PERANCANGAN INTERIOR SANGGAR SENI TARI TRADISIONAL INDONESIA WORKING PAPER
Dita Ramadhina Jl. Haurjaya 4/40 Bogor Jawa Barat 16162 021-8311305 .
[email protected]
ABSTRAK The decreasing of public interest for learning traditional art give impact to preserve art and culture space. This is one of the reasons for making traditional art studio of dance. That place will become learning and information center for people who want to learn more about Indonesia Culture. For this Thesis, there are several data that needed to design dance studios. Those data can be obtained through literature, survey, and interview. The design of dance studio focused on local content from West Java. The result designing is to combine two different elements, contemporary design without losing the identity of cultural local content. Keywords: Traditional dance, dance studio, culture, Jawa Barat Semakin berkurangnya minat masyarakat dalam mempelajari seni tradisional Nusantara memberikan dampak berkurangnya ruang untuk melestarikan seni budaya. Hal ini menjadi dasar atas perancangan sebuah sanggar seni tradisional khususnya seni tari yang dapat menjadi sebuah wadah untuk masyarakat yang ingin mempelajari dan mencari informasi mengenai kebudayaan khususnya yang ada di Indonesia. Data mengenai aktivitas dan fasilitas yang dibutuhkan berupa kelas-kelas tari dan musik serta gallery yang berisi informasi mengenai budaya tradisional. Hal ini didapatkan setelah melakukan studi secara literature, survei, hingga wawancara. Perancangan difokuskan ke dalam pengaplikasian local content Jawa Barat sesuai dengan lokasi perancangan. Hasil perancangan sanggar seni tari adalah dengan memadukan dua unsur yang berbeda, yaitu kontemporer dan tradisional sehingga menghasilkan sebuah rancangan interior yang bersifat kekinian tanpa menghilangkan identitas lokal Jawa Barat. Kata Kunci: Tari Tradisional, studio tari, budaya, Jawa Barat.
PENDAHULUAN Jenis seni tradisional yang hingga sekarang berkembang dan diminati salah satunya adalah seni tari. Masing-masing daerah memiliki jenis tarian yang berbeda-beda, seperti misalnya jenis tarian Saman yang berasal dari Aceh, Jaipong dari Jawa Barat, Tari Piring yang berasal dari daerah Padang, Sumatera Barat, hingga Tari Topeng dari Betawi. Di daerah Jawa Barat sendiri, seperti di daerah Sumedang, Cirebon, Cianjur, Garut, Ciamis, Subang, dan sebagainya memiliki kesenian tari tradisional yang berbeda karena telah disesuaikan dengan perilaku dan kebudayaan di masing-masing daerah. Begitu juga dengan seni musik tradisional yang ada di Indonesia. Berbagai macam alat musik tradisional tersebar luas di seluruh
pelosok Indonesia dan menjadikan Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Untuk itu, diperlukan sebuah wadah bagi masyarakat yang tertarik dan ingin memperkaya ilmu mengenai kebudayaan asli Indonesia, khususnya kesenian tradisional. Kebudayaan seni tari dan musik berkembang melalui berbagai cara, diantaranya melalui lembaga pendidikan, baik itu pendidikan formal ataupun non-formal. Pendidikan formal seni tari dan musik dimulai sejak tingkat Pendidikan untuk Anak Usia Dini (PAUD) hingga memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA), atau bahkan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan non-formal dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga seperti salah satunya adalah sanggar seni. Pengertian dari kata sanggar sendiri adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan. Sanggar merupakan pendidikan non-formal yang di dalamnya mencakup proses pengenalan, pembelajaran, pembuatan karya, hingga produksi. Salah satu jenis sanggar yaitu sanggar seni yang merupakan sebuah tempat di mana masyarakat dapat ikut serta mempelajari kebudayaan ataupun seni tradisional. Di dalam sebuah sanggar seni terbagi menjadi beberapa pembelajaran, yaitu tari tradisional, olah vokal, serta seni musik tradisional. Keberadaan sanggar seni sangatlah penting karena merupakan wadah untuk mengembangkan minat para masyarakat untuk menghargai seni tradisi ataupun budaya di daerah masing-masing. Saat ini juga, seni budaya Indonesia cukup digemari oleh para wisatawan asing sehingga diperlukan pendekatan kepada warga asing yang ingin lebih mengenal seni tradisional di Indonesia. Oleh karena itu, sebagai seorang desainer interior penulis mencoba untuk merancang sebuah wadah untuk mempelajari berbagai macam kesenian tradisional di Indonesia, yaitu sebuah sanggar seni. Sarana tersebut tidak hanya ditujukan bagi masyarakat Indonesia tetapi juga bagi para wisatawan atau warga asing yang tertarik dengan kebudayaan atau seni tradisional di Indonesia.
METODE PENELITIAN 1. Metode Kualitatif Non-Interaktif / Studi Literatur Studi literature adalah bentuk studi dan pencarian data mengenai pembelajaran non-formal seni tari, seni tari di Indonesia, dan hal lainnya baik secara teknikal ataupun estetis secara interior yang dapat membantu proses perancangan dari sumber-sumber tertulis seperti majalah, buku, internet, dan lainnya. 2. Metode Kualitatif Interaktif a. Survei Lapangan Melakukan survey secara langsung ke sanggar tari untuk mendapatkan data yang dapat membantu proses perancangan, seperti kegiatan pembelajaran, aktivitas dan fasilitas, dan sebagainya. b. Wawancara Melakukan wawancara dengan berbagai pihak terkait dengan perancangan interior. c. Observasi Lapangan Melakukan pengamatan secara langsung d. Dokumentasi Melakukan dokumentasi terhadap sanggar tari dengan cara mengambil foto yang berkaitan dengan perancangan.
HASIL DAN BAHASAN Di dalam perancangan interior sanggar seni tari tradisional Jawa Barat akan menggunakan pendekatan desain gaya kontemporer yang bersifat kekinian, dan akan dipadukan dengan jenis style Art Deco. Ciri-ciri Art Deco adalah bersifat elegan yang didominasi dengan bentuk geometris serta simetris, dan sering menerapkan elemen tumbuhan dalam bentuk ataupun ornamen hias. Sehingga pemilihan jenis style ini dapat dihubungkan dengan tema perancangan, yaitu daerah Jawa Barat yang sering dikaitkan dengan kekayaan alam yang dimilikinya. Untuk penggunaan local content akan difokuskan kepada local content Sunda, Jawa Barat karena berkaitan dengan lokasi perancangan yang terletak di daerah Banten, Jawa Barat. Local content akan diterapkan di dalam pembuatan layout, ornamen hias, dan sebagainya. Citra ruang yang ingin ditimbulkan di dalam perancangan interior sanggar tari tradisional adalah sifat alami dan cerah yang dipadukan dengan keberagaman ornamen khas Jawa Barat. Selain itu pemakaian warna netral dipadukan dengan warna-warna aksen sehingga menjadi suatu ruangan yang elegan dan bergaya kontomporer. Bentuk organik yang diterapkan berasal dari alam seperti floral dan tanaman yang merupakan salah satu kekayaan alam Jawa Barat. Untuk area pembelajaran seperti studio tari, citra ruang yang ingin ditimbulkan adalah kesan luas dan tenang yang ditonjolkan dengan cara pemilihan material dan pencahayaan yang tepat. Material lantai yang digunakan disesuaikan dengan aktivitas di dalam ruang tersebut. Pada area publik seperti lobby, area menunggu dengan tingkat mobilitas yang cukup tinggi dapat menggunakan material seperti marmer dan granit yang memiliki tingkat ketahanan tinggi dengan perawatan yang cukup mudah serta tahan lama. Penggunaan material tersebut juga mendukung ambience ruangan sehingga terlihat lebih mewah. Sedangkan pada area pembelajaran menggunakan material lantai yang rata dan halus sehingga aman digunakan bagi para pengguna studio. Material lantai seperti vinyl tile dengan motif kayu dapat digunakan pada area ini karena memiliki karakter yang kesat, tidak licin dan halus sehingga tidak mengganggu di dalam melakukan gerakan tari yang mudah ataupun sulit. Material dinding yang digunakan diharapkan juga dapat mendukung aktivitas di dalam ruang dan menekankan ke dalam sistem akustik. Material gypsumboard dan acoustic board dapat digunakan sebagai dinding partisi karena dapat memantulkan suara dengan baik dan lebih tahan api. Pemilihan wall treatment juga penting karena bersifat estetik dan dapat mendukung konsep dan tema secaa visual. Pemilihan wall treatment yang tepat dapat digunakan di dalam area publik seperti lobby dan lounge sehingga dapat menarik perhatian tamu dan juga pengguna. Sedangkan di dalam area pembelajaran seperti studio tari dan musik, diperlukan material kedap suara yang bersifat lunak dan dapat mendukung pembelajaran tari dan musik. Material ceiling hampir sama dengan material dinding dengan menggunakan material dari bahan yang lunak dan dapat memantulkan serta menyerap suara. Material yang cocok digunakan adalah gypsumboard, kayu, kain, serta acoustic board. Perlu diperhatikan dalam faktor estetika, ceiling dapat dibentuk sesuai dengan konsep dan tema sehingga dapat menarik perhatian dari para pengguna ruangan. Warna yang diterapkan merupakan warna netral yang erat kaitannya dengan alam seperti tumbuhan dan floral, karena Jawa Barat terkenal dengan sebutan Bumi Parahyangan yang penuh dengan kekayaan alamnya. Warna netral yang digunakan seperti warna turunan coklat, putih, hitam, serta kuning dan merah sebagai aksen. Warna-warna tersebut sering diterapkan ke dalam motif-motif batik yang ada di Jawa Barat. Semakin menuju pesisir, warna batik semakin cerah dan mencolok bertolak belakang dengan batik pada daerah tinggi. Untuk area pembelajaran tari dan musik menggunakan warna netral seperti kuning muda, putih gading, ataupun coklat muda hingga krem. Pemilihan warna ini digunakan sehingga tidak mengganggu fokus di dalam pembelajaran dan akan memberikan kesan luas di dalam ruangan studio tari tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Kebudayaan tradisional saat ini masih digemari oleh beberapa kalangan dan perlu dilestarikan keberadaannya. Untuk itu diperlukan sebuah wadah yang dapat memberikan informasi mengenai budaya tradisional serta diberlakukan pembelajaran seperti seni tari dan musik, salah satunya adalah perancangan sebuah sanggar seni. Merancang suatu interior ruang berdasarkan aktivitas para pengguna sehingga sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Hal ini didapatkan dengan cara mengumpulkan data literatur, survei, serta wawancara yang kemudian diolah ke dalam studi program ruang yang terdiri dari pembuatan aktivitas fasilitas, diagram dan matriks hubungan antar ruang, serta zoning grouping. Untuk menarik minat pengunjung seperti turis lokal ataupun asing diperlukan konsep yang berkaitan dengan modernitas (kekinian) tetapi tidak meninggalkan unsur tradisional yang diaplikasikan melalui pemakaian ornamen bordir, material alam seperti bambu dan rotan, bentuk atap rumah adat Julang Ngapak, serta warna yang disesuaikan dengan warna khas Jawa Barat. Di dalam perancangan interior sanggar seni tari tradisional, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah sistem akustik ruang di mana pemakaian material peredam suara sangat penting karena berkaitan dengan berlangsungnya pembelajaran di dalam sanggar. Oleh karena itu, penulis berusaha untuk mengaplikasikan material-material tersebut di dalam perancangan ruang sanggar, seperti penggunaan material fiberglass, gypsumboard, foam panels, yang kemudian dapat disesuaikan dengan konsep perancangan interior setiap ruangnya.
REFERENSI Ching, Francis D.K. (2000). Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Erlangga. Cook, Simon. (1992). Guidance to Sundanese Music. Bandung. Coombs, P.H. et. al. (1973). New Path to Learning for Rural Children and Youth. New York: ICED. Doelle, Leslie E. (1990). Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga. Kaina (Ed). (2004). Colour Therapy: Pengaruh dan Kekuatan Warna dalam Kehidupan, Yogyakarta: Enigma. Mediastika, Christina E. (2005). Akustika Bangunan dan Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Erlangga. Neufert, Ernst. (2002). Data Arsitek Edisi 33 Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Panero, Julius dan Martin Zelnik. (2003). Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta: Erlangga. Prawira, Sulasmi Darma. (1989). Warna Sebagai Salah Satu Unsur Seni dan Desain. Jakarta: P2LPTK Reed, Ronald L. (2010) Color + Design Transforming Interior Space. New York: Fairchild Books. Satwiko, Prasasto. (2006). Fisika Bangunan 1 dan 2. Jakarta: Andi Publisher. Zanten, Wim Van. (1989). Sundanese Music in the Cianjuran Style. Holland: Forris Publication.
RIWAYAT PENULIS Dita Ramadhina lahir di kota Bogor pada tanggal 21 Maret 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Interior pada tahun 2014.