1
LAPORAN PENELITIAN
PERANCANGAN DAN ANALISIS EKONOMI TEKNIK ALAT PENGASAP IKAN (Studi Kasus Di Home Industry Ikan Asap Kelurahan Tegalsari Kota Tegal)
Disusun oleh Tofik Hidayat, ST. M.Eng Siswiyanti, ST. M.T Drs. Gunistiyo, M.Si
( Ketua ) ( Anggota ) ( Anggota )
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL APRIL 2010
2
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul
: Perancangan dan Analisis Ekonomi Teknik Alat Pengasap Ikan (Studi Kasus Di Home Industry Pengasap Ikan Kelurahan Tegalsari Kota Tegal)
2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelmin c. NIPY d. Disiplin ilmu e. Pangkat/Golongan f. Jabatan g. Fakultas/Jurusan h. Alamat i. Telpon/Faks/E-mail j. Alamat Rumah
: Tofik Hidayat,ST, M. Eng : Laki-laki : 69519021969 : Teknik : Penata Muda/III b : Lektor : Teknik/Teknik Industri : Jl. Halmahera Km1 Kota Tegal : (0283) 342519/(0283)351082/
[email protected] : Jl. Cemara No. 13 RT 01/II Desa Mejasem Barat Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal k. Telpon/Faks/E-mail : 081902233521/-/
[email protected] 3. Jangka Waktu Penelitian : 2 (dua) tahun 4. Pembiayaan
: Lembaga Penelitian dan Pengembangan UPS Tegal Tegal, Agustus 2010
Menyetujui, Dekan , FT UPS Tegal
Ketua Peneliti,
Drs. Suwandono M.Pd
Tofik Hidayat, M.Eng
NIPY. 55001061958
NIPY. 968 19021969 Menyetujui, Kepala Lembaga Peneltian dan Pengembangan
Siswanto, S.H., M.H. NIP 131 996 651
3
PRAKATA
Puji syukur kehadirat ALLOH SWT yang telah memberikan kemampuan pada penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Perancangan dan Analisis Ekonomi Teknik Alat Pengasap Ikan
(Studi Kasus Di Home Industry
Pengasap Ikan Kelurahan Tegalsari Kota Tegal)” . Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan pada Nabi Muhammad SAW, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa memegang teguh syariat-Nya. Selama penelitian ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1. Rektor Universitas Pancasakti Tegal yang telah memberikan dana untuk penelitian. 2. Bapak Siswanto, SH. MH selaku Ketua LEMLIT yang senantiasa memberikan dorongan dan kesempatan pada para dosen untuk melakukan penelitian. 3. Bapak Drs. Suwandono, M.Pd. Selaku Dekan FT UPS Tegal yang telah memberikan support pada dosen untuk melakukan penelitian. 4. Ibu Siswiyanti MT dan Bapak Drs. Gunistiyo, MSi serta teman-teman dosen di FT UPS Tegal yang telah ikut urun rembug pada penyelesaian penelitian ini. Penulis menyadari ada kesalahan dan ketidak sempurnaan yang tidak tampak dimata penulis, maka kritik dan saran senantiasa penulis harapkan untuk penyempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini memberi manfaat bagi kemaslahatan umat.
Tegal, Agustus 2010
Penulis
4
ABSTRAK Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) atau home industry yang diusahakan para istri nelayan selama ini terbukti telah mapu menyokong keuangan keluarga, namun buakan berarti tanpa masalah. Masalah yang ada kadang tidak dirasa karena keterbatasan kemampuan. Misalnya masalah kenyamanan kerja dan efektifitas dan efisiensi kerja. Dengan tenaga yang sama mestinya akan lebih menghasilkan produk yang lebih banyak jika metode dan alat yang ada didesain lebih baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan ergonomis untuk merencanakan desain produk yang diinginkan pekerja dengan menekankan pada fungsi dari alat yang akan didesain. Untuk melihat kelayakan sebuah produk secara ekonomi maka pendekatan yang dipakai menggunakan metode net present value (NPV) dan metode payback period (PBP). Penelitian dilaksakan di kelompok home industry ikan asap kelurahan Tegalsari Kota Tegal Untuk mendapatkan rancangan yang ergonomis maka digunakan data antropometri sebagai data perancangan produk. Penelitian ini menggunakan sampel 15 pekerja wanita pengasap ikan. Dari data antropometri didapat desai alat dengan tinggi 40 cm , lebar 45 cmdan panjang alat 70 cm, dengan bahan besi eiser (as). Dengan menggunakan metode NPV dan PBP maka alat pengasap ikan ini dinyatakan layak secara ekonomi.
Kata Kunci : Home industry Anthropometri, Ergonomi, NPV dan PBP
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
PRAKATA
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang Masalah
1
1.2 Perumusan Masalah
4
1.3 Tujuan Penelitian
4
1.4 Manfaat Penelitian
5
1.4 Batasan Masalah
5
BAB II LANDASAN TEORI
6
2.1. Ergonomi
6
2.2 Anthropometri
7
2.2.1
Pengolahan data anthropometri
7
2.2.2
Persentil data
12
2.3 Metode Perancangan
12
2.3.1 Metode Rasional
12
2.3.2 Klarifikasi Tujuan
13
2.3.3 Penetapan Fungsi
15
2.3.4 Penetapan spesifikasi
16
2.3.5 Pembangkitan alternatif
17
2.3 Analisa Ekonomi Teknik
18
2.4.1 Metode Net Present Value (NPV)
19
2.4.2 Metode Payback Periode (PBP)
20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
21
3.1 Tahap Persiapan
21
3.2 Metode Perancangan
21
6
3.3 Pengambilan Data
22
3.4 Pengolahan Data
22
3.5 Pembuatan Alat
23
3.6 Evaluasi Alat
23
3.7 Evaluasi Hasil
23
BAB IV DATA DAN ANALISIS
25
4.1 Data Penelitian
25
4.1.1 Data Anthropometri
25
4.1.2 Data Mesin Perkakas di Laboratorium Proses Produksi Fakultas Teknik UPS Tegal
26
4.1.3 Data Peralatan yang Digunakan
27
4.1.4 Data Material
27
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Data Anthropometri
28 28
a. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan
28
b. Uji keseragaman data
29
4.3 Analisis Perancangan
32
4.3.1 Tahap Klarifikasi Tujuan
32
4.3.2 Tahap Penetapan Fungsi
33
4.3.3 Tahap Penetapan Spesifikasi
34
4.3.4 Tahap Pembuatan
36
a. Pemilihan Bahan dan Estimasi Biaya
36
b. Estimasi Biaya
37
c. Proses Pembuatan
38
4.3.5 Tahap Evaluasi Alat 4.4. Analisis Ekonomi Teknik
41 42
4.4.1 Metode Net Present Value (NPV)
42
4.4.2 Metode Payback Periode (PBP)
43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
44
5.1 Kesimpulan
44
7
5.2 Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
45
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1
Kondisi Geografi Kota Tegal
Gambar 1. 2.
Alat Pengasap Ikan di Jalan Kali Bacin Kelurahan Tegalsari Kota Tegal
Gambar 1. 3
2
3
Posisis Pekerja Pada Proses Produksi Ikan Asap di Jalan Kali Bacin Kelurahan Tegalsari Kota Tegal
3
Gambar 2.1.
Contoh Objective Tree
14
Gambar 2.2
Model Sistem Black Box
15
Gambar 2.3
Model Transparant Box
15
Gambar.3.1
Metodologi Proses Perancangan Alat Pengasap Ikan
24
Gambar 4.1
Objectives Tree Untuk Alat Pengasap Ikan
32
Gambar 4.2
Funtion Analysis (Black Box) Untuk Alat Pengasap Ikan
33
Gambar 4.3
Funtion Analysis (Transparant Box) Alat Pengasap Ikan
34
Gambar 4.4
Kerangka Alat Pengasap Ikan
38
Gambar 4.5
Tungku Alat Pengasap Ikan
39
Gambar 4.6
Tempat Meletakan Ikan Asap pada Alat Pengasap Ikan
39
Gambar 4.7
Gambar Proyeksi Amerika Alat Pengasap Ikan
40
Gambar 4.8
Cash Flow Pengoperasian Alat Pengasap Ikan
42
9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Tingkat Kepercayaan
11
Tabel 2.2
Tingkat Ketelitian
11
Tabel 2.3
Contoh Bagan Evaluasi Pembobotan Obyektif
18
Tabel 4.1
Tabel Data Anthropometri
26
Tabel 4.2
Data Mesin Perkakas Laboratorium Proses Produksi FT UPS Tegal Untuk Pembuatan Komponen
27
Tabel 4.3
Pengelompokan Data Tinggi Siku Duduk
29
Tabel 4.4
Perfomance Specification Untuk Alat Pengasap Ikan
35
Tabel 4.5
Perkiraan Biaya Bahan Baku Alat Pengasap Ikan
37
Tabel 4.6
Perbandingan Alat Lama dengan Alat Baru Hasil Perancangan
41
10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan untuk mengantisispasi adanya penerapan teknologi yang tidak sesuai maka di negara kita sudah tidak asing lagi adanya suatu istilah “Teknologi Tepat Guna”. Yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah suatu teknologi yang dapat digunakan sesuai dengan keadaan tingkat hidup, kemampuan, dan kebutuhan negara tersebut. Karena akan menjadi sia-sia jika suatu teknologi tidak dapat untuk diterapkan. Teknologi tepat guna tersebut salah satunya berupa produk dari hasil suatu rancangan yang dapat didesain sedemikian rupa sehingga harga bahan, biaya produksi dan biaya penyimpanan dapat ditekan seminimal mungkin. Desain yang baik ada kalanya mencakup pemilihan keindahan dari desain yang sedang trend di pasaran namun juga harus memperhatikan fungsi dan kegunaan dalam mendukung keamanan dari suatu produk hasil perancangan. Hal ini disebabkan karena konsumen atau pemakai sering memilih suatu produk berdasarkan fungsi, metode operasi, penampilan yang menarik, dan mudah dipasarkan. Dalam proses perancangan dan pembuatan produk harus diketahui terlebih dahulu apakah produk yang akan dibuat itu sudah sesuai oleh para konsumen atau belum. Untuk dapat mengetahui apakah produk itu sesuai dengan apa yang diminta konsumen, maka harus dilakukan survey pasar, yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Informasi yang didapatkan dari survey pasar tersebut selanjutnya dipakai sebagai acuan dalam perancangan dan pembuatan suatu produk. Dengan informasi tersebut diharapkan produk yang dihasilkan dapat lebih berkualitas, murah, aman, dan dapat meningkatkan efisiensi kerja. Salah satu usaha yang biasanya belum mengindahkan desain sesuai kebutuhan adalah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) atau home industry. Dalam penelitian ini home industry yang dimaksud adalah usaha ikan asap atau biasa disebut
11
dengan usaha pengasap ikan. Usaha pengasap ikan banyak dijumpai pada daerah yang berbatasan dengan laut dimana terdapat pelabuhan penangkapan ikan. Misalnya Kota Tegal. Kota Tegal termasuk dalam Propinsi JawaTengah, berjarak 273 Km dari Jakarta, luas wilayah 39,68 m2 terbagi menjadi 4 Kecamatan dan 27 Kelurahan. Kecamatan tersebut adalah
Kecamatan Tegal Barat dengan luas 15,13 km2,
Kecamatan Margadana dengan luas 11,76 km2, Kecamatan Tegal Selatan dengan luas 6,43 km2, Kecamatan Tegal Timur dengan luas 6,36 km2. Dari 4 kecamatan, 2 kecamatan berbatasan langsung dengan laut jawa yaitu Kelurahan Margadana dan Kelurahan Tegalsari yang ada di kecamatan Tegal Barat serta Kelurahan Mintaragen yang ada di Kecamatan Tegal Timur, seperti pada gambar 1. Kelurahan Tegalsari
Gambar 1. 1 Kondisi Geografi Kota Tegal (Sumber : www.tegal.go.id) Kondisi kelurahan yang berbatasan dengan laut jawa tersebut menjadikan sebagian besar penduduk di ketiga kelurahan tersebut berpencaharian sebagai nelayan, begitu juga dengan ibu-ibu nelayan. Kreatifitas para ibu nelayan dalam bentuk industri rumah tangga atau home industry atau biasa disebut dengan UMK (Usaha Micro dan Kecil) mampu meningkatkan harga jual ikan. Disamping itu UMK yang dibuat para ibu telah
ikut berperan
membantu perekonomian keluarga.
Adapaun usaha para ibu di UMK adalah merubah ikan hasil tangkapan menjadi ikan olahan, seperti ikan asap (ikan pindang), ikan kering (ikan asin) dan krupuk ikan. Usaha yang dilakukan para ibu istri nelayan sekarang
ini
merupakan
usaha
secara turun temurun dan masih dikerjakan secara tradisional.. Dalam penelitian
12
Martasuganda, S, dkk, (2003) yang mengatakan bahwa hasil olahan ikan yang ada 75% ikan masih diolah atau diproduksi secara tradisional. Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Tegalsari Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Kelurahan Tegalsari yang merupakan kelurahan berbatasan langsung dengan laut jawa, dari 3400 penduduk yang ada 36,70 % bekerja sebagai nelayan. (Data Monografi Kelurahan Tegalsari, 2004). Dari data di kelurahan dan surai awal di ketahui bahwa terdapat 25 UMK pengasap ikan yang dikelola oleh ibu-ibu nelayan. Sedang yang lain ada yang bergerak di UMK krupuk ikan dan ikan asin. Secara umum proses produksi ikan asap masih dikerjakan secara tradisional, seperti terlihat pada gambar 2.
Gambar 1. 2. Alat Pengasap Ikan di Jalan Kali Bacin Kelurahan Tegalsari Kota Tegal
Gambar 1. 3. Posisis Pekerja Pada Proses Produksi Ikan Asap di Jalan Kali Kelurahan Tegalsari Kota Tegal
Bacin
13
Dari hasil penelitian awal yang salah satunya terekam dalam gambar 2, terlihat desain alat yang digunakan sangat sederhana dan belum mempertimbangkan faktor-faktor ergonomis dan keselamatan kerja. Begitu juga dengan posisi pekerja saat bekerja pun masih sangat jauh dari kelayakan bekerja seperti terlihat pada gambar 1.3.
Dari hasil penelitian awal dengan sampel sebanyak 10 responden,
dihasilkan data keluhan pekerja diantaranya: 70 % merasakan sakit pada lengan atas kanan, pinggang, pantat; 60% merasakan sakit pada bahu kiri, bokong, siku kanan; 50 % merasakan sakit pada punggung dan kaki kanan. Sesuai dengan kerangka diatas, penggunaan alat pangasap ikan pada umumnya perlu dikaji kembali agar lebih baik dan dapat meningkatkan produktifitas UMKM Pengasap ikan., maka dalam penelitian ini penulis mencoba untuk melakukan perancangan sebuah alat pengasap ikan yang diharapkan mampu menghasilkan sebuah alat pengasap ikan yang perfomansinya baik, murah, dan mudah pengoperasiannya.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merencanakan dan membuat alat pengasap ikan yang perfomansinya baik, murah, dan mudah pengoperasiannya sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih optimal
1.3. Tujuan Penelitian a.
Merancang dan membuat alat pengasap ikan untuk memudahkan proses pengasapan dan efisien
b.
Menghitung dan menganalisa ekonomi teknik pembuatan. alat pengasap ikan
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini mampu menghasilkan rancangan alat pengasap ikan yang ergonomis layak dari sisi ekonomi teknik.
14
1.5. Batasan Masalah Untuk dapat lebih mengarahkan dalam hal pembahasan, maka ruang lingkupnya perlu dibatasi. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Produk yang dirancang adalah alat pengasap ikan yang dioperasikan oleh satu orang operator.
b.
Perhitungan biaya pembuatan troli hidrolik meliputi biaya proses produksi, biaya tenaga kerja dan biaya material.
c.
Variabel ongkos produksi mengikuti standar yang berlaku di Laboratorium Proses Produksi Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Pancasakti Tegal.
15
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Dengan mengambil kata dalam bahasa yunani yaitu ERGO yang berarti “kerja” dan NOMOS yang berarti “peraturan”, dengan demikian secara sederhana ergonomi dapat didefinisikan sebagai “Ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman”(Sutalaksana,1979). Definisi tersebut kiranya jelas bahwa fokus ilmu ergonomi adalah manusia itu sendiri dalam arti bahwa dengan sudut pandang ergonomi sedapat mungkin sistem kerja yang disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia. Dalam suatu sistem kerja itu sendiri terdapat elemen-elemen penting yang saling berkaitan, yaitu manusia, obyek (peralatan yang digunakan), dan keadaan lingkungan yang mempengaruhinya. Hasil kerja yang optimal dapat dicapai apabila dalam melaksanakan pekerjaannya manusia merasakan kenyamanan baik secara fisik maupun psikologis, dan dapat berinteraksi dengan baik dengan obyek yang digunakannya, sehingga manusia dan obyek tersebut dapat memberikan hasil yang terbaik. Sebagai suatu interdisiplin ilmu, ergonomi mempelajari metode-metode perancangan sistem kerja dengan memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia, untuk mencapai efisiensi dan produktivitas secara aman dan nyaman. Dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan manusia untuk perancangan sistem kerja tersebut maka resiko terjadinya kecelakan kerja dapat dikurangi atau diminimasi, serta dengan sasaran efisiensi lainnya adalah menurunkan biaya produksi. Ada 5 masalah pokok dalam ergonomi sehubungan dengan keterbatasan manusia, yaitu : a.
Anthropometri
16
Berhubungan dengan pengukuran dimensi-dimensi linear tubuh manusia. Masalah yang sering ditemui adalah adanya ketidaksesuaian dimensi tubuh manusia dengan rancangan produk dan area kerja. Solusinya adalah merancang suatu area kerja dan produk tersebut dengan penyesuaian terhadap informasi yang diperoleh dari data anthropometri. b.
Cognitive Permasalahan cognitive timbul berkaitan dengan terjadinya kekurangan atau
kelebihan informasi yang dibutuhkan selama pemrosesannya. Contoh kerja cognitive antara lain menghitung suatu data. c.
Musculoskeletal Sistem musculoskeletal terdiri dari otot, tulang, dan jaringan penghubung. Untuk
memenuhi kebutuhan energinya, diperoleh dari proses metabolisme tubuh. Aktivitas fisik yang dilakukan manusia berhubungan dengan fungsi muscular tersebut. Timbulnya ketegangan pada otot atau rasa sakit pada tulang adalah suatu akibat dari aktivitas fisik manusia. Oleh karena itu sistem kerja harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia atau mengadakan alat bantu untuk memudahkan pekerjaan. d.
Cardiovascular Berhubungan dengan fungsi organ tubuh manusia, yaitu jantung. Dalam
menjalankan aktivitas fisik, otot memerlukan oksigen yang lebih banyak, maka jantung memompakan darah ke otot untuk memenuhi kebutuhan oksigen tersebut. Semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan, semakin banyak O yang dibutuhkan. 2
Detak jantung akan meningkat karena lebih banyak darah yang dipompakan per unit waktu dalam paru-paru. Selain itu juga terjadi peningkatan panas dalam tubuh manusia yang ditandai dengan keluarnya keringat dan naiknya tekanan darah. Untuk mengurangi kelelahan, beban kerja fisik diukur/ditentukan berdasar pada detak jantung manusia, termasuk adanya work-rest cycle time. e.
Psychomotor Berkaitan dengan fungsi sensorik manusia (panca indera). Fungsi sensorik ini
dipengaruhi oleh rangsangan eksternal, seperti informasi berupa bunyi-bunyian
17
(alarm, sirene) atau cahaya (lampu lalu lintas). Sehubungan dengan penerimaan dan pemrosesan informasi, maka area kerja yang melibatkan fungsi sensorik manusia ini, harus mampu memberikan display yang sesuai dengan kebutuhan performance-nya. Dalam Tugas Akhir ini penulis hanya membahas masalah anthropometri.
2.2 Anthropometri Setiap desain produk, baik yang sederhana maupun produk yang sangat komplek, harus berpedoman kepada antropometri pemkainya. Menurut Sanders & McCrmick (1978),; Pheasat (1988) dan Pulat (1992) bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainya yang relefan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. (Tawaka, dkk, 2004) Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka ditetapkan prinsip-prinsip yang harus diambil di dalam aplikasi data anthropometri seperti diuraikan berikut ini(Wignjosoebroto, S.,1995): a.
Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim. Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2(dua) sasaran produk, yaitu: Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain(mayoritas dari populasi yang ada).
b.
Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu. Rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
c.
Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.
2.2.1 Pengolahan data anthropometri Dalam melakukan pengolahan data ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan yaitu :
18
a.
Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data digunakan untuk mengetahui apakah data yang telah diperoleh itu seragam, apakah berasal dari populasi yang sama, dan apakah data berada diluar batas atau tidak. Data yang diperoleh di dalam penelitian tidak mungkin sama semua, karena pasti ada perbedaan dan ada perubahan ukuran data operator atau pelaku, tetapi perubahan atau perbedaan ini ada batas-batasnya. Untuk menentukan apakah data-data yang diperoleh selama penelitian ini tidak melampui batas-batas itulah maka dilakukan uji keseragaman data. Langkahlangkah yang dilakukan untuk melakukan uji keseragaman data adalah sebagai berikut : 1. Mengelompokkan data hasil pengukuran ke dalam kelompok-kelompok atau grup. 2. Menghitung rata-rata grup.
3. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari data hasil pengukuran dengan rumus :
19
4. Menghitung Standar deviasi dari distribusi harga rata-rata dengan rumus :
5. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan rumus :
b.
Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data ini sangat dipengaruhi oleh : 1. Tingkat Ketelitian (dalam persen), adalah penyimpangan maksimum dari hasil pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya. 2. Tingkat Kepercayaan (dalam persen), adalah besarnya keyakinan/besarnya probabilitas bahwa data yang kita dapatkan terletak dalam tingkat ketelitian yang telah ditentukan. Rumus umum uji kecukupan data:
20
Nilai K untuk tingkat kepercayaan tertentu dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini: Tabel 2.1. Tingkat Kepercayaan Tingkat Kepercayaan
Nilai K
68 %
1
95 %
2
99 %
3
Nilai S untuk tingkat ketelitian tertentu dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini: Tabel 2.2. Tingkat Ketelitian
Apabila N
hitung
Tingkat Ketelitian
Nilai S
5%
0,05
10 %
0,10
(N’) < N (Jumlah data yang diukur) maka data yang diperoleh
sudah mencukupi, sebaliknya jika N(N’) > N maka perlu tambahan data. Perhitungan N’ dilakukan dengan formulasi seperti berikut untuk tingkat keyakinan 95%, tingkat ketelitian 5% :
21
2.2.2 Persentil data Untuk data yang terdistribusi normal atau diasumsikan terdistribusi normal, maka untuk mencari harga persentil digunakan rumus:
Perhitungan persentil data adalah penting sebagai variasi ukuran antara individu yang satu dengan yang lain adalah beda. Penentuan persentil bagi tiap-tiap dimensi ukuran adalah penting, agar hasil perancangan betul-betul nyaman bagi pemakainya.
2.3 Metode Perancangan Metode perancangan adalah berupa prosedur, teknik-teknik, bantuan-bantuan atau peralatan untuk merancang. Metode perancangan menggambarkan sejumlah macam aktifitas dengan jelas yang memungkinkan perancang menggunakan dan mengkombinasikan proses perancangan secara keseluruhan. Tujuan utama metode baru ini adalah usaha untuk membawa prosedur rasional (masuk akal) di dalam proses perancangan. Cross (1992) menyebutkan metode perancangan bukan merupakan pertentangan (musuh) dari kreativitas, imajinasi dan intuisi. Pertentangan yang sesungguhnya lebih memungkinkan untuk berperan penting pada cerita penyelesaian perancangan daripada informal, internal dan seringkali pemikiran prosedural yang tidak berkaitan dengan proses perancangan tradisional atau konvensional. Pada kenyataannya, pokok yang umum dari metode perancangan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu : metode kreatif ( creative methods ) dan metode rasional ( rational methods ). Dalam tugas akhir ini metode perancangan yang dipilih untuk merancang troli hidrolik adalah metode rasional
2.3.1 Metode Rasional
22
Hal-hal yang biasanya dilakukan dalam metode perancangan adalah metode rasional daripada metode kreatif, karena metode ini dapat mendorong terjadinya pendekatan sistematis dalam proses peracangan. Namun, metode rasional ini seringkali juga mempunyai tujuan yang hampir menyerupai metode kreatif, misalnya perluasan daerah pencarian untuk penyelesaian potensial, atau pengadaan tim kerja dan grup pengambil keputusan. Jadi hal ini tidak sepenuhnya benar bahwa metode rasional merupakan kebalikan dari metode kreatif. Beberapa perancang menaruh curiga pada metode rasional, mereka khawatir kalau metode ini dapat mengekang (straitjacket) atau kaku terhadap kreativitas. Ini merupakan kesalah pahaman dari maksud perancangan sistematis, yang berarti untuk memperbaiki kualitas keputusan perancangan, dan sebab akhir dari sebuah produk. Metode kreatif dan rasional adalah aspek tambahan dari pendekatan sistematik dalam perancangan. Lebih dari sekedar pengekangan, metode ini dapat terlihat sebagai penyelamat yang dapat membantu perancang untuk tetap berpikir. Berikut ini beberapa tahap metode rasional yang paling relevan dan paling luas digunakan, serta mencakup keseluruhan proses perancangan :
2.3.2 Klarifikasi tujuan Tahap penting pertama dalam perancangan adalah bagaimana mencoba untuk menjelaskan sasaran perancangan. Pada kenyataan ini sangat membantu pada keseluruhan langkah perancangan untuk mendapatkan ide yang jelas terhadap sasaran, walaupun sasaran ini dapat berubah selama pengerjaan perancangan. Sasaran awal dan sementara dapat berubah, meluas dan lebih singkat atau benar-benar berubah sepanjang permasalahan menjadi lebih dimengerti dan sepanjang penyelesaian ide-ide dapat berkembang. Metode Objective Tree (pohon tujuan) menawarkan format yang jelas dan berguna untuk pernyataan sasaran/tujuan. Metode ini menunjukkan sasaran dan maksud umum untuk pencapaian tujuan yang ada di bawah pertimbangan. Metode ini ditunjukkan dalam suatu bentuk diagram di mana jalur-jalur sasaran yang berbeda dihubungkan satu sama lain, serta pola hirarki tujuan dan sub tujuan.
23
Tujuan metode Objective Tree untuk menjelaskan tujuan dan sub tujuan perancangan serta hubungan diantara keduanya. Langkah-langkah dalam pembuatan Objective Tree adalah sebagai berikut : a.
Menyiapkan daftar tujuan perancangan. Daftar ini diambil dari ringkasan perancangan, dari pertanyaan kepada klien dan dari diskusi di dalam tim perancang.
b.
Daftar disusun ke dalam kumpulan tujuan tingkatan ( level ) tingi dan level rendah. Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan secara kasar dikumpulkan ke dalam tingkatan hirarki
c.
Menggambarkan diagram pohon tujuan, menggambarkan hirarki dan garis hubungan Cabang-cabang atau akar dalam pohon menggambarkan hubungan yang mengusulkan bagaimana mencapai tujuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh Objective Tree pada Gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1. Contoh Objective Tree
24
2.3.3 Penetapan Fungsi Metode
analisis
fungsional
(Function
analysis)
menawarkan
alat
pertimbangan fungsi-fungsi dasar dan tingkatan yang masalahnya akan dituju. Fungsi dasar tersebut adalah fungsi di mana alat-alat, produk atau sistem yang akan dirancang harus meyakinkan, tidak peduli apakah komponen fisik yang harus digunakan. Tingkatan masalah ditentukan oleh penetapan batasan sekitar sub kumpulan fungsi yang logis. Tujuan metode analisis fungsi (function analysis) adalah untuk menetapkan kebutuhan fungsi dan batas sistem perancangan baru. Langkah-langkah dalam pembuatan metode analisis fungsi adalah sebagai berikut : a. Menjelaskan keseluruhan fungsi perancangan dalam istilah konversi masukkan menjadi keluaran. Semuanya, fungsi kotak hitam (black box) harus luas, seluas batas sistem.
Input
Black Box
Output
Gambar 2.2. Model Sistem Black Box b. Keseluruhan fungsi dipecah ke dalam kumpulan sub fungsi dasar. Sub fungsi terdiri dari semua tugas yang harus ditunjukkan dalam kotak hitam c. Menggambar diagram blok yang menggambarkan interaksi antara sub fungsi. Kotak hitam dibuat tembus pandang, jadi sub fungsi dan hubungan koneksinya benar-benar jelas. Transparant Box Sub Function
Sub Function
Sub Function
Sub Function
Gambar 2.3. Model Transparant Box
25
d. Menggambarkan batas sistem. Batas sistem diartikan sebagai batasan bagi produk atau alat yang akan dirancang. e. Mencari komponen yang tepat untuk menampilkan sub fungsi dan interaksinya. Banyak komponen alternatif yang mungkin sesuai untuk menampilkan fungsifungsi yang teridentifikasi.
2.3.4 Penetapan spesifikasi Metode spesifikasi pelaksanaan (performance spesification) adalah sesuatu yang diharapkan untuk membantu menjelaskan masalah perancangan. Spesifikasi artinya merupakan kebutuhan pelaksanaan dan bukan merupakan kebutuhan produk. Metode ini menegaskan pelaksanaan bagaimana penyelesaian perancangan harus dicapai dan tidak ada komponen fisik khusus yang memungkinkan cara-cara pencapaian pelaksanaan tersebut. Tujuan metode spesifikasi pelaksanaan adalah untuk membuat spesifikasi akurat dari kebutuhan pelaksanaan suatu penyelesaian perancangan. Langkah-langkah untuk membuat metode ini adalah sebagai berikut : a.
Mempertimbangkan perbedaan tingkatan umum penyelesaian yang dapat diterima. Misalkan ada beberapa pilihan alternatif produk, tipe produk , ciri-ciri produk.
b.
Menentukan tingkatan umum yang akan dioperasikan. Keputusan ini biasanya dibuat oleh klien. Tingkatan umum yang lebih tinggi memberikan kebebasan yang lebih untuk perancang.
c.
Mengidentifikasikan atribut kebutuhan penyelenggaraan. Atribut seharusnya diterangkan sebagai yang independen dari beberapa penyelesaian khusus.
d.
Menyebutkan dengan ringkas dan tepat kebutuhan penyelengaraan untuk setiap atribut. Bila dimungkinkan spesifikasi seharusnya dalam istilah pengukuran dan mengidentifikasi jarak antar batas.
26
2.3.5
Pembangkitan alternatif Tujuan utama metode ini adalah perluasan pencarian kemungkinan
penyelesaian baru. Morpologi berarti studi tentang bentuk atau ukuran, jadi analisis morpologi adalah suatu usaha sistematis untuk menganalisa bentuk yang dapat diambil oleh suatu produk atau mesin dan bagan morpologi adalah suatu rangkuman analisis ini. Perbedaan kombinasi sub solusi dapat dipilih dari bagan yang mungkin menunjukkan kepada penyelesaian baru yang sebelumnya belum teridentifikasi. Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pembuatan metode bagan morpologi adalah sebagai berikut : a.
Membuat daftar tampilan atau fungsi produk yang mendasar. Walaupun tidak begitu panjang, daftar tersebut dapat secara luas mencakup fungsi-fungsi umum pada tingkat yang tepat.
b.
Untuk setiap daftar tampilan atau fungsi cara-cara yang mungkin dapat dicapai. Daftar ini dapat memasukkan ide baru yang sama baiknya dengan pengenalan komponen atau sub-solusi yang ada.
c.
Menggambarkan suatu bagan yang mengandung semua sub-solusi yang memungkinkan. Bagan morpologi ini mewakili ruang penyelesaian total produk, membuat kombinasi sub-solusi.
d.
Mengidentifikasikan kombinasi sub-solusi yang memungkinkan. Total nomor kombinasi yang mungkin dapat sangat besar maka pencarian strategis harus diarahkan dengan batasan-batasan atau kriteria.
e.
Menghitung dan membandingkan nilai kegunaan relatif perancangan alternatif. Mengalikan setiap nilai parameter dengan nilai pembobotan, alternatif terbaik mempunyai jumlah nilai tertinggi. Perbandingan dan pembahasan profil nilai guna mungkin merupakan bantuan perancangan yang lebih baik daripada hanya sekedar memilih yang terbaik. Gambar di bawah ini menampilkan contoh peta evaluasi pembobotan obyektif untuk tiga alternatif.
27
Tabel 2.3. Contoh Bagan Evaluasi Pembobotan Obyektif
Sumber : Engineering Design Methods, Nigel Cross, (1992)
2.4 Analisa Ekonomi Teknik Analisa ekonomi teknik biasa disebut dengan analisa investasi. Investasi merupakan kegiatan menanam modal (Giatman, 2006). Setiap kegiatan investasi akan diikuti oleh sejumlah pengeluaran lain yang akan timbul. Pengeluaran yang ditimbulkan dapat berupa biaya operasional (operational cost), biaya perawatan (maintenance cost) dan biaya lain. Disamping itu investasi juga akan menghasilkan sejumlah keuntungan dan manfaat berupa hasil produk atau jasa dari usaha yang ditimbulkan oleh investasi tersebut. Banyak metode yang dapat dipakai untuk menganalisis kegiatan investasi, antara lain
Metode Net Present Value (NPV), Metode Annual Equivalen (AE),
Metode Internal Rate of Return (IRR), Metode Benefit Cost Ratio (BCR) dan Metode Payback Periode (PBP). Pada penelitian ini metode yang dipakai adalah metode Metode Net Present Value (NPV) dan Metode Payback Periode (PBP). Net Present
28
Value (NPV)
dan dipakai
dengan pertimbangan metode ini lebih valid dalam
penilaian investasi (Sistemi, 1996), (Parker, 1997) dan (Sadelie, 2003). Sedangkan Metode Payback Periode (PBP) dipakai untuk mengetahui tingkat pengembalian modal investasi, metode ini cukup televan karena setiap uang yang dikeluarkan akan mampu diperkirakan kapan uang (modal) tersebut akan kembali (Sistemi, 1996).
2.4.3 Metode Net Present Value (NPV) Metode Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto) pada waktu sekarang (present) (Giatman, 2006). Metode NPV pada dasarnya memindahkan cast flow yang menyebar sepanjang umur investasi ke waktu investasi (t = 0) atau kondisi present dengan nerapkan konsep equivalensi uang. Cash flow yang benefit disebut dengan Present Worth of Benefit (PWB), sedangkan cash out Present Worth of Cost (PWC). Sementara itu NPV diperoleh dari PWB-PWC. Untuk mendapatkan nilai PWB, PWC, dan NPV dipakai formula sebagai berikut : (Giatman, 2006) n PWB = ∑ Cbt (FBP) t=0 n PWC = ∑ Cct (FBP) t=0 n PWB = ∑ Cft (FBP) t=0 Sehingga NPV dapat dinyatakan dengan formula berikut :
NPV
= PWB – PWC
Dimana : Cb
= cash flow benefit
Cc
= cash flow cost
Cf
= cash flow utuh (benefit + cost)
29
FPB
= faktor bunga present
t
= periode waktu
n
= umur investasi
Untuk mengetahui apakah suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode NPV, yaitu : Jika :
NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkaan /layak NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan/tidak layak
2.4.4 Metode Payback Periode (PBP) Metode Payback Periode (PBP) adalah jumlah periode (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan (menutup) ongkos investasi awal dengan tingkat bunga tertentu (Pujawan, 2004). Perhitungannya dilakukan berdasarkan aliran kas baik tahunan maupun yang merupakan nilai sisa. Untuk mendapatkan periode pengembaliaan pada suatu tingkat pengembalian (rate of return) tertentu digunakan formula berikut : n 0 = - P + ∑ Cf (FBF) t=0
atau
n 0 = - P + ∑ Cf (P/F, i%, n) t=0 Jika Cf (cash flownya ) merupakan aliran deret seragam maka formula tersebut dapat ditulis sebagai berikut : n 0 = - P + ∑ Cf ( P/A, i %, n ) t=0 Kriteria Keputusan : Jika suatu alternatif memiliki masa ekonomis lebih besar dari periode pengembalian (n’) maka alternative tersebut layak untuk diterima, dan sebaliknya.
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.8 Tahap persiapan 1.
Mempelajari materi yang berhubungan dengan perancangan dan pengembangan produk, Analisis Perancangan Kerja (Anthropometri), analisis biaya material, analisis biaya proses.
2.
Mempersiapkan alat yang digunakan untuk pengambilan data.
3.9 Metode perancangan Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode rasional yang tahapannya adalah sebagai berikut: 1.
Klarifikasi Tujuan Metode yang digunakan adalah pohon tujuan
yang bertujuan
untuk
mengklarifikasi semua tujuan dan sub-sub tujuan yang ada pada proses perancangan dalam hubungan satu dengan yang lainnya. 2.
Penetapan Fungsi Metode yang digunakan adalah analisis fungsional yang bertujuan untuk menetapkan fungsi-fungsi yang diperlukan dan batas-batas sistem perancangan produk yang baru.
3.
Penetapan Spesifikasi Metode yang digunakan adalah spesifikasi performansi yang bertujuan untuk membuat spesifikasi kerja yang akurat dari suatu solusi rancangan yang diperlukan.
4.
Pembangkitan Alternatif Metode yang digunakan adalah Morphological Chart yang bertujuan untuk membangkitkan solusi-solusi rancangan alternatif, memperluas pencarian terhadap solusi-solusi baru yang potensial.
5.
Evaluasi Alternatif
31
Metode yang digunakan adalah Weighted Objective yang bertujuan untuk membandingkan nilai-nilai utilitas dari berbagai usulan alternatif berdasarkan kinerjanya terhadap tujuan-tujuan yang telah berbobot.
3.10 Pengambilan data Dalam proses pengambilan data yang diperlukan dapat dilakukan dengan cara : 1.
Data Primer Data yang diperlukan untuk melakukan perancangan alat yang diperoleh dari lapangan. Data ini meliputi obyek yang diteliti (spesifikasi tabung oksigen), data anthropometri dan data bahan yang digunakan.
2.
Data Sekunder Data yang diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
3.11 Pengolahan data Setelah semua data yang diperlukan untuk proses perancangan diperoleh maka selanjutnya dilakukan pengolahan data agar dapat diambil keputusan akhir dalam perancangan Alat Pengasap Ikan. Pengolahan data yang dilakukan adalah : 1.
Analisis data anthropometri Dilakukan validasi data dengan menggunakan program anthropometri. Dilakukan uji keseragaman, kecukupan, dan kenormalan data agar data yang diuji dapat mewakili populasinya. Menghitung prosentase sample berdasar nilai persentil (5%,50%,95%) untuk data anthropometri yang digunakan.
2.
Analisis Ekonomi Teknik Analisis ekonomi teknik ditujukan untuk mengetahui kelayakan investasi dari pembuatan alat dan untuk mengetahui tingkat pengembalian modal. Metode yang dipakai menggunkan metode net present value (NPV) dan Metode Payback Periode (PBP)
32
3.12 Pembuatan Alat Setelah dilakukan pengolahan data dengan cara analisis teknis perancangan maka berdasarkan hasil dari data yang diolah tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembuatanalat pengasap ikan. 3.13 Evaluasi Alat Evaluasi alat dilakukan dengan cara membandingkan antara troli biasa dengan troli hidrolik hasil pengembangan. 3.14 Evaluasi Hasil Evalusi dilakukan terhadap manfaat untuk operator yang menggunakan alat pengasap ikan i biasa dan membandingkan dengan operator yang menggunakan alat pengasap ikan yang dimodifikasi Untuk mengetahui lebih jelas metodologi perancangan alat pengasap ikan maka dapat dilihat pada Gambar 3.1 di belakang ini :
33
Studi Pendahuluan
Identifikasi Masalah Studi Lapangan
Studi Pustaka
Perumusan Masalah, dan Penentuan Tujuan Analisis Ekonomi Teknik
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengembangan Desain
Pemilihan Desain Perencanaan Peralatan Pembuatan Alat
Uji Coba Alat
Evaluasi Hasil
Kesimpulan Gambar.3.1. Metodologi Penelitian Perancangan Alat Pengasap Ikan
34
BAB IV DATA DAN ANALISIS
4.1 Data Penelitian 4.1.1 Data Anthropometri Data anthropometri yang digunakan dalam perancangan alat pengasap ikan diperoleh dari pengukuran dimensi tubuh pekerja secara statis yang meliputi: a.
Tinggi Bahu Duduk (TBD)
b.
Lebar Bahu (LBH)
c.
Tinggi Siku Duduk (TSD)
d.
Panjang Jangkauan Tangan (JKT) Sumber data anthropometri di atas diambil berdasarkan hasil pengukuran
ukuran tubuh dari 15 orang pekerja pengasap ikan. Data tersebut kemudian diolah di Laboratorium Analisis Perancangan Kerja
Dan Ergonomi (APK dan E) Progdi
Teknik Industri Fakultas Teknik UPS Tegal dengan menggunakan tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95%. Secara lebih lengkap data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
35
Tabel 4.1. Tabel Data Anthropometri No
Nama Pekerja
TBD (mm) 570
LBH (mm) 400
TSD (mm) 240
JKT (mm) 530
1
Tuti
2
Wasinah
590
450
220
560
3
Nisah
600
480
210
580
4
Yanti
590
440
210
570
5
Sugiarti
610
490
200
580
6
Kusni
580
430
240
540
7
Marfuatun
620
500
200
600
8
Badriah
590
430
210
570
9
Sumiani
610
490
200
580
10
Darsi
560
390
250
520
11
Tugiem
620
510
210
610
12
Iah
590
430
210
580
13
Sari
620
500
210
590
14
Ida
570
380
220
530
15
Musliah
610
490
200
580
Sumber : UMKM Pengasap Ikan Tegalsari
4.1.2 Data Mesin Perkakas di Laboratorium Proses Produksi Fakultas Teknik UPS Tegal Berikut ini data dari mesin perkakas yang ada di Laboratorium Proses Produksi FT UPS Tegal yang digunakan untuk pembuatan alat pengasap ikan:
36
Tabel 4.2. Data Mesin Perkakas Laboratorium Proses Produksi FT UPS Tegal Untuk Pembuatan Komponen No
Nama Perkakas
Merek
Biaya Sewa per Jam (Rp) 12.000
1
Las Listrik
SIP 200
2
Gergaji
KING REX
7.000
3
Gerinda Tangan
HITACHI
5.000
4
Bor Tangan
BOSH
7.000
4.1.3 Data Peralatan yang Digunakan Dalam proses pembuatan alat pengasap ikan ini diperlukan beberapa peralatan yang dipergunakan untuk membantu dalam proses pembuatan . Peralatan tersebut antara lain : 1.
Alat bantu Adalah peralatan yang digunakan untuk membantu seorang operator dalam proses pengerjaan tiap komponen. Misalnya : Palu,ragum dan lain-lain.
2.
Alat Ukur Adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur dimensi dari setiap komponen baik yang berupa raw material, material dalam proses ataupun komponen jadi.
4.1.4 Data Material Data material untuk membuat alat pengasap ikan ini terdiri dari material standart (membeli), material dari besi as (mild steel) dan material dari pipa galvanis.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Data Anthropometri Setiap desain produk, baik yang sederhana maupun produk yang sangat komplek, harus berpedoman kepada antropometri pemkainya. Menurut Sanders & McCrmick (1978),; Pheasat (1988) dan Pulat (1992) bahwa antropometri adalah
37
pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainya yang relefan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. (Tawaka, dkk, 2004) Data anthropometri diperoleh dengan cara melakukan pengukuran terhadap se puluh orang pekerja ikan asap, jumlah ini untuk tahap awwal dianggap mencukupi karena UMKM yang ada berjumlah 30 pekerja. Untuk menentukan ukuran tinggi dan lebar alat pengasap ikan , serta posisi nyaman penggunaan alat pengasap ikan, maka diperlukan data antropometri pekerja yang meliputi :tinggi bahu duduk (TBD), tinggi siku duduk (TSD), lebar bahu (LBH) dan panjang jangkauan tangan (PJT). Data yang diperoleh dari pengukuran sepuluh sampel terdapat pada sub bab 4.1 Data anthropometri di atas akan digunakan sebagai dasar perhitungan perancangan ukuran troli hidrolik yang selanjutnya diolah dengan menggunakan program penghitungan data anthropometri yang diambil dari Laboratorium Analisis Perancangan Kerja karya Vincentsius Suputin.
c.
Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan Yang dicari dengan melakukan pengukuran data antropometri terhadap pekerja
ikan asap adalah ukuran yang sebenarnya dibutuhkan untuk duduk, lebar, jangkauan mengambil dalam penggunaan alat pengasap ikan. Karena ukuran-ukuran ini tidak pernah diketahui sebelumnya maka harus diadakan pengukuran. Yang ideal tentunya dilakukan pengukuran yang sangat banyak terhadap para pekerja ikan asap di UMKM karena demikianlah diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga dan tentunya biaya. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah tingkat kepastian yang diinginkan penulis setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari ukuran alat pengasap ikan sebenarnya. Dalam hal ini tingkat ketelitian dinyatakan dalam persen dari ukuran alat pengasap ikan sebenarnya, yang seharusnya dicari. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan penulis terhadap obyek yang diukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Dalam hal inipun tingkat keyakinan dinyatakan dalam persen.
38
Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa penulis membolehkan rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauhnya 10% dari rata-rata ukuran alat pengasap ikan sebenarnya dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%.
d. Uji keseragaman data Uji keseragaman data digunakan untuk mengetahui apakah data yang diambil seragam atau tidak. 2.
Mengelompokkan data ke dalam beberapa subgrup. k = 1 + 3,32 log n dimana : k = jumlah kelas n = banyaknya data ( n = 15 data) k = 1 + 3,32 log 15 k = 4,9 ≈ 5 kelas
Tabel 4.3. Pengelompokan Data Tinggi Siku Duduk Subgrup
Tinggi Siku Duduk
x(rata-rata)
1
240
220
210
223,3
2
210
200
240
216,7
3
200
240
200
313,3
4
250
210
210
223,3
5
210
220
200
210,0
Jumlah
3.
Menghitung rata-rata dari subgrup (X) .
(223,3+ 216,7+ 313,3+ 223,3+ 210,0) = 5 = 217,33
1086,7
39
4.
Menghitung standar deviasi dari data (σ).
= 17,09 ≈ 17
5.
Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup.
= 9,8
6.
Menentukan batas kontrol Batas kontrol atas dan Batas kontrol bawah
BKA =
x
+ 3 SD
= 217,33 + 3 ( 9,8) = 246,7 BKB =
x
- 3 SD
= 217,33 - 3 ( 9,8) = 187,9 Batas kontrol yang dibentuk dari data diatas merupakan batas seragam atau tidaknya data. Data dikatakan seragam, yaitu berasal dari sistem sebab yang sama, bila diantara kedua batas kontrol. Dan yang dikatakan tidak seragam, yaitu berasal dari sistem sebab yang berbeda, jika berada diluar batas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan rata-rata subgrup yang masih dalam kedua batas kontrol.
40
Yang diperlihatkan dalam pengujian keseragaman data tinggi siku duduk diatas adalah data yang berada didalam batas kontrol, karena semua data masih dalam kedua batas kontrol dan dapat dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Oleh sebab itu rata-rata dari sub grup tinggi siku duduk ini dijadikan sebagai acuan dalam merancang alat pengasap ikan.
7.
Uji kecukupan data
= 3,04
Dari perhitungan kecukupan data diatas dapat disimpulkan bahwa N hitung < N ; 3,04 < 15. Maka data yang diperoleh sebanyak 15 data sudah mencukupi dan tidak diperlukan
lagi melakukan pengukuran terhadap
pekerja ikan asap.
8.
Persentil data Persentil yang digunakan adalah persentil ke-50 agar operator dengan ukuran anthropometri besar maupun kecil dapat menggunakan alat pengasap ikan ini. Persentil ke-50 = X = 217,33
mm
4.3. Analisis Perancangan
Perancangan dilakukan berdasarkan metode-metode perancangan produk yaitu dengan menggunakan metode rasional.
41
4.3.1 Tahap Klarifikasi Tujuan Tahap ini menggunakan metode Objectives Tree (Gambar 4..1.) yang akan menjelaskan
sasaran
proses
perancangan
alat
pengasap
ikan
yang
nyaman,
perfomansinya baik, dan murah. Yang dimaksud murah adalah bahan pembuatan alat pengasap ikan ini murah, mudah didapat, dan proses pembuatannya pun mudah. Dalam penggunaannya alat pengasap ikan ini ditujukan kepada pekerja wanita Dan berkaitan dengan fungsinya jika dibandingkan dengan alat pengasap ikan yang sudah ada, alat pengasap ikan lebih baik karena mampu untuk membuat produksi lebih prakti, cepat dan dengan kapasitas produk yang lebih banyak. Perawatan alat pengasap ikan pun lebih mudah karena didesain untuk dapat di “mobile”.
Ukuran sesuai dengan aspek –aspek ergonomic pekerja Nyaman Mudah dioperasikan, mudah untuk dipindah Bahan murah dan mudah didapat Alat Pengasap Ikan
Murah
Kontruksi sederhana Proses pembuatan alat sederhana Perawatan alat mudah
Performensi baik
Mampu untuk produksi lebih banyak Posisi dan ketinggian dapat diatur
Gambar 4.1. Objectives Tree Untuk Alat Pengasap Ikan
4.3.2 Tahap Penetapan Fungsi Secara umum alat pengasap ikan dipakai untuk memproduksi ikan asap dengan cara mengasap ikan diatas tungku api yang dibuat dari tumpukan batu bata
42
kemudian ditata sedimikian rupa diatasnya kayu bakar sebagai alat untuk menempatkan ikan yang akan diasap. Secara umum dapat digambarkan dalam dua fungsi yaitu black box dan transparant box, seperti terlihat pada gambar 4.2
Ikan ditata
Black Box
Ikan diasap-asap
Selalu menata tempat ikan Gambar 4.2. Funtion Analysis (Black Box) Untuk Alat Pengasap Ikan
Gambar 4.3 adalah penyajian gambar transparant box yang didalamnya menjelaskan keseluruhan fungsi diagram box yang menggambarkan interaksi antara sub fungsi black box yang dibuat tembus pandang sehingga sub fungsi dan hubungan koneksinya benar-benar jelas. Proses penggunaannya dimulai dari alat pengasap di siapkan posisi kaki di tata rata dengan lantai/tanah. Kemudian tutup tempat ikan diasap dibuka untuk kemudian diisi dengan kayu bakar sebagai bahan baku pembakaran. Sambil menunggu bara api siap, maka ikan dapat ditata diatas tempat peangasapan dan kemudian dipindah diatas tungku. Proses pengasapan pun siap dilakukan. Jika proes pengasapan telah selesai maka pintu api dapat dibuka untuk mengeluarkan abu hasil pembakaran, sehingga tidak diperlukan pembongkaran tungku maupun ikan yang ada di atas tungku.
43
Alat pengasap
Pastikan kakikaki alat telah rata dengan tanah
Ikan ditata
Ikan asap
Pembuatan bara api untuk pengasapan
Letakan diatas tempat pengasapan Proses pengasapan
Gambar 4.3. Funtion Analysis (Transparant Box) Alat Pengasap Ikan
4.3.3 Tahap Penetapan Spesifikasi Tahap ini akan menjelaskan masalah alat pegasap ikan dari tujuan awal penggunaan hingga kebutuhan pelaksanaan. Dalam hal ini sebagai contoh adalah selama ini permasalahan utama dari troli manual yang ada pada awal dan akhir peletakkan tabung oksigen, karena berat tabung oksigen itu ditahan oleh operator, sehingga membutuhkan setidaknya dua orang dalam proses tersebut. Dalam tahap ini menggunakan metode Perfomance specification (Tabel 4.4), yang menjelaskan alat pengasap ikan
ini dirancang dan dibuat dengan tujuan
spesifikasi akurat dari kebutuhan pelaksanaannya sehari-hari sehingga kriteria dari alat ini dapat menyelesaikan kendala yang ada bila dibandingkan menggunakan alat yang sekarang.
44
Tabel 4.4. Perfomance Specification Untuk Alat Pengasap Ikan No 1
Tujuan
Kriteria
Ukuran tinggi alat sesuai dengan Tinggi alat pengasap disesuaikan pekerja
dengan tinggi
siku duduk
(TSD)
pekerja 2
Lebar alat tidak membuat pekerja Lebar terlalu
menjangkau
saat
pekerja menggunakan
membolak-balik ikan yang diasap 3
menjangkau
saat
alat
pekerja menggunakan
membolak-balik ikan yang diasap
dirancang panjang
dengan jangkauan
tangan (PJT)
Panjang alat tidak membuat pekerja Panjang terlalu
alat
dirancang panjang
dengan jangkauan
tangan (PJT) dan ditambah dengan lebar bahu duduk (LBD)
4
Ketinggian alat disesuaikan dengan
Ketinggian alat disesuaikan dengan
posisi duduk pekerja
posisi duduk pekerja yang diambil dari ukuran tinggi siku duduk (TSD)
5
6
Konstruksi sederhana dan mudah Alat dibuat sederhana dengan bahan dibuat
baku mudah didapat dan murah
Tidak mudah rusak/awet
Alat dibuat dari bahan besi eiser (as) pejal sehinga kuat dan tidak mudah rusak, pengelasan menggunakan las listrik. Untuk tempat penempatan ikan asap bahan baku dibuat dari logam anti karat (steenless steel) sehingga tidak berkarat dan tidak berbahaya bagi produk olahan
7
Mobilitas alat mudah
Pembuatan ikan asap berlangsung ditepi jalan dan lokasi pengasapan terbuka sehingga memungkinkan alat
45
hilang. Alat ini di buat sedemikian rupa
mudah
untuk
dipindah
(mobilitasnya ) mudah untuk dapat dipindah kedalam rumah. 7
Pengoperasian Alat
Alat ini mudah dioperasikan, seperti berikut : 1. tempat ikan di angkat untuk keudian
arang/kayu
dimasukan
untuk dapat menyalakan api. 2. Pada saat yang bersamaan pekerja lain
membantu
menata
ikan,
dengan demikian saat api siap ikan langsung dapat dinaikan diatas bara api. 3. Proses
pengeluasan
abu
bekas
pembakaran pun mudah dengan membuka
pintu
tungku
dan
menarik keluar abu. 4. Cara
memasukan
kayu
bakar
tambahan pun dengan cara yang sama saat mengeluarkan abu.
4.3.4 Tahap Pembuatan a.
Pemilihan Bahan dan Estimasi Biaya Tahap ini akan menjelaskan proses pemilihan bahan dasar rancangan alat
pengasap ikan. Proses pengasapan ikan berada dilokasi pantai, sehingga alat harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap korosi. Satu sisi alat ini berhubungan dengan panas karena proses pengasapan ikan adalah proses pengapian sehingga bahan baku harus tahan api. Oleh karena itu bahan baku yang cukup baik adalah besi. Ada tiga alternative besi yang bisa digunakan yaitu :
46
1) Pipa galvanis 2) Pipa besi 3) Besi eiser (as) Dari ketiga bahan yang mungkin dapat dipakai maka penulis memilih bahan jenis besi eiser (as). Alasan pemilihan besi eiser (as) kerena jenis besi ini pejal kuat dan murah dibandingkan dengan dua bahan yang lain. Sifatnya yang pejal maka jenis ini jika terkena korosi hanya pada bagia permukaan sehingga mudah perawatan dan cara perlindungan dari karat.
b.
Estimasi Biaya Setelah proses pemilihan bahan maka selanjutnya adalah proses estimasi biaya.
Secara umum bahan yang dipakai dan harga biaya bahan dirangkum dalam tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Perkiraan Biaya Bahan Baku Alat Pengasap Ikan dan Ongkos Produksi No 1
Atribut
Ukuran
Kebutuhan
Utama
14 mm
Kerangka Tempat
Kerangka
Biaya (Rp)
4,26 M
Harga (Rp) 15.000
12 mm
2,5 M
13.000
32.500
63.900
Alat 2
ikan 3
Kerangka Tungku
12 mm
2,5 M
13.000
32.500
4
Penguat Kerangka
12 mm
1,7 M
13.000
22.100
5
Tempat untuk ikan
5 mm
9M
30000
270.000
yang diasap 6
Tungku api
3 mm
0,36 M2
150.000
54.000
7
Diding tungku
3 mm
0,25 M2
150.000
37.500
8
Esel
4 buah
25000
50.000
Jumlah Biaya Bahan
562.500
47
c.
Proses Pembuatan Proses selanjutnya adalah pembuatan alat pengasap ikan. Proses ini di buat di
Labortorium Proses Produksi Fakultas Teknik UPS Tegal. Adapun tahapan – tahapan proses adalah sebagai berikut : 1) Proses Pembuatan Rangka
10 25 5
45 70
Gambar 4.4 Kerangka Alat Pengasap Ikan (satuan cm)
Langkah-langkah pekerjaan adalah sebagai berikut : a) Potong besi diameter 14 mm sesuai dengan ukuran untuk kerangka utama b) Lakukan pengelasan dengan menggunakan las listrik c) Potong besi diameter 12 mm sesuai dengan ukuran untuk penguat kaki bawah d) Lakukan pengelasan dengan menggunakan las listrik e) Potong besi diameter 12 mm sesuai dengan ukuran untuk kerangka tungku api f)
Lakukan pengelasan dengan menggunakan las listrik
g) Rapikan bekas pengerjaan las dengan menggunakan gerinda listrik 2) Proses Pebuatan Tungku Api Langkah-langkah pekerjaan adalah sebagai berikut : a) Lakukan pemotogan plat sesuai dengan ukuran
48
b) Satukan plat dengan rangka alat dengan menggunakan las listrik c) Rapikan bekas pengelasan dengan menggunakan gerinda listrik
10 25 5
45 70 0
Gambar 4.5 Tungku Alat Pengasap Ikan (satuan cm)
3) Proses Pembuatan Tempat Pengasap Ikan Bahan ini terbuat dari besi anti karat (steenless steel) dengan diameter
3 mm.
Penggunaan steenless steel bertujuan untuk menjaga kebersihan ikan dari karat besi dan supaya alat tahan lama, karena disamping alat langsung terbakar juga langsung terkena air garam yang melekat pada ikan. Bagian alat ini tidak disatukan dengan kerangka karena untuk memudahkan pembuatan api dan penataan ikan saat api masih dalam proses penyalaan. Jarak antar steenless steel adalah 5 mm sehingga ikan tidak jatuh ke bara api, adapaun proses pembuatanya sama dengan proses sebelumnya, seperti pada gambar 4.6
Gambar 4.6 Tempat Meletakan Ikan Asap pada Alat Pengasap Ikan
49
Biaya untuk proses pembuatan dari komponen a + b + c adalah sebesar Rp. 175.000,00 (seratus tujuhpuluh lima ribu rupiah) Sehingga total biaya
= Biaya bahan baku + Biaya produksi = Rp.565.500 + Rp. 175.000 = Rp. 740.500
Perkiraan usia teknis alat adalah 2 (dua) tahun Gambar secara lengkap dari alat pengasap ikan dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut.
4
10
20
10 70
Gambar 4.7 Gambar Proyeksi Amerika Alat Pengasap Ikan
45
50
4.3.5
Tahap Evaluasi Alat Tahapan ini adalah tahapan penilaian alat baru membandingkan dengan alat
yang sudah ada atau lama, seperti terlihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Perbandingan Alat Lama dengan Alat Baru Hasil Perancangan No 1 2
3 4
Spesifikasi
Alat Lama
Bahan baku alat
Batu bata yang ditumpuk tanpa semen Bahan baku untuk Kayu bakar sehingga menata ikan asap bisa terbakar dan ditata ulang Tungku api Plesteran semen Proses Pengasapan a. Penyalaan api
b. Penataan ikan
c. Penggantian api dan membuang abu
5 6
Kapasitas alat Kebersihan
7 8
Perawatan alat Mobilitas alat
Lama karena terkadang harus menata ullang batu bata Lama karena harus menyiapkan tempat menggunakan kayu bakar yang ditata rapid an akan berulang setelah kayu ikut terbakar Sulit karena harus membongkar tempat ikan asap ditata
30-40 potong ikan asap Kurang bersih karena ikan terkena abu dan bersentuhan dengan kayu bakar yang terkadang kotor mudah Tidak bisa
Alat Baru Besi eiser (as) yang di ragum dengan las listrik Besi steenless steel
Plat besi dengan ketebalan 3 mm Cepat karena tungku sudah siap Cepat karena tempat telah siap
Mudah cukup dengan membuka pintu pembuangan dan menarik abu keluar skemudian menambah kayu bakar 50-60 potong ikan asap Bersih karena ikan tidak terkena abu atau katy bakar
mudah mudah
51
4.4. Analisis Ekonomi Teknik
Analisis ekonomi teknik ditujukan untuk mengetahui kelayakan investasi dari pembuatan alat dan untuk mengetahui tingkat pengembalian modal. Metode yang dipakai menggunakan Metode Net Present Value (NPV), dan
Metode Payback
Periode (PBP). 4.4.1 Metode Net Present Value (NPV) Untuk membuat alat pengasap ikan ini dipelukan dua jenis biaya yaitu : 1)
Biaya bahan baku
: Rp. 567.500
2)
Biaya Permesinan
: Rp. 175.000
Jumlah
: Rp. 740.500
Pendapatan dari pengoperasian alat setiap kali pemasakan merupakan pengurangan biaya operasional dengan penjualan ikan asap. Dalam penelitian ini penulis hanya menampilkan keuntungan yang di peroleh setiap potong ikan asap adalah sebesar Rp. 125,- per potong Setiap satu kali pemasakan alat mampu untuk mengasap 55 potong Maka keuntungan satu kali pengasapan Rp. 125 x 55 potong = Rp Rp.6.875,Jam kerja dimulai dari jam 11.00 WIB - 16.00 WIB dan satu jam istirahat Setiap kali pengasapan memerlukan waktu 10 menit, maka untuk satu jam ada 6 kali pengasapan sehingga dalam satu hari berarti 6 x 4 = 24 kali pengasapan Dalam satu minggu ada 30 hari kerja maka 24 kali 30 = 720 kali pengasapan Maka keuntungannya adalah Rp. 6.875,- x 720 = Rp. 859.375 per bulan Secara cash flow dapat digambarkan seperti pada gambar 4.8 berikut: Rp. 859.375 per bulan
1
2 3 4 5 ……
n = 24 bulan i = 1 % bulan
……….
23 24
Rp. 740.500
Gambar 4.8 Cash Flow Pengoperasian Alat Pengasap Ikan Dari dat tersebut maka nilai NP adalah :
52
NPV
= PWB – PWC = A (P/A, i %, n ) – I = Rp. 859.375 (P/A, 1 %, 24 ) - Rp. 740.500 = Rp. 859.375 ( 21,2307 ) - Rp. 740.500 = Rp. 1.7504.632,81
Jika :
NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkaan /layak NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan/tidak layak
Karena nilai NP > 0 maka investasi dinyatakan layak, dan alat dapat dibuat.
4.4.2
Metode Payback Periode (PBP)
Metode Payback Periode (PBP) adalah jumlah periode (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan (menutup) ongkos investasi awal dengan tingkat bunga tertentu (Pujawan, 2004). Jika melihat cash flow alat pengasap ikan yang pada gambar 4.8 maka analisa Metode Payback Periode (PBP) pada persoalan ini tidak perlu dilakukan karena pendapatan rata-rata perbulan sebesar Rp. 859.375 yang juga menunjukan tingkat pengembalian modal investasi pada bulan pertama. Hal ini juga ditunjukan dari tingkat nilai NPV yang besar. Dengan demikian maka investasi alat layak dilanjutkan.
BAB V
53
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari pembahasan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa secara tinjauan ekonomi teknik dimana nilai NPV = Rp. 1.7504.632,81 > 0 , maka alat pengasap ikan ini layak untuk dibuat dengan bahan baku besi eiser (as) ddengan spesifiksi sebagai berikut : 1.
Kerangka utama
= besi eiser (as) dengan diameter 14 mm
2.
Kerangka penguat
= besi eiser (as) dengan diameter 12 mm
3.
Kerangka peletak ikan
= besi eiser (as) dengan diameter 12 mm
4.
Kerangka tungku
= besi eiser (as) dengan diameter 12 mm
5.
Tungku
= plat besi dengan ketebalan 3 mm
6.
Tempat ikan
= steenless steel dengan diameter 3 mm
7.
Engsel
= galvaness
5.2 Saran Secara teoritis alt diatas layak untuk dibuat, maka direkomendasikan untuk ditindak lanjuti dengan pembuatan alat dalam bentuk pengabdian pada masyarakat, sehingga penelitian ini lebih berguna bagi masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan para pemilik UKM ikan asap.
DAFTAR PUSTAKA
54
Astutie, Y.P., S.Hartati, dan N.I.Widiati. 2008. Peran dan Potensi Wanita Pesisir dalam Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga di Kota Tegal. Majalah Ilmiah SOSEKHUM Volume .4 No.5 November 2008 Cross, N. ; 1994; Engineering design Methods, ed.2 ; Jhon Willey & Sons; Chichester Giatman, M, 2006, “Ekonomi Teknik”, Edisi Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Grand E L. dkk., 1989, “Dasar-dasar Ekonomi Teknik”, PT Bina Aksara, Jakarta Joyowijoyo, Marsudi, 1993, “Ekonomi Teknik”, Yayasan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta Kristyanto, B. 2004. Ergonomi Konkruen dan Penerapannya dalam Sistem Manufaktur. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi, Aplikasi Ergonomi dalam Industri. Yogyakarta. Kroemer, K. Kroemer, H. and Kroemer-Elbert, K. 1994. Ergonomics, How To Design for Ease & Efficiency. New Jersey : Prentice Hall. Englewoods Clifts. Manuaba, A. 1992. Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas. Seminar Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta Nurmianto, E, 2002, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, ed.1. ; Guna Widya ; Jakarta Sutalaksana, I.Z ; Anggawisastra,R; dan Tjakraatmadja; 1976; Teknik Tata Cara Kerja; Jurusan Teknik Industri ITB, Bandung Pujawan, I, N., 2004, Ekonomi Teknik, Penerbit Guna Widya, Surabaya Indonesia Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas, UNISBA PRESS, Suurakarta Indonesia.