Perancangan Aplikasi Interactive Movie Poster Sebagai Media Promosi Menggunakan Teknologi Augmented Reality pada Platform Android
Artikel Ilmiah
Peneliti : Yoshua Rudy Arni (672010095) T. Arie Setiawan Prasida, S.T., M.Cs. Ramos Somya, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
4
Perancangan Aplikasi Interactive Movie Poster Sebagai Media Promosi Menggunakan Teknologi Augmented Reality pada Platform Android 1
Yoshua Rudy Arni, 2T. Arie Setiawan, 3Ramos Somya
Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Teknik Informatika Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia 1)
[email protected], 2)
[email protected], 3)
[email protected] Abstract
Based on interviews conducted in a cinema there is a problem that the customer does not know the movies to watch interesting or not. Customers only specify movies to watch based on the actor and the actress who plays the film that ultimately make the customer disappointed after watching the movie selected. Along with the development of technology and more people are using Android smartphones and Android smartphones are also more easily accessible by all levels of society. Interactive Movie Poster is one form of media campaign used to promote a movie that will be screened in cinemas. Augmented Reality technology can help solve the problem by making use movie texture to play movie trailer. The results of the research that Augmented Reality technology can be used to design a promotional media application a movie trailer that can assist customers in selecting the film interesting and can increase the number of customers in theaters. Keywords : Interactive Movie Poster,Movie Trailer, Marketing Tool, Augmented Reality, Android. Abstrak
Berdasarkan wawancara yang dilakukan di suatu bioskop terdapat masalah bahwa pelanggan tidak mengetahui film yang akan ditonton menarik atau tidak. Pelanggan hanya menentukan film yang akan ditonton berdasarkan aktor dan aktris yang memerankan film tersebut, yang pada akhirnya membuat pelanggan kecewa setelah menonton film yang dipilih. Seiring dengan perkembangan teknologi banyak orang yang menggunakan Android smartphone dan Android smartphone juga semakin mudah dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Interactive Movie Poster merupakan salah satu bentuk media promosi yang digunakan untuk mempromosikan sebuah film yang akan ditayangkan di bioskop. Teknologi Augemented Reality dapat membantu memecahkan masalah dengan memanfaatkan movie texture untuk menampilkan video trailer. Hasil dari penelitian yaitu teknologi Augmented Reality dapat diterapkan untuk merancang aplikasi media promosi trailer film di bioskop, yang dapat membantu pelanggan dalam memilih film yang menarik dan dapat meningkatkan jumlah penonton di bioskop. Kata Kunci : Interactive Movie Poster, Video Trailer, Media Promosi, Augmented Reality, Android.
1
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Teknik Informatika, Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana 3 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
1
1.
Pendahuluan
Pola pemikiran manusia yang semakin berkembang berdampak pada perkembangan teknologi yang semakin maju, dimana pada era globalisasi ini informasi yang diperoleh diharuskan serba cepat dan mudah. Perkembangan teknologi yang begitu pesat berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah teknologi pada dunia perfilman. Pada saat ini banyak media yang digunakan untuk mempromosikan sebuah film diantaranya adalah melalui media cetak baik poster ataupun surat kabar dan trailer. Seiring dengan kemajuan dalam media promosi yang digunakan untuk mempromosikan film, muncul permasalahan turunnya minat penonton untuk menonton film akibat media promosi yang kurang menarik dan harga tiket bioskop yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elfrida, didapatkan hasil bahwa banyak sedikitnya jumlah penonton suatu film berdasarkan pada variasi media promosi yang digunakan. Dari hasil penelitian Elfrida mendapatkan hasil bahwa orang memutuskan untuk menonton film dikarenakan media promosi yang menarik sehingga responden memperhatikan media promosi yang digunakan [1]. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pengelola bioskop di EPlaza semarang, media promosi yang digunakan di E-Plaza diantaranya adalah media sosial seperti Path, Facebook, Instagram, Twitter dan menggunakan Website. Salah satu media promosi yang sering dilihat pengunjung adalah poster film yang terpasang di dinding lobi bioskop. Dari hasil wawancara didapat data bahwa media poster hanya meningkatkan minat penonton sebesar 70%. Bahkan beberapa pelanggan hampir tidak mengetahui film yang akan ditayangkan tersebut menarik atau tidak. Pelanggan seringkali memilih film atas dasar aktor atau aktris yang memerankan film tersebut yang mengakibatkan pelanggan kecewa setelah menonton film. Pelanggan seringkali bertanya ke staff E-Plaza garis besar film yang akan ditayangkan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tapahary ditemukan bahwa pengaruh media promosi dan harga sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli tiket bioskop. Dari hasil pengujian didapatkan hasil bahwa variabel promosi berpengaruh positif dalam penentuan keputusan untuk membeli tiket. Dengan dilakukannya promosi yang gencar pada suatu film, dapat memberikan dampak meningkatnya jumlah pengunjung di bioskop [2]. Menurut Eka dan Listyorini teknologi Augmented Reality dapat digunakan untuk memudahkan penjualan, serta dapat memberikan informasi yang jelas kepada konsumen mengenai barang yang dijual. Dengan adanya teknologi Augmented Reality penjual menjadi terbantu dengan media promosi yang beda dengan yang digunakan pada umumnya [3]. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, khususnya pada aplikasi mobile media promosi film yang digunakan juga semakin bervariatif. Salah satu teknologi pada android yang berkembang adalah Augmented Reality. Pada umumnya teknologi Augmented Reality digunakan untuk menampilkan obyek 3D, namun pada penelitian ini Augmented Reality dimanfaatkan untuk menampilkan video. Video trailer yang diputar memanfaatkan library movie texture sebagai media untuk menggabungkan Augmented Reality dan video. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dibuatlah aplikasi untuk menonton trailer film dengan memanfaatkan teknologi Augmented Reality dengan harapan dapat membantu pelanggan dalam memilih film yang menarik agar tidak berujung dengan kekecewaan setelah menonton film serta mengenalkan teknologi Augmented Reality.
2
2.
Tinjauan Pustaka
Pada penelitian Penerapan Teknologi Augmented Reality pada Aplikasi Katalog Rumah berbasis Android yang membahas mengenai pemanfaatan Teknologi Augmented Reality sebagai media promosi untuk penjualan rumah. Aplikasi dibuat pada platform Android yang berfungsi untuk membantu broker dalam mempromosikan rumah yang akan dijual. Hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan teknologi Augmented Reality pada media promosi katalog rumah memudahkan calon pembeli untuk dapat melihat detail bangunan rumah yang akan dibeli [4]. Pada penelitian yang berjudul Penggunaan Media Trailer Film Dalam Peningkatan Ketrampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas XD SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang membahas tentang pemanfaatan video trailer untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa setelah siswa menonton video trailer film siswa mengalami peningkatan nilai ketuntasan dalam menulis cerpen [5]. Berdasarkan penelitian yang berjudul Penerapan Teknologi Augmented Reality pada Aplikasi Katalog Rumah berbasis Android dan penelitian yang berjudul Penggunaan Media Trailer Film dalam Peningkatan Ketrampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas XD SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, maka penelitian ini akan menggunakan teknologi Augmented Reality dan memakai video untuk media promosi. Oleh sebab itu, dibuatlah sebuah aplikasi Interactive Movie Poster yang memanfaatkan Augmented Reality untuk memutar video trailer bioskop. Movie Trailer adalah film pendek atau cuplikan dari sebuah video yang bertujuan untuk mempromosikan film, dokumenter, atau program televisi. Rata-rata trailer dokumenter berkisar antara 2,5 menit (150 detik). Movie Trailer sangat popular di kalangan publik sekarang ini dimana televisi kabel menawarkan permintaaan movie trailer. Pada umumnya trailer dapat dengan mudah ditemukan di internet [6]. Trailer saat ini di-release lebih dari satu kali, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran penontonnya serta memberikan gambaran lebih tentang film yang akan ditayangkan. Movie Poster adalah sebuah bentuk komunikasi visual yang dirancang untuk memberikan kesan dan menarik minat penonton film. Pada saat sekarang ini, dimana nilai estetika dan koleksi lebih diutamakan, penelitian lebih mementingkan bagaimana memberikan analisis yang lebih luas mengenasi movie poster. Namun, sampai dengan saat ini analisa movie poster berkonsentrasi hanya pada tulisan saja atau desain estetika [7]. Media promosi adalah sarana mengkomunikasikan suatu produk atau jasa atau merk atau perusahaan dan lainnya agar dapat dikenal masyarakat lebih luas. Media promosi yang paling tua adalah dari mulut ke mulut, dilanjutkan dengan media promosi konvensional berupa brosur, poster, katalog, pamphlet, booklet, spanduk, billboard, banner, flyer, reklame, kartu nama, iklan TV, radio, media cetak koran dan masih banyak lainnya [8]. Saat ini media promosi yang paling sering digunakan dan mudah untuk
3
diakses adalah media sosial. Dengan mewabahnya koneksi internet, menjadikan media sosial sangat populer di kalangan masyarakat. Augmented Reality adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata. Tidak seperti realitas maya yang sepenuhnya menggantikan kenyataan, namun Augmented Reality hanya menambahkan atau melengkapi kenyataan. Benda-benda maya menampilkan informasi yang tidak dapat diterima oleh pengguna dengan inderanya sendiri. Hal ini membuat Augmented Reality sesuai sebagai alat untuk membantu persepsi dan interaksi penggunanya dengan dunia nyata. Informasi yang ditampilkan oleh benda maya membantu pengguna melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam dunia nyata seperti yang terlihat pada Gambar 1 [9].
Gambar 1. Implementasi Augmented Reality pada Game [10]
Android adalah sistem operasi open-source yang dimiliki oleh Google. Android memiliki kemampuan untuk memberi daya pada perangkat tingkat bawah bahkan tingkat menengah dan semuanya itu diberikan secara cuma-cuma kepada siapa saja yang ingin menggunakan code dan membangun system operasi dari code tersebut. Nama yang tepat untuk projek ini adalah Android Open Source Project dan ini yang dimaksud dengan kebanyakan orang berkata bahwa Android dapat dikembangkan oleh siapa saja dan gratis. Android pada iterasinya dapat dirubah sesuai dengan keinginan orang yang menggunakan. Kamu dapat mencoba-coba merubah ROM yang ada karena disediakan custom ROM untuk dapat digunakan dengan bebas [11]. Skema pada android yang menjelaskan tentang garis beras sistem android dapat dilihat pada Gambar 2.
4
Gambar 2. Skema Android [11]
3.
Metode dan Perancangan Sistem
Penelitian ini dilakukan dan diselesaikan dengan menggunakan tahapan penelitian [12] yaitu analisis kebutuhan dan pengumpulan data, perancangan aplikasi / program, implementasi dan pengujian aplikasi serta analisis hasil pengujian, dan tahapan yang terakhir adalah penulisan hasil laporan penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. Analisis Kebutuhan dan Pengumpulan Data
Perancangan Aplikasi / Program Implementasi dan Pengujian Aplikasi, serta Analisis Hasil Pengujian
Penulisan Laporan Hasil Penelitian Gambar 3. Tahapan Penelitian
Tahap pertama adalah tahapan analisis kebutuhan dan pengumpulan data. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui informasi apa saja yang dibutuhkan untuk aplikasi Live Poster dengan melakukan wawancara pada pihak pengelola bioskop. Metode perancangan yang digunakan adalah Metode Prototyping. Metode Prototype merupakan metode perancangan dengan melakukan pendekatan dari sisi kebutuhan pengguna sistem.
5
Gambar 4. Tahapan dalam Metode Prototyping [13]
Tahapan metode prototype diawali oleh tahap Listen to customer dimana pada tahap ini merupakan tahap awal perancangan aplikasi Live Poster. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan-kebutuhan pengguna, kemudian pada tahap kedua
dilakukan build / revise mock-up yang bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan yang dibutuhkan pengguna pada tahap pertama, untuk dapat memulai merancang dan mengimplementasikannya dalam bentuk aplikasi maka dibuatlah Unified Modelling Language (UML), kemudian pada tahap terakhir dilakukan Customer test drivers mock-up, dimana pada tahap ini masih mencari kekurangan pada aplikasi Live Poster yang nantinya akan dilakukan testing kepada pengguna yaitu mahasiswa. Jika masih ada kekurangan, maka pada tahap kedua yaitu build /revise mock-up akan dilakukan kembali hingga aplikasi sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pada prototype pertama, aplikasi yang telah dibuat mempunyai 3 marker beserta trailer filmnya. Selain itu aplikasi memiliki halaman utama yang yang berisi 2 tombol yaitu tombol start dan tombol credit. Tombol start untuk memulai aplikasi dan tombol credit untuk menuju ke halaman credit. Setelah dilakukan pengamatan dan dilakukan pengujian, hasil yang diperoleh dari pembuatan prototype pertama adalah : (1) Trailer film sudah dapat ditampilkan pada saat marker terdeteksi; (2) Tampilan dan fungsi-fungsi tombol yang ada pada aplikasi sudah berjalan dengan baik. Kekurangan yang ditemukan pada saat pengujian aplikasi adalah : (1) Trailer film yang ditampilkan tidak ada suara; (2) Pada saat aplikasi diulang, trailer film yang ditampilkan tidak sesuai dengan marker yang terdeteksi. Pada prototype kedua, dilakukan perbaikan sesuai dengan kekurangan yang didapat dari pengujian prototype pertama. Perbaikan yang dilakukan adalah : (1) Merubah library yang digunakan untuk memutar video trailer; (2) Memperbaiki script untuk pendeteksian marker ID agar sesuai dengan trailer film yang diputar; (3) Penambahan tombol exit untuk memudahkan pengguna untuk menutup aplikasi; (4) Menambahkan beberapa marker beserta video trailernya yang semula hanya 3 menjadi 5 marker yang dapat terdeteksi; (5) Penambahan tombol help yang berguna untuk membantu pengguna dalam menggunakan aplikasi. Kekurangan yang ditemukan pada saat pengujian prototype kedua adalah : (1) Memasukkan video trailer masih merubah harus membongkar code; (2) Ukuran file aplikasi masih terlalu besar sehingga di beberapa pengguna yang memiliki memory yang terbatas tidak dapat menginstall aplikasi.
6
Pada prototype ketiga, dilakukan perbaikan sesuai dengan kekurangan yang didapat dari pengujian prototype kedua. Perbaikan yang dilakukan adalah : (1) Merubah script untuk memasukkan video trailer yang semula harus membongkar code menjadi external input; (2) Me-upload file video trailer pada web-server sehingga dapat mengurangi ukuran dari aplikasi, karena yang diambil hanya metadata saja; (3) Penambahan tombol rescanning untuk melakukan scanning ulang pendeteksian marker; (4) Penggantian tampilan menu awal sehingga lebih menarik; (5) Menambahkan fungsi kembali dari tampilan camera ke menu utama, sehingga pengguna dapat kembali ke menu utama tanpa harus membuka aplikasi kembali untuk kembali ke menu utama. Tahap kedua adalah tahapan perancangan aplikasi/program, dimana pada tahap ini aplikasi dibangun berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan sebelumnya meliputi pembuatan diagram Unified Modelling Language (UML). Perancangan sistem berupa diagram meliputi Use Case Diagram, Activity Diagram, Sequence Diagram, dan Class Diagram. Use Case Diagram menggambarkan interaksi antara aktor dan sistem yang dibangun serta menggambarkan apa yang dapat diberikan sistem kepada aktor. Gambar 5 merupakan Use Case Diagram user dalam proses scanning poster film.
Scanning Poster
<
> View Video Trailer
View Credit
View Help
Gambar 5. Use Case Diagram
Pada Use Case Diagram dapat dijelaskan bahwa jika user ingin melihat trailer film dari sebuah poster, maka user harus terlebih dahulu mengarahkan kamera ke poster yang dapat ditemukan di dinding yang ada di bioskop maupun poster yang ditemukan pada saat searching di internet. User dapat melihat nama pembuat aplikasi pada menu credit dan menu user dapat melihat bantuan dalam menggunakan aplikasi pada menu help. Activity Diagram menggambarkan aliran aktifitas pada sistem yang sedang dirancang, bagaimana alir sistem berawal, decision yang terjadi, dan hasil dari decision. Gambar 6 merupakan Activity Diagram user scanning poster film.
7
User
Sistem
Cloud Server
Membuka Aplikasi
Menampilkan SplashScreen
Memilih Tombol Start
Menampilkan Main Menu
Hosting Server
Menampilkan Layar Scanning Poster
Cek Marker
No
Terdeteksi
Yes
Request Marker
Mencocokkan Marker
Request Video
Menampilkan Video
Gambar 6. Activity Diagram Scanning Poster
Pada Gambar 6 dapat dijelaskan bahwa hal pertama yang dilakukan user adalah membuka aplikasi kemudian aplikasi akan menampilkan splash screen yang kemudian diikuti dengan menampilkan menu utama. Setelah itu user menekan tombol start yang kemudian sistem akan menampilkan layar untuk scanning poster. Apabila poster tidak terdeteksi sistem akan tetap menampilkan layar scanning poster apabila poster terdeteksi, sistem akan me-request marker yang terdeteksi ke cloud server kemudian cloud server akan mengembalikan request tersebut dengan metadata yang ada di poster. Setelah itu sistem akan mencocokkan meta data yang didapat dari cloud yang kemudian sistem merequest video dari hosting server. Setelah sistem mendapat video dari hosting server kemudian sistem menampilkan video trailer yang diminta oleh user.
8
Gambar 7. Cara Kerja Aplikasi
Seperti terlihat pada Gambar 7 yang merupakan cara kerja aplikasi, pertama-tama sistem mencari marker pada video stream yang ditangkap oleh kamera. User harus memposisikan kamera agar sistem dapat menangkap posisi marker yang dapat terdeteksi. Apabila marker sudah sesuai dengan posisi yang tepat, sistem kemudian melakukan identifikasi marker yang ada di cloud server Vuforia. Jika marker ada di cloud server, maka sistem memanggil video di web server sesuai dengan metadata yang ada pada marker. Sistem kemudian memposisikan movie texture pada marker yang sebelumnya telah ditentukan. Setelah movie texture diposisikan pada marker, sistem merender movie texture dan menampilkan video. User dapat menonton video trailer jika memiliki koneksi internet. Sistem mendeteksi jika ada koneksi internet maka melakukan pengecekan pada marker yang ada di cloud server. Jika marker ditemukan maka sistem akan memanggil video trailer pada web server sesuai dengan metadata yang ada pada marker. Arsitektur aplikasi dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Arsitektur aplikasi Interactive Movie Poster
Sequence Diagram menggambarkan interaksi antar obyek di dalam dan di sekitar sistem, berupa pesan yang dipertukarkan antar obyek melakukan suatu tugas atau aksi tertentu. Gambar 9 merupakan Sequence Diagram user scanning poster film.
9
User
AR Camera
Cloud
Server
GetARCamera() SendRequest()
ReturnMetadata() SendRequest() Request Done()
Gambar 9. Sequence Diagram
Seperti yang terlihat pada Gambar 9 dapat dijelaskan bahwa proses user melakukan scanning poster maka langkah pertama yang dilakukan user yaitu membuka layar scanning poster kemudian mengarahkan kamera ke poster yang akan di scan kemudian hasil scan poster dikirim ke cloud server, cloud server mengembalikan pesan tersebut berupa metadata. Setelah itu melakukan request film berdasarkan marker yang terdeteksi ke hosting server. Apabila proses scanning selesai maka akan dikembalikan return berupa film yang ditampilkan di AR Camera. Class Diagram menggambarkan class-class yang ada pada sistem yang sedang digunakan. Pada Class Diagram Live Poster dapat dijelaskan user dapat mengakses video trailer setelah user melakukan scanning pada poster seperti yang terlihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Class Diagram
Setelah perancangan sistem dibuat, selanjutkan melakukan perancangan desain tampilan aplikasi yang disebut dengan mockup.
10
Gambar 11. Perancangan Tampilan Menu Utama
Mockup tampilan menu utama dapat dilihat pada Gambar 11. Terdapat 4 pilihan menu yaitu menu start, menu help, menu credit, dan exit. Pada saat user memilih start maka user akan dibawa ke halaman scanning poster. Ketika menu help ditekan maka user akan dibawa ke halaman bantuan yang berisi panduan menggunakan aplikasi Live Poster. Ketika menu credit ditekan maka user akan dibawa ke halaman pembuat aplikasi yang berisi nama-nama yang terlibat dalam pembuatan aplikasi Live Poster.
Gambar 12. Perancangan Tampilan Scanning Poster
Desain awal dari tampilan scanning poster dapat dilihat pada Gambar 12. Pada halaman ini user dapat mengarahkan kamera pada poster film yang akan di scan. Kemudian setelah poster terdeteksi akan muncul obyek persegi panjang yang akan menampilkan video trailer dari poster tersebut. Setelah tahap kedua selesai dibuat, maka tahap yang ketiga adalah tahapan implementasi sistem yang telah dibuat dan pengujian sistem serta analisis hasil pengujian. Kemudian tahapan terakhir adalah penulisan laporan hasil penelitian yang dilakukan. 4.
Hasil dan Pembahasan
Pada bagian ini memuat hasil dan pembahasan dari perancangan dan implementasi sistem yang telah dibuat serta diuji. Ada tiga bagian dalam aplikasi Live Poster yang terdiri atas menu utama, menu bantuan, dan layar scanning poster. Hasil tampilan dari menu utama dapat dilihat pada Gambar 13.
11
Gambar 13. Menu Utama
Gambar 13 merupakan menu utama dari Live Poster. Pada menu utama tersedia empat menu yang dapat dipilih diantaranya tombol start, tombol help, tombol credit, dan tombol exit. Apabila menu help dipilih akan muncul tampilan help seperti yang terlihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Tampilan Help
Gambar 14 adalah tampilan help. User dapat melihat panduan menggunakan aplikasi di halaman help. Pada menu utama apabila menu start dipilih akan muncul tampilan scanning poster seperti yang terlihat pada Gambar 15.
12
Gambar 15. Tampilan Scanning Poster
Gambar 15 merupakan tampilan scanning poster. User dapat melakukan scanning poster film menggunakan kamera untuk melihat trailer film sesuai poster yang di scan. Kode Program 1. Mengambil metadata yang ada pada marker 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
public void OnNewSearchResult (TargetFinder.TargetSearchResult targetSearchResult) { mTargetMetaData = targetSearchResult.MetaData; mCloudRecoBehaviour.CloudRecoEnabled = false; string linkVideo = mTargetMetaData.ToString (); srcMedia.Load (linkVideo); ObjectTracker tracker = TrackerManager.Instance.GetTracker(); ImageTargetBehaviour imageTargetBehaviour = (ImageTargetBehaviour) tracker.TargetFinder.EnableTracking (targetSearchResult, cloudrecotarget.gameObject); }
Fungsi yang digunakan untuk mengambil metadata dapat dilihat pada Kode Program 1. Setelah melakukan scanning pada poster dilakukan pengecekan pada Vuforia Cloud Database. Jika poster ditemukan pada database maka dilakukan pengambilan metadata yang sebelumnya telah dipasang bersama dengan poster. Setelah metadata didapat kemudian movie texture me-load video yang akan diputar berdasarkan metadata yang didapat. Metadata berisi link video yang berada di web-server. Kode Program 2. Fungsi Rescanning 1 2 3
public void cekReco(){ mCloudRecoBehaviour.CloudRecoEnabled = true; }
Seperti yang terlihat pada Kode Program 2, fungsi rescanning digunakan untuk melakukan scan ulang pada poster. Fungsi rescanning digunakan pada saat user ingin
13
melihat video trailer lainnya. User kemudian menekan tombol rescanning untuk melakukan scan ulang pada poster yang berbeda dengan sebelumnya. Kode Program 3. Fungsi play video 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
public void OnTrackableStateChanged (TrackableBehaviour.Status previousStatus, TrackableBehaviour.Status newStatus) { if (newStatus == TrackableBehaviour.Status.DETECTED || newStatus == TrackableBehaviour.Status.TRACKED || newStatus == TrackableBehaviour.Status.EXTENDED_TRACKED) { srcMedia.Play(); trackerdetected = true; } else { srcMedia.Pause(); } }
Kode program 3 adalah fungsi yang digunakan untuk memutar video trailer. Jika marker ditemukan atau masih terdeteksi maka video trailer diputar. Apabila selama video trailer diputar marker tidak ditemukan maka sistem akan memberhentikan video trailer yang sebelumnya diputar. Pengujian aplikasi menggunakan blackbox testing, yaitu pengujian fungsional tanpa melihat alur eksekusi program, namun cukup dengan memperhatikan apakah setiap fungsi sudah berjalan dengan baik sesuai harapan user. Hal-hal yang diuji dan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 1. No 1
2
Poin Pengujian Pemilihan Menu
Proses Scanning Poster
Tabel 1. Hasil Black Box Testing untuk Proses Output Data Input/ Hasil yang Hasil Uji Kondisi diharapkan Tombol Start Berhasil Berhasil masuk ke dipilih masuk ke halaman scanning halaman poster scanning poster Tombol Help Berhasil Berhasil masuk ke dipilih masuk ke halaman panduan halaman panduan Tombol Credit Berhasil Berhasil masuk ke masuk halaman credit halaman credit Tombol Exit Berhasil Berhasil keluar dari keluar dari aplikasi aplikasi Scanning poster Poster Poster berhasil discan berhasil dan terdeteksi discan dan terdeteksi
14
Status
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Menampilkan video trailer Tombol Rescanning dipilih 4
Proses Hasil Akhir
Tombol back pada android ditekan
Berhasil menampilkan video trailer Berhasil melakukan scanning ulang poster Berhasil kembali ke menu utama
Berhasil menampilkan video trailer
Valid
Berhasil melakukan scanning ulang poster
Valid
Berhasil kembali ke menu utama
Valid
Berdasarkan hasil pengujian blackbox pada Tabel 1, maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi sudah berjalan sesuai dengan yang dirancang dan dapat dilanjutkan ke beta testing untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna terhadap aplikasi yang dibangun. Pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah pengujian aplikasi kepada pengelola bioskop dan beberapa responden. Pengujian aplikasi dilakukan kepada 30 orang responden pengguna smartphone Android, dengan batasan usia 17 – 35 tahun. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh data kualitatif maupun data kuantitatif mengenai tingkat keberhasilan dari perancangan aplikasi. Pengujian dilakukan dengan mendemokan aplikasi kepada responden, kemudian responden diberikan lembar questionnaire yang berisikan pernyataan seputar pengujian aplikasi. Setelah itu, responden dapat memberikan jawaban setuju atau tidak setuju atas pernyataan yang diberikan. Pengujian dilakukan pada film yang berjudul Deadpool, Batman vs Superman, Kungfu Panda 3, Captain America Civil War, dan X-Men Appocalypse, Menurut hasil wawancara dengan pengelola bioskop, aplikasi pemanfaatan Augmented Reality untuk media promosi film di bioskop sudah baik dari segi tampilan dan fungsinya. Dengan adanya aplikasi ini pengelola bioskop dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang datang untuk menonton di bioskop.
Tabel 2. Pernyataan pada responden pada saat beta testing Pernyataan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Gambar background yang digunakan menarik Warna yang digunakan pada aplikasi menarik Tulisan yang ada pada aplikasi mudah dibaca dan menarik Tampilan pada scanning area menarik Video trailer dapat dilihat dengan jelas Pada saat video diputar, suara yang ada pada video terdengar dengan jelas Aplikasi mudah untuk digunakan Tombol yang ada pada aplikasi mudah untuk ditekan Setelah menggunakan aplikasi ini saya dapat memilih film yang menarik untuk saya tonton Setelah menggunakan aplikasi ini saya menjadi lebih tahu tentang Augmented Reality Saya ingin menggunakan aplikasi ini lagi
Berdasarkan hasil pengujian akan terlihat apakah tujuan perancangan aplikasi sudah berhasil apa belum. Jawaban hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3. Respon
SS
S
Tabel 3. Hasil pengujian C TS STS Nilai Responden
15
Nilai Max
Persentase per Soal
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jumlah
10 5 7 9 17 14 15 19 11 7 16 130
16 19 18 20 13 12 13 11 13 17 12 164
3 4 2 1 0 3 2 0 6 4 2 27
1 1 3 0 0 1 0 0 0 1 0 7
0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
125 116 119 128 137 129 133 139 125 118 134 Presentase Keseluruhan
150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150
83.3% 77.3% 79.3% 85.3% 91.3% 86% 88.6% 92.6% 83.3% 78.6% 89.3% 84.9%
Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang maupun kelompok tentang sebuah peristiwa sosial, berdasarkan definisi operasional yang digunakan oleh peneliti [14]. Hasil pengujian diolah menggunakan skala Likert untuk mengetahui presentase pendapat dari pelanggan. Berdasarkan presentase pengujian pernyataan nomor satu sampai delapan dapat diketahui bahwa presentase keseluruhan sebesar 85.4% sehingga dapat dikatakan tampilan pada aplikasi ini menarik. Pada presentase pengujian pernyataan nomor sembilan sampai nomor dapat diketahui bahwa presentase hasil keseluruhan sebesar 80.9% sehingga dapat dikatakan manfaat dari aplikasi ini berguna bagi pelanggan dan sesuai dengan tujuan perancangan. Pada pernyataan nomor sebelas dapat diketahui juga presentase keseluruhan sebesar 89.3% sehingga menyatakan aplikasi ini menarik yang mana membuat pelanggan tertarik untuk menggunakannya kembali. Berdasarkan data pada Tabel 3 didapati hasil bahwa presentase keseluruhan sebesar 84.9% dan hasil pengujian kuisioner ini termasuk pada kriteria sangat setuju dimana hasil kuisioner berada pada range 81% hingga 100%. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dihasilkan bahwa aplikasi Interactive Movie Poster menggunakan teknologi Augmented Reality berhasil membantu pelanggan dalam memilih film yang menarik. Dari sisi pengelola bioskop, aplikasi Interactive Movie Poster menggunakan teknologi Augmented Reality diharapkan dapat membantu meningkatkan jumlah penonton. 5.
Simpulan
Berdasarkan hasil perancangan yang dilakukan, dapat diambil simpulan bahwa aplikasi dapat digunakan oleh pelanggan bioskop untuk memilih tayangan yang menarik dan di sisi pengelola bioskop aplikasi diharapkan dapat membantu meningkatkan jumlah pengunjung di bioskop. Teknologi Augmented Reality dapat diterapkan untuk merancang media promosi yang berupa Interactive Movie Poster. Pada aplikasi ini tampilan warna, background, dan pemilihan font untuk tulisan sudah menarik dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. 6.
Pustaka
[1]
Widiyanto, Yudo. 2011. Pajak Impor Film Naik 100 Persen. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/06/13/13570290/Pajak.Impor.Film. Naik.100.Persen. Diakses pada tanggal 15 Desember 2015.
16
[2] [3] [4] [5]
[6] [7] [8]
[9] [10] [11] [12]
[13] [14]
Tapahary, Grace. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian pada Bioskop 21 Ambon Plaza. Ambon. Eka, Ade Pratama. 2015. Penerapan Augmented Reality Video Playback untuk Katalog Meubel dan Pahatan di “CV Jepara Antique”. Kudus. Rifa'i, Muhammad. 2014. Penerapan Teknologi Augmented Reality pada Aplikasi Katalog Rumah Berbasis Android. Kudus. Nugroho, Hamdan. 2013. Penggunaan Media Trailer Film Dalam Peningkatan Ketrampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas X D SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Yogyakarta. Pepe, Peter. Zarzynski, Joseph W. 2012. Documentary Filmmaking for Archeologists. Left Coast Press: California. Chen, Yuru. 2014. Interpretation of the Representational Meaning of Movie Posters from the Perspective of Multimodal Discourse Analysis. China. Ade. 2012. Memilih Media Promosi yang Unik. http://economy.okezone.com/read/2012/01/25/23/562919/memilih-mediapromosi-yang-unik. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016 Salbino, Sherief. 2014. Buku Pintar Gadget Android untuk Pemula. Jakarta : Kunci Komunikasi. Anonim. 2013. Beginilah Sejarah Teknologi Augmented Reality. http://augmentedrealityindonesia.com/. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016. Hildenbrand, Jerry. 2015. What is Android. http://www.androidcentral.com/whatandroid. Diakses tanggal 24 Januari 2016. Hasibuan, Zainal A. 2007. Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi : Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Jakarta : Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Pressman, Roger. 1992. Software Engineering A practitioner’s Approach. McGraw-Hill Inc. Riduwan, Akdon. 2008. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta.
17