PERANAN GRUP MUSIK MARSADA BAND DALAM MEMPOPULERKAN MUSIK TRADISIONAL BATAK TOBA KE MANCANEGARA Lando M.P. Manalu 05310803 ABSTRAK Musik tradisional yang berkembang di Indonesia sangat banyak ragamnya salah satunya adalah uning-uningan yaitu musik tradisional Batak Toba yang mencoba tetap bertahan di tengah arus budaya global yang terus mengkristal sebagai budaya populer. Kesenian ini terdiri dari unsur musik instrumental dengan alat musiknya merupakan alat musik tertua dan asli dari masyarakat Batak Toba. Seperti halnya pada grup musik Marsada Band yang berada pada Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir berasal dari masyarakat Batak Toba yang telah membangkitkan kembali musik tradisional dengan memperkenalkan musik tradisional Batak Toba pada masyarakat Sumatera Utara khususnya dan ke seluruh masyarakat Indonesia bahkan sampai ke mancanegara pada umumnya. Penelitian ini dilakukan di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara yang merupakan tempat tinggal grup Marsada Band. Dalam pengambilan data metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Marsada Band adalah kelompok dinamis dari musisi muda. Marsada Band mampu memperkenalkan lagu dan uning-uningan lagu tradisional batak sampai ke Internasional dengan arransamen otodidak. Semua lagu yang dimainkan dipelajari dan penggarapannya dengan cara tradisional yaitu secara lisan tanpa ada referensi data tertulis. Kata kunci : musik tradisional, marsada band, batak toba
PENDAHULUAN Budaya di Indonesia adalah beragam, dan salah satunya adalah seni musik tradisional. Yang dimaksudkan dengan musik tradisional di Indonesia tidak lain adalah musik yang lahir dan dipelihara terus di Indonesia. Musik tradisional ini sangat banyak jenisnya, masing–masing daerah di Indonesia memiliki musik 129
tradisional dan di setiap daerah berbeda-beda. Cara memainkan masing- masing musik tradisional itu juga berbeda-beda, begitu juga dengan nada dan alat musik yang dimainkan berbeda pula. Musik tradisional ini sangat dipengaruhi oleh adat istiadat, bahkan agama dan struktur masyarakat masing- masing daerah. Musik–musik yang ada di Indonesia, ada yang mengalami perkembangan (perubahan) ada pula yang masih asli. Perubahan ini terjadi karena datangnya bangsa asing ke Indonesia, serta sebagian lainnya disebabkan karena kemajuan zaman. Bangsa asing dan kemajuan zaman sangat mempengaruhi perkembangan musik tradisional, sehingga musik tradisional itu ada yang berubah sama sekali, ada pula yang asimilasi dan tidak sedikit yang bertahan. Kenyataan bahwa musik tradisional di Indonesia seakan termakan zaman tergambar dari rendahnya minat kaum muda dalam melestarikan musik tradisional. Hal ini dapat terlihat dari minimnya jumlah pertunjukan musik tradisional di masyarakat. Pertunjukan seni pada kondisi hari ini masih menonjolkan sisi musik modern bergaya westernisasi. Jika hal ini terus dibiarkan tentu akan membawa konsekuensi kepada punahnya musik tradisional. Akibatnya, bukan hal yang aneh lagi jika budaya asli Indonesia, dalam konteks ini musikmusik tradisional akan dengan mudah dicuri bangsa lain. Kita semua tentu tidak menginginkan budaya atau alat musik tradisional Indonesia dilupakan oleh anak bangsanya sendiri dan punah akibat ulah mereka pula. Pada tahun 2007 lalu bangsa Indonesia sempat dikejutkan dengan klaim Malaysia atas angklung. Hal ini membuat bangsa ini, terkhususnya generasi muda sebagai motor pelestarian budaya harus mengevaluasi kembali keberadaan musik tradisional yang semakin tenggelam dimakan zaman. Tak bisa dipungkiri lagi, bahwa arus globalisasi mengantarkan kita menuju modernisasi. Musik tradisional dihadapkan pada posisi dilematis, karena harus menyesuaikan dengan zaman atau mungkin tersisih. Musik tradisional hidup dan berkembang dengan bentuk dan corak yang berbeda-beda sesuai dengan karakter kehidupan masyarakat pendukungnya. Perbedaan ini bisa dimaklumi karena perkembangan musik tradisional dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, kehidupan sosial masyarakat pendukungnya, budaya masyarakat setempat dan kehidupan keagamaan yang dianut. Musik tradisional yang berkembang di Indonesia sangat banyak ragamnya salah satunya adalah uning-uningan yaitu musik tradisional Batak Toba yang mencoba tetap bertahan di tengah arus budaya global yang terus mengkristal sebagai budaya populer. Kesenian ini terdiri dari unsur musik instrumental dengan alat musiknya merupakan alat musik tertua dan asli dari masyarakat Batak Toba. Seperti halnya pada grup musik Marsada Band yang berada pada Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir berasal dari masyarakat Batak Toba yang telah membangkitkan kembali musik tradisional dengan memperkenalkan 130
musik tradisional Batak Toba pada masyarakat Sumatera Utara khususnya dan ke seluruh masyarakat Indonesia bahkan sampai ke mancanegara pada umumnya. Marsada Band adalah kelompok dinamis dari musisi muda. Yang merupakan bagian dari kelompok adat Batak Toba. Yang menjadi sumber inspirasi bagi musik mereka adalah pulau tropis yang indah yaitu Pulau Samosir di Danau Toba, danau vulkanik terbesar di dunia. Marsada berarti 'bersatu' dalam bahasa Batak Toba, nama yang tepat untuk kelompok yang telah mengenal satu sama lain dan dilakukan bersama-sama untuk sebagian besar pada hidup mereka. Pada awalnya Marsada dibentuk sebagai musik trio pada tahun 1990, kemudian anggota kelompok Marsada bertambah pada tahun 1999 dan menjadi grup musik seperti sekarang ini. Marsada Band telah meng-arrasemen jenis musik mereka sendiri baik dari musik Batak upacara (uning-uningan) dan Batak folksongs yaitu dengan menggunakan instrumen tradisional bersama gitar akustik modern. Instrumen tradisional yang digunakan oleh Marsada Band yaitu : hasapi (memetik senar kecapi), sulim (seruling bambu), garantung (gambang kayu), taganing (5 set drum kayu dari berbagai pitch) dan hesek (botol dipukul dengan pemukul). Marsada Band sering bernyanyi ke semenanjung Eropa dengan bimbingan dan bantuan Mrs. Hope Cooper yaitu seorang wanita Inggris yang juga pemerhati musik tradisional dari seluruh belahan dunia. Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk mengetahui apakah musik tradisional itu mampu mempopulerkan kebudayaan Indonesia khususnya musik tradisional Batak Toba ke mancanegara. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian: “Peranan Grup Musik Marsada Band dalam Mempopulerkan Musik Tradisional Batak Toba ke Mancanegara”.
ISI A. Asal Usul berdirinya Grup Musik Marsada Band Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu personil Grup Musik Marsada Band yaitu Marlundu Situmorang, menjelaskan bahwa asal- usul berdirinya Grup Musik Marsada Band yaitu pada tahun 1990-1999 ada trio musik yaitu terdiri dari dua laki dan satu wanita (Marlundu Situmorang, Jannen Sigalingging dan Norma br Manurung). Trio musik ini sangat terkenal dan sering mendapat panggilan untuk manggung di acara-acara pesta maupun acara adat. Kemudian musik trio ini pernah berencana untuk mengadakan tour ke Cina namun gagal dikarenakan kurangnya sponsor untuk mendanai mereka. Kemudian pada tahun 2000, seseorang yang bernama Amput Sidabutar membuka sebuah group entertainment dengan nama Artha Nada Group. Grup ini melayani musik untuk pesta seperti pesta perkawinan, upacara kematian, pesta gereja dan sebagainya. Grup ini menggunakan alat musik tradisional seperti seruling, kecapi dan taganing juga memakai alat musik modern seperti gitar 131
akustik dan keyboard. Pada waktu itu belum ada grup musik yang membuat aliran musik seperti Artha Nada Group yaitu menggunakan alat musik tiup. Untuk mengembangkan group entertainment tersebut, kemudian Amput Sidabutar mengajak Marlundu Situmorang, Jannen Sigalingging, Kolous Sidabutar dan Amir Sinaga untuk bergabung ke Artha Nada Group. Seiring dengan waktu Artha Nada Group mulai dikenal dan mempunyai jadwal yang padat. Karena mereka selalu tampil di setiap pesta-pesta di Samosir bahkan diluar Samosir juga sering mendapat jadwal manggung seperti ke Parapat, Siantar, Tebing dan Asahan. Pada tahun 2001 ada seorang wanita asal England yang bernama Hope Cooper. Beliau tertarik dengan performance dari Artha Nada Group. Beliau sering mengikuti perjalanan dari Artha Nada Group disetiap tampil di pesta-pesta. Kemudian beliau berniat untuk mengajak grup ini tour ke England dengan syarat Artha Nada Group harus rekaman terlebih dahulu dalam bentuk CD (compact disk) untuk diperkenalkan di benua Eropa. Akhirnya mereka sepakat dengan persyaratan yang dibuat oleh Hope Cooper. Supaya nama grup musik ini lebih menonjol ke suku Batak maka nama grup musik Artha Nada Group diganti dengan nama Marsada Band. Mereka mengambil sebuah kata dari bahasa Batak Toba yaitu Marsada yang berarti bersatu. Mereka menggunakan nama ini dengan alasan agar mereka dapat mempersatukan semua orang Batak Toba agar tidak terpecah belah. Dengan menggunakan kata Marsada, maka mereka kemudian menamakan grup musik tersebut dengan nama Grup Musik Marsada Band.
Gambar 1. Anggota Grup Musik Marsada Band (Sumber : Dok. Marsada Band) Pada tahun 2002 Hope Cooper kemudian datang lagi untuk membuat rekaman Grup Musik Marsada Band di Medan tetapi mixing di England dan CD tersebut disebarkan melalui internet dan di setiap event organiser di United Kingdom. Akhirnya mendapat tanggapan dari event organiser dan organisasiorganisasi yang membidangi seni. Untuk melengkapi dan menyelaraskan alat musik dengan vocal mereka menambahkan Gitar Bass Akustik.
132
Gambar 2. Grup Musik Marsada Band rekaman di England (Sumber : Dok. Marsada Band) Pada tahun 2003 WOMAD (World Organization Music Art and Dance) dan setiap panitia organisasi pelaksana pesta musim panas (Summer Party) mengundang resmi Grup Musik Marsada Band dan telah terdaftar sebagai anggota organisasi untuk mengkuti Festival Musik Dunia di United Kingdom yang akan diadakan pada bulan Mei 2004. Grup Musik Marsada Band akan tour keliling di UK (United Kingdom) selama 40 hari.
Gambar 3. Grup Musik Marsada Band tour di United Kingdom (Sumber : Dok. Marsada Band)
Gambar 4. Grup Musik Marsada Band mengajari tarian tortor kepada anakanak sekolah di England. (Sumber : Dok. Marsada Band) 133
Kemudian pada bulan November 2005 Grup Musik Marsada Band diundang lagi oleh WOMAD untuk kolaborasi dengan grup musik tradisional dari negara Senegal (Afrika) dan Negara Madagaskar pada musim gugur bulan November selama satu bulan tour United Kingdom dan Belanda. Sepulang dari tour, kemudian Grup Musik Marsada Band mendapatkan inspirasi untuk menciptakan sebuah alat musik yang mereka beri nama Sambo (Samosir Bonggo) yang menghasilkan bunyi seperti beat drum. Beliau juga mengatakan sekarang ini Grup Musik Marsada Band kembali melakukan kegiatan mereka dengan jadwal yang masih tetap padat yaitu mengisi acara-acara pesta adat dan juga mengisi acara-acara di café dan bar. B. Deskripsi Alat Musik dan Teknik Permainan Pada Grup Musik Marsada Band Teknik permainan adalah bagaimana teknik atau cara memainkan setiap alat musik, termasuk aturan-aturan apa saja yang digunakan dalam memainkan setiap alat musik serta fungsi setiap alat musik dalam Grup Musik Marsada Band. Jika dikelompokkan secara organologi berdasarkan klasifikasi Horn Von Bostel dan Curt Sachs, maka alat-alat musik yang digunakan oleh Grup Musik Marsada Band dapat dilihat sebagai berikut: a. Gitar Akustik Gitar adalah instrumen chordophones yang diklasifikasikan ke dalam jenis long neck lute. Gitar merupakan alat musik yang sangat berpengaruh dalam Grup Musik Marsada Band, karena semua alat musik petik lainnya di tuning berdasarkan gitar. Grup Musik Marsada Band mempergunakan 2 buah gitar sebagai pengiring (disebut gitar 1 dan gitar 2) dan 1 buah gitar sebagai lead gitar. Pada gitar pengiring (gitar 1 dan gitar 2) mempunyai perbedaan yaitu teknik memainkan. Gitar pertama dirambas (dipetik) dengan cepat sedangkan gitar kedua dirambas dengan lambat. Jika didengar maka suara yang terdengar seperti bersahut-sahutan (canon). Teknik memainkan gitar pertama adalah mangarambas dengan pola ketukan yang jarang (bertempo moderato) sehingga ada kesan lambat, dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan: - Tanda ↑ artinya jari tangan kanan mangarambas ke atas - Tanda ↓ artinya jari tangan kanan mangarambas ke bawah Teknik memainkan gitar kedua adalah merambas dengan pola ketukan yang padat (bertempo allegro) sehingga suara yang dihasilkan sangat rapat dan terkesan sangat cepat. Bila dimainkan dalam tempo dan birama yang sama dengan gitar pertama maka pola ketukannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan: - Tanda ↑ artinya jari tangan kanan mangarambas ke atas - Tanda ↓ artinya jari tangan kanan mangarambas ke bawah 134
Lead gitar dimainkan dengan cara memetik tiap nada dari susunan akord yang dimainkan. Misalnya untuk akord C maka akan dipetik dengan C E G. Dengan demikian setiap akord yang dimainkan akan diisi dengan petikan setiap nada penyusun akordnya baik akord pokok maupun balikannya dan dimainkan dari fred 10 agar menghasilkan suara yang tinggi. b. Bass Akustik Bass adalah alat musik yang menggunakan dawai atau senar sebagai sumber suaranya dan tergolong dalam klasifikasi chordophone yang memiliki 4 buah senar. Bass dimainkan dengan cara yang hampir sama dengan gitar, yaitu dipetik. Teknik memainkan bass dalam Grup Musik Marsada Band yaitu dengan cara slapping (memukul). Seperti gitar, bass memakai 4 senar (senar paling atas pada gitar), yaitu senar E yang paling rendah, senar A, senar D dan senar G yang paling tinggi. Demikian pula dalam penulisannya dalam tablature, bass hanya menggunakan 4 garis yang mewakili senar-senar tersebut.
Gambar 10. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Bass Akustik (Sumber : Dok. Penulis) c. Hesek Hesek merupakan alat musik yang tergolong dalam klasifikasi idiofon. Hesek adalah instrumen musik pembawa tempo utama dalam ensambel musik gondang sabangunan. Hesek ini merupakan alat musik perkusi konkusi. Hesek ini terbuat dari bahan metal yang terdiri dari dua buah dengan bentuk sama, yaitu seperti cymbal, namun ukurannya relatif jauh lebih kecil dengan diameter lebih kurang 10-15 cm, dan dua buah alat tersebut dihubungkan dengan tali. Dalam Grup Musik Marsada Band, hesek berfungsi sebagai ornamen yang memberikan bunyi yang lebih ramai dan sebagai ketukan. Saat ini Grup Musik Marsada Band tidak lagi menggunakan hesek yang terbuat dari bahan metal akan tetapi mereka mengantinya dengan memukul- mukulkan 2 buah besi atau memukul- mukulkan botol dengan sebuah sendok.
135
Gambar 11. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Hesek (Sumber : Dok. Penulis) d. Sulim Sulim (Aerophone:side blown flute) adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu seperti seruling atau suling. Sulim ini panjangnya berbeda-beda tergantung nada dasar yang mau dihasilkan. Sulim ini mempunyai 6 lobang nada dengan jarak antara satu lobang nada dengan lobang nada lainnya dilakukan berdasarkan pengukuran-pengukuran tradisional. Namun secara melodi yang dihasilkan suling ini meskipun dapat juga memainkan lagu- lagu minor, tetapi lebih cenderung memainkan tangga nada mayor (major scale) dengan nada diatonis. Perbedaan sulim ini dengan suling-suling lainnya adalah, suara yang dihasilkan adalah selalu bervibrasi. Hal ini dikarenakan adanya satu lobang yang dibuat khusus untuk menghasilkan vibrasi ini, yaitu satu lobang yang dibuat antara lobang nada dengan lobang tiupan dengan diameter lebih kurang 1 cm, dan lobang tersebut ditutupi dengan membran dari bahan plastik, sehingga suara yang dihasilkan adalah bervibrasi.
Gambar 13. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Sulim (Sumber : Dok. Penulis)
136
e. Taganing Taganing adalah drum set melodis (drum-chime), yaitu terdiri dari lima buah gendang yang gantungkan dalam sebuah rak. Taganing terbuat dari kayu yang dilubangi dan pada sisi atas ditutup dengan kulit lembu. Bentuknya sama dengan gordang, hanya ukurannya bermacam- macam. Yang paling besar adalah gendang paling kanan, dan semakin ke kiri ukurannya semakin kecil. Nadanya juga demikian, semakin ke kiri semakin tinggi nadanya.
Gambar 14. Taganing (Sumber : Dok. Penulis) Taganing ini dimainkan oleh satu atau 2 orang dengan menggunakan dua buah stik. Dibanding dengan gordang yang relatif konstan, maka taganing adalah melodis.
Gambar 15. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Taganing (Sumber : Dok. Penulis) f. Hasapi Hasapi adalah alat musik yang menggunakan dawai atau senar sebagai sumber suaranya dan tergolong dalam klasifikasi chordophone yang memiliki 2 buah senar. Hasapi terbuat dari kayu menyerupai gitar. Hasapi dimainkan dengan cara memetik senar seperti gitar. Grup Musik Marsada Band menggunakan hasapi dengan cara mengikuti irama nada sulim. Hasapi ini hanya dimainkan hanya pada saat penampilan musik uning- uningan saja.
137
Gambar 17. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Hasapi (Sumber : Dok. Penulis) g. Garantung Garantung adalah jenis pukul yang terbuat dari wilahan kayu (xylophone) yang terbuat dari kayu ingol dan dosi. Garantung terdiri dari 11 wilahan yang digantungkan di atas sebuah kotak yang sekaligus sebagai resonatornya. Antara wilahan yang satu dengan wilahan yang lainnya dihubungkan dan digantungkan dengan tali. Kotak resonator sendiri juga mempunyai tangkai, yang juga sekaligus merupakan bagian yang turut dipukul sebagai ritem dasar, dan wilahan sebagai melodi. Alat musik ini dimainkan dengan menggunakan dua buah stik untuk tangan kiri dan tangan kanan. Sementara tangan kiri berfungsi juga sebagai pembawa melodi dan pembawa ritem, yaitu tangan kiri memukul bagian tangkai garantung dan wilahan sekaligus. Dalam Grup Musik Marsada Band garantung dimainkan mengikuti irama hasapi dan sulim.
Gambar 19. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Garantung (Sumber : Dok. Penulis) h. Sambo Sambo adalah singkatan dari Samosir Bongo yang merupakan alat musik yang diciptakan oleh Grup Musik Marsada Band. Sambo terbuat dari kayu yang dibentuk seperti kotak. Kemudian pada bagian atas dilubangi berbentuk bulat dan diletakkan sebuah wajan/kuali dari besi setelah kupingan dari wajan/kuali tersebut dipotong. Wajan/kuali yang dipukul dengan tangan 138
akan menghasilkan bunyi yang ramai. Sambo digunakan sebagai pengganti beat drum.
Gambar 20. Anggota Grup Musik Marsada Band memainkan Sambo (Sumber : Dok. Penulis) 2. Proses Belajar Marsada Band dan Bentuk Penyajian Marsada Band Sejak pertama dibuka hingga saat ini Grup Musik Marsada Band sudah banyak memainkan lagu-lagu seperti gondang, lagu gereja, dan lagu- lagu pop Batak Toba dan mengisi banyak acara pesta di daerah samosir. Walaupun tanpa konsep dan bentuk yang baku dalam setiap pertunjukan namun mereka bisa menyesuaikan lagu yang dimainkan dalam berbagai konteks kegiatan yang mereka ikuti. 2.1 Proses Belajar Marsada Band Melihat begitu banyaknya lagu yang mereka mainkan penulis beranggapan bahwa semua lagu yang mereka mainkan pasti ada referensi seperti buku atau kaset yang digunakan untuk dapat mempelajari setiap lagu. Namun ketika penulis mengadakan wawancara dan menanyakan bagaimana mereka bisa mengetahui lagu-lagunya, para informan menjawab bahwa mereka hanya mendengarkan kaset dan tidak mempunyai buku khusus memuat lagu- lagu yang mereka mainkan. Awalnya semua lagu mereka ketahui hanya melalui proses mendengarkan lagu pada saat pertunjukan. Semakin sering mereka ikut pertunjukan maka lagu- lagu yang dibawakan akan semakin mudah diingat karena selalu didengar. Dengan cara inilah mereka bisa mempelajari lagu yang dimainkan. Pada awalnya pemain yang pertama sekali ikut dalam grup musik ini adalah tiga orang atau trio (Marlundu Situmorang, Jannen Sigalingging, Norma Manurung) dan hanya diiringi keyboard. Diantara mereka ada juga yang sering ikut menonton pertunjukan grup yang ada di gereja. Melalui merekalah kemudian ini dikembangkan sehingga personilnya menjadi tujuh orang. Setiap personil memainkan instrument dan tidak lagi menggunakan keyboard. Istrument yang dimainkan setiap personil adalah sebagai berikut: • Vocal dan Gitar 1 dimainkan oleh Marlundu Situmorang • Taganing dan Garantung dimainkan oleh Monang Sidabutar • Gitar 2 dimainkan oleh Lundu Sidabutar • Sambo dan Hasapi dimainkan oleh Jannen Sigalingging • Gitar Bass dan Backing vocal dimainkan oleh Kolous Sidabutar 139
• •
Sulim dimainkan oleh Amir Sinaga Hesek dimainkan Hobbi Sinaga Ketika penulis bertanya apa saja judul dari setiap lagu yang dimainkan sehingga dengan mudah mereka bisa mempelajari dan mengingat lagunya, para informan mengatakan bahwa lagu yang mereka bawakan kebanyakan lagu yang diarransamant berdasarkan lagu yang sudah popular dahulunya lagu- lagu gereja dan lagu perjuangan. Diantaranya adalah karya Nahum Situmorang (Pulo Samosir, Rosita, Baringin Sabatola, Marsittogol), karya Joe Harlen Simanjuntak (Maria) dan karya musisi batak lainnya. Setiap lagu yang hendak dimainkan secara bersama dibahas arransamennya. Lagu yang telah dibuat rancangan arransamentnya kemudian dilatih secara rutin setiap 2 kali dalam seminggu dalam ruangan yang lengkap dengan soundsistemnya (anju studio). Namun arransament lagunya dibuat secara otodidak dimana mereka tidak menggunakan not balok atau notasi- notasi dalam mengubah lagunya. Ketika penulis mengamati mereka sedang latihan, sangat jarang dan hampir tidak ada kesalahan dalam memainkan akord ketika mereka memainkan sebuah lagu, walaupun ilmu arransament musik mereka hanya sederhana tapi mereka mampu mengemas lagu menarik untuk dikomsumsi publik. 2.2 Bentuk Penyajian Grup Marsada Band Dalam setiap pertunjukan saat ini Grup Musik Marsada Band tidak mempunyai aturan yang pasti mengenai bentuk penyajian. Hal ini dapat kita lihat dari bentuk penyajian dimana setiap personil tidak terikat memainkan satu instrument saja hal ini tergantung pada lagu dan acara apa yang mereka hadiri. Menurut para informan bahwa bila mereka sedang mengikuti atau diundang mengisi acara adat maka mereka akan mengikuti aturan seperti halnya penyajian gondang sabangunan dalam pesta adat. Pada awal penyajian mereka akan memainkan reportoar gondang mengikuti aturan gondang sabangunan yang biasanya memainkan reportoar gondang mulai dari mula-mula hingga hasahatan, kemudian mereka akan mengisi dengan lagu- lagu hits mereka. Penyajian lagu yang mereka tampilkan secara bersama sama yaitu pada saat vokalis bernyanyi maka setiap personil akan mengiringi dengan instrument mereka masing- masing dan tak jarang juga pada lagu mereka personil lainnya menjadi backingvocal. Instrument pembawa melodi yaitu Lead gitar, gitar 1 dan gitar 2 , sulim dan hasapi, sedangkan pembawa rhytemnya yaitu garantung, taganing dan hesek. Pada saat pertunjukan secara instrumental dalam hal ini dimaksudkan uninguningan maka vokalis akan memainkan gitar saja begitu juga personil yang lain memainkan instrument mereka masing- masing. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan penganalisaan dalam tulisan ini, penulis menarik beberapa rangkuman yang kemudian dibuat menjadi sebuah kesimpulan. 140
Dari penjelasan mengenai sejarah berdirinya Grup Musik Marsada Band yang berasal dari desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Sumatera Utara disimpulkan bahwa Grup Musik Marsada Band adalah sebuah grup musik Tradisional Akustik. Hal ini penulis buat dengan melihat adanya persamaan alat musik yang digunakan, konteks penggunaan dan komposisi serta musik uning-uningan yang mereka tampilkan bahkan mereka perkenalkan sampai ke Eropa sebagai salah satu musik tradisional di Indonesia. Grup Musik Marsada adalah sebuah grup musik akustik yang memainkan lagu tradisional Batak Toba seperti reportoar gondang, lagu pop Batak dan dimainkan secara instrumental dan dinyanyikan. Grup musik ini terdapat di desa Tomok kecamatan Simanindo kabupaten Toba Samosir. Grup Marsada Band dibentuk pada tahun 1990-1999 Yang awalnya adalah berupa trio di bentuk oleh Marlundu Situmorang, Jannen Sigalingging, dan Norma Manurung dan menjadi pemusik yang terkenal saat itu di daerah Tomok. Sebelumnya alat musik yang digunakan Grup Marsada Band Musik ini adalah Keyboard. Pada tahun 2001 grup ini menjadi tujuh orang yang di manageri oleh Monang Sidabutar, Kemudian pada tahun 2004 mereka Mengadakan tour ke UK (United Kingdom). Keunikan dari grup musik ini adalah mereka mampu memperkenalkan lagu dan uning-uningan lagu tradisional batak sampai ke Internasional dengan arransament otodidak. Semua lagu yang dimainkan dipelajari dan penggarapannya dengan cara tradisional yaitu secara lisan tanpa ada referensi data tertulis. Dalam setiap lagu yang dibawakan, selalu diawali melodi utama baik gitar maupun sulim. Setiap lagu diawali dengan pembawa melodi yang berbeda kemudian diakhiri dengan tanda yang diberikan oleh pemain lainnya dan diakhiri secara bersamaan dari semua instrument. Tidak ada aturan yang menentukan urutan lagu atau lagu apa saja yang akan dimainkan. Pengulangan setiap komposisi tidak terbatas, tergantung pembawa melodi. B. Saran Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini belum lengkap, masih memiliki banyak kekurangan dalam hal isi dan perlu mendapatkan penyempurnaan. Dalam penelitian dan tulisan ini hanyalah sebahagian kecil permasalahan yang telah penulis jelaskan, oleh karena itu penulis menyarankan dan mengharapkan siapa saja yang berminat untuk melanjutkan penelitian yang lebih mendalam lagi, baik dari segi sejarah, komposisi lagu, teknik permainan, penggarapan lagu serta hal- hal lainnya, sehingga tulisan ini lebih baik dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Etnomusikologi dan sebagai dokumentasi data mengenai kebudayaan musik yang berkaitan dengan musik tradisional. Melihat bahwa Grup Musik Marsada Band saat ini telah mengalami masa kemajuan, ada baiknya mempersiapkan regenerasi bisa memainkan musik yang 141
sama sehingga mampu mengukir prestasi yang lebih banyak lagi. Generasi muda yang lebih energik dan diharapkan mampu memperkenalkan budaya tradisional kita bukan hanya di Indonesia saja tapi di seluruh dunia. Besar harapan penulis, semoga tulisan ini mampu memberi informasi bagi seluruh pembaca dimanapun tentang adanya sebuah grup musik tradisional Batak Toba maupun fans dari Grup Musik Marsada Band yang sangat membanggakan dari desa Tomok kecamatan Simanindo yang bernama Grup Musik Marsada Band ini patut dijadikan sebagai salah satu ikon budaya tradisional Batak Toba di Sumatera Utara dan Indonesia untuk memperkenalkan budaya bangsa ke mata dunia. DAFTAR PUSTAKA Hartini, Dwi. (2007). Masuknya Pengaruh Islam di Indonesia. http://elcom.umy.ac.id _____________, (2007). Pertumbuhan dan Perkembangan Agama serta Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. http://elcom.umy.ac.id Kristi, Poerwandari. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Muttaqin, Moh. (2008). Seni Musik Klasik Jilid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Purba, Maulay, (2007), Musik Tradisional Masyarakat Sumatera Utara: Harapan, Peluang, dan Tantangan. Medan: Universitas Sumatera Utara Rainning’s blog. (2009). http://rainning.wordpress.com Staycoooooll.blogspot (2008) http://staycoooooll.blogspot.com Wikipedia bahasa Indonesia. (2010). http://id.wikipedia.org
142