JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
ISSN : 2085 – 0328
PERANAN KEKERABATAN SEBAGAI ADAPTASI EKONOMI BAGI MASYARAKAT PERANTAU PADANG LAWAS UTARA DI KOTA MEDAN Hottob Harahap Fakultas Isipol Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ABSTRACT
This research is an adaptaion case of the Paluta Regency migrants people to Medan. Method used in this research is qualitative method, by interview, observation to the business owners where they work and to the officials who hold positions in Medan as the key informant. This research is to give the social integration description in solving the unemployment burden. Keywords: adaptation, migration, unemployment
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 1/ APRIL 2011
79
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
PENDAHULUAN Padang Lawas adalah sebuah kabupaten baru, dimekarkan tahun 2008, yang berasal dari Kabupaten Induk Tapanuli Selatan Paluta ini berpenduduk sensus statistik Paluta tahun 2009 (P2PS) sebanyak : 194.774 orang (http: //padanglawasutarakab.bps.go.id). Penduduk sebagian besar petani sawah, petani sawit dan karet serta peternak lembu, kerbau. Sarana pendidikan yang tersedia di kabupaten tersebut yang tersebar di beberapa kecamatan paling tinggi SLTA (SMA,SMK,MAN). Pemuda yang akan melanjutkan ke pendidikan tinggi, harus melanjutkan ke Padang Sidempuan, Kota Medan atau Ibukota propinsi lain di Indonesia. Dengan demikian hampir 90% dari lulusan harus merantau meninggalkan kampung halamannya yang berada di kabupaten Paluta, bila ingin melanjutkan kependidikan tinggi. Kesempatan merantau dengan bermodal pendidikan akhir SLTA inilah yang mereka manfaatkan bekerja dan ada yang sambil belajar di perguruan tinggi. Keberadaan Ekonomi orangtua di desa asalnya sangat berkorelasi, bagi mereka apakah mampu membiayai anaknya untuk belajar di kota-kota besar atau harus berjuang merantau dengan biaya sendiri di kota Medan, maupun kota propinsi lainnya. Kebanyakan dari orang tua mereka kurang mampu membiayai mereka belajar melanjutkan ke perguruan tinggi di kota Medan dan propinsi lain. Keinginan mereka pemuda untuk merubah hidup, melalui perpindahan penduduk melintasi batas wilayah tertentu (Munir dalam Koentjaraningrat 1982;160) tidak akan sabar lagi tinggal didesanya. Disis lain keterbatas tanah pertanian orang tua mereka sudah sulit di kembangkan. Sumber data dan Metode Penelitian ini melalui sebuah pengamatan (observasi) bagi mereka yang merantau (migrasi) ke Medan sejak tahun 2009 tinggal menetap di kota Medan.
ISSN : 2085 – 0328
Bagaimana mereka mengisi kebutuhan ekonomi, agar mereka perantau tidak membuat permasalahan pengangguran bagi kota Medan. Bagaimana adaptasi yang mereka lakukan di kota Medan, agar kehidupan kota dapat mereka ikuti sebab budaya asal desa mereka sebagai petani sangat berbeda dengan kehidupan di kota Medan. Penulis mencoba mengamati dan menginterview perantau (migrasi) dan tempat mereka tinggal menetap di pinggir kota Medan sebagai induk semang tempat mereka tinggal sementara. Disisi lain dalam interview tersebut, di pertanyakan dimana mereka bekerja, agar tidak beban ekonomi, pengangguran ,apakah kebutuhan hidup ekonomidapat terpenuhi dengan baik. PEMBAHASAN Kehidupan ekonomi yang lebih dulu merantau ke kota Medan, asal Padang Lawas Utara (Paluta) sangat berpariasi ada yang bekerja sebagai pengusaha pedagang besar memiliki tempat yang jelas, toko, industri besar , pejabat, pedagang kaki lima, pengelola bidang pendidikan swasta, industri kecil, tukang buruh bangunan. Mereka migrasi permanen memiliki keterampilan khusus, agar dapat bekerja menetap di kota Medan. Bagi pendatang baru perantau migrasi bekerja di kota Medan harus berinteraksi dengan pengusaha, pejabat, dengan pekerja kerabatnya bila mereka ikut bekerja, harus bertemu dengan orang-orang yang sudah lebih dulu mampu ekonomi di Medan, agar mereka perantau baru diberi kesempatan ikut bekerja di tempat yang ada hubungan kekerabatannya masing-masing. Adaptasi Kekerabatan, sebagai Hubungan Sosial Ihromi (1999;159) Dalam situasi kota suatu sistem katagorisasi yang bermakna bagi orang Batak Toba itu perlu dibinanya dan yang terjadi adalah membedakan semua orang dalam dua kelompok yaitu “ orang kita” dan” bukan
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 1/ APRIL 2011
80
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
orang kita”. Orang kita yaitu Batak Toba secara potensial adalah karena kerabat, sehingga dua kelompok besar itu adalah orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat, mereka yang berada diluar itu tidak ada kaitan kerabat dengan orang Batak Toba. Ihromi, mempertegaskan lagi, semua orang Batak Toba, membubuhkan nama marga bapaknya dibelakang nama kecilnya. Marga adalah kelompok kekerabatan yang meliputi orang-orang yang mempunyai kakek bersama, jadi semua orang yang semarga adalah orang yang berkerabat dan dengan orang lain yang marganya, dapat juga dicari kaitan kekerabatan, karena mungkin saja dia mempunyai kekerabatan dengan bibi, paman atau saudara lain melalui perkawinan demikian Ihromi (1999). Dari apa yang dikemukakan Ihromi, sebenarnya orang yang berasal Padang Lawas Utara yagn telah lebih dulu migrasi ke kota Medan, banyak yang telah berhasil, memiliki usaha menengah ke atas, tidak terkecuali yang pernah dan sedang menjabat di lembaga pemerintah an di kota Medan, masih memegang prinsip Batak Toba tersebut, sebab Padang Lawas Utara adalah sebagai sub etnik Batak, masih memegang prinsip kekerabatan ini dan masih dibudayakan dalam kehidupan sosial kasus kekerabatan, akan terungkap dalam penelitian ini sebagai adaptasi sosial orang Padang Lawas Utara dibidang ekonomi dan budaya. Dalam memperteguh sistem kekerabatan ini, sistem Resiprositas (Haviland ; 1993 : 50) Katagori resiprositas umum bisa terdapat diantara orang-orang yang berhubungan kekerabatan dekat, saling memberi hadiah apabila ada aktivitas budaya, perkawinan, sebagian maupun kerabat menghadapi musibah, kesulitan. Saling memberi hadiah, ikut melibatkan diri pada setiap acara penting adalah sebuah aktifitas untuk memelihara kedekatan pada sebuah etnik yang memiliki kekerabatan dalam kegiatan resiprositas ini kadang cukup berpariasi
ISSN : 2085 – 0328
dalam aplikasinya seperti resiprositas timbal balik, resiprositas umum, yang memberi maupun yang menerima, dengan pasti nilai barangnya dan waktu penyerahannya, resiprositas berimbang, mekanisme pemerataan. Hal tentang bentuk resiprositas ini, tergantung pada budaya etnik tertentu yang telah biasa mereka lakukan seperti yang disebut oleh Haviland diatas. Pada masyarakat Padang Lawas Utara, perinsip dan peilaku resiprositas itu adalah sebuah penilaian untuk memperkuat adaptasi kekerabatan. Setelah mereka perantau bermukim di kota Medan, mereka menemukan organisasi kekerabatan seperti perkumpulan asal desa mereka (istilah di kampung satu luhat) dan ada lagi perkumpulan sebuah marga dengan boru yang kegiatannya silaturahmi dan pengajian. Serta ada lagi perkumpulan pelajar dan mahasiswa asal kabupaten Paluta yang anggotanya berasal dari beberapa perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta, semua organisasi desa, organisasi marga dan boruna , serta organisasi pelajar dan mahasiswa asal Paluta ini dapat mereka gunakan sebagai tempat adaptasi, untuk mendapatkan informasi di kota Medan. Organisasi-organisasi asal desa dan organisasi semarga dan boru ini, aktif melakukan pertemuan bulanan, yang diisi dengan pengajian agama dan membicarakan adat budaya, kekerabatan mereka yang berasal Padang Lawas Utara (Paluta). Kegiatan ini adalah sebuah upaya silaturahmi, pergantian kunjungan kerumah-rumah anggota yang tterikat dengan asal desa yang sama dan semarga tersebut. Bagi etnik perantau, yang telah migrasi duluan ke Medan, dengan pendatang (perantau) yang baru datang ke kota Medan, terdapat interaksi, integrasi, adaptasi bersama bagi kehidupan orang yang merantau ke kota Medan. Pegenalan antara pendatang baru (perantau) sangat intensif, tentang informasi, asal desa, asal marga, asal pendidikan, tempat tinggal, untuk
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 1/ APRIL 2011
81
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
kepentingan integrasi sosial mereka. Keadaan yang terbuka tentang adaptasi, mencari usaha untuk kepentingan ekonomi, tentunya yang sesuai dengan kemampuan skill yang mereka miliki, menuju kesempatan mendapat pekerjaan untuk menetap di kota Medan. Bagi masyarakat Paluta yang telah berhasil di kota Medan, ada sebuah beban moral budaya, keterlibatan ikut menolong kerabatnya yang datang ke kota Medan, memberi penghargaan pada dirinya, bila ia mudik (saat lebaran) ke desa, kampung asalnya, kedatangannya ke desa asalnya disambut dengan suka cita, oleh masyarakat desanya. Upacara upah-upah dilakukan dalam penyambutan keluarganya, dengan doa agar sehat dan panjang umurnya. Hal ini sebuah budaya dimasyarakat desa, sebagai perlambang penghargaan dan sebuah ucapan terima kasih. Budaya seperti ini membuat acara adat upah-upah masih berlangsung, di lestarikan sampai saat sekarang ini. Seperti apa yang diungkapkan oleh (Pengaduan Lubis dan B. Lubis 1998:211) mempersembahkan upah-upah atau pengupa kepada satu orang atau lebih, melalui suatu upacara adat dengan tujuan agar orang yang diberi upah-upah atau pengupa itu dikaruniai oleh yang Maha Kuasa keselamatan, kesentosaan, kebahagiaan dan berbagai macam kebaikan lainnya. Hubungan Kekerabatan pada Etnik Pada sebuah badan usaha pendidikan, yayasan pendidikan swasta ini memiliki 5 unit, mulai SD,SMP, MTs, SMA,SMK, sekolah ini memperkerjakan 45 orang guru dan 2 orang keuangan dan 2 orang tata usaha, 2 orang petugas kebersihan dan jaga malam sekolah. Para guru yang bertugas, secara full, mendapat gaji upah minimum kota (UMK). Menurut pengurus yayasan yang berlatar belakang sub etnis Batak (Padang Lawas Utara) itu, sebagai besar 24 orang berasal dari Padang Lawas Utara yang memiliki hubungan kekerabatan dengan
ISSN : 2085 – 0328
pengurus yayasan pendidikan swasta tersebut, guru selebihnya, adalah hasil seleksi kompetensi pada waktu melamar masuk sebagai guru bidang study (20 orang), kepala sekolah SD, MTs,SMA yang ditetapkan memiliki hubungan kekerabatan dengan pengurus yayasan perguruan tersebut. BH, yang mula-mula datang ke Medan, menumpang tidur sisebuah mesjid di Perumnas Mandala, waktu itu masih kuliah di IAIN, datang melamar ke yayasan perguruan di Jl. Pertiwi Medan, diangkat menjadi guru agama di SD swasta tersebut, setelah tamat dari IAIN, diangkat menjadi kepala SD di sekolah swasta tersebut, dengan hasil pengalamanya selama 7 tahun sebagai kepala SD akhirnya membuka sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MIS) di pasar 7 tembung, ia bergabung dengan mertuanya (marga lubis) sebagai pemilik modal, setelah ia kawin dengan istrinya bermarga lubis. SY, yang sekarang menjadi kepala SD pengganti di SD swasta dan merangkap kepala MTs, sebelumnya menumpang di tempat orang lain dan sambil kuliah di UNIMED, satu tahun sebelum lulus dari UNIMED yang istrinya DP mengajar guru di SD swasta lulusan fisipol UMTS (Padang Sidempuan) adalah anak kakak kandung dari pengurus yayasan, suaminya SY, telah dIurus menjadi pegawai negeri dan DPK di MTs tersebut SY dan DP, kerabat dekat pengurus yayasan perguruan, telah lulus sertifikasi guru dari Diknas Medan, sekarang SY dan DP yang sudah berkeluarga ini sudah memiliki rumah sendiri di Tembung serta memilki kendaraan pribadi, mobil kijang bekas, 2 buah Honda yang kendaraan ekonomi sudah mendekati menengah untuk kelas kota Medan. HS, ada hubungan keluarga dengan istri ketua yayasan perguruan, dari awalnya dia tetap sebagai guru ekonomi di SMA swasta tersebut sekarang telah diangkat kepala SMA disekolah tersebut dan telah lulus sertifikasi guru atas usul
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 1/ APRIL 2011
82
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
yayasan perguruan tesebut MS dan MH, adalah lulusan SMA dari desa Paluta, dengan mudah mendapat kesempatan MH kerja sebagai tata usaha sekolah dan MS, ditetapkan pegawai bagian keuangan di sekolah tersebut. Bila di jumlahkan asal etnik Padang Lawas Utara sebagai guru antara lain, NH guru kelas IA-SD,IDA guru Kelas IVASD,AY guru kelas IIIB-SD, HS guru kelas VA-SD dan sudah di proses untuk sertifikasi tahun 2010 ini, mereka yang tergolong kerabat yayasan ini di peluangkan sebanyak 25 orang, sebagai guru dan tata usaha, bidang keuangan, jaga malam, jaga pos tamu sekolah memiliki kekerabatan yang asalnya migrasi (merantau) dari daerah asal Paluta ke kota Medan. Dari hasil wawancara dengan A.Yazid, sebagai pengurus yayasan pertimbangan penempatan guru di 5 unit sekolah tersebut 25 orang asal Paluta erat kaitannya dengan kekerabatan, tetapi pertimbangan keaktifan, kehadiran, kejujuran guru-guru tersebut ikut menjadi pertimbangan, walaupun faktor etnik memberi peluang memperoleh lapangan kerja di yayasan perguruan swasta, pada awalnya guru-guru yang berasal dari etnik Paluta ini, ada yang masih kuliah di perguruan tinggi, ada yang tamat SMA, secara perlahan mereka siap beradaptasi sebagai tenaga pengajar. Dari data ini terungkap adalah satu contoh peranan kekerabatan dalam tenaga guru, administrasi, keuangan mendapat peluang untuk memenuhi pekerjaan kebutuhan ekonomi mereka, sebanyak 5 orang bertugas selama 15 tahun, mereka datang ke Medan mengadu nasib di kota Medan. Hasil wawancara dengan guru-guru yang berasal dari etnik Padang Lawas Utara, mereka merasa bahwa mereka tidak menjadi beban kota, menjadi penganggur. Faktor lain, pada kelompok yang satu kampung memiliki hubungan kekerabatan dengan SP pejabat teras Medan. Hasil wawancara dengan orang perantau ke Medan, RP melaui kesempatan dia bukan
ISSN : 2085 – 0328
pegawai (RP), tetapi ikut memanfaat jabatan kerabatnya melalui ikut bergabung degan perusahan yang memerlukan izin dari instansi pejabat (SP). SP yang memberi kesempatan (titipan SP) kepada perusahaan besar agar RP bekerja di kota Medan, sebagai peluang untuk memperoleh sumber kehidupan di kota Medan. Bila dihubungkan dengan hasil penelitian Achmad Fedyani Saifuddin, dari universitas Indonesia (Jurnal Antropologi Indonesia), hal 309 s/d 319, berjudul Integrasi Sosial golongan miskin di Perkotaan, kajian kasus di Jakarta, terungkap bahwa : BS yang berasal dari Tegal Jawa Tengah, Pak BS pindah ke Jakarta tahun 1972. Pada mulanya, ia menyewa satu kamar, berdekatan dengan rumah keluarga lain yang juga berasal dari Tegal, dengan bantuan sesama orang Tegal yang cukup banyak tinggal di sekitarnya, daerah itu ia bekerja di tempat pembuatan tempe dan tahu. BS merasa cukup aman tinggal disitu, karena pergaulan sehari-hari dengan para tetangga yang sama-sama berasal dari Tegal, tak abahnya seperti di kampung halaman. Dua adek laki-laki BS, serta orang tuanya pindah ke Jakarta dan ikut bekerja membuat tempe, hanya dalam waktu 3 tahun berkembang menjadi 5 orang keluarga, BS telah memiliki tempat pembuatan tahu dan tempe dan BS telah menikah dengan tetangga yang juga berasal dari Tegal, sehingga BS, menjadi kerabat tetanga yang berasal dari Tegal, sehingga BS, menjadi kerabat tetangga yang berasal dari Tegal disekitarnya. Dari contoh diatas bahwa, kita mempunyai gambaran yang jelas bagaimana, hubungan resiprositas yang terjadi yang kaitan kekerabatan. Situasi umum adalah hubungan mereka telah cair karena anggota rumah tangga datang dan pergi tergantung pada kejadian-kejadian dan kesulitan ekonomi di desa asalnya. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini terungkap bahwa katagori kedekatan, kekerabatan
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 1/ APRIL 2011
83
JURNAL ILMU SOSIAL-FAKULTAS ISIPOL UMA
ISSN : 2085 – 0328
sangat berperan sebagai upaya memperoleh kesempatan bagi masyarakat perantau (Paluta) untuk mendapatkan kesempatan ekonomi, (pekerjaan di rantau) kota Medan. Mereka beradaptasi kepada perkumpulan asal desa dan organisasi kekerabatan semarga dan boru, serta kelompok mahasiswa, yang menggunakan adaptasi kekerabatan kepada kabupaten asal Padang Lawas Utara di kota Medan. Walaupun penelitian ini dilakukan untuk etnis Padang Lawas Utara, tetapi dapat diperoleh sebuah impilikasi bagi keberadaan etnis-etnis lain, yang beradaptasi di kota lain, terutama bagi masyarakat rantau di kota lain. DAFTAR PUSTAKA Havilana William R.G.Soekadijo Jilid 2 1993 Antropologi Jakarta, Erlangga Ihromi, T.O 1999 Pokok-Pokok Antropologi, Budaya Yayasan Obor Indonesia Koentjaraningrat, 1982, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia , Jakarta, Jembatan Saifuddin Fedyani Ahmad, 2005, Integrasi Sosial Golongan Miskin Di Perkotaan Kajian Jakarta Jurnal Antopologi Indonesia, Fisip Universitas Indonesia Vol.29 No.3. 2005 Lubis, Pangaduan Z, Lubis B. Zulkifli 1998, Sipirok Na Soli, Bianglala Kebudayaan Masyarakat Sipirok Dan Penerbit Universitas Sumatera Utara (USU Press) htt : //padanglawasutarakab.bps.go.id
PERSPEKTIF/ VOLUME 4/ NOMOR 1/ APRIL 2011
84