Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
Peranan Pendidik dalam Pembelajaran Berbasis Teaching Factory di Sekolah Menengah Kejuruan
Abstract Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Peranan Pendidik dalam PembelajaranBerbasis Teaching Factory di Sekolah Menengah Kejuruan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan menggunakan desain etnografi. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan. Subjek utama penelitian ini adalah pengelola sekolah SMK Muhammadiyah 1 Klaten. Informan kunci adalah Kepala Sekolah, Guru dan Siswa. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis data dalam situs, analisis data tertata serta data tidak tertata. Uji keabsahan data menggunakan kredibilitas, transferabilitas, konfirmabilitas dan dependabilitas. Simpulan dari penelitian ini adalah; Jika aktivitas Pendidik dalam pembelajaran berbasis teaching factory ingin terlaksana dengan efektif .maka guru harus menyadari untuk mengembangkan, 1) Pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang terus menerus, 2) Memiliki karakter yang kuat, 3) Memiliki dan menggunakan model pembelajaran aktif Keyword: Pendidik
Abdul Haris Staf Pengajar Universitas Widya Dharma Klaten
159
Teaching
Fctory,
Peranan,
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
menyiapkan manusia-manusia berkualitas,baik secara intelektual, integritas, maupun perannya dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu, baik sekolah maupun madrasah harus membekali dirinya dengan kurikulum/metode yang memadai (Mulyono, 2009: 185-186).
Pendahuluan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional yang telah disahkan Presiden pada tanggal 08 Juli 2003 sebagai penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 ini sarat dengan tuntutan yang cukup mendasar karena harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah pembaruan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Pendidikan harus mengubah paradigmanya. Norma-norma dan keyakinan-keyakinan lama harus dipertanyakan. Sekolah mesti belajar untuk bisa berjalan dengan sumber daya yang sedikit. Para profesional pendidikan harus membantu para siswa mengembangkan keterampilannya yang akan mereka butuhkan untuk bersaing dalam perekonomian global. Sayangnya, kebanyakan sekolah masih memandang bahwa mutu akan meningkat hanya jika masyarakat bersedia memberi dana yang lebih besar. Padahal dana bukanlah hal utama dalam perbaikan mutu pendidikan. Mutu pendidikan akan meningkat bila ada administrator, guru, staf dan anggota dewan sekolah mengembangkan sikap baru yang berfokus pada kepemimpinan, kerja tim,koopersi, akuntabilitas dan pengakuan (Arcaro, 2007: 2).
Sekolah merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan mandiri dan lain sebagainya. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka dibutuhkan kurikulum/metode yang kuat, baik secara infrastruktur maupun superstruktur (Soedijarto, 2008: 117).
Pengelolaan pendidikan adalah pengaturan kewenangan dalam penyelenggaraan system pendidikan nasional oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem pendidikan pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. (Sobri dkk, 2009: 3) berpendapat bahwa pengelolaan pendidikan adalah serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia (human resources), pada dasarnya pendidikan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek kemanusiaan peserta didik secara utuh, yang meliputi kedalaman spiritual, aspek perilaku, aspek ilmu pengetahuan dan intelektual, dan aspek keterampilan. Sejalan dengan semakin pesatnya tingkat perkembangan saat ini, maka tuntutan akan ketersediaan sumber daya manusia semakin tinggi. Dengan demikian kualitas yang memadai dan output merupakan sesuatu yang harus dihasilkan oleh sekolah maupun madrasah sebagai satuan pendidikan yang tujuan dasarnya adalah
160
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
memotivasi, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Manajemen sebagai proses oleh para ahli diberikan pengertian yang berbedabeda. Manajemen pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari usaha kerja sama dengan melibatkan segenap sumber daya yang ada untuk menegembangkan potensi peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien (Suhardan, 2010: 30)
dibidangnya harus bisa selaras dengan kebutuhan dunia industri untuk bisa bersaing pada pasar tenaga kerja, dimana lapangan pekerjaan yang tersedia masih belum seimbang lulusan sekalah.Pendidikan kejuruan mempunyai pengertian yang bervasiari menurut Subjektivitas perumus. Menurut Rupert Evans yang dikutip (Djojonegoro, 1999: 33) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang pekerjaan lain.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolan dan penyelenggaraan pendidikan menjelaskan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.
Oleh karena itu peningkatkan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama dalam rangka meningkatkan kualitas lulusannya. Rendahnya kualitas lulusan sekolah kejuruan berakibat produktifitas tenaga kerja terampil di dunia industri semakin terpuruk. tuntutan yang cukup mendasar karena harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Dan tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (Muslich, 2011:13). Kepercayaan dunia industri semakin berkurang sehingga lulusan yang terserap juga sedikit. Salah satu faktor penyebab adalah kurikulum yang terus berubah menyebabkan kondisi di lembaga pengelola pendidikan kejuruan semakin terbebani. Kondisi tersebut secara tidak langsung berakibat lembaga pendidikan kejuruan tidak siap dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Crosby dalam Hanik, (2011: 78) berpendapat bahwa mutu adalah memenuhi persyaratan (conformance to requirement) dan Deming yang terkenal sebagai “Bapak Mutu “mendefinisikan mutu adalah memenuhi kebutuhan pelanggan (meeting customer need). Sedangkan di dalam Panduan ISO menyebutkan istilah mutu adalah totalitas karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Halhal yang harus diperhatikan tersebut yaitu 1) visi, kepemimpinan dan komunikasi; 2) perbaikan proses dan perbaikan terus-menerus; 3) penyadaran mutu; 4) keterlibatan yang kreatif dari personil; 5) hubungan pemasok dan pelanggan; 6) imbalan dan pengakuan. Sekolah Menengah Kejuruan yang berfungsi sebagai lembaga pencetak tenaga terampil dan kompeten
161
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
Dalam bidang pendidikan, perencanaan merupakan fektor kunci efektivitas keterlaksanaan kegiatankegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada tingkat nasional, maupun lokal, karena perencanaan merupakan unsur penting dan strategis yang memberikan arah dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dikehendaki.
peningkatan tamatan yang benar-benar profesional, memiliki etos kerja, disiplin dan tetap menjunjung tinggi serta berakar pada budaya bangsa. Pendidikan yang paling sesuai untuk meningkatkan hal tersebut adalah pendidikan yang berorentasi pada dunia industri dengan penekanan pada pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai. Dunia industri yang merupakan sasaran dari proses dan hasil pembelajaran sekolah menengah kejuruan mempunyai karakter dan nuansa tersendiri. Oleh karena itu lembaga pendidikan kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pendekatan pembelajaraan yang tepat dan bermutu sesuai dengan keinginan dunia industri. Mutu meliputi seluruh komponen pendidikan dan perlakuannya pada setiap tahap pendidikan baik masukan (input), proses, hasil (output), maupun outcome (Hanik, 2011: 78).
Menurut (Sa'ud & Makmun 2005: 4), pada hakikatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan penyiapan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, kreasi dan sebagainya). Tujuan penyelenggaraan pendidikan tingkat menengah berdasarkan Keputusan Mendiknas Nomor 053/V/2001, tanggal 9 April 2001 tentang Pedoman Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah adalah: (a) meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi dan mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; dan (b) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar.
Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu (Sanaky, 2010: 9). Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik dalam rangka perubahan sikap ( Jihad, 2008: 40). 2. Proses Pembelajaran
Seharusnya Sebagai lembaga pendidikan yang mendidik calon tenaga kerja, keunggulan yang dikembangkan oleh sekolah menengah kejuruan diutamakan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Produk yang bermutu perlu manajemen. Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola (Rohiat, 2008: 14). Untuk mencapai hal tersebut SMK harus memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi pada
Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran (Jihad, 2008: 50). Proses pembelajaran pada dasarnya mengantar para pelajar memulai belajar, jadi tidak
162
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
menjadikan para pelajar pandai karena mereka harus menjadikan diri pandai sesuai dengan kemampuan intelektual yang ada pada mereka (Syukur, 2008: 29).
fungsional bertalian satu sama lain tetapi dapat didiskusikan secara terpisah 11) Dibawah bimbingan yang merangsang dan bimbingan tanpa tekanan dan paksaan
Proses belajar itu sendiri meliputi (Syukur, 2008: 35)
12) Hasil-hasil belajar adalah polapola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi abilitas, dan ketrampilan.
1) Signifikansi belajar 2) Teori-teori belajar 3) Hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan
13) Dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalamanyang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
4) Fase-fase yang dilalui dalam peristiwa belajar 3. Ciri – ciri belajar Hamalik dalam( Jihad, 2008: 41), memberikan cirri-ciri belajar, yaitu :
14) Lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan berbeda- beda
1) Proses belajar harus mengalami, berbuat, bereaksi, dan melampaui
15) Bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis. 4. Faktor-faktor mempengaruhi belajar
2) Melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu. 3) Bermakna tertentu
bagi
1) Faktor Internal, meliputi (Suprapto, 2009: 19) :
kehidupan
a. Keingintahuan b. Motivasi
4) Bersumber dari kebutuhan dan tujuan yang mendorong motivasi secara keseimbangan.
c. Inisiatif, Interaksi Komunikasi
5) Dipengaruhi pembawaan dan lingkungan
d. Kompetensi Sosial
6) Dipengaruhi oleh perbedaanperbedaan individual
f. Temperamen g. Dorongan untuk belajar dan gaya belajar h. Kemampuan 2) Faktor Eksternal, meliputi (Dimyati, 2010: 248-253) : a. Guru sebagai pembina siswa belajar
8) Proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui status dan kemajuannya 9) Kesatuan fungsional berbagai prosedur belajar
dan
e. Kreatifitas
7) Berlangsung secara efektif apabila pengalamanpengalaman dan hasil -hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan anda sebagai peserta didik
10) Hasil-hasil
yang
b. Prasarana dan pembelajaran
dari
sarana
c. Kebijakan penilaian d. Lingkungan sosial siswa di
secara
163
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
sekolah
produk barang atau jasa tetapi hasil dari produksi tersebut tidak ada dipakai atau di pasarkan hanya semata-mata untuk menghasilkan nilai dalam proses belajar mengajar.
e. Kurikulum sekolah 5. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu (Jihad, 2008: 79).
Adapun manfaat yang di harapkan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis teaching factory adalah: 1) Aspek Pedagogik 2) Aspek Ekonomi 3) Aspek Sosial
Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar (Dimyati, 2010: 200).
Beberapa faktor itulah yang mendorong SMK Muhammadiyah untuk senantiasa meningkatkan proses pembelajaran, sehingga betul-betul mampu menghasilkan manfaat sesuai yang di harapkan.Dalam pembelajaran berbasis teaching factory membutuhkan kreatifitas guru dan juga fasilitas-fasilitas yang lainnya, oleh karena itu perlu upaya yang sungguh-sungguh dalam melaksanakannya. Walaupun banyak SMK mengatakan telah melaksanakan proses pembelajaran berbasis teaching factory, namun belum sepenuhnya bisa menghasilkan suatu hasil yang di harapkan. Karena mereka hanya melaksanakan pembelajaran secara konvensional. Karena sesuai dengan pedoman pengelolaan teaching factory yang di terbitkan Dinas Pendidikan Jawa Tengah, manfaat teaching factory di harapkan mampu, 1) menjadi sumber pembelajaran siswa, 2) menjadi salah satu sumber pendanaan pendidikan sekoalah SMK, 3) sebagai sarana peningkatan kompetensi guru dan siswa , 4) sebagai sarana alih teknologi dan transformasi budaya industry dalam pembentukan karakter. Hal ini sesuai dengan upaya yang telah dilakukan di
Temuan Hasil Penelitian Penelitian Sesuai dengan paparan data yang dikumpulkan dan dianalisis , maka dapat memperoleh temuan penelitian sebagai berikut: Pada dasarnya pembelajaran berbasis produksi adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang di rancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Dengan kata lain barang yang diproduksi dapat berupa hasil produksi yang dapat di jual atau yang dapat digunakan oleh masyarakat, sekolah atau konsumen. Pembelajaran berbasis produksi dalam paradigma lama hanya mengutamakan kualitas
164
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
SMK Muhammadiyah 1 Klaten, sesuai penuturan Bapak Wardoyo:
jururan pemesinan yang baru dan saat wawancara juga masih menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam memberikan berbagai informasi atau keterangan, juga memberikan pernyataan serupa:
.…Untuk teaching factory maka ada ciri-ciri tertentu atau spek dibanding dengan pembelajaran konvesional, kalau konvesional itu biasanya kita hanya mencapai pada kompetensi dasar hanya cukup 1 per kompetensi tetapi kalau kita dengan pembelajaran teaching factory karena satu produk itu tidak mungkin dapat di selesaikan dengan 1 kompetensi dasar maka harus dipersiapkan beberapa kompetensi dasar harus tuntas karena harus menyelesaikan benda kerja yang akan di produk untuk proses pembelajaran….
“….Biasanya kalau guru-guru yang aktif di teaching factory biasanya lebih kreatif dalam memberikan program praktek, jadi job-jobnya itu lebih kreatif lebih menuju sasaran industri jadi tidak monoton….” (KP, Jaka Widoya, S.Pd. T) Peneliti dalam observasi di lapangan melihat kesesuaian antara hasil wawancara dengan para guru tersebut. Hal ini terindikasi guru yang telah selesai wawancara dengan peneliti segera kembali melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Demikian juga peneliti juga melihat terhadap kegiatan siswa dan guru berlangsung sampai sore hari, ini menunjukkan bahwa upaya guru dalam memberikan proses pembelajaran telah dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan semangat yang tinggi. Bapak Wardoyo dengan semangat juga menambahkan keterangan kepada peneliti:
(WK, Drs. Wardoyo) Beliau juga menambahkan bahwa Guru dalam pembelajaran berbasis teaching factory perlu untuk memiliki karakter yang kuat, karena pembelajaran berbasis teaching factory memiliki volume pekerjaan yang lebih, mungkin kerja sampai lembur, atau suatu pekerjaan membutuhkah improvisasi tertentu. Berikut pernyataan beliau kepada peneliti: .…Karakter guru harus ada lebihnya dibandingkan dengan guru biasa karena ada volume pekerjaan yang lebih harus kita lembur mungkin ada juga pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan improvisasi atau penanganan khusus jadi tergantung ide atau ketrampilan guru tersebut, jadi karakter guru sangat berpengaruh sekali dalam proses tersebut….
.…Saya kira kompleksitas dan pekerjaan yang lain memerlukan pemikiran yang lebih, tenaga yang lebih, waktu yang lebih, karena kita harus mencapai target yang diinginkan oleh pemesan produk tetapi kalau di suka nya banyak juga sukanya paling tidak hubungan kita dengan stake holder luar lebih erat sehingga ketrampilan yang mungkin penunjang pada anak didik yang masing kurang pada saat di berikan sesuai dengan kurikulum sekolah dapat kita lengkapi ini walau pun itu
(WK, Drs. Wardoyo) Bapak Jaka Widoya yang saat ini menjabat sebagai ketua
165
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
hanya pengetahuanpengetahuan praktis karena pengetahuanpengetahuan praktis itu sangat mendukung sekali dalam penyelesaian pekerjaan….
(KP, Jaka Widoya, S.Pd.T) Pernyataan diatas juga di perkuat dengan penuturan dari Kepala Unit Produksi: ….Pertama kita dalam tahun ajaran baru, kita sudah konsolidasi dengan guru serumpun jadi kita sudah menentukan produk apa yang kita buat agar per kelas itu nanti sama kemudian kita bagi per komponen kalau memang kita tidak kita bagi per komponen itu per kelas atau per siswa sehingga produk yang kita hasilkan tidak terlalu banyak kalau kita belum bisa mempunyai pasaran yang jelas….
(WK, Drs. Wardoyo) Keseriusan guru tersebut juga dapat di lihat dari beberapa dokumen kegiatan sekolah maupun kondisi kegiatan riil guru yang sedang terjadi disekolah, karena pada saat peneliti mencari beberapa guru untuk di posisikan sebagai nara sumber ternyata ada guru yang mengisi pengajian sekolah yang rutin di adakan setiap hari jum’at. Ini menunjukkan bahwa upaya membina kemampuan mental guru dan siswa dalam menunjang terlaksananya proses pembelajaran senantiasa telah di lakukan di SMK Muhammadiyah 1 Klaten ini.
(UP. TP, Hendro Arifianto, ST.,M.Pd.) Dalam melaksanakan proses pembelajaran ini guru memang harus jeli dan mampu merencanakan dengan baik semua tahapan-tahapan pembelajaran yang akan di lakukan, karena proses ini akan sangat menentukan kelayakan produk atau jasa yang nanti akan dihasilkan, Hal ini tertuang dalam wawancara peneliti dengan wakil kepala, berikut pernyataannya:
Untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif, maka dari beberapa guru yang ada juga diidentifikasi terkait kemampuan dan keahlian masing-masing. Setelah itu di bentuk tim guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis teaching factory. Ketua Jurusan Pemesinan sekali lagi menjelaskan dengan detail hal tersebut:
….Pembelajaran dalam kelas yang telah menggunakan teaching factory kita harus tahu sesuatu tujuan kita memakai pembelajaran teaching factory sehingga siswa tahu betul tujuan yang dicapai juga perbedaannya kalau belajar dengan sistim konvensional kalau tidak harus ada karakter bisa memuaskan pelanggan jadi pekerjaan tuntutannya lebih halus dalam performance/ tampilan lebih teliti ukuran
….Yang pertama, kami pemetaan guru, biasanya yang ahli di bidangnya, walaupun mereka juga backgrounnya juga dari teknik permesinan tapi ada juga ahli khusus, ahli dibidang las, ahli dibidang pemesinan, jadi nanti ada tugas unit teaching factory membuat suatu produk tertentu nanti pembagian pembuatan job sheet nya dibagi-bagi ada mesinnya dan kerangkanya….
166
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
atau pemakaian mesin tool juga lebih tepat dalam penyelesaiannya, dibandingkan dengan yang pembelajaran non teaching factory….
-anak yang kurang bisa mengetahui, memahami ya tujuannya sehingga mungkin anak itu ingin bisa, tetapi dalam mengikuti masih sembrono masih kurang mengikuti prosedur masih mengesampingkan hal-hal yang pokok tapi ya sebenarnya dia itu ingin juga bisa, tapi tidak itu berusaha semaksimal mungkin itu menjadikan kami juga merasa kurang sreg, belajar dengan sungguh sungguh prosedur siapapun juga bisa….
(WK, Drs. Wardoyo) Pernyataan tersebut juga dipertegas dengan penuturannya Kepala Unit Produksi Teknik Pemesinan: ….Jadi untuk melaksanakan pembelajaran sistem teaching factory kami sudah mempunyai planning sehingga nanti kita dapat masukan dalam pembelajaran dalam proses pembelajaran nanti bisa step by step sehingga mungkin siswa A atau kelas A komponen yang satu mungkin kelas B komponen kedua pada akhirnya bisa terangkai menjadi produk….
(KBP, Drs. Damiri) Perencanaan dalam pembelajaran berbasis taching factory memang harus jelas dan detail, sehingga guru-guru senantiasa membuat dan menentukan perencanaan secara terinci dalam lembar kerja atau job sheet. Seperti yang diutarakan oleh Kepala Unit Produksi sebagai berikut:
(UP. TP, Hendro Arifianto, ST.,M.Pd.)
“Yang penting pertama pembagian dari job sheet itu sendiri kita harus membuat job sheet terus pembagian job kita tidak mungkin kita pegang lima kelas, karena disini ada 5 kelas dengan masing – masing guru yang berbeda, kita harus di kita konsolidasi dulu dengan beberapa guru, mungkin kelas A mengerjakan komponen A, kelas B mengerjakan komponen B, sehingga kelas F merangkai produk. Jadi pembelajaran juga bisa masuk per kurikulum.”
Jadi dalam pembelajaran bebasis teaching factory sangat penting untuk merencanakan dan menetapkan tujuan pembelajaran, agar jangan sampai siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang paham, yang dampaknya siswa menjadi tidak serius, seperti penuturan Bapak Damiri: ….Kami sebagai guru sudah semaksimal mungkin untuk hal mengajar dengan sungguhsungguh kadang meskinpun kami sudah memotivasi kepada siswa agar sungguh-sungguh didalam mengikuti pembelajaran, namun dalam pelaksanaannya kadang ya masih ada satu dua tiga yang seakan tidak ingin tahu, itu yang menjadi dukanya itu, ya itu padahal masih banyak anak
(UP. TP, Hendro Arifianto, ST., M.Pd) Senada yang di utarakan oleh Bapak Hendro,demikian juga
167
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
menurut pernyataan Bapak Jaka Widoya tentang pentingnya guru menyusun lembar kerja untuk mengetahui apa saja kebutuhan yang akan diperlukan dalam pembelajaran berbasis teaching factory:
usaha kami dalam hal ini guruguru pemesinan…. (KBP, Drs. Damiri) Proses pembelajaran berbasis teaching factory tersebut ternyata lebih menuntut guru untuk memiliki ketrampilan dan pengalaman yang kuat, karena dengan ketrampilan yang baik serta pengalaman ini akan memberikan pengarahan, bimbingan yang lebig detail. Di pembelajaran ini menuntut kejelian, kepekaan dan keseriusan yang tinggi, karena untuk mampu menghasilkan suatu barang yang baik dan sesuai dengan standard industi ataupun stake holder dalam mengoperasikan peralatan tidak boleh ada selisih satu milipun. Maka dalam mengembangkan ketrampilan tersebut sekolah senatiasa memberikan kesempata kepada para guru untuk magang di perusahaan maupun di tempattempat yang lain. Bahkan secara umum latar belakang pendidikan masterpun menurut beberapa guru di SMK Muhammadiyah 1 di anggap kurang relevan dengan tuntutan pembelajaran ini. Seperti yang di utarakan Kepala Sekolah:
“…..Yang utama untuk materinya, materinya itu kita singkronkan dengan kebutuhan industri ataupun teaching factory arahannya jadi nanti sebelum pembelajaran itu guru harus menyiapkan job sheet praktek apa yang harus dibuat, dan produk apa yang harus dihasilkan, itu di rencanakan dari depan, terus nanti kan dari situkan teaching factory itu mengadakan bahan apa yang dibutuhkan, nanti kan bisa mengadakan yang harus dibeli bahan seperti apa.” (KP, Jaka Widoya, S.Pd. T) Bapak Damiri selaku kepala bengkel pemesinan juga memberikan pendapat yang sama perihal pentingnya guru untuk menyiapkan lembar kerja dalam proses pembelajaran berbasis teaching factory, berikut penuturannya kepada peneliti:
….Jadi untuk eee. Pembelajaran lanjut atau ke S2 memang ada beberapa rekan guru yang kami tugasi untuk belajar ke tingkat yang lebih tinggi tapi itu memang ya kurang begitu menjamin kalau kita kaitkan dengan kegiatan teaching factory ini, karena memang untuk teaching factory ini kan kita fokusnya ke kompetensi yang produktifnya jadi yang penting kegiatan guru itu bisa mencakup di kegiatan yang ada sekitar industri jadi tidak harus S2 memang….
...Ya kami sebagai guru untuk permesinan, ini berusaha tentunya dengan tim merencanakan itu dari awal di usahakan RPP atau Job Sheet dibuat yang sekiranya nanti itu standar yang di industri, sehingga nanti dengan job sheet itu kami berusaha tim itu membimbing memberikan bekal benar-benar sehingga anak itu atau lulusan bisa bekerja sesuai dengan atau mendapatkan kompetensi yang nanti sekiranya itu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pihak industri, itu suatu
(KS, Drs. Rasijo)
168
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
Selain hal tersebut, para guru telah memiliki kebiasaan untuk transfer pengetahuan atau pengalaman antar guru secara internal, berikut penuturan Ketua Jurusan Pemesinan:
Senada yang di sampaikan Ketua Jurusan Pemesinan kepada peneliti: “…Menurut kami S2, dak ada korelasi karena teaching factory itu lebih ke kemampuan skill…”
….Penguasaan guru terhadap materi kami rasa karena kami itu sering melakukan sharing kalau guru sendiri selain di diklatkan di luar sering kali kami setelah semesteran kan ada hari libur kami sendiri sering share tukar ilmu dengan ini praktek di bengkel-bengkel nanti bareng-bareng dengan teman-teman sharing pembagian ilmu….
(KP, Jaka Widoya, S.Pd.T) Untuk itu Sekolah Menengah Kejuruan Muahammadiyah 1 Klaten ini lebih banyak mengikutkan para gurunya dalam pelatihan-pelatihan yang meningkatkan ketrampilan dan pengalamannya, hal ini juga sesuai dengan yang di sampaikan Kepala Bengkel Pemesinan kepada peneliti:
(KP, Jaka Widoya, S.Pd.T)
….Perlu di tingkatkan dengan baik sekolah sendiri itu untuk peningkatan kompetensi guru kemarin sudah kami kirim untuk ke Malang itu ke PT BT Malang pak itu untuk CNC. PT BT Malang, P3BV Malang kayaknya, itu tidak lain untuk peningkatan kompetensi guru, untuk training di sana selama 3 minggu, itu ya tidak lain untuk peningkatan kompetensi guru, dan pembelajaran tefa itu sehingga diharapkan bisa melaksanakan ya minimal standar industri ya kalau sesuai standar industri melengkapi menyempurnakan ya untuk sangat kompetitif betul yang masih…., paling tidak sudah ada dari sekolah itu sudah ada usaha ke situ pendekatan industri, selain ke Malang juga ke Solo kami juga kirim untuk peningkatan kompetensi dibidang mekanik dasar permesinan….
Namun dengan status sekolah RSBI yang telah di laksanakan sejak tahun 2008 dan kedepan SMK Muhammadiyah 1 diharapkan mampu menjadi SBI, kondisi ini di rasa perlu untuk di evaluasi kembali, karena bagaimanapun peningkatan guru harus memenuhi keseimbangan antara IQ dan EQ. Hal ini juga sejalan dengan harapan pemerintah yang tertuang dalam amanah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 50 ayat 3. Yang bunyinya, pemerintah dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurangkurangnya satu satuan pendidikan di semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Dan dalam melaksanakan pendidikan di SMK atau sederajat yang menuju ke status SBI diharapkan sekolah tersebut telah mampu memenuhi 30% guru yang sudah memiliki gelar master.
(KBP, Drs. Damiri)
Dalam pembelajaran
169
melaksanakan berbasis teaching
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
factory guru-guru juga harus mempertimbangkan kepentingan pengguna atau kebutuhan pemakai produk hasil dari SMK ini. Hal ini untuk menjaga agar jangan sampai proses pembelajaran dilakukan tanpa perencanaan yang matang, sehingga output tidak sesuai dengan standard. Ini juga menjaga agar pengguna produk merasa tidak terpuaskan. Berikut penjelasan Bapak Wardoyo kepada peneliti:
kerjasama untuk membicarakan mengenai perkembanganperkembangan yang terbaru jadi nanti kami selalu setiap setahun sekali kami adakan revisi kurikulum pengembagnan kurikulum, kami sendiri sudah ada tim khusus pengembangan kurikulum jadi nanti ada revisi, penghapus ada mapel-mapel yang perlu di tambah di sesuaikan dengan kebutuhan industri….
“...Dalam pembelajaran teaching factory karena kita memang harus berhubungan dengan pemakai produk atau customer paling tidak guru harus tahu apa yang diinginkan pemakai produk atau yang membuat puas pemakai produk…”
(KP, Jaka Widoya, S.Pd.T) Berdasar pengamatan peneliti dan bukti dokumendokumen yang di miliki Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1, peneliti masih merasakan, bahwa kerja sama yang dilakukan di SMK ini masih sebatas dengan dunia industri di lokal Kabupaten Klaten. Untuk itu untuk mampu memberikan nuansa yang lebih baik kepada guru maupun siswa jalinan kerjasama sebaiknya perlu di kembangkan ke industri-industri yang lebih luas, jika mampu suatu industri yang sudah berskala Nasioanal.
(WK, Drs. Wardoyo) Sesuai dengan pedoman pengelolaan teaching factory yang di terbitkan oleh Dinas Pendidikan Jawa Tengah, bahwa bagaimanapun proses pembelajaran ini tidak akan bisa berjalan dengan sempurna tanpa ada dukungan dari berbagai pihak, antara lain pemerintah, masyarakat, dunia industri dan lain-lain. Hal ini juga disampaikan oleh Ketua Jurusan Pemesinan sebagai berikut:
Dalam proses evaluasi pembelajaran berbasis teaching factory, guru-guru melakukan tahapan-tahapan yang harus memenuhi standard Nasional, sehingga sangat berbeda bila dibandingkan proses evaluasi pembelajaran yang konvensional. Hal ini mempertimbangkan output dari proses pembelajaran yang harus mampu menghasilkan suatu produk atau jasa yang memnuhi standar dan juga layak jual. Berikut informasi yang disampaikan Kepala Bengkel Pemesinan:
.…Mungkin kita sebetulnya kita perlu e.. suatu kerja sama dengan industri atau sesama sekolah khusus pembuatan suatu produk la pemerintah sebetulnya wajib memfasilitasi seperti itu jadi hanya kurang perhatian dari pemerintah… untuk kaitannya dengan ee… kurikulum berdasarkan industri, ee. Kami .mengundang dari pihak DU/DI kami telah mengadakan
….Kalau evaluasinya itu untuk ya meskipun belum sepenuhnya menggunakan
170
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
model yang dipakai ATMI, itu menggunakan penilaian lembar penilaian, evaluasinya di nilai sesuai dengan standar penilaian yang mengacu pada ATMI,sehingga di nilai dengan penilaian secara Nasional….
sesuai sasaran tentu saja proses pan dari panitia tadi kami perlu mengadakan penambahan pembelajaran utamanya untuk kelas 3 baik yang nanti untuk menghadapi ujian teori maupun ujian praktek, sehingga ada kegiatan tutorial yang sebenarnya kalau kita laksanakan yang terjadi tapi insyaallah masih untuk menjaga kestabilan untuk meningkatkan keadaan selanjutnya untuk mewujudkan teaching factory yang baik karena teaching factory siap untuk ketrampilan jadi perlu dari hal pemasaran, perencanaan yang menyangkut efisiensi pekerjaan, material, maupun perencanaan…
(KBP, Drs. Damiri) Untuk mengevaluasi keberhasilan siswa, disamping menggunakan lembar penilaian yang standard ATMI, juga akan sangat ditentukan dari hasil kerja praktek para siswa. Ini sesuai dengan penuturan Ketua Jurusan Pemesinan peneliti: “…..Evaluasinya nanti terlihat pada saat ujian praktek kejuruan, di situ akan terlihat dia lebih unggul dari kerja prakteknya….”
(WK, Drs. Wardoyo)
(KP, Jaka Widoya, S.Pd.T)
Disamping itu guru juga akan menggunakan Standar penilaian dari hasil kerja praktek siswa dengan lembar kerja yang sudah ditetapkan di awal pembelajaran. Berikut penuturan Kepala Unit Produksi Sang Surya SMK Muhammadiyah 1:
Informasi tersebut senada yang di sampaikan oleh Wakil Kepala SMK Muhammadiyah 1 Klaten kepada peniliti di bengkel pemesinan yang pada saat itu masih banyak aktivitas siswa:
…..Kita kan dalam mengerjakan suatu pembelajaran pasti ada job sheet atau lembar kerja itu sudah ada ukuran sudah ada toleransi, jadi setelah habis pembelajaran kita evaluasi kami adakan pengukuran atau secara visual dalam pengelasan yaitu sesuai gak dengan gambar, sehingga jika tidak sesuai dengan gambar maka untuk pembelajaran anak itu tidak berhasil….
….Kami juga kami masih dibantu …… memberi masukan-masukan memakai aspek dari luar sementara ini dari Akademi Teknik Mesin Industri di Solo sedang dari hasil secara kuantitas 100% secara kualitas kami mencoba yang lulus itu tidak hanya asal dapat memenuhi kriteria lulus yang ada pada buku standar ujian tapi nilainya yang ditulis harus semua memenuhi standar industri karena paling tidak memasang target itu pun tidak 100% tapi tujuan kita mengarah 100% nanti tuntutan akan semakin naik sesuai dengan …… untuk menaikan
(UP. TP, Hendro Arifianto, S.T., M.Pd)
171
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
Dalam mengevaluasi hasil keberhasilan siswa juga dilakukan dengan dua cara, yang pertama secara individual dan kedua dengan cara kelompoka, seperti penuturan Wakil Kepala kepada peneliti:
dengan pembiasaan entah itu dengan sholat berjamaah atau dengan pembuatan laporan ataupun dengan tugas-tugas diluar tugas utama pada waktu praktek miling tidak seluruhnya anak diberi tugas miling mungkin mengkalibrasi alat ukur yang mampu dikerjakan anak ….
….Untuk siswa yang mengikuti pembelajaran teaching factory cuma dilakukan dua penilaian, pertama penilaian mandiri yaitu tugas-tugas memang dikerjakan sendiri karena menyangkut per kompetensi misalnya las, milling hanya pekerjaan itu dapat mandiri sendiri-sendiri, tapi juga diperlukan untuk penilaian secara kelompok salah satunya dia dapat bekerja sama dengan baik, dapat menyampaikan ide dapat membentuk tim yang solid seperti pada pekerjaan merangkai atau finishing karena biasanya untuk benda kerja itu yang merupakan produk tidak hanya jadi satu benda kerja itu beberapa work satu benda kerja yang dirangkai, evaluasi menyeluruh meliputi hampir 3 aspek seluruh mata pelajaran baik aspek kognitif, ilmu pengetahuan, dapat ilmu tertulis, psikomotorik dapat dengan ilmu baik di bengkel maupun di sekolah kalau untuk khusus atau mata pelajaran…. Selain psikomotorik juga kognitf tetapi kan lembaran penilaian menyangkut sikap, tanggungjawab, kerjasama, dan ilmu seluruh mata pelajaran diberikan formulir 3 aspek tersebut baru akan muncul nilai sesungguhnya alat tersebut untuk kompetensi kemudian apabila ada dengan keadaan yang belum sesuai KKM sebelum terjadi kami juga sudah melakukan pembimbingan
(WK, Drs. Wardoyo) Berdasarkan uraian data di atas SMK Muhammadiyah 1 Klaten sudah mampu melakukan penataan pembelajaran berbasis teaching factory, hal ini telah sesuai dengan model pembelajaran 6-M (Martawijaya: 2010), yaitu mampu melakukan tahapantahapan dalam melaksanakan pembelajaran berbasis teaching factory, 1) mendasarkan kepada kebutuhan stake holder atau konsumen, 2) mampu menerima pesanan, 3) mampu menganalisis pesanan, 4) jika sudah sesuai, maka menyatakan kesiapan mengerjakan pesanan, 5) mengerjakan pesanan, 6) menyerahkan barang sesuai pesanan. Simpulan Jika aktivitas guru dalam pembelajaran berbasis teaching factory ingin terlaksana dengan efektif .maka guru harus menyadari untuk mengembangkan, 1) Pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang terus menerus, 2) Memiliki karakter yang kuat, 3) Memiliki dan menggunakan model pembelajaran aktif,
172
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
Daftar Pustaka AM Muliati A. 2008. Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda, Suatu Penelitian Evaluatif Berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda pada Sebuah SMK di Sulawesi Selatan. http://www.damandiri.or.id/file/muliaty unjab.pdf diakses 20 Juli 2011
Harsono, 2011. Penelitian Pendidikan untuk Guru Profesional. Surakarta: Program Pascasarjana UMS Harsono. 2008. Model-model Pengelolaan Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Jihad, A. Haris, . 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo
Arcaro, Jerome S. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tatalangkah Penerapan. Terj. Yosal Irianto. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Karmel, Tom. 2007. Vocational Education and Training in Australian Schools, The Australian Educational Researcher. Vol. 34, Number 3. http://www.proquest.umi.com diakses 10 Desember 2010
Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kicken, Wendy dkk. 2009. The Effects of Portfolio-Based Advice on the Development of Self-Directed Learning Skills in Secondary Vocational Education. Education Tech Research Dev 57: 439-460. http://www.proquest.umi.com diakses 10 Juni 2010
Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Departemen Pendidikan Nasional, Permendiknas Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana SMK/MAK, Jakarta. Depdiknas
Man Leung, Anita Sui. 2010. An Effective Learning Model to Support People Development: The Emerging Approach of The Hong Kong Institute for Vocational Education. International Education Studies. Vol. 3, No. 4. http://www.ccsenet.org/ies diakses 10 Juni 2010
Dimyati. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Rineka Cipta Departemen Pendidikan Propinsi Jawa Tengah, 2010, Pedoman Pengelolaan Teaching Factory SMK Jawa Tengah. Semarang: Depdiknas.
Maliki, Zainuddin. 2008. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Djojonegoro, Wardiman. 1999. Pengembangan SDM Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Balai Pustaka.
Martawijaya, Dadang Hidayat. 2011. Pengembangan Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (model TF-6M) untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Pradaktif Sekolah Menengah Kejuruan. Vol. 18, No. 1. http://repository.UPI.edu/disertasiview. php. diakses 10 Agustus 2011
Handoko. 2003. Manajement edisi 2. Yogyakarta: BPFE Hanik, Umi. 2011. Implementasi TQM dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan. Semarang: RaSAIL Media Group Harsono. 2011. Etnografi Pendidikan Sebagai Desain Penelitian Kualitatif. Surakarta: Program Pascasarjana UMS
173
Kiat BISNIS Volume 5 No. 2 Juni 2013
Muslich, Masnur. 2011. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Society. 76, 155-169. http://www.bpsjournals.co.uk diakses 10 Desember 2010
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional (layanan dalam Meningkatkan Mutu Pengajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: Alfabeta
Mulyono 2009. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suprapto. 2009. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak. Available on : http://supraptojielwongsolo.wordpress.c om. 15 Mei 2010.
Ozsagir, Arif dkk. 2010. The Relationship between Vocational Education and Industrial Production in Turkey. International Journal of Ekonomic Perspectives. Vol. 4 Issue 2, 439-448. http://www.econ-society.org diakses 10 Juni 2011
Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas maret University Press Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif kualitatif dan R & D,Edisi 7, Bandung: Alfabela
Rukmana, Ade & Mulyati,Siti,Yati. 2008. Pengelolaan Pendidkan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan
Spradley, James. 2007. Metode Etnofgrafi. Yogyakarta: Tiara Wacana
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syukur, Fatah. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: RaSAIL Media Group
Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah-Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika Aditama Sa’ud, Syaefudin & Makmun, Syamsuddin Abin. 2005. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehenshif, Bandung: Kerjasama Program Pascasarjana UPI dengan PT. Remaja Rosdakarya. Sanaky, Hujair AH. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara Sobri dkk,2009. Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Multi Pressindo. Soedijarto, 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional. Jakarta. PT. KMN. Stavenga de Jong, Jan A dkk. 2006. An Exploration of the Relationship between Academic ang Experiential Learning Approaches in Vocational Education. The British Psychological
174