Perancangan Alat Bantu Untuk Memperbaiki Proses Perencanaan Produksi Pada PT X Hans Gerald Regawa Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 Email:
[email protected]
Abstrak
Perencanaan produksi adalah suatu hal yang penting dalam suatu perusahaan. Dengan mengatur perencanaan produksi dengan baik proses produksi dalam suatu perusahaan akan dapat berjalan dengan lebih baik. PT X adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam proses produksi spare part kendaraan bermotor berjenis mobil pribadi. Perusahaan dalam proses produksinya mengandung sistem make to order. Dalam sistem make to order, suatu produk baru akan mulai diproduksi oleh perusahaan jika ada order dari pelanggan. Dalam sistem make to order suatu perusahaan mempunyai inventory berupa barang-barang mentah atau setengah jadi. Permasalahan yang selama ini terjadi pada PT X adalah bahan baku yang kurang dan tidak adanya lead time yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan kapankah suatu produk akan dikirim. Untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh perusahaan, dilakukanlah perbaikan kepada sistem perencaan produksi yang ada. Perbaikan dimulai dengan mengubah cara pembelian bahan baku. Hal ini dilakukan dengan memperlakukan sistem dengan order point. Dengan sistem ini, perusahaan tidak akan pernah mengalami kekurangan bahan baku karena setiap kali bahan baku dibawah order point perusahaan harus segera memesan bahan baku yang baru. Sehingga proses produksi tidak akan terganggu dan bisa berjalan dengan lancar. Dalam menentukan kapan waktu suatu produk akan selesai dibuat dan dikirim ke pelanggan dibuatlah suatu sistem perencanaan produksi dengan alat bantu DSS (decision support system) dengan menggunakan sarana Microsoft Excel. Dengan memakai DSS, operator tinggal mengisi input-input yang diperlukan setelah itu secara otomatis sistem akan menampilkan kapan suatu produk akan selesai diproduksi dan kapan bisa dikirim ke pelanggan, kapan waktu untuk membeli bahan baku, dan berapa banyak production order yang ada. Dengan demikian pihak perusahaan dapat memberikan kepastian informasi kepada pelanggan kapan produk akan selesai diproduksi dan dikirim. Kata kunci: Order Point, Decision Support System, Production Order
Pendahuluan Manusia selalu membutuhkan sarana transportasi dalam melakukan aktivitasnya seperti pergi ke sekolah, kantor, menuju tempat kerja, menuju ke tempat liburan dan sebagainya. Seiring perkembangan waktu kebutuhan akan transportasi akan semakin banyak. Hal ini terjadi karena jumlah populasi manusia juga semakin banyak. Di Indonesia jumlah kendaran bermotor setiap tahun mengalami pertambahan jumlah baik motor maupun mobil. Dengan bertambahnya motor dan mobil maka diperlukan juga spare part untuk merawat sepeda motor dan mobil
tersebut. Bertambahnya waktu akan membuat segala macam keperluan menjadi semakin mahal contohnya gaji pegawai, biaya untuk membeli alat-alat dan mesin keperluan produksi, harga bahan baku, dan hal lain yang berkaitan dengan masalah keuangan akan menjadi semakin meningkat. Sebuah perusahaan tentunya harus beradaptasi dengan hal-hal diatas bila ingin tetap survive seperti dengan mengirim dan memproduksi lebih banyak lagi hasil produksinya supaya pemasukan perusahaan bertambah daripada sebelumnya.
Untuk menghadapi bayaknya jumlah pesanan yang semakin lama semakin banyak dan menghadapi biaya produksi yang semakin mahal, diperlukan suatu production and inventory management (PIM) yang baik. PIM (production and inventory management) adalah suatu pengaturan untuk bidang manufaktur dan pendistribusian dari suatu produk (Fogarty, 1991). Dengan melakukan pengaturan terhadap sistem produksi dan persediaan, dapat membantu perusahaan untuk menentukan berapa banyak barang yang akan di stok, berapa banyak barang yang akan diproduksi, berapa lama suatu produk harus selesai dibuat, serta menentukan kapan suatu produk akan dikirim kepada customer. PT X adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang memproduksi spare part untuk kendaraan bermotor khususnya mobil. PT X mengunakan sistem make to order dalam melayani semua jenis spare part yang diminta oleh konsumen. Produk yang dijual oleh perusahaan beragam antara lain bushing arm atau bos sayap, support shock breaker, engine mounting, dan transmission engine. Area penjualan produk PT X mencakup Jakarta, Bandung, Bekasi, dan Cirebon. Tetapi pasar utama yang dituju oleh PT X adalah Jakarta. Para pelanggan dari PT X adalah pelaku grosir. Untuk menjaga persaingan dengan para pesaingnya PT X harus memiliki manajemen yang baik dalam proses produksinya. Untuk mengatasi permasalahan tidak adanya penjadwalan produksi yang baik pada perusahaan, dilakukanlah suatu penelitian untuk menghasilkan suatu penjadwalan produksi yang baik sehingga dapat membantu perencanaan produksi yang berada pada perusahaan. Alat bantu yang digunakan untuk mempermudah operator dalam menentukan penjadwalan produksi akan menggunakan DSS atau decision support system. Alat bantu yang digunakan adalah DSS karena mudah dioprasikan, dapat digunakan oleh semua tingkatan manager mulai dari top manager sampai line manager, selain itu
sangat flexible dan juga adaptif terhadap permintaan yang tidak pernah sama, mempercepat proses perhitungan, dapat meningkatkan produktivitas dalam perusahaan, dan meningkatkan kualitas pengambilan keutusan. Hasil dan Pembahasan Berikut merupakan hasil dan pembahasan yang diperoleh melalui keseluruhan tahapan perancangan kotak obat. Pengumpulan Data Work Center Master File Pengumpulan data yang pertama dilakukan adalah mengumpulkan semua informasi dan data-data yang berada work center pada perusahaan. PT X memiliki 1 shift kerja. PT X memiliki 5 buah lintasan, dimana tiap lintasan terdiri dari 3 mesin proses produksi. Proses produksi pada PT X terdiri dari proses pemberian lem besi pada lempenganlempengan besi, proses yang kedua adalah proses pengepresan karet. Pada proses ini plat besi yang telah di lem akan dipres bersama dengan potongan karet glondongan. Proses terakhir dari proses produksi adalah proses pengecatan. PT X memiliki 15 buah mesin. Dimana tiap proses terdiri dari masingmasing 5 mesin. Setiap mesin yang berada pada PT X memiliki efisiensi dan utilisasi masing-masing sebesar 95%. Proses pengeleman memiliki setup time selama 10 menit, proses pengepresan memiliki waktu setup selama 30 menit. Proses pengecatan memiliki waktu setup selama 10 menit. Proses pengeleman plat besi membutuhkan run time selama tiga menit, proses pengeresan memakan run time selama 15 menit, proses pengecatan memakan run time selama 5 menit. Lama waktu kerja yang ditetapkan oleh perusahaan adalah selama 7.5 jam per hari. Tabel berikut menunjukan tabel dari data work center master file. Customer List Setiap perusahaan yang sedang aktif beroprasi apapun bidangnya pasti memiliki daftar nama pelanggan atau customer yang
dimiliki oleh perusahaan. Daftar nama tersebut dikenal dengan nama customer list. Dalam customer list terdapat data-data identitas dari pelanggan atau customer suatu perusahaan. Data-data customer list yang dimili oleh PT X terdiri dari nama perusahaan, alamat kota asal dari pelanggan atau customer, dan nomer telepon yang dapat dihubungi dari pelanggan atau customer. Tabel III.2 menunjukan tabel customer list yang dimiliki oleh PT X Customer Order List Customer order list berupa daftar-daftar produk-produk yang diproduksi oleh perusahaan. PT X menghasilkan sebanyak 16 jenis produk. Produk-produk tersebut merupakan spare part yang digunakan oleh mobil-mobil seperti Honda, Toyota, Daihatsu, Suzuki, dan Timor. Produk-produk tersebut terbagi-bagi menjadi beberapa family produk yaitu engine mounting (EM), transmission mounting (TM), bos sayap, serta support shock breaker. Berikut adalah tabel customer order pada PT X.
Planning Bill Of Material Planning bill of material terdiri dari kolom level, part number, description, unit of measure, dan finish product. Kolom level menenjukan level dari komponen-komponen yang digunakan. Kolom part number menunjukan nomer part dari komponen yang digunakan. Kolom description menunjukan keterangan apakah produk merupakan finished good atau masih berupak komponen. Kolom unit of measure menenjukan satuan setiap komponen yang digunakan. Kolom finish product memberikan informasi berupa berapa banyak produk yang dapat dihasilkan atau berapa komponen yang diperlukan untuk memproduksi suatu finish product. Gambar 1 Planning Bill Of Material
Tabel 1 Customer Order List
NO
Part Number
Jenis Produk
1
H1100
Bos sayap CRV
2
H1200
E/M CRV
3
H1300
T/M CRV
4
H1400
Bos sayap Jazz
5
H1500
E/M Jazz
6
H1600
T/M Jazz
T1100
Bossayap Avanza
8
T1200
E/M AVANZA
9
T1300
Support Yaris
T1400
Bos sayap Inova
11
T1500
E/M Inova
12
T1600
E/M soluna
D1100
BosSayap Xenia
14
D1200
E/M XENIA
15 16
Z1100
E/M Carry
T1100
BosSayap Timor
7
10
13
Routing Files Proses produksi dimulai dari proses pengeleman lem besi pada plat besi. Proses ini dilakukan dengan menggunakan spary gun. Prosesnya lem disemprotkan pada plat besi yang telah tersedia. Proses pengleman memakan waktu selama 3 menit per produk. Stasiun pengeleman terdiri dari 5 line. Setelah proses pengeleman, proses selanjutnya adalah mengepress plat besi tersebut dengan potongan karet glondongan. Sama dengannya proses lem, proses pengepresan juga terdiri dari 5 line dengan masing-masing line memiliki satu jumlah mesin. Mesin yang digunakan dalam proses pengepresan adalah press machine. Proses pengepresan memakan waktu sekitar 15 menit. Tahap akhir dari proses produksi adalah pengecatan, proses ini memakan waktu sekitar 5 menit. Proses ini dilakukan dengan memakai spray gun dengan cara menyemprotkan cat pda produk yang telah selesai di press. Untuk lebih memperjelas
penjelasan diatas, akan diberikan flowchart dari proses routing files. Sistem Sekarang Sistem perencanaan produksi pada PT X saat ini kurang baik. Hal ini terlihat adanya bahan baku yang kurang. Walau hal ini tidak sering terjadi, tetapi tetap akan menyebabkan barang terlambat dikirim kepada pelanggan. Selain itu PT X juga tidak mempunyai perencanaan produksi yang baik. Hal ini karena PT X tidak mengetahui kapan waktu selesainya suatu mesin yang digunakan dalam proses produksi. Hal-hal tersebut mengakibatkan tidak singkronnya janji tanggal pengiriman dengan tanggal pengiriman yang sebenarnya kepada pelanggan. Hal ini membuat beberapa pelanggan mengajukan protes kepada pihak perusahaan. Untuk mengatasi masalah-masalah diatas, dirancanglah suatu sistem perbaikan perencanaan produksi untuk membantu perusahaan mengatasi permasalahan yang dialami oleh perusahaan. Dengan sistem yang lebih baik, proses produksi dimasa yang akan datang menjadi lebih lancar dan para pelanggan tidak akan banyak menyampaikan protes kepada perusahaan. Usulan Perbaikan Setelah melihat sistem perencanaan produksi yang ada pada PT X saat ini, diberikanlah rancangan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh perusahaan. Usulan yang diberikan adalah menetapkan sistem order point untuk mengatasi permasalahan bahan baku. Dalam sistem order point, perusahaan diwajibkan untuk membeli bahan baku atau material jika jumlahnya sudah berada di bawah order point walaupun jumlah material saat ini masih cukup untuk melakukan proses produksi. Selain dari penetapan order point, akan dilakukan juga perhitungan dengan menggunakan bantuan DSS (decision support system) untuk menentukan kapan suatu produk akan selesai diproduksi dan kapan akan mulai dikirimkan kepada pelanggan. Dengan melakukan
perbaikan ini sistem perencanaan produksi pada PT X akan menjadi lebih baik dan lebih lancar. Penentuan Order Point. Penentuan order point yang tepat adalah hal yang penting dalam proses produksi suatu perusahaan. Dengan menentukan order point yang tepat, perusahaan tidak akan mengalami kekurangan bahan baku untuk proses produksi. Karena dengan sitem order point walaupun persediaan bahan baku dibawah order point sedikit saja, perusahaan akan langsung membeli bahan baku untuk produksi. Untuk menentukan order point dibutuhkan data-data seperti nama komponen, nama produk mobil, pemakaian bahan baku per produk, lead time manufacturing. Perhitungan order point hanya dilakukan pada plat besi dan karet karena kedua komponen tersebut mempunyai lead time yang lumayan lama, sedangkan pada komponen lem besi dan cat jika sudah hampir habis bisa langsung membeli pada saat itu juga jadi tidak akan pernah kekurangan. Perhitungan order point didapatkan dari rumus ada persamaan berikut. Tabel 2 Order Point Tabel Order Point Nama Komponen
Plat Besi
Karet
Nama Produk Mobil
Pemakaian bahan baku per produk
Lead Time Manufacturing
Order Point
Honda
100
12
1200
Toyota
100
12
1200
Daihatsu
100
12
1200
Carry
100
10
1000
Timor
100
10
1000
Honda
13
5
65
Toyota
13
5
65
Daihatsu
13
5
65
Carry
13
5
65
Timor
13
5
65
Material Requirement Planning (MRP) Material requirement planning (MRP) dibuat untuk mengetahui kebutuhan material yang akan digunakan dalam melakukan proses produksi. Dengan merancang MRP yang baik,
proses produksi perusahaan akan berjalan dengan lancar. Dengan MRP perusahaan juga dapat mengetahui kapan waktu untuk membeli bahan baku jika jumlah perdiaan bahan baku yang berada pada gudang telah dibawah order point. Berikut akan diberikan contoh MRP pad abos sayap CRV. Lead time dari supplier adalah 12 hari kerja, dengan lot size berjenis fix lot size dengan jumlah 500 piece plat besi. Jika jumlah PORL lebih kecil dari jumlah order point, maka perusahaan akan membeli bahan baku sejumlah lot size dari supplier. Jika jumlah yang dipesan masih kurang, maka perusahaan akan memesan dengan jumlah kelipatan dari lot size tersebut. Bahan baku yang dipesan akan sampai sesaui lead time yang ditentukan. Tabel 3 MRP Plat Besi Bos Sayap CRV Tabel MRP Plat Besi Bos Sayap CRV 1
Bos sayap CRV 0
1
2
3
Customer Order
4
5
6
7
100
SR
500
Allocated
Tabel 5 CRP
100
Available
0
Capacity Requirement Planning (CRP) CRP merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengetahui mesin mana yang available untuk melakukan proses produksi. PT X memiliki 5 line produksi dengan masing-masing line terdapat 3 jenis mesin dimana setiap jenis terdapat 5 mesin. Cara menghitung CRP nya pun termasuk mudah. Berikut adalah cara yang digunakan untuk menghitung CRP pada PT X. Pertama tentukan dahulu transfer batch yang diinginkan. Penentuan transfer batch ini memakai metode trial and error. Dengan menggunakan metode trial and error, maka ditentukan transfer batch untuk proses lem ke proses press adalah 100 buah. Sedangkan dari proses press le prosess lem sebanyak 50 buah. Jika batch di suatu mesin sudah mencapai batch yang ditentukan, sisanya akan diproduksi menggunakan mesin lain yang berada pada line selanjutnya. Berikut adalah pengalokasian proses produksi pada masingmasing mesin yang available.
500
500
400
400
400
400
400
Tabel CRP
500
500
500
500
500
500
500
NAMA PELANGGAN
PROSES
MESIN KE
TRISTAR
LEM
1
TRISTAR
PRESS
1
TRISTAR
CAT
1
TRISTAR
CAT
1
TRISTAR
LEM
2
TRISTAR
PRESS
2
TRISTAR
CAT
2
PORC PORL
Production Order Production order merupakan order pelanggan yang masuk ke perusahaan. Production order ini akan diberikan kepada operator yang berada pada lantai produksi. Production order juga dapat membantu pihak manajemen untuk memutuskan apakah bahan baku yang berada pada gudang mencukupi untuk melakukan proses produksi atau tidak. Berikut adalah potongan dari tabel customer order PT X. Tabel 4 Production Order Tabel Production Order 1
Bos sayap CRV 0 Custo mer Order
1
2
3 1 0 0
4
2
5
6
7
8
9
1 0
1 1 1 5 0
1 2
1 3
1 4
Decision Support System Untuk memperbaiki sistem proses produksi pada PT X, digunakanlah alat bantu decision support system atau biasa dikenal dengan nama DSS. Sebelum memulai perancangan DSS pertama dibuat dulu sebah flow chart dari proses produksi yang akan dirancang. Flow chart dibuat agar DSS yang dibuat menjadi terstruktur dengan baik dan tujuan yang diinginkan tercapai. Berikut adalah flowchart dari proses proses produksi yang dibuat.
perusahaan. Database yang dirancang terdiri dari work center master file, customer list, customer order, jumlah produksi per hari, BOM (Bill Of Material), Routing Files. Database ini murni berisi data-data yang akan digunakan dalam melakukan tahap proses dalam DSS (decision support system). Seperti yang telah disebutkan diatas, DSS (decision support system) juga terdiri dari model base. Dalam model base akan dilakukan perhitungan dari production order, MRP (material requirement planning), orderpoint dan transfer batch yang digunakan. Dalam tahap proses DSS (decision support system) yang dirancang terdiri dari MRP dan transfer batch. MRP ini nantinya akan berhungungan dengan production order serta perencanaan pembelian bahan baku. Output dari DSS (decision support system) yang dihasilkan adalah jadwal pemesanan material, jadwal produk selesai diproduksi, dan production order yang akan diberikan kepada lini produksi. Dalam DSS (decision support system) juga terdapat user interface. User interface ini digunakan agar operator dapat melihat hasilnya dan dapat melakukan analisis serta menentukan langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya. Operator selanjutnya adapat memberikan feedback kepada sistem atau dapat juga merubah input baik itu berupa jumlah pesanan, jenis pesanan, dan juga harihari kerja yang ada pada shop calendar. Gambar 2 Model DSS
PROSES
OUTPUT
MRP
Jadwal Penyelesaian Produk
INPUT Shop Calendar Customer Order Customer List
Work Center Master File Customer List Customer Order Jumlah Produksi per hari BOM,Routing File,Order Point
Feedback
MODEL BASE
Order Point MRP CRP Production Order Transfer Batch
DATA BASE
Dalam flow chart ditunjukan analogi dari DSS yang dibuat, pertama pesanan yang masuk ke perusahaan. Setelah menerima jumlah pesanan, pihak perusahaan akan mengecek bagian shop floor. Pada shop floor akan dilihat status inventori yang ada di gudang. Jika jumlah inventori di gudang cukup, maka perusahaan akan langsung memulai proses produksi, sedangkan kalau jumlah inventori di gudang tidak cukup maka perusahaan akan memesan barang baku ke supplier dan setelah bahan baku datang dan jumlahnya cukup maka akan dilanjutkan ke proses produksi. Selain itu pada shop floor juga akan melihat beban kerja pada shop floor apakah mesin yang tersedia saat ini available atau tidak untuk melakukan proses produksi. Jika msein available maka proses produksi akan dimulai. Jika tidak maka perusahaan menunggu mesin mana yang available baru proses produksi dimulai. Setelah proses produksi selesai akan didapatkan penentuan penyelesaian suatu produk tahap selanjutnya produk yang telah selesai akan dikirim kepada pelanggan. Dalam proses pembuatan DSS (decision support system) terdapat input, database, model base, process, output, dan user interface. DSS (decision support system) yang dirancang memiliki tiga buah input yaitu shop calendar, customer list, serta customer order. Shop calendar yang dibuat sama dengan kalender biasa dimana memuat kapan hari libur dan kapan hari kerja. Customer list adalah daftar nama dari para pelanggan PT X. Sedangkan customer order berisis produkproduk yang dijual oleh perusahaan. Pengisian input relative sangat mudah operator hanya perlu menuliskan nama-nama dari pelanggan yang melakukan pemesanan. Setelah itu nama yang telah diinput tadi akan otomatis terinut juga dalam input customer order. Dalam input customer order, operator selanjutnya memilih jenis produk yang dibeli pelanggan, jumlah pesannya, serta tanggal dan jam pesan dari pelanggan. Setelah pengisian input tersebut, otomatis nama pelanggan akan masuk ke database
Production Order
Transfer Batch
User
Jadwal Pemesanan Material
Feedback
User Interface
Input Decision Support System Input yang dibuat terdiri dari tiga yaitu shop calendar, customer list, customer order. DSS yang dibuat dibentuk dalam bentuk tabel. Pengisian input nya mudah, operator hanya tinggal megisinya seperti mengisi pada excel pada umumnya. Shop calendar digunakan oleh operator untuk menentukan hari dan tanggal pengiriman produk kepada pelanggan. Jika tanggal kirim jatuh pada hari libur, maka operator dapat menambahkan waktu pengiriman dari produk yang telah selesai tersebut. Selain itu, shop calendar juga dapat digunakan untuk menentukan kapan proses produksi bisa dimulai setelah melihat inventori. Untuk pengisiannya operator hanya perlu memasukan input nama pelanggan ke tabel customer list. Setelah selesai operator memeilih option SUBMIT. Setelah mengisi tabel customer list, operator akan mengisi input pada customer order. Cara pengisiannya sama dengan cara pengisian pada input customer list. Berikut adalah cara pengisian dari customer order. Tabel 6 Input Customer List NAMA PELANGGAN
TRISTAR
ALAMAT
JAKARTA
NO TLP
(021)657893
Tabel 7 Input Customer List NAMA PELANGGAN TRISTAR JUMLAH PESANAN 150 JENIS ORDER E/M JAZZ TANGGAL & JAM 1/9/2017 PESAN 8:00
penyelesaian produk jadi. Berikut dijelaskan output-output dari DSS yang dirancang. 1. Perencanaan pembelian bahan baku. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh bagian MRP, dapat terlihat jumlah order merupakan input yang berasal dari kolom input customer order. Order yang masuk pada MRP akan dihitung untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki cukup bahan baku atau tidak. Jika bahan baku yang dimiliki cukup, maka perusahaan dapat melanjutkan proses produksi. Tetapi jika bahan baku yang dimiliki oleh perusahaan tidak cukup, maka perusahaan harus membeli bahan baku yang dibutuhkan. Dalam tabel berikut terlihat bahwa order masuk tanggal 9, order masih dapat diproduksi karena bahan baku masih mencukupi. Tetapi jika dilihat dari periode awal jumlah inventori sudah dibawah order point, oleh karena itu perusahaan harus memesan jumlah bahan baku sejumlah lot size yang ditentukan oleh supplier. Karena lot size yang digunakan adalah FLS, maka jika jumlah pesan tidak mencukup inventori maka harus memesan dengan jumlah kelipatannya. 2. Production Order Output selanjutnya adalah production order, input yang masuk ke kolom production order adalah input yang diisi oleh operator pada tabel customer order. Hasil dari production order ini akan diberikan oleh manajemen ke pihak operator di lantai produksi. Berikut adalah tabel dari production order. 3. Jadwal Penyelesaian Produk Output ketiga adalah jadwal penyelesaian produk. Output ini memungkinkan perusahaan untuk memberikan janji kepada pelanggan kapan akan mulai mengirim produk. Dengan begitu tidak akan ada lagi produk yang terlambat dikirim kepada pelanggan. Analisis
User Interface Output pada Decision Support System Dalam DSS yang dirancang terdapat tiga buah output yaitu production order, perencanaan pembelian bahan baku, jadwal
Order point adalah batas aman jumlah bahan baku yang bisa disimpan oleh perusahaan. Jika jumlah bahan baku sudah dibawah order point, perusahaan harus membeli bahan baku lagi untuk memenuhi kekurangannya. Sistem order point ini mewajibkan perusahaan untuk membeli bahan baku
walaupun jumlah bahan baku dibawah order point sedikit dan masih dapat melakukan proses produksi. Selain menerapkan sistem order point, perusahaan juga dapat menentukan berapa lama suatu produk akan selesai diproduksi dan dapat dikirim kepada pelanggan. Dengan adanya jadwal yang pasti seperti ini, perusahaan dapat memberikan deadline kepada operator untuk menyelesaikan produk. Sehingga operator dapat mengetahi dengan jelas kapan suatu produk harus selesai diproduksi. Decision support system adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk membantu pihak manajerial untuk menentukan suatu keputusan. Walaupun begitu, DSS bukan digunakan untuk mengganti posisi manajer dalam mengambil keputusan. Dengan bantuan DSS (decision support system), seorang manajer dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memesan bahan baku. Selain itu dengan bantuan DSS (decision support system) seorang manajer juga dapat memutuskan apakah proses produksi dapat dimulai apa tidak.
Kesimpulan Setelah melakukan penelitian pada PT X, didapatkan beberapa kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan tersebut antara lain: 1. Pada sistem awal yang terdapat pada PT X, telihat bahwa manajemen pengaturan proses produksi masih belum baik. 2. Setelah dilakukan perbaikan pada sistem manajemen perencanaan produksi dengan cara menentukan order point. Dengan memakai sistem order point, perusahaan tidak akan mengalami kekurangan bahan baku. Dalam sistem perencanaan produksi yang baru dibuat MRP, CRP, dan juga penentuan transfer batch. 3. DSS yang dibuat membantu perusahaan dalam melakukan proses produksinya. Saran Selain kesimpulan diberikan juga saran bagi perusahaan. Saran yang diberikan anta lain: 1. Perusahaan menggunakan usulan perbaikan yang sudah diberikan. Karena usulan ini dapat mengatasi permasalahan pada perusahaan seperti mengatasi kekurangan bahan baku dan permasalahan tentang waktu
kapan suatu produk selesai diproduksi dan mulai dikirim kepada pelanggan. 2. Dalam penelitian selanjutnya dapat memperhitungkan faktor-faktor biaya. Daftar Pustaka Arnold, J.R. Tony., Stephen N. Chapman., and Lloyd M. Clive. 2012. Introduction to Materials Management. Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall. Bedworth, David D dan J. E. Bailey (1987). Integrated Production Control System. Singapore: John Wiley and Sons Inc. Fogarty, Donald. W., John H. Blackstone, JR., and Thomas R. Hoffman. 1991. Production & Inventory Management. Cincinati: SouthWestern Publishing Co. Turban, Efraim., dan Jay E. Anderson. 2001. Decision Support System and Intelligent System. 7th ed. New Jersey: Prentice Hall International. Wallace, Thomas, ed. 1987. APICS Dictionary. 6th ed. Falls Church, VA: American Production and Inventory Control Society.