PERANCANGAN ALAT BANTU PADA PROSES PERAKITAN KOMPONEN ADAPTOR DENGAN RUBBER PRODUK SELANG INFUS
Anak Agung Arya Virganatha., Sritomo Wignjosoebroto Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email :
[email protected] ABSTRAK PT Otsuka Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan, salah satu produk yang dihasilkan ialah selang infus Dalam melakukan pengamatan, parameter yang digunakan adalah waktu standar, konsumsi energi dan keluhan NBM. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa untuk perakitan Iv needle dengan Adaptor memiliki waktu standar 2,68 detik, konsumsi energi 4,166 kcal/menit dan keluhan NBM sebesar 58,2. Sementara untuk perakitan Iv needle+Adaptor dengan rubber memiliki waktu standar 3,42 detik, konsumsi energi 5,32 kcal/menit dan keluhan NBM sebesar 66 dan untuk perakitan clamp dengan roller memiliki waktu standar 3,08 detik, konsumsi energi 4,4 kcal/menit dan keluhan NBM sebesar 62,4. maka disimpulkan perakitan antara Iv needle+Adaptor dengan rubber dan Clamp+roller memiliki kondisi kerja yang tidak ergonomis. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka dibutuhkan sebuah perancangan metode kerja termasuk perancangan alat bantu untuk mendukung proses perakitan. Setelah dilakukan analisa terhadap hasil penelitian kondisi kerja setelah perbaikan, terbukti bahwa kondisi kerja saat ini lebih ergonomis, dan perancangan metode kerja dan perancangan alat bantu tersebut terbukti mampu menekan waktu standar menjadi 3,19 detik, konsumsi energi menjadi 5,07 dan keluhan NBM menjadi 60,4. Kata Kunci : ergonomi, perancangan metode kerja, perancangan alat bantu.. ABSTRACT PT. Otsuka indonesia is a company which moving in health area, one of product is infuse set In this research, standard time, energy consumtion, and complain of NBM were used as paramater. From the result of this research, known that the standard time of assembly Iv Needle with Adaptor is 2,68 second, the energy consumtion is 4,16 kcal/minutes, and the complain of NBM is 58,2. In assembly Iv Needle+Adaptor with rubber process, the standard time is 3,42 second, energy consumtion is 5,32 kcal/minutes and the complain of NBM is 66 and for assembly Clamp with Roller the standard time is 3,08 second, the energy consumtion is 4,4 kcal/minutes, and the complain of NBM is 62,4. As the conclution, the working condition of assembly process between IV Needle+Adaptor with rubber and assembly process between Clamp with roller is not ergonomic. To overcome those troubles, job design method including supporting tools to support assembly process. The company put more focus only in assembly process between After analyze the result after of this research, it is proved that working condition is more ergonomic at this present, and it is also prove that job design method and supporting tools design are able to reduce standard time until 3,19 second, energy consumtion until 5,07 and the complain of NBM until 60,4. Keywords: ergonomy, job design method, supporting tools design
1. PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan akan diuraikan mengenai beberapa hal yaitu latar belakang penelitian Tugas Akhir, permasalahan dan tujuan serta manfaat dari penelitian Tugas Akhir ini. 1.1 Latar Belakang PT Otsuka Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan, salah satu produk yang dihasilkan ialah selang infus, selang infus berfungsi sebagai penyalur cairan dari botol kedalam tubuh, selang infus terdiri dari beberapa komponen yang setiap komponennya diproduksi terlebih dahulu kemudian akan dirakit secara bertahap., dalam proses perakitan, perakitan antara Clamp dengan Roller dan perakitan Iv needle dengan Adaptor dengan Rubber merupakan proses yang sangat menentukan, namun dalam pelaksanaannya para pekerja masih sering mengalami kesulitan sehingga proses tersebut merupakan hal yang cukup penting untuk diatasi. Kesulitan proses perakitan disebabkan karena proses tersebut masih dilakukan secara manual, proses perakitan Clamp dengan Roller ( Regulator ) dan perakitan Iv needle + Adaptor dengan Rubber ( Rubbering ) dilakukan melalui 3 langkah yaitu : 1. Mengambil kompenen 2. Merakit komponen 3. Meletakkan komponen Masalah akan muncul karena dalam proses perakitan tersebut adalah terkelupasnya jari-jari operator, hal ini disebabkan sulitnya proses perakitan tersebut ( khususnya proses rubbering ) karena komponen rubber diambil dari wadah yang berisi cairan alkohol 90% terlebih dahulu baru kemudian dirakit dengan Iv needle + adaptor. Masalah serius lainnya yang akan timbul pada proses ini adalah menurunnya produktivitas karena jari-jari yang cidera sehingga dalam proses perakitan operator merakit dengan penuh kehati-hatian dan kekhawatiran. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka dibutuhkan sebuah alat bantu untuk mendukung proses proses perakitan Iv
needle + Adaptor dengan Rubber ( rubbering ). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pendekatan ergonomi dengan memperhatikan kaitan antara pekerja dengan lingkungan kerjanya (alat / bahan yang dihadapi, metode kerja, kemampuan fisik dan psikologis, dll.). Sedangkan dalam proses perancangan alat bantu tersebut, akan digunakan pendekatan data keluahan yang berfungsi untuk mengetahui kebutuhan konsumen ( operator / pekerja ) yang nantinya akan digunakan untuk merancang sebuah respon teknis yang mampu diimplementasikan dalam pembuatan alat bantu proses perakitan komponen selang infus
Gambar 1. Kondisi dan Posisi Kerja Proses perakitan komponen Dengan adanya alat bantu perakiran yang dirancang secara khusus; maka posisi perakitan akan dirubah yaitu dari posisi tangan kanan memegang rubber dan tangan kiri memegang Adaptor dirubah menjadi tangan kanan memegang adaptor dan tangan kiri memegang rubber. Evaluasi dan pertimbangan ergonomis dalam perancangan alat bantu ini ditunjukkan melalui aplikasi data antropometri yang relevan untuk perancangan alat bantu yang diperlukan operator didalam proses perakitan. Sedangkan untuk melihat azas manfaat yang mampu dicapai dari hasil rancangan dan modifikasi tata cara kerja bisa dilihat dari tolok ukur waktu ataupun output (standar) yang dicapai, dan juga energi kerja fisik (energy costs of work) yang dikonsumsikan selama melakukan aktivitas (Tayyari, 1982; Wignjosoebroto, 2003).
1.2 Perumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah : “Merancang alat kerja pada bagian perakitan selang infus untuk dapat meningkatkan produktivitas, keamanan, kesehatan, serta kenyamanan kerja” 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian tugas akhir ini antara lain adalah : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor ergonomi yang mempengaruhi proses perakitan dan produksi selang infus di PT OTSUKA INDONESIA 2. Mengidentifikasi kebutuhan para pekerja dalam kaitannya dengan perancangan alat pembantu guna mempermudah proses perakitan. 3. Merancang alat pembantu ( Assembly Tool ) yang memenuhi prinsip ergonomi serta sebagai wahana peningkatan produktivitas yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 1.4 Batasan
Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan di ruang praassembly pada bagian Medical Equipment I PT Otsuka Indonesia, Lawang 2. Jenis perakitan yang dijadikan objek penelitian adalah Perakitan antara IV Needle dengan Adaptor, Perakitan antara IV Needle + Adaptor dengan Rubber dan Perakitan Clamp dengan Roller untuk produk selang infus tipe OI-24. 1.5 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Selama penelitian, pekerja dianggap bekerja secara normal atau tidak mengalami perubahan dari keadaan sebelumnya 2. Selama penelitian, proses perakitan antara IV Needle dengan Adaptor,
proses perakitan antara IV Needle + Adaptor dengan Rubber dan Perakitan Clamp dengan Roller produk selang infus tipe OI-24 dilakukan dengan metode yang sama 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat mempermudah proses perakitan dan proses produksi sehingga pekerja tidak mengalami kelelahan. 2. Dapat mengurangi resiko cidera dan meminimalisasi kecelakaan kerja selama proses perakitan. 3. Dapat meminimalisasi waktu, jumlah pekerja dan biaya selama proses produksi selang infus 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi dapat dimaksudkan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan disain 2.2 Antropometri Istilah Anthropometri berasal dari kata Anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Anthropometri dapat dinyatakan sebagai pengukuran dimensi fisik tubuh atau fungsi-fungsi dari tubuh, termasuk didalamnya dimensi linier, berat tubuh, range dari gerakan dan lain sebagainya. Pengukuran-pengukuran ini perlu dilakukan karena pada dasarnya manusia memiliki bentuk, ukuran, dan berat yang berbeda satu dengan lainnya. Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam mengkaji interaksi manusia dengan sekitarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anthropometri akan menentukan bentuk, ukuran dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang mengoperasikan atau menggunakan
produk tersebut. Dalam pelaksanaannya, perancangan produk harus mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar pangguna hasil rancangan. Rancangan produk yang dapat diatur secara fleksible jelas memberikan kemungkinan lebih besar bahwa produk tersebut akan mampu dioperasikan oleh setiap orang meskipun ukuran tubuh mereka berbeda-beda. Kemampuan menyesuaikan atau adjustability suatu produk merupakan satu persyaratan yang sangat penting dalam proses perancangan terutama untuk produk-produk yang berorientasi pasar. 2.3 Nordic Body Map (NBM) Melalui NBM dapat diketahui bagian – bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh (NBM) maka dapat diestimai jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Bagian otot yang dimaksud disini adalah bagianbagian tubuh mulai dari leher sampai ke kaki. Bagian ini dibagi menjadi 27 bagian yang dapat mewakili keluhankeluhan pada otot.
tekanan darah, jumlah oksigen yang digunakan, peredaran darah dalam paruparu, temperatur tubuh serta banyaknya keringat yang dikeluarkan. 2.5 Stop Watch Time Study Pengukuran waktu kerja pertama kali diperkenalkan oleh Frederick W Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metode ini tertutama baik sekali diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulangulang (repetitive). Dari hasil pengukuran ini maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan pekerjaan, yang maan waktu ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melakukan pekerjaan yang sama.
2.4 Pengukuran Konsumsi Oksigen Konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung yang berbeda-beda. Meningkatnya denyut jantung dipengaruhi beberapa faktor antara lain naiknya temperatur sekitar, adanya pembebanan otot statis yang tinggi dan semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja.
3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan pengamatan, pengukuran dan pencatatan secara langsung terhadap obyek-obyek yang dibutuhkan dalam penelitian ini, diantaranya data antropometri pekerja,data denyut jantung pekerja dan data keluhan pekerja. Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari tubuh, meliputi dimensi linier, berat, isi, ukuran, kecepatan, kekuatan dan aspek lain dari gerakan tubuh.Data denyut jantung disini digunakan agar dapat mengetahui konsumsi oksigen yang dikeluarkan pekerja serta kuisioner Nordic Body Map digunakan untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dialami pekerja, kemudian dilakukan pengukuran apakah proses tersebut layak untuk dipertahankan atau tidak.
Kecepatan denyut jantung serta pernafasan dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan tenaga yang akan dikeluarkan manusia dalam melakukan aktivitas kerja. Usaha untuk menentukan seberapa besar tenaga yang dikeluarkan secara tepat agak sulit, karena perubahan kondisi fisik dari keadaan normal menjadi keadaan yang aktif akan melibatkan beberapa fungsi tubuh yang lain, misalkan seperti
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini diawali dengan identifikasi permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan, pengolahan, pengujian dan analisa data yang relevan dengan kondisi lapangan yang ada. Data diperoleh melalui studi lapangan studi lapangan dengan cara pengamatan langsung dan sekaligus mencoba melakukan wawancara dengan operator maupun supervisor yang
terlibat dalam aktivitas kerja yang diteliti. Selanjutnya mengembangkan konsep rancangan fasilitas kerja yang bisa dipergunakan untuk membantu memperbaiki sikap/posisi kerja operator pada saat melakukan aktivitas perakitan komponen Adaptor dengan Rubber. Pertimbangan aspek ergonomi didalam rancangan (design) fasilitas kerja bantu akan merubah sikap/posisi kerja operator. Sebagai acuan untuk penetapan dimensi ukuran rancangan fasilitas kerja bantu digunakan data antropometri yang relevan dengan operator. Rancangan kemudian direalisasikan dengan langkah pembuatan “prototipe”; sedangkan pengujian seberapa signifikan kinerja rancangan diperoleh dengan menggunakan tolok ukur kelayakan ergonomis (waktu/output standard, penggunaan enersi kerja fisik dan keluhan subyektif). 4. PENGUMPULAN PENGOLAHAN DATA
DAN
Pengumpulan dan pengolahan data diuraikan secara bertahap pada bagian ini. 4.1 Pengumpulan Data PT. Otsuka Indonesia memiliki beragam produk yang dihasilkan. Pada penelitian ini, proses yang diamati adalah proses pembuatan produk OI-24. proses produk ini dipilih karena produk inilah yang memiliki porsi produksi terbesar dibandingkan dengan produkproduk PT. Otsuka Indonesia yang lain. Proses produksi untuk komponen-komponen produk OI-24 ada yang dilakukan secara seri tetapi adapula yang dilakukan secara pararel. Material diambil dari gudang dan dari pabrik PVC untuk mengalami proses produksi tahap pertama. stasiun kerja pertama pada proses pembuatan infusion set OI-24 adalah moulding. Proses produksi untuk komponenkomponen tersebut dilakukan secara pararel dengan sistem produksi batch. Moulding terdiri atas 2 tempat yaitu moulding 1 terletak di Medical
Equipment 1 (ME 1) sedangkan Moulding 2 terletak di Medical Equipment 2 (ME 2) yang terletak pisah gedung dari ME 1. Setiap komponen dilakukan proses produksi pada mesin yang berbeda. Moulding 1 Pada moulding 1 terjadi pencetakan komponen Roller, Drip Chamber, Conection Tube dan Joint A. Moulding 2 Pada moulding 2 terjadi proses produksi pembuatan komponen cover, bottle needle dan joint B.. Pra Assembly Proses pra assembly dilakukan secara manual oleh operator. Proses ini biasa dilakukan 3-4 hari sebelum jadwal. Pada proses ini dilakukan perakitan antara IV needle & adaptor, adaptor & rubber, dan roller & clamp. Hasil output dari proses ini dikirim ke divisi selanjutnya yaitu divisi assembly. Assembly Proses perakitan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu perakitan dengan menggunakan mesin secara otomatis dan perakitan yang dilakukan secara manual oleh operator. Assembly dengan menggunakan mesin otomatis dilakukan untuk merakit tiga komponen yaitu needle cover, drip chamber dan bottle needle. Proses ini berlangsung sangat cepat, secara otomatis sedangkan operator berperan sebagai inspector untuk memeriksa produk hasilnya. Hasil dari rakitan ini dikirim ke bagian perakitan secara manual. Proses perakitan manual dilakukan secara manual oleh beberapa operator dimana mesin yang digunakan yaitu mesin hangar, yang berfungsi sebagai tempat menggantung bahan rakitan yang berjalan secara seperti conveyor. proses perakitan pertama dilakukan untuk komponen conection tube dengan joint B. setelah itu dirakit dengan drip chamber (hasil dari assembly otomatis). Perakitan selanjutnya dilakukan dengan rubber (yang telah dirakit dengan adaptor pada pra assembly). Perakitan dilanjutkan dengan menambahkan
regulator (clamp & roller). Setelah perakitan selesai seluruhnya, hasil rakitan dikirim ke divisi coiling. Coiling Proses coiling adalah proses penggulungan infusion set dan memasukkannya ke dalam packing plastic yang telah tersedia. Proses ini dilakukan secara manual oleh operator, dimana mesin yang digunakan adalah hangar yang berfungsi untuk menggantung infusion set dan berfungsi juga sebagai conveyor. Proses coiling dilakukan untuk menghindari tube patah dan untuk memudahkan pengemasan pada HDPE Bag. Hasil akhir dari proses coiling adalah infusion set yang sudah berada didalam packing plastic dengan posisi gulungan yang sama antara infusion set yang satu dengan yang lainnya. Inspection Setelah proses coiling selesai dilanjutkan proses pemeriksaan yang dilakukan secara manual oleh operator dengan menggunakan bantuan lampu untuk dilakukan pemeriksaan secara visual. proses ini dilakukan untuk meneliti kelengkapan part yang diassembling dan kebersihan produk, bila memenuhi kriteria dapat dilanjutkan ke proses selanjutnya. Reject yang terjadi biasanya adalah adanya kotoran debu, kotoran rambut, packing robek dan reject kecil lainnya. Sterilization Setelah proses pemeriksaan selesai dilakukan, infusion set dimasukkan ke dalam kotak steril. proses ini menggunakan larutan EOG 20% selama 8 jam. Kapasitas maksimum mesin untuk proses sterilisasi ini adalah 21000 Pc. Proses sterilisasi diawali dengan memasukkan infusion set ke dalam ruangan preheting, dimana proses preheating ini dilakukan selama rata-rata 5-6 jam. Setelah itu dimasukkan ke dalam mesin strerilisasi. Proses sterilisasi ini berlangsung ± 8 jam, Hasil proses sterilisasi ini dimasukkan langsung ke ruang sealing.
Sealing Proses sealing dilakukan oleh operator dengan bantuan 2 mesin sealing merek Duboy. Proses ini dilakukan untuk menutup HDPE Bag agar terjaga sterilitas-nya dan tidak terkontaminasi. Proses sealing dilakukan dalam ruangan khusus yang tingkat sterilnya lebih tinggi dibanding ruangan produksi lainnya. Final Inspection Inspeksi akhir ini dilakukan secara manual oleh operator. Inspeksi yang dilakukan adalah inspeksi visual dan juga inspeksi berat infusion set, oleh karena itu digunakan alat bantu timbangan untuk melakukan inspeksi. Setelah dilakukan inspeksi, infusion set dimasukkan ke dalam kardus kecil, dimana tiap kardus kecil berisi 50 buah infusion set. Hasil packing inner ini dikirim ke bagian packing yang berjarak sekitar 1 meter disebelahnya. Packing Proses packing ini merupakan proses produksi dari infusion set tipe OI24. proses packing adalah proses memasukkan kardus kecil (inner packing) yang sudah diisi dengan infusion set kedalam kardus besar (outer packing), dimana setiap setiap kardus besar berisi 8 kardus kecil. Setelah itu kardus ditutup (di-packing) dengan menggunakan lakban, dan hasilnya ditumpuk sementara di tempat penyimpanan sementara ini sebelum akhirnya dikirim ke gudang barang jadi. 4.2 Proses kerja departemen praassembly 1. Proses perakitan antara komponen IV Needle dengan komponen Adaptor Dalam perakitan ini pekerja merakit secara manual dimana tangan kiri berfungsi mengambil komponen IV Needle kemudian tangan kanan berfungsi mengambil komponen Adaptor, kemudian komponen Adaptor diposisikan menuju komponen IV Needle dan kemudian ditekan sehingga terakit
Gambar 2 Komponen IV Needle dengan Adaptor
2. Proses perakitan antara komponen IV Needle + komponen Adaptor dengan rubber Dalam perakitan ini pekerja merakit secara manual dimana tangan kiri berfungsi mengambil komponen IV Needle + Adaptor kemudian tangan kanan berfungsi mengambil komponen rubber, komponen rubber diambil dari wadah yang berisi cairan alkohol kemudian komponen rubber diposisikan menuju komponen IV Needle + Adaptor dan kemudian ditekan dan diputar sehingga lubang yang ada pada rubber masuk kedalam Adaptor hingga sesuai ketentuan yang ditetapkan perusahaan.
Gambar 3 Komponen IV Needle+Adaptor dengan rubber
3. Proses perakitan antara komponen Clamp dengan komponen Roller Dalam perakitan ini pekerja merakit secara manual dimana tangan kanan berfungsi mengambil komponen Roller kemudian tangan kiri berfungsi mengambil komponen Clamp, kemudian komponen Roller ditekan kelubang komponen Clamp hingga masuk.
Gambar 4 Komponen Clamp dengan roller
4.3 Data Waktu Kerja Untuk menghitung waktu operasi, dilakukan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Metode yang digunakan adalah pengukuran waktu secara langsung, dimana pengukuran waktu operasi dilakukan pada setiap proses perakitan dalam departemen pra-assembly. Dari pengamatan tersebut maka kita akan mendapatkan rata-rata waktu kerja aktual, total waktu dan jumlah waktu Idle/Allowance. Berikut ini adalah rekap data hasil pengamatan. Jenis Perakitan
Waktu
Adaptor+Iv Iv+Rubber Clamp+roller
PR
WN
All
WS
OS
2,59
102%
2,63
0,42
2,86
1260
3,10
102%
3,15
0,42
3,42
1053
2,83
102%
2,85
0,42
3,08
1168
4.4 Data Antropometri Tubuh Data ini akan digunakan sebagai pertimbangan di dalam perancangan alat bantu maupun metode kerja, Adapun data yang diambil berasal dari pengukuran langsung ke dimensi tubuh pekerja pada bagian pra-assembly khususnya pekerja tetap. Ukuran-ukuran yang akan digunakan dalam perencanaan produk pembantu adalah Dimensi tinggi badan saat duduk D6+ tinggi tubuh dalam posisi duduk diukur dari lantai sampai dengan paha D14, tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) D9, panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut D11 lebar dari bahu D15, tinggi lutut D13, panjang siku dari siku sampai ujung jari dalam posisi siku tegak lurus D19, jarak jangkauan tangan terjulur diukur dari bahu sampai ujung jari tangan D26. 4.5 Data denyut nadi dan konsumsi oksigen
Pengumpulan data denyut jantung ini dilakukan terhadap 5 orang pekerja seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Denyut jantung diukur dengan alat pengukur denyut jantung yang biasa disebut pulse meter, Pengukuran ini dilakukan kepada masing-masing pekerja sebelum dan sesudah mengerjakan produk diukur mulai pekerja melakukan pekerjaan pertama sampai dengan 30 menit setelah pekerja melakukan pekerjaan, Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Jenis Perakitan IV+Adaptor Adaptor+Rubber Clamp+Roller
Dept. PraAssembly PraAssembly PraAssembly
konsumsi oksigen
konsumsi energi
(liter/menit)
(kcal/menit)
0,868
4,166
1,108
5,318
0,924
4,435
4.6 Data Nordic Body Map Data Nordic Body Map (NBM) digunakan untuk mengetahui keluhankeluhan yang dirasakan oleh pekerja, Dengan menggunakan NBM ini, dapat diketahui bagian-bagian tubuh mana dari pekerja yang mengalami rasa sakit. Data NBM diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner kepada pekerja ( kuisioner dibagikan kepada lima orang pekerja ), Penyebaran ini dilakukan pada waktu jam istirahat setelah mengerjakan produk, Data lengkap dapat dilihat pada lampiran, Berikut ini adalah rekap dari kuisioner NBM:
4.7 Analisa Kondisi Existing Dengan mengacu pada standar konsumsi enersi untuk pekerjaan yang kualifikasi berat berkisar 5,2 kcal/menit (Christensen, 1964; Tayyari, 1985; dan Wignjosoebroto, 2000); maka dapat ditarik kesimpulan kalau kondisi kerja awal tersebut kurang ergonomis. Dalam hal ini konsumsi enersi dirasakan terlalu besar (kualifikasi kerja manual berat) dan melelahkan. Kondisi ini bisa menyebabkan rendahnya produktivitas kerja, selain juga menyebabkan tingginya keluhan subyektif rasa sakit di 27 titik anggota tubuh yang terdeteksi melalui kuisioner yang mengaplikasikan Nordic Body Map (NBM). Melalui NBM dapat diketahui kemudian bagianbagian anggota tubuh (otot) yang mengalami rasa sakit dengan tingkat keluhan mulai dari tidak nyaman sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisa NBM, maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Bagian otot skeletal yang dimaksud disini adalah bagian-bagian tubuh mulai dari leher sampai ke kaki yang terbagi menjadi 27 titik/bagian. Dari analisa awal aktivitas penyetelan maupun pengelasan tersebut tergolong kerja berat, karena selama melakukan aktivitas operator harus bekerja dengan cara menahan, memposisikan dan menekan material dengan secara manual yang kesemuanya memerlukan tenaga maupun enersi fisik besar. Untuk mengatasi hal tersebut, solusi alternatif diberikan dengan cara mengembangkan rancangan alat bantu (fixture) yang berfungsi mengeliminasi ataupun mengurangi beban kerja fisik operator selama melakukan aktivitas perakitan
komponen Adaptor dengan rubber. Rancangan alat bantu akan mengeliminir elemen-elemen kerja tidak produktif yang dalam proses perakitan bisa dijumpai dalam elemen kerja menekan disertai memutar komponen rubber 4.8 Perancangan Dari hasil analisa kondisi sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa proses perakitan yang lebih memerlukan perbaikan adalah proses perakitan antara IV Needle+Adaptor dengan rubber. Melihat permasalahan yang terjadi, maka proses perakitan ini memerlukan perubahan metode kerja, dari yang sebelumnya menjadi lebih baik secara ergonomis. Perusahaan mempunyai batasan-batasan dalam perbaikan. Untuk itu diperlukan brainstorming dengan pihak perusahaan. Setelah berdiskusi, dan melihat analisa kondisi sebelumnya, maka diambil keputusan bahwa perubahan metode kerja yang direncanakan adalah perancangan alat bantu (jig) dan perubahan kondisi kerja. Perbaikan ini dimaksudkan agar proses perakitan tersebut dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Untuk melakukan perancangan dan perubahan metode, maka harus memperhatikan faktor teknis perakitan antara IV Needle+Adaptor dengan rubber dan juga berdasar pada prinsip-prinsip ergonomi dengan melihat analisa-analisa pada bab sebelumnya dan juga melihat data-data anthropometri. Setelah menganalisa dari berbagai sisi, maka dibuatlah desain akhir dari alat bantu untuk proses perakitan IV Needle dengan Adaptor. Berikut ini adalah hasil rancangannya. 2
1 3
4
5
gambar 5 alat bantu untuk proses perakitan IV Needle+Adaptor dengan Rubber
Keterangan: 1. Tempat untuk meletakkan komponen Rubber (70,8 cm ; memenuhi tinggi minimum) dengan lebar maksimum wadah 50 cm 2. Pembuka Rubber untuk membuka lubang pada Rubber (80,8 cm ; memenuhi tinggi minimum pada saat duduk ditambah ukuran pembuka rubber ) 3. Tempat untuk meletakkan komponen IV Needle+Adaptor (70,8 cm ; memenuhi tinggi minimum) dengan lebar maksimum wadah 50 cm 4. kaki penyangga (70,8 cm ; memenuhi tinggi minimum pada saat duduk) 5. penekan untuk menekan pembuka rubber Setelah merancang alat bantu, maka perlu diadakan perancangan metode kerja yang baru yang sesuai dengan alat bantu. Hal ini dimaksudkan agar operator memahami tata cara perakitan IV Needle+Adaptor dengan Rubber . Untuk itu maka operasi kerja dimodifikasi, dan pekerja diberi pengarahan tentang kerja yang ergonomis, meliputi posisi kerja dan kesehatan serta keselamatan kerja. Adapun operasi kerja yang baru adalah: a) Pengambilan komponen Dalam hal ini komponen Rubber diambil dari wadah yang telah di beri cairan alkohol dengan menggunakan tangan kiri kemudian komponen IV Needle+Adaptor diambil dengan wadah kanan dengan menggunakan tangan kanan b) Assembly Yang dilakukan disini adalah assembly komponen IV Needle+Adaptor dengan komponen Rubber. Agar lebih mudah melakukan perakitan komponen Rubber dimasukkan kedalam pembuka Rubber untuk membuka
lubang kemudian komponen IV Needle+Adaptor diarahkan agar masuk ke dalam lubang rubber.dengan alat pembuka ini diharapkan rubber dapat dibuka dengan mudah. Realisasi Alat
Dari pengukuran waktu kerja ini dapat dilihat bahwa terjadi penurunan waktu standar sebanyak 0.23 detik. Ini terjadi karena perancangan yang diterapkan dapat menggabungkan beberapa elemen kerja menjadi satu. Dan juga karena kenyamanan berkaitan dengan posisi saat bekerja. Tetapi penerapan yang dilakukan belum optimal karena pekerja masih belum terbiasa dengan alat bantu, dan tata cara kerja yang sistematis maupun dengan perlengkapan safety. 5.2 Analisa Kondisi Kerja kondisi kerja sebelum dan sesudah redesain
5. ANALISA DAN INTERPRETASI Setelah melakukan pengumpulan dan pengolahan data maka tahap selanjutnya adalah menganalisa datadata yang diperoleh dari, analisa yang dimaksud adalah analisa perbandingan kondisi sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan 5.1 Analisa Waktu Standart Dari pengolahan data diatas, telah didapatkan waktu standar proses perakitan antara komponen IV Needle+Adaptor dengan komponen Rubber. Waktu standar ini akan dibandingkan dengan waktu sebelum redesain.
Waktu Normal
Sebelum
Sesudah
Efisiensi
3.15
2.95
6.59%
Waktu Standar
3.42
3.19
6.77%
Output Standar
1053
1130
7.27%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perancangan yang diterapkan dapat mengatasi beberapa permasalahan yang terjadi dengan baik. 5.3 Analisa Konsumsi Energi Dari penerapan didapatkan data denyut jantung yang kemudian diolah menjadi data konsumsi oksigen dan diolah lagi menjadi data konsumsi energi. Data penerapan rancangan tersebut akan dibandingkan dengan data yang didapat sebelum redesain pada tabel berikut ini.
Standar konsumsi energi untuk pekerjaan berat adalah 5,2 kcal/menit Dari pengolahan data diketahui bahwa konsumsi energi setelah redesain pada proses perakitan ini telah memenuhi standar yang ditetapkan. Dari perbandingan konsumsi energi diketahui bahwa telah terjadi penurunan sebanyak 4,69%. Hal ini disebabkan karena kerja memposisikan dan memberi tekanan ke benda kerja yang sebelumnya dilakukan secara manual (menggunakan tenaga operator) dilakukan oleh alat bantu. Selain itu, posisi dan cara kerja juga berpengaruh di dalam penurunan konsumsi energi ini. 5.4 Analisa Nordic Body Map Dari data menunjukkan bahwa rancangan metode yang baru mampu mengatasi keluhan sakit pada sebagian besar titik tubuh khususnya bagian tangan. Sementara untuk bagian kaki (pinggang kebawah) jumlah keluhan tidak mengalami banyak perubahan (tetap).
5.5 Analisa Finansial Dalam melakukan realisasi perancangan, tentunya tidak terlepas dari biaya. Pada bab sebelumnya, diketahui bahwa biaya pembuatan alat bantu adalah Rp. 338.250,-. Kemudian akan kita lihat apakah investasi pembuatan alat bantu tersebut menguntungkan perusahaan. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan perhitungan dengan beberapa perkiraan dan asumsi. Diasumsikan umur alat bantu adalah 1 tahun. Perkiraan setiap minggu seorang pekerja menggerjakan komponen selama 7 jam, diasumsikan nilai tambah untuk komponen rakitan Rp 200 maka:
Dari tabel perhitungan diatas dapat dilihat bahwa dengan melakukan pembuatan alat bantu dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sebesar Rp.4.867.860,- per tahun. 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran dari keseluruhan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Dari kuisioner NBM juga dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah keluhan sebanyak 7.93% pada proses perakitan komponen IV Needle+Adaptor dengan Rubber. Penurunan ini disebabkan karena operator bekerja dengan posisi dan metode yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip ergonomi. Selain itu, juga dapat disebabkan karena kondisi kerja yang baru dan nyaman bagi operator. Sehingga menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya.
6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Waktu standar untuk masing-masing proses perakitan sebelum redesain adalah sebagai berikut: Proses perakitan antara komponen IV Needle dengan Adaptor 2,86 detik Proses perakitan antara komponen IV Needle +Adaptor dengan komponen Rubber 3,42 detik Proses perakitan antara komponen Clamp dengan Roller 3,08 detik Sementara waktu standar setelah redesain adalah:
2.
3.
4.
5.
6.
Proses perakitan antara komponen IV Needle Adaptor dengan komponen Rubber 3,19 detik Dari tiga proses perakitan yang ada pada departemen pra-assembly yaitu Proses perakitan antara komponen IV Needle dengan Adaptor , Proses perakitan antara komponen IV Needle+Adaptor dengan komponen Rubber, dan Proses perakitan antara komponen Clamp dengan Roller terdapat 1 proses perakitan dengan kondisi kurang ergonomis yaitu Proses perakitan antara komponen IV Needle+Adaptor dengan komponen Rubber. Karena keterbatasan perusahaan, maka realisasi dan penerapan hanya dapat dilakukan pada rancangan untuk proses perakitan antara komponen IV Needle+Adaptor dengan komponen Rubber. Dalam kaitannya dengan parameter ENASE, terbukti bahwa penerapan rancangan yang dibuat memiliki banyak kelebihan di dalamnya dan mampu memperbaiki kondisi sebelumnya. pembuatan alat bantu dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sebesar Rp.4.867.860,per tahun. Masih diperlukan adanya beberapa penyesuaian berkaitan dengan alat yang telah dirancang agar nantinya dapat berfungsi semakin baik
6.2 Saran 1 Diharapkan penelitian berikutnya dapat membahas mengenai apa yang belum dapat diwujudkan dari penelitian yang telah dilakukan. 2 Perlu dilakukan penekanan biaya produksi agar biaya yang diperlukan untuk membuat alat ini dapat semakin rendah.
DAFTAR PUSTAKA Barness, R.M. (1980). Motion and Time Study. Toronto : John Wiley & Sons Jovianto, Elfino (2005). Perancangan Metode Kerja Berbasis Ergonomi Pada Bagian Penyetelan dan Pengelasan Teknik Industri. Tugas Akhir Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya Sander, Mark S. and Ernest McCormick. (1992). Human Factors in Engineering and Design. McGraw Hill Publishing Company Limited, New York Sastrowinoto, Suyatno. (1985). Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi. Jakarta : Pustaka Binaman Presindo Stevenson, M.G. (1987). The Ergonomic Approach to Repertion Strain Injuries. UNSW press, Sydney Ulrich,K.T. and Eppinger, S.D (2000). Product Design and Development. McGraw-Hill, Inc., New York Wignjosoebroto, Sritomo. (2000). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi pertama. Gunawidya, Jakarta