PERBANDINGAN CAMPURAN BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR DAUR ULANG DENGAN PERBANDINGAN CAMPURAN AGREGAT KASAR ALAM Oleh : Arief Arianto ABSTRACT Usage of recycled aggregates in construction is an idea system for utilization of concrete waste that often cause problems for the environment. Often the concrete building remains unused or ready-mix remains removed without benefits and even disturbing. Attempts to use waste concrete would not only reduce the environmental problems but it can provide economic value to the construction, as well as an effort to preserve natural resources. The method used in calculating the composition of the concrete mixture is SNI 03-2838-2000. Strong planned press plan is 50 MPa. Concrete made with variations of the substitution of concrete waste fractions of 0%, 25%, 50%, 75%, and 100%. On the substitution of concrete waste fractions 100% made some more variations of which are variations of the addition of superplasticizer Conplast SP430 is 0%, 2% and 4%. Variations slump plans for 0-10 mm, 10-30 mm, 30-60 mm and 60-100 mm, and then performed as well as variations of gradation zone 1, 2, and 3. Concrete strength testing done on the press and all the variations on the age of 28 days and the variation of the substitution of concrete waste fractions of 100% testing strongly hit the concrete at the age of, 3, 7, 14, and 28 days. Concrete is one of the important factors in the construction field in view of its function as one of the forming structure. Structures made of concrete, among others: roads and bridges are made of concrete structure, airfield, break water (breakwater), dam. So it can be concluded that our daily lives are affected by developments in concrete technology. Concrete quality depends on its constituent materials. Cement is one of the building blocks of concrete that is as a binder aggregate in the concrete mix. The amount of strong concrete is influenced by several things, among others: fas, types of cement, aggregate grading, aggregate properties and processing (mixing, compaction and maintenance), the age of the concrete, and chemical additives (admixture). Keyword : Concrete waste, superplasticizer.
yang sangat tinggi dimana dapat mencapai PENDAHULUAN Agregat
merupakan
60% - 70% dari total campuran beton. salah
Banyaknya
satu
material
penentu kekuatan beton. Walaupun hanya
pemikiran
bersifat sebagai pengisi, kandungan agregat
kebutuhan
utama untuk
pada
agregat beton,
sebagai menuntut
memanfaatkan
beton
limbah sebagai agregat. Bila diolah dengan
halus dan agregat kasar memiliki proporsi
baik, agregat ini dapat dimanfaatkan sebagai
1
material penyusun beton seperti agregat
Keterbatasan
kasar atau agregat halus.
kemampuan
alam
dalam menyediakan material pembentuk
Dalam penelitian ini, akan dikaji
beton merupakan sebuah persoalan yang
mengenai sifat mekanis pada beton mutu
penting. Disisi lain ada beberapa bangunan
tinggi dengan kuat tekan rencana f’c 50
tua
MPa, dengan memanfaatkan beton limbah
bangunan
yang berasal dari Lab beton Universitas
mengalami kerusakan, atau tidak layak lagi
Siliwangi, sebagai material substitusi pada
dihuni.
yang
terpaksa tersebut
dibongkar perlu
karena
diperbaharui,
agregat halus. Pada beton jenis ini memiliki Pembuangan
perbandingan water cemen ratio yang cukup
Pembuangan limbah padat seperti ini pada
beton cukup kental dan terkadang sulit
dasarnya
dikerjakan, sehingga untuk menjaga tingkat
dapat
mengurangi
kesuburan
tanah. Disamping itu, pada saat ini beton
kelacakan perlu digunakan bahan tambah berupa
tersebut
memerlukan biaya dan tempat pembuangan.
kecil, sehingga menyebabkan campuran
(admixture)
limbah
siap pakai (ready mix) sedang marak
superplasticsizer.
digunakan
Dengan substitusi agregat halus oleh beton
untuk
pembuatan
kontruksi
bangunan, namun pada penerapannya sering
limbah serta penambahan superplasticizer
terjadi
dengan komposisi yang tepat, diharapkan
kelebihan
supply
dan
sisanya
terkadang dibuang di sembarang tempat,
akan memiliki kekuatan yang sama atau
sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah
lebih baik dari yang direncanakan.
dan merusak keseimbangan ekosistem. Beton Daur Ulang sebagai Agregat Kasar
Permasalahan kerusakan alam yang diakibatkan oleh penambangan batuan yang
Beton merupakan bahan yang sangat
berlebihan dan pembuangan limbah beton
penting dan banyak digunakan dalam dunia
tersebut
kontruksi. Banyaknya jumlah penggunaan beton
dalam
peningkatan sehingga
kontruksi kebutuhan
memicu
beton,
penambangan
batuan
peneliti
untuk
memanfaatkan atau mendaur ulang limbah
mengakibatkan material
mendorong
beton yang dihasilkan dari suatu aktifitas pembongkaran atau pengadaan kontruksi sebagai
sebagai salah satu bahan pembentuk beton
agregat
alternatif
yang
dapat
menggantikan sebagian atau seluruh agregat
secara besar-besaran. Hal ini menyebabkan
alam di dalam campuran beton.
turunnya jumlah sumber alam yang tersedia untuk keperluan pembetonan.
2
Kinerja material dan kinerja struktur
Beberapa perbedaan kualitas, sifat-
beton agregat daur ulang cenderung berbeda
sifat fisik dan kimia agregat daur ulang
dibandingkan
tersebut menyebabkan perbedaan sifat-sifat
kinerja
beton
beragregat
normal. Berdasarkan beberapa hasil studi
material
eksperimental, agregat daur ulang yang
(suharawanto, 2005 dalam suswanto, 2008).
berupa agregat kasar mengandung mortar
Perbedaan yang diamati diantaranya adalah
sebesar 25% hingga 45 %, kandungan
menurunnya kuat tekan. Hal ini diakibatkan
mortar tersebut mengakibatkan berat jenis
oleh
agregat menjadi lebih kecil, lebih poros atau
bertambahnya jumlah bidang temu, yang
berpori, sehingga kekerasannya berkurang,
memperlemah ikatan antara agregat retak
bidang temu (interface) yang bertambah, dan
dan bertambahnya jumlah bidang temu,
unsur-unsur kimia agresif lebih mudah
yang memperlemah ikatan antara agregat
masuk dan merusak. Disamping itu, pada
kasar dan mortal. Disamping itu, hubungan
agregat daur ulang juga terdapat retak
tegangan-regangan puncak multi
mikro,
dimana
ketegaran
dihasilkan
retak
dan
Beton daur ulang merupakan salah
ditimbulkan oleh tumbukan pemecah, pada
satu agregat buatan (artificial aggregates).
saat proses produksi agregat daur ulang,
Material ini berasal dari bangunan tua yang
yang
daerah
terpaksa
lempengan atau patahan pada agregat alam.
tersebut
Retak tersebut tertahan oleh kekangan
kerusakan, atau tidak layak lagi dihuni.
mortar yang menyelimuti agregat alam
Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini agregat
(suharwanto, 2005 dalam Susanto, 2008) .
kasar dari pecahan beton bekas diproleh dari
keberadaan mortar pada agregat daur ulang
bekas praktikum mahasiswa di laboratorium
dapat dilihat pada gambar.
beton Universitas Siliwangi.
dapat
tersebut
lemahnya
yang
dapat
tidak
retak
beton
membelah
dibongkar perlu
karena
bangunan
diperbaharui,
mengalami
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Potongan agregat daur ulang
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
(Dosho, 2007)
Siliwangi, Jl. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tlp. (0265) 323537 Tasikmalaya 46115.
3
Untuk memperoleh agregat daur
Tahapan Penelitian Secara umum tahapan – tahapan dalam
ulang adalah dengan menghancurkan beton-
penelitian ini dibagi menjadi beberapa
beton sisa dengan cara manual, kemudian
tahapan yaitu :
setelah itu diayak sehingga didapat umuran 1/2.
Tahap I
: Persiapan dan Penyedian bahan. : Pemeriksaan bahan dasar.. : Penyediaan atau pembuatan benda uji. : Pengambilan data. : Analisa dan Kesimpulan
Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V
Pengujian Material Dalam penelitian ini digunakan SK
SNI 1989/1990 dan PBI 1971 sebagai standar
dalam
pengujian
metode
material,
pelaksanaan
pengujian-pengujian
material yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Sifat Fisik Agregat Pemeriksaan Agregat
Pemeriksaan agregat dilakukan untuk mengetahui
parameter-parameter
Pemeriksaan Kadar Air
sifat
Pemeriksaan Berat Jenis dan
agregat, pemeriksaan ini dilakukan terhadap
Penyerapan
agregat halus (pasir), agregat kasar buatan (limbah beton), agregat kasar (batu pecah).
Analisis Saringan
Pemeriksaan parameter fisik ini meliputi
Pemeriksaan Kadar Lumpur
kadar air, berat jenis dan penyerapan, berat
Pemeriksaan Berat Isi
isi, kadar lumpur, serta analisa saringan. Tahap
persiapan
ini
terdiri
Sifat-sifat
dari
material, dan proses penghancuran agregat daur ulang. Pengadaan Material Material yang digunakan adalah
agregat daur ulang yang berasal dari beton sisa TA di laboratorium bahan Universitas
Pengayakan
Hasil Pengujian
Kadar Air (%)
8,72
Absorpsi (%)
2,14
Gembur (gram/cm3)
1,62
Padat (gram/cm3)
1,56
Bulk Specific-Gravity kondisi
Siliwangi. Penghancuran,
Halus
Jenis Pengujian
Berat Volume:
agregat halus, agregat kasar, semen, serta
Agregat
Berdasarkan Hasil Pengujian
pengumpulan literatur-literatur, pengadaan
Fisik
Agregat
Daur Ulang
4
SSD
2,61
Kadar Lumpur (%)
3,3
Sifat-sifat Fisik Agregat Kasar Berdasarkan
Pembuatan Benda Uji
Hasil Pengujian
Benda
dibuat
dalam
bentuk
silinder dengan diameter 100 mm dan tinggi
Hasil Pengujian 2,44 1,72
Jenis Pengujian Kadar Air (%) Absorpsi (%) Berat Volume:
uji
200 mm, dengan jumlah benda uji masingmasing variasi campuran sebanyak tiga buah untuk kuat tekan dan untuk variasi nilai
Gembur (gram/cm3)
1,42
Padat (gram/cm3) Bulk Specific-Gravity kondisi SSD Kadar Lumpur (%) Ukuran Maksimum (mm)
1,53
slump digunakan tiga buah benda uji untuk kuat tekan dan tiga buah benda uji untuk kuat tarik belah.
2,62 0,81 19
Perawatan Beton (Curing) Perawatan beton dilakukan untuk
Sifat-Sifat Fisik Agregat Kasar dari
mengatasi kehilangan air akibat penguapan yang terjadi, sehingga hidrasi selanjutnya
Limbah Beton
terganggu. Kehilangan air yang cepat dapat Jenis Pengujian
Hasil Pengujian
menyebabkan
Berat Volume: 1,55
Padat (gram/cm3)
1,58
serta
pada beton yang sedang mengering. Pada penelitian ini perawatan beton dilakukan
Penentuan Specific-Grafity: Apparent Specific-Grafity
dengan cara beton di rendam, seperti tampak
2,631
Bulk Specific-Grafity Kondisi Kering Specific-Gravity
menyusut
mengalami keretakan akibat tegangan tarik
Gembur (gram/cm3)
Bulk
beton
kondisi
SSD
pada. 2,213
Pengujian Beton 2,675
Persentase Penyerapan Air (%)
7,153
Kadar Lumpur (%)
0,4
Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah beton, Pengujian beton dilaksanakan pada saat dilakukan dalam keadaan kering dimana telah dilakukan pengeringan atau diangin-
Pengujian Slump
anginkan Pengujian slump dilakukan untuk
perendaman,
setelah
beton
Pengujian
mengalami
dilakukan
pada
mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan,
beton yang berumur 28 hari untuk semua
yang
pengecoran
variasi dan pada variasi substitusi limbah
(placing) untuk kemudian dibandingkan
beton 100% diuji pada umur 3, 14, dan 28
dengan nilai slump yang direncanakan.
hari.
dilakukan
sebelum
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
subsitusi agregat akan membuat kekuatan
Data hasil pengujian kuat tekan beton
beton semakin turun. Namun beton dengan
dengan agregat kasar dari batu pecah alam
kadar subsitusi 100% limbah beton masih
dan dengan substitusi agregat kasar dari
dapat digunakan sampai dengan kuat tekan
pecahan Limbah beton sebesar 25%, 50%,
30 MPa.
75%,
kadar
Kadar subsitusi agegat kasar limbah beton
superplasticizer Conplast SP430 dengan
yang optimum adalah 25% (38,43 MPa)
kadar 2% pada umur 28 hari Pada pengujian
karena mencapai kuat tekan yang paling
beton, seperti tampak pada Tabel 4.1, kuat
tinggi. Jika kadar optimum dijadikan sebagai
tekan beton dengan menggunakan agregat
acuan maka kadar yang dihasilkan dapat
kasar dari batu pecah alam atau beton
dilihat pada Tabel 4.1.
normal dan kuat tekan beton untuk subsitusi
Data hasil pengujian kuat tekan beton
agregat kasar dari limbah beton tidak
dengan nilai slump 0-10 mm, 10-30 mm, 30-
mencapai kuat tekan rencana yaitu 50 MPa.
60
Kuat tekan dari beton normal mencapai
superplasticizer Conplast SP430 sebesar 2%
42,72 MPa atau turun 14,52% dari kuat
dan menggunakan zona gradasi 2.
dan
100%
dengan
mm,
dan
60-100
mm
dengan
tekan rencana. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor workability, sehingga beton sulit
Pengaruh
dalam pengerjaannya sehingga terdapat
Kekuatan Beton
Slump
Rencana
terhadap
rongga-rongga udara pada beton tersebut. Pada subsitusi agregat kasar rencana tidak tercapai
Pada pengujian beton terlihat bahwa slump
kuat tekan
rencana yang paling baik adalah slump 30-
karena terjadi
60 mm yaitu 48,05 MPa itu disebabkan kuat
segregation (kecenderungan butir kasar
tekan yang dihasilkan paling tinggi. Jika
untuk lepas dari campuran beton) dan
mengacu pada kuat tekan slump 30-60,
bleeding (kecenderungan air untuk naik ke
maka pada slump rencana 0-10 mm terjadi
permukaan) dan juga perbedaan kekuatan
penurunan kekuatan sebesar 25,91% (35,60
agregat alam dengan agregat limbah beton
MPa), pada slump rencana 10-30 terjadi
dimana agregat limbah beton lebih lemah
penurunan kekuatan sebesar 27,45% (34,86
dibandingkan dengan agregat alam sehingga
MPa) dan pada slump rencana 60-100
semakin banyak kadar subsitusi agregat limbah
beton
maka
akan
penurunan kekuatan sebesar 14,59% (41,04
semakin
MPa). Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa
melemahkan kekuatan beton tersebut.
tingkat kelacakan slump rencana 30-60 mm
Pada pengujian beton seperti yang terlihat
baik
pada Gambar 4.1 meningkatnya kadar
6
sehingga
beton
tidak
keropos
atau tidak ada rongga udara pada beton dan
Disini terlihat bahwa pada umur-umur awal
memiliki faktor air semen yang baik. Pada
beton dengan agregat limbah beton mencapai
slump 0-10 mm dan 10-30 mm tingkat
kuat tekan lebih cepat di bandingkan dengan
kelacakan yang dihasilkan rendah sehingga
beton dengan menggunakan agregat batu
dalam pengerjaannya sulit di kerjakan maka
alam. Namun di umur 28 hari mencapai
menyebabkan beton keropos atau terdapat
kekuatan yang sama.
rongga-ronga udara. Sedangkan pada slump rencana 60-180 campuran beton menjadi lebih encer
sehingga
menyebabkan
terjadinya
segregation (kecenderungan butir kasar untuk lepas dari campuran beton) dan bleeding (kecenderungan air untuk naik ke permukaan).
Pengaruh
Penambahan
superplasticizer
Conplast SP430D terhadap Kuat Tekan Beton Data
hasil
pengujian
superplasticizer
Conplast
penambahan SP430D
pada
substitusi agregat kasar dari pecahan limbah Perkembangan Kekuatan Beton dengan Agregat Kasar dari Pecahan Limbah Beton pada Umur 3, 7, 14, dan 28 Hari
agregat kasar dari pecahan limbah beton pada umur pengujian 3, 7, 14, dan 28 hari dengan superplasticizer
Conplast
10-30 mm dan zona gradasi 2 penambahan superplasticizer Conplast SP430D
Data hasil pengujian beton dengan substitusi
kadar
beton sebesar 100%, dengan slump rencana
SP430
sebesar 2%, slump rencana 10-30 mm dan zona gradasi 2, pada umur pengujian 28 hari, menunjukkan perkembangan nilai kuat tekan terhadap umur beton. Kuat tekan beton mencapai kekutan 100% pada 28 hari, dimana kuat tekan beton pada umur 28 hari mencapai 34,18 MPa. Jika dijadikan acuan maka didapatkan kuat tekan beton pada umur 3 hari sebesar 60,30% (20,61 MPa), kuat tekan beton pada umur 7 hari sebesar 72,59% (24,81MPa), kuat tekan beton pada umur 14 hari sebesar 81,36% (27,81 MPa. Bila dibandingkan dengan perkembangan kuat tekan beton dengan agregat normal pada umur 3 hari mencapai kuat tekan 40-47,5%, 7 hari 60-65%, 14 hari 80-88%, 28 hari 100%.
pada
beton dengan kadar substitusi agregat kasar oleh pecahan limbah beton sebesar 100%, didapatkan kadar penambahan yang optimum sebesar 4% dengan nilai kuat tekan 37,04 MPa.
Jika
penambahan
superplasticizer
dengan kadar kadar 4 % dijadikan sebagai acuan,
maka
pada
penambahan
superplasticizer dengan kadar 0% mengalami penurunan nilai kuat tekan sebesar 15,31% (31,37 MPa), penambahan
superplasticizer
dengan kadar 2% mengalami penurunan nilai kuat tekan sebesar 9,85% (33,39 MPa), pada penambahan superplasticizer dengan kadar 6% mengalami penurunan nilai kuat tekan sebesar 10,07% (33,31 MPa). Pada dasarnya, penurunan nilai tekan beton terutama pada penambahan
superplasticizer
Conplast
SP430D dengan kadar dibawah 4%, di akibatkan sulitnya pengerjaan saat pembuatan beton sehingga tidak mencapai kepadatan
7
yang baik dan terdapat rongga udara pada
limbah beton
beton. Hal ini disebabkan oleh kecilnya nilai
zona 1, zona 2, dan zona3 dengan kadar
faktor air semen sehingga adukan beton
superplasticizer Conplast SP430D sebesar
menjadi
2%, dan slump rencana sebesar 10-30 mm,
sangat
penambahan
kental. Berbeda
superplasticizer
dengan
diatas
sebesar 100% pada gradasi
4%,
terlihat bahwa kuat tekan yang paling
dalam hal ini memang beton memang relatif
optimum pada zona 1 karena memiliki kuat
lebih mudah dikerjakan saat pembuatannya
tekan yang paling tinggi yaitu 41,31 MPa.
akan tetapi masalah yang terjadi ialah
Jika kuat tekan beton pada zona 1 dijadikan
terjadinya segregation (kecenderungan butir
sebagai acuan maka penurunan kuat tekan
kasar untuk lepas dari campuran beton) dan
pada zona 2 dan zona 3, Kuat tekan optimum
bleeding (kecenderungan air untuk naik ke
di dapat pada zona 1 dipengaruhi oleh faktor
permukaan) sehingga menyebabkan beton
interlocking yang baik dibandingkan dengan
menjadi tidak padat.
zona 2 dan zona 3, walaupun ada faktor lain
Jika penambahan
superplasticizer dengan kadar kadar 1 %
seperti
dijadikan sebagai acuan, maka pada kadar 0%
menguntungkan pada gradasi agregat yang
mengalami penurunan nilai kuat tekan sebesar
lebih kecil, akan tetapi kita juga harus melihat
31,72%
bahwa zona 1, zona 2, dan zona 3 ukuran
(31,37
superplasticizer
MPa),
penambahan
akan
lebih
butiran agregat lolos saringan 19,1 dan lolos
mengalami penurunan nilai kuat tekan sebesar
saringan 9,5 tidak terlalu signifikan. Hal ini
7,76%
menyebabkan pada zona 1 juga memiliki
superplasticizer
MPa),
kadar
yang
0,5%
(42,11
dengan
bonding
pada
dengan
penambahan
kadar
0,75%
bonding yang baik juga sehingga di zona 1
mengalami penurunan nilai kuat tekan sebesar
kuat tekan yang didapat juga lebih tinggi
3,89% (43,87 MPa). Penurunan yang terjadi
karena memiliki kelebihan di interlocking dan
pada penambahan superplacizer di bawah 1%
juga bonding.
bisa di bilang kecil, hal ini terjadi karena faktor lebih mudahnya pengerjaan pada penambahan superplasticizer 1% sehingga adukan
beton
dibandingkan
menjadi dengan
lebih
encer
penambahan
suprplasticizer dibawah 1% oleh karena itu beton menjadi lebih padat dan tidak berongga. Pengaruh Gradasi Zona Pecahan Limbah Beton Terhadap Kuat Tekan Beton
Pengaruh Nilai Slump Rencana terhadap Nilai Kuat Tarik Belah Beton Data hasil pengujian kuat tarik belah pada beton dengan variasi nilai slump rencana sebesar 0-10 mm, 10-30 mm, 30-60 mm dan, 60-100 mm, dengan substitusi agregat kasar dari pecahan limbah beton sebesar 100% pada zona gradasi 2 dan kadar superplasticizer Conplast SP430 sebesar 2%, terlihat bahwa
Data hasil pengujian kuat tekan pada beton
nilai kuat tarik belah yang paling tinggi
dengan substitusi agregat kasar dari pecahan
terdapat pada nilai slump rencana 30-60 yaitu
8
3,64 MPa, jika dijadikan acuan maka pada slump rencana 0-10 mengalami penurunan kekuatan sebesar 6,59% (3,40 MPa), pada slump rencana 10-30 mengalami penurunan
DAFTAR PUSTAKA Rosidawani .,2005, Penggunaan
Agregat Daur
Ulang untuk Pembuatan Beton Secara Massal,
kekuatan sebesar 3,02% (3,53 MPa), pada
Institut Teknologi Bandung.
slump 60-180 mengalami penurunan kekuatan
Suharmanto., 2008, Studi Eksperimental Agregat
sebesar 0,82% (3,60 MPa). Dalam hal ini
Daur Ulang, Institiut Teknologi Bandung.
bonding
Amri., 2005, Penggunaan Beton Daur Ulang
sangat
berpengaruh
dalam
untuk Pelat, Institut Teknologi Bandung.
mempengaruhi nilai kuat tarik belah
Fachrudin., 2005, Penggunaan Agregat Sisa KESIMPULAN DAN SARAN
Kebakaran dan Sisa Ready Mix Terhadap Perilaku Balok T dengan Mutu Beton 25 MPa dan 50 MPa,
Dari hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan
maka
dapat
ditarik
kesimpulan
.Perbedaan kekuatan agregat alam dengan agregat limbah beton dimana agregat limbah beton lebih lemah dibandingkan dengan agregat alam sehingga semakin banyak kadar subsitusi agregat limbah beton maka akan semakin melemahkan kekuatan beton tersebut. Dalam pembuatan beton khususnya dengan menggunakan agregat pecahan limbah beton lebih baik menggunakan slump rencana yang tinggi, hal ini disebabkan karena workability yang lebih baik dibandingkan dengan slump rencana yang
lebih
khususnya
kecil. dengan
Dalam agregat
pembuatan limbah
beton beton
penggunaan superplasticizer lebih baik dicari terlebih dahulu kadar optimumnya agar dalam pengerjaan beton jadi lebih mudah dan hasilnya pun lebih baik
Institut Teknologi Bandung. Mulyono, T., 2003, Teknologi Beton, Andi, Jakarta. Nugraha, P., dan Antoni, 2007, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi, Andi, Jakarta. SK
SNI
T-15-1990-03,
1990,
Tata
Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Badan Litbang PU. SNI 03-2834-2000, 2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Badan Litbang PU. SK SNI-16-1990-F, Persyaratan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton Ringan Struktural, Badan Litbang PU. SK SNI M – 34 – 1991 – 03, Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural, Badan Litbang PU.
9