42
PERANCANGAN Perancangan Simonds (1983) mengatakan perancangan akan menghasilkan ruang tiga dimensi. Perhatian dalam perancangan ini ditujukan pada penggunaan volume atau ruang, dimana setiap volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, warna, tekstur dan kualitas lainnya. Kesemuanya ini dapat dengan baik mengespresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang ingin dicapai. Pemilihan bahan atau material juga merupakan hal penting dalam kegiatan perancangan lanskap (Laurie, 1984). Perbedaan jenis bahan yang digunakan dapat mengkomunikasikan kegunaan-kegunaan tertentu. Begitu pula dengan merancang objek, ruang dan materi harus didesain seefektif mungkin dalam fungsinya (Simonds, 1983). Rancangan Green Wall Green wall merupakan penanaman ini dilakukan pada struktur vertikal seperti dinding atau panel dan dapat dilakukan dimana saja. Penanaman atau penghijauan pada area ini menjadikan dinding lebih menarik dan bahkan dapat menciptakan habitat satwa (Arifin et al., 2008).Ada dua kategori mayor dari green wall, yaitu green facade dan living wall. Rancangan yang dihasilkan adalah struktur green wall yang memiliki fungsi estetika dan fungsi ameliorasi iklim mikro atau sebagai insulator panas yang diakibatkan radiasi matahari pada bangunan MO. Menurut Brown dan Gillespie (1995) iklim mikro adalah area kecil dimana cuaca terasa berbeda. Pengertian dari iklim mikro dapat digunakan sebagai alat untuk menciptakan habitat yang nyaman secara suhu dan efisisen energi untuk bangunan. Green wall ini menjadi elemen yang menyatu dengan bangunan MO. Green wall ini memperkuat konsep bangunan sebagai green building. Secara arsitektural, green wall ini memperkuat keindahan bangunan sehingga meningkatkan nilai arsitekturnya pula. Menurut Sharp (2007) ada dua kategori mayor dari green wall, yaitu green facade dan living wall. Green facade merupakan sistem dinding dimana tanaman merambat diberi perlakuan khusus untuk menutup dinding dengan struktur
43
pendukung yang didesain dengan khusus. Green facade dapat pula ditambahkan pada dinding atau bangunan eksisting sebagai struktur bebas. Living wall merupakan susunan dari panel vegetasi yang terintegrasi yang diletakkan pada struktur dinding atau bingkai. Kedua jenis green wall tersebut digunakan pada perancangan ini. Hasil perancangan berupa site plan dapat dilihat pada Gambar 26. Site plan ini menjelaskan letak elemen green wall pada tapak. Peletakan elemen green wall didasarkan pada analisis mengenai aspek kondisi bangunan, visual, dan aktivitas pengguna yang dapat diakomodasi oleh elemen green wall ini. Elemen green wall diletakan pada bagian bangunan yang mampu mendukung elemen ini secara struktur. Bagian dari elemen green wall seperti planter box akan diletakan menempel pada bangunan, sehingga peletakannya dilakukan pada struktur balok. Sebagai elemen yang berfungsi untuk menambah estetika elemen green wall harus diletakan pada bagian gedung yang mudah terlihat. Visual ke tapak atau ke bangunan ini sangat ditentukan oleh sirkulasi. Dinding bangunan sebelah timur merupakan bagian yang udah terlihat oleh pengguna jalan. Hal tersebut dikarenakan bagian tersebut adalah bagian tertinggi dari bangunan. Oleh karenanya pada bagian tersebut dibuat struktur green wall dengan jenis green facade (Gambar 27). Aktivitas pengguna MO dapat diakomodasi oleh rancangan green wall ini. Aktivitas yang terjadi seperti menuju ke tapak dan bangunan, dan aktivitas social gathering di plaza belakang MO. Green wall mengakomodasi setiap aktivitas dengan menjadi setting dari aktivitas tersebut. Green wall yang diletakan pada bagian bangunan sebelah timur (bagian A) akan membantu mengarahkan pengguna jalan yang ingin menuju ke MO. Selain itu, green wall pada bagian tersebut memberikan naungan kepada bangunan. Sehingga diharapkan dapat menurunkan suhu di dalam bangunan. Ilustrasi suasana dapat dilihat pada Gambar 27. Bagian dinding sebelah timur tersebut lebih terlihat dari jauh, sehingga desain dari pola tanaman dibuat dengan pola yang besar. Pola tersebut dibuat mengikuti tarikan garis yang ada pada dinding
44
bangunan. Menurut Reid (1993), kesamaan pola dapat membuat sebuah kesatuan yang akhirnya tercipta suatu keharmonisan. Pada bagian drop area, tepatnya pada pintu masuk utama bangunan dibuat suatu struktur green wall dengan jenis living wall. Elemen green wall ini dimaksudkan sebagai elemen estetika untuk menyambut pengunjung yang datang. Jenis living wall memungkinkan penggunaan vegetasi yang lebih beragam sehingga rancangan lebih menarik. Elemen ini dapat mencirikan ruang sebagai ruang penerimaan dengan memberikan penekanan akses masuk ke dalam bangunan. Elemen tanaman dari green wall mampu memberikan kontras kepada dinding bangunan yang terbuat dari kaca. Tanaman juga melembutkan bangunan dari kesan kaku. Ilustrasi suasana dapat dilihat pada Gambar 27. Aktivitas pengguna sangat berdekatan dengan elemen green wall pada bagian pintu masuk ini. Desain dari pola tanaman dibuat lebih detail dengan ukuran pola yang lebih kecil dan penggunaan jenis tanaman yang lebih banyak. Pola diagonal yang digunakan mengikuti tarikan garis dari pola dinding bangunan. Pengguna dapat turun di drop area kemudian memarkir kendaraannya di tempat parkir yang letaknya di selatan bangunan. Kemudian pengguna berjalan melalui pedestrian path yang ada di sebelah barat bangunan untuk menuju pintu masuk utama. Pada bagian C dan D ini pengguna diarahkan untuk menuju pintu utama bangunan dengan elemen green wall berjenis green facade. Bougainvillea spectabilis yang memiliki warna ungu dalam planter box diletakkan pada dinding. Peletakan dilakukan secara berderet membentuk garis lurus. Menurut Van Dyke (1982) penanaman yang berulang dapat menciptakan suatu kesatuan (unity). Green wall tersebut mengarahkan pandangan pengguna yang juga akan mengarahkan pergerakan pengguna menuju pintu utama. Ilustrasi suasana dapat dilihat pada Gambar 28. Kegiatan social gathering terkadang dilakukan oleh pihak Sentul City di plaza belakang MO. Kegiatan tersebut dilakukan ketika Sentul City memiliki even tertentu seperti ulang tahun, syukuran, dan launching produk. Aktivitas tersebut dapat diakomodasikan oleh elemen green wall. Green wall disini berfungsi sebagai setting dari aktivitas social gathering tersebut. Rancangan dibentuk menyerupai panggung dengan living wall sebagai background dari panggung
45
tersebut. Ilustrasi suasana dapat dilihat pada Gambar 28. Aktivitas pengguna sangat dekat dengan elemen green wall ini sehingga pola dari tanaman dibuat lebih detail dengan permainan warna dan tekstur tanaman. Pola yang organik berupa garis lengkung digunakan dalam penataan tanaman. Pola ini menyesuaikan dengan logo Sentul City yang berupa garis lengkung. Pola ini lebih memberikan kesan dinamis pada tapak. Hal ini sesuai dengan aktivitas social gathering yang dilakukan pada plaza. Penambahan elemen green wall memberikan pandangan yang berbeda pada tapak dan bangunan. Gambaran pandangan setelah adanya penambahan elemen green wall dapat dilihat pada Gambar 29 dan Gambar 30.
46
47
Gambar 42. Perspektif Green Wall
48
49
50
51
Rancangan Detail Konstruksi Pemilihan bahan atau material juga merupakan hal penting dalam kegiatan perancangan lanskap (Laurie, 1984). Perbedaan jenis bahan yang digunakan dapat mengkomunikasikan kegunaan-kegunaan tertentu. Begitu pula dengan merancang objek, ruang dan materi harus didesain seefektif mungkin dalam fungsinya (Simonds, 1983). Pada perancangan green wall ini dihasilkan green wall dengan jenis living wall dan green facade. Struktur green wall yang dibuat berdasarkan rancangan yang diinginkan. Struktur konstruksi green wall terdiri dari struktur penyangga, dan struktur sistem irigasi. Struktur tersebut dibuat dengan melihat kondisi konstruksi bangunan. Untuk bagian dinding sebelah timur bangunan (bagian A) green facade yang digunakan menggunakan bantuan struktur penyangga. Struktur tersebut terbuat dari besi baja (biasa disebut besi IWF) sebagai rangkanya. Struktur penyangga diperlukan karena pada bagian dinding ini memiliki tinggi 24 m sehingga sulit dalam melakukan pemasangan green wall. Selain itu, untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman merambat membutuhkan perlakuan (train) sehingga struktur ini diperlukan untuk memudahkan perawatan. Struktur penyangga menyerupai bangunan bertingkat. Setiap level berjarak 3 m yang dihubungkan dengan tangga. Pintu masuk dibuat pada bagian selatan struktur. Tanaman dirambatkan pada struktur menyerupai tralis yang terbuat dari wire mesh. Perambatan tanaman diatur agar tidak menutupi kaca bangunan dengan rangka besi. Berat dari planter box dan tanaman didistribusikan melalui struktur penyangga sehingga struktur bangunan tidak terganggu oleh green wall. Detail dari konstruksi green facade ini dapat dilihat pada Gambar 31. Rancangan living wall yang dihasilkan berada di bagian pintu masuk utama bangunan (bagian B) dan plaza belakang MO (bagian E). Struktur living wall ini dibuat dengan menggunakan vertical greening moduls (VGM). Modul ini merupakan struktur yang dibuat oleh pabrik. Struktur VGM memiliki kelebihan diantaranya ringan, kuat, dan mudah dalam pemasangannya. Selain itu, kita dapat lebih leluasa dalam membuat pola dengan menggunakan bermacam jenis tanaman yang kita inginkan. Spesifikasi unit dari modul VGM dapat dilihat pada Tabel 9.
52 Tabel 9. Spesifikasi Unit Modul VGM Spesifikasi Unit Modul Green Wall Material Recycled PP( polypropylene) Dimensi 500 (P) x 250 (L) x 560 (T) mm Volume 0.07 m3 Berat kosong ~6.0 kg Berat isi ~20.0 kg Sumber : Elmich Green Wall Spesification
Prinsip dari green wall dengan modul VGM ini adalah mengubah penanaman dari bidang horizontal ke bidang vertikal. Bagian depan panel memiliki grid yang memungkinkan penanaman hingga 16 tanaman dalam satu modul. Media tanam ditempatkan dalam sebuah wadah berupa kotak yang berlubang dengan lapisan geotekstil untuk menjaga media berada pada tempatnya. VGM disusun seperti struktur rak. Struktur rak ini dibuat dengan menggunakan besi hollow (RHS). Untuk Penyangganya terbuat dari besi siku dengan tebal 2 mm. Besi siku ini menjepit tiap unit VGM agar berdiri kokoh. Detail dari konstruksi living wall yang berada di pintu masuk (bagian B) dan plaza belakang MO (bagian E) dapat dilihat pada Gambar 32 dan 34. Masing-masing modul diikat ke besi siku dengan mekanisme baut (Gambar 35). Dengan mekasnisme ini modul dapat dengan mudah dilepaskan dari rak. Dengan demikian struktur ini memudahkan dalam penggantian tanaman dan penambahan media tanam. Rancangan green facade yang dihasilkan berada di bagian dinding sebelah timur, utara dan barat bangunan atau bagian A, C, dan D pada site plan. Green facade yang dihasilkan berupa planter box yang ditempelkan di dinding secara lansung ke dinding dan planter box dengan struktur penyangga. Kedua green facade tersebut menggunakan planter box dengan spesifikasi yang sama. Hal yang membedakan adalah cara menempelnya ke dinding bangunan. Green facade yang menempel langsung pada dinding (bagian C dan D) menggunakan bantuan struktur yang menyerupai keranjang. Keranjang tersebut berfungsi sebagai penahan planter box. Struktur keranjang tersebut terbuat dari besi hollow. Kemudian struktur tersebut ditempelkan ke dinding dengan mur. Struktur tersebut disusun secara berderet untuk memberikan fungsi sebagai pengarah. Detail dari kostruksi green facade ini dapat dilihat pada Gambar 33.
53
54
55
56
57
58
Rencana Irigasi Irigasi menjadi faktor kritis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan green wall. Ketersediaan air menjadi keharusan bagi tanaman. Bila kekurangan air, maka tanaman akan layu. Bahkan akan mati ketika melewati titik layu permanen. Namun, dalam sistem green wall keberadaan air tidak boleh terlalu banyak karena akan berpengaruh pada beban sistem. Oleh karena itu, irigasi air perlu diatur agar kebutuhan air dapat tercukupi dengan takaran yang sesuai. Dalam rancangan green wall ini air yang digunakan berasal dari air PDAM. Irigasi yang digunakan menggunakan sistem drip. Hal tersebut ditujukan untuk mencegah air terbuang. Air digerakan ke atas menggunakan pompa listrik dari sumbernya, Pengaturan irigasi ini dilakukan dalam satu kendali menggunakan kran air. Filter diperlukan untuk menyaring air yang digunakan untuk menyiram tanaman agar kotoran tidak terbawa. Menurut Hannebaum (2002), dalam membuat rencana irigasi penyusunan jaringan aliran air merupakan hal yang penting. Air dialirkan dalam satu pipa utama yang menyalurkan ke pipa-pipa cabangnya hingga berujung pada nozzle di masing-masing planter atau modul. Mekanisme penyiraman diatur oleh kran. Mekanisme ini tergolong sederhana dan memudahkan dalam mengontrol ketersediaan air. Curah hujan yang tinggi dan tingginya radiasi matahari membuat ketersediaan air sulit untuk diprediksi. Ketika ketersediaan air dirasa kurang katup kran dibuka hingga air dirasa cukup. Sistem yang sederhana ini juga sesuai dengan keinginan pihak Sentul City. Rencana irigasi berupa aliran air dan komponen penyusun sistem irigasi dapat dilihat pada Gambar 33-Gambar 35. Menurut Suhaya (2008) sistem irigasi drip memiliki keuntungan seperti: (1) tidak membuang-buang air, (2) tidak menyebabkan erosi dan (3) sedikit air yang menguap. Hal itu dikarenakan air memiliki waktu untuk menyerap ke dalam dan secara kapiler ke seluruh area perakaran. Sehingga irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibanding sistem sprinkler yang hanya 50%-65%.
59
60
61
62
R Rencana Vegetasi Strruktur vertikkal tidak teerlihat bagus tanpa adaanya vegetaasi seperti bunga, semak dann tanaman berukuran sedang. Maata akan lebbih tertarik melihat seesuatu yang berbbeda atau sesuatu s yanng tidak daatar. Keindaahan tanam man yang ada di struktur vertikal v mem mberikan kiita kebahag giaan tersenndiri ketika kita melih hatnya (Jekyl,19994). Meenurut Brow wn dan Gillespie (1995) Soft landdscape elem ments (tumb buhan hidup) meemiliki karrakteristik yang y unik dan berbedda dari elem men keras yang membuat
tanaman
memilikii
nilai
sebagai s
allat
dalam m
memodifikasi
radiasi.maatahari (Gam mbar.39.).
Gam mbar 39. Kemampuan Tanaman T Daalam Menyerap Radiassi Matahari mber: Brow wn dan Gilleespie (1995)) Sum Pemilihan jennis vegetasii dalam perancangan green walll ini disesu uaikan dengan fuungsi dan tujuan yanng telah dittetapkan daalam konseep perancaangan. Vegetasi yang y akan digunakan dalam stru uktur green wall adalaah vegetasi yang memiliki fungsi f estettika dan funngsi ameliorrasi iklim mikro m yaitu ssebagai insu ulator panas pada bangunann (Gambar 40). 4 Beeberapa dari jenis tanaaman yang ada dapat digunakan d sebagai maaterial green waall, agar sesuai s denggan prinsip p-prinsip minimum m eenergy footprint Moughtin (2005).
63
Gambar 40. Penggunaan Vegetasi Sebagai kontrol Radiasi Matahari Sumber: Grey dan Deneke (1978) Pemilihan tanaman yang tepat sangat penting untuk keberlanjutan taman dinding (Jekyl,1994). Pemilihan tanaman akan mempengaruhi sistem yang medukung desain. Jenis tanaman biasanya dipilih berdasar pada toleransi mereka dalam sistem pertumbuhan, kondisi lingkungan spesifik, warna, tekstur, kecepatan perbanyakan, dan sistem perakaran. Vegetasi yang akan digunakan adalah jenis tanaman merambat dan ground cover. Tanaman yang digunakan dalam rancangan green wall dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Spesies Tanaman yang Digunakan dalam Green Wall Jenis Green Wall Living Wall (Modul VGM)
Green Fascade (Planter box)
Nama Spesies 1. Ananas camosus 2. Bromelia sp. 3. Carex morrowii 4. Clorophytum sp. 5. Lantana camara 6. Neprolephis sp. 7. Pandanus pygmaeus 8. Rhoeo discolor 9. Scindapsus aureus 10. Syngonium podophylum 1. Baugenvillea sp. 2. Pasiflora sp. 3. Thunbergia sp.
Jumlah 47 32 44 42 55 20 51 29 32 128 98 105 112
64
Tanaman yang digunakan pada eksterior vertikal atau outdoor dihadapkan pada kondisi iklim yang lebih keras dari pada bagian indoor. Sehingga, spesies yang lebih tahan harus dipilih untuk eksterior vertikal. Karakteristik tanaman yang digunakan dalam rancangan green wall ini dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tanaman dengan toleransi terhadap angin dan panas harus dipilih pada tempat yang memiliki iklim kurang bersahabat (Sharp, 2007). Pada dinding bangunan bagian timur (bagian A) menggunakan green facade dengan struktur penyangga untuk perambatan tanaman. Tanaman yang digunakan adalah tanaman merambat Thunbergia sp. dan Pasiflora sp. Tanaman ini dipilih karena tahan akan penyinaran penuh dari matahari. Selain itu tanaman tersebut juga memiliki tajuk yang mampu memberikan naungan pada bangunan dan juga memiliki bunga yang memberikan warna pada bangunan. Sharp (2007) juga menyebutkan bahwa tanaman merambat dapat mencapai penutupan sempurna hingga 3-5 tahun. Baugenvillea sp. digunakan sebagai tanaman pengarah yang mengarahkan pergerakan pengguna dari tempat parkir menuju pintu masuk utama bangunan (bagian C dan D). Tanaman ini dipilih karena memliliki warna yang menarik. Karakter tanaman ini memang sesuai untuk penggunaan di outdoor. Dengan penyinaran matahari yang penuh tanaman akan tumbuh dengan baik. Living wall pada plaza belakang MO (bagian E) menggunakan tanaman yang memiliki karakter tahan terhadap penyinaran penuh dari matahari. Tanaman yang digunakan adalah Ananas camosus, Lantana camara, Pandanus pygmaeus, Rhoeo discolor, dan Syngonium podophylum. Living wall juga diletakan pada pintu masuk utama bangunan (bagian B). Meskipun berada di luar bangunan (outdoor), Living wall mendapatkan naungan dari kanopi teras. Dengan demikian tanaman yang digunakan adalah tanaman yang memiliki karakter tahan terhadap naungan. Tanaman yang digunakan pada bagian ini adalah Bromelia sp., Carex morrowii, Clorophytum sp., Neprolephis sp., Scindapsus aureus, dan Syngonium podophylum.
65 Tabel 11. Karakterisitik Tanaman untuk Living Wall Spesies Hortikultural Perakaran tidak intensif Ananas camosus Tahan cuaca panas Tahan kondisi minim air Tidak mudah stress Bromelia sp. Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Tahan kondisi minim air Carex morrowii
Clorophytum sp.
Lantana camara
Neprolephis sp.
Pandanus pygmaeus
Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah sress Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress terhadap kondisi minim air
Perakaran tidak intensif Tahan naungan maupun penyinaran Tidak mudah stress Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress
Rhoeo discolor
Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress
Scindapsus aureus
Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress
Syngonium podophylum
Arsitektural Warna daun merah Daun kaku Tekstur kasar Fungsi aksentuasi Warna daun menarik berwarna merah Daun kaku Tekstur kasar Fungsi aksentuasi Warna daun hijau tua Tajuk berumpun Tekstur kasar Warna daun variegata Tajuk berumpun Tekstur halus Warna daun hijau dengan bunga merah yang berbunga sepanjang tahun dan tumbuh bergerombol Tajuk berumpun Tekstur halus Warna daun hijau muda Tajuk berumpun Tekstur halus Warna daun kuning kehijauan Tajuk membentuk permukaan Tekstur kasar Warna daun ungu dan hijau tua Tajuk berumpun, Memberikan tutupan Tekstur kasar Warna daun hijau kekuningan Tekstur agak kasar Warna daun variegata Tekstur kasar
66 Tabel 12. Karakterisitik Tanaman untuk Green Facade Spesies Fisiologis Baugenvillea sp. Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Pasiflora sp. Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress terhadap kondisi minim air Thunbergia sp.
Perakaran tidak intensif Tahan cuaca panas Tidak mudah stress Pertumbuhan tajuk cepat sehingga penutupan maksimal
Arsitektural Warna daun ungu Tajuk menjuntai Tekstur kasar Warna daun hijau dan bunga berwarna merah Tajuk memberikan tutupan yang rapat Tekstur kasar Warna daun hijau dengan bunga putih Tajuk memberikan tutupan yang rapat Tekstur kasar
Rencana penanaman (planting plan) pada green wall dapat dilihat pada Gambar 41 dan Gambar 42. Material tanaman yang digunakan dalam rancangan green wall dapat dilihat pada gambar 43. Teknik penanaman sangat penting untuk keberlangsungan hidup tanaman. Teknik penanaman green wall dalam modul VGM dan Planter box dapat dilihat pada Gambar 44.
67
68
69
70
71
Media Tanam Media tanam merupakan tempat tumbuh bagi tanaman. Green wall menggunakan media buatan sebagai media tanam. Kriteria yang cocok dari media tanam green wall (Anderson, 2008): adalah: (1) ringan, (2) memiliki kemampuan memegang nutrisi, (3) memberikan kelembaban yang cukup, (4) dapat memberikan ruang tumbuh akar, (5) dapat kering dengan mudah, dan (6) memberikan udara yang cukup. Menurut Lestari (2009) beberapa media yang dapat digunakan sebagai media tanam green wall antara lain: sabut kelapa, batang pakis, rumput laut, arang dan sekam. Dalam rancangan green wall ini media yang digunakan adalah campuran dari sabut kelapa dan sekam bakar. Media tersebut digunakan karena memenuhi persyaratan sebagai media green wall. Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), dan fosfor (P). Sekam bakar memiliki karakter rewetable, yaitu kemampuan untuk kembali memegang air setelah kondisi kekeringan hebat. Sekam bakar berperan penting dalam perbaikan sistem aerasi dan drainase sehngga media tanam menjadi lebih baik. Penggunaan sekam bakar sebagai media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Perbandingan campuran media tersebut 70:30 (sekam bakar : sabut kelapa). Media tersebut mudah didapatkan dan harganya relatif murah.