PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA HEWAN TERNAK SAPI BERBASIS WEB Relita Buaton,Nurhayati, Agus Ardiansyah Prodi Teknik Informatika, STMIK KAPUTAMA, Jl. Veteran No. 4A-9A, Binjai, Sumatera Utara, 20714,Indonesia Email:
[email protected]
ABSTRAK Sapi adalah salah satu hewan ternak yang memiliki kontribusi cukup besar bagi Indonesia. Permintaan akan susu dan daging yang dihasilkan dari peternakan sapi perah dan sapi potong meningkat setiap tahunnya. Namun peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan kemampuan para peternak sapi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging. Pada saat ini kebutuhan susu dan kebutuhan daging nasional harus diimpor. Dikarenakan rendahnya kemampuan peternakan dalam negri untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging yang bisa diakibatkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah penyakit yang menjangkit sapi. Para peternak sapi memiliki pengetahuan yang rendah mengenai berbagai macam penyakit sapi beserta gejala-gejalanya.Hal ini menyebabkan mereka bergantung pada pakar ternak sapi atau dokter hewan. Namun, pakar ternak sapi atau dokter hewan terbatas jumlahnya terutama didaerah pedesaan. Ada dua cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data sesuai dengan kebutuhan system yakni penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Dalam penelitian lapangan ini pengumpulan data dengan wawancara dan mengamati bagaimana cara dokter hewan melakukan pengobatan terhadap hewan ternak sapi yang terjangkit penyakit. Dengan mengalisa pokok-pokok bahasan tersebut dan hasilnya ditujukan untuk memberikan saran dan pengetahuan tentang gejala dan penyakit hewan ternak sapi bagi para peternak sapi dalam meningkatkan hasil produktifitas daging dan susu yang bersumber dari sapi, guna mencukupi kebutuhan dagin dan susu sapi di Indonesia. Dan meminimalisir biaya yang dikeluarkan peternak sapi untuk mengobati hewan ternaknya yang terjangkit penyakit Kata Kunci : Sistem Pakar, Diagnosa Penyakit Sapi, Penyakit Sapi Ngorok ABSTRACT Cow is one animal that has a considerable contribution to Indonesia. The demand for milk and meat produced from dairy and beef cattle is increasing every year. But the increase is not offset by the ability of cattle farmers in the country to meet the needs of dairy and meat. At this time the need for a national dairy and meat needs to be imported. Due to the low capacity of the farm in the country to meet the needs of dairy and meat that can be caused by many things. One of them is a contagious disease of cattle. The breeder cattle had low knowledge about various diseases and their symptoms cow-gejalanya. This causes them to rely on expert cattle or veterinarian. However, experts cattle or veterinarian limited in number, especially in rural areas. There are two ways in which to collect data according to the needs of the system library research and field research. In this field study data collection by interviewing and observing how veterinarians perform treatment of animals infected cattle. By analyzing the main points of the discussion and the results are intended to provide advice and knowledge of the symptoms and diseases of farm animals cow to cow farmers in improving productivity outcomes of meat and milk derived from cows, in order to meet the needs dagin and cow milk in Indonesia. And minimize the costs for cattle ranchers treat diseased livestock. Keywordi : Expert System, Cow Disease Diagnosis, Snoring Cow Disease
1.1. Pendahuluan Indonesia adalah negara yang agraris dengan jumlah penduduk yang besar. Sektor pertanian memiliki peranan penting sebagai penghasil bahan makanan, penghasil devisa, memberikan kesempatan kerja, dan juga sebagai pasar bagi produk-produk industri. Usaha peternakan merupakan sub sektor penting dari sektor pertanian. Hal ini penting karena selain berkontribusi terhadap tekanan ekonomi, sektor ini juga untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
ekonomi yang cukup besar bagi peternak khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Salah satu bagian yang paling penting dalam penanganan kesehatan ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang sakit melalui pemeriksaan ternak yang diduga sakit. Namun sayangnya, para peternak sapi memiliki pengetahuan yang rendah mengenai teknis pemeliharaan sapi seperti mutu pakan, perkandangan, dan kesehatan atau penyakit sapi. Keadaan tersebut mengakibatkan para peternak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pakar ternak sapi atau dokter hewan yang ahli dalam menangani penyakit sapi. Akan tetapi, jumlah pakar ternak sapi atau dokter hewan saat ini jumlahnya terbatas, terutama di pedesaan. Biaya yang harus dikeluarkan juga tidak sedikit jumlahnya karena Pakar ternak sapi atau dokter hewan harus bekerja secara on call.
Rendahnya kemampuan peternakan dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan akan daging dan susu sapi disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah penyakit. Seperti penyakit Antraks, penyakit sapi ngorok, penyakit Brucellosis dan penyakit yang disebabkan oleh cacing parasit saluran pencernaan yang merupakan penyebab salah satu turunnya tingkat produksi daging dan susu sapi oleh peternak. Oleh sebab itu diperlukan sebuah sistem pakar yang dapat mendiagnosa penyakit pada hewan ternak sapi yang mudah dimengerti dan dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat lewat internet. Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah: 1. 1
Bagaimana Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit pada Hewan ternak Sapi dapat dilakukan
dengan Berbasis Web untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan ternak yang terjangkit penyakit? 2. Bagaimana merancang Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Hewan Ternak Sapi Berbasis Web dapat menentukan jenis penyakit dengan melihat gejala-gejalanya? 3. Bagaimana merancang Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Hewan Ternak Sapi Berbasis Web dengan menggunakan metode forward chaining? Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk mempermudah user/pembaca memahami dan mengetahui jenis penyakit yang diderita hewan ternak dan bagaimana cara mengobatinya. 2. Untuk mendapatkan analisa jenis penyakit yang lebih mendekati dengan penyakit yang diderita hewan ternak. 2.1. Penelitian Terdahulu Erwin Nofyan dan kawan-kawan (Edisi khusus juni 2010) dalam jurnalnya yang berjudul “Identitas Jenis Telur Cacing Penyakit Usus pada Ternak Sapi(BOS sp) dan Kerbau (Bubalus sp) Di rumah Potong Hewan Palembang” Berdasarkan survei dibeberapa pasar di Indonesia menunjukan bahwa 90% hewan ternak sapi mengidap penyakit cacing yaitu cacing hati (Fasciola hepatica), cacing gelang (Neoascaris vitulorum), dan cacing lambung (Haemonchus contortus) yang penyebab terjadinya cacingan pada hewan ternak sapi antara lain dikarenakan mengkonsumsi rerumputan hijau yang masih berembun dan tercemar vektor pembawa cacing. 2.2. Artificial Intelligence (AI) Artificial Intelligence (AI), merupakan kecerdasan buatan dari sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia. Menurut Sri Hartati (2008, hal. 1), menyatakan bahwa “Artificial Intelligence (AI) merupakan kecerdasan buatan yang salah satunya adalah bidang ilmu komputer yang mendayagunakan komputer sehingga dapat berprilakuan cerdas seperti manusia”. Aktifitas yang ditirukan seperti penalaran, pengilihatan, pembelajaran, pemecahan masalah, pemahaman bahasa alami, dan sebagainya. Susuai dengan defenisi tersebut adapun bidang yang terdapat dalam Artificial Intelligence (AI) adalah sebagai berikut: 1. Robotika (Robotics) 2. Penglihatan Komputer (Computer Vision) 3. Pengelolahan Bahasa (Natural Language Processing) 4. Pengenalan Pola (Pattern Recognittion) 5. Sistem Saraf Buatan (Artificial Neural System) 6. Pengenalan Suara (Speech Recognition) 7. Sistem Pakar (Expert System) 2.3 Pengertian Sistem Pakar
Menurut Muhammad Arhami[12], menyatakan bahwa “Sistem Pakar merupakan sistem komputer yang menyamai (emulates) kemampuan pengambilan keputusan dari seorang pakar dan merupakan salah satu cabang dari AI yang khusus untuk penyelesaian masalah tingkat manusia yang pakar”. 2.3.1 Struktur Sistem Pakar Sistem pakar disusun dalam dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan pengembangan sistem pakar digunakan untuk memasukkan pengetahuan pakar kedalam lingkungan sistem pakar, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna yang bukan pakar guna memperoleh pengetahuan pakar.
Gambar 1. Struktur Sistem Pakar Secara umum struktur sebuah sistem pakar terdiri atas 3 komponen utama, yaitu: knowledge base, working memory, dan inferenceengine. 3.1. Metodologi Penelitian Ada dua cara dalam mengumpulkan data sesuai dengan kebutuhan system yang akan dibangun yaitu : 1. Penelitian kepustakaan ( library reserch ) adalah suatu proses penelitian yang penulis lakukan dengan mempelajari berbagai bentuk bahan-bahan tesrtulis baik berupa bentuk buku-buku, artikel-artikel, dan karya-karya ilmiah lainya. Data-data yang diperoleh adalah data yang bersifat teoritis. 2. Penelitian lapangan ( field reserch ) adalah suatu proses penelitian yang dilakukan langsung terhadap objek studi itu sendiri yang menjadi pokok permasalahan. Dalam penelitaian lapangan ini penulis melakukan pengumpulan data melalui: a. Wawancara ( interview ) Yaitu melakukan tanya jawab dengan dokter hewan untuk memperoleh keterangan tentang penyakit hewan ternak sapi dan bagaimana cara penanggulangan dengan melihat gejala-gejala yang terjadi pada hewan yang terjangkit penyakit. b. Melihat dan mengamati bagaimana cara dokter hewan melakukan pengobatan terhadap hewan ternak sapi yang terjangkit penyakit.
Sistem Pakar adalah sebuah program komputer yang mencoba meniru atau mensimulasikan pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) dari seorang pakar pada area tertentu. Selanjutnya sistem ini akan mencoba memecahkan suatu permasalahan sesuai dengan kepakarannya. 2
a. Melalui minuman yang tercemar. b. Kontak langsung melalui konjuctiva. c. Melalui pemerah air susu Gejala : a. Keguguran setelah 5bulan muda terulang lagi dimas berikutnya. b. Keluarnya plasenta tertunda. c. Terjadi radang uterus. d. Mengalami radang kemaluan. Pengobatan : a. Streptomycine + 10-20 mg/kg B.B.I.M b. Chlor tetracyclin Pencegahan : a. Menjaga kebersihan kandang b. Vaksinasi c. Menghilangkan sumber penyakit. 4. Para Turberculosis – Jhone’s Disease Penyebab : Bakteri Mycobakterium Paratuberculosis. Penyebaran : Melalui makanan dan minuman yang tercemar dari kotoran hewan yang terjangkit penyakit. Gejala : a. Kurus. b. Terjadi oedima didaerah bawah rahang . c. Mencret tidak berbau Pengobatan : Streptomycine + 50 mg/kg B.B.I.M tiap hari. Pencegahan : Sangat sulit karena masa inkubasi sangat panjang dan tanda – tanda tidak jelas maka harus menyingkirkan hewan yang sakit. 5. T.B.C (Tuber Culosis) Penyebab : Bakteri myco Bacterium sp. Penyebaran : a. Melalui udara yang disebabkan oleh hewan yang terjangkit penyakit. b. Melalui makanan dan minuman yang tercemar cairan dari hidung hewan yang terjangkit penyakit. c. Melalui susu dari hewan yang terjangkit penyakit. d. Melalui sment dari sperma dan alat-alat persusunan yang tercemar. Gejala : a. Hewan ternak lesu. b. Nafsu makan turun. c. Tanpak kurus. d. Batuk sifatnya kronis. e. Dari hidung keluar cairan. f. Bernapas susah. g. Kelenjar air susu dan ambing membengkak. Pengobatan : Streptomycine + 10-20 mg/kg B.B.I.M diberikan dalam waktu yang lama Pencegahan : a.Menjaga kebersihan kandang dan hewan yang sehat. b.Vaksinasi c.Memisahkan hewan yang terjangkit penyakit dengan hewan yang sehat. 6. Botulismus
3.2 Analisis Sistem Prinsif kerja pada sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada hewan ternak sapi adalah sebagai berikut : 1. Membuat basis pengetahuan yang mampu menanpung data gejala-gejala penyebab penyakit pada hewan ternak sapi. 2. Membangun basis pengetahuan untuk menganalisa suatu masalah tertentu yang selanjutnya akan mencari jenis penyakit apa yang diderita oleh hewan ternak sapi dan bagaimana cara penanggulangannya. 3. Merancang antarmuka pemakai yang dapat menjangkau semua kebutuhan user tanpa mempersulit atau membingungkan user dalam penggunaan sistem. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi gejala-gejala dan jenis penyakit ternak sapi adalah dari buku dan pakar. Berikut ini adalah nama-nama jenis penyakit, gejala-gejala, penyebab, penyebaran, pencegahan, dan solusinya. 1. Septichaemia Epizooticae (Penyakit Ngorok) Penyebab : Bakteri Pasteurella multocsida Penyebaran : a. Melalui makanan yang terkena ingus atau air liur dari hewan yang terjangkit penyakit. b. Melalui minuman yang tercemar. c. Kontak langsung dengan hewan yang sakit. Gejala : a. Hewan demam (+40-410C). b. Nafsu makan turun. c. Pernapasan cepat. d. Pernapasan lambat. e. Hidung mengeluarkan cairan. f. Hewan ngorok. Pengobatan : a. Streptomycine + 10-20 mg/kg B.B.I.M b. Tetracycline + 4 mg/kg B.B.I.M c. Chloram phenicol + 4 mg/kg B.B.I.M d. Serum anti. Pencegahan : Dengan vaksinasi S.E 2. Antraks Penyebab : Bakteri Bacillus Antrxis Penyebaran : a. Melalui makanan dan minuman yang tercemar. b. Melalui pernapasan. c. Melalui kulit. d. Melalui penyebaran yang dibawa oleh lalat. Gejala : a. Demam tremor (kejang-kejang). b. Nafsu makan turun. c. Denyut jantung tidak stabil d. Pernapasan cepat. e. Setelah mati telinga, hidung, mulut, dubur, dan kemaluan mengeluarkan darah Pengobatan : a. Streptomycine + 8-10 gr tiap 2 hari b. Anti Antrax serum 100-250 ml/hari Pencegahan : a. Menjaga kebersihan kandang b. Menjauhkan ternak yang sakit dengan hewan ternak yang sehat 3. Brucellosis Penyebab : Bakteri Brucella sp. Penyebaran : 3
Penyebab : Bakteri Clostridium Botulinum. Penyebaran : Melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh tanah yang infected. Gejala : a. Kesullitan makan dan menelan . b. Kelemahan palyse. Pengobatan : a. Stimulasia b. Purgativa c. Beri Liver B Pencegahan : Pemberian makanan yang baik. 7. Mastitis ( Radang kelenjar air susu pada hewan yang sedang menyusui) Penyebab : Bakteri Streptococcus, Aureus, Escherichia Coli, Kleb Siella sp, Coryne bakterium sp, Mycobacterium sp. Penyebaran : Melalui pekerjaan kebersihan alat-alat persusunan. Gejala : a.Radang pada kelenjar air susu b.Pembebesaran tidak normal dari kelenjar air susu. c.Kelenjar air susu merah dan bila diraba terasa panas dan hewan merasa kesakitan. d.Bila diperah air susu kadang encer dan bercampur nanah. Pengobatan : a.Akhiri masa laktasi sapi b.Dengan anti biotik brood Spectrum. c.Chloram phenicol + 4 mg/kg B.B.I.M d.Penicillin. e.Streptomycine + 5-8 mg/kg B.B.I.M. Pencegahan : a.Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan. b.Kebersihan pekerja. 8. Tetanus Penyebab : Bakteri Clostridium Diloni. Penyebaran : a.Melalui luka yang tercemar oleh faeses. b.Melalui bekas luka jahitan operasi. Gejala : a.Kakunya pergerakan kelopak mata, b.Kakunya peergerakan telinga. c.Kakunya pergerakan tulang punggung. d.Kakunya pergerakan kaki depan dan kaki belakang. e.Lalu mati. Pengobatan : a.Dengan Pinicilin yang disuntikan di sekitar luka. b.Serta Intra Muscular c.Tetanus anti toxin dengan dosis 0.8 – 1 ml/kg berat badan setiap suntikan. Pencegahan : a.Penyuntikan toxoid agar dapat memberikan kekebalan 10-14 hari kemudian diinjeksi lagi. b.Setelah 1 tahun diInjeksi kembali untuk memberikan kekebalan yang abadi. c.Menjaga kebersihan kandang d.Mensteril alat-alat oprasi. 9. Eryspelas Penyebab : Bakteri Erysipwlothrix sp. Penyebaran :
a.Melalui makanan dan minuman yang tercemar. b.Melalui selaput lendir c.Melalui luka pada kulit. Gejala : a.Demam b.Nafsu makan menurun. c.Hewan tampak lemah. d.Dalam waktu singkat hewan akan mati. e.Mencret bercampur darah. Pengobatan : a.Dengan Pinicilin yang disuntikan di sekitar luka. b.Serta Intra Muscular c.Tetanus anti toxin dengan dosis 0.8 – 1 ml/kg berat badan setiap suntikan. Pencegahan : a.Penggunaan disenfektan pada kandang dan tanah. b.Hewan yang mati harus dibakar dan dikububur 10. Leptospirosis Penyebab : Bakteri Lepstospira sp. Penyebaran : a.Melalui air kencing hewan yang terjangkit penyakit. b.Melalui selaput lendir hidung, mata, mulut. c.Melalui kulit yang luka. d.Melalui air yang tercemar. Gejala : a.Nafsu makan turun. b.Demam. c.Air kencing berwarna merah. d.Keguguran pada hewan yang bunting 3 minggu. e.Pada ginjal tanpak belang. Pengobatan : Dengan menggunakan Tetra Cyline dan Streptomycin dengan dosis 15-25 mg/kg tiap hari selama 3 hari berturut-turut. Pencegahan : a. Kebersihan kandang yang harus dijaga. b. Kandang harus kering dan bersih dari hewan yang terjangkit penyakit. 11. listeriosis Penyebab : Bakteri Listeria Monocytogenus. Penyebaran : a.Sampai saat ini belum jelas penyebarannya dapat melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kotoran kandang dari hewan yang terjangkit penyakit. b.Penyakit ini dapat menyebar dan menular ke manusia. Gejala : a. Demam tremor (kejang-kejang). b. Hewan sempoyongan. c. Demam yang disertai gemetar. Pengobatan : a. Dengan Preparat Sulva. b. Dan disertai pemberian anti bodi. Pencegahan : Menjaga kebersihan kandang dan keadaan lingkungan. 12. Rabies Penyebab : virus rabies. Penyebaran : 4
a.Melalui luka yang teersentuh oleh hewan yang terjangkit penyakit. b.Melalui gigitan hewan yang terjangkit penyakit. Gejala : a. Hewan menjadi ganas dan Nafsu makan berkurang. b. Suka menggigit dan meronta jika diikat. c. Suka bersembunyi di tempat gelap. d. Makan yang bukan makanannya dan takut air. Pengobatan : Tidak ada obatnya, hewan yang terjangkit penyakit akan mati dalam waktu beberapa hari. Pencegahan : Dengan vaksinasi rabies secara teratur dan berkesinambungan. 13. Penyakit Mulut dan Kuku Penyebab: Virus yang hidup dalam daging dan susum tulang belakang yang bisa bertahan lama. Penyebaran : a. Kontak langsung antara hewan yang sakit dengan yang sehat. b. Lewat makanan dan air minum yang tercemar. c. Lewat air ludah dan kencing d. Lewat pembawa penyakit (carrier) Gejala : a. Terdapat selaput lendir di dalam mulut. b. Bibir dan gusi tampak merah, kesring dan panas. c. Dari mulut keluar ludah yang panjang seperti benang. d. Hewan demam ( + 40-410C). e. Badan lesu. f. Nafsu makan kurang. g. Bagian pergelangan kaki deket kuku bengkak. Pengobatan : a. Dengan injeksi antibiotik atau Sulva. b. Dengan piciline powder. c. Dan ditambah Vittamin A agar menguatkan jaringan. Pencegahan : a. Menjaga kebersihan kandang dan kebersihan semua peralatan kerja. b. Hindarkan tamu keluar masuk kedalam kandang. c. Pisahkan hewan yang sehat dengan yang terjangkit penyakit. d. Jika dipotong harus diawasi dengan ketat. 3.3. Pembentukan Aturan (Rule) Aturan dibuat berdasarkan diagram pohon keputusan yang telah dibuat sebelumnya. Berikut adalah keterangan dari pohon keputusan : Tabel 1. Pembentukan Rule Jenis Penyakit P1 Septichaemia Epizooticae (Penyakit Ngorok)
P2 Antraks
P3 Brucellosi s
P4 Para Turberculosis – Jhone’s Disease P5 T.B.C(Tub er Culosis)
P6 Botulismu s P7 Mastitis
P8 Tetanus
P9 Eryspelas
P10
Keterangan 1 : Hewan demam (+40- 410C). 3 : Nafsu makan turun. 4 : Pernapasan cepat. 5 : Hidung mengeluarkan cairan. 6 : Hewan ngorok.
P11 Listeriosis
P12 Rabies 5
9 : Demam tremor (kejang-kejang). 2 : Denyut jantung tidak stabil 3 : Nafsu makan turun. 4 : Pernapasan cepat. 11 : Keluar darah dari seluruh tubuh setelah mati 12 : Keguguran setelah 5bulan. 13 : Keluarnya plasenta tertunda. 14 : Terjadi radang uterus. 15 : Mengalami radang kemaluan. 16 : Kurus 17 : Mencret tidak berbau
18 : Hewan ternak lesu. 3 : Nafsu makan turun. 6 : Tanpak kurus. 19 : Batuk sifatnya kronis. 5 : Dari hidung keluar cairan. 20 : Bernapas susah. 21 : Kelenjar air susu dan ambing membengkak. 22 : Kesullitan makan dan menelan . 23 : Kelemahan palyse. 24 : Radang pada kelenjar air susu 25 : kelenjar air susu tidak normal 26 : Kelenjar air susu merah 27 : Kelenjar air susu terasa panas 28 : Kelenjar air susu sakit bila disentuh. 29 : Air susu encer dan bercampur nanah. 34 : Kakunya pergerakan kelopak mata, 35 : Kakunya pergerakan telinga. 36 : Kakunya pergerakan tulang punggung. 37 : Kakunya pergerakan kaki depan 38 : Kakunya pergerakan kaki belakang 40 : Mati perlahan. 8 : Demam 3 : Nafsu makan menurun. 18 : Hewan tampak lemah. 7 : Mati tiba-tiba. 39 : Mencret bercampur darah. 3 : Nafsu makan turun. 8 : Demam. 30 : Air kencing berwarna merah. 31 : Keguguran pada kehamilan 3 minggu. 32 : Pada ginjal tanpak belang. 9 : Demam tremor (kejang-kejang). 47 : Hewan sempoyongan. 46 : Demam yang disertai gemetar. 48 : Hewan menjadi ganas . 03 : Nafsu makan berkurang.
4.1 Implementasi Sebelum sistem ini dijalankan pada server internet, maka harus mengaktifkan IIS 7 atau IIS Express. Untuk IIS , harus memiliki fitur Windows Authentication. Untuk menginstal IIS dan mengkonfigurasi otentikasi Windows untuk IIS 7, lihat IIS 7 dengan Windows Authentication. Untuk menginstal IIS Express, dapat menggunakan Web Platform Installer. 1. Pengujian White Box Pengujian white box merupakan metode untuk perancangan text case yang menggunakan struktur kontrol dari perancangan prosedural untuk mendapatkan text case. Tes ini dimaksudkan untuk meramalkan cara kerja perangkat lunak secara rinci. Karenanya logical path (jalur logika) perangkat lunak akan dites dengan menyediakan tes case yang akan mengerjakan kumpulan kondisi dan atau pengulangan secara spesifik. Contoh bentuk uji coba white box adalah testing konversi. Ujicoba ini dinyatakan berhasil apabila fungsi pada perangkat lunak sesuai yang diharapkan pemakai. Contoh Analisa Penyakit Ternak :
49 : Suka menggigit dan meronta jika diikat. 50 : Suka bersembunyi di tempat gelap. 51 : Makan yang bukan makanannya. 52 Takut air. 3.4. Flowchart Proses Inferensi Penalaran Maju Aliran proses dengan menggunakan metode forward chaining untuk mendiagnosa penyakit hewan ternak yang dapat dilihat pada flowchart di bawah ini: Start
Admin,password
tidak
Validasi user dan password
2
1
Home
Analisa
Gambar 3. Analisa Penyakit Ternak Pada saat pertanyaan tidak di pilih atau masih kosong, langsung ditekan Next. Maka akan muncul pesan pada form review “No Data Available” seperti pada gambar 4
Pilih jenis ternak
tidak Tampil informasi
Tampil informasi ternak
tidak Tampil pertanyaan
Gambar 4. Review Eror Tampilan Utama Tampilan utama merupakan halaman utama untuk userr dan admin melakukan pekerjaan atau menjalankan sistem
Pilih pertanyaan
2.
pilihan gejala
Hasil analisa
End
Gambar 5. Tampilan Utama
Gambar 2. Flowchart Proses Admin 6
5.2
Saran Untuk pengembangan lebih lanjut, maka disarankan : 1. Data sebaiknya diinput dengan akurat agar sesuai dengan hasil analisis 2. Sebaiknya system ini dikembangkan lagi dengan menambah jenis penyakit dan gejala-gejala lainnya 3. Sebaiknya system ini dikembangkan lagi dengan dengan penerapan berbasis mobile.
3. Input Gejala Halaman ini digunakan untuk mengimput jenis gejala-gejala penyakit sapi hewan ternak.
[1]
Gambar 6. Input Gejala 4. Input Penyakit Input penyakit digunakan untuk mengimput jenis penyakit dan segala keterangan dari penyakit hewan ternak dan penanggulangannya
[2]
[3]
[4] [5] [6] Gambar 7. Input Penyakit 5. Hasil Analisa Penyakit Ternak Hasil analisa penyakit ternak merupakan hasil dari pertanyaan atau gejala-gejala yang tampak pada hewan ternak, dimana di hasil analisa penyakit akan diberitahukan penyakit yang terjangkit oleh hewan ternak, cara pengobatan dan penanggulangan
[7]
[8]
[9]
[10] [11]
[12] Gambar 8. Hasil Analisa Penyakit Ternak 5.1. Kesimpulan Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pengobatan dari hewan yang terjangkit penyakit, dimana sebelumnya para peternak harus memanggil dokter atau mantri hewan untuk mengobati hewan ternaknya. Maka dengan adanya sistem ini para peternak tidak perlu memanggil dokter atau mantri hewan lagi karena mereka dapat mengobati hewan ternaknya sendiri dan sangat terbantu untuk menimalisir biaya yang dikeluarkan untuk mengobati hewan ternaknya, serta memudahkan para peternak untuk mengaksesnya dengan berbasis web.
[13]
[14]
[15]
7
DAFTAR PUSTAKA Daihani., Dadan Umar,2001, Komputerisasi Pengambilan Keputusan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI. 2004. Rencana Induk Pengembangan IKM 20022004 Buku I Kebijakan Dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil menengah. Jakarta. Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI. Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian, Perdagangan, Pendataan Binjai Timur, Binjai Barat, Binjai Utara, Binjai Selatan, Binjai Kota, Binjai : 2012. Hanif Alfatta, 2007, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, Andi Offset: Yogyakarta. Janner Simarmata, 2007, Perancangan Basis Data, Andi Offset: Yogyakarta. Peraturan Pemerintah, Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, Nomor 32 Tahun 1998. Peraturan Pemerintah, Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, Nomor 37/MIND/PER/6/2006. RizaAlfita, Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Produk Unggulan Daerah Menggunakan metode Weighted Product, http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/ article/view/17/18, diakses tanggal 10 Januari 2013 Tata Sutabri, 2005, Sistem Informasi Manajemen”, Andi Offset: Yogyakarta. Edison Siregar; Aplikasi Berbasi Web dengan Asp.Net, Andi Offseet, Yogyakarta, 2008. Muhamad Arhami, Konsep Dasar Sistem Pakar, Andi, Yogyakarta, 2005 Ronny Mudigdo, Penyakit Bakteriawi, Proyek Pendidikan Penyakit Hewan Wilayah I, Medan, 1982/1983. Endang Susanto, Penyakit Parasister, Proyek Pendidikan Penyakit Hewan Wilayah I, Medan, 1982/1983. Agus Muhamad, Pemrograman Sql Server 2005, PT. Elex Media Kopindo, Cetakan Pertama, Jakarta, 2005. Identitas Jenis Telur Cacing Parasit Usus Pada Ternak Sapi (Bos sp) dan Kerbau (Bubalus sp) Di Rumah Potong Hewan Palembang http://jpsmipaunsri.files.wordpress.com/2010/11/11 43-46-d-erwin-genap.pdf Implementasi algoritma rough set untuk deteksi Dan penanganan dini penyakit sapi http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate16046-5207100082-Paper.pdf