
Unit
Semprotan Mesin
% by wt
5
tonne / mw
1.9 - 2.1
kekuatan tekan
N/mm2
50 - 80
kekuatan peregangan (UTS)
N/mm2
8.0 - 11
kekuatan lentur (MOR)
N/mm2
21 - 31
kekuatan benturan (Izod)
Nmm/mm2
10 -- 20
batas lentur elastis (LOP)
N/mm2
7--11
KN/mm2
10--20
kandungan serat kepadatan
modulus Young rasio racun Regangan runtuh
0.20 - 0.25 %
0.60 - 1.2
Tegangan Geser memanjang
N/mm2
3 --- 5
Tegangan Geser melintang
N/mm2
4 -- 7
II.2.2. Beton Pra-cetak (Precast ) Gagasan penggunaan beton pra-cetak untuk konstruksi dinding pengisi timbul akibat adanya tuntutan akan suatu metode pelaksanaan yang cepat dan praktis dengan mutu yang baik. Beton pra-cetak unsur dasarnya sama dengan beton, namun cara pelaksanaanya saja yang berbeda. Beton pra-cetak (Precast) ini dibuat secara fabrikasi yang berarti mutu yang dihasilkan lebih terjamin dan pembuatannya akan lebih cepat. Dengan demikian penggunaan Precast ini dapat mempercepat penyelesaian terhadap seluruh pekerjaan. Akan tetapi efisiensi penggunaan sistem pra-cetak ini tentunya tidak berlaku umum tanpa kendala. Dinding Precast adalah suatu konstruksi yang terbentuk dari rangkaian panel-panel beton bertulang yang terpasang pada sisi luar bangunan gedung. Sebagian atau seluruh bagian konstruksi untuk beton pra-cetak ini dicor atau dibuat disuatu tempat tertentu (bisa dilokasi proyek atau di pabrik yang khusus memproduksi komponen beton pra-cetak). Desain dari ukuran maupun bukaan-bukaan pada panel beton yang digunakan disesuaikan dengan desain arsitektur dari gedung itu
Universitas Mercubuana
II-12
Bab II : Teori Dasar sendiri dan perhitungan pembebanan oleh konsultan. Konstruksi dinding beton pra-cetak umumnya digunakan pada dinding pengisi eksterior. Akan tetapi tidak seluruh dinding pengisi eksterior dapat menggunakan beton pra-cetak. Hal ini disebabkan karena adanya desain dinding yang tidak sama (tidak typical) sehingga penggunaanya menjadi tidak efisien. Jadi penggunaan beton pra-cetak ini sebaiknya digunakan untuk dinding eksterior bangunan yang typical. Sedangkan penggunaan beton pra-cetak untuk dinding interior tidak memungkinkan karena tempat kerja untuk untuk pemasangannya dibatasi oleh kolom dan balok. Maka untuk dinding interior material yang tepat digunakan adalah bata. Beberapa alasan yang mendorong pemakaian sistem pra-cetak adalah sebagai berikut : 1. Waktu pelaksanaan terbatas atau ingin dipersingkat. 2. Bangunaan ingin cepat dimanfaatkan. 3. Tuntutan presisi dan mutu. 4. Biaya pelaksanaan lebih murah. 5. Bentuk dan ukuran gedung yang layak (typical). Keuntungan dan kerugian penggunaan Precast :
Keuntungan : 1. Pekerjaan dilokasi proyek menjadi lebih sederhana. 2. Pihak yang bertanggung jawab lebih sedikit. 3. Mempunyai aspek positif terhadap schedule, terutama kemudahan didalam melakukan pengawasan dan pengendalian biaya serta jadwal pekerjaan. 4. Aspek kualitas, dimana beton dengan mutu prima dapat lebih mudah dihasilkan dilingkungan pabrik. 5. Biaya yang dialokasikan untuk supervisi relatif lebih kecil, hal ini disebabkan durasi proyek yang lebih singkat. 6. Produksinya hampir tidak terpengaruh oleh cuaca. 7. dapat dihasilkan bangunan dengan akurasi dimensi dan mutu yang lebih baik.
Universitas Mercubuana
II-13
Bab II : Teori Dasar Kerugian : 1. Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi. 2. Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang cukup untuk mengangkat komponen konstruksi dan menempatkan pada posisi tertentu. 3. Biaya tambahan yang dibutuhkan untuk proses transportasi. 4. munculnya permasalahan teknis dan biaya yang dibutuhkan untuk menyatukan komponen-komponen Precast. 5. Diperlukan gudang yang luas dan fasilitas curing. 6. Diperlukan perencanaan yang detail pada bagian sambungan. 7. Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar.
II.3. Unsur-Unsur Pembentuk Panel Dinding GRC dan Precast Unsur-unsur dari panel dinding GRC terdiri dari semen, pasir dan serat fibreglass, yang mempunyai formula sebagai berikut : •
Perbandingan antara semen : pasir = 1 : 1
•
Air ± 30 % dari berat semen
•
Super Plasticizer ± 1 % dari berat semen
•
Serat fibreglass ± 5 % dari berat keseluruhan
Unsur-unsur panel dinding Precast terdiri dari semen, pasir, kerikil, dan besi beton, mempunyai formula sebagai berikut : •
Perbandingan antara semen : pasir : kerikil = 1 : 2 : 3
•
Air ± 30 % dari berat keseluruhan
•
Super Plasticizer sebanyak 1,2 liter untuk 1 m ³ campuran beton
•
Banyak dan besarnya dimensi beton ditentukan pada saat perhitungan dalam perencanaan pada beban yang bekerja.
Universitas Mercubuana
II-14
Bab II : Teori Dasar II.3.1. Portland Cement Portland cement didalam ilmu bahan bangunan termasuk dalam golongan bahan pengikat hidraulic, yaitu bahan yang bisa menjadi keras jika bercampur dengan air. Portland cement dan air ini jika bercampur akan mempersatukan butiran-butiran pasir dan fibreglass menjadi satu kelompok. Agar campuran ini menjadi solid, maka harus dipilih portland cement yang mutunya nomer satu agar kualitas produksi GRC dan Precast yang dihasilkan juga menjadi baik.
II.3.1.1.
Sifat – sifat Kimia Portland Cement
Sifat-sifat kimia portland cement sebagai bahan pengikat hidraulic adalah : •
Cao
= Calsium Oksida atau batu tohar
•
SiO2
= Silicon Oksida atau silicia
•
AIO3
= Alumunium Oksida atau tawas
•
Fe2O3 = Ferri Oksida
Sementara itu ada juga sifat-sifat kimi portland cement, yaitu yang terdapat dalam jumlah kecil : •
MgO
= Magnesium Oksida
•
SO3
= Sulfur Trioksida
•
TiO2
= Titan Dioksida
•
MnO2
= Mangaan Dioksida
•
P
= Phospor
Unsur-unsur kimia diatas dalam perbandingan tertentu akan membentuk portland cement, yaitu : 1. CaO sebanyak 60 % sampai 67 % 2. Al2O3 sebanyak 3 % sampai 8 % 3. SiO2 sebanyak 17 % sampai 25 % 4. FeO3 sebanyak 0,5 % sampai 6 %
Universitas Mercubuana
II-15
Bab II : Teori Dasar 5. MgO sebanyak 0,1 % sampai 4 %
II.3.1.2.
Proses Pengikatan dan Pengerasan
Permulaan pengikatan dapat dianggap sama dengan permulaan pengerasan, walaupun proses kimia kearah pengerasan ini sudah dimulai pada saat semen berhubungan dengan air. Permulaan pengikatan tergantung dari kehalusan butir-butir semen. Semakin halus butir-butir, semakin aktif reaksinya dengan air. Butir-butir yang halus mempunyai permukaan relatif lebih besar daripada butir-butir yang kasar. Hal ini menyebabkan semen yang tertimbun terlalu lama butir-butirnya dapat membentuk kelompok yang padat dan mempunyai sifat yang lamban. Proses kimia dalam pengerasan terdiri dari hidrolisasi dan hidratasi. Hidrolisasi adalah perubahan dari suatu komponen menjadi komponen yang lain akibat pengaruh kimia dari air. Sedangkan hidratasi adalah adalah pembentukan persenyawaan baru dengan air yang disertai oleh pembebasan panas. Untuk hidratasi semen diperlukan air hanya sebanyak 20 % dari berat semen, tetapi sebaiknya dilebihkan sedikit untuk menjadi semacam pelicin pada butiran-butiran semen, sehingga adukan mudah diolah. Air kelebihan ini nantinya akan menguap dan meninggalkan pori-pori didalam semen yang sedang atau mulai mengeras. Pori-pori ini akan mengurangi keteguhan dan memudahkan timbulnya retak-retak karena susut yaitu begitu cepat. Oleh karena itu jumlah air kelebihan harus dibatasi sekecil-kecilnya.
II.3.1.3.
Penimbunan Semen
Tempat penimbunan semen harus dibuat seaman mungkin, dalam arti konstruksinya harus kokoh, dinding dan atapnya harus cukup memberikan perlindungan terhadap bahaya pencurian, panas, angin dan hujan. Lantainya harus dibuat minimal 30 cm diatas permukaan tanah dan jarak penumpukan minimal 40 cm dari dinding. Semen harus ditumpuk dengan rapi dan harus dihindarkan dari basah. Semen yang baru datang harus diperiksa merk, spesifikasi dan keutuhan kertas pembukusnya. Semen yang lama
Universitas Mercubuana
II-16
Bab II : Teori Dasar dan yang baru hendaknya diletakkan dan dibuat terpisah agar memudahkan sirkulasi pemakaian semen.
II.3.2. Agregat Agregat dibedakan dalam 2 kategori, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Agregat halus yaitu yang berukuran di bawah 5 mm, sedangkan agregat kasar yang berukuran antara 5 mm samapai dengan 70 mm. Pasir dibuat dari desintegrasi alami butiran (pasir alam) atau dari hasil pemecahan batuan (pasir pecah). Walaupun pasir ini ada berbagai macam, namun yang biasanya digunakan sebagai bahan dasar dari pembuatan beton adalah pasir alam, sedangkan pasir pecah hanya dipakai sebagai tambahan saja.
II.3.2.1.
Agregat Halus
Yang termasuk dalam agregat halus, jika ukuran butirnya kurang dari 5 mm. Gradasi dari agregat ini harus sedemikian rupa sehingga ruang-ruang kosong didalamnya menjadi kecil. Ruang kosong yang tersisa harus diisi dengan pasta semen yang berfungsi mengikat butiran-butiran agregat tersebut. Penyelidikan pertama mengenai pengaruh gradasi, dilakukan oleh Ferret di Perancis (1890-1897). Ferret melakukan percobaan dengan agregat halus yang terdiri dari 3 fraksi : •
Pasir tergolong kasar, jika presentase terbesar dipakai pasir pada saringan I.
•
Pasir tergolong sedang, jika presentase terbesar dipakai pasir pada saringan II.
• Pasir tergolong halus, jika presentase terbesar dipakai pasir pada saringan III.
Universitas Mercubuana
II-17
Bab II : Teori Dasar Tabel 2.3 Analisa Ayakan UKURAN BUTIR
BERAT
%
Saringan I
Lewat 1,18 µm-tertahan 600 µm
24 kg
40-80
Saringan II
Lewat 600 µm-tertahan 300 µm
12 kg
20-50
Saringan III
Lewat 300 µm-tertahan 150 µm
4 kg
5-25
Jumlah
40 kg
100
Ferret menarik kesimpulan : 1. Jika ingin mendapatkan mutu beton yang baik dengan memakai berat semen ± 30 % dari berat total agregat halus, maka yang terbaik adalah memakai persentasi terbesar pada butir kasar. 2. Jika dipergunakan persentase terbesar pada butir sedang atau butir halus, maka untuk mendapatkan mutu beton yang baik di perlukan berat semen yang lebih benyak yaitu lebih besar dari 30 % berat total agregat halus. Pada agregat halus juga tidak boleh mengandung senyawa organik, karena senyawa organik ini mengandung asam yang dapat mencegah berlangsungnya hidrasi semen. Banyaknya senyawa ini dapat diketahui dengan menambahkan larutan 3 % NaOH pada sample. Jika pada agregat halus tersebut terbukti banyak mengandung senyawa organik, maka pasir itu tidak boleh dipergunakan.
II.3.2.2.
Agregat Kasar
Yang termasuk dalam agregat kasar, jika ukuran butir antara 5 mm sampai 70 mm. Gradasi agregat kasar yang baik digunakan adalah jika ukurannya tidak seragam, hal ini mengakibatkan pengikatan beton menjadi baik. Kadar lumpur yang diijinkan untuk agregat kasar tidak boleh lebih dari 1 % yang ditentukan dari berat kering. Jika lebih dari ketentuan tersebut, maka agregat kasar tersebut harus dicuci.
Universitas Mercubuana
II-18
Bab II : Teori Dasar II.3.3. Air Pencampur Air
dalam
pembuatan
beton
berfungsi
sebagai
bahan
pelumas
yang
mempermudah pekerjaan beron. Air yang digunakan ini tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, ataupun zat-zat lain yang dapat merusak beton atau tulangan.
II.3.4. Fibreglass Fibreglass untuk campuran beton ini mulai di komersialkan pada tahun 1983, dan hingga saat ini sudah banyak dipakai dalam pembangunan gedung pada hampir 48 negara, diantaranya : Amerika serikat, Inggris dan hampir diseluruh negara Eropa, Jepang, Australia, Malaysia, New Zealand dan juga di Indonesia. Keunggulan dari fibreglass ini disebutkan oleh A.L Landau sebagai direktur operasi internasional fibremesh company-AS, dalam seminar nasional “ Teknologi Stabilisasi Beton Semen dengan Bahan Tambahan Fibreglass “ pada bulan Agustus 1993 di Departemen PU Jakarta, pada dasarnya ada 6 yaitu : 1. Mengurangi retak-retak akibat susut dalam kondisi plastis. 2. Meningkatkan ketahanan bentur (Impact Resistance). 3. Meningkatkan daktilitas, suatu pengujian menunjukkan bahwa daktilitas akan bertambah sekitar 40 %. 4. Meningkatkan ketahanan terhadap kehancuran dan abrasi. 5. Mengurangi ruang pori dan permeabilitas. 6. Mencegah korosi pada tulangan. Serat fibreglass yang dipakai adalah jenis Cem-Fil Alkali Resistant Glassifibre. Dengan menggunakan tulagan serat Cem-Fil ini, maka produksi GRC yang dihasilkan juga berdaya tahan tinggi, tahan terhadap panas dan tidak menjalarkan api. Serat ini tersedia dalam bentuk panjang seperti tali, dimana dalam proses produksi GRC serat ini akan terpotong-potong dengan ukuran 12 mm-38 mm oleh sebuah alat yang disebut spary gun.
Universitas Mercubuana
II-19
Bab II : Teori Dasar Alat ini mempunyai 3 lubang yaitu : •
Sebuah lubang untuk keluar udara
•
Sebuah lubang untuk memotong fibreglass
•
Sebuah lubang untuk mengeluarkan matrix (pasta semen)
Serat fibreglass dan alat spray gun tersebut hingga saat ini masih harus diimport. Hal inilah yang menyebabkan biaya produksi GRC menjadi mahal.
II.3.5. Bahan Tambahan Untuk penggunaan GRC maupun Precast sebagai elemen pada dinding eksterior maupun interior menyebabkan kedua material tersebut harus bersifat waterproofing karena susut yang berlebihan dapat menyebabkan ratak-retak rambut (hair cracks). Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka diperlukan zat-zat tambahan yang dianggap menguntungkan. Bahan tambahan yang dipakai GRC dan Precast ini mempunyai sifat yang relatif sama.
II.4. Kriteria Keberhasilan Suatu Proyek Konstruksi Kriteria keberhasilan suatu proyek konstruksi pada dasarnya dinilai dari aspek biaya, waktu dan mutu. Demikian juga dengan dinding eksterior yang merupakan bagian dari pekerjaan konstruksi. Dinding tersebut dapat dikatakan baik jika biaya yang digunakan tidak melebihi dari yang direncanakan, waktu penyelesaiannya tepat atau bahkan kurang dari yang direncanakan, dan mutu yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan. Untuk itulah diperlukan suatu perencanaan dan pengendalian yang baik agar hasil yang didapat juga menjadi baik. Perencanaan (planning) dan pengendalian (controlling)
itu
sendiri
merupakan
bagian
dari
fungsi
manajemen
disamping
pengorganisasian (organizing), pengisian jabatan (staffing) dan pengarahan (directing). Dari kelima fungsi manajemen tersebut perencanaan dan pengendalian yang memegang peranan paling penting dalam keberhasilan suatu proyek konstruksi.
Universitas Mercubuana
II-20
Bab II : Teori Dasar Faktor utama dalam perencanaan dan pengendalian proyek : biaya ……..……. perencanaan biaya keberhasilan
waktu ……..……. perencanaan waktu mutu ……..….... perencanaan mutu
A. Perencanaan biaya ……..……. pengendalian biaya keberhasilan
waktu ……..……. pengendalian waktu mutu ……..….... pengendalian mutu
A. Pengendalian Pada proyek konstruksi diperlukan perencanaan dan pengendalian yang baik, dimana pengendalian berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan sehingga jika terjadi penyimpangan dari rencana dari rencana akan segera terdeteksi dan secepatnya dapat diambil tindakan koreksi. Dibawah ini akan diuraikan kunci keberhasilan dari suatu proyek konstruksi.
II.4.1. Anggaran Biaya Untuk menentukan anggaran biaya, maka kontraktor harus membuat taksirantaksiran tertentu yang tujuannya adalah sebagai dasar agar pihak kontraktor dapat menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi dengan biaya yang relatif murah/kurang dari yang ditawarkan, namun dengan waktu dan mutu yang relatif baik/memenuhi dari yang di syaratkan. Pada umumnya menaksir biaya konstruksi ini adalah merupakan penyusunan dan analisa dari berbagai macam jenis pekerjaan (item) yang harus dilaksanakan dalam rangka penyelesaian proyek. Taksiran yang dibuat sebelum realisasi fisik ini membutuhkan study yang cermat dari dokumen tender/kontrak terutama spesifikasi, gambar-gambar dan daftar kuantitas pekerjaan (Bill Of Quantities). Dalam hal biaya
Universitas Mercubuana
II-21
Bab II : Teori Dasar kontraktor harus menjadi penawar terendah, tetapi pada bidang lainnya tidak boleh terlalu rendah agar dapat tercapai keuntungan yang wajar. Dibawah ini akan diuraikan beberapa cara menentukan anggaran biaya, yaitu :
1. Lump Sum Pada prosedur ini suatu bagian/jumlah yang tetap dan fixed di lelangkan, dimana kontraktor yang menyetujuinya harus dapat menyelesaikan pekerjaan konstruksi yang telah diperinci tersebut dengan hasil yang benar-benar sesuai dengan gambar spesifikasi. Cara lump sum ini hanya dipakai jika keadaan dan ketentuan jenis serta kuantitas pekerjaan telah dibatasi dan ditetapkan dengan tepat dan pasti dalam dokumen penawaran. Jadi disini, gambar dan spesifikasi yang ada harus lengkap dan harus dipelajari dengan teliti sehingga perhitungan kuantitas tiap jenis pekerjaan dan penentuan harga satuan dapat dibuat oleh kontraktor dengan sebaik mungkin. Harga perkalian kuantitas dengan harga satuan ditambah dengan biaya tak terduga merupakan jumlah taksiran lump sum yang akan dimasukan kontraktor dalam penawarannya.
2. Unit Price Penawaran dengan cara ini dipakai berhubung kuantitas tiap jenis/macam pekerjaan tidak dapat ditetapkan dengan pasti (kuantitas pada penawaran tidak sama dengan kuantitas pada pelaksanaan), tetapi disini spesifikasi tiap jenis/macam pekerjaan telah dibatasi dan ditetapkan dengan baik dan jelas. Urutan tiap macam pekerjaan, kuantitas, harga satuan dan jumlah harga dibuat dalam suatu daftar yang disebut Bill Of Quantities.
Perbedaan antara Lump Sm dan Unit Price : 1. Pada Lump Sum daftar kuantitas pekerjaan tidak diberikan oleh owner, melainkan dibuat sendiri oleh kontraktor (pihak penawar). Jadi pada pelaksanaan nanti tanggung jawab masalah biaya merupakan tanggung jawab penih pihak kontraktor.
Universitas Mercubuana
II-22
Bab II : Teori Dasar 2. Sedangkan pada Unit Price daftar kuantitas pekerjaan dibuat oleh onwer, sedangkan kontraktor (pihak penawar) hanya menghitung harga satuan, lalu mengalikan kuantitas yang ada dengan harga satuan yang ditawarkan yang kemudian dijumlahkan. Jumlah tersebut itu yang nantinya merupakan harga kontrak pendekatan yang nantinya dapat berubah mengikuti kuantitas aktual pelaksanaan. Dengan demikian disini yang mengikat adalah harga satuan/unit price.
II.4.2. Waktu Dibawah ini akan dibahas beberapa teknik perencanaan dan pengendalian waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi.
II.4.2.1.
Bar Chart atau Gant Chart
Adalah suatu gambar atau diagram yang menunjukkan hubungan antara aktivitas dan waktu pelaksanaan yang digunakan untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek konstruksi. Kelemahan dari bagan balok ini adalah tidak adanya keterkaitan antar satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, sehingga sulit digunakan untuk meramalkan pengaruh yang ditimbulkan dari perubahan suatu kegiatan terhadap rencana keseluruhan. Sementara kelebihannya dibandingkan dengan sistem yang lain adalah karena bentuknya yang grafis sehingga dapat menghasilkan suatu pemahaman umum yang relatif mudah.
NO.
Bulan ke
Uraian pekerjaan 1
1
A
2
B
3
C
4
D
2
3
4
5
6
Gambar 2.1 Bar Chart
Universitas Mercubuana
II-23
Bab II : Teori Dasar II.4.3. Mutu Pada setiap pekerjaan konstruksi, mutu pekerjaan harus benar-benar diperhatikan mulai dari awal hingg akhir pekerjaan. Segala hal yang berhubungan atau mempengaruhi hasil dari pekerjaan konstruksi ini harus direncanakan dan dikendalikan dengan baik, sehingga hasil yang didapat juga sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini penting dilakukan, karena mutu pekerjaan berpengaruh terhadap kredibilitas kontraktor. Secara garis besar hal-hal yang harus direncanakan dan dikendalikan yang berkaitan dengan mutu pekerjaan adalah :
1. Ukuran, dimensi dan bentuk Pada saat merencanakan suatu proyek konstruksi, gambar rencana yang ada harus dibuat selengkap dan sedetail mungkin. Semua ukuran, dimensi dan bentuk harus memenuhi syarat kekuatan seperti yang disyaratkan. 2. Bahan/material Semua bahan baku dan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan proyek konstruksi harus mempunyai mutu terbaik, dan penyediaanya harus dibuat seefisien mungkin. Material-material tersebut jika diperlukan harus ditest terlebih dahulu di laboratorium, agar diketahui hasilnya seakurat mungkin. 3. Proses pengerjaan Proses pengerjaan juga harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin sehingga hasil yang didapat juga sesuai. Misalnya pada pengerjaan beton bertulang harus diperhatikan saat pengecoran, pemadatannya serta pada saat pemeliharaan (curing). 4. Hasil pekerjaan Jika semua hal diatas dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan hasil akhir yang didapat juga menjadi baik.
Universitas Mercubuana
II-24
Bab III : Metodologi Pembahasan
BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN
III.1. Bagan Alir Penyusunan Tugas Akhir Mulai
Studi Literatur GRC & Precast
Studi Lapangan
Metode Pelaksanaan
Data Biaya & Waktu Pelaksanaan
Data GRC & Precast
Mengelola Data – data Proyek
Tidak
Analisa Dapat Dilakukan Ya Analisa Biaya & Waktu Pekerjaan Precast
Analisa Biaya & Waktu Pekerjaan GRC
Perbandingan Harga Termasuk Kerja Tambah
Perbandingan Sesuai Harga Penawaran
Kesimpulan
Selesai Gambar 3.1 Metode Analisis
Universitas Mercubuana
III-25
Bab III : Metodologi Pembahasan
III.2. Biaya Dibawah ini akan dibahas beberapa teknik perencanaan dan pengendalian biaya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi diantaranya yaitu :
III.2.1. Bill of Quantity (BoQ) 1 Bill of Quantities (BoQ) atau Daftar Uraian dan Kwantitas Pekerjaan (DUP) merupakan bagian dari Dokumen Tender atau Dokumen Lelang yang terdiri dari uraian pekerjaan/bagian pekerjaan dilengkapi dengan kwantitas (isi, luas, panjang, lebar, tinggi, jumlah, berat) dan satuannya (m3, m2, m1, kg, buah) serta bagian kolom untuk harga satuan (unit price/unit rate).
III.2.1.1. Langkah-Langkah Penyusunan Bill of Quantity BoQ disusun dan disiapkan berdasarkan gambar-gambar tender/lelang dan spesifikasi teknis (Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis/Spesifikasi Teknis dibuat oleh masing-masing Konsultan Perencana). Ditinjau secara umum fungsi BoQ adalah sebagai berikut :
1. BoQ adalah merupakan bahan rujukan dan pedoman didalam menghitung suatu biaya proyek dimana untuk setiap elemen dan bagian pekerjaan dapat lebih diketahui harga/biaya secara detail. BoQ ini merupakan suatu cost estimate yang lebih rinci dan detail sehingga dapat lebih dijadikan sebagai rujukan Cost Budget. 2. BoQ adalah merupakan pedoman bagi peserta tender (Tenderer/Bidder) didalam pengajuan penawaran harga yang merupakan informasi tentang pekerjaan/bagian pekerjaan, jenis pekerjaan yang dilelangkan.
1
Total Bangun Persada, “ Langkah – langkah Penyusunan Bill of Quantity”. Ir. Asiyanto, MBA.IPM, “ Construction Project Cost Management”.
Universitas Mercubuana
III-26
Bab III : Metodologi Pembahasan 3. BoQ dapat dijadikan pedoman/dasar didalam penilaian kemajuan pekerjaan (Valuation of Progress of Work) sebagai rekomendasi pembayaran kepada Kontraktor. 4. BoQ adalah merupakan rujukan atau pedoman untuk menilai perubahan biaya atau pekerjaan perubahan (tambah/kurang), dimana harga satuan (unit price) yang tercantum dalam BoQ tersebut dapat dipergunakan dalam menghitung pekerjaan-pekerjaan perubahan tersebut.
III.2.1.2. Kategori Bill Of Quantity (BoQ) Pada umumnya Bill of Quantity (BoQ) dapat dibagi menjadi beberapa kategori seperti yang akan dibahas dibawah ini : a. Kategori Pertama : Adalah merupakan bentuk firm BoQ yang dibuat berdasarkan tender/ kontrak yang bersifat Lump Sum, artinya seluruh uraian pekerjaan/bagian pekerjaan dan kwantitas menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Pemborong, dengan demikian pada tahap tender/lelang, peserta tender wajib untuk memeriksa kembali BoQ tersebut,
dan
diijinkan
untuk
merubahnya
(menambah/mengurangi
dan
mengoreksi), dan tetapi melampirkannya dalam bagian yang terpisah. Pada umumnya BoQ kategori pertama ini terdiri dari uraian pekerjaan dan kwantitasnya yang dihitung berdasarkan gambar-gambar tender/lelang dan spesifikasi teknis yang benar-benar telah lengkap dan jelas, sehingga BoQ yang disajikan benarbenar dapat mewakili seluruh bagian pekerjaan yang tercantum dalam gambar tender/ lelang dan spesifikasi teknis. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa BoQ Contract merupakan pedoman harga satuan (Schedule of Unit Rate) yang akan dipergunakan untuk menghitung pekerjaan perubahan (tambah/kurang). Perubahan ini akan dapat diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah/kurang jika terdapat perbedaan antara gambar pelaksanaan (Construction Drawing) dengan
Universitas Mercubuana
III-27
Bab III : Metodologi Pembahasan gambar kontrak (Contract Drawing) dan jika ada instruksi tertulis mengenai adanya perubahan pekerjaan tersebut. b. Kategori Kedua : Adalah merupakan bentuk BoQ perkiraan atau Bill of Approximate Quantities atau Bill of Provisional Quantities atau Remeasured BoQ. Bentuk, format dan cara pengerjaannya sama dengan kategori pertama, hanya saja kwantitas untuk seluruh bagian pekerjaan bersifat perkiraan saja. BoQ ini dibuat berdasarkan tender/kontrak “Remeasurable” artinya seluruh kwantitas dan bagian pekerjaan akan dihitung ulang kembali pada saat pelaksanaan (during construction) berdasarkan gambar pelaksanaan (construction drawing). Pada umumnya BoQ kategori kedua ini dibuat berdasarkan gambar-gambar tender yang kondisinya belum selesai seluruhnya, seperti misalnya ukuran balok, kolom, pelat beton termasuk
pembesiannya
belum
digambarkan
secara
jelas.
Walaupun
dikatagorikan sebagai “Remeasurable Contract”, harga satuan (unit price/unit rate) untuk seluruh bagian pekerjaan adalah mengikat dan tidak berubah selama tidak ada perubahan spesifikasi. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa Nilai Kontrak akan disesuaikan dan diperhitungkan kembali berdasarkan hasil remeasurement quantity (pengukuran ulang) dari gambar-gambar pelaksanaan (construction drawing). c. Katagori Ketiga : Adalah merupakan bentuk BoQ dengan type tender/kontrak yang sama dengan kategori pertama yaitu Lump Sum basis, hanya saja kolom untuk kwantitas tidak diisi. Masing-masing peserta tender wajib untuk menghitung dan mengisinya ke dalam uraian bagian pekerjaan yang bersangkutan. Selama tahap proses lelang, klarifikasi dan negosiasi, kwantitas dari masing-masing peserta tender yang terseleksi akan diperiksa dan dievaluasi oleh konsultan, dan pada akhirnya BoQ
Universitas Mercubuana
III-28
Bab III : Metodologi Pembahasan tersebut akan ditetapkan sebagai firm BoQ. BoQ kategori ketiga ini disebut juga Bill of Items.
III.2.1.3. Dasar-Dasar Penyusunan dan Pembuatan BoQ Pada prinsipnya persiapan penyusunan dan pembuatan BoQ didasarkan kepada hal-hal dibawah ini, antara lain: 1. Penentuan type/jenis tender dan kontrak yang akan mempengaruhi katagori dari Bill of Quantity (BoQ). 2. Spesifikasi Teknis yang menguraikan tentang ketentuan persyaratan, karakteristik dan kriteria teknis mengenai material, peralatan dan metode kerja. 3. Gambar-gambar tender yang diperlukan sebagai pedoman didalam penyusunan BoQ. Gambar tender yang dimaksud adalah gambar-gambar tender beserta revisinya yang akan diberikan juga kepada peserta tender, sehingga gambar yang digunakan untuk pembuatan dan penyusunan BQ akan sama dengan gambar tender yang diberikan kepada Peserta Tender. 4. Standard
of
Measurement
atau
Principle
of
Measurement
atau
prinsip
perhitungan. 5. Standard
ini
merupakan
pedoman
didalam
melakukan
taking
off
atau
measurement yang merinci tentang sistim dan metode dalam melaksanakan perhitungan kwantitas suatu pekerjaan. Ada beberapa standard yang dikeluarkan oleh institusi dari luar negeri seperti International Principle of Measurement diterbitkan oleh The Royal Institution of Chartered Surveyor United of Kingdom, Australian Standard Method of Measurement of Building Works diterbitkan oleh The Australian Institute of Quantity Surveyor dan The Master Builders Federation of Australia, dan Standard Methode of Measurement of Building Works Malaysia. Standard-standard ini merupakan pedoman versi International yang diterbitkan dalam bahasa Inggris, disamping ada juga dalam versi Bahasa Indonesia yang
Universitas Mercubuana
III-29
Bab III : Metodologi Pembahasan merupakan saduran, adaptasi dan terjemahan dari standard versi International tersebut. 6. Catatan Harga/General Pricing Notes. Catatan Harga ini dibuat selain sebagai pedoman peserta tender dalam melakukan pengisian harga (pricing), juga untuk melengkapi bagian-bagian pekerjaan yang tercantum didalam Standard of Measurement. Catatan Harga atau disebut juga General Pricing Notes lebih menegaskan tentang bagian pekerjaan yang tidak dihitung dalam kwantitas pekerjaan, tetapi harus diperhitungkan dalam harga satuan, selain itu pula menjelaskan tentang hal-hal apa saja yang harus diperhitungkan atau sudah termasuk didalam harga satuan.
III.2.1.4. Sistim Format Penyusunan BoQ Format dan susunan BoQ pada umumnya terdiri dari beberapa bagian dimana setiap bagian dinamakan daftar (Bill). Adapun bagian–bagian itu adalah sebagai berikut : 1. Bagian pertama merupakan Daftar Pekerjaan Persiapan, Prasarana dan Penunjang atau yang disebut sebagai Preliminaries. Di dalam daftar ini memuat bagian yang sifatnya berupa Pekerjaan Persiapan seperti penyediaan personil tim proyek (Project Manager, Site Manager dan staff teknik serta administrasi), peralatan penunjang (tower crane,
hoist, concrete mixer dan lain-lain),
penyediaan air kerja dan tenaga listrik, kantor dan gudang sementara didalam proyek, pagar, jalan dan jembatan sementara dan lain-lain. 2. Bagian kedua merupakan daftar pekerjaan utama yang disusun berdasarkan lingkup pekerjaan (scope of works) yang ditenderkan. Daftar ini berupa Measured Bill dan terdiri dari beberapa daftar (bill) yang dihitung berdasarkan gambargambar Tender. Format dan susunan BoQ pada bagian ini dapat bervariasi tergantung dari jenis proyek dan lingkup pekerjaan yang ditenderkan, pembagian BoQ lebih detail akan diuraikan dalam bagian lain.
Universitas Mercubuana
III-30
Bab III : Metodologi Pembahasan 3. Bagian ketiga merupakan Daftar Biaya Perkirakan dan Daftar Pekerjaan Khusus disebut juga sebagai Provisional Sum and Daywork Allowances (Daftar Biaya Perkiraan) dan Prime Cost Sum (Daftar Pekerjaan Khusus).
Daftar Biaya Perkiraan adalah suatu daftar yang memuat bagian pekerjaan dimana pada waktu diadakan tender belum terdapat gambar dan spesifikasinya, tetapi bagian pekerjaan tersebut pada umumnya akan ada, sehingga pada daftar ini dicadangkan suatu biaya berdasarkan estimasi untuk bagian pekerjaan tersebut. Pada umumnya daftar ini terdiri dari Provisional Sum (PC), Contingency (nilai cadangan) dan Daywork Allowances (daftar harga satuan bahan upah dan peralatan) yang disebut juga Daftar Pekerjaan Harian.
III.2.1.5. Tahap Persiapan Dalam Penyusunan BoQ Didalam menyusun suatu BoQ perlu dilakukan persiapan-persiapan, khususnya pada waktu dilakukan pengukuran dan perhitungan kwantitas (taking off) dan penyusunan item pekerjaan (description) persiapan ini meliputi : a. Mencari referensi mengenai : 1. Type kontrak (tender) apakah lump sum, remeasurable, design and build atau lainnya. 2. Jenis bangunan yang akan ditenderkan. 3. Lingkup/jenis pekerjaan (paket pekerjaan) yang akan ditenderkan. b. Menyusun suatu outline BoQ secara garis besar sebagaimana yang diuraikan diatas. c. Mencatat dan meregister gambar-gambar dan spesifikasi yang akan digunakan didalam
melakukan
perhitungan
serta
memeriksa
kelengkapan
dan
kesempurnaan gambar dan spesifikasi tersebut. d. Mempersiapkan peralatan secukupnya untuk dapat melakukan perhitungan.
Universitas Mercubuana
III-31
Bab III : Metodologi Pembahasan e. Mulai menghitung dari pekerjaan yang mudah dulu baru bagian–bagian yang sulit.
III.2.2. Catatan Harga (Pricing Notes) Seperti telah dijelaskan diatas, catatan harga ini dibuat selain sebagai pedoman peserta tender dalam melakukan pengisian harga (pricing), juga untuk melengkapi bagian-bagian pekerjaan yang tercantum didalam Standard of Measurement dan bagian– bagian apa saja yang tidak dihtung tetapi sudah termasuk dalam harga satuan. Ketika rencana anggaran biaya telah disusun, maka catatan harga ini akan menjadi kepentingan setiap orang dan akan menjadikan proses pengendalian biaya menjadi sangat penting. Sebelum mengalokasikan biaya dari berbagai elemen, sesuatu reduksi umumnya dilakukan untuk menutup resiko desain dan harga. Besarnya reduksi ini akan bervariasi tergantung pengalaman dari perancang, quantity surveyor dan pemahaman tentang perencanaan biaya. Besarnya presentase penyesuaian dapat cukup bervariasi dan akan dipengaruhi oleh jenis dan kerumitan desain, keadaan klien, perkiraan kecenderungan harga dan perkiraan keterlambatan yang diduga sebelum tahap penerimaan tender. Berikut ini catatan harga (pricing notes) untuk pekerjaan GRC dan Precast pada daftar uraian pekerjaan atau bill of quantity yang dikeluarkan oleh konsultan QS (quantity surveyor), yang biasa dipakai dengan maksud dan tujuan untuk mempermudah perhitungan dan pengisian harga satuan (unit price) pada bill of quantity, biasanya harga satuan untuk pekerjaan eksternal sudah termasuk : 1) Pekerjaan Persiapan, Prasarana dan Penunjang (Preliminaries). 1. Kontrak ini bersifat lump sum (kecuali untuk item yang diberi kata “provisional”/provisional
sum),
dan
oleh
karena
itu
Kontraktor
wajib
menghitung kwantitas (jumlah satuan) pekerjaan dan jika menurut pendapat Kontraktor terdapat item pekerjaan yang belum tercantum perhitungan kwantitas yang berbeda, Kontraktor dapat menambahkannya pada lampiran yang khusus dibuat untuk itu. Semua resiko baik mengenai kesalahan
Universitas Mercubuana
III-32
Bab III : Metodologi Pembahasan perhitungan terhadap harga maupun jumlah satuan yang diajukan, dan biayabiaya lain yang tak terduga adalah tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor. 2. Harga yang tercantum didalam Pekerjaan Persiapan, Prasarana dan Penunjang sudah mencakup keseluruhan pekerjaan termasuk pekerjaan tambah/ kurang, dan sudah diperhitungkan terhadap : a. Penambahan dan pengurangan kwantitas pada item pekerjaan didalam Kontrak. b. Peniadaan dan penambahan bagian pekerjaan. c. Perubahan kwalitas pekerjaan. d. Perubahan-perubahan level, garis-garis as, posisi-posisi dan ukuranukuran dari bagian pekerjaan. e. Pekerjaan tambah lainnya. f. Perpanjangan waktu pelaksanaan. 3. Dalam
memberikan
harga
pekerjaan
ini,
Kontraktor
dianggap
telah
mempertimbangkan dan memasukan semua biaya pengeluaran pekerjaan dan tidak ada tuntutan di kemudian hari terhadap Pemberi Tugas bila Daftar Uraian Pekerjaan/BoQ ini dipandang tidak lengkap oleh Kontraktor, dan semua halhal yang tidak tercantum di sini dianggap sudah dimasukkan dalam penawaran pekerjaan yang ditawarkan. 4. Kontraktor dianggap telah memperhitungkan dan mempertimbangkan semua kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di lapangan dalam pelaksanaan berhubung adanya Kontraktor-kontraktor lain untuk pelaksanaan Proyek tersebut. 5. Item pekerjaan dengan tanda Provisional, artinya volume akan dihitung kemudian berdasarkan Gambar Pelaksanaan (Construction Drawing), tetapi harga satuan pekerjaan sudah mengikat.
Universitas Mercubuana
III-33
Bab III : Metodologi Pembahasan 2) Bahan, pemasangan dan pelepasan GRC dan Precast, bahan tambahan bila dipakai, pengelasan, upah pasang untuk pelaksanaan dari sistem fixing (sambungan) secara keseluruhan (lengkap) termasuk bahan yang terbuang, bobokan bekas lantai atau kolom. 3) Pemindahan/pembersihan dari GRC dan Precast yang hancur atau gagal. 4) Volume beton dihitung sampai tulangan (beton bertulang) dan harga satuannya sudah termasuk test beton dari laboratorium yang ditunjuk oleh Direksi Pengawas, pembesaran volume beton termasuk dalam harga satuan. 5) Harga satuan untuk besi sudah termasuk juga semua yang diperlukan seperti : besi tulangan, penyokong, sisa potongan yang terbuang (waste), kawat pengikat (bendrad) dan pengelasan. 6) Perbedaan berat yang dikeluarkan oleh pabrik yang satu dengan pabrik yang lainnya untuk diameter yang sama menjadi tanggung jawab pemborong. 7) Tabel berat yang dipakai dalam menghitung berat dalam daftar ini sebagai berikut:
Diameter (mm) • • • • • • • • • •
6 mm 8 mm 10 mm 12 mm 13 mm 16 mm 19 mm 22 mm 25 mm 32 mm
Berat (kg/m’) 0.222 0.395 0.617 0.888 1.042 1.578 2.226 2.984 3.853 6.315
8) Setiap perhitungan overlap pembesian GRC dan Precast, untuk lantai dihitung setiap 12 (dua belas) meter, kelebihan dan sisa terbuang (waste) diperhitungkan dalam harga satuan. 9) Harga satuan cetakan/moulding sudah termasuk curing atau sejenisnya.
Universitas Mercubuana
III-34
Bab III : Metodologi Pembahasan 10) Volume beton dihitung nett berdasarkan panjang GRC dan Precast. Efek untuk bahan beton yang terbuang dari volume beton karena pembesaran GRC dan Precast diperhitungkan dalam harga satuan. 11) Volume tambahan/bentonite dihitung nett berdasarkan panjang dan lebar GRC dan Precast. Efek untuk bahan beton yang terbuang dari volume beton karena pembesaran GRC dan Precast diperhitungkan dalam harga satuan. 12) Harga uji Test Beban pada GRC dan Precast sudah termasuk cetakan/moulding, perbaikan, penambahan beton bertulang, tambahan lapisan, dan perapihan GRC dan Precast sebelum dan sesudah pengujian dan pemotongan beton yang terbuang serta perlengkapan lainnya. Didalam
memberikan
harga
pekerjaan
ini
pemborong
harus
sudah
mempertimbangkan untuk memasukan semua biaya-biaya pengeluaran pekerjaan dengan berpatokan kepada catatan harga yang telah dibahas diatas tadi, sehingga dikemudian hari tidak ada tuntutan terhadap Pemberi Tugas/Owner bila daftar uraian Pekerjaan/BoQ ini dipandang tidak lengkap oleh Pemborong. Dan juga Pemborong harus sudah memperhitungkan/mempertimbangkan semua kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di lapangan dalam pelaksanaan berhubung adanya Pemborong-Pemborong lain untuk pelaksanaan Proyek tersebut.
III.2.3. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Biaya Bahan pertimbangan dalam pembuatan konstruksi adalah faktor ekonomi. Dengan pengeluaran biaya yang optimal didapatkan mutu dan waktu yang sesuai dengan rencana. Berikut ini adalah variabel-variable yang mempengaruhi biaya pelaksanaan GRC dan Precast, adalah : 1) Volume Beton bertulang. Jumlah penggunaan beton bertulang sangat besar pengaruhnya dalam biaya. Semakin besar volume beton bertulang yang digunakan dalam pembuatan GRC
Universitas Mercubuana
III-35
Bab III : Metodologi Pembahasan dan Precast maka semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan. Sehingga harus diusahakan pembengkakan volume akibat kesalahan dalam pelaksanaan sebisa mungkin harus dihindari. 2) Jenis dan alat yang digunakan. Biaya alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pembuatan GRC dan Precast memegang peranan yang cukup signifikan. Sebagai contoh biaya alat-alat berat yang terdiri dari biaya pengangkutan, sewa peralatan dan biaya bahan bakar dari alat-alat tersebut. Semakin lama dan semakin banyak alat yang digunakan pada suatu proyek maka akan semakin besar biaya pelaksanaannya. 3) Tenaga kerja yang terlibat. Biaya tenaga operasional meliputi biaya pelaksana, operator alat berat, pengawas, mandor dan lain-lain. Biaya tersebut akan semakin besar dengan penggunaan semakin banyak dan semakin lama dari tenaga operasional tersebut. 4) Metode pelaksanaan konstruksi. Metode pelaksanaan konstruksi yang dilakukan Kontraktor dalam Pelaksanaan pembuatan GRC dan Precast akan mempengaruhi dari jumlah alat, jumlah tenaga kerja dan waktu pelaksanaan. Dari perubahan jumlah alat, jumlah tenaga kerja dan perubahan waktu pelaksanaan akan sangat mempengaruhi biaya pelaksanaan pembuatan GRC dan Precast.
III.3. Waktu Dibawah ini akan dibahas beberapa teknik perencanaan dan pengendalian waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi diantaranya yaitu :
III.3.1. Bar Chart atau Gant Chart 2
2
“ Langkah – langkah Penyusunan Bar Chart atau Gantt Chart ”. Ir. Ferianto Raharjo “ Manajemen Biaya dan Waktu”.
Universitas Mercubuana
III-36
Bab III : Metodologi Pembahasan Adalah suatu gambar atau diagram yang menunjukkan hubungan antara aktivitas dan waktu pelaksanaan yang digunakan untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek konstruksi. Kelemahan dari bagan balok ini adalah tidak adanya keterkaitan antar satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, sehingga sulit digunakan untuk meramalkan pengaruh yang ditimbulkan dari perubahan suatu kegiatan terhadap rencana keseluruhan. Sementara kelebihannya dibandingkan dengan sistem yang lain adalah karena bentuknya yang grafis sehingga dapat menghasilkan suatu pemahaman umum yang relatif mudah. Gantt Chart biasanya dilengkapi dengan volume pekerjaan dan bobot dari anggaran biaya yang diperlukan untuk masing-masing bagian pekerjaan terhadap anggaran biaya proyek secara keseluruhan. Pengembangan dari Gantt Chart ini dilengkapi dengan kurva-S, yaitu diagram yang menunjukkan hubungan antara bobot kumulatif pekerjaan yang dicapai terhadap waktu. Contoh : No.
Jenis pekerjaan
1
Pekerjaan A
14.000.000,00
2
Pekerjaan B
1.000.000,00
3
Pekerjaan C
7.000.000,00
4
Pekerjaan D
6.000.000,00
5
Pekerjaan E
8.000.000,00
6
Pekerjaan F
5.000.000,00
7
Pekerjaan G
14.000.000,00
8
Pekerjaan H
19.000.000,00
9
Pekerjaan I
6.000.000,00
10
Pekerjaan J
17.000.000,00
11
Pekerjaan K
3.000.000,00
Jumlah Nominal
Biaya (Rp.)
100.000.000,00
Tabel 3.1 Contoh Bar Chart/Gantt Chart Keterangan : Jumlah nominal adalah anggaran biaya yang dibayarkan kepada kontraktor tidak termasuk jasa pemborong dan pajak. Bobot tiap pekerjaan adalah hasil bagi biaya pekerjaan tersebut dengan jumlah nominal.
Universitas Mercubuana
III-37
Bab III : Metodologi Pembahasan
Pekerjaan A =
14.000.000,00 X 100 % = 14 % 100.000.000,00
Kemudian bobot tiap pekerjaan dibagi dengan jumlah satuan waktu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut sehingga diperoleh bobot tiap satuan waktu.
III.3.2. Network Planning Adalah interdependent
gambar dari
atau
beberapa
diagram aktivitas
yang atau
menggambarkan peristiwa
yang
interelation
dan
digunakan
untuk
mengendalikan jadwal waktu pelaksanaan proyek. Metode Network Planning ini karena bentuknya yang rumit menyebabkan tidak semua orang dapat membaca dan memahaminya. Ada beberapa Network Planning yang bisa digunakan, diantaranya :
1. Arrow Diagram Syarat pembuatan arrow diagram : a.
Ada 3 simbol Melambangkan satu kegiatan Melambangkan hubungan antar kegiatan Simbol peristiwa, dimana
n : nomer peristiwa SPAn : saat paling awal peristiwa terjadi SPLn : saat paling lambat peristiwa terjadi
b.
Setiap NWP harus dimulai pada setiap lintasan awal dan harus selesai pada peristiwa akhir.
c.
Dalam arrow diagram tidak ada kegiatan/lintasan loop.
d.
Usahakan agar dummy tidak terlalu banyak.
Universitas Mercubuana
III-38
Bab III : Metodologi Pembahasan
Membuat Bentukan
11
13
Pemasangan Acuan E/2
1
Bergerak Masuk
4
A/3 1
Menggali
2
C/8 4
Penempatan Beton 15 16
15
2
16
12 D/4 Pabrikasi Baja Tul
12
Gambar 3.2 Diagram Panah Pada arrow diagram, anak panah mewakili suatu kegiatan/aktivitas. Pada setiap awal dan akhir dari panah, ditempatkan satu titik buhul (node) yang diberi etiket/simbol dari peristiwa/aktivitas tersebut. Aktivitas-aktivitas itu ditentukan berdasarkan urutan konstruksi, waktu yang tersedia dan kertersediaan sumber daya. 2. Precedence Diagram Precedence diagram ini mempuyai kelebihan dibandingkan dengan arrow diagram, diantaranya adalah tidak digunakannya dummy. Dummy adalah aktivitas buatan yang tidak memerlukan waktu dan sumber daya.
Gambar 3.3 Precedence Diagram
Universitas Mercubuana
III-39
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
BAB IV METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI, ANALISA BIAYA DAN WAKTU (GRC & PRECAST)
IV.1. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI (GRC & PRECAST) 1 IV.1.1. Data Proyek Untuk pembahasan ini penulis mengadakan peninjauan atas pekerjaan GRC dan Precast pada proyek The Pakubuwono Residence yang berlokasi di Jl. Pakubuwono 6 Jakarta Selatan. Bangunan ini terdiri dari 5 tower Apartemen (2 lantai basement, 23 lantai dan 1 penthouse dengan atap roof crown. Konstruksi dinding pengisi eksterior pada bangunan ini menggunakan GRC dan Precast yang dimulai dari lantai 2 sampai dengan lantai 24.
IV.1.2. Data Umum Proyek
1
Nama Proyek
: The Pakubuwono Residence
Lokasi
: Jl. Pakubuwono 6 Jakarta selatan
Pemilik
: PT. Mandiri Eka Abadi
Konsultan Pengawas
: PT. Jaya CM
Konsultan Quantity Surveyor
: PT. Rekagriya Menarabuana
Konsultan Struktur
: PT. Davysukamta & Partners
Konsultan Arsitektur
: PT. Airmas Asri
Konsultan M/E
: PT. Metakom Pranata
Kontraktor Utama
: Shimizu - Total Joint Operation
Wulfram I. Ervianto ,
“ Eksplorasi Teknologi Dalam Proyek Konstruksi : Beton Pra-Cetak &
Bekisting, Yogyakarta, 2007”.
Universitas Mercubuana
IV-40
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Sub Kontraktor : - Galian tanah
: Shimizu - Total Joint Operation
- Dewatering
: PT. Sofoco
- Waterproofing
: PT. Datra Insannusa
- Crown
: PT. Jagat Baja
- Begisting
: PT. Beton Perkasa & PT. Putra Cipta
- GRC
: PT. Krazu Indonesia
- Precast
: PT. Mega Beton & PT. Adhimix Precast
- Curtain Wall
: PT. Surya rasa Interloka
Sumber Dana
: Owner (PT. Mandiri Eka Abadi)
Mulai Pekerjaan
: 01 September 2003
Waktu Pelaksanaan
: 1095 hari kalender (01 September 2003 s/d 01 September 2006)
Masa Pemeliharaan
: 36 Bulan
Perijinan
: Owner (PT. Mandiri Eka Abadi)
IV.1.3. Fabrikasi GRC Fabrikasi adalah suatu proses pengolahan dari bahan baku menjadi bahan siap pakai (bahan jadi). Untuk berlangsungnya proses fabrikasi ini dibutuhkan peralatan pendukung diantaranya adalah mesin saringan pasir, mesin pengaduk campuran semen (mixer), alat penyemprot (spray gun) dan roller. Juga harus terdapat ruangan untuk perawatan (curing), laboratorium untuk menguji mutu material yang akan digunakan, dan laboratorium untuk menguji kekuatan hasil produksi. Disamping itu yang harus diperhatikan juga cetakan (moulding). Cetakan ini memegang peranan yang penting untuk terbentuknya panel GRC sesuai dengan bentuk yang diinginkan oleh pemesan.
Universitas Mercubuana
IV-41
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
IV.1.3.1. Desain Produsen membuat GRC ini sesuai dengan keinginan pemesan. Keinginan dari pemesan ini dituangkan kedalam gambar kerja yang kemudian dipelajari oleh bagian desain. Dalam mendesain panel-panel ini harus diperhitungkan secara teknis. Teknis gaya-gaya yang mungkin terjadi, baik selama produksi, pengangkutan, pemasangan maupun sesudah terpasang. Hasil akhir produksi panel GRC ini harus sesuai bentuk dan ukurannya dengan yang telah direncanakan, harus tepat dengan gambar kerja agar mempermudah pekerjaan pada waktu pemasangan. Apabila ada penyimpangan dalam ukuran, tidak boleh lebih dari 3 mm setiap panjang.
IV.1.3.2. Cetakan (Moulding) Cetakan adalah suatu alat pembantu sebagai lawan terhadap sisi bidang dari GRC yang akan diproduksi. Bentuk dari cetakan ini harus sesuai dengan keinginan pemesan yang sudah tertuang dalam gambar kerja. Syarat cetakan untuk GRC ini adalah : 1. Harus kokoh. 2. Tidak mudah terbuka, tapi mudah untuk dibuka. 3. Tidak boleh terbuat dari bahan yang mudah meresap air. 4. Tidak bocor. 5. Permukaan cetakan harus halus sehingga produk yang dihasilkan juga halus. Material untuk cetakan dapat dibuat dari : 1. Plywood Jika produk yang akan dibuat bentuknya mudah. 2. Karet Jika produk yang akan dibuat berbentuk ukiran atau kaligrafi. 3. GRC Jika produk yang akan dihasilkan dalam jumlah banyak.
Universitas Mercubuana
IV-42
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Jika cetakan akan digunakan untuk berulangkali, maka cetakan harus dibuka, dibersihkan dan diperiksa apakah masih layak untuk dipakai. Untuk bentuk-bentuk yang sederhana dan jumlah produksinya tidak banyak, sebaiknya cetakan digunakan dari bahan plywood karena harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan GRC sendiri. Cetakan ini sebelum digunakan harus diberi lapisan minyak reebol dahulu yang gunanya untuk mempermudah membuka cetakan.
IV.1.3.3. Proses Fabrikasi Secara garis besar proses fabrikasi dibagi dalam dua kategori : 1. Proses fabrikasi dengan kategori hand or machine spray Digunakan untuk bentuk-bentuk terbuka seperti : -
flat sheet
-
cover
-
arch and carrugated (permukaan halus satu sisi)
2. Proses fabrikasi dengan kategori premix Digunakan untuk bentuk-bentuk tertutup seperti : -
single beam (flat soffit dan ribbed soffit)
-
double beam
-
bentuk-bentuk bola
-
bentuk-bentuk kubus dan lain-lain
IV.1.3.3.1. Kategori Hand or Machine Spray Semen dan pasir yang digunakan harus memenuhi ketentuan dari peraturan umum untuk Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUBB-N.1.3) dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1971-N.1.2). Pasir yang digunakan dapat berasal dari mana saja, asal mempunyai kadar lumpur dibawah 2% dan tidak boleh mengandung kadar besi (Fe) serta garam terlalu banyak. Hal ini harus diperhatikan, karena akan mempengaruhi
Universitas Mercubuana
IV-43
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu mutu GRC yang akan dihasilkan. Pasir dicuci sampai bersih, dikeringkan lalu disaring. Pasir yang dipakai adalah yang tertinggal pada saringan 0.15 mm. Kemudian pasir, semen, air pencampur dan bahan tambahan dipersiapkan sesuai dengan kapasitas mixer dan kebutuhan slurry untuk produksi yang direncanakan. Semua ini harus diperhatikan agar pemakaian menjadi efektif. Kebutuhan semen, pasir, air pencampur dan fibreglass untuk ± 50 liter slurry adalah sebagai berikut :
Bj semen
= 3.000 Kg/m ³
Bj pasir
= 1.600 Kg/m ³
Bj air
= 1.000 Kg/m ³
Bj fiberglass
= 910 Kg/m ³
Campuran PC : pasir = 1 : 1 Air ± 30% dari berat PC Fibreglass = 5% dari berat total Misalkan : 1. Pasir
= 40 Kg
2. PC
= 40 Kg
3. Air = 30% x 40 Kg = 12 Kg 4. Fibreglass
= 5% dari berat total =
5% x 92 Kg 95%
= 4.84 Kg Jadi diperlukan : 1. Pasir
= 40 Kg
2. PC
= 40 Kg
3. Air
= 12 Kg
4. Fibreglass
= 4.84 Kg
Total
= 96.84 Kg
Universitas Mercubuana
IV-44
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Pasir dan PC diaduk sampai merata dan homogen didalam molen. Lalu masukkan air pencampur sedikit demi sedikit sampai habis, dan molen harus tetap dalam keadaan berputar. Setelah pencampuran dianggap sudah merata, maka adukan tadi dituangkan dan dimasukkan ke dalam tabung penyemprot (spray gun). Adukan ini akan disemprotkan kedalam cetakan (mould). Oleh karena itu untuk medapatkan permukaan-permukaan glassfibre renforced cement yang halus, maka cetakan tersebut harus diolesi dengan minyak reebol. Minyak reebol disini sekaligus berfungsi untuk memudahkan melepaskan GRC dari cetakannya. Pada proses penyemprotan ini ada 2 tahap yang harus dikerjakan yaitu : 1. Tahap pertama Pada tahap ini serat fibreglass belum digunakan, jadi pada alat spray gun hanya dua jalur yang digunakan yaitu jalur untuk keluarnya slurry dan jalur untuk keluarnya angin, sementara jalur untuk keluarnya seraf fibreglass harus ditutup. Semprotan pada lapisan pertama ini setebal 1.5 mm - 2 mm. 2. Tahap kedua Pada tahap ini serat fibreglass sudah mulai digunakan. Jadi ketiga jalur spray gun dalam keadaan terbuka. Serat fibreglass yang semula berbentuk tali ini, setelah keluar dari lupang spray gun akan terpotong-potong dengan panjang sekitar 12 mm sampai 38 mm. Hal ini disebabkan karena dalam alat spray gun terdapat alat pemotong (cutter) yang digerakkan oleh udara. Pada tahap kedua ini baik slurry maupun fibreglass secara bersamaan membentuk suatu lapisan yang tebalnya sekitar 2 mm - 2.5 mm. Tenggang waktu yang dibutuhkan untuk penyemprotan antara lapisan pertama dan lapisan kedua ini berkisar antara 3 menit - 5 menit, dan pada setiap lapis penyemprotan dilakukan pemadatan dengan suatu alat pemadat yang disebut roller. Penyemprotan ini dilakukan berulang-ulang sampai mencapai ketebalan yang diinginkan. Jika ketebalan sudah sesuai dengan rencana, maka pada tempat-tempat tertentu
Universitas Mercubuana
IV-45
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu dipasang angkur sebagai penghubung ke rangka pendukung. Pada tempat terpasangnya angkur ini harus diberi penebalan untuk memberikan kekuatan.
IV.1.3.3.2. Kategori Premix Proses persiapan bahan baku pada kategori premix ini sama dengan pada kategori hand or machine spray. Kebutuhan bahan untuk ± 50 liter slurry adalah : 1. Pasir
= 40 Kg
2. PC
= 40 Kg
3. Air
= ± 12 Kg
4. Fibreglass
= 4.84 Kg yang telah dipotong sekitar 12 mm - 38 mm
Proses fabrikasi GRC pada kategori premix ini adalah : 1. Semen dan fibreglass dicampur dalam molen sampai rata 2. Masukkan pasir kedalam campuran ini sampai merata 3. Kemudian masukkan air pencampur sedikit demi sedikit pada keadaan molen tetap berputar. Pengadukan dilakukan terus sampai merata dan homogen 4. Setelah itu dilakukan pengecoran kedalam cetakan (mould) yang sebelumnya sudah dilapisi dengan minyak reebol. 5. Dilakukan pemadatan dengan menggunakan triller yang berbentuk pelat tipis.
IV.1.3.4. Proses Perawatan (Curing) Karena ketebalan dari glassfibre renforced cement ini relatif tipis, maka dikhawatirkan proses pengerasan yang berlangsung cepat sekali akan berpengaruh kurang baik terhadap GRC itu sendiri. Hal ini disebabkan karena proses pengerasan yang terlalu cepat akan menimbulkan retak-retak rambut (hair cracks) yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu dan menurunkan kekuatan. Pencegahan yang dapat dilakukan dari dalam adalah dengan menambahkan bahan pembantu yaitu trikosal, sedangkan pencegahan dari luar adalah dengan menjaga suhu pada saat perawatan (curing).
Universitas Mercubuana
IV-46
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Proses curing yang biasa dilakukan oleh produsen GRC adalah :
1. Dua jam setelah proses penyemprotan selesai dimana cetakan (mould) balum dibuka, dilakukan proses pengabutan atau tabir air diruangan curing. Ruangan untuk pengabutan ini harus tertutup, terlindung dari sinar matahari dan curah hujan. Cara sederhana untuk melakukan proses pengabutan ini adalah dengan mengalirkan air kedalam pipa-pipa yang telah dilubangi (lubang rambut). Air yang dapat digunakan adalah yang sesuai dengan persyaratan air pencampur atau secara teoritis adalah air yang dapat diminum. Namun harus diperhatikan bahwa air yang mengalir melalui pipa-pipa tersebut tidak boleh dibiarkan mengalir terus menerus, jadi harus dikontrol terus agar tidak berlebihan. Proses ini berlangsung sekitar 12 - 4 jam. 2. Empat jam setelah proses pengabutan ini selesai, maka cetakan (mould) dapat dibuka. Setelah itu panel dapat diangkat dan disimpan dalam ruangan penyimpanan. Ruangan untuk tempat penyimpanan ini juga harus terlindungi dari sinar matahari langsung. Untuk itu suhu ruangan harus dijaga agar sesejuk mungkin dengan suhu maksimum 30 C dan kelembaban 80%. Panel GRC hanya boleh menjadi kering karena tertiup angin, dan ini berlangsung selama 3 hari 3 malam. Panel GRC ini baru boleh digunakan untuk instalasi setelah berumur sekurangkurangnya 4 hari. Sebelum panel ini dikirim ke lokasi proyek, harus dilakukan finishing dahulu dengan cara seperti mengampelas bagian panel yang kurang rapi.
Universitas Mercubuana
IV-47
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
IV.1.3.5. Pengangkutan Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan truk yang disesuaikan dengan ukuran dan jumlah yang akan dikirim. Cara meletakkan panel didalam truk juga tergantung dari model dan ukuran panel GRC itu sendiri.
IV.1.4. Teknik Pelaksanaan Pemasangan Komponen GRC Pada prinsipnya pelaksanaan pemasangan kompone GRC di proyek tersebut dilakukan sebagai berikut : 1. Survay 2. Marking 3. Pemasangan Frame 4. Pemasangan Panel GRC 5. Finishing dan Sealent
IV.1.4.1. Survey Pekerjaan ini dilaksanakan untuk mengetahui keadaan lapangan, sehingga dapat dibuatkan suatu rencana antara lain : 1. Pembuatan gedung dan stock komponen GRC di site, sebelum melaksanakan pemasangan. 2. Untuk mengetahui bagian-bagian mana yang lebih prioritas dipasangi komponen GRC. 3. Untuk megetahui sub-sub yang terkait dangan pekerjaan GRC serta untuk mengetahui siapa yang harus dihubungi jika ada suatu pekerjaan yang menyimpang dari shop drawing yang telah disepakati.
Universitas Mercubuana
IV-48
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
IV.1.4.2. Marking Pekerjaan ini dilakukan dengan mengukur pada masing-masing lokasi dengan satu patokan yang telah disepakati bersama dengan Main Contractor. Baik secara horizontal maupun vertikal diberi tanda dengan cat ditempat-tempat yang cukup jelas dilihat, dan ini harus sesuai dengan shop drawing yang telah disepakati. Walaupun ada sesuatu yang menghalangi, misalnya beton harus dibobok, struktur yang tidak lurus dan panjang pendeknya panel GRC (terutama pada tempat-tempat sudut), hal in dapat diperkirakan lebih dini. Dengan demikian posisi horizontal maupun turunnya penempatan komponen GRC dapat diketahui dengan pasti. Hal ini perlu diperhatikan karena biasanya komponen GRC terdiri dari berbagai macam tipe, sehingga kita dapat menghindari masalah salah meletakkan panel.
IV.1.4.3. Pemasangan Frame Pemasangan frame penggantung GRC diusahakan lurus baik horizontal maupun vertikal. Sehingga pada saat pemasangan panel GRC nya tidak terlalu banyak penyesuaian, sehingga dapat sesuai dengan posisi yang dikehendaki. Alat bantu yang tersedia diproyek biasanya sangat rawan baik karena aliran listrik serta karena ketinggian bangunan itu sendiri. Maka untuk itu perlu dibuatkan perancah (scafollding), tangga gantung dan tangga biasa sehingga pekerja akan bisa melaksanakan pekerjaan pengangkutan, pengelasan (pemasangan) dengan tenang, aman dan terkonsentrasi pada pekerjaannya. Disamping alat bantu tersebut, juga diperlukan pengamanan terhadap percikan api las, agar tidak memancar kemana-mana, sehingga orang yang bekerja disekitarnya tidak ikut terganggu. Perlindungan ini direncanakan menggunakan multiplex tebal ± 6 mm yang bagian atasnya diikat keatas dengan menggantung tambang dan bagian bawah multiplex diletakkan kelantai bawahnya dengan posisi miring. Dengan demikian diharapkan percikan api las tidak semuanya langsung ke bawah, bahkan jika mungkin tidak sama sekali.
Universitas Mercubuana
IV-49
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
IV.1.4.4. Pemasangan Panel GRC Jika panel GRC ini akan ditutupi dengan keramik, maka penambahan keramik ini harus
dilakukan
sebelum
pemasangan.
Hal
ini
berguna
untuk
mempermudah
pemasangan keramik yang untuk pelekatannya menggunakan semen yang dicampur dengan perekat. Perbandingan untuk pekerjaan ini adalah 1 Kg PC = 200 cc perekat. Distribusi komponen GRC ke tempat-tempat pemasangan akan dilaksanakan dengan menggunakan tower crane. Dilaksanakan dari stock lantai dasar dan didistribusikan ke lokasi-lokasi sesuai dengan tipe-tipe komponen GRC yang akan dipasang pada lokasi tersebut. Kemudian untuk pemasangan ke posisinya, cukup dengan memakai chaim block dengan panjang rantai 4 - 5 m, dan dibantu alat bantu lainnya seperti klem F, bor, gerinda, mesin las dan sebagainya. Pemasangan anchor dan fisher dari panel GRC kepada frame penggantungnya adalah merupakan tahap akhir dari penyetelan pemasangan komponen GRC. Hal ini dilakukan setelah panel GRC betul-betul siap pada posisi/kedudukan yang dikehendaki. Untuk ini patokannya adalah dengan menggunakan waterpass dan penyesuaian nat-nat antara panel GRC harus benar-benar diperhatikan, karena fixing dilakukan dengan cara pengelasan mati antara angkur panel GRC dengan frame penggantungnya.
IV.1.4.5. Finishing dan Sealant Pekerjaan finishing dan sealant disini adalah : 1. Memperbaiki penal-panel GRC pada saat didistribusikan atau pada saat pengangkatan, mungkin ada panel yang gompal, retak rambut, baret dan sebagainya. Bahan-bahan yang digunakan untuk finishing : -
lem epoxy
-
expocrete
-
resin
-
semen, pasir dan fibreglass
Universitas Mercubuana
IV-50
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu 2. Pemasangan sealant pada nat-nat GRC harus sesuai dengan shop drawing yang telah disepakati. Sealant yang dipakai adalah jenis Auton Sealant, dimana cara pelaksanaannya harus sesuai dengan brosur/buku petunjuk. Desain gambar
Pembuatan cetakan Plywood GRC Karet
Penyemprotan emulsi minyak pada cetakan
Proses pembuatan GRC
Tidak
Pengujian GRC
Pengolahan dan curing
Pembongkaran cetakan
Pembuatan berulang
Finishing
Elemen GRC
Gambar 4.1 Diagram Alir Produksi GRC
Universitas Mercubuana
IV-51
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
Pengangkatan dengan memakai tower crane
Pemindahan dari tower crane ke chain block
Penyetelan elevasi panel dinding GRC Dengan memakai theodolit
Pemakaian dynabolt pada balok
Pembuatan besi angkur panel dinding GRC dengan dynabolt
Gambar 4.2 Diagram Alir Pemasangan Panel GRC
IV.1.5. Fabrikasi Precast Fabrikasi precast merupakan suatu siklus atau pekerjaan berulang yang dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut : 1. Bahan baku seperti pasir, semen, split dan air diperiksa mutunya, apakah sudah layak untuk digunakan. 2. Meja cor yang terbuat dari baja dibersihkan. 3. Melakukan pekerjaan perakitan tulangan. 4. Cetakan (mould) dibersihkan, dan pada sisi (permukaan) yang kontak dengan beton diberi minyak. 5. Tulangan dimasukkan kedalam cetakan, kemudian disetel. 6. Bahan-bahan baku (material beton) dimixing. 7. Dilakukan slump test untuk mengetahui kekentalan adukan.
Universitas Mercubuana
IV-52
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu 8. Dilakukan pengecekan terakhir sebelum diadakan pengecoran. 9. Dilakukan pengambilan benda uji untuk ditest dilaboratorium yang bertujuan untuk mengetahui mutu beton. 10. Pengecoran dilakukan dan untuk pemadatannya digunakan vibrator. 11. Beton dibiarkan hingga 24 jam, kemudian dilakukan curing. Setelah satu hari beton telah mencapai kekuatan 30% dari mutu yang diinginkan. 12. Cetakan dapat dibuka, dan beton diangkat untuk selanjutnya diletakkan di tempat penyimpanan/stockyard. 13. Di stockyard ini dilakukan quality control dan finishing (pemeriksaan apakah ada beton yang cacat atau tidak). a. bila ada yang cacat sedikit maka dilakukan perbaikan b. bila mutunya tidak memenuhi maka beton dibuang (reject) 14. Setelah finishing beton dibawa ke lokasi proyek dengan meggunakan truk dalam posisi vertikal. 15. Dilokasi proyek beton diturunkan dan disimpan ditempat penyimpanan sampai tiba saatnya panel akan dipasang. Cetakan (mould) yang akan digunakan, hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Stabilitas volume (untuk ketepatan dimensi elemen). 2. Mudah ditangani, tidak bocor. 3. Adhesi terhadap beton kecil, mudah dibersihkan. 4. Dapat menghasilkan sedikit modifikasi. 5. Untuk penggunaan berulang dalam jumlah besar menyebabkan biaya perawatan yang minim.
Universitas Mercubuana
IV-53
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
IV.1.6. Pemasangan Precast Pemasangan panel dinding ini dimulai dari lantai paling bawah secara horizontal. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan terhadap kemungkinan kemiringan pemasangan. Langkah-langkah pemasangan satu panel dinding precast dapat diuraikan dengan sebagai berikut : 1. Panel beton diangkat dari stockyard dengan menggunakan tower crane ke dekat posisi pemasangan. 2. Panel beton diposisikan pada jarak 50 cm dari balok/plat dilantai atas yang akan dipasang. 3. Sling tackle dipasang pada gantungan baja, sementara sling dari tower crane dilepaskan agar tower crane dapat mengangkat panel selanjutnya. 4. Setelah panel sudah tergantung sepenuhnya pada tackle, sling dari tower crane dilepaskan agar tower crane dapat mengangkat panel selanjutnya. 5. Panel beton diturunkan dengan tackle ke posisi pemasangan. 6. Pemasangan
panel
beton
diatur
pada
posisinya
(disesuaikan
dengan
penandaan/marking). Pengukuran elevasi dilakukan dengan menggunakan theodolit. 7. Ketika panel sudah dalam posisi yang tepat, maka gantungan baja dipotong dan braket panel diatas untuk memperkokoh kedudukan panel beton terhadap balok. 8. Panel sudah terpasang, dan dilanjutkan untuk pemasangan selanjutnya. Alat-alat bantu yang diperlukan untuk pemasangan panel Precast adalah : 1. Tower crane. 2. Tackle dengan kapasita 3 ton (untuk 1 panel diperlukan 2 buah). 3. Sling dengan panjang 1 meter. 4. Chain block dengan kapasitas 3 ton/buah. 5. Travo las.
Universitas Mercubuana
IV-54
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu 6. Sabuk pengaman untuk pekerja. 7. Theodolit untuk pengukuran posisi/levelling. Pada waktu pengangkatan panel ini harus diperhatikan berat beban disalurkan melalui jangkar pengikat, pada waktu panel sudah terangkat terjadi pengurangan tegangan dan adanya pertambahan geseran. Pengangkatan harus merata dan harus dihindari
sentakan-sentakan
yang
dapat
menyebabkan
beton
menjadi
rusak.
Pengangkatan ini akan menjadi lebih mudah bila panel sebelum dibuat juga direncanakan terlebih dahulu titik angkatnya. Juga harus diperhatikan sambungan-sambungan pada precast ini, yaitu : 1. Sambungan basah Adalah sambungan dengan cara dicor ditempat antara balok dari struktur dengan precast. Dengan merangkai tulangan dari balok dan tulangan dari beton pra-cetak. Pada sambugan basah umumnya dibuat bantalan untuk meletakkan beton pracetak. 2. Sambungan kering Adalah sambungan dengan cara dilas mempergunakan baja siku (embeded) yang ditanam dalam elemen beton pra-cetak, baut atau batang berulir.
IV.1.7. Finishing Finishing dilakukan setelah semua pekerjaan telah selesai, yaitu meliputi pekerjaan penutupan celah sambungan antara panel. Untuk pengisian celah tersebut digunakan sealant, yang harus sampai penuh untuk menjada ikatan yang baik antara sealant dengan beton juga untuk mencegah masuknya air pada celah tersebut. Pada celah yang kita tutupi tersebut, sebaiknya diberi warna sesuai dengan warna beton pracetak, sehingga tidak tampak jelas adanya sambungan. Material yang biasanya digunakan sebagai sealant ini antara lain karet polymer seperti :
Styrene, Ethylene, Urethane, Polyvinyl chloride
Universitas Mercubuana
IV-55
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
Pembuatan rangka tulangan
Persiapan cetakan
Penyemprotan emulsi pada cetakan
Pemasangan tulangan kedalam cetakan
Pembuatan campuran beton (mixing)
Slump test
Pengecoran
Uji beton
Tidak
Perawatan
Pembongkaran cetakan
Pekerjaan berulang
finishing
Elemen beton precast
Gambar 4.3 Diagram Alir Pembuatan Panel Precast
Universitas Mercubuana
IV-56
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
Pengangkatan dengan memakai tower crane
Pemindahan dari tower crane ke chain block
Penyetelan elevasi precast panel Dengan memakai theodolit
Pembautan
Pengelasan
Pembukaan baut
Gambar 4.4 Diagram Alir Pemasangan Panel Precast
IV.2. ANALISA BIAYA DAN WAKTU (GRC & PRECAST) IV.2.1. Data Perencanaan Dinding Eksterior Data yang diperlukan untuk analisa dinding eksterior ini meliputi : 1. Schedule pemasangan panel GRC (tabel 4.1) 2. Daftar harga satuan material (tabel 4.2) 3. Daftar harga beli peralatan (tabel 4.3) 4. Daftar harga sewa peralatan (tabel 4.4) 5. Daftar upah tenaga kerja (tabel 4.5)
Universitas Mercubuana
IV-57
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Tabel 4.1 Schedule Pemasangan Panel GRC No. 1
2
3
Uraian Pekerjaan
Volume
Durasi
Frame Cladding
4,870 kg
12
Panel Cladding
400 m²
11
Frame Fascia
7,790 kg
9
Panel Fascia
640 m²
9
Frame Cladding
3,835 kg
9
Panel Cladding
315 m²
9
Frame Double Skin
13,775 kg
9
Panel Double Skin
1,130 m²
10
1,470 kg
4
150 m²
4
115 m²
8
Ls
15
3,438 m¹
11
UTARA
SELATAN
TIMUR Frame Eksterior Panel
4
BARAT Bordes
5
Instalasi / Transportasi
6
Sealant
Sumber : PT. Krazu Indonesia
Universitas Mercubuana
IV-58
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Tabel 4.2 Daftar Harga Satuan Material No.
Nama Bahan
Satuan
Harga (Rp)
1
Besi plat 4" tebal 12 mm
Kg
1,700
2
Ready mix k-350 "torsina redikon"
m³
168,200
3
WF 100 x 100 x 6 x 8
Kg
1,750
4
WF 250 x 250 x 9 x 14
Kg
1,750
5
WF 500 x 500 x 11 x 8
Kg
1,750
6
Besi siku L80.80.8
Kg
1,750
7
Pengaku
Kg
1,175
8
Baut M16
Buah
2,850
9
Baut M20
Buah
4,250
10
Tulangan
Kg
1,100
11
Kawat
Kg
2,500
12
Bock up rod
m
6,000
13
Multiplex 9 mm
Lembar
22,000
14
Minyak reebol
Liter
2,200
15
Formika putih
Lembar
19,500
16
Kaso 5/7
m³
360,000
17
Paku 2-4 cm
Kg
2,000
18
Paku 5-12 cm
Kg
2,500
19
Pasir beton
m³
40,000
20
Semen
Zak
10,500
21
Super plastizicer
Kg
3,000
22
Fibreglass
Kg
2,300
23
Frame L50.50.5
Kg
1,750
24
CNP 100.50.20.2,3
Kg
1,750
25
Dynabolt hexnut D753
Buah
3,000
26 Besi beton 12 mm Kg 1,200 Sumber : PT. Krazu Indonesia dan Jurnal Harga Bahan Bangunan dan Konstruksi, edisi XXIV, Oktober 2005
Tabel 4.3 Daftar Harga Beli Alat No.
Nama Alat
Mek / Type
1
Chain block
Kapasitas 3 ton panjang 12 m
2
Mesin las
Telwin type Master MIG 270
Harga (Rp) 460,000 6,300,000
Sumber : PT. Krazu Indonesia dan Jurnal Harga Bahan Bangunan dan Konstruksi, edisi XXIV, Oktober 2005
Universitas Mercubuana
IV-59
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Tabel 4.4 Daftar Harga Sewa Alat No.
Nama Alat
Keterangan
Harga (Rp)
1
Tower Crane
Sewa alat / 200 jam
20,000,000
2
Concrete Pump
Per hari / 7 jam kerja
925,000
3
Vibrator
Per hari / 7 jam kerja
50,000
Sumber : PT. Pontain dan Jurnal Harga Bahan Bangunan dan Konstruksi, edisi XXIV, Oktober 2005 Tabel 4.5 Daftar Upah Tenaga Kerja Untuk GRC No.
Uraian Pekerjaan
Satuan
Upah (Rp)
1
Pekerja
1 orang / hari
20,000
2
Mandor
1 orang / hari
40,000
3
Tukang Kayu
1 orang / hari
30,000
4
Tukang Besi
1 orang / hari
30,000
5
Tukang Batu
1 orang / hari
30,000
6
Tukang Las
1 orang / hari
30,000
Sumber : Jurnal Harga Bahan Bangunan dan Upah DKI Jakarta-Dept. Pekerjaan Umum
IV.2.2. Analisa Biaya Untuk analisa biaya, disini penulis menggunakan harga satuan (unit price) yang kemudian dikalikan dengan volume, yang selanjutnya dijumlah menjadi biaya total. Pada perhitungan ini, hasil akhir yang didapat akan berupa biaya per m² panel terpasang. Sebagai ukuran akan penulis gunakan sebagai berikut : o
Panjang = 4.13 m
o
Lebar
= 2.4 m
IV.2.2.1. Analisa Biaya Dinding GRC Untuk analisa ini penulis menggunakan data yang diperoleh dari PT. Krazu Indonesia sebagai Sub-kontraktor yang bertugas menyelesaikan pekerjaan GRC pada proyek Pakubuwono Residence. Tebal panel yang akan digunakan adalah 12 mm, dan akan diuraikan sebagai berikut :
Universitas Mercubuana
IV-60
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Pekerjaan Pembuatan Bekisting Tabel 4.6 Biaya Pembuatan Bekisting GRC No.
Bahan
Volume
Harga Satuan (Rp)
Harga (Rp)
1
Formika putih
3,5 lembar
19,500 / lb
68,250
2
Multiplex 9 mm
3,5 lembar
22,000 / lb
77,000
3
Kaso 5 / 7
9 batang
5,000 / btg
45,000
4
Paku untuk formika
0,5 kg
2,500 / kg
1,250
5
Paku untuk kaso
2 kg
2,000 / kg
4,000
Total
195,500
Sumber : PT. Krazu Indonesia Dianggap 1 bekisting dapat dipakai untuk 20 kali. Jadi biaya bekisting untuk 1 panel GRC adalah = Rp195,000.00 = Rp 9,775.00 20 Rp 9,775.00 Maka biaya bekisting / m² = = Rp 986.00 (4.13 m x 2.4 m) Keterangan : o
Kaso 5/7 = 0.05 m x 0.07 m x 4 m = 0.014 m³ Harga kaso meranti jambi = Rp 360,000.00 / m³ 1 m³ = 72 batang 0.014 m³ Rp 360,000.00 = Rp 5,000.00 Harga 1 batang kaso 5/7 = 72 batang Banyak kaso dalam 1 m³ =
Pekerjaan Material untuk Pekerjaan Pembetonan Tabel 4.7 Biaya Pekerjaan Pembetonan GRC No.
Bahan
Volume
Harga Satuan (Rp)
Harga (Rp)
36 kg
263 / kg
9,468
0,0225 m³
66,667 / m³
1,500
0,4 liter
3,000 / lt
1,25
1
Semen
2
Pasir beton
3
Air
4
Super plastizicer
5
Fibreglass
5 kg
17,250 / kg
86,250
6
Minyak reebol
1 liter
2,200 / lt
2,200
Total
99,420
12 kg
sumber : PT. Krazu Indonesia dan Jurnal Keterangan : o
Fibreglass yang digunakan jenis Cem-fil 50/1 roving the original chopping.
Universitas Mercubuana
IV-61
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Harga 1 kg Cem-fil $7.5 = 7.5 x Rp 2.300 = Rp 17,250.00 / kg o
Harga 1 zak semen (40 kg) = Rp 10,500.00 Jadi 1 kg =
o
Rp 10,500.00 40
= Rp 263.00
Harga 1 m³ pasir beton = Rp 40,000.00 Menurut pengalaman dalam 1 m³ pasir basah yang dapat digunakan 60% Rp 40,000.00 0.6
Jadi harga pasir 1 m³ =
= Rp 66,667.00
Pasir beton yang dibutuhkan adalah 36 kg Berat jenis pasir adalah 1600 kg/m³ Jadi volume pasir adalah =
36 kg = Rp 0.0225 m³ 1600 kg/m³
Tabel 4.8 Biaya Pekerjaan Pembesian GRC No.
Material
Jumlah
1 Frame L50.50.5
6 bh
Berat
Volume
Harga Satuan Harga (Rp) (Rp)
3,77 kg/m¹ 6x4,13x3,77 kg/m¹
1,750
164,500
1,750
185,500
= 94 kg 2 CNP 100.50.20.2,3
5 bh
4,06 kg/m¹
5x5,2x4,06 kg/m¹ = 106 kg
3 Dynabolt
10 bh
3,000
30,000
4 Besi beton Ø12 mm
30 bh 0,88 kg/m¹ 30x0,3x0,88 kg/m¹
1,200
9,600
1,750
149,640
Total
607,825
= 8 kg 5 Frame L110.110.10
2 bh
15,1 kg/m¹ 2x4,13x15,1 kg/m¹ = 124,7 kg
sumber : PT. Krazu Indonesia dan Jurnal
Biaya perlengkapan 1 penel =
Rp 607,825.00 2
Maka biaya pekerjaan betonan / m² =
= Rp 303,913.00
Rp 99,420.00 + Rp 303,913.00 (4.13 m x 2.4 m)
= Rp 40,692.00
Biaya Peralatan Alat yang digunakan untuk membuat panel GRC adalah 1. Slurry adalah tempat / wadah untuk mencampur agregat halu dan semen 2. Mixer adalah alat untuk mencampur agregat halus dan mixer secara merata
Universitas Mercubuana
IV-62
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu 3. Spray gun
adalah alat untuk menyemprot adaukan semen dan sebagai alat
pemotong fibreglass 4. Kompressor adalah berfungsi untuk memberi tekanan angin supaya campuran tersebut dapat disemprotkan keluar Spray 5. Saringan pasir adalah alat untuk menyaring pasir 6. Roller adalah alat untuk memadatkan pasta dengan fibreglass yang disemprotkan pada bekisting. Tabel 4.9 Biaya Peralatan Untuk GRC No.
Alat
Jumlah
Harga Beli (Rp)
Harga (Rp)
1
Tong
2
10,000
20,000
2
Mixer
1
300,000
300,000
3
Slurry
1
80,000
80,000
4
Spray gun
1
2,000,000
2,000,000
5
Kompressor
1
350,000
350,000
6
Saringan pasir
3
100,000
300,000
7
Mesin las
1
6,250,000
6,250,000
8
Chain block
12
500,000
6,000,000
9
Roller
1
150,000
150,000
Total
15,450,000
sumber : PT. Krazu Indonesia dan Jurnal Peralatan diatas diasumsikan mengalami pergantian kerusakan setelah dipakai sebanyak 100 m³ Volume 1 unit panel GRC adalah 4.13 m x 2.4 m x 0.012 m = 0.119 m³ Biaya peralatan =
Rp 15,450,000 = Rp 18,386.00 (100 m³ / 0.119 m³)
Maka biaya peralatan / m² =
Rp 18,386 = Rp 1,855.00 (4.13 m x 2.4 m)
Biaya Transportasi Biaya transportasi pada GRC dihitung per rite. Diperkirakan 1 kali pengangkutan dapat membawa 5 buah GRC ukuran 4.13 m x 2.4 m dengan harga Rp 210,000.00 / rite dihitung dari lokasi pabrik PT. Krazu Indonesia menuju lokasi proyek di Kebayoran Baru.
Universitas Mercubuana
IV-63
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Maka biaya transportasi untuk 1 penel =
Rp 210,000.00 5
= Rp 42,000.00
Rp 42,000.00 = Rp 4,238.00 (4.13 m x 2.4 m)
Biaya transportasi / m² = Biaya Pemasangan
Upah pemasangan termasuk pengelasan = Rp 13,000 / m² Maka biaya pemasangan + pengelasan 1 unit panel GRC = 4.13 m x 2.4 m x Rp 13,000.00 = Rp 128,856.00 Alat yang digunakan untuk pemasangan panel GRC ini adalah tower crane, yang perhitungannya akan diuraikan sebagai berikut : Tabel 4.10 Biaya Sewa Tower Crane Untuk Pemasangan GRC No. 1
Alat
Jumlah
Sewa Alat/200 jam (Rp)
Sewa Alat/hari/7 jam (Rp)
1
20,000,000
700,000
Tower crane
Berdasarkan pengalam PT. Krazu Indonesia, dalam 1 hari dapat terpasang ± 12 panel Maka biaya sewa tower crane adalah =
1 x Rp 700,000 12
= Rp 58,334.00
Total biaya pemasangan 1 unit panel GRC adalah = Rp 128,856.00 + Rp 58,334.00 = Rp 187,190.00 Maka biaya pemasangan panel GRC / m² hádala =
Rp 187,190 = Rp 18,886.00 (4.13 m x 2.4 m)
Upah Tenaga Kerja Tabel 4.11 Upah Tenaga Kerja Untuk GRC No. 1
Tenaga Kerja
Koefisien
Upah / hari (Rp)
Upah (Rp)
0.06
40,000
2400
2
30,000
60,000
1
20,000
20,000
0.25
30,000
7500
2
20,000
40,000
Tukang semprot
0.2
30,000
6000
Tukang meroll
0.2
20,000
4000
Total
139,900
Bekisting Mandor Tukang kayu
2
Pekerjaan Pembongkaran dan Pemasangan Pekerja
3
Campuran GRC Tukang batu Pekerja
4
Penyemprotan GRC
sumber : PT. Krazu Indonesia
Universitas Mercubuana
IV-64
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
Maka biaya tenaga kerja / m² adalah =
Rp 139,900.00 = Rp 14,114.00 (4.13 m x 2.4 m)
Finishing Bahan penutup celah antara panel yang satu dengan panel lainnya menggunakan sealant tipe silicon. Harga sealant dihitung per meter lari yaitu sebesar Rp 7,800 / m¹. Jadi biaya sealant adalah (4.13 m x 2.4 m) x Rp 7,800/m¹ = Rp 50,934.00
Maka biaya finishing / m² =
Rp 50,934.00 = Rp 5,139.00 (4.13 m x 2.4 m)
Dari hasil perhitungan tersebut, maka akan didapatkan total biaya panel GRC terpasang / m², yaitu sebagai berikut : Tabel 4.12 Total Biaya Panel GRC Terpasang / m² No.
Bekisting (Rp)
Material (Rp)
Peralatan (Rp)
Transportasi (Rp)
Pemasangan (Rp)
Finishing (Rp)
1
986
40,692
1,855
4,238
18,886
5,139
Upah (Rp)
Total (Rp)
14,114 85,910
Jadi total biaya pekerjaan panel dinding eksterior dengan menggunakan GRC adalah Rp 77,668.00 / m².
IV.2.2.2. Analisa Biaya Dinding Precast Untuk analisa biaya menggunakan precast panel ini, penulis melakukan analisa berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Mega Beton dan PT. Adhimix Precast sebagai produsen panel precast panel. Tebal panel yang digunakan dalam analisa ini adalah 10 cm.
Universitas Mercubuana
IV-65
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Pekerjaan Pembuatan Bekisting Tabel 4.13 Biaya Pembuatan Bekisting Precast No.
Material
Volume
Harga Satuan (Rp)
Harga (Rp)
933 kg
1,700/kg
1,586,100
1
Plat
2
WF 100 x 100 x 6 x 8
520.3 kg
1,750/kg
910,525
3
WF 500 x 500 x 11 x 8
409.6 kg
1,750/kg
716,800
4
WF 250 x 250 x 9 x 14
318.56 kg
1,750/kg
557,480
5
L 80.80.8
171 kg
1,200/kg
200,925
6
Pengaku tebal 8 mm
17 kg
1,175/kg
19,975
7
Baut M16
16 bh
2,000/bh
32,000
8
Pengelasan
Ls
450,000 Total
4,473,805
sumber : PT. Mega Beton dan PT. Adhimix Precast dan Jurnal
Dianggap 1 bekisting dapat dipakai untuk 500 kali. Jadi biaya bekisting untuk 1 precast panel adalah = Maka biaya bekisting / m² =
Rp 4,473,805 500
= Rp 8,948.00
Rp 8,948.00 = Rp 903.00 (4.13 m x 2.4 m)
Biaya Material Untuk Pekerjaan Pembetonan Tabel 4.14 Biaya Pekerjaan Pembetonan Precast No.
Material
Volume
Harga Satuan (Rp)
Harga (Rp)
1 m³
168,200
168,200
1
Beton ready mix K-350
2
Tulangan
180 kg
1,100/kg
198,000
3
Kawat
2,2 kg
2,000/kg
4,400
4
Bock up rod
6,5 kg
6,000/kg
39,000
5
Insert M20
4 bh
2,350/bh
9,400
6
Embeded 175 x 175 x 12
4 bh
13,000/bh
52,000
7
Cosert M16 + Baut
2 bh
2,500/bh
5,000
8
Embeded 100 x 180 x 10
2 bh
9,250/bh
18,000
9
Embeded 150 x 300 x 12
4 bh
19,500
78,000
10
Minyak Reebol
1 Ltr
2,200/ltr
2,200
Total
574,700
sumber : PT. Mega Beton dan PT. Adhimix Precast dan Jurnal Maka biaya material / m² adalah =
Universitas Mercubuana
Rp 574,700.00 = Rp 57,981.00 (4.13 m x 2.4 m)
IV-66
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Biaya Peralatan Peralatan yang dipakai disini ada yang dengan cara membeli atau menyewa. Pertimbangan sewa dan beli tersebut adalah demi efektivitas dan efisiensi. Tabel 4.15 Biaya Sewa Alat Precast No.
Alat
Koefisien
Biaya Operasi/jam (Rp)
Biaya (Rp)
1
Concrete pump
0,02
950,000
19,000
2
Vibrator
0,02
30,000
600
Total
19,600
sumber : PT. Mega Beton dan PT. Adhimix Precast dan Jurnal Volume 1 unit precast panel adalah 4.13 m x 2.4 m x 0.1 m = 0.9912 m³ Biaya sewa alat untuk 1 unit precast panel adalah =
Rp 19,600.00 = Rp 19,427.00 (1 m³ / 0.9912 m³)
Tabel 4.16 Biaya Beli Alat Precast No.
Alat
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Harga (Rp)
1
Mesin las
1
6,250,000
6,250,000
2
Chain block
12
500,000
6,000,000
Total
12,250,000
sumber : PT. Mega Beton dan PT. Adhimix Precast dan Jurnal Peralatan diatas diasumsikan mengalami penggantian kerusakan jika sudah dipakai sebanyak 500 m³. Biaya beli alat untuk 1 unit precast panel adalah =
Rp 12,250,000 = Rp 24,284.00 (500 m³ / 0.9912 m³)
Total biaya peralatan untuk 1 unit precast panel = Rp 19,427 + Rp 24,283 = Rp 43,711.00 Maka biaya peralatan / m² =
Rp 43,711.00 = Rp 4,410.00 (4.13 m x 2.4 m)
Biaya Transportasi Biaya transportasi pada precast panel berbeda dengan transportasi pada GRC. Disini biaya dihitung per kg, yaitu diperkirakan Rp 25/kg dihitung dari lokasi pabrik ke proyek di Kebayoran Baru (max 30 km).
Universitas Mercubuana
IV-67
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Perhitungannya adalah sebagai berikut : 4.13 m x 2.4 m x 0.1 m x 2,400 kg/m³ x Rp 25/kg = Rp 59,472.00 Maka biaya transportasi / m² =
Rp 59,472 = Rp 6,000.00 (4.13 m x 2.4 m)
Biaya Pemasangan Upah pemasangan dan pengelasan adalah Rp 13,000.00 / m² Biaya pemasangan dan pengelasan 1 unit precast panel adalah 4.13 m x 2.4 m x Rp 13,000.00/m² = Rp 128,856.00 Alat untuk pemasangan precast panel ini adalah tower crane yang perhitungannya adalah akan diuraikan sebagai berikut : Tabel 4.17 Biaya Sewa Tower Crane Untuk Pemasangan Precast No. 1
Alat
Jumlah
Sewa Alat/200 jam (Rp)
Sewa Alat/hari/7 jam (Rp)
1
20,000,000
700,000
Tower crane
Sumber : PT. Pontain dan Jurnal Berdasarkan pengalaman PT. Pontain, 1 hari diperkirakan dapat terpasang 10 panel Biaya sewa tower crane untuk 1 unit adalah
1 x Rp 700,000.00 = Rp 70,000.00 10
Total biaya pemasangan 1 unit precast panel adalah Rp 128,856.00 + Rp 70,000.00 = Rp 198,856.00 Maka biaya pemasangan / m² adalah =
Universitas Mercubuana
Rp 198,856.00 = Rp 20,062.00 (4.13 m x 2.4 m)
IV-68
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Upah Tenaga Kerja Tabel 4.18 Upah Tenaga Kerja Precast No. 1
Tenaga Kerja
Koefisien
Upah / hari (Rp)
Upah (Rp)
Mandor
0.06
40,000
2400
Tukang las
0.02
30,000
6000
1
20,000
20,000
0.5
20,000
10,000
Tukang besi
2.25
30,000
67,500
Pekerja
6.75
20,000
135,000
Bekisting
Pekerja 2
Pekerjaan bongkar bekisting dan Penyiraman Beton
Pekerja 3
4
Penulangan
Pengecoran (borongan)
30,000 Total
270,900
sumber : PT. Mega Beton dan PT. Adhimix Precast Maka biaya tenaga kerja / m² adalah =
Rp 270,900.00 = Rp 27,330.00 (4.13 m x 2.4 m)
Finishing Bahan penutup celah antar panel untuk precast ini digunakan sealant sama seperti GRC, hanya tipenya yang berbeda. Harga sealant dihitung per meter lari yaitu sebesar Rp 8,000 / m¹. Pemakaian sealant untuk 1 unit precast panel adalah (4.13 m x 2.4 m) x Rp 8,000/m¹ = Rp 52,000.00 Maka biaya finishing / m² adalah =
Rp 52,000.00 = Rp 5,246.00 (4.13 m x 2.4 m)
Berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan total biaya precast panel terpasang / m², yaitu sebagai berikut : Tabel 4.19 Total Biaya Precast Panel Terpasang / m² No.
Bekisting (Rp)
Material (Rp)
Peralatan (Rp)
Transportasi (Rp)
Pemasangan (Rp)
Finishing (Rp)
1
903
57,891
4,410
6,000
20,062
5,246
Universitas Mercubuana
Upah (Rp)
Total (Rp)
27,330 121,842
IV-69
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Jadi total biaya pekerjaan panel dinding eksterior dengan menggunakan Precast Panel adalah Rp 105,331.00 / m².
IV.2.3. Analisa Waktu Perhitungan waktu pelaksanaan adalah durasi total yang diperlukan untuk pekerjaan dinding eksterior baik GRC dan Precast.
IV.2.3.1. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Dinding GRC Untuk perhitungan waktu pelaksanaan dinding GRC ini adalah berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Krazu Indonesia. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Tabel 4.20 Volume dan Jadwal Pemasangan Panel GRC No.
Urain Pekerjaan
Volume
Durasi (Minggu)
Mulai (2005)
Selesai (2005)
1
Utara
1,040 m²
14
12-Mei
17-Agust
2
Selatan
1,445 m²
16
18-Mei
07-Sep
3
Timur
150 m²
5
20-Jul
24-Agust
4
Barat
115 m²
8
29-Jun
17-Agust
5
Instalasi / Transportasi
Ls
15
18-Mei
31-Agust
6
Sealant
3,438 m¹
11
29-Jun
14-Sep
Total
12-Mei
14-Sep
Waktu pelaksanaan pekerjaan dinding GRC terhitung sejak 12 Mei 2005 sampai dengan 14 september 2005 (125 hari kerja) lihat Bar Chart di lampiran.
IV.2.3.2. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Precast Untuk perhitungan waktu pelaksanaan dinding GRC ini adalah berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Mega Beton dan PT. Adhimix Precast. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Universitas Mercubuana
IV-70
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu Tabel 4.21 Volume dan Jadwal Pemasangan Precast Panel No.
Urain Pekerjaan
Volume
Durasi (Minggu)
Mulai (2005)
Selesai (2005)
1
Utara
1,040 m²
17
12-Mei
07-Sep
2
Selatan
1,445 m²
21
01-Jun
26 nov
3
Timur
150 m²
9
25-Agust
26-Okt
4
Barat
115 m²
7
13-Jul
31-Agust
5
Instalasi / Transportasi
Ls
21
25-Jun
19-Okt
6
Sealant
3,438 m¹
20
15-Jun
9-Nov
Total
12-Mei
9-Nov
Waktu pelaksanaan pekerjaan dinding Precast terhitung sejak 12 Mei 2005 sampai dengan 9 November 2005 (181 hari kerja) lihat Bar Chart di lampiran.
IV.2.4. Analisa Gabungan Yang dimaksud dengan analisa gabungan disini adalah membandingkan secara langsung keefektivan dan keefisienan dari analisa biaya dan waktu pekerjaan antara GRC dan Precast serta memberikan penilaian dari hasil yang didapat. Biaya Pekerjaan Hasil yang didapat merupakan perbandingan dari biaya GRC / m² (tabel 4.12) dan biaya Precast / m² (tabel 4.19), yaitu sebagai berikut : Tabel 4.22 Analisa Perbandingan Biaya Pekerjaan No.
Analisa
GRC / m² (Rp)
Precast / m² (Rp)
1
Hasil perhitungan
85,910
121,842
2
Penilaian
Murah
Sedang
Perbedaan (%) (Rp) 35,932
34,29
Waktu Pekerjaan Hasil yang didapat merupakan perbandingan dari waktu penyelesaian pekerjaan GRC (tabel 4.20) dan waktu Precast (tabel 4.21), yaitu sebagai berikut : Tabel 4.23 Analisa Perbandingan Waktu Pekerjaan No.
Analisa
1
Hasil perhitungan
2
Penilaian
Universitas Mercubuana
GRC (Hari)
Precast (Hari)
125
181
Cepat
Sedang
Perbedaan (%)
(Hari) 56
30,9
IV-71
Bab IV : Metode, Biaya & Waktu
IV.2.5. Analisa Konsultan Quantity Surveyor Yang dimaksud dengan analisa konsultan Quantity Surveyor disini adalah konsultan menghitung sendiri dan menghasilkan suatu volume pekerjaan dengan cara membandingkan secara langsung keefektivan dan keefisienan dari analisa biaya dan waktu pekerjaan antara GRC dan Precast serta memberikan penilaian dari hasil yang didapat dari data yang sudah dihitung dan data lapangan. Sebenarnya data dari konsultan dan kontraktor itu hasil yang didapat tidak jauh beda biasanya kalau kontraktor jumlah yang didapat lebih besar dan konsultan lebih kecil. Tapi tetap dihitung ulang untuk mendapatkan hasil yang dapat diterima antara kedua belah pihak yaitu kontraktor dan konsultan Quantity Surveyor. Biaya Pekerjaan Setelah dihitung hasil yang didapat merupakan perbandingan dari biaya GRC / m² dan biaya Precast / m², yaitu sebagai berikut : Tabel 4.24 Analisa Perbandingan Biaya Pekerjaan Konsultan No.
Analisa
GRC / m² (Rp)
Precast / m² (Rp)
1
Hasil perhitungan
85,910
121,842
2
Penilaian
Murah
Sedang
Perbedaan (%) (Rp) 35,932
34,29
Waktu Pekerjaan Setelah dihitung hasil yang didapat merupakan perbandingan dari waktu penyelesaian pekerjaan GRC dan waktu Precast, yaitu sebagai berikut : Tabel 4.25 Analisa Perbandingan Waktu Pekerjaan Konsultan No.
Analisa
1
Hasil perhitungan
2
Penilaian
Universitas Mercubuana
GRC (Hari)
Precast (Hari)
125
181
Cepat
Sedang
Perbedaan (%) (Hari) 56
30,9
IV-72
Bab V : Simpulan dan Saran
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Dari analisa yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus memberikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :
IV.1. Simpulan 1. Untuk proyek Pakubuwono Residence ini, pemilihan penggunaan panel dinding GRC sebagai dinding eksterior dibandingkan dengan penggunaan panel Precast dianggap paling tepat karena biaya pekerjaan yang lebih murah, waktu pekerjaan lebih singkat. Analisa Biaya Pekerjaan : Analisa Perbandingan Biaya Pekerjaan GRC / m²
= Rp 85.910,00 / m²
Analisa Perbandingan Biaya Pekerjaan Precast / m² = Rp 121.842,00 / m² Analisa Waktu Pekerjaan : Analisa Perbandingan Waktu Pekerjaan GRC / hari
= 125 / hari kerja
Analisa Perbandingan Waktu Pekerjaan Precast / hari = 181 / hari kerja Jadi secara keseluruhan, pemakaian GRC ini lebih menguntungkan. 2. GRC ini mempunyai sifat yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan Precast. Hal ini mengakibatkan akan berkurangnya biaya transportasi dan pemasangan. Juga dalam penggunaanya untuk konstruksi gedung bertingkat tinggi, karena sifatnya yang ringan tersebut maka akan dapat mengurangi beban konstruksi yang akan berpengaruh pada penghematan biaya struktur dan pondasi. 3. Produk GRC ini tidak dianjurkan untuk desain yang bersifat menahan beban, karena secara teknis struktur GRC ini hanya diperhitungkan untuk menerima beban
Universitas Mercubuana
IV-73
Bab V : Simpulan dan Saran angin dan beratnya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan GRC cocok digunakan sebagai panel dinding eksterior. 4. Penggunaan Precast hanya akan efektif dan efisien jika digunakan untuk gedung yang bertipe typikal. Karenanya, untuk gedung-gedung yang mempunyai desain arsitektur yang rumit GRC dapat tampil sebagai alternatifnya.
IV.2. Saran 1. Untuk menunjang terciptanya produk GRC atau Precast yang bermutu tinggi maka diperlukan quality control yang ketat mulai dari saat produksi hingga panel terpasang. 2. Jika lahan pada proyek cukup luas dan memungkinkan, maka ada baiknya jika pabrikasi dibuat dilokasi proyek. Hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya transportasi yang berarti dapat mengurangi biaya konstruksi secara keseluruhan.
Universitas Mercubuana
IV-74
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
•
Website GRC, PT. KRAZU NUSANTARA
•
Wulfram I. Ervianto, Eksplorasi Teknologi Dalam Proyek Konstruksi : Beton Pra-Cetak & Bekisting, Cetakan Pertama, C.V Andi Offset, Yogyakarta, 2007
•
Precast Wall, Wiryanto Wordpress Dosen Uph
•
Jurnal Harga Bahan Bangunan dan Konstruksi, edisi XXIV, Oktober 2005
•
Mawardi Amin, Ir, MT, Kumpulan Catatan dan Diktat kuliah Manajemen Konstruksi, 2006
•
Asiyanto, Ir, MBA.IPM, Construction Project Cost Management, Cetakan Pertama, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2003.
•
Barrie, Donald S.; Boyd C. Paulson, JR; Sudinarto, Manajemen Konstruksi Profesional, Edisi Kedua, Erlangga, 1987.
•
Djojowirono, Soegeng, Ir., Manajemen Konstruksi I, Yogyakarta, 1991.
•
Soeharto, Iman, Manajemen Proyek : dari Konspetual Sampai Operasional, Erlangga.
Universitas Mercubuana