PERANCANGAN DATABASE KARAKTERISTIK WILAYAH BERDASARKAN GEOGRAPHIS DAN KEAMANAN LAUT ARMATIM AA. Masroeri 1), Indra Ranu K. 1), Bayu Yulianto 1) Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS1) Surabaya mailto:
[email protected]
ABSTRACT Indonesia is archipelagic state that have a greater oceanic region instead of the continents, with continents extensive compare to ocean extensive Indonesia gets to do a more effort for look after ocean region corresponds to decision of UNCLOS year 1982. Indonesian geographical characteristic not homogeneous but complex that at regards effect of two big continent like a Australia and Asia and at environs by two big ocean which is Pacific and Hindia ocean. By gone upon on indonesian ocean fact we can concluded that we don't have enough fleet comparison with ocean area to secure, because now fleet of AL haven't suffices for covered extensive indonesian ocean region, that thing gets visually on reporting of illegal logging, illegal fishing, or trafficking still a lot of indonesian ocean happening, Armatin aloning to have sector's range that needs to be secured by extent enough in comparison with region which shall at cover by Armaba. In following design of database it will be grouping in several type data, as data descriptive where this type data have individuality information about atrribut, another data type is spatial data type that have information about location or place, both of that data type will be merged as one in digital image that can be use as oceanic fleet distribution decision making.
KEY WORDS: database; mapping ; programming ; digital PENDAHULUAN Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki luas laut lebih besar dari pada daratanya, jika dibandingkan luas daratan Indonesia yang hanya berjumlah total 1.922.570 km2 dengan total luas lautan Indonesia yang totalnya 3.257.483 km2, dengan luasan lautan yang cukup besar maka Indonesia harus melakukan suatu upaya yang lebih untuk dapat menjaga wilayah lautan sesuai dengan ketetapan UNCLOS tahun 1982. Karatakteristik geografis perairan Indonesia tidaklah homogen tetapi memiliki kekompleksan yang di pengaruhi akibat adanya dua benua besar yaitu Asia dan Australia dan di kelilingi oleh dua samudra besar yaitu samudra Pasifik dan Hindia, dengan didasarkan pada fakta luas wilayah perairan Indonesia maka dapat disimpulkan kurangnya armada laut jika dibandingkan dengan luas wilayah yang di amankan. Armatin sendiri mempunyai cakupan sector yang perlu diamankan cukup besar dari daerah yang harus di cover oleh Armaba. Armatim pada saat ini mempunyai 7 sektor utama dengan jumlah 27 pangkalan dengan hanya memiliki jumlah 27 armada saja, daftar pangkalan dapat di lihat pada table 1.1 dibawah ini. Melihat fakta – fakta tersebut maka perlu dilakukan upaya dilakukan suatu optimasi untuk operasi keamanan laut di wilayah timur sehingga tepat jumlah dan tipe serta pangkalan mana saja yang harus di cover, untuk mendukung semua hal tersebut maka di perlukan bagaimana gambaran sebenarnya geografis di wilayah Armatim itu sendiri sehingga memunculkan ide untuk membuat suatu database tentang
geografis dan keamanan dari wilayah armada timur. Armatim pada saat ini masih belum database yang dapat merepresentasikan suatu wilayah berdasarkan karakteristik geografis dan keamanan laut, dimana masing – masing sector tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda di tinjau dari segi geografisnya dan pelayaranya serta keamananya, karena data yang di bahas menyangkut masalah geografis maka di gagaslah sebuh ide yang nantinya akan menampilkan database yang sudah dibuat tersebut di tampilkan dalam suatu informasi geografis ke dalam software visual berbentuk dua dimensi, dimana data masukan nantinya akan di kategorikan kedalam dua jenis yaitu data spasial dan data deskriptif pada peta yang menjadi pencitraan dari database yang dirancang, pada paper ini akan di mulai dengan pembahasan tentang landasan teori atau tinjauan pustak yang selanjutnya diteruskan dengan membahas metodologi dan yang terakhir adalah analisa data dan kesimpulan, diharapkan dengan pembuatan database ini nantinya dapat dijadikan landasan sebagai alatbantu penggambilan keputusan untuk pendistribusian armada laut Armatim.
TINJAUAN PUSTAKA Pada dasarnya perancangan database dan software ini dapat menggunakan beberapa cara, contohnya dalam perancangan database yang akan digunakan dapat dilakukan dengan menggunakan software Microsoft accsess yang secara default akan terinstal dalam computer jika menginstal software Microsoft office , adapun free software yang dapat digunakan untuk penggolahan data base ini yaitu menggunakan MySQL ataupun PostgreSQL kedua aplikasi tersebut bersifat free software. Data yang nantinya akan di masukkan dalam perancangan database ini di kelompokan menjadi 2 kategori, yaitu : 1.
Data Spasial
Data ini adalah data yang berhubungan dengan lokasi, bentuk dan hubungan antar unsur – unsurnya. 2.
Data Deskriptif
Data ini adalah data yang berhubungan dengan karakteristik dari unsur – unsur spasialnya. Untuk penampilan data yang bersifat spasial dapat di gunakan dua metode, yaitu dengan pencitraan raster dan pencitraan vector. Dalam bentuk yang sederhana, struktur data raster terdiri atas sel-sel bujur sangkar atau kotak segi empat yang biasa disebut pixel (picture element). Lokasi tiap pixel ditentukan dari nomor baris dan kolom. Setiap pixel memiliki nilai (value) sebagai indikasi nilai atribut yang diwakilinya (Farid Yuniar, 2008).
Berbagai macam penelitian dan eksperimen yang dilakukan oleh para peneliti dan atau para ahli ilmu kebumian pada masa-masa sejarah kuno dahulu. Pada era klasik dan era sains, para ahli berlomba-lomba untuk dapat merepresentasikan atau menyajikan gambaran bentuk muka bumi. Pada era klasik, pembuatan peta berkembang dengan tujuan untuk menentukan batas daerah. Sedangkan pada era sains, pembuatan peta diarahkan pada peta navigasi atau navigation chart yang meliputi garis pantai, pulau, sungai, pelabuhan, dan kepentingan nelayan lain.
Gambar 1. Data Raster Dalam struktur data vektor, obyek atau fitur titik, garis, dan luasan dikelola dan direpresentasikan dalam rangkaian titik-titik koordinat. Sebuah titik direkam sebagai sepasang koordinat (X, Y), suatu garis merupakan rangkaian pasangan koordinat, sedangkan luasan (area) merupakan rangkaian garis yang menutup di titik yang sama dan membentuk batas suatu luasan. Penampilan peta digital yang disusun dalam struktur data vektor terlihat seperti pada peta tradisional/konvensional (Farid Yuniar, 2008).
Awalnya, semua peneliti mencoba menggambarkan segala obyek, batas daerah, navigasi, dan bentuk permukaan bumi dengan memindahkannya ke bidang datar, baik diatas lempeng tanah liat (peta tertua), peta yang diukir pada kayu yang selanjutnya diukir pada lempeng tembaga, peta pada balok kayu yang diukir (teknologi cetak peta yang pertama), teknologi cetak pada lempeng tembaga, selanjutnya dilakukan dengan teknik fotografi. Perkembangan teknologi pembuatan peta ini dibagi menjadi beberapa golongan utama menurut dari zaman di kembangkanya : 1.
Peta pertama (Early map),
2.
Peta pertengahan (Medieval map),
3.
Peta renaissance (Renaissance map),
4.
Peta moderen (Modern map).
Kartografi yang dianggap sebagai ilmu dan seni dalam pembuatan peta pertama kali, ketika zaman Yunani kuno atau ketika peta pertama (Early Map). Ditemukannya peta tertua yang dibuat pada abad 2300 B.C. di Babylonia. Peta tertua yang ditemukan tersebut memperlihatkan kota Babilon dalam bentuk persegi dan Sungai Eufrat dengan garis vertikal. Kartografi mulai berkembang pesat pada zaman Yunani kuno dan memuncak ketika dipemerintahan Claudius Ptolemaeus (Ptolemy, sekitar tahun 85-165 Masehi) yang mempublikasikan peta dunia. Peta ini merupakan peta petama dengan perhitungan matematis menggunakan proyeksi conic pada daerah lintang 60°LU-30°LS, walaupun begitu masih banyak terdapat kesalahan, seperti daratan Eurasia yang tergambar begitu luas.
Gambar 2. Model Data Vektor Pada awalnya teknologi yang di gunakan adalah dengan pemrograman dengan Java atau menggunakan Shockwave Flash kedua program tersebut sudah bisa mengolah data raster dan vektor dalam penyusunan suatu tampilan geografis yang sudah bisa di terapkan dalam level jaringan/web sehingga dapat dengan mudah dalam mengembangkanya karena tidak di butuhkan software – software yang harus terinstal terlebih dahulu kedalam komputer desktop untuk menjalan software yang telah selesai di buat agar client – client yang ingin melihat hasil program jadi tersebut dapat mengaksesnya dari komputer manapun yang mempunyai koneksi internet, SVG (Scalable Vector Graphic) adalah salah satu pemecahan yang digunakan dalam dunia Sistem Informasi Geografis, konsep ini selain dapat diterapkan dalam ruang linkup desktop pc dapat juga diterapkan dalam sistem informasi yang bebasis web, teknologi SVG merupakan pencitraan vektor dua dimensi dan karena konsep dari SVG berbentuk grafis vektor maka SVG dapat menampilkan citra peta yang beresolusi tinggi, mempunyai beberapa layer secara simultan dan dapat di modifikasi lebih baik pada level client (Jan Waren R Purba, 2003). Perkembangan di bidang teknologi, ketika semua proses yang dulunya dikerjakan secara manual kini beralih pada proses yang lebih praktis dan serba digital. Hal ini memacu pula perkembangan dalam hal teknik pembuatan peta. Pada dasarnya peta merupakan produk dari kartografi. Perlu diketahui bahwa pengertian dari peta adalah gambaran atau representasi dari segala kenampakan obyek yang ada di permukaan bumi, kemudian digambarkan atau disajikan ke dalam bidang datar yang diperkecil atau mengalami proses skala.
Masa peta pertengahan atau Medieval Map, pembuatan peta di daratan Eropa didominasi oleh kepentingan-kepentingan agama. Pada masa ini, yang umum dijumpai adalah peta tipe T-O yang pertama kali dibuat oleh Hereford Mappa Mundi (tahun 1300). Peta T-O ini adalah peta yang memiliki bentuk lingkaran dan pada bagian tengah menyerupai huruf “T”, yang menggambarkan Jerussalem dan arah Utara berada di sebelah atas peta. Karena pembuatannya yang dilakukan masih dengan keahlian dan ketrampillan secara manual atau dengan tangan, maka produksi peta ini sangat terbatas. Kemudian Al Idrisi (tahun 1154), membuat peta dunia (AlIdrisi’s map of the world) yang digambarkan dengan orientasi yang dibuat dengan arah Selatan mengarah ke atas. Pada masa pertengahan ini muncul pula pembuatan peta penjelajahan bangsa Viking di Kutub Utara atau yang juga disebut Northern regions map. Peta yang dipetakan dan dibuat oleh S. Munster’s Cosmographia pada tahun 1588 ini, dibuat dengan cara peta itu diukir pada kayu yang selanjutnya diukir pada lempeng tembaga. Masa peta Renaissance atau Renaissance Map, teknologi pembuatan peta mulai berkembang, yaitu dengan teknik cetak. Cetakan yang dibuat awalnya diukir pada pada balok kayu, kemudian menggunakan plat atau lempeng tembaga, dan berlanjut hingga teknik fotografi. Ketika itu juga memasuki era sains, sehingga pembuatan peta difokuskan pada peta navigasi atau navigation charts. Berawal dari sebuah perjalanan dan penemuan benua yang dilakukan oleh C. Colombus, peta pertama yang menggambarkan seluruh permukaan bumi mengikuti jejak beliau dan lainnya. Adalah Gerardus Mercator dari Flander, Belgia, yang mengembangkan proyeksi silinder untuk pembuatan peta navigasi pada tahun 1569. Pada tahun itu pula Mercator mempopulerkan peta dunia dan memberi terobosan yang besar bagi perkembangan di bidang
kartografi. Pembuatan peta selanjutnya dibuat untuk keperluan-keperluan umum dalam hal penemuan dunia baru. Kemudian Martin Waldseemûller membuat peta dunia pada tahun 1507 dengan menggunakan proyeksi Ptolemaic. Peta dunia yang dibuat hanya menampilkan sebagian benua saja sehingga tidak menampilkan seluruh bumi. Namun, oleh Amerika peta dunia ini dipakai untuk memetakan benuanya. Kemudian pada tahun 1508, Rosselli membuat peta yang menunjukkan seluruh permukaan bumi (atau globe/tiruan bumi) yang juga disebut World map of Rosselli. Pada peta tersebut, benua yang terletak paling Selatan digambarkan menyepit, begitu pula area samudera juga menyempit. Semakin lama teknik pembuatan peta semakin maju, pada pertengahan abad 18, French Academy mengenalkan detil survei topografi dan diakhir abad ini hampir seluruh Prancis telah berhasil dipetakan. Sedangkan pada awal abad 19, National Topographic Surveys of Europe mengenalkan peta topografi dan akhir abad 19 hampir seluruh Eropa juga berhasil dipetakan dengan peta topografi ini. Pembuatan peta ini dilakukan dengan bantuan teknologi foto udara, dan kombinasi dari pengamatan langsung di lapangan serta teknologi penginderaan jauh. Perkembangan teknik pembuatan peta pada ilmu kartografi tidak berhenti sampai di situ. Kini, teknologi dan berbagai perangkat lunak di bidang geografi mempermudah pembuatan peta dan penyimpanan file peta. Sebagai kilas balik, bahwa dahulu ilmu kartografi identik dengan pembuatan peta secara manual dengan tangan dan bantuan alat ukur lain, seperti penggaris teknik. Kini, teknik pembuatan peta menjadi lebih mudah dan canggih. Hanya saja diperlukan ketrampilan dan sumber kapasitas penyimpanan file yang besar. Perkembangan ilmu kartografi mengalami perkembangan dan perubahan yang cepat menjelang akhir abad 20 dan menuju era kartografi digital serta kartografi internet. Pada masa saat ini, perolehan data untuk pembuatan peta juga lebih bervariasi. Selain dari teknologi survey udara, terdapat pula satelit navigasi, dan satelit penginderaan jauh yang mampu menyajikan data dasar dengan lebih cepat. Data dasar yang didapat dapat berupa foto udara maupun citra satelit penginderaan jauh. Dengan bantuan teknologi komputer juga membantu dan memberikan bentuk lain dalam teknik penyajian peta. Semua produk kartografi baik yang berupa peta konvensional atau peta kertas atau hardcopy dengan peta maya atau peta digital atau softcopy, dapat disimpan pada file cabinet, graphi-teque, CD, hard disk, flashdisk, dan tempat penyimpanan arsip kartografi lain. Sehingga data arsip yang berupa peta-peta ini dapat disimpan, diperbarui (direvisi), dan digunakan lagi untuk kepentingan serta tujuan yang diinginkan (Felix, 2009). Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri data masukan dan informasi keluaran yang berbentuk citra. Istilah pengolahan citra digital secara umum didefinisikan sebagai pemrosesan citra dua dimensi dengan komputer. Dalam definisi yang lebih luas, pengolahan citra digital juga mencakup semua data dua dimensi. Citra digital adalah barisan bilangan nyata maupun kompleks yang diwakili oleh bit-bit tertentu. Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau kisi) Setiap kotak (tile) yang terbentuk disebut pixel (picture element) dan memiliki koordinat (x,y):
Sumbu x (horisontal): kolom (column), sample (sample)
Sumbu y (vertikal): baris (row, line)
Setiap pixel memiliki nilai (value atau number) yang menunjukkan intensitas keabuan pada pixel tersebut.
Gambar 3. Representasi citra digital Citra f(x,y) yang telah di‐digitalisasi baik koordinat area maupun brightness level, sedangkan nilai f di koordinat (x,y) mempunyai persamaan berupah perumusan brightness / grayness level dari citra pada titik tersebut. Umumnya citra digital berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar (pada beberapa sistem pencitraan ada pula yang berbentuk segienam) yang memiliki lebar dan tinggi tertentu. Ukuran ini biasanya dinyatakan dalam banyaknya titik atau piksel sehingga ukuran citra selalu bernilai bulat. Setiap titik memiliki koordinat sesuai posisinya dalam citra. Koordinat ini biasanya dinyatakan dalam bilangan bulat positif, yang dapat dimulai dari 0 atau 1 tergantung pada sistem yang digunakan. Setiap titik juga memiliki nilai berupa angka digital yang merepresentasikan informasi yang diwakili oleh titik tersebut. Format data citra digital berhubungan erat dengan warna. Pada kebanyakan kasus, terutama untuk keperluan penampilan secara visual, nilai data digital merepresentasikan warna dari citra yang diolah. Format citra digital yang banyak dipakai adalah Citra Biner (monokrom), Citra Skala Keabuan ( gray scale ), Citra Warna ( true color ), dan Citra Warna Berindeks. RGB adalah suatu model warna yang terdiri dari merah, hijau, dan biru, digabungkan dalam membentuk suatu susunan warna yang luas. Setiap warna dasar, misalnya merah, dapat diberi rentang-nilai. Untuk monitor komputer, nilai rentangnya paling kecil = 0 dan paling besar = 255. Pilihan skala 256 ini didasarkan pada cara mengungkap 8 digit bilangan biner yang digunakan oleh mesin komputer. Dengan cara ini, akan diperoleh warna campuran sebanyak 256 x 256 x 256 = 1677726 jenis warna. Sebuah jenis warna, dapat dibayangkan sebagai sebuah vektor di ruang 3 dimensi yang biasanya dipakai dalam matematika, koordinatnya dinyatakan dalam bentuk tiga bilangan, yaitu komponen-x, komponen-y dan komponen-z. Misalkan sebuah vektor dituliskan sebagai r = (x,y,z). Untuk warna, komponen-komponen tersebut digantikan oleh komponen R(ed), G(reen), B(lue). Jadi, sebuah jenis warna dapat dituliskan sebagai berikut: warna = RGB(30, 75, 255). Putih = RGB (255,255,255), sedangkan untuk hitam= RGB(0,0,0). Graysacale adalah warna-warna piksel yang berada dalam rentang gradasi warna hitam dan putih. Pada Color Dialog seperti yang terlihat pada gambar 5, jika memilih warna solid hitam, putih, atau abu-abu, maka akan berada dalam pita warna Grayscale.
antara lain : 1.
Untuk mendapatkan citra asli dari suatu citra yang sudah buruk karena pengaruh derau. Proses pengolahan bertujuan mendapatkan citra yang diperkirakan mendekati citra sesungguhnya.
2.
Untuk memperoleh citra dengan karakteristik tertentu dan cocok secara visual yang dibutuhkan untuk tahap lebih lanjut dalam pemrosesan analisis citra. Dalam proses akuisisi, citra yang akan diolah ditransformasikan dalam suatu representasi numerik. Pada proses selanjutnya representasi tersebutlah yang akan diolah secara digital oleh komputer.
Pengolahan citra pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua jenis kegiatan, yaitu :
Gambar 4. Warna RGB Apabila tanda panah digeser ( ke atas menuju putih atau ke bawah menuju ke hitam ) maka red, green dan blue akan memberikan nilai yang sama. Untuk pengubahan warna image menjadi grayscale, cara yang umumnya dilakukan adalah dengan memberikan bobot untuk masing-masing warna dasar red, green, dan blue. Tetapi cara yang cukup mudah adalah dengan membuat nilai rata-rata dari ketiga warna dasar tersebut dan kemudian mengisikannya untuk warna dasar tersebut dengan nilai yang sama.
1.
Memperbaiki citra sesuai kebutuhan.
2.
Mengolah informasi yang terdapat pada citra.
Kegiatan yang kedua ini sangat erat kaitannya dengan computer aided analysis yang umumnya bertujuan untuk mengolah suatu objek citra dengan cara mengekstraksi informasi penting yang terdapat di dalamnya. Dari informasi tersebut dapat dilakukan proses analisis dan klasifikasi secara cepat memanfaatkan algoritma perhitungan komputer. METODOLOGI Pengumpulan bahan referensi penunjang yang dapat membantu dalam penulisan untuk mendapatkan tinjauan pustaka yang berhubungan dengan Skripsi yang akan dikerjakan. Proses studi literatur dilakukan dengan cara pencarian buku acuan yang berhubungan dengan tema permasalahan. Sumber-sumber bahan referensi ini bisa dicari melalui jurnal, paper, buku-buku, e–mail,dan e-book.
Gambar 5. Color dialog Citra biner diperoleh melalui proses pemisahan piksel-piksel berdasarkan derajat keabuan yang dimilikinya. Piksel yang memiliki derajat keabuan lebih kecil dari nilai batas yang ditentukan akan diberikan nilai 0, sementara piksel yang memiliki derajat keabuan yang lebih besar dari batas akan diubah menjadi bernilai 1. Jika a1 =0 dan a2 = 1, maka operasi ini akan mentransformasikan suatu citra menjadi citra biner. Misal suatu citra memiliki gray level 256, dipetakan menjadi citra biner, maka fungsi fungsi trasformasinya adalalah sebagai berikut:
(1) pixel-pixel yang nilai intensitasnya di bawah 128 diubah menjadi hitam (nilai intensitas = 0), sedangkan pixel-pixel yang nilai intensitasnya di atas 128 diubah menjadi putih (nilai intensitas =1).
(2) Pengolahan citra (image processing) merupakan proses mengolah pikselpiksel dalam citra digital untuk suatu tujuan tertentu. Beberapa alas an dilakukannya pengolahan citra pada citra digital
Proses awal dalam perancangan database karakteristik geografi ini dimulai dari pengumpulan data – data yang akan di databasekan mulai dari posisi pangkalan sampai dengan karakteristik lingkungan yang berada di dalam pangkalan tersebut, data - data ini di peroleh dari beberapa sumber baik dari sumber primer yang diperoleh dari hasil tanya jawab dan dari data pemberian pihak Armatim yang berupa data – data yang menyangkut dengan Faslabu (Fasilitas Labu) yang di miliki oleh lanal – lanal Armatin ataupun data – data yang berhubungan dengan karakteristik keamanan yang sebelumnya telah di bukukan oleh armatin, maupun data sekunder yang di peroleh dari refrensi – refrensi yang ada yang berbentuk jurnal, diktat, ataupun informasi dari internet, sehingga dari pengumpulan dua data tersebut nantinya akan dapat di susun sebuah database yang mana merupakan tujuan dari penulisan tugas akhir ini.pengumpulan data-data tentang keadaan geografis pada daerah pangkalan Armatim, dimana data – data tersebut antara lain sebagai berikut :
Data arus laut
Data kedalaman laut
Data sedimen di dasar laut
Data kapal patroli
Pada tahap pemodelan ini menggunakan software Ms. Visual studio 6.0 yang bertujuan untuk merancang tampilan antarmuka software yang akan di buat, selain itu dalam pemrograman nantinya akan dibuat beberapa skenario untuk dapat menampilkan database yang sebelumnya di bentuk agar dapat di pahami secara visual.
NO
SEKTOR
LUAS 2
(NM )
1.
I
136.000
2.
II
208.530
III
191.050
4.
IV
140.102
5.
V
171.375
6.
VI
165.775
7.
VII
117.610
3.
Gambar 5. Flow chart ANALISA DATA Data Faslabu yang akan di databasekan pada penelitian tugas akhir ini meliputi fasilitas – fasilitas labuh yang sudah erbangun maupun yang masih dalam kondisi perbaikan atau pembangunan.
Total Luas
PANGKALAN PENDUKUNG Lanal Makasar Lanal Kota Lanal Balik Papan Lanal Tarakan Lanal Palu Lanal Toli Lanal Tahuna Lanal Tegal Lanal Semarang Lanal Surabaya Lanal Banyuwangi Lanal Benoa Lanal Lembar Lanal Makasar Lanal Kupang Lanal Maumere Lanal Kendari Lanal Ambon Lanal Tual Lanal Tahuna Lanal Ternate Lanal Bitung Lanal Sorong Lanal Ambon Lanal Sorong Lanal Biak Lanal Jayapura Lanal Manokwari Lanal Timika Lanal Merauke Lanal Tual Lanal Aru Lanal Ambon
1.130.442
Tabel 2. Data Sektor, Luas dan Pangkalan Pendukung Operasi Keamanan Laut Wil. Timur (Sumber SOPS Armatim 2008) Pada saat ini pembagian wilayah operasi untuk perairan di Armatim di bagi menjadi 7 sektor, hal ini dilakukan agar dalam system pelaporannya mudah dan juga dalam hal pembagian armada laut yang akan dikirim untuk menjaga sector – sector tersebut. Seperti yang di tunjukan pada table 4.2 diatas perbagian sector tersebut juga di bagi lagi menjadi beberapa lanal dimana tiap pangkalan tersebut mempunyai kapasitas / fasilitas untuk bersandar yang berbeda – beda. Seluruh informasi pada tabel diatas akan di masukan dalam penyusunan database yang nantinya akan di tampilkan dalam bentuk citra digital maping. Selain data – data diatas yang bersifat spasial/kebendaan di perlukan juga data yang bersifat deskriptif/atribut untuk pengerjaan tugas akhir ini data tipe ini diambil dari data – data seperti kedalaman laut per pangkalan, tinggi gelombang dan kecepatan angin beserta arahnya.
Tabel 1. Data Faslabu surabaya
Dalam dunia kartograpi/pemetaan digital banyak sekali metode yang dapat digunakan, da semuanya itu mempunyai keunggulan dan kelemahan masing – masing, tetapi pada dasarnya metode - metode tersebut menggunakan prinsip dasar yang sama, yaitu selalu di mulai dari proses
Gambar 6. Proses pemetaan
Gambar 7. Konsep piksel (titik)
penginputan terlebih dahulu dan setelah itu di proses sampai didapatkan pencitraan yang di inginkan, pada gambar 6 dapat dilihat macam – macam metode inputan yang dimulai dari digitalizing data sampai ke tingkat remote sensing dengan menggunakan satelit, dalam pembuatan tugas akhir ini tipe inputan yang dipakai dalam memasukan peta digital adalah menggunakan digitalzing/digital scanning map. Pemilihan metode ini didasari oleh tingkat kerumitan untuk metode yang lainya jauh lebih sukar dan memakan dana yang cukup besar oleh karena itu metode scanning peta ini jauh lebih muda dan murah untuk di lakukan dalam salah satu tahapan penggumpulan data – data yang di butuhkan untuk peracangan database ini.
Dalam contoh ini kontrol picturebox array yang di atur adalah picture7 yang mempunyai jumlah kontrol array sebanyak 200 buah dan kita disini mengiginkan picture box array ke 100 tidak di tampakkan, tentusaja contoh tersebut cumak sebatas gambaran umum saja, untuk lebih lengkapnya tentang koding yang dgunakan untuk mengtrigger berjalanya array adalah seperti yang dilihatkan pada hasil di bawah ini :
Database yang sudah selesai di susun akan di petakan kedalam map digital yang sebelumnya sudah di buat terlebih dahulu, dalam proses pemetaan ini d mulai dengan melakukan registrasi posisi dari kontrol yang nantinya akan di jadikan suatu even yang dapat di atur atribut juga lokasi kemunculan dari visibelnya. Metode maping yang digunakan pada tugas akhir ini dilandasi dari konsep pksel yang sebelumnya semua posisi dan atributnya sudah diatur terlebih dahulu, sehingga proses manipulasi selanjutnya dapat di lakukan dengan mudah, untuk ilus trasi lebih jelasnya dapat dilihat gambar 7 di bawah ini, dalam gambar tersebut terlihat satu buah kontrol picturebox yang koordinat sumbu x dan y sudah diketahui (dalam kondisi sebenarnya adalah koordinat top dan left dari kontrol picture box, tetapi untuk lebih mempermudah penjelasan dapat di ganti dengan istilah x dan y). Pada saat program running maka posisi dari kontrol picture box akan di picu dengan database posisi yang sebelumnya juga selesai di buat, sehingga kontrol tersebut akan melakukan sebuah even yang berupa penggandaan diri sampai satu peta digital tersebut tertutup oleh kontrol tersebut, dan karena posisi dan attribut dari kontrol tersebut diketahui kita dapat menggatur picture box mana saja yang di perbolehkan tampil ataupun yang di set atrributnya untuk non visible, hal itu dimungkinkan di karenakan kontrol yang dipakai adalah array sehingga pengaturanya bsa dilakukan denga lebih cepat, semisal dalam hal ini untuk kontrol picture box array ke 100 di set dengan kondisi unvisible maka penulisan kode dalam visual basic adalah sebagi berikut : Sampel penulisan kode Picture7(100).Visible = False Picture3(I).BackColor = &HC00000
List kodenya adalah : ==================awal dari kode=============== Private Sub isButton2_Click() break condata25 "pangkalan", "Lanal Surabaya" With rs Label62.Caption = rs.Fields("Gelombang").value End With Label63.Caption = Label62 + (1 / 2) Label103.Caption = Label63 + (1 / 2) break condata5 "layar01", "cur1" With rs For I = 1 To rs.RecordCount Load Picture3(I) Picture3(I).Top = rs.Fields("ky").value Picture3(I).Left = rs.Fields("kx").value Picture3(I).BackColor = &HC00000 Picture3(I).ToolTipText = "Tinggi gelombang =" & " " & Label63.Caption & " " & "meter" Picture3(I).Visible = True .MoveNext Next I End With break condata5 "layar01", "cur2" With rs For I = 1 To rs.RecordCount Load Picture6(I) Picture6(I).Top = rs.Fields("ky").value Picture6(I).Left = rs.Fields("kx").value Picture6(I).BackColor = &HFF0000 Picture6(I).ToolTipText = "Tinggi gelombang =" & " " & Label62.Caption & " " & "meter" Picture6(I).Visible = True .MoveNext Next I End With
break condata5 "layar01", "cur3" With rs For I = 1 To rs.RecordCount Load Picture7(I) Picture7(I).Top = rs.Fields("ky").value Picture7(I).Left = rs.Fields("kx").value Picture7(I).BackColor = &HFF0000 Picture7(I).ToolTipText = "Tinggi gelombang =" & " " & Label62.Caption & " " & "meter" Picture7(I).Visible = True .MoveNext Next I End With break condata5 "layar01", "cur4" With rs For I = 1 To rs.RecordCount Load Picture8(I) Picture8(I).Top = rs.Fields("ky").value Picture8(I).Left = rs.Fields("kx").value Picture8(I).BackColor = &HFF0000 Picture8(I).ToolTipText = "Tinggi gelombang =" & " " & Label62.Caption & " " & "meter" Picture8(I).Visible = True .MoveNext Next I End With isButton2.Enabled = False End Sub ==================akhir dari kode=============== Sehingga di peroleh tampilan citra seperti gambar berikut ini :
tabel yang mempunyai nama “layar01” dan mempunyai penanda “cur4” sehingga hanya data dari “layar01” dengan penanda “cur4” saja yang akan di baca. With rs Fungsi baris ini adalah untuk mempermuda dalam penulisan kode – kode beikutnya yg mempunyai awalan rs kependekan dari RecordSource For I = 1 To rs.RecordCount Ini adalah fungsi perulangan dengan menggunakan for...next Load Picture8(I) Melakukan even loading sebanyak i Picture8(I).Top = rs.Fields("ky").value Picture8(I).Left = rs.Fields("kx").value Picture8(I).BackColor = &HFF0000 Picture8(I).ToolTipText = "Tinggi gelombang =" & " " & Label62.Caption & " " & "meter" Picture8(I).Visible = True baris kode yang digunakan untuk mengatur atribut dari picture 8 yang berjenis kontrol array .MoveNext lanjut ke rc selanjutnya Next I perintah setelah for End With mengakhiri fungsi with yang ada di depan rs
isButton2.Enabled = False menonaktifkan isButton2 saat kode selesai di baca End Sub akhir kodenya selain form tersebut juga ada form lainya yang hampir mirip fungsi dan daftar kodenya, berikut ini merupakan lis kode dari form data base yang di mulai dari even combo1_Click
Gambar 8. Pencitraan tinggi gelombang Dimana even tersebut telah di connectkan ke database sehingga jika terjadi perubahan database maka citra digital ini akan mengalami perubahan sesuai dengan inputan baru dari database tersebut, sedikit penjelasan dari baris kode tersebut adalah sebagai berikut : Break Even break ini berfungsi untuk menmutuskan koneksi antara database dan software, hal ini dilakukan karena saat terjadi sambungan baru maka sambungan yang lama harus di putus terlebih dahulu agar tidak terjadi koflik dalam pembacaan sumber data. condata5 "layar01", "cur4" baris kode ini bermakna agar program melakukan koneksi data pada
If Combo1.Text = "kapal" Then Adodc1.ConnectionString = "Provider=Microsoft.Jet.OLEDB.4.0;Data Source=" & App.Path & "\data.mdb" Adodc1.RecordSource = "select * from kapal" Adodc1.Refresh ElseIf Combo1.Text = "sektor" Then Adodc1.ConnectionString = "Provider=Microsoft.Jet.OLEDB.4.0;Data Source=" & App.Path & "\data.mdb" Adodc1.RecordSource = "select sektor,luas from sektor Order by urut" Adodc1.Refresh ElseIf Combo1.Text = "pangkalan" Then Adodc1.ConnectionString = "Provider=Microsoft.Jet.OLEDB.4.0;Data Source=" & App.Path & "\data.mdb" Adodc1.RecordSource = "select * from pangkalan" Adodc1.Refresh End If End Sub Pada form jendela sektor akan di tampilkan karakteristik keamanan, yang berkaitan dengan tugas – tugas Armatin yang di tunjuk untuk mengamankan perairan indonesia bagian timur ini, jadi tinggkatan visualnya adalah untuk form level sektor akan memuat
informasi – informasi yang berupa keamanan laut, dalam hal ini yang akan di tampilkan adalah sebaran tingkat kejahatan illegal fishing, illegal logging dan trafficking, sebenarnya masih banyak data lainya yang dapat dimasukan tetapi karena terbatasnya waktu sehingga proses pengumpulan data yang dapat di bangun masih terbatas tigah buah jenis tersebut saja, dan untuk tingkatan pelabuhan/lanal citra digital yang di visualkan adalah meliputi data kedalaman laut, tinggi gelombang, dan arah angin dan kecepatanya.
mengalami peningkatan dan terpusat pada daerah tertentu maka dapat diambil keputusan suatu daerah tersebut rawan tindak kriminal sehingga perlu di berikan perhatian khusus baik itu dari segi frekuensi patroli kapal yang melewati daerah tersebut di tambah ataupun memeberlakukan peringatan bagi kapal – kapal yang hendak melewati wilayah tersebut. KESIMPULAN Perancangan database karakteristik dan geographis ini telah berhasil dilaksanakan.
Hasil pencitraan yang ditampilkan akan mempermudah dalam pencarian data dan juga dapat mendukung pengambilan keputusan dalam pendistribusian kapal.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang selalu memberkan dorongan dan niat untuk selalu maju tanpa kenal menyerah, berkat motivasi dan dukungan moral dan materilnya sehingga pembuaatan paper ini dapat terselesaikan, juga ucapan terimakasi saya kepada kedua dosen pembimbing saya yaitu bapak A.A. Masroeri dan juga Bapak Indra Ranu yang selalu membantu kesulitan – kesulitan dalam pengerjaan paper penelitian ini, dan juga kepada teman – temanku yang sudah sama – sama melalui susah dan senang waktu pengerjaan paper penelitian ini. Gambar 9. Citra keamanan sektor 1 Dalam pendistribusian armada laut Armatim dapat dilakukan dengan memakai landasan dari informasi yang ditampilkan pada program ini, seperti yang terlihat pada gambar 9, didalam tampilan tersebut terlihat dominasi warna hijau yang dalam program ini di wakili dengan jumlah kejadian illegal logging, maka dengan informasi itu saja sudah dapat menjadi pertimbangan apakah perlu dilakukan penambahan kapal patroli pada daerah perairan Kalimantan timur atau tidak, selain sebagai pendukung pendistribusian armada, database ini dapat memperlihatkan tren peristiwa kriminal mana yang sering terjadi dalam jangka waktu tertentu contohnya dalam jangka waktu 1 bulan ini ataupun dalam jangka waktu 1 tahun, seperti contoh jika daerah Kalimantan timur yang dulunya beberapa titik saja yang di temukan kejadian trafficking ternyata dalam kurun waktu 6 bulan sebaran titik tersebut
DAFTAR PUSTAKA [1]
Prahasta E (2005) Aplikasi Pemrograman Mapinfo, Penerbit Informatika, Bandung
[2]
Prahasta E (2003) Sistem Informasi Geografis : Konsep – konsep Dasar, Penerbit Informatika, Bandung
[3]
Abidin H.Z (2007) konsep Dasar Pemetaan, Kelompok Keilmuan Geodesi ITB, Bandung
[4]
Susilo E (2005) Suatu Aplikasi SIG Internet, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik – UGM, Yogyakarta
