Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa Berbasis Teaching Factory di Sekolah Menengah Kejuruan
Abstract Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa Berbasis Teaching Factory di Sekolah Menengah Kejuruan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan menggunakan desain etnografi. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan. Subjek utama penelitian ini adalah pengelola sekolah SMK Muhammadiyah 1 Klaten. Informan kunci adalah Kepala Sekolah, Guru dan Siswa. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis data dalam situs, analisis data tertata serta data tidaktertata. Uji keabsahan data menggunakan kredibilitas, transferabilitas, konfirmabilitas dan dependabilitas. Simpulan dari penelitian ini adalah: Jika siswa ingin menjadi lulusan yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang baik dan siap bersaing di dunia kerja maupun masyarakat, maka siswa harus menjadi pembelajar yang efektif, memiliki sikap belajar yang positif dan meningkatkan pembelajaran seumur hidup
Abdul Haris Staf Pengajar Universitas Widya Dharma Klaten
Keyword: Teaching Fctory, Faktor, Siswa
76
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Pengelolaan pendidikan adalah pengaturan kewenangan dalam penyelenggaraan system pendidikan nasional oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem pendidikan pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. (Sobri dkk, 2009: 3) berpendapat bahwa pengelolaan pendidikan adalah serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Manajemen sebagai proses oleh para ahli diberikan pengertian yang berbedabeda. Manajemen pendidikan adalah disiplin ilmu yang mempelajari usaha kerja sama dengan melibatkan segenap sumber daya yang ada untuk menegembangkan potensi peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien (Suhardan, 2010: 30)
Pendahuluan Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia (human resources), pada dasarnya pendidikan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek kemanusiaan peserta didik secara utuh, yang meliputi kedalaman spiritual, aspek perilaku, aspek ilmu pengetahuan dan intelektual, dan aspek keterampilan. Sejalan dengan semakin pesatnya tingkat perkembangan saat ini, maka tuntutan akan ketersediaan sumber daya manusia semakin tinggi. Dengan demikian kualitas yang memadai dan output merupakan sesuatu yang harus dihasilkan oleh sekolah maupun madrasah sebagai satuan pendidikan yang tujuan dasarnya adalah menyiapkan manusia-manusia berkualitas,baik secara intelektual, integritas, maupun perannya dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu, baik sekolah maupun madrasah harus membekali dirinya dengan kurikulum/metode yang memadai (Mulyono, 2009: 185-186). Pendidikan harus mengubah paradigmanya. Norma-norma dan keyakinan-keyakinan lama harus dipertanyakan. Sekolah mesti belajar untuk bisa berjalan dengan sumber daya yang sedikit. Para profesional pendidikan harus membantu para siswa mengembangkan keterampilannya yang akan mereka butuhkan untuk bersaing dalam perekonomian global. Sayangnya, kebanyakan sekolah masih memandang bahwa mutu akan meningkat hanya jika masyarakat bersedia memberi dana yang lebih besar. Padahal dana bukanlah hal utama dalam perbaikan mutu pendidikan. Mutu pendidikan akan meningkat bila ada administrator, guru, staf dan anggota dewan sekolah mengembangkan sikap baru yang berfokus pada kepemimpinan, kerja tim,koopersi, akuntabilitas dan pengakuan (Arcaro, 2007: 2).
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolan dan penyelenggaraan pendidikan menjelaskan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Crosby dalam Hanik, (2011: 78) berpendapat bahwa mutu adalah memenuhi persyaratan (conformance to
77
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
requirement) dan Deming yang terkenal sebagai “Bapak Mutu “mendefinisikan mutu adalah memenuhi kebutuhan pelanggan (meeting customer need). Sedangkan di dalam Panduan ISO menyebutkan istilah mutu adalah totalitas karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Halhal yang harus diperhatikan tersebut yaitu 1) visi, kepemimpinan dan komunikasi; 2) perbaikan proses dan perbaikan terus-menerus; 3) penyadaran mutu; 4) keterlibatan yang kreatif dari personil; 5) hubungan pemasok dan pelanggan; 6) imbalan dan pengakuan.
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Dan tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (Muslich, 2011:13). Kepercayaan dunia industri semakin berkurang sehingga lulusan yang terserap juga sedikit. Salah satu faktor penyebab adalah kurikulum yang terus berubah menyebabkan kondisi di lembaga pengelola pendidikan kejuruan semakin terbebani. Kondisi tersebut secara tidak langsung berakibat lembaga pendidikan kejuruan tidak siap dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Sekolah Menengah Kejuruan yang berfungsi sebagai lembaga pencetak tenaga terampil dan kompeten dibidangnya harus bisa selaras dengan kebutuhan dunia industri untuk bisa bersaing pada pasar tenaga kerja, dimana lapangan pekerjaan yang tersedia masih belum seimbang lulusan sekalah.Pendidikan kejuruan mempunyai pengertian yang bervasiari menurut Subjektivitas perumus. Menurut Rupert Evans yang dikutip (Djojonegoro, 1999: 33) mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang pekerjaan lain.
Dalam bidang pendidikan, perencanaan merupakan fektor kunci efektivitas keterlaksanaan kegiatankegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada tingkat nasional, maupun lokal, karena perencanaan merupakan unsur penting dan strategis yang memberikan arah dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dikehendaki. Menurut (Sa'ud & Makmun 2005: 4), pada hakikatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan penyiapan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, kreasi dan sebagainya).
Oleh karena itu peningkatkan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama dalam rangka meningkatkan kualitas lulusannya. Rendahnya kualitas lulusan sekolah kejuruan berakibat produktifitas tenaga kerja terampil di dunia industri semakin terpuruk. tuntutan yang cukup mendasar karena harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
Tujuan penyelenggaraan pendidikan tingkat menengah berdasarkan Keputusan Mendiknas Nomor 053/V/2001, tanggal 9 April 2001 tentang Pedoman Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah adalah: (a) meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi dan mampu mengembangkan diri sejalan
78
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; dan (b) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar.
2010: 9). Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik dalam rangka perubahan sikap ( Jihad, 2008: 40).
Seharusnya Sebagai lembaga pendidikan yang mendidik calon tenaga kerja, keunggulan yang dikembangkan oleh sekolah menengah kejuruan diutamakan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Produk yang bermutu perlu manajemen. Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola (Rohiat, 2008: 14). Untuk mencapai hal tersebut SMK harus memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi pada peningkatan tamatan yang benar-benar profesional, memiliki etos kerja, disiplin dan tetap menjunjung tinggi serta berakar pada budaya bangsa. Pendidikan yang paling sesuai untuk meningkatkan hal tersebut adalah pendidikan yang berorentasi pada dunia industri dengan penekanan pada pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai. Dunia industri yang merupakan sasaran dari proses dan hasil pembelajaran sekolah menengah kejuruan mempunyai karakter dan nuansa tersendiri. Oleh karena itu lembaga pendidikan kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pendekatan pembelajaraan yang tepat dan bermutu sesuai dengan keinginan dunia industri. Mutu meliputi seluruh komponen pendidikan dan perlakuannya pada setiap tahap pendidikan baik masukan (input), proses, hasil (output), maupun outcome (Hanik, 2011: 78).
Pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran (Jihad, 2008: 50). Proses pembelajaran pada dasarnya mengantar para pelajar memulai belajar, jadi tidak menjadikan para pelajar pandai karena mereka harus menjadikan diri pandai sesuai dengan kemampuan intelektual yang ada pada mereka (Syukur, 2008: 29).
Proses Pembelajaran
Proses belajar itu sendiri meliputi (Syukur, 2008: 35) 1) Signifikansi belajar 2) Teori-teori belajar 3) Hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan 4) Fase-fase yang dilalui dalam peristiwa belajar Ciri – ciri belajar Hamalik dalam( Jihad, 2008: 41), memberikan cirri-ciri belajar, yaitu : 1) Proses belajar harus mengalami, berbuat, bereaksi, dan melampaui 2) Melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu.
Tinjauan Pustaka Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu (Sanaky,
3) Bermakna tertentu
bagi
kehidupan
4) Bersumber dari kebutuhan dan tujuan yang mendorong
79
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
motivasi secara keseimbangan.
Komunikasi
5) Dipengaruhi pembawaan dan lingkungan
d. Kompetensi Sosial
6) Dipengaruhi oleh perbedaanperbedaan individual
f. Temperamen
e. Kreatifitas g. Dorongan untuk belajar dan gaya belajar
7) Berlangsung secara efektif apabila pengalamanpengalaman dan hasil -hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan anda sebagai peserta didik
h. Kemampuan 2) Faktor Eksternal, meliputi (Dimyati, 2010: 248-253) : a. Guru sebagai pembina siswa belajar
8) Proses belajar terbaik adalah apabila anda mengetahui status dan kemajuannya 9) Kesatuan fungsional berbagai prosedur
b. Prasarana dan pembelajaran
dari
c. Kebijakan penilaian d. Lingkungan sosial siswa di sekolah
10) Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain tetapi dapat didiskusikan secara terpisah
e. Kurikulum sekolah Hasil Belajar
11) Dibawah bimbingan yang merangsang dan bimbingan tanpa tekanan dan paksaan
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu (Jihad, 2008: 79).
12) Hasil-hasil belajar adalah polapola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi abilitas, dan ketrampilan. 13) Dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalamanyang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar (Dimyati, 2010: 200).
14) Lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan berbeda- beda 15) Bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis. Faktor-faktor mempengaruhi belajar
sarana
yang
1) Faktor Internal, meliputi (Suprapto, 2009: 19) : a. Keingintahuan
Temuan Hasil Penelitian
b. Motivasi c. Inisiatif,
Interaksi
Sekolah Menengah Kejuruan yang berfungsi sebagai lembaga
dan
80
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
pencetak tenaga terampil dan kompeten dibidangnya harus bisa selaras dengan kebutuhan dunia industri untuk bisa bersaing pada pasar tenaga kerja, dimana lapangan pekerjaan yang tersedia masih belum seimbang dengan lulusan sekalah. Maka metode pembelajaran berbasis teaching factory di Sekolah Menengah Kejuruan di harapkan para siswa dapat memperoleh pengalaman lapangan dan mampu beradaptasi dengan berbagai jenis pekerjaan. Sehingga setelah mereka lulus dapat menghadapi berbagai tantangan di dunia kerja.
standard minimal dengan tinggi badan siswa. Hal ini di lakukan karena banyak perusahaan yang mensyratkan tentang hal-hal tersebut. Penuturan Wakil Kepala sebagai berikut: ….Untuk siswa kita untuk performennya paling tidak siswa yang akan dibentuk dari standar kelulusan minimum, sehat jasmani, rohani, tinggi badan minimum paling tidak terpenuhi karena pada waktu menghasilkan output yang akan di salurkan tenaga kerja salah satu syarat yaitu tinggi badan minimum….
Pendidikan berbasis teaching factory yang di laksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Klaten akan berhasil juga ditentukan salah satunya oleh kesiapan para siswa didiknya. Maka dalam seleksi calon siswa yang ingin masuk ke SMK Muhammadiyah 1 dilakukan dengan selektif, mempertimbangkan kemampuan siswa, salah satu indikatornya hasil kelulusannya. Disamping itu juga di adakan wawancara untuk mengetahui minat dan motivasi para siswa. Hal ini tercermin dari proses seleksi siswa baru, dimana sekolah masih banyak menolak calon siswanya, seperti penuturan Bapak kepala sekolah:
(WK, Drs. Wardoyo) Selanjutnya untuk menetukan kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berbasis teaching factory, sejak kelas dua para siswa sudah di petakan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan bakatnya. Berikut penuturan Bapak Jaka Widoya kepada peneliti: …Kita mulai kelas dua itu sudah ploting pemetaan siswa. Pemetaan siswa yang nantinya kita sering nanti pelajar kita pemetaan siswa, sekiranya siswa mampu kita pengayaan khusus nanti kita perkaya lagi, jumat sore kemudian untuk bakatnya terlihat sekali pada saat praktek mandiri, kadang kita prakteknya kelompok, karena mesinnya terbatas nanti pada saat evaluasi satu mesin satu siswa, disitu terlihat sekali bakatnya….
“…..Ya, terutama jurusan mesin dan komputer ini memang aminonya cukup banyak sekali sehingga ada beberapa siswa yang kita tolak tidak bisa kita terima….” (KS, Drs. Rasijo)
(KP, Jaka Widoya, S.Pd.T)
Kriteria siswa yang di terima di SMK Muhammadiyah 1 Klaten, ternyata cukup komplek, karena juga memperhatikan masalah performance siswa, sehat rohani, sehat jasmani dan juga ada
Siswa dalam pembelajaran berbasis teaching factory dituntut memiliki kemampuan, kedisiplinan dan juga kemauan yang tinggi, agar hasilnya dapat tercapai
81
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
dengan lebih baik, karena tanpa kemauan yang tinggi proses pembelajaran ini tidak bisa maksimal.Bapak Jaka Menambahkan:
siswa, semangat siswa itu motivasi siswa buat siswa agar supaya apa mengikuti pelajaran khususnya pemesinan harus dengan sungguh-sungguh karena dari segi sekolahan telah menyiapkan atau paling tidak menyediakan menurut saya sudah mencukupi atau sudah standar dari mesin frais, mesin bubut, mesin pendukung pengasah alat.ya mestinya dari siswa juag memberikan motivasi sehingga siswa ini benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh menggunakan fasilitas yang ada itu sehungga nantinya, ketika pembelajaran itu bisa mendapatkan kompetensi yang sesuai….
“…….Seperti itu kedisiplinan juga, untuk motivasi, pak untuk motivasi jadi gini, e.. untuk siswa sini karakternya banyak sekali, kadang ada siswa yang mampu sebetulnya mampu tapi tidak ada kemauan, jadi kita untuk misalnya untuk bekerja ikut teaching factory atau mengikuti lomba, ya nanti kita lihat kemauannya dulu, baru kita lihat prestasinya kayak apa.” (KP, Jaka Widoya, S.Pd.T)
(KBP, Drs. Damiri) Terkait dengan kedisiplinan siswa dalam pembelajaran berbasis teaching factory ini, Bapak Wardoyo juga menegaskan bahwa:
Pembelajaran berbasis teaching factory menuntut siswa untuk memiliki beberapa kompetensi, karena dalam proses pembuatan suatu produk atau jasa tidak mungkin dapat dihasilkan secara parsial, tetapi harus komprehensif dengan ketrampilan atau keahliahan-keahlihan tertentu. Oleh karenanya pihak sekolah di awal proses pembelajaran senatiasa memberikan materi-materi yang bisa menunjang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai penuturan Bapak Kepala Sekolah:
…..Misalnya saja mungkin yang paling sederhana ketepatan waktu, anak-anak pada waktu pembelajaran dengan proses teaching factory juga ditekankan betul sehingga hal sekecil apapun dalam proses pekerjaan harus direncanakan target pengerjaan ini baik pada proses milling contohnya sekian kegiatan harus selesai karena tidak mungkin waktu itu sampai terlampaui akan terjadi kehilangan pelanggan nanti….
.…Menerapkan teaching factory otomatis anak-anak sudah dibiasakan sejak awal itu anak di bekali kompetensikompetensi tertentu dan juga nanti kompetensi itu juga langsung bisa membuat benda jadi, tidak sekedar terpenuhi kompetensi tapi anak sudah sejak awal kita arahkan kita latih kita biasakan kalau
(WK, Drs. Wardoyo) Penuturan Bapak Wardoyo Juga dipertegas lagi oleh Bapak Damiri, sebagai berikut: .…Yang perlu diperhatikan ya yang pertama semangat
82
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
praktek di bengkel memang harus bisa membuat benda yang layak jual….
komponen sebisa mungkin sesuai dengan spek yang diminta dalam lembar kerja baik bentuk, ukuran maupun toleransi, meskipun tidak semuanya bisa kadang-kadang ada yang kurang….
(KS, Drs. Rasijo) Keterangan di atas Senada yang diutarakan oleh Wakil Kepala kepada peneliti:
(KBP, Drs. Damiri)
…..Pembelajaran teaching factory karena satu produk itu tidak mungkin dapat di selesaikan dengan 1 kompetensi dasar maka harus dipersiapkan beberapa kompetensi dasar harus tuntas karena harus menyelesaikan benda kerja yang akan di produk untuk proses pembelajaran….
Penuturan tersebut senada yang di sampaikan oleh Wakil Kepala kepada peneliti: ….Paling tidak anak harus tahu betul mesin bubut itu seperti apa mengoperasikan bagaimana, merawat bagaimana mesin frais atau mesin milling seperti apa, mesin skrap itu seperti apa hampir semua jenis mesin produksi ada pada bengkel kami itu saja masih di tambah mesin CNC walaupun masih tingkat untuk training tapi itu sudah mendukung….
(WK, Drs. Wardoyo) Keberhasilan proses pembelajaran berbasis teaching factory ini memang mengharuskan siswa memiliki banyak kompetensi, demikian penegasan Kepala Bengkel Pemesina kepada peneliti:
(WK, Drs. Wardoyo) Berdasarkan uraian tersebut di atas, siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis teaching factory diharapkan memiliki beberapa hal, sehat jasmani dan rohani, berpenampilan baik, tubuh memilki postur yang memenuhi standard minimal, memiliki kemampuan dan ketrampilan yang memadai. Jadi pelaksanaan pembelajaran di SMK Muhammadiyah 1 Klaten telah memenuhi beberapa aspek, seperti yang tercantum dalam pedoman pengelolaan teaching factory yang diterbitkan Dinas Pendidikan Jawa Tengah, yaitu, 1) aspek pedagogik, 2) aspek ekonomi dan, 3) aspek sosial.
….Sehingga siswa itu paling tidak memiliki kompetensi spesifik sesuai dengan dalam hal ini jurusan permesinan, yang bisa kompetensi dalam mengoperasikan mesinmesinnya, mesin bubut, mesin frais, paling tidak itu harus dikuasai dulu harus bisa mengoperasikan dan tentunya juga falsafah lain yang juga harus dipenuhi pada hal ini adalah yaitu membaca gambar, membaca alat ukur harus dikuasai, dalam hal ini kami sebagai guru permesinan sudah berusaha bersama teman-teman berusaha membekali pada anak-anak itu saat berkerja di pemesinan bisa bekerja sesuai prosedur dan menghasilkan
Berkembangnya sekolahsekolah SMK, khususnya di Kabupaten Klaten tetap memicu
83
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
SMK Muhammadiyah 1 Klaten untuk meningkatkan komitmen yang tinggi dalam upaya memperbaiki kualitas berkelanjutan dan pelayanan kepada stake holder, berikut penuturan Bapak Kepala Sekolah:
stake holder. b. Siswa memiliki semangat, disiplin, kejelian, tanggung jawab dan kekompakan dalam pembelajaran c. Pembelajaran siswa dilakukan tidak hanya di kelas dan industri mitra tapi juga di unit produksi “Sang Surya”
….Ya jadi memang SMK saat ini kan berkembang dengan pesat semakin hari-semakin bertambah sekolah-sekolah yang baru terkait untuk ke SMK ini, jadi kami tentunya ini merupakan sebuah tantangan ada tantangan baru yang dengan cara ke dalam memberi motivasi pada teman-teman kita harus selalu memberikan pelayanan yang baik pada para siswa atau pelanggan, siswa orang tua atau alumni sehingga kalau kita bisa melayani dengan baik mudah-mudahan kita bisa dinilai oleh masyarakat bahwa kita dinilai cukup baik, jadi kita strateginya ya pelayanan bagus dan peningkatan mutu jadi kita harus selalu secara kontinyu ini melakukan pelatihan-pelatihan untuk SDM nya sehingga kita bisa mengikuti perkembangan zaman walaupun banyak sekolah yang baru tapi kita harus selalu ada peningkatan mutu-mutu dari SDM, peralatan, dan lain sebagainya. termasuk pelayanan sehingga masyarakat tetap percaya pada sekolah kami ini….
d. Siswa dalam belajar mengacu pada lembar kerja yang telah direncanakan di awal, sehingga siswa di harapkan mengetahu tujuan pembelajaran sejak awal, mampu secara teknis menerjemahkan gambar, mengetahui dan mampu mengoperasikan macam-macam alat produksi dengan detail. e. Setelah mengikuti pembelajaran siswa di harap mampu menghasilkan suatu produk yang memenuhi standar dan layak jual f. Siswa diharap mengetahui beberapa standar penilaian, baik penilaian internal atau eksternal agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik
Simpulan Jika siswa ingin menjadi lulusan yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang baik dan siap bersaing di dunia kerja maupun masyarakat, maka siswa harus menjadi pembelajar yang efektif, memiliki sikap belajar yang positif dan meningkatkan pembelajaran seumur hidup
(KS, Drs. Rasijo) Sesuai dengan paparan data yang dikumpulkan dan dianalisis , maka dapat diperoleh temuan penelitian sebagai berikut: a. Kompetensi siswa, siswa memilki beberapa kompetensi, karena terkait dengan tuntutan
84
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Daftar Pustaka AM Muliati A. 2008. Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda, Suatu Penelitian Evaluatif Berdasarkan Stake’s Countenance Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda pada Sebuah SMK di Sulawesi Selatan. http://www.damandiri.or.id/file/muliaty unjab.pdf diakses 20 Juli 2011
Harsono, 2011. Penelitian Pendidikan untuk Guru Profesional. Surakarta: Program Pascasarjana UMS Harsono. 2008. Model-model Pengelolaan Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Jihad, A. Haris, . 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo
Arcaro, Jerome S. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tatalangkah Penerapan. Terj. Yosal Irianto. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Karmel, Tom. 2007. Vocational Education and Training in Australian Schools, The Australian Educational Researcher. Vol. 34, Number 3. http://www.proquest.umi.com diakses 10 Desember 2010
Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kicken, Wendy dkk. 2009. The Effects of Portfolio-Based Advice on the Development of Self-Directed Learning Skills in Secondary Vocational Education. Education Tech Research Dev 57: 439-460. http://www.proquest.umi.com diakses 10 Juni 2010
Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Departemen Pendidikan Nasional, Permendiknas Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana SMK/MAK, Jakarta. Depdiknas
Man Leung, Anita Sui. 2010. An Effective Learning Model to Support People Development: The Emerging Approach of The Hong Kong Institute for Vocational Education. International Education Studies. Vol. 3, No. 4. http://www.ccsenet.org/ies diakses 10 Juni 2010
Dimyati. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Rineka Cipta Departemen Pendidikan Propinsi Jawa Tengah, 2010, Pedoman Pengelolaan Teaching Factory SMK Jawa Tengah. Semarang: Depdiknas.
Maliki, Zainuddin. 2008. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Djojonegoro, Wardiman. 1999. Pengembangan SDM Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Balai Pustaka.
Martawijaya, Dadang Hidayat. 2011. Pengembangan Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah (model TF-6M) untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Dalam Mata Pelajaran Pradaktif Sekolah Menengah Kejuruan. Vol. 18, No. 1. http://repository.UPI.edu/disertasiview. php. diakses 10 Agustus 2011
Handoko. 2003. Manajement edisi 2. Yogyakarta: BPFE Hanik, Umi. 2011. Implementasi TQM dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan. Semarang: RaSAIL Media Group Harsono. 2011. Etnografi Pendidikan Sebagai Desain Penelitian Kualitatif. Surakarta: Program Pascasarjana UMS
85
Kiat BISNIS Volume 5 No. 1 Desember 2012
Muslich, Masnur. 2011. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Society. 76, 155-169. http://www.bpsjournals.co.uk diakses 10 Desember 2010
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional (layanan dalam Meningkatkan Mutu Pengajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: Alfabeta
Mulyono 2009. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suprapto. 2009. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak. Available on : http://supraptojielwongsolo.wordpress.c om. 15 Mei 2010.
Ozsagir, Arif dkk. 2010. The Relationship between Vocational Education and Industrial Production in Turkey. International Journal of Ekonomic Perspectives. Vol. 4 Issue 2, 439-448. http://www.econ-society.org diakses 10 Juni 2011
Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas maret University Press Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif kualitatif dan R & D,Edisi 7, Bandung: Alfabela
Rukmana, Ade & Mulyati,Siti,Yati. 2008. Pengelolaan Pendidkan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan
Spradley, James. 2007. Metode Etnofgrafi. Yogyakarta: Tiara Wacana
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syukur, Fatah. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: RaSAIL Media Group
Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah-Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika Aditama Sa’ud, Syaefudin & Makmun, Syamsuddin Abin. 2005. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehenshif, Bandung: Kerjasama Program Pascasarjana UPI dengan PT. Remaja Rosdakarya. Sanaky, Hujair AH. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara Sobri dkk,2009. Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Multi Pressindo. Soedijarto, 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional. Jakarta. PT. KMN. Stavenga de Jong, Jan A dkk. 2006. An Exploration of the Relationship between Academic ang Experiential Learning Approaches in Vocational Education. The British Psychological
86