PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 10 TAHUN 2012
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2013
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN 2012
KATA PENGATITAR Itilrrlilloh inah non in ahim
il
Aslana'oloi*un |Yanahmatulbhi Wafurahduh,
Lt\ --4"Iil
tentang Sist€m Perencanaan Pembanguan Nasional dan
*kf,H#ffiii'ffi'#"ffifffi o r t v3 ,l"--il Ym1ffiffi.iaJ*Hffiffi,ffiffi* L n*l-""Jir"i;#il i
rmgan
Da€rah sebagaimana telah beb€r4a kali diubah terakhir dengan
ki""rj; ire"i"regsaraal pd;ri"irfire
kebijakan
da€rah, prioritas dan sasran pembangrman daemaL serta rencanaprogram dan kegiatan prioritas daerah-
kerangka ekonomi daerah dan
Setelah ditetapkannya Peratrran Daemah Nomor 4 Tahuu 2012 tentang RPJMD Provinsi Bail€n Tahrm 2Al2-2O17 dan Pe,raturan DatrahNomor 3 Tahrm 2Al2tffitang Fembentukm Organisasi Permgkat Dffiah hor,insi Bmtffi, maka Peraturan Gubernrr Nomor Tahun 2012 t€ntamg RKPD Provinsi Banten Tahun 2013 disesuaikan dengro Perduran Datrah dimaksu4 dan tetap memperhatikm RKP Tahrm 2013, serta dalarr p€qfusunannya telah mempedomani tabryan dan tatacara sebagaimana ymg rli*nmnettan dal"m peratrram pemerintah Nomor 8 Tahrm 2008 tentang Tah4paq T4arara Penyusmao, Pengendalian, d^q Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembmgrman Daerah dan Pemturan Menteri Datam Negui Nomor 54 Tahrm 2010 t€ffang Pelaksanaan Praran Pemerintah Nomor 8 Tahrm 20OB serta Peratrran Menteri Dalam Negeri lilomor 32 Tahrm 2012 tfitilg Pedoman Penyusrmau, Pengendalian dan Evaluasi Rencma Kda Pe,mbangrmm Daerah Tahrn 2Ol3-
I
Dokumen RKPD Tahrm 2013 menryakan dokumen perencanaan pembangrman
daemh ymg akan digwakan sebagai acuan dalam penyu$mm Kebijakan Umum Anggarm (KUA) serta Prioritas dm Plafon Se,mentaa (PPAS) APBD, Rmna Kerja Anggaran (RKA) SICD, Rancangan APBD dan Acuan dalam nngprdatian dm Erraluasi Pelalsmaan Prrogram dan Kegiatm Pemerintah Prcvinsi Bmten Tahrm 2013,
Omitiq dengan haapan RKPD ini dapat bermanfaat bagi para pelaku pmbangunan dalam men;nurun renciam kerja pembangunm Tahrm 2013 menuju Rakyat Baffien Sejahtera Bedandaskm Iman dan Taqwa Ytsahms'olnikunr Wutahmffitllahi Ynbwakdult Soang;
I Agustus
2012
GI]BERNUR
Hi. RATUATUT CEOSIYAH
7i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
t
DAFTAR ISI
It
DAFTAR TABEL
lv
DAFTAR GAMBAR
vl
BAB
I
PEI{DAHT]LUAi\
I-1
l.l
I-l I-l
Latar Belakang
1.2 Dasar Hukum Penyusunan 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1.4 Maksud dan Tujuan 1.5 SistematikaPenulisan BAB
II
t-4 t-4 I-5
EVALUASI HASIL CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAI{ PEMERINTAHAN
2.1 2.2
II-l
Kondisi Umum Daerah
Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun 20t3
2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah BAB
III
BAB IV
il-29 U-42
RANCAI{GAN KERANGKA EKONOIVtr DAERAII DAI{ KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
m-1
3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah
m-l
PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGT]NAN DAERAH .........
4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah.. 4.2 Prioritas dan Pembangunan Daerah BAB V
II-t
RENCANA PROGRAIVI
DAi\
KEGIATAIY PRIORITAS
DAERAII.
5.1 Rencana Program Prioritas Daerah 5.2 Rencana Kegiatan Prioritas Daerah
III.T2
ry-1 TY-2
IV-8
v-l v-l v-6
NAB
VI
PENUTI]P
vI-1
6.1 6.2
VI.I
Kaidah Pelaksanaan
Pengorganisasian Pelaksanaan Program Pembangunan....,.........
dan Kegiatan VI.I
il
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2M2 TENTANG RENCANA KERIA PEMERINTAH
DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TTJHAN YANG MAHA ESA GUBER}IUR BAI\TEN, Menimbang
bahwa untuk melaksanakan ketenhran pasal23 ayat (L) Peraftrran Femerintah Nomor g Tahun 200g tentang
Tahapan, Tata Cana Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana pembangunan Daerah
dan mengacu pada Perafuran Merrteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 200g tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, pengendalian dan
Evaluasi
Pelaksanaan Rencana pembangunan Daerah, perhr menetapkan Peraturan Gubernur tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Banten Tahun 2013.
Mengingat
: L. Undang-Undang Nomor Zg Tahun 2000 tentang Pembentukan provinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
1gZ,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);
Undang-Undang Nomor 1Z Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor a?56);
3.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun ZO04 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6G, Tambahan Lembaran Negara Nomor M00); 4.
Undang-Undang Nomor ZS Tahun ZO04 tentang
Sistem Perencanaan pembangunan
Nasional
(Lembaran Negara Republik Lndonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor +421);
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 1lZS, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor M?n sebagaimana telah diubah beberapa kali terakfrir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 200g tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Und*g Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200g
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor a&aa);
-2-
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438\;
7.
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
L30,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
.
L40,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Nomor a585) 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Lrdonesia Tahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); L1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2O Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816'); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
-3-
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2ffi8
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817); 1"3.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 20LL tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2012;
L4. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2fi)8 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 15, Peraturan Daerah
Provinsi Banten Nomor 1 Tahun
2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (I"embaran Daerah Provinsi Banten Tahun
2W7 Nomor 'l.., Tambahan Provinsi Banten Nomor L6.
lrmbaran
Daerah
4)
Perattrran Daerah Nomor
1 Tahun 20L0 tentang
Rencana Perrbangunan Iangka Paniang Daerah (RPIPD) Provinsi Banten Tahun zffiil?Jl25. 17.
Peraturan Daerah Nomor
3 Tahun 2012 tenhng
Perrrbentukan Organisasi Perangkat Daerah Provin*i Banten 18.
Perattrran Daerah Nouror
4 Tahun 2Ol2 tentang
Rsrcana Pembangunan larrgka Merrmgah Daerah (RPMD) Provinsi Banten Tahun N12-2O\7;
-4-
MEMUTUSKAN: Menetapkan
:
PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR
BANTEN NO 8 TAHUN TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2013. BAB
I
KETENTUAN UMI,JM Pasal L
Dalam Peraturan Gubernur ini, ymg dimaksud
:
1) Daerah adalah Provinsi Banten 2) Pemerintah Daerah adaLah Gubernur dan Perangkat Daerah otonom sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3) Gubernur adalah Gubernur Banten 4) Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjubrya disingkat
SKPD adalah satuan
keria yang berada di Lingkungan Pemerintah Provinsi Banten.
5) Anggaran Pendapatan dan Belania Daerah selaniutnya disingkat APBD adalah renclna keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetuiui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dmgan peraturan daerah.
6) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selanjutnya
APBN
adalah rencilut keuangan tahunan pemerintahan negira yang dibahas dan
disetujui bersama oletr Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat, yang ditetapkan dengan Undang-Undang.
7)
Rencana Pembangunanlangka Paniang Daerah selaniutnya disingkat RPIPD
adalah dokumen perencauran untuk periode 20 (dua puluh) tahun yau.g memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada Rplp
Nasional
8)
Rencana Perrbangunan Jangka Menengah Daerah selaniutrya disingkat
RPIMD adalah dokumen perencanaan untuk periode
5 (li-u) tahun
merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang memuat arah kebijakan keuangan, strategi pembangunan daerah, kebiiakan
-5-
umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
9)
Rencana Kerja Pemerintah Daerah selanjutnya disingkat RKPD adalah
dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun yang memuat
rancangan kerangka ekonomi makro daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah daerah rurupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. 1.0)
Rencana Kerja
- Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjubrya disingkat Renia-
SKPD adalah dokumen perencanaan satuan kerja perangkat daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
Pasal 2 1)
RKPD Provinsi Banten Tahun 2013 disusun dengan maksud:
a. pedoman bagi SKPD dalam menyusun
Renja - SKPD Tahun 2013;
b. acuan bugr Pemerintah Kabupaten /Kota dalam menyusun RKPD Kabupaten / Kota Tahun 2013;
c. bahan pembahasan kebijaktul umum dan prioritas anggaran dalam penyusunan RAPBD Tahun 2013. 2)
RKPD Provinsi Banten Tahun 2013 disusun dengan tujuan untuk digunakan dalam perenc.maan 1 (satu) tahun anggaran bagi sKpD di wilayah Provinsi Banten.
BAB
II
RUANG LINGKUP RKPD Pasal 3
RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2ayat2, memuat tentang
:
a. Pokok-Pokok Rencana Kerja Pemerintah Daerah rahun 2013; b. Matriks Rencana Program dan Kegiatan prioritas Daerah Tahun 2013.
-6-
Pasal 4 1)
Ruang lingkup RKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal
3
huruf
a,
terdiri dari: a.
BABI
PENDAHULUAN;
b. BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERIA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN;
c. BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI
DAN
KEBIIAKAN
KEUANGAN DAERAH; d. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH; e. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH;
f. 2\
BAB VI PENUTUP.
Ruang lingkup RKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf terdiri dari:
b
a. Matriks Program dan Kegiatan Sumber Dana APBD Tahun 2013; b. Matriks Program dan Kegiatan Sumber Dana APBN Tahun 2013;
c. Matriks Program dan Kegiatan Kerjasama Pembangunan Tahun 2013; d. Matriks Program dan Kegiatan Kewilayahan Tahun 2013.
Pasal 5 1)
Ruang lingkup RKPD sebagaimana dimaksud dalam pasalS ayat (1) tercantum dalam lampiran
2)
Peraturan Gubernur ini.
Ruang lingkup RKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal tercanfum dalam lampiran
3)
I II
s
ayat (z)
Peraturan Gubernur ini.
Lampiran I dan Lampiran tr sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan Gubernur
BAB
ini.
III
KETENTUAN PENUTUP Pasal 6
Peraturan Gubemur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan dengan
berlakunya Peraturan
ini maka Peraturan Gubernur Nomor g Tahun 7-
2012
tentang Rencana Keria Pemerintatr Daerah fl(KPD) Provinsi Banten Tatrun 2013
dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Ag*
setiap orang mmgetahrinya memerintahkan pengundangan Perahrran
Gubemur ini dmgan penempatanrrya dalam Berita Daerah Provinsi Banten.
Ditetapkan diSoang Pada
tanggat
Agus'tus 2m2
GT'BERNI,'R BAI{TEN,
RATU ATUT CHOSTYAH
Dhmdanglon diSerang
padatanggal
Agustus2mz
SEKREf,ARIS DAERAH
BAIWEN,
MUHADI
BERITA DAERATI PROVINSI BANTEN TAHT,'N 2(N2 NOMOR.....
-8-
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa/Kelurahan di Provinsi Banten Tahun 2010 ........................................................................................... 18 Tabel 2.2 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 1961-2010 ................................................................ 19 Tabel 2.3 Capaian LPE Kabupaten/Kota di Provinsi Banten 20092011 ................................................................................................ 20 Tabel 2.4 IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 20092010 ................................................................................................ 21 Tabel 2.5 Indikator Pendidikan Provinsi Banten Tahun 2008-2010 22 Tabel 2.6 Statistik Kesehatan di Provinsi Banten Tahun 20082010 ................................................................................................ 23 Tabel 2.7 Statistik Transportasi Darat di di Provinsi Banten Tahun 2009-2010 ................................................................ 24
Tabel 2.8 Statistik Perumahan di Provinsi Banten Tahun 20092010 (%) ................................................................................................ 25 Tabel 2.9 Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tahun 2011 ................................ 28 Tabel 2.10 Kawasan Lindung di Provinsi Banten Tahun 2009 ................................ 30 Tabel 2.11 Struktur Ketenagakerjaan Penduduk di Provinsi Banten Tahun 2010-2012 ................................................................ 33
Tabel 2.12 Data Tenaga Kerja dan Pengangguran di Provinsi Banten Tahun 2011 ................................................................ 33 Tabel 2.13 Rekapitulasi Cadangan Pangan di Provinsi Banten Tahun 2012 ........................................................................................... 34 Tabel 2.14 Konsumsi Pangan di Provinsi Banten Tahun 2010 ................................ 35 Tabel 2.15 Tingkat Kerawanan Pangan di Provinsi Banten Tahun 2011 ................................................................................................ 35 Tabel 2.16 Luas Lahan Sawahdi Provinsi Banten Tahun 2009 ................................ 36 Tabel 2.17 Produksi Tanaman Pangan di Provinsi Banten Tahun 2011 ................................................................................................ 36 Tabel 2.18 Produksi Buah, Bunga dan Obat-Obatandi Provinsi Banten Tahun 2011 ................................................................ 37 Tabel 2.19 Produksi Sayurandi Provinsi Banten Tahun 2011 ................................ 37 Tabel 2.20 Produksi dan Sentra Peternakandi Provinsi Banten Tahun 2011 ........................................................................................... 38 Tabel 2.21 Luasan, Produksi dan Sebaran Komoditas Perkebunandi Provinsi Banten Tahun 2010 ................................ 38 Tabel 2.22 Produksi Perikanandi Provinsi Banten Tahun 2010................................ 39 Tabel 2.23 Perkembangan Ekspot dan Importdi Provinsi Banten Tahun 2010-2011 ................................................................ 42 i
Tabel 2.24 Statistik Perhotelan di Provinsi Banten Tahun 20082010 ................................................................................................ 44 Tabel 2.25 Pengeluaran Rata-rata Konsumsi Rumahtangga per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang di Provinsi Banten Tahun 2010-2011(Rp) ................................................................ 45 Tabel 2.26 Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Banten Tahun 2010-2011 ............................................................................................. 45 Tabel 2.27 Panjang Jalan Menurut Type Permukaan, Kondisi dan Kategori Jalan di Provinsi Banten Tahun 2011................................ 46 Tabel 2.28 Indikator Makro Pembangunan Daerah Provinsi Banten Tahun 2010-2011 ................................................................ 53 Identifikasi Permasalahan Pembangunan di Provinsi Tabel 2.29 Banten Tahun 2013 ................................................................ 76 Tabel 3.1 Data Tenaga Kerja dan Pengangguran di Provinsi Banten Tahun s.d Bulan Agustus 2011................................ 99 Tabel 3.2 Perkembangan dan Peringkat Investasi Provinsi Banten Tahun 2006-2011 ................................................................ 104 Tabel 3.3 Perbandingan Sasaran Ekonomi Makro Provinsi Banten dan Nasional Tahun 2013 (%) ................................................................ 107 Tabel 3.4 Struktur APBD Provinsi Banten TA. 2012 dan Rancangan Struktur APBD TA. 2013…………………………………………………….. 111 Tabel 3.5 Target Pendapatan Daerah Provinsi Banten Tahun Anggaran 2013 ................................................................ 118 Tabel 4.1 Hubungan Visi/Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah ................................................................ 128 Tabel 4.2 Penjelasan Keterhubungan antara Prioritas Pembangunan dengan Program Prioritas Pembangunan 134 Daerah ................................................................................................ Tabel 5.1 Rencana Program Prioritas dan SKPD Penanggung 150 Jawab ................................................................................................ Tabel 5.2 Rancangan Pagu Indikatif Per SKPD Tahun 2013................................ 154
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Grafik Peningkatan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kotadi Provinsi Banten Tahun 200819 2010 ................................................................................................
Gambar 2.2
Grafik Perkembangan Laju Inflasi di Banten 21 Tahun 2007-2011 ................................................................
Gambar 2.3
Grafik Perkembangan Tingkat IPM Provinsi 21 Banten Tahun 2006-2010 ................................................................
Gambar 2.4
Grafik Rasio Murid Guru SD, SLTP, dan SLTA di 23 Provinsi Banten Tahun 2010 ................................................................
Gambar 2.5
Grafik Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Provinsi 23 Banten Tahun 2010 ................................................................
Gambar 2.6
Grafik Persentase Rumahtangga Pengguna Telepon dan Internet di Provinsi Banten Tahun 2009-2010 ................................................................
28
Gambar 2.7
Perkembangan Rasio Elektrifikasi di Provinsi 41 Banten Tahun 2002-2011 (%) ................................................................
Gambar 2.8
Tingkat Partisipasi Politik Dalam Pemilu ................................ 78
Gambar 3.1
Grafik Perkembangan LPE Banten dan LPE Nasional (dengan Migas) Tahun 2006– 2011 dan 98 Target Tahun 2012 ................................................................
Gambar 3.2
Perkembangan Nilai PDRB Banten Harga Berlaku Tahun Dasar 2000 (Rp. Jt) Tahun 2007-2011 dan 100 Prediksi Tahun 2012 ................................................................
Gambar 3.3
Grafik Kontribusi Sektor PDRB Harga Berlaku (Rp. Juta) dalam Struktur Perekonomian Provinsi 100 Banten (Capaian Tahun 2007-2011 dan Prediksi Tahun 2012 ................................................................
Gambar 3.4
Grafik Perkembangan Nilai PDRB Per Kapita (Rp. 103 Juta) Tahun 2008-2011 dan Target Tahun 2012................................
Gambar 3.5
Grafik Perkembangan PAD Banten (Rp. Juta) 103 Tahun 2008-2011 dan Target Tahun 2012................................
Gambar 3.6
Struktur Investasi Banten ................................................................ 105 Bagan Alir Perumusan Prioritas dan Sasaran 127 Pembangunan Daerah ................................................................
Gambar 4.1 Gambar 6.1
Struktur Organisasi Pembidangan Ruang Lingkup Tugas Koordinasi ................................................................ 158
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG RencanaKerjaPemerintah Daerah (RKPD) ProvinsiBantenTahun 2013 disusundenganmengacuPeraturan Daerah Nomor 4Tahun 2012 tentangRencanaPembangunan
JangkaMenengah
Daerah
(RPJMD)ProvinsiBantenTahun 2012-2017, Peraturan Daerah Nomor 3Tahun
2012
tentangPembentukanOrganisasiPerangkat
DaerahProvinsiBanten, PeraturanPresidenNomor 54 Tahun 2012 tentangRencanaKerjaPemerintah PeraturanPresidenNomor
(RKP)
5
Tahun
Tahun
2010
2013,
tentangRencana
Pembangunan JangkaMenengahNasional (RPJMN) Tahun2010-2014 danPeraturan
Daerah
Nomor
Tahun
2010
Daerah
(RPJPD)
BantenTahun
2013
capaiankinerjapenyelenggaraanpemerintahandaerahTahun
2012,
tentangRencanaPembangunan
1
JangkaPanjang
ProvinsiBantenTahun 2005-2025. Dokumen
RKPD
Provinsi
inimemuathasilevaluasi rancangankerangkaekonomidankebijakankeuangandaerah, prioritasdansasaranpembangunandaerah, sertarencanakerjadanpendanaan
yang
disertaiprakiraanpaguindikatif. Dalampenyusunannya
RKPD
ProvinsiBantenTahun
2013
telahmenempuhbeberapatahapanyaitupenyusunanrancanganawal, rancangan
yang
dibahasbersamadalamMusrenbang
RKPDProvinsiBantenTahun
2013yang
kemudianhasilnyadituangkandalamRancanganAkhir RKPDProvinsiBantenTahun2013 sebelumditetapkandenganPeraturanGubernur. SejalandenganpenetapanTemaRKP “MemperkuatPerekonomianDomestikBagiPeningkatan
Tahun2013 Dan
PerluasanKesejahteraan Rakyat” yang terdiridari 11 prioritasyaitu: (1) reformasibirokrasidantatakelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangankemiskinan; (5) ketahananpangan; (6) infrastruktur; 10
(7)
ikliminvestasidanusaha;
lingkunganhidupdanbencana; terluar,
danpaskakonflik;
(10)
serta
(8)energi;
(9)
daerahtertinggal,
terdepan,
(11)
daninovasiteknologi.
kebudayaan,
Di
kreativitas, sampingitu,
upayapencapaianvisinasionaljugaakandidukungolehprioritaslainnya di
3
(tiga)
bidang:
politik,
hukumdankeamanan
(polhukam),
perekonomian, sertakesejahteraanrakyat. Selanjutnyadenganmemperhatikantema
RKP
Tahun2013
diatasdanuntukmenjaminterciptanyaintegrasi,
sinkronisasi,
dansinergitasperencanaanpembangunanantarapemerintahpusat, provinsidankabupaten/kotamakaditetapkantemapembangunandaera hProvinsiBantenTahun
2013,
yaitu“BersatuBersinergiMewujudkanPercepatandanPerluasan Pembangunan
EkonomiDenganPrioritas
Pembangunan
InfrastrukturKawasan/Wilayah”denganprioritaspembangunanseb agaiberikut:(1) infrastrukturwilayah dan kawasan; (2) ketahanan pangan, kemiskinan dan pengangguran; (3) ikliminvestasi dan unggulandaerah;
(4)
peningkatankualitassdm
penguatansinergitasantarpelakupembangunan;
dan serta(5)
reformasibirokrasi dan tata kelolapemerintahandaerah.
1.2
DASAR HUKUM PENYUSUNAN RencanaKerjaPemerintah Daerah (RKPD) ProvinsiBantenTahun 2013
disusundenganberlandaskanpadaperaturanperundang-
undangansebagaiberikut: 1. Undang-UndangNomor
23
Tahun
2000
tentangPembentukanProvinsiBanten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-UndangNomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 11
4. Undang-UndangNomor
12
Tahun
2011
tentangPembentukanPeraturanPerundang-Undangan; 5. Undang-UndangNomor
15
Tahun
2004
tentangPemeriksaanPengelolaandanTanggungjawabKeuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
TambahanLembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4400); 6. Undang-UndangNomor
25
Tahun
2004
tentangSistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2004
Nomor
104,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-UndangNomor
33
Tahun
2004
tentangPerimbanganKeuanganantaraPemerintahPusatdan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-UndangNomor
12
Tahun
tentangPerubahanKeduaatasUndang-undangRepublik
2008 Indonesia
Nomor 32 Tahun 2004, tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 9. Undang-UndangNomor 28 Tahun 2009 tentangPajak Daerah danRetribusi Daerah; 10. PeraturanPemerintahNomor
58
Tahun
2005
tentangPengelolaanKeuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. PeraturanPemerintahNomor
65
Tahun
2005
tentangPedomanPenyusunandanPenerapanStandarPelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 12
Nomor 150, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 12. PeraturanPemerintahNomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara PenyusunanRencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 13. PeraturanPemerintahNomor
3
Tahun
2007
tentangLaporanPenyelenggaraanPemerintahan
Daerah
KepadaPemerintah, LaporanKeteranganPertanggungjawabanKepala
Daerah
KepadaDewanPerwakilan
Daerah,
Rakyat
danInformasiLaporanPenyelenggaraanPemerintahan
Daerah
KepadaMasyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 14. PeraturanPemerintahNomor
38
Tahun
2007
tentangPembagianUrusanPemerintahanantaraPemerintah, Pemerintahan
Daerah
ProvinsidanPemerintahan
Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 15. PeraturanPemerintahNomor
6
Tahun
2008
tentangPedomanEvaluasiPenyelenggaraanPemerintahan
Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 16. PeraturanPemerintahNomor
7
Tahun
tentangDekonsentrasidanTugasPembantuan
2008
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 17. PeraturanPemerintahNomor 8 Tahun 2008 tentangTahapan, Tata Cara
Penyusunan,
Pengendalian
Dan
EvaluasiPelaksanaanRencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2008
Nomor
21,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 18. PeraturanPresidenRepublik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 13
tentangRencana
Pembangunan
JangkaMenengah
(RPJM)
NasionalTahun 2010-2014; 19. PeraturanMenteriDalamNegeriNomor
59
Tahun
2007
tentangPerubahanAtasPeraturanMenteriDalamNegeriNomor 13tahun 2006 TentangPedomanPengelolaanKeuangan Daerah; 20. PeraturanMenteriDalamNegeriNomor
54
Tahun
2010
tentangPelaksanaanPeraturanPemerintahNomor 8 tahun 2008 tentangTahapan,
Tata
Cara
Penyusunan,
Pengendalian,
danEvaluasiPelaksanaanRencana Pembangunan Daerah; 21. PeraturanMenteriDalamNegeriNomor
22
Tahun
2012
tentangPedomanPenyusunanAnggaranPendapatandanBelanja Daerah TahunAnggaran 2013. 22. PeraturanMenteriDalamNegeriRepublik Tahun
Indonesia
Nomor
32
2012 tentangpedomanPenyusunan, Pengendalian Dan
EvaluasiRencanaKerja Pembangunan Daerah Tahun 2013; 23. Peraturan
Daerah
ProvinsiBantenNomor
tentangSistemPerencanaan
Pembangunan
1
Tahun
Daerah
2007
(Lembaran
Daerah ProvinsiBantenTahun 2007Nomor 1, TambahanLembaran Daerah ProvinsiBantenNomor 4); 24. Peraturan Daerah ProvinsiBantenProvinsiBantenNomor 1 Tahun 2010
tentangRencanaJangkaPanjang
Daerah
(RPJPD)
Tahun2005-2025; 25. Peraturan
Daerah
ProvinsiBantenNomor
tentangRencana
Tata
2
Tahun
Ruang
2011
Wilayah
(RTRW)ProvinsiBantenTahun2010-2030; 26. Peraturan
Daerah
ProvinsiBantenNomor
3
Tahun
tentangPembentukanOrganisasiPerangkat ProvinsiBanten(Lembaran
Daerah
2012 Daerah
ProvinsiBantenTahun
2012
Nomor3, TambahanLembaran Daerah ProvinsiBantenNomor 40); 27. Peraturan
Daerah
tentangRencana (RPJMD)
ProvinsiBantenNomor
Pembangunan
4
Tahun
2012
JangkaMenengah
Daerah
ProvinsiBantenTahun2012-2017(Lembaran
Daerah
ProvinsiBantenTahun
2012
Nomor
Daerah ProvinsiBantenNomor 41). 14
4,
TambahanLembaran
1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Undang-UndangNomor25Tahun
2004
tentangSistemPerencanaan
Pembangunan
Nasionalpadadasarnyamengamanatkanbahwaperencanaanpembangu nannasionaldengantujuanuntukmenjaminadanyaketerkaitandankons istensiantaraperencanaan,
penganggaran,
pelaksanaansertapengendaliandanpengawasan. Gunamelaksanakanhaltersebut, makakerangkaperencanaandaerahmeliputiPerencanaanJangkaPanja ng,
PerencanaanJangkaMenengahdanPerencanaanJangkaPendek
yang kesemuanyadituangkandalamdokumenperencanaandaerah. Penyusunan
RKPD
Tahun
2013
adalahperencanaanjangkapendek merupakanpenjabaranRencana Daerah
(RPJMD)
yang Pembangunan
JangkaMenengah
ProvinsiBantenTahun
2012-2017
sebagaibagiandariperencanaanjangkapanjang tertuangdalamdokumenRencana
yang
Pembangunan
JangkaPanjang
Daerah (RPJPD) ProvinsiBantenTahun 2005-2025 danRencana Tata Ruang
Wilayah
(RTRW)
ProvinsiBantenTahun
2010-2030
yang
telahmengacupada RPJPN dan RTRWN. Perencanaanjangkapendekmerupakanrencanakerjapemerintah daerahuntukjangkawaktu
1
(satu)
tahun
selanjutnyaditetapkandenganPeraturanKepala dalamhaliniRencanaKerjaPemerintah
yang Daerah,
Daerah
(RKPD)
ProvinsiBantenTahun 2013 ditetapkandenganPeraturanGubernur.
1.4 MAKSUD DAN TUJUAN Penyusunan RKPD Provinsi Banten Tahun 2013 dimaksudkan untuk
memberikan
pedoman,
arahan
dan
acuan
bagi
penyelenggaraanpemerintahan dan pembangunan di Provinsi Banten pada Tahun 2013 yang dilaksanakan secara terpadu, sinergis dan berkesinambungan.Dengan demikian penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah
(RKPD)
dimaksudkan untuk: 15
Provinsi
Banten
Tahun
2013
1. Menetapkan prioritas pembangunan yang mendesak untuk dilaksanakan pada Tahun 2013; 2. Merumuskan
rancangan
kerangka
ekonomi
makrodaerahdankerangkapendanaannya; 3. Menetapkan rencana kerja yang dijabarkan dalam program dan kegiatan prioritas disertai dengan indikasi pagu anggarannya yang akan dilaksanakan pada Tahun 2013. AdapuntujuanRencana
Kerja
Pemerintah
Daerah
(RKPD)
Provinsi BantenTahun 2013 adalahsebagai berikut: 1. Menjadi acuan penyusunanrencanakerjabagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan tugas pembangunan daerah Provinsi Banten pada Tahun 2013; 2. Menjadi acuan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Banten dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD Tahun 2013; 3. Menjadi acuan dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Provinsi Banten Tahun Anggaran 2013; 4. Menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) Provinsi Banten Tahun Anggaran 2013; 5. Sebagai acuanpenyusunanRancanganAnggaranPendapatandanBelanja Daerah (RAPBD) ProvinsiBantenTahunAnggaran 2013; 6. Sebagaiacuanpengendalian dan evaluasi pelaksanaan program dankegiatanPemerintahProvinsiBantenTahunAnggaran 2013.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Banten Tahun 2013 disajikan dengansistematika sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN
16
Berisikan
uraian
tentang
dasarhukumpenyusunan,
latar
hubungan
belakang,
antar
dokumen,
maksud dan tujuan serta sistematika penulisan. BAB II
EVALUASIHASILCAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Berisikan
gambaranumumkondisidaerah,
evaluasipelaksanaan program dankegiatan RKPD Tahun 2011. BAB III
RANCANGAN
KERANGKA
EKONOMI
DAERAH
DAN
KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Berisikan
uraian
tentang
arahkebijakanekonomidaerahdanarahkebijakankeuangan daerah. BAB IV
PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Berisikan
uraian
tentang
tujuandansasaranpembangunansertaprioritaspembangun an. BAB V
RENCANA
PROGRAM
DAN
KEGIATAN
PRIORITAS
DAERAH Berisikan uraian tentang rencana program prioritas dan kegiatan
prioritas
daerahdisertaipaguindikatifpendanaanya. BAB VI
PENUTUP Berisikan
uraian
tentang
pengorganisasian
kaidah
pelaksanaan
pembangunan tahun 2013.
17
pelaksanaan
dan
program/kegiatan
BAB II EVALUASI HASIL CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1
KONDISI UMUM DAERAH
2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis Berdasarkan Undang-undang Nomor 23
Tahun 2000 tentang Pembentukan
Provinsi Banten, luas wilayah Provinsi Banten adalah 8.651,20 km2 yang terdiri dari 4 (empat) kabupaten, yaitu Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang dan 2 (dua) Kota yaitu Tangerang dan Cilegon. Sesuai dengan tuntutan dan perkembangan pembangunan, Pemerintah Provinsi Banten melakukan pemekaran wilayah dengan dibentuknya Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan, sehingga saat ini jumlah kabupaten dan kota di Provinsi Banten menjadi 4 (empat) kabupaten dan 4 (empat) kota, sesuai rincian pada Tabel 2.1. Secara geografis, letak Provinsi Banten berbatasan dengan:
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda;
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat;
Sebelah Utara dengan Laut Jawa;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.
Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa/Kelurahan di Provinsi Banten Tahun 2010 Kabupaten/Kota
Kecamatan
Desa
Kelurahan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
337
Kabupaten 1
Pandeglang
35
324
13
2
Lebak
28
340
5
345
3
Tangerang
29
246
28
274
4
Serang
28
320
-
320
1
Tangerang
13
-
104
104
2
Cilegon
8
-
43
43
3
Serang
6
30
36
66
4
Tangerang Selatan
7
5
49
54
Provinsi Banten
154
1265
278
1543
Kota
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
18
Berdasarkan data hasil sensus penduduk, penduduk Provinsi Banten menunjukkan jumlah yang terus meningkat setiap tahun, baik penduduk laki-laki maupun perempuan. Tabel 2.2 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 1961-2010 KABUPATEN/ KOTA
1961
1971
1980
1990
2000
2009
2010
1. Pandeglang
440,213
572.628
694,759
858,435
1,011,788
1.099.746
1,149,610
2. Lebak
427,802
546,364
682,868
873,646
1,030,040
1.258.893
1,204,095
3. Tangerang*
643,647
789,870
1,131,199
1,843,755
2,781,428
3.676.684
2,834,376
4. Serang**
648,115
766,410
968,358
1,244,755
1,652,763
1.345.557
1,402,818
206,743
276,825
397,825
921,848
1,325,854
1.554.827
1,798,601
6. Cilegon
72,054
93,057
140,828
226,083
294,936
349.162
374,559
7. Serang
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
497.910
557,785
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
n/a
1,290,322
2,258,574
3,045,154
4,015,837
5,967,907
8,096,809
9.782.779
10,632,166
Kabupaten
Kota 5. Tangerang
8. Tangerang Selatan Banten
Sumber : BPS Provinsi Banten, Sensus Penduduk 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 *) termasuk Kota Tangerang Selatan (kecuali Tahun 2010) **) termasuk Kota Serang (kecuali tahun 2009-2010)
Gambar 2.1 Grafik Peningkatan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun 2008-2010
Sumber : Banten Dalam Angka, BPS 2011
19
2.1.2 Aspek Pelayanan Umum 1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari gambaran hasil pelaksanaan pembangunan yang meliputi tingkat
Laju
Pertumbuhan
Ekonomi
(LPE)
dan
penurunan
laju
inflasi.Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada tiga tahun terakhir untuk setiap kabupaten/kota dapat dilihat Tabel 2.3. Tabel 2.3 Capaian LPE Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2009-2011 NO
CAPAIAN
KABUPATEN/KOTA
2009
2010
2011
Kabupaten : 1
Pandeglang
4,21
6,77
6,81
2
Lebak
4,10
4,15
4,30
3
Tangerang
4,41
6,71
6,41
4
Serang
3,18
3,87
3,96
Kota : 5
Tangerang
5,74
6,68
7,01
6
Cilegon
4,83
5,01
5,26
7
Serang
5,44
7,63
7,76
8
Tangerang Selatan
8,49
8,70
8,80
Provinsi Banten
4,69
6,08
6,43
Nasional
4,58
6,10
6,50
Sumber : BPS 2012
Struktur Perekonomian Banten sebagian besar kontribusi dari sektor sekunder(sektor industri pengolahan; sektor bangunan;sektor listrik, gas dan air bersih)sebesar 54,80%, kemudian sebesar 37,14% dari sektor
tersier
(sektor
perdagangan,
hotel
dan
restoran;sektor
pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahaan; sektor jasa-jasa). Sementara itu sebesar 8,06% berasal dari sektor primer (sektor
pertanian; sektor pertambangan dan
penggalian). Kondisi inflasi Banten pada level yang rendah didorong oleh relatif stabilnya kondisi pasokan komoditas bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta harga-harga komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah.
20
Gambar 2.2 Grafik Perkembangan Laju Inflasi di Provinsi Banten Tahun 2007-2011 (%) 15 11.47 11.06
10
6.96 6.1
6.59 6.31
5
2.86 2.76
0 2007
2008
2009
2010
5.54 4.73
BANTEN NASIONAL
2011
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
2. Kesejahteraan Sosial Kinerjapembangunan kesejahteraan sosial ditandai dari meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ditunjukkan dengan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Adapun sebaran capaiannya di kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2009-2010 NO
TAHUN
KABUPATEN/KOTA
2009
Kabupaten: 1 Pandeglang 67,99 2 Lebak 67,45 3 Tangerang 71,45 4 Serang 68,27 Kota: 5 Tangerang 74,89 6 Cilegon 74,99 7 Serang 69,99 8 Tangerang Selatan 75,01 Provinsi Banten 70,06 Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2009-2010
2010 68,29 67,67 71,76 68,67 75,17 75,29 70,61 75,38 70,48
Gambar 2.3 Grafik Perkembangan Tingkat IPM di Provinsi Banten Tahun 2006-2010
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
21
Kondisi penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan) berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Banten Januari 2012, sampai dengan September 2011 tercatat sebanyak 690.874 jiwa (6,26%), sedangkan pada Maret 2011 tercatat sebanyak 690.490 jiwa (6,32 persen). 2.1.3 Aspek Pelayanan Umum Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum ditandai diantaranya dengan meningkatnya taraf pendidikan, kesehatan, infrastruktur
wilayah,
perumahan,
lingkungan
hidup
yang
dilaksanakan menurut urusan wajib dan urusan pilihan. 1. Fokus Layanan Urusan Wajib a. Pendidikan Kinerja layanan pendidikan di Provinsi Banten dari Tahun 20082010 ditunjukkan sebagaimana Tabel 2.5. Tabel 2.5 Indikator Pendidikan di Provinsi Banten Tahun 2008-2010
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
Ketersediaan
fasilitas
pendidikan
akan
menentukan
kualitas
pendidikan, dimana salah satu indikatornya adalah rasio muridguru, yaitu rasio yang menggambarkan beban seorang guru dalam mengajar sekelompok murid. Di Banten, rasio murid-guru untuk tingkat SD, SLTP,SLTA rata-rata masih dibawah 25 murid. Hal ini bukan
berarti
proses
belajar
mengajar
pada
ketiga
jenjang
pendidikan tersebut sudah berlangsung optimal karena penempatan tenaga pengajar belum merata masih terkonsentrasi di perkotaan.
22
Gambar 2.4 Grafik Rasio Murid-Guru SD, SLTP dan SLTA di Provinsi Banten Tahun 2010
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
b. Kesehatan Capaian kinerja layanan
kesehatanselama periode 2008-2010
ditandai dengan Indikator penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH), jumlah tempat berobat dan tenaga kesehatan sebagaimana ditunjukkan Tabel 2.6 dan Gambar 2.5. Tabel 2.6 Statistik Kesehatan di Provinsi Banten Tahun 2008-2010 NO 1 2 3 1 2 3 4
INDIKATOR KESEHATAN AKB (Per 100 Kelahiran) AHH (Tahun) Angka Kesakitan (%) TEMPAT BEROBAT Praktek Dokter (%) Petugas Kesehatan (% ) Pengobatan Tradisional (%) Lainnya (%)
2008
2009
2010
37 64,60 37,17
36 64,75 37,70
34 64,90 33,02
38,10 20,10
39,30 23,58
37,54 20,26
1,62
1,08
0,74
1,82
1,94
2,64
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
Gambar 2.5 Grafik Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Provinsi Banten Tahun 2010
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
23
c. Pekerjaan Umum dan Perhubungan Layanan urusan Pekerjaan Umum dan Perhubungan meliputi layanan moda transportasi darat, laut dan udara. Sebagai gambaran tentang moda transportasi darat, data panjang jalan nasional dan provinsi, jumlah kendaraan bermotor, dan angkutan
kereta api
pada tahun 2009 sampai dengan 2010 sebagaimana termuat dalam Tabel 2.7 di bawah ini: Tabel 2.7 Statistik Transportasi Darat di Provinsi Banten Tahun 2009-2010
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
Sedangkan
berdasarkan
Keputusan
Gubernur
Banten
Nomor
761/Kep.1039-Huk/2011 tentang Penetapan Status Ruas-Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi
pada tahun 2011 semula panjang
jalan provinsi 770,09 km berubah menjadi 852,89 km. Disamping itu gambaran tentang kondisi infrastruktur sumber daya air dapat terlihat dari kondisi jaringan irigasi provinsi dalam kondisi baik sebesar 82,27% dan kondisi sedang 12,23% sedangkan dalam kondisi rusak 7,5% dari 13 Daerah Irigasi (DI) seluas 20.474 ha. Intensitas Bandara Soekarno-Hatta sebagai bandara terbesar di Indonesia sepanjang periode 2008-2010 menunjukkan peningkatan dengan jumlah penerbangan, penumpang dan kargo baik domestik maupun internasional sebesar 153,83 ribu pesawat, 20,23 juta orang penumpang dan 302,08 ribu ton kargo. 24
Salah satu pelabuhan penyeberangan terbesar di Banten adalah Pelabuhan Merak yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, sehingga menjadi pelabuhan penyeberangan tersibuk di Indonesia. Pada tahun 2010, jumlah trip angkutan penyeberangan di pelabuhan Merak sebanyak 27,11 ribu trip namun dibanding tahun 2009 yang berjumlah 27,61 ribu trip terjadi penurunan karena gangguan gelombang, perbaikan dermaga dan keterbatasan Kapal Ferry. Hal ini menyebabkan layanan penyeberangan terhambat, sehingga sering terjadi kemacetan di Jalan Tol Jakarta-Merak. d. Perumahan Sebagai gambaran tentang kondisi perumahan masyarakat di Provinsi Banten terlihat sebagaimana data statistik Tabel 2.8. Tabel 2.8 Statistik Perumahan di Provinsi Banten Tahun 2009-2010 (%)
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2011) bahwa proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak baru sebesar 22,12% terhadap target RAD MDGs Provinsi
Banten
pada
tahun
2015
adalah
sebesar
35,19%.
Sedangkan target Nasional sebesar 68,87%. Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar yang layak ditahun 2011 adalah sebesar 64,15% terhadap target RAD MDGs Provinsi Banten pada tahun 2015 adalah sebesar 84,72%. Sedangkan target nasional sebesar 62,41%. Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan ditahun 2011 adalah sebesar 9,41%, terhadap target RAD MDGs Provinsi Banten pada
25
tahun 2015 adalah sebesar 12,7%. Sedangkan target nasional sebesar 8,26%. e. Lingkungan Hidup Sebagai gambaran, kondisi lingkungan hidup di Provinsi Banten relatif masih terjaga kelestariannya khususnya kawasan lindung seperti kawasan strategis Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Cagar Alam Rawa Danau, Cagar Alam Gunung Tukung Gede, kawasan Gunung AKARSARI (Gunung Aseupan, Gunung Karang, dan Gunung Pulosari). Sedangkan kerusakan habitat ekosistem relatif terjadi di wilayah pesisir dan laut, khususnya di wilayah pantai utara dan barat. Berbagai jenis kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh peristiwa alam abrasi dan akresi di Kabupaten Tangerang dan Serang. Sedangkan kerusakan yang dipengaruhi oleh aktifitas manusia
antara
lain
sedimentasi
daerah
pesisir
(pantai)
di
Kabupaten Tangerang dan Serang, kerusakan dan konversi hutan mangrove di pantai utara khususnya akibat pengembangan lahan tambak. Hal ini perlu pengendalian pencemaran lingkungan yang lebih ketat pada kawasan pesisir dan pantai untukbudidaya perikanan dan industri yang lebih ramah lingkungan. Walaupun
sudah
dilakukan
upaya
pengendalian
pencemaran
lingkungan namun masih terdapat berbagai aktifitas ekonomi yang belum ramah lingkungan, seperti adanya kawasan pertambangan di areal hutan lindung dan maraknya pertambangan tanpa ijin (PETI) yang sangat merusak lingkungan.Berkembangnya kawasan industri di wilayah utara Provinsi Banten memberikan implikasi langsung terhadap tingginya kerawanan pencemaran lingkungan. Sejumlah kasus pencemaran lingkungan yang terkait dengan keberadaan dan aktifitas industri diantaranya seperti: tumpahan HCL, tumpahan xylene dari tangki terbakar, terbakarnya limbah B3, serta tumpahan kaustik
soda,
dan
lain-lain.
Disamping
itu,
indikasi
tingkat
pencemaran tinggi pada sungai-sungai sebagai akibat aktifitas industri dan permukiman, seperti Sungai Cimoyan, Sungai Ciujung, Kaliangke, Cirarap, dan Cibanten juga perlu ditanggulangi. Kerawanan
kasus
pencemaran
udara
pada
kawasan-kawasan
industri, seperti pencemaran debu dan gas yang melebihi baku mutu 26
(kategori berat) di Cilegon, serta tingkat kebisingan yang melebihi baku
mutu
(kategori
berat)
di
Tangerang,
Serang,
Cilegon.
Sementara itu pencemaran udara dan air juga merebak pada kawasan permukiman sebagaimana kasus Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPSA) Desa Bagendung Kota Cilegon. Produksi sampah perkotaan di Provinsi Banten sekitar 16.539 m3/hari atau sekitar 5.971.035 m3/tahun. Daerah penghasil sampah terbesar adalah Kabupaten Tangerang, yaitu sebesar 5.995 m3/hari, sedangkan produksi sampah di kota lainnya dibawah 4.000
m3/hari.
Pengelolaan
persampahan
maupun
kesadaran
masyarakat dalam mengelola sampah belum cukup baik, hal ini ditandai dengan banyak dijumpainya pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, seperti dibadan sungai dan di pinggir jalan. Pengelolaan limbah B3 masih belum optimal, dimana hingga saat ini ditenggarai
masih
adanya
sejumlah
perusahaan
yang
memperjualbelikan limbah B3. Disamping itu, permasalahan terkait dengan rencana pembangunan pabrik pengolahan limbah B3 di Desa Bulakan, Kecamatan Cibeber Kota Cilegon, yang mendapatkan reaksi terkait dengan kekhawatiran masyarakat setempat maupun masyarakat
sekitarnya
serta
Pemerintah
Kabupaten
Serang
dikarenakan lokasi yang terletak diwilayah perbatasan. Ancaman bencana banjir sering terjadi pada wilayah Pandeglang (Kecamatan
Patia,
Sobang,
Panimbang,
Pagelaran),
Lebak
(Kecamatan Wanasalam), Cilegon, Serang dan Tangerang yang dikarenakan luapan aliran sungai yang melintasi daerah tersebut seperti sungai Cibama, Cilemer, Ciliman, Cibinuangen, Cijalupang, Ciujung, Cidurian, Cisadane, Cirarap, Mookervat dan Kali Sabi. Ancaman gempa bumi yang terjadi selain gempa vulkanik akibat keberadaan anak Gunung Krakatau di Selat Sunda, juga ada potensi gempa tektonik yang diakibatkan gesekan pertemuan Lempeng Benua di dasar laut.Wilayah perairan Indonesia merupakan tempat bertemunya tiga Lempeng Benua, yaitu Lempeng Hindia atau IndoAustralia di sebelah selatan, Lempeng Eurasia di Utara, dan Lempeng Pasifik di Timur.
27
f. Komunikasi dan Informatika
Cakupan layanan komunikasi dan informatika melalui media cetak dan media elektonik telah menjangkau hingga kepelosok wilayah Banten.
Berdasarkandata
Perhubungan,
Komunikasi
dan
Informatika Dalam Angka Tahun 2010, terdapat surat kabar nasional yang berjumlah 39 media dan surat kabar lokal sebanyak 6 media. Untuk layanan operator seluler sebanyak 7 operator, penyiaran radio dan TV sebanyak 51 buah stasiun radio dan 11 penyiaran TV. Akses masyarakat Banten terhadap sarana telekomunikasi dan internet pada periode 2009-2010 meningkat sangat pesat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase rumahtangga pemilik telepon rumah, HP dan pengakses internet masing-masing 14,25%, 76,28% dan 26,09%. Gambar 2.6 Grafik Persentase Rumahtangga Pengguna Telepon dan Internet di Provinsi Banten Tahun 2009-2010
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
g. Penataan Ruang Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada masing-masing Kota di Provinsi Banten rata-rata masih kurang dari 30%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.10. Tabel 2.9 Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tahun 2011 NO
KOTA
LUAS (HA)
PERSEN (%)
1
Serang
5.452.690
20,44
2
Cilegon
2.634.540
15,01
3
Tangerang
20.408.291,42
11,16
4
Tangerang Selatan
1.314.470
8,9
Sumber : RTRW Kota di Provinsi Banten
28
Rasio
luas
kawasan
tertutup
pepohonan
berdasarkan
hasil
pemotretan citra satelit dan survey foto udara terhadap luas daratan di tahun 2009 adalah sebesar 16,68%, sedangkan target MDGs pada Tahun 2015 adalahsebesar 26%. Rasio kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan di tahun 2010 adalah sebesar 11,8%, sedangkan pada tahun 2015 target MDGs adalah sebesar 16%. Rasio luas kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan Banten ditahun 2010 adalah 4,04% sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah sebesar 6,30%. Luas hutan negara di Provinsi Banten mengalami peningkatan antara tahun 2003 (78.649,61 ha) ke tahun 2005 (80.160,11 ha) dengan
laju
pertumbuhan
sebesar
1,96%.
Dengan
demikian,
proporsi hutan negara terhadap luas semakin meningkat, yaitu dari 8,94% menjadi 9,11%. Hingga tahun 2004, sebaran hutan secara dominan terdapat di Kabupaten Pandeglang 38.994,64 ha (48,64%) dan Kabupaten Lebak 35.366,73 ha (44,12%), sedangkan sisanya di Kabupaten Serang 4.384,43 ha (5,46%). Bila ditinjau menurut jenisnya, terjadi pergeseran yang drastis antara komposisi hutan lindung dengan hutan produksi dalam kurun waktu 2003-2004, dimana hutan lindung dengan luasan 25.116,01 ha (31,93% terhadap luas hutan negara) pada tahun 2003 menjadi 7.894,11 ha (9,84%) pada tahun 2004 atau dengan laju penurunan sebesar 69,17% (berkurang 17.221,90 ha). Pergeseran tersebut, khususnya disebabkan karena pengalihan fungsi hutan lindung menjadi ’hutan produksi terbatas’ yang terjadi pada hutan lindung di seluruh kabupaten tersebut di atas, khususnya di Kabupaten Pandeglang (yang juga merupakan wilayah dengan keberadaan hutan lindung terluas) dengan laju penurunan mencapai 82,98% (12.689,59 ha). Kawasan lindung pada tahun 2009 seluas 223.930,34 ha atau 25,88% dari luas wilayah Provinsi Banten, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.10.
29
Tabel 2.10 Kawasan Lindung di Provinsi Banten Tahun 2009 NO KAWASAN LINDUNG LUAS (HA) 1 Hutan Konservasi 126.397,30 2 Hutan Lindung 9.471,39 3 TWA Perairan Laut Sangiang 720,00 4 Perairan Laut TNUK 44.337,00 5 Hutan Bakau di Luar Kawasan Hutan 918,67 6 Kawasan Ulayat Baduy/Cagar Budaya 5.136,58 7 Kawasan Rawan Bencana Alam 36.161,97 8 Kawasan Lindung Sekitar Hulu Air 787,43 Jumlah 223.930,34 Sumber : Statistik Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2009
h. Tata Kelola Pemerintahan Sejalan dengan kebijakan nasional dalam RPJMN 2010-2014, tata kelola pemerintahan yang baik ditandai dengan prinsip-prinsip antara lain: keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi, supremasi
hukum,
keadilan
dan
partisipasi
terwujud
dalam
pemerintahan yang bersih, pelayanan publik berkualitas, kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi yang tinggi. Pemerintah Provinsi Banten berupaya untuk menerapkan prinsipprinsip tersebut guna membentuk birokrasi yang efektif, efisien dan akunTabel
sebagai
wujud
pertanggungjawaban
kinerja
kepada
publik dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat supaya hidup lebih aman, nyaman, tentram, rukun, damai, bersatu dan sejahtera. Penerapan prinsip keterbukaan memenuhi amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Saat ini telah dibentuk infrastruktur Pelayanan Informasi Publik (PPID dan PPID Pembantu) dan Komisi Informasi Publik (KIP) Provinsi Banten yang telah berfungsi dalam memfasilitasi berbagai sengketa informasi. Perwujudan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah diantaranya dilaksanakan melalui pengadaan barang/jasa instansi pemerintah secara elektronik (E-Procurment) yaitu Lembaga Pengadaan Sistem Elektronik (LPSE) yang diatur dengan Surat Keputusan Gubernur Banten Tanggal 20 Januari 2012 Nomor 999.05/KEP-Huk/2012 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur
Banten
Nomor
999.05/KEP.1-Huk/2011
tentang
Pembentukan Tim Pengelola Layanan Pengadaan Barang dan Jasa 30
Secara Elektornik Provinsi Banten sebagai salah satu wujud EGoverenment.
Dalam
aspek
akuntabilitas
Pemerintah
Provinsi
Banten mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) diperlukan kerja keras khususnya untuk membenahi kelemahan penataan administrasi aset daerah. Lahirnya
Peraturan
Daerah
Nomor
7
Tahun
2011
tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dibidang Penanaman Modal, merupakan bukti komitmen Pemerintah Provinsi Banten
dalam
menerapkan
efektifitas
dan
efisiensi
untuk
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik dalam pelayanan perizinan. Hasil kinerja sinergis dari setiap SKPD berdampak pada kondisi Banten yang kondusif, aman, tentram dan nyaman sehingga menarik minat para investor untuk menanamkan dan meningkatkan nilai investisinya di Banten. Terkait dengan pelayanan publik, Pemerintah Provinsi Banten telah membuat Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelayanan Publik, Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. Harmonisasi
hubungan
antar
kelembagaan
melalui
sasaran
penguatan komunikasi pemerintahan antara pemerintah daerah dan DPRD, tercermin dalam proses penyusunan produk hukum daerah melalui peraturan daerah, selama kurun waktu 2002-2012 telah diselesaikan sebanyak 41 peraturan daerah, baik yang bersifat usulan dari pemerintahan daerah maupun inisiatif DPRD. Rasio nota kesepakatan pemerintah daerah dengan DPRD mencapai 89,10%, sedangkan aspirasi masyarakat yang terakomodir dalam anggaran pembangunan mencapai 87,98% dari tahun 2011. Penataan peraturan daerah dilakukan melalui program peningkatan kesadaran dan pengembangan produk hukum melalui kegiatan sosialisasi dan diseminasi produk hukum pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka sinkronisasi dan harmonisasi produk hukum daerah dengan nilai capaian tahun 2011 sebesar 97,93%. Selain itu, rasio penegakan peraturan daerah dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda melalui capaian sebesar 99,71%. Dalam
31
rangka penegakan peraturan daerah tersebut, telah dilakukan pembinaan dan peningkatan kapasitas PPNS secara rutin. Selama
kurun
tahun
2007-2011,
terkait
dengan
pembatalan
peraturan daerah telah dilakukan pencabutan dan revisi atas Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Retribusi Pengujian Mutu Komoditi Hasil Perikanan oleh Kementerian Keuangan, melalui Surat Rekomendasi Nomor S-148/MK.7/2007 tanggal 16 Juli 2007, dan revisi menjadi Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah. Guna meningkatkan profesionalisme birokrasi, Pemerintah Provinsi Banten melakukan penataan sistem manajemen SDM aparatur, pembuatan kartu pegawai elektronik (KPE) dan sistem aplikasi pengelolaan
kepegawaian
(SAPK).
Target
kedepan
akan
dikembangkan sistem kepegawaian secara online dan pelayanan kepegawaian satu pintu (one stop service). Kondisi aparatur birokrasi Provinsi Banten semula berjumlah 2.958 orang (2007), meningkat menjadi 3.868 orang (2011). Komposisi PNS menurut tingkat pendidikan didominasi lulusan S-1 (50,41%) SLTA (19, 59%), Diploma (16,64%), S-2 (12, 30%) sisanya SD, SLTP dan S3. Pelanggaran disiplin pegawai mengalami penurunan dari semula 124 pelanggaran (2007) menjadi 51 pelanggaran.Hal ini menunjukan komitmen kuat pemerintah daerah dalam meningkatkan pembinaan disiplin pegawai. Selain itu, dalam rangka penanganan dan pencegahan korupsi, tranparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan/aset daerah telah dilaksanakan melalui Program Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur dengan indikator tindak lanjut hasil pemeriksaan dengan nilai capaian kinerja di tahun 2011 sebesar 79,78%. Hal ini perlu ditingkatkan dalam upaya penyelenggaraan palayanan publik yang bermutu dan akuntabel. i. Ketenagakerjaan Jumlah penduduk usia 15-64 tahun merupakan angkatan kerja produktif, sebagai unsur utama. Data ketenagakerjaan di Provinsi Banten pada Tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.11 dan 2.12. 32
Tabel 2.11 Struktur Ketenagakerjaan Penduduk di Provinsi Banten Tahun 2010-2012 NO
KEGIATAN UTAMA
Penduduk Usia >15 tahun Angkatan Kerja a. Bekerja b. Tidak Bekerja (Pengangguran Terbuka) Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK %) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT %)
1 2
3 4 5
SAT
2010 (FEBRUARI)
2011 (AGUSTUS)
2012 (FEBRUARI)
Orang
7.402.379
7.686.359
7.783.259
Orang Orang Orang
4.791.977 4.113.360 678.617
5.210.224 4.529.660 680.564
5.398.644 4.818.967 579.677
Orang
2.610.420
2.476.135
2.384.615
%
64.74
67,79
69.36
%
14,16
13,06
10.74
Sumber : Berita Resmi Statistik (7 Mei 2012)
Tabel 2.12 Data Tenaga Kerja dan Pengangguran di Provinsi Banten Tahun 2011 KABUPATEN/ ANGKATAN PENGGANGGURAN KOTA KERJA Kabupaten: 1 Pandeglang 513.487 58.108 2 Lebak 549.378 66.471 3 Tangerang 1.416,780 204,358 4 Serang 657,679 87.433 Kota: 5 Tangerang 945.334 121.818 6 Cilegon 185.874 24.426 7 Serang 274.594 38.015 Tangerang 8 667.099 79.935 Selatan Jumlah 5.210.224 680.564 Sumber: Berita Resmi Statistik (Agustus 2011) NO
TPT(%)
TPAK(%)
11.32 12,10 14,42 13.29
64.28 63.60 69.46 64.74
12.89 13.14 13.84
70.31 70.00 68.60
11.98
69.64
13.06
67.79
j. Ketahanan Pangan Sejalan dengan kebijakan nasional tentang stok pangan 10 juta ton, maka ketahanan panganan menjadi salah satu
isu strategis di
Provinsi Banten. Sehubungan dengan layanan distribusi dan akses pangan masyarakat, Pemerintah Provinsi Banten telah menyediakan 1 (satu) unit kendaraan warung pangan mobile sebagai antisipasi dalam menangani kerawanan pangan, selain itu masyarakat juga berperan aktif dengan dibentuknya Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Mengenai jumlah ketersediaan dan cadangan pangan Pemerintah Provinsi Banten pada bulan Februari 2012, dapat dilihat pada Tabel 2.13.
33
Tabel 2.13 Rekapitulasi Cadangan Pangan di Provinsi Banten Tahun 2012 URAIAN Cadangan Beras Provinsi Cadangan Beras Kab/Kota a. Kab Serang b. Kab Pandeglang c. Kab Tangerang d. Kab Lebak e. Kota Serang f. Kota Cilegon g. Kota Tangerang h. Kota Tangerang Selatan Jumlah Cadangan Pangan Provinsi Dana APBD Tahun 2011 a. Kerjasama dengan Bulog b. Gapoktan (10)
KETERSEDIAAN (TON) 200
PEMANFAATAN (TON) -
100 100 100 100 100 100 100 100
70 50 60 50 22,5 -
800
252,5
Jumlah Cadangan Pangan Kabupaten/Kota (APBD Kab/Kota) a. Kab Tangerang b. Kota Cilegon JUMLAH CadanganPangan Masyarakat (APBD dan APBN 2011) a. Lumbung Pangan (30) b. LDPM (17) Jumlah
124
5
79
-
203
5
36 43 79
-
100 89
-
189
-
KETERANGAN Di simpan Bulog Di simpan Bulog, dan telah disalurkan untuk bantuan masyarakat akibat banjir,nelayan yg tdk bisa melaut,angin puting beliung
Bantuan nelayan Kota Serang, Kab Serang,Kab Pandeglang,Kab Lebak, Kab Tangerang.
Sumber. Badan Ketahanan Pangan 2012 (Februari)
Dari sisi penganekaragaman pangan sebagai bagian dari strategi pekuatan ketahanan pangan telah dilaksanakan berbagai program diantaranya penelitian komoditas keanekaragaman pangan diikuti dengan sosialisasinya termasuk lomba cipta menu pangan non beras, sebagai salah satu sumber energi dan protein.Adapun konsumsi pangan untuk kebutuhan energi dan protein dapat dilihat pada Tabel 2.14.
34
Tabel 2.14 Konsumsi Pangan di Provinsi Banten Tahun 2010 NO
PERKEMBANGAN KONSUMSI PER KAPITA PER HARI
URAIAN
1
2005
Energi
2006
2007
2008
2009
2010
1996
1927
2015
2038
1958
1957
55.27
53.66
57.65
57.43
59.17
59.98
79.1
74.9
82.8
81.9
78.8
80.6
(kkal/kap/hari) 2
Protein gram/kap/hari)
Skor PPH
Sumber. Neraca Bahan Makanan Provinsi Banten 2011
Tingkat kerawanan pangan secara umum, Banten masuk dalam kategori 2, yaitu cukup rawan untuk ketersediaan pangan, tetapi berdasarkan
indeks
komposit
penyerapan
pangan
secara
keseluruhan termasuk agak tahan, dapatdilihat pada Tabel 2.15. Tabel 2.15 Tingkat Kerawanan Pangan di Provinsi Banten Tahun 2011 NO
KAB/KOTA
INDEKS KOMPOSIT GABUNGAN 4,2
KETERANGAN
1
Kab.Pandeglang
2
Kab. Lebak
4,4
Agak tahan
3
Kab.Serang
4,3
Agak tahan
4
Kab.Tangerang
3,9
Agak tahan
5
Kota Tangerang
3,5
Agak tahan
6
Kota Cilegon
3,5
Agak tahan
7
Kota Serang
4,0
Agak tahan
8
Kota
3,6
Agak tahan
Tangerang
Agak tahan
Selatan Sumber. Badan Ketahanan Pangan 2011
2. Fokus Layanan Urusan Pilihan a. Pertanian, Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten merupakan salah satu lumbung pangan nasional, hal ini terlihat dari besarnya kontribusi yang diberikan (3% terhadap produksi nasional) dan menduduki peringkat ke 9 nasional pada tahun 2010.Sektor pertanian yang berkembang sangat bervariatif mulai
dari
tanaman
pangan,
hortikultura,
perkebunan,
dan
peternakan. Tanaman pangan dan palawija merupakan salah satu bidang yang sangat strategis dan berkembangdengan baik, adapun luas lahan sawah di Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 2.16. 35
Tabel 2.16 Luas Lahan Sawah di Provinsi Banten Tahun 2009 NO
KAB/KOTA
TEKNIS
1 2 3 4 5 6 7 8
½ TEKNIS 5.289 2.365 3.021 6.177 122 0 579 0
SEDERHANA
Kab.Pandeglang 2.853 7.575 Kab. Lebak 4.124 4.708 Kab.Serang 22.861 937 Kab.Tangerang 14.801 3.578 Kota Tangerang 534 0 Kota Cilegon 115 107 Kota Serang 3.73 284 Kota Tangerang 0 12 Selatan Jumlah 49.018 17.553 17.201 Sumber. Badan Pusat Statistik Banten 2009
8.964 11.083 0 6.823 0 167 325 53
TADAH HUJAN 30.058 22.503 13.796 14.164 417 1.744 3.403 47
27.415
86.114
DESA
LAINNYA
JUMLAH
0 56 13 160 0 0 0 0
54.739 44.839 40.6284 45.685 1.073 2.133 8.321 112
229
197.53
Komoditas utama tanaman pangan yang dikembangkan di Provinsi Banten
terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu dan ubi jalar, dengan tingkat produksi pada tahun 2011 sebagaimana Tabel 2.17. Tabel 2.17 Produksi Tanaman Pangan di Provinsi Banten Tahun 2011 NO
KAB/KOTA
PADI
JAGUNG
KEDELAI
1 Kab.Pandeglang 596.796 1.642 4.043 2 Kab. Lebak 480.483 823 763 3 Kab.Serang 392.703 150 4 Kab.Tangerang 381.228 573 130 5 Kota Tangerang 6.671 6 Kota Cilegon 13.918 23 7 Kota Serang 76.082 493 119 8 Kota Tangsel 1.444 125 35 Jumlah 1.949.714 3.828 5.095 Sumber. Badan Pusat Statistik Banten 2011
UBI KAYU 1.822 1.429 408 2.008 5 66 391 170 6.295
UBI JALAR 964 654 104 848 4 18 154 92 2.839
KACANG TANAH 1.304 526 160 3.938 2.54 2.267 180 10.916
KACANG HIJAU 452 85 252 33 252 1.075
Komoditas tanaman hortikultura yang dikembangkan di Provinsi Banten meliputi tanaman Buah Golden Melon dari Kota Cilegon dan Serang, Jambu Citra dari Anyer Kabupaten Serang, Tanaman Buah Naga di Baros Kabupaten Serang, Bunga Anggrek di Kabupaten Tangerang dan Kota Serang, dan Obat-obatan Herbal. Selanjutnya mengenai data produksi buah, bunga dan obat-obatan pada Tahun 2011 sebagaimana Tabel 2.18.
36
Tabel 2.18 Produksi Buah, Bunga dan Obat-obatan di Provinsi Banten Tahun 2011 NO
KOMODITAS
PRODUKSI
SENTRA PRODUKSI
I. Buah-buahan(Ton) 1
Melon
85,90
2
Pisang
5.837.824
Kab. Pandeglang dan Kab. Lebak
3
Jeruk
4.062.937
Kab. Pandeglang dan Kab. Lebak
4
Mangga
1.306.043
5
Nenas
1.406.438
6
Manggis dan
493.946
durian Buah lainnya
Kab. Serang, Kota Serang, Kota Cilegon
Kab. Lebak, Pandeglang, Kab. Serang dan Kota Serang Kab. Lebak, Pandeglang, Kab. Serang Kab. Lebak, Pandeglang, Kab. Serang
2.504.611
Jumlah
15.620.389
II. Bunga ( Batang ) Anggrek
2.189.988
Kota Tangerang selatan
phylodendrun
899.961
Kota Tangerang selatan
Bunga lainnya
1.365.086
Jumlah
4.455.035
Kota Tangerang selatan, Kota Serang, Kab. Serang
III. Obat-obatan( Kg ) Non rimpang Rimpang Jumlah
67.026.287
Kab. Lebak, Pandeglang, Kab. Serang
355.297.255
Kab. Lebak, Pandeglang, Kab. Serang
422.305.542
Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten 2011
Produksi sayur-sayuran menunjukan peningkatan yang cepat terutama sayuran dataran rendah, dengan komoditas andalannya jamur, petai, kacang panjang dan cabe besar pada tahun 2010 sebagaimana Tabel 2.19. Tabel 2.19 Produksi Sayuran di Provinsi Banten Tahun 2011 NO
KOMODITAS
PRODUKSI
SENTRA PRODUKSI Kab. Serang, Kab. Pandeglang dan 1 Jamur 116.701 ton Tangerang Kab. Pandeglang, Kab. Lebak dan 2 Petai 9.714 ton Serang Kab. Pandeglang, Kab. Lebak dan 3 Kacang panjang 20.930 Serang Kab. Pandeglang, Kab. Lebak dan 4 Cabe besar 4.638 Serang Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten 2011
37
Kab. Kab. Kab. Kab.
Provinsi Banten juga merupakan salah satu produsen daging dan telur yang sangat potensial dalam skala nasional.Produksi dan sentra produksi peternakan dapat dilihat pada Tabel 2.20. Tabel 2.20 Produksi dan Sentra Peternakan di Provinsi Banten Tahun 2011 NO KOMODITAS
PERINGKAT (NASIONAL)
PRODUKSI (TON)
DAERAH PERSEBARAN
Kab. Serang, Kab. Kota Tangerang Kab. Serang, Kab. 2 Kerbau 6 3.700 Kota Tangerang Kab. Pandeglang 3 Ayam Ras 5 86.100 Lebak Kab. Serang, Kab. 4 Telur 8 41.600 Kota Serang, Kota dan Kota Tangsel Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten 2011 1
Sapi
4
20.300
Tangerang, Tangerang, dan
Kab.
Tangerang, Tangerang
Gula aren, karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, cengkeh, dan coklat merupakan tujuh komoditas andalan perkebunan dengan luas lahan perkebunan rakyat sebesar 173.589 ha, perkebunan besar swasta 6.018 ha, dan PTP seluas 9.578 ha. Selanjutnya mengenai data luas tanam, produksi dan daerah penyebaran komoditas unggulan perkebunan dapat dilihat pada Tabel 2.21. Tabel 2.21 Luasan, Produksi dan Daerah Sebaran Komoditas Perkebunan di Provinsi Banten Tahun 2010 NO
KOMODITAS
LUASAN (HA)
PRODUKSI (TON)
DAERAH PERSEBARAN
Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten 1 Kelapa 100.058,65 55.541,00 Serang, Kota Serang, Kota Cilegon dan Kabupaten Tangerang Kabupaten Pandeglang dan 2 Karet 26.492,93 12.547.40 Kabupaten Lebak Kabupaten Pandeglang dan 3 Kelapa Sawit 18.462,47 25.865,04 Kabupaten Lebak Kabupaten Lebak, Pandeglang, 4 Cengkeh 15.602,40 7.554,5 Kabupaten Serang dan Kota Serang Kabupaten Lebak, Pandeglang, 5 Kopi 9.526,00 2.216,70 Kabupaten Serang dan Kota Tangerang, Kota Serang Kabupaten Lebak, Pandeglang 6 Kakao 7.248,99 2.107,00 dan Kabupaten Serang Kabupaten Lebak, Kabupaten 7 Aren 2.959,85 1,706,67 Pandeglang, Kabupaten Serang, Kota Serang Sumber: Statistik Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten 2011
38
Taman Hutan Raya merupakan salah satu kebanggaan Provinsi Banten, terletak di Kabupaten Pandeglang. Kawasan ini akan dikembangkan
menjadi
kawasan
konservasi
dan
agrowisata.
Pemberdayaaan di kawasan ini dilaksanakan dengan pembinaan masyarakat desa disekitar hutan dengan mengembangkan hasil hutan non kayu seperti jamur dan madu. Sebagai gambaran tentang kondisi Kelautan dan Perikanan di Provinsi Banten dapat dilihat dari potensi kawasan pesisir dengan garis pantai sepanjang 519 km. Upaya pengembangan kawasan pantai terutama untukwisata bahari, wisata pantai, perikanan tangkap, perikanan budidaya, industry pengolahan hasil kelautan.Pengembangan kawasan perikanan baik tangkap, budidaya maupun bahari dilaksanakan dengan pendekatan minapolitan, komoditas utama yang dikembangkan adalah rumput laut, ikan bandeng dan kekerangan.Selanjutnya mengenai data produksi perikanan tangkap dan budidaya dapat dilihat pada Tabel 2.22. Tabel 2.22 Produksi Perikanan di Provinsi Banten Tahun 2010 NO KOMODITAS Perikanan Tangkap 1 Kerapu 2 Manyung 3 Kakap 4 Kurisi 5 Cucut 6 Selar 7 Kue 8 Teri 9 Tenggiri 10 Tongkol 11 Jenis lainnya Jumlah Perikanan Budidaya Rumput Laut dan Ikan 1 Bandeng 2 Udang Windu 3 Gurame 4 Ikan Patin 5 Jenis lainnya Jumlah Sumber: Statistik Perikanan 2011
PRODUKSI (TON) 722 1.369 1.031 2.043 1.398 2.136 1.158 2.753 2.527 26.851 21.863 63.150 10.487 44.187 29.058 22.627 359 106.000
Eksport produk hasil perikanan merupakan salah satu primadona andalan kelautan dan perikanan, capaian eksport pada tahun ini 39
sebesar 435.642 kg dengan tujuan negara Jepang, Eropa dan Amerika Serikat.Ikan hias juga menjadi salah satu andalan eksport Provinsi Banten. b. Energi dan Sumber Daya Mineral Peranan sektor pertambangan dan penggalian dalam struktur ekonomi Banten dari tahun ke tahun cenderung stagnan.Hal ini setidaknya
dapat
dikonfirmasi
oleh
perkembangan
jumlah
perusahaan/usaha penggalian di Banten selama periode 2007- 2009 yang cenderung berfluktuasi. Meskipun demikian, jumlah pekerja pada periode yang sama meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan perusahaan. Hanya saja, balas jasa per tenaga kerja setelah sempat naik dari 15,51 juta rupiah menjadi 16,68 juta rupiah pada tahun 2008, pada tahun 2009 akhirnya turun menjadi 13,56 juta rupiah per pekerja. Sebaliknya, sektor listrik menjadi salah satu sektor yang strategis bukan saja untuk Banten tapi juga untuk Jawa-Bali.Dari sisi supply, di Banten terdapat dua pembangkit listrik yang masuk dalam jaringan listrik koneksi Jawa-Bali, yaitu PTLU Suralaya di Kota Cilegon yang dikelola oleh PT Indonesia Power dan PLTU Labuan di Kabupaten Pandeglang.Dari sisi demand, distribusi atau penjualan listrik PLN di Banten dilakukan oleh PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten. Tingkat efisiensi distribusi listrik PLN di Banten semakin membaik, karena persentase energi listrik yang susut selama proses distribusi mengalami penurunan dari 7,70% pada tahun 2009 menjadi 6,34% pada tahun 2010. Sedangkan jumlah energi listrik yang terjual di Banten pada tahun 2010 mencapai 16,29 juta MWh, dengan lebih dari dua per tiga nya dibeli oleh pelanggan sektor industri. Pelanggan rumahtangga meskipun jumlahnya jauh lebih banyak tapi mengkonsumsi energi listrik hanya sekitar seperlima dari total energi listrik yang terjual. Sampai tahun 2011 rasio elektrifikasi di Provinsi Banten mencapai 78,93%, yang berarti masih berada diatas rasio elektrifikasi Nasional maupun rasio elektrifikasi Provinsi Jawa Barat. Rata-rata rasio elektrifikasiNasional 72,95%, serta rasio elektrifikasi di Provinsi Jawa Barat 70.72 %. Perkembangan rasio elektrifikasi dari tahun ke 40
tahun terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.7 dibawah ini. Gambar 2.7 Perkembangan Rasio Elektrifikasi di Provinsi Banten Tahun 2002-2011 (%)
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
c. Industri dan Perdagangan Sektor industri pengolahan merupakan satu-satunya sektor ekonomi yang setiap tahun selalu mendominasi perekonomian Banten. Hanya saja, jumlah perusahaan Industri Besar dan Sedang (IBS) di Banten sepanjang periode 2007-2009 justru mengalami penurunan hingga menjadi 1.695 unit. Penyerapan tenaga kerja juga menurun dari 0,49 juta orang pada tahun 2007 menjadi 0,47 juta orang di tahun 2009. Sebaliknya, Nilai Tambah Bruto (NTB) yang diciptakan terus meningkat hingga menjadi 79,49 triliun rupiah pada tahun 2009. Akibatnya, NTB per tenaga kerja meningkat dari 123 juta rupiah rupiah menjadi 168 juta rupiah pada tahun 2009. Secara spasial, IBS Banten terkonsentrasi antara lain di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan bagian timur Kabupaten Serang dengan
teknologi
produksi
kebanyakan
padat
tenaga
kerja.
Kemudian, Kota Cilegon dan bagian barat Kabupaten Serang yang cenderung sebagai daerah konsentrasi industri padat modal. Secara keseluruhan persentase jumlah perusahaan, tenaga kerja dan NTB untuk ke empat kabupaten/kota tersebut mencapai 92,98%, 93,50% dan 95,70%. Sedangkan perbedaan teknologi produksi antara IBS di kabupaten/kota tersebut dapat dilihat dari tingkat produktivitas tenaga kerja yang dalam hal ini diukur dengan NTB per tenaga kerja, dengan tingkat produktivitas tenaga kerja IBS padat modal lebih tinggi dibanding IBS padat tenaga kerja. Tingkat produktivitas tenaga
kerja
untuk
Kabupaten 41
Tangerang;
Kota
Tangerang;
Kabupaten Serang dan Kota Cilegon masing-masing sebesar 100,50 juta rupiah; 152,52 juta rupiah; 254,72 juta rupiah dan 696,88 juta rupiah per tenaga kerja. Menurunnya pertumbuhan ekspor yang lebih besar dari pada impor menyebabkan defisit perdagangan Banten terhadap luar negeri semakin
membesar
dan
mencapai
sekitar
USD
1,25
miliar.
Menurunnya ekspor disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor komoditas utama Banten seperti ekspor kimia dasar, besi/baja, tekstil,
kertas
dan
kayu/gabus.Penurunan
ekspor
tersebut
disebabkan kondisi pertumbuhan ekonomi dunia terutama negara mitra dagang Banten seperti negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Cina mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang memicu menurunnya permintaan barang dari Banten. Kondisi ini dikhawatirkan
akan
semakin
memburuk
pada
tahun
2012
khususnya permintaan barang dari negara-negara Eropa. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jepang dan USA diperkirakan telah mulai pulih pada tahun 2012. Tabel 2.23 Perkembangan Ekspor dan Impor di Provinsi Banten Tahun 2010 - 2011 URAIAN Ekspor
Impor
Nilai (US Ribu) Volume (Ribu Ton) Nilai (US Ribu) Volume (Ribu Ton)
TW1
TW2
1,712,109
2010
TW3
TW4
TW1
TW2
1,918,230
1,854,871
2,254,436
2,205,904
890
886
925
1,211
3,884,236
3,777,695
3,483,130
2,499
2,622
2,715
2011
TW3
TW4
2,461,159
2,485,908
1,520,414
987
957
991
551
4,713,266
4,585,147
5,063,459
5,257,994
3,867,507
3,475
3,475
364
3,450
2,019
Sumber: Bank Indonesia 2012
Nilai ekspor Banten pada triwulan IV tahun 2011 masih mengalami peningkatan,
tetapi
berdasarkan
volumenya
telah
mengalami
penurunan yang signifikan pada periode laporan.Akibatnya pertumbuhan ekspor Banten kian melambat. Di sisi lain, nilai impornya secara bulanan semakin meningkat dan pertumbuhannya lebih tinggi dari pada ekspor Banten. Dampaknya, defisit transaksi perdagangan Banten dengan luar negeri semakin membesar dan mencapai angka sekitar USD 1,25 miliar pada bulan Desember 2011 saja, tetapi jika dikumulatifkan akan mencapai lebih dari USD 7,5 miliar.
42
Pertumbuhan ekspor Banten pada akhir tahun 2011 ini mendekati posisi tahun 2009 sebagai dampak krisis global sejak tahun 2008. Kondisi ini diperkirakan dapat berulang karena krisis global mulai kembali bergejolak di akhir tahun 2010 yang dampaknya akan mulai dirasakan
1
tahun
setelah
krisis
tersebut
dimulai,
seperti
pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya. Upaya-upaya strategis perlu dilakukan sejak dari perencanaan bahan baku hingga target pasar oleh industri di wilayah Banten. Namun langkah ini akan sulit dilakukan tanpa dukungan pihak pemerintah, kestabilan sistem keuangan dan iklim yang kondusif. Kejadian banyaknya perusahaan tekstil dan kimia dasar di Banten yang menutup usahanya pada tahun 2009 perlu dicermati agar tidak berulang pada tahun 2011 hingga di tahun mendatang. Perusahaan yang banyak menampung tenaga kerja di Banten antara lain pabrik tekstil, alas kaki dan industri makanan. Saat ini, dari grafik beberapa komoditas ekspor terlihat adanya penurunan pertumbuhan ekspor pada industri pengolah kayu dan gabus, tekstil, besi/bajadan produk kimia dasar.Ekspor industri mineral tidak mengandung logam termasuk salah satu industri yang masih meningkat ekspornya. Ekspor luar negeri industri besi/baja Banten menurun lebih disebabkan seiring menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia, harga komoditas tersebut cenderung menurun dan meningkatnya harga minyak dunia yang menyebabkan biaya produksi semakin meningkat dan berdampak pada penurunan permintaan. Di sisi lain, penjualan di dalam negeri tetap memiliki prospek yang cerah seiring rencana pemerintah dalam Masterplan Percepatan, Perluasan dan Pembangunan
Ekonomi
membutuhkan
produk
infrastruktur
jalan,
Indonesia besi
jembatan
baja dan
(MP3EI) terutama konstruksi
yang
banyak
pembangunan lainnya
untuk
meningkatkan konektivitas antar wilayah. Oleh karena itu, salah satu industri terbesar baja nasional di Banten terus melakukan ekspansi proyek pembangunan pabrik blast furnace yang akan segera direalisasikan setelah mendapat pembiayaan dari salah satu grup besar perbankan besar dunia pada tahun 2012. Selain itu, pembangunan pabrik baja baru yang akan berpatungan dengan perusahaan dari Korea diperkirakan akan menyerap 100.000 tenaga kerja pada tahun 2013. Pabrik baja tersebut akan memproduksi 3 43
juta ton slab per tahun dan plat baja sebanyak 1,5 juta ton per tahun untuk kebutuhan pasar dalam negeri dan sisanya untuk kebutuhan produksi pabrik baja patungan itu sendiri di Banten. Kapasitas produksi pada tahun 2011 diperkirakan akan meningkat di akhir tahun 2011 setelah beberapa proyek strategis terkait finalisasi revitalisasi fasilitas produksi Hot Strip Mill (HSM) yang telah selesai pada bulan Mei 2011. Peningkatan produksi diperkirakan menjadi 2,4 juta ton per tahun dari sebelumnya hanya 2 juta ton per tahun. d. Pariwisata Banten merupakan salah satu provinsi yang berpotensi untuk menjadi daerah utama tujuan wisata karena memiliki beragam obyek dan daya tarik wisata terutama wisata pantai, alam dan budaya serta ditunjang oleh sarana dan prasarana akomodasi yang memadai.
Pada
tahun
2010
di
Banten
terdapat
228
usaha
akomodasi dengan 6.167 kamar dan 9.801 tempat tidur. Dari seluruh usaha akomodasi tersebut, 39 unit diantaranya merupakan hotel berbintang dengan tingkat hunian kamar hotel sebesar 41,69%, lebih tinggi dibanding hotel non bintang yang hanya 26,18%. Jumlah tamu yang menginap di hotel pada tahun 2010 mencapai 1,15 juta orang, terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 0,05 juta orang dan 1,10 juta wisatawan nusantara. Dilihat dari komposisinya, hampir semua wisatawan mancanegara menginap di hotel
berbintang,
yaitu
dengan persentase
mencapai
98,99%.
Sedangkan wisatawan nusantara yang menginap di hotel berbintang persentasenya hanya 43,80%. Tabel 2.26 Statistik Perhotelan di Provinsi Banten Tahun 2008-2010
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
44
2.4.4 Aspek Daya Saing Daerah 1. Kemampuan Ekonomi Daerah a. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita Menurut Kelompok Barang Pangan/Non Pangan Gambaran
tingkat
kemampuan
ekonomi
daerah
tentang
Pengeluaran Rata-rata Konsumsi Rumah Tangga per Kapita sebulan menurut
Kelompok
Barang
Pangan/Non
Pangan
di
Provinsi
BantenTahun 2010-2011 dapat dilihat sebagaimana Tabel 2.25. Tabel 2.25 Pengeluaran Rata-rata Konsumsi Rumah Tangga per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang di Provinsi Banten Tahun 2010-2011 (Rp) NO
URAIAN
1
Total Pengeluaran RT (Jumlah makanan ) 2 Total Pengeluaran RT (Non makanan ) Jumlah
KOTA 2010 2011
DESA 2010 2011
KOTA + DESA 2010 2011
338.137
361.733
234.516
262.388
296.896
328.623
470.739
460.829
160.440
170.402
347.242
365.364
808.876
822.562
394.956
436.790
644.138
693.987
Sumber : Banten Dalam Angka, BPS 2011
b. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan dari indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib). Selain itu, NTP biasa digunakan sebagai indikator proxy kesejahteraan petani. Pencapaian NTP Banten tahun 2011 didapat angka rata-rata 106,54%, dapat dilihat pada Tabel 2.26 berikut: Tabel 2.26 Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Banten Tahun 2010 - 2011 SUB SEKTOR
2010 It
2011
Ib
NTP
It
Ib
NTP
Tanaman Pangan
128,31
128,21
100,07
140,97
134,30
104,96
Tanaman Hortikultura
134,25
126,68
105,98
144,48
132,56
108,99
Tanaman Perkebunan Rakyat
129,50
126,66
102,24
136,20
132,28
102,97
Peternakan
131,12
124,04
105,71
131,94
129,44
101,94
Perikanan
125,94
129,94
96,93
132,16
135,37
97,63
Gabungan
129,81
127,44
101,86
143,96
135,12
106,54
Keterangan : It = Indeks Yang Diterima Ib = Indeks Yang Dibayar Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Banten 2012
45
2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Infrastruktur wilayah terdiri dari jaringan infrastruktur transportasi, sumber daya air, irigasi, energi, telekomunikasi, serta sarana dan prasarana permukiman. Kebutuhan akaninfrastruktur wilayah tidak terlepas dari fungsi dan peranannya terhadap pengembangan wilayah, yaitu sebagai pengarah dan pembentuk struktur tata ruang, pemacu pertumbuhan ekonomi wilayah, serta sebagai interkoneksi wilayah. a. Transportasi Infrastruktur transportasi terdiri dari transportasi darat, udara dan laut.Pada aspek transportasi darat, salah satu indikator tingkat keberhasilan penanganan infrastruktur jalan adalah meningkatnya tingkat kemantapan dan kondisi jalan. Pada tahun 2011, tingkat kemantapan jaringan jalan provinsi sepanjang 852,89km dalam kondisi mantap (baik dan cukup) sebesar 64.15% (547,1 km) dan kondisi rusak 35,87% (305,79 km). Dengan tingkat kemantapan sebesar 64.15% tersebut, 35,87% dari panjang jaringan jalan provinsi berada pada kondisi rusak. Hal ini disebabkan karena sudah habisnya umur rencana jalan pada sebagian besar ruas jalan provinsi sehingga kondisi struktur jalan menjadi labil.Rendahnya tingkat kemantapan jalan ini juga disebabkan oleh tingginya frekuensi bencana alam serta beban lalu lintas yang sering melebihi standar
muatan
sumbu
terberat
(MST).Selain
itu,
kurangnya
jaringan jalan tol, serta belum terintegrasinya seluruh jaringan jalan di Banten dengan baik termasuk dengan sistem jaringan jalan tol, menyebabkan
rendahnya
kualitas
dan
cakupan
pelayanan
infrastuktur jaringan jalan di Banten. Tabel 2.27 Panjang Jalan Menurut Type Permukaan, Kondisi dan Kategori Jalan di Provinsi Banten Tahun 2011 URAIAN
TINGKATAN JALAN JALAN NASIONAL
Kondisi Permukaan : - Aspal 476,49 - Berbatu - Tanah Kondisi Jalan : - Baik 440,89 - Cukup - Rusak 35,60 - Sangat Rusak Jumlah/ Total 476,49 Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten 2011
46
JALAN PROVINSI 758,91 11,18 335,64 211,46 305,79 852,89
Selanjutnya guna meningkatkan daya saing khususnya terkait dengan transportasi, di Provinsi Banten telah
terdapat 4 (empat)
bandara yaitu Bandara Soekarno Hatta, Bandara Budiarto Curug, Bandara TNI-AU Gorda dan Bandara Pondok Cabe. Begitu juga dengan
moda transportasi laut, di dimana terdapat 2 (dua)
pelabuhan penyeberangan, 3 (tiga) pelabuhan umum, 40 (empat puluh) pelabuhan khusus, dan 6 (enam) pelabuhan perikanan. Semuanya ini untuk mendukung kelancaran transporasi di Provinsi Banten. b. Listrik dan Energi Pada aspek infrastruktur listrik dan energi, tingkat keberhasilan penanganan listrik dapat dilihat dari rasio elektrifikasi desa dan rumah tangga,sektor listrik menjadi salah satu sektor yang strategis bukan saja untuk Banten tapi juga untuk Jawa-Bali. Dari sisi supply, di Banten terdapat dua pembangkit listrik yang masuk dalam jaringan listrik koneksi Jawa-Bali, yaitu PTLU Suralaya di Kota Cilegon yang dikelola oleh PT Indonesia Power dan PLTU Labuan di Kabupaten Pandeglang.Dari sisi demand, distribusi atau penjualan listrik PLN di Banten dilakukan oleh PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dan PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten. Tingkat efisiensi distribusi listrik PLN di Banten semakin membaik, karena persentase energi listrik yang susut selama proses distribusi mengalami penurunan dari 7,70% pada tahun 2009 menjadi 6,34% pada tahun 2010. Sedangkan jumlah energi listrik yang terjual di Banten pada tahun 2010 mencapai 16,29 juta MWh, dengan lebih dari dua per tiga nya dibeli oleh pelanggan sektor industri. Pelanggan rumahtangga meskipun jumlahnya jauh lebih banyak tapi mengkonsumsi energi listrik hanya sekitar seperlima dari total energi listrik yang terjual. Diterapkannya kebijakan konversi bahan bakar dari minyak tanah ke gas pada tahun 2007 telah memunculkan berbagai permasalahan di tingkat masyarakat dan dunia usaha di dalam memenuhi kebutuhan energinya. Di Banten, implementasi kebijakan tersebut dihadapkan pada ketidaksiapan adaptasi sistem institusi (produsen dan distributor) dan teknologi (mencakup stasiun pengisian, tabung dan kompor gas, kendaraan pengangkut) di dalam mengantisipasi perubahan dan ketidakpastian yang dimunculkannya. Di tingkat 47
masyarakat dan dunia usaha, pilihan adaptasi terhadap bahan bakar pengganti di dalam merespon
kebijakan konversi bahan
bakar minyak juga ditentukan oleh pontensi ketersediaan energi alternatif di tingkat lokal. Jenis-jenis energi alternatif akan menjadi pilihan manakala memiliki tingkat biaya ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar gas. Sumber energi alternatif dan penyediaannya perlu dihadirkan untuk memberikan pilihan bagi masyarakat dan dunia usaha di dalam memenuhi kebutuhan energi sesuai dengan kapasitas adaptasi ekonomi dan budaya yang dimilikinya. c. Hotel dan Pariwisata Salah satu sektor yang dapat diandalkan sebagai sumber devisa adalah sektor Pariwisata. kegiatan pariwisata di Banten cukup potensial untuk menunjang pendapatan dan pembangunan daerah. Pada tahun 2010 kunjungan wisatawan mencapai 1,15 juta orang, terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 0,05 juta orang dan 1,10 juta wisatawan nusantara. Dilihat dari komposisinya, hampir semua wisatawan mancanegara menginap di hotel berbintang, yaitu dengan
persentase
mencapai
98,99%.
Sedangkan
wisatawan
nusantara yang menginap di hotel berbintang persentasenya hanya 43,80%. Sejalan dengan upaya peningkatan kinerja subsektor perhotelan dan pariwisata
dalam
mendukung
perekonomian
daerah,
Provinsi
Banten memiliki momentum peluang bagi tumbuhnya investasi baru pada sub sektor tersebut dengan ditetapkannya Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK)
Pariwisata
Pandeglang.Penetapan
Tanjung
tersebut
Lesung
didasarkan
di pada
Kabupaten Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 Tentang KEK Tanjung Lesung pada tanggal 23 Februari 2012. 3. Iklim Berinvestasi Optimisme pelaku usaha terkait investasi di Banten semakin meningkat seiring
meningkatnya
potensi
konsumsi
domestik/nasional
dan
perkiraan pencapaian status investment grade bagi Indonesia pada periode yang akan datang. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI terbaru, tercatat Penanaman Modal Asing (PMA) di wilayah Banten pada tahun 2011 jauh melebihi tahun 48
2010.Jumlah realisasi PMA pada tahun 2011 mencapai 418 proyek dengan nilai investasi sebesar USD 2,17 miliar, sementara itu tahun 2010 hanya sebanyak 280 proyek dengan nilai USD 1,54 miliar atau terdapat peningkatan sebanyak 138 proyek atau senilai USD 0,63 miliar. Di sisi lain, realisasi investasi dalam negeri di Banten mengalami penurunan dari sebanyak 76 proyek pada tahun 2010 (Rp 5,85 triliun) menjadi sebanyak 38 proyek (senilai Rp 4,10 triliun). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa investor yang berminat di wilayah Banten cenderung berasal dari investor luar negeri. Ke depan, perbaikan proses kemudahan perijinan, kesiapan lahan industri dan infrastruktur serta promosi investasi tidak saja dilakukan untuk investor luar negeri tetapi juga perlu ditujukan bagi investor dalam negeri. Struktur investasi Banten sampai saat ini dibentuk dari sektor swasta dan rumah tangga, yang
terdiri
dari
sumbangan
sektor
K-UMKM
sebesar
48,78%,
sedangkan sektor Pemerintah terdiri dari APBN 8,01, APBD Provinsi Banten 3,34%, dan APBD kabupaten/kota 7,35%. Perbankan di Provinsi Banten telah menunjukkan kinerja positif sebagai lembaga intermediasi investasi dan pembiayaan bahkan telah berfungsi sebagai development agent penarik investasi dimana selisih jumlah penyaluran pembiayaan dengan dana pihak ketiga (simpanan) pada tahun 2011 sebesar Rp. 62,22 trilyun. Dari penyaluran jumlah kredit berdasarkan lokasi proyek sebesar Rp. 112,22 trilyun termasuk didalamnya penyaluran langsung oleh bank pelapor sebesar Rp. 51,951 trilyun. Pertumbuhan penyaluran pembiayaan kredit perbankan pada tahun 2011 menurut sektor ekonomi berdasarkan lokasi proyek terbesar pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang tumbuh sebesar 200% diikuti berturut-turut oleh sektor konstruksi sebesar 151%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 72% dan sektor pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 56%. Besaran pertumbuhan pembiayaan di sektor pertanian menunjukkan bahwa sektor tersebut memberikan gambaran daya tarik investasi yang tinggi. Sementara pertumbuhan di sektor konstruksi dan pengangkutan sebagai sektor pendukung
aktifitas
ekonomi
memiliki
gambaran
pertumbuhan
investasi pada sektor lain yang bergerak di sektor produksi. Hal ini ditandai pula dengan data besaran pertumbuhan pembiayaan kredit investasi sebesar 51% dan kredit modal kerja sebesar 32,50%. 49
Pembiayaan kredit pada UKM berdasarkan lokasi proyek pada tahun 2011 sebesar Rp. 16,725 trilyun termasuk KUR sebesar Rp. 1,317 trilyun. Penyaluran terbesar kredit UKM pada sektor perdagangan sebesar Rp. 6,67 trilyun di sektor industri pengolahan sebesar Rp. 4,096 trilyun. 4. Sumber Daya Manusia Penduduk merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan dewasa ini. Jumlah penduduk yang besar apalagi dengan komposisi dan distribusi yang lebih merata, dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan apabila berkualitas rendah. Karena itu, proses pembangunan yang dilakukan selain diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
daya
manusia,
harus
pula
mencakup
upaya
untuk
mengendalikan laju pertumbuhan serta menyeimbangkan komposisi dan distribusi penduduk. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Banten
sudah
berjumlah
5,44
mencapai juta
10,63
orang,
juta
lebih
orang.
banyak
Penduduk dibanding
laki-laki penduduk
perempuan yang hanya 5,19 juta orang. Dengan demikian, rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Banten pada tahun 2010 sekitar 101,5 atau terdapat 1.015 penduduk laki-laki diantara 1.000 penduduk perempuan. Dibanding tahun 2000, penduduk Banten tumbuh sangat pesat yaitu rata-rata mencapai 2,78% per tahun. Padahal, penduduk Indonesia pada periode yang sama hanya tumbuh rata-rata sebesar 1,49% per tahun.
Akibatnya,
persentase
penduduk
Banten
terhadap
total
penduduk Indonesia meningkat dari 3,95% pada tahun 2000 menjadi 4,48% pada tahun 2010. Disamping itu, pada tahun 2010 Banten juga berhasil menggeser DKI Jakarta sebagai provinsi dengan populasi terbanyak kelima di Indonesia, setelah Jawa Barat (18,12%), Jawa Timur (15,77%), Jawa Tengah (13,63%) dan Sumatera Utara (5,46%). Ketersediaan tenaga kerja merupakan salah satu faktor daya saing daerah yang menentukan dalam rangka menarik investasi untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.Sebagian besar sekitar 2,35 juta orang tenaga kerja di Provinsi Banten bekerja antara 35 sampai 49 jam per minggu dan berdomisili di wilayah Tangerang, Serang dan 50
Cilegon, yang terkenal sebagai pusat bisnis dan industri. Kedua sektor tersebut diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja masing-masing sebesar 26,18% dan 22,77%. Sementara itu, Sektor Pertanian berada pada posisi ketiga dalam penyerapan tenaga kerja yaitu dengan serapan sebesar
20,12%
dari
keseluruhan
tenaga
kerja,
dan
terlihat
mendominasi dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang. Setiap tahun selama periode 2009-2011, secara rata-rata dua dari tiga penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) di Banten memasuki pasar kerja. Hal ini terlihat dari indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang memberikan gambaran besarnya persentase penduduk usia kerja yang termasuk dalam angkatan kerja. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 dimana jumlah angkatan kerja sebesar 4.854.184 jiwa dan yang bekerja sebesar 4.153.681 jiwa sehingga TPAK adalah sebesar 65,34% dan angka tingkat ketergantungan adalah sebesar 34,66%. Jumlah angkatan kerja sendiri cenderung bertambah, dari 4,36 juta orang pada tahun 2009 menjadi 5,16 juta orang pada Februari 2011.Persentase penduduk usia kerja yang bekerja dari tahun 2009 sampai Februari 2011 terus meningkat dari 85,03% menjadi 86,50%. Berarti,
tingkat
kesempatan
kerja
di
Banten
terus
meningkat.
Akibatnya, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan hingga menjadi 13,50% pada februari 2011. Meskipun demikian, angka pengangguran ini masih tetap tertinggi di Indonesia karena TPT provinsi lainnya berkisar antara 2,67% (Nusa Tenggara Timur) dan 10,83% (DKI Jakarta). Berdasarkan
data
pendidikan
angkatan
kerja
menurut
kategori
penduduk sesuai hasil Sensus Penduduk 2010 total jumlah angkatan kerja sebesar 4.854.184 jiwa didominasi oleh tingkat pendidikan SD kebawah sebesar 2.035.415 jiwa atau 41,93%. Diikuti dengan tingkat pendidikan SLTP dan SLTA
masing masing sebesar 930.491
jiwa
(19,17%) dan 1.432.985 jiwa (20,59%). Sementara tingkat D1 sampai dengan S1,S2, dan S3 hanya berjumlah 455.293 jiwa (18,31). Jumlah angkatan
kerja
yang
terserap
berdasarkan
pendidikan
sebesar
4.153.681 jiwa yang didominasi oleh pendidikan SD kebawah sebesar 1.708.861 jiwa (41,14%) dan pendidikan SLTA sebesar 1.253.488 (30,18%) serta pendidikan SLTP sebesar 759.044 (18,7%), sedangkan 51
yang berpendidikan Perguruan Tinggi D1 sampai dengan S1,S2 dan S3 sebesar 432.288 (10,41%). Dengan demikian jumlah pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan sebesar 700.503 jiwa yang sebagian besar di dominasi oleh tingkat pendidikan SD sebesar 326.554 jiwa (46,62%), pendidikan SLTP sebesar 171.447 jiwa (24,47%) dan SLTA sebesar 179.497 (25,6%). Sementara yang berpendidikan tinggi (D1 sampai dengan S1,S2 dan S30 tinggal 23.005 (3,28%). Tingginya angka pengangguran Banten bila diamati secara spasial sepertinya berkaitan erat dengan fenomena migrasi penduduk.Terdapat tiga kabupaten/kota dengan TPT di bawah angka pengangguran Banten.Diantaranya adalah Kabupaten Pandeglang dan Lebak yang merupakan daerah perdesaan dimana perekonomiannya didominasi oleh
sektor
pertanian,
sehingga
bukan
menjadi
daerah
tujuan
migrasi.Kemudian Kota Tangerang Selatan sebagai daerah termaju di Banten yang perekonomian didominasi oleh sektor ekonomi modern, karena itu relatif kurang menarik untuk menjadi daerah tujuan migrasi dibanding wilayah Tangerang lainnya. Sedangkan lima kabupaten/kota yang memiliki TPT di atas angka pengangguran Banten merupakan daerah tujuan migrasi dengan berbagai sebab, antara lain adalah daerah dengan sektor perindustrian yang sangat dominan, ibukota Provinsi Banten dan adanya disparitas tingkat upah. Upah minimum Provinsi (UMP) di Banten selama periode 2008-2010 secara nominal terus mengalami kenaikan.Meskipun demikian, UMP riil (dibanding
laju
inflasi)
selama
periode
tersebut
sesungguhnya
cenderung mengalami penurunan. UMP Banten sendiri pada tahun 2010 mencapai 955 ribu rupiah, lebih tinggi dibanding rata-rata UMP Nasional yang hanya 908 ribu rupiah.
52
2.2
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD TAHUN 2011 Untuk
mengukur
tingkat
kinerja
pada
empat
agenda
pembangunan yang telah diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Banten
dalam
mendukung
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah Daerah (RPJMD), harus merujuk pada rencana capaian ke 4 (empat) agenda tersebut sebagaimana tercantum dalam RPJMD Provinsi Banten Tahun 2007-2012.Ada sembilan indikator makro pembangunan
untuk
mengukur
kinerja
pemerintah
daerah.
Indikator tersebut yaitu : 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) 3. Indeks Pembangunan Daerah (IPD) 4. Indeks Pembangunan Gender (IPM-G) 5. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 6. Jumlah Penduduk Sangat Miskin (Penduduk Miskin) 7. Persentase Rumah Tangga Miskin (RTM) 8. Jumlah Pengangguran Terbuka 9. Persentase Pengangguran Terbuka Kondisi capaian
9(sembilan) indikator makro pembangunan
di Provinsi Banten tahun 2011terlihat sebagaimana Tabel 2.28. Tabel 2.28 Indikator Makro Pembangunan Daerah Provinsi Banten Tahun 2010 – 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Indeks Pembangunan Daerah (IPD) Indeks Pembangunan Gender (IPM-G) Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Jumlah Penduduk Sangat Miskin Persentase Rumah Tangga Miskin (RTM) Jumlah Pengangguran Terbuka
2011 Target Realisasi 71,0672,47 72,34
Capaian %
Sat
2010
%
70,48
%
6,08
6,10-6,35
6,43
103,21%
%
83,92
85,0089,20
93,15
106,95%
%
64,00
65,80
65,00
98,78%
%
52,50
53,80
53,00
98,51%
Jiwa
758.163
690.874
97,70%
%
26,43
Jiwa
726.377
53
700.000650.000 27,0025,00 620.000
24,58 680.564
101,07%
109,92% 91,10%
No
Indikator
9
Persentase Pengangguran Terbuka (% jumlah pengangguran/jumlah penduduk) Persentase Pengangguran Terbuka (% jumlah pengangguran /Jumlah angkatan kerja)
2011 Target Realisasi
Capaian %
Sat
2010
%
6,82
6,00-5,60
7,15
87,06%
%
13,68
12,77
13,06
97,73%
Pencapaian indikator-indikator makro ini merupakan capaian kinerja dari seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Banten baik pemerintah yang terdiri dari pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota serta kontribusi terbesar berasal dari swasta dan masyarakat. Adapun hasil capaian Kinerja Utama Provinsi Banten Tahun 2011
yang
juga
disesuaikan
dengan
ke-4
(empat)
agenda
pembangunan RPJMD Provinsi Banten Tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut : 1. Agenda Pemerintahan Untuk menilai kinerja Pemerintah Provinsi Banten pada agenda pemerintahan, dapat dilihat dari capaian kinerja programprogram yang diselenggarakan pada agenda pemerintahan. Program – program tersebut adalah: a. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Pemerintah Daerah Sasaran dalam program ini adalah ketersediaan sarana – prasarana aparatur pemerintahan yang memadai. Indikator untuk mengukur program ini adalah Rasio Penyediaan Barang Jasa Adm. Perkantoran serta pelayanan Tata Usaha dan Kerumahtanggaan dengan nilai capaian 100%, Rasio Penyediaan dan Pengembangan Data dan Sistem Informasi Perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan SKPD Nilai capaian 100%. Rasio Penyelenggaraan Rapat Koordinasi dan Konsultasi di dalam dan keluar daerah nilai capaian 100%, Rasio
Pembangunan,
Rehabilitasi
Pengadaan,
Pemeliharaan
dan
Prasarana dan Sarana Aparatur nilai capaian
100%, dan Rasio Pengendalian dan Evaluasi Capaian Kinerja dan Keuangan Pelaksanaan Rencana Pembangunan SKPD 54
dengan nilai capaian
100%,
Standar pelayanan minimal
pada SKPD yang berkaitan langsung pada pelayanan publik dengan nilai capaian 100%. Rasio koordinasi dan
fasilitasi
penataan daerah otonom baru dengan nilai capaian 100%. Sehingga rata-rata nilai capaian program ini sebesar 100%. Jumlah
kesepakatan
pembangunan
dengan
pemerintah
perbatasan, regional dan bilateral dengan nilai capaian 100%. b. Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Ada empat sasaran yang hendak dicapai dalam program ini yaitu: 1) Meningkatkan
Pemerataan/Penempatan
Sumberdaya
Apatur Untuk mengukur capaian kinerja pada sasaran ini,ada dua indikator capaian kinerja yang digunakan yaitu: Cakupan Fasilitas PNS pindah dan purna tugas yang memperoleh pembekalan/penghargaan yang ditargetkan tahun 2011 sebesar 100% dan terealisasi 80,27% sehingga nilai capaian kinerjanya 80,27%. Cakupan pembinaan mental, disiplin, kompetensi dan peningkatan sumber daya
aparatur
serta
penataan
administrasi
bidang
kepegawaian target tahun 2011 sebesar 20,00% dan terealisasi
sebesar
19,17%,
sehingga
nalai
capaian
indikator ini 95,85%. Rata–rata nilai capaian sasaran peningkatan
pemerataan/penempatan
sumber
daya
aparatur adalah 88,06%. 2) Penerapan insentif berbasis kinerja untuk peningkatan kualitas pelayanan publik Untuk mengukur capaian kinerja pada sasaran ini, ada dua indikator capaian kinerja yang digunakan yaitu: Target Rasio Belanja Pegawai dalam total Belanja Tidak Langsung pada tahun 2011 adalah sebesar 30,29% dengan realisasi sebesar 30,29%, sehingga nilai capaian kinerja sasaran ini sebesar 100%. Penataan Regulasi manajemen sumberdaya aparatur terbagi dalam empat kegiatan yaitu Kegiatan fasilitasi administrasi pejabat negara dan DPRD, 55
Fasilitasi bina pendapatan daerah provinsi Banten dan Fasilitasi desk pemilukada Provinsi Banten tahun 2011, Peningkatan
Kapasitas
pemerintahan,
sumberdaya
Sosialisasi
aparatur
penyelenggaraan
bidang
pemilihan
umum kepala daerah dan wakil kepala daerah Provinsi Banten tahun 2011 target masing – masing 17,95% dan realisasi empat kegitan tersebut masing masing 17,95%, sehingga capaian kinerja keempat sasaran ini masing masing 100%. 3) Pemanfaatan
Pegawai
untuk
Penanganan
Program/Kegiatan Strategis Pembangunan Untuk mengukur capaian kinerja pada sasaran ini, ada satu indikator capaian kinerja yang digunakan yaitu : Target rasio Pembinaan dan Peningkatan Disiplin serta Profesionalisme SDM Aparatur pada tahun 2011 adalah sebesar 19,97% dengan realisasi sebesar 19,97% sehingga nilai capaian kinerja sasaran ini sebesar 100%. 4) Pemantapan Budaya Kerja Aparatur yang Profesional dan Cerdas dan sesuai aturan formal Untuk mengukur capaian kinerja pada sasaran ini, ada satu indikator capaian kinerja yang digunakan yaitu: Rasio Penyelenggaraan Bimbingan Teknis, Seminar, Lokakarya, Workshop
serta
Sosialisasi
peraturan
Perundang–
undanganpada tahun 2011 adalah sebesar 32,79% dengan realisasi sebesar 32,14%, dengan demikian nilai capaian kinerja sasaran ini sebesar 98,02%. c. Peningkatan
Kapasitas
Lembaga
Perwakilan
Rakyat
Daerah Ada dua sasaran dalam penyelenggaraan program ini, yaitu penguatan komunikasi pemerintahan antara Pemda dan DPRD dan Peningkatan harmonisasi hubungan antar tingkat pemerintahan dan dengan pemangku kepentingan lainnya. Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur program ini adalah : Target Rasio Nota Kesepakatan dengan DPRD pada tahun 2011 adalah 100% terealisasi 61,47% dengan demikian nilai capaian kinerja sebesar 61,47%, target Rasio 56
Aspirasi Masyarakat yang terakomodir dalam Anggaran Pembangunan tahun 2011 adalah sebesar 100%, sedangkan realisasinya 87,98%, capaian kinerja 87,98%.
Rata – rata
nilai capaian kinerja program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah adalah sebesar 74,73%. d. Perencanaan Pembangunan Daerah Ada
empat
sasaran
yang
hendak
di
capai
dalam
penyelenggaraan program perencanaan pembangunan yaitu Tersedianya dokumen rencana aksi program – program strategis, tersedianya dokumen penganggaran sesuai kinerja dan kebutuhan, tersedianya dokumen perencanaan sesuai kebutuhan
masyarakat,
pengendalian
dan
dan
evaluasi
tersedianya
dokumen
pelaksanaan
rencana
pembangunan. Berdasarkan 4 indikator kinerja yang digunakan yaitu Jumlah RAD Penanggulangan Kemiskinan, Jumlah Dokumen Penganggaran
Tahunan
Daerah,
Jumlah
Dokumen
Perencanaan Jangka Panjang, Menengah dan
Tahunan
Daerah,
Jumlah
Evaluasi
Program
dan
Laporan
Anggaran
Pengendalian
Pembangunan,
dan capaian
kinerja
masing-masing indikator 100%. Rata – rata nilai capaian kinerja program sebesar 100%. e. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Sasaran program ini adalah Penyelenggaraan pelayanan publik yang bermutu dan akuntabel diseluruh tingkatan pemerintahan daerah. Untuk mengukur sasaran ini indikator yang
digunakan
adalah
rasio
Tindak
Lanjut
Hasil
Pemeriksaan terhadap jumlah obyek pemeriksaan, target untuk tahun 2011 adalah 87% dan realisasinya sebesar 83% sehingga nilai capaian kinerjanya sebesar 95,40%. f.
Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Ada dua sasaran dalam program penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan yaitu : Rasio Pembentukan Lembaga Lain sebagai
bagian
dari
Perangkat
Daerah
(Badan
Penanggulangan Bencana Daerah, BNP, Badan Koordinasi 57
Penyuluh Pertanian Peternakan Kehutanan, KPAID, KPID, BKSP, SET KORPRI, Komisi Aid dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu) dan Rasio Pembentukan kelembagaan pemerintah daerah yang efektif, efisien, dan akuntabel. Indikator kinerja yang digunakan adalah : Rasio Lembaga Lain
Sebagai
Bagian
Kelembagaan/SKPD
Dari
Perangkat
Terhadap
Daerah,
Penyelenggaraan
Rasio Urusan
Wajib dan Pilihan Pembangunan, Rasio Penyediaan dan Pengembangan Data dan Sistem Informasi Perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan SKPD. Target Rasio Lembaga Lain sebagai bagian dari perangkat daerah tahun sehingga
2011 adalah 77,78%
nilai
capaian
kinerja
terealisasi
100%.
77,78%
Target
Rasio
Kelembagaan/SKPD terhadap penyelenggaraan Urusan Wajib dan
Pilihan
Pembangunan
tahun
2011
sebesar
93%
terealisasi 93% sehingga nilai capaian nya sebesar 100%. Target Rasio Penyediaan dan Pengembangan Data dan Sistem
Informasi
Pengelolaan
Perencanaan,
SKPD
25,34%,
Pembangunan
terealisasi
25,34%
dan dengan
demikian nilai capaiannya sebesar 100%. Rata – rata nilai capaian
kinerja
program
penataan
kelembagaan
dan
ketatalaksanaan adalah sebesar 100%. g. Pengembangan Telematika dan Informatika Ada
3
sasaran
dalam
penyelenggaraan
program
pengembangan Telematika dan Informatika yaitu: Penerapan norma, standar dan prosedur telematika dan informatika, penerapan layanan telematika dan informatika yang terpadu, aksesibilitas
tinggi
dan
kapasitas
mencukupi
dan
mengembangkan dan menerapkan teknologi informasi dan manajemen pelayanan digunakan
pemerintahan kepada
dalam
masyarakat.
rangka
Indikator
peningkatan kinerja
yang
adalah : Rasio penyusunan dan sosialisasi
aturan perundang-undangan, norma, standar dan prosedur telematika dan informatika, penerapan layanan telematika dan informatika, Rasio Pengembangan Pelayanan Telematika dan
informatika
yang 58
terpadu
dengan
pemanfaatan
penggunaan
teknologi,
Rasio
peningkatan
dan
pengembangan sistem pelayanan Telematika dan informatika Berdasarkan Indikator tersebut, Rasio penyusunan dan sosialisasi aturan perundang – undangan, norma,
standar
dan prosedur telematika dan informatika, penerapan layanan telematika dan informatika dari target 26,81 %, terealisasi 26,81
%,
dengan
demikian
capaiannya
100%.
Rasio
Pengembangan Pelayanan Telematika dan informatika yang terpadu dengan pemanfaatan penggunaan teknologi dari target
17,48%
terealisasi
17,48%,
dengan
demikian
capaiannya 100%. Rasio peningkatan dan pengembangan sistem pelayanan Telematika dan informatika dari target 59,47%
terealisasi
59,47%,
dengan
demikian
nilai
capaiannya 100%. Rata – rata nilai capaian kinerja dari 3 indikator kinerja yang digunakan adalah 100%. h. Peningkatan Kerjasama Pembangunan Sasaran
yang
hendak
dicapai
dalam
penyelenggaraan
program ini adalah meningkatkan kualitas penyelenggaraan kerjasama pemerintahan dengan indikator kinerja jumlah kesepakatan kerjasama pembangunan dengan pemerintah perbatasan, regional dan bilateral dan sasaran kedua yaitu penggalangan sumber – sumber pendanaan di luar APBD (Non APBD) dan APBN serta sumber – sumber pendapatan lainnya yang sah dengan indikator kinerja Rasio Jumlah kesepakatan diluar Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota yang direalisasikan. Nilai capaian kedua indikator di atas sebesar masing – masing sebesar 100 %, sehingga nilai capaian kinerja
program
peningkatan
kerjasama
pembangunan
adalah sebesar 100%. Indikator yang digunakan yaitu : Jumlah
kesepakatan
kerjasama
pembangunan
dengan
pemerintahan perbatasan, Regional dan bilateral dan Rasio Jumlah
Kesepakatan
diluar
pemerintah
provinsi
dan
Kab/Kota yang direalisasikan. Berdasarkan Indikator Rasio Jumlah kesepakatan kerjasama pembangunan dengan pemerintahan perbatasan, Regional dan bilateral
dari target 80% terealisasi 80% dengan 59
demikian capaiannya 100%. Rasio Jumlah Kesepakatan diluar pemerintah provinsi dan Kab/Kota yang direalisasikan dari target 80% terealisasi 80%, dengan demikian nilai capaiannya 100%. Rata-rata capaiannya 100%. i.
Fasilitasi dan Penataan Daerah Otonom Baru Sasaran program ini penyelenggaraan
adalah fasilitasi dan pembinaan
daerah
otonom
baru
dan
fasilitasi
penyelesaian tapal batas wilayah antar daerah dengan capaian 100% dari target 100%. Indikator yang digunakan rasio koordinasi dan fasilitasi penataan daerah otonom baru. j.
Peningkatan
Pengelolaan
Keuangan
dan
Kekayaan
Pemerintah Daerah Dua
sasaran
keuangan
dari
dan
program
kekayaan
peningkatan
pemerintah
pengelolaan
daerah
adalah
pembinaan, fasilitasi dan evaluasi pengelolaan keuangan daerah pemerintah Kab/Kota dan penyusunan pedoman perencanaan dan pelaksanaan penganggaran pemerintah daerah.
Untuk
mengukur
nilai
capaian
kinerja
kedua
sasaran ini, indikator yang digunakan adalah : Jumlah Hasil Evaluasi APBD Kabupaten/Kota dan Jumlah Dokumen Pedoman Perencanaan Anggaran (ASB, SSH dan Ped.RKA). Target Jumlah Hasil Evaluasi APBD Kabupaten/Kota pada tahun 2011 adalah 8 dokumen dan terealisasi 8 dokumen sehingga niali capaiannya sebesar 100%.Jumlah Dokumen Pedoman Perencanaan Anggaran (ASB, SSH, dan Ped. RKA) yang ditargetkan pada tahun 2011 sejumlah 2 dokumen dan terealisasi sebanyak 2 dokumen sehingga nilai capaianya sebesar 100%. Rata – rata nilai capaian program peningkatan pengelolaan keuangan dan kekayaan pemerintah daerah adalah 100%. k. Peningkatan
Kesadaran
dan
Pengembangan
Produk
Hukum dan HAM Sasaran program ini adalah sinkronisasi dan harmonisasi produk
hukum
kabupaten/Kota
daerah, untuk 60
antar
pusat,
mewujudkan
provinsi
dan
kebutuhan,
perencanaan
strategis,
dan
pelayanan
publik.
Untuk
mengukur sasaran ini indikator yang digunakan adalah jumlah sosialisasi dan desiminasi produk hukum pusat, provinsi dan kabupaten/Kota, target untuk tahun 2011 adalah 75%, dan realisasinya sebesar 75% sehingga nilai capaian
kinerja
program
Peningkatan
kesadaran
dan
pengembangan produk Hukum dan HAM sebesar 100%. l.
Pendidikan
Politik
Masyarakat
dan
Pengembangan
Wawasan Kebangsaan Ada dua sasaran yang hendak dicapai dalam program ini yaitu peningkatan derajat kepercayaan masyarakat dan kualitas kesadaran hukum masyarakat dan peningkatan kualitas kesadaran hukum dan politik. Indikator kinerja yang digunakan
adalah
: Jumlah Gangguan Keamanan
terhadap aktivitas masyarakat dan dunia usaha (Asumsi Max = 12%) dan Rasio Forum kewaspadaan dini masyarakat dan sosialisasi pemahaman nilai-nilai ideologi bangsa. Berdasarkan
dua indikator kinerja tersebut yaitu Jumlah
Gangguan Keamanan terhadap aktivitas masyarakat dan dunia usaha (Asumsi Max = 12%) dan Rasio Forum Kewaspadaan dini masyarakat dan sosialisasi pemahaman nilai-nilai ideologi bangsa diperoleh nilai rata-tara capaian kinerja
program
pendidikan
politik
masyarakat
dan
pengembangan wawasan kebangsaan sebesar 100%. Berdasarkan
nilai
capaian
kinerja
14
program
yang
diselenggarakan pada agenda pemerintahan diatas, maka rata-rata nilai capaian kinerja agenda pemerintahan adalah sebesar 97,08%. 2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Manusia Kinerja
Pemerintahan
Provinsi
Banten
pada
agenda
pemerintahan, berdasarkan nilai capaian kinerja program– programyang
diselenggarakan
pada
Program–programtersebut adalah :
61
agenda
pemerintahan.
a. Pendidikan Anak Usia Dini Sasaran program ini adalah meningkatnya akses prasekolah. Untuk mengukur sasaran ini indikator yang digunakan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD, target untuk tahun 2011 adalah 22%, dan realisasinya sebesar 22% sehingga nilai capaian kinerja program ini 100%. b. WAJAR DIKDAS 9 Tahun dan WAJAR 12 Tahun Ada 3 sasaran dalam penyelenggaraan program ini yaitu meningkatnya
APK
jenjang
pendidikan
menengah
(SMP/MTs/SMPL/Paket B/Wustho), meningkatnya Rata – rata nilai ujian Nasional (UN) tingkat SLPT dan Meningkatnya angkapartisipasi sekolah murni (APM) jenjang SD (termasuk SDLB dan MI). dan untuk mengukur capaian kinerja sasaran di atas, indikator kinerja yang digunakan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/SMLB/Paket B/Wustho, dan APM Jenjang SD/SDLB/MI/paket A. Angka
Partisipasi
B/Wustho,
target
Kasar
(APK)
tahun
2011
SMP/Mts/SMPLB/Paket adalah
98,45%
dengan
realisasi 98,45% sehingga niali capaiannya 100%. APM jenjang SD/SDLB/MI/Paket A, target tahun 2011 adalah 98%
dengan realisasi 98% sehingga nilai capaiannya
100%.Rata – ratanilai capaian kinerja program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun adalah 100%. c. Pendidikan Menengah Sasaran
yang
hendak
dicapai
dalam
penyelenggaraan
program pendidikan menengah yaitu : meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) AMA/SMK/SMA-LB/MA/Paket C. indikator yang digunakan adalah angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK/SMA-LB/MA/Paket C dengan nilai capaian 100%. Sehingga rata – rata nilai capaian kinerja program pendidikan menengah sebesar 100 %. Berdasarkan
tabel
diatas,
target
kinerja
untuk
angka
partisipasi kasar (APK) SMA/SMK/SMA-LB/MA/Paket C sebesar
65,40%,
terealisasi
65,40%.
Dengan
capaian kinerja tahun 2011 mencapai 100%. 62
demikian,
d. Pendidikan Tinggi Sasaran program pendidikan tinggi adalah meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) PT/PTA. Untuk mengukur capaian kinerja sasaran tersebut indikator yang digunakan Angka Partisipasi Kasar (APK) PT/PTA dengan target 12,25% dan terealisasi 12,25% sehingga nilai capaiannya sebesar 100%. Rata – ratanilai capaian kinerja program ini sebesar 100%. Berdasarkan indikator di atas , target kinerja untuk angka partisipasi kasar (APK) PT/PTA sebesar 12,25%, terealisasi 12,25%. Dengan demikian, capaian kinerja tahun 2011 mencapai 100%. e. Pendidikan Berkebutuhan Khusus Sasaran program pendidikan berkebutuhan khusus yaitu meningkatnya
rasio
jumlah
siswa
yang
mengikuti
pendidikan luar biasa pada tingkat SD, SMP, SMA dan sederajat, indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja program ini adalah : Angka Pastisipasi Murni (APM) SD/SDLB/MI/Paket A/Ula, Angka Partisipasi Kasar (APK)
SMP/MTs/SMPLB/Paket
B/Wustho
dan
angka
partisipasi kasar (APK) SMA/SMK/SMA-LB/MA/Paket C, rata – rata nilai capaian kinerja program ini sebesar 100%. Berdasarkan Indikator tersebut, target kinerja unttuk angka partisipasi murni (APM) SD/SDLB/MI/ Paket A/ Ula sebesar 98%,
terealiasasi
98%.
Target
kinerja
untuk
angka
partisipasi kasar (APK) SMP/MTs/SMPLB/Paket B/Wustho sebesar 98,45%, terealisasi 98,45%. Target kinerja untuk Angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK/SMA-LB/MA/Paket C sebesar 65,40%, terealisasi 65,40%. Dengan demikian, rata–ratacapaian kinerja tahun 2011 mencapai 100%. f.
Pengembangan Perpustakaan Sekolah dan Taman Bacaan Masyarakat Sasaran program ini adalah meningkatnya minat baca penduduk
dan
terkelolanya
arsip
dan
dokumen
daerah.Indikator kinerja yang digunakan adalah Jumlah 63
Pengunjung pada TBM, Perpusda dan Perpustakaan Keliling, Rasio Pelayanan Administrasi kearsipan. Target
jumlah
pengujung
pada
TBM,
Perpusda,
dan
perpustakaan keliling pada tahun 2011 adalah sebesar 20%, terealisasi 20% sehingga capaiannya sebesar 100%. Target Rasio
Pelayanan
Administrasi
kearsipan
sebesar
20%,
terealisasi 20% sehingga nilai capaiannya sebesar 100%. Rata – rata nilai capaian kinerja program pengembangan perpustakaan
sekolah
dan
taman
bacaan
masyarakat
sebesar 100%. g. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Sasaran penyelenggaraan program ini adalah meningkatnya rasio jumlah tenaga pendidik dan kependidikan nonformal yang telah memiliki uji kompetensi dengan target 75% terealisasi 75%, dengan demikian capaian kinerjanya 100%. Rasio jumlah tenaga pendidik dan kependidikan Non-formal yang telah memiliki uji kompetensi yang ditargetkan pada tahun 2011 adalah 75% terealisasi 75% sehingga nilai capaian 100%. Rata – rata nilai capaian kinerja program peningkatan
manajemen
pelayanan
pendidikan
sebesar
100%. h. Peningkatan Manajemen Pelayanan Pendidikan Sasaran yang hendak dicapai pada program ini yaitu : meningkatnya rasio ketersediaan instrumen pengelolaan pelayanan
pendidikan
terhadap
kebutuhan
instrumen
keseluruhan. Indikator yang digunakan untuk mengukur capaian kinerjanya yaitu : Rasio Ketersediaan Instrumen Pengelolaan
Pelayanan
Pendidikan
terhadap
Kebutuhan
pengelolaan
pelayanan
Instrumen Keseluruhan. Rasio
ketersediaan
instrumen
pendidikan terhadap kebutuhan instrumen keseluruhan yang ditargetkan pada tahun 2011 adalah 100% terealisasi 100% sehingga nilai capaian 100%. Rata – rata nilai capaian kinerja
program
peningkatan
pendidikan sebesar 100%. 64
manajemen
pelayanan
i.
Pendidikan Non Formal, Informal dan Kecakapan hidup Sasaran program ini adalah menurunnya angka buta aksara penduduk berusia 15 tahun keatas, meningkatnya angka partisipasi murni (APM) SD/SDLB/MI/Paket A/Ula dan meningkatnya
angka
partisipasi
kasar
(APK)
SMP/Mts/SMPLB/Paket B/Wustho. Indikator kinerja yang digunakan adalah : Angka Buta Aksara Pendudukan berusia 15
Tahun
ke
atas,
Angka
partisipasi
murni
(APM)
SD/SDLB/MI/Paket A /Ula, dan Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/SMPLB/Paket B/ Wustho. Angka buta aksara penduduk berusia 15 tahun ke atas ditargetkan 5,15% pada tahun 2011, dan terealisasi 5,15%, sehingga nilai capaiannya 100%. Target angka partisipasi murni (APM) SD/SDLB/MI/Paket A/ Ula pada tahun 2011 sebesar
98,50% terealisasi sebesar 98,50% sehingga nilai
capaiannya sebesar 100%.
Angka partisipasi Kasar (APK)
SMP/MTs/SMPLB/Paket B/ Wustho ditargetkan
98,45%
terealisasi 98,45% nilai capaian kinerjanya sebesar 100%. Rata – rata nilai capaian kinerja program pendidikan Non Formal, informal dan kecakapan Hidup sebesar 100%. j.
Peningkatan Peran serta Kepemudaan Sasaran
program
kepemudaan
ini
yang
adalah telah
meningkatnya
mendapatakan
organisasi pembinaan
kewirausahaan dan kepemimpinan.Untuk mengukur sasaran ini,
indikator
yang
digunaka
adalah
rasio
organisasi
kelompok kepemudaan yang telah mendapatkan pembinaan kewirausahaan dan kepemimpinan, total 46 organisasi. Target untuk tahun 2011 adalah 78,26%, terealisasi 78,26%, dengan demikian nilai capaian kinerja program peningkatan peran serta kepemudaan sebesar 100%. Rasio
Organisasi
Kelompok
Kepemudaan
yang
Telah
Mendapatkan Pembinaan Kewirausahaan dan Kepemimpinan Sebanyak 46 Organisasi Kepemudaan yang ditargetkan pada tahun 2011 adalah 78,26% terealisasi 78,26% sehingga nilai capaian 100%. Rata-rata nilai capaian kinerja program
65
peningkatan
manajemen
pelayanan
pendidikan
sebesar
100%. k. Pengembangan Manajemen, Pembinaan, dan Pemasyarakatan Olahraga Sasaran program ini adalah terbinanya cabang olahraga yang berprestasi
dan
meningkatnya
kegiatan
masyarakat
serta
meningkatnya
cabang
olahraga olahraga
di
yang
dibina. Indikator yang digunakan adalah: Rasio terbinanya cabang
olahraga
yang
berprestasi
dan
meningkatnya
kegiatan olahraga di masyarakat serta meningkatnya cabang olahraga yang dibina. Capaian kinerja masing-masing 100%, dengan demikian rata-rata capaian kinerjanya 100%. 3. Agenda Perekonomian Untuk menilai kinerja pemerintah Provinsi Banten pada agenda perekonomian, Program
–
kita
akanmenghitung
Program
yang
di
nilai
capaian
selenggarakan
pada
kinerja agenda
Perekonomian. Program – Program tersebut adalah: a. Peningkatan Ketahanan Pangan Sasaran
Program
ini
adalah
terciptanya
Kemampuan
memanfaatkan ketersedian Pangan sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Kemampuan memperoleh pangan dengan cara yang legal dan diterima secara sosial budaya ketersediana pangan yang cukup,aman,dan merata. Indikator kinerja yang di gunakan adalah: Indek Tingkat Kerentanan Pangan, nilai capaiannya 99,57%, Rasio Pemanfaatan dan Penyerapan Pangan, nilai capaiannya 97,32 %, Rasio Ketersediaan Pangan Daerah, nilai capaiannya 99,59 %, Rasio Akses Pangan
dan
Pendapatan
Masyarakat,
nilai
capaiannya
98,57%, Tingkat Konsumsi Ikan, nilai capaiannya 100%. Berdasarkan Tabel
di atas, dengan menggunakan lima
indikator pengukuran, rata – rata nilai capaian kinerja program peningkatan ketahanan pangan adalah sebesar 99,01%.
66
b. Pengelolaan dan Pengembangan Agribisnis Sasaran
Program
perkebunan, Petani
ini
adalah
perternakan
Pembudidayaan
dan
&
Revitalisasi perikanan;
Nelayan.
pertanian, Keberdayaan
Berdasarkan
lima
indikator yaitu Produksi dan produktivitas holtikultura nilai capaiannya 100%,
Produksi
dan Produktivitas Tanaman
Perkebunan, nilai capaiannya 100% (Target 13,50 % realisasi 13,50%.
Peningkatan
ekspor
perikanan
Pengembangan dan rehabilitasi
189,57%.
Luas
hutan capaian kinerjanya
100%, pengamanan dan pengendalian kawasan hutan dan kebun 100%. rata – rata nilai capaian kinerja program pengelolaan dan pengembangan agribisnis sebesar 117,91%. c. Pengelolaan dan Pengembangan Sumberdaya Perikanan Sasaran program Pengolaan dan Pengembangan Sumberdaya Perikanan adalah peningkatan pendapatan pembudidayaan dan nelayan. Indikator kinerja yang digunakan adalah: Produksi Perikanan nilai capaian kinerjanya 120,82% (target 168.682 ton realisasi 169.150 ton).
Luas Lahan yang
Dikonservasi 209,00 %(target 1 ha realisasi 4,18 ha). Penyerapan tenaga kerja capaian kinerjanya 112,50 % ( target 90.000 org realisasi 90.000 org). Penyerapan Tenaga Kerja Perikanan capaian kinerja 113,92% (target 79.000 org realisasi 90.000 org). Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya 88,75% (target 110 realisasinya 97,63). Penyelesaian Kasus Pelanggaran Kelautan dan Perikanan capaian kinerjanya 166,67 (target 12 kasus realisasi 20 kasus). Berdasarkan
enam indikator, rata – rata nilai capaian
kinerja program – program pengolaan dan pengembangan sumberdaya perikanan adalah sebesar 135,28%. d. Pengelolaan dan Pengembangan Sumberdaya Hutan Ada dua sasaran yang hendak dicapai pada program ini yaitu pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan dan jasa lingkungan
disekitar
hutan.
Indikator
kinerja
yang
digunakan adalah : Pembinaan Industri Hasil Kehutanan capaian kinerjanya 100% (target
150 buah
realisasi 150
buah. Penertiban dan Peredaran Hasil Hutan (Penataan Hasil 67
Hutan) capaian
kinerjanya 100% (target
8 kab/kota
realisasi8 kab/kota 8 kab/kota. Rehabilitasi hutan dan lahan capaian kinerjanya 175 % (target 12.000 ha realisasi 21.000 ha). Berdasarkan tiga Indikator kinerja diperoleh rata – rata capaian kinerja program pengolaan dan pengembangan sumberdaya hutan adalah sebesar 125%. e. Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata Daerah Ada empat sasaran yang hendak dicapai pada program Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata Daerah yaitu meningkatnya dalaam
pemahaman
pembangunan
dan
dan
partisipasi
masyarakat
pengembangan
pariwisata,
Pengembangan Destinasi Pariwisata, Peningkatan pemasaran kebudayaan
dan
pariwisata,
peningkatan
kemitraan
pariwisata Indikator kinerja yang digunakan adalah : Jumlah Pelaksanan Sosialisasi 100% (target 3 realisasi 3), Jumlah Destinasi Wisata yang Dikembangkan 100 % (target 6 realisasi
6),
Jumlah
Kemitraan
Dengan
Usaha
Jasa
Pariwisata capaian kinerja 100 % (target 2 realisasi 2), Jumlah
Pelaksanaan
Event/Promosi
capaian
kinerjanya
100% (target 6 realisasi 6). Berdasarkan empat indikator kinerja diperoleh rata-rata nilai capaian kinerja program pengolaan dan pengembangan pariwisata Daerah adalah sebesar 100%. f.
Peningkatan Investasi Dunia Usaha Tiga sasaran dalam peyelenggaraan program ini adalah Meningkatnya minat dan realisasi investasi, Meningkatnya minat dan realisasi investasi dan meningkatnya promosi dan kerjasama investasi untuk mendukung minat dan realisasi investasi; kinerja
memelihara
yang
dan
digunakan
fasilitasi
adalah
:
investasi.Indikator
Peningkatan
Volume
Perdagangan capaian kinerja 100 % (realisasi 7,00% target 7,00%)
Peningkatan
Pelayanan
Masyarakat
capaian
kinerjanya 100% (realisasi 9,00 % target 9,00%) Promosi Perdagangan capaian kinerjanya 100% (realisasi 5,5% target 5,5%). 68
Berdasarkan tiga indikator kinerja diperoleh rata-rata nilai capain kinerja program peningkatan investasi Dunia Usaha adalah 100%. g. Peningkatan Hubungan Kemitraan Industri Hulu – Hilir Ada tiga sasaran pada program Peningkatan Pada Hubungan Kemitraan Penerapan
Industri dan
Hulu-Hilir
Pengembangan
yaitu IPTEK
Meningkatkan dan
Kompetensi
industri serta aspek kemasan HAKI bagi IKM; meningkatnya kualitas dan keragaan serta diversifikasi produk-produk IKM ciri khas daerah; Terciptanya iklim yang kondusif terhadap pengembangan klaster industry potensial (TPT, Alas kaki, petrokimia, logam dan mesin) di Provinsi Banten dan Meningkatnya Kualitas dan keragaan serta diversivikasi Produk-Produk IKM cici khas daerah. Indikator kinerja yang digunakan adalah : Peningkatan Produktifitas Industri 100% (target 6,50% realisasi 6,50%), Peningkatan Produksi IKM 100% (target 8,00% realisasi 8,00%) Berdasarkan tiga indikator kinerja diperoleh rata-rata nilai capain kinerja program Peningkatan Hubungan Kemitraan Industri Hulu – Hilir adalah sebesar 100%. h. Pengembangan Usaha dan Kelembagaan UMKM-K Sasaran kegiatan pengembangan dan kelembagaan UMKM-K adalah
pengembangan
lingkungan
usaha;
fasilitasi
pembiayaan dan pemasaran; pengembangan kewiraan usaha dan SDM dan setara bisnis UMKM. Indikator yang digunakan Pengembangan kewirausahaan dan SDM capaian kinerjanya 100% (target 20,00% realisasi 20,00%) , Pengembangan lingkungan Usaha 100% (target 2,31% realisasi 2,31%), fasilitas Pembiayaan 100% (target 7% realisasi7%) Berdasarkan tiga indikator kinerja diperoleh rata-rata nilai capain
kinerja
program
Pengembangan
Usaha
dan
Kelembagaan UMKM-K adalah sebesar 100%. i.
Peningkatan Perluasan Kesempatan Kerja dan Berusaha Sasaran
dari program
ini
adalah
menurunnya
tingkat
pengangguran terbuka menjadi 9,5% pada akhir tahun 2012, 69
dengan
indikator
kinerja:
Rasio
jumlah
pengangguran
Terbuka Terhadap Jumlah Angkatan kerja, dengan target kinerja 12,77% realisasinya 12,77%, dengan demikian nilai capaian kinerjanya 100%. Berdasarkan
nilai
capaian
kineja
9
program
yang
diselenggarakan pada agenda perekonomian di atas, maka rata-rata nilai capaian kinerja agenda perekonomian adalah sebesar 99,89%. 4. Agenda Pengembangan Kawasan Wilayah Untuk menilai kineja Pemerinta Provinsi Banten pada agenda pengembangan kawasan Wilayah, kita akan menghitung nilai capaian kinerja Program-Program yang diselenggarakan pada agenda
pengembangan
kawasan
Wilayah.
Program-Program
tersebut adalah : a. Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Sasaran program ini adalah meningkatkan kualitas jalan dan jembatan pada kondisi mantap 80-90% (rata-rata pada ruas jalan
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota)
dengan
prioritas
penangan pada kawasan strategis (industri dan pariwisata). Untuk mengukur kinerja program ini, indikator kinerja yang digunakan adalah : Rasio Ruas Jalan & Jembatan Dalam Kondisi Mantap di WKP I (Kab. Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan)100% ( target 97,21 realisasi 97,21),
Rasio Ruas Jalan & Jembatan Dalam Kondisi
Mantap di WKP II ( Kab. Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon capaian kinerjanya 100% (target 98,52 realisasi 98,52), Rasio Ruas Jalan & Jembatan Dalam Kondisi Mantap di WKP III ( Kab. Pandeglang dan Kab. Lebak) capaian kinerja 100% (target 80,08 realisasi 80,08). Sehingga rata-rata nilai capaian program pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan adalah sebesar 100%. b. Pengembangan Transportasi, Pos dan Telekomunikasi Ada
tiga
sasaran
dalam
penyelenggaraan
program
pengembangan transportasi, pos dan telekomunikasi yaitu : (1) Meningkatnya penyelenggaraan pos, telekomunikasi dan 70
informatika
dengan
aksesibilitas
serta
kapasitas
yang
memadai (2) Meningkatnya penyelenggaraan transportasi yang
terpadu,
aman,
tertib,
ramah
lingkungan;
(3)
Meningkatnya peyediaan fasilitas Transportasi. Indikator kinerja
yang
digunakan
adalah
:
Rasio
Pembinaan,
Pengendalian, Pengawasan dan Penertiban Peyelenggaraan Transportasi nilai capaian 100%(target 10,55%, realisasi 10,55%),
Rasio
Pembinaan
Pelayanan
Pos
dan
Telekomunikasi capaian kinerjanya 100%(target 10,53% dan realisasi
10,53%),
Rasio
Pengembangan
Telematika
danImformatika capaian kinerja 100% (target 5,6, realisasi 5,6 ), Rasio Penyediaan Fasilitas Perhubungan Darat capaian kinerjanya 100%
(target 8,35%
realisasi 8,35%), Rasio
Penyediaan Fasilitas Perhubungan Laut capaian kinerjanya 100% (target 3,34 realisasi 3,34), Rasio Penyediaan Fasilitas Perhubungan Udara capaiann kinerjanya 100 % (target 5,01realisasi 5,01). Berdasarkan enam indikator penilaian di atas, rata-rata nilai capaian kinerja program pengembangan transportasi, Pos dan Telekomunikasi adalah sebesar 100%. c. Pengembangan, Pengelolaan dan Pengendalian Sumber Daya Air Sasaran
dalam
program
ini
adalah:
(1)
Meningkatkan
kuantitas dan kualitas sumber daya air untuk pengendalian daya rusak. Indikatornya adalah Rasio Perbaikan badan sungai dan SITU di WKP I, II dan III. Target kinerja 68,83% realisasinya 68,83%, dengan demikian nilai capaian kinerja 100%.
(2) Meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber
daya air untuk pendayagunaan air. Indikator kinerjanya adalah Rasio Peningkatan dan Rehabilitas jaringan irigasi teknis di WKP I, II, dan III target kinerja 80,27% realisasi 80,08%. Dengan demikian nilai capaian kinerja 99,76%. Rata-rata nilai capaian kinerja adalah 99,88%. d. Penataan Perumahan, Permukiman dan Kawasan Sentara Produksi Sasaran
program
ini
adalah
Meningkatnya
Penyediaan
Infrastruktur Perumahan dan Permukiman; Meningkatnya 71
Pembinaan
dan
Pemberdayaan
Masyarakat
terhadap
Infrastruktur Perumahan dan Permukiman. Indikator kinerja yang digunakan adalah : Rasio Ketersediaan Air Bersih dan Sanitasi di WKP I, II dan III capaian kinerjanya 100%(target 73,33%
realisasi 73,33%). Rasio Pembangunan Gedung
Perkantoran di KP3B capaian kinerjanya 100% 73,81%
(target
realisasi 73,81%). Rasio pembangunan fasilitas
perumahan dan pemukiman di WKP I, II, dan III capaian kinerjanya 100% (target 66,67% realisasi 66,67%). Rasio Pembangunan Jalan Akses Pusat Pertumbuhan di WKP I, II dan III capaian kinerjanya 100% (target 80,38% realisai 80,38%) Berdasrkan empat indikator penilaian di atas, ratarata nilai capaian kinerja program penataan perumahan, permukiman dan kawasan Sentra produksi adalah sebesar 100%. e. Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam Meningkatnya fungsi dan luas kawasan lindung mencapai kondisi 30% luas wilayah melalui koordinasi penataan ruang daerah dan meningkatnya peran serta masyarakat dalam perlindungan sumberdaya alam adalah sasaran yang hendak dicapai dalm pelaksanaan program ini. Indikator kinerja yang digunakan adalah : Rasio Luas Kawasan Lindung Terhadap
Luas
Wilayah
capaian
kinerja
100%,
(target
23,50% realisasi 23,50%), Pembinaan Kelompok Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup capaian kinerjanya 100% (target 25 capaian 25). Berdasarkan dua indikator penilaian di atas, rata-rata nilai capaian
kinerja
program
perlindungan
dan
konservasi
sumberdaya alam adalah sebesar 100%. f.
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Meningkatnya
pengelolaan
lingkungan
hidup
melalui
berkurangnya kualitas pencemaran air dan udara pada tingkat kriteria baik (ABM50) dan pengembangan sistim insentip dan disinsetip terhadap kegiatan-kegiatan yang berpotensi
mencemari 72
lingkungan
seperti
industri
dan
pertambangan merupakan sasaran program ini. Indikator kinerja yang digunakan adalah : Rasio Dokumen Lingkungan terhadap Jumlah Usaha dan atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak
besar
dan
penting
terhadap
lingkungan hidup capaian kinerjanya 100 % (target 8,83% realisasi 8,83%), Rasio Tindak Lanjut terhadap Pengaduan Masyarakat
akibat
dugaan
Pencemaran/Kerusakan
Lingkungan Hidup capaian kinerjanya 100% (target 20,00% realisasi
20,00%),
industri)
capaian
realisasi16,67).
Rasio
Pengelolaan
kinerjanya
Rasio
Insentif
Limbah
100% dan
B3
(target
Disentif
(540 16,67
terhadap
kegiatan-kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan capaian kinerjnya 100% (target 10,00% realisasi10,00%), Rasio
Insentif
dan
Disentif
terhadap
Kegiatan-kegiatan
(Pengkajian Dampak Lingkungan capaian kinerjanya 100% (target 10,00%realisasi10,00%), Rasio Insentif dan Disentif terhadap
Kegiatan-kegiatan
Lingkungan
(Peningkatan
yang
Berpotensi
Edukasi
dan
Mencemari Komunikasi
masyarakat di Bidang lingkungan) capaian kinerjanya 100 % (target
10,00%
realisasi
10,00%).
Berdasarkan
6(enam)
indikator penilain di atas, rata-rata nilai capaian knerja program
pengendalian
pencemaran
dan
perusakan
Lingkungan Hidup adalah sebesar 100%. g. Pengembangan dan Pengendalian Pertambangan dan Energi Ada lima sasaran yang hendak dicapai dalam program Pengembangan dan Pengendalian Pertambangan dan Energi, yaitu : 1) Meningkatnya pengembangan bidang energi dan ketenagalistrikan; 2) Meningkatnya pengembangan bidang pertambangan dan geologi; 3) Meningkatanya pengusahaan bidang pertambangan dan energy; 4) Meningkatnya pengusahaan bidang pertambangan dan energy; 73
5) Ketersediaan sarana prasarana aparatur pemerintah yang memadai. Untuk mengukur tingkat capaian kinerja program ini, indikator
kinerja
yang
digunakan
adalah
:
Rasio
Pemanfaatan dan Pengembangan Energy Terbarukan capaian kinerjanya 100% (realisasi 25,77% target 25,77%) Rasio Pemanfaatan dan Pengembangan Migas capaian kinerjanya 100% (realisasi 8,34% target 8,34%) Rasio Pengembangan Ketenagalistrikan di Provinsi Banten capaian kinerjanya 100%
(realisasi
49,91%
target
49,91%)
Rasio
Jumlah
Pemetaan Potensi Sumberdaya Mineral, Batubara dan Panas bumi Rasio Jumlah Wilayah Perusahaan Pertambangan yang Terpetakan
capaian kinerjanya 100% (realisasi 12,50%
target 12,50%) Rasio Pengolahan Air Tanah dan Pemetaan Geologi Tata Lingkungan capaian kinerjanya 100% (realisasi 16,95% target 16,95%) Rasio Jumlah Perusahaan yang Mentaati
Peraturan
Perundang
–Undangan
bidang
Pertambangan capaian kinerjanya 100% (realisasi 51,90% target
51,90%)
Rasio
Promosi
Produk
dan
Potensi
Pertambangan capaian kinerjanya 100% (realisasi 33,84% target 33,84%) Rasio Pengendalian dan Evaluasi Capaian Kinerja
dan
Keuangan
Pelaksanaan
Rencana
capaian
kinerjanya 100% (realisasi 32,32% target 32,32%), dan Pembangunan SKPD capaian kinerjanya 100%
(target
17,04% realisasi 17,04%). Dengan menggunakan 9 (Sembilan) indikator penilaian di atas, rata-rata nilai capaian kinerja program Pengembangan dan Pengendalian Pertambangan dan Energi adalah sebesar 100%. h. Penataan Ruang Sasaran dari Program Penataan ruang di Provinsi Banten tahun 2011 adalah Meningkatnya Fungsi Koordinasi dan Perencanaan Penataan Ruang Daerah. Indikator kinerja yang digunakan adalah: Rasio Keterpaduan Perencanaan Tata Ruang Wilayah (Jumlah Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
dan Kawasan yang sudah ada terhadap Jumlah 74
Dokumen
Tata
direncanakan)
Ruang
Wilayah
dan
Kawasan
capaian kinerjanya 100%
yang
(target 14,28
capaian 14,28) Rasio Realisasi dan Rencana Pada Luas Kawasan Budidaya (Penurunan Menjadi 69,85% sampai Tahun 2029 Menurut RTRWP) capaian kinerjanya 100% (target 81,51% capaian 81,51%), Rasio Jumlah Rekomendasi Gubernur tentang Pengendalian Ruang capaian kinerjanya 100% (target 1 capaian 1) Target rasio Keterpaduan Perencanaan Tata Ruang Wilayah (Jumlah
Dokumen
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
dan
Kawasan yang sudah ada terhadap jumlah Dokumen Tata Ruang Wilayah dan Kawasan yang direcanakan) Pada tahun 2011 adalah sebesar 14,28% dengan terealisasi 14,28% sehinga nilai capaian kinerjanya sebesar 100%. Sedangkan target Rasio Realisasi dan Rencana Pada luas kawasan Budidaya (penurunan menjadi 69,85% sampai tahun 2029 menurut
RTRWP)
sebesar
81,51%
sehingga nilai capaian kinerjanya
terealisasi
81,51%
100%. Target Rasio
Jumlah Rekomendasi Gubernur tentang Pengendalian 1 Dokumen realisasi 1 Dokumen. Dengan demikian nilai capaian kinerjanya 100%. Rata-rata nilai capaian kinerja program penataan ruang adalah sebesar 100%. Berdasarkan nilai capaian kinerja 8 program yang diselenggarakan pada Agenda Pengembangan Kawasan Wilayah di atas, maka rata-rata nilai capaian kinerja Agenda Pengembangan Kawasan Wilayah adalah sebesar 100%.
2.3
PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH Permasalahan pembangunan daerah berisi uraian rumusan umum
permasalahan
permasalahan
daerah
pembangunan yang
daerah
berhubungan
berdasarkan dengan
isu
prioritas
pembangunan daerah dan permasalahan lainnya yang berhubungan dengan layanan dasar dan tugas fungsi SKPD. Suatu permasalahan daerah dianggap memiliki nilai prioritas jika berhubungan dengan tujuan dan sasaran pembangunan 75
khususnya
program
pembangunan
daerah
(RPJMD)
dengan
prioritas pembangunan daerah (RKPD) pada tahun rencana serta prioritas lain dari kebijakan nasional yang bersifat mandatory. Suatu
identifikasi permasalahan menjelaskan apa yang
menjadi masalah dimasa lalu dan masa mendatang serta gambaran solusi yang ditawarkan.
Isu penting dan masalah pembangunan
daerah di Provinsi Banten tidak terlepas dari isu dan masalah nasional maupun isu eksternal lainnya sebagaimana Tabel 2.29. Tabel 2.29 Identifikasi Permasalahan Pembangunan di Provinsi Banten Tahun 2013 ISU PENTING DAN MASALAH MENDESAK NO
TINGKAT NASIONAL
NO
TINGKAT PROVINSI
NO
1
Peningkatan daya saing
1
Infrastruktur Wilayah Dan Kawasan
1
2
Peningkatan daya tahan ekonomi
2
Peningkatan Ketahanan Pangan
2
3
Peningkatan dan perluasan kesejahteraan rakyat Pemantapan stabilitas sosial politik
3
Kemiskinan Dan Pengangguran
3
4
Pendidikan Dan Kesehatan
4
5
Reformasi Birokrasi Dan Tata Kelola Pemerintahan Daerah
5
4
6 7 8 9 10
TINGKAT KAB/KOTA DAN ISU LAINNYA Isu dan Permasalahan Kabupaten/Kota seProvinsi Banten Penyelesaian Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Penyelesaian Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Peningkatan Daya Saing Daerah Pemilukada Tahun 2013 Penerapan e-KTP Penegasan Batas Antar Daerah PNPM Mandiri Perdesaan Pengeloaan Keuangan Daerah
2.3.1 Isu Penting dan Masalah Mendesak Nasional (RKP Tahun 2013) 1. Peningkatan Daya Saing Tantangan : a. Padaakhir tahun 1990-an, peringkat daya saing infrastruktur Indonesia berada diatas negara China dan Thailand; b. Pada saat ini peringkat daya saing Infrastruktur Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dan Vietnam untuk daerah Asia Tenggara;
76
c. Dari tahun 2009 hingga 2011 terjadi peningkatan daya saing untuk jalan, kereta api, angkutan udara, telephone dan telephone selular. Akan tetapi secara keseluruhan sektor jalan, pelabuhan, bandara dan ketenagalistrikanmasih memiliki daya saing yang rendah. Tindak lanjut : a. Peningkatan iklim investasi dan usaha (ease of doing bussiness); b. Percepatan pembangunan infrastruktur (domestic connectivity); c. Meningkatkan pembangunan industri di berbagai koridor ekonomi; d. Penciptaan kesempatan kerja khususnya tenaga kerja muda. 2. Peningkatan Daya Tahan Ekonomi Tantangan : a. Bank
Duniatelah
menyusunLogistics
Performance
Index
(LPI)berdasarkan lebih dari 5,000 penilaian oleh lebih dari 1000 profesional logistik dari seluruh dunia. Penilaian dilakukan oleh profesional di luar negeri, yang melakukan perdagangan dengan negara tersebut. Kuesioner dirancang berdasarkan masukan dari profesional di bidang logistik dan perdagangan. Data Primer dikumpulkan
dari
155
negara.
LPI
mengukur
persepsi
dari
profesional logistik Internasional dan sebaga instrumen sederhana yang berkonsentrasi pada kegitan logistik ekspor dan impor. Dari hasil survei tersebut pada tahun 2010, Indonesia berada pada posisi ke 75. b. Lebih dari separuh daerah irigasi nasional dalam kondisi rusak; 1) 85 % produksi beras nasional berasal dari sawah-sawah beririgasi teknis; 2) 52% produksi beras nasional berasal dari Jawa; 3) Laju konversi sawah beririgasi mencapai 100 ribu ha/tahun terutama di jawa; 4) 68% daerah irigasi nasional berada dalam pengelolaan Pemda. Tindak lanjut : a. Peningkatan ketahanan pangan menuju pencapaian surplus beras 10 juta ton b. Peningkatan rasio elektrifikasi dan konversi energy. 77
3. Peningkatan dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat Tantangan : a. Perkembangan IPM Indonesia 1) HDI Indonesia mengalami peningkatan landai; 2) Peningkatan ini merupakan kontribusi peningkatan indeks kesehatan dan pendapatan, serta stabilnya indeks pendidikan; 3) Peringkat Indonesia pada tahun 2011 meningkat satu peringkat dari 125 menjadi 124 dari total 187 negara. b. Pencapaian target MDGs masih perlu dukungan penyediaan air baku; c. Kapasitas tampung air per kapita Indonesia masih jauh dibanding negara lain. Tindak lanjut : a. Peningkatan pembangunan sumberdaya manusia; e. Percepatan pengurangan kemiskinan dengan mensinergikan klaster 1-4. 4. Pemantapan Stabilitas Sosial Politik Tantangan : Tingkat partisipasi pemilih yang semakin menurun sebagaimana Gambar 2.8. Gambar 2.8 Tingkat Partisipasi Politik Dalam Pemilu Tingkat Partisipasi Politik dalam Pemilu 94.02%
90.57%
91.23%
1971
1977
1982
Tingkat Partisipasi Pemilu Legislatif 91.30% 90.91% 88.93% 93.30%
1987
1992
1997
1999
77.44% 72.56% 84.07% 70.99%
2004
2009
Sumber : RKP Tahun 2013 Tindak lanjut : a. Persiapan pemilu 2014; b. Membaiknya kinerja birokrasi dan pemberantasan korupsi; c. Percepatan pembangunanminimum essential force. 78
2.3.2 Isu Penting dan Masalah Mendesak Kabupaten/Kota di Provinsi Banten 1. Kabupaten Serang a. Terkendalanya pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegara; b. Percepatan pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Serang untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik; c. Rencana pembangunan TPSA Bojong Menteng yang masih perlu dikaji ulang; d. Belum
optimalnya
pengembangan
Kawasan
Agropolitan
Waringinkurung dan Kawasan Agropolitan Terpadu Baros; e. Belum optimalnya pengembangan Kawasan Minapolitan Pontang dan Tirtayasa; f. Rencana pembangunan Interchange Cikande dan Terminal Tipe A Cikande yang masih tertunda; g. Penanganan banjir tahunan di Kecamatan Karenang,Kragilan dan Ciwandan; c. Taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat yang masih rendah; d. Pengembangan potensi pariwisata terpadu Padarincang, Kawasan Pantai Wisata Anyer dan Pulau Tunda beserta Pulau Sanghiyang; e. Rencana pembangunan Mesjid Terapung Banten di Anyer dan pengembangan/penataan kawasan sekitar pembangunan Mesjid Terapung; f. Revitalisasi pasar-pasar tradisional. 2. Kabupaten Pandeglang a. Perlunya dukungan infrastruktur jalan, bandara, pelabuhan, air bersih dan listrik terhadap pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung dan Kawasan Pariwisata Pulau Umang; b. Perlunya pembangunan infrastruktur perkotaan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Pandeglang dan Pusat Kegiatan Wilayah Daerah (PKWD) Panimbang; c. Penanganan banjir tahunan di Kecamatan Patia, Sobang, Pagelaran dan Panimbang; 79
d. Aspirasi masyarakat agar Pandeglang dijadikan sebagai kawasan pusat pendidikan; e. Pengembangan kampung ternak domba di Desa Juhut dijadikan sebagai pusat penelitian ternak domba untuk percontohan dan direplikasi kedaerah lain; f. Belum
optimalnya
pembangunan
Kawasan
Minapolitan
di
Kecamatan Sumur dan Panimbang g. Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Carita dan Kawasan Wisata Alam serta Wisata Religi; h. Perlunya dana kompensasi kelestarian lingkungan hulu-hilir untuk konservasi Kawasan Lindung AKARSARI (deretan Gunung AseupanGunung Karang-Gunung Pulosari) sebagai daerah resapan air; i. Perlunya pelebaran dan peningkatan struktur jalan nasional di Banten Selatan yang menghubungkan akses Pandeglang-Lebak; j. Perlunya pengembangan daerah penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dan pemberdayaan masyarakat sekitarnya; k. Percepatan revitalisasi Desa tertinggal lintas sektoral; g. Revitalisasi pasar-pasar tradisional. 3. Kabupaten Lebak a. Perlunya dukungan infrastruktur terhadap pengembangan Kawasan Pusat Pertumbuhan Malingping; b. Perlunya pembangunan infrastruktur perkotaan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Rangkasbitung dan Pusat Kegiatan Wilayah Daerah (PKWD) Kawasan Perumahan Kekerabatan Maja; c. Penanganan
banjir
tahunan
di
Kecamatan
Wanasalam
dan
Cibinuangen; d. Aspirasi
masyarakat
agar
Lebak
dijadikan
sebagai
kawasan
perkebunan dengan peremajaan tanaman karet, kelapa sawit, alpokat dan singkong; e. Pengembangan kampung ternak kerbau di Desa Narimbang Mulya Kecamatan Rangkasbitung dijadikan sebagai pusat penelitian ternak kerbau untuk percontohan dan direplikasi kedaerah lain; f. Belum optimalnya pembangunan Kawasan Minapolitan di Kawasan Pesisir PantaiSelatan Kecamatan Malingping dan Bayah; 80
g. Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Sawarna dan Bagedur, Kawasan Wisata Alam Arung Jeram Ciberang serta Wisata Religi; h. Perlunya dana kompensasi kelestarian lingkungan hulu-hilir untuk konservasi Kawasan Lindung Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebagai daerah resapan air; i. Perlunya pelebaran dan peningkatan struktur jalan nasional di Banten Selatan yang menghubungkan akses Depok- Bogor-LebakPelabuhan Ratu Sukabumi; j. Percepatan revitalisasi Desa tertinggal lintas sektoral; k. Percepatan pembangunan bendungan karian di Kecamatan Sajira dengan kapasitas 208.000.000 M3 untuk suplai air baku ke Jakarta, Cilegon, dan Tangerang serta sebagai pengendali banjir sungai ciujung dan konservasi sumber air;. l. Percepatan pengembangan kawasan industri semen yang didukung potensi pertambangan di bagian selatan, di Kecamatan Bayah; m. Penertiban dan pengembangan penambangan batubara, emas dan batu permata kalimaya; h. Revitalisasi pasar-pasar tradisional. 4. Kabupaten Tangerang a. Rencana
pengembangan
reklamasi
pantai
kawasan
strategis
Tangerang Internasional City; b. Revitalisasi Bandara Budiarto Curug sebagai pendukung Bandara Internasional Soekarno-Hatta; c. Kondisi kemantapan jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten masih relatif rendah; d. Percepatan pembangunan jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) II Serpong-Balaraja-Bandara Internasional Soekarno-Hatta; e. Coastal Road sepanjang pantai utara untuk mendukung kawasan wisata pantai; f. Penanganan banjir tahunan Sungai Cidurian, Sungai Cisadane, Sungai Cimanceuri dan Kali Sabi; g. Percepatan pembangunan Terminal Tipe A Bitung; 81
h. Perlunya pembangunan infrastruktur perkotaan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Tangerang khususnya penanganan kemacetan dan drainase; i. Penyelesaian batas wilayah antara Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang khususnya di kawasan pengembangan Bandara Internasional Soekarno Hatta; i. Belum optimalnya pengembangan Kawasan Pusat Pertumbuhan Kronjo. 5. Kota Serang a. Pengembangan Kawasan Strategis Banten Water Front City sebagai wajah Ibukota Provinsi Banten menghadap kelaut; b. Percepatan
pembangunan
Bendungan
Sindangheula
untuk
penyediaan air baku bagi Kawasan Industri Serang-Cilegondan permukiman penduduk. c. Pengembangan Kawasan Pusat Pendidikan Tinggi dan Kawasan Sport City. d. Pelestarian Situs Benda Purbakala dan Masjid Banten Lama; e. Revitalisasi Terminal Tipe A Pakupatan, Terminal Angkutan Kota Cipocok dan Kepandeaan; f. Revitalisasi penataan Geometri perempatan jalan perkotaan untuk mengatasi kemacetan; g. Revitaliasi penataan kawasan Ruang Terbuka Hijau Alun-Alun Kota Serang sebagai pusat kegiatan rekreasi dan olahraga masyarakat; h. Revitaliasi Drainase kota Serang untuk menangani banjir perkotaan; i. Revitalisasi pasar-pasar tradisional; j. Belum optimalnya pengembangan Kawasan Pusat Pertumbuhan Kasemen. 6. Kota Cilegon a. Percepatan pembangunan ruas Jalan Lingkar Selatan (JLS) dan Jalan Lingkar Utara (JLU) untuk mengatasi kemacetan kearah Kawasan Wisata Anyer, Kawasan Industri Bojonegara dan Pelabuhan Penyeberangan Merak; 82
b. Optimasi Pengembangan Kawasan Terminal Terpadu Merak dan percepatan pembangunan Terminal Angkutan Kota Seruni; c. Penanganan banjir perkotaan akibat luapan Sungai Cijalupang; d. Rencana
pembangunan
Bendungan
Cidanau
sebagai
sumber daya air bagi kebutuhan air baku industri
jaringan
serta sebagai
jaringan air baku untuk kebutuhan air minum di Wilayah Kota Cilegon dan sekitarnya; e. Optimasi
pengelolaan
limbah
industri
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun (B3); f. Mengefektifkan kerjasama pembangunan antar wilayah SerangCilegon (Seragon); j. Belum optimalnya pengembangan Kawasan Pusat Pertumbuhan Kecamatan Cilegon. 7. Kota Tangerang a. Pengembangan memperlancar Hatta,Provinsi
konektivitas akses DKI
ke
transportasi Bandara
Jakarta,
perkotaan
Internasional
Kabupaten
Tangerang
untuk Soekarno
dan
Kota
Tangerang Selatan; b. Peningkatan dan pelebaran Jalan Provinsi (ruas jalan Hasyim Ashari, Husein Sastranegara, Cokroaminoto-Raden Fatah, Puri Kembangan-Daan Mogot) untuk mengatasi kemacetan; c. Revitalisasi drainase perkotaan untuk menangani banjir tahunan akibat luapan Kali Cirarab, Kali Sabi, Kali Dadap, Sungai Mookervat; d. Perlunya pembangunan Jembatan Kedawung yang melintas Sungai Cisadane untuk menghubungkan antara Kota dan Kabupaten Tangerang; e. Penyelesaian batas wilayah antara Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang khususnya di kawasan pengembangan Bandara Internasional Soekarno Hatta; f. Revitalisasi pengembangan Kawasan Pusat Pertumbuhan Kecamatan Cipondoh termasuk pengembangan Situ Cipondoh; k. Optimasi pengelolaan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Rawa Kucing. 83
8. Kota Tangerang Selatan a. Peningkatan struktur dan pelebaran ruas jalan BSD-SerpongParung; b. Peningkatan struktur dan pelebaran ruas jalan Serpong-CiputatSimpang Gaplek-Sawangan; c. Penataan Geometri perempatan jalan untuk mengatasi kemacetan perkotaan; d. Perbaikan drainase kota untuk menangani banjir tahunan; e. Percepatan pembangunan TPSA Cipeucang dan optimasi armada persampahan; f. Percepatan
pembangunan
Monorel
Tangerang
Selatan-Bandara
Soekarno-Hatta; g. Pengembangan Kawasan Pusat Pertumbuhan Setu; h. Percepatan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik; i. Mengoptimalkan
produksi
tanaman
hortikultura
khususnya
komoditas Anggrek dan Phylodendron; j. Kaji ulang keberadaan Lapangan Terbang Pondok Cabe yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kota dimana struktur bangunannya kearah vertikal; k. Revitalisasi Pasar-pasar Tradisional. 2.3.3 Isu Penting dan Masalah Mendesak Lainnya 1. Penyelesaian Dokumen Rencana Pembangunan Daerah a. Penyelesaian
penyusunan/penetapan
dokumen
rencana
pembangunan daerah dan rencana Satuan Kerja Perangkat Daerah; b. Peningkatan kemampuan aparat dalam penyusunan, pengendalian dan evaluasi rencana pembangunan daerah melalui sosialisasi pendidikan dan pelatihan serta bimbingan teknis; c. Penyediaan data dan informasi yang akurat untuk memenuhi kebutuhan
perencanaan,
pengendalian
pembangunan daerah;
84
dan
evaluasi
rencana
d. Penetapan RKPD tahun 2013 yang tepat waktu, karena berimplikasi pada
terhambatnya
pelayanan
kepada
masyarakat
dan
melambatnya laju pertumbuhan ekonomi daerah. 2. Penyelesaian Peraturan Daerah RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota a. Percepatan pembahasan Raperda tentang RTRW bagi daerah yang belum memiliki,untuk sinkronisasi struktur dan pola ruang antara RTRW kabupaten/kota dengan provinsi; b. Percepatan konsultasi kepada BKPRN untuk sinkronisasi struktur dan pola ruang dalam RTRW Provinsi terhadap kebijakan Penataan Ruang Nasional; c. Percepatan proses penyusunan dan persetujuan substansi guna mengatasi permasalahan/konflik pemanfaatan ruang. 3. Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) a. Pelaksanaan sosialisasi pada seluruh jajaran DPRD dan SKPD serta para pemangku kepentingan terkait; b. PembentukanTim percepatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah; c. Fasilitasi kabupaten/kota untuk mengintegrasikan SPM dalam perencanaan dan penganggaran; d. Monev penerapan SPM di daerah untuk memastikan pencapaian target SPM di setiap kabupaten/kota di wilayah masing-masing. 4. Peningkatan Daya Saing Daerah a. Pemberian kemudahan dalam berinvestasi; b. Peningkatan iklim investasi dan usaha yang kondusif 1) Meneliti dan membatalkan peraturan daerah yang berimplikasi terhadap ekonomi biaya tinggi; 2) Perbaikan peraturan yg menghambat investasi di daerah. c. Percepatan pembangunan infrastruktur di berbagai koridor ekonomi 1) Pengerahan alokasi belanja modal APBD pemangku
kepentingan
lainnya
dan mendorong para
membangun
sarana
prasarana perhubungan, transportasi, jalan dan jembatan;
85
dan
2) Pemenuhan kebutuhan sumber daya energi listrik, bahan bakar, dan air. 5. Pemilukada Tahun 2013 a. Pemilukada yang berkualitas, sehingga akan menciptakan stabilitas sosial dan politik ; keamanan, ketentraman dan ketertiban; serta mencegah munculnya konflik social. b. Perintah UU 15/2011 (dukungan Pemerintah Daerah) 1) Penugasan personel pada sekretariat Panwaslu kabupaten/kota, PPK, Panwaslu kecamatan dan PPS; 2) Penyediaan
sarana
ruangan
sekretariat
Panwaslu
kabupaten/kota, PPK, Panwaslu kecamatan dan PPS; 3) Pelaksanaan sosialisasi; 4) Kelancaran transportasi pengiriman logistik; 5) Monitoring kelancaran penyelenggaraan Pemilu; dan 6) Kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan Pemilu. c. Langkah-langkah Pemerintah Daerah: 1) Perencanaan dan pelaksanaan distribusi logistik sampai ke-TPS tepat jumlah dan waktu.; 2) Perluasan cakupan dan intensitas sosialisasi; 3) Pengerahan perangkat daerah terkait sampai dengan lurah membantu KPU mem-verifikasi data Pemilukada; 4) Peningkatan
koordinasi
pengamanan
penyelenggaraan/pasca
Pemilukada. 5) mengedepankan prinsip transparansi, partisipasi, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi dalam penyediaan bantuan dan fasilitas penyelenggara Pemilukada, agar terhindar dari permasalahan hukum. 6. Penerapan e-KTP a. Manfaat : 1) Mendukung suksesnya Pemilu 2014 dan Pemilukada ; 2) Meningkatkan keamanan negara ; 3) pencegahan terorisme, TKI ilegal, trafficking ; 86
4) Meningkatkan efektivitas administrasi pemerintahan ; 5) peningkatan pelayanan publik dalam skala nasional. b. Langkah Pemerintah Daerah: Menyediakan dukungan kelengkapan teknis yang diperlukan di masing-masing Peraturan
kabupaten/kota,
Presiden
Nomor
67
dengan Tahun
berpedoman
pada
2011sehingga
taerget
penyelesaian program e-KTP dapat selesai tepat pada waktunya. 7. Penegasan Batas Antar Daerah 8. PNPM Mandiri Perdesaan PNPM
diarahkan
untukpembangunan
infrastruktur
perdesaan,
dukungan aktivitas perekonomian, dan pendidikan informal maupun kesehatan masyarakat.Ketiga hal tersebut perlu diperkuat dari segi (1) aspek
perencanaan,
(2)
administrasi
pelaksanaan
kegiatan,
(3)
pencapaian sasaran (4) keberlanjutan pasca program, dan (5) dukungan alokasi
APBD.Hal
tersebutdapat
meningkatkan
dan
memperluas
kesejahteraan masyarakat guna mengatasi kemiskinan. 9. Pengelolaan Keuangan Daerah a. Penetapan Perda APBD tepat waktu; b. Menekankan agar Belanja Pegawai dapat di bawah 50% dari Belanja APBD; c. Mendapatkan status WTP opini BPK hasil audit LKPD . 2.3.4 Isu Penting dan Masalah Mendesak Provinsi Banten Tahun 2013 Berdasarkan isu penting dan masalah mendesak dari tingkat nasional,
dari
lingkungan
eksternal
lainnya
serta
dari
kabupaten/kota se-Provinsi Banten maka isu penting dan masalah mendesak di Provinsi Banten Tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1. Infrastruktur Wilayah dan Kawasan Pembangunan infrastruktur wilayah dan kawasan sangat penting guna menunjang peningkatan perekonomian wilayah dan kawasan yang berdampak
pada
tingkat
kesejahteraan
masyarakat.
Kondisi
infrastruktur di Provinsi Banten khususnya kondisi jalan provinsi dan
87
nasional saat ini sebagian besar dalam kondisi rusak sehingga pada tahun 2013 perlu mendapat perhatian khusus. Kondisi jalan provinsi pada tahun 2012 sepanjang 770,09 Km, dengan kondisi baik sebesar 42,31% (326,43 Km), kondisi sedang sebesar 28,14% (217,07 Km) dan kondisi rusak sebesar 29,56% atau sepanjang 228,05 Km. Sedangkan kondisijaringanjalannasionaltahun2010dengantotalpanjang jalan
sepanjang
476,491Kmdengankondisibaiksepanjang
197,54Km,sedang 195,25Km,rusak ringan 51Km dan rusakberat 31,2 Km. Penanganan
KondisiJalan
dilakukan
melaluipemeliharaan
dan
peningkatan jalan, peningkatan fungsijembatan timbang,peningkatan pengendaliandan
pengawasandan
penyediaan
saranadan
prasaranakeselamatan transportasi. Fokus
PenangananInfrastruktur
pembangunanjalanmenunjang
2012diarahanpada
pariwisata,
kawasan
pusat
pertumbuhan, penanganan kemacetan, kawasan pertanian dan pusat pemerintahan. Penanganan infratrukturjalan mendukungPariwisata, antaralain: a. Melalui
APBDyaitupeningkatanjalanruasSumur-
Cibaliung,CigelungBayah,Tanjung
lesung-Sumur,
Kronjo-Mauk-
Tanjungkait, Palima-Cinangka-Anyer, dll; b. Melalui APBN yaitu peningkatan jalan ruas Labuan-Cibaliung Muarabinuangeun Bayah, Cilegon-Bojonegaradan Cilegon-Pasauran, dll; c. Peningkatan jalan Saketi-Malingping. Penanganan
infratrukturjalan
mendukungKawasan
Pusat
Pemerintahan antaralain: a. Melalui
APBD
Pakupatan,
yaitu
peningkatan
Jalan
ruas
Bayangkara-Cilaku-Pakupatan-Palima,
Serang-PalimaSerang-Cilaku
(pertigaan Petir-KP3B), Lingkar Selatan (Tb Suwandi)-SayabuluSerang-Palima; b. Melalui APBN yaitu Peningkatan jalan ruas Tol Serang TimurSudirman, Serang-Cilegon (Tol Barat Serang), Serang-Pandeglang. 88
Penanganan
infratrukturjalan
mengurangi
kemacetan
Perkotaan,
antaralain: a. Peningkatan kapasitas jalan seperti: ruas Hasyim Ashari, CiputatPamulang, Abdul Hadi-Fatah Hasan; b. Penataan
Persimpangan
seperti:
Sp.
Brimob,
Wr.
Pojok,
Sp.
Kepandean, Sp. Cirendeu dll. Penanganan
infratruktur
dasar
mendukung
Kawasan
Pusat
Pertumbuhan: a. Peningkatan jalan akses pusat pertumbuhan; b. Peningkatan dan penyediaan Perumahan dan Permukiman; c. Peningkatan dan penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan; d. Pembangunan Listrik Perdesaan. Sedangkanpenangananinfrastruktursumberdayaairgunamengatasibanji rdankekeringan meliputi: a. Pembangunan Bendungan Sindang Heula dan Karian; b. Penataan dan revitalisasi situ/waduk; c. Normalisasi tanggul dan sungai; d. Konservasi dan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS). 2. Peningkatan Ketahanan Pangan Jumlah penduduk Provinsi Banten yang besar merupakan tantangan yang
besar
dalam
pembangunan
ketahanan
pangan.
Tingkat
permintaan pangan akan terus naik sehingga dibutuhkan ketersediaan pangan yang bertambah dari tahun ke tahun. Dengan demikian pembangunan ketahanan pangan dari sisi aspek ketersediaan dituntut untuk mampu meningkatkan kapasitas produksi dari waktu ke waktu, sementara di lain pihak ketersediaan lahan baik secara kuantitas maupun kualitas semakin terbatas. Permasalahanyangmuncul dalam pembangunan ketahanan pangan masyarakat adalah: a. Rendahnya kualitas ketersediaan input produksi pertanian dan kondisi infrastruktur jalan; b. Belum optimalnya produktivitas dan sistem distribusi stok bahan pangan pokok; 89
c. Belum terkendalinya tingkat kerawanan pangan masyarakat; d. Belum terkendalinya tata niaga bahan pangan pokok. Adapun fenomenayangterjadidalamrangka pangan
adalah
pembangunan ketahanan
masihtingginyakekurangan
pangandiperdesaan
padamusimpaceklik,terjadinyafluktuasi hargapangan,rendahnyaproduksipadi,dagingsapi,jagungkedelai,dangulada n
imporbahan
pangan
yang
masih
tinggi.
Sedangkan
tantangankedepannya adalah diperkirakan konsumsi panganmasyarakat meningkat danberkurangnya faktorproduksi pertanian sertaproduktivitas lahanyangterusmenurun. 3. Kemiskinan dan Pengangguran Fenomena-fenomena yangmunculdimasyarakatdenganadanyakemiskinandan pengangguranantaralain pemutusanhubungankerjayangmasihterjadikarenakondisi
perekonomian
saatini,maraknya trafficking, anakjalanandangelandangan. Tantangan
aktual
dalam
upaya
mengurangi
kemiskinan
dan
pengangguran yaitu angkatan kerja lebihtinggi dibandingkan lapangan kerja
yang
tersedia,
tidak
memadainyakesesuaiankompetensidengankebutuhanpasarkerja.Sedangk anancamanyang
penanggulangan
dihadapiuntuk
kemiskinan,pengangguran danketenagakerjaan antaralainPemberlakuan ACFTA,PerubahanIklim(ClimateChange)yangakan banyakberpengaruhkepadamasyarakat yangbekerjadibidangpertaniandan kelautan,pekerjamigrandengantingkatketerampilanyang lebihbaikdaripendudukProvinsiBantendantingginyaangkaputussekolah. Peluangyang diharapkan dapat menjadi pemicu dalam mengurangi kemiskinan
dan
adalahadanyaprogrampenanggulangankemiskinan
pengangguran yangselaludigulirkan
baik olehpemerintah pusatdanpemerintah daerahsertabantuan lembaga donor,bantuan pengangguran,
lembaga
swastadanduniausaha,
penanggulangan
peningkatankesejahteraan
sosial,
peningkatandayasaingsumberdayamanusiadanpeningkatandayasaingpere konomian.
90
4. Pendidikan dan Kesehatan Untukmencapaitujuanpembangunan pedidikandiProvinsiBantendilakukandengan3
(tiga)Pilar
yangterdiridariaspekpemerataan danperluasan aksesibilitas, peningkatan mutu,
relevansi
dandayasaing,sertaaspektatakelola,
akuntabilitas
danpencitraan publik. Halini telah sesuai dengan target pencapaian Millenium
Development
Goals
(MDG’s)
dibidang
pendidikandankesehatan. Aspek pemerataan dan perluasan aksesibilitas meliputi penuntasan Wajib Belajar
Pendidikan
12tahun
Dasar
9Tahun
diKabupaten/Kotase-
akanberimplikasi
danpelaksanaan
Provinsi
padatantangan
Wajib
Belajar
Banten.Keduaisutersebut
penyediaan
saranadan
prasaranapendidikanyang memadai,sertapembebasanbiayapendidikankhususnyapendidikan dasar.Dalamrangkapeningkatanmutu,relevansidan dayasaingpendidikan,strateginyaadalah melaluipengembangandanpengelolaan (SBI)sertapeningkatan
SekolahBertarafInternational
kualifikasi
guru.Padaaspektatakelola,akuntabilitas
pendidikan
danpencitraan
publik,
yang
menjadi fokusnya adalahpadaupayaimplementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pendidikan Berbasis Masyarakat (PBM),standarisasi pelayanan pendidikan, sertapengelolaan datadaninformasipendidikan. Permasalahan
daripenyelenggaraan
pendidikandiProvinsiBantenadalah
pembangunan
minatdanmotivasibelajarpenduduk
15thkeatasmasihrendahdanAngkaputussekolahSD, SMP,danSMAyangmasihtinggisertaketerbatasan aksesbilitasterhadapsaranadanprasarana pendidikan. Peluangkedepan
dalam
rangka
meningkatkan
pendidikan
dapat
dilakukanmelaluikebijakanPemerintahdaerah
menyediakananggaranpendidikansebesar20% usaha
melalui
program
Corporate
serta
penyelenggaraan dukungan
SocialResponsibility
(CSR)
dunia dan
ProgramKemitraanBinaLingkungan(PKBL). Dibidang kesehatan berbagai kasus penyakit di Provinsi Banten masih menjadi
permasalahan
mendukung terhadap yangbelummenunjukan
disebabkan
oleh
kondisi
lingkungan
yang
munculnya penyakitdanperilakumasyarakat kesadarandalamberperilaku 91
hidup
sehatdan
bersih.PenyakitTB
paru,penyakitISPA,HIV/AIDS,demamberdarahdan
giziburuk serta penyakit kaki gajah (filariasis).Penyebaran penyakit HIV/AIDS
baik
aktivitas
melalui
suntikmerupakan
masalah
sexual
kesehatan
dan
penggunaan
yang
perlu
jarum
mendapat
perhatianseriusolehpelaksanapelayanankesehatandisemuatingkatpemerin tahan. Dalam
melaksanakan
peningkatan
fungsi
kualitassarana
ditingkatkan,
pelayanan dan
demikian
kesehatan
prasarana
pula
dipuskesmas,
pelayanannya
adanya
perlu
peningkatan
jumlahpuskesmas.Selainitu masalahpenyebarantenagakesehatanyangbelummeratadisetiap menyebabkan
terlambatnya
penanganan
daerah
kesehatandiperdesaan.
Permasalahan dalam pembangunan kesehatan di Provinsi
Banten
diantaranya adalah masih tingginya sebaran penyakit menulardibeberapa daerah,angkapenyakit degeneratif yangmasihtinggi,gangguan kejiwaan meningkat, sarana prasarana dan tenaga pelayan kesehatan yang belum memadai,
tingginya
penyalahgunaanNAPZA.
yangterjadidalamaksesibilitas adalah sebaran penyakit menjamurnya
dan
pelayanan
Sedangkan kesehatan
fenomena masyarakat
berkorelasi dengan kualitas lingkungan,
praktikpengobatan
alternatif,
penanganankesehatan
bersifatparsial sertapembagianperanantarapemerintahdanswastabelumterstruktur. Adapun tantangan aktual kedepan yangdihadapi adalah pelayanan kesehatan global, membangun pelayanan kesehatan berkualitas bersama swasta,
dan
Selanjutnya
mewujudkan
masyarakat
ancamanyangdihadapi
yangmandirikesehatan.
dimasamendatang
diperkirakan
(ClimateChange)
adalahadanyaperubahaniklim
sehinggaterjadipemanasanglobalyang menimbulkan berbagai penyakit, terjadinya mobilisasi penduduk yangtinggisehingga mutasi penyakit sangat mudah
dan kerusakan lingkungan akibat perilaku masyarakat
sehingga membuatlingkunganmenjaditidaksehat. Namundemikianterdapatpeluanguntuk memajukanpembangunankesehatan,yaitu:
peningkatan
iptekdibidangkesehatan, memilikiperguruantinggiyangdapatmencetaksumber
92
daya
manusia
kesehatan
yang
berkualitas,
dan
komitmen
pemerintah
untukmemberikan pelayanankesehatanyangbermutu. 5. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan Daerah Sesuaidengancita-citapembentukan ProvinsiBantenyangditetapkanmelaluiUndangUndangNomor23Tahun2000,agarmenjadiProvinsiyangmandiriberdasarkan azasotonomi
daerahdengantujuanmendekatkan
jangkauanpelayananpemerintahkepadapublik/masyarakat
di
wilayahnya.Sampaisaatinioptimalisasifungsipemerintahanmasihperluditin gkatkan
dalam
peningkatan
pelaksanaannya
kapasitas
melaluipelaksanaan pemerintah
lembaga
program
daerah
sesuai
dengansasaran dan target pada agenda pemerintahan yang ditetapkan dalam
RPJM-Daerah
diperlukan
rencana
tahun
2007-2012.
Dalam
pelaksanaannya
dan
persiapan
secaramantap,terukurdan
bersinergiantarabidang/sektorterkaityangmelibatkanseluruh unsur/komponenmasyarakat
diseluruh
wilayah
Provinsi
Banten,
perencanaan
yangdidukung
penganggaransecaradetaildantelitidisesuaikandenganpotensikeuangandae rahtahun2012. Dalammewujudkan
pelaksanaan
reformasibirokrasidantatakelolapemerintahan
yang
baik,hal-
halyangmasihmenjadifokuspermasalahanpembangunanbidangpemerintah anyaitu: a. Masih rendahnya pemahaman penyelenggara pemerintahan tentang keseimbangan
pola hubungan antar lembaga terutama antara
lembaga pemerintah (eksekutif) dan lembaga perwakilan (legislatif) dalam
penentuan
perencanaan
dan
kebijakan
penganggaran
pembangunan daerah; b. Masih kurangnya sosialisasi dan kualitas serta jangkauan layanan informasi
bagi
publik
atas
hasil
pembangunan
daerah
yang
dilaksanakan; c. Masih rendahnya profesionalisme aparatur dan masih terdapatnya sarana prasarana pemerintah yang kurang memadai; d. Penegakan hukum termasuk di dalamnya proses implementasi atas penegakan hukum berdasarkan pada prinsip keadilan; 93
e. Pemberantasan korupsi merupakan isu strategis yang tetap menjadi perhatian dalam kehidupan masyarakat; f. Pengelolaan kekayaan/aset pemerintah daerah yang belum optimal.
94
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Kerangka ekonomi daerah dan kebijakan keuangan daerah memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah yang meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. 3.1
ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 1. Kondisi Ekonomi Global Sampai dengan awal tahun 2012, kondisi ekonomi global belum membaik
dengan
krisis
utang
Eropa
yang
masih
rentan
dan
perlambatan ekonomi negara-negara maju dan emerging market.Krisis yang dialami negara-negara Eropa terkait utang dan defisit fiskal masih belum teratasi sehingga meningkatkan ketidakpastian, sementara pemulihan
ekonomi
AS
masih
rentan.Perdagangan
global
yang
menurun berdampak pada penurunan ekonomi negara-negara emerging market.Sejalan dengan aktivitas ekonomi global yang melemah, harga komoditas global non-energi cenderung menurun, yang mendorong penurunan tekanan inflasi global. Dalam keseluruhan tahun 2011, perekonomian dunia tumbuh sebesar 3,9% lebih rendah dari tahun 2010 yang besarnya 5,3%. Perlambatan ekonomi dunia pada tahun 2011 terutama disebabkan oleh (a) lambatnya proses pemulihan ekonomi AS; (b) berlanjutnya krisis keuangan Eropa dengan kekhawatiran penularan negara Eropa lainnya maupun global; serta (c) menurunnya kemampuan negaranegara Asia sebagai penopang ekonomi dunia. Pada tahun 2011, ekonomi AS tumbuh sebesar 1,7% lebih rendah dari tahun 2010 yang besarnya 3,0%. Perekonomian kawasan Eropa tumbuh 1,4%, lebih lambat dari tahun 2010 yang tumbuh sebesar 1,9%. Pada tahun 2011, Jerman dan Perancis sebagai penopang utama kawasan Eropa tumbuh masing-masing 3,1% dan 1,7% lebih lambat dan lebih tinggi dari tahun 2010 yang masing-masing sebesar 3,6% dan 94
1,4%. Kondisi fiskal Yunani, Portugal, dan Italia yang semakin berat menekan perekonomian ketiga negara tersebut dari tumbuh masingmasing -3,5%, 1,4% dan 1,8%, menjadi -6,9%, -1,5%, dan 0,4%. Sedangkan perekonomian Spanyol tumbuh sebesar 0,7% pada tahun 2011 setelah pada tahun sebelumnya menurun sebesar 0,1%. Upaya untuk meningkatkan ketahanan fiskal di Kawasan Eropa diperkirakan membutuhkan waktu lama dan akan dicermati mengingat potensinya cukup
membahayakan
bagi
stabilitas
keuangan
global.
Negara
penopang utama kawasan Asia, Cina dan India, pada tahun 2011 masing-masing tumbuh sebesar 9,2% dan 7,2%, lebih lambat dari Tahun
2010
yang
masing-masing
tumbuh
10,4%
dan
10,6%.
Sedangkan pada tahun 2011 perekonomian Jepang menurun sebesar 0,7%, paska tsunami Maret 2011, setelah tumbuh sebesar 4,4% pada tahun 2010. Harga komoditi dunia tetap tinggi pada tahun 2011, walaupun komoditi non-energi cenderung menurun pada akhir tahun yang didorong oleh penurunan permintaan negara-negara maju.Perubahan iklim global yang tidak menentu serta ketegangan politik Timur Tengah dan Iran mendorong harga komoditi terutama komoditi energi tetap tinggi pada tahun 2011.Indeks harga komoditi non-energi yang meningkat sejak pertengahan Tahun 2010 menurun pada akhir tahun 2011 hingga Januari 2012. Pada bulan April 2012, indeks harga komoditi non-energi turun 12,6% (y-o-y) dengan adanya penurunan pada harga komoditi pangan dan komoditi bahan baku industri. Sementara itu, keterbatasan suplai minyak mentah yang disebabkan ketegangan politik Timur Tengah dan Iran mendorong harga minyak mentah tetap tinggi hingga awal tahun 2012. Harga rata-rata minyak mentah (Brent, Dubai, dan WTI) per bulan pada tahun 2011 mencapai USD104,0 per barel dan mencapai USD113,7 per barel pada April 2012. Seiring dengan penurunan harga komoditi dunia terutama komoditi non-energi serta perlambatan ekonomi dunia, inflasi menurun pada beberapa negara dunia. Laju inflasi Cina menurun dari 6,5% (y-o-y) pada bulan Juli 2011 menjadi 4,1% (y-o-y) pada bulan Desember 2011. Demikian juga padanegara-negara lainnya, termasuk negara maju. Pada keseluruhan tahun 2011, laju inflasi di Kawasan Eropa mencapai 2,7%, sedangkan Jepang mengalami deflasi sebesar 0,3%. 95
Perlambatan ekonomi dunia serta ketidakpastian penyelesaian krisis keuangan Eropa mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan global pada tahun 2011.Indeks perdagangan saham baik di Eropa maupun Asia menurun pada akhir tahun 2011 dibandingkan akhir Tahun 2010. Pada akhir tahun 2011, indeks perdagangan saham di London, Tokyo, Singapura, Malaysia, Hongkong masing-masing mencapai 5.639, 8.455, 2.773, 1.489, 18.343 lebih rendah dari akhir tahun 2010 yang masing-masing mencapai 5.900, 10.229, 3.190, 1.519, dan 23.035. Namun demikian, sejak awal Tahun 2012, kepercayaan terhadap sistem keuangan baik di AS, Eropa maupun Asia membaik seiring dengan keputusan pemberian dana bailout sebesar 130 triliun Euro kepada Yunani pada awal tahun 2012. Pada tanggal 2 Mei 2012, indeks Nikkei Tokyo, Hangseng Hongkong, STI Singapura, dan Malaysia, mencapai 9.380, 21.309, 3.006, dan 1.582. Sedangkan indeks FTSE 100 London serta DJIA New York masing-masing mencapai 5.758, dan 13.115. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2012 diperkirakan melambat menjadi 3,5% (IMF, World Economic Outlook, April 2012) disebabkan oleh proses pemulihan AS yang rentan, keberlanjutan krisis keuangan Eropa, serta kemampuan ekonomi Asia yang menurun. 2. Kondisi Ekonomi Nasional Kondisi ekonomi nasional tahun 2011 dan perkiraannya pada tahun 2012 lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kemajuan tersebut antara lain ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan stabilitas yang terjaga. Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 6,5% pada tahun 2011 lebih tinggi dari tahun 2010 (6,2%). Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 terutama ditopang oleh ketahanan domestik berupa investasi yang meningkat dan daya beli masyarakat yang terjaga serta ekspor barang dan jasa yang tetap tumbuh. Pada tahun 2011, investasi berupa Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), konsumsi masyarakat dan ekspor barang dan jasa meningkat masing-masing sebesar 8,8%, 4,7%, dan 13,6%. Pada tahun 2012, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 6,5% didukung 96
oleh permintaan domestik yang lebih baik dengan resiko eksternal dan tingginya harga energi. Stabilitas ekonomi Indonesia pada tahun 2011 masih terjaga dalam menghadapi tekanan berat ekonomi
dunia berupa melambatnya
perekonomian dunia, berlanjutnya krisis keuangan Eropa, gangguan cuaca dan iklim, serta ketegangan politik di Timur Tengah dan Iran. Pada tahun 2011, rata-rata harian nilai tukar Rupiah mencapai Rp 8.779 per dolar AS atau menguat 3,4% dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya. Cadangan devisa mencapai USD 110,1 miliar, bertambah USD 13,9 miliar dibandingkan tahun 2010. Laju inflasi pada tahun 2011 terkendali pada 3,8%, jauh lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (7,0%). Pada tahun 2012 dengan beberapa risiko eksternal seperti masih rentannya krisis utang Eropa; ketegangan politik Timur Tengah dan Iran; serta ketidakpastian cuaca dan iklim, stabilitas ekonomi nasional diperkirakan tetap terjaga. Momentum pertumbuhan dan terjaganya stabilitas ekonomi mendorong peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi.Hal ini dicerminkan oleh menurunnya tingkat kemiskinan dan pengangguran. Pada bulan September 2011, jumlah penduduk miskin menurun menjadi 29,9 juta orang (12,4%) atau berkurang sebesar 130 ribu orang dibandingkan Maret 2011. Jumlah pengangguran terbuka menurun menjadi 7,6 juta orang (6,3%) atau berkurang sebesar 510 ribu orang dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, kualitas pertumbuhan diupayakan lebih baik dari tahun sebelumnya. 3. Kondisi Ekonomi Provinsi Banten Kerangka ekonomi daerah Tahun 2013 tidak dapat dilepaskan dari arah kebijakan dan perkembangan berbagai kinerja ekonomi makro tahun berjalan 2012, dan prospeknya dalam tahun 2013, yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja makro ekonomi daerah tahuntahun sebelumnya. Dari hasil evaluasi kinerja pembangunan daerah, dapat dikatakan bahwa
kondisi
perekonomian
Provinsi
Banten
telah
mampu
menunjukan peningkatan dilihat dari capaian indikator ekonomi makro, seperti Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Perkembangan Kinerja Sektoral, Pendapatan 97
Per Kapita, Nilai dan Laju Inflasi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Struktur Investasi Daerah. a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) merupakan indikator kemajuan perekonomian daerah. Pada tahun 2002, LPE Banten (4,11%) masih berada di bawah LPE Nasional (4,5%), namun mulai tahun 20032011 seiring dengan percepatan pembangunan di Provinsi Banten, terutama pada sektor jasa perdagangan (sektor tersier) dan sektor industri (sektor sekunder) LPE Banten rata – rata sudah mulai berada di atas LPE Nasional. Pada sektor pertanian (sektor primer) masih belum memberikan sumbangan yang signifikan, terutama disebabkan karena output di sektor ini lebih banyak dinyatakan sebagai input pada sektor industri. Pada periode tahun 2008-2010, seiring dengan adanya rasionalisasi perhitungan LPE (sejak tahun 2006) dengan tahun dasar 2000, LPE Banten dirasionalkan berada di atas LPE Nasional, dan angka sementara LPE Banten di tahun 2012 di prediksi Bank Indonesia Serang diperkirakan melambat sebesar 6,24% lebih rendah dari yang ditargetkan sebesar 6,50-6,80%, dalam RPJMD 2007-2012. Hal ini disebabkan belum pulihnya krisis ekonomi negara-negara Eropa, yang selama ini merupakan pasar ekspor barang-barang dari Indonesia khususnya Provinsi Banten.Selain itu tingginya harga minyak mentah dunia yang berimbas pada produksi sektor riil yang ada di wilayah Provinsi Banten.Perkembangan LPE Banten dan LPE Nasional (dengan Migas) Tahun 2006-2013 dan Target tahun 2012 terlihat sebagaimanaGambar 3.1. Gambar 3.1 Grafik Perkembangan LPE Banten dan LPE Nasional (denganMigas) Tahun 2006– 2011 dan Target Tahun 2012
98
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
Diharapkan seiring dengan pemulihan dampak krisis keuangan global, yang juga berdampak pada kapasitas produksi perusahaanperusahaan
besar
di
Banten,
maka
LPE
pada
tahun
2013
diperkirakan akan mengalami kecenderungan positif yaitu sebesar 6,50%. Disamping itu, pertumbuhan perekonomian di Banten juga akan
diiringi
oleh
tingginya
pertumbuhan
jumlah
penduduk
(terutama akibat migrasi masuk ke kota) dan peningkatan jumlah angkatan kerja. Data tentang tenaga kerja dan pengangguran di Provinsi
Banten
sampai
dengan
bulan
Agustus
tahun
2011
ditunjukkan sebagaimana Tabel 3.1. Tabel 3.1 Data Tenaga Kerja dan Pengangguran di Provinsi Banten s.d Bulan Agustus Tahun 2011 NO
KAB/KOTA
ANGKATAN KERJA
PENGGANGGURAN
TPT (%)
TPAK (%)
513.487
58.108
11.32
64.28
Kabupaten 1
Kab. Pandeglang
2
Kab. Lebak
549.378
66.471
12,10
63.60
3
Kab Tangerang
1.416,780
204,358
14,42
69.46
4.
Kab. Serang
657,679
87.433
13.29
64.74
945.334
121.818
12.89
70.31
185.874 274.594
24.426 38.015
13.14 13.84
70.00 68.60
79.935 680.564
11.98 13.06
69.64 67.79
Kota 5 Kota Tangerang 6 7
Kota Cilegon Kota Serang
8
Kota Tangsel 667.099 JUMLAH 5.210.224 Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Angka PDRB Provinsi Banten terus mengalami peningkatan dari tahun 2010-2011 sebesar 171.690,41 – 192.218,91 triliyun.Hal ini berdampak
terhadap
meningkatnya
daya
beli
masyarakat,
terbukanya kesempatan kerja, berkurangnya jumlah penduduk miskin,
membaiknya
ketahanan
pangan
masyarakat
serta
meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan perkapita. Perkembangan nilai PDRB Banten harga berlaku tahun dasar 2000 tahun 2007-2011 dan prediksi tahun 2012 terlihat sebagaimana Gambar 3.2.
99
Gambar 3.2 Perkembangan Nilai PDRB Banten Harga BerlakuTahun Dasar 2000 (Rp. Jt) Tahun 2007-2011 dan Prediksi Tahun 2012
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
c. Kinerja Sektor Perekonomian Daerah Pertumbuhan PDRB merupakan sumbangan dari berbagai sektor usaha. Sektor usaha sekunder (industri manufaktur, bangunan, listrik, dan air bersih) merupakan sektor usaha yang memberikan sumbangan terbesar bagi perekonomian Banten dengan rata–rata sebesar 54,80% selama tahun 2011. Kemudian sektor tersier (transportasi, keuangan dan jasa-jasa) memberikan sumbangan rata-rata sebesar 37,14%. Sementara sektor primer (pertanian dan pertambangan) hanya menyumbang rata-rata sebesar 8,06%. Hal ini mengindikasikan bahwa perekonomian daerah Banten telah menuju pada
industrialisasi
dan
belum
terjadinya
pemerataan
pembangunan, karena pada kenyataannya sebagian besar penduduk masih tergantung kehidupannya pada sektor pertanian (pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan).Kontribusi sector PDRB harga berlaku (Rp. Juta) dalam struktur perekonomian Provinsi Banten untuk capaian tahun 2007-2011 dan prediksi tahun 2012 terlihat sebagaimana Gambar 3.3. Gambar 3.3 Grafik Kontribusi Sektor PDRB Harga Berlaku (Rp. Juta) dalam Struktur Perekonomian Provinsi Banten (Capaian Tahun 2007-2011 dan Prediksi Tahun 2012)
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
1) Industri Industri
merupakan
sektor
pendukung
utama
kegiatan
pembangunan ekonomi daerah.Perkembangan bidang industri yang meliputi industri kecil, menengah dan industri besar, yang 100
keberadaannya
dari
meningkat.Seiring
tahun
dengan
ke
tahun
membaiknya
terus
cenderung
kondisi
ekonomi
nasional, iklim usaha saat ini dirasakan membaik. Perekonomian di Banten menunjukkan nilai positif dengan kenaikan 8,52% pada industri makanan, minuman dan tembakau, sementara 11,20% pada industri tekstil barang kulit dan alas kaki. Pada umumnya kegiatan industri berada di wilayah Banten bagian Utara, dimana secara umum, ada sekitar 98,05% kegiatan industri terletak di Wilayah Banten Utara.Dengan nilai tambah industri pada tahun 2009-2011 yang dihasilkan rata-rata sebesar Rp. 5,7 trilyun per tahun diharapkan target LPE Provinsi Banten bisa tercapai. 2) Pertanian Sektor pertanian yang terdiri dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan kelautan, merupakan
sektor
primer
dalam
struktur
perekonomian
daerah.Selama tahun 2008 sampai dengan 2011 sektor ini ratarata memberikan kontribusi sebesar 8,67%. Sektor pertanian telah memperlihatkan kemajuan yang nyata, khususnya padi, dimana produksi dan produktifitasnya terus meningkat.Hal ini terbukti bahwa pada tahun 2010, surplus produksi padi 10%, Gubernur mendapat penghargaan Satya Lencana Wirakarya dari Presiden RI.Demikian pula komoditas lainnya seperti jagung, kedelai, buah-buahan, kelapa, gula aren, kakao, ternak unggas, perikanan
tangkap
dan
budidaya
cenderung
berfluktuasi.dikarenakan keadaan cuaca yang tidak menentu. Nilai
Tukar
Petani
(NTP)
di
Provinsi
Banten
mengalami
peningkatan dari semula pada tahun 2009 sebesar 99,67% meningkat menjadi 103,71% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 NTP mencapai 106%. Subsektor pertanian tanaman pangan adalah penunjang terbesar dalam struktur perekonomian. Kontribusinya sebesar 5,26% terhadap 16,54%
PDRB dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar per
tahun.
Sub
sektor
peternakan
memberikan
kontribusi sebesar 1,73% terhadap PDRB, sedangkan subsektor perikanan hanya memberikan kontribusi rata–rata sebesar 0,56% 101
per tahun. Penyumbang terkecil dari sektor pertanian adalah subsektor perkebunan yang hanya memberikan kontribusi rata– rata sebesar 0,71% per tahun. Pola pengelolaan perkebunan ini terbagi ke dalam tiga kategori yaitu (a) perkebunan besar negara seluas 11.618 ha, (b) perkebunan besar swasta 9.818 ha dan (c) perkebunan rakyat seluas 162.218 ha. Subsektor kehutanan dalam struktur perekonomian daerah memberikan kontribusi sebesar
0,04%
dengan
laju
pertumbuhan
yang
cenderung
menurun rata–rata sebesar 2,06% per tahun. Berdasarkan pada kondisi tersebut diatas dapat disimpulkan beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam rangka pembangunan pertanian yaitu (a) masih rendahnya produktifitas, (b) lahan pengusahaan yang semakin sempit, (c) akses petani dan nelayan
ke
sumberdaya
produktif
seperti
permodalan
dan
layanan usaha sangat terbatas dan (d) faktor cuaca ekstrim. 3) Perdagangan, Transportasi, keuangan dan jasa-jasa Sektor
perdagangan
yang
terdiri
dari
usaha
mikro,
kecil,
menengah dan koperasi (UMKM-K) yang berbasis pertanian, pertambangan dan galian, industri serta barang ekspor-impor berkembang seiring dengan meningkatnya pembangunan di Provinsi
Banten.
perdagangan
Selama
mengalami
kurun
waktu
perkembangan
2007-2011, yang
baik
sektor dengan
kecenderungan meningkat rata-rata 1,78% per tahun dalam memberikan sumbangan terhadap PDRB. Beberapa permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan UMKM-K ini adalah (a) keterkaitan sektor huluhilir antara wilayah utara dan selatan, (b) kesenjangan nilai tambah, (c) rendahnya produktifitas UMKM-K, (d) terbatasnya akses UMKM-K dan (e) rendahnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi. d. Pendapatan per-kapita (PDRB per kapita) Pendapatan per kapita masyarakat Banten sejak tahun 2008-2010 meningkat searah dengan laju pertumbuhan ekonomi. PDRB per kapita masyarakat Banten tahun 2008 sebesar Rp. 12,75 juta, tahun 2009 sebesar Rp. 12,43 juta, dan pada tahun 2009 sebesar Rp. 13,48 juta per tahun. Diperkirakan meningkat menjadi Rp. 102
14,70
Juta
per
orang
per
tahun
pada
tahun
2011.
Jika
dibandingkan dengan angka inflasi selama tahun 2003-2011 ratarata sebesar 6%, maka masih terdapat kenaikan PDRB mutlak sebesar 2%.Hal ini berarti masih ada peningkatan kemakmuran masyarakat Banten. Perkembangan nilai PDRB per
kapita tahun 2008-2011 dan
perkiraan tahun 2012 terlihat sebagaimana Gambar 3.4. Gambar 3.4 Grafik Perkembangan Nilai PDRB Per Kapita (Rp. Juta) Tahun 2008-2011 dan Target Tahun 2012
Sumber: Banten Dalam Angka, BPS 2011
e. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah Provinsi Banten merupakan indikator untuk mengukur tingkat kemandirian dan kemajuan ekonomi daerah serta keberhasilan daerah dalam menggali potensi pendapatan. Pada tahun 2003 penerimaan PAD sebesar Rp. 437,4 milyar, setiap tahunnya terus meningkat dan pada tahun 2008 mencapai Rp. 1,601 trilyun, tahun 2009 mencapai Rp. 1,687 trilyun, tahun 2010 mencapai Rp. 1,924 trilyun, tahun 2011 mencapai Rp. 2.079 trilyun, pada Tahun 2012 ditargetkan sebesar 2,450 trilyun dan pada Tahun 2013
PAD
Banten
direncanakan
mencapai
3,12
trilyun.
Perkembangan PAD Banten tahun 2008-2011 dan target tahun 2012 terlihat sebagaimana Gambar 3.5. Gambar 3.5 Grafik Perkembangan PAD Banten (Rp. Juta) Tahun 2008-2011 dan Target Tahun 2012 2,300
2,616
1,800
1,924
1,300 1,367 2007
1,601
1,687
2008
2009
Sumber: DPKAD Provinsi Banten 2012
f. Struktur Investasi Daerah 103
2010
2,079
2011*
2012**
Optimisme pelaku usaha terkait investasi di Banten semakin meningkat
seiring
meningkatnya
potensi
konsumsi
domestik/nasional dan perkiraan pencapaian status investment grade bagi Indonesia pada periode yang akan datang. Kinerja investasi diperkirakan meningkat tercermin dari meningkatnya angka
pertumbuhan
Pembentukan
Modal
Tetap
Bruto
pada
komponen PDRB Banten dari 8,74% pada triwulan III 20011 menjadi 11,90% pada periode laporan. Tingginya investasi pada periode laporan diperkirakan bersumber dari ekspansi bisnis pada sektor industri
pengolahan,
pengangkutan,
perdagangan,
hotel
dan
restoran serta konstruksi. Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI tahun 2012, tercatat Penanaman Modal Asing (PMA) di wilayah Banten pada tahun 2011 jauh melebihi Tahun 2010. Jumlah realisasi PMA pada tahun 2011 mencapai 418 proyek dengan nilai investasi sebesar USD 2,17 miliar, sementara itu Tahun 2010 hanya sebanyak 280 proyek dengan nilai USD 1,54 miliar atau terdapat peningkatan sebanyak 138 proyek atau senilai USD 0,63 miliar. Di sisi lain, realisasi investasi dalam negeri di Banten mengalami penurunan dari sebanyak 76 proyek pada tahun 2010 (Rp 5,85 triliun) menjadi sebanyak 38 proyek (senilai Rp 4,10 triliun). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa investor yang berminat di Wilayah Banten cenderung berasal dari investor luar negeri.Perkembangan dan peringkat investasi di Provinsi Banten tahun 2006-2011 terlihat sebagaimana Tabel 3.2. Tabel 3.2 Perkembangan dan Peringkat Investasi Provinsi Banten Tahun 2006 - 2011
Peningkatan
investasi
tercermin 104
pula
dari
meningkatnya
penggunaan semen di Banten terutama untuk konstruksi usaha manufaktur, bangunan dan infrastruktur. Penggunaan/konsumsi semen di wilayah Banten yang terus meningkat dan tumbuh lebih dari 40% (yoy), bahkan pertumbuhan pada awal triwulan IV mencapai lebih dari 120% (yoy) karena meningkatnya proyek pembangunan pabrik seperti pada sektor industri kimia dasar dan besi/logam, pembangunan properti residensial maupun komersial oleh pihak swasta maupun untuk penyelesaian pembangunan infrastruktur
oleh
pemerintah.
Perluasan
pembangunan
pengembangan kawasan hunian ke arah wilayah Banten terutama Tangerang dan Serang mendorong peningkatan investasi baik infrastruktur, kebutuhan pemukiman dan hunian bisnis lainnya, meskipun secara nasional, indeks tendensi bisnisnya menunjukkan sedikit penurunan. Perekonomian Banten sebagian besar, sekitar 54,80% PDRB Banten disumbangkan dari sektor sekunder (sektor industri pengolahan; sektor bangunan;sektor listrik, gas dan air bersih), kemudian sebesar 37,14% dari sektor tersier (sektor perdagangan, hotel dan restoran;sektor
pengangkutan
keuangan,persewaan
dan
jasa
dan
komunikasi;
perusahaan;
sektor
sektor jasa-jasa).
Sementara itu sebesar 8,06% berasal dari sektor primer (sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian). Struktur investasi banten sampai saat ini dibentuk dari Sektor Swasata dan Rumah Tangga, yang terdiri dari sumabngan sektor UMKM-K sebesar 48,78%, sedangkan sektor pemerintah terdiri dari APBN 8,01, APBD provinsi Banten 3,34%, dan APBD Kab/Kota 7,35%.
Perkembangan
struktur
investasi
di
Banten
terlihat
sebagaimana Gambar 3.6. Gambar 3.6 Struktur Investasi Banten
Sumber : Analisis I-O, BPS Banten 2000
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2013 105
1. Tantangan Perekonomian Tahun 2013 Kondisi ekonomi makro tahun 2011 dan perkiraan pada tahun 2012 lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kemajuan tersebut antara lain ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan stabilitas yang terjaga. Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 6,5%tahun 2011 lebih tinggi dari tahun 2010 (6,2%).Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 terutama ditopang oleh ketahanan domestik berupa investasi yang meningkat dan daya beli masyarakat yang terjaga serta ekspor barang dan jasa yang tetap tumbuh. Stabilitas ekonomi Indonesia pada tahun 2011 masih terjaga dalam menghadapi tekanan berat ekonomi
dunia berupa melambatnya
perekonomian dunia, berlanjutnya krisis keuangan Eropa, gangguan cuaca dan iklim, serta ketegangan politik di Timur Tengah, Iran, Suriah. Dalam pada itu, berbagai hambatan di dalam negeri yang belum terselesaikan serta kemungkinan cuaca ekstrem di dalam negeri akan dihadapi dengan berbagai langkah yang tepat. Secara keseluruhan momentum pembangunan yang sudah dicapai pada tahun 2011 dapat dipertahankan pada tahun 2012, dan dapat ditingkatkan pada tahun 2013. Dengan kemajuan yang dicapai pada tahun 2011 dan masalah yang diperkirakan masih dihadapi hingga tahun 2012, tantangan pokok yang dihadapi pada Tahun 2013 adalah sebagai berikut : a. Mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi, dorongan akan diberikan
pada
peningkatan
investasi,
industri
pengolahan
nonmigas, daya saing ekspor, penguatan penyerapan belanja negara, serta pemantapan ketahanan pangan dan energi. b. Menjaga stabilitas ekonomi, perhatian akan diberikan pada langkahlangkah yang terpadu untuk menjaga stabilitas harga di dalam negeri dan nilai tukar dihadapkan pada tingginya resiko harga komoditi baik migas maupun non-migas serta arus modal yang dapat membahayakan perekonomian. c. Mempercepat pengurangan pengangguran dan kemiskinan, langkahlangkah
akan
dipusatkan
pada
upaya-upaya
yang
mampu
menciptakan lapangan kerja yang lebih besar serta menjangkau 106
masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dengan program-program pemberdayaan yang tepat. Pertumbuhan
ekonomi
didorong
dengan
meningkatkan
investasi,
menjaga ekspor nonmigas, serta memberi dorongan fiskal dalam batas kemampuan
keuangan
negara
dengan
mempertajam
belanja
negara.Koordinasi antara kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil, ditingkatkan untuk mendorong peran masyarakat dalam pembangunan ekonomi. Dalam tahun 2013, perekonomian diperkirakan tumbuh sebesar 7,0%, lebih tinggi dibandingkan sasaran tahun 2012 (6,5%); Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, stabilitas ekonomi yang terjaga, serta berbagai kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan pengangguran, jumlah penduduk miskin dan pengangguran terbuka menurun. Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin menjadi berkisar antara 9,5 – 10,5%, dan pengangguran terbuka diperkirakan turun menjadi berkisar antara 6,0 – 6,4% dari angkatan kerja; 2. Proyeksi Perekonomian Daerah Tahun 2013 Dalam
merumuskan
prospek
perekonomian
daerah
tahun
2013
mendatang, tentunya perlu memperhatikan perkembangan dan prospek ekonomi Indonesia Tahun 2013.Kondisi ekonomi Kawasan Asia-Pasifik saat ini mengeluarkan sinyal positif bagi perekonomian Nasional ditandai
dengan
recovery
perekonomian
Amerika
yang
terus
membaik.Kondisi ekonomi makro Provinsi Banten dan Nasional pada tahun 2013 terlihat sebagaimana Tabel 3.3. Tabel 3.3 Perbandingan Sasaran Ekonomi Makro Provinsi Banten dan Nasional Tahun 2013 (%) NO
URAIAN INDIKATOR
BANTEN
NASIONAL
1
Laju Pertumbuhan Ekonomi
6,5-6,7
6,8-7,2
2
Porsentase Penduduk Miskin
5,5-5,2
9,5-10,5
3
Porsentase Terbuka
12,0
5,8-6,1
Pengangguran
Sumber : RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017 dan RKP Tahun 2013
Berdasarkan analisis atas hasil evaluasi kinerja pembangunan yang telah
dicapai,
permasalahan
memperhatikan yang
prospek
dihadapi,
maka
perekonomian tantangan
nasional,
pokok
dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang dihadapi pada tahun 2013 adalah permasalahan yang dihadapi sektor industri dapat 107
dikelompokkan atas permasalahan yang ada dalam sektor itu sendiri (masalah internal) dan permasalahan yang berada diluar sektor industri (masalah eksternal). Permasalahan internal utamanya bersumber pada lemahnya postur dan jumlah populasi usaha industri manufaktur, lemahnya struktur industri, serta rendahnya produktivitas. Sedangkan masalah eksternal industri mencakup (a) ketersediaan dan kualitas infrastruktur dan energi (jaringan jalan/jembatan, transportasi, listrik, pasokan gas) yang belum memadai, (b) pengawasan barang-barang impor yang belum mampu menghentikan peredaran barang impor illegal di pasar domestik, (c) hubungan industrial dalam perburuhan belum terbangun dengan baik (d) masalah kepastian hukum (e) suku bunga perbankan yang masih tinggi. Pada tahun 2013, pembangunan perekonomian daerah Provinsi Banten diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan sekaligus pertumbuhan ekonomi agar mampu memecahkan permasalahan sosial mendasar terutama kemiskinan dan pengangguran.Oleh karena itu, diperlukan partisipasi aktif masyarakat dan swasta (dunia usaha) sebagai pilar dan pelaku utama pembangunan. Disamping itu pembangunan ekonomi daerah Provinsi Banten ditempuh untuk meningkatkan pemerataan dan sekaligus mendorong pengelolaan potensi pembangunan yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal, antara lain pada sektor pertanian, sektor industri yang berbasis pertanian, industri rakyat dan pariwisata. Melalui upaya tersebut diharapkan mampu memberikan solusi bagi upaya pemecahan permasalahan sosial mendasar seperti kemiskinan dan pengangguran. Dalam
kaitan
terutama
tersebut
dengan
diatas,
meningkatkan
pertumbuhan investasi.
ekonomi
didorong
Peningkatan
investasi
dilakukan dengan mengurangi hambatan-hambatan yang ada yaitu dengan menyederhanakan prosedur perijinan, mengurangi tumpang tindih kebijakan,meningkatkan kepastian hukum terhadap usaha, menyehatkan
iklim
ketenagakerjaan,
meningkatkan
penyediaan
infrastruktur dan energi, menyederhanakan prosedur, dan lain-lain. Sistem insentif yang tepat sasaran bagi pengembangan bidang-bidang usaha dan daerah-daerah strategis dan cepat tumbuh akan terus dikembangkan dan disempurnakan.
108
Mengacu
pada
tantangan
pokok
perekonomian
daerah,
maka
perekonomian daerah Provinsi Banten tahun 2013 dibangun dengan sasaran sebagai berikut ini : a. Faktor eksternal pengaruhnya masih sangat dominan, maka asumsi pokok untuk mencapai pertumbuhan dan kualitas ekonomi daerah yang tinggi, antara lain (a) Terjaga dan terkendalinya stabilitas keamanan; (b) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi melalui investasi dunia usaha dan masyarakat, (c) Menjaga stabilitas Inflasi, (d) Jaminan kepastian hukum dan (e) Terjaga dan terkendalinya stabilitas moneter; b. Berkurangnya tingkat penduduk miskin dan pengangguran. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, stabilitas ekonomi yang terjaga, serta berbagai kegiatan pembangunan yang diarahkan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan pengangguran, jumlah penduduk miskin dan pengangguran terbuka menurun. Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin diperkirakan turun menjadi sekitar 5,5 –5,1% dan pengangguran terbuka diperkirakan turun sebesar 12,0% dari angkatan kerja. c. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Berbagai langkah kebijakan untuk meningkatkan investasi dan tetap terjaganya kepercayaan masyarakat akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sekitar 6,0 – 6,45% pada tahun 2012, menjadi 6,50 – 6,80% tahun 2013; d. Terpenuhinya kebutuhan anggaran pembangunan. Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Input–Output serta kajian ICOR tahun 2009, dimana struktur investasi Provinsi Banten digambarkan sebagai berikut : 1) Investasi Swasta-Masyarakat sebesar 81,30%, dengan sumbangan dari PMA dan PMDN sebesar 32,52% dan UMKM-K sebesar 48,78%; 2) Investasi Pemerintah sebesar 18,70%. Investasi ini dikategorikan sebagai jumlah pengeluaran oleh pemerintah untuk menambah modal tetap yang dimiliki atau dengan kata lain investasi yang digunakan khusus untuk belanja pembangunan dan pelayanan publik. Investasi pemerintah tersebut merupakan sumbangan dari APBN sebesar 8,01%, APBD provinsi sebesar 3,34% dan APBD dari 8 kabupaten/kota sebesar 7,35%. Dengan pengertian bahwa alokasi dana tersebut digunakan untuk menciptakan peluang investasi baru melalui pendanaan prioritas dan program yang direkomendasikan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Banten Tahun 2013;
109
3) Berdasarkan struktur tersebut, maka pada tahun 2013, perkembangan PDRB yang semakin bertambah rata-rata sebesar Rp. 15,7 trilyun per tahun sehingga diharapkan dapat merealisasikan LPE Banten yang diasumsikan sebesar 6,50 – 6,80% pada tahun 2013; 4) Investasi tersebut diharapkan dari dunia usaha dan masyarakat melalui target realisasi investasi PMDN dan PMA sebesar Rp. 14,9 Trilyun, target realisasi investasi oleh Anggaran Belanja Langsung dari Pemerintah Provinsi sebesar Rp. 2,097trilyun, didukung APBD kabupaten/kota dan APBN.
3.2
ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Dalam merumuskan arah kebijakan keuangan daerah mendatang, perlu juga memperhatikan pokok-pokok kebijakan dan asumsi keuangan nasional tahun 2013, yaitu: 1. Mendukung pertumbuhan perekonomian nasional dengan melanjutkan program-program stimulus fiscal guna mencapai target asumsi ekonomi makro nasional tahun 2013, antar lain : a. Defisit APBN 2013 diperkirakan sebesar 1,0% PDB; b. Pertumbuhan Ekonomi Nasional diproyeksikan sebesar 7,0%; c. Inflasi pada angka 5,0%; d. Pengangguran terbuka 6,0-6,4%; e. Penduduk miskin 9,5-10,5%. 2. Belanja negara diperkirakan mencapai Rp1.400 triliun sampai Rp1.600 triliun, yang terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar 10,7% terhadap PDB dan transfer ke daerah sebesar 5,2% terhadap PDB; 3. Mempertahankan stimulus Belanja Negara melalui peningkatan daya beli masyarakat dan program pembangunan padat karya; 4. Mempertahankan rasio anggaran untuk fungsi Pendidikan sebesar 20% dalam Belanja Negara. Hasil
analisis
terhadap
kondisi,
tantangandan
prospek
perekonomianbaik ditingkat nasional maupun daerah menjadi pedoman dalam melakukan analisis dan proyeksi keuangan daerah dan kerangka pendanaan sebagaimana yang tergambar dalam Tabel 3.4 tentang struktur APBD TA. 2012 dan rancangan struktur APBD TA. 2013. 110
Tabel 3.4 Struktur APBD Provinsi Banten TA. 2012 dan Rancangan Struktur APBD TA. 2013 NO
APBD TA. 2012
RAPBD TA. 2013
PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah
3,902,075,000,000 2,981,553,000,000
4,416,108,000,000 3,379,795,000,000
Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2,841,335,000,000 5,818,000,000 60,800,000,000
3,264,228,000,000 4,427,000,000 37,460,000,000
73,600,000,000
73,680,000,000
916,372,000,000 355,852,000,000
1,032,777,000,000 448,861,000,000
1.2.2
Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum
530,833,000,000
583,916,000,000
1.2.3
Dana Alokasi Khusus
29,687,000,000
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pendapatan Hibah
4,150,000,000
3,536,000,000
4,150,000,000
3,536,000,000
2 2.1 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4
BELANJA DAERAH Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Kabupaten/Kota
4,134,075,000,000 2,039,583,000,000 367,476,000,000 289,420,000,000 28,750,000,000 983,951,000,000
4,596,108,000,000 2,034,769,000,000 423,857,000,000 223,700,000,000 70,000,000,000 1,150,012,000,000
2.1.5
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan Partai Politik
364,986,000,000
157,200,000,000
2.1.6
Belanja Tidak Terduga
5,000,000,000
10,000,000,000
Belanja Langsung
2,094,492,000,000
2,561,339,000,000
SURPLUS/(DEFISIT)
(232,000,000,000)
(180,000,000,000)
232,000,000,000 264,000,000,000 264,000,000,000
180,000,000,000 240,000,000,000 240,000,000,000
32,000,000,000 32,000,000,000
60,000,000,000 60,000,000,000
10,000,000,000 10,000,000,000 12,000,000,000
6,000,000,000
1 1.1 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4
1.2 1.2.1
1.3 1.3.1
2.2
URAIAN
3 3.1 3.1.1
PEMBIAYAAN Penerimaan Pembiayaan SiLPA Tahun Sebelumnya
3.2 3.2.1
Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah: LPK/BPR PT. BGD Bank BJB Syariah PT. PPKD
3.2.1.1 3.2.1.2 3.2.1.3 3.2.1.4 3.3
Pembiayaan Netto
232,000,000,000
28,000,000,000 26,000,000,000 180,000,000,000
3.2.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah Beberapa pembangunan
perubahan dan
mendasar
penganggaran 111
dalam
daerah
sistem
menuntut
perencanaan dilakukannya
sejumlah perbaikan dalam pengelolaan keuangan daerah, terutama dalam aspek anggaran, aspek akuntansi, dan aspek pemeriksaan. Perubahanperubahan ini mengarahkan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan prinsip pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efektif, efisien, transparan,
dan
akuntabel
yang
diimplementasikan
yang
didasarkan
dalam
sistem
anggaran berbasis kinerja. Penganggaran
daerah
kepada
kemampuan
keuangan daerah diarahkan dan dikelola berazaskan fungsi : (1) Otorisasi, yaitu sebagai dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan; (2) Perencanaan, yaitu menjadi pedoman bagi manajemen
dalam
merencanakan
kegiatan
pada
tahun
yang
bersangkutan; (3) Pengawasan, yaitu menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; (4) Fungsi Alokasi, yaitu anggaran daerah yang harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi
pengangguran
dan
pemborosan
sumber
daya,
serta
meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian; (5 Fungsi Distribusi, yaitu kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; dan (6) Stabilisasi, yaitu menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah. Sehingga
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
yang
direncanakan perlu mempedomani norma dan prinsip anggaran sebagai berikut : 1. Transparansi
dan
Akuntabilitas
Anggaran
Daerah.
Merupakan
persyaratan utama untuk mewujudkan pemerintah yang baik, bersih dan tanggungjawab. Sebagai instrumen evaluasi pencapaian kinerja dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam mensejahterakan rakyat, maka APBD dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan; 2. Disiplin Anggaran. Program harus disusun dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat tanpa meninggalkan keseimbangan antara pembiayaan pelayanan
penyelenggaraan masyarakat.
Oleh
pemerintahan, karena
itu
pembangunan
penyusunan
dan
anggaran
dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan; 112
3. Keadilan Anggaran Pendapatan, pada hakekatnya diperoleh melalui mekanisme pajak dan retribusi atau beban lainnya yang dipikul oleh segenap lapisan masyarakat. Untuk itu Pemerintah mengalokasikan penggunaannya secara adil dan merata berdasarkan pertimbangan yang obyektif agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa dikriminasi dalam pemberian pelayanan; 4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran. Dana yang tersedia dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan
dan
kesejahteraan
secara
optimal
guna
kepentingan
masyarakat. Oleh karena itu untuk mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaannya ditetapkan secara jelas arah dan tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang diprogramkan. Arah kebijakan keuangan daerah memuat tentang arah kebijakan pendapatan daerah, arah kebijakan belanja daerah, dan arah kebijakan pembiayaan daerah. 1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Arah kebijakan pendapatan daerah meliputi asumsi target penerimaan pendapatan
daerah,
pertimbangan
dalam
penentuan
kebijakan
pendapatan daerah, target pendapatan daerah dan upaya pencapaian target pendapatan daerah. a. Asumsi Target Penerimaan Pendapatan Daerah Asumsi target penerimaan pendapatan daerah adalah sebagai berikut : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Penerimaan PAD pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD)
Provinsi
Banten
Tahun
2012-2017
diproyeksikan rata-rata sebesar 13,25% per tahun, dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi berikut : a) Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) berkisar 6-7%; b) Realisasi penerimaan PAD selama kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 22,96% per tahun, namun rata-rata realisasi PAD dari target setiap tahun sebesar 8,34%; 113
c) Pajak cukai rokok akan menjadi komponen pajak daerah pada tahun 2014 dengan proyeksi pendapatan rata-rata sebesar 22,96% per tahun; d) Prediksi produksi kendaraan bermotor secara nasional tahun 2012 sebanyak 780.000 unit dan tumbuh setiap tahun hingga tahun 2015 sebanyak 1.300.000 unit. Sedangkan jumlah yang dipasarkan di wilayah Provinsi Banten setiap tahun rata-rata sebesar 4,7% ; e) Kebijakan peningkatan penyertaan modal kepada lembagalembaga keuangan bank dan PT. Banten Global Development; f) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/10/DPNP perihal Penerapan Manajemen Resiko pada Bank yang melakukan Pemberian
Kredit
Pemilikan
Rumah
(KPR)
dan
Kredit
Kendaraan Bermotor (KKB); g) Rencana penerapan pajak progresif di Provinsi Banten pada tahun 2014, berpengaruh terhadap kepemilikan kendaraan baru. 2) Dana Perimbangan Penerimaan dari dana perimbangan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten Tahun 20122017
diproyeksikan
sebesar
7-8%
per
tahun,
dengan
mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai berikut : a) Realisasi penerimaan Dana Perimbangan selama kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,77%; b) Berkurangnya pos dana perimbangan dari Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan mulai tahun 2014. 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Penerimaan dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Banten
Tahun
2012-2017
sebesar 0,01% per tahun.
114
diproyeksikan
rata-rata
b. Pertimbangan dalam Penentuan Kebijakan Pendapatan Daerah Beberapa pertimbangan dalam penentuan kebijakan pendapatan daerah Tahun Anggaran 2013 sebagai berikut : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam upaya pengelolaan dan peningkatan PAD, kebijakan yang ditempuh adalah memberikan insentif untuk menarik atau merangsang
agar
dapatmeningkat.
kegiatan Upaya
ekonomi
tersebut
masyarakat
antara
lain
cenderung melalui
(a)
penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, (b) rasionalisasi pajak/retribusi daerah, (c) meningkatkan ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi daerah, serta (d) meningkatkan pengendalian dan pengawasan
atas
pemungutan
PAD
yang
diikuti
dengan
peningkatan kualitas , kemudahan, ketepatan dan kecepatan palayanan. Sejalan
dengan
arah
kebijakan
penganggaran
khususnya
kebijakan pendapatan, tantangan pokok yang dihadapi berkaitan dengan upaya untuk terus meningkatkan PAD melalui pajak dan non pajak daerah guna membiayai prioritas pembangunan yang ditetapkan. Secara umum kebijakan penganggaran daerah adalah langkah– langkah
yang
pendapatan
dilakukan
dan
dalam
meningkatkan
langkah–langkah
yang
target–target
diperlukan
untuk
mengefektifkan belanja, dan efisiensi pembiyaan. Untuk penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD dalam penyusunan APBD TA. 2013 memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Kondisi
perekonomian
yang
terjadi
pada
tahun-tahun
sebelumnya, perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 dan realisasi penerimaan PAD tahun sebelumnya, serta ketentuan peraturan perundang-undangan terkait; b) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dilarang menganggarkan
penerimaan 115
pajak
daerah
dan
retribusi
daerah
yang
Peraturan
Daerahnya bertentangan
dengan
Undang-Undang 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan/atau telah dibatalkan; c) Kebijakan penganggaran tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha; d) Rasionalitas
hasil
pengelolaan
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan atas penyertaan modal atau investasi daerah lainnya, dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan, baik dalam bentuk uang maupun barang sebagai penyertaan modal (investasi daerah). 2) Dana Perimbangan Untuk penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013, memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Perhitungan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) didasarkan pada alokasi DAU TA. 2012 dengan memperhatikan realisasi TA. 2011; b) Perhitungan
alokasi
Dana
Bagi
Hasil
(DBH)
mempertimbangkan besaran alokasi DBH yang tercantum dalam
Peraturan
Menteri
Keuangan
TA.
2012,
dan
memperhatikan realisasi DBH TA. 2011; c) Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dapat dianggarkan sebagai pendapatan daerah, sepanjang telah ditetapkan dalam APBN TA. 2013. 3) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Untuk penganggaran pendapatan yang bersumber dari dana Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dalam APBD TA. 2013, hal yang perlu diperhatikan adalah Penetapan target penerimaan hibah yang bersumber dari sumbangan pihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau
pengurangan
kewajiban
pihak
ketiga
atau
pemberi
sumbangan. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah TA.2013 yang akan dilakukan adalah: 116
a) Pengembangan sistem administrasi, meningkatkan kualitas pelayanan pajak daerah dan retribusi daerah; b) Intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah dengan berpegang kepada prinsip keadilan dan tidak memberatkan masyarakat; c) Peningkatan
kesadaran
masyarakat
dalam
bidang
pajak
daerah; d) Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan pajak daerah dan retribusi daerah; e) Penataan
bidang
perencanaan,
pelaporan
dan
evaluasi
pendapatan; c. Target Pendapatan Daerah Target Pendapatan Daerah pada tahun 2013 ditargetkan sebesar Rp.4.416.108.000.000,-meliputi(1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari Pengelolaan
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Hasil
Kekayaan
Daerah
yang
Dipisahkan,
(2)
Dana
Perimbangan yang terdiri dari : Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), (3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada
tahun 2013 ditargetkan
sebesar Rp 3.379.795.000.000,-. Jumlah PAD tersebut diperoleh dari : a) Pajak Daerah ditargetkan sebesar Rp 3.264.228.000.000,-; b) Retribusi Daerah ditargetkan sebesar Rp 4.427.000.000,-; c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan yang ditargetkan sebesar Rp 37.460.000.000,-; dan d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah yang ditargetkan sebesar Rp. 73.680.000.000,-. 2) Dana Perimbangan Dana Perimbangan yang ditargetkan dalam tahun 2013 adalah sebesar Rp.
1.032.777.000.000,-. Dana Perimbangan tersebut
diperoleh dari : 117
a) Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak yang ditargetkan sebesar Rp. 448.861.000.000,-; b) Dana
Alokasi
Umum
yang
ditargetkan
sebesar
Rp.
583.916.000.000,00;; c) Dana Alokasi Khusus tidak ditargetkan. 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang ditargetkan dalam tahun 2013 adalah sebesar Rp. 3.536.000.000,- Jumlah dana tersebut diperoleh dari Pendapatan Hibah Pihak Ketiga sebesar Rp. 3.536.000.000,Secara lengkap target pendapatan daerah Provinsi Banten TA.2013 terlihat sebagaimana Tabel 4.1. Tabel 3.5 Target Pendapatan Daerah Provinsi Banten Tahun Anggaran 2013 NO
URAIAN
APBD TA. 2012
RAPBD TA. 2013
1
PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
3,902,075,000,000
4,416,108,000,000
2,981,553,000,000
3,379,795,000,000
2,841,335,000,000 5,818,000,000 60,800,000,000
3,264,228,000,000 4,427,000,000 37,460,000,000
73,600,000,000
73,680,000,000
Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
916,372,000,000 355,852,000,000
1,032,777,000,000 448,861,000,000
530,833,000,000 29,687,000,000
583,916,000,000
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pendapatan Hibah
4,150,000,000
3,536,000,000
4,150,000,000
3,536,000,000
1.1 1.1.1 1.1.2 1.1.3
1.1.4 1.2 1.2.1
1.2.2 1.2.3 1.3
1.3.1
Sumber : DPKAD Provinsi Banten Tahun 2012
d. Upaya Pencapaian Target Pendapatan Daerah Upaya-upaya yang akan dilakukan Pemerintah Provinsi Banten dalam pencapaian target pendapatan daerah tahun 2013 sebagai berikut : 118
1) Peningkatansarana dan prasarana,melalui: a) Rehabilitasi/renovasi
bangunan
gedung
UPT
yang
representatif; b) Pengadaan
dan
Pemeliharaan
Sarana
dan
Prasarana
Kemampuan
Pelayanan
Pendukung di setiap UPT. 2) Peningkatan sumberdaya manusia, melalui: a) Bimbingan
Teknis
Peningkatan
Aparatur; b) Pelatihan Penerapan Sistem Aplikasi Samsat. 3) Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah, melalui: a) Razia kendaraan bermotor; b) SAMSAT door to door; c) Sosialisasi pajak daerah melalui media cetak dan media elektronik; d) Penyuluhan pajak daerah di kecamatan-kecamatan; e) Koordinasi dengan instansi teknis terkait (SKPD penghasil, pertamina,
produsen
kendaraan
bermotor,
lembaga
pembiayaan/leasing, kepolisian, dan jasa raharja). 4) Peningkatan pelayanan pada UPT/Kantor Bersama Samsat, melalui: a) Penambahan jumlah UPT/Kantor Bersama SAMSAT; b) SAMSAT keliling; c) Pembentukan gerai SAMSAT; d) Pembentukan SAMSAT drive thru; e) Sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2002-2008, di seluruh UPT/Kantor Bersama SAMSAT; f) Layanan informasi pajak kendaraan bermotor melalui SMS (Short Message Services) dengan provider. 5) Peningkatan Sistem,melalui: g) Pembentukan sistem SAMSAT online; h) Pembentukan dan maintenance sistem aplikasi SAMSAT; i) Pembentukan sistem informasi pajak daerah.
119
2. Arah Kebijakan Belanja Daerah Belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan, oleh karena
itu
dalam
penyusunan
APBD
Tahun
Anggaran
2013,
Pemerintah Provinsi Banten berupaya menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang bertujuan untuk
meningkatkan
akuntabilitas
perencanaan
anggaran
dan
memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Disamping itu, program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya.. Penerapan azas efisiensi dan efektifitas belanja merupakan langkah – langkah yang ditempuh dalam mengoptimalkan belanja daerah. Total Belanja Daerah dalam APBD Provinsi Banten Tahun Anggaran 2013 ditargetkan sebesar Rp. 4,596Trilyun. Disamping itu adanya penyesuaian gaji dan tunjangan yang melekat sebesar 10% dari tahun sebelumnya serta penyesuaian tambahan penghasilan
pegawai
negeri
sipil
berdasarkan
beban
kerja
dan
pertimbangan efektif lainnya, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. a. Kebijakan Belanja Tidak Langsung Kebijakan Belanja Tidak Langsung dalam Rancangan APBD Provinsi Banten TA. 2013memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Belanja Pegawai a) Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai dalam rangka perhitungan DAU Tahun Anggaran 2013 dengan memperhitungkan rencana kenaikan 120
gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas. b) Penganggaran
belanja
pegawai
untuk
kebutuhan
pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai tahun 2013. c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5% dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan. d) Penganggaran
tambahan
kebijakan
pemberian
penentuan
kriterianya
penghasilan tambahan
harus
PNSD,
baik
penghasilan
ditetapkan
aspek
maupun
terlebih
dahulu
dengan peraturan kepala daerah dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 39 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. 2) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial Penganggaranbelanja hibah yang diberikan Pemerintah Provinsi Banten
kepada
pemerintah,
masyarakat,
dan
organisasi
kemasyarakatan ditujukan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah. Sedangkan penganggaran belanja bantuan
sosial
masyarakat,
yang
dan
diberikan
kelompok
kepada
individu,
masyarakat
keluarga,
diarahkan
untuk
melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. 3) Belanja Bagi Hasil Kepada Kabupaten/Kota Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan pemerintah
provinsi
kepada
pemerintah
kabupaten/kota
mempedomani Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Tata cara penganggaran dana bagi hasil tersebut telah memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah pada Tahun Anggaran 2013, sedangkan pelampauan target Tahun 121
Anggaran 2012 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah dan menjadi hak pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah desa ditampung dalam Perubahan APBD TA. 2013. 4) Belanja Bantuan Keuangan. Penganggaran bantuan keuangan kepada pemerintah daerah lainnya dan kepada desa yang didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan
pemerintahan
daerah
yang
tidak
tersedia
alokasi
dananya, sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah. Belanja
Bantuan
Keuangan
diberikan
kepada
Pemerintah
Kabupaten dan Kota, Pemerintah Desa, dan Partai Politik. 5) Belanja Tidak Terduga Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi TA. 2011 dan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang,
seperti
kebutuhan
tanggap
darurat
bencana,
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada TA. 2013, termasuk
pengembalian
atas
kelebihan
penerimaan
daerah
tahun-tahun sebelumnya. b. Kebijakan Belanja Langsung Belanja langsung yang merupakan belanja program dan kegiatan pembangunanakan digunakan untuk membiayai pembangunan tahun 2013 dengan mendasarkan pada : 1) Kewenangan pada tingkat pemerintahan; 2) Tugas pokok dan fungsi SKPD; 3) Evaluasi kinerja SKPD tahun sebelumnya; 4) Capaian target Pro job, Pro poor, Pro growth, Pro enviromental, dan MDG’s; 5) Aspirasi masyarakat yang mendesak untuk ditangani; 6) Sinkronisasi perencanaan program dan penganggaran pusatdaerah. 122
c. Kebijakan Belanja Berdasarkan Urusan Pemerintahan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.Alokasi belanja langsung dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan.
Pemerintahan Provinsi Banten pada tahun 2013
akan melaksanakan urusan wajib dan urusan pilihan, sebagaimana yang telah tertuang dalam RKPD Provinsi Banten Tahun 2013. Urusan
wajib
diselenggarakan pelayanan
adalah oleh
dasar,
urusan
pemerintahan
terdiri
dari
25
pemerintahan daerah, (dua
yang
berkaitan
puluh
lima)
wajib dengan urusan
pemerintahan yang meliputi : 1)
Pendidikan;
2)
Kesehatan;
3)
Lingkungan hidup;
4)
Pekerjaan umum;
5)
Penataan ruang;
6)
Perencanaan pembangunan;
7)
Perumahan;
8)
Kepemudaan dan olahraga;
9)
Penanaman modal;
10) Koperasi dan usaha kecil dan menengah; 11) Kependudukan dan catatan sipil; 12) Ketenagakerjaan; 13) Ketahanan pangan; 14) Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; 15) Keluarga berencana dan keluarga sejahtera; 16) Perhubungan; 17) Komunikasi dan informatika; 18) Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; 19) Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; 123
20) Pemberdayaan masyarakat dan desa; 21) Sosial; 22) kebudayaan; 23) Statistik; 24) Kearsipan 25) Perpustakaan. Urusan Pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah, terdiri dari 8 (delapan) bidang urusan pemerintahan meliputi : 1)
Kelautan dan perikanan;
2)
Pertanian;
3)
Kehutanan;
4)
Energi dan sumber daya mineral;
5)
Pariwisata;
6)
Industri;
7)
Perdagangan;
8)
Ketransmigrasian.
3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dijelaskan bahwa pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan / atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahuntahun anggaran berikutnya. Fungsi pembiayaan merupakan bagian dari sistem pengelolaan keuangan negara yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan, dan pertangung jawaban, sebagai perwujudan dari APBD. Di dalam pengelolaan keuangan daerah dan khususnya yang berkaitan dengan fungsi otorisasi bahwa anggaran daerah yang merupakan bagian dari anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Oleh karena itu, berkaitan dengan kebijakan penganggaran daerah tahun 2013 mengupayakan adanya anggaran berimbang dengan menempatkan Sisa 124
Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya sebagai alat untuk menutupi defisit, namun estimasi sisa lebih perhitungan tahun anggaran tersebut belum dapat dihitung secara definitif karena kegiatan masih berjalan dan perhitungannya dilakukan pada akhir tahun anggaran. a. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan dalam Rancangan APBD Provinsi Banten TA. 2013 bersumber dari sebesar
Rp.
penganggaran(SiLPA) tahun sebelumnya
240.000.000.000.
Penganggaran
tersebut
harus
didasarkan pada penghitungan yang cermat dan rasional dengan mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaran Tahun Anggaran 2012 dalam rangka menghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada TA.2013 yang tidak dapat didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang direncanakan. b. KebijakanPengeluaran Pembiayaan Kebijakan
Pengeluaran
Pembiayaan
dalam
Rancangan
APBD
Provinsi Banten TA. 2013 sebagai berikut : 1) Penambahan penyertaan modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memperkuat struktur permodalan, sehingga BUMD
dimaksud
dapat
lebih
berkompetisi,
tumbuh
dan
berkembang. 2) Meningkatkan akses pembiayaan bagi Usaha Masyarakat Kecil dan Menengah (UMKM), melalui penyertaan modal kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)/LPK. Proyeksi
neraca
menggambarkan
APBD bahwa
yang Total
ditargetkan
dalam
Pendapatan
tahun
Daerah
2013
sebesar
Rp.4.416.108.000.000,-, sedangkan Total Belanja Daerah sebesar Rp.4.596.108.000.000,-,
mengalami
defisit
sebesar
Rp.180.000.000.000,-, sehingga masih perlu diupayakan sumbersumber
pembiayaan
untuk
menutupi
defisit
tersebut
dengan
mempertimbangkan SiLPA tahun lalu dan kemampuan pembiayaan daerah
dari
pos-pos
penerimaan
pembiayaan
sebesar
Rp.
240.000.000.000,-. Disamping itu di Tahun 2013 mendatang dianggarkan untuk pengeluaran pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal (investasi) 125
pemerintah
daerah
sebesar
Rp.60.000.000.000.Keseluruhan
penyerataan modal tersebut merupakan penyertaan modal untuk menutupi sisa penyertaan modal yang telah dibayarkan di tahun sebelumnya.
126
BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pada tahun 2013 mendatang, PemerintahProvinsi Banten akan memasuki awal tahun pembangunan dalam rentang waktu pelaksanaan RPJMD Tahun 20122017, guna mewujudkan Visi ”Bersatu Mewujudkan Rakyat Banten Sejahtera Berlandaskan Iman dan Taqwa”
yang dilakukan melalui 78 (tujuh puluh
delapan) program pembangunan daerah, yang dikelompokan kedalam 25 (dua pulu lima) urusan wajib dan 8 (delapan) urusan pilihan,. Adapun proses perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.1 Bagan Alir Perumusan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Masalah Mendesak (Daerah/ Nasional)
Usulan SKPD (Usulan kegiatan prioritas dilengkapi indicator kinerja program
Rancangan Kerangka Ekonomi dan Kerangka Pendanaan (Bersifat indikatif dan disesuaikan dengan kekapasitas fiscal daerah)
Prioritas Pembangunan Kewilayahan
Pagu Indikatif (alokasi anggaran kegiatan) Rumusan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Provinsi Banten 2013
Usulan Kab/Kota
Hasil Evaluasi Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan
Prioritas Pembangunan Sektoral Perurusan/ SKPD
Isu Strategis Daerah
RPJMD 2012-2017 (78 Program)
4.1 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Kepala Daerah yang tertuang
dalam
dokumen
RPJMD
diperlukan
perencanaan
pembangunan yang berkesinambungan antar dokumen perencanaan pembangunan. Hubungan antara Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran pembangunan 5 (lima) tahunan yang diambil dari dokumen RPJMD Tahun 2012-2017 dengan dokumen RKPD Tahun 2013 terlihat sebagaimana Tabel 4.1. 127
Tabel 4.1 Hubungan Visi/Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah Visi : Bersatu Mewujudkan Banten Sejahtera Berlandaskan Iman dan Taqwa MISI
TUJUAN
Misi Pertama, Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Wilayah Mendukung Pengembangan Wilayah/Kawasan Berwawasan Lingkungan
Untuk konektivitas pengembangan wilayah/kawasan guna percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Banten serta meningkatkan layanan dasar masyarakat dan peningkatan daya saing daerah dengan prinsip pembangunan berkelanjutan
SASARAN 1
2
3
4
5
6
Tersedianya infrastruktur transportasi yang handal dan terintegrasi untuk mendukung pergerakan perhubungan orang, barang dan jasa; Tersedianya infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air; Meningkatnya cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan ketenagalistrikan di Banten; Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman Terwujudnya keamanan dan keserasian dalam pembangunan infrastruktur; Berkurangnya tingkat pencemaran, kerusakan lingkungan dan resiko bencana;
128
INDIKATOR KINERJA Tingkat Kemantapan Jalan (%)
TARGET 2013 78,15
Tingkat Kemantapan Jembatan (%)
88
Peningkatan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Teknis (ha)
18.218,52
Rasio (%)
Elektrifikasi
83,04
Cakupan Pelayanan Air Bersih Perkotaan dan Pedesaan (%) Cakupan Akses Pelayanan Sanitasi Dasar (%)
32,87 70,53
Cakupan Pembinaan Jasa Konstruksi
50
Tingkat Status Mutu Sungai Utama dan Waduk Besar (%)
62,5
Jumlah hari dengan Kualitas Udara Perkotaan Kategori Baik (Hari)
360
MISI
TUJUAN
SASARAN
7
8
9
Misi Kedua, Pemantapan Iklim Investasi yang Kondusif untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pemerataan perekonomian daerah dalam rangka mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat
1
Meningkatnya fungsi kawasan lindung Banten;
Terlaksananya penataan ruang yang berkelanjutan; Meningkatnya ketersediaan dan pemanfaatan energi alternatif yang ramah lingkungan serta energi terbaharukan diantaranya panas bumi, angin dan surya. Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi lokal;
129
INDIKATOR KINERJA Cakupan Penurunan Beban Pencemaran Air Limbah Industri (%) Capaian Luas Kawasan Lindung Terhadap Luas Wilayah Banten (%) Luas Kawasan Yang Terlindungi Dari Dampak Banjir (ha) Rasio Rencana Kawasan Strategis yang Tersusun (%) Jumlah Energi (unit)
Penerapan Alternatif
TARGET 2013 19
29,03
3.754,79
4,5 106
Indek Gini PDRB Per Kapita (Rp) Daya Beli Masyarakat (Rp) Pengeluaran Konsumsi Pangan Per Kapita Per Bulan (Rp)
0,3 22.000.000
Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita Per Bulan (Rp) Pertumbuhan Sektor Pertanian (% ) Pertumbuhan Sektor Peternakan (% ) Pertumbuhan Sektor Perkebunan (tanaman keras) (%) Pertumbuhan Sektor Kehutanan (%) Pertumbuhan Sektor Pertambangan (%) Pertumbuhan Sektor Pariwisata (Hotel dan Restoran) (%) Pertumbuhan Sektor Perikanan (%) Pertumbuhan Sektor Perdagangan (%) Pertumbuhan Sektor Industri (%)
439.822
637.406 394.893
11 10 8,5 8,5 15 14,5 13,5 11 10
MISI
TUJUAN
SASARAN 2
3
4
5
Misi Ketiga, Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia yang Religius, Cerdas dan Berdaya Saing dalam Kerangka Penguatan NKRI
Untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia yang sehat, cerdas, agamis dan berdaya saing
1
2
Meningkatnya kesempatan dan penyediaan lapangan kerja; Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan K-UMKM dalam pengembangan ekonomi lokal; Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja; Terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat.
Tuntasnya program pemberantasan buta aksara; Meningkatnya akses dan mutu pendidikan terutama untuk penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pencanangan wajib belajar 12 tahun bagi anak usia sekolah;
130
INDIKATOR KINERJA Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
TARGET 2013 72,54
Persentase Wirausaha Baru (%)
17,33
Laju Pertumbuhan Investasi (% / Tahun)
13,38
Penguatan Cadangan Pangan Provinsi (Ton)
200
Indeks Tanam (Padi)
204
Angka Melek Huruf (%)
96,36
Angka Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A (%) Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B (%) Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/MA/Paket C (% ) Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A (%) Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B (%) Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Paket C (% ) Angka Partisipasi Sekolah (%) Pendidikan Dasar
9,09
99
72,87
49,39
118,11
99,10
65,87
81,86
MISI
TUJUAN
SASARAN
3
4
5
6
Misi Keempat, Penguatan Semangat Kebersamaan Antar-Pelaku Pembangunan dan Sinergitas Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang Selaras, Serasi dan Seimbang
Untuk mewujudkan Banten rukun damai, membangun kebersamaan yang sinergis antara pusatdaerah, beserta stakeholders dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing secara terintergrasi membangun Banten;
1
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan serta upaya kesehatan masyarakat, terutama masyarakat miskin Meningkatnya kualitas dan perlindungan terhadap tenaga kerja; Meningkatnya kesetaraan gender; Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olahraga dalam pembangunan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat. Meningkatnya pelayanan sosial dan partisipasi sosial masyarakat;
INDIKATOR KINERJA Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah (%) Angka Harapan Hidup (Tahun)
TARGET 2013 51,00
Angka Kematian Bayi (1/1000 KH)
28,20
Angka Kematian Ibu (1/100.000 KH)
155
Cakupan Tenaga Kerja Yang Mendapat Pelatihan Berbasis Masyarakat
35
Indeks Pembangunan Gender (%) Indeks Pemberdayaan Gender (%) Cakupan Pembinaan Lembaga Kepemudaan Cakupan Pembinaan Cabang Olahraga
65,09
Cakupan Pelayanan PMKS (%)
5,27
66,70
67,26 65 19
2
Meningkatnya kualitas kehidupan beragama;
Jumlah Konflik Bernuansa SARA
0
3
Revitalisasi nilainilai budaya dan kearifan lokal;
Cakupan Pelestarian dan Pemanfaatan Nilai Budaya Daerah
65
4
Terkendalinya pertumbuhan, pertambahan jumlah serta persebaran penduduk; Terwujudnya peningkatan partisipasi perencanaan dan kerjasama pembangunan daerah
Laju Pertumbuhan Penduduk (%)
1,98
Jumlah Kerjasama (Kesepakatan) Pembangunan Daerah
4
5
131
MISI
TUJUAN
Misi Kelima, Peningkatan Mutu dan Kinerja Pemerintahan Daerah yang Berwibawa Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih
Untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efektif, efisien, dan akuntabel dalam rangka meningkatkan pelayanan publik
SASARAN 1
2
3
4
5
6
Meningkatnya pengawasan, akuntabilitas kinerja dan disiplin aparatur yang berbasis kompetensi; Mewujudkan kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerah serta pengelolaan keuangan dan aset daerah yang akuntabel dan berbasis teknologi informasi; Meningkatnya pelayanan data dan informasi publik yang dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh lapisan masyarakat; Meningkatnya kinerja pemerintahan desa dan pembangunan perdesaan; Meningkatnya pembangunan dan pembinaan hukum di daerah; Meningkatnya peran pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum, ketentraman, linmas, regulasi, kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana;
132
INDIKATOR KINERJA Cakupan Tindak Lanjut LHP (%)
TARGET 2013 74,53
Rasio Kemandirian Daerah
76,7
Opini Audit BPK
WDP
Skala Kepuasan Masyarakat (skala 14)
2,75
Skala Komunikasi dan Koordinasi Antar Instansi Pemerintah (skala 1-7)
5,5
Cakupan Penyelesaian PERDA (%)
85
Cakupan Penegakan PERDA (% )
85
Angka Kriminalitas
Cakupan Mitigasi Kebencanaan
2.228
65
MISI
TUJUAN
SASARAN 7
8
Meningkatnya perencanaan dan pengendalian pembangunan; Meningkatnya kualitas Demokrasi di daerah
INDIKATOR KINERJA Tingkat Capaian Sasaran RPJMD (%)
TARGET 2013 55
Tingkat Partisipasi Pemilih (%)
-
Indeks Demokrasi Indonesia
71,98
4.2 PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH Prioritas pembangunan daerah Provinsi Banten Tahun 2013 merupakan gambaran prioritas pembangunan Tahun 2013 yang diambil dan dikaitkan dengan program pembangunan daerah (RPJMD) untuk tahun 2013. Sejalan dengan tema RKP Tahun 2013 “Memperkuat Perekonomian Domestik Bagi Peningkatan Dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat” maka ditetapkan tema RKPD Tahun 2013 yaitu “Bersatu Bersinergi Mewujudkan Percepatan dan
Perluasan
Pembangunan
Ekonomi
Dengan
Prioritas
Pembangunan Infrastruktur Kawasan/ Wilayah”dengan prioritas pembangunan
sebagai
berikut:(1)
Infrastruktur
Wilayah
dan
kawasan; (2) Ketahanan Pangan, Kemiskinan dan Pengangguran; (3) Iklim Investasi dan Unggulan Daerah; (4) Peningkatan Kualitas SDM dan Penguatan Sinergitas Antar Pelaku Pembangunan; serta (5) Reformasi
Birokrasi
Daerah.Selanjutnya
dan
Tata
keterhubungannya
Kelola
Pemerintahan
antara
prioritas
pembangunan dengan program prioritas dijelaskan sebagaimana Tabel 4.2 berikut:
133
Tabel 4.2 Penjelasan Keterhubungan antara Prioritas Pembangunan dengan Program Prioritas Pembangunan Daerah NO 1
PRIORITAS PEMBANGUNAN Infrastruktur Wilayah dan Kawasan
URUSAN/ PROGRAM
INDIKATOR
TARGET 2013
SKPD PENANGGUNG JAWAB
75.00%
BMTR
88.00%
BMTR
4.99
SDAP
1071.72
SDAP
1.976.25 m3
SDAP
112
SDAP
1
SDAP
3
SDAP
29.99%
Dishubkominfo
39.72%
Dishubkominfo
20%
SDAP
3
Bappeda
4.50%
BMTR
1 Paket
BMTR
20%
BLHD
Pekerjaan umum; Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengembangan dan Revitalisasi Infrastuktur Permukiman
Perhubungan; Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat, Laut, Udara dan Perkeretaapian
Perumahan; Pembinaan dan Penataan Perumahan Penataan ruang; Penataan Ruang Wilayah dan Kawasan
Lingkungan hidup; Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
Prosentase jaringan jalan provinsi dalam kondisi mantap (%) Prosentase panjang jembatan provinsi dalam kondisi mantap (%) Cakupan pelayanan pencegahan, penanggulangan dan pemulihan banjir dan abrasi (%) Luas layanan peningkatan dan rehabilitas jaringan irigasi teknis (Ha) Tingkat ketersediaan air bersih dan sanitasi (M3) Pembangunan Infrastruktur Perumahan dan Pemukiman desa/kel (lokasi) Penyelesaian Gedung KP3B Pembangunan Gedung Kantor sebanyak 15 gedung Rasio Pengembangan dan Peningkatan Fasilitas Perhubungan melalui penyediaan sarana dan prasasara lalu lintas angkutan menjadi 100% tahun 2017 Tingkat pembinaan dan pemantauan angkutan darat laut dan udara sebesar 100% tahun 2017 Rasio Pembinaan dan Penataan Perumahan
Cakupan ketersediaan regulasi dan dokumen rencana tata ruang wilayah (dok) Rasio Rencana Kawasan Strategis yang Tersusun (%) Rasio Peningkatan Kualitas Penataan Ruang Kota (paket)
Persentase kualitas air yang terpantau dan terinformasikan menurut SPM (%)
134
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM
Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
Energi dan Sumber Daya Mineral; Pengelolaan Listrik dan Pemanfaatan Energi
Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Mineral, Batubara, Panas Bumi, Geologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Pengembangan, Pengusahaan Potensi dan Produk Pertambangan dan Energi
INDIKATOR Rasio tindak lanjut terhadap jumlah pengaduan masyarakat akibat dugaan pencemaran/kerusakan lingkungan hidup (%)
Luas area rehabilitasi hutan dan lahan (ha) Persentase peningkatan fungsi hutan dan kawasan lindung (%)
Tingkat penambahan jumlah Instalasi dan Sambungan Rumah Terpasang (SS) Tingkat penambahan jumlah Unit Terpasang Pembangkit dan Reaktor dari Energi Terbarukan (Unit) Persentase tingkat pemenuhan Kebutuhan Jaringan Listrik di KP3B (%)
Cakupan ketersediaan Laporan Pemetaan, Penelitian, Pengembangan dan Sumber Data Sumber Daya Mineral, Batubara, Panas Bumi, Geologi dan Mitigasi Bencana Geologi (Dokumen) Cakupan ketersediaan sarana pengendalian dan konservasi air tanah (unit)
Cakupan layanan Penerbitan Dokumen Perijinan yang menjadi Kewenangan Provinsi (ijin) Cakupan layanan Kesepakatan Kerjasama Bidang Pertambangan dan Energi (Dokumen) Cakuman layanan informasi data bidang pertambangan dan energi yang siap dipublikasikan (unit)
135
TARGET 2013
SKPD PENANGGUNG JAWAB
20
BLHD
8,000
Hutbun
20
BLHD
25,000
Distamben
106
Distamben
85
Distamben
12
Distamben
4
Distamben
10
Distamben
1
Distamben
4
Distamben
NO 2
PRIORITAS PEMBANGUNAN Ketahanan Pangan
Kemiskinan
URUSAN/ PROGRAM Ketahanan pangan; Ketahanan Pangan Masyarakat
Sosial; Pemberdayaan Masyarakat Miskin
Rehabilitasi Sosial
Perlindungan dan Jaminan Sosial
INDIKATOR
Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi (Ton) Jumlah Cadangan Pangan Masyarakat (ton) Jumlah lembaga cadangan pangan pemerintah provinsi (lembaga) Jumlah lembaga cadangan pangan masyarakat (Lembaga) Cakupan layanan fasilitasi program bantuan Raskin (%) Penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat (Skors PPH) Jumlah daerah rawan pangan yang tertangani (Kecamatan)
Jumlah masyarakat miskin yang memperoleh pemberdayaan sosial Jumlah komunitas masyarakat terpencil yang diberdayakan Rasio pembinaan kelembagaan penanggulangan kemiskinan melalui TKPKD (Pengelola PNPM Perdesaan Perkotaan dan jenis PNPM lainnya) Jumlah Lanjut Usia yang dilayani dan dilindungi Jumlah Anak yang dilayani, dilindungi dan direhabilitasi Jumlah Penyandang Cacat yang direhabilitasi Jumlah lembaga sosial anak yang dibina Jumlah tuna sosial yang direhabilitasi Jumlah PMKS yang memperoleh pelayanan, perlindungan dan bimbingan lanjut Balai Perlindungan Sosial (BPS) Jumlah PMKS yang memperoleh bimbingan sosial dan keterampilan dan bimbingan lanjut pada Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BP2S) Persentase PMKS skala provinsi yang memperoleh bantuan sosial, untuk pemenuhan kebutuhan dasar (80% pada tahun 2015) Persentase kabupaten/kota yang mengalami bencana memberikan bantuan sosial bagi korban bencana skala provinsi (80% pada tahun 2015)
136
TARGET 2013
200 521.9676 0 52 100 87 10
SKPD PENANGGUNG JAWAB
BKPP BKPP BKPP BKPP BKPP BKPP BKPP
1.115 KK
Dinsos
200 KK
Dinsos
35%
BPPMD
851 Org
Dinsos
1.111 Org
Dinsos
530 Org
Dinsos
16 Lbg
Dinsos
660 Org
Dinsos
307 Org
Dinsos
340 Org
Dinsos
Sosial
Sosial
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM
Pemberdayaan Kelembagaan Sosial dan Keagamaan
Pengangguran
Ketenagakerjaan; Pengembangan Kelembagaan, Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja
Peningkatan Produktivitas, Perluasan, Kesempatan Kerja dan Berusaha Peningkatan Keterampilan Tenaga Kerja 3
Iklim investasi dan unggulan daerah
Penanaman modal; Peningkatan Iklim Investasi Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
INDIKATOR Jumlah Korban Tindak Kekerasan/Pekerja Migran yang dilindungi Jumlah bantuan untuk korban bencana Jumlah Taruna Siaga Bencana (TAGANA)yang dilatih Jumlah Masyarakat yang mendapat jaminan Sosial Jumlah Tenaga Kesejahteraan Sosial yang dibina Jumlah Kelembagaan sosial yang dibina Pelestarian Nilai-Nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan Kejuangan (NK3) Jumlah Penyuluhan Sosial yang dilaksanakan Meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai keagamaan
TARGET 2013
SKPD PENANGGUNG JAWAB
50 Org
Dinsos
4.000 Org
Dinsos
1.286 Org
Dinsos
366 Org
Dinsos
604 Org
Dinsos
550 Lbg
Dinsos
400 Org
Dinsos
154 Org
Dinsos
12 keg.
Biro Kesra
600 lembaga
Biro Kesra
Meningkatnya Hubungan Industrial,Kesejahteraan Pekerja dan Perlindungan Tenaga Kerja
4,29%
Disnakertrans
Menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka 0,5% setiap Tahunnnya
12,06%
Disnakertrans
Meningkatnya Keterampilan dan Kesempatan Tenaga Kerja
368 org
Disnakertrans
20%
BKPMPT
8.51 Trilyun
BKPMPT
Meningkatnya kualitas kelembagaan kelompok/badan/lembaga/organisasi keagamaan
Cakupan layanan regulasi perijinan bidang Penanaman Modal (%)
Nilai Realisasi Investasi PMA (Rp) Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp)
137
3.68 Trilyun
BKPMPT
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM Koperasi dan usaha kecil dan menengah; Pengembangan Usaha dan Akses Permodalan KUMKM
Pengembangan Produk dan Pemasaran KUMKM
Peningkatan Daya Saing, Kapasitas Kelembagaan dan SDM K-UMKM
Pertanian; Peningkatan Produksi, Produktivitas Peternakan, Perikanan, Pertanian dan Perkebunan
TARGET 2013
SKPD PENANGGUNG JAWAB
Persentase Koperasi dan UMKM yang terakses sumber-sumber permodalan (%) Tingkat pertumbuhan usaha masyarakat yang dapat menurunkan tingkat kemiskinan (%)
14.28%
K-UMKM
14.28%
K-UMKM
Tingkat layanan teknologi, inovasi, daya saing, dan mutu produk koperasi dan UMKM (%) Tingkat layanan akses akses pasar dan pemasaran bagi produk koperasi dan UMKM (%)
25.00%
K-UMKM
14.32%
K-UMKM
Pesentase peningkatan kapasitas kelembagaan dan produktivitas Koperasi dan UMKM (%) Persentase peningkatan kompetensi pelaku usaha KUMKM (%)
16.66%
K-UMKM
16.66%
K-UMKM
INDIKATOR
Peningkatan Produksi Padi (GKG) (ton) Surplus Beras (ton) Penyediaan Benih Sumber Padi (ha) Penyediaan Cadangan Benih Daerah (CBD) Padi (ha) Produksi Hortikultura (Durian, Manggis, Melon, Cabe Besar) (ton) Produksi Daging (sapi dan kerbau) (ton) Cakupan peningkatan upaya-upaya rehabilitasi, diversifikasi, intensifikasi dan peremajaan tanaman perkebunan (ha) Cakupan ketersediaan sumber benih tanaman perkebunan (unit) Jumlah unit usaha perkebunan terpadu (agrowisata) (unit) cakupan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pembangunan perkebunan (unit)
138
2,088,584 28,642 26,000 60,000 26,165 28,845,149
Distanak Distanak Distanak Distanak Distanak Distanak
500
Hutbun
4
Hutbun
1
Hutbun
3
Hutbun
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM
Peningkatan Daya Saing dan Pemasaran Produk Peternakan, Perikanan, Pertanian dan Perkebunan
Pemberdayaan Kelembagaan dan Sumberdaya Peternakan, Perikanan, Pertanian dan Perkebunan
Peningkatan Daya Dukung Sumberdaya Pertanian
INDIKATOR Cakupan ketersediaan benih tanaman perkebunnan yang berkualitas (batang) Jumlah Produksi Perikanan Tangkap (Ton) Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jumlah Produksi Benih Ikan (Milyar Ekor) Jumlah Produksi Perikanan Budidaya (Ton)
Nilai Tukar Petani (NTP) Cakupan Penerapan Good Agricultural Practice (GAP) / Standar Operational Procedure (SOP) Hortikultura (unit) Cakupan kemitraan Kelompok Tani dan Dunia Usaha (unit) Tingkat perkembangan jumlah aneka usaha kehutanan dan perkebunan (unit) Cakupan tingkat kemantapan tata usaha dan pembinaan industri kehutanan dan perkebunan (unit) Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PDRB Jumlah Ekspor Perikanan (Ton) Tingkat Kosumsi Ikan (Kg/Kapita)
TARGET 2013
SKPD PENANGGUNG JAWAB
65,000
Hutbun
66,950
DKP
> 100
DKP
1
DKP
150000
104 4
DKP
Distanak Distanak
7
Distanak
6
Hutbun
250
Hutbun
0.72%
DKP
1750 26
DKP DKP
Cakupan Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Pertanian (unit)
5
Distanak
Cakupan Peningkatan Akses Kelompok tani terhadap Perbankan (unit)
22
Distanak
Cakupan tingkat pemanfaatan teknologi terapan bidang kehutanan dan perkebunan (unit)
2
Hutbun
Peningkatan jumlah kelompok usaha mandiri (unit)
20
BKPP
Cakupan ketersediaan Taktor (unit) Cakupan ketersediaan Rice Milling Unit (RMU) (unit)
20
Distanak
2
Distanak
3000
Distanak
Cakupan Pengembangan Jaringan Irigasi (Ha)
139
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM Pariwisata; Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata
Pengembangan Kemitraan Kepariwisataan
Industri; Peningkatan Daya Saing Industri
Perdagangan; Peningkatan dan Pengembangan Perdagangan
Kelautan dan perikanan; Pengelolaan sumberdaya laut, pesisir dan pulaupulau kecil
Kehutanan; Peningkatan daya dukung sumber daya hutan dan lahan
INDIKATOR
Meningkatnya pengembangan daya tarik wisata Meningkatnya kualitas pengelolaan destinasi wisata Meningkatnya pengembangan produk dan usaha pariwisata Meningkatnya promosi wisata dan budaya dalam negeri dan luar negeri Tingkat penguatan kemitraan pariwisata, usaha ekonomi kreatif dan lembaga/instansi pemerintah (%) Rasio peningkatan kapasitas kelembagaan kebudayaan dan pariwisata (%) Rasio peningkatan kapasitas sumber sumber daya manusia pariwisata, kebudayaan dan instansi lainnya (%)
Cakupan Penataan Kawasan dan Penguatan Struktur industri (%) Cakupan Penumbuhan dan Pengembangan Wirausaha Baru Bidang Industri (%) Cakupan Peningkatan Mutu/Daya Saing, Stadarisasi dan Sertifikasi Produk (%) Cakupan Kemitraan Usaha dan Pengembangan klaster industri (%) Cakupan Peningkatan Prasarana dan Sarana Kelancaran Distribusi Perdagangan/Pasar tradisional (%) Cakupan Pemberdayaan dan Perlindungan Konsumen, dan Pengawasan Barang Beredar/Jasa
Luas Areal Konservasi Laut (Ha) Jumlah Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan yang Diselesaikan (Kasus)
Cakupan pengendalian penggunaan kawasan hutan (unit) Peningkatan jumlah kelompok pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan (kelompok)
140
TARGET 2013
20% 23.08% 20% 20.11%
20% 21.34% 21.88%
SKPD PENANGGUNG JAWAB
Disbudpar Disbudpar Disbudpar Disbudpar
Disbudpar Disbudpar Disbudpar
20%
Disperindag
20%
Disperindag
20%
Disperindag
20%
Disperindag
20%
Disperindag
20%
Disperindag
1
DKP
12
DKP
6
Hutbun
10
Hutbun
NO 4
PRIORITAS PEMBANGUNAN Peningkatan kualitas SDM
URUSAN/ PROGRAM
INDIKATOR
TARGET 2013
Pendidikan; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan Dasar Wajib Belajar 9 Tahun Pendidikan Menengah Wajib Belajar 12 Tahun Peningkatan mutu, kesejahteraan dan perlindungan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFi) Peningkatan Mutu Tata Kelola dan Pencitraan Pendidikan Perpustakaan. Pengembangan Minat dan Budaya Baca
Pengembangan dan Pembinaan Perpustakaan Kesehatan; Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
SKPD PENANGGUNG JAWAB
Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD
37.00
APM Jenjang SD/SDLB/MI/Paket A
99
Dindik
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/SMPLB/Paket B/Wustho
99.10
Dindik
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/SMA-LB/MA/Paket C
61.06
Dindik
Rasio jumlah guru yang memenuhi kualifikasi minimum S.1 / D.IV terhadap jumlah guru keseluruhan
2.383
Dindik
6.77
Dindik
5
Dindik
100000
Dindik
9.09
Dindik
15%
Dindik
240 (48%)
BPAD
60 (48%)
BPAD
9 (21%)
BPAD
70
Dinkes
89
Dinkes
Angka Partisipasi Kasar (APK) PT/PTA Jumlah Prodi yang terakreditasi (unit) Angka Buta Aksara Penduduk Usia 15 Tahun Keatas (orang) Rata -rata Lama Sekolah (tahun) Ketersediaan Sarana Prasarana SMAN CMBBS (%)
Tingkat kunjungan perpustakaan per hari (%) Meningkatnya kunjungan ke website BPAD (%)
Peningkatan Jumlah Perpustakaan sesuai standar (% ) Persentase Balita Ditimbang Berat Badannya (D/S) (%) Persentase Ibu bersalin yg ditolong oleh Nakes terlatih (Cakupan PN) (%) Cakupan Kunjungan Neonatal pertama (KN1)
141
90,5%
Dindik
Dinkes
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM Pembinaan Upaya Kesehatan
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Kefarmasian Dan Perbekalan Kesehatan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan
Peningkatan Mutu Layanan Kesehatan Masyarakat
INDIKATOR Persentase Rumah Tangga Melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) (%) Persentase RSUD dan Swasta yang melayani pasien penduduk miskin (%) Persentase RS yg melaksanakan PONEK (% ) Persentase Peningkatan Sarana Dan Prasana RS Provinsi &Labkesda Provinsi Banten (%) Persentase Puskesmas Rawat Inap Yang Mampu PONED Persentase imunisasi dasar lengkap pada bayi bawah 1 tahun / UCI (%) Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-24 tahun (%) Persentase kasus baru Tuberkulosis Paru (BTA positif) yang disembuhkan (%) Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk Presentasi puskesmas yang melaksanakan program pengendalian Penyakit Tidak Menular (%) Persentase cakupan penduduk yang terakses air minum berkualitas (%) Persentase ketersediaan obat buffer di Provinsi Banten (%) Persentase Sarana Kesehatan, Produksi dan Distribusi Kefarmasian dan Alat Kesehatan yang berkualitas (%) Prosentase Institusi Pendidikan Kesehatan binaan yang terakreditasi (unit) Cakupan Puskesmas yg melaksanakan SIKDA (%) Puskesmas Yang Melaksanakan Upaya Kesehatan Kerja (Unit) Prosentase Sarana dan prasarana Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat Provinsi Banten (%) Persentase Pembinaan RS yang melayani pasien penduduk miskin peserta program Jamkesmas (%) Jumlah Tenaga Kesehatan RS Malingping yang ditingkatkan kemampuannya (orang) Prosentase pemenuhan kebutuhan operasional Pelayanan Perawatan pada Masyarakat di RS Rujukan Prov Banten (%)
142
TARGET 2013
SKPD PENANGGUNG JAWAB
65
Dinkes
35
Dinkes
90
Dinkes
75
Dinkes
90
Dinkes
87,5
Dinkes
<0,5
Dinkes
90
Dinkes
<1
Dinkes
20
Dinkes
75
Dinkes
100
Dinkes
40
Dinkes
70
Dinkes
20
Dinkes
75
Dinkes
20
Dinkes
85
Dinkes
34
RSUD Malingping
75
Dinkes
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM
Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; Kesetaraan Gender, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
INDIKATOR Jumlah industri formal dan informal yang mendapatkan promosi kesehatan kerja (%) Prosentase pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat pekerja (%) Ketersediaan Obat, Bahan dan Alat Penunjang RSUD Malingping (%) Jumlah Pasien Mendapat Layanan Kesehatan Gratis (orang
Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih didalam unit pelayanan terpadu (100% pada tahun 2014) Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas mampu tatalaksana KtP/A dan PPT/PKT di Rumah Sakit (100% pada tahun 2014) Cakupan layanan rehabilitasi yang diberikan oleh petugas rehabilitasi sosial terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan didalam unit pelayanan terpadu (75% pada tahun 2014) Cakupan layanan bimbingan rohani yang diberikan oleh petugas bimbingan rohani terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan terpadu (75% pada tahun 2014) Cakupan penegakan hukum dari tingkat penyidikan sampai dengan putusan pengadilan atas kasuskasus kekerasan terhadap perempuan dan anak (80% pada tahun 2014) Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan bantuan hukum (50% pada tahun 2014) Cakupan layanan pemulangan bagi perempuan dan anak korban kekerasan (50% pada tahun 2014) Cakupan layanan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan (100% pada tahun 2014) Pengembangan Kota Layak Anak Kab/Kota (Forum Kader, POKJANAL)
143
TARGET 2013
SKPD PENANGGUNG JAWAB
200
Dinkes
100
Dinkes
100% 200
RSUD Malingping RSUD Malingping
BPPMD
BPPMD
BPPMD
BPPMD
BPPMD
BPPMD
BPPMD BPPMD 1 Kab/Kota
BPPMD
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM
Kepemudaan dan olah raga; Kepemudaan dan Kepramukaan
Pembinaan, Pembudayaan dan Pengembangan Olahraga
4
Penguatan sinergitas antar pelaku pembangunan
Kependudukan dan catatan sipil; Penataan Administrasi Kependudukan Kebudayaan; Pengelolaan dan Pengembangan Keragaman, Kekayaan dan Nilai Budaya
Keluarga berencana dan keluarga sejahtera; Kependudukan dan Keluarga Berencana
INDIKATOR Rasio Pembinaan dan Pengembangan Jaringan kerja lembaga masyarakat (TP. PKK Prov, Kab/Kota, Kec, HARGANAS) Rasio Peningkatan Kapasitas Pengelola P2TP2A dan lembaga lainnya Rasio Pembinaan TKP3 Rasio Peningkatan Kapasitas Kelembagaan PUG TKP3, PSW (AP,PPRG) Rasio Pembinaan Organisasi Wanita (BKOW dan lainnya) Rasio Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan(P2WKSS,GSI,APE) Prosentase penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terlaporkan (Dalam dan Luar Provinsi)
TARGET 2013 100%
BPPMD 20%
100% 100% 100%
Rasio Cabang Olahraga Berprestasi terhadap jumlah kejuaraan tingkat nasional/regional (%) Tingkat pemenuhan prasarana dan sarana olahraga
17 cabor/ 17 event
Cakupan Peningkatan integrasi pengelolaan layanan KB (orang)
144
BPPMD BPPMD BPPMD BPPMD BPPMD
9 kwartir
Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan Meningkatnya pelestarian tradisi masyarakat adat Meningkatnya pelestarian nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal Meningkatnya pelestarian dan perlindungan cagar budaya, museum dan kesejarahan
BPPMD
95%
Jumlah organisasi pramuka yang mendapatkan pelayanan Kepramukaan (unit) Jumlah Kelompok/ Organisasi Kepemudaan yang berperan dalam kewirausahaan (kel)
Cakupan Peningkatan Tata Kelola Administrasi Kependudukan (%)
SKPD PENANGGUNG JAWAB
12 klp
1 unit
100%
20% 20% 26.47% 22.22%
80 Orang
Dispora Dispora
Dispora Dispora
Biro Pemerintahan
Disbudpar Disbudpar Disbudpar Disbudpar
BPPMD
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM Ketransmigrasian Penyiapan, pengerahan dan Pembinaan Transmigrasi
Perencanaan pembangunan; Kerjasama Pembangunan Daerah
5
Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan
Perencanaan pembangunan; Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah Pengendalian Pembangunan Daerah
Komunikasi dan informatika; Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Telematika
Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; Pembinaan, Pemantapan Otonomi Daerah dan Pemerintahan Umum
INDIKATOR
Cakupan Penyiapan,Pelayanan,Pembinaan,dan Kebutuhan Masyarakat Transmigran Serta Meningkatnya Pendapatan Perkapita Masyarakat (KK) Cakupan Fasilitas Perpindahan dan Penempatan Transmigrasi (KK)
Perencanaan kerjasama pembangunan daerah Koordinasi dan Fasilitasi Kerjasama Antar Daerah dan Luar Negeri
TARGET 2013
SKPD PENANGGUNG JAWAB
350 KK
Disnakertrans
165 KK
Disnakertrans
3 Dokumen
Bappeda
100%
Biro Pemerintahan
Cakupan ketersediaan dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan
100%
Bappeda
Cakupan hasil pengendalian evaluasi pelaksanaan program pembangunan
100%
Bappeda
Rasio kegiatan pelaporan pelaksanaan APBD
100%
Biro Ekbang
55.79%
Dishubkominfo
Meningkatnya penyelenggaraan dan pelayanan aksesbilitas serta kapasitas Telekomunikasi, informasi dan teknologi informatika sebesar 100% tahun 2017. Cakupan Peningkatan Kapasitas dan Pembinaan Lembaga Penyiaran (%) Cakupan Pemantauan Isi Siaran Radio dan Televisi (%) Cakupan Penyelenggaraan Perizinan Penyiaran (%)
145
20% 20% 100%
Set KPID Set KPID Set KPID
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM
Pemeliharaan Ketentraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat
Penanggulangan Bencana
Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Peningkatan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah
INDIKATOR Rasio Fasilitasi Penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Pemerintahan Umum Cakupan Fasilitasi Administrasi Pertanahan Untuk Pelayanan Umum Jumlah Dokumen Pedoman Pelaksanaan Pembangunan dan Standarisasi Harga Satuan Barang dan Jasa Rasio Kegiatan Fasilitasi LPSE Provinsi Banten Koordinasi Pengendalian Inflasi daerah Pengembangan dan Peningkatan Lembaga Keuangan daerah Penyusunan Bahan Kebijakan Pengembangan Perekonomian Daerah Pengembangan Pelayanan Publikasi, Kerjasama Jaringan Media dan Informasi Peningkatan Pengelolaan Informasi Komunikasi dan Dokumentasi Pengelolaan Sistem layanan Informasi Promosi Meningkatnya kualitas dan kuantitas kebijakan bidang kesejahteraan rakyat Rasio Pengamanan, Pengawalan Gubernur, Wakil Gubernur, Sekretaris daerah Rasio Pemeliharaan Ketenteraman dan Ketertiban Umum Rasio Penegakan Peraturan Perundang-undangan Rasio Pendataan dan Tindaklanjut Pelanggaran Peraturan Perundangundangan Rasio Mitigasi dan Pengurangan Resiko Bencana Rasio Ketersediaan Peralatan dan Logistik, Pos Bencana dan Tanggap Darurat Bencana. Rasio Bantuan dan Rehabilitasi Pemulihan Kondisi Pasca Bencana Rasio Fasilitasi Pengelolaan Perlengkapan dan Aset Daerah Jumlah Kekayaan Daerah (Rp) Jumlah Pendapatan Asli Daerah Ketersediaan jumlah sistem/data/dokumen/informasi penunjang peningkatan pendapatan daerah (unit) Ketersediaan Sistem/Data/Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (unit)
146
TARGET 2013 100%
SKPD PENANGGUNG JAWAB Biro Pemerintahan
100%
Biro Pemerintahan
2 Dok
Biro Ekbang
100%
Biro Ekbang
5%
Biro Ekbang
3 unit
Biro Ekbang
10 dok
Biro Ekbang
100% 100% 100% 16 dok
Biro Humas Biro Humas Kantor Penghubung Biro Kesra
100%
Pol PP
100%
Pol PP
100%
Pol PP
100%
Pol PP
100%
BPBD
100%
BPBD
100%
BPBD
100% 5.364 T
Biro Aset dan Perlengkapan Biro Aset dan Perlengkapan
3.012 T
DPPKD
2
DPPKD
3
DPPKD
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM
Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Perangkat Daerah
Pembinaan Karier dan Administasi Kepegawaian Aparatur
Peningkatan Kapasitas SDM Aparatur
Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan Daerah
Peningkatan Sarana, Prasarana Perkantoran dan Kapasitas Aparatur
INDIKATOR Persentase ketepatan waktu pelaksanaan pembinaan, fasilitasi dan evaluasi pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kabupaten/Kota (%) Cakupan fasilitasi, monitoring, dan evaluasi pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Provinsi (%) Rasio ketersediaan dokumen penataan Kelembagaan Perangkat Daerah, Lembaga lain bagian perangkat daerah, Ketatalaksanaan, Analisa Jabatan dan Analisa Beban Kerja Perangkat Daerah.
Rasio Pembinaan dan Kesejahteraan PNS Provinsi Banten Rasio Pelayanan Administrasi Kepegawaian Rasio Pengembangan Sumber Daya Aparatur
Rasio Penyelenggaraan Diklat dan Bimtek Aparatur Rasio Ketersediaan Bahan Penunjang Kediklatan dan Bimtek Aparatur
Rasio ketersediaan dokumen Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Rasio ketersediaan dokumen Penatausahaan, Pengendalian dan Evaluasi Laporan Keuangan
Rasio Penyediaan Barang dan Jasa Adm. Perkantoran serta Pelayanan Tata Usaha Kerumahtanggaan Rasio Penyelenggaraan Rapat Koordinasi dan Konsultasi di dalam dan ke Luar Daerah Rasio Pembangunan, Pengadaan, Pemeliharaan dan Rehabilitasi Prasarana dan Sarana Aparatur Rasio pembinaan dan peningkatan pelayanan, tata usaha dan administrasi kepegawaian
147
TARGET 2013
SKPD PENANGGUNG JAWAB
100
DPPKD
100
DPPKD
100%
Biro Organisasi
100%
BKD
100%
BKD
100%
BKD
100%
Badan Diklat
100%
Badan Diklat
100%
Seluruh SKPD
100%
Seluruh SKPD
100%
Seluruh SKPD
100%
Seluruh SKPD
100%
Seluruh SKPD
100%
Seluruh SKPD
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM Pembinaan, Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah
Peningkatan Kesadaran dan Pengembangan Produk Hukum dan HAM
Penelitian, Pengembangan Kebijakan Strategis, Inovasi Daerah, dan IPTEK Statistik; Penyediaan Data Pembangunan Daerah Kearsipan Pembinaan Kearsipan Daerah
Pemberdayaan masyarakat dan desa;
INDIKATOR
Rasio Peningkatan kualitas pengawasan dan akuntabilitas kinerja aparatur. Jumlah Kegiatan Penyerapan Aspirasi Masyarakat yang Terakomodir dalam Rencana Pembangunan Daerah Jumlah Kegiatan Pembahasan dan Penetapan RAPERDA Serta Keputusan DPRD Jumlah Dukungan Layanan Komunikasi, Informasi, Publikasi Alat Kelengkapan DPRD dan Sosialisasi Produk Hukum DPRD Jumlah Kegiatan Pembahasan Rapatrapat DPRD Jumlah Kegiatan Pengawasan Oleh DPRD Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah Jumlah Kegiatan Peningkatan Kapasitas, Profesionalisme dan Ketersediaan Tenaga Ahli pendukung AKD
Rasio ketersediaan Dokumen Produk Hukum (%) Cakupan Kegiatan Peningkatan Kesadaran Hukum & HAM (%) Ketersediaan dokumen kebijakan hasil Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah (dok)
Ketersediaan Data dan Informasi Pembangunan (unit)
Persentase SKPD Provinsi yang pengelolaan arsipnya sesuai dengan ketentuan (%) Persentase cakupan koneksi Jaringan Informasi Kearsipan Provinsi (JIKP) dengan seluruh SKPD, Kab/Kota (%)
148
TARGET 2013
SKPD PENANGGUNG JAWAB
100%
Inspektorat
1
Set DPRD
1
Set DPRD
1
Set DPRD
1
Set DPRD
1
Set DPRD
1
Set DPRD
20%
Biro Hukum
100%
Biro Hukum
34 Dokumen Balitbangda
41 Paket
Seluruh SKPD
22 (51%)
BPAD
22 (51%)
BPAD
NO
PRIORITAS PEMBANGUNAN
URUSAN/ PROGRAM Pemberdayaan Masyarakat dan Lembaga Perdesaan
Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; Pembinaan Kerukunan, Kesatuan Bangsa dan Politik
INDIKATOR Rasio Desa/Kel Yang Mengalami peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat desa/kelurahan Rasio Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan desa/kel Rasio Pengembangan Inovasi dan Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna Rasio Penguatan Kemandirian Masyarakat Desa (Lembaga Keuangan Mikro Desa (BUMDes) Rasio Jumlah Kelompok Usaha Ekonomi Keluarga Pedesaan setiap desa terhadap jumlah desa keseluruhan (Pasar Desa, UED-SPP, UPPKS, Lumbung Desa) Rasio pembinaan dan pengembangan Ekonomi masyarakat (BKM, peralihan pengelolaan PNPM ) Rasio Pembinaan Pemerintah Desa/Kel (pemerintah desa dan BPD) Rasio pengembangan Pemerintahan Desa
Cakupan pembinaan lembaga yang sadar politik (%) Cakupan pembinaan lembaga yang sadar kerukunan (%) Cakupan kegiatan Pemeliharaan Stabilitas Daerah (%)
149
TARGET 2013
60%
SKPD PENANGGUNG JAWAB
BPPMD
11%
BPPMD
3 Posyantek
BPPMD
79.34%
BPPMD
3.8 %
BPPMD
5%
BPPMD
6 desa/kel
BPPMD
1261 DESA
BPPMD
343 407 100%
Badan Kesbangpol Badan Kesbangpol Badan Kesbangpol
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
Rencana program dankegiatanprioritaspembangunandaerahTahun 2013 sertapaguindikatifnyadisusundenganberpedomanpadaprioritaspembangun an,
tujuandansasaranpembangunan,
sertacapaiankinerjapembangunansebagaimana yang direncanakandalam RPJMD ProvinsiBantenTahun 2012-2017. 5.1
RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAERAH Rencana
program
prioritaspembangunandaerahTahun
2013terdiridari 78 (tujuhpuluhdelapan) program prioritas yang melaksanakan
25
(duapuluhlima)
urusanwajibdan
8
(delapan)
urusanpilihan, sebagaimanaTabel 5.1. Tabel 5.1 Rencana Program PrioritasdanSKPD PenanggungJawab Tahun 2013 NO
URUSAN
1. UrusanWajib 1 Pendidikan;
NO
PROGRAM PRIORITAS
SKPD
1
PendidikanAnakUsiaDini (PAUD) PendidikanDasarWajibBelaja r 9 Tahun PendidikanMenengahWajibB elajar 12 Tahun Peningkatanmutu, kesejahteraandanperlindung anPendidikdanTenagaKepen didikan PendidikanTinggi Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFi) PeningkatanMutu Tata KeloladanPencitraanPendidik an
Dindik
BinaGizidanKesehatanIbuda nAnak PembinaanUpayaKesehatan PengendalianPenyakit Dan PenyehatanLingkungan Kefarmasian Dan PerbekalanKesehatan PengembangandanPemberda yaanSumberdayaManusiaKe sehatan PeningkatanMutuLayananKe
Dinkes
2 3 4
5 6 7 2
Kesehatan;
8 9 10 11 12 13
150
Dindik Dindik Dindik
Dindik Dindik Dindik
Dinkes Dinkes Dinkes Dinkes/RSU Malimping Dinkes/RSU
NO
URUSAN
NO
PROGRAM PRIORITAS sehatanMasyarakat
3
Pekerjaanumum;
14
Dinas BMTR
17
PembinaandanPenataanPeru mahan
Dinas SDAP
18
PenataanRuang Wilayah danKawasan
19
PerencanaandanPenganggar an Pembangunan Daerah Pengendalian Pembangunan Daerah Kerjasama Pembangunan Daerah
16 Perumahan;
5
Penataanruang;
6
Perencanaanpemba ngunan;
20 21 7
Perhubungan;
8
Lingkunganhidup;
Kependudukandan catatansipil;
10
Pemberdayaanpere mpuandanperlindu ngananak;
11
Keluargaberencana dankeluargasejahte ra; Sosial;
12
Bappeda/Biro Ekbang Bappeda/Biro Pemerintahan
PengendalianPencemaranLin gkunganHidup RehabilitasidanKonservasiSu mberdayaAlamdanLingkunga nHidup
BLHD BLHD/ Dishutbun
25
PenataanAdministrasiKepen dudukan
Biro Pemerintahan
26
Kesetaraan Gender, PemberdayaanPerempuanda nPerlindunganAnak
BPPMD
27
KependudukandanKeluarga Berencana
BPPMD
28
PemberdayaanMasyarakatMi skin RehabilitasiSosial PerlindungandanJaminanSo sial PemberdayaanKelembagaan SosialdanKeagamaan
32
34 Koperasidanusahak
Bappeda
23
33
14
Bappeda/BMTR
Dishubkominfo
31 Ketenagakerjaan;
Dinas SDAP
PengelolaandanPenyelenggar aanTransportasiDarat, Laut, UdaradanPerkeretaapian
29 30
13
Dinas SDAP
22
24 9
Malingping
Pembangunan danPemeliharaanJalandanJe mbatan PengembangandanPengelola anSumberDaya Air PengembangandanRevitalisa siInfrastukturPermukiman
15
4
SKPD
PengembanganKelembagaan, Hubungan Industrial danPerlindunganTenagaKerj a PeningkatanProduktivitas, Perluasan, KesempatanKerjadanBerusa ha PeningkatanKeterampilanTe nagaKerja
151
Dinsos/BPPMD Dinsos Dinsos Dinsos/ Biro Kesra Disnakertrans
Disnakertrans
Disnakertrans
NO
URUSAN ecildanmenengah;
NO
PROGRAM PRIORITAS
SKPD
35
Pengembangan Usaha danAksesPermodalan KUMKM PengembanganProdukdanPe masaran K-UMKM PeningkatanDayaSaing, KapasitasKelembagaandan SDM K-UMKM
Dinkopdan UMKM
38 39
PeningkatanIklimInvestasi PeningkatanPromosidanKerj asamaInvestasi
BKPMPT BKPMPT
40
PengelolaandanPengembang anKeragaman, KekayaandanNilaiBudaya
Disbudpar
41
KepemudaandanKepramuka an Pembinaan, PembudayaandanPengemba nganOlahraga
Dispora
36 37 15
Penanaman modal;
16
Kebudayaan;
17
Kepemudaandanola h raga;
42 18 19
Kesatuanbangsada npolitikdalamnegeri ; Otonomidaerah, pemerintahanumu m, administrasikeuang andaerah, perangkatdaerah, kepegawaian, danpersandian;
43
PembinaanKerukunan, KesatuanBangsadanPolitik
44
Pembinaan, PemantapanOtonomi Daerah danPemerintahanUmum
45
PemeliharaanKetentraman, KetertibandanPerlindungan Masyarakat PenanggulanganBencana PengelolaanKekayaandanAse t Daerah
46 47 48 49 50 51 52
PeningkatanPengelolaanKeu angandanPendapatan Daerah PenataanKelembagaandanKe tatalaksanaanPerangkat Daerah PembinaanKarierdanAdminis tasiKepegawaianAparatur PeningkatanKapasitas SDM Aparatur PeningkatanKualitas Tata
Dinkopdan UMKM Dinkopdan UMKM
Dispora
Kesbangpol Biro Pemerintahan, Biro Ekbang, Biro HumasProtokol, Biro Kesra, dan Kantor Penghubung Satpol PP BPBD Biro AsetdanPerlengk apan DPPKD Biro Organisasi BKD Badiklat Seluruh SKPD
KelolaPemerintahan Daerah 53 54 55
PeningkatanSarana, PrasaranaPerkantorandanKa pasitasAparatur Pembinaan, PengawasandanAkuntabilita sAparatur PeningkatanKapasitasLemba gaPerwakilan Rakyat Daerah
152
Seluruh SKPD Inspektorat Set DPRD
NO
URUSAN
NO
PROGRAM PRIORITAS
SKPD
56
PeningkatanKesadarandanPe ngembanganProdukHukumd an HAM Penelitian, PengembanganKebijakanStra tegis, Inovasi Daerah, dan IPTEK
Biro Hukum
58
KetahananPanganMasyaraka t
BKPP
59
PemberdayaanMasyarakatda nLembagaPerdesaan
BPPMD
60
Penyediaan Data Pembangunan Daerah
Seluruh SKPD
61
PembinaanKearsipan Daerah
Baperpus-arda
62
PengembanganKomunikasi, InformasidanTelematika
Dishubkominfo/ Set. KPID
63
PengembanganMinatdanBud aya Baca PengembangandanPembinaa nPerpustakaan
Baperpus-arda
PeningkatanProduksi, ProduktivitasPeternakan, Perikanan, Pertaniandan Perkebunan PeningkatanDayaSaingdanPe masaranProdukPeternakan, Perikanan, Pertaniandan Perkebunan PemberdayaanKelembagaand anSumberdayaPeternakan, Perikanan, Pertaniandan Perkebunan PeningkatanDayaDukungSu mberdayaPertanian
Distanak/DKP/ Dishutbun
69
Peningkatandayadukungsum berdayahutandanlahan
Dishutbun
70
PengelolaanListrikdanPeman faatanEnergi PengelolaandanPemanfaatan SumberDaya Mineral, Batubara, PanasBumi, GeologidanMitigasiBencanaG eologi Pengembangan, PengusahaanPotensidanProd ukPertambangandanEnergi
Distamben
73
PengelolaandanPengembang anPariwisata
Disbudpar
74
PengembanganKemitraanKe pariwisataan
Disbudpar
57
20
Ketahananpangan;
21
Pemberdayaanmasy arakatdandesa;
22
Statistik;
23
Kearsipan
24
Komunikasidaninfo rmatika;
25
Perpustakaan.
64 2. 1
UrusanPilihan Pertanian;
65
66
67
68 2
Kehutanan;
3
EnergidanSumberD aya Mineral;
71
72 4
Pariwisata;
153
Balitbangda
Baperpus-arda
Distanak/DKP/ Dishutbun Distanak/BKPP /Dishutbun Distanak
Distamben
Distamben
NO
URUSAN
NO
PROGRAM PRIORITAS
SKPD
5
Kelautandanperika nan;
75
DKP
6
Perdagangan;
Pengelolaansumberdayalaut, pesisirdanpulau-pulaukecil
76
Disperindag
7
Industri;
PeningkatandanPengembang anPerdagangan
77
Disperindag
8
Ketransmigrasian
PeningkatanDayaSaingIndus tri
78
Penyiapan, pengerahandanPembinaanTr ansmigrasi 78 Program
Disnakertrans
JUMLAH
Sedangkanmengenairencanapagu
indikatif
41 SKPD
tiap-tiap
SKPD
terkaitdenganpelaksanaanprogram prioritasdantupoksinyadijelaskansebagaimana Tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2 Rancangan Pagu Indikatif Per SKPD Tahun 2013 N O
SKPD PROVINSI BANTEN
1
BadanKepegawaian Daerah
2
BadanKesatuanBangsadanPolitik
3
BadanKetahananPangandanPenyuluhan
PAGU ANGGARAN TA. 2012 (Rp) 10,700,000,000
PAGU ANGGARAN TA. 2013 (Rp) 10,350,000,000
11,350,000,000
7,000,000,000
4,500,000,000
5,500,000,000
9,120,000,000
7,380,000,000
8,635,000,000
6,500,000,000
11,950,000,000
13,300,000,000
5,690,000,000 15,000,000,000 5,600,000,000 22,922,000,000 6,999,980,000 10,000,000,000 11,140,000,000
7,080,000,000 14,000,000,000 6,500,000,000 24,000,000,000 5,000,000,000 7,000,000,000 5,640,000,000
4,000,000,000
4,000,000,000
37,948,806,000
27,000,000,000
7 8 9 10 11 12 13
BadanKoordinasiPenanaman Modal danPelayananTerpadu BadanLingkunganHidup Daerah BadanPemberdayaanPerempuandanMasyara katDesa BadanPenanggulanganBencana Daerah BadanPendidikandanPelatihan BadanPenelitiandanPengembangan BadanPerencanaan Pembangunan Daerah BadanPerpustakaandanArsip Daerah Biro EkonomidanAdministrasi Pembangunan Biro HubunganMasyarakatdanProtokol
14
Biro Hukum
15
Biro Kesejahteraan Rakyat
16
Biro Organisasi
3,250,000,000
3,750,000,000
17
Biro Pemerintahan
5,190,531,200
4,500,000,000
18
Biro Umum
197,223,200,000
80,000,000,000
19
Biro PerlengkapandanAset
4 5 6
20
122,000,000,000
DinasPendapatandanPengelolaanKeuangan Daerah
21
DinasBinaMargadan Tata Ruang
22
DinasBudayadanPariwisata
52,018,736,123 607,000,000,000 15,869,982,800
154
54,980,000,000 1,000,469,000, 000 15,180,000,000
N O
SKPD PROVINSI BANTEN
PAGU ANGGARAN TA. 2012 (Rp) 12,150,000,000
PAGU ANGGARAN TA. 2013 (Rp) 10,380,000,000
18,290,000,000
10,000,000,000
208,000,000,000
300,000,000,000
23
DinasKehutanandan Perkebunan
24
DinasKelautandanPerikanan
25
DinasKesehatan
26
DinasKoperasidan UMKM
10,100,000,000
6,180,000,000
27
DinasPemudadanOlah Raga
13,090,000,000
7,500,000,000
28
DinasPendidikan
195,478,899,667
225,000,000,000
22,499,949,910
15,000,000,000
29
DinasPerhubunganKomunikasidanInformati ka
30
DinasPerindustriandanPerdagangan
13,100,000,000
7,500,000,000
31
DinasPertambangandanEnergi
54,000,000,000
50,000,000,000
32
DinasPertaniandanPeternakan
28,890,000,000
15,520,000,000
33
DinasSosial
19,370,000,000
19,380,000,000
34
DinasSumberDaya Air danPemukiman
286,389,914,800
345,000,000,000
35
DinasTenagaKerjadanTransmigrasi
12,500,000,000
11,000,000,000
36
InspektoratProvinsi
9,999,999,500
10,000,000,000
37
Kantor Penghubung
3,150,000,000
3,750,000,000
38
RSU Malingping
5,000,000,000
6,000,000,000
39
SatuanPolisiPamongPraja
6,880,000,000
6,000,000,000
40
Sekretariat DPRD
112,995,000,000
80,000,000,000
41
SekretariatKomisiPenyiaran Indonesia Daerah
3,000,000,000
2,000,000,000
2,094,492,000,
2,561,339,000,
000
000
JUMLAH
5.2
RENCANA KEGIATAN PRIORITAS DAERAH RencanakegiatanprioritaspembangunandaerahTahun2013dani ndikatorkegiatanbesertalokasidanpaguindikatifnyaakandijelaskanlebi hlanjutdalamLampiranBuku2
PeraturanGubernurtentang
ProvinsiBantenTahun 2013.
155
RKPD
BAB VI PENUTUP
6.1
KAIDAH PELAKSANAAN Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang meliputi dinas, badan, sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dan kantor di Pemerintah Provinsi Banten wajib menerapkan prinsip-prinsip efektif, efisien, transparan, akuntabel, partisipatif dan koordinatif dalam melaksanakan program dan kegiatannya untuk pencapaian sasaran dan arah kebijakan pada setiap prioritas pembangunan daerah Provinsi Banten Tahun 2013. Untuk itu, dalam mengimplementasikan RKPD Tahun 2013perlu ditetapkan kaidah pelaksanaansebagai berikut : 1. Seluruh komponen baik pada tingkatan pemerintahan dan dunia usaha serta masyarakat berkewajiban untuk mengoptimalkan peran guna melaksanakan program-program RKPD Provinsi Banten Tahun 2013 dengan sebaik-baiknya; 2. RKPD tahun 2013 merupakan acuan dan pedoman dalam menyusun kebijakan publik, baik yang berupa kerangka regulasi maupun kerangka anggaran dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Banten Tahun Anggaran (TA) 2013 terutama di setiap SKPD; 3. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Banten, RKPD ini merupakan acuan dan pedoman dalam menyusun kebijakan publik, baik berupa kerangka regulasi maupun kerangka anggaran dalam APBD Kabupaten/KotaTA. 2013, dalam rangka mengupayakan keterpaduan, sinkronisasi, dan harmonisasi pelaksanaan program lintas sektor dan lintas kewilayahan. 4. Pada akhir tahun anggaran 2013, setiap SKPD wajib melakukan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi evaluasi terhadap pencapaian sasaran kegiatan yang ditetapkan, maupun kesesuaiannya dengan rencana alokasi anggaran yang ditetapkan dalam APBD, serta kesesuaiannya dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan APBD dan peraturan-peraturan lainnya;
156
5. Untuk menjaga efektifitas pelaksanaan program, setiap SKPD wajib melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan melalui tindakan koreksi yang diperlukan dan melaporkan hasil-hasil pemantauan secara berkala 3 (tiga) bulanan kepada Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6.2
PENGORGANISASIAN
PELAKSANAAN
PROGRAM
DAN
KEGIATAN
PEMBANGUNAN Pada prinsipnya pelaksanaan pembangunan oleh seluruh SKPD harus terkoordinasi secara sinergis dengan pengelompokan SKPD sesuai tupoksi dan perannya dalam pencapaian sasaran pembangunan atau target RPJMD. Tahap perencanaan dan penganggaran dikoordinasikan oleh Bappeda, tahap pelaksanaan program dan kegiatan dikoordinasikan oleh para Asisten Daerah dan pengawasan oleh Inspektorat Provinsi. Mekanisme
pengorganisasian
program
dan
kegiatan
prioritas
pembangunan daerah di Provinsi Banten pada dasarnya dibentuk dalam rangka pelaksanaan pembangunan dan Pelaksanaan
program
dan
kegiatan
pencapaian target RPJMD.
prioritas
Tahun
2013
selain
menyesuaikan dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017 juga
menyesuaikan dengan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Perangkat Daerah Provinsi Banten. Namun demikian untuk
pengorganisasian
pelaksanaan pembangunan masih mengacu pada Keputusan Gubernur Banten
Nomor
060.05/Kep.119-Huk/2011
tentang
Perubahan
Atas
Keputusan Gubernur Banten Nomor 060/Kep.42-Huk/2008 tentang Pembidangan Ruang Lingkup Tugas Koordinasi Asisten Sekretaris Daerah Provinsi Banten sampai dengan adanya surat keputusan baru yang mengatur pembidangan ruang lingkup tugas koordinasi Asisten Sekretaris Daerah, sebagaimana tercantum dalam gambar 6.1 berikut ini:
157
Gambar 6.1 Struktur Organisasi Pembidangan Ruang Lingkup Tugas Koordinasi GUBERNUR WAKIL GUBERNUR SEKRETARIS DAERAH
Asisten Tata Praja SKPD: 1. Biro Pemerintahan 2. Biro Hukum 3. Biro Organisasi 4. Inspektorat 5. Sekretariat DPRD 6. Bappeda 7. Bakesbangpol 8. Balitbangda 9. DPKAD 10. Satpol PP 11. Kantor Penghubung 12. Sekretariat KPID
AsistenEkonomidan Pembangunan SKPD: 1. Biro Ekonomi dan Administrasi Pembangunan 2. Biro Kesra 3. BKPMD 4. BLHD 5. Badan Ketahanan Pangan 6. Distanak 7. Dishutbun 8. DKP 9. DSDAP 10. DBMTR 11. Distamben 12. Disperindag 13. Disbudpar 14. Diskop-UMKM 15. Dishubkominfo
AsistenAdministrasiUmumdanKesejahteraan Rakyat SKPD: 1. Biro Umum 2. Biro Aset dan Perlengkapan 3. Biro Humas & Prtkol 4. BKD 5. Badiklat 6. BPPMD 7. Baper-Arda 8. Dinkes 9. Dispora 10. Disnakertrans 11. Dinsos 12. Dindik 13. RSUD Malingping 14. BPBD
RKPD Provinsi Banten Tahun 2013 berlaku sejak tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan tanggal 31 Desember 2013. Keberhasilan pelaksanaan RKPD Provinsi Banten Tahun 2013 tergantung pada sikap mental, tekad, semangat, ketaatan, dan disiplin para penyelenggara pemerintahan dan dukungan dari penyelenggara negara serta masyarakat. Dalam kaitan ini, seluruh penyelenggara pemerintahan, dengan dukungan masyarakat, perlu secara bersungguh-sungguh melaksanakan program-program pembangunan sebagaimana yang tertuang dalam RKPD Provinsi Banten Tahun 2013 agar mampu memberikan hasil pembangunan yang dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh masyarakat, menuju rakyatBanten sejahtera berlandaskan iman dan taqwa.
158