PERANAN JURU RIAS PENGANTIN TERHADAP PELESTARIKAN TATA RIAS DAN BUSANA ADAT SOLO PUTRI DI KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Yunika Niken Wulandari 5401404011
JURUSAN TEKNOLOGI JASA DAN PRODUKSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009
i
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang pada hari Selasa, 7 April 2009. Panitia: Ketua
Sekretaris
Ir. Siti Fathonah, M.Kes NIP. 131781326
Dra. Sri Endah W, M.Pd NIP. 132058079 Penguji
Dra. Musdalifah, M.Pd NIP. 131658243 Penguji/Pembimbing I
Penguji/ Pembimbing II
Dra. Hj. Marwiyah, M.Pd NIP. 131404310
Dra. Erna Setyowati, M. Si NIP. 131570062
Mengetahui, Dekan Fakultas Teknik UNNES
Drs. Abdurrahman, M.Pd NIP. 131476651 ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang,
April 2009
Peneliti
Yunika Niken Wulandari NIM. 5401404011
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ♪
All weddings are similar, but every marriage is different. ( John Berger )
♪
Kecantikan seorang ratu sehari akan terpancar dari kekuatan doa dan rasa bahagia dalam hatinya. ( Farisa Fahrudin )
♪
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam.” ( QS. At-Takwir:29 )
PERSEMBAHAN : Skripsi ini kupersembahkan kepada : 1. Bapak, Ibu,adiku tercinta serta keluarga besarku terimakasih atas doa dan dukungannya. 2. Sahabatku “Hisom, Artha, Ayie “ serta teman-teman angkatan 2004 terima kasih atas bantuannya. 3. “ My_Blue” yang selalu setia, terimakasih atas doa, dukungan dan kasih sayangnya. 4. Keluarga besar Salsabila Kost. 5. Alamamater UNNES
iv
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul: “Peranan Juru Rias Pengantin dalam Melestarikan Tata Rias dan Busana Adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung” dapat terselesaikan. Menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan, petunjuk, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 2. Ketua Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Dra. Hj. Marwiyah, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini. 4. Dra. Erna Setyowati, M. Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu juru rias pengantin anggota HARPI ” MELATI ” Temanggung yang telah berkenan untuk diteliti. 6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini. v
Semoga Allah SWT memberi balasan yang setimpal dengan amal kebaikan yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Semarang,
April 2009
Peneliti
vi
ABSTRAK Yunika Niken Wulandari. 2009. Peranan Juru Rias Pengantin dalam Melestarikan Tata Rias dan Busana Pengantin Adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung. Skripsi, Jurusan Teknik Jasa dan Produksi FT Unnes. Dra. Hj. Marwiyah, M.Pd., Dra. Erna Setyowati, M.Si. Kata Kunci: Juru Rias Pengantin, Tata Rias, Busana, Adat Solo Putri Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berkurangnya peranan masyarakat dalam upaya memelihara dan melestarikan budaya bangsa. Salah satu unsur kebudayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan adalah Tata Rias Pengantin dan Busana Pengantin. Peran juru rias dalam upaya melestarikan Tata Rias Pengantin dan Busana Pengantin sangatlah penting. Selain dalam hal pelestarian tata rias dan busana, seorang juru rias harus membutuhkan ketelitian, mempunyai wawasan yang luas mengetahui bagaimana melaksanakan tata cara upacara adat pengantin serta mengikuti perkembangan zaman. Kondisi sekarang amat disayangkan karena banyak juru rias pengantin yang tidak menguasai tata cara upacara adat pengantin. Oleh karena itu muncul permasalahan apakah peranan yang dilakukan oleh juru rias pengantin berpengaruh dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin adat solo putri di kabupaten Temanggung? Dan Seberapa besar peranan yang dilakukan oleh juru rias pengantin dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin adat solo putri di kabupaten Temanggung?. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh peranan yang dilakukan oleh juru rias pengantin terhadap kelestarian tat arias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung dan seberapa besarkah peranan yang dilakukan oleh Juru Rias Pengantin dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin Adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung? Langkah kerja dalam penelitian ini antara lain: Perencanaan yang meliputi menentukan sampel serta merancang instrumen yang akan digunakan untuk melakukan penelitian; pelaksanaan yang meliputi mengujicoba instrumen, menganalisis hasil ujicoba instrumen, penentuan instrumen yang digunakan untuk penelitian, dan penyebaran angket kepada responden; dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi untuk mengetahui apakah ada pengaruh peranan yang dilakukan oleh juru rias pengantin terhadap kelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung. Untuk mengetahui berapa besarnya peranan yang dilakukan oleh Juru Rias Pengantin dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin Adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung tersebut digunakan koefisien determinasi. Dari ) hasil penelitian diperoleh persamaan estimasi regresi sederhana adalah Y = 29.94 + 1.25X dengan korelasi sebesar 0.726 artinya ada pengaruh yang signifikan antara peranan yang dilakukan oleh juru rias pengantin terhadap kelestarian busana dan rias pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung dan besarnya pengaruh tersebut sebesar r2 = (0.726)2 = 0.527 atau 52.7%.
vii
Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa juru rias pengantin memberikan peranan yang signifikan dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin adat solo putri di Kabupaten Temanggung, maka bagi para juru rias pengantin harus dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian tentang tata rias dan busana pengantin tradisional agar dapat melestarikan tata rias dan busana pengantin tradisional sebagai salah satu kebudayaan nasional dan sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Dari hasil penelitian perlu dikembangkan penelitian berikutnya untuk menemukan faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap kelestarian tata rias dan busana pengantin adat solo putri guna mempertahankan kelestariannya sebagai salah satu kebudayaan nasional.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
ii
PERNYATAAN.............................................................................................
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...............................................................
iv
PRAKATA .....................................................................................................
v
ABSTRAK .....................................................................................................
vii
DAFTAR ISI..................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2
Permasalahan ........................................................................................ 5
1.3
Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4
Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
1.5
Penegasan Istilah................................................................................... 7
1.6
Sistematika Skripsi................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Peranan ................................................................................................ 11
2.1.1 Pengertian Peranan................................................................................ 11 2.2
Juru Rias Pengantin............................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Juru Rias Pengantin............................................................. 12 2.2.2 Syarat – syarat Juru Rias Pengantin ..................................................... 12 2.2.3 Peranaan Juru Rias Sebagai Penerus Bangsa ....................................... 13 2.3
Tata Rias Pengantin.............................................................................. 14
2.3.1 Bahan Rias atau Kosmetik ................................................................... 15 2.3.2 Cara Merias Wajah Pengantin Wanita ................................................. 16 2.3.3 Merias Dahi atau Cengkorongan.......................................................... 20 ix
2.3.4
Langkah-langkah Cara Merias Pengantin Wanita............................... 21
2.3.5
Cara Membuat Cengkorongan ............................................................ 23
2.4
Tata Rias Rambut................................................................................ 26
2.5
Busana ................................................................................................. 32
2.5.1 Pengertian Busana............................................................................... 32 2.5.2
Tujuan Berbusana ............................................................................... 32
2.5.3
Jenis-jenis Busana .............................................................................. 33
2.5.2
Macam-macam Busana ....................................................................... 34
2.6
Busana Pengantin ................................................................................ 36
2.6.1
Busana Pengantin Barat ...................................................................... 36
2.6.2
Busana Pengantin Tradisional............................................................. 36
2.6.2.1 Perlengkapan Busana Pengantin Wanita............................................. 37 2.6.2.2 Cara Berbusana Pengantin Wanita...................................................... 38 2.6.2.3 Perlengkapan Busana Pengantin Pria.................................................. 41 2.6.2.4 Cara Berbusana Pengantin Pria........................................................... 41 2.7
Upaya Pelestarian Tata Rias Dan Busana Pengantin .......................... 45
2.8
Kerangka Berfikir ............................................................................... 47
2.9
Hipotesis.............................................................................................. 51
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Populasi Penelitian ............................................................................. 52
3.2
Sampel Penelitian................................................................................ 52
3.3
Variabel Penelitian ............................................................................. 53
3.4
Metode Pengumpulan Data ................................................................ 54
3.5
Metode Analisis Data.......................................................................... 57
3.5.1 Metode Analisis Angket...................................................................... 57 3.5.2
Analisis Data ....................................................................................... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian ................................................................................... 63
4.1.1
Deskriptif Data .................................................................................... 63
4.1.2
Analisis Statistik ................................................................................. 64
4.1.2.1 Uji Normalitas..................................................................................... 64 x
4.1.2.1 Uji Homogenitas ................................................................................. 64 4.1.2.3 Analisis Regresi Linier Sederhana ...................................................... 65 4.1.2.4 Uji Keberartian dan Kelinieran Regresi Linier Sederhana ................. 65 4.1.2.5 Koefisien Korelasi Sederhana ............................................................ 66 4.1.2.6 Uji Keberartian Koefisien Sederhana ................................................. 66 4.2
Pembahasan......................................................................................... 67
4.3
Keterbatasan Penelitian....................................................................... 70
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan ...................................................................................... 71
5.2
Saran ................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 73 LAMPIRAN................................................................................................... 74
xi
DAFTAR GAMBAR 2.1 Cara Membuat Alis .................................................................................. 17 2.2 Susunan Warna Eyeshadow ...................................................................... 18 2.3 Tempat Kedudukan Pemerah Pipi............................................................. 18 2.4 Tempat Kedudukan Pengolesan Pemerah Pipi ........................................ 19 2.5 Koreksi Bibir Untuk Pengolesan Lipstik .................................................. 19 2.6 Langkah Membersihkan Wajah ................................................................ 21 2.7 Mengoleskan Pelembab Pada Wajah ........................................................ 21 2.8 Mengoleskan Alas Bedak Pada Wajah ..................................................... 21 2.9 Mengoleskan Bedak Padat Pada Wajah.................................................... 22 2.10 Membuat Alis ......................................................................................... 22 2.11 Memasang Scot Pada Mata ..................................................................... 22 2.12 Membuat Gajahan ................................................................................... 23 2.13 Membuat Pengapit Dan Penitis............................................................... 23 2.14 Membuat Godeg...................................................................................... 23 2.15 Memberikan Highlight Pada Mata .......................................................... 24 2.16 Memberikan Eyeshadow Pada Mata ....................................................... 24 2.17 Memberikan Bayangan Mata .................................................................. 24 2.18 Memberikan Garis Mata ........................................................................ 25 2.19 Memberikan Pemerah Pipi...................................................................... 25 2.20 Memberikan Lipstik ............................................................................... 25 2.21 Memasang Bulu Mata ............................................................................. 26 2.22 Mengoleskan Pidih Pada Cengkorongan ............................................... 26 2.23 Membuat Sunggar .................................................................................. 27 2.24 Mengambil Lungsen................................................................................ 28 2.25 Mengikat Sisa Rambut ............................................................................ 28 2.26 Membelah Ikatan Rambut ....................................................................... 28 2.27 Memasang Rajut Pandan ........................................................................ 29 2.28 Merapikan Rambut Untuk Menutupi Rajut Pandan................................ 29 2.29 Merapikan Sisa Rambut ......................................................................... 29 xii
2.30 Memasang lungsen Pada Sanggul........................................................... 30 2.31 Bentuk Sanggul Bangun Tulak Dari Irisan Pandan ............................... 30 2.32 Memasang Sanggul Bangun Tulak Sintetis ............................................ 30 2.33 Memasang Cunduk, Centung, Sisir dan Giwang .................................... 31 2.34 Memasang Penetep Pada Sanggul........................................................... 31 2.35 Memasang Bunga Tibododo ................................................................... 31 2.36 Pengantin Wanita Memakai Kain Sidomukti.......................................... 38 2.37 Cara Memakai Kain Pada Pengantin Wanita ......................................... 39 2.38 Pengantin Wanita Memakai Setagen ...................................................... 39 2.39 Pengantin Wanita Memakai Kebaya Beludru ......................................... 40 2.40 Memakai Asesoris Kalung Dan Bros...................................................... 40 2.41 Pengantin Pria Memakai Kain Sidomukti............................................... 41 2.42 Pengantin Pria Memakai Sabuk Boro ..................................................... 42 2.43 Pengantin Pria Memakai Epek ................................................................ 42 2.44 Pengantin Pria Memakai Timang............................................................ 43 2.45 Pengantin Pria Memakai Beskap Langen Harjan ................................... 43 2.46 Pengantin Pria Memakai Keris Dan Bunga Kolong ............................... 44 2.47 Pengantin Pria Memakai Kalung Ulur Dan Kalung Melati .................... 44 2.48 Pengantin Pria Memakai Kuluk Kanigoro .............................................. 45
xiii
DAFTAR TABEL
3.1 Kisi-Kisi Instrumen................................................................................... 55 3.2 Interval Skor.............................................................................................. 59 3.2 Analisis Varians Untuk Uji Kelinieran Regresi ........................................ 61 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................... 63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Desain Angket............................................................................................. 75 2. Kisi-kisi Angket Penelitian ......................................................................... 76 3. Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Angket ....................................... 99 4. Contoh Perhitungan Validitas Angket Penelitian ...................................... 104 5. Contoh Perhitungan Reliabilitas Angket Penelitian.................................... 105 6. Lembar Observasi ....................................................................................... 107 7. Lembar Wawancara .................................................................................... 110 8. Daftar Responden........................................................................................ 111 9. AngketPenelitian ......................................................................................... 113 10. Data Hasil Penelitian................................................................................. 127 11. Hasil Uji Normalitas Data Peranan Juru Rias Pengantin .......................... 131 12. Hasil Uji Normalitas Data Pelestarian Tata Rias dan Tata Busana Adat Solo Putri ........................................................................................................... 132 13. Hasil Uji Homogenitas Atau Kesamaan Varians ...................................... 133 14. Hasil Uji Linieritas.................................................................................... 135 15. Diagram Pencar dan Garis Persamaan Regresi......................................... 138 16. Gambar Langkah-Langkah Membuat Cengkorongan............................... 139 17. Gambar Pengantin Adat Solo Putri ........................................................... 144 18. Gambar Pengantin Adat Solo Putri Modifikasi ........................................ 146 19. Surat Tugas Dosen Pembimbing Skripsi .................................................. 148 20. Surat Permohonan Ijin Penelitian.............................................................. 149 21. Surat Permohonan Ijin Observasi ............................................................ 150 22. Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari Ketua HARPI Melati Temanggung.............................................................................................. 151 23. Surat Keterangan Validasi Lembar Observasi ........................................ 152 24. Laporan Berkala Selesai Bimbingan......................................................... 155 25. Surat Keterangan Selesai Bimbingan........................................................ 157
xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan daerah tidak dapat dipisahkan dari manusia sebagai pendukung kebudayaan daerah tersebut. Manusia dengan budayanya dapat mengubah lingkungan, dari yang tidak menarik menjadi sangat menarik hingga dikagumi oleh masyarakat. Program pembangunan Kebudayaan Nasional yang terus dilakukan, semua kekayaan seni dan budaya semakin mendapat perhatian untuk terus digali dan dilestarikan. Harta budaya daerah harus dikembangkan dalam rangka memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat bangsa. Bangsa Indonesia dikagumi oleh masyarakat mancanegara karena kekayaan budaya dan adat tradisionalnya yang bermacam-macam. Ada yang unik dan ada pula yang sangat tinggi nilainya. Keanekaragaman budaya Indonesia telah mengalami banyak perubahan hal ini dikarenakan bangsa Indonesia kurang berperan dalam melestarikan dan memperhatikan nilai-nilai budaya yang berkembang di Indonesia. Salah satu unsur kebudayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan adalah kesenian. Seni adalah karya cultural yang mengandung nilai estetis dan selalu terjadi dalam kehidupan manusia, karena seni merupakan kebutuhan hidup. Seperti Busana Pengantin dan Tata Rias Pengantin adalah sebagian kecil dari unsur seni dan merupakan salah satu kekayaan bangsa yang diwariskan oleh
1
2
nenek moyang dan perlu dijaga kelestariaannya ditengah-tengah perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang membawa dampak pada segala bidang yang memiliki keagungan, keindahan dan keunikan tersendiri, dan pada umumnya masyarakat akan lebih mengenal dan memahami gaya busana dan rias pengantin sesuai dengan suku bangsanya, misalnya tata rias busana adat pengantin Solo atau Surakarta adalah salah satu bentuk karya budaya yang penuh makna filosofi tinggi. Tradisi tata rias busana ini terinspirasi dari busana para bangsawan dan raja keraton Kasunanan Surakarta serta Istana Mangkunegaran, Jawa Tengah. Zaman dahulu upacara perkawinan, busana dan riasan pengantin masih sangat sederhana, belum teratur dan belum seragam. Upacara perkawinan dilaksanakan berdasarkan strata sosial yang berlaku pada waktu itu, sehingga tidak mungkin seorang yang bukan kerabat keraton mengenakan riasan dan busana pengantin milik keraton. Dewasa ini tradisi keraton Solo atau Surakarta seperti perkawinan sudah menjadi milik bersama, masyarakat yang ingin melaksanakan perkawinan dengan tradisi keraton sudah tidak mengalami hambatan. Temanggung adalah salah satu kota kabupaten Daerah Tingkat II di Jawa Tengah yang mayoritas penduduknya jawa asli dan sangat menjunjung tinggi nilai kebudayaan Indonesia. Busana dan rias pengantin yang berkembang di daerah ini adalah Gaya Paes Ageng Yogyakarta, Gaya Solo Putri dan Solo Basahan. Letak kota Temanggung yang strategis dan dekat dengan Yogyakarta dan Solo menjadikan kota Temanggung masih kental dengan adat tersebut.
3
Pada umumnya masyarakat Temanggung lebih memilih Adat Solo Putri karena budaya masyarakat Temanggung lebih condong pada adat Kraton Surakarta atau Solo. Sesungguhnya untuk tata rias busana pengantin Solo tidak mempunyai banyak ragam dan gaya seperti tata rias busana pengantin Jogja. Perbedaanya terletaka pada riasan terutama bentuk cengkorongan dan busananya. Namun rias pengantin Adat Solo tidak kalah memikat dan indah untuk dilihat. Ada gaya tata rias dan busana pengantin Solo Putri dan tata rias busana pengantin Solo Basahan. Gaya busana dan rias pengantin adat solo putri memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri, tetapi masyarakat Temanggung telah meyakininya dan mengembangkannya menjadi suatu kebudayaan peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan dan dipertahankan. Hal ini harus diperhatikan karena semakin berkembangnya trend busana dan rias pengantin, maka tata rias masyarakat sekarang ini biasanya sudah tidak menggunakan tata rias tradisional baku, melainkan tata rias modifikasi. Di Temanggung trend ini sudah berkembang cukup lama yaitu memodifikasi riasan pengantin terutama rias pengantin adat Solo Putri. Seiring dengan perkembangannya trend busana dan rias pengantin, tata rias pengantin Solo Putri telah mengalami banyak perubahan dan modifikasi, tetapi tetap mempertahankan ciri khas adat riasan pengantin tradisional tersebut. Pada umumnya modifikasi rias pengantin Adat Solo Putri terletak pada eyeshadow yang penuh warna sesuai trend, modifikasi pada busananya misalnya memakai kebaya yang terbuat dari bahan tile berpayet tidak memakai kebaya dari
4
bahan beludru. Peranan juru rias dalam hal ini sangat penting, karena telah banyaknya modifikasi maka tetap harus ada ciri khas dari Adat Solo Putri ini, misalnya bentuk cengkorongan yang sesuai dengan ciri khasnya, warna bedak pengantin yang kekuning-kuningan, kain yang dipakai pengantin bercorak sidomukti atau sidoasih kemudian sanggul yang digunakan yaitu sanggul bangun tulak baik asli dari pandan ataupun sintetis. Tata cara upacara perkawinan pengantin adat solo putri telah banyak mengalami perubahan hal ini dikarenakan permintaan konsumen yang menginginkan tata cara upacara perkawinannya berlangsung singkat, dalam hal ini juru rias tetap menjalankan inti dari tata cara upacara perkawinana adat solo putri agar ciri dari tata cara upacara adat perkawinanya tetap ada. Sebagai warga Negara Indonesia yang memiliki berbagai macam kebudayaan dituntut untuk berperan serta dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin. Khususnya adalah mempertahankan keaslian atau kepakeman busana dan rias pengantin Solo Putri yang berkembang di Kabupaten Temanggung yang telah mengalami berbagai modifikasi. Sehubungan dengan pelestarian tata rias dan busana pengantin Adat Solo Putri ini adalah juru rias pengantin yang memegang peranan sangat penting. Selain dalam hal pelestarian tata rias dan busana pengantin seorang juru rias harus membutuhkan ketelitian, mempunyai wawasan yang luas mengetahui bagaimana melaksanakan tata cara upacara adat pengantin serta mengikuti perkembangan zaman. Kondisi sekarang amat disayangkan karena banyak juru rias pengantin yang tidak menguasai tata cara upacara adat pengantin hanya menjalankan inti dari tata cara upacara adat
5
pengantin, maka sekarang ditegaskan bahwa seorang juru rias pengantin mempunyai tugas untuk melestarikan budaya. Juru rias adalah yang berperan secara langsung terhadap pelestarian tata rias dan busana pengantin berdasarkan latar belakang
diatas maka peneliti
mengadakan penelitian tentang “ Peranan Juru Rias Pengantin terhadap Pelestarian Tata Rias dan Busana Pengantin Adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung “.
1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan pada latar yang telah diuraikan, maka peneliti mengajukan permasalahan : 1. Adakah pengaruh peranan yang dilakukan oleh juru rias pengantin terhadap pelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di kabupaten Temanggung? 2. Seberapa besar peranan yang dilakukan oleh juru rias pengantin terhadap pelestarian tat arias dan busana pengantin adat Solo Putri di kabupaten Temanggung?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh peranan yang dilakukan oleh juru rias pengantin terhadap pelestarian tat arias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung.
6
2. Mengetahui seberapa besar peranan yang dilakukan oleh Juru Rias Pengantin terhadap pelestarian tata rias dan busana pengantin Adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Dunia pendidikan a. Pendidikan Formal 1) Sebagai pedoman bagi pelajar SMK Kelompok Pariwisata jurusan Tata Kecantikan tentang busana dan rias pengantin Solo Putri. 2) Mahasiswa Tata Busana S1 Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, agar lebih meningkatkan partisipasinya dalam melestarikan busana dan rias adat Solo Putri. b. Pendidikan Non Formal 1) Sebagai pedoman bagi para juru rias pengantin, dalam meningkatkan pengetahuan dan keahlian tentang busana dan rias pengantin adat Solo Putri. 2. Untuk pembaca dan masyarakat luas agar bisa menjadikan pedoman dan meningkatkan partisipasinya dalam melestarikan busana dan rias pengantin adat Solo Putri. 3. Mempertahankan busana pengantin tradisional sebagai salah satu Kebudayaan Nasional dan sebagai ciri khas suatu bangsa. 4. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang juru rias pengantin dalam melestarikan kebudayaan.
7
1.5 Penegasan Istilah Tujuan penelitian memberikan penegasan pada beberapa istilah dalam judul skripsi ini adalah untuk memperjelas dan memperkecil lingkup persoalan yang diteleti, agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam mengartikan judul maka peneliti memberikan penegasan istilah – istilah tersebut : a. Peranan Peranan adalah sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu, peranan yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula ( www. Psikologi_Role Theory. com ) b. Juru Rias Pengantin Juru adalah orang yang pandai dalam suatu pekerjaan yang memerlukan latihan, kecakapan dan kecermatan atau ketrampilan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000 : 370). Juru rias adalah orang yang pekerjaannya merias wajah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000 : 370). Pengantin adalah orang yang sedang melangsungkan pernikahan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1993 : 664). Jadi Juru Rias Pengantin adalah orang yang pandai dalam merias pengantin. Menurut R.Sri Supadmi Murtiadji (1993 : 6) Juru Rias Pengantin merupakan profesi terhormat, dipandang ahli dalam bidangnya, mengetahui seluk beluk upacara perkawinan adat serta dapat memberi bimbingan dan penyuluhan hidup berkeluarga dan hidup bermasyarakat bagi kedua mempelai.
8
c. Melestarikan Melestarikan adalah membiarkan tetap seperti keadaan semula atau mempertahankan kelangsungannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2000 : 520). d. Rias Pengantin Rias adalah membuat wajah menjadi indah, ayu, cantik dan menarik. (HARPI Melati Temanggung, 1988 : 11). Rias Pengantin adalah usaha membuat wajah menjadi indah atau menarik pada orang yang akan melangsungkan pernikahan. e. Busana Arifah A.Riyanto (2003 : 3) berpendapat bahwa pengertian busana dalam arti luas adalah semua yang kita pakai mulai dari kepala sampai dengan ujung kaki yang menampilkan keindahan. Sedangkan busana dalam arti umum adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang sudah dijahit atau tidak dijahit yang dipakai atau disampirkan untuk penutup tubuh seseorang. Seperti kebaya, kain panjang atau sarung, rok, blus, celana, kemeja dll. f. Adat Solo Putri Adat adalah aturan atau perbuatan yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala dan aturan-aturan yang satu dengan yang lain saling berkaitan menjadi suatu sistem (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2000: 5). Adat Solo Putri adalah Riasan wajah pengantin yang sebagian besar atau pada umumnya adalah mencontoh atau menirukan dandanan busana seorang raja dan ratu dari Keraton Solo, baik mengenai merias wajah, sanggul, cara berbusana maupun upacarannya (HARPI Melati Temanggung 1988 : 11)
9
g. Temanggung Temanggung adalah salah satu kota kabupaten Daerah Tingkat II di Jawa Tengah yang ikut tergabung dalam karesidenan Kedu, dan dipimpin oleh seorang Bupati beserta wakilnya. Kotanya yang indah dan sejuk serta masyarakatnya yang beraneka ragam pekerjaan dan agama tidak menjadikan masyarakat Temanggung menjadi masyarakat individual. Kebudayaan dan adat istiadat merupakan alat pemersatu masyarakat kota Temanggung menjadi masyarakat yang saling peduli terhadap sesama. Salah satu budaya dan adat istiadatnya yang sangat dijunjung tinggi adalah Adat Solo Putri dalam Upacara Pengantin yang akan selalu dilestarikan oleh masyarakat Temanggung. Dalam penelitian ini yang berperan penuh terhadap pelestarian tata rias dan busana pengantin Adat Solo Putri adalah juru rias pengantin di kabupaten Temanggung.
1.6 Sistematika Skripsi Sistematika skripsi ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian awal, isi, dan akhir skripsi. Bagian awal skripsi berisi halaman judul, halaman pengesahan, abstraksi, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Bagian isi skripsi meliputi 5 bab sebagai berikut :
10
BAB I. Sebagai bab pendahuluan, berisi tentang alasan pemilihan judul, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II. Memuat landasan teori berisi tentang pengertian juru rias pengantin, syarat – syarat juru rias pengantin, peranan juru rias pengantin sebagai penerus budaya bangsa. Pengertian busana, tujuan berbusana, jenis-jenis busana serta macam-macam busana. Perlengkapan busana pengantin adat solo putri pria maupun wanita, Tata rias pengantin adat solo putri. Bahan kosmetik yang digunakan. Tata rias rambut adat solo pitri. Upaya pelestarian busana dan rias pengantin adat solo putri. BAB III. Berisi uraian tentang metodologi penelitian yang isinya tentang lengkahlangkah penelitian yang meliputi : populasi penelitian, sampel penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas serta metode analisis data. BAB IV. Hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menyajikan laporan hasil penelitian dan hasil pembahasan penelitian. BAB V. Adalah simpulan dan saran, berisi tentang simpulan dari hasil penelitian sesuai dengan urutan permasalahan yang telah dirumuskan. Bagian akhir skripsi berupa daftar pustaka yang berisi tentang buku-buku yang mendukung penelitian. Terakhir lampiran yang berisi tentang kelengkapan skripsi, memperjelas data dan perhitungan data.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan diuraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran yang jelas sehingga dapat mencapai tujuan dalam suatu penelitian. Berdasarkan judul skripsi tentang Peranan Juru Rias Pengantin Terhadap Pelestarian Tata Rias dan Busana Pengantin Adat Solo Putri Di Kabupaten Temanggung, maka akan dikemukakan beberapa hal yang menyangkut tentang pembahasan busana secara umum, macam-macam busana, pengertian juru rias pengantin, peranan juru rias pengantin, tata rias pengantin adat solo putri dan kerangka berfikir. 2.1 Peranan 2.1.1
Pengertian Peranan adalah sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu
posisi tertentu ( www. Psikologi_Role Theory. com ). Menurut teori ini peranan yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi apa yang membuat tingkah laku itu sesuai dalam situasi dan tidak sesuai dalam situasi lain pada seseorang yang menjalankan peranan tersebut. Jadi setiap orang mempunyai peran pada masing – masing situasi. Menurut Drs. Save M. Dagun ( 2002 : 10 ) peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan atau perilaku yang diharapkan atau dikaitkan dengan kedudukan seseorang di masyarakat.
11
12
Peran dari juru rias disini adalah tugas utama yang dimiliki seorang juru rias yang mempunyai kemampuan dalam keahliannya sebagai perias pengantin dalam menjalankan semua keterampilan yang dimilikinya. Keahliannya tersebut dapat diterapkan sebagai panutan di masyarakat. Juru rias harus dapat menunjukan kepada masyarakat luas akan harkat dan martabatnya, budi pekerti yang bertenggang rasa dalam mengamalkan ilmunya. Jadi dapat disimpulkan bahwa juru rias pengantin dalam kehidupannya mempunyai peran atau tugas dalam keahliannya sebagai salah satu panutan bagi masyarakat. 2.2 Juru Rias Pengantin 2.2.1
Pengertian Juru Rias Pengantin adalah orang yang pandai dalam merias pengantin.
Menurut R.Sri Supadmi Murtiadji (1993 : 6) Juru Rias Pengantin merupakan profesi ahli dalam bidang tata rias pengantin yang mempunyai andil penting dalam seluk beluk upacara perkawinan adat. Juru rias pengantin juga dapat menjadikan kedua mempelai menjadi cantik dan tampan, tata cara upacara perkawinan menjadi semarak dan bermakna, serta dapat memberikan bimbingan dan penyuluhan hidup berkeluarga dan hidup bermasyarakat bagi kedua mempelai. Oleh karena itu seorang juru rias pengantin harus dapat menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan.
13
2.2.2
Syarat-syarat Juru Rias Pengantin Seorang juru rias pengantin diharapkan memenuhi syarat-syarat tertentu.
Tentu saja syarat-syarat ini bergeser dan berubah sesuai dengn perkembangan pandangan masyarakat tentang peranan juru rias pengantin. Menurut R.Sri Supadmi Murtiadji (1993 : 6) adapun syarat-syarat Juru Rias Pengantin secara umum meliputi : 2.2.2.1 Syarat Keterampilan Seorang juru rias pengantin harus ahli dalam bidangnya, menguasai ketrampilan teknik merias wajah dan rambut sekaligus menguasai tata busana pengntin. Ini merupakan syarat utama yang tidak dapat ditawar. Seorang juru rias pengantin harus dapat merias wajah keseharian menjadi wajah yang cantik dan tampan, elok dan rupawan, anggun dan menawan
2.2.2.2 Syarat Pengetahuan Juru rias pengantin harus mempunyai syarat pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang tata cara dan rangkaian upacara perkawinan adat jawa, baik gaya Yogyakarta maupun gaya Solo. Yaitu bagaimana jalannya upacara secara rinci dan kronologis, serta apa makna simbolis dari rangkaian upacara dengan segala kelengkapannya. 2.2.2.3 Syarat Martabat Berkaitan dengan harapan masyarakat agar juru rias sekaligus dapat dijadikan contoh teladan dan panutan bagi pengantin yang diriasnya. Juru rias hendaknya memiliki kehidupan keluarga dan kehidupan bermasyarakat yang terpuji. Orangtua mempelai lebih mempercayakan putra putrinya untuk dirias oleh juru rias pengantin yang bermartabat di masyarakat. 2.2.2.4 Syarat Kebatinan Pada masa lalu persiapan ini berupa pantangan atau puasa. Tujuan utamanya adalah untuk mengendapkan perasaan, untuk membersihkan diri, dan menguatkan batin agar nantinya dapat melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya, terhindar dari bencana. Masyarakat kita (jawa) percaya bahwa kebersihan dan kekuatan batin juru rias yang terungkap lewat doa-doanya akan menjadikan sang pengantin cantik molek, bersinar cemerlang dan bercahaya.
14
2.2.3 Peranan Juru Rias Pengantin sebagai Penerus Budaya Bangsa Salah satu langkah positif dalam memelihara kepribadian bangsa Indonesia adalah membina dan memelihara kelestarian budaya bangsa. Cara yang paling efektif adalah juru rias pengantin melestarikan tata rias dan busana pengantin dengan tata cara pernikahannya. Juru rias pengantin harus mengetahui unsur-unsur kebudyaan karena juru rias pengantin orang yang berperan langsung dalam melestarikan kebudayaan khususnya dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin. Peranan yang dilakukan oleh juru rias dalam pelestarian tata rias dan busana adat solo putri disini adalah dengan cara tetap menjaga keaslian dari rias pengantin adat Solo Putri meskipun terdapat modifikasinya, kemudian mengadakan seminar, lomba atau pagelaran tentang rias pengantin adat Solo Putri yang tetap mempertahankan keaslian dari riasan tersebut. 2.3
Tata Rias Pengantin Bangsa Indonesia dengan keanekaragaman suku bangsa serta kebudayaan
telah mengekspresikan berbagai unsur budaya, antara lain tata rias pengantin. Dengan desain yang menarik, komposisi yang harmonis serta bentuk-bentuk ragam hiasnya mempunyai karakteristik yang mencolok. Tata rias pengantin tidak hanya sekedar menarik perhatian orang dalam upacara perkawinan, tetapi juga dapat menciptakan suasana resmi dan hidmat, sehingga perwujudannya tidak hanya mewah dan meriah saja namun mengandung lambang-lambang dan makna tertentu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 8). Menurut HARPI Melati Temanggung (1988 : 11) bahwa seorang pengantin diibaratkan seperti raja atau ratu sehari, karena busana serta riasan
15
wajahnya meniru seorang raja ataupun ratu. Demikian pula halnya dengan Riasan Wajah Pengantin gaya Solopun sebagian besar menirukan dandanan seorang raja atau ratu dari Kraton Solo, baik mengenai merias wajah, sanggul, busana ataupun tata cara upacara adatnya. Menurut asli dan kenyataannya Putri Kraton Solo selalu nampak ayu wajahnya, kelihatan anggun, halus dan bersih serta kekuning-kuningan warna kulitnya. Dengan demikian Riasan wajah Pengantin Solo Putri dalam hal riasan wajah (make-up) kemudian menyesuaikan dengan keadaan wajah dari putri-putri Kraton Solo pada zaman dahulu, dengan menggunakan bedak berwarna kekuningkuningan, dan tidak menggunakan bayangan mata (eye shadow) serta pemerah pipi (rouge) seperti sekarang ini. Sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern maka riasan pengantin Solo Putri ini telah mengalami banyak modifikasi sesuai permintaan konsumen, tetapi tanpa meninggalkan keasliannya. Dari beberapa pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa tata rias pengantin, pada umumnya menirukan dandanan raja dan ratu sehari mulai dari riasan wajah, busana serta tata cara upacaranya. Demikian halnya dengan tata rias pengantin adat solo putri yang menirukan dandanan raja dan ratu dari keraton solo. Seiring dengan trend dan riasan pengantin yang berkembang dimasyarakat yang telah banyak mengalami modifikasi, tata rias pengantin adat solo putri tetap memperlihatkan keaslian atau ciri khas dari solo putri sendiri, misalnya dari riasan dengan bedak yang kekuning-kuningan menggunakan paes, busana yang dipakai tetap menggunakan kain bercorak sidomukti meskipun kebaya yang dipakai adalah kebaya modifikasi. Tata cara upacara adatnya pun menggambil tata cara
16
yang utama atau garis besarnya saja tetapi tetap sakral dan mengandung nilai upacara pelaksanaan pernikahan tanpa meninggalkan keaslian dari tata cara upacara adat solo putrid itu sendiri. 2.3.1 Bahan rias atau kosmetik yang diperlukan dalam Rias Wajah Pengantin Solo Putri antara lain (HARPI Melati Temanggung, 1988 : 13) a) Susu pembersih (clening cream), sesuai dengan jenis kulit wajah. b) Penyegar kulit (face tonik) menurut jenis kulitnya. c) Scot untuk mempertegas kelopak mata. d) Pelembab (moisturizer). e) Alas bedak ( waterproof )berwarna kekuning-kuningan. f) Bedak (face powder) berwarna kekuning-kuningan. g) Pensil alis hitam. h) Bayangan hidung i) Bayangan mata (eye shadow). j) Celak ( eyeliner ) k) Mascara. l) Pemerah pipi (rouge/bluson). m) Pemerah bibir (lipstik). n) Bulu mata palsu. o) Pidih berwarna hitam untuk mengisi paes. 2.3.2 Cara Merias Wajah Pengantin Putri Adat Solo Putri (HARPI Melati Temanggung 1988 : 63)
17
a) Membersihkan wajah dengan susu pembersih (cleaning cream) menurut jenis kulitnya, yang dituangkan ke dalam cawan kecil kemudian dibagikan pada wajah, diratakan dengan pelan-pelan, kemudian dihapus dengan kapas sampai bersih. b) Memberi penyegar (face tonik), dituangkan pada kapas kemudian ditepuktepukkan pelan-pelan keseluruh wajah. c) Mengoleskan pelembab (moisturizer) keseluruh wajah dan leher secara merata. d) Mengoleskan alas bedak (waterproof) berwarna kekuning-kuningan keseluruh wajah, leher, telinga, dada, secara merata tebal tipisnya. e) Memberi bedak padat dengan saput bedak (spoon), dengan cara ditepuk-tepuk atau ditekan-tekan perlahan-perlahan, selanjutnya sisa bedak yang masih kurang merata dapat diratakan dengan sikat wajah. f) Membuat alis dengan pensil alis hitam, dengan membentuk mangot, ( melengkung indah ) sebelumnya alis dibersihkan terlebih dahulu, dibentuk dari garis a batas alis bagian dalam, melewati garis b titik tertinggi alis, kemudian garis c batas maksimal panjang alis ke pelipis. Seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Cara membuat alis.
18
g) Memasang scot pada kelopak mata disesuaikan dengan besar kelopak mata pengantin. h) Bayangan Mata (eye shadow). Memperindah bentuk mata dengan memberi bayangan samara-samar pada kelopak mata. Bagian atas berwarna hijau muda samara-samar, kelopak mata bawah berwarna coklat, makin keatas semakin tipis. Warna Eye shadow untuk bayangan mata dapat menyesuaikan busana yang dipakai pengantin.
Gambar 2.2 Susunan warna eyeshadow Keterangan gambar : 1. Warna utama yang ditempatkan pada lipatan bawah kelopak mata. 2. Warna shader ditempatkan pada bagian atas kelopak mata. 3. Warna highlighter ditempatkan dibawah alis i) Garis mata (eye liner) ditebalkan dengan celak atau pensil alis hitam, hitam kecoklatan, hitam kebiruan mulai dari sudut mata sampai ujung mata. j) Pemerah pipi (rouge), disapukan mulai dari tulang pipi yang menonjol dengan arah keatas secara samara-samar, tidak lebih rendah dari batas hidung arah usapnya kesamping arah keluar dan menyatu dengan garis pertumbuhan rambut pelipis.
19
Gambar 2.3 Tempat kedudukan pemerah pipi.
Gambar 2.4 Tempat kedudukan pengolesan pemerah pipi. Keterangan cara menentukan tempat kedudukan tulang pipi : 1. Tarik garis a dari sudut bibir ke lubang telinga. 2. tarik garis b dari sudut luar mata tegak lurus kebawah. 3. Garis a dan b berpotongan di titik c, titik c merupakan batas pengolesan pemerah pipi. k) Pemerah bibir (lipstick), berwarna merah cerah, mengoleskan dengan kuas bibir mulai dari bibir bawah kemudian bibir atas secara penuh.
Gambar 2.5 Gambar koreksi bibir untuk pengolesan lipstik
20
l) Memasang bulu mata dengan cara bulu mata palsu diberi lem bulu mata secara merata kemudian ditempelkan pada bulu mata asli. Setelah terpasang bulu mata diberi mascara agar menyatu. 2.3.3 Merias dahi atau membuat cengkorongan paes dengan pensil alis hitam, bentuknya adalah (HARPI Melati Temanggung, 1988 : 14) a) Gajah
: berbentuk setengah bulatan ujung telur bebek, terletak di
tengah-tengah dahi di atas pangkal alis kurang lebih 3 jari dari atas alis. b) Pengapit
: berbentuk ngudup kantil (seperti kuncup kantil),terletak
diantara kiri kanan gajah dan batas athi-athi, ujung pengapit menghadap kepangkal alis, dengan ukuran 2 jari. c) Penitis (athi-athi) : berbentuk setengah bulatan ujung telur ayam, ujung penitis menghadap ke sudut alis, dengan ukuran 2,5 jari. d) Godeg
: berbentuk ngudup turi (seperti kuncup bunga turi) dengan
ukuran 1 pangkal jari. Paes atau cengkorongan ini diisi dengan pidih. Caranya dioleskan dengan kuas atau welat dari bawah keatas. Dimulai dari godeg sebelah kanan, dengan tujuan untuk menghindari supaya tangan tidak mudah terkena pidih.
21
2.3.4 Cara merias pengantin wanita :
Gambar 2.6 Membersihkan wajah dengan pembersih dan penyegar.
Gambar 2.7 Mengoleskan pelembab secara merata pada wajah
Gambar 2.8. Mengoleskan alas bedak pada wajah secara merata.
22
Gambar 2.9 Mengoleskan bedak padat pada wajah secara merata dengan spoon atau saput bedak.
Gambar 2.10. Membuat alis dengan bentuk mangot
Gambar 2.11. Memasang scot sesuai dengan bentuk kelopak mata
23
2.3.5 Cara membuat cengkorongan :
Gambar 2.12. Membuat gajahan dengan bentuk seperti ujung telur bebek.
Gambar 2.13. Membuat pengapit berbentuk ujung bunga kantil dan penitis yang berbentuk seperti ujung telur ayam.
Gambar 2.14. Membuat godeg berbentuk ngudup turi.
24
Gambar 2.15. Memberikan highlite pada bawah alis
Gambar 2.16. Memberikan eyeshadow pada kelopak mata
Gambar 2.17. Memberikan bayangan mata pada kelopak mata
25
Gambar 2.18. Memberikan garis mata ( eyeliner )
Gambar 2.19. Memberikan pemerah pipi (rouge)
Gambar 2.20. Memberikan pemerah bibir (lipstick)
26
Gambar 2.21. Memasang bulu mata
Gambar 2.22. Mengoleskan pidih dengan kuas mulai dari bawah keatas (dari ujung kepangkal ). 2.4 Tata Rias Rambut Sanggul pengantin gaya Solo Putri dinamakan sanggul Bangun Tulak. Bentuknya menyerupai kupu-kupu atau disebut Ngupu. Sanggul Bangun Tulak ini biasanya dipakai oleh permaisuri atau putri-putri raja. Hanya ada perbedaan sedikit mengenai pemakaian bunga. Bagi yang sudah menikah mengenakan bunga bangun tulak, bagi yang belum menikah tidak boleh mengenakan bunga apapun. Pembuatan sanggul Bangun Tulak diharuskan membuat sunggar tanpa sasak, sunggar yang begini adalah menjadi ciri khas dari sanggul bangun tulak,
27
disamping sunggar juga tali lungsen menjadi ciri khas sanggul ini. Sanggul ini harus menggunakan lungsen, lungsen ini gunanya untuk mengetatkan atau mengencangkan sanggul dan untuk membelah ditengah-tengah sanggul, sehingga sanggul ini membentuk ngupu. Akan tetapi seiring perkembangan zaman yang serba praktis kini telah banyak sanggul khusus pengantin atau sanggul bangun tulak yang sudah jadi atau sintetis yang beredar dipasaran. Juru rias pengantinpun tidak kesulitan membuat sanggul bangun tulak, hanya tinggal memasangkannya pada sang pengantin. 2.4.1 Alat yang diperlukan dalam membuat sanggul bangun tulak: a) Sisir : besar, kecil, sisir tanduk. b) Cepet : bersar, kecil, bebek. c) Rajut : bulat untuk sanggul, panjang untuk pandan. d) Hairspray e) Cemara bila rambut pendek.
2.3.2 Cara Membuat Sanggul Bangun Tulak
Gambar 2.23. Membuat sunggar
28
Gambar 2.24. Mengambil rambut lungsen
Gambar 2.25. Sisa rambut diikat rapi dijadikan satu.
Gambar 2.26. Rambut dibelah jadi 2 bagian dan disisir halus.
29
Gambar 2.27. Memasang rajut pandan pada rambut
Gambar 2.28.Rambut dirapikan diatas rajut pandan
Gambar 2.29. Sisa rambut dirapikan dibawah sanggul.
30
Gambar 2.30. Rambut lungsen dipasang
Gambar 2.31. Bentuk Sanggul bangun tulak asli dari pandan.
Gambar 2.32. Memasang sanggul bangun tulak sintetis
31
Gambar 2.33. Memasang cunduk kembang goyang, centung, sisir dan giwang.
Gambar 2.34. Memasang penetep pada sanggul.
Gambar 2.35. Memasang bunga tibododo.
32
2.5 Busana 2.5.1 Pengertian Busana Busana dalam arti umum adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang sudah dijahit atau tidak dijahit yang dipakai atau disampirkan untuk penutup tubuh seseorang, seperti kebaya dan kain panjang, rok, celana panjang, blus,dan kemeja. Arifah A.Riyanto (2003 : 3) berpendapat bahwa pengertian busana dalam arti luas adalah semua yang dipakai mulai dari kepala sampai dengan ujung kaki yang menampilkan keindahan. Busana dalam kehidupan manusia pada umumnya tidak dapat dilepaskan dari manusia sebagai makhluk yang berbudaya, yang realitannya selalu berkembang dari suatu periode ke periode berikutnya. Kebudayaan bersifat akumulatif, artinya makin lama bertambah kaya, karena manusia pemikirannya tambah berkembang, bertambah maju, sehingga relatif banyak menghasilkan sesuatu yang berguna yang dapat dimanfaatkan oleh manusia yang lainnya. 2.5.2 Tujuan Berbusana Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991 : 3) tujuan berbusana antara lain adalah : 2.4.2.1 Memenuhi syarat-syarat peradaban atau kesusilaan. Pemakai dapat hidup tenang dilingkungannya, apabila syarat ini dipenuhi, sebab belum semuanya masyarakat Indonesia mau menerima penggunaan jenis busana yang dipakai.
33
2.4.2.2 Memenuhi kebutuhan kesehatan Busana dapat melindungi tubuh dari gangguan luar seperti panas matahari, udara dingin, dan gigitan serangga. 2.4.2.3 Memenuhi rasa keindahan Busana yang memenuhi rasa keindahan membuat pemakai lebih menarik sesuai dengan tujuan pemakaian, sehingga selalu diterima oleh lingkungannya serta dapat menutupi cacat dan kekurangan bentuk tubuh. Jadi berbusana mempunyai tujuan agar manusia dapat memakai busana sesuai dengan keadaan lingkungannya untuk melindungi tubuh dan dapat memberikan rasa keindahan dan menutupi kekurangan. 2.5.3 Jenis-jenis Busana Ada 2 jenis busana menurut Saleh dan Jafar (1991 : 4) yaitu busana luar dan busana dalam serta pelengkap busana, diuraikan di bawah ini : 2.5.3.1 Busana Dalam Busana dalam adalah busana yang langsung dipakai di atas kulit badan. Busana dalam dapat digolongkan menjadi 3 golongan : 2.5.3.1.1
Busana yang langsung dipakai diatas kulit badan atau tubuh untuk
menutupi badan tertentu, antara lain : BH, kutang, camisole, stagen. 2.5.3.1.2
Busana dalam yang dipakai dirumah antara lain : daster, kimono, jas
mandi, piyama. 2.5.3.1.3
Busana dalam pada bayi antara lain : popok, baju , celana.
34
2.5.3.2 Busana Luar Busana luar adalah busana yang dikenakan setelah memakai busana dalam. Busana luar ini biasa dilihat secara langsung oleh orang lain dan lebih mengutamakan keindahan. Busana luar dapat dilihat sehari-hari yang dipakai berupa rok, celana panjang, blus, gaun, kain kebaya. 2.5.3.3 Pelengkap busana ( aksesori ) Pelengkap busana atau aksesori adalah benda-benda selain busana yang dipakai untuk melengkapi penampilan seseorang. Pelengkap busana atau aksesori pada umumnya dapat digolongkan dalam 2 golongan yaitu aksesoris primer dan aksesoris sekunder. 2.5.3.3.1
Aksesoris Primer atau fungsional
Aksesoris primer adalah kelompok aksesoris yang harus melengkapi suatu penampilan, dapat disebut juga disebut sebagai aksesoris fungsional, misalnya ban pinggang, tas, sepatu, selop, topi, kerudung, payung. 2.5.3.3.2
Aksesoris Sekunder atau pendukung
Aksesoris sekunder adalah kelompok aksesoris yang fungsinya memperindah, membuat penampilan seseorang lebih menarik, misalnya syal, gelang, cincin, bros,dasi. 2.5.4
Macam-macam busana Berikut ini macam-macam busana sesuai kesempatan (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1991 : 5).
35
2.5.4.1 Busana tidur Busana tidur adalah busana yang dipakai pada saat tidur dan tidak bisa dipakai untuk keluar kamar, untuk menerima tamu dapat dikenakan pakaian rumah. Pakaian ini temasuk pakaian luar tetapi untuk dikenakan dirumah. Syarat dari pakaian ini adalah harus menyerap keringat, desain sederhana dan bebas bergerak. 2.5.4.2 Busana olah raga Busana olah raga adalah busana yang dikenakan pada saat mengikuti kegiatan olah raga. Busana olah raga terbuat dari kain yang menyerap keringat, desain disesuaikan dengan jenis olah raga dan tidak menganggu gerak badan pemakai. 2.5.4.3 Busana kerja Busana kerja adalah busana yang dipakai pada saat bekerja. Busana kerja harus terbuat dari kain yang menyerap keringat , desain sederhana, dan tidak tidak mengganggu gerak badan pemakai, warna tidak mencolok. 2.5.4.4 Busana khusus Busana khusus (adhi busana) adalah busana yang dipakai pada saat-saat khusus misalnya busana pesta, busana daerah, busana pengantin. Busana ini biasanya mempunyai desain atau model yang mewah, warna bisa mencolok (sesuai dengan jenis pesta pagi, siang atau malam), bahan yang digunakan melangsai,atau tidak panas. Penelitian ini mengkaji tentang busana pengantin yang merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia. Macam dan bentuk busana pengantin yang dimiliki bangsa Indonesia adalah sesuai dengan asal daerah busana pengantin tersebut.
36
2.6
Busana Pengantin Busana pengantin yang biasa dipakai di Indonesia ada beberapa macam
diantaranya busana pengantin barat dan busana pengantin tradisional ( Euis Komariah, 2002 : 40 ) : 2.6.1 Busana Pengantin Barat Busana pengantin barat adalah busana pengantin yang berasal dari negeri barat. Busana ini sudah umum dikenakan oleh masyarakat Indonesia pada saat melangsungkan upacara pernikahan. Pemakaian busana pengantin barat ini biasanya dikenakan pada saat acara resepsi setelah diadakannya upacara akad nikah. Model busana berbentuk gaun dan putih adalah warna identik untuk pengantin barat. 2.6.2
Busana Pengantin Tradisional
Busana pengantin tradisional adalah busana pengantin yang berasal dari daerahdaerah yang ada di Indonesia. Model dan bentuk dari busana pengantin tradisional ini bermacam-macam sesuai dengan asal daerahnya. Lambang yang ada pada busana pengantin ini merupakan lambang suatu daerah dan simbol tentang maknamakna kehidupan. Busana pengantin tradisional masih banyak dipakai meskipun sudah dimodifikasi, karena pemakaiannya hanya pada saat melangsungkan pernikahan. Busana pengantin tradisional harus tetap diupayakan pelestariannya. Busana pengantin tradisional jangan sampai tergeser oleh busana pengantin lainnya. Di Jawa Tengah khususnya kota Temanggung memiliki busana pengantin tradisional yang berkembang dan sering dipakai oleh masyarakat setempat.
37
Macam busana pengantin tradisionalnya adalah busana pengantin Paes Ageng Yogya, busana pengantin Solo Putri dan Solo Basahan. Busana tradisional ini sering dipakai oleh masyarakat Temanggung dalam melaksanakan upacara pernikahan. Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya trend busana di masyarakat kedua busana pengantin tradisional ini telah banyak mengalami perubahan dan termodifikasi sesuai dengan permintaan masyarakat. Sehingga busana adat yang asli atau pakemnya sering terlupakan, begitu juga dengan busana adat Solo Putri yang lebih banyak diminati oleh masyarakat Temanggung. Berdasarkan fakta yang terjadi maka peneliti memfokuskan pada busana pengantin Solo Putri agar keasliannya tetap terjaga dimasyarakat Temanggung. Busana Pengantin Solo Putri pada umumnya mencontoh atau menirukan busana seorang raja atau ratu dari Kraton Solo. Busana pengantin tradisional ini merupakan aspek kebudayaan yang bernilai tinggi. Melihat keindahan dan keanggunan dari cara berbusana ini maka dapat dipahami betapa tingginya citrarasa perancangnya, yaitu nenek moyang kita yang telah menciptakan dan melahirkannya. 2.6.2.1 Berikut merupakan perlengkapan busana pengantin wanita adat Solo Putri yang meliputi ( HARPI Melati Temanggung, 1988 : 10) : a) Kain bercorak Sidomukti atau Sidomulya atau sidoasih yang diwiru selebar 2 jari dan sejumlah 7 lipat, 9 lipat atau 11 lipat. b) Kebaya dari kain Beludru berwarna hitam, biru, ungu, hijau coklat atau merah. Kebaya ini harus memakai bef (kuthu-baru).
38
c) Setagen d) Streples, longtorso atau angkin. e) Selop dari bahan bludru yang tertutup sewarna dengan kebaya, memakai tumit paling rendah 5cm. f) Perhiasan yang dipakai gelang, kalung, bros, giwang, cincin, 1pasang centung, 1 sisir, 6 buah tanjungan dipasang pada sanggul, 1 buah sempyok (penetep) ditengah atas sanggul, 1 bunga tibododo. g) Kembang goyang yang dipasang pada sanggul berjumlah ganjil misalnya 7, 9, atau 11. 2.6.2.2 Cara berbusana pengantin wanita :
Gambar 2.36. Pengantin wanita memakai kain bercorak sidomukti
39
Gambar 2.37. Tinggi kain harus sampai menutupi mata kaki.
Gambar 2.38. Memakai setagen dililit rapi.
40
Gambar 2.39. Memakai kebaya beludru warna hitam model kartini panjang
Gambar 2.40. Memakai asesoris kalung dan bros.
41
2.6.2.3 Perlengkapan busana Pengantin Pria Adat Solo Putri meliputi : a) Kain bercorak Sidomukti atau Sidomulyo atau Sidoasih. b) Jas singkepan dari kain bludru c) Selop tertutup. d) Setagen. e) Sabuk boro corak cinde. f) Epek atau timang berbentuk ikat pinggang dari bahan bludu berwarna hitam atau sesuai dengan warna busana yang dikenakan. g) Kuluk kanigoro atau blangkon h) Keris bentuk ladrang. i) Perhiasan yang dipakai kalung ulur, bros, cincin, bunga sumping dari melati, kolong keris. 2.6.2.4 Cara Berbusana Pengantin Pria
Gambar 2.41. Pengantin pria memakai kain pengantin bercorak sidomukti dengan posisi kaki terbuka.
42
Gambar 2.42. Memakai sabuk boro bercorak cinde bersap-sap.
Gambar 2.43. Memakai epek dari bahan beludru terletak pada pinggul sebelah kanan.
43
Gambar 2.44. Memakai timang berbentuk ikat pinggang dari bahan beludru.
Gambar 2.45. Memakai beskap atau jas singkep dari kain beludru yang dikuatkan dengan peniti.
44
Gambar 2.46. Memakai keris dan bunga kolong keris dari atas kebawah dengan posisi serong kekanan.
Gambar 2.47. Memakai asesoris kalung dan melati ulur
45
Gambar 2.48. Memakai kuluk kanigoro caranya tegak lurus sedikit condong kemuka.
2.7 Upaya pelestarian Tata Rias dan Busana Pengantin Adat Solo Putri Melestarikan adalah membiarkan tetap seperti keadaan semula atau mempertahankan kelangsungannya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2000: 520). Pelestarian busana dan rias pengantin Adat Solo Putri termasuk kebudayaan yang harus dilindungi oleh masyarakat dan pemerintah diperkuat dengan adanya peraturan dan undang-undang. Kebudayaan yang dilindungi ini satu diantaranya busana adat yaitu busana pengantin (Euis Komariah : 2002). Busana adat adalah busana peninggalan nenek moyang suatu daerah tertentu dan harus dilestarikan turun temurun. Busana peninggalan nenek moyang itu diantaranya adalah busana pengantin tradisional. Busana pengantin yang ada
46
di kabupaten Temanggung salah satunya adalah busana Pengantin Adat Solo Putri. Busana pengantin ini harus dilestarikan, karena sesuai dengan perkembangan zaman saat ini keaslian busana pengantin Adat Solo Putri berkurang karena telah dimodifikasi. Tata rias pengantin mempunyai ciri khas dan kepakeman masing-masing dan tata cara upacara adat yang sangat kental dengan adat tradisi masing-masing daerahnya. Kepakeman atau ciri khas dari adat solo putri sendiri telah mengalami banyak perubahan seiring perkembangan zaman. Juru rias pengantinpun telah memodifikasi riasan adat solo putri tersebut sesuai dengan trend rias pengantin yang telah beredar dimasyarakat serta permintaan dari konsumen. Pada umumnya konsumen jarang memesan riasan adat solo putri sesuai dengan kepakeman dari riasan tersebut, karena upacara adat yang sangat rumit dan juga memerlukan biaya yang banyak. Sebagai juru rias pengantin yang ingin tetap melestarikan ciri khas dari adat pengantin tersebut, maka juru rias pengantinpun tetap melaksanakan tata cara upacara adat solo putri tetapi hanya melaksanakan prosesi-prosesi yang penting saja. Begitu juga dengan penggunaan tata rias dan busana pengantin yang dipakai pada rias pengantin adat solo putri. Upaya pelestarian yang dilakukan oleh juru rias pengantin dalam melestarikan busana dan rias pengantin Adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung diantaranya adalah mengadakan seminar pengantin Solo Putri, mengadakan perlombaan rias pengantin Solo Putri, mengadakan pagelaran busana dan rias pengantin Solo Putri, membuka kursus rias pengantin Solo Putri. Upayaupaya tersebut dilakukan dengan bantuan dari berbagai pihak yang bersangkutan
47
seperti Pemda, Dinas Paeriwisata, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang bekerjasama dengan HARPI Melati Temanggung.
2.8 Kerangka Berfikir Bangsa
Indonesia
dengan
keanekaragaman
suku
bangsa
serta
kebudayaannya telah mengekspresikan berbagai unsur budaya, antara lain tata rias pengantin. Tata rias pengantin daerah yang dikenal oleh masyarakat diseluruh pelosok nusantara adalah untuk mengembangkan tradisi tata rias pengantin daerah, yang berguna bagi juru rias, juga guna mengembangkan kreativitas bagi yang ingin belajar tentang tata rias pengantin dan yang penting artinya bagi perkembangan kebudayaan nasional, yang sedang tumbuh. Tata rias pengantin sebagai salah satu unsur kebudayaan, karena itu pengerjaannya harus dengan kecermatan agar tidak menyimpang dari ketentuan yang lazim bahkan di kalangan masyarakat tertentu ada orang yang memiliki keahlian khusus yang tampil sebagai Juru Rias Pengantin (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 8). Busana pengantin merupakan salah satu kebudayaan peninggalan nenek moyang yang harus dijaga kelestariannya. Juru Rias Pengantin merupakan orang yang paling berperan dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin. Juru Rias Pengantin seperti yang telah diketahui mempunyai tugas yang cukup berat di masyarakat, misalnya harus menjadi panutan masyarakat, harus mempunyai etika pergaulan yang baik. Juru rias pengantin tidak hanya membuat orang menjadi cantik tetapi seseorang yang dapat membantu mengeluarkan aura kecantikan dari dalam diri pengantinnya. Seperti melalui ritual khusus yang dilakukan juru rias
48
pengantin ataupun sang pengantin sendiri seperti berpuasa sebelum upacara pernikahan, berdoa saat dirias atau pada saat upacara berlangsung, dengan kekuatan doa itulah aura seorang pengantin menjadi terpancar. Hal ini tidak selalu dilakukan oleh setiap juru rias atau pengantin sendiri karena di setiap daerah telah mempunyai adat atau kebiasaan yang mereka lakukan dalam proses ritual tata cara upacara pernikahan mereka. Selain itu Seorang perias akan selalu dihormati dan dihargai jika juru rias dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, selalu tampil anggun dan bersahaja, terpercaya, bertanggung jawab serta jujur dalam melaksanakan profesinya. Pelestarian busana pengantin merupakan salah satu dari pengalaman ilmu yang dimiliki oleh juru rias pengantin, sebagai salah satu hasil budaya yang harus dilestarikan dan dimiliki oleh masyarakatnya. Gaya busana dan rias pengantin yang banyak diminati oleh masyarakat Jawa Tengah khususnya kota Temanggung adalah Gaya Adat Solo Putri. Hal ini telah menjadi tradisi turun temurun dari mayoritas masyarakat Temanggung, kecuali untuk masyarakat yang mempunyai asal usul nenek moyang sendiri.Adat Solo Putri ini telah banyak dikenal dikalangan Juru Rias Pengantin ataupun dikalangan masyarakat. Tata rias dan busana pengantin ini harus dilestarikan keasliaanya atau kepakemannya, karena semakin berkembangnya trend tat arias dan busana pengantin saat ini, maka Adat Solo Putri ini telah mengalami banyak modifikasi baik dalam busana ataupun riasannya. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya ilmu dan pengalaman yang didapat oleh Juru Rias Pengantin saat ini. Peranan dari Juru Rias Pengantin akan menjadikan tat arias dan busana pengantin ini lebih dikenal oleh masyarakat, meskipun telah mengalami banyak
49
perubahan dan modifikasi tetapi keasliannya tetap terjaga, karena itu merupakan salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan keberadaannya. Upaya juru rias pengantin dalam memperkenalkan dan melestarikan tata rias dan busana pengantin dengan cara terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan agar bermanfaat bagi masyarakat antara lain dengan cara kursuskursus, seminar tentang rias pengantin Adat Solo Putri, mengikuti perlombaan, dan lain-lain yang dilakukan oleh Himpunan Ahli Rias Pengantin (HARPI) di daerah-daerah, bekerja sama dengan masyarakat dan instansi terkait. Juru rias pengantin juga harus mengetahui tata cara pemeliharaan dan penyimpanan busana pengantin agar terjaga keawetannya. Juru rias pengantin disamping sebagai penata rias pengantin juga harus bisa melakukan tata cara upacara adat pernikahan. Tata cara upacara adat pernikahan harus dilaksanakan oleh orang yang mempercayainya, karena upacara pernikahan itu mempunyai makna yang terkandung sebagai bekal dalam mengarungi kahidupan baru. Kota Temanggung mempunyai masyarakat yang beraneka ragam dan kebiasaan adat masing-masing, antara lain mengenai adat perkawinan yang berlangsung di kota tersebut. Dikalangan juru rias pengantin dan masyarakat tata rias dan busana pengantin adat solo putri banyak diminati oleh masyarakatnya, akan tetapi keaslian serta ciri khas dari adat solo putri ini telah berkurang dan mengalami banyak modifikasi seiring dengan berkembangnya zaman dan trend dimasyarakat. Keaslian atau kepakeman dari riasan pengantin adat solo putri dapat dilihat dari riasan wajah pengantin wanita yaitu warna bedak kekuning-kuningan,
50
eyeshadow yang hanya memakai warna coklat dan hijau, lipstik berwarna merah sirih, sanggul bangun tulak dari irisan pandan, memakai kebaya beludru panjang dengan kuthu baru (bef), kain bercorak sidomukti. Pengantin pria dapat dilihat dari pemakaian beskap langenharjan berdasi, kuluk kanigara, kain bercorak sidomukti dan memakai keris. Perkembangan zaman dan maraknya trend busana menjadikan tata rias pengantin adat solo putri mengalami perubahan dan sentuhan modifikasi. Perubahan itu dapat dilihat dari riasan wajah pengantin wanita yang menggunakan eyeshadow berwarna-warni sesuai dengan warna kebaya yang dikenakan, model kebaya pengantin modifikasi dengan bahan kebaya yang beraneka macam, memakai sanggul bangun tulak sintetis, dan ditambah dengan hiasan bunga atau korsase pada sanggul. Pengantin pria pun memakai beskap langenharjan tanpa dasi dengan warna menyesuaikan pengantin wanita, memakai belangkon. Riasan pengantin adat solo putri di Temanggung tidak mempunyai ciri khusus yang menggambarkan riasan adat solo putri dari Temanggung. Juru rias pengantin di Temanggung tetap menggunakan riasan pengantin adat solo putri pada umumnya tanpa meninggalkan keaslian dari tata rias pengantin adat solo putri sendiri, mulai dari tata rias sampai tata cara upacara adatnya. Uraian di atas menggambarkan bahwa di Jawa Tengah khususnya kota Temanggung, rias pengantin Adat Solo Putri banyak diminati oleh masyarakatnya dan telah mengalami banyak perubahan mengikuti trend dan permintaan konsumen. Alasan tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang seberapa besarkah pengaruh peranan juru rias pengantin
51
terhadap pelestarian tata rias dan busana pengantin Adat Solo Putri di kabupaten Temanggung.
2.9 HIPOTESIS Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan peranan juru rias pengantin terhadap pelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di kabupaten Temanggung. Ha : Ada pengaruh yang signifikan peranan juru rias pengantin terhadap pelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di kabupaten Temanggung.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan mengenai langkah-langkah yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi yang meliputi : populasi, sampel penelitian, variabel penelitian, validitas dan reabilitas, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
3.1 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti hasilnya dapat dianalisis dan disimpulkan (Suharsimi Arikunto, 2002 : 108). Hasil pengukuran ataupun menghitung kuantitatif atau kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi ( Sudjana, 2002 : 6 ). Populasi dalam penelitian ini adalah Juru Rias Pengantin yang tergabung dalam HARPI Melati Temanggung sebanyak 50 orang.
3.2 Sempel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan hasilnya dapat digeneralisasikan. Maksudnya adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Suharsimi Arikunto, 2002 : 109). Subyek dalam penelitian ini sebanyak 50 orang. Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (2002 : 113) apabila subyek kurang dari 100 orang lebih baik
54
55
diambil semua, jika populasinya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% 25% atau lebih. Sampel penelitian ini diambil dari keseluruhan jumlah juru rias pengantin yang merupakan anggota HARPI MELATI cabang Kabupaten Temanggung. Sampel diambil dari keseluruhan populasi, karena jumlah populasi kurang dari 100 subyek sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi atau Total Sampling yaitu keseluruhan populasi merangkap sebagai sampel penelitian.
3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan hal-hal yang diteliti atau diselidiki dalam suatu penelitian atau obyek penelitian yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah juru rias pengantin. 2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri. Obyek yang diteliti dalam penelitian ini meliputi : 1
Peranan juru rias pengantin, meliputi 3 sub indikator yaitu :
a. Pendidikan b. Cara merias wajah pengantin adat Solo Putri c. Cara memakai busana pengantin adat Solo Putri.
56
2. Melestarikan tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri, meliputi 7 sub indikator yaitu : a. Pengetahuan sejarah pengantin adat Solo Putri b. Ciri khas tata rias pengantin adat Solo Putri c. Ciri khas busana pengnatin adat Solo Putri d. Pameran dan peragaan busana pengantin adat Solo Putri e. Lomba tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri f. Seminar dan penataraan tentang tata rias dan busana pengantin adat solo putri g. Pemeliharaan dan penyimpanan busana pengnatin adat solo putri.
3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah suatu usaha untuk memperoleh datadata dengan metode yang ditentukan oleh peneliti ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 223 ). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah : 3.4.1
Metode Kuesioner (Angket) Adalah pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk
memperoleh keterangan dari sejumlah responden ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 128 ). Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner. Bentuk angket yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya responden tinggal memilih salah
57
satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Angket atau kuesioner ini merupakan metode utama dalam penelitian ini berfungsi untuk mengungkap peranan juru rias pengantin dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin adat solo putri di kabupaten Temanggung. Angket dalam penelitian ini memuat 50 butir item tersebut dibagikan kepada responden. Setiap subyek memilih salah satu dari 4 jawaban alternatif yang telah tersedia sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Adapun skor 4 = kriteria sangat baik, skor 3 = kriteria baik, skor 2 = kriteria cukup baik, dan skor 1 = kriteria kurang baik. Tabel 3.1. kisi-kisi instrumen penelitian peranan juru rias pengantin dalam melestarikan tata rias dan busana adat solo putri di kabupaten Temanggung. Variabel Sub Variabel Indikator Item Peranan Juru Peranan juru rias 1. Pendidikan 7 Rias Pengantin pengantin 2. Cara merias wajah pengantin 8 dalam adat solo putri Melestarikan 3. Cara memakai busana adat 4 Tata Rias dan solo putri Busana Melestarikan tata 4. Pengetahuan sejarah 3 Pengantin Adat rias dan busana pengantin adat solo putri. Solo Putri di adat solo putri 5. Ciri khas tata rias pengantin 8 Kabupaten adat solo putri. 6. Ciri khas busana adat solo 7 Temanggung putri. 7. Pameran dan peragaan 3 busana pengantin adat solo putri. 2 8. Lomba tata rias dan busana pengantin adat solo putri. 2 9. Seminar dan penataran tentang tata rias dan busana 6 adat solo putri. 10. Pemeliharaan dan penyimpanan busana adat solo putri.
58
3.4.2
Metode wawancara atau interview Metode
wawancara
adalah
sebuah
dialog
yang
dilakukan
oleh
pewawancara utuk memperoleh informasi dari terwawancara (Suharsimi Arikunto, 2002 : 132 ). Responden dalam metode wawancara ini adalah juru rias pengantin yang ada di kabupaten Temanggung. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat bebas yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi mengingat akan data apa yang dikumpulkan. 3.4.3
Metode dokumentasi Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau
variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, reger, agenda dan sebagainya. ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 188 ). Metode dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan
foto atau gambar untuk
mengetahui gambaran tentang hasil riasan dan busana adat solo putri, gambar atau foto tentang langkah-langkah merias pengantin adat solo putri, daftar nama juru rias pengantin di kabupaten Temanggung. 3.4.4
Metode observasi Metode observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 133 ). Metode ini memungkinkan peneliti mengamati dari dekat gejala yang diteliti sebagai pelengkap angket, dalam hal ini peneliti semata-mata hanyalah sebagai pengamat. Peneliti mengamati tentang proses langkah-langkah merias pengantin adat solo putri serta hasil riasan juru rias pengantin tersebut.
59
3.5 Metode Analisis Data 3.5.1 Metode analisis angket a. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevaliditasan/ kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2002:144). Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan teknik belah dua, yakin mengkorelasikan item yang genap dan yang ganjil dengan rumus angka kasar yaitu :
Rxy =
N Σ XY − (ΣX ) (ΣY ) {( N . ΣX ) 2 − (ΣX ) 2 } {( NΣY ) 2 − {ΣY ) 2 }
Keterangan : Rxy
: Koefisien korelasi antara X dan Y
N
: Banyaknya peserta tes
∑X
: Jumlah Skor
∑Y
: Jumlah skor total
Selanjutnya penafsiran harga koefisien korelasi itu dilakukan dengan mengkonsultasikan ke tabel product moment. Sebuah angket dinyatakan valid jika mempunyai harga korelasi (r) lebih besar dibandingkan dengan r tabel. Berdasarkan hasil uji coba pada N=20 diperoleh hasil r xy = 0.543 > r tabel = 0.444. Karena r xy > r tabel
maka item tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan
sebagai instrumen penelitian. Berdasarkan hasil uji coba validitasnya yang terdiri dari 50 item dengan
r tabel product moment N=20 pada taraf signifikasi 5%
diperoleh r tabel = 0.444, diketahui 47 item yang dinyatakan valid (r xy > r tabel ) dan
60
3 item yang tidak valid. Dengan demikian instrumen yang valid tersebut dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. Perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 105 b. Reliabilitas Reliabilitas menunjukan pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002 : 154). Reliabilitas Instrumen dicari dengan menggunakan rumus alpha, karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk angket yang skornya merupakan rentangan antara 1-4 dan uji validitas menggunakan item total. Seperti yang dikemukakan Suharsimi Arikunto ( 2002 : 171) bahwa untuk mencari reliabilitas intrumen yang skornya 1 dan 0, misalnya angket atau soal berbentuk uraian maka menggunakan rumus alpha : ⎡ k ⎤ = ⎢ ⎥ ⎣ (k − 1) ⎦
r11
⎡ Σσ b 2 ⎤ ⎢1 − ⎥ σ 12 ⎦ ⎣
Keterangan : r11
: Reliabilitas instrumen
k
: Banyaknya butir pertanyaan atau soal
Σσ b
σ 12
2
: Jumlah varians butir : Varians total (Suharsimi Arikunto, 2002 :193)
Rumus untuk memperoleh jumlah varians setiap butir adalah dengan cara mencari terlebih dahulu varians setiap butir, kemudian dijumlahkan. Adapun rumus untuk mencari varians adalah :
61
σ b2 =
Σ( x ) 2 −
Σ( x)2 N
N
Keterangan : σ
: Varians tiap butir
X
: Jumlah skor
N
: Jumlah responden
(Suharsimi Arikunto : 2002 : 160) Hasil perhitungan reliabilitas tersebut dikonsultasikan dengan r tabel. Bila koefisien reliabilitasnya lebih besar dari r tabel, maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabel
atau
tidaknya
instrumen
dilakukan
dengan
cara
mengkonsultasikan harga r 11 dengan r tabel product moment pada taraf signifikasi 5 %. Apabila r 11 lebih besar dari r tabel maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengambil data. Apabila r 11 lebih kecil dari r tabel maka instrumen tersebut tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengambil data. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas dengan N=20 pada taraf signifakasi 5% diperoleh hasil bahwa nilai koefisien reliabilitas sebesar 0.951 nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan r tabel yaitu 0.444. Karena r 11 > r tabel maka dinyatakan bahwa angket tersebut dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 106.
62
3.5.2 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data sebagai berikut : 1. Uji Prasyarat Analisis
Uji
prasyarat
analisis
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
tingkat
keterpahaman instrumen, apakah responden tidak menemui kesulitan dalam menangkap maksud peneliti. Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data dari sampel data tersebut normal atau tidak. Pengujian yang akan digunakan adalah dengan chi kuadrat yaitu : Κ
χ2 =∑ i =1
(Oi − Ei ) 2 Ei
Keterangan : X 2 = harga chi kuadrat
Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan K = jumlah kategori ( Sudjana, 1996 : 273 ) b. Uji Homogenitas Uji Homogenitas data digunakan untuk mengetahui kesamaan varians data yang akan dianalisis. Homogenitas data dalam penelitian ini diuji menggunakan uji Bartleet :
63
Rumus : X 2 = ( In10 ){Β − ∑ (ni − 1) log Si2 } ( Sudjana, 1996 : 262)
2. Analisis Regresi
a. Analisis Regresi Linier Sederhana Y=a+bX Untuk memperoleh besarnya koefisien a dan b digunakan rumus :
a=
( ∑ Yi )( ∑ X i2 ) − (∑ X i )(∑ X i Yi )
b=
n ∑ X i Yi − (∑ X i )(∑ Yi )
n ∑ X i2 − (∑ X i )
2
n ∑ X i2 − (∑ X i )
2
b. Uji Keberartian Regresi Menguji keberartian regresi diuji dengan analisis varians satu arah yang disajikan dalam tabel varians (anava). Harga – harga yang dicari untuk diuji keberartian regresi rumusnya terdapat dalam tabel analisis varians ( anava). Tabel 3.3. Analisis Varians untuk uji Kelinearan Regresi Sumber Variasi
dk
JK
Total
n
∑Y
Regresi (a)
1
(∑ Y ) / n
Regresi (b / a)
1
JK reg = JK(b / a )
Residu
n-2
( Sudjana, 1996 : 332)
KT
∑Y
2
i
F -
2
i
(∑ Y ) / n
2
2
i
i
(
JK res = ∑ Yi − Y i
2 S reg = JK (b / a )
)
2
2 S reg
∑ (Y − Y )
2
2 S res =
i
n−2
i
2 S res
64
c. Mencari besarnya peranan juru rias pengantin dalam melestarikan busana dan rias pengantin adat Solo Putri di kabupaten Temanggung. Rumus : r 2 =
b {n ∑ X i Yi − (∑ X i )(∑ Yi )} n ∑ Yi 2 − (∑ Yi )
2
Keterangan : r 2 = koefisien determinasi b = koefisien regresi X dari persamaan regresi n = jumlah sampel X = skor tentang peranan juru rias pengantin Y = skor pelestarian rias dan busana adat solo putri ( Sudjana, 1996 : 370 ).
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1
Deskripsi Data Setelah melakukan penelitian, diperoleh hasil peranan juru rias pengantin
dalam melestarikan tat arias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung seperti diperlihatkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1Deskripsi Hasil Penelitian Keterangan X Jumlah Sampel 50 Standar deviasi 4.64 Mean 54.42 Skor Terkecil 43 Skor Terbesar 62 Sumber: Data Tahun 2009
Y 50 7.98 97.94 77 111
Deskripsi hasil penelitian tersaji dalam Tabel 4.1. Variabel peranan juru rias pengantin mempunyai rata-rata (mean) sebesar 54.42 dengan skor tertinggi 62 artinya bahwa peranan juru rias pengantin mempunyai hasil yang cukup baik dan mempunyai skor terendah 43 serta standar deviasi (SD) sebesar 4.64. Variabel pelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung mempunyai rata-rata (mean) sebesar 97.94 dengan nilai tertinggi 111 yang artinya bahwa pelestarian tata rias dan busana adat solo putri mempunyai hasil yang sangat baik dan mempunyai skor terendah 77 serta standar deviasi 7.98.
66
67
4.1.2
Analisis Statistik
4.1.2.1 Uji Normalitas Uji persyaratan analisis dengan cara menguji normalitas data variabel peranan juru rias pengantin dan data variabel kelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung. 2 Berdasarkan data variabel peranan juru rias pengantin diperoleh χ hitung =
7.5450, sedangkan untuk data sebanyak 50 responden, dengan dk = 4 dan taraf 2 2 2 signifikansi 5% diperoleh χ hitung = 9.488. Dengan demikian χ hitung < χ tabel , ini
berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 129. Berdasarkan data variabel kelestarian tata rias dan busana pengantin adat 2 Solo Putri di Kabupaten Temanggung diperoleh χ hitung = 8.2016, sedangkan untuk
data sebanyak 50 responden, dengan dk = 4 dan taraf signifikansi 5% diperoleh 2 2 2 = 9.488. Dengan demikian χ hitung < χ tabel . Ini berarti sampel berasal dari χ tabel
populasi yang berdistribusi normal. Untuk perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 130. 4.1.2.2 Uji Homogenitas Dalam penelitian ini dilakukan uji persyaratan analisis dengan menguji homogenitas data peranan juru rias pengantin dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung. Berdasarkan data peranan juru rias pengantin dalam melestarikan tat arias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung diperoleh χ2hitung = 12.804, sedangkan
68
untuk α = 5%, dk = 17 – 1 = 16 diperoleh χ2tabel = 26.30. Dengan demikian χ2hitung < χ2tabel, ini berarti sampel berasal dari populasi yang homogen. Untuk perhitungan secara rinci dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 131. Setelah data diuji persyaratan analisis, kemudian data dianalisis regresi. 4.1.2.3 Analisis Regresi Linear Sederhana Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, diperoleh persamaan
) estimasi regresi Y = 29.94 + 1.25X (perhitungan secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 133). Variabel X menyatakan peranan juru rias pengantin dan variabel Y menyatakan kelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung. Persamaan regresi yang diperoleh juga menunjukan bahwa peranan juru rias pengantin meningkat sebesar 1.25 untuk peningkatan satu kelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung. Berarti semakin tinggi kelestarian busana dan rias pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung maka peranan juru rias pengantin makin tinggi pula. 4.1.2.4 Uji Keberartian dan Kelinearan Regresi Linear Sederhana Untuk mengetahui adakah hubungan antara variabel peranan juru rias pengantin dengan kelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung terlebih dahulu kita harus menguji keberartian regresi linear sederhana sebagai berikut. Hipotesis: Ho: Persamaan regresi linear sederhana tidak berarti Ha: Persamaan regresi linear sederhana berarti
69
Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel Dari perhitungan diperoleh harga Fhitung = 53.498 sedangkan Ftabel untuk dk pembilang 1 dan dk penyebut 48 serta taraf kepercayaan 5% adalah 4.043. Karena Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan garis tersebut linear dan berarti (perhitungan secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 133). Persamaan garis regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan antara kedua variabel. Apabila semakin tinggi kelestarian tat arias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung maka semakin tinggi pula peranan juru rias pengantin. Jadi ada hubungan yang signifikan antara variabel peranan juru rias pengantin dengan variabel kelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung. 4.1.2.5 Koefisien Korelasi Sederhana Dari perhitungan diperoleh koefisien korelasi sederhana r = 0.726. Nilai r ini menunjukkan tingkat hubungan antara variabel peranan juru rias pengantin (X) dengan variabel kelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung (Y). Untuk perhitungan secara terperinci dapat dilihat pada lampiran. 4.1.2.6 Uji Keberartian Koefisien Korelasi Sederhana Untuk mengetahui besarnya hubungan variabel peranan juru rias pengantin dengan variabel kelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung perlu diuji keberartian koefisien korelasi sederhana terlebih dahulu.
70
Untuk menguji koefisien korelasi sederhana maka diajukan hipotesis: Ho : Koefisien korelasi tidak signifikan Ha : Koefisien korelasi signifikan Tolak Ho jika thitung > ttabel. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga thitung = 7.314 sedangkan harga ttabel dengan dk 48 serta taraf kepercayaan 5% adalah 2.011. Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak. Artinya koefisien korelasi sederhana signifikan (untuk perhitungan secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 133). Karena koefisien korelasi sederhana tersebut signifikan, maka besarnya pengaruh variabel peranan juru rias pengantin dengan variabel kelestarian tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung adalah r2 = (0.726)2 = 0.527 atau 52.7%.
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa fakta yang terjadi, tata rias pengantin adat Solo Putri masyarakat Temanggung mulai berkurang, hal ini dikarenakan dengan tata rias pengantin adat Solo Putri tergeser dengan adat pengantin tradisional yang lainnya serta tata rias pengantin adat Solo Putri telah mengalami banyak modifikasi seiring dengan perkembangan trend tata rias dan busana. Untuk menjaga agar tata rias pengantin adat Solo Putri di masyarakat Temanggung tetap dipakai dan terjaga kelestariannya maka diperlukan perananperanan dari berbagai pihak. Salah satu faktor yang ikut menjaga kelestarian busana pengantin Solo Putri di masyarakat Temanggung adalah juru rias pengantin. Juru rias pengantin
71
adalah orang yang pandai dalam merias pengantin. Menurut R.Sri Supadmi Murtiadji (1993:6) juru rias pengantin merupakan profesi ahli dalam bidang tata rias pengantin yang mempunyai andil penting dalam seluk beluk upacara perkawinan adat. Dalam menjalankan profesinya juru rias pengantin dapat melestarikan tata rias dan busana pengantin dengan tata cara pernikahannya. Juru rias pengantin harus mengetahui unsur-unsur kebudayaan karena juru rias pengantin orang yang berperan langsung dalam melestarikan kebudayaan khususnya dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin. Di samping itu, juru rias mempunyai tugas yang cukup berat di masyarakat, misalnya harus menjadi panutan masyarakat, harus mempunyai etika pergaulan yang baik. Juru rias pengantin tidak hanya membuat orang menjadi cantik tetapi seseorang yang dapat membantu mengeluarkan aura kecantikan dari dalam diri pengantinnya. Peranan dari Juru Rias Pengantin akan menjadikan tata rias dan busana pengantin ini lebih dikenal oleh masyarakat, meskipun telah mengalami banyak perubahan dan modifikasi tetapi keasliannya tetap terjaga, karena itu merupakan salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan keberadaannya. Upaya juru rias pengantin dalam memperkenalkan dan melestarikan busana dan rias pengantin dengan cara terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan agar bermanfaat bagi masyarakat antara lain dengan cara kursus-kursus, seminar tentang rias pengantin Adat Solo Putri, mengikuti perlombaan, dan lain-lain yang dilakukan oleh Himpunan Ahli Rias Pengantin (HARPI) di daerah-daerah, bekerja sama dengan masyarakat dan instansi terkait.
72
Pelestarian busana pengantin merupakan salah satu dari pengalaman ilmu yang dimiliki oleh juru rias pengantin, sebagai salah satu hasil budaya yang harus dilestarikan dan dimiliki oleh masyarakatnya. Tata rias pengantin merupakan salah satu unsur kebudayaan, karena itu pengerjaannya harus dengan kecermatan agar tidak menyimpang dari ketentuan yang lazim bahkan di kalangan masyarakat tertentu ada orang yang memiliki keahlian khusus yang tampil sebagai Juru Rias Pengantin (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988:8). Hasil penelitian mengatakan bahwa pelestarian tata rias dan busana pengantin adat solo putri dapat dilakukan dengan cara tetap mempertahankan keaslian dari tata rias pengantin adat solo putri yang mempunyai ciri khas tertentu tanpa meninggalkan keasliannya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan juru rias pengantin berpengaruh secara signifikan dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung.
4.3 Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil yang telah dikemukakan di atas terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah : 1. Dikarenakan lokasi tempat tinggal peneliti dan responden yang relatif jauh, sehingga dibutuhkan waktu dan tenaga yang lebih untuk mendapatkan data dari responden.
73
2. Kesibukan responden juga menjadi kendala dalam proses penelitian, sehingga intensitas bertemunya sangat sulit. 3. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan kepada seluruh Juru Rias Pengantin yang ada karena setiap daerah memikili adat dan budaya yang berbeda-beda, demikian juga dengan busana adat pengantinnya.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Juru rias pengantin memberikan peranan yang signifikan dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung. 2. Besarnya peranan juru rias pengantin tersebut dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung sebesar 52,7 %
5.2 Saran Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang dapat diberikan sebagai berikut. 1.
Bagi para juru rias pengantin, untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian tentang tata rias dan busana pengantin tradisional Indonesia agar dapat melestarikan tata rias dan busana pengantin tradisional Indonesia.
2.
Untuk pembaca dan masyarakat luas agar meningkatkan partisipasinya dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin tradisional Indonesia sebagai salah satu kebudayaan nasional dan sebagai ciri khas bangsa Indonesia.
3.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
masih
ada
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi kelestarian tata rias dan busana pengantin tradisional Indonesia selain juru rias pengantin. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
73
74
penelitian berikutnya untuk menemukan faktor-faktor lain yang sangat mempengaruhi kelestarian tata rias dan busana pengantin tradisonal guna mempertahankan kelestarian tata rias dan busana pengantin tradisional sebagai salah satu kebudayaan nasional.
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Juru rias pengantin memberikan peranan yang signifikan dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung. 2. Besarnya peranan juru rias pengantin tersebut dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin adat Solo Putri di Kabupaten Temanggung sebesar 52,7 %
5.2 Saran Berdasarkan simpulan tersebut, saran yang dapat diberikan sebagai berikut. 1.
Bagi para juru rias pengantin, untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian tentang tata rias dan busana pengantin tradisional Indonesia agar dapat melestarikan tata rias dan busana pengantin tradisional Indonesia.
2.
Untuk pembaca dan masyarakat luas agar meningkatkan partisipasinya dalam melestarikan tata rias dan busana pengantin tradisional Indonesia sebagai salah satu kebudayaan nasional dan sebagai ciri khas bangsa Indonesia.
3.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
masih
ada
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi kelestarian tata rias dan busana pengantin tradisional Indonesia selain juru rias pengantin. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
73
74
penelitian berikutnya untuk menemukan faktor-faktor lain yang sangat mempengaruhi kelestarian tata rias dan busana pengantin tradisonal guna mempertahankan kelestarian tata rias dan busana pengantin tradisional sebagai salah satu kebudayaan nasional.
74
DAFTAR PUSTAKA Arifah Riyanto. 2003. Teori Busana. Bandung : Yayasan Pembangunan Indonesia. Euis Komariah. 2002. Peranan Juru Rias Pengantin dalam Melestariakn Busana Pengantin Sunda Bale Endah di Ranting Kecamatan Luragung Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Harpi Melati Cabang Temanggung. 1988. Buku Tuntunan Tata Rias Pengantin Solo Putri. Temanggung : HARPI Melati Temanggung. ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐. 1990. Upacara dan Adat Istiadat Pernikahan Pengantin Solo Putri. Temanggung : HARPI Melati Temanggung. ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐. 1996. Tata Rias dan Tata Busana Kejawen. Temanggung: HARPI Melati Temanggung. Ida Bagus Dharmika Dkk. 1993. Arti Lambang dan Fungsi Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan Nilai‐Nilai Budaya Propinsi Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kusumadewi. 2002. Perawatan dan Tata Rias Wajah Wanita Usia 40+. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Maman Rachman dan Muhsin. 2004. Konsep dan Analisis Statistik. Semarang : UPT. UNNES Press Radias Saleh dan Aisyah Jafar. 1991. Teknik Dasar Pembuatan Busana. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, 1996. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito. Sri Supadmi Murtiadji dan Suwardanijaja. 1993. Tata Rias Pengantin Gaya Yogyakarta.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.