Totok BudiDAN S. danHASIL Wahyuni,PEMBELAJARAN Perbaikan Proses dan Hasil Pembelajaran ... 177 PERBAIKAN PROSES TERAPI LATIHAN MELALUI CERAMAH DAN PETA KONSEP YANG DIINTEGRASIKAN KE DALAM PEMBELAJARAN BERDASAR MASALAH
Totok Budi Santoso dan Wahyuni Dosen Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract: This study is focused at finding the way of improving process and outcome of Training Therapy. The way selected was integrating lecturing method and concept map method into problem based learning. Test was used to collect the data, then analyzed by descriptive qualitative. The results of this action research are as follows (1) integrating lecturing method and concept map method into problem based learning can repair the process of learning; it is proved by their mastery that reached 86.2%. At the end, it can be concluded that the students’ achievement now is better than the condition last year; the proof is that ten students get A mark and forty six students get B mark. Kata kunci: ceramah, peta konsep, belajar berdasarkan masalah, terapi latihan
Pendahuluan
dan aplikasinya. Mahasiswa pada akhir kuliah diharapkan memahami prinsip-prinsip metabolisme dan integrasi sistem yang berbeda saat latihan serta penentuan keperluan metabolik selama latihan. Selama ini, proses kegiatan pembelajaran mata kuliah terapi latihan I di program Studi Fisioterapi Universitas Muhamamdiyah Surakarta masih menggunakan metode standar, dalam arti metode yang digunakan oleh dosen dalam proses pembelajarannya masih didominasi model perkuliahan tradisional. Dosen masih mendominasi perkuliahan, sedangkan mahasiswa lebih banyak pasif, menggantungkan pada dosen sebagai sumber utama perkuliahan. Sebagai gambaran awal, nilai hasil ujian akhir semester dari 55 mahasiswa angkatan 2005, 33 mahasiswa (60.3 %) mendapatkan nilai C dan D, hanya ada 22 mahasiswa yang mendapatkan nilai A atau B. Hal ini terjadi mungkin disebabkan selama proses belajar mengajar berlangsung, mahasiswa kurang dapat aktif sehingga mereka belum dapat me-
Mata kuliah terapi latihan I merupakan salah satu mata kuliah keahlian berkarya ( MKB) yang sangat penting untuk dikuasai oleh mahasiswa fisioterapi. Hal ini mengingat bahwa pemahaman mengenai terapi latihan akan sangat diperlukan mahasiswa dalam menentukan jenis tindakan rehabilitasi/program fisioterapi pada perkuliahan selanjutnya, dan juga sangat penting bagi pengembangan karir di dunia kerja. tanpa pemahaman terapi latihan yang baik, mahasiswa akan mengalami kesulitan dalam mengikuti tahapan perkuliahan selanjutnya, terutama saat menentukan program fisioterapi pada pasien, yang pada umumnya memerlukan program tindakan terapi latihan. Mata kuliah terapi latihan I secara garis besar membahas tentang prinsip-prinsip latihan yang esensial dalam intervensi fisioterapi untuk berbagai tingkat usia, tempat dan keadaan yang meliputi aspek fisiologis, kinesiologis, sensomotoris
177
178
Varia Pendidikan, Vol. 21, No. 2, Desember 2009
nerapkan konsep-konsep baru yang dipelajarinya dan ketertarikan terhadap mata kuliah ini masih sedikit. Hal ini menunjukkaan bahwa proses pembelajaran belum mencapai ketuntasan. Bila proses pengajaran belum tuntas secara klasikal 85 %, maka pengajaran harus diulang kembali. Hasil penelitian evaluatif yang dilakukan pengampu mata kuliah terapi latihan terhadap prestasi hasil belajar seluruh mahasiswa peserta mata kuliah terapi latihan I pada mahasiswa Program Studi Fisioterapi UMS angkatan tahun 2005 menemukan fakta bahwa 60.3 % dari 55 mahasiswa belum mendapatkan nilai dalam kategori Baik ( Nilai B ke atas). Pada saat dilakukan ujian praktik dan lisan, sebagian besar mahasiswa tidak dapat menjelaskan secara benar alasan terhadap hasil tindakan yang telah mereka lakukan. Pada ujian tertulis, mahasiswa dinilai belum dapat menerapkan konsep-konsep baru yang dipelajarinya dalam melakukan berbagai tindakan yang seharusnya mereka lakukan. Permasalahan di atas membuat pengampu berpikir apabila proses pembelajaran dapat diubah dengan melibatkan mahasiswa secara aktif berpikir, maka proses pembelajaran dan hasil prestasi belajar mahasiswa akan menjadi lebih baik. Hal ini dapat ditegaskan bahwa proses pembelajaran yang membuat mahasiswa pasif, maka kecenderungannya untuk mengingat materi hanya 50 %, sedangkan jika proses pembelajarannya menuntut mahasiswa aktif, maka kecenderungan untuk bisa mengingat materi yang sudah dipelajari adalah 70-90%. Melalui serangkaian pemikiran dan pertimbangan, maka pengampu dalam usaha untuk melakukan perbaikan proses belajar dan memperbaiki prestasi hasil belajar memilih menggabungkan antara berbagai strategi pembelajaran yaitu strategi ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan dengan belajar berdasar masalah (problem based learning). Pemilihan strategi pembelajaran ini selain dengan mempertimbangkan karakteristik mata kuliah, juga dengan melihat sisi positif dan negatif dari 3 strategi pembelajaran. Penelitian
Modelling Teaching and Learning System yang dilakukan oleh Wahyuni dkk pada tahun akademik 2005/2006 berhasil mengembangkan model pembelajaran berdasar masalah, tidak hanya mahasiswa yang mendominasi kegiatan pembelajaran, namun dengan menambah tahapan pembelajaran berupa ceramah sebagai salah satu pengambangan model belajar berdasar masalah. Pada tahap ceramah ini, yang berlangsung sekitar 20-30 menit saja, merupakan kesempatan bagi dosen untuk memberikan pengklarifikasian secara langsung dan pemberian materi-materi yang upto date. Dengan mengembangkan model belajar belajar berdasar masalah dari yang tanpa ceramah dengan menambah ceramah, ternyata mampu meningkatkan prestasi hasil belajar mahasiswa pada pembelajaran syaraf tepi pada mahasiswa semester IV Program studi Fisioterapi ( Wahyuni, 2006:56). Dalam hal ini, dengan memperhatikan karakteristik mata kuliah, maka metode yang tepat untuk memperbaiki proses pembelajaran dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah terapi latihan I menurut pengampu adalah penggabungan berbagai metode pembelajaran yaitu metode ceramah, peta konsep yang diintegrasikan ke dalam metode pembelajaran berdasar masalah/ problem based learning. Alasan pemilihan metode pembelajaran berdasar masalah adalah dengan belajar berdasar masalah, maka mahasiswa dan dosen seolah-olah dihadapkan pada kondisi nyata, karena masalah yang disampaikan diambilkan dari kejadian sehari-hari, sehingga permasalahan lebih mudah dihayati dan dicarikan pemecahannya (2) Oleh karena masalah diambilkan dari kejadian nyata, maka pencarian referensi untuk memecahkan masalah menjadi mudah, sehingga dosen menjadi lebih mudah mengembangkan dan lebih bervariasi dalam penyajian bahan ajar, (3) penggunaan masalah sehari-hari ini diharapkan mampu memicu mahasiswa untuk melihat permasalahan secara nyata dan mendorong mahasiswa untuk berusaha memecahkannya, (3) penggunaan masalah tidak membutuhkan biaya yang mahal, sebab mahasiswa dan dosen tidak
Totok Budi S. dan Wahyuni, Perbaikan Proses dan Hasil Pembelajaran ...
perlu langsung berhadapan dengan pasien sebenarnya ( Harsono, 2005:79). Ceramah sebagai metode pembelajaran tertua sampai saat ini masih mendominasi proses belajar mengajar di pendidikan tinggi. Dalam setiap perkuliahan, dominasi peran dosen sangat terasa sekali, sehingga dapat dikatakan bahwa peran dosen dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi masih merupakan bagian terpenting dari keberhasilan proses belajar mengajar. Walaupun metode ceramah memiliki sisi positif, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan. Bila metode ini mendominasi perkuliahan, metode ini dianggap tidak membawa hasil yang memuaskan pada prestasi belajar mahasiswa. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Endang T Suryadi dan Endang T Widati dengan menggunakan metode ceramah bervariasi tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap pencapaian hasil belajar siswa SMU jika dibanding dengan menggunakan metode belajar mengajar dengan menggunakan modul ( Endang, 2003:75). Informasi yang diberikan oleh dosen dengan metode ceramah 70 % hanya dapat diserap oleh mahasiswa pada 10 menit pertama, dan pada 10 menit terakhir hanya 20 %. Demikian pula fakta menunjukkan bahwa ceramah bukan merupakan metode yang efektif dalam mengubah sikap serta mendorong munculnya higher order thingking di kalangan mahasiswa (Harsono, 2005:84). Metode ceramah dapat bernilai positif bila (1) digunakan untuk menampilkan gambar/ceritera yang dapat untuk menarik minat mahasiswa, (2) Untuk menyajikan kasus masalah yang berkaitan dengan topik perkuliahan, (3) digunakan untuk memberikan pertanyaan agar mahasiswa tertarik dan termotivasi mendengarkan kuliah dalam rangka mencari jawaban. Teori belajar yang melandasi perlunya penggunaan peta konsep dalam pembelajaran ialah teori Ausubel atau yang biasa dikenal oleh kalangan pendidikan sebagai teori Asimilasi kognitif atau teori subsumption. Konsep-konsep baru apabila dihubungkan dengan konsep-konsep
179
lain, dan belajar bermakna (Meaningful learning) baru berarti apabila pengetahuan baru dikaitkan dengan konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif peserta didik ( Susilo, dalam Lutfri, 2005:45). Anak didik yang berkolaburasi dalam pengajaran peta konsep memperoleh hasil belajar lebih baik daripada anak didik yang belajar secara individual . Hal ini disebabkan karena peta konsep mendorong anak didik belajar bagaimana seharusnya belajar, menyelidiki apa yang telah diketahui anak didik, mengungkapkan miskonsepsi dan berfungsi juga sebagai alat evaluasi (Dahar, 1988:62). Strategi Belajar konsep merupakan alat untuk membantu siswa mengembangkan strategi berpikir. Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam belajar atau berpikir tingkat tinggi ( higherorder thingking) memerlukan penerapan konsep dan generalisasi terhadap situasi baru (Hunter, 1994:140). Dengan menggunakan strategi peta konsep (concept map) dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : (1) peta konsep mampu memberikan visualisasi konsep utama dan pendukung yang telah terstruktur, dan dapat dilihat secara empiris,(2) peta konsep mampu untuk menununjukkan hubungan antar berbagai konsep, yang mungkin linier, vertikal, satu arah, maupun dua arah, (3) peta konsep mampu memberikan “bunyi” hubungan antara berbagai konsep dan istilah sehingga lebih memperjelas pemahaman mahasiswa. Hal ini diperkuat oleh pendapat Dimyati dan Mudjiono (2004:70) bahwa pembuatan peta konsep dapat memberikan motivasi yang tinggi kepada mahasiswa untuk berpikir tentang ranah isi/ kognitif. Mahasiswa dituntut untuk dapat mengenali, menguji konsep-konsep penting, mengklasifikasikan konsep-konsep dan menggambarkan keterkaitan hubungan serta menganalisa sifat hubungan tersebut. Apabila hal ini tercapai, tentunya akan terjadi perbaikan proses dan prestasi hasil belajar mahasiswa. Pertama kali strategi pembelajaran berdasar masalah dikenalkan di fakultas Kedokteran
180
Varia Pendidikan, Vol. 21, No. 2, Desember 2009
Universitas McMAster di Kanada pada tahun 1969. Dikatakan bahwa model pembelajaran PBL ini sangat sesuai dengan pembelajaran di Perguruan Tinggi karena memperhatikan prinsip pembelajaran pada manusia dewasa (adult learning) serta lingkungan pembelajaran / learning environmnet (Hautchinson, 2003:154). Hal inilah yang mendorong berbagai fakultas kedokteran di Indonesia seperti fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia secara khusus telah menerapkan Kurikulum PBL tersebut secara bertahap sejak tahun 1992. Hartono. (1995:73) mendefinisikan Problem Based Learning (PBL) atau belajar berdasar masalah sebagai satu masalah yang diubah menjadi serangkaian kegiatan belajar dengan prosedur kerja yang sistematik. Pembelajaran menggunakan PBL akan berhasil dengan baik apabila masalah yang disusun dalam bentuk skenario bermutu tinggi ( Harsono, 2004:69) Masalah yang disusun dalam skenario ini harus dapat membimbing mahasiswa ke arah studi khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi pendidikan yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogjakarta, penerapan kurikulum PBL memiliki beberapa keunggulan diantaranya (1) mahasiswa akan memiliki conceptual understanding yang lebih baik, (2) mahasiswa akan lebih senang di kampus, bekerja dan belajar lebih giat, dan memiliki persepsi akan sekolah yang lebih baik, (3) Semangat tim, dan sikap kebiasaan dosen mahasiswa untuk bekerja dan belajar menjadi lebih baik, (4) motivasi belajar meningkat, dan (5) membudayakan semangat belajar mandiri.(Emilia, 2004:82).Penelitian yang senada dilakukan oleh Mc Manus, Dunn, dan Dening dalam Lufri (2003:57). Dalam penelitiannya mereka melihat pengaruh pembelajaran tradisional versus pembelajaran dengan materi yang belajar yang dikonstruksi guru dan yang dikonstruksi sendiri oleh mahasiswa. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa hasil belajar mahasiswa yang bahan
ajarnya dikonstruksi sendiri oleh mahasiswa lebih baik daripada mahasiswa yang belajar dengan materi ajar yang dikonstruksi oleh dosen, dan prestasi belajar mahasiswa yang bahan ajarnya dikontruksi oleh guru lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran tradisional. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran mata kuliah terapi latihan I tampak bahwa untuk mempelajari materi kuliah ini, tidak mungkin kalau dosen pengampu hanya menggunakan strategi belajar berdasar masalah saja, namun perlu dilengkapi dengan strategi lain sehingga mahasiswa dapat belajar secara bermakna, mempunyai persepsi, minat, dan sikap yang positif. Hal ini dikarenakan berdasar karakteristik mata kuliah terapi latihan, strategi yang sudah ditemukan adalah peta konsep. Secara teoritis dan empiris telah ditunjukkan bahwa strategi peta konsep bermanfaat untuk belajar secara bermakna. Secara empiris, peta konsep telah didemonstrasikan dapat membantu peserta didik di dalam belajar bermakna terhadap konsep-konsep sains. Berdasar fokus, asumsi dan batasan tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah langkah-langkah pengembangan strategi belajar mengajar menggunakan metode ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran berdasar masalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah terapi latihan I ?, (2) kendala-kendala apa yang dihadapi dosen dan mahasiswa dalam uji coba pengembangan strategi belajar mengajar mengunakan metode ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran berdasar masalah pada mata kuliah terapi latihan I ?, (3) bagaimanakah dampak uji coba pengembangan strategi belajar mengajar mengunakan metode ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran berdasar masalah terhadap peningkatan proses belajar dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah terapi latihan I ?, dan (4) perbaikan-perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengem-
Totok Budi S. dan Wahyuni, Perbaikan Proses dan Hasil Pembelajaran ...
bangan strategi belajar mengajar mengunakan metode ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran berdasar masalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah terapi latihan I ?
3.
Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas dilakukan pada 65 mahasiswa Program Studi Fisioterapi semester II Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang mengambil mata kuliah Terapi Latihan I. Metode Pengembangan penelitian ini melalui tahapan sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan yang terdiri:(1) Identifikasi masalah, (2) Analisis kebutuhan, (3) perumusaan tujuan pembelajaran, (4) Penyusunan Komponen program Pembela-jaran dan (5) Pelaksanaan Uji coba pembelajaran. b. Tahap Implementasi uji coba pembelajaran yang terdiri: (1) Perencanaan tindakan (2) Implementasi tindakan, (3) Pemantauan/ pengamatan pelaksanaan tindakan, (4) Refleksi dan revisi. Dalam Perencanaan Tindakan I, peneliti melakukan langkah-langkah tindakan sebagai berikut : 1. Tahap I, dosen melakukan perkenalan, kontrak belajar, dan pembentukan kelompok belajar mahasiswa selama 15 menit. Pada waktu Pembentukan kelompok, format setiap kelompok mahasiswa terdiri atas ketua, sekretaris, dan anggota yang dipilih dari dan oleh mahasiswa. Setiap kelompok terdiri atas 7 mahasiswa. Mekanisme pembagian kelompok secara random dengan undian, sehingga terasa adil dan menyenangkan. 2. Tahap II; peneliti/dosen menyampaian suatu masalah berupa skenario kepada mahasiswa sesuai tujuan dan topik pembelajaran selama 10 menit. Skenario/masalah ini dibuat berdasarkan topik bahasan sesuai materi.
4.
5.
6.
7.
8.
181
Penyampaian skenario menggunakan alat bantu transparansi OHP. Tahap III; setiap Kelompok mahasiswa mengidentifikasi konsep dan istilah dari masalah yang disampaikan oleh dosen selama 15 menit. Dosen mengamati dan mencatat halhal yang terjadi dan dianggap penting selama kegiatan berlangsung. Tahap IV, setiap Kelompok mahasiswa menetapkan masalah berdasar skenario selama 15 menit. Dosen mengamati dan mencatat halhal yang terjadi dan dianggap penting selama kegiatan berlangsung. Tahap V, setiap kelompok mahasiwa menanalisis masalah dengan cara brainstroming, (curah pendapat), dan diskusi terbatas selama 20 menit. Dosen mengamati dan mencatat halhal yang terjadi dan dianggap penting selama kegiatan berlangsung. Tahap VI, setiap anggota dalam kelompok mahasiswa menetapkan sasaran belajar dan pembagian secara individual dengan membaca jurnal penelitian, buku, majalah, konsultasi pakar atau akses ke internet dan lain-lain. (tugas 1 minggu di luar kelas). Dosen mengamati dan mencatat hal-hal yang terjadi dan dianggap penting selama kegiatan berlangsung. Tahap VII, setiap Kelompok mahasiswa menyiapkan presentasi berdasar masalah yang telah dipelajari pada tahap VI dilakukan menggunakan alat bantu transparansi OHP selama 100 menit tatap muka. Dosen mengamati dan mencatat hal-hal yang terjadi dan dianggap penting selama kegiatan berlangsung. Dosen berperan sebagai fasilitator dan moderator dari proses pembelajaran. Tahap VIII, setiap kelompok mahasiswa melakukan sintesis dan menguji informasi baru melalui diskusi pleno dengan alat bantu transparansi OHP :saling memberi laporan hasil belajarnya (presentasi) koreksi, dan verifikasi, dilakukan selama 100 menit tatap muka. Dosen bertindak sebagai moderator
182
Varia Pendidikan, Vol. 21, No. 2, Desember 2009
mengamati dan mencatat hal-hal yang terjadi dan dianggap penting selama kegiatan berlangsung. 9. Tahap IX, setiap kelompok mahasiswa melakukan penarikan kesimpulan dan membuat skema terhadap konsep dan istilah ( Konsep Map) dari hasil diskusi selama 25 menit. Dosen mengamati dan mencatat hal-hal yang terjadi dan dianggap penting selama kegiatan berlangsung. 10. Tes tertulis untuk mengetahui ketuntasan belajar mahasiswa. Dengan pedoman apabila hasilnya kurang dari 85 % mahasiswa mendapatkan nilai Baik ( skor di atas 85) dengan standar nilai 100, maka siklus di ulang sampai diperoleh hasil lebih dari 85 % mahasiswa mendapatkan nilai di atas skor 85 ( Prinsip ketuntasan Belajar). Tes dilakukan selama 50 menit. Tindakan tahap I sampai tahap IX dilakukan selama 3 x 100 menit ( 2 x50 menit) atau selama tiga kali tatap muka di kelas. Strategi konsep map dilaksanakan pada tahap ke IX. Dengan demikian setiap tindakan memerlukan waktu 3 minggu untuk dapat diamati. Pada waktu minggu ke-4, dilakukan test untuk mengetahui prestasi dan ketuntasan hasil belajar, kemudian dosen dan peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh dosen dan mahasiswa
dalam melaksanakan tindakan. Hasil Refeksi dari tindakan I selanjutnya diimplementasikan berupa perbaikan pada tindakan II. Kemudian dari refleksi terhadap tindakan II, diimplemantasikan untuk memperbaiki langkah pada tindaskan III. Dengan demikian setiap siklus memerlukan waktu 4 minggu atau selama 12 kali pertemuan dapat dilakukan 3 siklus. Pada siklus ke-3, diharapkan sudah didapatkan hasil akhir berupa langkahlangkah pengembangan strategi ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan kedalam strategi belajar berdasar masalah. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaporkan ini merupakan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada mahasiwa semester II sebanyak 65 mahasiswa di program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta selama 6 bulan pada tahun 2007. Dengan mempertimbangkan keefektifitasan pelaksanaan PBM, maka peneliti menawarkan kepada mahasiswa agar dibentuk kelompok belajar menjadi 10 kelompok dengan jumlah anggota setiap kelompok berkisar 5-7 mahasiswa. Pada pemberian tindakan pada tahap siklus I telah dicapai hal-hal sebagaimana tampak dalam tabel 1.
Totok Budi S. dan Wahyuni, Perbaikan Proses dan Hasil Pembelajaran ...
183
Tabel 1. Hasil observasi pada Siklus I
Tindakan
Kendala
1
Pembentukan kelompok belajar yang ditawarkan dosen memilih sendiri anggota kelompoknya kurang efektif mahasiswa timbul iri hati, perasaan subjektif pilih menawarkan pembentukan kelompok berdasar urutan diterima mahasiwa
2
Metode ceramah pada awal perkuliahan sebagai stimulan untuk tahap pembelajaran lebih lanjut dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa. Hanya tidak boleh terlalu lama, sebab jika terlalu lama mahasiwa cenderung bosan dan perhatian akan terpecah. Skenario terlalu banyak menggunakan istilah asing.
3
Definisi, konsep, dan istilah perlu persiapan bahan referensi yang cukup agar dapat menghemat waktu. Memerlukan ketrampilan khusus agar mahasiswa dapat mengidentifikasi konsep.
5
Kecenderungan setiap istilah/frase kata dijadikan masalah.
6
Mahasiswa termotivasi untuk mencari sumber belajar. Mereka juga bertanya kepada dosen lain. Mahasiswa mengeluhkan waktu yang terbatas untuk mendatangi perpustakaan, dikarenkan setiap dosen memberikan tugas.
7
Presentasi yang disampaikan mahasiswa dalam membahas skenario dalam bentuk power point masih terlalu sederhana. Materi Anatomi belum ada gambaran yang jelas, perlu suatu animasi yang menarik. Permasalahannya materi bedah orthopedi belum diberikan di semester I, sehingga saat menjawab pertanyaan dari peserta lain, penyaji kurang tepat. Mungkin presentasi ini sangat baik untuk mahasiswa atas, atau kasus yang dipilih terlalu kompleks, sehingga menimbulkan kesulitan belajar. Waktu presentasi cenderung lama, oleh karena semua mahasiswa anggota kelompok diminta untuk menyampaikan materi.
8
Saling koreksi dan verivikasi dapat berjalan baik, mahasiswa terkesan ingin menjatuhkan presenter, sehingga suasana seperti ujian. Pertanyaan kadang tidak bisa dijawab oleh penyaji, sehingga terkesan penyaji hanya mncuplik dari referensi tanpa mengkaji lebih lanjut apa maksudnya.
9
Perlu pendalaman materi yang mengharuskan dosen memberikan materi yang sebenarnya diperuntukan bagi mahasiswa semester IV. Namun hal ini merangsang mahasiswa untuk mengetahui lebih dulu materi, walaupun mahasiswa belum mengambil mata kuliah tersebut.
10
Pembuatan peta konsep sudah dapat berjalan dengan baik, hanya kata-kata yang dikonsep masih berbentuk kalimat, sehingga kurang ringkas. Perlu latihan lagi.
Sumber Data : Data Hasil Analisis.
dengan cara mahasiswa dikarenakan dikalangan kasih, sehingga dosen absen. Dan usulan ini
184
Varia Pendidikan, Vol. 21, No. 2, Desember 2009
Tabel 2 menunjukkan bahwa masih terdapat Kendala/ kelemahan pada berbagai tindakan yang diberikan dosen, khususnya pada tindakan no 2 (pemberian skenario), No 3 (bahan refernsi), No.5 (Brainstroming), No 6 (pencarian literatur), No.7 (presentasi, verifikasi), dan No.10 (pembuatan
konsep map). Berdasarkan kendala/ kelemahan yang terdapat pada tindakan di siklus I, maka peneliti melakukan refleksi yang menghasilkan beberapa solusi pada tabel 2.
Tabel 2. Solusi terhadap Permasalahan Siklus I. Solusi/langkah perbaikan Skenario diusahakan menggunakan bahasa Indonesia Skenario diberikan 2 minggu sebelum pertemuan supaya mahasiswa mempunyai waktu yang cukup untuk memahami. Pembuatan skenario dengan menggunakan istilah yang mudah dimengerti, istilah asing dihindari, kecuali memang istilah itu lazim digunakan. Diperluas akses mahasiswa ke perpustakaan jurusan, hasil-hasil karya tulis ilmiah mahasiswa. Bahan Presentasi agar dibuat animasi sehingga menarik. Untuk presentasi cukup salah satu sebagai juru bicara, namun pada saat menjawab pertanyaan semua anggota dapat saling berkolaburatif. Pembuatan peta konsep lebih ditingkatkan dengan memberikan garis panah dan bunyi.
Sumber data : Data hasil analisis Tabel 3. Hasil Tindakan pada Siklus 2 Hasil Tindakan Skenario sudah menghindarkan penggunaan istilah asing, dan lebih mudah dipahami oleh mahasiswa Proses identifikasi konsep dan istilah sudah lebih baik, hanya konsep yang penting saja yang perlu dituliskan dan dibahas dalam diskusi kelompok. Proses diskusi dalam kelompok belum berjalan dengan baik.Diskusi masih didominasi oleh mahasiswa tertentu, sebagian mahasiswa yang lain masih pasif. Mahasiswa masih kesulitan mencari literatur yang relevan, dikarenakan mayoritas literatur menggunakan bahasa Inggris. Presentasi sudah menggunakan desain yang lebih animasi, lebih menarik, dan lebih hidup.penggunaan foto rontgen sebagai bahan diskusi untuk lebih menjelaskan kasus sudah digunakan mahasiswa. Penggunaan moderator dan juru bicara sudah berjalan. Pembuatan konsep map sudahmendekati sempurna. Hanya arah tanda panah terkadang lupa dipakai.
Sumber data : Hasil analisis
Totok Budi S. dan Wahyuni, Perbaikan Proses dan Hasil Pembelajaran ...
Solusi yang terdapat pada tabel 2 di atas diujicobakan oleh peneliti dengan terlebih dahulu didiskusikan dengan mahasiswa, untuk mendapatkan umpan balik dari mahasiswa. Pada diskusi akhirnya disepakati langkah-langkah untuk memperbaiki demi perbaikan pada proses pembelajaran sebagimana dalam tabel solusi.
185
2, 3, 5, 6, 7, dan 10. tampak dalam tabel 3. Berdasar tabel 3 peneliti melakukan refleksi untuk menemukan solusi penyempurnaan. Hasil refleksi yang akan digunakan untuk menyelesaikan kelemahan tindakan pada sikluis 2, tampak dalam tabel 4. Hasil test prestasi belajar mahasiswa berdasar Ujian Tengah Semester/UTS dan Ujian Akhir Semester /UAS, tampak dalam tabel 5 dan tabel 6.
Hasil implementasi pada siklus 2 Pada tindakan yang dilakukan pada siklus 2, telah mengalami perbaikan pada tindakan No
Tabel 4. Kendala Baru pada Siklus 3
No
Kendala
5
Proses diskusi dalam kelompok belum berjalan dengan baik.Diskusi masih didominasi oleh mahasiswa tertentu, sebagian mahasiswa yang lain masih pasif.
6
Mahasiswa masih kesulitan mencari literatur yang relevan, dikarenakan mayoritas literatur menggunakan bahasa Inggris
10
Pembuatan konsep map sudah mendekati sempurna. Hanya arah tanda panah terkadang lupa dipakai.
Sumber data : hasil analisis Tabel 5. Hasil Prestasi Belajar Mahasiswa pada Ujian Tengah Semester
Nilai
Mutu
Jumlah mahasiswa
Persentase
<42.00
Sangat kurang/E
0
0
42.00 - 5.70
kurang /D
0
0
57.00-68.00
Cukup/C
39
60
68.00 – 80.00
Baik/B
20
30.8
80.00-100
Sangat baik/A
6
9.2
65
100
Jumlah Sumber data : Hasil Analisis
186
Varia Pendidikan, Vol. 21, No. 2, Desember 2009
Tabel 6. Hasil Prestasi Belajar Mahasiswa pada Ujian Akhir Semester
Nilai
Mutu
Jumlah
Persentase
<42.00
Sangat kurang/E
0
0
42.00 - 5.70
kurang /D
0
0
57.00-68.00
Cukup/C
9
13.8
68.00 – 80.00
Baik/B
46
70,8
80.00-100
Sangat baik/A
10
15.4
65
100
Jumlah Sumber data : hasil analisis
Dari tabel 6, mahasiswa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) sejumlah 10 mahasiswa atau sebesar 15.4 %, sedangkan yang mendapatka nilai B sebanyak 46 mahasiwa atau sebesar 70.8 %. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan Prestasi belajar dan ketuntasan belajar.
Dengan demikian, berdasar proses dan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka alur dari proses pengembangan model pembelajaran menggunakan berbagai strategi Pembelajaran terintegrasi adalah sebagai berikut :
Perbaikan dan pengembangan Model strategi ceramah, dan peta konsep yang diintegrasikan dalam Pembelajaran berdasar masalah
Pelaksanaan Kegiatan Menggunakan Model strategi ceramah, dan peta konsep yang diintegrasikan dalam Pembelajaran berdasar masalah
Evaluasi dan validasi model Model strategi ceramah, dan peta konsep yang diintegrasikan dalam Pembelajaran berdasar masalah
Gambar 1. Alur proses pengembangan model Pembelajaran ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan dalam Pembelajaran berdasar masalah Sumber : Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi.2006:63, Syamsuddin AR, Vismaia S Damaianti.2006:58 (dengan modifikasi)
Totok Budi S. dan Wahyuni, Perbaikan Proses dan Hasil Pembelajaran ...
Simpulan dan Saran Kegiatan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan selama satu semester pada mahasiswa program studi Fisioterapi Universitas Muhamamdiyah Surakarta berhasil mendapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Langkah langkah pengembangan strategi belajar menggunakan metode ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran berdasar masalah terdiri atas 10 langkah yang terdiri atas (1) penyampaian kontrak belajar, (2) pemberian topik bahasan dan skenario, (3) pencarian konsep dan istilah (info search), (4) penetapkan masalah, (5) analisis masalah dengan brainstroming, (6) penetapan sasaran belajar, (7)Presentasi hasil belajar, (8) Sintesis dan menguji informasi baru: saling memberi laporan hasil belajar (presentasi), (9) Klarifikasi /koreksi dan verivikasi dan pemberian informasi baru, (10) Penarikan kesimpulan dan pembuatan konsep map. 2. Kendala dalam implementasi sebagian besar dikarenakan (1) masalah penggunaan konsep /istilah asing dan (2) belum terbiasanya mahasiswa dan dosen dalam menggunakan model pembelajaran, dan (3) terbatasnya jam kunjungan mahasiwa dalam pemanfaatan Perpustakaan. 3. Penggunaan strategi belajar menggunakan metode ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran berdasar masalah terbukti mampu memperbaiki proses belajar mengajar di kelas dan memperbaiki hasil belajar mahasiswa, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan belajar dari 56 % pada Ujian Tengah Semester menjadi 88% pada Ujian Akhir Semester. 4. Langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki strategi belajar menggunakan
187
metode ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran berdasar masalah adalah (1) pembiasaan penggunaan istilah asing dalam dunia kedokteran pada mahasiswa perlu ditanamkan sejak awal, (2) Pengaturan tugas belajar secara komprehensif, (3) kemudahan akses dalam mencari referensi. 5. Secara umum sikap dan pendapat mahasiswa terhadap penggunaan metode pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi pembelajaran menunjukkan mayoritas ( 75 %) mahasiswa menyatakan senang dan merasa ada susasana kebersamaan dalam belajar. Berdasarkan pelaksanaan pengembangan strategi belajar menggunakan metode ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran berdasar masalah maka dapat diajukan sejumlah rekomendasi sebagai berikut : 1. Diperlukan upaya pembiasaan penggunaan metode pembelajaran menggunakan metode ceramah dan peta konsep yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran berdasar masalah agar hasil yang didapat makin lama makin efektif dan optimal. 2. Keberlanjutan penggunaan metode ini pada masa mendatang diperlukan variasi dalam penggunaan media pembelajaran tidak hanya penayangan kasus/skenario saja, namun juga video kasus, sehingga mahasiswa lebih komprehensif dalam melihat suatu kasus. 3. Penggunaan istilah asing merupakan suatu hal yang tak dapat dihindari dalam proses belajar di Pergurtuan tinggi, sehingga sejak awal mahasiswa hendaknya dikenalkan dengan berbagai konsep/istilah asing terutama bahasa Inggris. 4. Perlunya dukungan dari unit perpustakaan dalam mempermudah akses mahasiswa untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan seperti memperpanjang jam kerja perpustakaan.
188
Varia Pendidikan, Vol. 21, No. 2, Desember 2009
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara. Syamsuddin AR, Vismaia S Damaianti.2006.Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Dimyati & Mudjiono, 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti Depdikbud. Lufri, 2005. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Problem Solving yang diintervensi Peta Konsep terhadap Hasil Belajar Mahasiswa”, dalam Jurnal Pembelajaran Volume 28, Nomor 01, April 2005. Padang: Universitas Negeri Padang. Dahar, RW.1988. Teori-teori Belajar. Jakarta : Depdikbud Edmondson, KM.1995. “Concept Mapping for Development of Medical Curricula”. Journal of Research in Scince Teaching, 32 (7) : 777-793. Hunter, M.1994. Enchancing Teaching. New York : Macmillan College Publishing Company. Djumadi dan Muhroji.2004.” Pengaruh Proses Belajar Mengajar dan Manajemen Sekolah Terhadap Hasil Belajar di Sekolah Menengah”Varidika Vol 16.No.1 hal 6-12. Endang T Suryadi dan Endang T Widati, 2003. “Efektifitas Metode Ceramah Bervariasi” dalam Varidika: Kajian Penelitian Pendidikan,Vol 15 (2) hal 166-171. Surakarta :FKIP UMS. Emilia, Ova.2004. Pemaparan Kurikulum PBl Terintegrasi. Makalah dalam Seminar Problem Based Learning. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM. Harsono.2004. Persiapan kurrikulum PBL Terintegrasi. Makalah dalam Seminar Problem Based Learning. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM. Harsono, 2005. Pengantar Problem Based Learning. Yogyakarta : Medika F K UGM. Hartono, 1995. Belajar Berdasar Masalah. Yogyakarta : FK UGM Wahyuni, 2006. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa melalui penerapan Skenario Terintegrasi pada Problem Based Learning. Surakarta :QAC UMS. Tak diterbitkan.