5th National Industrial Engineering Conference
Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X Niken Parwati dan Nidia Jurusan Teknik Industri, Universitas Bina Nusantara KH Syahdan, Rawa Belong. Jakarta E-mail:
[email protected]
Abstrak Sebuah percetakan koran di daerah Sumatra yang sedang berkembang pesat, sedang berusaha memperbaiki sistem kerjanya, salah satunya adalah mengurangi resiko kecelakaan kerja. Hasil analisis dengan menggunakan software Rapid Entire Body Assessment / REBA menunjukkan bahwa kegiatan tersebut memiliki resiko kecelakaan industri Cumulative Trauma Disorder yang tinggi, disebabkan terlalu sering digunakan atau mengangkat beban berat sehingga menyebabkan trauma ke bagian tubuh, biasanya tulang belakang) ataupun Over erection-lifting and carrying (kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebihan). Dengan tujuan mengurangi resiko tersebut maka dibuatlah desain peralatan material handling yang diimplementasikan di PT X, selain itu juga dijelaskan cara pemakaiannya agar lebih optimum manfaatnya. Kata kunci: REBA, Kecelakaan Kerja, Material Handling
Abstract A publishing a company in Sumatra, was in process to improve their work system. One of their concern is how to reduce industrial accident risk. Using Rapad Entire Body Assesment /REBA analises show that the activity have a high Cumulative Trauma Disorder’s risk, cause by high utilization of several part of body could result in spinal injuries or Over erection-lifting and carrying . To improve that condition therefore suitable material handling were designed and implemented. To optimize the result, the work methods also described. Keyword: REBA, industrial accident risk, material handling
1. Latar belakang penelitian
PT X yang sedang memperbaiki seluruh sistem kerjanya, meminta agar dilakukan perbaikan kerja yang dibutuhkan sehingga pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan aman .Selama melakukan observasi di PT. X, peneliti meneliti dan mengambil data pada lantai produksi Harian PBP. Proses produksi, mula-mula bagian pracetak mencetak film menggunakan mesin image setter, dilanjutkan dengan dilanjutkan dengan cetak plate menggunakan mesin plate maker dan dicuci dengan menggunakan mesin plate processor. Setelah plate selesai dicuci, plate masuk ke proses cetak. Pada proses cetak, plate tersebut dipasang ke mesin dan dilanjutkan proses webbing (pemasangan kertas). Setelah kertas terpasang, dilakukanlah proses cetak. Salah satu yang menarik adalah sistem material handling, dimana material handling pada PT. X dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual dan bantuan peralatan. Pada material handling disini, kertas dibawa dari gudang dengan menggunakan forklift menuju lantai produksi, kemudian kertas tersebut diletakkan ke meja dorong untuk dibawa ke mesin.
547
5th National Industrial Engineering Conference Setelah sampai di mesin, kertas tersebut diangkat oleh dua orang operator dengan menggunakan balok kayu sebagai pengungkit. Dua orang operator tersebut mengangkat beban 500 kg yang mana jarak beban dengan pekerja pada posisi horisontal 40 cm. Sebelum diangkat ke mesin, kertas berada diatas meja dorong, yang mana meja dorong tersebut memiliki ketinggian 12 cm, dan kertas diangkat sampai pada ketinggian genggaman tangan (knuckle hight), yaitu 75 cm. Dimana frekuensi angkat dilakukan hanya pada saat akan dilakukan proses produksi, dengan catatan tidak setiap kali pengangkatan kertas langsung berhasil. 2. Tujuan penelitian
Mempelajari keamanan sistem material handling kegiatan pemasangan kertas, yang mana dimensi kertas tersebut memiliki diameter 1 m, panjang 13.000 m, lebar 0.7 m dan berat 500 kg. Kertas ini diangkat ke mesin GOSS oleh dua orang operator (asumsi masing-masing operator mengangkat beban 250 kg) dengan menggunakan bantuan balok sebagai pengungkit. Dan dari pengumpulan data tentang pemindahan material kertas ke mesin, dapat dilihat apakah pekerjaan yang dilakukan oleh operator cetak tersebut digolongkan sebagai pekerjaan yang berbahaya atau tidak. 3. Metodologi penelitian 1. Studi Lapangan. Studi lapangan ini dilakukan dengan mengamati seluruh aktivitas kerja yang terjadi pada perusahaan tersebut di lantai produksi . 2. Identifikasi Masalah. Observasi terhadap permasalahan yang mungkin,wawa ca manajer, koordinator, dan operator di bagian yang terkait. 3. Tinjauan Pustaka.Melakukan studi pustaka terhadap masalah-masalah yang teridentifikasi untuk mendasari penelitian yang dilakukan. 4. Rumusan Masalah.Perumusan masalah ini dilakukan untuk merumuskan masalah yang akan diteliti dan mempermudah penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian dan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. 5. Batasan Masalah. Menghitung kemungkinan cedera, dan merancang material handling yang mungkin 6. Tujuan Penelitian, ditetapkan seperti disebut diatas. 7. Pengumpulan Data 8. Memilih kegiatan yang akan diteliti. 9. Pengolahan Data 10. Pembahasan dan Analisis Hasil 11. Kesimpulan dan Saran 4. Pengolahan data
Dari hasil pengamatan dilakukan perhitungan manual dan menggunakan software. Perhitungan manual dengan menggunakan rumus Action Limit (AL) yang dilanjutkan dengan Maximum Permissible Limit (MPL) dan Recommended Weight Limit (RWL) yang dilanjutkan dengan Lifting Index (LI). Sedangkan pembuktian dengan software menggunakan software Upper Extremity Assessment Tools 1.4 b (Rapid Entire Body Assessment / REBA). Adapun pembuktiannya sebagai berikut: A. Dengan menggunakan perhitungan normal, diketahui: H = 40 cm, V = 12 cm,D = 75-12 = 63 cm, F = 0, LC = 23 kg Asumsi :
548
5th National Industrial Engineering Conference ¾ Beban 500 kg diangkut oleh 2 operator. Jadi, setiap operator mengangkat 250 kg. ¾ H adalah antara 15 cm (6 in) dan 80 cm (32 in). Satu beban tidak dapat lebih dekat dari 15 cm (6 in) tanpa bersentuhan dengan badan operator sedangkan beban berposisi lebih jauh dari 80 cm (32 in) akan sulit untuk dijangkau oleh kebanyakan orang. ¾ V diasumsikan antara 0 cm dan 175 cm (70 in) yang menggambarkan rentang jarak untuk aktivitas angkat vertikal pada kebanyakan orang. ¾ D diasumsikan antara 25 cm (10 in) dan (200-V) cm atau (80-V) in. Untuk jarak perpindahan vertikal yang kurang dari 25 cm gunakan D = 2. ¾ F diasumsikan antara 0.2 (satu aktivitas angkat setiap 5 menit) dan Fmax (lihat Tabel Penentuan Fmax). Sedangkan aktivitas angkat yang kurang dari satu angkat per 5 menit gunakan F = 0. ¾ Jika coupling good, nilai Coupling Multiplier (CM) adalah 1, coupling fair, nilai CM adalah 0.95, dan coupling poor, nilai CM adalah 0.90.
1. Action Limit (AL) dan Maximum Permissible Limit (MPL) ⎛ ⎞ ⎛ 1−F ⎞ ⎟ AL = 40 ⎛⎜ 15 ⎞⎟⎜ 1 − 0.004 ⎟⎛⎜ 0.7 + 7.5 ⎞⎟⎜ ⎜ ⎟ ⎟ ⎜ ⎝ H ⎠⎜⎝ V − 75 ⎟⎠⎝
D ⎠⎝ F max ⎠
⎞ ⎛ ⎛1−0⎞ ⎟ = 40 ⎛⎜ 15 ⎞⎟⎜ 1 − 0.004 ⎟⎛⎜ 0.7 + 7.5 ⎞⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎜ ⎟ ⎝ 40 ⎠⎜⎝ 12 − 75 ⎟⎠⎝
63 ⎠⎝
0
⎠
= 15 (0.748)(0.819) = 9.1 kg MPL = 3 (AL) = 3 (9.1) = 27.3 kg < 250 Kg
Jadi, MPL lebih kecil dari beban yang diangkat oleh masing-masing operator, yaitu 250 kg. Sehingga pekerjaan dikatagorikan sebagai pekerjaan yang berbahaya. 2.
Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI) 25 HM = H 25 = 0.625 cm = 40 VM = 1 – (0.003 |V-75|) = 1 – (0.003|12-75|) = 1 – 0.189 = 0.811 cm ⎛ 4.5 ⎞ ⎟⎟ ⎝ D ⎠ ⎛ 4.5 ⎞ ⎟⎟ = 0.82 + ⎜⎜ ⎝ 63 ⎠
DM = 0.82 + ⎜⎜
= 0.82 + 0.0714 = 0.8914 cm A = 120° – 60° = 60°
AM = 1 – (0.0032 x A) = 1 – (0.0032 x 60°) = 1 – 0.192 = 0.808 FM = 0 CM = Good =1 RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM 549
5th National Industrial Engineering Conference = 23 x 0.625 x 0.811 x 0.8914 x 0.808 x 1 = 8.4 kg LI =
Load Weight Recommended Wight Limit
250 8.4 = 29.76 > 1 Jadi, LI lebih besar dari satu sehingga pekerjaan digolongkan berbahaya. B. Dengan Menggunakan software Upper Extremity Assessment Tools 1.4 b (Rapid Entire Body Assessment / REBA). Setelah melakukan perhitungan normal, dilakukan pengujian dengan menggunakan software Upper Extremity Assessment Tools 1.4 b (Rapid Entire Body Assessment / REBA) , untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan oleh operator cetak berbahaya atau tidak. Langkah penggunaan Upper Extremity Assessment Tools 1.4 b adalah sebagai berikut: ¾ Pilih REBA ¾ Pilih Task Information ¾ Masukkan Analyst, Job Name, Workstation ID ¾ Pilih gerakan-gerakan yang telah tersedia pada Task Information, Coupling/Grip, Force or Load, dan Muscle Use. ¾ Pilih REBA Score.
=
Gambar 2. Tampilan Task Information REBA
Gambar 3 Tampilan REBA Score
550
5th National Industrial Engineering Conference
5. Analisis Dari peta tersebut dan hasil perhitungan, terlihat kegiatan yang berbahaya adalah kegiatan pengangkatan kertas ke mesin GOSS oleh operator cetak. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan perhitungan normal dan dengan menggunakan software Upper Extremity Assessment Tools 1.4 b (Rapid Entire Body Assessment / REBA).
¾ Analisis Perhitungan Action Limit (AL) dan Maximum Permissible Limit (MPL) Dari perhitungan Action Limit (AL), diperoleh nilai 9.1 kg. Hal ini berarti bahwa beban tekan (compression load) yang dapat diberikan pada intervertebral disk antara lumbar nomor 5 dan sacrum nomor 1 (L5/S1) berdasarkan gaya tekan sebesar 3500 Newton adalah sebesar 9.1 kg, dan beban ini dapat diangkat oleh 99% pria dan 75% wanita. Sedangkan nilai Maximum Permissible Limit (MPL) yang diperoleh pada perhitungan adalah 27.3 kg, yang mana ini berarti bahwa beban tekanan yang dapat diberikan pada intervertebral disk antara lumbar nomor 5 dan sacrum nomor 1 (L5/S1) berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 Newton adalah sebesar 27.3 kg, dan beban ini diperkirakan hanya dapat diangkat oleh 25% pria dan 1% wanita. Dari masing-masing nilai Action Limit dan Maximum Permissible Limit yang bernilai 9.1 kg dan 27.3 kg, dan nilai ini kurang dari beban yang diangkat oleh operator cetak yaitu 250 kg, maka pekerjaan yang dilakukan oleh operator cetak tersebut digolongkan sebagai pekerjaan yang berbahaya.
¾ Analisis Perhitungan Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI) Pada perhitungan di atas, diperoleh nilai Lifting index sebesar 29.76 yang mana nilai ini lebih besar dari 1 sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh operator cetak ini juga digolongkan sebagai pekerjaan yang berbahaya. Pekerjaan ini berbahaya kerena operator mengangkat beban melebihi berat beban yang dapat diangkat oleh hampir semua pekerja sehat dalam rentang waktu yang cukup lama.
¾ Analisis software Upper Extremity Assessment Tools 1.4 b (Rapid Entire Body Assessment / REBA) Perhitungan dengan menggunakan software REBA diatas, menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh operator cetak tersebut memiliki tingkat resiko yang tinggi, sehingga pekerjaan tersebut perlu diadakan perbaikan dengan segera. Berdasarkan perhitungan normal ataupun dengan menggunakan software REBA, dinyatakan bahwa pekerjaan mengangkat kertas oleh operator cetak tersebut berbahaya. Jika pekerjaan tersebut dilakukan secara terus menerus, maka akan terjadi kecelakaan industri yang mana operator akan mengalami Cumulative Trauma Disorder (bagian tubuh mengalami kecelakan disebabkan terlalu sering digunakan atau mengangkat beban berat sehingga menyebabkan trauma ke bagian tubuh, biasannya tulang belakang) ataupun Over erection-lifting and carrying (kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang berlebihan). Dari data kecelakaan di New South Wales pada tahun 1982-1985, kecelakaan industri 93% diantarannya diakibatkan oleh strain (rasa nyeri yang berlebihan) sedangkan 5% lainnya karena hernia. Dari data tentang strain 61% diantarannya berada pada bagian punggung.
551
5th National Industrial Engineering Conference Sedangkan resiko yang diterima oleh perusahaan karena adanya kecelakaan industri antara lain adalah hilangnya jam kerja, produktivitas menurun, dan pada akhirnya perusahaan akan mengalami kerugian berupa materi. Dari haasil penelitian yang dipublikasikan oleh Departemen Of Labour’s Bureau of Labour Statistic/DOL (BLS) menunjukkan bahwa cedera tulang belakang (punggung) meliputi 20% dari semua penyakit akibat kerja dan memakan biaya 25% dari total upah pekerja yang harus ditanggung oleh perusahaan. Di Indonesia, data menunjukkan bahwa 25% cedera yang diderita oleh pekerja merupakan akibat dari kesalahan penanganan material. Penelitian mengenai pemindahan material secara manual masih sangat terbatas di Indonesia. Selama ini rumus atau hasil penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga di luar negeri diaplikasikan di Indonesia tanpa dilakukan penyesuaian terhadap pekerja di Indonesia. Kecelakaan kerja akibat pemindahan material dapat diminimalisasi dengan cara meneliti kebutuhan untuk angkat manual secara ergonomis. Penelitian ini akan mengakibatkan adanya standarisasi dalam aktivitas angkat manusia. Standar kemampuan angkat ini tidak hanya meliputi arah beban, akan tetapi berisi tentang ketinggian dan jarak operator terhadap beban yang akan diangkat (faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan AL, MPL, RWL, dan LI).
6. Perbaikan material handling: desain alat bantu Dari hasil wawancara penulis dengan Manajer Cetak PT. X, kegiatan angkat kertas dengan bantuan balok sebagai pengungkitnya telah lama diterapkan pada lantai produksi cetak koran Harian PBP. Dan dari pembuktian diatas terbukti bahwa kegiatan mengangkat kertas yang dilakukan oleh operator cetak melebihi standarisasi aktivitas angkat manusia secara manual. Berdasarkan pembuktian tersebut, Manajer Cetak menyetujui penulis mendesain suatu alat material handling untuk membantu operator cetak dalam mengangkat kertas ke mesin GOSS. Dalam mendesain peralatan batu ini, perhitungan biaya pembuatannya tidak diperhitungkan, karena hanya menggunakan material-material biasa dan dengan tahap pengerjaan yang sederhana. Selain itu, material yang digunakan juga disesuaikan dengan kebutuhan pada lantai produksi, sehingga tidak perlu menghitung kapasitas angkat maksimal yang dapat diberikan kepada alat bantu tersebut (Menurut sumber dari perusahaan). Adapun desain peralatan yang diusulkan oleh penulis adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Peralatan Material Handling Gambar 5. Peralatan Material Handling Beserta Kertas (Sumber Gambar : Solusi Untuk Peralatan Material Handling)
552
5th National Industrial Engineering Conference Dari gambar diatas, terdapat beberapa komponen yaitu: Nomor Komponen 1 2 3 4 5 6
Tabel 4.6 Keterangan Komponen Jumlah Komponen Nama Komponen 1 Kertas 2 Engsel 1 As Mesin 2 Dongkrak 1 Meja Besi 2 Roda Putar
7. Kesimpulan dan saran Selama melakukan observasi di PT. X dan telah melakukan pengolahan data terhadap sistem kerja pada lantai produksi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemindahan material (material handling) memegang peranan penting dalam proses produksi PT. X. Peralatan pemindahan material yang terdapat pada PT. X antara lain: ¾ Forklif digunakan untuk memindahkan kertas untuk jarak yang jauh. ¾ Meja dorong digunakan untuk memindahkan kertas dari tempat penyimpanan sementara ke bawah ¾ mesin GOSS. ¾ Conveyor digunakan untuk memindahkan koran dari mesin folder ke meja packing. ¾ Palet kayu digunakan untuk memindahkan koran dari meja packing ke gudang bahan jadi. 2. Untuk pengangkatan kertas web seberat 500 kg ini ke mesin GOSS dilakukan oleh dua orang operator, dengan menggunakan balok kayu sebagai pengungkitnya. Hal ini berarti satu orang operator mengangkat beban seberat 250 kg. 3. Aktivitas pengangkatan kertas dari meja dorong ke mesin GOSS yang dilakukan oleh dua orang operator tersebut merupakan suatu akivitas yang membahayakan karena dapat menyebabkan kecelakaan industri (industrial accident) yang disebut sebagai Over erection-lifting and carrying dan Cumulative Trauma Disorder. Dan bagi perusahaan akan mengalami kerugian berupa hilangnya jam kerja, kurangnya produktivitas, dan pada akhirnya akan menyebabkan kerugian materi terhadap perusahaan. Berdasarkan observasi dan pembahasan yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan untuk coba diimplementasikan pada PT. X, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Dalam mengangkat material (material handling) harus diperkirakan cara atau standar pengangkatan yang baik sehingga tidak berbahaya terhadap operator pelaksana. 2. Jika ingin mengangkat berat beban maksimal yang bisa diangkat oleh operator posisi pegangan harus baik, karena jika posisi pegangan buruk akan mengurangi batasan angkat maksimal.
8.
Daftar rujukan
[1]
Apple, James M. 1990. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan” Edisi-3. Bandung : ITB. Nurmianto, Eko. 1996.Ergonomi, Konsep Dasar, dan Aplikasinya” Edisi-1. Surabaya : Guna Widya. Purnomo, Hari. 2004. Perencanaan & Perancangan Fasilitas. Edisi-1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
[2] [3]
553
5th National Industrial Engineering Conference [4] [5]
Wignjosoebroto, Sritomo. 2000. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Edisi-1. Surabaya : Guna Widya. Widyanti, Ari. 2004. Analisis manual material Handling serta faktor pengali Vertikal dan jarak pada persamaan pembebanan NIOSH. (ON LINE), http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbti-gdl-s1-1998ariwidyant-190&q=Beban, 8 Januari 2009.
554