MAKALAH TUGAS AKHIR
PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA
REZA FAKHRUROZI NRP 3106 100 604 Dosen Pembimbing Tavio, ST. MT. PhD
JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010
Perkembangan zaman di segala bidang semakin membuat beragamnya tindak kriminal di lingkungan sosial masyarakat. Tindak kriminal tidak hanya meningkat dari segi kuantitas tapi juga dari segi kualitas yakni modus operandi yang mereka gunakan. Peningkatan angka tindakan kriminal ini harus diimbangi dengan tersedianya sarana dan prasarana hukum yang memadai untuk menindak dan memproses kasus-kasus kriminal yang terjadi. Dengan melihat kondisi tersebut dibangun gedung Kejaksaan Tinggi Negeri Jawa sebagai prasarana untuk memproses tindak kriminal ataupun masalah sengketa. Gedung Kejaksaan Tinggi Negeri tersebut direncanakan dibangun bertingkat dengan 10 tingkat lantai Sistem Ganda adalah salah satu sistem struktur tahan gempa untuk daerah resiko gempa kuat yang memiliki 3 ciri dasar. Yaitu pertama, rangka ruang lengkap berupa SRPM yang penting berfugsi memikul beban gravitasi. Kedua, pemikul beban lateral dilakukan oleh dinding struktural dan SRPM. Ketiga, dinding struktural dan SRPM direncanakan untuk menahan V ( beban dasar geser nominal ) secara proporsional berdasarkan kekakuan relatifnya ( R. Purwono,2006).
II. KONSEP DESAIN Pada sistem ganda sistem rangka akan menerima sedikitnya 25% dari gaya lateral yang bekerja dan shear wall akan menerima paling banyak 75% dari gaya lateral yang bekerja, untuk dapat memenuhi syarat tersebut kita haru mendisain agar prilaku struktur kita dapat sesuai dengan syarat yang ditentukan. Gaya akan terbagi sesuai dengan kekakuan masing-masing elemen, dari sini kita dapat mendisain prilaku dari struktur kita dengan mendisain kekakuannya agar dapat menerima gaya yang diharapkan. Perbandingan kekakuan antara sistem rangka dan shear wall tidak boleh lebih kecil dari 1:3 , agar prilaku struktur sesuai dengan yang kita harapkan.
Adapun cara mengontrol struktur untuk membuktikan bahwa struktur tersebut termasuk dual system adalah dengan membandingkan presentase base share yang dihasilkan oleh SRPM dan shearwall dari masing-masing kombinasi pembebanan. misalkan perbandingannya 20% : 80% Maka : Kekakuan shearwall harus dikurangi dengan cara mengurangi Inersianya atau dengan menambah kekakuan frame. misalkan perbandingannya 30% : 70% Maka : perbandingan kekakuan frame dan shearwall sudah memenuhi persyaratan sistem ganda. Preliminary desain dinding geser Perhitungan dimensi shearwall sesuai dengan peraturan SNI 03 – 2847 – 2002 Pasal 16.5.3 yaitu t ≥ 1/25h atau 100 mm dan menurut SNI 03-1726-2002 Pasal 3.1.6 h/b≥ 2 dan b ≥ 1,5 m. h = 8 x 4m = 32 m b direncanakan 6m, 4m, 4,4m, 3,8m ≥ 1,5m.........ok
h 32 2 5,333 2..........ok b 6 1 1 0,16 m t htiaplantai t x4 25 25 dipakai t = 40 cm Setelah kita mendapatkan denah struktur berdasarkan hasil preliminary desain kekakuan frame dan shearwall, adapun langkah-langkah selanjutnya adalah sbb : Menghitung pembebanan akibat beban gravitasi dan beban gempa Merancang permodelan struktur : Balok dan kolom dimodelkan sebagai 3D frame Shearwall dimodelkan sebagai shell Area Memasukkan pembebanan beserta kombinasi pembebanannya sesuai SNI 03-2847-2002 ke dalam permodelan struktur. Run analisis ETABS v.9.07
2
Chek apakah struktur menerima gayagaya sesuai dengan kekakuannya sebagaimana telah didesain dari preliminary. Langkahnya adalah dengan menjumlahkan reaksi perletakan horisontal pada frame dan pada shearwall, apakah jumlah reaksi perletakan frame dibandingkakan jumlah reaksi perletakan shearwall sudah memenuhi persyaratan 25% : 75%.
IV. HASIL PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER 1. Pelat lantai : - Tebal - Tul tump arah x - Tul lap arah x - Tul tump arah y - Tul lap arah y - Tul susut&suhu
: 12 cm : Ø 10 – 200 : Ø 10 – 200 : Ø 10 – 200 : Ø 10 – 200 : Ø 10 – 250
Data perencanaan : Type bangunan : Letak bangunan : Zone gempa : Tinggi bangunan : Jumlah lantai : Mutu beton (fc’) : Mutu baja (fy) : Alur metodologi :
Perkantoran Dekat dari pantai Zone 5 40 m 10 lantai 30 Mpa 400 Mpa
6000
III.METODOLOGI
4500
Gambar Penulangan Pelat Lantai Mulai
Pelat atap : - Tebal - Tul tump arah x - Tul lap arah x - Tul tump arah y - Tul lap arah y - Tul susut&suhu
Pengumpulan, pencarian data, dan studi literatur
Modifikasi& Pemilihan kriteria desain
Preliminary Desain
Perhitungan struktur sekunder : - Rangka atap baja - Pelat atap& lantai - Tangga& ramp - Balok penggantung lift
: 10 cm : Ø 10 – 250 : Ø 10 – 250 : Ø 10 – 250 : Ø 10 – 250 : Ø 10 – 250
NOT OK Kontrol kekuatan elemen struktur sekunder OK Pembebanan + Pemodelan Struktur
Analisa Struktur Perhitungan kekuatan elemen struktur primer : Output gaya dalam - Balok - Kolom - Shearwall - Pondasi
NOT OK Kontrol kekuatan elemen struktur primer OK Gambar detail penulangan struktur : - Pelat atap - Pelat lantai - Tangga - Balok - Kolom - Shearwall - Pondasi - Rangka atap baja
Gambar Penulangan Pelat Atap
Selesai
Gambar 3.5 Diagram Metodologi
3
3. Tangga : Dimensi tangga : 5,0 x 6,0 m2 Spesifikasi tangga type : - Tebal pelat tangga : 15 cm - Tebal pelat bordes : 15 cm - Tul tangga arah x : D16–200 - Tul tangga arah y : Ø10–200 - Tul bordes arah x : D16–125 - Tul bordes arah y : Ø10–250
385 215
130
440 420
300
+ 4.00
4. Balok penggantung lift
+ 0.00 12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
1
240
360
A.1
Gambar : Tangga
130
Gambar : Denah Balok Penggantung Lift = (1 +( k1 k2 V)) 1,15 = (1 + (0,6 1,3 0,75)) 1,15 = 1,59 1,15 P =R =(5450 + 4300) 1,59=15502,5 kg
Dimensi balok Lift Tul.utama Tul.sengkang
: 35 x 60 cm2 : D16 mm : Ø 16 – 200 mm
5 D16
600
2 D16
360
240
POTONGAN A-A SKALA 1:80
5 D16
2 D16 350
350
tumpuan
lapangan
Gambar : Penulangan Balok Penggantung Lift
360
240
POTONGAN B-B SKALA 1:80
Gambar : Potongan Penulangan Tangga
4
V.
KONTROL HASIL ANALSIS STRUKTUR
Tabel : Kontrol simpangan antar tingkat arah sumbu x hx
s
drift
m
mm
mm
10
40.00
21.067
9
36.00
19.562
8
32.00
7
syarat drift
syarat drift
drift m
s
m
0,7R/1
mm
mm
mm
3.67
21.819
14.12
80
ok
3.44
20.492
14.12
80
ok
17.77
2.04
12.126
14.12
80
ok
28.00
15.73
2.24
13.31
14.12
80
ok
6
24.00
13.50
2.39
14.191
14.12
80
ok
5
20.00
11.11
2.47
14.685
14.12
80
ok
4
16.00
8.64
2.52
14.964
14.12
80
ok
3
12.00
6.13
2.31
13.762
14.12
80
ok
2
8.00
3.82
2.16
12.864
14.12
80
ok
1
4.00
1.65
1.65
9.8354
14.12
80
ok
Lantai
s
5.95
ket
Tabel : Kontrol simpangan antar tingkat arah sumbu y drift
s
hx Lantai
10 9
1 2 3 4 5 6 7 8
1,2 D + 1,0 L + 1,0 Ex 1,2 D + 1,0 L - 1,0 Ex 1,2 D + 1,0 L + 1,0 Ey 1,2 D + 1,0 L - 1,0 Ey 0,9 D + 1,0 Ex 0,9 D - 1,0 Ex 0,9 D + 1,0 Ey 0,9 D - 1,0 Ey
FX
FY
SRPM
Shearwall
SRPM
Shearwall
29.77 29.79 25.31 25.39 29.77 29.79 25.32 25.35
70.23 70.21 74.69 74.61 70.23 70.21 74.68 74.65
25.04 25.64 30.31 30.55 25.04 25.04 30.37 30.48
74.96 74.36 69.69 69.45 74.96 74.96 69.63 69.52
2. Kontrol Kinerja Struktur Gedung Kontrol terhadap simpangan arah sumbu x dan sumbu y memenuhi syarat dapat dilihat pada tabel 7.16 dan 7.17 berikut ini :
syarat drift
s
m
Lantai atap 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah
ket
m
mm
mm
mm
mm
mm
40.00
21.369
3.82
22.717
14.12
80
ok
36.00
19.655
3.63
21.599
14.12
80
ok
32.00
17.69
2.16
12.87
14.12
80
ok
7
28.00
15.52
2.30
13.685
14.12
80
ok
6
24.00
13.22
2.38
14.173
14.12
80
ok
5
20.00
10.84
2.41
14.345
14.12
80
ok
4
16.00
8.43
2.38
14.131
14.12
80
ok
3
12.00
6.06
2.29
13.626
14.12
80
ok
2
8.00
3.77
2.10
12.519
14.12
80
ok
1
4.00
1.66
1.66
9.883
14.12
80
ok
5.95
Alami
Tabel : Kontrol waktu getar alami fundamental arah sumbu x
Presentase Dalam Menahan Gempa % Kombinasi
syarat drift
m
3. Kontrol Waktu Getar Foundamental dengan TRayleigh
Tabel : Nilai cek prosentase base shear SRPM dan shearwall No
0,7R/1
drift
8
Gambar : Pemodelan struktur
1. Kontrol Dual System Dari hasil analisis struktur menggunakan ETABS, dapat dilihat bahwa presentase dari SRPM untuk semua kombinasi pembebanan gempa selalu nilainya lebih besar daripada 25%, sehingga konfigurasi struktur gedung ini telah memenuhi syarat sebagai struktur Dual System menurut SNI 1726 ps 5.2.3.
s
Zi
Wi
Wi X Zi
Fi
di
Wi x di^2
(m)
(kg)
(kgm)
(kg)
(m)
(kgm2)
(kgm)
7,335,536.00 25,030,544.40 22,249,372.80 19,468,201.20 6,687,029.60 13,905,858.00 11,124,686.40 8,343,514.80 5,562,343.20 1,202,264.40 130,909,350.8
37,060.17 126,457.88 112,407.00 98,356.13 84,305.25 70,254.38 56,203.50 42,152.63 28,101.75 6,074.01
0.0211 0.0196 0.0178 0.0157 0.0135 0.0111 0.0086 0.0061 0.0038 0.0068
81.39 266.07 219.58 172.10 126.64 85.84 51.94 26.11 10.12 13.78 1,053.57
780.75 2,473.77 1,997.58 1,547.44 1,137.78 780.60 485.77 258.31 107.21 41.12 9,610.32
40.00 36.00 32.00 28.00 24.00 20.00 16.00 12.00 8.00 4.00
183,388.40 695,292.90 695,292.90 695,292.90 695,292.90 695,292.90 695,292.90 695,292.90 695,292.90 300,566.10 6,046,297.70
n
6,3 TRayleigh
W d i
i 1
Fi x di
2 i
n
g Fi d i i 1
6,3
1053,57 9,81 9610,32
0,9831 detik
5
T yang diijinkan = 0.98 ± 20% x 0.98 = 0,784 ~ 1,176 detik Karena T empiris = 0,15 detik berada diantara nilai TRayleigh = 0,784 ~ 1,176 detik, sehingga memenuhi ketentuan SNI 03-17262002 Ps. 6.2. Tabel : Kontrol waktu getar alami fundamental arah sumbu y Lantai atap 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah
Zi
Wi
Wi X Zi
Fi
di
Wi x di^2
Fi x di
(m)
(kg)
(kgm)
(kg)
(m)
(kgm2)
(kgm)
7,335,536.00 25,030,544.40 22,249,372.80 19,468,201.20 6,687,029.60 13,905,858.00 11,124,686.40 8,343,514.80 5,562,343.20 1,202,264.40 130,909,350.8
37,060.17 126,457.88 112,407.00 98,356.13 84,305.25 70,254.38 56,203.50 42,152.63 28,101.75 6,074.01
83.74 268.60 217.48 167.54 121.57 81.72 49.41 25.49 9.86 0.83 1,026.24
791.94 2,485.53 1,988.03 1,526.78 1,114.77 761.63 473.80 255.23 105.80 10.09 9,503.51
40.00 36.00 32.00 28.00 24.00 20.00 16.00 12.00 8.00 4.00
183,388.40 695,292.90 695,292.90 695,292.90 695,292.90 695,292.90 695,292.90 695,292.90 695,292.90 300,566.10 6,046,297.70
n
TRayleigh 6,3
W d i
i 1
0.0211 0.0196 0.0178 0.0157 0.0135 0.0111 0.0086 0.0061 0.0038 0.0068
TABEL PENULANGAN KOLOM KODE POTONGAN
Kolom Eksterior
Kolom Interior
TUMPUAN
TUMPUAN
LAPANGAN
POTONGAN
DIMENSI
Gambar : Penulangan kolom eksterior&interior
2 i
n
g Fi d i i 1
6,3
1026,24 9,81 9503,51
0.961 detik
T yang diijinkan = 0,96 ± 20% x 0.96 = 0,768 ~ 1,152 detik Karena T empiris = 0,15 detik berada diantara nilai TRayleigh = 0,768 ~ 1,152 detik, sehingga memenuhi ketentuan SNI 03-17262002 Ps. 6.2.
VI. HASIL PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER 1. Balok Dimensi balok:
Gambar : Penulangan Kolom
3. Hubungan Balok-Kolom Mu = 402,34 kNm
35/60 cm 25/40 cm
Vh = 236,67 kN Kolom atas
Tul.utama : D19 mm Tul.sengkang : 12 mm Tebal selimut beton : 40 mm
As = 8 D19 Balok kiri C2 = T2
Mpr(+) = 280,23 kNm
2. Kolom Dimensi kolom : 70/70 cm Tul.utama : D25 mm Tul.sengkang : 12 mm Tebal selimut beton : 40 mm
T1 = 1134 kN
X
X
Mpr(-) = 524,44 kNm
C1 = T1
T2 = 567 kN Balok kanan
As' = 4 D19
Kolom bawah Vh = 236,67 kN Mu = 402,34 kNm
Kuat lentur : ∑Mc > 6/5 Mg
Gambar : Analisa Geser di HBK Interior
6
3. Shearwall
Gambar : Pemodelan shearwall
Gambar : Penulangan Pile Cap kolom
Tul.horisontal : 2D16 – 100 Tul.vertikal : 2D19 – 100 580
131
40
131
131
420
131
Gambar : Potongan Penulangan Pile Cap kolom 40
Gambar : Penulangan shearwall
VII. HASIL PERENCANAAN PONDASI Data tanah : Sondir Tiang pancang : Ø 40 cm Kedalaman TP : 22 m : 112,82 ton Pijin 1 TP Dimensi Pile Cap : - Tipe PC-kolom : 2,4x2,4x0,75 m3 - Tipe PC-SW : 7,6x5,2x 0,75m3
Gambar : Pile Cap Shearwall
Gambar : Potongan Penulangan Pile Cap Shearwall
7
Perencanaan Sloof Dimensi : 30/50 cm 4-D16
500
500
4-D16
Ø10-200
Ø10-200
4-D16
4-D16
300
300
Tumpuan
Lapangan
Gambar : Penulangan Sloof
V. KESIMPULAN Sesuai dengan tujuan penulisan tugas akhir ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.Perencanaan pre-elimenari desain dinding geser sesuai SNI 2847 ps 16.5.3.1, didapatkan tebal dinding geser untuk masing-masing type adalah 40 cm. 2.Sesuai dengan SNI 1726, Dual System adalah salah satu sistem struktur yang beban gravitasinya dipikul sepenuhnya oleh space frame, sedangkan beban lateralnya dipikul bersama oleh space frame dan shearwall. Space frame sekurang-kurangnya memikul 25% dari beban lateral dan sisanya dipikul oleh shearwall. Dan hal tersebut telah dibuktikan dari kontrol hasil analisa struktur pada bab VII, dari tabel 7.11 dapat dilihat bahwa prosentase dari SRPM untuk semua kombinasi pembebanan gempa selalu nilainya lebih besar daripada 25%, sehingga konfigurasi struktur gedung ini telah memenuhi syarat sebagai struktur Dual System menurut SNI 1726 ps 5.2.3. 3.Perhitungan penulangan dinding geser struktural khusus (DSBK) telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang diatur dalam SNI 2847 ps 13 tentang geser, pasal 16 tentang dinding, dan pasal 23 untuk dinding dengan ketentuan khusus untuk perencanaan gempa. 4.Dari hasil perancangan struktur gedung Rawat Inap dan Kebidanan Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo dengan menggunakan Sistem Ganda didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut :
Mutu Beton : 30 Mpa Mutu Baja : 400 Mpa Tebal Pelat Atap : 10 cm Tebal Pelat Lantai: 12 cm Jumlah Lantai : 8 Lantai dan atap Ketinggian Tiap Lantai: 4,0 meter Tinggi Total Gedung: 37,5 meter Dimensi Kolom : 50 x 50 cm (tulangan utama D25 mm dan sengkang Ø 12 mm) o Dimensi Balok : 35 x 60 cm (tulangan utama D19 mm dan sengkang Ø 12 mm) o Dimensi Balok : 30 x 50 cm (tulangan utama D19 mm dan sengkang Ø 12 mm) o Dimensi Balok : 25 x 40 cm (tulangan utama D19 mm dan sengkang Ø 12 mm) 5.Struktur bawah bangunan terdiri dari 2 jenis pilecap, yaitu pilecap pondasi kolom dan pilecap pondasi shearwall. Keduanya menggunakan tiang pancang pracetak dengan diameter 40. o o o o o o o o
VI. SARAN Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk merencana struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomis dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.
8
VII. DAFTAR PUSTAKA
Brosur PT Hume Sakti Indonesia PC Piles. Table of Standard Dimensions of PT Hume Sakti Indonesia PC Piles. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. Husin, Nur Ahmad. 2006. Struktur Beton I. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. Isdarmanu,dkk. 2006. Struktur Baja I. Surabaya : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS. Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional. Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. 2002. SNI-03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional. Purwono, Rachmat. 2005. Perencanaan Struktur beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : itspress. Purwono, Rachmat, dkk. 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI-032847-2002 Dilengkapi Penjelasan (S2002). Surabaya : itspress. Wang, C. K. dan Charles G Salmon. 1985. Desain Beton Bertulang Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
9
PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI NEGERI DI PADANG DENGAN SISTEM GANDA REZA FAKHRUROZI NRP . 3106 100 604 Abstrak Wilayah Indonesia, seperti yang disampaikan oleh sejumlah ahli di bidang geologi dan geografi, berlokasi di kawasan yang rawan gempa, maka sudah seharusnya pembangunan di Indonesia harus memenuhi syarat-syarat bangunan tahan gempa, karena hal tersebut berkaitan dengan aspek keamanan dan jaminan investasi. Dalam tugas akhir ini, struktur gedung akan dimodifikasi dan dirancang kembali untuk diaplikasikan didaerah yang memiliki resiko gempa tinggi (Wilayah gempa 5) dengan menggunakan Sistem Ganda (Dual System). Dual System adalah salah satu sistem struktur yang beban gravitasinya dipikul sepenuhnya oleh space frame, sedangkan beban lateralnya dipikul bersama oleh space frame dan shearwall. Space frame sekurang-kurangnya memikul 25% dari beban lateral dan sisanya dipikul oleh shearwall. Karena shearwall dan space frame dalam Dual system merupakan satu kesatuan struktur maka diharapkan keduanya dapat mengalami defleksi lateral yang sama atau setidaknya space frame mampu mengikuti defleksi lateral yang terjadi. Shearwall sendiri artinya adalah dinding geser yang terbuat dari beton bertulang dimana tulangan-tulangan tersebut yang akan menerima gaya lateral akibat gempa sebesar beban yang telah direncanakan. Modifikasi yang dilakukan pada gedung ini adalah jumlah lantai dari 7 lantai menjadi 10 lantai. Perancangan gedung ini berdasarkan ”Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)” dan ”Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)”. Untuk analisa struktur gedung akan ditinjau pengaruh beban gempa dinamik terhadap struktur gedung tersebut. Hal tersebut diakibatkan terdapat tonjolan lebih besar dari 25% dari arah terbesar denah pada arah yang ditinjau, sehingga tidak memenuhi salah satu syarat konfigurasi bangunan gedung sebagai bangunan beraturan sesuai SNI 03-1726-2002 Pasal 4.2.1. Hasil perancangan struktur gedung ini terdiri dari portal beton dengan tulangan utama diameter 19 mm (D19) untuk balok dan 25 mm (D25) untuk kolom, tulangan geser diameter 12 mm. Dinding geser struktural dengan tulangan utama diameter 19 mm (D19). Pondasi menggunakan tiang pancang beton pracetak diameter 40 cm. Kata kunci : Bangunan Tahan Gempa, Modifikasi, Sistem Ganda
I. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia, seperti yang disampaikan oleh sejumlah ahli di bidang geologi dan geografi, berlokasi di kawasan yang rawan gempa. Pasalnya, Indonesia terletak pada lajur sumber gempa bumi yang membentang sepanjang tidak kurang dari 5.600 km mulai dari Andaman sampai ke Busur Banda Timur. Lajur kemudian menerus ke wilayah Maluku hingga Sulawesi Utara. Daerah-daerah sepanjang pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, NTB dan NTT serta Maluku merupakan daerah rawan gempa bumi dan tsunami. Dari situs Badan Meteorologi dan Geofisika, Sabtu, sejak April 2006 hingga 27 Mei 2006 saja tercatat 30 kali terjadi gempa yang dirasakan oleh masyarakat. Sedangkan gempa yang kuat atau memiliki besar lebih dari 5 SR, rata-rata terjadi satu hingga dua
kali dalam setahun. Pusat gempa bumi yang ada di Indonesia pada umumnya berada di sepanjang barat Pulau Sumatera, Selat Sunda, Jawa bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat-Timur, Maluku, sisi utara dan barat Papua dan Sulawesi terutama Sulawesi Utara.Sedangkan dampak kerusakan bangunan akibat gempa kuat ialah bangunan penduduk, yaitu bangunan yang dibangun dengan metode konstruksi sederhana atau tradisional, tanpa menggunakan teknologi konstruksi dan analisa struktur bangunan yang tahan gempa ( Kompas,2006). Maka dari itu seharusnya hunian dan bangunan yang dimanfaatkan banyak orang ( perkantoran, pertokoan, mall, apartemen, rumah sakit, dll) di desain dengan tingkat keselamatan yang tinggi sehingga kerugian dpt diminimalisir.
1