PERANAN DESAIN GRAFIS DALAM MENGGALI POTENSI LOKAL MELALUI KEGIATAN COLLABORATION PROJECT Erwin Alfian
Abstrak: Collaboration project salah satu metode yang dapat dikembangkan untuk memperkaya wawasan mahasiswa Desain Komunikasi Visual. Akulturasi dan cara pandang terhadap suatu masalah pada aktivitas Global Studio antara mahasiswa UMN dan UTS terhadap produk lokal Batik Betawi Terogong adalah sebuah studi kasus yang menarik untuk dijadikan pelajaran bagi perkembangan Desain Komunikasi Visual khususnya UMN umumnya di Indonesia. Metode Forum Disscussion Group (FGD) pada analisis penelitian kali ini telah mengungkapkan bagaimana seorang calon desainer menghadapi sebuah masalah dan bagaimana memecahkan masalah tersebut dengan proses collaboration project, sehingga membuahkan hasil yang manarik untuk kemajuan produk lokal Indonesia. Cara pandang pemecahan masalah dengan selalu melihat hal sederhana terlebih dahulu dan fokus pada keywords yang telah disepakati merupakan pelajaran berharga bagi calon desainer Indonesia masa depan. Keywords : Collaboration project, Batik, FGD, Studi Kasus
Pendahuluan
tingkat internasional dan dapat adaptif Nusan-
menghadapi perkembangan serta kema-
tara (UMN) adalah salah satu univer-
juan ilmu dan teknologi di tingkat global.
sitas berkembang di Indonesia dengan
UMN memiliki program kerjasa-
dukungan Kompas Gramedia Group
ma internasional dengan membangun
sebagai stakeholder. UMN memiliki visi
jaringan serta kerjasama global, dan
kampus yang selalu mengedepankan te-
salah-satu
knologi serta peran multimedia dalam
yang telah menjalin kerjasama tersebut
aktivitas perkuliahannya, dan dihara-
adalah University of Technology Sydney
pkan ke depannya mampu bersaing di
(UTS). Fakultas Seni dan Desain Uni-
Erwin Alfian adalah Staf Pengajar pada Fakultas Seni dan Desain, Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Tangerang.
e-mail :
[email protected] e-mail :
[email protected]
Universitas
18
Multimedia
Vol. VIII, No. 2 Desember 2015
universitas
internasional
Peranan Desain Grafis Dalam Menggali Potensi Lokal Melalui Kegiatan Collaboration Project
Erwin Alfian
versitas Multimedia Nusantara khusus-
dilestarikan dan terus dikembangkan.
nya Desain Komunikasi Visual merupa-
Keberadaannya yang kurang dikenal
kan salah satu unit universitas yang turut
merupakan salah satu ancaman seri-
mengembangkan kerjasama di tingkat
us bagi kelangsungan dan kelestari-
global, dengan mewujudkan kerjasama
annya di Nusantara. Pada project ini,
global melalui program bernama Global
mahasiswa kedua Universitas meneliti
Studio. Program Global Studio merupa-
produk budaya Batik Betawi Terogong
kan inisiasi awal kerjasama antara DKV
dengan melihat cara pembuatan, men-
UMN dan Fakultas Desain UTS yang
cobanya dan melihat potensi-potensi
diikuti oleh para perwakilan mahasiswa
apa saja yang mungkin bisa dikembang-
antara kedua universitas untuk berkolab-
kan untuk tetap melestarikan produk
orasi dalam riset dan perancangan kar-
Batik Betawi Terogong sekarang ini.
ya melalui sebuah collaboration project.
Pada Collaboration project UTS
Program ini diharapkan dapat menjadi
dan UMN terdapat dua budaya yang
transfer of knowledge bagi mahasiswa
berbeda, komunikasi yang berbeda,
kedua universitas dalam keilmuan de-
dan pola pikir yang berbeda dalam tim
sain dan menciptakan inovasi lewat
tersebut. Bagaimana kedua mahasiswa
akulturasi pemikiran tentang desain
tersebut melakukan proses perancan-
melalui diskusi dan workshop bersama.
gan desain bersama, brainstorming,
Menurut Victor Papanek seperti yang
dan mengambil keputusan dalam me-
dikutip oleh Adityawan (2007), collabo-
nentukan gagasan dan hasil akhir ada-
ration project adalah bentuk sintesis dari
lah hal yang menarik untuk dipelajari.
beragam keahlian mencakup para desainer, arsitek dan planner, yang menghasilkan kebaruan di berbagai bidang.
Metodologi
Kolaborasi bidang DKV UMN dan UTS di-
Untuk mengetahui pola pikir yang
harapkan mampu menjawab kekhawati-
digunakan pada Collaboration project
ran akan keberadaan DKV di tanah air dan
UMN dan UTS, penelitian ini menggu-
sekaligus diharapkan mampu meningkat-
nakan Focus Group Discussion (FGD).
kan kualitas lulusan DKV di masa depan.
FGD dilakukan untuk dapat menjabar-
Collaboration project UMN dan UTS
kan dan mengidentifikasi proses kolab-
kali ini mengangkat tema mengenai lo-
orasi kreatif yang berlangsung antara
kalitas yaitu Batik Betawi Terogong. Ba-
mahasiswa desain Universitas Multi-
tik Betawi Terogong adalah salah satu
media Nusantara dengan mahasiswa
warisan budaya Nusantara yang harus
dari University Technology of Sydney,
Vol. VIII, No. 2 Desember 2015
19
Peranan Desain Grafis Dalam Menggali Potensi Lokal Melalui Kegiatan Collaboration Project
Erwin Alfian
bagaimana kedua budaya yang berbeda, komunikasi yang berbeda, dan pola pikir yang berbeda dalam tim tersebut dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi. Juga bagaimana kedua mahasiswa tersebut melakukan proses perancangan desain bersama, brainstorming, dan mengambil keputusan dalam menentukan gagasan dan hasil akhir adalah hal yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah penelitian yang hasilnya akan memperkaya wawasan mengenai proses merancang dalam menghasilkan karya desain yang inovatif. FGD dilakukan di pada Jum’at, tanggal 25 Juli 2014 bersama dengan 5 orang peserta
Global
Studio dari UMN, yaitu Andes Vergia,
Gambar 1. FGD di ruang meeting DKV tanggal 25 Juli 2014 diikuti oleh 5 orang peserta Global Studio dari UMN
William Setiawan, Bia Maquila, Oessella Benawar, dan Beatrice Jeanice.
cul, yaitu Batik Friday (Jum’at berbatik), mereka berasumsi bahwa ini hal
Batik Terogong Dalam Colaboration Project UMN dan UTS
unik dan cuma bisa dilihat di Indonesia. Kemudian pembagian tugas dalam kelompok sangat jelas, dengan tanggung jawab masing –masing yang jelas se-
Dalam FGD, terungkap proses ker-
suai dengan minat dan kemampuannya.
jasama berlangsung dimulai dengan
Tahap yang menarik selanjutnya
menyatukan presepsi kontekstual yang
adalah proses brainstorming, dima-
sudah ditetapkan di awal dan ini ses-
na semua catatan dan dokumentasi
uai dengan proses sebuah kolaborasi
yang didapatkan oleh peserta di lapa-
berlangsung. Pada tahap awal, semua
ngan dikumpulkan dan didiskusikan
mengidentifikasi masalah yang diha-
bersama-sama, dari hal yang biasa
dapi dan mencari kesepahaman yang
sampai spesifik tak luput dari perha-
sama akan masalah pada eksplorasi Ba-
tian semua anggota kelompok. Hal-
tik Terogong. Sebuah identifikasi yang
hal unik yang muncul segera dicatat
unik namun sederhana akhirnya mun-
20
Vol. VIII, No. 2 Desember 2015
Peranan Desain Grafis Dalam Menggali Potensi Lokal Melalui Kegiatan Collaboration Project
dan menjadi keyword untuk diskusi selanjutnya dan masalah-masalah yang muncul dalam diskusi kemudian diformulasikan oleh masing-masing anggota dan dipresentasikan solusinya baik verbal
ataupun
demonstrasi
visual.
Erwin Alfian
Project UMN-UTS Berdasarkan analisa data literatur, data lapangan, dan FGD terdapat beberapa hal terkait pola pada aktivitas Global Studio UMN dan UTS. Munthe (2009) dalam bukunya Desain Pem-
Kelompok kemudian memilih key-
belajaran merujuk pada Taksonomi
word yaitu, “Connecting traditions to
Bloom dalam kaitannya dengan kom-
the contemporary”. Mereka berpendapat
petensi dan desain strategi pembela-
bahwa Batik Betawi Terogong sangat
jaran, berikut ini perbandingan kom-
konservatif sehingga untuk menjang-
petensi antara Mahasiswa UTS dan
kau pasar yang sekarang adalah dibu-
Mahasiswa UMN yang secara terpi-
tuhkan sebuah kemasan yang menarik
sah dan dilihat dari tiga aspek dalam
yang sesuai dengan selera pasar, maka
ranah kognisi, afeksi, dan psikomotor
diputuskan untuk membuat rancan-
dalam
gan Batik yang berpadu dengan busana Casual dan dipromosikan dengan ba-
kegiatan
kolaborasi
mereka.
1. Aspek Kognisi (Cognitive)
hasa anak muda melalui media sosial.
Pola Interaksi Collaboration
Gambar 2. Diskusi peserta Global Studio UMN-UTS
Gambar 3. Observasi data peserta Global Studio UMN-UTS
Vol. VIII, No. 2 Desember 2015
21
Peranan Desain Grafis Dalam Menggali Potensi Lokal Melalui Kegiatan Collaboration Project
Erwin Alfian
Aspek si
pada
kognisi kemampuan
berorientase-
kan urutan taksonomi dari domain
cara intelektual dari yang sifatnya
psikomotorik yang diadaptasi dari De-
sederhana
kompleks.
sain Pembelajaran (Munthe, 2009).
Mahasiswa UMN memiliki pengeta-
Pada mahasiswa UMN sangat nam-
huan detail dan memiliki pemahaman
pak mental kerja yang kurang baik, kare-
yang luas (wide). Mahasiswa UTS kurang
na terbawa suasana nyaman sebagai tuan
memahami detail, tetapi sangat meng-
rumah yang familiar dengan segala hal,
hargai segala hal yang mereka lihat dan
sedangkan amatan pada mahasiswa UTS
dengar dan berpikiran lebih sederhana.
menunjukkan mental kerja sangat baik
2. Aspek Afeksi (Affective)
dan disertai dengan inisiatif serta sikap
hingga
berfikir
analisis aspek psikomotorik berdasar-
yang
proaktif yang tinggi dari setiap individu.
Aspek afeksi merupakan bagian dari Hirarki 5 dalam Taksonomi Blookm yang merupakan tingkatan yang berorientasi pada perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap. Pada mahasiswa UMN informasi dapat diterima dengan baik tetapi belum dapat fokus dan pada mahasiswa UTS mendengarkan dengan baik dan fokus terhadap informasi yang diberikan secara seksama karena ketertarikan mereka, namun karena kendala bahasa, tidak semua informasi dapat mereka seleksi dengan baik.
3. Aspek Psikomotor (Psychomotor) Aspek
psikomotorik
mempertim-
bangkan segala hal yang mungkin dilakukan secara fisik yaitu yang berkaitan dengan keterampilan motorik fisik yang berhubungan dengan pelibatan anggota badan yang didukung oleh mental dan emosi. Berikut ini adalah
22
Vol. VIII, No. 2 Desember 2015
Gambar 4. Solusi akhir kemasan Batik Terogong oleh peserta Global Studio UMN-UTS
Peranan Desain Grafis Dalam Menggali Potensi Lokal Melalui Kegiatan Collaboration Project
Erwin Alfian
Kesimpulan Pada akhirnya, fokus kepada hal yang dihadapi dan mencatat semua data adalah amunisi yang sangat berharga ketika kita akan mengeksplorasi sebuah objek penelitian. Pemikiran sederhana dapat menjadi sesuatu yang menarik untuk menjadi solusi desain sebagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Pengalaman tentunya membuktikan kematangan kita ketika memunculkan solusi, sehingga harus terus diasah berulang-ulang sampai menjadi pola yang ada dalam otak kita.
Referensi Beetlestone, F. (2011). Creative Learning: Strategi Pembelajaran Untuk Melesatkan Kreativitas Siswa. Bandung: Nusa Media. Latuconsina, H. (2010). Kreativitas Tanpa Batas: Menuju Ekonomi Kreatif Berbasis Insan Kreatif. Jakarta: Teraju. Petty, G. (1997). How To Be Better At Creativity. London: Cogan Page. John W.C. (1998). Qualitative Inquiry and Re-search Design: Choosing Among Five Tradition. London: SAGE Publications.
Vol. VIII, No. 2 Desember 2015
23