PERANCANGAN BUKU “MALANG KOTA SEJUTA PRESTASI” KONSEP, FOTO PIALA, TATA LETAK, MEDIA PRESENTASI MULTI FORMAT, LAPORAN AKHIR
LAPORAN PROYEK INDIVIDU
OLEH ENY ERAWATI NIM 409253422930
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
DESEMBER 2010
BAB I KONSEP DESAIN
A. Pelaksanaan Proyek Kreativitas Mahasiswa Mandiri Tidak semua anggota memiliki kemampuan presentasi dan negosiasi; Presentation Skill -apalagi pada lembaga kepemerintahan. Maka saya maju mengambil peran tersebut dari awal hingga akhir proses pelaksanaan proyek. Dari menciptakan image, menegosiasikan jadwal, menggali masalah, menegosiasi konsep rancangan, hingga melaksanakan revisi dan presentasi final. Bernegosiasi bukan hanya soal perijinan, atau persetujuan proyek, akan tetapi yang paling sulit adalah membangun mindset bahwa proyek ini bukanlah proyek magang seperti yang selama ini dikenal oleh lembaga klien. Awalnya, kami diminta untuk datang 5 hari kerja seminggu, 8 jam kerja per hari, ditambah apel pagi. Selama dua bulan. Seperti para peserta magang dari Universitas Negri lainnya. Dan pekerjaan yang disediakan oleh lembaga adalah membantu lembaga, antara lain menyiapkan acara dan membuat Berita Acara untuk media. Sesuatu yang tidak pernah diajarkan di kampus dan sama sekali bukan harapan dari pelaksanaan proyek. Menjelaskan secara perlahan dan sejelas mungkin, seperti apa bentuk pelaksanaan kegiatan proyek dalam keseharian. Menjelaskan manfaat proyek dan seperti apa bentuk akhirnya (hasil rancangan). Menjelaskan bagaimana dan seperti apa hasil rancangan akan diaplikasikan. Pada dan sampai tahap mana proyek ini akan dilaksanakan (batasan
perancangan). Menjelaskan alasan pengambilan konsep, berikut keterkaitannya dengan image Sekretariat Kota. Menjelaskan bentuk kerjasama yang sesungguhnya kami tawarkan. Sebuah Bargaining Position yang saya ingin bangun di dalam lembaga Sekretariat Daerah Malang Kota terhadap calon desainer seperti kami. Sebuah Konsep Presentasi yang sepertinya cukup berhasil, kami mendapatkan keleluasaan yang luar biasa untuk jadwal. Terutama karena masing masing anggota kelompok masih memiliki jadwal perkuliahan yang padat. Saya termasuk yang beban sks persemesternya tertinggi diantara anggota kelompok. Maka keleluasaan jadwal kerja kami, menjadi keberhasilan negosiasi yang menurut saya bernilai paling besar. Kami juga mendapat keleluasaan pembuatan konsep, berkat penguasaan Presentation Skill. Data yang saya pakai untuk mengajukan konsep adalah data valid dari sejarah kota yang diterbitkan oleh SETDA. Ditambah dengan sedikit pengetahuan sejarah seni yang saya miliki, maka kami bisa mengajukan konsep inspired by BAUHAUS era, menjadi konsep utama yang disetujui dengan mulus.
B. Konsep Desain Draft Konsep Desain yang dibuat oleh ketua kelompok membutuhkan data tulis yang akan menjadi badan konten (body content). Sementara data yang diberikan pada kami adalah berita acara yang tujuan awal pembuatannya adalah untuk disuarakan kepada orang banyak, bukan untuk dibaca oleh orang banyak. Ketidaktepatan fungsi itu membuat kami memutuskan tidak bisa memakai berita acara sebagai badan konten. Sehingga, setelah seminggu menunggu dengan hampa, yang waktunya saya isi dengan melakukan pemotretan ulang atas piala yang ada di kantor SETDA, saya
memutuskan untuk membuat konsep baru atas draft desain. Usul yang kemudian disetujui oleh kelompok karena solusi yang kedua dianggap sangat tidak mungkin dilaksanakan, yaitu kami yang membaut badan konten dan mengirimkannya ke SETDA untuk disetujui sebelum diaplikasikan pada halaman rancang. Konsep yang saya usulkan itu saya beri nama konsep Daftar Data Sebagai Modalitas Desain. Modalitas desain yang biasanya dikenal para perancang biasanya berupa garis, bidang, bentuk, warna dan volume. Saya memasukkan daftar data untuk mendapat perlakuan yang sama dengan modalitas desain yang lainnya. Dimana, daftar data berupa tulisan yang berisi informasi tersebut bisa dianggap sebagai garis, sehingga bisa diletakkan dimana saja dan bersumbu pada titik sumbu apa saja pada halaman.
Figure 1 Data sebagai Modalitas Desain - Garis
Atau bisa dianggap sebagai bidang, sehingga bisa di ekspan penuh mewakili sebuah bentuk geometrikal tertentu. Persegi, melingkar, limas dan sebagainya.
Figure 2 Data sebagai Modalitas Desain - Bidang
Pada tahap perancangan ini, saya mendesain dengan berpegang pada inspirasi desainer yang sangat kental ciri bauhaus dan atau ciri modern pada karyanya, yang saya suka. Yaitu Phillipe Starck dan Piet Mondrian. Dimana salah satu karya Piet Mondrian menjadi dasar gaya rancang dan color coding saya.
Figure 3 Color Code dan dasar gaya rancang Eny
Maka untuk rancangan buku, saya mengusulkan rancang halaman sebagai berikut :
Figure 4 Rancang halaman awal - Eny
Atas saran dari teman teman, terutama mengenai legibilitas dan konsistensi typeface yang saya gunakan, yaitu kesepakatan awal : Font Bauhaus untuk Display dan Arial untuk konten, serta legibility, bahwa masyarakat umum dianggap belum nyaman dengan sudut baca miring seperti halaman yang saya rancang, maka saya melakukan revisi. Maka menjadi halaman rancang seperti berikut :
Figure 5 Rancang Halaman Eny
Rancang halaman yang ketika dipertemukan dengan rancang halaman teman teman, menjadi terlihat sangat tidak sama, tidak senada, tidak sewarna. Akhirnya, demi melihat fakta bahwa yang memiliki interpretasi konsep yang terlalu berbeda hanya saya dan Aryane, maka kami berdua yang harus menyesuaikan diri. Aryane merevisi halaman rancangnya, dan saya menyerahkan pengerjaan halaman saya kepada Saphira.
Begitu pula dengan perancangan media Presentasi Multi Media. Saya yang ikut belajar di kelas Compositing karena ingin bisa mewujudkan konsep rancang saya, yaitu membuat rancangan yang dibuat di Photoshop menjadi sebuah movie dengan memakai program Adobe After Effect, menemui hambatan yang tidak sederhana. 1. Pertama, tidak semua artwork dikerjakan dengan Photoshop. 2. Kedua, semua artwork memang mengandung vektor, tapi tidak ada yang memakai Adobe Ilustrator. Tiga anggota kelompok memakai rancangan dengan Corel, dan dua yang lain dengan Photoshop, dan semuanya mengirimkan jpeg lowres. 3. Ketiga, semua artwork memakai color proof untuk cetak sejak awal rancang, yaitu CMYK. Sehingga pengkonversian artwork menjadi RGB menjadi sangat sulit dan menghasilkan raw artwork yang mengalami degradasi warna sangat signifikan. Padahal selain resolusi yang harus tinggi, image sizenya juga harus besar. Percobaan yang saya lakukan adalah membuat desain masking frame untuk menampilkan layout halaman dan buffer intro sebelum ke penampilan halaman yang sebenarnya.
Figure 6 Rancang Sequence Intro pada After Effect
Kesulitan yang membutuhkan waktu dan workflow yang sangat panjang membuat saya memutuskan untuk merubah rencana. Saya mengganti konsep dari membangun movie dari Photoshop menjadi membangun media presentasi dari InDesign. Selain ada kepastian bahwa tampilan tidak akan berbeda sama sekali dari hasil rancang utama,
keberadaan media presentasi ini akan makin menguatkan image konsisten dari desain, yang berarti ‘kepemilikan desain oleh desainernya sendiri’ dan branding bahwa proyek ini memiliki hasil yang sewarna, sejenis, dan sama meski formatnya berbeda beda. Meski tanpa modal pengetahuan penggunaan software Adobe Indesign sama sekali, saya meraba gramatika workflow dan tahapan yang paling efektif untuk tercapainya tujuan konsep yaitu mempresentasikan hasil perancangan utama dalam format presentasi visual non cetak. Pada proses ini workflow yang saya buat adalah sebagai berikut :
Raw Artwork sent to pdf •halaman rancang dari Photoshop •halaman rancang jpeg dari Corel
Indesign
Export pdf
•Penyusunan tata letak halaman
•pdf to print memakai Pdf Creator •pdf to ppt memakai Simpo •pdf reader Martview
Export to other format •Pdf to Photogallery Annesoft •Photogallery to HTML •Photogallery to Swf •Photogallery to Exe •Photogallery to Scr
Figure 7 Workflow Proses Perancangan Eny
Keberadaan Modal Peralatan / Ulitity Program yang saya miliki agaknya sangat membantu workflow ini. Pada dasarnya, dalam proyek ini saya mengalami kemajuan pada tingkatan kemampuan yang luar biasa, baik dalam segi desain, yaitu perancangan konsep dan aplikasinya, maupun kemampuan manajemen yaitu perancangan workflow serta presentation skill. Karena bagaimanapun, kemampuan desain dan non-desain itu menjadi modal awal seorang lulusan Desain Komunikasi Visual dalam mengaplikasikan dalam kehidupan diluar kampus.