perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANCANGAN ULANG MEJA KURSI BACA BERDASARKAN ASPEK FUNGSI DAN KENYAMANAN SESUAI KEBUTUHAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN (Studi Kasus Di Kantor Arsip Dan Perpustakaan Kabupaten Klaten)
Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
INTAN KUSUMAWATI I 1305035
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Intan Kusumawati, NIM: I 1305035. PERANCANGAN ULANG MEJA KURSI BACA BERDASARKAN ASPEK FUNGSI DAN KENYAMANAN SESUAI KEBUTUHAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN (Studi Kasus: Kantor Arsip Dan Perpustakaan Kabupaten Klaten). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2011. Kantor Arsip dan Perpustakaan Klaten merupakan lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan ilmu dan sumber informasi bagi semua kalangan masyarakat khususnya di kota Klaten. Meja kursi baca merupakan salah satu fasilitas pokok yang harus dipertimbangkan dalam pelayanan pengguna perpustakaan. Meja kursi baca yang digunakan saat ini, dirasakan kurang berfungsi dengan baik karena tidak sesuai anthropometri penggunanya. Meja tersebut digunakan untuk tiga orang sehingga pengguna harus berdesak-desakan ketika akan membaca dan membuat ketidaknyamanan membaca pengguna satu dengan yang lainnya. Selain itu, kelelahan dirasakan pada leher, punggung dan pinggang ketika pengguna menggunakan meja kursi baca tersebut. Menurut Chaffin (1983), bahwa ketika menulis sebaiknya menggunakan meja datar, sedangkan ketika membaca sebaiknya mempunyai kemiringan terhadap permukaan kerja dan sudut antara 220 dan 450 baik digunakan untuk membaca. Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah pendekatan anthropometri. Pendekatan anthropometri digunakan untuk menentukan dimensi meja dan kursi baca di perpustakaan. Data antropometri yang menggunakan persentil 5 yaitu siku sampai ke ujung jari. Data antropometri yang menggunakan persentil 50 antara lain tinggi plopiteal, tinggi sandaran punggung, pantat plopiteal, jangkauan tangan ke depan, tinggi siku duduk dan panjang telapak kaki. Sedangkan untuk persentil 95 digunakan pada data antropometri lebar pinggul dan lebar bahu. Hasil penelitian diperoleh rancangan meja kursi baca yang lebih ergonomis yang mengakomodasi anthropometri penggunanya, sehingga kelelahan yang terjadi pada leher, punggung dan pinggang dapat dikurangi.
Kata kunci: meja kursi baca, ergonomi, anthropometri. xxi + 80, 21 gambar, 36 tabel, 5 lampiran Daftar pustaka: 21 (1979-2010)
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN
ii
LEMBAR VALIDASI
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH
iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
v
KATA PENGANTAR
vi
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
I-1
1.1. Latar Belakang
I-1
1.2. Perumusan Masalah
I-4
1.3. Tujuan Penelitian
I-4
1.4. Manfaat Penelitian
I-4
1.5. Batasan Masalah
I-4
1.6. Sistematika Penulisan
I-5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi
II - 1
2.2
Antropometri
II - 3
2.2.1 Data Antropometri dan Pengukurannya
II – 4
2.2.2 Aplikasi distribusi Normal
II - 4
2.3 Perancangan Kursi
II - 8
2.3.1 Pendekatan Untuk Perancangan Kursi 2.3.2 Ukuran (Dimensi Kursi) commit 2.4 Kriteria Kursi yang Ideal to user
xii
II - 8 II - 10 II - 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.5 Meja dan Permukaan Bidang Kerja
II - 14
2.6 Pengujian Data
II - 15
2.7 Penelitian Sebelumnya
II - 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV
III - 1
3.1. Kerangka Penelitian
III - 1
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
III - 2
3.3. Pendokumentasian Gambar
III - 2
3.4. Wawancara Pengguna
III - 3
3.5. Kuesioner NBM
III - 3
3.6. Identifikasi Keluhan dan Kebutuhan Perancangan
III - 4
3.7. Pengumpulan Data Meja Kursi dan Antropometri
III - 5
3.8. Perancangan Alat
III - 7
3.8.1 Perhitungan Standar Deviasi dan Mean
III - 7
3.8.2 Penentuan Dimensi Rancangan
III - 8
3.8.3 Perhitungan Persentil
III - 8
3.8.4 Gambar 2D dan 3D
III - 9
3.8.5 Penentuan Material Rancangan
III - 9
3.9. Estimasi Biaya
III - 9
3.10.Analisis dan Interpretasi Hasil
III - 10
3.11.Kesimpulan dan Saran
III - 10
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
IV - 1
4.1. Pengumpulan Data
IV - 1
4.1.1. Gambaran Umum Perpustakaan
IV - 1
4.1.2. Kuesioner NBM
IV - 2
4.1.3. Data Pengukuran Meja Kursi Aktual
IV - 3
4.2. Kebutuhan dan Konsep Rancangan
IV - 4
4.2.1. Identifikasi Keluhan dan Kebutuhan Perancangan
IV - 4
4.2.2. Konsep Rancangan
IV - 5
4.3. Detail spesifikasi Rancangan 4.2.1. Perancangan Mejato user commit
xii
IV - 6 IV - 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.2. Perancangan Kursi
IV - 6
4.4. Pengolahan Data
BAB V
BAB VI
IV - 7
4.4.1 Perancangan Meja
IV - 7
4.4.2 Perancangan Kursi
IV - 19
4.5. Rancangan 2D Meja Kursi
IV - 31
4.6. Rancangan 3D Meja Kursi
IV - 33
4.7. Estimasi Biaya
IV - 34
ANALISA DAN INTEPRETASI HASIL
V–1
5.1. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Pengguna
V–1
5.2. Analisis Penggunaan Data Antropometri
V–2
5.3. Analisis Perbandingan Awal dan Hasil Rancangan
V–3
5.4. Analisis Layout Ruang Baca
V–4
5.5. Analisis Penentuan Bahan dan Biaya
V–5
5.6. Interpretasi Hasil
V–7
KESIMPULAN DAN SARAN
VI – 1
6.1. Kesimpulan
VI - 1
6.2. Saran
VI - 1
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan uraian tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, asumsi, serta sistematika penulisan penelitian.
1.1
LATAR BELAKANG Konsep perkembangan informasi serta teknologi pendidikan menekankan
kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber
belajar
terutama
sarana
perpustakaan
umum.
Dalam
perjalanan
perkembangan layanan perpustakaan dan aspek pemanfaatannya oleh masyarakat umum, nampak bahwa fasilitas-fasilitas yang terdapat di perpustakaan perlu adanya perbaikan untuk menunjang kelancaran proses pencarian informasi. Hal ini tercermin dari sarana perpustakaan umum yang bertindak sebagai wadah pelayanan ilmu dan sumber informasi yang diperuntukkan bagi semua kalangan masyarakat ternyata kurang diperhatikan baik dari segi fungsi maupun kenyamanan pengguna dan pengelola perpustakaan. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten adalah salah satu lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan ilmu dan sumber informasi bagi semua kalangan masyarakat kota Klaten. Fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di perpustakaan ini antara lain meja dan kursi baca, rak buku, internet, ruang olahraga, ruang seminar, dan mushola. Meja kursi baca merupakan salah satu fasilitas pokok yang harus dipertimbangkan dalam pelayanan pengguna Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Klaten. Dampak dari ketidakserasian antara meja kursi baca yang ada di perpustakaan dengan kebutuhan penggunanya merupakan salah satu
I-1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kendala dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang ada di perpustakaan tersebut. Berdasarkan survey bahwa dari pemakaian meja baca yang ada di ruang baca Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten ini masih menimbulkan keluhan-keluhan bagi para pengguna perpustakaan. Diketahui bahwa meja baca yang digunakan sekarang masih menimbulkan rasa ketidaknyamanan bagi pengguna dalam kegiatan membaca serta mengakibatkan keluhan sakit pada anggota tubuh para penggunanya. Meja yang hanya dengan tinggi 61 cm membuat posisi membaca pengguna dengan asumsi tinggi rata-rata 150 cm kurang nyaman karena tidak dapat mengakomodasi tubuh pengguna seluruhnya sehingga posisi tubuh lebih condong membungkuk ke bawah dan jarak membaca pun mejadi terlalu dekat. Hal tersebut dapat menyebabkan kelelahan dan nyeri pada leher, punggung maupun mata. Hal ini dibuktikan dengan hasil kuesioner Nordic Body Map (NBM) yang diberikan kepada pengguna. Digunakan kuesioner NBM karena kuesioner NBM mampu memetakan 27 segmen tubuh manusia sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana saja dari otot pengguna yang mengalami keluhan (Corlett, 1992). Berdasarkan hasil pengisian kuesioner terhadap 40 pengguna perpustakaan dapat diketahui bahwa terdapat keluhan-keluhan yang dialami pengguna diantaranya pada leher 27,5%, punggung 17,5%, pinggang 15%, kaki 7,5%, bahu 20 % dan paha 12,5%. Keadaan tersebut juga diperparah dengan lebar meja yang hanya berukuran sebesar 33 cm dimana membuat ruang gerak para pengguna terbatas dan kurang leluasa jika dipakai oleh enam pengguna secara bersamaan. Lebar meja yang kurang lebar tersebut kurang dapat mengakomodasi buku ataupun majalah yang dibaca apabila untuk ukuran rata-rata buku 25x18 cm sedangkan ukuran rata-rata koran atau majalah sebesar 45x40 cm. Berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
di
Kantor
Arsip
dan
Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten, meja baca yang digunakan oleh para
I-2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengguna adalah sebuah meja yang dibagi menjadi dua bagian dan dipisahkan oleh sebuah sekat sekat sehingga terbagi menjadi dua bagian dengan masing-masing terdapat tiga buah di tiap sisi mejanya. Untuk tiap sisi mejanya dengan lebar meja berukuran 33 cm dan panjang 129 cm, meja tersebut digunakan untuk tiga orang sehingga pengguna harus berdesak-desakan ketika akan membaca dan membuat ketidaknyamanan membaca pengguna satu dengan yang lainnya. Selain itu, hanya terdapat sebuah pijakan kaki yang terdapat di meja baca tersebut dengan panjang pijakan berukuran 123 cm sehingga pengguna tidak leluasa untuk menjejakkan kakinya di pijakan meja kursi itu karena dapat terjadi kemungkinan pengguna satu menginjak kaki pengguna lainnya. Meja baca di perpustakaan ini terdapat display yang menempel di meja baca yang berisi peringatan untuk meletakkan dan merapikan buku setelah selesai membaca dimana kurang diperhatikan oleh para pengguna. Koran maupun buku yang telah selesai dibaca diletakkan begitu saja di meja sehingga tampak berserakan dan tak teratur. Berdasarkan hasil wawancara kepada para pengguna perpustakaan, kursi baca yang digunakan oleh para pengguna perpustakaan sebenarnya sudah cukup nyaman dipakai karena material pelapis alas kursi maupun sandaran kursinya sudah dilapisi dengan busa sehingga pengguna nyaman saat duduk bersandar. Akan tetapi hanya dengan tinggi sandaran kursi berukuran 43 cm dan lebar sandaran kursi berukuran 33 cm tersebut tidak dapat menyangga dan mengakomodasi bagian punggung seluruhnya sehingga menyebabkan posisi duduk kurang nyaman. Setelah melakukan identifikasi terhadap kondisi meja maupun kursi yang ada di ruang baca perpustakaan tersebut, maka perlu dilakukan perancangan ulang meja kursi baca yang nyaman bagi pengguna perpustakaan dengan pendekatan antropometri. Pendekatan antropometri ini dilakukan agar dihasilkan suatu rancangan yang sesuai dengan antropometri pengguna.
I-3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.2
digilib.uns.ac.id
PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dari penelitian ini yaitu bagaimana merancang ulang meja kursi baca yang sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan baik dari aspek fungsi maupun kenyamanan?
1.3
TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu merancang ulang meja kursi baca yang sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan baik dari aspek fungsi maupun kenyamanan.
1.4
MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu memberikan kontribusi desain meja kursi baca yang sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan baik dari aspek fungsi maupun kenyamanan.
1.5
BATASAN MASALAH Pembatasan masalah pada penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan di ruang baca perpustakaan Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten. 2. Meja kursi baca yang diteliti dianggap sudah mewakili meja kursi baca lain yang ada di ruang baca Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten karena model meja kursi yang digunakan sama. 3. Subyek dalam penelitian ini adalah para pengguna Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten. 4. Pada penelitian ini perancangan produk belum sampai pada pengujian prototype.
I-4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.6
digilib.uns.ac.id
SISTEMATIKA PENELITIAN Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan
penyelesaian masalah dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan adalah sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-batasan yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang uraian teori, landasan konseptual dan informasi yang diambil dari literatur yang ada. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai metode perancangan dan perhitungan-perhitungan yang ada digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data.
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses pelaksanaan penelitian dalam bentuk flow chart, membahas tentang tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah sesuai dengan permasalahan yang ada mulai pengumpulan data hingga estimasi biaya rancangan. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi mengenai data penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berkenaan dengan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner terhadap pengguna perpustakaan. Sedangkan data sekunder merupakan data anthropometri pengguna perpustakaan.
I-5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya pengolahan terhadap data, tahapannya yang sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan pada BAB III. BAB V
ANALISIS & INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya berupa pembahasan kesimpulan hasil yang diperoleh dan memberikan saran perbaikan yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya.
I-6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori pendukung yang dibahas dalam bab ini antara lain tentang konsep ergonomi, antropometri, dinamika posisi duduk dan sikap duduk yang benar. 2.1 ERGONOMI Istilah “ergonomi“ berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli profesional pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi dan teknik industri. (Definisi diatas adalah berdasar pada International Ergonomics Association). Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan produk bagi wiraswastawan, manajer, pemerintahan, militer, dosen dan mahasiswa. (Nurmianto, 1991). Definisi atau pengertian penting sebagai wawasan kita dalam menggunakan istilah. McCormick (1987) mendefinisikan pengertian ergonomi ini dalam 3 tahap sebagai berikut : a) Fokus Utama dari ergonomi berkaitan dengan pemikiran manusia dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia, yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupannya. b) Tujuan dari ergonomi dalam mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia ada commit 2 hal : to user
II-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Untuk meningkatkan efektifitas fungsional penggunanya b) Untuk mempertahankan atau meningkatkan human value tertentu misalnya kesehatan, keselamatan dan kepuasan. c) Pendekatan utama dari ergonomi adalah penerapan yang sistematik dari informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku manusia untuk mendesain peralatan, fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia. (McCormick, 1987). Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga (visual display unit station) (Tarwaka, 2004). Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka, 2004), yaitu: a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Secara ringkas ergonomi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman.
commit to user
II-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasar sekedar “common sense” (dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika sekirannya suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar dengan penerapan suatu prinsip sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, akan tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Penerapan ergonomi harus diikuti dengan pendekatan ilmiah, hal tersebut berguna untuk mendapatkan perancangan produk yang optimum tanpa harus mengalami “trial and error”. Suatu hal yang vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi adalah “Antropometri” (kalibrasi tubuh manusia). Dalam hal ini terjadi penggabungan dan pemakaian data antropometri dengan ilmu-ilmu statistik yang menjadi prasyarat utamanya (Sutalaksana, 1979).
2.2 ANTROPOMETRI Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berati ukuran. Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh (Wignjosoebroto., 2000). Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Secara definisi antropometri dapat dinyatakan sebagai studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasanya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dan sebagainya) berat dan lain-lainnya. Antropometri
secara
luas
digunakan
sebagai
pertimbangan-pertimbangan
ergonomi dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia (Wignjosoebroto., 2000). Antropometri menurut Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
commit to user
II-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.1 Data Antropometri Dan Cara Pengukurannya Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia (Wignjosoebroto., 2000) yaitu: a. Umur, Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan. b. Jenis kelamin (sex), Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya. c. Suku/bangsa (etnic), Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur. d. Sosio ekonomi, Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang. e. Posisi tubuh (posture), Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Menurut Sritomo Wignjosoebroto (1995) berkaitan dengan posisi tubuh manusia antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu: a. Antropometri statis (structural body dimensions), Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai commit to user
II-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan percentile tertentu seperti 5-th percentile, 50-th percentile dan 95-th percentile. b. Antropometri dinamis (functional body dimensions), Antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakangerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Terdapat tiga kelas pengukuran antropometri dinamis, yaitu: 1. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh : Dalam mempelajari performansi atlet. 2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contoh : Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang dilakukan dengan berdiri atau duduk. 3. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh : Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator komputer. 2.2.2 Aplikasi Distribusi Normal dan Pengukuran Data Antropometri Data antropometri jelas diperlukan supaya rancangan suatu produk dapat sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Permasalahan akan adanya variasi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu suai” (adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu (Wignjosoebroto., 2000). commit to user Penerapan distribusi normal dalam penetapan data antropometri untuk
II-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perancangan alat bantu ataupun stasiun kerja seperti terlihat pada gambar 2.1 berikut ini. 95%
N( x ,sX) 2.5%
2.5%
1.96 sX 2.5-th percentile
1.96 sX X
97.5-th percentile
Gambar 2.1 Distribusi normal dengan data anthropometri 95-th percentile Sumber: Wignjosoebroto., 2000
Penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean, x ) dan simpangan standarnya (standar deviation, sX) dari data yang ada. Percentiles dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Percentile adalah suatu nilai yang menunjukkan prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh, 95-th percentile akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th percentile akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan 5-th percentile sebaliknya akan menunjukkan ukuran “terkecil”. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2.5-th dan 97.5-th percentile sebagai batas-batasnya (Wignjosoebroto., 2000). Pemakaian nilai-nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini.
commit to user
II-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1 Jenis precentile dan cara perhitungan dalam distribusi normal Percentile 1 – st
Perhitungan
2.5 – th
x - 1.96 sx
x - 2.325 sx
5 – th
x - 1.645 sx
10 – th 50 – th 90 – th
x - 1.28 sx
95 – th
x + 1.645 sx
x x + 1.28 sx x + 1.96 sx
97.5 – th
x + 2.325 sx
99 – th
Sumber: Wignjosoebroto., 2000
Menurut Wignjosoebroto (2000) untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja diperlukan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur seperti terlihat pada gambar 2.2 dibawah ini.
Gambar 2.2 Data antropometri untuk perancangan produk atau fasilitas Sumber: Wignjosoebroto., 2000
commit to user
II-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan gambar 2.2, yaitu: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
= dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala) = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) = tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan) = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala) = tinggi mata dalam posisi duduk = tinggi bahu dalam posisi duduk = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) = tebal atau lebar paha = panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan ujung lutut = panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan. bagian belakang dari lutut atau betis = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha = lebar dari bahu (bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk) = lebar pinggul ataupun pantat = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar) = lebar perut = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus = lebar kepala = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari = lebar telapak tangan = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kirikanan (tidak ditunjukkan dalam gambar) = tinggi jangkauan tangan dalma posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal) = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya nomor 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar) = jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan
2.3 PERANCANGAN KURSI Tempat duduk yang nyaman untuk digunakan untuk jangka waktu yang lama adalah tempat duduk yang memperhatikan juga faktor kepuasan psikologis. 2.3.1 Pendekatan-Pendekatan Untuk Perancangan Kursi Menurut Nurmianto (1991), pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam commit to user perancangan kursi antara lain:
II-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Merancang penyangga lumbar pada posisi duduk Pendekatan ini menekankan pada ketentuan dari sandaran punggung yang dapat disetel untuk menyangga daerah lumber atau daerah yang lebih rendah pada tulang belakang. Ini dapat mengurangi usaha otot yang diperlukan untuk menjaga suatu sikap duduk yang kaku atau tegang. Hal ini juga dapat mengurangi kecenderungan tulang belakang ke arah bentuk khyphosis. Sandaran kursi juga menstabilkan sikap duduk dan menghasilkan suatu reaksi terhadap gerakan yang agak sedikit mendorong kedepan selama bekerja. Persyaratan adanya bantalan punggung akan bermanfaat untuk mengatasi sakit punggung. Banyak sandaran tempat duduk (pesawat terbang, teater,dll) yang tidak mempunyai penyangga empuk yang berguna sebagai bantalan penyangga. Kursi eksekutif saat ini umumnya dikembangkan dengan penyangga ruas belakang bagian bawah (lumbar), sedangkan tempat duduk mobil yang dapat disetel semakin banyak dikagumi. b. Perancangan tempat duduk yang miring kedepan Pada umumya permukaan duduk dimiringkan sekitar 50 kearah belakang untuk mengurangi
kemungkinan
operator
meluncur
kedepan.
Diperkirakan
kemiringan bangku kedepan sampai 150, dari permukaan, 200 dari lekukan lumbar. Oleh karena itu perancangan kursi harus lebih sedikit miring kedepan dengan tujuan agar operator merasa condong dengan meja kerja sehingga akan lebih mudah untuk melakukan aktivitas diatas meja kerja. c. Postur Duduk Berlutut Kursi keseimbangan adalah suatu hasil logika terhadap problema dari perubahan tekukan tulang belakang jika duduk. Perputaran pinggul dapat dikurangi dengan cepat dan rotasi pinggul hampir dapat dihilangkan. Akan tetapi kelemahannya seseorang akan dapat meluncur pada kursi ini jika kursi model seperti ini tidak dilengkapi sandaran untuk lutut. Kursi keseimbangan banyak menawarkan kenyamanan pada penderita nyeri atau sakit punggung, namun kursi ini juga menimbulkan banyak masalah seperti : 1) Kesulitan untuk perubahan sikap duduk 2) Tekanan pada lutut dan 3) Putaran dari kaki dan ibu jari kaki to user commit
II-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Perancangan sudut sandaran kursi sampai suatu posisi “semi-reclining” Hal ini akan mengurangi reaksi pada berat badan bagian atas sepanjang punggung, dan sepanjang tulang belakang. Suatu sandaran punggung yang sesuai untuk kursi panjang (kursi malas) dan yang paling penting lagi untuk tempat duduk kendaraan adalah sama sudut 1100. Grandjean (1993) memberikan suatu sudut yang sejenis untuk kursi panjang (kursi malas). 2.3.2 Ukuran (Dimensi Kursi) Ukuran-ukuran kursi seharusnya didasarkan pada data antropometri yang sesuai, dan ukuran-ukurannya ditetapkan. Penyesuaian tinggi dan dan posisi sandaran punggung sangat diharapkan, tetapi belum praktis dalam banyak keadaan (transportasi umum, gedung-gedung pertunjukkan, restoran, dan-lainlain). Dalam pemilihan ukuran kursi harus diperhatikan jangkauan penyesuaian untuk tinggi tempat duduk (Panero dan Zelnik, 2003). Adapun dalam hal ini dibedakan menjadi : a. Kursi Rendah, yang digunakan pada bangku dan meja (desk and tables) Tujuan perancangan kursi ini adalah membiarkan kaki untuk istirahat langsung diatas lantai dan menghindari tekanan pada sisi bagian bawah paha. Terlalu rendahnya sebuah tempat duduk akan dapat menimbulkan masalahmasalah baru pada tulang belakang. Menurut Panero J dan Zelnik M jika suatu landasan tempat duduk terlalu rendah dapat menyebabkan kaki condong menjulur ke depan, menjauhkan tubuh dari keadaan stabil dan akan menjauhkan punggung dari sandaran sehingga penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat, seperti yang ditunjukkan gambar 2.3. Oleh karena itu ukuran antropometri membentuk dasar untuk tinggi tempat duduk yang jaraknya dari tumit kaki sampai permukaan yang lebih rendah dari paha disamping lutut dengan lekukan pada sudut 900.
Gambar 2.3 Landasan tempat commit to duduk user yang terlalu rendah Sumber : Panero dan Zelnik, 2003
II-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah paha akan tertekan dan menghambat peredaran darah, seperti yang ditunjukkan gambar 2.3. Telapak kaki yang tidak dapat menapak dengan baik di atas permukaan lantai akan mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh, Ketebalan sol sepatu dapat di tambah dalam hal ini dengan memberikan suatu tinggi tempat duduk yang maksimum. Untuk menghindari kompresi paha diharapkan tinggi tempat duduk adalah 5th persentil wanita dan 95th persentil pria. Untuk tinggi tempat duduk yang tetap dapat menyebabkan kesalahan pada ketinggian yang rendah (Panero dan Zelnik, 2003). b. Kursi yang tinggi Tinggi bangku untuk pekerjaan sambil berdiri didasarkan pada tinggi siku saat berdiri. Bangku-bangku seperti ini diharapkan dapat dirancanag, namun bangku ini tidak dapat digunakan setiap waktu. Kursi tinggi dengan tinggi tempat duduk yang dapat disetel dapat menyangga badan bagian atas sedemikian rupa sehingga tinggi siku berada beberapa centimeter diatas pekerjaan. Ukuran yang biasanya ada dalam antropometri adalah jarak vertikal dari titik terendah dari tekukan siku sampai permukaan untuk duduk yang horisontal. Problem utama yang timbul dari kursi seperti ini adalah terbatasnya gerak untuk lutut. Perancangan ulang untuk kursi yang memiliki ruang untuk lutut lebih diinginkan. Jelasnya sebuah sandaran kaki merupakan bagian yang paling penting dari suatu kursi yang tinggi, tanpa sandaran tersebut beban kaki bagian bawah akan dipindahkan pada sisi dalam dari lipat paha. Sandaran kaki seharusnya dapat disetel untuk tinggi yang tidak bergantung pada tinggi tempat duduk, untuk panjang kaki yang lebih rendah (Panero dan Zelnik, 2003). c. Kedalaman Tempat Duduk Pertimbangan dasar lainnya dari perancangan sebuah kursi adalah kedalaman landasan tempat duduk. Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar, bagian depan dari permukaan atau ujung dari tempat duduk tersebut akan menekan daerah tepat dibelakang lutut, memotong peredaran darah pada commit user 2.4 di bawah. bagian kaki, seperti ditunjukkan pada to gambar
II-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.4 Landasan tempat duduk yang terlalu lebar Sumber : Panero dan Zelnik, 2003
Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu sempit, akan menimbulkan situasi yang buruk pula, yaitu dapat menimbulkan perasaan terjatuh atau terjungkal dari kursi dan akan menyebabkan berkurangnya penopangan pada bagian bawah paha (Panero dan Zelnik, 2003). 2.4 KRITERIA KURSI YANG IDEAL Perancangan kursi kerja harus dikaitkan dengan jenis pekerjaan, posture yang diakibatkan, gaya yang dibutuhkan, arah visual (pandangan mata), dan kebutuhan akan perlunya merubah posisi (postur). Kursi tersebut haruslah terintegrasi dengan bangku atau meja. Kursi untuk kerja dengan posisi duduk adalah dirancang dengan metode “floor-up” yaitu berawal pada permukaan lantai, untuk menghindari tekanan dibawah paha. Setelah ketinggian kursi dapat ditentukan kemudian barulah menentukan ketinggian meja kerja yang sesuai dan konsisten dengan ruang yang diperlukan untuk paha dan lutut (Nurmianto, 1991). Adapun kriteria kursi kerja yang ideal adalah sebagai berikut: (1)
Stabilitas Produk Diharapkan suatu kursi mempunyai empat atau lima kaki untuk menghindari ketidakstabilan produk. Kursi lingkar yang berkaki lima dirancang dengan posisi kaki kursi berada pada bagian luar proyeksi tubuh. Sedangkan kursi dengan kaki gelinding sebaiknya dirancang untuk permukaan yang berkarpet.
(2)
Kekuatan Produk Kursi kerja haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga kompak dan kuat dengan konsentrasi perhatian commit pada to user bagian-bagian yang mudah retak
II-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilengkapi dengan sistem mur-baut ataupun keling pasak pada bagian sandaran tangan (arm-rest) dan sandaran punggung (back-rest). Kursi kerja tidak boleh dirancang pada populasi dengan persentil kecil dan seharusnya cukup kuat untuk menahan beban pria yang berpersentil 99th. (3)
Sandaran punggung Sandaran punggung sangat penting untuk menahan beban punggung kearah belakang (lumber spine). Hal ini haruslah dirancang agar dapat digerakkan naik-turun maupun maju mundur. Selain itu harus dapat pula diatur fleksibilitasnya sehingga sesuai dengan bentuk punggung.
(4)
Fungsional Bentuk tempat duduk tidak boleh menghambat berbagai macam alternatif perubahan postur (posisi).
(5)
Bahan material Tempat duduk dan sandaran harus dilapisi dengan material yang cukup lunak.
(6)
Kedalaman kursi Kedalaman kursi (depan-belakang) harus sesuai dengan dimensi panjang antara lutut (popliteal) dan pantat (buttock).
(7)
Lebar kursi Lebar kursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 persentil populasi.
(8)
Lebar sandaran kursi Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita persentil 5 populasi. Jika terlalu lebar maka akan mempengaruhi kebebasan gerak siku.
(9)
Bangku tinggi Kursi untuk bangku tinggi harus diberi sandaran kaki yang dapat digerakkan naik-turun. Sedangkan berikut ini adalah rekomendasi bangku atau kursi untuk
menulis yang dianjurkan seperti terlihat pada gambar 2.5 dibawah.
commit to user
II-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.5 Rekomendasi pada bangku atau kursi untuk menulis Sumber : Nurmianto, 1991
2.5 MEJA DAN PERMUKAAN BIDANG KERJA Meja merupakan salah satu fasilitas yang digunakan oleh orang dalam bekerja, terutama berkaitan dengan aktivitas menulis dan membaca. Karena adanya berbagai faktor seperti ukuran benda kerja, gerakan yang dibutuhkan oleh pekerja, keseluruhan layout kerja, sehingga ketinggian permukaan kerja tidak dapat disamakan untuk setiap pekerjaan (Chaffin, 1983). Ketinggian meja harus selalu dikaitkan dengan posisi siku, dan ketinggian meja harus disesuaikan setelah ketinggian kursi. Hal penting yang harus diingat adalah tinggi permukaan kerja tidak selalu sama dengan tinggi meja, seperti tinggi keyboard merupakan tinggi permukaan kerja. Ketinggian tempat kerja disarankan 3,5 cm di bawah siku. Meja yang terlalu rendah menyebabkan kyphosis terhadap tulang punggung dan meningkatkan beban. Meja yang terlalu rendah menyebabkan abduksi atau pengangkatan bahu dan membungkuk ke depan atau kyphosis leher yang menyebabkan kelelahan pada bahu dan otot leher. Chaffin (1983) menemukan bahwa sudut 150 pada leher masih dapat diterima. Kemiringan terhadap permukaan kerja mempunyai dampak yang positif terhadap leher dan punggung, tapi harus dikaitkan dengan cara kerjanya. Chaffin (1983) menyarankan bahwa kemiringan meja karena mempunyai dampak positif terhadap beban pada leher dan perut dapat dilihat pada gambar 2.7, di bawah ini (Chaffin, 1983).
commit to user
II-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.6 Kemiringan permukaan meja harus disesuaikan untuk megoptimalkan posisi duduk Sumber: Chaffin, 1983
Pengaruh kemiringan meja terhadap perut sebenarnya lebih besar daripada pengaruh kemiringan kursi. Chaffin menyarankan bahwa ketika menulis sebaiknya menggunakan meja datar, sedangkan ketika membaca sebaiknya mempunyai kemiringan terhadap permukaan kerja dan sudut antara 220 dan 450 baik digunakan untuk membaca (Chaffin, 1983). 2.6 PENGUJIAN DATA Pengujian data berguna untuk menentukan bahwa data antropometri yang digunakan valid dan dapat merepresentasikan data ukuran tubuh yang diambil dari pengguna perpustakaan, pengujian tersebut meliputi uji keseragaman dan uji kenormalan (Modul Praktikum Ergonomi, 2007). a. Uji Keseragaman Data Uji keseragaman dan kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh pada pengamatan cukup mewakili untuk menentukan nilai rataratanya. Untuk melakukan uji keseragaman, data yang telah diperoleh diplot ke dalam grafik dengan batas kendali atas dan batas kendali bawah sebagai acuannya. Jika data melewati kedua batas tersebut data akan dihilangkan dan perhitungan
keseragaman
diulang (Modul
Praktikum
Ergonomi,
Perhitungan Mean menggunakan persamaan sebagai berikut: n
X=
åx i =1
n
i
……………………………………... (2.1)
commit to user
II-15
2007).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perhitungan Standar Deviasi
å (Xi - X ) 2
sx =
2
i =1
………………………………….. (2.2)
N -1
Perhitungan batas kendali
BKA = x + 3SD
……………………………………... (2.3)
BKB = x - 3SD
……………………………………... (2.4)
b. Uji Kenormalan Data Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian normalitas sampel, salah satunya ialah dengan rumus chi-kuadrat (Modul Praktikum Ergonomi, 2007).. Langkah-langkah uji kenormalan diuraikan, sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah kelas, Penentuan jumlah kelas menggunakan formula H.A. Sturges, dalam modul Praktikum Ergonomi, 2007, karena formulanya mendasarkan pada jumlah pengamatan, yang mana banyaknya pengamatan senantiasa berbeda antara penelitian yang satu dengan yang lain, sehingga formula ini dianggap yang paling ideal menurut ukuran jumlah pengamatannya. Rumus Kriterium Sturges, yaitu: k = 1 + 3,322 log n…………………………………… persamaan 2.5 Keterangan: k = banyaknya kelas
n = jumlah pengamatan
2. Menentukan wilayah data, Wilayah data adalah selisih data maksimum dan minimumnya. 3. Menentukan lebar selang, Lebar selang dihitung dengan membagi wilayah data dengan banyaknya kelas. 4. Menentukan limit kelas dan batas kelas, Penentuan limit kelas dan batas kelas dilakukan dengan menentukan limit bawah kelas bagi selang yang pertama dan kemudian batas bawah kelasnya. Menambahkan lebar kelas pada batas bawah kelas untuk mendapatkan batas atas kelasnya. Mendaftar semua limit kelas dan batas kelas dengan cara commit to user menambahkan lebar kelas pada limit dan batas selang sebelumnya.
II-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Menentukan frekuensi pengamatan (oi) bagi tiap-tiap kelas interval, 6. Menghitung nilai z padanan batas-batas kelas, Nilai z padanan setiap batas-batas kelas dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu: z1 =
(batas _ bawah _ kelas) - x ……………………... persamaan 2.6 s
z2 =
(batas _ atas _ kelas ) - x ………………………...persamaan 2.7 s
Keterangan: z1 = nilai z padanan batas bawah kelas z2 = nilai z padanan batas atas kelas x = rata-rata contoh s = standar deviasi contoh 7. Menghitung luas daerah di bawah kurva normal untuk menghitung frekuensi harapan (ei) setiap selang kelas, Perhitungan frekuensi harapan menggunakan rumus, yaitu: ei = (P(z1
c2 = å
(oi - ei )2 ……………………………………... persamaan 2.9 ei
commit to user
II-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
c 2 = nilai chi-kuadrat oi = frekuensi pengamatan ei = frekuensi harapan Banyaknya derajat bebas yang berkaitan dengan dengan sebaran chi-kuadrat yang digunakan di sini bergantung pada dua faktor, yaitu banyaknya sel dalam percobaan yang bersangkutan dan banyaknya besaran yang diperoleh dari data pengamatan yang diperlukan dalam perhitungan frekuensi harapannya. Pada uji normalitas ini ada tiga besaran yang diperlukan untuk menghitung frekuensi harapan, yaitu frekuensi total, mean, dan standar deviasi. Jadi pada kasus ini derajat bebas dapat dihitung dengan rumus, yaitu: v = banyak sel – 1……………………………………. persamaan 2.10 Keterangan: v = derajat bebas 2.7 PENELITIAN SEBELUMNYA Harini (2006), dalam penelitian yang berjudul ”Usulan Perancangan Ulang Rak Buku dan display ditinjau dari aspek antropometri Pengguna” menyatakan bahwa rak buku yang digunakan sekarang masih menimbulkan ketidaknyaman pengguna. Dimensi rak buku actual belum mengakomodasi jangkauan tangan sehingga pengguna mengalami kesulitan untuk menjangkau rak buku bagian atas. Sebanyak 95% jangkauan tangan responden dibawah ukuran tinggi rak buku actual yaitu 224 cm sehingga pengguna harus berjinjit untuk menjangkau tinggi rak maksimal. Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh 66,25% responden menyatakan bahwa pada jarak pembacaan 3 m dengan mata normal display tersebut tidak dapat terbaca dengan jelas. Priyono (2007), dalam penelitian yang berjudul “Perancangan Ulang meja dan Kursi Belajar ditinjau dari Aspek Ergonomis” menyatakan bahwa meja dan kursi belajar yang digunakan masih menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa ketika sedang belajar serta mengakibatkan keluhan sakit pada anggota tubuh para siswa. Dari hasil kueisioner didapatkan 76,7 % responden menyatakan bahwa posisi belajar tidak nyaman dengan meja kursi yang ada commit to userulang. Pengukuran antropometri sehingga perlu dilakukan perancangan
II-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap 120 sampel digunakan untuk menentukan dimensi rancangan meja dan kursi belajar. Dimensi tubuh yang diukur yaitu tinggi plopiteal, pantat plopiteal, lebar bahu dan tinggi sandaran punggung. Dasinger (2005), dalam penelitian yang berjudul “Analysis of the ideal high work table to worker posture in division of cutting garmen industrial with Posture Evaluation Index (PEI) on virtual environment” menyatakan bahwa tool yang digunakan dalam menentukan ketinggian meja yang ideal bagi pekerja divisi cutting industri garmen adalah Posture Evaluation Index yang mengintegrasikan skor Low Back Analysis (LBA), Ovako Working Posture (OWAS), dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Penentuan konfigurasi yang ideal dilakukan dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan dan posisi kerja ketika melakukan pekerjaan tersebut, apakah dalam posisi duduk atau berdiri. Krause (2005), dalam penelitian yang berjudul “Review of ergonomic risk factor for musculoskeletal disorders (MSDs) complaints on handling manual activity in operational department of PT. R” menyatakan bahwa terdapat 6 jenis aktivitas manual handling yang paling dominan yang dilakukan pekerja Departemen Operasional HLPA Station, yaitu mengoper barang, mengangkat barang, menggunakan hand pallet, melakukan van scan dokumen dengan posisi jongkok, van scan barang, van scan dokumen dengan posisi duduk. Hasil survei keluhan MSDs dari 9 bagian tubuh yang dinilai pada 27 responden pekerja Departemen Operasional di PT. R, HLPA Station didapatkan hasil mayoritas keluhan pada bagian tubuh leher yaitu sebesar 81,9%, 78% merasakan keluhan pada bagian punggung, 63% mengatakan merasakan keluhan pada bagian kaki, 40,7% merasakan keluhan pada bagian bahu kanan, sebanyak 29,6% mengalami keluhan pada bahu kiri, 33,3% merasakan keluhan pada tangan dan pergelangan tangan kanan, 22,2% merasakan keluhan pada tangan dan pergelangan tangan kiri, sebanyak 7,4% mempunyai keluhan pada bagian siku kiri dan kanan.
commit to user
II-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
KERANGKA PENELITIAN Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
commit to user Gambar 3.1 Metode penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Langkah-langkah penyelesaian masalah pada gambar 3.1, diuraikan dalam sub bab di bawah ini. 3.2
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai dari bulan Juli 2009 – Desember 2010 di ruang
baca Kantor Arsip dan Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Klaten. Pengumpulan data penelitian dibutuhkan untuk mendapatkan informasiinformasi yang lengkap serta menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian. Metode untuk mendapatkan data penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung, pendokumentasian gambar dan wawancara kepada para pengguna perpustakaan. 3.3
PENDOKUMENTASIAN GAMBAR Pendokumentasian gambar di sini meliputi dokumentasi dari meja kursi baca
yang digunakan pengguna sekarang ini, dokumentasi posisi duduk para pengguna pada saat beraktivitas dan dokumentasi hal-hal terkait lainnya.
Pada pengambilan dokumentasi ini digunakan sebuah camera digital sebagai media pengambil gambar dokumentasi. 3.4
WAWANCARA PENGGUNA Pengumpulan data melalui wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
keluhan – keluhan apa saja yang dirasakan oleh para pengguna tersebut pada saat membaca menggunakan meja kursi baca yang ada di perpustakaan. Adapun pertanyaan – pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Apakah anda merasa nyaman ketika sedang membaca di perpustakaan ini? 2. Selama duduk membaca tersebut apa anda merasakan keluhan-keluhan nyeri atau pegal-pegal di tubuh anda? 3. Apakah perlu adanya fasilitas tambahan pada meja baca ini untuk membuat anda merasa nyaman ketika membaca? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.5
digilib.uns.ac.id
Kuesioner Nordic Body Map Kuesioner ini berbentuk pertanyaan pilihan dan pertanyaan terbuka seperti
pada lampiran. Kuesioner tersebut diberikan kepada para pengguna perpustakaan yang ada selama masa penelitian. Melalui kuesioner Nordic Body Map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan terbesar. Pada tahap ini ditampilkan hasil kuesioner yang telah diberikan kepada responden. 3.6
Identifikasi Keluhan dan Kebutuhan Perancangan Pada tahapan ini akan dilakukan interpretasi keluhan pengguna menjadi
kebutuhan pengguna. Keluhan pengguna diekspresikan sebagai pernyataan dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan pengguna. Data keluhan pengguna diperoleh dengan wawancara terhadap pengguna. Kebutuhan-kebutuhan pengguna inilah yang nantinya akan digunakan sebagai dasar perancangan meja kursi baca. Hasil rancangan meja kursi baca diharapkan mampu memenuhi kebutuhankebutuhan pengguna tersebut. Hasil identifikasi ini nantinya akan digunakan untuk penggalian ide. Penggalian ide bertujuan untuk menemukan penyelesaian tentang kebutuhankebutuhan pengguna yang belum terpenuhi pada meja kursi yang digunakan sekarang. Penggalian ide ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari wawancara pengguna dan pencarian literatur. Selain itu, juga berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh perancang untuk mengembangkan ide-ide yang terlihat mungkin untuk dikerjakan. Berikut table mengenai keluhan dan kebutuhan perancangan meja dan kursi. Tabel 3.1 Keluhan dan Kebutuhan Perancangan Meja No. 1.
Keluhan Meja
terlalu
kurang lebar
2.
Selesai
membaca
Kebutuhan Perancangan sempit, Panjang dan lebar meja dibuat sedikit lebih luas agar lebih leluasa dan nyaman bergerak
buku Pada meja diberi rak buku untuk meletakkan
diletakkan begitu saja dan buku selesai membaca agar terlihat lebih rapi berserakan di meja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Pijakan kaki meja kecil
Pijakan kaki dibuat agak lebar dan miring agar otot kaki tidak kaku/tegang
4.
Berdesakan-desakan
Meja dibuat kubikel-kubikel dan diberi sekat
ketika membaca
pemisah agar pengguna lebih berkonsentrasi
Tabel 3.2 Keluhan dan Kebutuhan Perancangan Kursi No.
Keluhan
1.
Kebutuhan Perancangan
Alas duduk dan Sandaran kursi kurang empuk
- Kursi dibuat sesuai dengan antropometri pengguna - Kursi diberi bantalan busa yang lebih tebal dan empuk
2.
Alas duduk dan Sandaran kursi kurang lebar
3.7
- Alas duduk dan sandaran kursi dibuat sedikit lebih lebar
Pengumpulan Data Meja Kursi Baca Awal dan Data Anthropometri Pada tahapan ini akan dikumpulkan data-data tentang meja kursi baca awal
yang digunakan di Perpustakaan Umum Kabupaten Klaten. Adapun data-data tersebut meliputi kondisi umum meja kursi baca, dimensi meja kursi baca, dan posisi duduk pengguna awal ketika menggunakan meja kursi baca. Dalam perancangan ini juga diperlukan data anthropometri yang digunakan untuk menetapkan ukuran rancangan. Hal ini dimaksudkan agar rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak mendekati karakteristik penggunanya. Pengambilan data diperoleh dari hasil pengukuran anthropometri para pengguna yang melakukan aktivitas membaca. Responden yang diambil berjenis kelamin pria dan wanita. Adapun data anthropometri yang diambil sesuai dengan variabel yang dibutuhkan yaitu: A. Data-data dimensi tubuh yang diperlukan untuk merancang meja baca antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Data Anthropometri
digilib.uns.ac.id
Keterangan
jangkauan tangan ke depan
panjang telapak kaki
tinggi siku duduk
Siku tangan ke ujung jari tengah
Cara Pengukuran Ukur jarak horisontal dari punggung sampai ujung jari tengah. Subjek berdiri tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat ke dinding, tangan direntangkan horizontal ke depan
Ukur jarak horisontal dari punggung tumit sampai ujung jari kaki terpanjang
Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah
Ukur sudut antara permukaan horisontal dengan fleksi kaki ke belakang
B. Data-data dimensi tubuh yang diperlukan untuk merancang kursi antara lain: Data Anthropometri
Keterangan
lebar bahu
Cara Pengukuran
Ukur jarak horisontal antara kedua lengan atas. Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan
.Subjek duduk tegak, ukur jarak Pantat plopiteal
commit to user
horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lebar pinggul
Ukur jarak horisontal dan bagian terluar pinggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan
Tinggi plopiteal
Ukur jarak vertikal dari alas kaki sampai bagian bawah paha
Tinggi sandaran punggung
Subyek duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pucuk belikat bawah
Pada pengukuran data anthropometri ini digunakan sebuah meteran kain dan penggaris sebagai media pengukuran. 3.8
PERANCANGAN ALAT Tahap perancangan alat merupakan inti dari proses perancangan ulang meja
kursi baca. Tahapan ini dijelaskan sebagai berikut. 3.8.1 Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Data Anthropometri Pengguna Data anthropometri yang telah dikumpulkan kemudian dihitung masingmasing mean ( x ) dan standar deviasinya ( s x ). Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan mean dan standar deviasi data anthropometri pengguna adalah sebagai berikut : 1. Perhitungan Mean n
X=
åx i =1
i
………….persamaan 3.1
n
2. Perhitungan Standar Deviasi
å (Xi - X ) 2
sx =
2
i =1
N -1
commit to user
………….persamaan 3.2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.8.2 Penentuan Dimensi Rancangan Penentuan dimensi rancangan merupakan tahapan menentukan ukuran dari meja kursi baca yang baru. Dimensi rancangan disesuaikan dengan penggunaan alat dan kesesuaian dengan pengguna penggunanya. Untuk kesesuaian rancangan dengan pengguna maka dalam perancangan meja kursi baca yang baru akan memunculkan data anthropometri yang diperlukan untuk perancangan meja kursi. Data antropometri muncul berdasarkan keputusan-keputusan yang telah dipilih. Data anthropometri yang diambil perlu diuji kevalidan datanya. Pengujian data berguna untuk menentukan bahwa data antropometri yang digunakan valid dan dapat merepresentasikan data ukuran tubuh yang diambil dari pengguna perpustakaan, pengujian tersebut dengan menggunakan uji kenormalan. Sedangkan rumus yang digunakan dalam perhitungan uji kenormalan data anthropometri pengguna adalah sebagai berikut : 1. Jumlah kelas, k = 1 + 3,322 log n
…………………………………… (3.1)
2. Nilai z padanan batas-batas kelas, z1 =
(batas _ bawah _ kelas) - x s
z2 =
(batas _ atas _ kelas ) - x s
……………………... (3.2) ………………………...
(3.3)
3. Frekuensi harapan ei = (P(z1
…………………………………..
(3.4)
……………………………………...
(3.5)
4. Chi-kuadrat,
c2 = å
(oi - ei )2 ei
3.8.3 PERHITUNGAN PERSENTIL Perancangan alat meja kursi baca dalam penelitian ini menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu. commit to user Data anthropometri yang telah diperoleh kemudian dihitung persentilnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persentil yang dihitung adalah persentil 5, 50, dan 95 karena persentil tersebut yang biasa digunakan dalam tahap perancangan. Data antropometri yang menggunakan persentil 5 yaitu siku sampai ke ujung jari. Data antropometri yang menggunakan persentil 50 antara lain tinggi plopiteal, tinggi sandaran punggung, pantat plopiteal, jangkauan tangan ke depan, tinggi siku duduk dan panjang telapak kaki. Sedangkan untuk persentil 95 digunakan pada data antropometri lebar pinggul dan lebar bahu. Penggunaan persentil disesuaikan dengan kebutuhan bagian yang dirancang. 3.8.4 Gambar 2D dan 3D Meja Kursi Baca Setelah didapatkan ukuran dimensi sesuai dengan anthropometri, maka dapat dibuat gambar 2D dan 3D rancangan meja kursi baca. Dengan gambar 3D ini dapat dilihat hasil rancangan meja kursi baca dari tiga sudut pandang sekaligus. Gambar 3D ini merupakan hasil 2D yang sudah diberikan material kemudian diwujudkan dalam model 3D dengan menggunakan software Autodesk 3ds Max 8.0. 3.8.5 Penentuan Material Rancangan Penentuan material untuk meja kursi baca hasil rancangan ini yaitu dengan menentukan ukuran material untuk meja kursi baca, dengan cara survey jenis ukuran yang ada dipasaran kemudian ditentukan ukuran yang tepat untuk perancangan meja kursi baca bagi pengguna perpustakaan. Material yang terpilih adalah material yang kuat dan aman ketika digunakan. Material pembuatan meja menggunakan kayu sedangkan material pembuatan kursi menggunakan besi pipa, mur baut dan bahan pelapis kursi. 3.9
ESTIMASI BIAYA Setelah ditentukan dimensi dan diketahui material rancangan, dari bahan
yang dipakai dapat diperkirakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membuat produk yang dirancang. Biaya dibagi menjadi 2, yaitu biaya bahan material meliputi jumlah biaya bahan baku yang dipakai dan biaya non material meliputi biaya tenaga kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Biaya material -
Biaya bahan baku
= Rp xxx,-
Biaya non material -
Biaya tenaga kerja
= Rp xxx,-
Total Biaya
= Rp xxx,-
3.10 Analisis dan Interpretasi Hasil Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya. Analisis di sini meliputi analisis terhadap perbandingan antara alat meja kursi baca baru yang dirancang dengan alat meja kursi baca baru yang lama, analisis terhadap perbandingan postur duduk membaca awal dengan postur duduk membaca yang baru dan selanjutnya dilakukan analisis biaya yang kaitannya dengan biaya komponen dari produk rancangan. 3.11 Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasi pengolahan data dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan mengenai hasil akhir yang diperoleh untuk kemudian memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian selanjutnya berdasarkan atas kelemahan maupun hambatan yang ditemui selama proses penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab IV ini akan disajikan pengumpulan dan pengolahan data. Data yang diolah adalah data hasil kuesioner NBM, data dimensi meja kursi baca, dan data antropometri. Sedangkan pengolahan data tersebut terdiri dari penentuan data antropometri yang digunakan, perhitungan persentil, serta perancangan meja kursi baca untuk pengguna perpustakaan. Tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan pada subbab berikut ini. 4.1 PENGUMPULAN DATA 4.1.1 Gambaran Umum Meja kursi Baca di Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten Ruang baca di Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Klaten ini mempunyai luas ruangan sebesar 255 m2 atau dengan panjang 17 m dan untuk lebar 15 m memiliki beberapa buah meja kursi baca yang digunakan para pengguna untuk membaca maupun menulis dan berbagai macam koleksi buku, koran maupun majalah. Mengenai layout ruang baca dan model meja kursi yang digunakan pengguna di ruang baca tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1.
commit to user
Gambar 4.1 Layout Ruang Baca Perpustakaan Klaten
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk model meja baca yang digunakan para pengguna tersebut dibagi menjadi dua bagian dan dipisahkan oleh sebuah sekat dan hanya terdapat sebuah pijakan kaki yang digunakan oleh pengguna secara bersama-sama. Meja tersebut digunakan untuk tiga orang sehingga pengguna tidak leluasa untuk bergerak harus berdesak-desakan ketika akan membaca.
Gambar 4.2 Pengguna yang Berdesak-desakan
Gambar 4.3 Pijakan Kaki Yang Digunakan Bersama-sama
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa di meja baca tersebut hanya terdapat sebuah pijakan kaki yang digunakan para pengguna secara bersama-sama dan bisa terjadi kemungkinan pengguna satu menginjak kaki pengguna yang lain. 4.1.2 Kuesioner Nordic Body Map Data kuesioner diambil dari pengguna perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten dengan mengambil pengguna sebanyak 40 pengguna. Pemberian kuesioner Nordic Body Map bertujuan untuk mengetahui keluhan-keluhan pengguna terhadap meja kursi baca yang selama ini digunakan. Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian-bagian anggota commit tubuh pengguna to user yang mengalami keluhan sakit
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau rasa tidak nyaman. Berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map tersebut pengguna mengatakan sering mengalami keluhan sakit pada anggota tubuhnya di antaranya pada leher 27,5%, punggung 17,5%, pinggang 15%, kaki 7,5%, bahu 20 % dan paha 12,5%. Sebanyak 82,5% pengguna menyatakan bahwa meja kursi yang ada sekarang belum memberikan kenyamanan pada waktu proses baca diperpustakaan. Keluhan sakit yang dialami pengguna yang terbesar ada pada leher. Berdasarkan hasil wawancara hal tersebut disebabkan karena pengguna terlalu lama membungkukkan kepala ketika sedang membaca. Ketidaksesuaian tinggi meja yang agak rendah dan kursi yang dipakai membuat sikap duduk pengguna menjadi kurang nyaman. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik Nordic Body Map
Munculnya keluhan-keluhan atau rasa tidak nyaman terhadap sarana baca yang digunakan oleh para pengguna cukup mendukung untuk dilakukan penelitian mengenai usulan perancangan ulang meja kursi baca di Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten. 4.1.3 Data Pengukuran Meja kursi Aktual Setelah melakukan pengukuran terhadap antropometri tubuh pengguna, kemudian dilakukan pengukuran meja kursi yang digunakan saat ini. Hal ini untuk membandingkan antara meja kursi aktual dengan meja kursi hasil rancangan. Adapun hasil pengukuran meja kursi baca aktual dapat dilihat pada tabel 4.1.
commit to user
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Ukuran meja kursi baca aktual Nama Produk
MEJA
KURSI
Dimensi Ukur Lebar Meja Panjang Meja Tinggi Meja Tinggi Pijakan Kaki Tinggi Pembatas Pandangan Panjang Pijakan Kaki Lebar Pijakan Kaki Lebar Rak pada Meja Tinggi Alas Kursi Lebar Alas Kursi Tinggi Sandaran Kursi Panjang Alas Kursi Lebar Sandaran Kursi
Ukuran awal (cm) 33 129 58 15 35 123 5 40 36 43 15 33
Sumber : Pengumpulan data, 2010
4.2 KEBUTUHAN DAN KONSEP RANCANGAN 4.2.1 Identifikasi Keluhan dan Kebutuhan Perancangan Pengguna ketika beraktivitas memiliki keluhan pada saat membaca dengan posisi duduk di kursi. Keluhan tersebut menjadi dasar dalam perancangan. Dari keluhan-keluhan yang ada menimbulkan harapan pengguna untuk kondisi meja maupun kursi yang lebih baik. Harapan yang diungkapkan oleh pengguna dapat diterjemahkan ke dalam kebutuhan perancangan meja dan kursi. Mengenai keluhan-keluhan dan kebutuhan perancangan pengguna mengenai meja dan kursi baca dijelaskan dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.2 Keluhan dan Kebutuhan Perancangan Meja No. 1.
2.
Keluhan
Kebutuhan Perancangan
Meja terlalu sempit,
Panjang dan lebar meja dibuat sedikit lebih
kurang lebar
luas agar lebih leluasa dan nyaman bergerak
Selesai
membaca
buku Pada meja diberi rak buku untuk meletakkan
diletakkan begitu saja dan buku selesai membaca agar terlihat lebih rapi berserakan di meja
commit to user
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Pijakan kaki meja kecil
Pijakan kaki dibuat agak lebar dan miring agar otot kaki tidak kaku/tegang
4.
Berdesakan-desakan
Meja dibuat kubikel-kubikel dan diberi sekat
ketika membaca
pemisah agar pengguna lebih berkonsentrasi
Sumber : Pengumpulan data, 2010
Tabel 4.3 Keluhan dan Kebutuhan Perancangan Kursi No. 1.
Keluhan
Kebutuhan Perancangan
Alas duduk dan Sandaran kursi
- Kursi dibuat sesuai dengan
kurang empuk
antropometri pengguna - Kursi diberi bantalan busa yang lebih tebal dan empuk
2.
Alas duduk dan Sandaran kursi
- Alas duduk dan sandaran kursi
kurang lebar
dibuat sedikit lebih lebar
Sumber : Pengumpulan data, 2010
4.2.2 KONSEP RANCANGAN Mengenai konsep rancangan meja kursi baca bagi pengguna perpustakaan digambarkan seperti diagram dibawah ini.
Gambar 4.5 Diagram Konsep Rancangan Meja Kursi Baca
commit to user
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.3 Detail Spesifikasi Rancangan 4.3.1 PERANCANGAN MEJA Data yang relevan untuk merancang meja baca bagi para pengguna perpustakaan ini sebagai berikut: 1) Lebar meja dirancang berdasarkan jangkauan tangan ke depan. Menurut Sriwarno (2004) bagi yang jangkauan tangannya pendek maupun panjang tetap merasa nyaman menggunakannya. 2) Panjang meja menggunakan data dua kali siku tangan ke ujung jari. Usulan meja dibuat menjadi enam kubikel sehingga dapat digunakan oleh enam orang pengguna. 3) Tinggi meja menggunakan data antropometri tinggi plopiteal ditambah tinggi siku duduk. Ini dibuat untuk yang mempunyai kaki panjang tetap merasa nyaman, sedangkan tinggi meja yang terlalu tinggi akan menyulitkan bagi mereka yang berkaki pendek 4) Pijakan kaki dirancang dengan kemiringaan 150 hal ini mengacu pada Nurmianto (1991). Apabila sandaran kaki terlalu miring maka kaki bisa melorot kebawah serta kurang nyaman. 5) Lebar pijakan kaki ini ditentukan dengan panjang telapak kaki. Ini dimaksudkan untuk pengguna yang memiliki panjang telapak kaki lebih besar maupun kecil bisa menggunakannya. 6) Panjang pijakan kaki Dimensi pijakan kaki 2x panjang siku sampai ujung jari diharapkan kaki pengguna dapat memperoleh kelonggaran yang cukup pada saat bersandar. 7) Pada meja baca perlu diberi papan pembatas pandangan untuk menambah konsentrasi selama melakukan aktivitas atau membaca. Selain itu papan pembatas pandangan juga berfungsi sebagai dudukan rak. 8) Lebar rak pada meja ditentukan dengan lebar kertas folio. 4.3.2 PERANCANGAN KURSI Data yang relevan untuk merancang kursi baca bagi para pengguna commit to user perpustakaan ini sebagai berikut:
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Tinggi alas kursi menggunakan data tinggi plopiteal. Menurut Sriwarno (2004) tinggi alas diperhitungkan dari alas lantai. Jika terlalu tinggi dapat mengakibatkan tekanan yang tinggi pada otot kaki pada bagian dalam lutut karena posisi kaki menggantung. Jika terlalu rendah dapat mempersulit pengguna untuk duduk dan berdiri karena usaha yang dikeluarkan lebih besar. 2) Panjang alas kursi ditentukan berdasarkan data pantat plopiteal agar dapat menyangga daerah pantat secara total hingga sebagian besar paha. 3) Lebar alas kursi menakan data lebar pinggul. Menurut Sriwarno (2004), didapat dari asumsi bahwa bidang alas duduk mampu mengakomodasi ukuran lebar tulang pinggul dan dapat dengan mudah terayun ke belakang. 4) Tinggi sandaran kursi menggunakan ukuran data antropometri tinggi sandaran punggung. Agar dapat duduk dengan nyaman menurut Pheasant untuk sandaran sudut optimal adalah 100-120 derajat. 5) Lebar sandaran kursi didasarkan atas pengukuran data lebar bahu. Agar dapat bersandar dengan nyaman menurut Pheasant maka sandaran kursi harus mampu mengakomodasi seluruh punggung pengguna. 4.4 PENGOLAHAN DATA 4.4.1 PERANCANGAN MEJA A. Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Tabel pembantu untuk penghitungan mean dan standar deviasi selengkapnya terlampir pada halaman lampiran. · Tinggi Siku Duduk (tsd) 40
x
=
åX i =1
=
i
980,4 40
= 24,51 commit to user
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
å (X 40
sx
=
=
i =1
i
-X
)
2
N -1
(21 - 24,51) 2 + (21 - 24,51) 2 + ... + (17 - 24,51) 2 39
= 1,43 Berikut ini hasil rekapitulasi perhitungan mean, standar deviasi, BKA dan BKB untuk data antropometri meja pada table 4.4 di bawah. Tabel 4.4 Tabel Mean, Standar Deviasi, BKA dan BKB No 1 2 3 4 5
Data jangkauan tangan ke depan siku tangan ke ujung jari tinggi plopiteal tinggi siku duduk panjang telapak kaki
Mean 69.79 43.18 43.19 24.51 24.31
STD 6.39 2.82 1.57 1.43 1.74
BKA 82.58 48.82 47.33 27.37 27.79
BKB 57.00 37.53 40.04 19.65 20.84
Sumber: Pengolahan Data, 2011
B. UJi Kenormalan Tinggi Siku Duduk Uji kenormalan data antropometri dilakukan dengan menggunakan chikuadrat ( c 2 ). Berikut ini merupakan contoh perhitungan nilai chi-kuadrat untuk data tinggi siku duduk (tsd) yang dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu: 1. Menentukan jumlah kelas data tinggi siku duduk, Perhitungan jumlah kelas data tinggi siku duduk dengan jumlah pengamatan (n) 40 data menggunakan persamaan 2.5, yaitu: k = 1 + 3,322 log 40 = 6,32 » 7 Hasil perhitungan didapatkan bahwa jumlah kelas adalah 7. 2. Menentukan wilayah data tinggi siku duduk, Perhitungan wilayah data yaitu dengan menghitung selisih data maksimum dan minimumnya. Wilayah data = 26 - 20 = 6
commit to user
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Menentukan lebar selang data tinggi siku duduk, Perhitungan lebar selang yaitu dengan membagi wilayah data dengan banyaknya kelas. Lebar selang =
6 = 0.95 6.32
4. Menghitung frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan data tinggi siku duduk, Perhitungan frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan dilakukan dengan bantuan tabel 4.5 di bawah ini. Tabel 4.5 Perhitungan Frekuensi Pengamatan Data Tinggi siku duduk Kelas 1 2 3 4 5 6 7
BKB 19.65 20.60 21.55 22.50 23.45 24.40 25.35
BKA 20.60 21.55 22.50 23.45 24.40 25.35 26.30
x 40.25 42.15 44.05 45.95 47.85 49.75 51.65
fo 3 9 11 5 9 1 2
frek. Kum 3 12 23 28 37 38 40
z1 -2.00 -1.34 -0.67 -0.01 0.66 1.32 1.98
z2 P(Z
P(x) 0.0673 0.1613 0.2446 0.2494 0.1612 0.0695 0.0199
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Contoh perhitungan frekuensi harapan kelas yang pertama, sebagai berikut: a. Perhitungan nilai z padanan menggunakan persamaan 2.6 dan persamaan 2.7, yaitu: z1 =
(19,65) - 24,51 = -2,00 1,43
z2 =
(20,60) - 24,51 = -1,34 1,43
b. Perhitungan luas daerah antara z1 = -2,00 dan z2 = -1,34 dengan menggunakan Walpole tabel A.4, yaitu: P(z1
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 Perhitungan frekuensi harapan data Tinggi siku duduk Kelas
1 2 3 4 5 6 7
P(x)
ft
∑f
0.0673 0.1613 0.2446 0.2494 0.1612 0.0695 0.0199
40 40 40 40 40 40 40
2.692 6.452 9.784 9.976 6.448 2.78 0.796
Sumber: Pengolahan Data, 2011
5. Menghitung nilai chi-kuadrat c 2 data Tinggi siku duduk, Perhitungan nilai chi-kuadrat c 2 dilakukan dengan bantuan tabel 4.7 di bawah ini. Tabel 4.7 Perhitungan nilai c 2 data Tinggi siku duduk x 40.25 42.15 44.05 45.95 47.85 49.75 51.65
fo
ft
c2
12
9.14
0.89
11 5 9
9.78 9.98 6.45
0.15 2.48 1.01
3
2.78
0.02
Total
4.55
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Hasil perhitungan pada tabel 4.7 diatas, terdapat nilai frekuensi harapan yang kurang dari 5 sehingga perlu penggabungan sel-sel (kelas-kelas) yang berdekatan. Dari hasil penggabungan sel-sel ini menyebabkan berkurangnya selang dari 7 menjadi 5. Nilai chi-kuadrat c 2 dihitung menggunakan persamaan 2.9, sebagai berikut:
c2=
(12 - 9,14)2 + (11 - 9,78)2 9,14
9,78
+ ...... +
(3 - 2,78)2 2,78
= 4,55 Banyaknya derajat kebebasan v bagi uji ini, yaitu: commit to user v = banyak sel – 3 = 5 – 3 = 2
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sehingga nilai dari c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 5,991. Pada perhitungan diatas, didapatkan nilai c 2 data tinggi siku duduk adalah 1,08 dan nilai c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 5,991. Karena nilai c 2 lebih kecil dari c 2 0, 05 , maka dapat disimpulkan bahwa sebaran normal memberikan kesesuaian yang cukup baik bagi sebaran tinggi siku duduk. C. UJi Kenormalan jangkauan tangan ke depan Uji kenormalan data antropometri dilakukan dengan menggunakan chikuadrat ( c 2 ). Berikut ini merupakan contoh perhitungan nilai chi-kuadrat untuk data jangkauan tangan ke depan yang dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu: 1. Menentukan jumlah kelas data jangkauan tangan ke depan, Perhitungan jumlah kelas data jangkauan tangan ke depan dengan jumlah pengamatan (n) 40 data menggunakan persamaan 2.5, yaitu: k = 1 + 3,322 log 40 = 6,32 » 7 Hasil perhitungan didapatkan bahwa jumlah kelas adalah 7. 2. Menentukan wilayah data jangkauan tangan ke depan, Perhitungan wilayah data yaitu dengan menghitung selisih data maksimum dan minimumnya. Wilayah data = 90 - 59 = 31 3. Menentukan lebar selang data jangkauan tangan ke depan, Perhitungan lebar selang yaitu dengan membagi wilayah data dengan banyaknya kelas. Lebar selang =
31 = 4,90 6.32
4. Menghitung frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan data jangkauan tangan ke depan, Perhitungan frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan dilakukan dengan bantuan tabel 4.8 di bawah ini.
commit to user
IV-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8 Perhitungan Frekuensi Pengamatan Data jangkauan tangan ke depan Kelas 1 2 3 4 5 6 7
BKB BKA 59 63.91 63.91 68.81 68.81 73.72 73.72 78.62 78.62 83.53 83.53 88.44 88.44 93.34
x 122.91 132.72 142.53 152.34 162.15 171.97 181.78
fo 5 12 14 7 1 0 1
frek. Kum 5 17 31 38 39 39 40
z1 -1.69 -0.92 -0.15 0.61 1.38 2.15 2.92
z2 P(Z
P(x) 0.1333 0.2616 0.2887 0.1861 0.069 0.014 0.0017
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Contoh perhitungan frekuensi harapan kelas yang pertama, sebagai berikut: a. Perhitungan nilai z padanan menggunakan persamaan 2.6 dan persamaan 2.7, yaitu: z1 =
(59) - 69,79 = -1,69 6,39
z2 =
(63,91) - 69,79 = -0,92 6,39
b. Perhitungan luas daerah antara z1 = -1,69 dan z2 = -0,92 dengan menggunakan Walpole tabel A.4, yaitu: P(z1
P(x)
ft
∑f
1
0.1333
40
5.332
2
0.2616
40
10.464
3
0.2887
40
11.548
4
0.1861
40
7.444
5
0.069
40
2.76
6
0.014
40
0.56
0.0017 commit to user 40
0.068
7
Sumber: Pengolahan Data, 2011
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Menghitung nilai chi-kuadrat c 2 data jangkauan tangan ke depan, Perhitungan nilai chi-kuadrat c 2 dilakukan dengan bantuan tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10 Perhitungan nilai c 2 data jangkauan tangan ke depan
c2
x
fo
ft
122.91
5
5.33
0.02
132.72
12
10.46
0.23
142.53
14
11.55
0.52
152.34 162.15 171.97 181.78
8
10.204
0.48
1
0.628
0.22
Total
1.46 Sumber: Pengolahan Data, 2011
Hasil perhitungan pada tabel 4.9 diatas, terdapat nilai frekuensi harapan yang kurang dari 5 sehingga perlu penggabungan sel-sel (kelas-kelas) yang berdekatan. Dari hasil penggabungan sel-sel ini menyebabkan berkurangnya selang dari 7 menjadi 5. Nilai chi-kuadrat c 2 dihitung menggunakan persamaan 2.9, sebagai berikut:
c = 2
(5 - 5,33)2 + (12 - 10,46)2 + ...... + (1 - 0,628)2 5,33
10,46
0,628
= 1,46 Banyaknya derajat kebebasan v bagi uji ini, yaitu: v = banyak sel – 3 = 5 – 3 = 2 Sehingga nilai dari c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 5,991. Pada perhitungan diatas, didapatkan nilai c 2 data jangkauan tangan ke depan adalah 1,08 dan nilai c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 5,991. Karena nilai
c 2 lebih kecil dari c 2 0, 05 , maka dapat disimpulkan bahwa sebaran normal commit to user
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan kesesuaian yang cukup baik bagi sebaran jangkauan tangan ke depan. D. UJi Kenormalan tinggi plopiteal Uji kenormalan data antropometri dilakukan dengan menggunakan chikuadrat ( c 2 ). Berikut ini merupakan contoh perhitungan nilai chi-kuadrat untuk data tinggi plopiteal yang dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu: 1. Menentukan jumlah kelas data tinggi plopiteal, Perhitungan jumlah kelas data tinggi plopiteal dengan jumlah pengamatan (n) 40 data menggunakan persamaan 2.5, yaitu: k = 1 + 3,322 log 40 = 6,32 » 7 Hasil perhitungan didapatkan bahwa jumlah kelas adalah 7. 2. Menentukan wilayah data tinggi plopiteal, Perhitungan wilayah data yaitu dengan menghitung selisih data maksimum dan minimumnya. Wilayah data = 46 – 39,5 = 6,5 3. Menentukan lebar selang data tinggi plopiteal, Perhitungan lebar selang yaitu dengan membagi wilayah data dengan banyaknya kelas. Lebar selang =
6,5 = 1,02 6.32
4. Menghitung frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan data tinggi plopiteal, Perhitungan frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan dilakukan dengan bantuan tabel 4.11 di bawah ini. Tabel 4.11 Perhitungan Frekuensi Pengamatan Data tinggi plopiteal Kelas 1 2 3 4 5 6 7
BKB 39.5 40.53 41.56 42.59 43.61 44.64 45.67
BKA 40.53 41.56 42.59 43.61 44.64 45.67 46.70
x 80.03 82.09 84.14 86.20 88.26 90.32 92.37
Sumber: Pengolahan Data, 2011
fo 4 0 8 13 6 8 1
frek. Kum 4 4 12 25 31 39 40
z1 -2.35 -1.69 -1.04 -0.38 0.27 0.93 1.58
commit to user
IV-14
z2 P(Z
P(x) 0.0361 0.1037 0.2028 0.2544 0.2219 0.1146 0.0446
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Contoh perhitungan frekuensi harapan kelas yang pertama, sebagai berikut: a. Perhitungan nilai z padanan menggunakan persamaan 2.6 dan persamaan 2.7, yaitu: z1 =
(39,5) - 43,18 = -2,35 1,57
z2 =
(40,53) - 43,18 = -1,69 1,57
b. Perhitungan luas daerah antara z1 = -2,35 dan z2 = -1,69 dengan menggunakan Walpole tabel A.4, yaitu: P(z1
1 2 3 4 5 6 7
P(x)
ft
∑f
0.0361 0.1037 0.2028 0.2544 0.2219 0.1146 0.0446
40 40 40 40 40 40 40
1.444 4.148 8.112 10.176 8.876 4.584 1.784
Sumber: Pengolahan Data, 2011
5. Menghitung nilai chi-kuadrat c 2 data tinggi plopiteal, Perhitungan nilai chi-kuadrat c 2 dilakukan dengan bantuan tabel 4.13 di bawah ini. Tabel 4.13 Perhitungan nilai c 2 data tinggi plopiteal x 80.03 82.09 84.14 86.20 88.26
fo
ft
c2
4
5.592
0.453
8 8.11 13 10.18 6 commit to 8.88 user
0.002 0.784 0.932
IV-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90.32 92.37
9
6.368
1.088
Total
3.26
Hasil perhitungan pada tabel 4.12 diatas, terdapat nilai frekuensi harapan yang kurang dari 5 sehingga perlu penggabungan sel-sel (kelas-kelas) yang berdekatan. Dari hasil penggabungan sel-sel ini menyebabkan berkurangnya selang dari 7 menjadi 5. Nilai chi-kuadrat c 2 dihitung menggunakan persamaan 2.9, sebagai berikut:
c = 2
(4 - 5,59)2 + (8 - 8,11)2 + ...... + (9 - 6,36)2 5,59
8,11
6,36
= 3,26 Banyaknya derajat kebebasan v bagi uji ini, yaitu: v = banyak sel – 3 = 5 – 3 = 2 Sehingga nilai dari c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 5,991. Pada perhitungan diatas, didapatkan nilai c 2 data tinggi plopiteal adalah 1,08 dan nilai c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 5,991. Karena nilai c 2 lebih kecil dari c 2 0, 05 , maka dapat disimpulkan bahwa sebaran normal memberikan kesesuaian yang cukup baik bagi sebaran tinggi plopiteal. Setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan hasil perhitungan uji kenormalan bagi masing-masing data antropometri yang disajikan pada tabel 4.14 dibawah ini. Tabel 4.14 Rekapitulasi hasil perhitungan uji kenormalan data antropometri No 1 2 3 4 5
Data jangkauan tangan ke depan siku tangan ke ujung jari tinggi siku duduk tinggi plopiteal panjang telapak kaki
c2
v
χ2 0,05
1.46 3.56 1.22 3.26 5.71
2 2 2 2 2
5,99 5,99 5,99 5,99 5,99
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Normal
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Pada tabel 4.14 diatas disajikan nilai χ2 dan c 2 0.05 untuk derajat kebebasan to nilai user χ2 lebih kecil dari c 2 0, 05 maka masing-masing data antropometri.commit Karena
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat disimpulkan bahwa sebaran masing-masing data antropometri yang telah dikumpulkan pada penelitian sesuai dengan sebaran normal. E. PERHITUNGAN PERSENTIL Contoh perhitungan : · Tinggi Siku Duduk (tsd) P5
= x - 1.645 σ = 24,51 - (1.645 * 1,43) = 22,16 cm
P50
= x = 24,51 cm
P95
= x + 1.645 σ = 24,51 + (1.645 * 1,43) = 26,86 cm
Adapun perhitungan persentil untuk data-data yang lain dapat dilihat dalam lampiran, berikut ini rekapitulasi perhitungan persentil: Tabel 4.15 Rekapitulasi perhitungan persentil No 1 2 3 4 5
Data jangkauan tangan ke depan siku tangan ke ujung jari tinggi siku duduk tinggi plopiteal panjang telapak kaki
P-5
59.27 38.53 22.16 42.60 21.45
P-50
69.79 43.18 24.51 45.19 24.31
P-95
80.31 47.82 26.86 47.77 27.17
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Pada tabel 4.15 disajikan nilai persentil ke-5, ke-50 dan, ke-95 bagi masing-masing data antropometri dengan menggunakan variabel perhitungan mean ( x ) dan standar deviasi ( s x ). Nilai persentil tersebut kemudian digunakan pada penentuan ukuran meja yang akan dirancang. 9) Lebar meja Lebar meja diperhitungkan berdasarkan jangkauan tangan ke depan. Disini digunakan persentil ke-50 dengan nilai 69,79 cm sehingga lebar meja di bulatkan menjadi 70 cm. Diharapkan dengan menggunakan persentil ke-50 commit to user ini mereka yang jangkauan tangannya tangannya pendek, sedang maupun
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
panjang akan merasa nyaman sewaktu menggunakannya. Ketebalan papan lebar meja ini sebesar 2 cm. 10) Panjang meja Dengan usulan meja dibuat menjadi enam kubikel sehingga dapat digunakan oleh enam orang pengguna maka data yang diambil adalah siku tangan ke jari dengan persentil 5 sebesar 38,53 sehingga menjadi 38,53x2=77,06 cm. Diharapkan dengan panjang tiap meja sebesar 77 cm tidak mengurangi keleluasaan waktu membaca. Ketebalan papan ini sebesar 2 cm. 11) Tinggi meja Diusahakan agar tinggi meja dapat dipakai oleh orang banyak maka data yang digunakan adalah data antropometri tinggi plopiteal ditambah tinggi siku duduk dengan menggunakan persentil ke-50 nilai untuk tinggi plopiteal 45,19 cm dan untuk tinggi siku duduk adalah 24,51 cm sehingga nilainya 69,70 cm dan dibulatkan menjadi 70 cm. Diharapkan mereka yang mempunyai kaki panjang tetap merasa nyaman, sedangkan tinggi meja yang terlalu tinggi akan menyulitkan bagi mereka yang berkaki pendek sehingga dibuat tinggi meja dengan menggunakan persentil ke-50 agar semua pengguna bisa menggunakan dengan nyaman. 12) Tinggi pijakan kaki Sandaran kaki sangat diperlukan agar pengguna yang memiliki postur tubuh kecil juga dapat duduk dengan nyaman di baca dan dapat mencapai permukaan meja baca. Pijakan kaki dirancang dengan kemiringaan 150 hal ini mengacu pada Nurmianto (1991). Apabila sandaran kaki terlalu miring maka kaki bisa melorot kebawah serta kurang nyaman. Tinggi pijakan kaki mengacu pada dimensi meja awal dengan ukuran sebesar 15 cm dengan ketebalan papan sebesar 4 cm. 13) Lebar pijakan kaki Untuk lebar sandaran kaki ini ditentukan dengan panjang telapak kaki memakai persentil 50 yaitu sebesar 24,31 cm dibulatkan menjadi 24 cm. commit to user Pertimbangan menggunakan persentil ini adalah bagi orang yang memiliki
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
panjang telapak kaki lebih besar, sedang, dan lebih kecil dari persentil 50 bisa menggunakannya. Dengan posisi pijakan miring 150. 14) Panjang pijakan kaki Dimensi pijakan kaki 2x panjang siku sampai ujung jari diperoleh sebesar 77 cm, dengan panjang pijakan 77 cm dan ketebalan papan sebesar 2 cm. diharapkan kaki pengguna dapat memperoleh kelonggaran yang cukup pada saat bersandar. 15) Tinggi papan pembatas pandangan Pada meja baca perlu diberi papan pembatas pandangan untuk menambah konsentrasi selama melakukan aktivitas atau membaca. Selain itu papan pembatas pandangan juga berfungsi sebagai dudukan rak. Tinggi papan dari papan pembatas pandangan pada perancangan ini ini diambil dari panjang tinggi pembatas pandangan yang sudah ada yaitu 35 cm ditambah 10 cm agar tidak mengganggu pandangan pengguna yang ada di depannya. 16) Lebar rak pada meja Lebar rak pada meja ditentukan dengan lebar kertas folio yaitu 21.6 cm dan kelonggaran yang diberikan sebesar 1,4 cm. Jadi lebar rak buku hasil perancangan adalah 21,6 + 1,4 = 23 cm. Tinggi rak dari permukaan meja sebesar 20 cm. 4.4.2 PERANCANGAN KURSI A. Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Tabel pembantu untuk penghitungan mean dan standar deviasi selengkapnya terlampir pada halaman lampiran. · Lebar Bahu (lb) 40
x
=
åX i =1
=
i
1559 40
= 38,98 commit to user
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
å (X 40
sx
=
=
i =1
i
-X
)
2
N -1
(30 - 38,98) 2 + (35 - 38,98) 2 + ... + (34 - 38,98) 2 39
= 4,05 Berikut ini hasil rekapitulasi perhitungan mean, standar deviasi, BKA dan BKB untuk data antropometri kursi pada table 4.16 di bawah. Tabel 4.16 Tabel Mean, Standar Deviasi, BKA dan BKB No 1 2 3 4 5
Data tinggi plopiteal lebar pinggul tinggi sandaran punggung pantat plopiteal lebar bahu
Mean 43.19 34.50 51.75 45.83 38.98
STD 1.57 3.31 3.90 2.47 4.05
BKA 46.33 41.12 59.54 50.77 47.07
BKB 40.04 27.88 43.96 40.88 30.88
Sumber: Pengolahan Data, 2011
B. UJi Kenormalan Lebar Bahu Uji kenormalan data antropometri dilakukan dengan menggunakan chikuadrat ( c 2 ). Berikut ini merupakan contoh perhitungan nilai chi-kuadrat untuk data lebar bahu yang dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu: 1. Menentukan jumlah kelas data lebar bahu, Perhitungan jumlah kelas data lebar bahu dengan jumlah pengamatan (n) 40 data menggunakan persamaan 2.5, yaitu: k = 1 + 3,322 log 40 = 6,32 » 7 Hasil perhitungan didapatkan bahwa jumlah kelas adalah 7. 2. Menentukan wilayah data lebar bahu Perhitungan wilayah data yaitu dengan menghitung selisih data maksimum dan minimumnya. Wilayah data = 45.5 - 30 = 15.5 commit to user
IV-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Menentukan lebar selang data tinggi siku duduk, Perhitungan lebar selang yaitu dengan membagi wilayah data dengan banyaknya kelas. Lebar selang =
15.5 = 2.45 6.32
4. Menghitung frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan data lebar bahu Perhitungan frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan dilakukan dengan bantuan tabel 4.17 di bawah ini. Tabel 4.17 Perhitungan Frekuensi Pengamatan Data Lebar Bahu Kelas 1 2 3 4 5 6 7
BKB 30.88 33.33 35.78 38.24 40.69 43.14 45.59
BKA 33.33 35.78 38.24 40.69 43.14 45.59 48.05
x 64.21 69.11 74.02 78.92 83.83 88.74 93.64
fo 3 6 9 6 8 8 0
frek. Kum 3 9 18 24 32 40 40
z1 -2.00 -1.39 -0.79 -0.18 0.42 1.03 1.63
z2 P(Z
P(x) 0.0595 0.1325 0.2138 0.2342 0.1857 0.0999 0.0391
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Contoh perhitungan frekuensi harapan kelas yang pertama, sebagai berikut: a. Perhitungan nilai z padanan menggunakan persamaan 2.6 dan persamaan 2.7, yaitu: z1 =
(30,88) - 38,98 = -2,00 4,05
z2 =
(33.33) - 38,98 = -1,34 4,05
b. Perhitungan luas daerah antara z1 = -2,00 dan z2 = -1,39 dengan menggunakan Walpole tabel A.4, yaitu: P(z1
IV-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.18 Perhitungan Frekuensi Harapan Data Lebar Bahu Kelas
P(x)
ft
∑f
1 2
0.0595 0.1325
40 40
2.38 5.3
3 4
0.2138 0.2342
40 40
8.552 9.368
5 6
0.1857 0.0999
40 40
7.428 3.996
7
0.0391
40
1.564
Sumber: Pengolahan Data, 2011
5. Menghitung nilai chi-kuadrat c 2 data lebar bahu, Perhitungan nilai chi-kuadrat c 2 dilakukan dengan bantuan tabel 4.19 di bawah ini. Tabel 4.19 Perhitungan Nilai c 2 Data Lebar Bahu x 64.21 69.11 74.02 78.92 83.83 88.74 93.64
fo
ft
c2
9
7.68
0.23
9 6 8
8.55 9.37 7.43
0.02 1.21 0.04
8
4.00
4.01
Total
5.52
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Hasil perhitungan pada tabel 4.20 diatas, terdapat nilai frekuensi harapan yang kurang dari 5 sehingga perlu penggabungan sel-sel (kelas-kelas) yang berdekatan. Dari hasil penggabungan sel-sel ini menyebabkan berkurangnya selang dari 7 menjadi 5. Nilai chi-kuadrat c 2 dihitung menggunakan persamaan 2.9, sebagai berikut:
c2=
(9 - 7,68)2 + (9 - 8,55)2 97,68
8.55
+ ...... +
(8 - 4 )2 4
= 5,52 Banyaknya derajat kebebasan v bagi uji ini, yaitu: commit to user v = banyak sel – 3 = 5 – 3 = 2
IV-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sehingga nilai dari c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 5,991. Pada perhitungan diatas, didapatkan nilai c 2 data tinggi siku berdiri adalah 1,08 dan nilai c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 5,991. Karena nilai c 2 lebih kecil dari c 2 0, 05 , maka dapat disimpulkan bahwa sebaran normal memberikan kesesuaian yang cukup baik bagi sebaran tinggi siku berdiri. C. UJi Kenormalan lebar pinggul Uji kenormalan data antropometri dilakukan dengan menggunakan chikuadrat ( c 2 ). Berikut ini merupakan contoh perhitungan nilai chi-kuadrat untuk data lebar pinggul yang dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu: 1. Menentukan jumlah kelas data lebar pinggul, Perhitungan jumlah kelas data lebar pinggul dengan jumlah pengamatan (n) 40 data menggunakan persamaan 2.5, yaitu: k = 1 + 3,322 log 40 = 6,32 » 7 Hasil perhitungan didapatkan bahwa jumlah kelas adalah 7. 2. Menentukan wilayah data lebar pinggul, Perhitungan wilayah data yaitu dengan menghitung selisih data maksimum dan minimumnya. Wilayah data = 45 – 28,5 = 16,5 3. Menentukan lebar selang data lebar pinggul, Perhitungan lebar selang yaitu dengan membagi wilayah data dengan banyaknya kelas. Lebar selang =
16,5 = 2,61 6.32
4. Menghitung frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan data lebar pinggul, Perhitungan frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan dilakukan dengan bantuan tabel 4.20 di bawah ini.
commit to user
IV-23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.20 Perhitungan Frekuensi Pengamatan Data lebar pinggul Kelas 1 2 3 4 5 6 7
BKB 28.5 30.95 33.41 35.86 38.31 40.76 43.22
BKA 30.95 33.41 35.86 38.31 40.76 43.22 45.67
x 59.45 64.36 69.26 74.17 79.08 83.98 88.89
fo 3 14 11 7 3 1 1
frek. Kum 3 17 28 35 38 39 40
z1 -1.81 -1.07 -0.33 0.41 1.15 1.89 2.63
z2 P(Z
P(x) 0.1071 0.2284 0.2884 0.2258 0.0857 0.0251 0.0039
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Contoh perhitungan frekuensi harapan kelas yang pertama, sebagai berikut: a. Perhitungan nilai z padanan menggunakan persamaan 2.6 dan persamaan 2.7, yaitu: z1 =
(28,5) - 34,5 = -1,81 3,31
z2 =
(30,95) - 34,5 = -1,07 3,31
b. Perhitungan luas daerah antara z1 = -1,81 dan z2 = -1,07 dengan menggunakan Walpole tabel A.4, yaitu: P(z1
1 2 3 4 5 6 7
P(x)
ft
∑f
0.1071 0.2284 0.2884 0.2258 0.0857 0.0251 0.0039
40 40 40 40 40 40 40
4.284 9.136 11.536 9.032 3.428 1.004 0.156
Sumber: Pengolahan Data, 2011
5. Menghitung nilai chi-kuadrat c 2 data lebar pinggul, Perhitungan nilai chi-kuadrat c 2 dilakukan dengan bantuan tabel 4.22 di commit to user bawah ini.
IV-24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.22 Perhitungan nilai c 2 data lebar pinggul x 59.45 64.36 69.26 74.17 79.08 83.98 88.89
fo
ft
c2
17
13.42
0.96
11
11.54
0.02
10
12.46
0.49
2
1.16
0.61
Total
2.07 Sumber: Pengolahan Data, 2011
Hasil perhitungan pada tabel 4.23 diatas, terdapat nilai frekuensi harapan yang kurang dari 5 sehingga perlu penggabungan sel-sel (kelas-kelas) yang berdekatan. Dari hasil penggabungan sel-sel ini menyebabkan berkurangnya selang dari 7 menjadi 4. Nilai chi-kuadrat c 2 dihitung menggunakan persamaan 2.9, sebagai berikut:
c2=
(17 - 13,42)2 + (11 - 11,54)2 + ...... + (2 - 1,16 )2 13,42
11,54
1,16
= 2,07 Banyaknya derajat kebebasan v bagi uji ini, yaitu: v = banyak sel – 3 = 4 – 3 = 1 Sehingga nilai dari c 2 0.05 untuk 1 derajat kebebasan adalah 3,841. Pada perhitungan diatas, didapatkan nilai c 2 data v adalah 1,08 dan nilai c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 3,841. Karena nilai c 2 lebih kecil dari c 2 0, 05 , maka dapat disimpulkan bahwa sebaran normal memberikan kesesuaian yang cukup baik bagi sebaran lebar pinggul. D. UJi Kenormalan pantat plopiteal Uji kenormalan data antropometri dilakukan dengan menggunakan chikuadrat ( c 2 ). Berikut ini merupakan contoh perhitungan nilai chi-kuadrat untuk data pantat plopiteal yang dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu: 1. Menentukan jumlah kelas data commit pantat plopiteal, to user
IV-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perhitungan jumlah kelas data pantat plopiteal dengan jumlah pengamatan (n) 40 data menggunakan persamaan 2.5, yaitu: k = 1 + 3,322 log 40 = 6,32 » 7 Hasil perhitungan didapatkan bahwa jumlah kelas adalah 7. 2. Menentukan wilayah data pantat plopiteal, Perhitungan wilayah data yaitu dengan menghitung selisih data maksimum dan minimumnya. Wilayah data = 51 – 41 = 10 3. Menentukan lebar selang data pantat plopiteal, Perhitungan lebar selang yaitu dengan membagi wilayah data dengan banyaknya kelas. Lebar selang =
10 = 1,58 6.32
4. Menghitung frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan data pantat plopiteal, Perhitungan frekuensi pengamatan dan frekuensi harapan dilakukan dengan bantuan tabel 4.23 di bawah ini. Tabel 4.23 Perhitungan Frekuensi Pengamatan Data pantat plopiteal Kelas
BKB 1 2 3 4 5 6 7
41 42.58 44.17 45.75 47.33 48.91 50.50
BKA 42.58 44.17 45.75 47.33 48.91 50.50 52.08
x 83.58 86.75 89.91 93.08 96.24 99.41 102.57
fo 6 4 11 9 5 3 2
frek. Kum 6 10 21 30 35 38 40
z1 -1.95 -1.31 -0.67 -0.03 0.61 1.25 1.89
z2 P(Z
P(x) 0.0695 0.1563 0.2366 0.2411 0.1653 0.0762 0.0237
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Contoh perhitungan frekuensi harapan kelas yang pertama, sebagai berikut: a. Perhitungan nilai z padanan menggunakan persamaan 2.6 dan persamaan 2.7, yaitu: z1 =
(41) - 45,83 = -1,95 2,47
z2 =
(41) - 45,83 = -1,31 2,47
commit to user
IV-26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Perhitungan luas daerah antara z1 = -1,95 dan z2 = -1,31 dengan menggunakan Walpole tabel A.4, yaitu: P(z1
1 2 3 4 5 6 7
P(x)
ft
∑f
0.0695 0.1563 0.2366 0.2411 0.1653 0.0762 0.0237
40 40 40 40 40 40 40
2.78 6.252 9.464 9.644 6.612 3.048 0.948
Sumber: Pengolahan Data, 2011
5. Menghitung nilai chi-kuadrat c 2 data pantat plopiteal, Perhitungan nilai chi-kuadrat c 2 dilakukan dengan bantuan tabel 4.25 di bawah ini. Tabel 4.25 Perhitungan nilai c 2 data pantat plopiteal x 83.58 86.75 89.91 93.08 96.24 99.41 102.57
fo
ft
c2
10
9.032
0.10
11 9 5
9.46 9.64 6.61
0.25 0.04 0.39
5
3.996
0.25
Total
1.04
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Hasil perhitungan pada tabel 4.26 diatas, terdapat nilai frekuensi harapan yang kurang dari 5 sehingga perlu penggabungan sel-sel (kelas-kelas) yang berdekatan. Dari hasil penggabungan sel-sel ini menyebabkan berkurangnya commit to user
IV-27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selang dari 7 menjadi 5. Nilai chi-kuadrat c 2 dihitung menggunakan persamaan 2.9, sebagai berikut:
c = 2
(10 - 9,03)2 + (11 - 9,46)2 + ...... + (5 - 3,99)2 9,03
9,46
3,99
= 1,04 Banyaknya derajat kebebasan v bagi uji ini, yaitu: v = banyak sel – 3 = 5 – 3 = 2 Sehingga nilai dari c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 5,991. Pada perhitungan diatas, didapatkan nilai c 2 data pantat plopiteal adalah 1,08 dan nilai c 2 0.05 untuk 2 derajat kebebasan adalah 5,991. Karena nilai c 2 lebih kecil dari c 2 0, 05 , maka dapat disimpulkan bahwa sebaran normal memberikan kesesuaian yang cukup baik bagi sebaran pantat plopiteal. Setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan hasil perhitungan uji kenormalan bagi masing-masing data antropometri yang disajikan pada tabel 4.26 dibawah ini. Tabel 4.26 Rekapitulasi perhitungan uji kenormalan data antropometri No c2 Data Kesimpulan v χ2 0,05 1 2 3 4 5
tinggi plopiteal lebar pinggul tinggi sandaran punggung pantat plopiteal lebar bahu
3.26 2.07 0.90 1.04 5.52
2 2 2 2 2
5,99 5,99 5,99 5,99 5,99
Normal Normal Normal Normal Normal
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Pada tabel 4.26 diatas disajikan nilai χ2 dan c 2 0.05 untuk derajat kebebasan masing-masing data antropometri. Karena nilai χ2 lebih kecil dari c 2 0, 05 maka dapat disimpulkan bahwa sebaran masing-masing data antropometri yang telah dikumpulkan pada penelitian sesuai dengan sebaran normal. E. PERHITUNGAN PERSENTIL Contoh perhitungan : · Lebar Bahu (lb) P5
= x - 1.645 σ
commit to user
IV-28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
= 38,98 - (1.645 * 1,43) = 32,31 cm P50
= x = 38,98 cm
P95
= x + 1.645 σ = 38,98 + (1.645 * 1,43) = 45,64 cm
Adapun perhitungan persentil untuk data-data yang lain dapat dilihat dalam lampiran, berikut ini rekapitulasi perhitungan persentil: Tabel 4.27 Rekapitulasi perhitungan persentil No 1 2 3 4 5
Data tinggi plopiteal lebar pinggul tinggi sandaran punggung pantat plopiteal lebar bahu
P-5
42.60 28.32 45.34 41.75 32.31
P-50
45.19 34.48 51.75 45.83 38.98
P-95
47.77 40.63 58.16 49.90 45.64
Sumber: Pengolahan Data, 2011
Pada tabel 4.27 disajikan nilai persentil ke-5, ke-50 dan, ke-95 bagi masing-masing data antropometri dengan menggunakan variabel perhitungan mean ( x ) dan standar deviasi ( s x ). Nilai persentil tersebut kemudian digunakan pada penentuan ukuran kursi yang akan dirancang. 6) Tinggi alas kursi Kursi baca agar pengguna merasa lebih nyaman dalam waktu yang lama harus dirancang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Kursi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kurangnya kenyamanan karena terjadinya tekanan pada paha, yang disebabkan menggantungnya kaki. Maka untuk menghindari ketidaknyamanan tersebut digunakan data antropometri tinggi popliteal dengan persentil ke-5 dari perhitungan didapatkan nilai 42,60 cm dibulatkan menjadi 43 cm. Diharapkan bagi pengguna yang tinggi poplitealnya kurang dari 43 cm tidak merasa terlalu tinggi sedangkan untuk yang lebih dari 43 cm tidak merasakan terlalu commit to user rendah.
IV-29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7) Panjang Alas Kursi Untuk panjang alas kursi ditentukan dengan menggunakan ukuran data antropometri pantat politeal dengan mengambil nilai persentil 50 yaitu sebesar 45,83 cm dibulatan menjadi 46 cm, adapun pertimbangan untuk menggunakan nilai persentil 50 adalah bagi orang yang memiliki ukuran pantat popliteal lebih rendah dari persentil 50 tidak merasakan panjang yang berlebihan dan bagi orang yang memiliki ukuran pantat poplitealnya lebih besar dari persentil 50 juga tidak begitu merasakan kurang panjangnya alas kursi, sebab dalam posisi duduk jarak pantat ke popliteal tidak terpangku diatas alas duduk, orang akan merasakan kenyamanan dengan catatan posisi duduk kaki membentuk sudut 90 derajat. 8) Lebar alas kursi Untuk menentukan ukuran lebar kursi ditentukan dengan menggunakan ukuran data antopometri lebar pinggul dengan mengambil nilai persentil 95, adapun nilai perhitungannya sebesar 40,63 cm dibulatkan menjadi 41 cm. Pertimbangan menggunakan nilai persentil itu adalah hanya sedikit pinggul yang keluar atau tidak terletak pada alas duduk, sedangkan orang yang nilai persentil lebar pinggulnya kurang dari 95 akan mengalami kelebihan lebar kursi dan itu tidak akan mengurangi tingkat kenyamanan duduk seseorang. 9) Tinggi Sandaran Kursi Untuk tinggi sandaran kursi menggunakan ukuran data antropometri tinggi sandaran punggung dengan mengambil nilai persentil 50 yaitu sebesar 51,75 cm. Persentil ke-50 digunakan agar dapat mengakomodasi orang yang memiliki tinggi bahu yang tinggi maupun pendek. 10) Lebar Sandaran Kursi Untuk lebar sandaran kursi pada perancangan ini sebesar 39 cm. Penentuan angka 39 didasarkan atas pengukuran data lebar bahu dengan persentil 50 sebesar 38,98 cm dibulatkan menjadi 39 cm. Pertimbangan menggunakan nilai persentil itu adalah orang yang nilai persentil lebar commit to user
IV-30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sandaran duduk kurang dari 50 akan mengalami kelebihan lebar sandaran dan itu tidak akan mengurangi tingkat kenyamanan duduk seseorang.
4.5 Rancangan 2D Meja Kursi Baca a. RANCANGAN MEJA
Tinggi Pembatas Pandangan
Panjang Meja 70
Tinggi Meja
Panjang Pijakan Gambar 4.6 Sketsa Meja Tampak Depan Lebar Rak
Lebar Meja
70
70
Gambar 4.7 Sketsa Meja Tampak Samping
commit to user
IV-31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. RANCANGAN KURSI
Lebar Sandaran
Tinggi Sandaran
52
52
Tinggi Alas
43
Panjang Alas
43
41
Lebar Alas
Gambar 4.8 Sketsa Rancangan Kursi
commit to user
IV-32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.6 Rancangan 3D Meja Kursi Baca
220 - 450
Gambar 4.9 Posisi Duduk Membaca Sikap duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat. Dengan begitu otot punggung terasa enak. Selain itu agar mata dapat membaca dengan nyaman, maka ketika membaca sebaiknya mata kita mempunyai kemiringan terhadap permukaan kerja. Sudut antara 220 dan 450 baik digunakan untuk membaca (Chaffin, 1983). Gambar 4.10 diatas menunjukkan bahwa pengguna sedang beraktivitas membaca. Aktivitas yang dilakukan tersebut menunjukkan posisi tubuh tidak terlalu tertekan dan lebih leluasa bergerak setelah dilakukan perancangan ulang pada meja dan kursi baca. Penambahan rak dan pemberian sekat atau pemisah di masing-masing meja diharapkan mampu menambah kenyamanan sehingga pengguna lebih berkosentrasi ketika sedang membaca. commit to user
IV-33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.7 ESTIMASI BIAYA Biaya pembuatan satu buah meja dan enam buah kursi baca bagi pengguna perpustakaan dijelaskan, sebagai berikut: Tabel 4.28 Rencana anggaran pembuatan meja kursi baca perpustakaan
Rencana anggaran pembuatan satu buah meja dan enam buah kursi baca bagi pengguna perpustakaan seperti pada tabel 4.28 sebesar Rp 2.554.500,00 yang terdiri dari biaya material dengan rincian seperti di atas dan biaya tenaga kerja.
commit to user
IV-34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini membahas tentang analisis dari output yang didapatkan dan interpretasi hasil penelitian. Hal-hal yang dianalisis pada bab ini adalah pemenuhan kebutuhan pengguna, penggunaan data antropometri, perbandingan hasil rancangan dengan meja kursi yang ada di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten, penentuan bahan dan biaya, serta interpretasi hasil. Adapun masing-masing analisis dalam penelitian ini diuraikan pada sub bab berikut.
5.1. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Pengguna Posisi duduk membaca dalam waktu yang cukup lama menimbulkan keluhan bagi para pengguna. Keluhan yang sering diutarakan adalah kurang nyamannya untuk mendapatkan posisi yang nyaman pada saat membaca. Hal ini dikarenakan ukuran meja yang terlalu kecil dan sempit sehingga pengguna harus duduk berdesak-desakan ketika sedang beraktivitas membaca. Diperlukannya penambahan lebar meja untuk mengakomodasi tubuh pengguna agar lebih leluasa untuk bergerak dan tambahan sekat atau pemisah pada meja agar pengguna lebih berkonsentrasi ketika sedang membaca. Kursi baca yang digunakan oleh pengguna kurang nyaman dikarenakan alas duduk dan sandaran punggungnya kurang dapat mengakomodasi tubuh pengguna. Selain itu, baik bantalan pada alas maupun sandaran punggung kurang begitu empuk sehingga pengguna merasa perlu adanya penambahan busa lagi agar ketika duduk merasakan kenyamanan. Dari keluhan yang ada, timbul harapan para pengguna terhadap meja dan kursi baca yang digunakan. Harapan pengguna diungkapkan ke dalam keinginan melalui wawancara. Pengguna ingin ada meja agak lebar sehingga leluasa dan nyaman untuk bergerak dan juga dilengkapi dengan sekat di tiap sisinya agar dapat lebih berkonsentrasi. selain itu, perlu ditambah dengan rak pada tiap meja commit to user tersebut untuk meletakkan buku-buku setelah selesai membaca. Sedangkan untuk V-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kursi baca tersebut perlu diperlebar lagi untuk alas duduk dan sandaran punggungnya sesuai dengan antropometri agar dapat mengakomodasi tubuh para pengguna. Harapan tersebut oleh perancang diterjemahkan ke dalam aspek teknis kebutuhan perancangan. Aspek teknis tersebut adalah memunculkan adanya penambahan lebar meja agar ruang gerak pengguna lebih leluasa dan penambahan sekat atau pemisah ditiap sisi meja selain itu diberi pula rak pada meja tersebut untuk meletakkan buku-buku setelah pengguna selesai menggunakannya sehingga buku tidak berserakan dan terlihat lebih rapi. Agar pengguna merasa nyaman, kursi dibuat dengan bantalan busa yang tebal dan empuk. Bahan kursi disesuaikan dengan beban namun mudah didapat di pasar. Selain bahan, konstruksi dibuat kuat agar aman pada saat dipakai.
5.2. Analisis Penggunaan Data Antropometri Penggunaan dimensi antropometri pada perancangan dimaksudkan agar rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak mendekati karakteristik dan kebutuhan penggunanya. Untuk memperoleh
data dari
pengambilan
data
dimensi
melalui
antropometri
pengukuran
tersebut,
dimensi
maka dilakukan
antropometri
pengguna
perpustakaan. Data antropometri yang digunakan dalam perancangan meliputi : dimensi utama penyusun meja, seperti tinggi popliteal, tinggi siku duduk, jangkauan tangan ke depan, siku sampai ujung jari, dan telapak kaki. Sedangkan untuk dimensi utama penyusun kursi, seperti tinggi sandaran punggung, lebar pinggul, pantat plopiteal dan lebar bahu. Merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis. Oleh karena itu, kebanyakan data antropometri disajikan dalam bentuk persentil. Pada perancangan yang dilakukan peneliti membatasi nilai persentil yang digunakan, dimana nilai persentil yang digunakan adalah persentil ke-5 ke-50 dan ke-95. Nilai persentil tersebut digunakan dengan harapan hasil perancangan dapat mengakomodasi populasi yang memiliki ukuran dominan dan yang memiliki ukuran kurang commit to user dominan (minoritas/ekstrim).
V-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.3. Analisis Perbandingan Meja Kursi Baca untuk Pengguna Perpustakaan dengan Hasil Rancangan Rancangan meja maupun kursi ini memiliki dimensi yang berbeda dari meja dan kursi baca untuk para pengguna di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten. Perbedaan dimensi yang dapat dibandingkan terletak pada dimensi utama penyusun meja, seperti: tinggi popliteal, tinggi siku duduk, jangkauan tangan ke depan, siku sampai ujung jari, dan telapak kaki. Sedangkan untuk dimensi utama penyusun kursi, seperti: tinggi sandaran punggung, lebar pinggul, pantat plopiteal dan lebar bahu. Perbandingan dimensi secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Perbandingan Dimensi Meja Kursi Baca di Perpusda dengan Hasil Rancangan Nama Produk
MEJA
KURSI
Dimensi Ukur Lebar Meja Panjang Meja Tinggi Meja Tinggi Pijakan Kaki Tinggi Pembatas Pandangan Panjang Pijakan Kaki Lebar Pijakan Kaki Lebar Rak pada Meja Tinggi Alas Kursi Lebar Alas Kursi Tinggi Sandaran Kursi Panjang Alas Kursi Lebar Sandaran Kursi
Dimensi Awal 33 cm 129 cm 71 cm 15 cm 35 cm 123 cm 5 cm 40 cm 36 cm 44 cm 43 cm 33 cm
Hasil Rancangan 70 cm 77 cm 70 cm 15 cm 45 cm 77 cm 24 cm 23 cm 43 cm 41 cm 52 cm 46 cm 39 cm
Hasil perancangan meja kursi memiliki kelebihan dan kekurangan apabila dibandingkan dengan meja kursi pada ruang baca Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Klaten. Kelebihan rancangan meja diantaranya terdapat tambahan rak pada meja sebagai tempat meletakkan buku seusai membaca dan juga dipisahkan oleh sekat sedangkan untuk kelebihan kursi diantaranya nyaman digunakan karena dilapisi busa yang empuk dan tebal. Sedangkan untuk kekurangan rancangan meja yaitu sulit untuk dipindahkan karena berat sehingga sulit untuk dipindahkan dan juga membutuhkan investasi yang cukup besar. commit to user
V-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.4. Analisis Layout Ruang Baca Perpustakaan Berdasarkan survey diketahui bahwa ruang baca di perpustakaan ini mempunyai luas ruangan sebesar 255 m2 dengan panjang 17 m dan lebar 15 m. Fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam ruang baca tersebut antara lain enam pasang meja kursi baca, rak buku, komputer untuk sarana penelusuran dan bagian administrasi. Dengan luas ruangan 255 m dan dengan panjang meja yang hanya 129 cm masih ada tempat yang kosong. Apabila hasil rancangan meja kursi ini dimasukkan ke dalam ruangan maka akan mempengaruhi layut ruang baca tersebut. Dari panjang awal meja 129 cm dan panjang hasil rancangan meja 229 cm atau bertambah sebesar 100 cm (1m) tersebut sedikit mengubah susunan atau tatanan ruangan sehingga agak mengurangi keleluasaan pengguna untuk bergerak atau bahkan untuk mencari buku di rak buku. Mengenai layout ruang baca dan model meja kursi yang digunakan pengguna di ruang baca tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1.
commit to user
V-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan mengenai layout ruang baca apabila dimasukkan meja kursi baca hasil rancangan sebagai berikut ini:
Dari perbandingan layout awal dan layout hasil rancangan, dapat dilihat bahwa apabila hasil rancangan meja kursi baca dimasukkan ke dalam ruang baca perpustakaan maka akan merubah posisi atau letak baik rak buku maupun meja kursi yang ada. Meja kursi baca hasil rancangan dengan penambahan ukuran yang sangat signifikan membuat ruang baca menjadi agak sedikit sesak sehingga mengakibatkan pengguna kurang leluasa untuk bergerak ketika berdiri atau untuk mengambil buku di rak. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan mengubah layout ruang baca di perpustakaan tersebut.
5.5. Analisis Penentuan Bahan dan Biaya Material yang digunakan untuk desain meja terbuat dari kayu sedangkan material pembuatan kursi terbuat dari besi pipa dengan diameter 25 mm dan ketebalan 1,5 mm (nama dagang: pipa ¾). Penggunaan besi pipa tersebut dipilih commit to user dengan beberapa pertimbangan kelebihan dan kelemahan apabila dibandingkan V-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan material kayu. Kelebihan material besi dan kayu dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.3. Tabel 5.2. Kelebihan dan kekurangan material besi Kelebihan
Kekurangan
· Kuat menahan beban · Stabil atau rigid · Mudah dibentuk (dapat disekrup, dibaut, dikeling, dan dilas).
· Mahal (Rp 50.000,00 s/d Rp 70.000,00/lonjor) · Beban berat (per kg = 10x10 cm) · Proses produksi mahal
Sumber: www.rilly.wordpress.com dalam Niken, 2008
Tabel 5.3. Kelebihan dan kekurangan material kayu Kelebihan · Ringan · Mudah didapat dan relatif murah harganya dibandingkan bahan bangunan lain seperti beton dan baja. · Mudah dikerjakan tanpa alat-alat berat atau khusus, misalnya mudah dipotong, dihaluskan, dilubangi, diukir ataupun disambung sebagai suatu konstruksi. · Proses produksi murah
Kekurangan · ·
·
·
Dapat berubah bentuknya, menyusut atau memuai, tergantung kadar air yang dikandungnya. Kekuatan dan keawetan kayu sangat tergantung dari jenis dan umur pohonnya, sedangkan kayu yang ada di perdagangan sulit sekali ditaksir umurnya. Cepat rusak oleh pengaruh alam, hujan dan air menyebabkan kayu cepat lapuk, panas matahari menyebabkan kayu retakretak. Dapat dimakan serangga-serangga kecil seperti rayap, bubuk, dan kumbang.
Sumber: www.rilly.wordpress.com dalam Niken, 2008
Berdasarkan pertimbangan pada tabel 5.2 dan tabel 5.3 diambil keputusan untuk menggunakan bahan dari besi pada kursi kerja. Sedangkan penentuan bahan untuk bagian yang lain dijelaskan, sebagai berikut: 1. Busa: Jenis busa yang ada di pasaran saat ini beraneka macam, diantaranya jenis busa renggang, busa medium dan busa rapat atau padat. Busa yang digunakan dalam pembuatan kursi baca ini dipilih jenis busa padat dengan ketebalan 4 cm, alasannya busa jenis ini lebih awet dan tahan lama (tidak mudah melendut dan kempes bila sering diduduki), serta busa empuk untuk kenyamanan pengguna untuk duduk aktivitas berlangsung. commitsaat to user
V-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Plastik pembungkus busa: Plastik pembungkus busa digunakan bahan dengan jenis oscar. Hal ini dipilih dengan alasan, bahan oscar tidak panas saat diduduki. Sedangkan biaya pembuatan satu buah meja dan enam buah kursi baca untuk pengguna terdiri dari biaya material dan biaya tenaga kerja. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah Rp 2.554.500,00 dengan rincian yang tertera pada tabel 4.18. Biaya tersebut belum termasuk biaya ide yang ditentukan sendiri oleh perancang. Biaya ide sebesar 20% dari biaya keseluruhan yaitu sebesar Rp 510.900,00. Maka, perkiraan biaya untuk membuat kursi ini sebesar Rp 3.065.400,00. Biaya pembuatan meja kursi baca ini terdiri dari biaya material dan biaya non material. Biaya material merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli material yang digunakan untuk pembuatan meja kursi baca. Pada perhitungan yang telah dilakukan diperoleh besarnya biaya yang dikeluarkan adalah Rp 2.554.500,00. Sedangkan biaya non material merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan biaya tenaga kerja dan biaya ide. Besarnya biaya ide dalam suatu perancangan ditentukan sendiri oleh perancang. Berdasarkan masukan, biaya ide perancangan meja kursi baca ini ditetapkan sebesar 20% dari biaya material ditambah biaya tenaga kerja. Dari hasil perhitungan maka diperoleh biaya ide yang diperlukan adalah sebesar Rp 510.900,00. Dengan demikian besarnya perkiraan biaya yang diperlukan dalam pembuatan produk hasil rancangan adalah Rp 3.065.400,00.
5.6. Intepretasi Hasil Rancangan meja dan kursi baca untuk pengguna perpustakaan yang sudah memenuhi kebutuhan perancangan yang diambil dari keluhan dan harapan para pengguna. Pemberian busa bantalan yang empuk dan tebal menjawab harapan pengguna yang menginginkan kursi nyaman dan empuk. Pemberian sekat/pemisah menjawab harapan pengguna yang menginginkan adanya konsentrasi pada saat membaca dan pemberian rak pada meja yang dapat digunakan untuk meletakkan commit to user buku-buku seusai membaca.
V-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seperti layaknya penelitian yang lain, hasil rancangan meja dan kursi baca untuk pengguna perpustakaan pada penelitian ini masih memiliki beberapa kekurangan. Diantaranya adalah bobot meja yang terlalu berat untuk dipindahpindahkan karena bahan penyusunnya berat. Sandaran kursi yang tidak dapat disetel sehingga pengguna tidak dapat menyesuaikan dengan posisi yang paling nyaman.
commit to user
V-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya serta saran untuk penelitian selanjutnya. 6.1 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, sebagai berikut: 1. Penelitian ini menghasilkan rancangan meja kursi baca bagi pengguna perpustakaan yang dilengkapi dengan penambahan sekat/pemisah dan fasilitas rak pada meja serta bantalan busa yang empuk dan tebal demi memenuhi kebutuhan pengguna untuk mendapatkan posisi duduk yang nyaman saat membaca. 2. Berdasarkan intepretasi hasil diketahui bahwa rancangan meja kursi baca sudah dapat mengakomodasi semua kebutuhan pengguna walaupun masih terdapat beberapa kelemahan terutama pada bobot meja yang terlalu berat untuk dipindah-pindahkan karena bahan penyusunnya berat. Akan tetapi, kelemahan tersebut tidak mengurangi kenyamanan penggunaan meja kursi hasil rancangan.
6.2 SARAN Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian selanjutnya, sebagai berikut: 1. Sebaiknya dibuat beberapa macam alternatif desain rancangan sehingga didapatkan desain rancangan yang optimal sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. 2. Penelitian dapat dikembangkan untuk alternatif bahan lain yang lebih ringan, kokoh, dan dengan harga terjangkau. 3. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan mengubah desain layout ruang baca perpustakaan agar tidak mengurangi keleluasaan pengguna untuk commit to user bergerak.
VI-1