PERANCANGAN TEKNOLOGI PENAMPUNG AIR HUJAN (PAH) SKALA UNIT RUMAH DI KAWASAN LINGKAR KAMPUS IPB, DARMAGA
RIZQAH WAHIDAH PANGESTU
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Teknologi Penampungan Air Hujan (PAH) Skala Unit Rumah di Kawasan Lingkar Kampus IPB, Darmaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Rizqah Wahidah Pangestu NIM F44100042
ABSTRAK RIZQAH WAHIDAH PANGESTU. Perancangan Teknologi Penampung Air Hujan (PAH) Skala Unit Rumah di Kawasan Lingkar Kampus IPB, Darmaga. Dibimbing oleh SATYANTO K. SAPTOMO. Penampung Air Hujan (PAH) adalah wadah untuk menampung air hujan sebagai air baku, yang penggunaannya bersifat individual atau skala komunal. Air hujan yang ditampung, dirancang untuk dimanfaatkan sebagai penyiram tanaman, penyiraman kamar mandi, dan pengenceran limbah domestik. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rancangan teknologi penampungan air hujan yang dapat diaplikasikan di perumahan dan menentukan dimensi penampungan air hujan yang dapat dijadikan tampungan di perumahan. Data curah maksimum harian, luas atap bangunan, dan penggunaan air dapat ditentukan sehingga didapatkan jumlah air hujan yang bisa ditampung. Potensi air yang dapat dipanen melalui atap rumah tipe 37 adalah sebesar 1,900 liter setiap harinya, maka kapasitas bak penampung yang dirancang adalah sebesar 2,000 liter. Bak penampung yang dirancang berjumlah 1 buah terbuat dari pasang bata dengan panjang 130 cm, lebar 130 cm, tinggi 120 cm, tebal plesteran 2 cm, tebal dinding 2 cm, dan pipa peluap 25 cm. Kata kunci: curah hujan, hujan, penampungan air hujan
ABSTRACT RIZQAH WAHIDAH PANGESTU. Technology Rainwater Harvesting (RWH) Design House Scale in Region Campus IPB, Darmaga. Supervised by SATYANTO K. SAPTOMO. Rainwater Harvesting (RWH) is a container to collect rain water as raw water, to be used at individual or communal scale. The rainwater, designed to be used as a watering plants, flushing bathrooms, and dilution of domestic waste. This study purposes to know the volume of rain water and quality of rain water that can be used as water storage volume, drafting rainwater harvesting technology that can be applied in housing, and determine the dimensions of rainwater that can be used in a residential catchment. By using the data of maximum daily rainfall, area of roof, then get the amount of rainwater that can be harvested. Potential water that can be harvested through the roof of the house type 37 is equal to 1,900 liters per day, the capacity of the tank is designed for 2,000 liters. Tank designed for 1 piece made of brick with length 130 cm, width 130 cm, height 120 cm, 2 cm thick plastering, wall thickness 2 cm, and 25 cm flow pipe. Keywords: rainfall, raiwater harvesting, water
PERANCANGAN TEKNOLOGI PENAMPUNG AIR HUJAN (PAH) SKALA UNIT RUMAH DI KAWASAN LINGKAR KAMPUS IPB, DARMAGA
RIZQAH WAHIDAH PANGESTU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Perancangan Teknologi Penampungan Air Hujan (PAH) Skala Unit Rumah di Kawasan Lingkar Kampus IPB, Darmaga Nama : Rizqah Wahidah Pangestu NIM : F44100042
Disetujui oleh
Dr Satyanto K. Saptomo, STP, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Budi Indra Setiawan, MAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah Perancangan Teknologi Penampung Air Hujan (PAH) Skala Unit Rumah di Kawasan Lingkar Kampus IPB, Darmaga. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Satyanto K.Saptomo, STP, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran hingga terselesainya skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada ayah, mamah, serta adikku tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 47, DPM Fateta 2011/2012 Dewan Hitcher, DPM Fateta 2012/2013 Dewan Reservoir, Riana Pangestu Utami, Milatul Ulfa, Rahmi Yuniarti, Ratna Sofia, Yaumil K, Sutresno, Faisal Pratama, Izzatun Nisa, Hanif Miftah, Isna Ayu, dan teman satu bimbingan; Asep S dan Z Akbar, atas bantuan dan dorongan semangatnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Rizqah Wahidah Pangestu
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Air hujan Teknologi penampungan air hujan METODE PENELITIAN Bahan penelitian Peralatan penelitian Lokasi penelitian Prosedur penelitian Analisis frekuensi hujan Metode pengolahan data Perencanaan penampungan air hujan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan dan curah hujan wilayah Darmaga Analisis frekuensi hujan rencana Kualitas air hujan Penggunaan air hujan Rancangan Penampung Air Hujan (PAH) Penentuan Kapasitas Bak Penampung Air Hujan SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3 4 5 6 6 8 8 9 11 12 12 15 16 16 17
2
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi Peralatan dalam rumah dan penggunaan airnya Contoh perhitungan neraca air Curah hujan maksimum harian Darmaga tahun 1996-2013 Hasil parameter statistik Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi Kualitas air hujan Darmaga Ukuran bak PAH dari pasangan bata dam pipa peluap Ukuran elemen dan pelengkap bak PAH Bahan elemen bak PAH dari pasangan bata
6 7 8 9 10 10 11 13 13 14
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5.
PAH dengan struktur di bawah permukaan tanah 3 4 Diagram alir penelitian Konsep teknologi LID dalam manajemen air hujan dan air 5 Skema rancangan bak penampung 14 Grafik hasil perhitungan neraca air 15
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perhitungan evapotranspirasi Kebutuhan bahan untuk PAH dari pasangan bata Perhitungan dengan simulasi neraca air Gambar denah rumah dan letak PAH Gambar melintang bak penampung Gambar denah bak penampung
19 20 21 22 23 24
PENDAHULUAN Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan akan air meningkat, bersamaan dengan kemampuan dalam perlindungan sumber air secara global untuk generasi mendatang (Fewkes 2012). Hal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber air yang ada di bumi. Berdasarkan UU RI No.7 tahun 2004, sumber daya air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Jika tidak ada air permukaan, air tanah tersimpan terlalu dalam atau tidak dapat diakses karena kondisi tanah yang keras atau air laut yang asin, asam dan memerlukan perlakuan lebih lagi untuk digunakan maka sumber lain harus dicari. Di daerah yang memiliki curah hujan yang baik, alternatif yang paling tepat adalah pengumpulan air hujan atau dapat disebut sebagai pemanenan air hujan. Air hujan menjadi air terbersih alami yang tersedia di mana saja. Hal ini terjadi akibat hasil dari proses distilasi alami yang hanya beresiko tercemar dari partikel udara dan polusi udara buatan manusia seperti asap dan abu kebakaran dan proses industri, terutama penggunaan bahan bakar fosil. Sebagian besar teknologi modern untuk mendapatkan air minum terkait dengan eksploitasi air permukaan dari sungai, sungai dan danau, dan air tanah dari sumur dan sumur bor. Namun, sumber-sumber tersebut hanya mencakup 40% dari total curah hujan. Hal ini jelas menunjukkan potensi untuk pengumpulan air hujan ketika jatuh, sebelum kerugian besar terjadi karena penguapan, transpirasi, dan sebelum menjadi terkontaminasi oleh cara alami atau kegiatan buatan manusia (Despins 2012). Pengumpulan air hujan dari atap bangunan biasanya merujuk sebagai Pemanenan Air Hujan atau Rainwater Harvesting (RWH), dan biasanya diaplikasikan untuk tidak diminum, seperti penyiraman water closet (WC) atau penyiraman tanaman, metode sederhana dalam pengurangan kebutuhan air secara public (Despins 2012). Bogor yang merupakan wilayah dengan curah hujan yang tinggi dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3,552 mm berpotensi untuk penerapan pemanenan hujan. Selain menjadikan suatu tampungan, penampungan air hujan dapat juga sebagai upaya dalam implementasi Low Impact Development ( LID ) yang dapat diterapkan pada perumahan. Perumusan Masalah Rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang sebagai berikut : 1. Berapa volume air hujan yang dapat dijadikan penampung air perumahan? 2. Bagaimana perencanaan untuk menentukan penampungan air hujan di perumahan? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Merencanakan teknologi penampungan air hujan yang dapat diaplikasikan di perumahan. 2. Menentukan dimensi penampungan air hujan yang dapat dijadikan tampungan di perumahan.
2
TINJAUAN PUSTAKA Air Hujan Air hujan yang jatuh ke bumi akan berubah menjadi aliran permukaan (surface runoff). Sebelum berubah menjadi aliran permukaan, air hujan terlebih dulu memenuhi kebutuhan penguapan, intersepsi, infiltrasi, simpanan permukaan, penahanan permukaan dan penahanan saluran. Selama peristiwa hujan, sebagian air hujan ditahan oleh tanaman sebelum mencapai permukaan bumi (interception). Air hujan sebagian pada akhirnya akan jatuh ke bumi dan sebagian akan menguap. Pada kawasan hutan yang rimbun, sebagian besar hujan ditangkap oleh dedaunan dan ranting. Jika kapasitas dedaunan sudah penuh, air akan turun melalui cabang batang pohon dan menetes ke bawah (Brown and Barker 1970; Regerson and Byrnes 1968; Helvey 1967 dalam Sulaeman 2005). Rumah yang memiliki halaman yang cukup luas dapat membuat resapan air hujan sendiri jika ditunjang dengan dengan jenis lapisan tanah yang “poreous”. Sumur resapan bebentuk sumur gali yang dindingnya dapat meresapkan air hujan ke dalam lapisan air. Tetes air hujan yang jatuh di atas atap, ditampung oleh talang air, yang kemudian turun melalui pipa mengalir ke dalam saluran khusus air hujan di dalam rumah. Akhirnya meresap ke dalam tanah. Sehingga saluran air hujan kota yang ada di depan rumah tidak menerima limpasan air hujan sehingga mengurangi beban sistem drainase perkotaan yang ada. Teknologi Penampung Air Hujan Penampung Air Hujan (PAH) adalah wadah untuk menampung air hujan sebagai air baku, yang penggunaannya bersifat individual atau skala komunal dan dilengkapi saringan. Komponen penampung air hujan terdiri atas bidang penangkap air, talang air, saringan, lubang periksa, bak penampung, pipa masukan, pipa peluap, kran pengambil air, kran pengiras, saluran pembuangan, pipa lantai, dan lantai. Bak penampung dapat diletakkan di atas tanah, di bawah tanah, atau dikubur setengahnya PAH tidak bisa dipisahkan dari pemanenan air hujan. Air hujan akan menerpa atap bangunan dan terkumpul melalui talang (gutter) di sekeliling bangunan. Agar terhindar dari pencemaran, dinding atap itu penggunaan bahan asbes serta pengecatan yang mengandung unsur yang mungkin mencemari air, seperti chrome, besi atau metal dihindari. Atap tidak terganggu oleh pepohonan, sehingga tidak ada dedaunan atau kotoran hewan yang ikut mengalir melalui talang (conveyor). Konsep pemanenan air hujan merupakan konsep yang sederhana yang sudah lama digunakan oleh manusia. Menurut Gould dan Nissen Petersen (1999) dalam Fewkes (2012), sistem PAH sudah digunakan tahun 2000 sebelum Masehi di Israel, Afrika, dan India. Pada wilayah Mediterania terdapat bukti peninggalan sistem PAH yang digunkana di Istana Knossos pada tahun 1700 sebelum Masehi. Namun selama abad ke 20 sistem PAH ditinggalkan di berbagai belahan dunia karena ada perkembangan teknologi yang baru.
3
Gambar 1 Struktur di bawah permukaan tanah pada PAH Sumber: Setiawan (2008)
Menurut Despins (2012), keuntungan dari pemanenan air hujan adalah bahan yang relatif murah dapat digunakan untuk konstruksi pembawa dan mengumpulkan permukaan, metode konstruksi yang relatif mudah, biaya pemeliharaan rendah dan persyaratan, air hujan yang dikumpulkan dapat langsung digunakan, dapat digunakan sebagai pasokan air bersih dekat dengan rumah, sekolah atau klinik, dan untuk daerah-daerah yang kekeringan dapat mengurangi waktu wanita dan anak-anak menghabiskan mengumpulkan air, mengurangi kembali strain atau cedera dari membawa berat wadah air. Kekurangan dari pemanenan air hujan adalah cadangan air dapat terkontaminasi oleh kotoran burung atau hewan di daerah tangkapan permukaan dan struktur talang kecuali mereka dibersihkan sebelum digunakan, pada tempayan / wadah dapat ditumbuhi alga dan invasi oleh serangga, kadal dan hewan pengerat yang dapat bertindak sebagai tempat berkembang biak untuk vektor penyakit jika mereka tidak dikelola dengan baik.
METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang diperlukan antara lain berupa data primer dan data sekunder. Data-data tersebut antara lain data curah hujan wilayah, denah perumahan, dan data penggunaan air. Pembuatan model penampungan air hujan pun direncanakan berupa gambaran desain dengan menggunakan perangkat lunak AutoCAD (trial version). Peralatan Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat tulis dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software Surfer, AutoCAD, SkecthUp, dan software pendukung seperti Microsoft Office, Microsoft Excel, dll.
4
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan terhadap wilayah Bogor, Jawa Barat, terhitung sejak tanggal 4 Maret–22 April 2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan data di lapangan selama bulan Februari– April dan tahap kedua berupa pengolahan data selama bulan April–Juli. Prosedur Percobaan
Mulai Data sekunder : Curah hujan, Hidrologi
Pengumpulan data
Data primer : Kualitas air hujan
Penentuan potensi volume air hujan
Penentuan dimensi PAH
Simulasi neraca air
Jika ada sisa air sepanjang tahun Ya Desain PAH
Selesai
Gambar 2 Diagram alir penelitian
Tidak
5
Prosedur penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Rancangan alur kegiatan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2. Studi Pustaka dilakukan untuk memperoleh pembuktian dan alasanalasan ilmiah dalam melakukan analisis terhadap macam permasalahan. Studi lapangan dilakukan dengan berbagai cara, seperti melakukan survei dan observasi lapang. Survei dilakukan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk analisis baik berupa data primer maupun data sekunder.
Gambar 3 Konsep teknologi LID dalam manajemen air hujan dan air limbah domestik Berdasarkan Gambar 3, konsep teknologi LID dalam pemanfaat air hujan untuk pengolahan air limbah domestik, dengan konsep pertama yaitu pemanfaatan kembali air hujan, pengadaan sumur resapan, dan peningkatan kualitas air limbah. Pada penelitian ini, akan dibahas pada topik pemanfaatan kembali air hujan dengan Penampung Air Hujan. Analisis frekuensi hujan Analisis frekuensi digunakan beberapa notasi atau parameter statistik. Parameter statistik yang digunakan adalah rerata, standar deviasi, koefisien kemencengan, koefisien variable, dan koefisien. Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas. Analisis frekuensi diperkirakan dengan interval kejadian tertentu seperi 10 tahunan, 100 tahunan, hingga 1000 tahunan. Secara sistemis metode analisis frekuensi perhitungan hujan rencana ini dilakukan secara berurutan sebagai berikut: 1. Parameter statistik 2. Pemilihan jenis sebaran 3. Uji kecocokan sebaran Masing-masing sebaran memiliki sifat-sifat khas sehingga harus diuji kesesuaiannya dengan sifat statistik masing-masing sebaran tersebut. Penentuan
6
jenis sebaran yang akan digunakan untuk analisis frekuensi ditentukan dengan mencocokan parameter statistik dengan syarat masing-masing jenis distribusi. Tabel 1 Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi No 1
Distribusi Normal
Persyaratan ̅ = 68.27% ̅ = 95.44%
2
Log Normal
3
Gumbel
4
Log Pearson III
Selain dari nilai di atas
Sumber: Triatmodjo (2008)
. Metode Pengolahan Data Data curah hujan yang tersedia adalah pencatatan curah hujan bulanan tahun 1996 hingga tahun 2013. Penentuan kebutuhan air untuk Penampungan Air Hujan (PAH) yang dirancang dengan ketentuan (1) Wilayah diklasifikasikan sebagai wilayah perumahan (2) Tingkat pemakaian air meliputi irigasi kecil (penyiraman tanaman), flushing kamar mandi, dan pengenceran air limbah domestik (3) Tingkat pemakaian air penampung dihitung dengan 3 orang/rumah. Perhitungan jumlah air hujan yang bisa dipanen yaitu dengan air hujan yang jatuh akan diterima oleh atap adalah dengan mengalikan curah hujan dengan luas atap. Tingkat pemakaian air yang sesuai dengan kualitas air hujan adalah penyiraman tanaman, penyiraman kamar mandi, dan pengenceran air limbah domestik. Penentuan volume yang dibutuhkan untuk penyiraman tanaman menggunakan perhitungan evapotranspirasi dengan metode Penman. Metode Penman adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi potensial dari permukaan air terbuka dan permukaan vegetasi yang menjadi kajian. Model ini membutuhkan lima parameter iklim yaitu suhu, kelembaban relatif, kecepatan angin, tekanan uap jenuh dan radiasi netto. Model persamaan Penman menggabungkan metode transfer massa dan metode neraca energi dengan persamaan sebagai berikut (Triatmodjo 2008):
(1) Keterangan : Etp En E β
= Evapotranspirasi potensial (mm/hari) = Kedalaman penguapan (mm/hari) = Evaporasi (mm/hari) = fungsi temperatur
Penentuan volume penyiraman kamar mandi didapatkan dengan perhitungan berdasarkan peralatan, tipe, pengunaan air, dan jumlah pemakaian per hari
7
berdasarkan Tabel 2. Penelitian ini menggunakan toilet dengan tipe Ultra-low flush dengan penggunaan air 6 liter/flush dan jumlah pemakaian perharinya sebanyak 5 kali. Tabel 2 Peralatan dalam rumah dan penggunaan airnya peralatan Toilet Toilet Toilet
tipe
jumlah pemakaian per hari
penggunaan air
low flush 13 liter/flush Ultra-low flush 6 liter/flush Dual-flush/HET 4.8 liter/flush
5 5 5
Sumber: Despins (2012)
Penentuan volume pengenceran ditentukan dengan 25% dari dari jumlah debit air buangan. Istilah pengenceran merupakan bentuk peningkatan debit air buangan dengan cara menambahkannya beberapa debit air hujan yang berhasil tertampung. Tujuan utama adanya proses ini adalah mengurangi konsentrasi bahan pencemar pada air buangan, agar kinerja filter saringan pasir lambat menjadi lebih ringan dan hasil air yang diolah pun menjadi lebih baik. Air buangan setiap orang diperkirakan menghasilkan 120 liter/jiwa/hari sehingga volume pengenceran yang ditentukan adalah 30 liter/jiwa/hari. Perencanaan Penampungan Air Hujan Air hujan dapat dikumpulkan dari kebanyakan bentuk atap. Air hujan dikumpulkan di talang air ditempatkan di sekitar atap bangunan. Kemudian air mengalir melalui saluran talang air ke bawah pipa, yang dibuang ke bak penyimpanan. Run-off dari atap langsung sebanding dengan jumlah curah hujan dan daerah rencana atap. Setiap satu milimeter hujan, satu meter persegi daerah atap akan menghasilkan satu liter air (mengabaikan penguapan, tumpahan kerugian, dan efek angin). Kapasitas penyimpanan didasarkan beberapa kriteria desain: pola curah hujan dan volume, durasi periode kering dan estimasi permintaan dengan harapan bahwa musim kering akan segera berakhir. Berikut perhitungan sederhana dapat digunakan untuk perkiraan potensi pasokan air hujan dari pengumpulan permukaan. Hal ini dapat membantu untuk menentukan kapasitas tangki penyimpanan: S = R x A x Cr
( 2)
keterangan: S = supply air hujan (m3) R = curah hujan (m) A = luas atap (m2) Cr = koefisien run off Koefisien run-off menyumbang kerugian akibat cipratan, penguapan, kebocoran, dan meluap biasanya diambil menjadi 0.8 (80%). Bak penyimpanan
8
dapat terbuat dari drum atau untuk ukuran lebih besar terbuat dari beton atau ferrocement dan digunakan sebagai penyimpanan untuk sekolah, klinik atau lainnya lembaga dengan area besar atap. Penentuan volume bak PAH dapat dilakukan dengan cara simulasi menggunakan perhitungan neraca air (Water Balance). Jika jumlah sisa air nilainya negatif maka terjadi kekurangan air dan perkiraan bak PAH harus diperbesar volumenya. Berikut adalah contoh tabel perhitungan neraca air: Tabel 3 Metode perhitungan neraca air t
CH
P
O1
O2
O3
Wu
V
A
S
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Domes tik 11
Melim pas 12
Keterangan : Kolom 1 = tanggal Kolom 2 = curah hujan (mm) Kolom 3 = air yang tersedia adalah banyaknya air hujan yang dapat dipanen (liter) didapatkan dengan menggunakan persamaan 2 Kolom 4 = pemakaian dengan nilai evapotranspirasi dalam sehari dikalikan luas halaman rumah (liter) Kolom 5 = pemakaian penyiraman wc perhari (liter) Kolom 6 = pemakaian untuk pengenceran ditentukan dari 25% dari volume air buangan (liter) Kolom 7 = total pemakaian (liter) ; kolom 4 + kolom 5 + kolom 6 Kolom 8 = sisa pemakaian (liter); volume air sisa hari sebelumnya (t-1) dikurangi dengan total pemakaian (kolom 7) Kolom 9 = akumulasi (liter); volume sisa pemakaian (kolom 8) ditambah dengan volume air hujan yang turun (kolom 3) Kolom 10 = tampungan (liter); akumulasi (kolom 8) dikurangi volume melimpas (kolom 12) dan domestik (kolom 11) Kolom 11 = domestik (liter) Kolom 12 = melimpas (liter) Kolom 11 merupakan volume domestik yang berasal dari kelebihan air (kolom 9) untuk kebutuhan domestik jika PAH dilengkapi dengan sistem treatment yang memadai untuk menjadikan air tersebut dapat digunakan sebagai kebutuhan domestik. Apabila diasumsikan kota yang akan diterapkan unit ini adalah kota metropolitan dengan kebutuhan air 150 liter/jiwa/hari sehingga untuk 3 orang dalam 1 rumah, volume domestik yang dibutuhkan adalah 450 liter/hari. Kolom 12 merupakan volume yang melimpas jika masih ada volume yang tersisa setelah untuk pemakaian domestik.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan dan Curah Hujan Wilayah Darmaga Darmaga terletak di bagian barat dari Kota Bogor dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 3,552 mm dengan hari hujan 187. Suhu maksimum ratarata 30°C, minimum rata-rata 20°C, dan suhu udara rata-rata 26°C dengan ratarata kelembaban nisbi 88%. Berdasarkan Modul Penampungan Air Hujan Permen PU Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan Nomor 01/PRTM/M/2009, penyelenggaran PAH harus memenuhi beberapa ketentuan, diantaranya lokasi tempat PAH dipilih pada daerah dengan curah hujan minimal 1,300 mm/tahun. Perumahan yang ada di wilayah Lingkar Kampus IPB yang terletak di Darmaga, Bogor memiliki beberapa tipe yang dikelompokkan dalam cluster atau kelompok tersendiri. Penelitian ini menggunakan contoh wilayah rumah dengan tipe 37. Rumah tipe 37 yang dipakai memiliki luas atap 47 m2 .Data curah hujan yang tersedia adalah pencatatan curah hujan harian dari tahun 1996 sampai tahun 2013. Nilai curah hujan maksimum harian tersaji pada Tabel 4. Berdasarkan data curah hujan wilayah Darmaga yang terdapat pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Darmaga mengalami hujan sepanjang tahun. Tabel 4 Curah hujan maksimum harian Darmaga tahun 1996-2013 Tahun
Curah Hujan (mm)
Tahun
Curah Hujan (mm)
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
84 57 77 69 59 74 79 73 89
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
86 61 73 74 60 72 58 70 78
Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor
Analisis Frekuensi Hujan Rencana Analisa frekuensi data hidrologi dilakukan untuk mencari hubungan antara besarnya kejadian ekstrem terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas. Analisis frekuensi diperkirakan dengan interval kejadian tertentu seperti 10 tahunan, 100 tahunan, hingga 1000 tahunan.
10
1. Parameter Statistik Parameter yang digunakan dalam perhitungan analisis frekuensi meliputi parameter nilai rata-rata (X), standar deviasi (dS), koefisien variasi (Cv), koefisien kemiringan (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck). Berikut disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil parameter statistik Parameter statistik Jumlah data Standar deviasi Coef variety Coef skewness Coef kurtosis Median
Variabel n sd Cv Cs Ck Sx
Hasil perhitungan 18 9.677 0.135 -0.029 1.973 73.092
Sumber: Hasil perhitungan
2. Pemilihan Jenis Sebaran Masing-masing distribusi memiliki parameter stastistik. Setelah dibandingkan antara hasil perhitungan dengan persyaratan, maka yang memenuhi adalah distribusi Log Pearson III seperti yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi Distribusi Normal
Persyaratan ̅ ̅
= 68.27% = 95.44%
Log Normal
Hasil Perhitungan Cs = -0.03 Ck = 1.973
Cs = -0.3 Ck = 0.032 Cs = 0.9 Ck = 1.8
Gumbel Log Pearson III
Selain dari nilai di atas
Cs = -0.03 Ck = 1.973 Cs = -0.03 Ck = 0.032
Sumber: Hasil perhitungan
3. Uji Kecocokan Sebaran dengan Uji Chi dan Smirnov - Kolmogorov Derajat kepercayaan diambil 0.05, dan Dk= 3 maka diambil f2cr=7.815. Nilai f2 yang didapat adalah 6 atau f2
11
n=18, α=0.05 dkritik = 0.31, dmax
nilai min
nilai max
nilai med
baku mutu kelas II
baku mutu kelas III
baku mutu kelas IV
tidak berbau tidak berasa
tidak berbau tidak berasa
tidak berbau tidak berasa
tidak berbau tidak berasa
tidak berbau tidak berasa
tidak berbau tidak berasa
2
2000
14
1000
1000
2000
4 23.80
400 27
47 25.20
50 deviasi 3
400 deviasi 3
400 deviasi 5
0.08 0.002 1.47 5
1.81 0.06 6.43 7.60
0.40 0.01 3.97 5.90
-0.06 -6 hingga 9
-0.06 -6 hingga 9
-0.06 -5 hingga 9
Sumber: Data primer setelah diolah
Parameter fisika dan kimia dipengaruhi oleh lapisan yang melapisi atap. Air hujan yang dikumpulkan dari atap yang dilapisi oleh tembaga atau baja galvanized yang memiliki konsentrasi tembaga dan zinc yang lebih tinggi dibanding dengan
12
air hujan yang dikumpulkan dari atap yang dilapisi oleh slate atau atap beton. Konsentrasi konduktivitas, turbiditas, dan residu tersuspensi lebih tinggi jika air hujan dikumpulkan dari atap yang atap beton karena kemampuannya dalam menjebak partikel sebagai hasil dari deposisi kering. Sedangkan atap yang terbuat dari aspal (bitumen) pecahan batu atau kerikil dapat menjadi tempat pengendapan polutan (Klein and Bullerman, 1989; Mottier, 1995). Meski kualitas air hujan berbeda-beda di setiap daerah, namun secara umum kualitas air hujan memiliki kualitas yang sangat baik. Akan tetapi tidak demikian halnya jika sudah ditampung dalam bak penampungan. Proses penangkapan air hujan dari atap dapat menyebabkan proses masuknya polutan ke dalam air mulai berlangsung. Atap rumah yang memakai genteng sebagai penutupnya, talang air yang berbahan seng dan bak tampungan yang tidak tidak tertutup memungkinkan masuknya debu-debu atau polutan lain masuk ke dalam air termasuk kotoran burung atau mamalia kecil biasanya mengendap pada permukaan atap. Kotoran mamalia kecil adalah patogen oportunistik yang merupakan hasil dari stagnasi dalam sistem air. Legionella sp. merupakan salah satu organisme patogen yang ada karena mereka cukup tahan terhadap klorinasi konvensional (Kuchta et al. 1993). Suhu pertumbuhan puncak untuk Legionella sp. adalah berkisar 37 C tetapi perkembangbiakkan bakteri akan tetap terjadi dalam rentang 25-45 C (Leggett 2001). Penggunaan air hujan Luas atap yang digunakan berdasarkan luas rumah tipe 37 yaitu 47 m2. Volume air hujan yang dapat dikumpulkan (dipanen) di atap dapat dihitung dengan cara mengalikan luas atap dengan besar curah hujan. Sehingga potensi volume air hujan yang dapat ditampung atap adalah sebesar 3,004 liter setiap hari dan dengan kehilangan air akibar loss factor atap yang dirancang dengan material fiberglass roof sebesar 20% dan limpasan sebesar 20% sehingga jumlah air yang dapat ditampung adalah 1,900 liter/hari. Kualitas air hujan yang termasuk dalam kualitas air IV menjadikan penggunaan air hujan tidak dapat untuk diminum atau pun pembudidayaan kolam ikan. Kebutuhan air yang digunakan didasarkan pada kualitas air hujan dan kegunaan dari air yang akan ditampung. Penampung Air Hujan (PAH) yang dirancang dengan tujuan sebagai penyiraman tanaman (kebun), flushing atau penyiraman water closet (WC) kamar mandi, dan pengenceran air limbah domestik yang dihasilkan oleh aktivitas rumah tangga. Menurut Despins (2012), yang tersaji dalam Tabel 2, penggunaan air untuk penyiraman WC dalam satu hari perorang adalah 6 L/flush dengan penggunaan 5 kali perorang dalam sehari. Sehingga dalam 1 rumah yang terdiri atas 3 orang membutuhkan 90 liter/hari untuk penyiraman WC. Penggunaan air untuk penyiraman tanaman ditentukan pemakaian dengan nilai evapotranspirasi dalam sehari dikalikan luas halaman rumah (liter). Luas halaman diasumsikan adalah 157 m2 sehingga untuk nilai evapotranspirasi didapat dengan persamaan 1. Hasil perhitungan untuk nilai evapotranspirasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Penentuan volume pengenceran ditentukan dengan 25% dari dari jumlah debit air buangan.. Air buangan setiap orang diperkirakan menghasilkan 120 liter/jiwa/hari sehingga
13
volume pengenceran yang ditentukan adalah 30 liter/jiwa/hari. Sehingga dalam 1 rumah yang terdiri atas 3 orang membutuhkan 90 liter/hari untuk pengenceran. Rancangan Penampung Air Hujan (PAH) Ada tiga komponen dalam alat pemanenan hujan dari atap bangunan. Komponen tersebut adalah collector berupa atap bangunan, conveyor sebagai saluran air, dan storage berupa tangki penyimpanan air. Hasil perhitungan volume air yang akan ditampung adalah 2,000 L perhari dengan kapasitas bak penampung 2,000 L atau 2.0 m3. Berdasatkan Tabel 8 maka dibutuhkan 1 buah bak penampung dengan bentuk persegi yang terbuat dari pasang bata dengan panjang 130 cm, lebar 130 cm, tinggi 120 cm, tebal plesteran 2 cm, tebal dinding 2 cm, dan pipa peluap 25 cm. Tabel 8 Ukuran bak PAH dari pasangan bata dam pipa peluap No
Volume (m3)
Panjang (cm)
Lebar Tinggi (cm) (cm)
1 2 3
2 4 6
130 180 210
130 180 210
120 125 140
Tebal Plesteran (cm) 2 2 2.5
Tebal dinding (cm) 14 14 15
Sumber: Permen PU Nomor 01/PRTM/M/2009
Selain dari 3 komponen diatas, PAH memiliki elemen dan pelengkap. elemen dan pelengkap bak PAH disajikan dalam Tabel 9 berdasarkan Modul Penampungan Air Hujan Permen PU Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan Nomor 01/PRTM/M/2009. Tabel 9 Ukuran elemen dan pelengkap bak PAH No 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11
Elemen Lantai kerja Lantai dasar Dinding Penutup Bak penyaring Lubang periksa Media saringan -Pasir -Kerikil Pipa penguras Pipa masukan Pipa keluaran Pipa udara
Tebal (cm) 10 5 14-15 7-10 4 4 30-40 20-35
Sumber: Permen PU Nomor 01/PRTM/M/2009
panjang x lebar (cm)
Diameter (mm)
50 x 50 60 x 60 0.3 - 0.4 10-40 63 100 15-20 25-50
14
Potensi air hujan yang ditampung adalah sebesar 1,900 liter dengan kapasitas bak penampung adalah 2,000 liter. Bak penyimpan air yang dipanen dalam rancangan ini dibuat di bawah tanah, agar menghemat lahan sehingga untuk distribusinya menggunakan pompa. Bahan elemen bak PAH dari pasangan bata disajikan dalam Tabel 10 sedangkan kebutuhan bahan untuk PAH dari pasangan bata dengan volume 2 m3 disajikan pada Lampiran 2. Tabel 10 Bahan elemen bak PAH dari pasangan bata No 1 2 3 4 5 6
Elemen Lantai kerja Lantai dasar Dinding Penutup Bak Saringan Lubang Periksa
Bahan yang digunakan Beton tumbuk 1 pc: 3 ps: 5 krl Mortar 1 pc: 2 ps Plester 1 pc: 2 ps Beton 1 pc: 3 ps Mortar 1 pc: 2 ps Mortar 1 pc: 3 ps
Sumber: Permen PU Nomor 01/PRTM/M/2009
Gambar 5 memperlihatkan skema bak yang digunakan dengan sebuah bak penampung air hujan yang diletakan di dekat tempat pengumpul hujan. Pada Gambar 5 terlihat beberapa bagian dari PAH, yaitu atap sebegai pengumpul, pipa talang sebagai pembawanya, dan bak penampung dengan panjang 130 cm dan lebar 130 cm.
Gambar 4 Skema rancangan bak penampung
15
Penentuan Kapasitas Bak Penampung Air Hujan
0
2000
1000 2000
1500
3000 1000
4000
500
5000
0
6000 Hari ke simpanan
volume hujan
total pemakaian
Gambar 5 Grafik hasil perhitungan neraca air Ketersediaan air diperoleh dari Persamaan 2 selama satu tahun atau 365 hari. Volume hujan yang ditunjukkan dengan grafik berwarna biru merupakan nilai air yang tersedia adalah banyaknya air hujan yang dapat dipanen (liter) didapatkan dengan menggunakan Persamaan 2. Data curah hujan yang digunakan dalam neraca air tersebut adalah data curah hujan pada tahun 2010 yang dapat dipanen dari atap bangunan dengan luas atap adalah 47 m2. Gambar 5 menunjukkan grafik dengan sumbu y adalah volume air (dalam liter) dan sumbu y adalah waktu (hari). Pada grafik terlihat total pemakaian yang ditunjukkan dengan grafik berwarna merah yang merupakan hasil dari penjumlahan volume penyiraman kamar mandi dengan 90 liter, pengenceran sebesar 90 liter, dan juga penyiraman tanaman berdasarkan hari hujan dan nilai evapotranspirasi setiap harinya. Ketersediaan air harian yang ditunjukkan dengan grafik berwarna hijau yang benilai positif yang berarti mencukupi sepanjang tahun. Selain penggunaan air sebagai penyiraman kamar mandi, pengenceran limbah domestik, dan juga penyiraman tanaman, jika sebelum air masuk ke dalam bak penampung terdapat suatu perlakuan yang dapat berupa filter sehingga dapat menaikkan mutu kualitas air dan dapat dimanfaatkan sebagai air domestik dengan penggunaan 150 liter/orang/hari sehingga untuk 1 rumah yang terdiri atas 3 orang maka 450 liter/hari. Saat simpanan penuh, kelebihan air akan melimpas semua
volume (liter)
2500
1 15 29 43 57 71 85 99 113 127 141 155 169 183 197 211 225 239 253 267 281 295 309 323 337 351 365
volume (liter)
Penentuan volume bak Penampung Air Hujan (PAH) dilakukan dengan cara simulasi menggunakan perhitungan neraca air. Jika jumlah sisa air bernilai negatif maka terjadi kekurangan air dan perkiraan volume bak PAH harus diperbesar. Asumsi awal volume bak PAH terisi dengan 2,000 liter/hari. Kapasitas bak optimum didapatkan dengan menggunakan perhitungan neraca air dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 5 menunjukkan grafik neraca air.
16
sehingga sisa di bak penampung maksimal 2,000 liter seperti yang dirancang. Limpasan tersebut akan diresapkan dan dibuang melalui sistem pembuangan yang berfilter bersama air buangan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan kualitas air hujan di Darmaga yang termasuk dalam kualitas kelas IV, maka penggunaannya meliputi pengenceran air limbah domestik, penyiraman tanaman, dan penyiraman kamar mandi 2. Dengan luas atap bangunan 47 m2 dan penggunaan air dari penampung sebesar 1,900 liter, maka kapasitas bak penampung yang dirancang adalah sebesar 2,000 liter. 3. Bak penampung yang dirancang berjumlah 1 buah terbuat dari pasang bata dengan panjang 130 cm, lebar 130 cm, tinggi 120 cm, tebal plesteran 2 cm, tebal dinding 2 cm, dan pipa peluap 25 cm. 4. Simulasi dengan neraca air menggunakan curah hujan harian tahun 2010 menunjukkan rata-rata air dalam sehari yang dapat digunakan sebesar 1,955 liter dalam bak penampung dan 21,005 liter yang masih melimpas.
Saran 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbaikan kualitas air hujan yang ditampung dalam PAH. 2. Pengimplementasian limpasan akan akan mengurangi run off sebelum pada akhirnya dapat dialirkan ke dalam danau buatan yang menjadi tempat penampungan akhir dan penampungan komunal untuk digunakan dalam berbagai aktifitas yang membutuhkan air. 3. Perlu ada sistem perlakuan terhadap air hujan sebelum masuk bak penampung sehingga dapat mengurangi kandungan polutan yang terdapat pada air hujan dapat juga berupa pemeliharaan yang baik yang menyangkut kebersihan, perlindungan terhadap kontaminan dari luar dan pada proses penangkapan air hujan termasuk peralatan pelengkap seperti talang, pipa peluap, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA Dinas Pekerjaan Umum. 2009. Modul Penampung Air Hujan. Jakarta Despins , Christopher, M.Sc., P. Eng. First Edition, September 2012. Guidelines for Residential Rainwater Harvesting Systems. University of Guelph: Canada Fewkes, A. 2012. A Review of Rainwater Harvesting In the UK, Structural Survey, Vol. 30 No. 2, 2012, pp. 174-194
17
Gould, J. 1999. Is Rainwater Safe To Drink? A Review Of Recent Findings. Proceedings of the Ninth International Conference on Rainwater Cistern Systems, Petrolina, 20-22 July. Kuchta, J.M., Navratil, J.S., Shepherd, M.E.,Wadowsky, R.M., Dowling, J.N. and States, S.J. 1993. Impact of chlorine and heat on the survival of Hartmannella vermiformis and subsequent growth of Legionella pneumophila. Applied Environmental Microbiology, Vol. 59 No. 12, pp. 4096-100. Leggett, D.J., Brown, R., Brewer, D., Stanfield, G. and Holliday, E. 2001. Rainwater and Greywater Use in Buildings: Best Practice Guidance. CIRIA, London. Sari, Puripuspitasari R. 2007. Hujan Asam pada Beberapa Penggunaan Lahan di Kabupaten dan Kota Bogor. Media Konservasi, Vo. 9 No.2 Agsutus 2007: 77-79 Setiawan, Danang P. 2008. Studi Kualitas Dan Pengolahan Air Pada Penampungan Air Hujan (PAH) Di Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul menggunakan Filter Karbon Aktif dan UV. Jogjakarta Sulaeman, Asep. 2005. Penerapan Low Impact Development dalam Pembenahan Lingkungan Kantor Balai Sungai. Jakarta Triatmojo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. UGM: Yogyakarta Wilson, E.M.1993. Hidrologi Teknik. MM Purbohadiwidjoyo, Penerjemah Bandung: Penerbit ITB
18
LAMPIRAN
19
Lampiran 1 Perhitungan evapotranspirasi ETp (Penman, Persamaan 1) tanggal
E evaporasi1) (mm) 3.10 4.50 3.90 3.20 3.50 4.10 3.20 3.90 3.20 5.00 2.30 4.20 1.90 2.00 3.80 2.10 0.90 1.60 4.20 2.30 3.30 2.10 2.10 3.00
1-Jan-10 2-Jan-10 3-Jan-10 4-Jan-10 5-Jan-10 6-Jan-10 7-Jan-10 8-Jan-10 9-Jan-10 10-Jan-10 11-Jan-10 12-Jan-10 13-Jan-10 14-Jan-10 15-Jan-10 16-Jan-10 17-Jan-10 18-Jan-10 19-Jan-10 20-Jan-10 21-Jan-10 22-Jan-10 23-Jan-10 24-Jan-10 … 21-Des-10 2.80 22-Des-10 2.81 23-Des-10 2.56 24-Des-10 2.46 25-Des-10 3.38 26-Des-10 3.01 27-Des-10 3.90 28-Des-10 2.97 29-Des-10 3.13 30-Des-10 2.99 31-Des-10 3.04 1) Evaporasi 2) Fungsi temperatur 3) Kedalaman penguapan 4) Evapotranspirasi
3.25 3.27 3.32 3.28 3.21 3.20 3.15 3.07 3.09 3.11 3.21 3.12 3.03 2.88 2.99 3.02 3.00 3.22 3.13 2.97 3.15 2.95 3.11 3.15
En3) (cm/hari) 0.26 0.26 0.26 0.26 0.26 0.26 0.25 0.25 0.25 0.25 0.26 0.25 0.24 0.23 0.24 0.24 0.24 0.26 0.25 0.24 0.25 0.24 0.25 0.25
Etp4) (mm) 2.71 3.05 2.93 2.75 2.79 2.92 2.69 2.82 2.66 3.10 2.50 2.92 2.31 2.25 2.76 2.35 2.04 2.34 2.92 2.38 2.71 2.32 2.40 2.64
3.90 4.00 3.10 2.30 6.20 4.80 3.19 4.40 5.10 4.40 4.70
3.11 3.07 3.01 3.21 3.20 3.10 2.83 3.23 3.23 3.28 3.22
0.24 0.24 0.24 0.25 0.25 0.24 0.25 0.25 0.25 0.26 0.25
β
2)
20
Lampiran 2 Kebutuhan bahan untuk PAH dari pasangan bata
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis bahan Pasir Semen Kerikil Bata merah atau Batako Baja tulangan Kawat beton Pipa masukan Pipa keluaran Pipa peluap Pipa penguras
satuan m3 zak m3 bh batang kg m m m m m
Sumber: Permen PU Nomor 01/PRTM/M/2009
Kebutuhan bahan untuk volume bak (m3) 2 4 6 8 10 3 3.8 4.5 6 2.5 15 19 23 25 12 0.8 1 1.4 1.8 0.6 650 950 1050 1150 500 280 410 450 500 215 15 18 21 25 8 2 2 2 2 2 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
21
Lampiran 3 Perhitungan dengan simulasi neraca air t 1
CH
P
O1 4
O
O
2
3
Wu
V
A
S
Dom estik
Melim pas
5
6
7
8
9
10
11
12
2
3
1-Jan-10
0.5
18.8
0
90
90
180
1820
1839
1389
450
0
2-Jan-10
0.0
0
478
90
90
658
1181
1181
731
450
0
3-Jan-10
2.8
105.2
0
90
90
180
1001
1106
656
450
0
4-Jan-10
0.0
0
431
90
90
611
495
495
45
450
0
5-Jan-10
0.2
7.52
0
90
90
180
315
322
0
322
0
6-Jan-10
3.8
142.8
0
90
90
180
142
285
0
285
0
7-Jan-10
3.0
112.8
0
90
90
180
105
218
0
218
0
8-Jan-10
10.2
383.5
0
90
90
180
38
421
0
421
0
9-Jan-10
0.7
26.32
0
90
90
180
241
268
0
268
0
10-Jan-10
48.6
1827.3
0
90
90
180
88
1915
1465
450
0
11-Jan-10
7.2
270.7
0
90
90
180
1735
2006
1556
450
0
12-Jan-10
13.3
500.1
0
90
90
180
1826
2326
1876
450
0
13-Jan-10
7.0
263.2
0
90
90
180
2146
2409
1959
450
0
14-Jan-10
13.4
503.8
0
90
90
180
2229
2733
2000
450
283
15-Jan-10
48.0
1804.8
0
90
90
180
2553
4358
2000
450
1908
16-Jan-10
3.0
112.8
0
90
90
180
4178
4290
2000
450
1840
17-Jan-10
2.6
97.7
0
90
90
180
4110
4208
2000
450
1758
18-Jan-10
21.6
812.1
0
90
90
180
4028
4840
2000
450
2390
19-Jan-10
2.5
94
0
90
90
180
4660
4754
2000
450
2304
20-Jan-10
2.9
109.04
0
90
90
180
4574
4683
2000
450
2233
21-Jan-10
3.8
142.8
0
90
90
180
4503
4646
2000
450
2196
22-Jan-10
1.2
45.1
0
90
90
180
4466
4511
2000
450
2061
23-Jan-10
4.6
172.9
0
90
90
180
4331
4504
2000
450
2054
24-Jan-10
11.0
413.6
0
90
90
180
4324
4738
2000
450
2288
25-Jan-10
13.5
507.6
0
90
90
180
4558
5065
2000
450
2615
26-Jan-10
1.1
41.3
0
90
90
180
4885
4927
2000
450
2477
27-Jan-10
0.0
0
392
90
90
572
4355
4355
2000
450
1905
… 23-Dec-10
1.9
71.4
0
90
90
180
49218
49289
2000
450
46839
24-Dec-10
12.0
451.2
0
90
90
180
49109
49560
2000
450
47110
25-Dec-10
5.3
199.2
0
90
90
180
49380
49579
2000
450
47129
26-Dec-10
0.0
0
473
90
90
653
48926
48926
2000
450
46476
27-Dec-10
3.5
131.6
0
90
90
180
48746
48878
2000
450
46428
28-Dec-10
13.4
503.8
0
90
90
180
48698
49202
2000
450
46752
29-Dec-10
2.5
94
0
90
90
180
49022
49116
2000
450
46666
30-Dec-10
1.3
48.8
0
90
90
180
48936
48985
2000
450
46535
31-Dec-10
2.8
105.3
0
90
90
180
48805
48910
2000
450
46460
22
Lampiran 4 Gambar denah rumah dan letak PAH
23
Lampiran 5 Gambar melintang bak penampung
24
Lampiran 6 Gambar denah bak penampung
25
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pandeglang, Banten pada tanggal 24 Juni 1992 merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Moch Nyata dan Ibu Elis Asiyah Sumyanah. Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan formal pada tahun 1997 hingga tahun 2007 di TK Islam Terpadu Raudhatul Jannah, SD Islam Terpadu Raudhatul Jannah, dan SMP Islam Terpadu Raudhatul Jannah. Tahun 2007 melanjutkan ke SMA Negeri 2 Kota Serang. Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) di program studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama melaksanakan studi di IPB, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Polusi Tanah dan Air Tanah pada tahun 2014. Selain itu penulis juga aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan, diantaranya Staf Komisi 2 DPM Fateta 2011/2012 dan Sekretaris DPM Fateta 2012/2013. Tahun 2010-2014 penulis terpilih sebagai penerima Beasiswa Karya Salemba Empat. Pada bulan Juni hingga Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan (PL) di Krakatau Tirta Industri Cilegon, Banten. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Perancangan Teknologi Penampung Air Hujan (PAH) Skala Unit Rumah di Kawasan Lingkar Kampus IPB, Darmaga” di bawah bimbingan Dr. Satyanto K. Saptomo, STP, MSi.