PERANAN PUPUK KANDANG DALAM SISTEM USAHATANI TERPADU LAHAN PASANG SURUT DAN RAWA MH . Togatorop' dan Bambang Setiadi2
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan') dan Balai Penelitian Ternak-Ciawi 2))
PENDAHULUAN Lahan pasang surut merupakan hamparan lahan yang dipengaruhi oleh fluktuasi pasang surut air laut . Pasang naik clan surut tersebut terjadi secara periodik setiap hari, sehingga proses ini dapat dipergunakan untuk sistem pengairan lahan pasang surut di daerah-daerah tertentu . Lahan rawa lebak adalah daerah rawa yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tetapi selalu tergenang pada musim penghujan atau airnya drastis turun sampai kering sama sekali pada musim kemarau . Berdasarkan tinggi clan lamanya genangan air, rawa lebak dapat dibedakan dalam tiga tipe, yaitu rawa lebak dangkal (tinggi genangan air kurang dari 50 cm selama kurang 3 bulan), rawa lebak tengahan (genangan 50 - 100 cm selama 3 - 6 bulan) clan rawa lebak dalam (genangan lebih dari 100 cm selama lebih dari 6 bulan) (Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut clan Rawa SWAMPS-II, 1991) . Dewasa ini, diperkirakan terdapat sekitar enam juta ha dari 35,0 juta ha lahan pasang surut clan rawa di Indonesia yang layak dikembangkan untuk produksi pertanian . Di antara luasan tersebut, diperkirakan 2,6 juta ha lahan pasang surut clan rawa berpotensi dengan skala yang luas termasuk sekitar 1,5 juta ha dengan prioritas tinggi . Kelas berprioritas tinggi ini tersebar di Sumatera (650 .000 ha), Kalimantan (350 .000 ha) clan Irian Jaya (550 .000 ha) (Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut clan Rawa SWAMPS-II, 1991) . Berdasarkan kenyataan clan informasi tersebut di atas, telah dilakukan upaya untuk reklamasi lahan pasang surut clan rawa secara lebih ter organisasi . Diperkirakan saat ini areal pasang surut clan rawa yang telah dibuka seluas 670.000 ha yang tersebar di Propinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan clan Kalimantan Tengah (Proyek SWAMPS-II, 1991) . Selanjutnya dinyatakan bahwa karakter lahan di daerah pasang surut clan rawa yang sampai saat ini dianut dalam pertanian, dibedakan menurut tipologinya . Tipologi lahan yang dimaksud adalah lahan potensial, sulfat masam, gambut/bergambut, salin, rawa dangkal, rawa tengahan clan rawa lebak.
Karena adanya faktor keterbatasan kesuburan tanah clan kondisi spesifik lahan pasang surut clan rawa, maka Departemen Pertanian (Proyek Peneliti an Pertanian Lahan Pasang Surut clan. Rawa SWAMPS-II) melaksanakan kegiatan penelitian clan pengembangan pertanian melalui sistem usahatani . Kegiatan,ini melibatkan komponen-komponen yang termasuk sektor pertanian, di antaranya melibatkan pula komponen peternakan . Dalam pembahasan ini akan diuraikan mengenai peranan pupuk kandang (manure) dalam sistem usahatani sebagai upaya memacu peningkatan produktivitas usahatani . POTENSI DAN KENDALA PRODUKSI PERTANIPW Lahan pasang surut telah terbukti dapat diusahakan untuk budidaya tanaman padi, kelapa, cengkeh serta tanaman buah-buahan . Demikian pula halnya dengan usahaternak clan usaha perikanan yang juga mempunyai potensi untuk dikembangkan di daerah pasang surut clan rawa . Walaupun terkandung potensi untuk pengembangan usahatani, bukan berarti lahan pasang surut clan rawa bebas dari kendala . Justru lahan pa sang surut clan rawa memiliki kendala-kendala relatif tinggi yang harus diatasi . Kendala-kendala tersebut dapat digolongkan sebagai kendala fisik, biologi clan sosial-ekonomi . Kendala fisik antara lain berupa kemasaman tanah yang tinggi (pH rendah), kesuburan tanah yang rendah, kandungan mineral Aluminium (All tinggi, endapan besi sulfida (pirit) clan sulfat masam yang tinggi yang dapat meracuni tanaman, serta masalah kedalaman clan kematangan bahan organik clan fluktuasi air pasang naik clan pasang turun. Pada musim kemarau sering dimasuki air asin (intrusi garam) terutama daerah dekat pantai, sedangkan pada musim penghujan sering banjir . Kendala biologi mencakup serangan hama terutama hama tikus, babi hutan, penyakit, gulma maupun hama lainnya (wereng, orong-orong clan lain-lain) . Dalam kendala sosial-ekonomi tercakup kesulitan memasarkan hasil pertanian, rendahnya ketersediaan tenaga kerja clan relatif rendahnya tingkat pendapatan petani .
MH . TOGA TOROP dkk. : Peranan pupuk kandang
Keberhasilan usaha-usaha meningkatkan produktivitas lahan pasang surut sangat ditentukan oleh tingkat pengelolaan tanah dan air. Tujuan pem buatan saluran-saluran irigasi adalah untuk mencegah akumulasi garam, mencuci zat-zat (mineral) beracun, mengatur tinggi genangan (untuk lahan sawah) dan tinggi air tanah (untuk lahan kering) serta untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah (Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS-II, 1991) . Dalam kaitannya dengan perbaikan struktur dan kesuburan tanah lahan pasang surut dan rawa inilah, pemberian pupuk kandang merupakan salah satu upaya yang sangat potensial untuk dilaksanakan dan mempunyai harapan keberhasilan yang baik . JENIS DAN JUMLAH PUPUK KANDANG Pupuk kandang (kompos) adalah salah satu jenis pupuk organik sebagai hasil limbah ternak berupa kotoran (faeces) yang bercampur dengan sisa sisa hijauan pakan . Produksi pupuk kandang dari masing-masing ternak berbeda dalam hal jumlah dan kandungan zat haranya . Winrock International Institute for Agricultural Development (1986) melaporkan bahwa secara umum, produksi kotoran ternak sapi dan kerbau berturut-turut 6,5 ton dan 7 ton per ekor per tahun . Setiadi dkk. (1990) menyatakan bahwa rata-rata hasil kotoran sapi lokal Sumatera yang dipelihara petani kooperator di Karang Agung Ulu, Sumatera Selatan adalah sebanyak 2,04 ton per ekor per tahun (5,6 kg/ekor/hari) . Sitorus dkk . (1990) melaporkan bahwa rataan kotoran ternak sapi yang diperoleh di daerah pasang surut dan rawa sebanyak 3,65 ton (10 kg/ekor/hari) . Hasil pengamatan Ismail dkk. (1988) di lahan kering Batumarta, Sumatera Selatan juga mendapatkan bahwa rataan produksi kotoran ternak sapi berkisar 5,5-5,7 kg/ekor/ hari . Namun demikian, produksi kotoran sapi di Sumatera Selatan yang disajikan tersebut belum mencerminkan produksi kotoran yang sebenarnya, karena pada saat ternak digembalakan (siang hari), data kotoran ternak tersebut tidak tercatat . Apabila kotoran ternak akan dibuat pupuk kandang, pembuatannya dicampur dengan sisa-sisa hijauan pakan . Setiadi dkk . (1990) menyatakan bahwa kotoran ternak sapi apabila dibuat pupuk kandang produksinya akan lebih tinggi sekitar 1,5 kali . Salah satu cara untuk meningkatkan produksi
pupuk kandang yakni dengan mengandangkan, tidak melepas ternak seharian dan menyediakan pakan yang terdiri dari campuran rerumputan dan leguminosa (dapat berupa limbah pertanian) di kandang . Dengan pengomposan yang baik, hijauan yang dicampurkan dapat lebih banyak lagi sehingga produksi pupuk kandang dapat mencapai 10 - 15 ton/ekor/tahun (Sihombing, 1990) .
MANFAAT DAN INTERAKSI PUPUK KANDANG DENGAN PRODUKS1 PERTANIAN Penggunaan pupuk kandang secara tunggal maupun dikombinasikan dengan pupuk buatan (pupuk anorganik), sangat berperan untuk mening katkan produktivitas komoditas pertanian melalui perbaikan struktur tanah dan penyediaan unsur hara . Walaupun respons tanaman terhadap penyerapan zat hara yang disediakan pupuk kandang relatif lebih lama dibanding dengan pemberian pupuk buatan, jangka waktu manfaatnya bagi tanaman lebih lama . Relatif lamanya penyerapan zat hara dari pupuk kandang karena pupuk kandang tersebut harus dirombak terlebih dahulu (oleh jasad renik) menjadi bentuk yang sederhana (agar mudah diserap oleh akar tanaman) . Pemberian pupuk kandang dalam jangka waktu lama justru akan memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan aerasi tanah, sedangkan pemberian pupuk buatan terus menerus dalam jangka waktu lama akan "mengeraskan tanah" sehingga daya responsnya cenderung menurun . a.
Tanaman Hortikultura
Hasil pengamatan pengaruh pemupukan dengan dan tanpa pemberian pupuk kandang serta kapur terhadap produksi umbi bawang merah va rietas Bima Brebes di lahan sulfat masam, musim tanam musim hujan 1987/1988 tertera dalam Tabel 1 . Pupuk dasar yang diberikan per hektar lahan terdiri dari 200 kg N, 150 kg P205 dan 100 kg K20. Pemberian pupuk buatan dibagi menjadi dua periode yakni pertama pada waktu tanaman berumur satu minggu dan kedua pada waktu tanaman berumur satu bulan . Pupuk kandang (10 ton/ha) diberikan pada waktu sebelum tanam, sedangkan pemberian kapur (1,5ton/ha) lebih kurang satu bulan sebelum tanam .
WARTAZOA Vol . 2 No . 3 - 4, Maret 1992 Tabel 1 .
Bobot hasil umbi bawang varietas Bima Brebes dilahan Sulfat masam, Karang Agung Ulu, Sumatera Selatan (MH 1987/1988)
Perlakuan pemupukan (ion/ha)
Bobot umbi (kg/6 m2) Basah
Kering
Tanpa pupuk kandang Tanpa kapur (0) Dengan kapur (1,5)
0,00 10,22
0,00 5,74
Dengan pupuk kandang (10) Tanpa kapur (0) Dengan kapur(1,5)
11,45 6,52
7,54 3,72
Sumber :
Tim Peneliti Puslitbang Hortikultura (1988) . ( ) menunjukkan jumlah dalam ton/ha .
Data Tabel 1 menunjukkan bahwa pada lahan sulfat masam, tanaman bawang merah yang hanya mendapat pupuk dasar dengan unsur N, P clan K tidak menghasilkan umbi sama sekali . Umbi hanya dihasilkan bila areal selain mendapat pupuk dasar juga mendapat pupuk kandang clan/atau kapur. Areal yang diberi pupuk kandang saja menghasilkan umbi kering sebanyak 7,54 kg/6m2 (12,57 ton/ha) atau menghasilkan umbi kering 1,8 kg/6 m2 (3 ton/ha) lebih banyak dari pada areal yang mendapat kapur tanpa pupuk kandang yang hanya menghasilkan umbi kering sebanyak 5,74 kg/6 m2 (9,57 ton/ha) . Sebaliknya pada lahan yang diberi pupuk kandang clan kapur, produksi umbi bawang justru lebih rendah dari pada lahan yang d1beri kapur saja atau pupuk kandang saja . Penurunan produksi umbi Tabel 2 .
bawang merah ini diduga disebabkan oleh pH tanah yang terlalu tinggi (kemungkinan terlalu basal sehingga kurang sesuai untuk pertumbuhan bawang merah, karena pemberian kapur maupun pupuk kandang dapat meningkatkan pH tanah . Siregar (1990) mengemukakan bahwa dengan pemberian pupuk kandang 35 ton/ha pada lahan masam, pH tanah meningkat dari 4,86 pada awal tahun (tanpa diberi pupuk kandang) menjadi 6,41 pada akhir tahun . b.
Tanaman pangan .
Seperti halnya pada tanaman hortikultura, pemberian pupuk kandang memberikan dampak positif terhadap produksi tanaman pangan . Hasil pe ngamatan produksi padi gogo varietas "Hawara bunar" yang ditanam di lahan sulfat masam, Karang Agung Ulu, Sumatera Selatan, dengan bibit sebanyak empat benih per lubang, clan jarak tanam 20 x 20 cm, menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang (10 ton/ha) dapat meningkatkan produksi gabah secara nyata dari 515 kg/ha menjadi 824 kg/ha pada areal yang mendapat dosis pupuk N, P, K clan kapur rendah, clan dari 584 kg/ha menjadi 845 kg/ha pada areal yang mendapat dosis pupuk N, P, K clan kapur tinggi (Tabel 2) . Dari hasil pengamatan tersebut (Tabel 2) Makarim dkk . (1987) menyarankan bahwa pada lahan sulfat masam, kombinasi pupuk clan kapur sebaik nya pada dosis 90 kg N, 60 kg P 2 05 , 30 kg K 2 0, 3 ton kapur clan 10 ton pupuk kandang per ha .
Pengaruh beberapa perlakuan pemupukan terhadap bobot gabah padi gogo varietas "Hawara bunar" di lahan sulfat masam, Karang Agung Ulu, Sumatera Selatan
Perlakuan ameliorasi
Dosis N-P 2 0 5 -K 2 0-kapur (kg/ha) Rendah Tinggi (90-60-30-3000) (100-90-60-6000)
Kontrol Mikro Mg Pupuk kandang Mulsa Pupuk kandang + Mg Mulsa + Mg Pupuk kandang + Mg + Mulsa Sumber : Makarim dkk . (1987) . Mikro : 50 kg Mg, 5 kg Cu clan 10 kg Zn per ha . Mulsa : jerami yang disebar di permukaan tanah (10 ton/ha) . Pupuk kandang : 10 ton/ha .
515 491 827 568 890 492 879
kg/ha
584 568 517 845 620 810 698 784
MH . TOGA TOROP dkk . : Peranan pupuk kandang Tabel 3 .
Pengaruh beberapa perlakuan terhadap intensitas serangan Heiminthosperium oryzae pada tanaman padi gogo di lahan sulfat masam Karang Agung Ulu, Sumatera Selatan Dosis N-P 20 5-K2 0-kapur (kg/ha)
Perlakuan ameliorasi
Kontrol Mikro Mg Pupuk kandang Mulsa Pupuk kandang + Mg Mulsa + Mg Pupuk kandang + Mg + Mulsa Sumber :
Berat Ringan Ringan Berat Ringan Berat Ringan
Berat Berat Berat Ringan Beret Ringan Berat Ringan
(10 ton/ha) yang dikombinasi dengan 120 kg N, 90 kg P 205, 60 kg K 2 0, 3 ton kapur, 50 kg Mg, 5 kg Cu clan 10 kg Zn per hektar dapat menghasilkan produksi polong tertinggi (3503 kg/ ha) . Selanjutnya hasil penelitian Balittan Banjarbaru, Kalimantan Selatan (1988) menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk kandang (disebarkan saat tanam pada lahan pasang surut sulfat masam potensial) dapat meningkatkan produksi biji kacang kedele . Perlakuannya adalah tanpa clan dengan pupuk kandang 10 ton/ha dikombinasi dengan urea (45, 60, 90, 120 kg N per hektar) clan TSP (45, 60, 90, 120 kg P 2 0 5 per hektar) serta tanpa clan dengan C80 1 ton/ha ditambah tanpa clan dengan mulsa 10 ton per hektar .
Pengaruh pemupukan clan amelioran terhadap hasil polong kering kacang tanah di lahan potensial, Kacang Agung Ulu, Sumatera Selatan (MH 1986/1987) Dosis, N-P 20 5 -K20 (kg/ha)
Perlakuan ameliorasi
Kontrol Kapur (3 ton/ha) Pupuk kandang (10 ton/ha) Mikro Kapur + Mikroe Kapur + mikro + mulsa Kapur + mikro + pupuk kandang Rata-rata Sumber :
Tinggi (100-90-60-6000)
Makarim dkk . (1987) . Mikro : 50 kg Mg, 5 Kg Cu den 10 kg Zn per he . Mulsa : 10 ton/ha . Pupuk kandang : 10 ton ha .
Di samping pupuk kandang dapat meningkatkan produksi gabah padi (gogo), ternyata pemberian pupuk kandang dapat pula mengurangi in tensitas serangan penyakit daun yang disebabkan oleh Helminthosperium oryzae (Tabel 3) . Penurunan intensitas serangan penyakit daun ini, diduga disebabkan oleh meningkatnya daya tahan tanaman sebagai akibat peningkatan tersedianya unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman tersebut karena pemberian pupuk kandang. Informasi diatas menunjukkan pentingnya penggunaan pupuk kandang pada lahan sulfat masam bagi peningkatan produksi tanaman pangan . Penelitian lain terhadap produksi kacang tanah yang ditanam di lahan potensial (Tabel 4), menunjukkan bahwa pemupukan dengan pupuk kandang Tabel 4 .
Rendah (90-60-30-3000)
Makarim dkk . (1987) Mikro : 50 kg Mg, 5 kg Cu clan 10 kg Zn per ha . Kapur : 3 ton/ha . Pupuk kandang : 10 ton/ha . . Mulsa : 10 ton/ha .
Rendah (90-60-30) 2,57 2,74 2,85 3,1 1 2,79 3,15 3,15 2,91
Tinggi (120-90-60) ton/ha
3,05 2,85 2,01 2,47 2,85 2,61 3,50 2,76
WAR TAZOA Vol . 2 No . 3-4, Maret 1992
Caranya adalah dengan menyebarkan CaO merata 2 minggu sebelum tanarn dan mulsa diberikan saat tanarn sebagai penutup terhadap pupuk urea, TSP dan KCI serta pupuk kandang yang ditebar saat tanam . Dengan demikian diduga peningkatan produksi biji kacang kedele ini terjadi karena pupuk kandang dan mulsa yang dapat menahan air dan mempertahankan kondisi ideal tanah, sehingga tanaman dapat tumbuh baik di samping zat-zat hara dalam tanah dapat dipertahankan, artinya tidak hilang terbawa air atau menguap . C.
Perikanan .
Integrasi peternakan dengan perikanan yang telah dicobakan antara lain adalah dengan pemeliharaan ternak itik di atas kolam ikan . Hasil penga matan (Tabel 5) menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan (yang dinyatakan dengan total panjang badan dan bobot badan) lebih besar pada ikan yang dipelihara di kolam yang di atasnya terdapat kandang itik (rata-rata total panjang ikan 17,5 vs 15 cm dan bobot badan 108,8 vs 68,5 g/ekor) . Demikian juga kemampuan hidup ikan dalam kolam yang di atasnya dipelihara itik adalah lebih tinggi dibandingkan dengan ikan dalam kolam tanpa itik di atasnya (42 vs 24 persen). Dari Tabel 5 nampak bahwa pemeliharaan itik di atas kolam dapat meningkatkan produksi ikan dua kali lebih banyak dibandingkan . dengan produksi ikan tanpa ternak itik di atasnya. Keunggulan produksi ikan tersebut disebabkan oleh adanya pupuk kandang (dari kotoran itik) yang menyuburkan tumbuhnya Phytoplankton yang merupakan makanan ikan, sehingga memungkinkan peningkatan produksi ikan .
Tabel 5 . Species ikan
Nila (kisaran) Ikan liar (kisaran) Rataan Sumber :
d.
Hijauan pakan ternak .
Pada pengembangan ternak ruminansia, tentunya tidak terlepas dari pengadaan hijauan pakan ternak, baik dalam jumlah maupun mutunya . Hasil pengamatan Semali dkk. (1989) menunjukkan bahwa pemupukan tanaman pakan ternak dengan pupuk kandang dapat meningkatkan produksi hijauan (Tabel 6) . Apabila diasumsikan bahwa seekor ternak kambing membutuhkan 5 kg rumput segar per hari dengan jumlah yang dipelihara 5 ekor per ternak, maka perkiraan luasan lahan yang diperlukan demi kesinambungan suplai rumput bagi 5 ekor kambing tersebut untuk masing-masing jenis rumput pada tanah yang tidak dipupuk dengan pupuk kandang adalah 570 - 938 m-, sedangkan tanah yang dipupuk dengan pupuk kandang adalah 288 - 938 m2 (Tabel 6) . Tabel 6 . Kisaran produksi berbagai jenis rumput dan perkiraan luasan lahan yang dibutuhkan untuk memelihara lima ekor kambing (25 kg rumput segar/hari) di Karang Agung Ulu, Sumatera Selatan . Produksi segar (kg/rumpun)
Janis tanaman
Tanpa Dengan Tanpa Dengan pupuk pupuk pupuk pupuk kandang kandang kandang kandang
Setaria sp. Panicum maximum Pennisetum purpureum Brachiaria brizantha Paspalum plicatulum Panicum repens Maleola Urochloa mos . Sumber :
Perkiraan Luasan lahan yang dibutuhkan (m 2 )
1,3 1,0 1,0 1,2 1,2 0,8
2,6 1,4 1,5 1,5 1,3 0,8 1,4 1,1
570 750 750 625 625 938
288 535 500 500 577 938 536 682
Semali dkk . (1989) . " tidak tumbuh .
Rataan produksi Wan per setengah tahun°i pada petani cooperator di Karang Agung Ulu, Sumatera Selatan Kolam dengan itik 400
Kolam tanpa itik
Was kolam (m 2 ) 10 .000
25,2 (12,4 - 49,8) 37,0 (15 - 51)
630,0 (310 - 1245,0) 92,5 (37,5 - 127,5)
28,9
722,5
400 kg
Ondara dkk . (1987) . e) Pemeliharaan setengah tahun termasuk satu bulan persiapan kolam . Jumlah ternak itik yang dipelihara 23 ekor phase bertelur .
Was kolam (m 2 )
10 .000
13,0 (6,0 - 20,6) 1,8 (1,8 - 2,0)
325,0 (150 - 515) 47,5 (45 - 50)
14,8
370,0
MH . TOGA TOROP dkk . : Peranan pupuk kandang
KAITANNYA DENGAN PENYEBARAN TERNAK Salah satu cara untuk mengembangkan ternak di daerah pasang surut clan rawa adalah dengan cara mengaitkannya dengan program penyebaran ternak . Pemerintah telah meyebarkan ternak (sapi) di beberapa daerah transmigrasi dengan tujuan antara lain untuk membantu penyediaan tenaga kerja mengolah tanah (karena faktor kendala rendahnya produksi tanaman pertanian adalah renclahnya ketersediaan tenaga kerja) clan sumber pupuk kandang . Dengan penyebaran clan pengembangan ternak (produksi anak), integrasinya dalam sistem usahatani terpadu cliharapkan dapat meningkatkan penclapatan petani . Dalam pengembangan peternakan terutama di daerah pasang surut clan rawa, dituntut kewaspaclaan clan kehati-hatian dalam pemilihan petani ca Ion penerima ternak, yang perlu dihubungkan dengan tingkat kehiclupan, potensi sumberclaya serta keterampilannya . Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa siklus produksi ternak ruminansia besar (sapi/kerbau) relatif lebih lama dibanding ternak ruminansia kecil (kambing/domba) maupun ternak unggas (itik, ayam buras) . Apabila petani yang belum berpengalaman memelihara ternak "cliberi bantuan" ternak ruminansia besar, clikhawatirkan bahwa ternak tersebut justru akan menjadi penghambat baginya karena menyita sebagian dari waktu yang dialokasikan untuk menangani usahataninya. Apabila terjadi kegagalan panen dari usahatani pertanian tanaman pangan (yang kebanyakan merupakan usaha pokok), maka adanya ternak akan merupakan beban yang memberatkan . Oleh karena itu dropping ternak (sapi) sebaiknya diutamakan pada petani yang sudah tinggal agak lama clan telah berpengalaman memelihara ternak . Dalam kaitannya dengan penyediaan pupuk kandang untuk memperbaiki struktur tanah lahan pasang surut clan rawa yang pada umumnya "miskin", petani transmigran yang setiap keluarga mendapat lahan seluas 2,25 ha memerlukan pupuk kandang sebanyak 2,25 x 10 ton = 22,5 ton/th . Jumlah ini harus disediakan oleh ternak sapi sebanyak 4 - 6 ekor . Jumiah ternak sebanyak itu dirasakan relatif sukar jika harus disediakan sendiri oleh petani bersangkutan . Kenyataan sampai saat ini menunjukkan bahwa setiap keluarga petani transmigran di daerah pasang surut clan rawa baru mampu mengolah lahan seluas 1,25 ha (lahan pekarangan 0,25 ha clan lahan usaha I seluas 1,0 ha) . Dengan demikian jumlah pupuk kandang yang diperlukan adalah sebanyak 1,25 x 10 ton = 12,5 ton/th yang dapat disediakan oleh ternak sapi sebanyak 2 - 3 ekor . Pe-
ran pupuk kandang yang berasal dari ternak ayam buras belum begitu terlihat karena jumlah pemilihan ayam buras per keluarga relatif kecil clan sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional (dilepas) sehingga kotoran yang dapat clikumpulkan ticlak berarti . KESIMPULAN Berdasarkan informasi clan uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1 . Dari sekitar enam juta ha lahan pasang surut clan rawa yang terclapat di Indonesia, sekitar 1,5 juta ha diantaranya tergolong berprioritas tinggi (walaupun tingkat kendala seperti fisik, biologi clan sosialekonomi relatif masih tinggi) yang dapat dikembangkan bagi lahan produksi pertanian . 2 . Sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kendala fisik, penggunaan pupuk kandang merupakan alternatif yang sangat baik clan rasional untuk memperbaiki struktur clan kesuburan tanah bagi peningkatan produktivitas pertanian . 3 . Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa manfaat penggunaan pupuk kandang dalam peran sertanya mem perbaiki lahan pasang surut clan rawa dimanifestasikan dengan meningkatnya hasil produksi pertanian tanaman pangan (padi clan kedele), tanaman hortikultura (bawang merah), perikanan clan tanaman pakan ternak. 4. Pupuk kandang sebenarnya adalah hasil sampingan dari usahatemak . Dengan membudidayakan ternak (sapi/kerbau/kambing/ ayam) di samping akan meningkatkan pendapatan dari usaha ternaknya petani dapat menyediakan pupuk kandang sendiri, sehingga menghemat biaya pengeluaran untuk membeli pupuk clan sekaligus meningkatkan hasil usaha taninya secara keseluruhan . 5 . Untuk mencukupi kebutuhan pupuk kanclang bagi lahan yang diberikan oleh pemerintah sebanyak 2,25 ha, seorang transmi gran memerlukan 4-6 ekor sapi untuk dipelihara . Jumlah sapi sebanyak itu akan terasa sukar jika harus disediakan sendiri oleh seorang petani transmigran. Sebagai jalan keluar sebaiknya program penyebaran sapi oleh pemerintah clikaitkan disini . Na-' mun demikian diperlukan kecermatan da-
WARTAZOA Vol. 2 No . 3-4, Maret 1992
lam memilih calon penerima ternak agar petani terbantu dan program penyebaran ternak berjalan lancar . DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . 1986 . Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS-II . Departemen Pertanian, Jakarta. Balai Penelitian Tanaman Pangan Banjarbaru . 1988 . Pemberian pupuk organik dan anorganik pada tanaman kedelai di lahan pasang surut poten sial sulfat masam . Hasil Penelitian Sistem Usahatani dan Komponen Penunjang 1987/ 1988 . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS-II . Ismail, I .G ., H. Supriadi, B . Prawiradiputra, U . Kusnadi, A. Djauhari dan Y. Supriatna . 1988 . Model usahatani tanaman ternak untuk me ningkatkan pendapatan petani transmigrasi lahan kering Batumarta . Lokakarya Penelitian Sistem Usahatani . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian . Makarim, A .K ., I . Nasoetion dan M . Ismunadji . 1987 . Laporan kemajuan penelitian komponen hara dan agronomi, periode November 1986 Maret 1987 . Hasil Penelitian Sistem Usahatani . Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS-II . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Ondara, Atmadja, K. Anang, Suhardi dan Muchtarubalin . 1987 . Evaluasi kegiatan pene.litian perikanan dalam proyek Swamps-II. Hasil Pe nelitian Sistem Usahatani dan Komponen Penunjang . Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS-II . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian . Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS-II . 1991 . Hasil Utama Penelitian Sistem Usahatani Lahan Pasang Surut dan Rawa 1987 - 1990 . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian .
Semali, A., B . Setiadi, MH . Togatorop, P. Sitorus dan Muryanto . 1989 . Potensi pakan ternak ruminansia di lahan pasang surut dan rawa, Sumatera Selatan . Proc . Pengembangan Peternakan di Sumatera dalam Menyongsong Era Tinggal Landas . Fakultas Peternakan, Universitas Andalas, Padang . p: 302 - 309. Setiadi, B., MH . Togatorop, Komarudin dan P. Sitorus . 1990 . Penggunaan tenaga kerja dan pupuk kandang dalam sistem usahatani lahan pasang surut . Risalah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS-II . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian . Sihombing, DTH . 1990 . Teknologi hasil penelitian pengembangan peternakan di lahan pasang surut dan rawa . Aplikasi paket teknologi per tanian pada hari Krida Pertanian XVIII, 26 29 Juni, 1990 di Palembang . Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS-11 . Siregar, M.E . 1990 . Pengaruh pupuk kandang terhadap peningkatan hijauan makanan ternak rumput King Grass di tanah masam. Dalam La poran Bulanan Tahun I Pelita V. (April 1989 s/d Maret 1990). Penyunting : M . Rangkuti, Ambar Roesyat, Wahyuning K. Sejati, Lisa Praharani, lip Priadi dan M .H . Togatorop . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Sitorus, P., MH . Togatorop, B. Setiadi dan l4 . Semali . 1990 . Potensi ternak dalam sistem usahatani di lahan pasang surut dan rawa . Ri salah Seminar Hasil Penelitian Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS-11 . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departerren Pertanian . Tim Peneliti Puslitbang Hortikultura SWAMPS-11 . 1988 . Hasil penelitian dan program penelitian sistem usahatani dan komponen penunjang 1985/1988 . Proyek Penelitian Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa SWAMPS-II . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian . Winrock International Institute for Agricultural Development . 1986 . A Review of the Livestock Sector in the Republic Indonesia.
RALAT DAFTAR ISI MAJALAH WARTAZOA VOL . 2 NOMOR 3-4 MARET 1992 . SEHARUSNYA Halaman Peranan pupuk kandang dalam sistem usahatani terpadu lahan pasang surut dan rawa (MH . Togatorop dan Bambang Setiadi) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Dasar-dasar program peningkatan mutu genetik domba ekor tipis (Subandriyo dan Luis C . Iniguez) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pemanfaatan feses ayam sebagai bahan makanan ternak ruminansia (I-Wayan Mathius) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sistem pemberian pakan dalam upaya meningkatkan produksi susu sapi perah (Sori Basya Siregar) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 8 15 23