JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
PERBAIKAN KUALITAS AKUSTIK RUANG MENGGUNAKAN PLAFON VENTILASI BERDASARKAN WAKTU DENGUNG STUDI KASUS RUANG KELUARGA PADA RUMAH TIPE 70 Daniel Alfa Rabi, Andi Rahmadiansah, S.T, M.T Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail :
[email protected] [email protected], Abstrak— Perancangan desain plafon suatu ruangan pada rumah yang berukuran sedang dengan fungsi speech seringkali dibuat tanpa adanya desain akustik berupa celah ventilasi yang menyebabkan ruangan tersebut pada saat kosong terjadi gema dan dengung hingga kurangnya kualitas akustik jika mengacu pada standar nilai ruangan perumahan. Hal ini terjadi pada rumah-rumah yang tidak memiliki tempat sirkulasi udara dan mempunyai koefisien serapan bahan yang kecil. Akan disampaikan pada penelitian ini yang akan membahas pengaruh plafon ventilasi terhadap perbaikan kualitas akustik suatu ruangan. Pada hasil simulasi di dapatkan bahwa ruangan berplafon ventilasi dapat memperbaiki kualitas akustik ruangan pada rumah, dimana waktu dengung pada Ruangan 1 yang menggunakan ventilasi seperti pengukuran ruang sebenarnya 2.22 detik sedangkan yang menggunakan plafon ventilasi dengan menambahkan dimensi lubang waktu dengung turun sebesar 1.57 detik. Sedangkan pada ruang 2 sebesar 1.89 detik jika menggunakan plafon ventilasi dan berkurang hingga 1.46 detik jika ditambahkan dimensi lubang dan bukaan ventilasi. Untuk nilai optimum parameter akustik objektif ruang 1 dan 2 yang menggunakan plafon ventilasi sehingga hasil dari simulasi menunjukan hasil tersebut mendekati fungsi fungsi Speech Intelligibility. Kata Kunci— Plafon Ventilasi, Speech Intelligibility, Waktu Dengung
I. PENDAHULUAN Plafon adalah bagian konstruksi yang merupakan lapis pembatas antara rangka bangunan dengan rangka atapnya, sehingga bisa sebagai atau dapat dikatakan tinggi bangunan dibawah rangka atapnya. Selain itu Plafon juga juga dapat sebagai acuan nilai akustik yang ada pada suatu bangunan. Dimana desain dan pemasangan Plafon didesain sedemikian mungkin guna mendapat nilai akustik dan kenyamanan manusia yang ada pada ruangan tersebut. Pada perancangan atap plafon juga dapat di gunakan ventilasi sebagai pertukaran udara untuk menjaga suhu ruangan selain itu plafon yang bertingkat-tingkat dalam desain pemasangannya dapat digunakan sebagai perbaikan kualitas kualitas akustik pada suatu ruangan. Model plafon yang terkait dengan kinerja akustik adalah bentuk plafon yang akan mempengaruhi kualitas akustik di ruangan tersebut, oleh karena itu penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menentukan langkah-langkah perbaikan kualitas akustik pada Ruangan Rumah tersebut dan dapat dijadikan acuan untuk arsitektur plafon yang baru.
Permasalahan dari tugas akhir ini adalah Seberapa besar kualitas akustik berdasarkan waktu dengung suatu ruangan dengan Plafon ventilasi sebagai perbaikan akustiknya. Serta setidaknya di dapatkan acuan bagaimana membuat desain plafón suatu ruangan agar kualitas akustik ruang tersebut dapat diperbaiki. Dalam penelitian tugas akhir ini, batasan masalahnya adalah penentuan kualitas akustik waktu dengung didalam ruang keluarga rumah tipe 70 dengan Plafon ventilasi. Ukuran Tinggi Plafon pada ruangan harus melebihi 3.5 Meter. Bentuk gypsum daornament Plafon yang dipilih diabaikan. Ruangan yang akan di ukur mempunyai volume lebih dari 50 m³. Daerah penelitian hanya mencakup akusik ruang bangunan yang telah ditentukan yaitu pada ruangan keluarga dengan Model celah ventilasi di langit-langitnya. Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah menganalisa kualitas akustik bentuk plafon suatu ruangan yang menggunakan plafon ventilasi sebagai perbaikan kualitas akustik dengan Metode Waktu Dengung. Sehingga Metode ini dapat digunakan untuk metode pemasangan plafón yang ideal terhadap nilai akustik pada suatu ruangan rumah tipe 70. II. DASAR TEORI Gelombang bunyi dapat merambat langsung melalui udara dari sumbernya ke telinga manusia, gelombang bunyi dapat juga terpantul-pantul terlebih dahulu oleh permukaanpermukaan bangunan, menembus dinding, atau merambat melalui struktur bangunan. Perjalanan bunyi dari sumbernya keteliga akan sangat menentukan karakter (kualitas dan luantitas) bunyi tersebut. Getaran mekanik atau gelombang fisik yang dapt merambat melalui media gas, cair, atau medium padat elstis dengan memindahkan energy dari sumber ke penerima melalui mekanisme gelombang, sehingga suatu benda yang bergetar akan melepas sebagian kecil dari energy yang dikandungnya ke medium sekitarnya sebagai suara. A. Penyerapan Bunyi Penyerapan bunyi adalah perubahan energy bunyi menjadi satu bentul lain, biasanya adalah energy panas. Pengendalian akustik bangunan yang baik membutuhkan penggunaan bahanbahan dengan tingkat penyrapan bunyi yang tinggi. Penyerapan bunyi (Sound-Absorbing) adalah kemampuan suatu bahan meredam bunyi yang datang, dihitung dalam persen, atau pecahan bernilai 0≤ α ≤ 1. Nilai 0 berarti tidak ada peredaman bunyi (seluruh bunyi yang dating dipantulkan sempurna). Sedangkan , nilai 1 berarti bunyi yang datang
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 diserap seluruhnya (tidak ada yang dipantulkan kembali). Jendela yang terbuka dianggap mempunyai α=1 karena seluruh bunyi tidak dipantulkan. Sarbine (derajat serap) adalah pembanding antara energy yang tidak dipantulkan kembali dan energi bunyi keseluruhan yang dating. 1 m2 sarbine diartikan sebagai nilai serapan bunyi yang setara dengan 1 m2 jendela terbuka (tidak ada yang terpantul, atau terserap semua), sedangkan 1 ft2 sarbine setara dengan serapan 1 ft2 jendela terbuka. B. Penyerapan Bahan Derajat serat bunyi suatu bahan adalah perbandingan antara energy yang tidak dipantulkan kembali dan energi bunyi keseluruhan. Bahan penyerap bunyi yang baik adalah yang memiliki ohm akustik mendekti udara, biasanya berupa bahan yang ringan elastic, mengandung rongga udara yang banyak. Efisiensi penyerapan bunyi suatu bahan pada suatu frekuensi tertentu dinyatakan oleh koefisiensi penyerapan bunyi. Koefisiensi penyerapan bunyi suatu permukaan adalah bagian energi bunyi yang datang yang diserap, atau tidak dipantulkan oleh permukaan. Koefisiensi ini dinyatakan dalam huruf greek á. Nilai á dapat berada antara 0 dan 1 (Doelle, 1972). Dalam penyerapan bahan dikenal dengan pedifusian bahan atau benda yang dapat menjadi penyerapan disebut dengan difusor. Difusor sering digunakan pada bahan-bahan yang berpori dan lunak pada umumnya. Difusi bunyi atau penyebaran bunyi terjadi dalam ruang. Difusi bunyi yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada jenis-jenis ruang tertentu, karena ruang-ruang itu membutuhkan distribusi bunyi yang merata dan menghalangi terjadinya cacat akustik yang tidak diinginkan (Doelle, 1972). Refraksi adalah membeloknya gelombang bunyi karena melewati atau memasuki medium perambatan yang memiliki kerapatan molekul berbeda (Mediastika, 2005). C. Waktu Dengung (Reverberation Time) Reverberation Time adalah waktu dimana suara yang ada pada suatu suangan yang berupa Impuls akan luruh dengan rentan waktu yang akan dipengaruhi oleh serapan bahan yang ada pada ruangan atau media. Pemantulan suara pada sebuah bidang yang nantinya akan terus dipantulkan yang akhirnya sampai suara tersebut hilang atau tidak ada pantulan sam sekali. Kejadian tersebut dinamakan waktu dengung (Reverberation time) sebagai contoh dalam kehidupan seharihari adalah gema. Pengukuran tingkat reverberation dalam sebuah ruangan dapat dilakukan dengan metode menggunakan Waktu dengung. Waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan oleh sumber bunyi yang dhentikan seketika atau di sebut bunyi impulse untuk turun intensitasnya 60 dB dari intensitas awalnya. Waktu dengung sebuahruangan akan bergantung pada volume ruangan, luas permukaan bidangbidang pembentuk ruangan, tingkat penyerapan permukaan bidang, dan frekuensi bunyi yang muncul dalam ruangan. Melalui waktu dengung, kualitas akustik pada suatu ruangan dapat di tentukan. Setiap ruangan dengan fungsi tertentu memiliki waktu dengung ideal, sesuai dengan aktifitas yang di wadahinya. Secara garis besar, aktivitasnya didalam ruangan yang berkaitan dengan akustik alamiah(Mediastika 2005).
2 Parameter akustika ruangan yang paling banyak dikenal orang adalah Waktu Dengung (Reverberation Time - RT). RT seringkali dijadikan acuan awal dalam mendesain akustika ruangan sesuai dengan fungsi ruangan tersebut. RT menunjukkan seberapa lama energi suara dapat bertahan di dalam ruangan, yang dihitung dengan cara mengukur waktu peluruhan energi suara dalam ruangan. Waktu peluruhan ini dapat diukur menggunakan konsep energi tunak maupun energi impulse. RT yang didapatkan berdasarkan konsep energi tunak dapat digunakan untuk memberikan gambaran kasar, waktu dengung ruangan tersebut secara global. RT jenis ini dapat dihitung dengan mudah, apabila kita memiliki data Volume dan Luas permukaan serta karakteristik absorpsi setiap permukaan yang ada dalam ruangan. Sedangkan RT yang berbasiskan energi impulse, didapatkan dengan cara merekam response ruangan terhadap sinyal impulse yang dibunyikan didalamnya. Dengan cara ini, RT di setiap titik dalam ruangan dapat diketahui dengan lebih detail bersamaan dengan parameter-parameter akustik yang lainnya. RT pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah energi pantulan yang terjadi dalam ruangan. Semakin banyak energi pantulan, semakin panjang RT ruangan, dan sebaliknya. Jumlah energi pantulan dalam ruangan berkaitan dengan karakteristik permukaan yang menyusun ruangan tersebut. Dalam perkembangannya, waktu dengung tidak hanya didasarkan pada peluruhan 60 dB saja, tetapi juga pada pengaruh suara langsung dan pantulan awal (EDT) atau peluruhan-peluruhan yang terjadi kurang dari 60 dB, seperti 15 dB (RT 15 ), 20 dB (RT 20 ), dan 30 dB (RT 30 ). Waktu dengung (Reverberation Time) sangat menentukan dalam mengukur tingkat kejelasan speech. Auditorium yang memiliki waktu dengung terlalu panjang akan menyebabkan penurunan speech inteligibility, karena suara langsung masih sangat dipengaruhi oleh suara pantulnya. Dalam perkembangannya, waktu dengung tidak hanya didasarkan pada peluruhan 60 dB saja, tetapi juga pada pengaruh suara langsung dan pantulan awal (EDT) atau peluruhan-peluruhan yang terjadi kurang dari 60 dB, seperti 15 dB (RT 15 ), 20 dB (RT 20 ), dan 30 dB (RT 30 ). Waktu dengung (Reverberation Time) sangat menentukan dalam mengukur tingkat kejelasan speech. Auditorium yang memiliki waktu dengung terlalu panjang akan menyebabkan penurunan speech inteligibility, karena suara langsung masih sangat dipengaruhi oleh suara pantulnya. Bila sumber bunyi telah berhenti, suatu waktu yang cukup lama akan berlalu sebelum bunyi hilang dan tak dapat didengar. Bunyi yang berkepanjangan ini sebagai akibat pemantulan yang berturut-turut dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dihentikan disebut dengung (Doelle, 1972). Pentingnya pengendalian dengung dalam rancangan akustik auditorium telah mengharuskan masuknya besaran standar yang relevan, yaitu waktu dengung (RT). Ini adalah waktu agar Tingkat Tekanan Bunyi dalam ruang berkurang 60 dB setelah bunyi dihentikan. Rumus perhitungan RT dalm persamaan sabine adalah RT60 =
0.16 V A +0.16
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Di mana: RT : waktu dengung, detik V : volume ruang, meter kubik A : penyerapan ruang total, sabin meter persegi x : koefisien penyerapan udara III. METODOLOGI PENELITIAN A. Penentuan ruangan pengukuran Sebagai obyek pengukuran, dipilih ruangan dengan plafon berventilasi dan bentuk plafon yang berbeda tetapi tetap berventilasi agar dapat di analisa seberapa besar plafon ventilasi dapat memperbaiki kualitas akustik ruangan tersebut.
3 ruangan ini digunakan sebagai ruang tamu dan juga ruang keluarga. Ruang ini memiliki model plafon bertingkat dengan model setengah lingkaran. Adapun deskripsinya dalah sebagai berikut: Panjang ruangan : 650 Cm Tinggi : 580 Cm Lebar : 390 Cm Volume : 131.95 m³ Pengukuran di ruangan sesungguhnya dilakukan pada saat kondisi bangunan masih kosong dan tidak ada barang di
B. Pengukuran waktu dengung Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian waktu dengung ini terbagi menjadi beberapa bagian. Waktu dengung dapat ditentukan secara langsung pada suatu ruangan yang telah ditentukan dengan memakai alat Sound level Meter (SLM). Prinsipnya adalah sumber bunyi dengan intensitasnya melebihi 60 dB karena jika kurang maka akan menghasilkan nilai negative,diletakan pada titik tengah ruangan dan sumber suara ada pada sisi-seisi yang bersebrangan di dalam ruangan tersebut. Dalam hal ini ruangan yang akan di control yaitu ruang keluarga tipe 70 dengan volume 60.06 m³, 131.95 m³. Gambar. 2. Ruang pengukuran dengan plafon ventilasi setengan lingkaran
C. Data konservasi ruangan pengukuran Deskripsi dari ruangan 1 sebagai pengambilan data waktu dengung agar nantiya dapat di jadikan validasi data sekaligus ukuran yang akan di simulasikan pada Software Simulasi. Adapun deskripsinya dalah sebagai berikut: Panjang ruangan : 440 Cm Tinggi : 350 Cm Lebar : 390 Cm Volume : 60.06 m³ Deskripsi ruangan 2
ruangan tersebut. Di maksudkan demikian supaya keadaan ruangan yang nantinya akan di simulasikan benar-benar memenuhi nilai RT yang sesuai karena ruangan yang ada atau penuh dengan barang akan menjadi penambah koeefisien serap. Pengukuran dilakukan 2 kali pada setiap ruangan dengan posisi bersebrangan pada setiap pengambilan data. 2 letak penerima dibuat demikian bermaksud untuk mewakili setiap pendengar jika ruangan tersebut nantinya digunakan karena ruangan tersebut hanya berukuran ruang keluarga yang sedang.
Gambar. 3. Posisi sumber suara dan penerima Gambar. 1. Ruang pengukuran dengan plafon ventilasi
Pada deskripsi ruangan 2 adalah menggunakan plafon yang memiliki desain interior plafon setengah lingkaran dikarenakan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 D. Tahap penelitian dan simulasi Pada tahap penelitian dan simulasi ini dilakukan beberapa langkah yang dilakukan antara lain: Tahap I Tahap II
Tahap III
: Pengukuran kualitas akustik ( RT 60 ) : Pembuatan model simulasi dari ruangan dengan plafon Ventilasi menggunakan Software simulasi. : Perbandingan antara hasil Simulasi dengan Perhitungan Manual menggunakan persamaan Regresi Linier. Dan juga Eyring ( persamaan 2.3) yang nantinya akan di gunakan untuk menentukan Koefisisen serapan bahan sebagai penyerap bunyi.
Tahapan-tahapan tersebut nantinya akan di jadikan langkah untuk melakukan penelitian dan simulasi dengan membandingkan ruang yang berventilasi dan tidak berventilasi. Sehingga di dapatkan nilai akustik yang mencangkup ruang percakapan. IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pengukuran Waktu dengung juga dilakukan pada pukul 17.00 dengan cara memberikan sumber Impuls berupa ledakan dari sumber impuls. Penggunaan Alat peledak sebagai sumber respon yang digunakan sebagai hasil pengukuran waktu dengung ruangan yang diukur adalah karena tingginya background noise ruangan sehingga perlu dilakukan pembangkitan suara yang jauh lebih keras di atas background noise sehingga yang dihasilkan dapat mengalami peluruhan hingga 60 dB sesuai standard pengukuran waktu dengung ruangan menurut definisi Sabine. Data respon yang dihasilkan oleh suara ledakan tersebut direkam dengan menggunakan FFT Analyzer pada tiap sisi sudut tengah ruangan, sedangkan sumber suara pembangkitnya diletakkan pada titik A0 tengah yaitu di tengah ruangan seperti yang terlihat pada gambar 4.1 dan 4.2 dilakukan sebanyak satu kali. Suber suara hanya satu kali di ledakan karena mengingat ruangan yang hanya berbentuk persegi dan dapat mewakili pemantulan ke sudut semua ruangan. Hasil pengukuran waktu dengung Di ruangan berplafon Ventilasi pada frekuensi 500 Hz ditunjukkan pada tabel 1 dan 2. Tabel 1. Data Hasil Pengukuran Waktu Dengung pada Frekuensi 500 Hz di ruang 1
Pengukuran pada titik ke-
Ruangan
Waktu Dengung (RT)
1 2
1 1
2.28 2.3 2.29
Rata-rata
Sedangkan Untuk ruang 2 dengan model plafon yang berbeda dengan ruang 1 maka di dapatkan hasil seperti table 2 berikut ini:
4 Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Waktu Dengung pada Frekuensi 500 Hz di ruang 2
Pengukuran pada titik ke-
Ruangan
Waktu Dengung (RT)
1
2
1.93
2
2 Rata-rata
1.95 1.94
Pengukuran waktu dengung dilakukan untuk mendapatkan data validasi pengukuran yang nantinya dijadikan acuan nilai ruangan dengan menggunakan simulasi. D. Hasil Simulasi Yang pertama kali dilakukan untuk proses Simulasi adalah mengumpulkan data spesifikasi dan juga ukuran dari setiap ruangan yang akan di desain kembali pada Software Simulasi. Setelah itu data inputan model dan juga bentuk plafon yang nantinya akan digambar detail pada Simulasi. Spesifikasi tersebut berupa ukuran ruang 1 dan ruangan 2 mulai dari gambar denah, ketinggian ruang, , pembukaan pintu, dan yang terpenting adalah penutup atap (plafon) dengan bahan-bahan penutup yang berbeda, kemudian tujuan selanjutnya adalah untuk menentukan material, yaitu bahan yang akan dipakai dalam tiap-tiap pelapis bidang permukaan interior. Hasil simulasi pada T-30 dengan frekuensi 500 merupakan rata-rata antara receiver 1 dan receiver 2 dengan suber suara berupa suara kejut atau impulse Ruang 1
Gambar. 4. Simulasi ruang 1 dengan plafon ventilasi
Pada gambar hasil simulasi kondisi awal ruang 1 dengan menggunakan plafon ventilasi didapatkan gambar seperti berikut: Pada Simulasi ruang 1 menggunakan plafon yang berventilasi maka didapatkan nilai RT-30 dengan frekuensi 125, 250, 500, 1k, 2k, 4k seperti gambar 5 berikut ini. Data
Gambar. 5. Hasil Simulasi ruang 1 dengan plafon ventilasi
yang digunakan adalah data pada frekuensi 500, karena hanya pada frekuensi 500 telinga manusia peka terhadap frekuensi tersebut. Didapatkan nilai waktu dengung pada RT-30 sebesar 2.22 detik pada fekuensi 500.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Ruang 2 Pada gambar hasil simulasi kondisi awal ruang 2 dengan menggunakan plafon ventilasi didapatkan gambar seperti berikut
5 Setelah itu melakukan simulasi modifikasi plafon ruang 2 dengan menggunakan penambahan luas bukaan ventilasi dan penambahan lubang ventilasi pada plafon. Maka di dapatkan hasil seperti berikut:
Gambar. 9. Simulasi ruang 2 dengan penambahan luas bukaan dan lubang plafon ventilasi Gambar. 6. Simulasi ruang 2 dengan plafon ventilasi
Pada Simulasi ruang 2 menggunakan plafon yang berventilasi maka didapatkan nilai RT-30 dengan frekuensi 125, 250, 500, 1k, 2k, 4k seperti gambar 5 berikut ini. Data yang digunakan adalah data pada frekuensi 500, karena hanya pada frekuensi 500 telinga manusia peka terhadap frekuensi tersebut.
Gambar. 7. Hasil Simulasi ruang 2 dengan plafon ventilasi
Setelah itu melakukan simulasi modifikasi plafon ruang 1 dengan menggunakan penambahan luas bukaan ventilasi dan penambahan lubang ventilasi pada plafon. Maka di dapatkan hasil seperti berikut:
Hasil simulasi dengan penambahan luas bukaan dan lubang ventilasi maka di dapatkan nilai waktu dengung seperti berikut. maka
Gambar. 10. Hasil Simulasi ruang 2 dengan penambahan luas bukaan dan lubang plafon ventilasi
Maka dengan penambahan ventilasi pada setiap sisi plafon dengan luas bukaan di dapatkan hasil waktu dengung sebesar 1.46 detik pada frekuensi 500. Setelah melakukan simulasi dengan ruang menggunakan perabotan maka dibuat simulasi ruangan seperti ruang aslinya yaitu dengan menggunakan perabotan maka di dapatkan hasil seperti gambar 11 dan 12 berikut:
Gambar. 7. Simulasi ruang 1 dengan penambahan luas bukaan dan lubang plafon ventilasi
Hasil simulasi dengan penambahan luas bukaan dan lubang ventilasi maka di dapatkan nilai waktu dengung seperti berikut.
Gambar. 11. Simulasi ruang 1 dengan plafon ventilasi mengguanakan perabotan
Gambar. 8. Hasil Simulasi ruang 1 dengan penambahan luas bukaan dan lubang plafon ventilasi
Maka dengan penambahan ventilasi pada setiap sisi plafon dengan luas bukaan di dapatkan hasil waktu dengung sebesar 1.57 detik pada frekuensi 500.
Gambar. 12. Hasil Simulasi ruang 2 dengan plafon ventilasi menggunakan perabotan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
Hasil simulasi pada T-30 frekuensi 500 didapatkan waktu dengung sebesar 1.46 detik.
6 karena koefisien serapan udara yang ada pada ventilasi. Ruang 2 memiliki koefisien serapan bahan yang yang paling besar pada langit-langitnya. Selain pada ventilasi plafonnya ruang 2 memliki bentuk plafon yang agak turun dengan tempat lampu yang menggantung. Dengan menggunakan papan gypsum dan kerangka besi Hollow berukuran 2x4 alumunium pada rangkanya. V. KESIMPULAN
Gambar. 12. Simulasi ruang 2 dengan plafon ventilasi mengguanakan perabotan
Gambar. 13. Hasil Simulasi ruang 2 dengan plafon ventilasi menggunakan perabotan
E. Pemabahasan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam Tugas Akhir ini yaitu ruangan berplafon ventilasi dapat memperbaiki kualitas akustik dari suatu ruangan. Dengan metode waktu dengung di dalam penelitian ini di terapkan langkah-langkah penelitian sampai hasil dan juga hasil Simulasi,adapun hasil dari penelitiaian adalah pada ruangan 1 dengan model Plafon berventilasi dengan volume ruangan 60.06 m³ di dapatkan hasil data perhitungan manual dengan persamaan Regresi linier dan metode sabine sebesar 2.29 Detik dan dengan background noise ruangan yaitu 46.8 dBA hasil data background noise ruangan ini masih belum memiliki standart yang diberlakukan yaitu untuk ruangan tinggal 30-40 dBA. Data pada perhitungan manual sebagai validasi data yang nantinya akan dijadikan perbandingan data dengan hasil Simulasi. Dari hasil Simulasi di dapatkan data RT dari ruang 1 sebesar 2.22 pada ruang yang berplafon ventilasi sedangkan pada ruang 2 sebesar 1.89. Hasil Simulasi pada software Simulasi mengalami perubahan pada saat setiap kali di jalankan,karena software tersebut mengacu pada bangunan atau obyek sebenarnya. Pada pengukuran ruang 2 dengan bentuk plafon berfentilasi dan model plafon setengah lingkaran didapatkan hasil data manual pengukuran dengan persamaan regresi linier rata-rata sebesar 1.94 detik dan pada background noise rata-rata ruangan tersebut adalah sebesar 46.9 detik, dikarenakan ruang terletak pada pinggir jalan ramai dan padat maka otomatis bising yang ada pada ruangan ini mempunyai nilai yang melebihi standar yaitu pada ruangan perumahan 30-40 dBA. Setelah dilakukan simulasi penambahan bukaan dimensi ruang ventilasi maka didapatkan ruang 1 dan 2 sebesar 1.57 detik dan 1.46 detik, penurunan tersebut diakibatkan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. RT Hasil pengukuran awal menunjukan bahwa ruang 1 dan 2 mempunyai nilai 2.29 dan 1.94 sehingga ruangan tersebut belum memenuhi nilai ruang speech untuk ruang keluarga karena tidak memenuhi standar yang ditentukan. 2. Hasil perancangan dengan cara menambahkan bukaan dimensi ventilasi pada setiap ruangan maka di dapatkan waktu dengung untuk ruang 1 dan 2 sebesar 1.57 dan1.46 detik. 3. Hasil Perbandingan antara simulasi ruangan 1 dan 2 menggunakan plafon ventilasi dan tidak berventilasi dengan menggunakan furniture dan perabotan didapatkan 1.45 dan 1.30 sehingga dapt dijadikan acuan bagaimana desain suatu ruangan rumah dengan berdasarkan pada bentuk plafon ruangan apat memperbaiki kualitas akustik.. 4. Hasil simulasi desain plafon ventilasi pada ruang keluarga dapat tercapai karena adanya perbaikan kualitas akustik pada desain ruangan tersebut menggunakan plafon ventilasi, sehingga hasil dari simulasi menunjukan hasil tersebut mendekati fungsi ruang baik untuk speech. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Bapak Abdul Hasan Selaku kepala Megah Gypsum Decorator yang telah memberikan dukungan untuk izin pengambilan data pada ruangan rumah tipe 70. DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3] [4]
[5] [6]
Suptandar, J. Pamudji. 2004. Faktor Akustik dalam Perancangan Disain Interior, Djambatan, Jakarta Syahadatin, Yuniar, 2011. Perancangan Akustik Ruang Multifungsi Pada Teater A ITS Dengan Sistem Modular,Surabaya. Doelle, L.L. 1972. Environtmental Acoustic. McGrawHill Publishing Company, New York. Ribeiro, M.R.S. 2002. Room Acoustic Quality of A Multipurpose Hall: A Case Study, Centro de Estudos do Departamento de Engenharia Civil, Faculdade de Engenharia da Universidade do Porto, Portugal. Long. Marshall 2006. Architectural Acoustics . Elseiver: Academic Press, America Choi, Y.J. and Cabrera, D. 2005. Some Current Issues in Computer Modelling for Room Acoustics Design. Acoustic Australia 2005,Volume 33, pp. 19-24.