JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Perancangan dan Pembangunan Perangkat Lunak Photo Uploader pada Facebook dengan Fitur Geotagging Annisa Nur Sari, Dwi Sunaryono S.Kom., M.Kom. Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Abstrak— Facebook adalah sebuah web jejaring sosial. Facebook memungkinkan para pengguna dapat menambahkan profil dengan foto, kontak, ataupun informasi personal lainnya dan dapat bergabung dalam komunitas untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan pengguna lainnya. Salah satu fitur pada Facebook yang cukup digemari adalah berbagi foto. Pada fitur ini seorang pemilik akun Facebook bisa mengunggah foto yang dimilikinya dan memberikan keterangan untuk foto itu. Namun keterangan-keterangan ini harus diisi secara manual oleh pengguna. Untuk orang yang suka bepergian tentu banyak foto yang diambil di tempat berbeda. Fitur Facebook yang ada saat ini tidak dapat memberikan keterangan lokasi foto secara otomatis untuk foto yang diunggah. Dalam artikel ilmiah ini akan diajukan rancang bangun sebuah aplikasi berbasis Android. Aplikasi ini dapat membantu pengguna mengunggah foto ke dalam Facebook secara otomatis menggunakan telepon seluler. Aplikasi ini juga memiliki sebuah fitur yang mampu langsung memberikan keterangan di mana foto itu diambil. Selain itu, dibuat pula fitur tambahan untuk melihat lokasi pengambilan foto pada peta dan menampilkan galeri foto dari suatu lokasi yang telah tertandai. Artikel ilmiah ini merupakan implementasi gabungan dari sistem aplikasi Android, Facebook API sebagai layanan penyedia pengunggahan foto, dan Google API sebagai penyedia layanan peta dan penerjemah lokasi dari latitude longitude menjadi alamat. Kata Kunci—Android, Berbagi Foto, Facebook, Galeri, Geotagging
I. PENDAHULUAN
S
AAT ini perkembangan internet semakin cepat. Hampir semua hal bisa dilakukan dengan mudah melalui internet. Adanya internet memberikan banyak kemudahan pada manusia. Mulai dari mencari pengetahuan dengan banyaknya mesin pencari di internet sampai dengan melakukan pembelian barang-barang apapun hanya dengan duduk di depan komputer sambil mengakses situs tertentu dengan internet. Orang-orang juga bersosialisasi melalui dunia maya melalui perantara jejaring sosial. Jejaring sosial yang sedang memiliki banyak peminat saat ini adalah Facebook. Salah satu fitur yang menarik dari Facebook adalah fitur berbagi foto. Pengguna bisa mengunggah langsung sebuah foto dan dilihat oleh teman-temannya di Facebook. Dulu fitur seperti ini hanya bisa dilakukan dengan komputer. Akan
tetapi, semakin maraknya smartphone kini fitur ini bisa semakin mudah dinikmati. Smartphone yang dilengkapi dengan kamera dan jaringan internet memungkinkan pengguna untuk mengunggah langsung foto yang diambilnya ke dalam Facebook. Fiitur ini sebenarnya masih kurang untuk sebagian orang. Foto yang diunggah tidak memiliki keterangan lokasi di mana diambilnya foto tersebut. Foto yang tersimpan pada smartphone juga tidak memiliki riwayat lokasi pengambilan foto tersebut. Dalam artikel ilmiah ini dibuat rancang bangun sebuah aplikasi yang dapat membantu pengguna mengunggah foto ke dalam Facebook secara otomatis menggunakan telepon seluler. Pada aplikasi ini terdapat sebuah fitur yang mampu langsung memberikan keterangan di mana foto itu diambil. Proses seperti ini disebut geotagging. Terdapat juga fitur tambahan berupa galeri foto yang dapat digunakan untuk melihat foto yang diambil pada suatu lokasi tertentu yang direpresentasikan sebagai penanda pada peta. Aplikasi ini dibangun untuk telepon seluler berbasis Android. Pengintegrasian aplikasi dan Facebook menggunakan Facebook API. Geotagging dilakukan dengan teknik GeoCoding, yaitu menerjemahkan koordinat latitude dan longitude menjadi alamat yang bisa dimengerti manusia. Digunakan juga Google API untuk melayani proses penampilan peta dan penggambaran penanda di atasnya. Fitur ini dibutuhkan saat pengguna membuka galeri foto. Dengan kemudahan yang disajikan perangkat lunak dan media yang berperan maka perangkat lunak ini diharapkan dapat berguna untuk memberi kemudahan bagi para pengguna smartphone berbasis Android yang sering mengunjungi berbagai lokasi. II. URAIAN PENELITIAN A. Tahap Telaah Pada tahun 2007, Facebook meluncurkan platform sendiri untuk pengembangan aplikasi. Platform ini terdiri dari sebuah bahasa markup berbasis HTML disebut Facebook Markup Language (FBML), sebuah Application Programming Interface (API) untuk melakukan panggilan Representational State Transfer (REST) ke Facebook, bahasa query bertipe
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
2
Gambar. 1. Proses Autentifikasi Facebook-Android
SQL untuk berinteraksi dengan Facebook disebut Facebook Query Language (FQL), bahasa scripting yang disebut Facebook JavaScript untuk memperkaya pengalaman pengguna, dan satu set library pemrograman klien. Secara umum, kakas yang membentuk platform Facebook disebut Facebook API (Graham, 2008). Dengan merilis platform ini, Facebook membangun suatu alat yang memungkinkan pengembang untuk membuat aplikasi eksternal dengan memberdayakan pengguna Facebook agar saling berinteraksi satu sama lain melalui cara yang baru dan menarik. Semua orang bisa menjadi pengembang dan menciptakan hal baru. Pengembang tidak hanya dapat mengembangkan aplikasi berbasis web, tetapi Facebook juga membuka platform untuk desktop yang terhubung ke Internet aplikasi dengan pustaka klien dari Java. Android adalah sistem operasi untuk telepon seluler yang berbasis Linux. Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi mereka sendiri yang akan digunakan untuk bermacam peranti bergerak. Dengan perangkat berbasis Android, seseorang bisa melakukan pengembangan sendiri untuk perangkat lunak dan isi yang terkandung di dalamnya (Edy Winarno, 2012).
Android memiliki konsep yang sama dengan aplikasi desktop, tetapi Android dikemas secara berbeda dan lebih terstruktur agar perangkat lebih tahan serangan (Murphy, 2011). Facebook SDK untuk Android bersama dengan Facebook Platform menyembunyikan kompleksitas otentifikasi seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1. Pada awalnya klien harus meminta otorisasi kepada pemilik sumber daya, kemudian pemilik sumber daya akan memberikan akses. Kemudian bersama dengan perintah klien, akses tersebut dikirimkan ke server otorisasi. Setelah itu token akses akan diberikan kepada klien. Dengan demikian klien dapat mengambil atau mengakses sumber daya yang ada di server dengan memberikan token aksesnya. Geotagging adalah proses penambahan identifikasi ke berbagai media seperti foto, video, website, pesan SMS, atau RSS feed berupa metadata geospasial . Data ini biasanya terdiri dari koordinat lintang dan bujur (latitude dan longitude). Data lainnya juga dapat mencakup ketinggian, jarak, akurasi data, dan nama tempat. Hal ini biasanya
Gambar. 2. Proses Reverse GeoCoding
digunakan untuk memberikan geotag pada foto. (Suhardi, 2011) Dasar untuk geotagging adalah posisi. Posisi ini akan, dalam hampir setiap kasus, berasal dari global positioning system (GPS). GPS secara formal diketahui sebagai Navigation Satellite Timing and Ranging (NAVSTAR) GPS yang sebenarnya dikembangkan untuk keperluan militer. Karena kemampuan navigasi populernya dan karena teknologi GPS bisa diakses dengan perlatankecil yang tidak terlalu mahal maka pemerintah membuat sistem ini bisa dinikmati oleh rakyat sipil. USA memiliki teknologi GPS dan Departemen Pertahanan yang memeliharanya (Corp., 2008). Proses satu arah, misalnya dari Nama Jalan menjadi koordinat LonLat seperti pada Gambar 2, ini yang disebut dengan GeoCoding Service. Sedangkan untuk translasi (mapping) dari LonLat menjadi Nama Jalan atau Daerah, yang disebut dengan Reverse GeoCoding Service. Google Maps API merupakan aplikasi antarmuka yang dapat diakses lewat Javascript agar Google Map dapat ditampilkan pada halaman web yang sedang dibangun. Untuk dapat mengakses Google Map, harus dilakukan pendaftaran API Key terlebih dahulu dengan data pendaftaran berupa nama domain web yang dibangun. Banyak sekali kegunaan Google Map untuk website yang dibuat, diantaranya dapat digunakan untuk menampilkan lokasi pemilik website ( pada About Us ), lokasi event/kegiatan, atau dapat juga digunakan untuk aplikasi GIS berbasis web (Schuyler Erle, 2006). B. Tahap Desain dan Implementasi Menurut penganalisisan ada satu fungsi utama yang dibutuhkan oleh aplikasi ini. Yaitu pengunggahan foto ke Facebook dengan proses geotagging. Jadi nantinya foto yang terunggah bisa langsung memiliki keterangan di mana diambilnya foto tersebut. Namun fitur ini masih dibagi lagi menjadi dua mode, yaitu unggah foto ke Facebook secara manual dan otomatis. Perbedaan mode pengunggahan dibutuhkan untuk memfasilitasi keinginan pengguna. Bagi pengguna yang ingin praktis bisa memilih mode otomatis. Sedangkan pengguna yang masih ingin memilih-milih gambar
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
3
yang akan diunggah bisa memilih mode manual. Berikut penjelasan dari kedua mode tersebut, 1. Unggah foto ke Facebook secara manual Setelah aplikasi dibuka dan sebelum proses pengambilan foto dengan kamera dimulai pengguna akan diminta memilih mode unggah. Jika pengguna memilih pengunggahan secara manual maka setiap kali selesai berfoto pengguna harus melakukan persetujuan apakah foto itu akan terunggah atau tidak. 2. Unggah foto ke Facebook secara otomatis Setelah aplikasi dibuka dan sebelum proses pengambilan foto dengan kamera dimulai pengguna akan diminta memilih mode unggah. Jika pengguna memilih pengunggahan secara otomatis maka pengguna tidak perlu melakukan persetujuan dan setiap foto yang diambil akan langsung terunggah ke dalam Facebook. Setelah itu foto akan terunggah ke dalam Facebook sudah disertai dengan keterangan lokasi tempat diambilnya foto. Aplikasi ini diharapkan bisa mempermudah semua orang yang suka berfoto dan mengunggahnya ke Facebook. Dengan aplikasi ini unggah foto bisa menjadi lebih praktis dan foto yang terunggah bisa langsung terlihat lokasinya sehingga orang lain yang melihat bisa tahu. Terdapat juga dua buah fungsi tambahan untuk aplikasi ini, antara lain : 1. Galeri foto Pada awalnya akan ditampilkan peta yang ditasnya terdapat penanda-penanda lokasi. Lokasi yang diberi tanda adalah lokasi tempat diambilnya foto-foto. Jika penanda lokasi tersebt di-klik maka akan dimunculkan galeri foto dari foto-foto yang diambil pada lokasi tersebut. 2. Memilih ukuran foto yang diunggah Ukuran foto yang diunggah nantinya akan mempengaruhi kecepatan pengunggahan. Oleh karena itu pada aplikasi ini diberikan tiga ukuran pengunggahan, antara lain : kecil, sedang, dan besar. Ukuran-ukuran ini hanya akan mengubah ukuran foto yang diunggah tetapi tidak mengubah ukuran foto yang disimpan pada memori perangkat. Kedua fungsi tambahan ini berguna untuk menangani masalah penyimpanan foto pada smartphone. Dengan galeri foto maka semua gambar yang diambil bisa ditelusuri riwayat lokasi pengambilannya. Dengan memilih ukuran foto yang diunggah maka smartphone akan memroses ukuran foto sebelum diunggah. Sehingga foto yang diunggah bisa sesuai dengan keinginan pengguna. Arsitektur sistem dari aplikasi ini dapat ditunjukkan pada Gambar 3. Masukan yang diminta dari aplikasi ini adalah foto yang diambil oleh kamera. Sistem pun melakukan integrasi dengan Facebook supaya bisa menggugah foto. Sistem juga melakukan Reverse GeoCoding untuk mengetahui lokasi diambilnya foto. Reverse GeoCoding ini dilakukan utuk mengkonversi posisi yang awalnya berupa latitude dan logitude dari GPS menjadi sebuah bahasa yang bisa dimengerti manusia dibantu dengan Google Map Server. Bisa
Gambar. 3. Arsitektur Sistem
berupa nama jalan atau nama daerahnya. Tetapi proses pengambilan lokasi ini dijalankan di awal aplikasi dibuka Setelah diketahui lokasi maka sistem menambahkan keterangan tentang lokasi ini di foto yang telah diunggah. Sehingga jika suatu saat pengguna ingin melihat jejak-jejak fotonya di Facebook dia hanya tinggal melakukan login maka foto-foto bisa langsung dilihat beserta lokasi pengambilannya. Seperti tampak pada diagram use case di Gambar 4, hanya terdapat satu aktor saja. Aktor ini dapat melakukan pengambilan gambar dengan kameranya dan memilih mode pengunggahan. Namun ada aktivitas lain yang bisa dilakukan jika aktor memilih mode pengunggahan manual yaitu
Gambar. 4. Use-Case Diagram
mengunggah foto yang telah dia ambil. Selain itu aktor juga dapat memilih ukuran foto yang akan diunggah dan membuka galeri foto Pada Gambar 5, ditampilkan halaman awal aplikasi dengan empat menu yang bisa dipilih. Masing-masing menu yang dipilih juga nantinya akan membawa pengguna ke halaman yang berbeda. Menu yang pertama adalah menu pengambilan foto. Pada menu ini nantinya pengguna harus memilih mode pengunggahansebelum mengambil foto. Pada mode pengunggahan otomatis, semua foto yang ditangkap kamera akan langsung diunggah tanpa pengguna harus memilih atau
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
4
Gambar. 5. Struktur Menu Aplikasi
melakukan prosedur tertentu lainnya. Sedangkan pada mode pengunggahan manual pengguna harus meng-klik sebuah tombol jika ingin melakukan pengunggahan. Setelah tombol diklik dan penguna mengkonfirmasi, barulah foto tersebut diunggah. Jika penggunaan sudah selesai, aplikasi bisa ditutup. Dan ketika pengguna membuka profil Facebooknya, maka foto-foto tadi sudah terunggah dan bisa langsung dinikmati. Menu yang kedua adalah menu untuk membuka galeri. Pada saat pilihan ini dipilih maka pengguna bisa langsung mendapati peta pada perangkatnya. Di atas peta ini akan dapat dilihat penanda-penanda lokasi. Jika salah satu penanda ini diklik maka halaman galeri foto akan terlihat. Isi dari galeri tersebut adalah foto-foto yang pernah diambil pada lokasi itu. Menu yang ketiga adalah menu pengaturan. Pada menu ini pengguna harus memilih diantara tiga pilihan ukuran untuk foto yang akan diunggah. Pilihan yang tersedia adalah besar, sedang, dan kecil. Ukuran foto dapat mempengaruhi kecepatan proses pengunggahan. Dengan ukuran kecil proses pengunggahan nantinya akan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan ukuran yang besar. Pengaturan ini tidak wajib dilakukan. Secara default akan dilakukanpengunggahan foto berukuran kecil. Menu yang keempat adalah menu info. Di dalamnya nanti akan ada info mengenai aplikasi dan penjelasan dari tiap fitur yang ada. Hasil implementasi dari desain ditunjukkan pada Gambar 6.a. Pada gambar ini ditunjukkan halaman awal aplikasi. Pada halaman ini nantinya akan terdapat 4 pilihan tombol yang akan menavigasikan ke masing-masing fitur. Yang pertama adalah tombol masuk ke aplikasi. Jika tombol ini dipilih akan dimunculkan halaman pemilihan mode unggah seperti pada Gambar 6.b. Pada halaman pemilihan mode unggah terdapat dua tombol lagi yaitu manual dan otomatis. Pengguna harus memilih salah satu mode untuk masuk ke halaman berikutnya.
Gambar. 6. Antarmuka Pengguna. a) halaman awal aplikasi, b) halaman mode pengunggahan, c) halaman buka galeri foto, d) halaman pengaturan.
Yang kedua adalah tombol buka galeri foto. Jika tombol ini dipilih maka akan muncul sebuah peta yang terdapat penandapenanda di atasnya seperti pada Gambar 6.c. Penandapenanda ini bisa dipilih salah satu untuk melihat foto mana saja yang pernah diambil di lokasi tersebut. Yang ketiga adalah tombol pengaturan unggah. Tombol ini akan menghubungkan ke halaman pengaturan seperti pada Gambar 6.d. Di dalam halaman pengaturan akan disediakan tiga pilihan ukuran, yaitu : kecil, sedang, dan besar. Ukuran ini merepresentasikan ukuran foto yang akan diunggah. Setelah memilih ukuran foto pengguna akan dikembalikan ke halaman awal. III. HASIL DAN PENGUJIAN Uji coba dilakukan untuk menguji apakah kebutuhan yang diidentifikasi pada tahap perancangan benar-benar diimplementasi dan bekerja seperti yang semestinya. Uji coba akan didasarkan pada beberapa skenario untuk menguji kesesuaian respon aplikasi. Untuk aplikasi ini pengujian dibagi menjadi dua, yaitu : pengujian fungsional dan pengujian non-fungsional. 1. Uji Coba Fungsional Pengujian fungsional dijalankan untuk menguji apakah semua kebutuhan yang telah dirancang sebelumnya sudah berjalan baik. Yang diuji nantinya adalah fitur-fitur yang telah ditunjukkan pada use-case diagram. Skenario pengujian
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
5 Tabel 2 Uji Coba Penerimaan Sinyal GPS
Tabel 1. Rangkum Uji Coba Fungsional Uji keID Uji
UJ-01
UJ-02
Nama Uji
Uji Coba Memilih Mode Pengung gahan
Uji Coba Mengam bil Gambar denga Kamera
Tujuan Uji
Menguji fitur memilih mode pengunggahan
Menguji fitur mengambil gambar dengan kamera
Skenario
UJ-04
UJ-05
Uji Coba Mengung gah Foto
Uji Coba Memilih Ukuran Foto
Uji Coba Galeri Foto
Menguji fitur mengunggah foto
Menguji fitur memilih ukuran foto
Menguji fitur galeri foto
Dalam ruangan
1. Pengguna memilih mode pengunggahan manual
1
107
154
2
61
122
2. Pengguna memilih mode pengunggahan otomatis
3
10
84
4
13
68
3. Pengguna menekan tombol “Kembali”
5
12
73
6
22
54
1. Pengguna mengambil gambar dengan kamera
7
7
39
8
15
32
2. Pengguna menekan tombol “Kembali”
9
5
34
10
16
29
26,8
68,9
1. Pengguna memilih untuk mengunggah foto UJ-03
Lama penerimaan sinyal GPS (detik) Luar ruangan
2. Pengguna memilih untuk tidak mengunggah foto
Rata-rata
Tabel 3 Uji Coba Kecepatan Unggah Foto Berdasarkan Ukuran Foto Lama unggah foto berdasarkan ukuran (detik)
3. Pengguna menekan tombol “Kembali”
Uji ke-
Kecil
Sedang
Besar
1. Pengguna memilih ukuran kecil
1
5
12
58
2
4
21
54
2. Pengguna memilih ukuran sedang
3
3
18
49
4
10
16
48
3. Pengguna memilih ukuran besar
5
3
13
55
6
10
14
50
4. Pengguna menekan tombol “Kembali”
7
5
22
44
8
3
12
52
1. Pengguna memilih menu galeri foto
9
8
16
54
10
6
17
43
5,7
16,1
50,7
2. Pengguna memilih salah satu lokasi 3. Pengguna melihat preview foto 4. Pengguna menekan tombol “Kembali”
dirangkum pada Tabel 1. 2. Uji Coba Non-Fungsional Pengujian non-fungsional digunakan untuk menguji hal-hal lain yang tidak termasuk dalam rancangan kebutuhan tetapi juga turut mempengaruhi kualitas aplikasi. Sebelum bisa masuk ke fitur ambil foto, aplikasi terlebih dahulu harus mengetahui lokasi saat itu. Proses pencarian lokasi ini juga membutuhkan waktu. Oleh karena itu, kecepatan menerimaan sinyal GPS juga harus diuji. Hal yang dbandingkan dalam pengujian ini adalah lokasi perangkat, yaitu : di dalam dan luar ruangan. Dalam kasus uji ini luar
Rata-rata
ruangan merepresentasikan jalan raya perumahan dan dalam ruangan merepresentasikan ruangan tertutup di lantai satu dari rumah berlantai dua.Waktu dihitung sejak aplikasi pertama kali dibuka dan mencari sinyal GPS sampai didapatkan alamat yang sudah dikonversi dari latitude dan longitude. Hasil pengujian yang didapatkan ditunjukkan pada Tabel 2. Dari data tersebut diketahui kecepatan rata-rata penerimaan sinyal GPS untuk di luar ruangan adalah 26.8 detik dan 68.9 detik untuk dalam ruangan. Pada aplikasi ini diberikan tiga ukuran foto yang akan diunggah. Ukuran ini harus dipilih oleh pengguna atau secara default terpilih ukuran kecil. Ukuran foto yang akan diunggah tentunya dapat mempengaruhi kecepatan pengunggahan. Oleh karena itu, dilakukan pengujian untuk masing-masing ukuran foto. Ukuran kecil merepresentasikan ukuran foto 250 x 187 piksel, sedang 500 x 375 piksel, dan besar 900 x 675 piksel. Waktu diukur sejak tombol unggah ditekan sampai foto terunggah di Facebook Hasil pengujian dapat dilihat pada
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Tabel 4 Uji Coba Kecepatan Unggah Foto Berdasarkan Kecepatan Jaringan
Uji ke-
Lama unggah foto berdasarkan kecepatan jaringan (detik) Wireless LAN
Provider Seluler
1
12
40
2
21
29
3
18
25
4
16
28
5
13
33
6
14
29
7
22
36
8
12
32
9
16
29
10
17
46
Rata-rata
16,1
32,7
Tabel 3. Dari data tersebut diketahui kecepatan rata-rata pengunggahan untuk ukuran kecil adalah 5.7 detik, sedang adalah 16.1 detik, dan besar adalah 57 detik. Aplikasi ini sangat bergantung pada internet untuk melakukan pengunggahan foto ke Facebook. Oleh karena itu, kecepatan jaringan bisa juga mempengaruhi kecepatan unggah foto. Maka dalam pengujian ini dibandingkan kecepatan pengujian antara pengunggahan foto menggunakan jaringan Wireless LAN dan menggunakan provider seluler. Maka didapatkan hasil seperti pada Tabel 4. Rata-rata kecepatan pengunggahan dengan Wireless LAN adalah 16.1 detik tanpa kegagalan unggah. Sedangkan kecepatan unggah dengan menggunakan provider seluler memiliki rata-rata 32.7 detik dan mengalami dua kali kegagalan unggah pada sepuluh kali percobaan. Percobaan pengunggahan yang gagal digaris bawahi. Berdasarkan hasil uji coba maka diketahui jika aplikasi ini sudah memenuhi kebutuhan sesuai rancangan semua fitur bisa digunakan dengan baik. IV. KESIMPULAN Dari hasil pengamatan selama perancangan, implementasi, dan proses uji coba perangkat lunak yang dilakukan, bisa ditarik kesimpulan. Untuk mengunggah foto langsung ke Facebook dengan perangkat Android bisa menggunakan Facebook API. Aplikasi harus didaftarkan ke situs Facebook. Kemudian nanti akan didapatkan App ID yang bisa digunakan untuk menyambungkan aplikasi dengan Facebook. Lokasi diambilnya foto bisa diketahui dengan teknik Reverse GeoCoding. Dengan teknik ini koordinat posisi dari GPS yang berupa latitude dan longitude bisa dikonversi menjadi sebuah alamat. Untuk menampilkan galeri foto sesuai lokasi diambilnya dan direpresentasikan pada peta diperlukan Google Map API.
6 Penerimaan sinyal GPS terbukti lebih cepat jika berada di luar ruangan dibanding dengan di dalam ruangan dengan selisih waktu rata-rata 42.1 detik. Ukuran foto mempengaruhi kecepatan proses unggah. Foto dengan ukuran kecil memakan waktu lebih sedikit dibanding foto-foto yang berukuran lebih besar dengan selisih waktu rata-rata 45 detik. Kecepatan jaringan juga mempengaruhi kecepatan pengunggahan. Dengan jaringan Wi-Fi waktu yang digunakan untuk mengunggah foto lebih sedikit dengan selisih waktu rata-rata 16.6 detik. Dibandingkan dengan menggunakan provider seluler yang memakan waktu lebih banyak dan rentan terjadi kegagalan dalam proses pengunggahan. Terdapat pula kemungkinan-kemungkinan pengembangan aplikasi yang bisa dilakukan. Nantinya foto yang diunggah tidak hanya bisa diunggah pada Facebook saja, tetapi bisa juga diunggah pada situs lain. Fitur rekayasa foto, seperti : mengatur pencahayaan, zoom-in dan zoom-out, rotasi foto, dan lain-lain juga bisa ditambahkan untuk memperbaiki kualitas foto. Perangkat yang bisa digunakan nantinya tidak hanya perangkat bersistem operasi Android saja tetapi juga perangkat yang bersistem operasi lain.
DAFTAR PUSTAKA [1] Corp., G. (2008). GPS Beginner's Guide. Kansas: Garmin International, Inc. [2] Edy Winarno, A. Z. (2012). Hacking & Programming dengan Android SDK untuk Advance. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. [3] Graham, W. (2008). Facebook API Developers Guide. Berkeley: firstPress. [4] Murphy, M. (2011). Beginning Android 3 E-Book. APRESS. [5] Schuyler Erle, R. G. (2006). Google Maps Hacks . Sebastopol: O'Reilly Media, Inc.