perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen)
Skripsi
BENY NUGROHO I 0307031
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user IV - 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi :
PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen)
Ditulis oleh: Beny Nugroho I 0307031
Mengetahui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Irwan Iftadi, S.T., M.Eng. NIP. 19700404 199603 1 002
Wakhid Ahmad Jauhari, S.T., M.T. NIP. 19760122 199903 2 001
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS
Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS
Kusno Adi Sambowo, S.T., Ph.D. NIP. 19691026 199503 1 002
Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. NIP. 19711104 199903 1 001
commit to user IV - 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR VALIDASI Judul Skripsi :
PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK (Studi Kasus: Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen)
Ditulis Oleh: Beny Nugroho I 0307031 Telah disidangkan pada hari Jumat tanggal 10 Juni 2011 Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan Dosen Penguji 1. Rahmaniyah Dwi Astuti, S.T., M.T. NIP. 19760122 199903 2 001 2. Taufiq Rochman, STP., MT. NIP. 19701030 199802 1 001 Dosen Pembimbing 1. Irwan Iftadi, S.T., M.Eng. NIP. 19700404 199603 1 002 2. Wakhid Ahmad Jauhari, S.T., M.T. NIP 19791005 200312 1 003
commit to user IV - 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Beny Nugroho, I0307031, 2007. PERANCANGAN PETA EVAKUASI MENGGUNAKAN ALGORITMA FLOYD-WARSHALL UNTUK PENENTUAN LINTASAN TERPENDEK (STUDI KASUS: RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEBUMEN). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Juni 2011. Peta evakuasi sangat penting bagi suatu rumah sakit. Hal ini dikarenakan untuk mengurangi resiko saat terjadi bencana (gempa bumi) dan sebagai syarat akreditasi untuk memperoleh akreditasi suatu rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta evakuasi dan penandaannya. Dengan perancangan peta evakuasi, diharapkan dapat terpenuhi salah satu syarat akreditasi rumah sakit dan memudahkan penghuni bangunan rumah sakit dalam mencari jalan tercepat saat keadaan darurat atau keadaan bahaya. Terdapat dua tahap dalam perancangan peta evakuasi. Tahap yang pertama ialah perancangan alur evakuasi dengan menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk menentukan lintasan terpendek. Tahap kedua ialah penandaan peta evakuasi. Tahap pertama terdiri dari enam tahap, diantaranya pembuatan block plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen, penentuan letak titik berkumpul (assembly point), penentuan node, pemilahan titik berkumpul (assembly point) untuk masing-masing ruang, penentuan jarak masing-masing ruang ke titik berkumpul (assembly point), dan penentuan alternatif evakuasi. Tahap kedua merupakan perancangan penandaan peta evakuasi. Dalam hal ini, warna dan bahan penandaan peta evakuasi sesuai dengan Rumah Sakit Islam Surakarta. Penandaan peta evakuasi dibuat dari bahan arcrlylic dan dipasang sepanjang jalur evakuasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 40 ruang yang dapat langsung ditentukan lintasan evakuasinya dan 35 ruang ditentukan lintasan terpendeknya dengan menggunakan Algoritma Floyd-Warshall. Dari ketiga puluh lima ruang itu, 16 ruang menuju titik berkumpul sebelah utara, 5 ruang menuju titik berkumpul sebelah barat, dan 14 ruang menuju titik berkumpul sebelah selatan. Sehingga titik berkumpul sebelah utara menampung 39 ruang, titik berkumpul sebelah barat menampung 19 ruang, dan titik berkumpul sebelah selatan 17 ruang serta peta evakuasi telah disusun dan akan dipasang di tempattempat strategis sepanjang jalur evakuasi. Kata kunci: algoritma floyd-warshall, peta evakuasi, titik berkumpul viii + 83 halaman; 31 tabel; 47 gambar; 1 lampiran; Daftar pustaka: 14 (19922010)
commit to user IV - 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
LEMBAR VALIDASI
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH
iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
v
KATA PENGANTAR
vi
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xv
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
1.1
Latar Belakang Penelitian
I-3
1.2
Perumusan Masalah
I-3
1.3
Tujuan Penelitian
I-3
1.4
Manfaat Penelitian
I-3
1.5
Batasan Masalah
I-3
1.6
Asumsi
I-4
1.7
Sistematika Penulisan
I-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II-1
2.1
II-1
Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen
2.2
2.1.1
Visi dan Misi RSUD Kabupaten Kebumen
II-2
2.1.2
Sumber Daya Manusia
II-3
2.1.3
Fasilitas Pelayanan
II-3
Evakuasi
II-5
2.2.1
Alasan Melakukan Evakuasi
II-6
2.2.2
Perencanaan
II-6
2.2.3
Urutan Evakuasi
II-7
2.2.4
Ruang Lingkup Evakuasi
II-7
commit to user IV - 5
perpustakaan.uns.ac.id
2.3
digilib.uns.ac.id
Shortest path Method
II-8
2.3.1
Algoritma Dijkstra (Single Source Problem)
II-8
2.3.2
Algoritma Bellman-Ford (Negative Weighted Problem)
II-9
2.3.3
Algoritma Floyd-Warshall (All Pairs Source Problem)
II-11
2.3.4
Perbandingan Alrgoritma Dijkstra, Bellman-Ford, dan
II-12
Floyd-Warshall BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III-1
Identifikasi Masalah
III-2
3.1.1 Studi Lapangan
III-2
3.1.2 Studi Pustaka
III-2
3.1.3 Penentuan Tujuan
III-2
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
III-2
3.2.1 Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan
III-2
3.1
3.2
Algoritma Floyd-Warshall untuk Menentukan Lintasan Terpendek
BAB IV
3.2.2 Penandaan Peta Evakuasi
III-4
3.3
Penempatan Penandaan Peta Evakuasi
III-5
3.4
Tahap Analisa dan Interpretasi Hasil
III-5
3.5
Tahap Kesimpulan dan Saran
III-5
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
IV-1
4.1
Identifikasi Masalah
IV-1
4.2
Perancangan Peta Evakuasi
IV-2
4.2.1 Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan
IV-2
Algoritma Floyd-Warshall untuk Menentukan Lintasan Terpendek 4.3
4.2.2 Penentuan Letak Penandaan Peta Evakuasi
IV-19
Desain
IV-20
4.3.1 Peta Evakuasi
IV-20
4.3.2 Penandaan (Exit Sign)
IV-21
4.3.3 Penempatan Penandaan Peta Evakuasi
IV-22
commit to user IV - 6
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
V-1
5.1
V-1
Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen
5.2
Penentuan Letak Titik Berkumpul (Assembly Point)
V-2
5.3
Pemilahan Titik Berkumpul (Assembly Point) untuk Masing-
V-3
Masing Ruang 5.4
Penentuan Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang ke Titik
V-4
Berkumpul (Assembly Point) 5.5 BAB VI
Penempatan Penandaan Peta Evakuasi
V-5
KESIMPULAN DAN SARAN
VI-1
6.1
Kesimpulan
VI-1
6.2
Saran
VI-1
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user IV - 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Perbandingan Algoritma
II-12
Tabel 4.1
Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
IV-9
Blok C Tabel 4.2
Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
IV-10
Blok C Tabel 4.3
Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
IV-10
Blok C Tabel 4.4
Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang
IV-11
Anggrek Blok C Tabel 4.5
Rangkuman Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang Menuju
IV-12
Titik Berkumpul (Assembly Point) Tabel 5.1
Colour Code BS Safety Colours
V-6
Tabel L1.1
Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
L-2
Blok B Tabel L1.2
Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
L-3
Blok B Tabel L1.3
Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
L-3
Blok B Tabel L1.4
Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang
L-3
Anggrek Blok B Tabel L1.5
Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
L-4
Blok D Tabel L1.6
Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
L-5
Blok D Tabel L1.7
Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek
L-5
Blok D Tabel L1.8
Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang
L-5
Anggrek Blok D Tabel L1.9
Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite Medis (Sebelah Utara)
commit to user IV - 8
L-6
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel L1.10
digilib.uns.ac.id
Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
L-7
Medis (Sebelah Utara) Tabel L1.11
Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
L-7
Medis (Sebelah Utara) Tabel L1.12
Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
L-7
Medis (Sebelah Utara) Tabel L1.13
Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
L-8
Medis (Sebelah Selatan) Tabel L1.14
Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
L-9
Medis (Sebelah Selatan) Tabel L1.15
Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
L-9
Medis (Sebelah Selatan) Tabel L1.16
Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Komite
L-9
Medis (Sebelah Selatan) Tabel L1.17
Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
L-11
(Sebelah Utara) Tabel L1.18
Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
L-11
(Sebelah Utara) Tabel L1.19
Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
L-11
(Sebelah Utara) Tabel L1.20
Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang
L-12
Mushola (Sebelah Utara) Tabel L1.21
Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
L-13
(Sebelah Selatan) Tabel L1.22
Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
L-13
(Sebelah Selatan) Tabel L1.23
Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola
L-13
(Sebelah Selatan) Tabel L1.24
Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Mushola (Sebelah Selatan)
commit to user IV - 9
L-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam permasalahan, dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian.
1.1
Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak diantara 2 samudra
dan 2 benua. Samudra yang mengapit yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta Benua Asia dan Benua Australia. Gempa sering terjadi di Indonesia, baik yang diakibatkan oleh aktivitas gunung merapi maupun pergeseran lempeng tektonik. Frekuensi gempa yang meningkat membuat setiap masyarakat serta instansi yang ada siaga dalam menghadapi bencana, salah satunya di rumah sakit. Adanya pedoman dan langkah antisipasi saat terjadi gempa bumi diperlukan di rumah sakit. Penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit sangatlah perlu mendapat perhatian yang serius. Dengan adanya ketetapan serta peraturan tentang evakuasi saat terjadi keadaan darurat dari pihak terkait, maka sangat penting adanya peta evakuasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Hal ini dikarenakan untuk mengurangi resiko saat terjadi bencana (gempa bumi) dan sebagai syarat akreditasi untuk memperoleh akreditasi suatu rumah sakit. Salah satu syarat agar rumah sakit memperoleh akreditasi ialah dengan tersedianya peta evakuasi beserta penandaanya. Akreditasi sangat penting bagi rumah sakit karena dapat meningkatkan image di masyarakat akan kualitas pelayanan, tentunya disertai dengan pelayanan yang baik dan didukung sumber daya manusia yang handal. Peta evakuasi merupakan salah satu syarat untuk memenuhi standar akreditasi rumah sakit yang ditetapkan oleh pemerintah. Peta evakuasi sangat penting bagi setiap rumah sakit baik negeri maupun swasta. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen belum memiliki peta evakuasi. Hal tersebut mendorong pihak rumah sakit untuk memiliki peta
commit to user IV - 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
evakuasi yang memenuhi standar akreditasi rumah sakit dan pedoman saat terjadi bencana (gempa bumi). Pada saat terjadi bencana, penghuni rumah sakit sebagian besar berlarian menyelamatkan diri tanpa arah atau pedoman. Baik penghuni bangunan yang ada di bagian tengah maupun belakang semuanya berlarian menuju jalan keluar tanpa memperhatikan jalur yang ditempuh dan titik berkumpul (assembly point) yang aman. Terdapat beberapa area kosong yang dapat digunakan sebagai titik berkumpul (assembly point), yaitu di bagian utara, barat, dan selatan. Akan tetapi, area ini pemanfaatannya belum maksimal karena sebagian besar penghuni rumah sakit tidak mengetahui keberadaan titik berkumpul (assembly point) tersebut. Dengan adanya peta evakuasi, diharapkan saat terjadi bencana, penghuni dapat dengan mudah mengikuti arah panah evakuasi menuju tempat yang telah ditentukan. Model simulasi juga akan dilakukan untuk mengevaluasi arah alur dalam peta evakuasi yang diterapkan. Perancangan peta evakuasi dengan cara menentukan lintasan terpendek menuju titik berkumpul (assembly point). Penentuan lintasan terpendek memperhatikan alternatif jalur-jalur yang dapat dilalui menuju titik berkumpul (assembly point). Jarak yang terpendek merupakan jalur tercepat menuju titik berkumpul (assembly point). Metode yang digunakan untuk penentuan lintasan terpendek ialah Algoritma Floyd-Warshall. Algoritma Floyd-Warshall adalah salah satu varian dari pemrograman dinamis, yaitu suatu metode yang melakukan pemecahan masalah dengan memandang solusi yang akan diperoleh sebagai suatu keputusan yang saling terkait. Solusi-solusi tersebut dibentuk dari solusi yang berasal dari tahap sebelumnya dan ada kemungkinan solusi lebih dari satu (Novandi, 2007). Hal yang membedakan pencarian solusi menggunakan pemrograman dinamis dengan algoritma greedy adalah bahwa keputusan yang diambil pada tiap tahap pada algoritma greedy hanya berdasarkan pada informasi yang terbatas sehingga nilai optimum yang diperoleh pada saat itu. Pada algoritma greedy, konsekuensi yang akan terjadi tidak perlu dipikirkan seandainya memilih suatu keputusan pada suatu tahap (Rinaldi, 2007).
commit to user IV - 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Algoritma Floyd-Warshall yang menerapkan pemrograman dinamis lebih menjamin keberhasilan penemuan solusi optimum untuk kasus penentuan lintasan terpendek (single pair shortest path). Solusi lintasan terpendek dari masingmasing ruang dalam bangunan rumah sakit dapat ditentukan dengan menerapkan Algoritma Floyd-Warshall. Terdapat beberapa kelebihan Algoritma FloydWarshall dibandingkan dengan metode lainnya (Handaka, 2010). Kelebihan tersebut diantaranya algoritma ini mempunyai jenis all pairs yang artinya penentuan lintasan terpendek dapat ditentukan dari semua pasangan simpul, kecepatan dalam penentuan lintasan terpendek sangat cepat apabila diterapkan dalam suatu sistem, performansinya stabil, dan keputusan yang nantinya diambil saling terkait.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan dari penelitian ini ialah bagaimana merancang peta evakuasi menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk penentuan lintasan terpendek.
1.3
Tujuan Penelitian
1. Menggunakan Algoritma Floyd-Warshall dalam penentuan lintasan terpendek dalam proses evakuasi saat terjadi bencana di rumah sakit. 2. Menyusun peta evakuasi dan penandaannya.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Memenuhi salah satu syarat akreditasi rumah sakit. 2. Memudahkan penghuni bangunan rumah sakit dalam mencari jalan tercepat saat keadaan darurat atau keadaan bahaya.
1.5
Batasan Masalah
1. Penelitian difokuskan pada evakuasi penghuni bangunan rumah sakit tidak termasuk evakuasi barang. 2. Bahaya yang dipertimbangkan dalam kasus penelitian ini adalah gempa bumi.
commit to user IV - 12
perpustakaan.uns.ac.id
1.6
digilib.uns.ac.id
Asumsi Penelitian
1. Faktor perilaku penghuni bangunan tidak diperhatikan. 2. Titik awal keberadaan penghuni bangunan rumah sakit ditentukan dari titik tengah masing-masing ruangan.
1.7
Sistematika Penulisan Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab se bagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian ini dilakukan sehingga dapat memberi masukan sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-batasan dan asumsi yang digunakan. BAB II STUDI PUSTAKA Bab ini berisi mengenai landasan teori yang mendukung dan terkait langsung dengan penelitian yang akan dilakukan dari buku, sumber literatur lain, dan studi terhadap penelitian terdahulu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang uraian langkah-langkah penelitian yang dilakukan, selain juga merupakan gambaran kerangka berpikir penulis dalam melakukan penelitian dari awal sampai penelitian selesai. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menyajikan pelaksanaan pengumpulan data, pengolahan data berdasarkan teori dan data yang didapat dari penelitian. BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini membahas tentang analisis dari output yang didapatkan dan interpretasi hasil penelitian.
commit to user IV - 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan simpulansimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian yang telah dilakukan dan masukan bagi instansi dari tempat penelitian.
commit to user IV - 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisis permasalahan yang ada.
2.1
Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen didirikan pada tahun 1916
dengan nama “ZENDING HOSPITAL PANJURUNG” yang dikelola oleh Yayasan Kristen di bawah naungan Pemerintah Hindia Belanda. Belanda menyerah kepada Jepang tahun 1942, maka Zending Hospital Panjurung menjadi milik pemerintah pendudukan Jepang sampai tahun 1945. Sejak Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945, Pemerintah Jepang menyerahkan Zending Hospital Panjurung pengelolaanya diserahkan kepada Republik Indonesia. Pada tahun 1950, Zending Hospital Panjurung pengelolaanya diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen. Pegawai-pegawainya yang berasal dari Zending Hospital Panjurung dialihkan statusnya, yang medis menjadi pegawai Depkes, sedangkan yang nonmedis atau tata usaha menjadi pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen. Dengan demikian, Zending Hospital Panjurung menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen sampai sekarang. RSUD Kebumen terletak di bagian selatan kota Kebumen terletak di bagian selatan kota Kebumen, yaitu di jalan Rumah Sakit 13 termasuk dalam wilayah RT 01 RW 01 Kelurahan Panjer Kecamatan Kebumen. RSUD Kabupaten Kebumen menempati areal seluas 26.942 m2 dengan luas bangunan 6100 m2. Batas-batas lokasi RSUD Kabupaten Kebumen sebagai berikut: •
Sebelah Utara
: Jalan RSU dan jalan kereta api jurusan BandungSurabaya
•
Sebelah Timur
: Pemukiman penduduk
•
Sebelah Selatan
: Sungai Lukulo
•
Sebelah Barat
: Pemukiman penduduk dan sungai Lukulo
commit to user IV - 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RSUD Kabupaten Kebumen merupakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan masyarakat milik Pemerintah Daerah yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Kebumen sebagai rumah sakit rujukan. Dewasa ini, RSUD Kabupaten Kebumen telah mengalami perkembangan dalam melayani masyarakat. Sejak terbitnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:031/Birhup/1972 tentang rumah-rumah sakit pemerintah, maka Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen digolongkan dalam rumah sakit klasifikasi tipe D. Selanjutnya dalam hal jenis pelayanan dan tingkat pelayanan berkembang cukup baik, maka klasifikasi D untuk Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen pada tahun 1983 telah ditingkatkan menjadi klasifikasi C sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 233/Menkes/SK/1983. Berdasarkan peraturan daerah no 54 tahun 2004, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen berubah menjadi Badan Pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Pada tahun 2008, RSUD Kebumen mengalami perubahan lagi sesuai dengan peraturan daerah no 86 tahun 2008 yaitu tentang rincian tugas pokok, fungsi dan tata kerja RSUD Kabupaten Kebumen berubah menjadi RSUD Kabupaten Kebumen dengan eselon III.
2.1.1
Visi dan Misi RSUD Kabupaten Kebumen Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya dalam pelayanan
kesehatan yang baik dan seiring dengan perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen yang telah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen telah menetapkan visi dan misinya. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen sebagai rumah sakit terbaik di bidang trauma di provinsi Jawa Tengah bagian selatan. Misi organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen adalah: 1. Meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, sebagai rumah sakit rujukan provinsi Jawa Tengah bagian selatan. 2. Mengembangkan pelayanan dan sarana serta prasarana menjadi rumah sakit tipe B nonpendidikan.
commit to user IV - 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Mewujudkan pelayanan rumah sakit yang bermutu dan dapat memuaskan pasien dan efisien dalam pengelolaan. 4. Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia dalam peningkatan kompetensi tinggi dan karakter yang berperhatian terhadap pasien. 5. Merestrukturisasi organisasi dan manajemen menjadi Badan Layanan Umum. 6. Meningkatkan kesejahteraan karyawan sesuai dengan kebutuhan kehidupan yang layak.
2.1.2
Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kebumen berjumlah 503 orang yang terdiri dari 411 PNS dan 92 PTT. Jumlah tersebut masih terbagi menjadi delapan jenis tenaga yaitu staf medis fungsional, keperawatan, kefarmasian, gizi, kesehatan
masyarakat, keterapian fisik,
keteknisan medis, nonkesehatan menurut tingkat pendidikan. Lebih rinci pada daftar sumber daya manusia RSUD Kebumen.
2.1.3
Fasilitas Pelayanan Sebagai organisasi pelayanan publik milik Pemerintah Daerah Kabupaten
Kebumen secara umum ada tiga fasilitas pelayanan yaitu: pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, dan pelayanan penunjang lainnya. 1. Pelayanan Medis Pelayanan medis dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Rawat jalan adalah penderita yang melakukan diagnosa, pengobatan, perawatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan kesehatan dan penelitian dengan tanpa menginap di rumah sakit. Untuk pelaksana rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen mempunyai beberapa bagian poliklinik yang diperuntukkan bagi penderita yang baru dalam taraf pemeriksaan awal untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita. Oleh karena itu, masih memungkinkan bagi penderita yang berasal dari bagian rawat jalan ini kemudian diteruskan ke bagian rawat inap. Bagian-bagian pelayanan yang dimiliki adalah sebagai berikut: a. Pelayanan poliklinik umum
commit to user IV - 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pelayanan poliklinik mata c. Pelayanan poliklinik bedah d. Pelayanan poliklinik mulut dan gigi e. Pelayanan poliklinik syaraf f. Pelayanan poliklinik kebidanan dan kandungan g. Pelayanan poliklinik telinga dan tenggorokan h. Pelayanan poliklinik penyakit dalam i. Pelayanan poliklinik penyakit anak j. Pelayanan poliklinik kulit dan kelamin k. Pelayanan poliklinik psikologi l. Pelayanan poliklinik orthopedi m. Pelayanan rehabilitasi medik n. Pelayanan unit gawat darurat o. Pelayanan laboratorium patologi klinik Dari dua belas poliklinik dibuka selama 6 hari kerja dengan jam pelayanan poliklinik pagi buka dari jam 08.00 sampai jam 13.00. Instalasi gawat darurat dibuka selama 24 jam untuk penanganan kasus-kasus emergency. Terdapat delapan ruangan untuk pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Bagian rawat inap merupakan bagian perawatan penderita yang memerlukan perawatan relatif lama karena penyakit penderita yang dirawat di bagian ini memerlukan pengawasan atau perhatian yang khusus. Bagian rawat inap terdiri dari beberapa ruangan perawatan yang mempunyai kapasitas tempat tidur 189 buah. 2. Pelayanan Penunjang Medik Untuk mendukung pelayanan rawat jalan maupun rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen mempunyai fasilitas penunjang medis yaitu: a. Instalasi radiologi b. Instalasi laboratorium c. Instalasi farmasi d. Instalasi gizi e. Rehabilitasi medik
commit to user IV - 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Pelayanan anastesi g. Pelayanan peralatan elektromedik 3. Peralatan Penunjang Lainnya Pelayanan ini terdiri pelayanan rekam medik, pelayanan administrasi keuangan dan umum yaitu: transportasi ambulance, PAM, listrik, incenerator, IPAL, kamar jenazah, parkir, tempat ibadah (mushola). Adapun sarana transportasi ambulance ada 7 buah ambulance yaitu: ambulance untuk antar pasien ke rumah sakit rujukan 4 buah mobil, 2 mobil jenazah dan ambulance darurat 1 buah.
2.2
Evakuasi Evakuasi merupakan tahapan kritis dalam menanggapi bencana atau keadaan
bahaya. Terdapat dua fase yang sangat menentukan dalam proses evakuasi bangunan yaitu fase pre-evacuation dan fase movement (Chow, 2007). Fase preevacuation merupakan tahap sebelum penghuni bangunan meninggalkan ruang kerja atau kamarnya dan fase movement merupakan tahap penghuni mulai berjalan atau berlari menuju titik teraman atau titik berkumpul (assembly point). Pada fase movement, penghuni bangunan berusaha mencari jalan keluar dari bangunan hunian dengan berjalan cepat. Fase movement merupakan fase kedua setelah fase pre-evacuation yang memilki total waktu terlama. Hal ini disebabkan pada fase movement ini para penghuni bangunan mulai berjalan dan mencari jalan teraman untuk dilalui agar sampai pada titik berkumpul (assembly point). Dalam kondisi panik dan lingkungan yang tidak normal, penghuni dapat mengalami kesulitan dalam menemukan jalur evakuasi yang aman dan cepat (Rahman dan Mahmood, 2008). Pada proses evakuasi, selain kelengkapan peralatan evakuasi, behavior seseorang akan sangat menentukan kesesuaian dan kecepatan proses evakuasi. Penghuni yang berjalan cepat dalam kondisi bahaya terkadang memiliki kebiasaan untuk mengikuti gerombolan orang didepannya tanpa memikirkan jalur yang ditempuh tersebut pendek atau tidak (Rahman dan Mahmood, 2008). Saat penghuni mengalami kepanikan, penghuni tidak akan mudah dalam mencari jalan keluar. Penghuni juga akan melalui familiarty route (Rahman dan Mahmood, 2008), yaitu jalan yang biasanya dilalui atau jalur yang dikenal saat keluar-masuk
commit to user IV - 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bangunan, daripada mengikuti arah exit sign karena penghuni lebih mempercayai insting mereka. Namun berdasarkan insting tersebut belum tentu jalur tersebut merupakan jalan yang teraman untuk dilewati. Fase movement memiliki waktu total terlama setelah fase pre-evacuation. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.2.1
Gambar 2.1 Evacuation Time Line Sumber: Rahman dan Mahmood, 2008. Alasan Melakukan Evakuasi Evakuasi dapat dilakukan sebelum, selama atau setelah bencana alam
seperti: letusan gunung berapi, siklon, banjir, badai, gempa bumi, tsunami. Evakuasi juga dapat dilakukan karena alasan lainnya yaitu: serangan militer, kecelakaan industri, kecelakaan nuklir, kecelakaan lalu lintas (termasuk kecelakaan kereta api atau penerbangan), kebakaran, pemboman, serangan teroris, pertempuran militer, kegagalan struktural, virus wabah.
2.2.2
Perencanaan Rencana evakuasi darurat dikembangkan untuk memastikan waktu
evakuasi teraman dan paling efisien bagi semua penduduk yang diharapkan dari suatu struktur, kota, atau wilayah. Sebuah tolak ukur kinerja (benchmark) "waktu evakuasi" untuk bahaya yang berbeda dan kondisi dibuat. Benchmark ini dapat dilakukan melalui penggunaan praktik terbaik, peraturan atau menggunakan simulasi, seperti model aliran rakyat dalam sebuah bangunan, untuk menentukan benchmark. Perencanaan yang tepat akan menggunakan beberapa jalan keluar serta teknologi untuk memastikan evakuasi penuh dan lengkap. Pertimbangan
commit to user IV - 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk sejumlah situasi pribadi yang mungkin mempengaruhi kemampuan individu melakukan evakuasi. Situasi-situasi pribadi itu mungkin termasuk sinyal alarm yang menggunakan tanda/sinyal yang bisa didengar dan dilihat. Peraturanperaturan
seperti
kode
bangunan
dapat
digunakan
untuk
mengurangi
kemungkinan panik dengan memungkinkan individu menyiapkan kebutuhan untuk mengevakuasi diri tanpa menyebabkan alarm. Perencanaan yang tepat akan menerapkan pendekatan semua bahaya sehingga rencana itu dapat digunakan kembali untuk beberapa bahaya yang mungkin ada (Wikipedia, 2010).
2.2.3
Urutan Evakuasi Urutan evakuasi dapat dibagi ke dalam tahap-tahap yaitu: deteksi,
keputusan, alarm, reaksi, perpindahan ke area perlindungan atau stasiun perakitan, dan transportasi. Waktu empat tahap pertama biasanya disebut waktu pragerakan. Tahapan tertentu berbeda untuk objek yang berbeda, misalnya untuk kapal terdapat perbedaan antara perakitan dan embarkasi (untuk perahu atau rakit). Perakitan dan embarkasi terpisah satu sama lain. Dengan demikian, keputusan akan memasuki perahu atau rakit biasanya dilakukan setelah pemasangan selesai (Wikipedia, 2010).
2.2.4
Ruang Lingkup Evakuasi Menurut John Abrahams, ruang lingkup evakuasi berdasarkan skalanya
dibedakan menjadi dua yaitu evakuasi berskala kecil dan evakuasi berskala besar. 1. Evakuasi berskala kecil Strategi individu melakukan evakuasi di dalam bangunan oleh John Abrahams pada tahun 1994. Variabel independen adalah kompleksitas bangunan dan kemampuan pergerakan individu. Dengan meningkatnya kompleksitas dan berkurangnya kemampuan gerak, perubahan strategi dari "jalan keluar cepat", melalui “jalan keluar lambat” dan “pindah” ke tempat yang aman di dalam bangunan (seperti tangga), untuk “tetap di tempat dan menunggu bantuan”. Strategi terakhir adalah gagasan menggunakan tempat terlindung (safe haven) yang ditunjuk di lantai. Safe haven adalah bagian dari bangunan yang diperkuat untuk berlindung dari bahaya tertentu, seperti kebakaran, asap atau
commit to user IV - 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keruntuhan struktural. Beberapa bahaya mungkin memiliki safe haven di setiap lantai, sementara bahaya seperti tornado, mungkin memiliki safe haven atau ruang aman tunggal. Biasanya orang dengan mobilitas terbatas diminta untuk melapor ke safe haven untuk penyelamatan oleh responden pertama. Pada sebagian besar bangunan safe haven berada di tangga. 2. Evakuasi berskala besar Evakuasi distrik merupakan bagian dari manajemen bencana. Banyak evakuasi terbesar terjadi menjelang atau dalam serangan militer di saat perang. Evakuasi berskala besar modern biasanya merupakan hasil dari bencana alam.
2.3
Shortest path Method Terdapat beberapa macam persoalan lintasan terpendek antara lain:
a. Lintasan terpendek antara dua buah simpul tertentu (a pair shortest path). b. Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul (all pairs shortest path). c. Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain (singlesource shortest path). d. Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul tertentu (intermediate shortest path).
2.3.1
Algoritma Dijkstra (Single Source Problem) Algoritma Dijkstra, dinamai menurut penemunya, Edsger Dijkstra, adalah
algoritma dengan prinsip greedy yang memecahkan masalah lintasan terpendek untuk sebuah graf berarah dengan bobot sisi yang tidak negatif. Misalnya, bila simpul dari sebuah graph melambangkan kota-kota dan bobot tiap simpul melambangkan jarak antara kota-kota tersebut, Algoritma Dijkstra dapat digunakan untuk menemukan jarak terpendek antara dua kota. Input algoritma ini adalah sebuah graf berarah dan berbobot, G dan sebuah source vertex s dalam G. V adalah himpunan semua simpul dalam graph G. Setiap sisi dari graph ini adalah pasangan vertices (u,v) yang melambangkan hubungan dari vertex u ke vertex v. Himpunan semua edge disebut E. Weights dari edges dihitung dengan fungsi w: E → [0, ∞); jadi w(u,v) adalah jarak nonnegatif dari vertex u ke vertex v. Cost dari sebuah edge dapat dianggap sebagai jarak antara dua vertex, yaitu jumlah jarak
commit to user IV - 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
semua edge dalam path tersebut. Untuk sepasang vertex s dan t dalam V, algoritma ini menghitung jarak terpendek dari s ke t. Algoritma Dijkstra melibatkan pemasangan label pada verteks. Kita misalkan L(v) menyatakan label dari verteks v. Pada setiap pembahasan, beberapa verteks mempunyai label sementara dan yang lain mempunyai label tetap. Kita misalkan T menyatakan himpunan verteks yang mempunyai label sementara. Dalam menggambarkan algoritma tersebut, kita akan melingkari verteks-verteks yang mempunyai label tetap. Selanjutnya akan kita tunjukkan bahwa jika L(v) adalah label tetap dari verteks v, maka L(v) merupakan panjang lintasan terpendek dari a ke v. Sebelumnya semua vertex mempunyai label sementara. Setiap iterasi dari algoritma tersebut mengubah status satu label dari sementara ke tetap sehingga kita dapat mengakhiri algoritma tersebut jika z menerima sebuah label tetap. Pada bagian ini L(z) merupakan panjang lintasan terpendek dari a ke z. Algoritma ini mencari panjang lintasan terpendek dari verteks a ke z dalam sebuah graf berbobot tersambung. Bobot dari rusuk (i,j) adalah w(i,j)>0 dan label verteks x adalah L(x). Hasilnya, L(z) merupakan panjang lintasan terpendek dari a ke z. Algoritma Dijkstra menggunakan waktu sebesar O(V*log V + E) dimana V dan E adalah banyaknya sisi dan titik (Cormen dkk., 2001).
2.3.2
Algoritma Bellman-Ford (Negative Weighted Problem) Algoritma Bellman-Ford menghitung jarak terpendek (dari satu sumber)
pada sebuah graph berbobot. Maksudnya dari satu sumber ialah bahwa ia menghitung semua jarak terpendek yang berawal dari satu titik node. Algoritma Dijkstra dapat lebih cepat mencari hal yang sama dengan syarat tidak ada sisi (edge) yang berbobot negatif, maka Algoritma Bellman-Ford hanya digunakan jika ada sisi berbobot negatif. Kebenaran dari Algoritma Bellman-Ford dapat ditunjukkan dengan induksi sebagai berikut: Lemma. Setelah pengulangan i dari siklus for: 1. Jika distance (u) terhingga, akan sebanding dengan panjang dari beberapa lintasan dari s menuju u.
commit to user IV - 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Jika terdapat lintasan dari s menuju u pada kebanyakan sisi i, kemudian distance (u) adalah kebanyakan panjang pada lintasan terpendek dari s menuju u dengan kebanyakan sisi i. Untuk setiap dasar induksi, perhatikan i=0 dan saat kejadian sebelum siklus for yang dieksekusi pertama kali. Kemudian, untuk setiap simpul asal, source.jarak = 0, adalah benar. Untuk setiap simpul u, lainnya u.jarak = tak terhingga, juga benar karena tidak terdapat dari simpul asal ke simpul u dengan sisi berbobot 0. Untuk kasus induktif, pertama kali kita membuktikan bagian awal. Bayangkan saat jarak setiap simpul diperbarui sebagai berikut v.jarak := u.jarak + uv.bobot. Dengan menggunakan asumsi induktif, u.jarak adalah panjang dari beberapa lintasan yang menghubungkan simpul awal dengan u. Kemudian u.jarak + uv.bobot adalah panjang lintasan yang berasal dari simpul awal menuju v yang mengikuti lintasan yang berasal dari simpul awal menuju u dan kemudian menuju ke v. Untuk bagian kedua, perhatikan bahwa lintasan terpendek dari simpul asal menuju u dengan kebanyakan terdapat pada i sisi. Jadikan v sebagai simpul terakhir sebelum mencapai u pada lintasan tersebut. Kemudian, bagian suatu lintasan dari simpul awal menuju v adalah lintasan terpendek dari simpul asal menuju v pada kebanyakan sisi-sisi i-1. Dengan asumsi induktif ini, v.jarak setelah siklus i-1 kebanyakan panjang dari lintasan ini. Dengan demikian, uv.bobot + v.jarak berada pada kebanyakan panjang lintasan dari s menuju u. Pada siklus kei, u.jarak akan dibandingkan dengan uv.weight + v.jarak, dan himpunan sebanding dengannya jika uv.bobot + v.jarak lebih kecil. Kemudian, setelah siklus i, u.jarak pada kebanyakan panjang lintasan terpendek dari simpul asal menuju u yang melewati kebanyakan sisi i. Ketika i sebanding dengan banyaknya simpul pada graf, setiap lintasan akan dijadikan sebagai shortest path overall, kecuali jika terdapat bobot siklus yang negatif. Jika ada bobot-siklus negatif dan dapat diakses dari simpul asal, kemudian diberikan langkah manapun, akan terdapat sebuah lintasan yang lebih pendek one, sehingga tidak terdapat langkah terpendek. Di lain pihak, langkah terpendek tidak akan mengikutsertakan siklus manapun (karena dengan berputar pada siklus tersebut akan membuat langkahnya menjadi semakin pendek), jadi setiap lintasan terpendek akan mengunjungi setiap simpul paling
commit to user IV - 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak 1 kali, dan banyaknya sisi lebih sedikit dari banyaknya simpul di dalam graf (Cormen dkk., 2001).
2.3.3
Algoritma Floyd-Warshall (All Pairs Source Problem) Algoritma Floyd-Warshall adalah sebuah algoritma analisis graf untuk
mencari bobot minimum dari graf berarah. Dalam satu kali eksekusi algoritma, akan didapatkan jarak sebagai jumlah bobot dari lintasan terpendek antar setiap pasang simpul tanpa memperhitungkan informasi mengenai simpul-simpul yang dilaluinya. Algoritma yang juga dikenal dengan nama Roy-Floyd ini merupakan penerapan strategi dynamic programming (Cormen dkk., 2001). Algoritma Floyd-Warshall memiliki input graf berarah dan berbobot (V,E), yang berupa daftar titik (node/vertex V) dan daftar sisi (edge E). Jumlah bobot sisi-sisi pada sebuah jalur adalah bobot jalur tersebut. Sisi pada E diperbolehkan memiliki bobot negatif, tetapi tidak diperbolehkan bagi graf ini untuk memiliki siklus dengan bobot negatif. Algoritma ini menghitung bobot terkecil dari semua jalur yang menghubungkan sebuah pasangan titik, dan melakukannya sekaligus untuk semua pasangan titik. Algoritma ini berjalan dengan waktu O(V3). Dasar algoritma ini adalah sebagai berikut: 1. Asumsikan semua simpul graf berarah G adalah V = {1, 2, 3, 4, ..., n}, perhatikan subset {1, 2, 3, ..., k}. 2. Untuk setiap pasangan simpul i, j pada V, perhatikan semua lintasan dari i ke j dimana semua simpul pertengahan diambil dari {1, 2, ..., k}, dan p adalah lintasan berbobot minimum diantara semuanya. 3. Algoritma ini mengeksploitasi relasi antara lintasan p dan lintasan terpendek dari i ke j, dengan semua simpul pertengahan berada pada himpunan {1, 2, ..., k−1}. 4. Relasi tersebut bergantung pada apakah k adalah simpul pertengahan pada lintasan p. 5. Implementasi algoritma ini dalam pseudocode: (graf direpresentasikan sebagai matrix).
commit to user IV - 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Keterhubungan, yang isinya ialah bobot/jarak sisi yang menghubungkan tiap pasangan titik, dilambangkan dengan indeks baris dan kolom (Ketiadaan sisi yang menghubungkan sebuah pasangan dilambangkan dengan tak hingga). Algoritma function fw(int[1..n,1..n] graph) { // Inisialisasi var int[1..n,1..n] jarak := graph var int[1..n,1..n] sebelum for i from 1 to n for j from 1 to n if jarak[i,j] < tak hingga sebelum[i,j] := i // Perulangan utama pada algoritma for k from 1 to n for i from 1 to n for j from 1 to n if jarak[i,j] > jarak[i,k] + jarak[k,j] jarak[i,j] = jarak[i,k] + jarak[k,j] sebelum[i,j] = sebelum[k,j] return jarak }
2.3.4
Perbandingan Algoritma Dijkstra, Bellman-Ford, dan Flyod-Warshall Dalam masalah rute terpendek, algoritma yang digunakan sangatlah
beragam, yaitu Algoritma Floyd-Warshall, Algoritma Bellman-Ford, dan Algoritma A*search. Inti logika dari algoritma-algoritma tersebut adalah sama, yaitu menentukan jarak terpendek dari setiap node yang telah dibangun. Dari macam-macam algoritma masalah terpendek tersebut, terdapat perbedaan yang membuat algoritma satu sama lain bebeda, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.1.
commit to user IV - 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.1 Perbandingan Algoritma BellmanFloydFaktor Dijkstra Ford Warshall Pembanding Jenis Single source Single source All pairs Bobot sisi Nonnegatif Boleh negatif Boleh negatif Cukup Sederhana Sangat rumit Kerumitan sederhana Kecepatan
Cepat
Performance Stabil Sumber: Liu, 2005.
Cukup cepat
Sangat cepat
Stabil
Stabil
commit to user IV - 27
A*Search Boleh negatif Sangat rumit Tergantung rintangan Tidak Stabil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada gambar 3.1.
commit to user IV - 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Diagram alir penelitian yang digambarkan pada Gambar 3.1, setiap tahapannya akan dijelaskan secara lebih lengkap dalam subbagian berikut ini.
3.1
Tahap Identifikasi Masalah
3.1.1
Studi Lapangan Studi lapangan digunakan untuk mengetahui dan mempelajari penentuan
peta evakuasi dengan maksud untuk mendapatkan informasi awal yang lengkap serta menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian. Metode untuk mendapatkan
data
awal
dilakukan
dengan
pengamatan
langsung,
pendokumentasian gambar dan wawancara kepada pihak K3 rumah sakit untuk mengetahui proses penentuan peta evakuasi sebelumnya.
3.1.2
Studi Pustaka Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori dan
konsep
yang
berhubungan
dengan
permasalahan
yang
dihadapi
serta
menunjukkan tahapan pemecahannya. Studi ini dilakukan dengan mengeksplorasi buku, jurnal, penelitian, dan sumber lain yang terkait dengan Algoritma FloydWarshall, shortest path, dan desain ergonomis peta evakuasi dan penandaannya.
3.1.3
Penentuan Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menggunakan Algoritma Floyd-
Warshall dalam penentuan lintasan terpendek dalam proses evakuasi saat terjadi bencana di rumah sakit dan merancang peta evakuasi serta penandaannya.
3.2
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data Tahap-tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung
penelitian mengenai perancangan peta evakuasi evakuasi, sebagai berikut: 3.2.1
Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan Algoritma FloydWarshall untuk Menentukan Lintasan Terpendek Penyusunan konsep perancangan peta evakuasi yang baru dilakukan
dengan mengacu pada identifikasi masalah yang diperoleh. Data permasalahan
commit to user IV - 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut perlu dilakukan konsep perancangan peta evakuasi yang dapat digunakan penghuni bangunan rumah sakit saat terjadi keadaan darurat atau bahaya. Konsep perancangan dalam hal ini dijelaskan sebagai berikut: Pada perancangan sistem ini, algoritma yang dipilih adalah Algoritma Floyd-Warshall. Algoritma Floyd-Warshall merupakan salah satu varian dari pemrograman dinamis atau metode yang melakukan pemecahan masalah dengan memandang solusi yang akan diperoleh sebagai suatu keputusan yang saling terkait. Pemilihan ini didasarkan pada kecepatan algoritma Floyd-Warshall, yaitu kecepatannya sangat cepat bila dibandingkan dengan algoritma lainnya. Selain itu, algoritma ini memiliki jenis algoritma yang all-pairs. Hal ini sesuai dengan kebutuhan sistem yang akan memberikan informasi jalur evakuasi saat terdapat titik bahaya baru dan obstacle. Algoritma Floyd-Warshall akan memilih satu jalur terpendek dari beberapa alternatif jalur yang telah dihasilkan dari proses kalkulasi tersebut (Sukrisno, 2010). a. Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen belum mempunyai block plan dalam bentuk softfile mengenai gambaran setiap ruangan yang ada. Pembuatan block plan dilakukan pertama kali sebelum melakukan perancangan peta evakuasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran letak masing-masing ruang secara keseluruhan. b. Penentuan Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) Perencanaan letak titik berkumpul (assembly point) pada tiga tempat, yaitu di sebelah utara, barat, dan selatan. Sebelah timur tidak terdapat lahan kosong (berbatasan langsung dengan rumah dinas) sehingga tidak dapat dijadikan titik berkumpul (assembly point). Titik berkumpul (assembly point) yang terletak di sebelah utara, barat, dan selatan berupa lahan kosong yang dapat digunakan untuk menampung penghuni bangunan rumah sakit sementara saat terjadi bencana gempa bumi. c. Penentuan Node Penentuan node bertujuan untuk mengetahui lintasan dari masing-masing ruang yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen ke titik
commit to user IV - 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkumpul (assembly point) yang telah ditentukan. Node merupakan titik pertemuan antara arah lintasan ruang yang satu dengan yang lain. d. Pemilahan Titik Berkumpul (Assembly Point) untuk Masing-Masing Ruang Masing-masing ruang di rumah sakit mempunyai alternatif titik berkumpul (assembly point) atau secara langsung dapat menuju titik berkumpul (assembly point). Ruang-ruang yang berdekatan dengan titik berkumpul (assembly point) yang terletak di utara, barat, dan selatan dapat langsung menuju titik tersebut. Ruang-ruang yang letaknya di tengah dapat memilih tiga altenatif titik berkumpul (assembly point) dengan memperhitungkan jaraknya. Dalam hal ini jarak yang terpendek merupakan yang tercepat. e. Penentuan Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang ke Titik Berkumpul (Assembly Point) Node-node yang telah ditentukan dihubungkan satu sama lain untuk mengetahui jarak masing-masing lintasan. Jarak lintasan digunakan dalam perhitungan penentuan alternatif evakuasi. f. Penentuan Alternatif Evakuasi Terdapat tiga tempat titik berkumpul (assembly point) yang terletak di sebelah utara, barat, dan selatan. Penentuan alternatif evakuasi dapat dilakukan setelah jarak lintasan diketahui. Metode yang digunakan untuk menentukan lintasan terpendek menuju titik berkumpul (assembly point) menggunakan Algoritma Floyd-Warshall.
3.2.2
Penandaan Peta Evakuasi Penandaan peta evakuasi diperoleh setelah melakukan benchmark antara
Rumah Sakit Islam Surakarta dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Bagian penandaan yang mengadopsi dari rumah Sakit Islam Surakarta ialah warna dan bahan. Untuk ukuran dan penandaan titik berkumpul (assembly point) dirancang sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor: 10/kpts/2000. Setelah peta evakuasi dirancang, penandaan dibuat untuk mempermudah penghuni keluar dari bangunan rumah sakit saat terjadi bencana. Bahan dasar pembuatan penandaan peta evakuasi adalah arcrylic dan mengandung fosfor. Hal
commit to user IV - 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini bertujuan agar saat gelap tanda tersebut dapat dilihat dengan jelas pada saat siang maupun malam oleh penghuni bangunan rumah sakit. Panjang dan lebar penandaan disesuaikan dengan tiang penyangga dan tembok bangunan. Jarak dan ketinggian setiap penandaan disesuaikan dengan tinggi mata berdiri rata-rata orang normal. Hal ini dimaksudkan agar penandaan peta evakuasi mudah dilihat dan diikuti arahnya saat proses evakuasi berlangsung.
3.3
Penempatan Penandaan Peta Evakuasi Penempatan penandaan peta evakuasi berkoordinasi dengan pihak
manajemen rumah sakit dan pihak K3 rumah sakit. Penandaan peta evakuasi dipasang pada tiang penyangga dan tembok bangunan sepanjang jalur evakuasi. Sedangkan peta evakuasi dipasang di tempat-tempat yang strategis, seperti pintu masuk, pintu keluar, kasir, dan lain-lain.
3.4
Tahap Analisa dan Interpretasi Hasil Tahap analisis dan interpretasi hasil dilakukan untuk menganalisis hasil
perancangan peta evakuasi terhadap pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya.
3.5
Tahap Kesimpulan dan Saran Bagian terakhir penelitian berisi kesimpulan yang menjawab tujuan akhir
dari penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan, serta saran-saran yang berisi masukan untuk penelitian-penelitian berikutnya supaya lebih baik.
commit to user IV - 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab pengumpulan dan pengolahan data menguraikan bagaimana langkah pengumpulan data dan pengolahan data yang membahas tentang perancangan peta evakuasi dengan menggunakan Algoritma Floyd-Warshall serta penandaan pada jalur evakuasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen.
4.1
Identifikasi Masalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen belum mempunyai peta
evakuasi yang sesuai dengan standar keselamatan bagi penghuninya. Peta evakuasi belum dibuat dengan jalur-jalur yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, evakuasi dilakukan saat terjadi bencana yaitu gempa bumi. Penandaan yang ada saat ini belum dapat memberikan gambaran secara jelas bagi penghuni rumah sakit tentang petunjuk arah evakuasi menuju titik berkumpul (assembly point). Oleh karena itu, diperlukan perancangan peta evakuasi beserta penandaannya yang sesuai dan dapat mudah dipahami oleh penghuni rumah sakit saat terjadi bencana. Aplikasi perancangan peta evakuasi beserta penandaannya mengadopsi dari Rumah Sakit Islam Surakarta yang telah menerapkan peta evakuasi dengan baik dan sesuai dengan standar keselamatan pada bangunan yang tidak bertingkat. Dokumentasi dan wawancara dilakukan saat identifikasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen dan Rumah Sakit Islam Surakarta. Dokumentasi diperoleh dengan cara pengambilan gambar berupa jalur evakuasi yang sudah ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi secara langsung dari pihak manajemen rumah sakit, khususnya pihak K3 mengenai proses penetapan arah alur evakuasi saat terjadi bencana. Adanya peta evakuasi untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit. Selain itu, frekuensi gempa yang dirasakan cukup sering menjadikan peta evakuasi sangat penting bagi rumah sakit. Hasil
commit to user IV - 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang didapat berupa block plan rumah sakit yang nantinya akan dilakukan penentuan rute evakuasi yang tercepat. Identifikasi dilakukan untuk kondisi bangunan Rumah Sakit Islam Surakarta khususnya pada sistem evakuasi dan fasilitas evakuasi, yaitu exit sign, kemudian data yang diperoleh akan digunakan untuk proses perancangan peta evakuasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen dan pengembangan sistem exit sign di Rumah Sakit Islam Surakarta. Wawancara dilakukan kepada pihak Diklat dan K3 yang menangani tentang peta evakuasi. Tujuan wawancara untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan peta evakuasi dan penandaan jalur evakuasi yang telah diterapkan oleh Rumah Sakit Islam Surakarta. Bahan, desain, penempatan, ukuran tentang penandaan jalur evakuasi setelah dilakukan wawancara dengan pihak manajemen rumah sakit dan pihak K3. Setelah melakukan wawancara, dilakukan survey lokasi untuk mengetahui keadaan nyata, jalur evakuasi, dan penandaan di lokasi. Hasil yang didapat mengenai rincian penandaan yang lengkap dan cara penempatan di sepanjang jalur yang digunakan untuk evakuasi.
4.2
Perancangan Peta Evakuasi
4.2.1
Perancangan Alur Evakuasi dengan Menggunakan Algoritma FloydWarshall untuk Menentukan Lintasan Terpendek
1. Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen Block plan merupakan gambar 2D suatu bangunan yang terlihat dari atas. Penggambaran block plan menggunakan bantuan software Autocad. Penggambaran block plan dimaksudkan untuk mengetahui letak dan ukuran masing-masing ruang dan akses jalur yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Penggambaran block plan menggunkan skala 1:1 dengan satuan meter. Gambar 4.1 Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen Keterangan Gambar: 1. Pos Driver/Sopir 2. Ruang IPRS
32. Klinik THT 33. Klinik Anak
commit to user IV - 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Ruang PKRS
34. Klinik Obsgin/Kandungan
4. Ruang Fisioterapi/Rehabilitasi Medis
35. Klinik Mata
5. Ruang Anggrek Blok C
36. Klinik Gigi
6. Ruang Anggrek Blok B
37. Klinik Orthopedi
7. Ruang Anggrek Blok D
38. Klinik Bedah
8. Ruang Anggrek Blok A
39. Farmasi/Apotek
9. Ruang Direktur
40. Klinik Kulit dan Kelamin
10. Ruang Kepala Tata Usaha
41. Klinik Penyakit Dalam
11. Ruang Seksi Perencanaan
42. Ruang VCT/Tumbuh Kembang Anak/Psikologi
12. Ruang Seksi Kepegawaian
43. Ruang Melati
13. Rumah Dinas
44. Instalasi Bedah Sentral
14. Ruang Penunjang Medis/Nonmedis
45. Ruang Hemodialisa
15. Ruang Komite Medis
46. Ruang Laboratorium
16. Mushola
47. Ruang ICU/ICCU
17. Pos Satpam
48. Ruang Cempaka Baru
18. Ruang Keuangan
49. Ruang Cempaka
19. Ruang CT Scan
50. Ruang Bugenvile Baru
20. Koperasi
51. Ruang Bugenvile
21. Ruang Peristri
52. Ruang Mawar
22. Ruang Informasi
53. Instalasi Gizi
23. Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat)
54. Ruang Dahlia
24. Ruang Observasi IGD
55. Ruang Dahlia Baru
25. Aula
56. Ruang Terate
26. Ruang Radiologi/Rontgen
57. Ruang Terate Baru
27. Ruang Rekam Medik/C.M.
58. Instalasi Higine dan Sanitasi
28. Ruang Pendaftaran Rawat Jalan
59. Ruang Laundry
29. Ruang Askes
60. Ruang Genset
30. Klinik Syaraf
61. Ruang Kamboja
62. IPAL 63. Lapangan Voli 64. Incenerator
commit to user IV - 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Penentuan Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) Penentuan letak titik berkumpul (assembly point) dapat dilakukan setelah menggambar block plan RSUD Kebumen terlebih dahulu. Penentuan titik berkumpul (assembly point) pada lahan kosong yang masih ada di sekitar bangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen. Berdasarkan hal tersebut, titik berkumpul (assembly point) berada di sebelah utara, barat, dan selatan. Titik berkumpul (assembly point) tidak terdapat di sebelah timur karena bangunan rumah sakit berbatasan langsung dengan rumah dinas sehingga tidak terdapat area yang dapat digunakan untuk evakuasi. Titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan barat mempunyai luas 30 m x 20 m sedangkan sebelah selatan mempunyai luas 30 m x 30 m. Kapasitas orang penghuni rumah sakit yang dapat ditampung di sebelah utara dan barat, masing-masing kurang lebih 600 orang. Titik berkumpul (assembly point) sebelah selatan dapat menampung kurang lebih 900 orang. Gambar 4.2 Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) Sebelah Utara Gambar 4.3 Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) Sebelah Barat Gambar 4.4 Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) Sebelah Selatan 3. Penentuan Node Penentuan node dilakukan setelah pembuatan block plan RSUD Kebumen. Node ditetentukan untuk mengetahui jarak lintasan menuju area evakuasi. Node berupa lingkaran merah dengan simbol huruf dibagian tengahnya. Gambar 4.5 Node pada Alur Evakuasi 4. Pemilahan Titik Berkumpul (Assembly Point) untuk Masing-masing Ruang Masing-masing ruang dikategorikan untuk penentuan evakuasi secara langsung, letaknya berdekatan dengan titik berkumpul (assembly point) dan memperhitungkan jarak terpendek. a. Secara langsung Utara
: pos driver/supir, ruang IPRS, ruang PKRS, ruang
Fisioterapi atau Rehabilitasi Medik, ruang Direktur, ruang Kepala Tata
commit to user IV - 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Usaha, ruang Seksi Perencanaan, ruang Seksi Umum, ruang Seksi Kepegawaian, rumah dinas, pos satpam, ruang Keuangan, ruang Informasi, ruang IGD, ruang Radiologi, ruang Rekam Medik/CM, ruang Pendaftaran, ruang Askes, klinik THT, Klinik Anak, farmasi/apotek, Klinik Kulit dan Kelamin, Klinik Penyakit Dalam. Barat
: ruang Anggrek Blok C, ruang Anggrek Blok B, ruang
Anggrek Blok D, ruang Anggrek Blok A, ruang Komite Medis, mushola, CT Scan, koperasi, ruang Peristri, ruang Dahlia, ruang Dahlia Baru, ruang Terate, ruang Terate Baru. Selatan
: ruang Bugenvile Baru, ruang Bugenvile, ruang Instalasi
Gizi, Instalasi Higine dan Sanitasi, ruang Kamboja. b. Perhitungan menggunakan algoritma Utara
: ruang Anggrek Blok C, ruang Anggrek Blok B, ruang
Anggrek Blok D, ruang Komite Medis, mushola, ruang CT Scan, koperasi, ruang Peristri, aula, Klinik Obsgin/Kandungan, Klinik Mata, Klinik Gigi, Klinik Orthopedi, Instalasi Bedah Sentral, Klinik Bedah, ruang VCT/Tumbuh Kembang Anak/Psikologi. Barat
: ruang Dahlia, ruang Dahlia Baru, ruang Terate, ruang
Terate Baru, ruang Laundry. Selatan
: ruang Komite medis, mushola, ruang CT Scan, koperasi,
ruang Peristri, aula, ruang VCT/Tumbuh Kembang Anak/Psikologi, Instalasi Bedah Sentral, ruang Melati, ruang Hemodialisa, ruang Laboratorium, ruang ICU/ICCU, ruang Cempaka Baru, ruang Cempaka.
5. Perhitungan Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang Menuju Titik Berkumpul (Assembly Point) Garis berwarna jingga menghubungkan antara node yang satu dengan node lainnya untuk mencari jarak lintasan menuju titik berkumpul (assembly point). Gambar 4.6 Node yang Telah Dihubungkan menjadi Alur Perhitungan jarak lintasan masing-masing ruang ke titik berkumpul (assembly point) difokuskan pada tempat yang mempunyai beberapa alternatif jalur
commit to user IV - 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menuju ke titik berkumpul (assembly point). Berikut contoh perhitungan lintasan untuk ruang Anggrek Blok C. a. Ruang Anggrek Blok C PP
24,38 m Q Q
5,76 m
20,66 m
RR X
10,1 m
A
234,69 m 139,69 m
37,48 m
20,78 m Y
H 153,1 m
182,523 m
30,18 m 110,72 m 158,9 m
SS
L 36,78 m
F Gambar 4.7 Hubungan antar Node pada Ruang Anggrek Blok C Terdapat 4 tahapan dalam perhitungan jarak lintasan menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah utara, yaitu: •
Tahap 1 menjelaskan bahwa dari titik awal (X) menuju node dengan jarak terpendek yaitu node A (10,1 m). Tahapan ini ditampilkan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Langkah Pertama Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C Solusi Optimum s f1 (s) x1 A •
10,1
X*
Tahap 2 menjelaskan bahwa node A memiliki beberapa alternatif tujuan node yaitu node PP, node RR, node H, node L, dan node F.
commit to user IV - 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Diantara kelima node tersebut, dipilih node terpendek yaitu node PP dengan jarak 30,76 m. Tahapan ini ditampilkan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Langkah Kedua Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C Solusi Optimum f2 (s)
s
x2 A
•
PP
30,76
A*
RR
244,79
A
H
149,79
A
L
163,2
A
F
192,623
A
Tahap 3 menjelaskan bahwa dari kelima node, yaitu node PP, node RR, node H, node L, node F memiliki dua alternatif tujuan yaitu node QQ dan node SS. Dari kelima node tersebut, node PP mempunyai jarak terpendek menuju node QQ yaitu 55,14 m. Tahapan ini ditampilkan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Langkah Ketiga Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C Solusi Optimum s
f3 (s) x3
•
PP
RR
H
L
F
QQ
55,14
250,55
∞
∞
∞
PP*
SS
∞
∞
260,51
322,1
229,403
F
Tahap 4 menjelaskan bahwa dari node QQ dan node SS dicari jarak yang terpendek menuju tujuan akhir yaitu Y. diperoleh bahwa dari node QQ ke tujuan akhir (Y) mempunyai jarak terpendek yaitu 75,92 m. Tahapan ini ditampilkan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Langkah Keempat Penentuan Jarak Lintasan Ruang Anggrek Blok C s Solusi Optimum
commit to user IV - 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f4 (s) x4 Y •
QQ
SS
75,92
259,583
QQ*
Dari keempat tahapan yang telah dijelaskan, diperoleh jalur yang dilalui dengan lintasan terpendek. Jalur yang dilalui adalah: X
A
PP
QQ
Y = 75,92 m
Dengan cara yang sama, perhitungan lintasan untuk ruangan yang lain menggunakan Algoritma Floyd-Warshall ditampilkan dalam Tabel 4.5.
commit to user IV - 40
Tabel 4.5 Rangkuman Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang Menuju Titik Berkumpul (Assembly Point) NO
NAMA RUANG
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pos Driver/Supir PKRS IPRS Fisioterapi/Rehabilitasi Medis Anggrek Blok C Anggrek Blok B Anggrek Blok D Anggrek Blok A Direktur Kepala Tata Usaha Seksi Perencanaan Seksi Umum Seksi Kepegawaian Rumah Dinas Kantin Komite Medis Mushola Pos Satpam Keuangan CT Scan Koperasi Peristri Informasi IGD Observasi IGD Aula Radiologi/Rontgen Rekam Medik/C.M. Pendaftaran Rawat Jalan Askes
UTARA X→PP→QQ→Y X→PP→QQ→Y X→PP→QQ→Y X→PP→QQ→Y X→A→PP→QQ→Y X→B→PP→QQ→Y X→C→PP→QQ→Y X→PP→QQ→Y X→QQ→Y X→PP→QQ→Y X→PP→QQ→Y X→QQ→Y X→PP→QQ→Y X→PP→QQ→Y X→NN→SS→Y X→OO→NN→SS→Y X→SS→Y X→F→SS→Y X→G→NN→SS→Y X→G→F→SS→Y X→H→NN→SS→Y X→SS→Y X→J→SS→Y X→K→J→SS→Y X→L→NN→SS→Y X→J→SS→Y X→S→R→Q→SS→Y X→Q→SS→Y X→R→Q→SS→Y
AREA EVAKUASI BARAT
SELATAN
X→A→B→C→D→Y X→B→C→D→Y X→C→D→Y X→E→D→Y
X→NN→G→OO→H→I→E→D→Y X→OO→H→I→E→D→Y
X→OO→H→W→Y X→OO→H→W→Y
X→G→OO→H→I→E→D→Y X→OO→H→I→E→D→Y X→H→I→E→D→Y
X→G→H→W→Y X→OO→H→W→Y X→H→I→W→Y
X→H→I→E→D→Y
X→L→H→I→W→BB→CC→DD→Y
IV - 41
JARAK (M) 119.15 128.37 137.4 127.06 75.92 ; 82.13 86.57 ; 65.88 138.6 ; 105.58 47.44 45.57 23.8 56.37 61.37 26.12 85.74 86.35 113.93 ; 175.34 ; 178.15 136.47 ; 159.84 ; 158.85 51.36 71.46 94.65 ; 149.42 ; 147.33 93.58 ; 135.75 ;129.91 113.29 ; 121.83 ; 116.69 52.33 92.02 115.91 116.69 ; 147.3 ; 139.23 99.43 133.72 114.45 119.45
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Klinik Syaraf Klinik THT Klinik Anak Klinik Obsgin/Kandungan Klinik Mata Klinik Gigi Klinik Orthopedi Klinik Bedah Farmasi/Apotek Klinik Kulit dan Kelamin Klinik Penyakit Dalam VCT/Tumbuh Kembang Anak/Psikologi Melati Instalasi Bedah Sentral Hemodialisa Laboratorium ICU/ICCU Cempaka Baru Cempaka Bugenvile Baru Bugenvile Mawar Instalasi Gizi Dahlia Dahlia Baru Terate Terate Baru Instalasi Higine dan Sanitasi Laundry Genset Kamboja IPAL Lapangan Voli Incenerator
X→S→R→Q→SS→Y X→S→R→Q→SS→Y X→S→R→Q→SS→Y X→FF→K→SS→Y X→Z→K→SS→Y X→Y→K→SS→Y X→O→K→SS→Y X→M→K→SS→Y X→SS→Y X→U→T→S→R→Q→SS→Y X→T→S→R→Q→SS→Y X→Z→K→SS→Y X→L→NN→SS→Y
-
-
-
-
IV - 42
X→P→W→Y X awal→X→EE→BB→CC→DD→Y X→L→H→W→Y X awal→X→EE→BB→CC→DD→Y X→W→BB→CC→DD→Y X→W→BB→CC→DD→Y X→V→W→BB→CC→DD→Y X→W→BB→CC→DD→Y X→AA→BB→CC→DD→Y X→CC→DD→Y X→CC→DD→Y X→EE→BB→CC→DD→Y X→II→BB→CC→DD→Y X→JJ→II→W→Y X→LL→KK→W→Y X→MM→II→CC→Y X→DD→Y X awal→KK→X→W→Y X→DD→Y -
124.45 136.7 140.7 160.94 153.89 146.89 135.69 135.96 99.08 146.65 141.15 157.89 ; 170.08 142.84 139.87 ; 143.29 110.19 134.45 137.79 133.52 116.69 94.62 59.64 70.73 91.53 136.73 160.93 163.71 187.72 38.25 167.07 23.35 -
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Penentuan Alternatif Evakuasi Terdapat tiga alternatif titik berkumpul (assembly point) sebelah di Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen yaitu di sebelah utara, barat, dan selatan. •
Pos driver/sopir langsung menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang IPRS langsung menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang PKRS langsung menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Fisioterapi/Rehabilitasi Medis langsung menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Anggrek Blok C langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut. Selain ke barat, penghuni bangunan rumah sakit juga dapat menuju ke titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dengan jalur X
•
A
PP
QQ
Y yang dijelaskan pada Gambar 4.6.
Ruang Anggrek Blok B langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut. Selain ke barat, penghuni bangunan rumah sakit juga dapat menuju ke titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dengan jalur X
B
PP
QQ
Y yang dijelaskan pada Gambar 4.6. IV - to 43user commit
perpustakaan.uns.ac.id
•
digilib.uns.ac.id
Ruang Anggrek Blok D langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut. Selain ke barat, penghuni bangunan rumah sakit juga dapat menuju ke titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dengan jalur X
•
C
PP
QQ
Y yang dijelaskan pada Gambar 4.6.
Ruang Anggrek Blok A langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Direktur langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Kepala Tata Usaha langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Seksi Perencanaan langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Seksi Umum langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Seksi Kepegawaian langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
IV - to 44user commit
perpustakaan.uns.ac.id
•
digilib.uns.ac.id
Rumah Dinas langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Komite Medis langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Mushola langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Pos satpam langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Keuangan langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang CT Scan langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Koperasi langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Peristri langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Informasi langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul IV - to 45user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut. •
Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Observasi IGD langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Aula langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah barat karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah barat dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Radiologi/Rontgen langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Rekam Medik/C.M. langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Pendaftaran Rawat Jalan langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Askes langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Klinik Syaraf langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
IV - to 46user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut. •
Klinik THT langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Klinik Anak langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Farmasi/apotek langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Klinik Kulit dan Kelamin langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut
•
Klinik Penyakit Dalam langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah utara karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut
•
Ruang Bugenvile Baru langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Bugenvile langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Mawar langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul
IV - to 47user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut. •
Instalasi Gizi langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Instalasi Higine dan Sanitasi langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
Ruang Genset (pada tempat ini tidak terdapat penghuni bangunan karena merupakan tempat yang digunakan untuk pembangkit listrik saat listrik tidak menyala).
•
Ruang Kamboja langsung menuju titik berkumpul (assembly point) di sebelah selatan karena letaknya paling dekat dengan titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan hanya terdapat satu jalur ke titik tersebut.
•
IPAL (pada tempat ini tidak terdapat penghuni bangunan karena merupakan tempat saluran pembuangan air limbah).
•
Lapangan Voli (pada tempat ini tidak terdapat penghuni bangunan karena merupakan lapangan kosong).
•
Incenerator (pada tempat ini tidak terdapat penghuni bangunan karena merupakan alat untuk membakar sampah).
4.2.2
Penentuan Letak Penandaan Peta Evakuasi Penandaan arah evakuasi menggunakan bahan yang terbuat dari arcrylic.
Bahan tersebut terlihat jelas baik pada siang maupun malam hari. Pada malam hari, bahan arcrylic dapat memancarkan cahaya sehingga terlihat terang saat gelap. Bahan ini mengandung flour sense (zat kapur) yang dapat menyerap cahaya dan memancarkannya kembali saat gelap. Penempatan penandaan arah evakuasi pada semua tempat yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen dan sepanjang jalur yang dilalui saat terjadi evakuasi. Jarak antara penandaan IV - to 48user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang satu dengan yang lain diperhitungkan agar mudah memberikan petunjuk bagi penghuni rumah sakit. Ketinggian penandaan sesuai dengan tinggi mata berdiri rata-rata orang normal agar mudah dibaca. 4.3 4.3.1
Desain Peta Evakuasi Tanda berupa anak panah berwarna merah menunjukkan jalur yang dilalui
saat proses evakuasi. petunjuk arah tersebut menuju titik berkumpul (assembly point) yang telah disediakan yaitu di sebelah utara, barat, dan selatan. Pemasangan peta evakuasi pada tempat-tempat yang strategis, misalnya perempatan jalur dalam rumah sakit, dekat kasir, pintu masuk, dan pintu keluar. Selain itu, juga ditempatkan pada masing-masing ruang yang ada di rumah sakit. Gambar 4.8 Peta Evakuasi 4.3.2
Penandaan (Exit Sign) Desain penandaan arah evakuasi berbentuk persegi panjang dengan warna
dasar biru dan warna anak panah merah. Penempatan penandaan pada masingmasing ruang Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen dan di sepanjang jalur evakuasi. Bahan yang digunakan dalam pembuatan penandaan ialah bahan akrilik (kaca bening). Bahan ini mempunyai keunggulan dibandingkan bahan lainnya seperti plastik dan kayu. Bahan plastik dan kayu tidak dapat terlihat jelas saat malam hari karena bahan ini tidak mengandung flour sense (zat kapur). Penandaan arah evakuasi yang dipasang di tiang penyangga mempunyai panjang 35 cm dan lebar 25 cm, sedangkan penandaan arah evakuasi yang dipasang di tembok bangunan mempunyai panjang 50 cm dan lebar 30 cm. Saat malam hari, warna putih yang mengelilingi tanda panah berwarna merah dan tulisan “evakuasi” menyala atau memancarkan sinar. Hal ini sangat membantu penghuni bangunan saat terjadi evakuasi yang disebabkan oleh gempa bumi. Ukuran panjang dan lebar tanda arah evakuasi menyesuaikan ukuran dinding bangunan dan tiang penyangga. Tinggi tulisan pada penandaan arah evakuasi sebesar 25 mm. Sedangkan tinggi tulisan pada penandaan titik berkumpul (Assembly Point) sebesar 35 mm. Warna penandaan arah evakuasi mengadopsi dari Rumah Sakit Islam Surakarta. Ukuran huruf beserta ukuran penandaan arah evakuasi sesuai IV - to 49user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor: 10/kpts/2000. Gambar 4.9 Tanda Arah Evakuasi pada RSUD Kebumen Gambar 4.10 Tanda Arah Evakuasi pada RSUD Kebumen Gambar 4.11 Tanda Titik Berkumpul (Assembly Point) pada RSUD Kebumen
4.3.3
Penempatan Penandaan Peta Evakuasi Warna kuning pada peta evakuasi menunjukkan penandaan peta evakuasi.
Terdapat 60 buah penandaan yang dipasang sepanjang jalur yang ada dalam peta evakuasi. Penandaan diletakkan pada bagian tengah atau samping masing-masing ruang, tiang penyangga bangunan, perempatan atau pertigaan jalur, dan tempat yang strategis. Jarak masing-masing penandaan menyesuaikan lokasi ruang atau tempat pada jalur dalam peta evakuasi. Peletakan penandaan yaitu setinggi mata orang berdiri normal. Hal ini bertujuan agar penandaan mudah dilihat orang saat terjadi proses evakuasi baik siang maupun malam hari. Gambar 4.12 Petunjuk Arah Menuju Titik Berkumpul (Assembly Point) Utara Gambar 4.13 Petunjuk Arah Menuju Titik Berkumpul (Assembly Point) Barat Gambar 4.14 Petunjuk Arah Menuju Titik Berkumpul (Assembly Point) Selatan Gambar 4.15 Penandaan Peta Evakuasi
IV - to 50user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dilakukan pembahasan terhadap perancangan peta evakuasi menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk menentukan lintasan terpendek. Pembahasan terdiri dari pembuatan block plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen, penentuan letak titik berkumpul (assembly point), pemilahan titik berkumpul (assembly point) untuk masing-masing ruang, penentuan jarak lintasan masing-masing ruang ke titik berkumpul (assembly point) serta penempatan penandaan peta evakuasi sebagaimana diuraikan lebih lanjut dalam subbab berikut.
5.1
Pembuatan Block Plan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen Block plan merupakan denah suatu bangunan secara sederhana. Block plan
menggambarkan keadaan bangunan rumah sakit. Penggambaran denah dilihat dari sisi atas suatu bangunan dalam bentuk dua dimensi. Penggambaran block plan menggunakan skala 1:1. Terdapat beberapa jalur tambahan agar terdapat alternatif jalur menuju titik berkumpul (assembly point). Beberapa alternatif jalur tersebut digunakan dalam perhitungan jalur terpendek (tercepat) menggunakan Algoritma Floyd-Warshall. Jalur-jalur yang dilalui pasien menuju titik berkumpul (assembly point) lebarnya 2-3 m. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor: 10/kpts/2000 yang berbunyi “jika lapis lantai atau mesanin menampung lebih dari 200 orang, maka lebar bersih, kecuali untuk pintu harus ditambah menjadi: 2 m ditambah 500 mm untuk setiap kelebihan 60 orang dari sejumlah 200 orang jika jalan ke luar mencakup perubahan ketinggian lantai oleh tangga atau ramp dengan tinggi tanjakan 1:12”. Dengan adanya block plan, jalur-jalur yang ada dalam rumah sakit dan area yang dapat digunakan untuk evakuasi dapat teridentifikasi.
IV - to 51user commit
perpustakaan.uns.ac.id
5.2
digilib.uns.ac.id
Penentuan Letak Titik Berkumpul (Assembly Point) Terdapat tiga titik berkumpul (assembly point) di Rumah Sakit Umum
Daerah Kebumen, yaitu di bagian utara, barat, dan selatan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor: 10/kpts/2000 yang berbunyi “Setiap bangunan harus mempunyai sedikitnya 1 exit dari setiap lantainya”. Titik berkumpul (assembly point) hanya digunakan untuk menampung sementara penghuni bangunan rumah sakit saat terjadi bencana. Area tersebut berupa tanah lapang yang cukup untuk menampung banyak orang. Titik berkumpul (assembly point) sebelah utara mempunyai luas 30 m x 20 m dengan kapasitas 600 orang. Titik berkumpul (assembly point) sebelah barat mempunyai luas 30 m x 20 m dengan kapasitas 600 orang. Titik berkumpul (assembly point) sebelah barat mempunyai luas 30 m x 30 m dengan kapasitas 900 orang. Ketiga titik berkumpul (assembly point) dapat menampung sekitar 2100 penghuni bangunan rumah sakit. Penentuan alternatif evakuasi berdasarkan letak masing-masing ruang dan titik berkumpul (assembly point) yang telah ditetapkan. Perlu adanya pemberian informasi mengenai peta evakuasi kepada penghuni bangunan rumah sakit. Terdapat beberapa alternatif untuk menuju titik berkumpul (assembly point) yang berada di sebelah utara dan selatan. Namun, penghuni bangunan rumah sakit dapat memilih jalur terpendek diantara beberapa alternatif jalur yang ada. Terdapat beberapa persyaratan menurut Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata yang bekerja sama dengan UNESCO yaitu: 1. Pemilihan titik evakuasi (horizontal atau vertikal) telah disepakati 2. Rute evakuasi internal ditandai dengan jelas 3. Sebaiknya titik evakuasi yang dipilih telah dievaluasi oleh seorang ahli 4. Titik evakuasi mudah diakses 5. Titik evakuasi sanggup menampung seluruh penghuni (minimal 1 m2/orang) 6. Tempat perlindungan (shelter) diperlengkapi untuk keadaan darurat (seperti air dan makanan untuk minimal 3 hari, alat komunikasi, daftar periksa, nomornomor telepon penting, dan lain-lain) 7. Tempat perlindungan dan perlengkapan setidaknya diperiksa setiap 2 minggu IV - to 52user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Titik berkumpul (assembly point) di RSUD Kebumen belum ideal karena terdapat beberapa persyaratan yang belum terpenuhi. Persyaratan yang belum terpenuhi diantaranya belum adanya evaluasi oleh ahli, belum adanya perlengkapan untuk keadaan darurat karena titik berkumpul (assembly point) berupa tanah lapang, pemeriksaan rutin belum dilakukan pihak rumah sakit. Untuk mengurangi korban jiwa secara total, limit state yang terakhir, yaitu jalur evakuasi dan tempat penampungan korban harus direncanakan untuk memiliki kekuatan yang lebih dari bagian struktur yang lain. Sepanjang jalur evakuasi, dinding tembok didisain untuk menggunakan bahan yang ringan, atau diikat dengan baik agar tidak melukai penghuni yang sedang melarikan diri (Rahardjo, 2010).
5.3
Pemilahan Titik Berkumpul (Assembly Point) untuk Masing-Masing Ruang Pemilahan titik berkumpul (assembly point) berdasarkan letak masing-
masing ruang. Pemilahan titik berkumpul (assembly point) bertujuan untuk mengetahui titik berkumpul (assembly point) terdekat saat terjadi gempa bumi. Apabila seseorang berada pada ruang yang letaknya di tengah, orang tersebut akan mengalami kebingungan untuk memilih jalur. Hal tersebut dikarenakan terdapat tiga alternatif titik berkumpul (assembly point). Solusi yang diberikan ialah adanya penyuluhan kepada penghuni bangunan rumah sakit tentang jarak masingmasing ruang menuju titik berkumpul (assembly point). Jarak-jarak tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel. Terdapat beberapa ruangan yang langsung menuju titik berkumpul (assembly point) karena letaknya berdekatan dengan titik berkumpul (assembly point) tersebut. Oleh karena itu, dalam perhitungan jaraknya tidak menggunakan Algoritma Floyd-Warshall karena tidak terdapat alternatif jalur menuju titik berkumpul (assembly point). Ruang yang langsung menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah utara saat terjadi bencana ada 23 ruang. Ruang yang langsung menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah barat saat terjadi bencana ada 14 ruang. Ruang yang langsung menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah selatan saat terjadi bencana ada 3 ruang. Ruang lainnya IV - to 53user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan Algoritma Floyd-Warshall dalam menentukan jalur yang dilalui menuju titik berkumpul (assembly point) karena terdapat beberapa alternatif jalur yang dapat dilalui. Terdapat 16 ruang menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah utara, 5 ruang menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah barat, dan 14 ruang menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah selatan. Pemilahan titik berkumpul (assembly point) belum efektif dalam penerapan di rumah sakit. Hal ini dikarenakan penghuni bangunan tidak memperhatikan posisi mereka saat terjadi bencana. Mereka secara spontan berlarian menuju jalan keluar tanpa memperhatikan titik berkumpul (assembly point) yang aman dan terdekat.
5.4
Penentuan Jarak Lintasan Masing-Masing Ruang ke Titik Berkumpul (Assembly Point) Sebelum penentuan jarak lintasan, terlebih dahulu melakukan penentuan
node. Node dibuat untuk mempermudah menentukan jalur lintasan masingmasing ruang. Node ditentukan dari pertemuan jalur yang dilewati masing-masing ruang yang ada di RSUD Kebumen. Peletakan node di depan masing-masing ruang tergantung pada letak pintu keluarnya sehingga terdapat peletakan node di tengah atau di samping ruang. Penentuan jarak lintasan dihitung berdasarkan node-node yang telah dihubungkan menuju titik berkumpul (assembly point). Titik tengah merupakan titik awal keberadaan penghuni rumah sakit. Jarak pertama diambil dari titik tengah masing-masing ruang menuju node yang berada di depannya. Penamaan masing-masing node menggunakan huruf alphabet. Ruang Terate Baru memiliki jarak terpanjang menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah selatan yaitu 187,72 m. Dibandingkan dengan menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah utara dan barat, titik berkumpul (assembly point) sebelah selatan mempunyai jarak yang terpendek. Jika terjadi gempa bumi, penghuni bangunan rumah sakit yang saat itu berada di ruang Terate Baru memilih jalur menuju titik berkumpul (assembly point) sebelah selatan. Lintasan jarak terpendek merupakan lintasan tercepat menuju titik berkumpul (assembly point). Hal ini dikarenakan waktu yang digunakan untuk IV - to 54user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menempuh jarak terpendek lebih cepat dengan kondisi jalur yang sama. Kekurangannya ialah saat terjadi gempa bumi, penghuni bangunan rumah sakit tidak memilih jalur terpendek (tercepat yang telah ditentukan), tetapi melewati jalur yang biasa mereka lewati tanpa adanya penandaan.
5.5
Penempatan Penandaan Peta Evakuasi Penandaan peta evakuasi berjumlah 60 buah. Penandaan tersebut dipasang di
sepanjang jalur menuju titik berkumpul (assembly point) yang telah ditentukan. Penandaan tersebut bertujuan untuk memudahkan penghuni bangunan rumah sakit dalam mencari titik berkumpul (assembly point). Pemasangan pada dinding tiang bangunan setinggi rata-rata tinggi mata orang berdiri. Hal ini dimaksudkan agar penghuni dapat secara jelas melihat tanda peta evakuasi saat terjadi bencana. Warna yang digunakan ialah warna dasar biru dan warna tanda panah merah dengan dikelilingi warna putih di sepanjang anak panah untuk memperjelas tanda serta tulisan evakuasi putih berwarna putih. Tinggi tulisan pada penandaan arah evakuasi yaitu 25 mm. Hal ini memenuhi standar penulisan pada penandaan yaitu minimal 20 mm dan warna kontras dengan latar belakang (Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor: 10/kpts/2000). Panjang dan lebar penandaan untuk yang dipasang di tiang bangunan yaitu 35 cm dan 25 cm. Penandaan ini luasnya menyesuaikan tiang bangunan. Penandaan yang dipasang di dinding bangunan mempunyai panjang 50 cm dan lebar 30 cm. Penandaan yang terpasang di tiang penyangga bangunan dapat terlihat jelas pada jarak 2-3 m. Sedangkan penandaan yang terpasang di dinding bangunan dapat terlihat jelas pada jarak 10 m. Penandaan yang dipasang di titik berkumpul (assembly point) mempunyai panjang 60 cm dan lebar 10 cm. Warna yang menyala saat malam hari ialah warna putih di sekeliling anak panah dan tulisan evakuasi. Penggunaan warna yang dapat memancarkan sinar di malam hari dan peletakan penandaan di tempat yang mudah dilihat dan strategis sudah sesuai dalam Standar Nasional Rambu Evakuasi di Indonesia. Beberapa warna menurut British Standard untuk komponen bangunan, meliputi cladding dan floorings disajikan dalam tabel 5.1. IV - to 55user commit
perpustakaan.uns.ac.id
Colour
digilib.uns.ac.id
Tabel 5.1 Colour Code BS Safety Colours Significance
Red
04E53
‘Flame’
Fire equipment and alarm
Yellow
08E51
‘Gorse’
Where accident likely to occur
Green
14E53
‘Neptune’
Escape routes
Blue
18E53
‘Gentian’
Safety instructions
Sumber: Stanley, 1992. Penandaan arah evakuasi terbuat dari bahan flour sense. Bahan ini dipilih karena tahan air, awet, dan dapat memancarkan sinar sinar pada malam hari (terlihat di kegelapan). Bahan-bahan yang lain kurang dapat memenuhi kebutuhan penandaan arah evakuasi, seperti kayu, mika, dan bahan-bahan logam. Tinggi penandaan arah evakuasi dari tanah ialah rata-rata tinggi mata orang berdiri agar mudah dilihat dan dibaca saat penghuni gedung rumah sakit melewatinya. Walaupun telah dipasang pada tempat yang mudah dilihat dan strategis, penghuni terkadang tidak memperhatikan penandaan arah evakuasi yang ada.
IV - to 56user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini dikemukakan kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang telah dilakukan. Selanjutnya diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lain yang mengangkat permasalahan perancangan peta evakuasi menggunakan Algoritma Floyd-Warshall untuk penentuan lintasan terpendek dan juga bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dalam penerapan peta evakuasi untuk mengantisipasi saat terjadi bencana.
6.1
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang telah dilakukan yaitu
sebagai berikut: 1. Terdapat 40 ruang yang dapat langsung ditentukan lintasan evakuasinya dan 35 ruang ditentukan lintasan terpendeknya dengan menggunakan Algoritma Floyd-Warshall. Dari ketiga puluh lima ruang itu, 16 ruang menuju titik berkumpul sebelah utara, 5 ruang menuju titik berkumpul sebelah barat, dan 14 ruang menuju titik berkumpul sebelah selatan. Sehingga titik berkumpul sebelah utara menampung 39 ruang, titik berkumpul sebelah barat menampung 19 ruang, dan titik berkumpul sebelah selatan 17 ruang. 2. Peta evakuasi telah disusun dan akan dipasang di tempat-tempat strategis sepanjang jalur evakuasi.
6.2
Saran Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terhadap hasil penelitian agar
dapat optimal dalam implementasinya yaitu: 1. Dalam perancangan selanjutnya lebih dikembangkan lebih luas, misalnya ditambahkan tentang prosedur saat evakuasi dan penanganan saat terjadi bencana selain gempa bumi. 2. Perancangan peta evakuasi seharusnya lebih memenuhi standar desain.
IV - to 57user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Dalam penelitian selanjutnya perlu ditambahkan peta evakuasi masing-masing ruang yang menunjukkan posisi penghuni gedung saat berada di salah satu ruang tersebut. Hal ini dimaksudkan agar penghuni dapat mengetahui keberadaan mereka saat terjadi bencana (gempa bumi) sehingga dapat mudah menuju titik berkumpul (assembly point).
IV - to 58user commit