eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
PERANAN KOMUNITAS PERKUSI DISCOETNIC PERCUSSION DALAM MENGKOMUNIKASIKAN EKSISTENSI BUDAYA MUSIK SUNDA DI KOTA BANDUNG Anggara Irawan1, Dadang Sugiana2, Deddy R. Erlandia3 Jurusan Ilmu Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Corresponding Author :
[email protected]
ABSTRACT Anggara Irawan. 210110070386. Percussion Community Discoetnic Percussion Role in Communicating Existence Music Sunda’s Culture in Bandung. This research is under guidance of Dadang Sugiana, Drs., M.si. as the first counselor and Dedi R. Erlandia, S.sos., M.si. as the second counselor in Science Communications Major Communications Management of University of Padjadjaran. This research used Case Study Method. The collecting data technique was Indeep Interview, Document Analyze, and Involving With. The Object of this research were percussion community Discoetnic Percussion. The Result of this research was describe percussion community Discoetnic Percussion did role to communicated existence Sunda’s music culture with their music which is: collaborated Sunda’s music culture with West music culture. Not only about an audio, their did with a visual are their stage performances. Keywords : existence music sunda’s culture Saat ini perkembangan musik di dunia sudah berkembang sangat pesat, hal ini pun terjadi di Negara Indonesia yang perkembangan musiknya sudah sangat pesat, dapat dilihat dengan banyaknya musisi di Indonesia yang sudah menjadi idola bahkan panutan di luar Negara Indonesaia bahkan sudah mendunia. Memang dapat dilihat banyaknya tayangan yang bertemakan musik di tiap stasiun televisi di Indonesia sudah menjadi tolak ukur bahwa di Indonesia musik sudah menjadi bagain hidup dari masyarakatnya dan sudah menjadi gaya hidup masyarakatnya. 1
Penulis Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping 2
Anggara Irawan - Peranan Komunitas Perkusi mDiscoetnic Percussion Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 1 of 9
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Perkembangan dunia musik ini tidak hanya dari musik-musik yang sifatnya popular saja, namun saat ini perkembangan musik kontemporer pun sudah sangat berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan kelompok-kelompok musik ansambel (musik yang hanya berisikan alat musik non melodis) yang sangat banyak di Indonesia.Biasanya kelompok musik yang biasanya lebih sering disebut dengan grup ini memilih musik yang sifatnya adalah musik instrumental, yaitu musik yang hanya memainkan alat musik saja dan tidak ada vokal atau nyanyian. Grup musik yang bersifat instrumental ini memang bukan jenis musik yang sangat popular di Indonesia, namun mereka memiliki penikmat musiknya tersendiri bahkan sudah bayak komunitasnya di Indonesia. Salah satu kota yang terkenal dengan perkembangan musik dan kreatifitasnya dalam bidang musik di Indonesia adalah kota Bandung yang disebut dengan “gudangnya musisi kreatif”. Kota yang tidak hanya terkenal dengan fashion-nya ini memang sangat terkenal dengan kreatifitas para musisinya yang tidak hanya pada tingkatan nasional saja tapi sampai pada tingkat internasional. Di kota Bandung perkembangan musik instrumental pun sangat berkembang pesat terlebih musik ansambelnya yang terkenal dengan komunitas-komunitas perkusinya yang sudah sampai taraf internasional. Perkusi adalah sebutan untuk alat-alat musik pukul yang tidak bernada seperti gitar, piano, bass dan sejenisnya, perkusi merupakan alat musik pukul yang hanya sama sekali tidak memiliki nada. Alat musik perkusi ini biasanya orang mengenalnya hanya alat musik seperti drum, konga, djembe, bongo dan banyak lainnya. Ternyata alat musik perkusi ini tidak hanya berbentuk alat musik jadi saja, namun perkusi dapat berupa benda apapun yang dapat menimbulkan suara jika benda tersebut dipukul. Inilah salah satu yang menginspirasi para musisi di Bandung untuk membuat alat perkusi yang berawalkan dari benda-benda yang sudah tidak terpakai atau yang biasa disebut sampah. Perkusi sampah pada awalnya diperkenalkan oleh seorang Maestro musik asal Kota Kembang yaitu almarhum Hari Roesli. Almarhum Hari Roesli mengembangkan perkusi sampah ini dan mulai memperkenalkannya ke dunia musik di tanah air. Setelah beliau wafat kreasi ini dilanjutkan oleh musisi dari Fakultas Seni Musik UNPAS (Universitas Pasundan) Bandung yang di pimpin oleh Dadi Firmansyah yang membuat grup musik ansambel atau lebih biasa disebut grup perkusi TATALOE. Nama TATALOE sendiri diambil dari bahasa Sunda yang artinya bermain musik dengan memukul alat tersebut.
Anggara Irawan - Peranan Komunitas Perkusi mDiscoetnic Percussion Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 2 of 9
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
TATALOE sendiri terinspirasi dari sebuah grup perkusi asal Amerika yang menamai diri mereka STOMP yang bermain musik dari apapun yang mengeluarkan suara dan dibuat menjadi satu kesatuan musik yang harmonis. Tidak hanya perkusi yang berasal dari sampah saja yang menjadi aliran dari jenis perkusi. Ada sangat banyak aliran perkusi di dunia seperti perkusi latin, perkusi afrika, perkusi modern dan masih banyak lagi. Salah satu aliran perkusi yang hampir punah termakan jaman adalah Rampak Kendang yang berasal dari Jawa Barat yang juga sudah mendunia tapi sadah tidak banyak yang memainkannya. Untuk di Bandung saja sudah lebih dari 30 nama grup perkusi yang sudah sangat eksis, beberapa grup tersebut adalah TATALOE, IDEA Percussion, TILOE, GEBOT, 100%, IMA, Ega Robot, Threepose, Ozenk Percussion, Drumoholic, Angel Percussion, Discoetnic Percussion, Sevenatic Percussion dan masih banyak lagi. Dari beberapa grup perkusi ini tentu saja tidak mengusung hanya satu aliran perkusi saja, namun hampir tiap nama tersebut memiliki aliran perkusinya masing-masing yang berbeda-beda. Mulai dari perkusi sampah, perkusi kulit, perkusi latin, rampak kendang, perkusi progresif, bahkan perkusi yang mencampurkan antara perkusi modern dengan alat-alat musik budaya. Salah satu yang membuat perkusi tertarik adalah berawal dari menonton sebuah acara musik di sebuah café yang menampilkan sebuah grup perkusi sebagai pembuka acara pada saat itu. Satu hal yang membuat perkusi ini berbeda adalah perkusi ini mencampurkan alat musik modern dengan alat musik tradisional bahkan ada alat musik tradisional yang penulis sendiri belum pernah mengetahui alat musik itu sendiri. Grup musik yang menamakan diri mereka Discoetnic Percussion ini mencoba untuk memasukan unsur tradisi sunda dengan musik yang popular dengan musik Disco. Pada awalnya penulis sempat hanya bertanya “apa bisa kedua jenis alat musik yang berbeda budaya ini disatukan?”, pada awalnya memang terkesan bahwa alat musik tradisional tersebut hanya sebagai pajangan saja, namun setelah masuk di tengahtengah komposisi yang mereka biat sendiri ini suara yang dihasilkan oleh alat musik tradisisonal ini mulai menonjol dan dapat terdengar sangat harmonis disatukan dengan alat-alat musik modern. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti apa yang menjadi dasar pemikiran dari para anggota perkusi ini dengan mencampurkan alat musik tradisional yang sudah sangat lama dilupakan orang dengan ala-alat musik modern yang lebih populer saat ini.
Anggara Irawan - Peranan Komunitas Perkusi mDiscoetnic Percussion Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 3 of 9
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Bagaimana komunitas perkusi ini dapat mempertahankan alat musik tradisi budaya ini untuk tetap dapat dinikmati dengan musik modern dan terus mempertahankan alat musik tradisi budaya agar tidak punah dan mengenalkan kembali kepada para kaum muda untuk mengenal alat musik tradisi budaya. Membahas sedikit mengenai budaya musik Sunda yang saat ini termasuk menjadi salah satu perbincangan pula dikarenakan perbincangan antara permasalahan antara budaya Nasional dan Budaya daerah. Pada umumnya ada anggapan negatif tentang kebudayaan daerah, karena dianggap bukan merupakan kebudayaan nasional. Dengan demikian ada anggapan bahwa kebudayaan nasional itu harus berlainan dengan kebudayaan daerah, sehingga Armijn Pane (1908-1970) misalnya menganggap bahwa gamelan bukanlah musik Indonesia. Yang dianggap sebagai musik nasional adalah keroncong. Begitu juga tumbuh anggapan bahwa teater nasional adalah drama yang dipentaskan seperti drama-drama Eropa yang berdasarkan teks tertulis, sementara itu wayang, lenong, lengser, ketoprak, wayang wong dan semacamnya tidak dianggap sebagai teater Indonesia. Masalah Barat dan kebudayaan Timur yang menpjadi salah satu pokok utama dalam polemic trersebut misalnya, sekarang sudah tidak begitu dipermasalahkan. Sekitar tahun 1970 yang menjadi tema polemic yang ramai adalah masalah modernisasi dan westernisasi. Sekarang permasalahan Globalisasi lebih menjadi permasalahan. Berbagai jenis kesenian memperlihatkan menerima pengaruh yang datang dari Barat seperti digunakannya alat musik seperti biola, gitar dan lainnya dalam jenis kesenian tertentu. Dalam permasalahan ini munculah berbagai polemic mengenai bagaimana budaya musik yang asli Indonesia dapat dipertahankan terutama oleh para kaum muda yang gaungnya lebih didengar oleh para anak muda pula. “hanya kalau kesenian-kesenian tradisional yang asli itu hidup sehat dan berkembang di lingkungan sendiri, dia bisa menyumbangkan sesuatu kepada perkembangan kesenian dan kebudayaan nasional. Kesenian rakyat seperti wayang golek, tari topeng, longer, ketuk tilu, reog, tagoni, rudat dan banyak lagi hanya akan bengkit lagi kalau ada usaha bersama dalam masyarakat untuk mengembangkannya. Dan usaha itu tidak hanya dengan cara melatih anak muda untuk menjadi pelaku kesenian yang bersangkutan, melainkan juga harus membina lingkungan yang akan mengapresiasikannya. Yaitu lingkungan yang secara aktif bersedia menanggapnya paling tidak dalam kesempatan-kesempatan tertentu” (Sundalana, 2011;19).
Anggara Irawan - Peranan Komunitas Perkusi mDiscoetnic Percussion Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 4 of 9
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Oleh karena itu munculah berbagai kesenian daerah yang dapat terus hiduo sampai saat ini [di kalangan anak muda yang membuat [anak mudanya saat ini dapat terus mempertahankan musik-musik daerah ini, salah satunya adalah musik perkusi yang saat ini sedang happening di kalangan anak muda. Musik perkusi ini adalah bentuk musik yang masih sangat sedikit peminat pada awalnya, namun seiring berjalannya waktu semakin banyak bermunculan komunitas perkusi di Indonesia khususnya di kota Bandung yang menjadi pelopor musik yang alat musiknya berisi alat-alat musik pukul ini. Musik yang sangat sulit dimaknai oleh beberapa orang ini bahkan saat ini sudah salah musik yang menjadi trend musisi di kota Bandung, ini semua dapat dicerminkan melalui banyaknya komunitas perkusi baru di kota kembang ini. Ternyata setelah ditelaah kembali musik perkusi modern yang saat ini sedang marak tetap berawal dari alat musik tradisional yang sudah dimainkan sejak dahulu kala.Permainan perkusi ini berawal dari Rampak Kendang yang berasal dari Jawa Barat.Namun sejalannya dengan majunya jaman Rampak Kendang sudah mulai ditinggalkan oleh para penerus yaitu kaum muda. Kaum muda saat ini lebih memilih untuk bermaina musik-musik modern karena kaum muda saat ini beranggapan bahwa musik tradisional itu adalah musik yang kampungan. Memang sangat terdengar ironis bagaimana kaum muda yang disebut-sebut sebagai penerus bangsa ini mulai meninggalkan identitas Negara mereka sendiri yaitu budaya yang sudah menjadi identitas bangsa ini. Dibalik terdengarnya musik-musik modern yang sedang marak pula di Indonesia, ternyata masih sering terdengar walaupun sangat minim sekali permainan musik-musik tradisional yang dimainkan oleh para kaum mudanya. Di kota Bandung khususnya ternya masih ada beberapa komunitas musik-musik daerah yang biasanya berisikan orang tua namun saat ini dimainkan oleh sekelompok anak muda salah satunya seperti komunitas Karinding, komunitas Rampak Kendang, komumitas musik Karawitan dan masih banyak yang lainnya. Memnarik memang bagaimana para anak muda ini masih sangat mencintai musik-musik daerah ditengah jaman Globalisasi dimana budaya barat dapat masuk dengan mudahnya. Setelah penulis sering menghadiri pagelaran musik-musik daerah yang sering diadakan oleh kampus STSI Bandung, penulis jadi lebih banyak mengetahui mengenai alat musik daerah yang sebelumnya penulis tidak pernah lihat atau dengar sebelumnya seperti Bonang, Rebab, Terompet, Gamelan, Kecapi, Suling dan masih banyak lagi alat musik yang bahkan saat ini sudah sangat jarang terlihat. Anggara Irawan - Peranan Komunitas Perkusi mDiscoetnic Percussion Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 5 of 9
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Biasanya musik-musik seperti ini hanya dilihat di acara-acara upacara adat atau penyambutan dan hampir sudah tidak pernah terlihat alat-alat seperti ini ada di sebuah acara pagelaran musik besar atau pentas-pentas seni yang diadakan oleh siswa SMP atau SMA. Musik-musik daerah ini biasanya dimainkan di acara-acara khusus saja, tapi banyak yang belum mengetahui ternyata pada jaman dahulu musik daerah ini adalah salah satu bentuk komunikasi, beberapa contohnya adalah sebagai berikut : 1.
Upacara keagamaan.
2.
Ajakan beribadah
3.
Panggilan parajurit untuk berperang
4.
Panggilan mengumpulkan warga
5.
Pengumuman datangnya raja.
Memang masih banyak yang belum mengetahui hal ini, bahwa ternyata pada jaman dahulu musik-musik daerah ini berawal dari sebuah musik sebagai bentuk komunikasi. Dari beberapa contoh kegunaan musik di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa musik mengandung unsur informatif yang cukup tinggi, sesungguhnya didalam sebuah musik, penulis lagu atau composer memiliki sebuah informasi yang ingin disampaikannya melalui musik yang mereka buat atau mereka mainkan. Salah satu bentuk informasi yang disampaikan oleh seorang komposer adalah seperti contoh yang dilakukan oleh salah satu komunitas musik di perkusi di kota Bandung yaitu Discoetnic Percussion yang menginformasikan melalui musik yang mereka buat serta mereka mainkan. Isi dari informasi itu adalah bagaimana mereka dapa mengasimilasi musik modernyang berasal dari barat seperti Drum, Gitar, Bass, Keyboard, Biola dan alat musik latin seperti Conga, Bongo, Timbalees, Cowbell dan masih banyak alat musik lainnya yang disatukan dengan alat musik tradisional Sunda yaitu Gamelan, Bonang, Kendang, Suling dan berbagai macam alat musik tradisi lainnya. Informasi yang mereka berikan kepada penontonnya bermaksud membawa misi penting yang mereka usung dan berniat untuk mempersuasi para penontonnya untuk lebih mengenal alat-alat musik tradisional serta lebih lanjutnya untuk lebih melestarikan alat-alat musik tersebut agar tidak hilang termakan oleh jaman. Dengan musik dari grup Discoetnic Percussion ini yang membawakan lagu-lagu berirama Disco, Jazz, Samba dan Latin yang berasal dari luar Indonesia yang dicampurkan dengan nada Pentatonik yang menjadi ciri khas dari nada gamelan yang Anggara Irawan - Peranan Komunitas Perkusi mDiscoetnic Percussion Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 6 of 9
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
kental dengan nuansa Sunda lah yang membuat penulis tertarik untuk lebih dalam meneliti grup perkusi yang berawal dari sebuah ekstrakulikuler di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Walaupun memang grup ini bukan yang pertama memberikan nuansa kental tangga nada Sunda di musik modern di kota Bandung, namun mereka adalah grup termuda di kota Bandung yang namanya sudah terkenal sampai luar kota Bandung. Sebelumnya ada beberapa grup perkusi yang sudah muncul namanya yang mengusung musik yang sama seperti Krakatau yang digawangi oleh seorang Maestro musik tanah air yaitu Dwiki Darmawan ada pula grup musik Samba Sunda yang namanya sudah sampai mendunia dengan musik Sunda Latin yang mereka usung ada pula Saratus Persen (100%) yaitu mahasisiwa-mahasiswa dari STSI Bandung. Bagian terpenting dalam penelitian ini adalah berawal dari rasa ketertarikan penulis untuk meneliti bagaimana komunikasi persuasi yang dilakukan oleh grup Discoetnic Percussion untuk memperkenalkan kembali dan mengajak anak muda di Indonesia pada umumnya dan anak muda di kota Bandung khususnya untuk lebih mau melestarikan dan memainkan kembali alat-alat musik tradisional yang hampi hilang termakan jaman Globalisasi ini yang membuat budaya musik barat menjadi hal yang dianggap keren oleh mereka. Dari judul yang diajukan oleh penulis, penulis memilih untuk menggunakan metode penelitia kualitatif. Ada beberapa definisi dari penelitian kualitatif, menggunakan definisi yang sederhana, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode dalam menelaah masalah penelitiannya (Mulyana, 2007;5). Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah prosedur penelitaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian kualitatif menurut Creswell ada lima jenis tradisi yang biasanya digunakan, tradisi tersebut adalah Biografi, Fenomenologoi, Grounded Theory, Theory Study, Etnografi dan Studi Kasus (Mulyana, 2007;7). Dalam penelitian ini penulis menggunakan tradisi studi kasus. Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, biloamana batasbatas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber bukti dimanfaatkan (Yin, 2003;18). Dari penelitian ini yang dilakukan peneliti untuk megetahui apa yang dilakukan komunitas perkusu Discoetnic Percussion ini dalam mengkomunikasikan budaya musik Sunda di kota Bandung adalah sebagai berikut : Anggara Irawan - Peranan Komunitas Perkusi mDiscoetnic Percussion Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 7 of 9
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
1.
Komunitas ini melakukan komunikasi non verbal melalui komposisi musik
yang mereka mainkan, komposisi musik ini adalah musik yang mereka kolaborasikan antara budaya musik Sunda dan budaya musik Barat. Komunitas ini selalu mengutamakan untuk lebih menonjolkan budaya musik Sundanya, seperti misi yang sudah mereka tanamkan di dalam diri mereka masing-masing yaitu untuk mengkomunikasikan dan menunjukan pada warga kota Bandung khususnya bahwa budaya musik Sunda sampai saat ini masih tetap eksis dan dapat dipopulerkan kembali oleh kaum mudanya. 2.
Tidak hanya dengan musik yang mereka mainkan saja mereka melakukan
komunikasi, dari hasil wawancara peneliti dengan anggota dari komunitas ini, mereka menyatakan bahwa mereka pun berkomunikasi melalui visual, mereka memiliki anggapan bahwa komunikasi yang bersifat audio akan sangat didukung oleh komunikasi visualnya, jadi mereka selalu mengutamakan performance mereka diatas panggung, tidak hanya dari segi kostum yang mereka perhatikan, namun mereka juga selalu sangat memperdulikan set alat diatas panggung untuk menunjukan bahwa mereka tidak meninggalkan hal-hal kecil seperti itu, mereka selalu tidak pernah menggunakan crew diatas pangung untuk membentuk set panggung alat mereka, mereka selalu melakukannya sendiri karena mereka beranggapan inilah salah satu bentuk komunikasi yang harus mereka perhatikan. 3.
Dari secara musikalitas mereka berkomunikasi dan melalui audio itu mnjadi hal
yang sangat mutlak bag mereka, karena hal itulah yang paling utama menurut mereka, namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti mendapatkan salah satu cara berkomunikasi lainnya yaitu dengan komunikasi interpersonanl mereka dengan lingkungan sekitarnya. Salah satu cara yang mereka pergunakan adalah dengan mengajar untuk ekstrakulikuler musik terutama perkusi yang mereka lakukan di sekolah-sekolah entah Sekolah Dasar, SMP, SMU, dan bahkan mereka pun melatih perkusi dengan bernafaskan seni budaya Sunda ini kepada mahasiswa-mahasiswa sebagai UKM baru di universitas tersebut. Penelitian mengenain peran komunitas perkusi Discoetnic Percussion dalam mengkomunikasikan eksistensi budaya musik Sunda di kota Bandung ini dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk menggambarkan apa peran komunitas perkusi Discoetnic Percussion dalam mengkomunikasikan eksistensi budaya musik Sunda di kota Bandung, untuk menggambarkan mengapa komunitas perkusi Discoetnic Percussion memiliki peran dalam mengkomunikasikan eksistensi budaya musik Sunda di kota Bandung, dan untuk menggambarkan bagaimana peran yang dijalankan oleh Anggara Irawan - Peranan Komunitas Perkusi mDiscoetnic Percussion Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 8 of 9
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
komunitas perkusi Discoetnic Percussion dalam mengkomunikasikan eksistensi budaya musik Sunda di kota Bandung. 1.
Peran komunitas perkusi Discoetnic Percussion adalah komunitas perkusi ini
mengkomunikasikan eksistensi budaya musik Sunda melalui musik yang mereka mainkan yaitu mengkolaborasikan budaya musik Sunda dengan budaya musik barat selain itu mereka melakukan komunikasi secara visual pula yaitu dengan tampilan mereka ketika tampil diatas panggung dengan aksesoris bernuansa budaya Sunda yang dicampurkan dengan pakaina yang sedang trend di kalangan anak muda saat ini beserta setingan alat mereka diatas panggung yang lebih mengkedepankan alat-alat musik tradisional Sunda. 2.
Komunitas perkusi Discoetnic Percussion ini memiliki peran karena dengan
usia mereka yang notabene adalah anak muda maka komunikasi yang mereka sampaikan akan lebih efektif dengan membuktikan bahwa budaya musik Sunda pun masih dapat dimainkan oleh kaum muda yang saat ini sudah mulai ditinggalkan kaum muda yang lebih memilih budaya musik-musik barat, namun mereka dapat mengkolaborasikan musik tersebut dan membuktikan bahwa budaya musik Sunda masih tetap eksis dan dapat dikolaborasikan dengan musik-musik modern. 3.
Komunitas perkusi Discoetnic Percussion ini menjalankan perannya dengan
beberapa cara salah satunya adalah mereka akan tetap mengusung jenis musik perkusi yang mengkolaborasikan budaya musik Sunda denga budaya musik barat dengan lebih menonjolkan ke-khasan budaya musik Sunda yang sudah menempel dalam komunitas ini dan komunitas ini tetap menjadikan komunitas ini adalah komunitas terbuka yang tidak menutup anggotanya hanya untuk kalangan tertentu saja.
Anggara Irawan - Peranan Komunitas Perkusi mDiscoetnic Percussion Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 9 of 9