Jurnal Sarjana Institut Teknologi Bandung bidang Teknik Elektro dan Informatika Volume 1, Number 1, April 2012
Perancangan Arsitektur Teknologi Informasi Rumah Sakit dengan TOGAF (The Open Group Architecture Framework) (Studi Kasus : RSMB) Riffa Rufaida#1 #
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 1
[email protected]
Abstract— Rumah sakit pada masa ini memanfaatkan dukungan teknologi berupa sistem informasi, dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan, salah satunya adalah Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (RSMB). Sistem pada RSMB masih berupa sistem yang berdiri sendiri, terpisah, dan lingkup terbatas pada unit organisasi yang memanfaatkannya sehingga kurang mendukung keberjalanan rumah sakit. Untuk mengatasi hal ini, dibuat perancangan arsitektur teknologi informasi dari rumah sakit sebagai arahan bagi pembangunan sistem informasi terpadu. Metodologi yang digunakan adalah TOGAF (The Open Group Architecture Framework), dengan bagian inti TOGAF, yaitu TOGAF ADM (Architecture Development Method). Makalah ini berisi hasil tahap perancangan pada TOGAF ADM yang berupa empat domain arsitektur, yaitu arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, serta arsitektur teknologi pada keadaan RSMB saat ini dan keadaan target yang ingin dicapai. Selain itu, terdapat deskripsi arsitektur melalui model struktural yang dimiliki oleh TOGAF, serta arahan bagi RSMB untuk menghilangkan selisih dari kedua keadaan yang ada sekaligus mencapai keadaan pada arsitektur target.
Salah satu dari rumah sakit yang memanfaatkan dukungan teknologi di antaranya adalah Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (RSMB). RSMB pada saat ini telah memanfaatkan sistem yang masing-masing berdiri terpisah, tidak terintegrasi, dan lingkupnya terbatas untuk fungsi yang memanfaatkannya. Hal ini membuat tidak efisiennya proses yang melibatkan sistem di rumah sakit, dan memunculkan kesadaran akan kebutuhan sebuah sistem informasi terintegrasi bagi RSMB, untuk mendukung kegiatannya. Sistem informasi sebagai bagian dari pemanfaatan teknologi informasi di organisasi, dalam pembangunannya akan mengikuti arsitektur teknologi informasi. Arsitektur ini ada yang telah direncanakan dari sebelumnya, dan ada yang terbentuk begitu saja karena adanya kebutuhan akan sistem informasi. Pembuatan sistem yang tidak didasarkan pada arsitektur teknologi informasi dapat menghasilkan sistem pendukung teknologi informasi yang tidak sesuai dengan organisasi [1]. Oleh karena itu, adanya sebuah arsitektur untuk pembangunan teknologi informasi akan mengarahkan organisasi sehingga memiliki sistem informasi terpadu dan terintegrasi yang mendukung tujuan organisasi. Keberadaan arsitektur teknologi informasi tercakup dalam arsitektur enterprise. Salah satu framework yang dapat dimanfaatkan dalam membangun arsitektur enterprise adalah TOGAF (The Open Group Architecture Framework). TOGAF memiliki metodologi pengembangan desain arsitektur yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM). TOGAF memiliki kelebihan dapat memenuhi seluruh kebutuhan pengembangan arsitektur enterprise sebesar 92% [4]. Hal ini membuat TOGAF ADM dimanfaatkan dalam membangun desain arsitektur yang dibutuhkan rumah sakit untuk membangun sistem informasi terpadu. Sistem informasi terpadu akan menjadi pendukung bagi organisasi, karena arsitektur teknologi informasi dibangun dengan melihat proses-proses yang terjadi di dalam organisasi sebagai satu kesatuan, serta turut memperhitungkan tujuan organisasi. Sistem informasi terpadu yang dibangun menjadi lebih terarah dan sesuai dengan keberjalanan proses bisnis pada rumah sakit, serta dapat memenuhi tujuan keberadaannya
Keywords— enterprise architecture, business architecture, data architecture, information system architecture, rumah sakit, technology architecture, TOGAF
I. PENDAHULUAN Definisi rumah sakit menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah penyedia layanan kesehatan dasar, spesialis, maupun pelatihan. Dalam menjalankan fungsinya, rumah sakit harus dapat mengefisiensikan kerjanya karena berhubungan dengan nyawa manusia. Rumah sakit dalam menjalankan kegiatannya akan dipermudah pula dengan adanya sistem informasi. Sistem informasi secara sederhana adalah sebuah kombinasi terorganisasi dari manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, data, serta peraturan maupun prosedur. Kombinasi tersebut menyimpan, menghasilkan, mengubah, dan menyebarkan informasi di dalam sebuah organisasi [2]. Setiap elemen dalam sistem informasi, termasuk manusia, data hingga kepada aplikasi dan perangkat lunak harus saling berkoordinasi dengan baik, efisien, dan seefektif mungkin dalam menjalankan fungsinya.
10
Perancangan Arsitektur Teknologi Informasi Rumah Sakit dengan TOGAF
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari pekerjaan manusia. II. TEORI PENDUKUNG
A. TOGAF (The Open Group Architecture Framework) The Open Group Architecture Framework (TOGAF) merupakan framework dan metode untuk arsitektur enterprise yang menyediakan metodologi untuk menganalisis arsitektur bisnis secara keseluruhan [3]. Terdapat empat domain arsitektur yang diterima secara umum sebagai bagian dari keseluruhan arsitektur enterprise [3]. Keempat domain tersebut telah telah didukung oleh TOGAF, yaitu : 1. Arsitektur bisnis Arsitektur ini mendefinisikan strategi bisnis, peraturan, organisasi, dan kunci dari proses bisnis. 2. Arsitektur data Arsitektur ini mendeskripsikan struktur dari aset data pada organisasi. 3. Arsitektur aplikasi Arsitektur menyediakan cetak biru sistem aplikasi untuk dideploy, interaksinya dan hubungannya kepada inti bisnis proses dari organisasi. 4. Arsitektur teknologi Arsitektur mendeskripsikan komponen perangkat lunak perangkat keras yang dibutuhkan untuk mendukung arsitektur bisnis, data dan aplikasi.
B. TOGAF ADM (Architecture Development Method) Bagian inti dari TOGAF merupakan metodologi untuk mengembangkan desain arsitektur yang disebut Architecture Development Method (ADM). TOGAF ADM ini memiliki sembilan fase [3], yaitu : 1. Fase Preliminary : Framework and Principles Fase ini berisi deksripsi aktivitas persiapan dan inisiasi yang dibutuhkan untuk menyesuaikan arsitektur enterprise dengan arahan bisnis. Di dalamnya termasuk definisi dari framework arsitektur yang spesifik organisasi, dan definisi dari prinsip-prinsip. Prinsip yang dimaksud merupakan prinsip yang terdapat pada arsitektur yang akan menjadi arahan bagi arsitektur di bawah organisasi. 2. Fase A : Architecture Vision Fase ini berfungsi untuk mendefinisikan lingkup, visi, dan memetakan strategi keseluruhan dalam pengerjaan arsitektur. Aktifitas yang ada di dalamnya termasuk identifikasi stakeholder, pembuatan Architecture vision, dan mendapatkan persetujuan dari pihak yang terlibat. Architecture vision berisi penjelasan mengenai bagaimana kapabilitas dari arsitektur target akan membantu dalam mencapai goal bisnis. 3. Fase B : Business Architecture Fase ini berisi deskripsi dari arsitektur bisnis saat ini (baseline) serta pengembangan dari target arsitektur bisnis. Arsitektur bisnis mendeskripsikan strategi dari produk atau jasa, aspek organisasi, fungsi, proses, informasi, maupun geografis dari lingkungan bisnis. Seluruh aspek tersebut didasarkan pada prinsip bisnis, goal bisnis, dan taktik strategis. 4. Fase C : Information System Architectures
11
Fase ini mendeskripsikan arsitektur sistem informasi, termasuk di dalamnya pengembangan dari arsitektur data dan aplikasi. Tahapan ini akan fokus kepada identifikasi dan definisi dari arsitektur aplikasi dan data, yang mendukung arsitektur bisnis dari enterprise. 5. Fase D : Technology Architectures Fase ini berisi deskripsi dari pengembangan arsitektur teknologi untuk proyek. Fase arsitektur teknologi memetakan komponen aplikasi yang didefinisikan pada fase arsitektur aplikasi ke dalam komponen teknologi, yaitu berupa komponen perangkat lunak dan perangkat keras. 6. Fase E : Opportunities and Solutions Fase ini akan mengembangkan strategi akhir, menetapkan apa yang akan dibeli, dibangun, atau digunakan kembali, dan juga bagaimana target arsitektur yang telah dibuat akan diimplementasikan. Pada fase ini akan dimulai rencana implementasi dan identifikasi dari cara realisasi arsitektur yang telah didefinisikan pada fase sebelumnya. Fase ini memiliki fokus kepada struktur yang akan mengimplementasikan arsitektur target. 7. Fase F : Migration Planning Fase yang berisi rencana migrasi dan proyek, yang merealisasikan sebagian atau seluruh arsitektur transisi yang telah diidentifikasi pada fase E. Secara detail fase ini memiliki formula dari kumpulan aksi sekuensial yang detail, untuk melakukan perubahan arsitektur dengan dukungan dari rencana implementasi dan migrasi. Fase ini akan memfinalisasikan rencana implementasi dan migrasi yang untuk dilakukan pada organisasi. 8. Fase G : Implementation Governance Fase ini berisi aktivitas untuk membuat rekomendasi terhadap seluruh proyek implementasi, mengelola kontrak arsitektur pada proses implementasi dan deployment, serta memastikan solusi telah di-deploy dengan sukses. Fase ini menetapkan hubungan antara arsitektur dan organisasi implementasi melalui kontrak arsitektur. 9. Fase H : Architecture Change Management Fase terakhir ini memantau sistem yang berjalan untuk perubahan yang perlu dilakukan dan menetapkan waktu untuk memulai siklus baru, mengulang ke tahap preliminary. Fase ini berisi penetapan prosedur untuk mengatur perubahan ke arsitektur yang baru. 10. Requirements Management Requirements management akan fokus kepada proses pengelolaan requirement arsitektur sepanjang tahapan TOGAF ADM. Proses ini bukan merupakan bagian dari fase dasar dan menjadi pusat pada struktur TOGAF ADM keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh TOGAF ADM yang secara kontinu diarahkan oleh proses pengelolaan requirements. Di dalamnya merupakan proses dinamis dimana requirement untuk arsitektur enterprise dan perubahannya diidentifikasi, disimpan, dan digunakan pada fase TOGAF ADM yang sesuai. TOGAF ADM dengan sembilan fase dasarnya memiliki struktur sebagai berikut [3] :
Riffa Rufaida
digabungkan dengan building block lain untuk menghasilkan arsitektur dan solusi. Building block secara sederhana merupakan objek dari suatu tipe khusus pada TOGAF Architecture Content Framework.
D. Content Metamodel Content metamodel atau konten metamodel menyediakan definisi dari tipe building block yang ada dalam arsitektur, menunjukkan bagaimana cara mendeskripsikan building block dan menggambarkan keterkaitan antara satu dengan lainnya. Secara akurat, konten metamodel menyediakan struktur formal dari hasil pengerjaan arsitektur untuk memastikan konsistensi dengan ADM, serta menyediakan arahan bagi organisasi. Arsitektur TOGAF mendasarkan arsitekturnya dalam definisi building blocks pada katalog, menspesifikasikan relasinya melalui matriks, dan menyediakan diagram yang menggambarkan arsitektur. Konsep konten metamodel memiliki subbagian, yaitu : • Core and Extension Content Pengenalan terhadap core metamodel serta modul ekstensinya untuk mendeskripsikan mengenai arsitektur dengan detail. Core metamodel menyediakan konten arsitektur untuk mendukung traceability pada artifak. Modul ekstensi dimanfaatkan untuk mendukung kebutuhan penjelasan arsitektur yang lebih spesifik dan bersifat opsional. • Core Metamodel Entities Pengenalan entitas core content metamodel dari TOGAF, menunjukkan tujuan dari masing-masing entitas, serta hubungan kunci yang mendukung traceability dari arsitektur. Konten metamodel ini merupakan basis dari metamodel yang formal, entitas core metamodel adalah aktor, komponen aplikasi, layanan bisnis, entitas data, fungsi, organisasi, platform service, role, serta komponen teknologi. • Catalog, Matrix, and Diagram Concept Penjelasan mengenai konsep katalog, matriks, dan diagram. Konten metamodel merupakan teknik untuk menstrukturkan informasi arsitektur. Hal ini diwujudkan dengan konsep mengenai building block, katalog, matriks, dan diagram. Building block merupakan objek dari suatu tipe spesifik pada metamodel. Katalog merupakan daftar dari building blocks dalam tipe spesifik. Matriks merupakan tabel yang menunjukkan hubungan antara entitas metamodel. Diagram adalah penggambaran konten arsitektur dalam bentuk grafis. Konten metamodel secara detail memiliki bagian core content metamodel -yang mendeskripsikan entitas metamodel. Ini akan membentuk core content metamodel-, core architecture artifacts -yang mendaftarkan artifak untuk melengkapi core content metamodel-, serta full content metamode -yang mendeskripsikan entitas metamodel yang membentuk ekstensi dari konten metamodel-. Deskripsi arsitektur secara formal pada makalah ini akan fokus dan memanfaatkan konsep core content metamodel.
Gambar 1. Struktur dasar TOGAF ADM
C. TOGAF Architecture Content Framework Eksekusi dari langkah TOGAF ADM akan menghasilkan output dari masing-masing fase. Konsep TOGAF architecture content framework menyediakan model struktural untuk konten arsitektur. Model ini memungkinkan produk utama dari arsitektur selalu dapat didefinisikan, distrukturkan, serta dipresentasikan. Konsep ini dimanfaatkan untuk melengkapi TOGAF ADM dalam mendeskripsikan arsitektur. Architecture Content Framework ini memiliki tiga kategori untuk mendeskripsikan tipe produk arsitektur berdasarkan konteks penggunaannya [3], yaitu : • Deliverable Sebuah produk yang spesifik dan secara formal telah direview, disetujui, dan ditandatangani oleh stakeholder. Ini merepresentasikan keluaran dari proyek dan akhirnya diarsipkan pada penyelesaian proyek, atau diubah ke Architecture repository sebagai model referensi, standar, maupun snapshot dari architecture landscape pada sebuah waktu. • Artifact (Artifak) Produk yang lebih detail dan mendeskripsikan arsitektur dari sebuah aspek spesifik. Biasanya diklasifikasikan sebagai katalog (daftar hal-hal tertentu), matriks (menunjukkan relasi antara hal-hal tertentu), dan diagram (gambar dari hal-hal tertentu). Sebuah deliverable arsitektur dapat memiliki banyak artifak dan artifak membentuk konten dari architecture repository. • Building Block Komponen bisnis atau komponen TI (Teknologi Informasi) yang potensial untuk digunakan kembali dan dapat
III. ANALISIS
A. Analisis Organisasi RSMB
12
Perancangan Arsitektur Teknologi Informasi Rumah Sakit dengan TOGAF
Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung merupakan rumah sakit Islam tertua di Kota Bandung yang berdiri pada tahun 1968. Rumah sakit berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat. RSMB sejak dulu hingga saat ini terus berupaya menjadi refleksi dari pengabdian Organisasi Muhammadiyah di Jawa Barat dalam melayani kesehatan masyarakat. RS Muhammadiyah memiliki visi “Terwujudnya rumah sakit Islam yang maju, memiliki kemampuan yang handal, mampu bersaing, memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan maupun masyarakat”. Adapun visi yang difokuskan untuk tahun 2010-2014, yaitu “Menjadi salah satu rumah sakit yang Islami serta menjadi rumah sakit yang mampu menerapkan prinsip good corporate governance”. Sedangkan misi yang diusung oleh rumah sakit adalah sebagai berikut : a. Memiliki sistem pelayanan rumah sakit profesional, mandiri, dan Islami, b. Menuju manajemen rumah sakit yang berbasis syariah, c. Mewujudkan RS Muhammadiyah sebagai center of excellence rumah sakit Islam di Jawa Barat, d. Memiliki akuntabilitas, kredibilitas yang tinggi, transparan, dan responsif, e. Mengembangkan pola pendanaan yang bersumber dari dana eksternal yang Islami. Visi RSMB berfokus kepada kemampuan yang dimiliki rumah sakit sehingga tercipta pelayanan yang memuaskan dan kemampuan handal serta mampu bersaing. Pada era saat ini dimana teknologi melaju dengan pesat, rumah sakit harus dapat memanfaatkannya, untuk meningkatkan efisiensi maupun efektivitas dari proses operasional yang ada di rumah sakit. Proses yang efisien dan efektif tentu akan mempersingkat waktu dan mempermudah dalam mengurusi administrasi layanan kesehatan sehingga masyarakat dapat memperoleh layanan kesehatan dengan segera. Hal ini tentu akan meningkatkan kepuasan dari masyarakat yang mengonsumsi layanan kesehatan RSMB. Pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan kinerja pelayanan rumah sakit diwujudkan melalui salah satu misi yang diemban oleh rumah sakit, yaitu sistem pelayanan rumah sakit yang profesional, mandiri, dan Islami. Pada saat ini, RSMB memiliki dukungan teknologi dalam keberjalanannya. Dukungan teknologi yang telah digunakan saat ini adalah billing system bagi fungsi Rawat Jalan dan Rawat Inap, serta sistem informasi Rekam Medis. Secara keseluruhan, dukungan sistem tersebut pada RSMB belum terintegrasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya double entry pada data, duplikasi basis data, dan peluang human error yang tinggi saat input data. Selain itu, proses yang dialami oleh pasien menjadi lebih kompleks dan memakan waktu karena tidak adanya sistem terpadu yang mengelola seluruh proses di rumah sakit. Di sisi lain, rumah sakit kompetitor dari RSMB telah memanfaatkan teknologi dan memberikan pelayanan yang lebih unggul. Hal ini akan membuat kepercayaan konsumen berkurang dan RSMB harus berusaha keras dalam menjadi
center of excellence rumah sakit di Bandung. Segala hal ini telah mendorong kesadaran RSMB akan dibutuhkannya sebuah sistem informasi terpadu bagi rumah sakit. Kesadaran ini dituangkan dalam strategi rumah sakit, yaitu pengemasan pelayanan rumah sakit dengan pembenahan pada sistem operasional. Akibat dari pembenahan ini adalah proses pelayanan yang lebih efektif dan efisien, kemudian dilengkapi dengan sistem informasi yang tepat dan efisien. Strategi ini sesuai dengan pemanfaatan teknologi berupa sistem informasi terpadu, untuk mencapai misi dari rumah sakit.
B. Analisis Kebutuhan Perancangan Arsitektur Pengembangan sistem terpadu bagi pelayanan di rumah sakit harus dilakukan secara terintegrasi dan terencana sehingga dapat saling mendukung untuk peningkatan kinerja rumah sakit. Sebuah sistem informasi akan mengikuti sebuah arsitektur teknologi informasi. Sebuah arsitektur teknologi informasi, yang menggambarkan sebuah sistem informasi terpadu, akan menjadi pedoman rumah sakit dalam mengimplementasikan sistem terpadu yang dibutuhkan di rumah sakit. Keberadaan arsitektur teknologi informasi, yang tercakup dalam arsitektur enterprise, dapat dijadikan arahan dalam pembangunan sistem terpadu dengan analisis terhadap organisasi sebagai satu kesatuan terintegrasi, dan turut memperhitungkan tujuan organisasi. Sistem yang dibangun menjadi lebih terarah dan meningkatkan kinerja rumah sakit dalam mewujudkan visi dan misi. Arsitektur enterprise menetapkan pemetaan langkahlangkah organisasi untuk mencapai tujuan melalui lingkungan teknologi informasi yang efisien. Arsitektur enterprise, yang mengandung arsitektur teknologi informasi, akan mengoptimalkan keterhubungan antara operasi bisnis dan teknologi informasi yang mendukung operasi tersebut. Pembangunan sistem informasi terpadu sesuai kebutuhan rumah sakit dapat diarahkan dengan adanya arsitektur teknologi informasi. Arsitektur ini akan mengandung beberapa domain, yaitu arsitektur bisnis, data, aplikasi, dan teknologi. Arsitektur akan berisi keadaan saat ini dan keadaan ideal target yang ingin dicapai oleh rumah sakit, beserta komponen aktivitas yang didapatkan dari analisis terhadap selisih dua keadaan tersebut. Aktivitas serta deskripsi dari arsitektur domain yang dihasilkan ini yang akan menjadi pedoman bagi rumah sakit untuk mengembangkan sistem informasi terpadu. Metode yang dimanfaatkan dalam perancangan arsitektur teknologi informasi ini adalah TOGAF ADM, dengan acuan bahwa dari penelitian sebelumnya telah dihasilkan keunggulan yang dimiliki TOGAF ADM dibandingkan metodologi perancangan arsitektur lainnya. Organisasi rumah sakit yang kompleks membuat perancangan arsitektur akan fokus pada bagian fungsi utama dalam rumah sakit. Fungsi tersebut merupakan fungsi utama layanan kesehatan, atau perawatan di rumah sakit, yang terdiri atas fungsi Instalasi Gawat Darurat (IGD), Rawat Jalan, serta Rawat Inap. Fokus ini diharapkan memberikan gambaran solusi mengenai sistem informasi terpadu yang dibutuhkan
13
Riffa Rufaida
rumah sakit. Hal ini karena layanan kesehatan utama yang dimiliki rumah sakit berpusat pada fungsi utama tersebut. Di sisi lain, perancangan arsitektur dengan metodologi TOGAF ADM memiliki berbagai fase yang memfasilitasi organisasi untuk merancang, mengimplementasikan, hingga melakukan pengelolaan pada arsitektur rumah sakit yang telah dibuat. Keadaan rumah sakit pada saat ini memiliki titik berat pada kebutuhan akan adanya desain arsitektur bagi sistem informasi terpadu yang sesuai dengan rumah sakit. Kebutuhan ini mendorong fokus pengerjaan saat ini untuk menghasilkan arsitektur yang dibutuhkan, sehingga metodologi TOGAF ADM yang dilaksanakan terbatas pada fase perancangan arsitektur domain. Dari sembilan fase TOGAF ADM beserta preliminary dan requirement managements, fase pembuatan arsitektur domain berada pada fase B (Business Architecture), fase C (Information System Architecture), serta fase D (Technology Architecture).
dan dapat mendukung peningkatan pemanfaatan teknologi di RSMB dalam mencapat tujuannya. Selisih dari core content fungsi memperlihatkan keberadaan fungsi Teknologi Informasi (TI) pada arsitektur target. Sesuai dengan arsitektur target yang memaksimalkan dukungan teknologi pada RSMB, diperlukan adanya sebuah fungsi TI untuk menyediakan layanan tersebut. Sedangkan selisih tersebut dapat dihilangkan dengan pembuatan fungsi TI pada organisasi. Analisis gap matrix pada core content role menggambarkan munculnya role baru, yaitu TI pada lingkup pengerjaan. Untuk mencapai hal ini diperlukan definisi dan pembagian kerja, serta hak, kewajiban, serta wewenang di antara masingmasing role yang ada di RSMB. Di sisi lain, core content fungsi menambahkan fungsi TI pada RS. Penambahan ini juga memerlukan deskripsi dan pembagian kerja yang jelas untuk masing-masing fungsi. Analisis terhadap selisih core content aktor menggambarkan bertambahnya aktor yang berinteraksi dengan TI dan berada pada lingkup fungsi utama. Aktor tersebut adalah dokter, perawat dan staf TI. Dokter dan perawat dalam keterhubungannya dengan komponen TI perlu diberikan pelatihan dasar dan pengertian mengenai keterkaitan lingkup kerjanya dengan TI. Staf TI pada sisi lain memerlukan pengertian yang lebih mengenai pelayanan medik untuk dapat memberikan dukungan secara penuh dari TI kepada layanan kesehatan RS. Analisis gap matrix pada core content layanan bisnis RSMB menunjukkan adanya gap terkait cara bagaimana sebuah layanan dijalankan, dan adanya layanan baru terkait teknologi informasi. Cara menjalankan sebuah layanan pada arsitektur target, terutama layanan yang bukan terkait tindakan medis, memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi. Gap ini dapat diisi dengan pembuatan sebuah sistem informasi terpadu pada RSMB. Secara garis besar analisis gap matrix dari core content memiliki gap yang disebabkan oleh adanya pengembangan unit dan fungsi teknologi informasi pada RSMB. Hal ini mengacu kepada goal RSMB untuk memiliki sistem pelayanan kesehatan yang profesional dan mengembangkan dukungan teknologi informasi. Proses fungsi utama pelayanan medik pada rumah sakit berkembang, menjadi terkait dan membutuhkan dukungan teknologi informasi. Perubahan tersebut adalah penambahan yang dilakukan untuk mengakomodasi adanya elemen teknologi informasi di RSMB. Elemen teknologi informasi ini dapat dimanfaatkan untuk sebuah sistem terpadu yang mendukung keseluruhan operasional RS.
IV. PERANCANGAN
A. Fase B : Business Architecture Fase ini berisi arsitektur bisnis yang akan digunakan untuk mendukung Architecture vision. Tahap ini sendiri memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk mendeskripsikan baseline dari arsitektur bisnis dan mengembangkan target arsitektur bisnis, menganalisa gap yang ada di antara keduanya, dan menggunakan kakas dan teknik yang sesuai untuk mendeskripsikan hasil tersebut. Deskripsi model baseline maupun target arsitektur bisnis diarahkan dengan core content metamodel. Berdasarkan konsep core content metamodel, entitas yang dimiliki oleh arsitektur bisnis adalah unit organisasi, aktor, role, fungsi, serta layanan bisnis. Core content tersebut didapatkan dari hasil analisis terhadap RSMB kemudian didaftarkan pada katalog yang menjadi deskripsi dari arsitektur bisnis. 1) Gap Analysis Pada langkah ini dilakukan analisis terhadap selisih (gap) yang ada pada arsitektur bisnis target dan baseline dengan pembuatan gap matrix. Matriks ini membantu mengidentifikasi building blocks yang tidak berubah, baru, ataupun tereliminasi. Pembuatan matriks ini memanfaatkan katalog yang telah dibuat pada arsitektur target serta baseline. Daftar katalog yang dianalisis ke dalam gap matrix merupakan konten utama (core content) dari arsitektur. Pada arsitektur bisnis, core content tersebut adalah unit organisasi, aktor, role, fungsi, proses, serta business service. Masingmasing memiliki gap matrix yang membandingkan core content pada deskripsi arsitektur baseline dan target. Analisis gap matrix pada core content unit organisasi di menampilkan adanya sebuah unit tersendiri, yaitu Unit Teknologi Informasi yang memiliki hubungan dalam lingkup fungsi utama. Keadaan pada RSMB saat ini belum memiliki unit dukungan TI yang formal dan struktural. Gap dapat diisi dengan pembentukan Unit Teknologi Informasi secara formal dan struktural, sehingga terdapat deskripsi kerja yang jelas
2) Komponen Roadmap Langkah berikutnya adalah roadmap dari komponen bisnis. Roadmap ini berguna untuk memprioritaskan aktivitas dalam fase berikutnya serta dimanfaatkan sebagai materi mentah untuk mendukung roadmap pada fase berikutnya. Salah satu content dalam roadmap adalah project list. Project list secara singkat mendaftarkan proyek apa yang akan memenuhi pencapaian arsitektur target dari domain arsitektur.
14
Perancangan Arsitektur Teknologi Informasi Rumah Sakit dengan TOGAF
Oleh karena itu, pada tahap ini dilakukan pemanfaatan dari hasil analisis gap matrix untuk dapat menghasilkan project list bagi architecture roadmap. Secara singkat, didapatkan daftar proyek dari komponen bisnis sebagai berikut : 1. Pembentukan Unit Teknologi Informasi Pembentukan unit ini untuk menghilangkan gap dari keberadaan unit maupun fungsi Teknologi Informasi. 2. Pelatihan Teknologi Informasi Layanan pada arsitektur target RSMB membuat dukungan sistem informasi semakin erat dalam RSMB. Selain dukungan teknis, diperlukan kemampuan dari personel rumah sakit agar dapat mengoperasikan teknologi yang digunakan. 3. Pelatihan Pelayanan Kesehatan bagi Teknologi Informasi Dukungan teknis dari unit Teknologi Informasi perlu diselaraskan dengan pengetahuan personel mengenai layanan bisnis yang terdapat di rumah sakit, beserta dengan aliran proses layanan kesehatan yang dimiliki rumah sakit. 4. Pendefinisian SOTK (Susunan Organisasi dan Tata Kerja) Unit yang baru dibuat harus memiliki deskripsi kerja dan tanggung jawab yang jelas dan formal sehingga dapat memaksimalkan keberadaan unit tersebut. 5. SI Terpadu RSMB Layanan yang memaksimalkan dukungan teknologi pada rumah sakit dapat diwujudkan dengan adanya sebuah sistem informasi yang terpadu di RSMB.
Analisis selisih menghasilkan terdapat banyak entitas data baru pada arsitektur target. Hal ini karena terjadinya pemecahan subtipe dari entitas arsitektur baseline untuk memudahkan relasi yang ada, dalam membangun sistem terpadu bagi rumah sakit. Selain itu, pemecahan dilakukan untuk memudahkan terjadinya referensi dan pengaksesan bagi kebutuhan fungsional sistem di rumah sakit. Sistem ini ditujukan sebagai sistem yang berbasis rekam medik dan merupakan sistem informasi terpadu bagi rumah sakit. Selisih yang teridentifikasi dapat dihilangkan dengan adanya proses perubahan sistem yang digunakan pada rumah sakit, yang didukung dengan migrasi data dari sistem lama ke sistem baru. Migrasi dilakukan untuk menjaga data yang telah tersimpan dalam sistem lama tidak hilang dan tetap dimiliki RSMB pada sistem baru. Aliran perubahan data dari aplikasi baseline ke aplikasi target ini tergambarkan dalam diagram migrasi data. Terdapat tiga komponen dalam migrasi data, yaitu source staging, transformation and data quality, dan target staging. Berdasarkan dokumen [3] langkah yang terdapat dalam migrasi data adalah sebagai berikut : 1. Ekstraksi data dari aplikasi sumber (aplikasi pada arsitektur baseline) 2. Pembuatan profile dari data aplikasi sumber 3. Operasi transformasi data, termasuk proses penjagaan kualitas data, yaitu : a. Standardisasi, normalisasi, de-duplicate sumber data (data cleansing) b. Match, merge, dan consolidate data dari sumber yang berbeda-beda c. Pemetaan sumber ke target 4. Pengisian data dari sumber ke sistem atau aplikasi target
B. Fase C : Information System Architecture – Data Architecture Tujuan arsitektur data adalah untuk mendefinisikan tipe utama dan sumber data yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis. Data ini harus didefinisikan dengan baik sehingga dapat dimengerti oleh stakeholder, lengkap dan konsisten, serta stabil. Arsitektur data ini tidak terkait dengan desain basis data, dan bukan untuk mendesain sistem penyimpanan logis atau fisik. Fase ini akan menghasilkan deskripsi dari arsitektur data di RSMB. Deskripsi model baseline dan target arsitektur diarahkan dengan core content metamodel. Komponen core content metamodel pada arsitektur data adalah entitas data. Entitas data merupakan enkapsulasi data dari sebuah objek data. Hasil analisis entitas data tersebut pada fungsi utama RSMB dimasukkan ke dalam katalog yang menjadi deskripsi dari arsitektur data baseline maupun target.
2) Komponen Roadmap Langkah berikutnya dari pembuatan arsitektur serta analisis gap adalah roadmap dari komponen data. Roadmap ini berguna untuk memprioritaskan aktivitas dalam fase berikutnya serta dimanfaatkan sebagai materi mentah untuk mendukung roadmap pada fase opportunities and solution. Analisis dari selisih menghasilkan sebuah proyek yang perlu dilakukan untuk menghilangkan gap yang ada antara arsitektur baseline dan target. Pada akhirnya, komponen data pada roadmap memiliki proyek untuk pelaksanaan migrasi data dari aplikasi atau sistem baseline ke target, yaitu proyek Migrasi Data. Proyek ini merupakan sebuah proyek yang sejalan dengan proyek SI Terpadu RSMB, sehingga migrasi yang dilakukan mendukung dan merupakan bagian dari pembuatan sistem tersebut.
1) Gap Analysis Pada langkah ini dilakukan analisis terhadap selisih (gap) yang ada pada arsitektur data target dan baseline. Identifikasi selisih dilakukan dengan pembuatan gap matrix. Pada arsitektur data, entitas data merupakan core content yang mendeskripsikan kebutuhan data pada arsitektur. Oleh karena itu, analisis gap yang ada antara arsitektur baseline dan target dilakukan dengan pembuatan matriks gap untuk entitas data.
C. Fase C : Information System Architecture – Application Architecture Arsitektur ini menyediakan desain untuk sistem aplikasi di rumah sakit, hubungan diantaranya, beserta keterkaitannya terhadap proses bisnis utama rumah sakit. Arsitektur ini bertujuan untuk mendaftarkan sistem aplikasi pokok yang dibutuhkan untuk memroses data dan mendukung kegiatan bisnis organisasi.
15
Riffa Rufaida
Aplikasi pada konteks ini bukan merupakan sistem komputer, tetapi kumpulan kapabilitas logical yang mengelola data dan mendukung fungsi bisnis pada arsitektur bisnis. Aplikasi dan kapabilitasnya dapat didefinisikan tanpa referensi ke suatu teknologi spesifik. Aplikasi bersifat stabil dan biasanya tidak sering berubah, di sisi lain teknologi yang digunakan untuk mengimplementasikannya berubah dari waktu ke waktu, berdasarkan teknologi yang tersedia dan kebutuhan bisnis yang berubah. Deskripsi dari arsitektur aplikasi diarahkan dengan core content metamodel. Berdasarkan konsep core content metamodel, core content pada arsitektur aplikasi adalah komponen logical aplikasi. Komponen logical aplikasi merupakan enkapsulasi dari fungsional aplikasi yang independen terhadap implementasi spesifik. Core content tersebut didapatkan dari hasil analisis terhadap RSMB kemudian didaftarkan pada katalog yang menjadi deskripsi dari arsitektur aplikasi.
pada roadmap, yaitu proyek untuk pembangunan sistem informasi terpadu bagi RSMB, atau proyek SI Terpadu RSMB.
D. Fase D : Technology Architecture Fase ini memetakan komponen sistem informasi ke komponen teknologi. Komponen ini terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak, tersedia dari market atau terkonfigurasi dalam platform teknologi RSMB. Arsitektur teknologi mendefinisikan realisasi fisik dari sebuah solusi arsitektur. Hal ini mengakibatkan arsitektur teknologi berhubungan erat ke perencanaan implementasi dan migrasi. Deskripsi dari baseline arsitektur teknologi diarahkan dengan core content metamodel. Konsep core content metamodel menetapkan platform services dan komponen physical teknologi sebagai struktur formal dari arsitektur teknologi. Core content tersebut didapatkan dari hasil analisis terhadap RSMB kemudian didaftarkan pada katalog yang menjadi deskripsi dari arsitektur teknologi.
1) Gap Analysis Pada langkah ini dilakukan analisis terhadap selisih (gap) yang ada pada arsitektur aplikasi target dan baseline. Identifikasi gap dilakukan dengan analisis selisih dari core content arsitektur aplikasi, yaitu komponen logical aplikasi, pada arsitektur baseline dan target. Arsitektur aplikasi target dideskripsikan melalui katalog, matriks, serta diagram sesuai dengan arahan pada tahap sebelumnya. Arsitektur aplikasi target memperlihatkan pengembangan fungsionalitas yang diperlukan rumah sakit untuk sesuai kebutuhan pada sistem informasi terpadu. Analisis pada arsitektur aplikasi baseline dan target menghasilkan banyaknya kapabilitas baru untuk dimiliki oleh sistem di RS. Hal ini dikarenakan target RSMB untuk memiliki sistem informasi terpadu. Sistem pada arsitektur target memiliki kemampuan pengelolaan yang dibutuhkan oleh rumah sakit dan mengelaborasikannya dalam sebuah sistem informasi terpadu. Aplikasi pada konteks selisih merupakan logical application components sehingga merujuk kepada fungsionalitas aplikasi, dimana sistem secara fisik akan berupa sebuah sistem yang memiliki banyak modul untuk mendukung masing-masing fungsionalitas tersebut. Selisih antara arsitektur baseline dan target dapat dihilangkan dengan pengembangan sistem informasi terpadu untuk diaplikasikan secara keseluruhan pada RSMB. Hal ini akan membuat fungsionalitas yang telah teridentifikasi dapat dipenuhi. Sistem informasi ini memanfaatkan target arsitektur data dan arsitektur aplikasi sebagai acuan dalam perancangan sistem. Hal ini memungkinkan pembuatan sistem teknologi informasi yang mendukung kegiatan RSMB dan membantu dalam pemenuhan visi misi rumah sakit.
1) Gap Analysis Pada langkah ini dilakukan analisis terhadap selisih yang ada pada arsitektur teknologi target dan baseline. Core content berupa platform services dan physical technology component pada arsitektur baseline dan target dibandingkan untuk memperoleh selisih dari keduanya. Deskripsi platform services pada arsitektur target tidak berubah dari baseline sehingga tidak ada gap. Hal ini karena kebutuhan kapabilitas teknologi di RSMB target ataupun baseline adalah sama. Platform services mendefinisikan kapabilitas teknologi agar RSMB memiliki infrastruktur yang mendukung aplikasi. Definisi ini memiliki komponen yang sama pada kedua arsitektur. Sedangkan pada komponen physical teknologi, deskripsi pada arsitektur target telah menyatakan mengenai perubahan yang ada. Perubahan tersebut adalah berupa penambahan dukungan teknologi fisik untuk digunakan di RSMB. Perubahan ini terkait dengan infrastruktur teknologi, dimana lokasi dengan dukungan teknologi bertambah. Hal ini karena sistem informasi terpadu dibutuhkan untuk berada pada lokasi-lokasi tersebut. Penambahan ini untuk digunakan dalam keseluruhan RS, dilakukan dengan menambah seluruh komponen teknologi yang ada sesuai kebutuhan pada lokasi di RSMB. Selain itu, sistem harus memiliki availibility tinggi sehingga diperlukan back-up dari sistem, aplikasi maupun basis data. Perubahan terakhir adalah perbedaan dalam sistem informasi perangkat lunak karena arsitektur target memiliki sistem informasi terpadu yang menggantikan beberapa aplikasi sekaligus yang ada di baseline. Hasil analisis dari perubahan di atas, sebagai selisih dari dua arsitektur, dapat dihilangkan dengan beberapa cara. Pertamatama, untuk memenuhi kebutuhan teknologi berupa penambahan dukungan teknologi pada lokasi di RS serta adanya sistem back-up di RSMB, dapat dilalakukan proyek yang berfokus kepada pengadaan bagi dukungan teknologi yang dibutuhkan. Setelah itu, untuk memiliki sebuah sistem
2) Komponen Roadmap Langkah berikutnya adalah roadmap dari komponen aplikasi. Analisis selisih menghasilkan sebuah proyek yang diperlukan untuk menghilangkan gap antara arsitektur baseline dan target. Proyek ini menjadi komponen aplikasi
16
Perancangan Arsitektur Teknologi Informasi Rumah Sakit dengan TOGAF
terpadu di RSMB, dapat dilakukan proyek pembuatan sistem informasi terpadu rumah sakit bagi RSMB. 2) Komponen Roadmap Langkah berikutnya adalah roadmap dari komponen teknologi. Analisis selisih sebelumnya telah menghasilkan cara untuk mencapai arsitektur target yang diinginkan. Cara tersebut diturunkan menjadi komponen roadmap yang berasal dari arsitektur teknologi, yaitu berupa proyek Pengadaan Dukungan Teknologi (Infrastruktur tambahan dan Back-Up), serta proyek SI Terpadu RSMB.
2.
3.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan 1.
2.
Makalah ini menghasilkan empat arsitektur domain, yaitu arsitektur bisnis, data, aplikasi, serta teknologi, yang dimanfaatkan sebagai arsitektur teknologi informasi dengan metodologi fase perancangan pada TOGAF ADM, didukung dengan konsep TOGAF Architecture Content Framework untuk deskripsi struktur arsitektur. Makalah yang dilakukan pada RSMB dengan fokus Instalasi Gawat Darurat, Rawat Jalan, serta Rawat Inap menghasilkan : a. Arsitektur bisnis target yang mendefinisikan core entities berupa 6 role dengan 8 aktor pada 5 unit organisasi. Unit dalam lingkup tersebut memiliki 7 fungsi bisnis dan menjalankan 12 service bisnis pada RSMB. b. Arsitektur data target yang mendefinisikan 11 entitas data pada lingkup pengerjaan di rumah sakit, yang dapat dipetakan terhadap 6 komponen logical serta 11 komponen physical. c. Arsitektur aplikasi target yang mendefinisikan 14 komponen logical aplikasi dalam rumah sakit sesuai dengan lingkup pengerjaan. d. Arsitektur teknologi target yang memiliki 15 komponen physical teknologi secara umum. e. Selisih antara arsitektur baseline dan target yang didefiniskan dalam analisis selisih pada masing-masing arsitektur. f. Arsitektur roadmap yang dihasilkan sebagai langkah lanjutan dari analisis selisih untuk mencapai arsitektur target yang diinginkan memiliki 7 komponen.
REFERENCES [1] [2] [3] [4]
B. Saran 1.
bermanfaat bagi rumah sakit dengan implementasi arsitektur yang telah dibuat, pengelolaan arsitektur yang dimiliki rumah sakit, dan peningkatan kesiapan rumah sakit terhadap perubahan. Definisi arsitektur dengan metodologi TOGAF ADM memiliki banyak artifak, tetapi dalam pengerjaan belum dapat dipastikan bahwa setiap artifak memiliki traceability dan lengkap. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode untuk digunakan sebagai jejak dari artifak yang dihasilkan. Hal ini akan memastikan kelengkapan dan terjaganya traceability. Pelaksanaan metodologi tahap perancangan dari TOGAF ADM dapat dikembangkan di RSMB, dengan mengaplikasikannya ke fungsi lain pada rumah sakit. Hasil arsitektur ini dapat dijadikan dasar dan dikembangkan terus-menerus sehingga pada akhirnya seluruh fungsi pada rumah sakit telah memiliki arsitektur. Hal ini akan membuat RSMB mampu merealisasikan arsitektur ke dalam sistem terintegrasi yang telah melingkupi keseluruhan fungsi rumah sakit.
Makalah ini menggunakan sebagian fase dari TOGAF ADM, yaitu tahap perancangan, fase preliminary hingga fase D. Struktur dari TOGAF ADM adalah fase A hingga H, dengan dukungan preliminary dan requirement management. Hasil makalah ini dapat dikembangkan sesuai dengan keseluruhan fase pada TOGAF ADM. Hal ini akan
17
Greenslade, C., “TOGAF – The Continuing Story”, 2002. O’Brien, J.A. Introduction to Information Systems, 13th ed., New York, NY: McGraw-Hill, 2007. The Open Group, “TOGAF Version 9 The Open Group Architecture Framework (TOGAF)”, The Open Group, 2009. Yunis, R. and Surendro, K., “Implementasi Enterprise Architecture Perguruan Tinggi”, Program Studi Teknik Informatika, STEI ITB.