Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, Mei 2012 Journal Of Economic Management & Business Volume 13, Nomor 2, Mei 2012 ISSN: 2301-4717 Hal. 103-112
Peranan Zakat Dalam Mengurangi Kemiskinan di Kota Lhokseumawe
damanhur dan mauliza
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
This research aims to find out the role ofZakatin reducingpovertyin the Lhokseumawe on BAZMAL Malikussaleh University. This studyusesprimary data,the respondent how has received zakah in 2009-2010. The number of respondens as 50 samples from a population of people.Analytical method in this paper using descriptive analysis and quantitative analysis, simple regression analysis is used for quantitative analysis, the dependent variableisincome andindependent variableis zakat.The resultsshowedthat effectiveness of Managemen zakat like monitoring and evaluation can increase income of Mustahik. Futhermor the Coefficient of determinant R2 (R-Square) of 0.618 equal to 61.8% that mean the Income of Mustahik (Y) has significantly influenced by distribution of zakat (X1) a significant levelof 5%. Meanwhile, the results of statistical tests showed that t-countfor zakat obtained 8.814 and t-tableobtained 2.6798. That mean,a significant effect between the independent variables (zakat) and the dependent variable (income mustahiq). Keywords: zakat, income, distribution
Damanhur dan Mauliza
Latar Belakang Salah satu penyebab kemiskinan adalah ketimpangan distribusi pendapatan. Ketimpangan pendapatan antara orang miskin dan orang kaya. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme unttuk mengeimbangkan pendapatan dengan menyalurkan sebagian pendapatan orang kaya kepada orang lainnya yang lebih membutuhkan. Islam menyediakan mekanisme distribusi pendapatan melalui konsep zakat dalam rangka mengurangi jarak ketimpangan pendapatan yang menyebabkan kemiskinan. Zakat bagi orang Islam adalah untuk melaksanakan tugas ekonomi dan moral. Dalam bidang ekonomi, zakat menghindarkan penumpukan kekayaan. Dalam bidang sosial, zakat adalah pelaksanaan tanggung jawab orang kaya untuk mengurangi kemiskinan. Sedangkan dalam bidang moral zakat menunaikan harta kekayaan yang dimiliki seseorang agar kekayaan itu di ridhai Allah SWT. Zakat merupakan kewajiban untuk mengeluarkan sebagian pendapatan atau harta seseorang yang telah menenuhi syarat Syariat Islam guna diberikan kepada berbagai unsur masyarakat yang telah ditetapkan dalam syariat islam (Mustafa, dkk, 2006:205). Dalam rangka mendukung pengoptimalisasian pengumpulan dan penyaluran zakat, Universitas Malikussaleh telah mendirikan Badan Amil zakat Malikussaleh (BAZMAL). Untuk saat ini BAZMAL mengelola zakatb dari dua sumber, pertama dari zakat PNS di lingkungan Universitas Malikussaleh. Kedua zakat yang bersumber dari gaji karyawan PT Arun melalui BDI PT. ARUN. BAZMAL untuk saat ini fokus kepada penyaluran zakat dalam bentuk pemberdayaan ekonomi produktif, dimana mustahiq yang mendapatkan bantuan zakat akan dibina dan di dampingi selama satu tahun, selain itu mustahiq juga di perkenalkan
dengan sistem perbankan, dimana pada setiap bulannya setiap mustahiq di wajibkan untuk menabung dari hasil usaha yang di jalankan. Namun disisi lain kesehatan merupakan masalah yang terbesar yang dihadapi oleh para mustahiq, jika mereka sakit maka uang tabungan yang semestinya bisa dipakai untuk pengembangan usaha dan keperluan lainnya habis terpakai untuk biaya pengobatan. Namun dengan adanya bantuan dana zakat untuk usaha, sehingga dengan usaha tersebut dapat meningkatakan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka akan terjadi pergeseran status sosial dari miskin ke arah lebih sejahtera, walau dalam jangka waktu yang singkat untuk keuar dari garis kemiskinan bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian bagaimana peran zakat dalam meningkatkan pendapatan mustahiq di Kota Lhokseumawe? Tinjauan Pustaka Menurut kamus besar bahasa indonesia, Badudu (20006) Peranan berasal dari kata peran; peran memiliki makna yaitu seperangkat ringkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Soerjono Soekanto (2002 : 243), mengemukakan bahwa peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan peranan. Zakat Menurut Qardawi (2005 : 34) di tinjau dari segi bahasa (etimologi) kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji. Sedangkan dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang di wajibkan Allah diserahkan
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, Mei 2012
kepada orang yang berhak menerimanya, di samping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri. Didin (2002 : 222), zakat menurut bahasa artinya berkembang (an-namaali), berarti juga pensucian (tathhir). Sedangkan menurut istilah syara’, zakat memiliki dua makna tersebut karena dengan mengeluarkan zakat menjadi sebab timbulnya berkah dan bersihnya pada harta. Seperti yang dinyatakan dalam sebuah hadist, “Tidak berkurang harta karena sedekah (dikeluarkan zakatnya)”. Mazhab Maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebagian dari harta yang khusus yang telah mencapai nishab (batas kuantitas minimal yang diwajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya (Zuhaily 2000 : 83). Sedangkan dalam Mazhab Hanafi zakat didefinisikan dengan menjadikan sebagian harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syari’at karena Allah (Zuhayliy, 2000 : 84). Muzakki dan Mustahik Muzakki atau pembayar zakat adalah orang yang hartanya dikenakan kewajiban zakat. Seseorang pembayar zakat disyaratkan harus seorang muslim dan tidak disyaratkan baligh atau berakal menurut pendapat Jumhur ulama. Sedangkan Mustahiq adalah kelompok orang yang berhak menerima zakat. Firman Allah SWT (At-Taubah : 60) : “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanya disalurkan untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf, memerdekakan budak, orangorang yang berutang, fi sabilillah dan orangorang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana.” Adapun golongan-golongan yang berhak menerima zakat adalah (Sari, 2006 : 37 – 43) 1. Fakir (Al-Fukara) Fakir adalah orang yang tidak berharta
dan tidak pula mempunyai pekerjaan atau usaha tetap, guna mencukupi kebutuhan hidupnya (nafkah), sedangkan orang yang menanggungnya (menjamin hidupnya) tidak ada. 2. Miskin (Al-Masakin) Miskin adalah orang-orang yang tidak dapat mencukupi hidupnya, meskipun ia mempunyai pekerjaan atau usaha tetap, tetapi hasil usahanya belum mencukupi kebutuhannya dan orang yang menanggungnya tidak ada. Untuk mempertimbangkan kedua kelompok itu (fakir dan miskin) agar dapat menerima zakat, tidak cukup hanya dengan melihat atau didasarkan kepada kebutuhan primernya, tetapi juga kebutuhan sekunder seperti pengobatan (kesehatan) dan pendidikan. 3. Amil Zakat (Al-Amilin Alaiham) Amil zakat atau pengumpul zakat ialah mereka (panitia atau organisasi) yang diangkat oleh pihak yang berwenang yang akan melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, baik mengumpulkan, membagikan (kepada para mustahiq) maupun mengelola zakat secara profesional. Bagian amil maksimal adalah 1/8 atau 12,5%, yang mana bagian tersebut diperuntukkan sebagai gaji dan biaya operasional lembaga atau badan amil zakat tersebut. 4. Muallaf Qulibihim (orang yang dibujuk hatinya) Muallaf (orang yang dibujuk hatinya) ialah mereka yang diharapkan kecendrungan dalam hatinya atau keyakinannya dapat makin bertambah Islam atau orang yang baru memeluk Islam tetapi secara mental dan fisik teraniaya karena perlakuan keluarganya atau terhalang oleh niat jahat mereka atau kaum muslimin atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh. Dengan mendapatkan bagian dari zakat akan dapat memantapkan hatinya di dalam Islam. Sementara orang kafir
tidak boleh dibujuk hatinya dengan zakat. Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, orang-orang muallaf (orangorang yang dapat dibujuk hatinya) dengan zakat adalah : a. Orang yang masuk Islam dan imannya lemah b. Pemimpin yang telah masuk Islam dan diharapkan akan mempengaruhi kaumnya yang masih kafir supaya mereka masuk Islam. c. Pemimpin yang telah kiat imannya diharapkan mencegah perbuatan jahat orang kafir yang ada di bawah pimpinannya atau perbuatan orang yang tidak mau memelihara zakatnya, dan d. Orang-orang yang dapat mencegah tindakan orang-orang yang tidak mau membayar zakat. 5. Memerdekakan Budak (Fi Riqab) Fi Riqab (memerdekakan budak) menurut istilah syara’ riqabialah budak atau hamba sahaya. Budak dinamakan raqaba atau riqab karena dia dikuasai sepenuhnya oleh tuannya sehingga dengan diberikan bagian zakat tujuannya agar mereka dapat melepaskan diri dari belenggu perbudakan. 6. Al-Gharimin (orang-orang berutang) Al-Gharimin (orang-orang berutang) adalah orang yang bersangkut (mempunyai) hutang karena kegiatannya dalam urusan kepentingan umum, antara lain mendamaikan perselisihan antara keluarga ; memelihara persatuan umat Islam ; melayani kegiatan dakwah Islam dan sebagainya. 7. Fisabilillah (di jalan Allah) Fisabilillah (di jalan Allah) adalah segala jalan yang akan mengantarkan umat kepada keridhaan Allah, berupa segala amalan yang diizinkan Allah untuk memuliakan agamaNya dan juga melaksanakan hukum-Nya. 8. Ibnussabil (Orang dalam perjalanan) Ibnussabil (Orang yang sedang dalam perjalanan) artinya ialah orang yang
Damanhur dan Mauliza
kehabisan bekal dalam perjalanan dan tidak dapat mendatangkan bekal tersebut dengan cara apapun, atau orang yang hendak melaksanakan perjalanan yang sangat penting (darurat) sementara ia tidak memiliki bekal. Selain mustahiq delapan asnaf yang disebutkan di atas, berdasarkan Undangundang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dapat diberikan kepada orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, yaitu anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam. Kemiskinan Kata “kemiskinan” sangat sering kita dengar dan kita dapat. Berikut ini adalah pengertian kemiskinan dari beberapa ahli. MenurutSchiller (1997 : 41), mendefinisikan kemiskinan adalah ketidak sanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang terbatas. Salim (1990:41) menjelaskan, kemiskinan dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok. Levitas (1990 : 2), mendefinisikan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak. Karena standar hidup itu berbedabeda, maka tidak ada definisi kemiskinan yang diterima secara universal. Qardhawi (2005:24), menyatakan bahwa Islam memandang kemiskinan sebagai suatu hal yang mampu membahayakan aqidah, akhlak, kelogisan berfikir, keluarga dan juga masyarakat. Islam pun menganggap sebagai musibah dan bencana yang harus segera ditanggulangi. Dimana seorang muslim harus segera memohon perlindungan Allah atas kejahatan yang tersembunyi di dalamnya. Terlebih jika kemiskinan ini makin meraja, maka akan menjadi kemiskinan yang mansyiyyah (mampu membuatnya lupa akan Allah dan
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, Mei 2012
juga kemanusiaannya); ia adalah bagaikan seorang kaya yang apabila terlalu meraja, maka ia akan menjadi kekayaan yang mathgiyyan (mampu membuat seseorang zalim, baik kepada Allah maupun kepada manusia lainnya. Pendapatan Pendapatan merupakan hasil kerja dari suatu usaha yang telah dilakukan (Ningsih,2001:13). Selanjutnya pendapatan yang diperoleh oleh suatu badan usaha maupun perusahaan dari hasil penjualannya. Semantara itu,nilai penjualan ditentukan oleh jumlah unit yang terjual dan harga jual. Menurut Madura (2001:126) Menyatakan bahwa “Pendapatan konsumen merupakan jumlah barang dan jasa yang dapat di beli oleh individu. Suatu pertumbuhan ekonomi tingkat tinggi mengakibatkan pendapatan lebih bagi konsumen. Apabila pendapatan konsumen naik, mereka mungkin akan meminta kuantitas lebih besar dari barang dan jasa tertentu yaitu, jadwal permintaan untuk berbagai barang dan jasa mungkin tergeser keluar sebagai reaksi pendapatan yang lebih tinggi. Selanjutnya menurut Karim (2003:3) menyatakan pendapatan adalah penjumlahan dari konsumsi infaq dan tabungan. Dalam hal proses perolehan pendapatan yang akan digunakan untuk konsumsi, zakat / infaq dan tabungan, Islam menekankan diperoleh dengan usaha yang halal bukan dengan cara yang haram. Karena zakat atas pendapatan yang haram tidak dapat di benarkan oleh Allah.
Universitas Malikussaleh selama tahun 2009 sampai dengan 2010 yaitu 100 mustahiqdan yang menjadi sampel untuk mengisi kuesioner diambil setengahnya yaitu 50 0rang mustahiq. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kota Lhokseumawe yang menerima zakat dari BAZMAL Universitas Malikussaleh sebanyak 100 responden (mustahiq). Menurut Sugiyono (2005:56) Sample adalah sebagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sample yang di ambil selama tahun 2009-2010 adalah berjumlah 50 responden mustahiq dari 100 jumlah keseluruhannya. Sampel yang digunakan adalah sampling purposive. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan cara mendatangi objek yang akan diteliti. Tujuan yang diharapkan adalah untuk memperoleh data secara langsung di lapangan. Teknik yang dipergunakan adalah Kuesioner (Questioner). Teknik pengumpulan data dengan melakukan pembagian daftar pertanyaan langsung ke objek penelitian, sehingga data yang penulis kumpulkan benar-benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian berlangsung. Untuk menguji peranan zakat dalam mengurangi kemiskinan di Kota Lhokseumawe untuk membuktikan hipotesis digunakan alat regresi linier sederhana dengan bantuan program SPSS (Statistical Package for Social Science) Bentuk rumus regresi linier sederhana adalah : Y 1= a + bX + e
Metode Penelitian Subjek penelitian ini adalah para penerima zakat (Mustahiq) BAZMAL Universitas Malikussaleh yang berada di Kota Lhokseumawe dan sekitarnya. Berdasarkan data mustahiq (para penerima zakat) yang diberi zakat dari BAZMAL
Dimana: X = Zakat a = Constanta b = Koefisien Regresi Y1 = Pendapatan e = Error term
Damanhur dan Mauliza
Pembahasan Penyajian data mengenai identitas responden adalah untuk memberikan gambaran tentang keadaan diri para responden. Adapun gambaran tentang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan usia, jumlah anak, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan terakhir, jenis usaha. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 50 orang. Gambaran umum frekuensi responden dapat dilihat pada Tabel 1. Umur responden yang paling banyak berkisar 41-50 tahun terbanyak sejumlah 17 orang atau 34.0%, sedangkan umur yang paling rendah berkisar antara 21-30 tahun sebanyak 3 orang atau 6.0%. Dari segi umur rata-rata responden zakat sudah memasuki umur yang sangat matang. Adapun jenis kelamin responden didominasi oleh perempuan, sebanyak 38 orang responden berjenis kelamin perempuan atau 76.0% sedangkan responden laki-laki hanya berjumlah 12 orang atau 24.0%. Ini menunjukkan keterlibatan kaum hawa di sektor micro sangat besar sehingga peran perempuan bisa menopang perekonomian rumah tangga. Rata-rata jenjang pendidikan terakhir yang terbanyak adalah tamatan SLTP dengan jumlah 26 orang responden atau 52.0% sedangkan untuk SLTA dan SD tidak terdapat perbedaan yang jauh, hanya selisih 4 orang. Tidak ada responden yang menerima zakat dengan jenjang pendidikan S1 atau S2, hal ini menunjukkan rata-rata masyarakat miskin hanya menyelesaikan jenjang pendidikan SLTA sehingga mereka perlu kepada bantuan zakat untuk menjalankan usaha mereka. Untuk jenis usaha dapat kita lihat pada Tabel 4, rata-rata responden mempunyai usaha dagang baik jualan snack sebesar 20.0%, jualan mie sebesar 10.0%, dan jualan kelontong sebesar 32.0%, sedangkan untuk
usaha cincin, bengkel, dan rempah hanya 1 orang untuk masing-masing sektor. Untuk jenis usaha warung kopi hanya terdapat 2 orang responden ataua sebesar 4.0% yang mendapatkan bantuan dari dana zakat. Minimnya jenis usaha warkop yang mendapat bantuan dari dana zakat dikarenakan hampir sebagian besar pemilik warung kopi sudah dapat menjalankan usaha tanpa ada bantuan, selain itu status sosial mereka juga sudah tergolong kepada masyarakat yang mampu atau bukan termasuk dalam katagori miskin. Selain itu terdapat 10 orang responden yang menjalankan usaha menjahit atau sebesar 20.0%, mekanisme penyaluran bantuan zakat untuk jenis usaha menjahit dengan pola ayah angkat, dimana pihak BAZMAL Unimal mencari toko sovenir sebagai tempat untuk menampung produk kerajinan yang dihasilkan oleh para mustahik zakat, dalam ha ini BAZMAL menjalin kerjasama dengan Toko Sovenir Putro Aceh untuk pembinaan 10 orang mustahik dengan jenis produk yang berbeda-beda antara satu sama lainnya. Diantaranya terdapat mustahik yang menjahit tas, kerawang, kopiah, dan baju batik Aceh. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki disrtibusi data normal atau mendekati normal. Dari gambar di atas grafik normal plot, menunjukkan bahwa model regresi layak di pakai dalam penelitian ini, karena distribusi titik-titik tersebut tidak jauh dari garis. Dalam pengujian ini dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha (α ). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha (α) > 0,6. Hasil pengujian selanjutnya dapat di lihat pada Tabel 5.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, Mei 2012
Tabel 1 USIA
Valid
Frequency3 14 17 16 50
21-30 TAHUN 31-40 TAHUN. 41-50 TAHUN > 50 TAHUN Total
Percent6.0 28.0 34.0 32.0 100.0
Valid Percent 6.0 28.0 34.0 32.0 100.0
Cumulative Percent 6.0 34.0 68.0 100.0
Tabel 2
JENIS KELAMIN
Valid
Frequency 12 38 50
LAKI - LAKI PEREMPUAN Total
Percent 24.0 76.0 100.0
Valid Percent 24.0 76.0 100.0
Cumulative Percent24.0 100.0
Tabel 3
PENDIDIKAN TERAKHIR
Valid
Frequency 14 26 10 50
SD SLTP / SEDERAJAT SLTA / SEDERAJAT Total
Percent 28.0 52.0 20.0 100.0
Valid Percent 28.0 52.0 20.0 100.0
Cumulative Percent28.0 80.0 100.0
Tabel 4
JENIS USAHA
Valid
JUALAN SNACK JUALAN MIE / LONTONG / BAKSO JUALAN KELONTONG WARKOP TUKANG CINCIN BENGKEL JUALAN SAYUR JUALAN REMPAH MENJAHIT Total
Frequency10 5 16 2 1 1 4 1 10 50
Percent 20.0 10.0 32.0 4.0 2.0 2.0 8.0 2.0 20.0 100.0
Tabel 5
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .781
N of Items5
Valid Percent 20.0 10.0 32.0 4.0 2.0 2.0 8.0 2.0 20.0 100.0
Cumulative Percent 20.0 30.0 62.0 66.0 68.0 70.0 78.0 80.0 100.0
Damanhur dan Mauliza
Tabel 6
Model Summary
Model 1
R .786a
Adjusted R Square .610
R Square .618
Std. Error of the Estimate .17671
a.
a. Predictors: (Constant), X X (Constant), b. Predictors: b. Dependent Variable: Y1
Dependent Variable: Y1
Tabel 7
Coefficients
Model 1
b
(Constant) X
Unstandardized Coefficients B .544 Std. Error .078 .509
.058
a
Standardized Coefficients Beta .786
t 6.967 8.814
Sig..000 .000
a. a. Dependent Variable: Y1
Dependent Variable: Y1
Berdasarkan ringkasan hasil uji reabilitas seperti yang terangkum dalam Tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien Cronbach Alpha pada masingmasing variabel nilainya > 0,6, maka dapat di simpulkan pertanyaan dalam variabel penelitian adalah handal. Analisis regresi linier sederhana dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistic Pachage for Social Science). Hasil analisis tersebut terlihat pada tabel-tabel sebagai berikut : Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil analisis regresi nilai koefesien korelasi (R) sebesar 0.786 atau 78,6%, sehingga kedua variabel tersebut dapat dikatakan memiliki korelasi atau hubungan, walaupun korelasi tersebut dalam kategori yang kuat. Menurut J. Supranto (2001 : 205) R2 (R-Square) disebut koefesien determinasi (Coefficient of Determination), yaitu nilai untuk mengukur besarnya kontribusi X terhadap variasi (naik turunnya) Y. Selanjutnya diperoleh koefesien determinan R2 (R-Square) sebesar 0,618 atau sama dengan 61,8 %. Ini berarti pendapatan mustahiq dapat dipengaruhi sebesar 61,8% oleh penyaluran dana (zakat) dan sisanya sebesar 38,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Sementara itu dari hasil uji statistik (uji
t) menunjukkan bahwa thitung untuk zakat diperoleh 8,814 sementara ttabel diperoleh 2,6798. Ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (dana zakat) dengan variabel dependent (pendapatan mustahiq). Dari hasil regresi juga dapat dibentuk sebuah persamaan yaitu : Y1 = 0,544 + 0,509 X + e Dari persamaan tersebut dapat diketahui nilai konstanta sebesar 0,544 yang berarti jika variabel X dianggap konstan maka nilai pendapatan mustahiq 0,544 dan koefisien zakat 0,509. Hal ini memperlihatkan bahwa jika terjadi kenaikan 1% pada variabel zakat (X) maka menaikan pendapatan mustahiq (Y1) sebesar 0,509 dengan tingkat signifikansinya 0,000 ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya sangat kuat. Berdasarkan hasil uji statistik sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel di atas diperoleh nilai koefesien thitung variabel zakat adalah sebesar 3,689 sedangkan ttabel 2,679. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa menolak Ho dan menerima Hi, yang berarti pemberian bantuan zakat BAZMAL Universitas Malikussaleh berperan dalam meningkatkan pendidikan mustahiq di Kota Lhokseumawe.
Journal Of Economic Management & Business - Volume 13, Nomor 2, Mei 2012
Kesimpulan 1. Dana zakat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan mustahik sebesar 61.8% sedangkan selebihnya atau sebesar 38,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 2. Manajemen pengelolaan zakat yang baik akan memberikan dampak yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik.
Saran 1. Pihak institusi zakat, perlu kiranya untuk mengadopsi manajemen yang dilakukan oleh BAZMAL Unimal dalam melakukan pemberdayaan mustahik sehingga benarbenar dapat memberikan dampak bagi meningkatkan kesejahteraan mustahik. 2. Perlunya aturan yang baku mengenai makanisme distribusi zakat yang mampu meningkatkan kesejahteraan mushik.
10
Damanhur dan Mauliza
REFERENSI Hafidhuddin, Didin (2002). Zakat dalam perekonomian modern. Gema Insani Press Jakarta J.S. Badudu, Sutan Muhammad Zien (2006), Kamus Umum bahasa Indonesia, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Karim, Adiwarman, (2003) Ekonomi Mikro, Madura, Jeff (2001). Pengantar bisnis, Penerbit Salemba Jakarta Ningsih, Surya. (2001). Manajeman Pemasaran, Penerbit Pelita Jakarta Qardhawi, Yusuf (2005). Spektrum Zakat : Dalam ekonomi kerakyatan, Penerbit Zikrul hakim, Jakarta Salim emil, (2000). Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan, Yayasan Indrayu, Jakarta Sari, Kartika, Elsi (2006). Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Penerbit PT. Grasindo. Jakarta Soekanto, Soerjono (2002). Kamus Sosiologi, Penerbit Rajawali Jakarta Zuhaily, Wahbab (2000). Zakat Kajian Beberapa Mazhab, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung