PERBANDINGAN LATIHAN SPEED PLAY DAN LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER DI SMAN 4 TAMBUN SELATAN Loan Subarno1, Rekso Jati Wibowo2 Universitas Islam “45” Bekasi
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh speed play dan circuit training terhadap kecepatan lari sprint 100 meter, dan mengetahui perbedaan pengaruh yang berarti antara latihan metode speed play dan circuit training terhadap kecepatan lari sprint 100 meter. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dalam penelitian ini penulis melakukan suatu percobaan berupa pemberian treatment atau perlakuan terhadap dua kelompok sampel berupa circuit training metode kelompok ganjil (A) dan metode speed play kelompok genap (B). Pada pengambilan data dilakukan tes awal dan tes akhir untuk mengetahui peningkatan hasil latihannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 4 Tambun Selatan yang berjumlah 120, dan diambil 25% dari jumlah populasi maka sampel yang digunakan sebanyak 30 orang, dengan menggunakan instrumen tes lari sprint 100 meter, maka didapat uji normalitas sebesar 0,2004 dan 0,2023 uji homogenitas sebesar 1,04 dan 1,3 yang berarti data berdistribusi normal dan homogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) metode circuit training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan lari spirint 100 meter dengan t hitung = 4.75 lebih besar dari t tabel = 2.26 pada taraf signifikansi α = 0.05 dan dk = 9, dan (2) metode speed play memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan lari sprint 100 meter dengan t hitung = 4.8 lebih besar dari t tabel = 2.26 pada taraf signifikansi α = 0.05 dan dk = 9. Dengan demikian, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima, jadi metode speed play dan circuit training sama-sama memberikan peningkatan kecepatan lari sprint 100 meter. Metode speed play memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter dibandingkan metode circuit training. Kata Kunci: speed play, circuit training, dan lari sprint Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga, hal ini dikarenakan di dalamnya terdapat semua unsur gerak yang ada pada semua cabang olahraga. Selain itu, cabang olahraga atletik berisikan latihan fisik yang lengkap, menyeluruh, dan mampu memberikan kepuasan-kepuasan kepada manusia atas terpenuhinya dorongan naluri untuk bergerak, namun tetap mematuhi suatu disiplin dan aturan main. Sejak abad 20 atletik mulai berkembang di Indonesia sampai pada pertama kalinya dipertandingkan 1 2
Loan Subarno; Dosen LB PJKR FKIP Universitas Islam 45 Bekasi. Rekso Jati Wibowo; Mahasiswa PJKR FKIP Universitas Islam 45 Bekasi.
69
Motion, Volume VI, No.1, Maret 2015 pada PON pertama pada tahun 1948 di Solo Jawa tengah. Dewasa ini perkembangannya sudah menunjukan perkembangan yang cukup maju. Hal ini ditandai dengan perkembangan cabang olahraga atletik yang hampir menyeluruh baik di instansi sekolah mulai dari tingkat dasar bahkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Salah satu yang menjadi tanda kemajuan dalam cabang olahraga atletik yaitu terbentuknya perkumpulan-perkumpulan cabang olahraga atletik dari usia pemula/dini sampai pada perkumpulan atletik yang mengarah pada prestasi pada beberapa daerah khususnya di Jawa Barat. Di samping itu pula, wadah pembinaan cabang olahraga atletik untuk kalangan pelajar adalah melalui pembinaan olahraga cabang atletik pelajar Jawa barat atau PPLP atletik Jawa Barat. Cabang olahraga atletik pada dasarnya memiliki tiga karakteristik gerak diantaranya yaitu lari, lempar, dan lompat. Berkenaan dengan penelitian ini tanpa mengesampingkan aspek gerak dan yang lainnya, lebih khusus dibahas mengenai aspek gerak lari. Pada aspek lari ini secara spesifikasi akan diteliti mengenai nomor lari jarak pendek pada cabang olahraga atletik. Mengenai nomor lari ini, Santoso dkk. (2006: 20) menjelaskan bahwa: “Berlari merupakan rangkaian gerak yang dimulai dengan start dan berakhir saat mencapai garis finish”. Menurut pemahaman tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dalam melakukan gerakan lari terdapat beberapa unsur gerak. Berkaitan dengan hal ini, Nadisah (1991:135) menjelaskan bahwa kesemua nomor lari itu memiliki unsur gerak yang sama. Unsur gerak tersebut terdiri atas: (1) gerakan tungkai bagian tubuh mulai dari sendi panggul ke bawah yaitu paha, tungkai bawah, dan kaki, (2) gerakan tungkai (tungkai atas, tungkai bawah, tangan), (3) sikap badan, dan (4) koordinasi yang selaras dari semua unsur gerak tubuh tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa atletik merupakan cabang olahraga yang mencakup keseluruhan aspek gerak yang umumnya dilakukan oleh manusia. Disebabkan oleh tradisi, lingkungan yang universal, prestise dan luasnya lingkungan, skill dan kualitas yang dimilikinya, maka atletik merupakan olahraga dasar yang paling baik. Selain itu pula, olahraga atletik merupakan olahraga yang terpenting bagi olimpiade modern. Atletik ini dilakukan di semua negara karena nilai-nilai edukatif yang mengandungnya, memegang peranan penting dalam pengembangan kodisi fisik, sering pula menjadi dasar pokok untuk pengembangan/peningkatan prestasi yang
70
Motion, Volume VI, No.1, Maret 2015 optimal bagi cabang olahraga lain, dan dapat diperhitungkan sebagai suatu ukuran kemajuan bagi suatu negara. Sejalan dengan perkembangan cabang olahraga atletik, pada nomor lari jarak pendek terdapat tiga jenis nomor lari, diantaranya adalah nomor lari 100 meter, nomor lari 200 meter, dan nomor lari 400 meter. Semua jenis nomor lari tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu ingin mencapai waktu seminimal mungkin dalam melakukan lari. Untuk dapat mencapai waktu seminimal mungkin dalam berlari, maka dituntut kecepatan yang tinggi, pertahanan yang tinggi, pertahanan posisi badan saat berlari, keseimbangan badan, dan teknik berlari yang efisien. Terlepas dari pemahaman tersebut di atas, dalam perkembangan cabang olahraga atletik, maka sudah saatnya pola pembinaan yang dilakukan diarahkan pada pencapaian prestasi. Untuk pencapaian prestasi dalam olahraga diperlukan beberapa aspek sebagai penunjang terhadap keberhasilan yang akan di capai. Berkenaan dengan hal ini, Harsono (1988: 100) mengatakan bahwa ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet antara lain: (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental. Dengan batasan tersebut, maka dapat dipahami bahwa dalam pembinaan prestasi olahraga perlu ditunjang dengan aspek pendukung yang salah satunya adalah penguasaan keterampilan teknik dasar dan penguasaan terhadap kemampuan fisik. Penguasan keterampilan teknik dasar merupakan salah satu tuntutan utama dalam melakukan keterampilan pada cabang olahraga. Berkenaan dengan hal ini Harsono (1998:100) mengatakan: “Kesempurnaan teknik-teknik dasar dari setiap gerakan adalah penting oleh karena akan menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena itu, gerak-gerak dasar setiap bentuk teknik yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga haruslah dilatih dan dikuasai secara sempurna” Pengamatan penulis difokuskan pada analisis gerak, dalam melakukan lari jarak pendek pada cabang olahraga atletik terlibat beberapa gerakan tubuh diantaranya otot tungkai. Secara fungsi fisiologis, untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan kondisi fisik yang baik pula, salah satunya adalah kecepatan. Dengan demikian kecepatan dalam berlari akan di dapat apabila seorang pelari memiliki power tungkai yang baik. Power hampir diperlukan hampir pada semua cabang olahraga. Power terdiri dari dua komponen kondisi fisik, yaitu kekuatan dan kecepatan. Mengenai power diungkapkan oleh Bompa (1988:279), bahwa: “Power is the product of two abilities
71
Motion, Volume VI, No.1, Maret 2015 strenght and speed”. Begitu pula pendapat Harsono (1988:199), bahwa: “Dalam power kecuali strength terdapat pula kecepatan”. Selanjutnya Harsono (1988:200), menjelaskan bahwa: “Power adalah kemampuan untuk mengerahkan kemampuan maksimal dalam waktu yang singkat”. Dalam cabang olahraga atletik khususnya nomor lari jarak pendek adalah aktivitas yang memerlukan power. Penguasaan keterampilan teknik dasar merupakan salah satu tuntutan utama dalam melakukan keterampilan pada cabang olahraga. Berkenaan dengan hal ini Harsono (1988:100) menjelaskan bahwa kesempurnaan teknik-teknik dasar dari setiap gerakan adalah penting oleh karena akan menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena itu gerak-gerak dasar setiap bentuk teknik yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga haruslah di latih dan di kuasai secara sempurna. Tujuan dari latihan itu sendiri diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa yang lebih baik, sehingga diharapkan prestasi olahraga mudah di capai. Di antara sekian banyak metode yang ada salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode latihan speed play dan metode latihan latihan circuit training. Kedua macam metode latihan tersebut sama-sama memiliki karakteristik dalam meningkatkan kemampuan kecepatan. Berdasarkan pada pemaparan latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pengaruh latihan speed play dengan kecepatan lari 100 Meter di SMAN 4 Tambun Selatan, untuk mengetahui pengaruh latihan circuit training dengan kecepatan lari 100 Meter di SMAN 4 Tambun Selatan, dan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara dengan lari 100 Meter di SMAN 4 Tambun Selatan. Speed Play Kemampuan fisik seseorang pada dasarnya sudah ada dan melekat sejak lahirnya, hanya saja tingkat kebugaran atau kondisi kemampuan fisiknya yang berbeda. Kemampuan fisik ini sebenarnya dapat ditingkatkan salah satunya melalui latihan atau pembelajaran kondisi fisik. Terdapat berbagai macam bentuk metode latihan dalam meningkatkan kemampuan fisik, salah satunya adalah melalui latihan speed play. Mengenai latihan speed play, Harsono (2001:10), menjelaskan bahwa: “Fartlek atau speed play adalah latihan yang berupa lari di alam terbuka untuk selama satu sampai tiga jam, dengan tempo lari yang dapat ditentukan sendiri seperti cepat, lambat, ataupun di selingi dengan jalan”. Berdasarkan batasan tersebut, dapat dikatakan bahwa
72
Motion, Volume VI, No.1, Maret 2015 latihan speed play merupakan bentuk latihan dengan karakteristik latihan pergerakan tungkai untuk meningkatkan kemampuan pada beberapa bagian otot-otot tungkai. Secara fungsi fisiologis bentuk latihan speed play, dilihat dari karakteristik gerak terutama beberapa otot yang terlatih, maka secara langsung latihan tersebut dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai yang sangat dominan dan diperlukan sekali dalam mencapai hasil maksimal. Circuit training Morgan dan Adamson (1953) di University of leeds di Inggris (Wilmore:1977) menjadi semakin populer dan diakui oleh bnyak pelatih, ahli-ahli pendidikan jasmani, dan atlet sebagai suatu sistem latihan yang dapat memperbaiki secara serempak fitnets keseluruhan dari tubuh yaitu, komponen komponen power, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, mobilitas, dan komponen-komponen fisik lainnya karena itu bentuk-bentuk latihan dalam circuit training biasanya adalah kombinasi dari semua unsur fisik. Latihannya berupa lari, naik turun tangga, lari ke samping atau kebelakang, melempar bola, memukul bola dengan raket, lompat-lompat, latihan-latihan kondisi fisik seperti untuk kekuatan, kecepatan, agilitas, daya tahan, dan sebagainya. Bentuk bentuk latihannya biasanya disusun dalam lingkaran karena itu namanya circuit training. Menciptakan metode kesegaran jasmani dan latihan yang terbukti berhasil dengan menggunakan pos-pos dari program latihan yang telah disusun.
Gambar 1. Rute pelaksanaan circuit training
Adapun pelaksanaan circuit training dalam satu putaran antara lain, (1) squat jump, (2) push up, (3) sit up, (4) back up, (5) lari zig-zag, (6) shuttle run, (7) dribbling zig-zag, (8) passing, (9) heading, dan (10) shooting. Sprint Cabang olahraga atletik pada dasarnya memiliki tiga karakteristik gerak diantaranya yaitu lari, lempar, lompat. Berkenaan dengan penelitian ini tanpa mengesampingkan aspek gerak yang lainnya lebih khusus akan di bahas mengenai 73
Motion, Volume VI, No.1, Maret 2015 aspek gerak lari. Mengenai nomor lari jarak pendek ada tiga nomor yang selalu dilombakan, yaitu lari jarak 100 meter, 200 meter, dan 400 meter. Kali ini peneliti mencoba meneliti lari jarak 100 meter. Lari jarak pendek atau sering dikatakan dengan lari sprint adalah lari di mana si atlit harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan maksimal mungkin. Dalam lari sprint jarak 100 meter ada tiga teknik yang harus dikuasai dan dipahami yaitu mengenai: (1) teknik start, (2) teknik lari, dan (3) teknik melewati garis finish.
METODE Metode penelitian memberikan pegangan yang lebih jelas dalam melakukan penelitian, dapat menentukan batas penelitian yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Sehingga penulis dapat memusatkan perhatian dan berusaha ke arah yang lebih nyata, lebih efektif, dan dapat memberi gambaran yang lebih jelas tentang apa yang harus dilakukan serta bagaimana cara melakukan atau mengatasi kesulitan yang akan segera dihadapi oleh peneliti. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen dengan membentuk dua variabel bebas yang diteliti dan bagaimana pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas adalah speed play, dan circuit training, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil peningkatan kecepatan lari sprint 100 meter di SMAN 4 Tambun Selatan yang dicapai pada tes awal dan tes akhir melalui lari sprint 100 Meter . Sehubungan dengan metode tersebut penulis mengutip pendapat Sugiyono (2008:72) metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Sedangkan menurut Moh. Nazir (2005: 63) eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen sebagai suatu metode dalam merencanakan penelitian dan dapat digunakan untuk menentukan pengaruh dari suatu peristiwa. sehingga diperoleh hasil yang dapat bermanfaat. Sebagai fakta yang akan di teliti, maka dalam penelitian ini penulis melibatkan populasi dan sampel. Mengenai pupolasi oleh Sudjana (1989:6) dijelaskan populasi adalah totalitas semua nilai mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran
74
Motion, Volume VI, No.1, Maret 2015 kuantitatif, kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Selanjutnya, keseluruhan objek tadi disebut dengan populasi, seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2006 : 130) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiaannya merupakan penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 4 Tambun Selatan yang berjumlah 120 orang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi penelitian Sukardi (2003:54) mengatakan ”sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut disebut sampel atau cuplikan”. Sedangkan dengan jumlah sampel penelitian, penulis berpedoman pada pendapat (Suharsimi Arikunto, 2002:112). Untuk sekedar ancerancer, maka apabila subyeknya kurang dari seratus (100), selanjutnya jika jumlah subjeknya besar atau diatas 100 dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%. Sesuai dengan pendapat di atas maka dalam penelitian ini semua populasi dijadikan responden 25 % dengan teknik random, maka sampel penelitian ini berjumlah 30 orang. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini digunakan instrumen tes lari sprint 100 meter. Menurut Nurhasan (1991: 2) tata cara pelaksanaan tes lari sprint 100 meter antara lain sebagai berikut: (1) teknik start; dalam perlombaan lari sprint, teknik start yang digunakan adalah start jongkok (crouching start), (2) teknik lari; (a) lari dengan ayunan memakai ujung kaki, (b) lutut atau paha di angkat tinggi, (c) ayunan lengan atau tangan dari belakang ke depan, dan (d) badan condong ke depan, (3) teknik melewati garis finish dengan cara mencondongkan dada ke depan/salah satu bahu ke depan/lari terus sampai beberapa meter melewati garis finish..
HASIL Data yang di dapat dari tes awal dan akhir masih merupakan data mentah, oleh karena itu perlu diolah agar mempumyai arti untuk disimpulkan. Adapun proses pengolahan data dengan menggunakan pendekatan statistik. Hasil pengolahan data tersebut dikemukakan secara terperinci pada uraian berikut ini.
75
Motion, Volume VI, No.1, Maret 2015 Tabel 1. Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Kedua Kelompok Sampel Kelompok
Tes Awal
Circuit training
∑ 232.04
15.46
Speed Play
228.83
15.25
Tes Akhir 1.18
∑ 197.06
13.13
1.15
1.06
188.15
12.54
0.88
Setelah nilai rata-rata dan simpangan baku dua kelompok tersebut di ketahui, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas dari kedua kelompok sampel tersebut dengan menggunakan uji kesamaan dua variasi. Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengujian Kesamaan Dua Variansi Lari Sprint Kedua Kelompok Kelompok
F hitung
F tabel
Kesimpulan
Metode Circuit training
1.04
3.18
Homogen
Metode Speed Play
1.3
3.18
Homogen
Atas dasar hasil pengujian kesamaan dua variansi pada tabel 2 di atas, Kriteria pengujian homogenitas adalah terima hipotesis Ho jika, F(1-α)(n-1)
F1/2α(V1, V2). Atas dasar hasil pengujian kesamaan dua variansi di atas, di ketahui bahwa hasil F-hitung Metode Circuit training = (1.04) dan F hitung latihan Metode Speed Play = (1.3) lebih kecil dari F tabel (3.18) pada dk = (9.9) dengan taraf signifikansi α = 0.05 kesimpulan dari hasil pengujian kesamaan dua variansi adalah kedua kelompok sampel homogen. Langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
pengujian
normalitas
dengan
menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Adapun hasil uji normalitas kelompok A dan kelompok B dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Hasil Pengujian Normalitas Lilliefors Test Lari Sprint Kedua Kelompok Kelompok
Periode tes
Lo hitung
L tabel
Kesimpulan
Metode circuit training
Tes Awal
0.1020
0.2580
Normal
Tes Akhir
0.2004
0.2580
Normal
Tes Awal
0.1852
0.2580
Normal
Tes Akhir
0.2023
0.2580
Normal
Metode speed play
76
Motion, Volume VI, No.1, Maret 2015 Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat di ketahui bahwa nilai L dari daftar = 0.2580 Sedangkan nilai Lo tes awal kelompok metode Sirkuti Training = 0.1020, Lo tes akhir = 0.2004 Kriteria pengujiannya adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima. Dengan demikian, data tes awal dan tes akhir kelompok metode circuit Training berdistribusi normal, karena nilai Lo lebih kecil dari nilai L tabel. Selanjutnya nilai Lo tes awal kelompok metode Speed Play sebesar = 0.1852, Lo tes akhir = 0.2023 Kriteria pengujiannya adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima. Dengan demikian, data tes awal dan tes akhir kelompok metode Speed Play berdistribusi normal, karena nilai Lo lebih kecil dari nilai L tabel. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian dan analisis peningkatan hasil latihan dari kedua kelompok sampel. Pengujian dan analisis ini, untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil latihan dari kedua kelompok sampel ini signifikan atau tidak signifikan, setelah diberikan treatment selama tiga bulan . Hasil analisis statistik dapat dilihat pada tabel 4. di bawah ini. Tabel 4. Hasil Pengujian Signifikansi Peningkatan Hasil Lari Sprint Kedua Kelompok Kelompok
Periode Tes
Metode circuit
Tes Awal
training
Tes Akhir
Metode speed
Tes Awal
play
Tes Akhir
t hitung
t tabel
Keterangan
4.75
2.26
Signifikan
4.8
2.26
Signifikan
Penghitungan dan uji signifikansi peningkatan hasil metode circuit training dan metode speed play dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi rata-rata satu pihak yaitu uji t. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh bahwa t-hitung kelompok metode Circuit training sebesar 4.75 dan kelompok metode latihan speed play sebesar 4.8 yang lebih besar dari t-tabel pada tingkat kepercayaan atau taraf signifikansi α = 0.05 dengan dk (n-1) = 9, harga t (0.975) dari daftar distribusi t diperoleh 2.26. Kriteria pengujian adalah, terima Ho jika –t(1- 1/2α) < t < t(1 – 1/2 α). Maka t hitung berada pada daerah penolakan , jadi Ho di tolak. Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari metode circuit training dan metode speed play terhadap peningkatan kecepatan lari
77
Motion, Volume VI, No.1, Maret 2015 sprit 100 meter. Hal ini berarti bahwa circuit training dan metode speed play dapat meningkatkan kecepatan lari sprint secara berarti. Selanjutnya melakukan pengujian perbedaan signifikansi peningkatan hasil latihan kedua kelompok menggunakan uji signifikansi rata-rata dua pihak yaitu uji t. Adapun hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini: Tabel 5. Hasil Penghitungan dan Uji Signifikansi Peningkatan Hasil Latihan Kedua Kelompok Kelompok Circuit training
4.08
2.1
Speed play
3.15
2.8
t hitung
t tabel
Signifikansi
2.8
2.10
Signifikan
Menghitungan dan uji signifikansi perbedaan peningkatan hasil speed play dan circuit training dilakukan dengan menggunakan uji signifikansi rata-rata dua pihak yaitu uji t. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh bahwa t-hitung (2.8) yang lebih besar dari t-tabel pada tingkat kepercayaan atau taraf signifikansi α = 0.05 dengan dk (n 1+n22) = 18 , harga t (0.975) dari daftar distribusi t diperoleh 2.10. Kriteria pengujian adalah, tolak Ho jika t > t ( 1-1/2α). Maka t hitung berada pada daerah penerimaan, jadi Ha diterima. Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari metode speed play dan circuit training terhadap peningkatan kecepatan lari sprit 100 meter. Hal ini berarti bahwa metode speed play dan circuit training memberikan pengaruh peningkatan kecepatan lari sprint terhadap siswa.
PEMBAHASAN Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian yaitu metode circuit training dan metode speed play dapat memberikan pengaruh peningkatan kecepatan lari sprint dan signifikan. Ternyata setelah ada proses latihan selama 4 minggu dan pengetesan, kemudian data diolah berdasarkan statistika bahwa hipotesis yang penulis ajukan diterima, artinya ada perubahan yang signifikan yang terjadi. Perubahan yang terlihat lebih besar adalah latihan speed play karena latihan speed play mempunyai program yang jelas.
78
Motion, Volume VI, No.1, Maret 2015 SIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan analisis data yang telah dilakukan diperoleh temuan-temuan sebagai berikut: (1) Metode circuit training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan lari sprint siswa SMA 4 Tambun Selatan, (2) metode speed play memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kecepatan lari sprint siswa SMA 4 Tambun Selatan, dan (3) metode speed play dan circuit training sama-sama memberikan peningkatan kecepatan lari sprint atlet futsal tetapi tidak signifikan. DAFTAR PUSTAKA Bompa. 1999. Power Training Of Sport. Canada: Mosaic Press Harsono. 1988. Ilmu Coaching, FPOK UPI. Bandung Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia Nadisah. 1991. Pengembangan kurikulum penjas, Bandung: DIKTI Nurhasan. 1991. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Santoso, dkk. 2006. Statistik dengan SPSS, Jakarta: Elex media komputindo Sudjana. 1989. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif , Alfabeta, Bandung Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. ……………………. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi. 2003. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara
79