Peranan Perguruan Tinggi dalam Mengatasi Digital Divide melalui Rural ICT dan Knowledge Management
Sari Dewi Budiwati Magister Chief Information Officer Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung
[email protected] Abstraksi Saat ini, dunia semakin bergantung pada informasi yang diolah melalui perangkat (tool) dan dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan. Akses informasi ini dapat menggunakan komputer, handphone, Personal Digital Assistant (PDA) atau perangkat lain yang di dalamnya terdapat internet. Sayangnya, akses informasi tersebut tidak bisa dinikmati oleh setiap orang karena mahalnya perangkat tersebut atau kurang terampilnya dalam menggunakan internet. Kombinasi permasalahan ini sebenarnya merupakan suatu gejala yang mengakibatkan pada kemiskinan dan ketidakmerataan. Digital divide merupakan kesenjangan antara orang-orang yang dapat mengakses teknologi digital dan informasi dengan orang-orang yang tidak bisa mengaksesnya. Namun kini digital divide bukan lagi permasalahan kerenggangan akses teknologi, tapi sudah mengarah apakah teknologi yang sudah ada dapat bermanfaat untuk penggunanya atau tidak. Pada umumnya, penyebab kesenjangan ini adalah akses teknologi, sosio-ekonomi, tingkat pendapatan, level pendidikan dan perbedaan gender. Untuk mengatasi permasalahan ini, terdapat tiga komponen pelaksana terbesar, yaitu pemerintah, industri dan lembaga pendidikan. Ketiga komponen pelaksana tersebut harus bersinergi sehingga menghasilkan masyarakat yang berpengetahuan (knowledge society), karena dengan hal ini lah masyarakat dapat keluar dari permasalahan digital divide ini. Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menyimpan pengetahuan memiliki peran yang sangat penting untuk memberdayakan masyarakat di lingkungannya sehingga masyarakat dapat menggunakan teknologi yang ada untuk menghasilkan pendapatan. Peran tersebut misalnya mencari sumber potensi di masyarakat yang bisa dimanfaatkan kemudian mendayagunakan potensi tersebut melalui penelitian, pelatihan dalam unit- unit kecil yang melibatkan masyarakat, atau mengembangkan inkubator bisnis yang melibatkan komunitas pendidikan dan masyarakat di sekitarnya. Untuk mengetahui potensi yang ada di masyarakat, diperlukan suatu cara agar potensi tersebut bisa digunakan dengan tepat guna. Metode yang bisa digunakan adalah manajemen pengetahuan (knowledge management). Namun, mengetahu potensi saja tidaklah cukup, diperlukan pembangunan infrastruktur yang murah. Infrastruktur tersebut dapat menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pedesaan (RuralICT)
Kata Kunci : kesenjangan digital, knowledge management, rural ICT
1.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan tingkat kemakmuran masyarakat berkaitan erat dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam kehidupan masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas hidupnya masyarakat harus dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk melakukan transformasi dari potensi daerah menjadi sesuatu yang bernilai. Masyarakat yang
menggunakan ilmu pengetahuan pada setiap aspek kehidupan sehari-hari disebut sebagai masyarakat berbasis pengetahuan. Perguruan tinggi yang berfungsi mengembangkan sistem pengetahuan memiliki peranan penting dalam membangun masyarakat berbasis pengetahuan. Peran perguruan tinggi ini meliputi motivasi pemakaian pengetahuan, penciptaan ilmu pengetahuan,
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
akses pengetahuan, asimilasi ilmu pengetahuan, difusi pengetahuan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Perguruan tinggi lokal seyogyanya mengidentifikasi kekayaan aset serta masalah dalam kehidupan rakyat di masing-masing daerahnya, karena setiap daerah memiliki keunikan aset masing-masing. Untuk mengidentifikasi kekayaan aset ini bisa menggunakan metode manajemen pengetahuan (Knowledge Management), sehingga perguruan tinggi bisa menggunakan ilmu pengetahuan untuk mentransformasi aset-aset yang ada di setiap daerah menjadi sesuatu yang bernilai jual dan dapat dipasarkan. Ilmu pengetahuan mengkonversi sumber daya daerah menjadi kekuatan ekonomi. Sumber daya tersebut dapat berupa aset fisik (kekayaan alam) atau aset non fisik (kultur). Teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan sebagai sentral dari pengembangan ilmu pengetahuan memerlukan infrastruktur untuk melakukan penetrasi ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan Teknologi R-NGN yang di dalamnya bisa dibangun aplikasi seperti e-education yang terhubung pada Jejaring Pendidikan Nasional (JARDIKNAS), khususnya JARDIKNAS Perguruan Tinggi (INHERENT = Indonesia Higher Education Network), atau e-farmer yang menjelaskan potensi kekayaan pertanian yang terdapat di daerah tersebut. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) digunakan sebagai sentral dari pengembangan ilmu pengetahuan.
2. PEMBAHASAN 2.1 Kesenjangan Digital (Digital Divide) Digital divide atau kesenjangan digital merupakan sebuah kesenjangan akses informasi. Kesenjangan ini diartikan sebagai perbedaan kepada orang-orang yang bisa mengakses informasi dengan orang-orang yang tidak bisa mengaksesnya. Perbedaan ini biasa diorientasikan pada orang-orang kota dengan orang-orang desa. Hal ini menjadi dasar pemikiran dikarenakan minimnya akses informasi orang-orang desa terhadap informasi. Saat ini, informasi
yang bisa diterima biasanya melalui telepon, televisi, dan radio. Sedangkan akses informasi lain melalui internet belum bisa dilakukan, karena pengadaan internet di desa dianggap bukan hal yang menguntungkan bagi pihak penyelenggara (provider). Sedangkan internet merupakan suatu ladang informasi yang sangat besar yang jika dimanfaatkan akan menghasilkan kesejahteraan bagi penggunanya. Akibat dari ``peng-anaktirian'' inilah, munculah kesenjangan digital yang mengakibatkan orangorang desa menjadi tidak bisa memanfaatkan akses informasi melalui internet sehingga proses pemanfaatannya menjadi sangat minim sekali.
Kesenjangan digital ini tidak hanya muncul di Indonesia saja, di beberapa negara maju seperti Amerika dan Inggris pun mengalami permasalahan yang sama. Namun, pada umumnya kesenjangan digital ini timbul pada negara-negara berkembang seperti Afrika, Indonesia, Cina. Penyebab kesenjangan digital ini umumnya akibat dari akses teknologi, sosio-ekonomi, tingkat pendapatan, level pendidikan dan perbedaan gender .
2.2 Teknologi Informasi & Komunikasi Pedesaan Sejalan dengan datangnya era ekonomi berbasis pengetahuan, semua lapisan masyarakat Indonesia harus mendapatkan kesempatan akses telekomunikasi. Ini diperlukan agar mereka dapat membangun kemampuan ekonominya dan pada gilirannya nanti dapat menikmati layanan yang semakin luas . Untuk menjalankan hal ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan membangun infrastruktur telekomunikasi yang berbiaya murah. Saat ini, terdapat dua lapis (layer) sistem telekomunikasi yang bekerja secara simultan melayani masyarakat Indonesia . Lapis pertama adalah Public Switched Telephone Network (PSTN) dan Lapis kedua menggunakan layanan telepon bergerak (mobile phones). Kedua lapis ini mengalami permasalahan yang cukup siginifikan, yaitu pada lapis pertama terdapat permasalahan pertumbuhan PSTN yang cukup lambat sedangkan pada lapis kedua muncul permasalahan yaitu base station dan stasiun bumi (ground station) hanya terdapat di kota-kota besar, akibatnya daerah pedesaan tidak terlayani. Oleh karenanya diperlukan suatu cara untuk mengatasi kedua permasalahan tersebut di atas. Hal ini dimungkinkan dengan penggunaan Teknologi R-NGN (Rural-Next Generation Network). Terdapat lima teknologi disruptif yang dijadikan dasar untuk membagun R-NGN, yaitu: 1. Teknologi NGN berbasis Internet Protokol
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
Teknologi internet memungkinkan interkoneksi yag efisien dibangun di atas sistem-sistem yang heterogen dengan menggunakan internet protokol 2. Teknologi Multimedia Teknologi multimedia memungkinkan sinyal fisi seperti suara, bunyi, musik, gambar dan video disalurkan secara digital melalui saluran IP. 3. Teknologi Wireless Ethernet Bridge Teknologi wireless memungkinkan transmisi sinyal IP dilakukan melalui gelombang elektromagnetik untuk menghubungkan berbagai titik yang berjauhan tanpa kabel. 4. Teknologi Softswitch Teknologi ini mengatur interkoneksi antar peralatan dalam jaringan yang menggunakan peralatan heterogen dan dioperasikan oleh pelaku bisnis telekomunikasi yang beragam. 5. Teknologi Sistem DSP Sistem DSP digunakan untuk mengimpleentasikan teknologi tersebut di atas menjadi produk Sebuah sistem R-NGN dapat digambarkan secara lengkap pada gambar berikut:
komunikasi dalam desa bisa ditekan semurah mungkin. Jaringan R-NGN menghubungkan sebuah komunitas dengan komunitas yang lain. R-NGN menggunakan protokol internet. R-NGN ini memungkinkan pengguna dari desa yang berbeda untuk saling berkomunikasi. R-NGN menghubungkan sebuah UAD dengan UAD lain. Dengan adanya R-NGN ini, desa-desa dapat saling berinteraksi satu sama lain. Pada kasus ideal, advanced gateway melakukan aplikasi-aplikasi yang diperlukan di desa. Melalui gateway ini, berbagai aplikasi dapat dibuat, baik yang bersifat umum maupun khusus untuk keperluan masyarakat setempat. 2.3 Knowledge Management Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management/KM) merupakan sistem dari himpunan yang terintegrasi dari orang, proses dan teknologi untuk mengembangkan, menyerap, menyebarkan, dan menerapkan pengetahuan, untuk mencapai nilai tambah maksimal dan tujuan strategis organisasi . Menurut , implementasi KM harus didahului oleh implementasi organisasi pembelajar, yang dibagun oleh interaksi antara manusia, habitat sera infrastruktur belajar. Dari tiga unsur organisasi pembelajar di atas, manusia merupakan unsur hidup dan menjadi faktor kuncu sukses terbentuknya orhanisasi pembelajar. Berbagi pengetahuan dan pengalaman di antara organisasi adalah aktivitas utama untuk menumbuhkankembangkan pengetahuan organisasi . Komponen bangunan organisasi pembelajar adalah sebagai berikut: 1. Fondasi ``bangunan organisasi pembelajar'' adalah habitat belajar, yang ditentukan oleh kualitas rasa saling percaya dan learning culture sebagai organizational capital 2. Struktur pilar pertama ``bangunan organisasi pembelajar'' menjelaskan sistem pengembangan manusia, untuk mengembangkan kompetensi karyawan secara berkelanjutan. 3. Struktur pilar kedua ``bangunan organisasi pembelajar'' menjelaskan fasilitas belajar, yang memfasilitasi terbentuknya organizational capital yang terdiri dari:
Setiap komunitas di desa memiliki sebuah Unit Akses Desa (UAD). Sebuah UAD menghubungkan sebuah terminal dengan terminal lain pada komunitas desa yang sama. Terminal bisa bersifat terminal tetap ataupun bergerak. Jadi, dengan menggunakan ini, eorang penduduk bisa berkomunikai dengan penduduk lain dari komunitas yang sama. Komunikasi yag terjadi dapat berupa komunikasi telepo ataupun data. Dengan adanya UAD ini membuat komunikasi desa adalah komunikasi berbasis komunitas. Penduduk dalam komunitas yang sama dapat berkomunikasi tanpa menggunakan sumberdaya dari luar komunitas. Dengan demikian, biaya
(a) Struktur organisasi; dengan karakteristik mampu memfasilitasi terjadinya proses desentralisasi dan otonom (b) Sistem penilaian kinerja 4. Balok penopang intangible asset digambarkan oleh keberadaan disiplin belajar 5. Enabler organisasi pembelajar menjelaskan tentang peran pemimpin yang keberadaan dan kualitasnya sangat menentukan keberhasilan terbentuknya fondasi belajar, keterampilan belajar, fasilitas belajar dan sekaligus menentukan terbentuknya disiplin belajar.
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
6. Atap ``bangunan organisasi pembelajar'' menggambarkan outcome dari organisasi pembelajar (intangible assets), yaitu kemampuan organisasi untuk create value (membangun kinerja organisasi di antaranya: peningkatan produktivitas dan pendapatan, minimasi kesalahan, memperpendek kurva belajar, serta meningkatkan inovasi dan kepuasan partner/konsumen).
eEducation merupakan aplikasi yang akan menyajikan informasi pendidikan di desa Segalaherang. Informasi ini misalnya jumlah sekolah, madrasah, jumlah siswa. Aplikasi ini diharapkan dapat terhubung dengan Jaringan Pendidikan Nasional (JARDIKNAS) sehingga informasi yang berkaitan dengan pendidikan akan bisa diketahui 2. eHealth eHealth merupakan aplikasi yang akan menyajikan informasi kesehatan di desa Segalaherang dan informasi kesehatan yang didapatkan melalui jaringan kesehatan nasional. 3. eSocial dan eCulture Rural blog merupakan suatu jejaring sosial yang dikhususkan pada suatu desa, misalnya Segalaherang . Blog ini berisi informasi mengenai desa dan interaksi penduduk di dalamnya. Rural blog akan berbeda dengan web profil biasa. Karena diharapkan di rural blog ini, penduduk (khususnya siswa) akan menulis informasi yang berkaitan dengan kegiatan sehari-harinya. Jika pengguna blog ini bisa memasukkan informasi tentang desanya, selanjutnya adalah terdapat aplikasi penggalian informasi (data mining).
2.4 Rancangan Tahap Implementasi Hasil studi ini akan diimplementasikan di Desa Cinta Mekar, Segalaherang, Subang-Jawa Barat. Pemilihan lokasi disebabkan tim PPTIK yang telah mengimplementasikan Rural ICT di desa ini. Selanjutnya adalah membuat roadmap agar pelaksanaan bisa dilakukan secara terarah. Roadmap yang akan digunakan mengikuti Amrit Tiwana Roadmap Model, yaitu: 1. Evaluasi infrastruktur Pembangunan infrastruktur telah dilakukan dengan menggunakan R-NGN yang diimplementasikan oleh tim PPTIK. Namun, R-NGN ini belum diimplementasikan di seluruh rumah penduduk. Namun, penduduk sangat antusias dengan adanya R-NGN ini. Direncanakan pada tahap selanjutnya, akan diimplementasikan R-NGN yang saling terhubung antar desa yang dekat dengan desa Segalaherang. 2. Pembangunan KM Sistem Analis dan Desain 3. Deployment 4. Evaluasi
2.5 Aplikasi dalam Knowledge Management 1. eEducation
4. eFarming eFarming merupakan aplikasi yang akan menyajikan informasi pertanian yang ada di desa Segalaherang, dan juga informasi pertanian dari aplikasi lain 5. eGoverment eGovernment merupakan aplikasi yang akan menyajikan informasi pemerintahan yang ada di desa Segalaherang dan juga terhubung dengan informasi pemerintahan daerah dan nasional 6. eCommerce dan eMicrofinance eCommerce merupakan aplikasi yang akan menyajikan hasil produksi dari desa Segalaherang yang juga bisa terhubung dengan eFarming
3. PENUTUP Peranan perguruan tinggi dan perkembangan IPTEK sangat penting untuk membangun tujuan masyarakat berbasis pengetahuan. Hal ini dipertegas dengan kenyataan bahwa IPTEK telah menjadi faktor penentu survivability dan kemakmuran dari masyarakat abad 21. IPTEK harus dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hidup dan kebersamaan masyarakat, serta menumbuhkan daya saing ekonominya. Diperlukan badan dengan otoritas untuk memastikan bahwa IPTEK membangun kemakmuran masyarakat. Badan ini bekerjasama dengan perguruan tinggi sebagai agen utamanya. Paling tidak ada empat program strategis yang perlu dilakukan yaitu
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
(1) Membangun SIPTEK (Sistem Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) (2) Memanfaatkan electronic government (3) Pengembangan industri berbasis IPTEK dan (4) Kulturalisasi IPTEK ke dalam budaya masyarakat.
4. Daftar Pustaka [1]. http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_divide, Pebruari 2008. [2]. http://www.digitaldivide.org/dd/digitaldivide. html, Pebruari 2008. [3]. Sally R. Beisser, Stuart W. Shulman, Teresa B. Larson, “Closing Digital Divide with Service-Learning”, Drake University, 2005. [4]. S Marine, J-M Blanchard, “Bridging The Digital Divide: An Opportunity for Growth in the 21st Century”, Strategy White Paper – Alcatel Telecommunications Review, 2004. [5]. Jann Hidajat Tjakraatmadja, “Knowldge Management dan Potensi Untuk Membangun Ekonomi dan Masyarakat Berbasis Pengetahuan”, Pidato Ilmiah Guru Besar, Institut Teknologi Bandung, 2007. [6]. Armein Z. Langi, “Rural Next Generation Networks: Teknologi Informasi dan Komunikasi Pedesaan”, Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi, Institut Teknologi Bandung, Oktober 2007. [7]. Armein Z. Langi, “Rural ICT for Digital Divide Solutions Roles of Universities in Developing Knowledge Society” Forum Rektor Indonesia, April 2008
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta
e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta