PERAN ZAKAT DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)
RINA MURNIATI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Rina Murniati NIM H14090096
ABSTRAK RINA MURNIATI. Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor). Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK. Zakat merupakan salah satu instrumen yang berperan dalam pembangunan manusia dan memiliki potensi yang cukup besar di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mendesripsikan perkembangan pendayagunaan zakat yang dilakukan BAZ Kota Bogor, membuktikan perubahan yang terjadi pada pendapatan mustahik dengan adanya distribusi zakat, serta menganalisis peran zakat terhadap tingkat IPM dan kemiskinan mustahik. Dengan menggunakan metode perhitungan t-statistik, indeks pembangunan manusia tingkat individu, serta indikator kemiskinan, maka diperoleh hasil bahwa zakat berperan positif dalam meningkatkan pembangunan manusia di Kota Bogor. Perkembangan penyaluran zakat menunjukkan angka peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Selanjutnya dari hasil uji t-Statistik diperoleh bahwa pemberian zakat kepada mustahik memberikan pengaruh nyata pada tingkat pendapatannya. Begitu juga dengan nilai IPM mustahik yang mengalami peningkatan dari sebelum distribusi zakat sebesar 47 menjadi 49 dan terjadi penurunan pada tingkat kemiskinan mustahik dari empat indikator kemiskinan yang digunakan yaitu headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2). Kata kunci : zakat, BAZ Kota Bogor, pembangunan manusia
ABSTRACT RINA MURNIATI. The role of zakah in human development (case of zakah utilization programs of BAZ Kota Bogor). Survervised by IRFAN SYAUQI BEIK. Zakah is one of the instruments that plays a role in human development and has considerable potential in Indonesia. This research aims to describe development of zakah utilization programs managed by BAZ Kota Bogor. The also attamps to verified the change in the mustahik income with the presence of zakat distribution, and analyzes the role of zakah towards HDI and poverty level of mustahik. By using t-statistic , HDI at individuals level, and poverty indices, as tools analysis, it is found that zakah has positive impact on human development in Bogor City. The progress fo zakah distribution shows an impressive growth overtime. The t-statistic test results indicate that zakah distribution significantly affect income level of mustahik. The value of HDI of mustahik could also be increase from 47 to 49 in the present of zakah programs. Similarly, the values of four poverty indices comparasing headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2) could also be lower. Key words : zakah, BAZ Kota Bogor, human development
PERAN ZAKAT DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor)
RINA MURNIATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor) Nama : Rina Murniati NIM : H14090096
Disetujui oleh
Irfan Syauqi Beik, Ph.D Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Peran ZakaI 3. .:l1 1 Pembangunan Manusia (Kasus Program Pendayagunaan Z kat BAZ Kota Bogor) Nama : Rilla 1urnjati NIM : H14090096
Disetujui oleh
Irfan Syauqi Beik, Ph.D
Dosen Pembimbing
!
Tanggal Lu1us:
26 fEB 2014
PRAKATA Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor) dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2013. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasi kepada: 1. Ayahanda Pendri dan Ibunda Lismawati, serta kakak dan adik-adik penulis, Iwan, Wahyu, dan Habibie atas doa, kasih sayang, perhatian serta dukungannya. 2. Bapak Irfan Syauqi Beik, Ph.D sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Yeti Lis Purnamadewi dan Ibu Ranti Wiliasih, M.Si sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan pada skripsi saya. 4. Bapak Deni Lubis, pak Dudin, pak Arman, mas Andi, Euis Intan atas bantuannya dalam pengambilan data. 5. Pegawai dan staf Departemen Ilmu Ekonomi yang telah banyak membatu administrasi selama masa perkuliahan saya. 6. Teman-teman sebimbingan (Syifa, Nidaa, dan Sri wulan) serta teman-teman kelas Ilmu Ekonomi angkatan 46 yang telah banyak membantu dan menemani selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi saya. 7. Teman-teman kosan Pringgondani, Athin, Orin, Melan, Siska, Tika, Mayang, Saibah, dan ka putri yang selalu memberikan keceriaan. 8. Teman-teman dari KAMMI komsat IPB, KAMMDA Bogor, An-Naba dan Formasi FEM yang selalu memberi semangat. 9. Teman-teman seperjuangan, Muh Firmansyah, Wasis Widodo, Ginanjar Bagus Nugroho yang banyak membantu penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Rina Murniati
DAFTAR ISI PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
METODE PENELITIAN
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Kependudukan dan Ketenagakerjaan SIMPULAN DAN SARAN
15 15 27
Simpulan
27
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
30 43
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2005-2011 Laporan Penerimaan Zakat Berdasarkan Muzaki Proporsi Dana ZIS Per Program Tahun 2009-2011 Laporan Penyaluran Dana Program Pendidikan Laporan Jumlah Penerima Manfaat Program Pendidikan Karakteristik Demografi Responden Nilai Komponen IPM Klasifikasi nilai IPM menurut statusnya Rata-rata usia mustahik Indikator kemiskinan
16 17 19 21 21 23 24 24 25 26
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Tujuan Pembangunan Kerangka Pemikiran Total Penerimaan ZIS BAZ dan Mitra BAZ Distribusi Anggaran Berdasarkan Asnaf Tahun 2009-2011 Trend Penyaluran Dana Program Kesehatan Penyaluran Dana Program Kemanusiaan
4 8 18 19 20 22
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel Konversi Tingkat Pendidikan Daftar Pengeluaran Barang Tabel Nilai Maksimum-minimum Indikator IPM Tabel t-statistik Tabel Indeks Angka Harapan Hidup Tabel Indeks Pendidikan Tabel Indeks Daya Beli Kuesioner Penelitian
30 30 31 31 33 34 36 38
PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini, zakat mulai dikenal sebagai salah satu instrumen yang berperan dalam pembangunan manusia, khususnya di Indonesia. Konsep zakat sebagaimana yang dikatakan Beik (2010), memiliki tiga dimensi pokok yaitu dimensi spiritual personal, dimensi sosial, dan dimensi ekonomi. Zakat merupakan sarana ibadah dan penyucian jiwa seseorang. Dengan berzakat produktivitas individual akan meningkat, karena zakat mendorong seseorang untuk memiliki etos kerja yang tinggi. Dalam dimensi ekonomi, Beik lebih lanjut menjelaskan bahwa zakat memiliki dua konsep utama, yaitu pertumbuhan ekonomi berkeadilan dan mekanisme sharing dalam perekonomian. Jika dikaji lebih mendalam, ketiga dimensi di atas memiliki hubungan positif dengan parameter pembangunan manusia yang terdiri atas kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Di sisi lain, zakat juga memiliki korelasi dengan variabel pertumbuhan ekonomi. Pramanik (1993) menyatakan bahwa zakat berpengaruh pada investasi dan produksi, saving, dan konsumsi. Pada sisi investasi, zakat dapat dijadikan sebagai sumber dana produktif bagi pengembangan usaha mikro penerima zakat (mustahik). Pengembangan usaha mikro ini bisa membantu perekonomian Indonesia dan relatif memiliki daya tahan lebih besar dalam situasi krisis ekonomi. Pada sisi konsumsi, pemberian zakat dapat menstimulus peningkatan aggregate demand (permintaan agregat). Kenaikan permintaan agregat akan mendorong peningkatan dari sisi supply, sehingga perekonomian akan semakin berkembang. Namun, efektivitas penggunaan zakat sebagai instrumen peningkatan pembangunan akan dipengaruhi oleh aspek kinerja lembaga-lembaga zakat dan potensi dana zakat itu sendiri. Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi zakat yang cukup besar. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan Institut Pertanian Bogor dan Islamic Development Bank pada tahun 2011, potensi zakat nasional mencapai Rp 217.3 triliun per tahun. Meskipun realisasi zakat masih dibawah satu persen dari proyeksi, namun pertumbuhan zakat nasional terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. BAZNAS (2013) mencatat untuk tahun 2012, dana zakat yang berhasil dihimpun mencapai Rp 2.2 triliun, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1.7 triliun dan tahun 2010 sebesar Rp 1.5 triliun. Jika dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan pemerintah pusat untuk menanggulangi kemiskinan yaitu sekitar Rp 70 triliun setiap tahun, maka zakat dapat membantu setidaknya 1.7 juta mustahik yang setara dengan enam persen warga miskin. Sejak diberlakukannya Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang kemudian diganti oleh Undang-undang Zakat No 23 tahun 2011, maka perkembangan Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) semakin baik di setiap daerah di Indonesia. Salah satu BAZ yang memiliki perkembangan sangat baik adalah BAZ Kota Bogor. Sejak awal berdiri hingga sekarang, BAZ Kota Bogor telah memiliki banyak prestasi. Sebagai contoh, BAZ Kota/Kabupaten terbaik tingkat nasional tahun 2009 untuk kategori Kreativitas Program Pendayagunaan versi BAZNAS dan pada tahun 2009
2 mendapat peringkat dua sebagai BAZ Kota/Kabupaten terbaik versi Islamic Social Responsibility. Hal ini karena kemampuan BAZ Kota Bogor dalam membuat inovasi program-program pendayagunaan dana zakat. Program-program tersebut meliputi bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kemanusiaan. Jika dilihat secara umum, Kota Bogor merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Sensus penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk Kota Bogor mencapai 949 066 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 2.39 persen. Diperkirakan pada tahun 2013 penduduk Kota Bogor mencapai angka satu juta penduduk. Namun, jumlah penduduk yang besar tersebut belum diimbangi dengan tingkat kesejahteraan yang merata. Pada tahun 2012, angka penduduk miskin mencapai 8.6 persen dari total jumlah penduduk dan angka pengangguran terbuka mencapai 10.2. Namun, BPS juga mencatat IPM Kota Bogor yang tinggi mencapai angka 76.06 pada tahun 2013. Hal ini tentu seperti bertentangan, dimana dari data-data yang dipublikasikan oleh pemerintah tidak memiliki korelasi satu sama lain. Karena itu, diperlukan penelitian lebih mandalam untuk mengetahui bagaimana kondisi yang sebenarnya terjadi. Perumusan Masalah Pembangunan manusia di Kota Bogor bisa meningkat jika melihat potensi dana zakat BAZ Kota Bogor yang cukup besar. Karena itu, seharusnya masalah pembangunan manusia dan variabel-variabel turunannya sudah masuk dalam tahap perkembangan yang lebih baik. Namun hingga saat ini, ditengah gejolak fluktuasi perekonomian Indonesia, seolah-olah potensi dana zakat yang besar tersebut belum memberikan solusi yang nyata bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Kota Bogor. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian dan perumusan masalah, beberapa hal yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor selama tahun 2009-2011. 2. Apakah terjadi perubahan pendapatan sebelum dan sesudah adanya distribusi zakat oleh BAZ Kota Bogor kepada mustahik. 3. Bagaimana peran zakat terhadap tingkat IPM mustahik. 4. Bagaimana peran zakat terhadap tingkat kemiskinan mustahik.
Tujuan Penelitian
1. 2. 3. 4.
Tujuan dari Penelitian ini adalah : Menerangkan perkembangan pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor selama tahun 2009-2011. Membuktikan perubahan pendapatan yang terjadi sebelum dan sesudah adanya distribusi zakat oleh BAZ Kota Bogor kepada mustahik. Menganalisis peran zakat terhadap tingkat IPM mustahik. Menganalisis peran zakat terhadap tingkat kemiskinan mustahik.
3 Manfaat Penelitian
1.
2. 3.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : Pemerintah dan lembaga-lembaga zakat di Indonesia, khususnya BAZ Kota Bogor sebagai sumber referensi dan bahan pertimbangan untuk mengembangkan potensi zakat. Muzaki dan perusahaan BUMN untuk meningkatkan kesadaran kewajiban pengeluaran zakat. Mahasiswa dan masyarakat umum untuk menambah wawasan mengenai peran zakat dalam pembangunan manusia, khususnya di Kota Bogor.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada pembahasan peran zakat dan seberapa besar pengaruhnya dalam pembangunan manusia. Peran zakat dianalisis dari beberapa program pendayagunaan zakat BAZ Kota Bogor yang dibatasi hanya program Kesehatan, Pendidikan, dan kemanusiaan. Data yang digunakan terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer terdiri atas data program kemanusiaan dengan sub program Paket Senyum. Data program paket senyum diperoleh dari survei langsung ke sebanyak tiga puluh rumah tangga mustahik yang berada di Kota Bogor. Kemudian ditambah dengan data program kesehatan sub program Aktivitas Klinik yang diperoleh melalui wawancara sebanyak tiga puluh pasien tetap di Poliklinik Ibnu Sina Tirta Pakuan Bogor. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor yang berupa deskripsi mengenai program-program pendayagunaan zakat, Badan Pusat Statistik (BPS) kota Bogor, dan literatur buku serta internet. Ruang lingkup analisis peran dan pengaruh zakat dalam pembangunan manusia dibatasi oleh beberapa variabel. Variabel yang digunakan untuk menganalisis peran dan pengaruh zakat terhadap IPM adalah indeks angka harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Variabel yang digunakan untuk menganalisis peran dan pengaruh zakat terhadap tingkat kemiskinan adalah headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2).
TINJAUAN PUSTAKA . Pembangunan Manusia Konsep pembangunan awalnya mengacu pada pengertian pembangunan secara ekonomi. Meier (1998) mengatakan dalam bukunya, leading issues in economic development, bahwa pembangunan merupakan suatu proses dimana pendapatan perkapita riil dari suatu negara meningkat dalam jangka waktu yang lama dan dalam jangka waktu yang bersamaan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan tidak bertambah, serta distribusi pendapatan tidak semakin senjang. Sejalan dengan apa yang terjadi di negara-negara sedang
4 berkembang (NSB) saat ini, konsep pembangunan ekonomi lebih menekankan pada proses kenaikan Gross National Product (GNP) dan Gross Domestic Product (GDP) tanpa memerhatikan kondisi pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi. Penekanan pada peningkatan angka GNP dan GDP tanpa memerhatikan penambahan jumlah penduduk memungkinkan terjadinya kekeliruan dalam memahami prestasi kegiatan ekonomi. Karena pada saat perhitungan kenaikan GNP atau GDP, suatu negara juga mengalami pertumbuhan penduduk. Namun, beberapa pemikiran lain seperti yang terdapat dalam literatur ekonomi klasik yang disampaikan oleh Adam Smith, Keynes, dan Alfred Marshal, bahwasanya ada suatu dimensi lain yang juga sangat penting dalam pembangunan yakni sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan sebuah faktor produksi yang dapat diukur dari kondisi fisik, tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya. Semua kondisi tersebut dapat diukur dengan angka, karena itu kualitas sumber daya manusia sebuah negara juga dapat diukur dengan angka (Marzali 2007). Hal ini semakin diperkuat dengan pemikiran Soedjatmoko (1995) bahwa pembangunan hanya akan terlihat seutuhnya apabila pembangunan itu merupakan proses pembangunan manusia. Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB riil per kapita
Pembangunan berkelanjutan
Indikator non Moneter (IPM)
Kebebasan
Mengatasi kemiskinan
Entitlements dan kapabilitas
Gambar 1. Tujuan Pembangunan Gambar 1. Merupakan dimensi tujuan pembangunan. Dimensi tujuan pembangunan menjelaskan bagaimana urutan tahapan evolusi pengukuran ekonomi pembangunan, dari awal kemunculan teori ekonomi pembangunan yang mengukur terjadinya pembangunan dilihat dari tingkat output melalui PDB berkembang menggunakan indeks pembangunan manusia (IPM), mengatasi kemiskinan dengan paradigma entitlements dan kapabilitas, kebebasan, hingga pembangunan berkelanjutan (Kuncoro 2010). Pada akhir dasawarsa 1960-an, banyak NSB mulai menyadari bahwa pertumbuhan (growth) tidak identik dengan pembangunan (development). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diimbangi dengan penyelesaian masalahmasalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan (necessary), tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi proses pembangunan. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi tidak lagi menjadikan GNP sebagai sasaran utama pembangunan, tetapi lebih memfokuskan pada kualitas proses pembangunan.
5 Konsep Zakat Zakat berasal dari kata zaka yang berarti suci (menyucikan), baik, berkah, berkembang, dan memperbaiki. βSesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa ituβ (Asy-Syams: 9). Menurut istilah syariat zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk dikeluarkan sebagiannya dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. Perintah untuk berinfak dan berzakat terdapat dalam al-Quran Surah At-taubah (9) ayat 103, βAmbillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membesihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi maha Mengetahui (Qardhawi 1993). Menurut Chapra (2000), bahwa zakat merupakan instrument agama yang membantu individu dalam masyarakat, membantu orang-orang fakir dan miskin yang tidak mampu membantu diri mereka sendiri. Namun hal ini tidak menghilangkan kewajiban pemerintah untuk mengupayakan kemakmuran, mengganti komponen pengeluaran pemerintah atau pun penanggulangan bencana. Zakat merupakan amal dan kewajiban seorang muslim yang memiliki harta lebih untuk kemudian disalurkan kepada muslim lainnya yang kekurangan, yang mereka sudah ada dalam ketetapan golongan yang berhak menerima zakat. Menurut Kahf (Suprayitno 2005), zakat dapat mengendalikan hal-hal sebagai berikut : 1. Pengalokasian harta produktif di antara berbagai manfaat alternatif. 2. Sarana-sarana produksi yang tidak produktif. 3. Pengalokasian pendapatan di antara pengeluaran dan tabungan. 4. Pengalokasian tabungan-tabungan diantara manfaat-manfaat produktif dan barang-barang mewah yang akhirnya rusak tanpa guna. Zakat sejak pertama diwajibkan telah ditentukan kadar dan jumlahnya tetapi hanya diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan fakir dan miskin. Namun, setelah nabi Muhammad SAW hijrah ke madinah, diberlakukanlah beberapa ketentuan dengan syarat yang harus dipenuhi dalam zakat meliputi (Qardhawi 2001) : 1. Islam Zakat hanya diwajibkan untuk umat islam dan merupakan rukun islam. 2. Sempurna ahliyahnya Sebagian berpendapat zakat termasuk ibadah madlah dan sebagian berpendapat zakat merupakan taklif maali (kewajiban atas harta) dan yang terakhir inilah menurut sebagian ulama merupakan pendapat yang rajah (terpilih). 3. Sempurnanya kepemilikan Kepemilikan muzaki (orang yang wajib zakat) atas harta yang mau dizakatkan merupakan kepemilikan yang sempurna, dalam artian harta tersebut tidak terdapat kepemilikan dan hak orang lain. 4. Berkembang Harta tersebut mendatangkan income atau tambahan kepada pemiliknya, seperti hasil pertanian, pertambangan dan lain-lain. 5. Nisab
6
6.
Harta yang wajib dizakati harus sampai pada kadar tertentu, yang disebut nisab. Haul Harta zakat yang telah mencapai nisab harus ada dalam kepemilikan ahlinya sampai waktu 12 bulan kamariah, kecuali hasil pertanian, perkebunan, barang tambang, madu dan sejenisnya.
Departemen Agama Republik Indonesia (Depag 1999) menyebutkan bahwa tujuan dan sasaran zakat hendaknya digunakan untuk hal-hal sebagai berikut: 1. Memperbaiki taraf hidup Tujuan zakat yang utama dalam memperbaiki taraf hidup rakyat. Kegiatan yang dapat dilakukan ada dua macam. Pertama, kegiatan yang bersifat motivasi seperti memberikan pengetahuan tentang sistem manajemen, bimbingan tentang beberapa macam home industry, dan lain-lain. Kedua, kegiatan yang bersifat memberikan bantuan permodalan, baik berupa uang untuk modal utama, modal tambahan, maupun modal berupa barang seperti peralatan, ternak, dan lain-lain. 2. Pendidikan dan beasiswa Kegiatan yang dapat dilakukan dibedakan menjadi dua, pertama, memberikan bantuan kepada organisasi atau yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan, baik berupa uang yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada pengurusnya atau berupa bantuan sarana pendidikan yang mendesak untuk disediakan. Kedua, memberikan bantuan biaya sekolah kepada anak-anak tertentu atau sifatnya tetap dalam bentuk beasiswa kepada beberapa anak, sehingga ia dapat melanjutkan sekolah atau belajar sampai jenjang tertentu yang ditetapkan oleh pengelola atau pengurus BAZ. 3. Mengatasi masalah ketenagakerjaan atau pengangguran Sasaran atau objek penggarapan dari proyek rintisan ini adalah fuqara yaitu orang-orang yang belum mempunyai usaha atau pekerjaan tetap untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Proyek seperti ini sudah dilaksanakan oleh beberapa LAZ baik dari DD Republika, DSUQ, PKPU atau BAZ. 4. Program pelayanan kesehatan Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya mendirikan poliklinik, membantu fakir miskin yang keluarganya menderita sakit dan tidak mampu untuk menanggung biaya perawatan/pengobatannya, misalnya melalui program dana sehat. 5. Panti asuhan Program yang dapat dilakukan dapat berupa pemberian bantuan kepada organisasi yang sudah ada (panti asuhan yang sudah ada) atau pun mendirikan panti asuhan baru.
Penelitian Terdahulu Nurzaman (2010) membahas dampak dari efektifitas zakat produktif dalam meningkatkan kesejahteraan penerima zakat (mustahik) dengan menggunakan
7 indikator kesejahteraan yang tidak hanya diukur dari indikator ekonomi, tapi juga mencakup pendidikan dan kesehatan yang dirangkum dalam IPM. Nilai IPM yang digunakan adalah tingkat rumah tangga yang dibandingkan dengan rata-rata nilai IPM tingkat regional dan nasional, kemudian diuji apakah zakat memengaruhi nilai IPM dan komponen-komponennya. Hasil estimasi dari IPM ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata mencapai 69.43. Nilai tersebut masih di bawah rata-rata IPM Jakarta (77.36) dan tingkat nasional (71.76). Penerima zakat produktif, dengan metode regresi juga secara tidak langsung mempengaruhi IPM. Namun, yang menarik zakat ini memiliki efek pada perubahan alokasi pendapatan dan konsumsi untuk tujuan produktif. Torre dan Moreno (2010) membahas tentang beberapa kasus yang terjadi di Meksiko berdasarkan informasi, konsep, dan teori penyesuaian IPM, berdasarkan laporan pembangunan manusia di Meksiko dan menyajikan cara dimana perhitungan IPM dapat dilakukan pada tingkat rumah tangga. Kasus-kasus yang disajikan meliputi kasus distribusi PDB dari Negara-negara penghasil minyak, kasus tindak kejahatan lokal, dan kekerasan terhadap perempuan. Dalam kasus pertama, ada perubahan signifikan dalam peringkat pengembangan Negara bagian Meksiko. Sedangkan dalam kasus kedua, perbedaan dalam peringkat tidak begitu besar, tetapi menunjukkan kepada daerah bermasalah yang memberikan informasi yang berguna untuk advokasi dan target kebijakan. Perhitungan terhadap IPM tingkat rumah tangga dilakukan untuk melihat kesenjangan pendapatan. Beik (2009) membahas secara empirik dampak zakat terhadap upaya pengurangan tingkat kemiskinan, dengan mengambil studi kasus Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas). Sebanyak 50 responden diwawancari untuk memperoleh data yang kemudian dinalisis dengan sejumlah alat analisis, yaitu : headcount ratio, untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase keluarga miskin; rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan; dan indeks foster greer thorbacke (FGT) untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil analisis menunjukkan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah dan presentase keluarga miskin, serta mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan. Tsani (2010) membahas dampak zakat terhadap kemiskinan dan kesenjangan pendapatan yang dilakukan oleh Bazda Lampung Selatan. Terdapat 120 responden yang terdiri dari 80 mustahik dan 40 muzakki. Metode yang digunakan adalah pengujian dengan menggunakan t-statistik untuk mengetahui apakah pemberian zakat berpengaruh nyata terhadap tingkat kemiskinan mustahik atau tidak. Kemudian, dilakukan analisis indikator kemiskinan dengan menggunakan headcount ratio, untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase keluarga miskin, rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan, dan indeks FGT untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada taraf nyata 5 persen, pendistribusian zakat oleh Bazda Lampung Selatan berpengaruh signifikan dan positif terhadap pendapatan keluarga mustahik. Pendistribusian zakat ini mampu mengurangi beban kemiskinan dan kesenjangan pendapatan tidak hanya pada mustahik namun juga pada muzakki. Hal ini dibuktikan dengan indeks gini yang menurun dari 0.638 menjadi 0.625 dan rasio Kuznets yang menurun dari 16.7 menjadi 14.4.
8 Anriani (2010) membahas tentang dampak zakat terhadap kemiskinan dengan mengambil studi kasus pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor di tiga Kecamatan Kota Bogor. Pengumpulan data dari wawancara yang dilakukan kepada 100 responden yang tersebar di tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Bogor Tengah, Bogor Barat, dan Bogor Timur. Penelitian ini menggunakan beberapa alat analisis indikator kemiskinan yaitu headcount ratio, untuk mengetahui berapa jumlah dan presentase keluarga miskin, rasio kesenjangan kemiskinan dan rasio kesenjangan pendapatan digunakan untuk mengetahui tingkat kedalaman kemiskinan, dan indeks FGT untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan pada semua indikator kemiskinan. Ini menunjukkan bahwa ternyata zakat berdampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan di tiga kecamatan tersebut. Kerangka Pemikiran Potensi zakat Indonesia sangat besar
Regulasi Undang-undang No 23 Tahun 2011 Tentang Zakat
Perkembangan BAZ dan LAZ semakin baik
BAZ Kota Bogor sebagai BAZ Kota/Kab. terbaik tahun 2009 versi BAZNAS
Pendayagunaan zakat berperan dalam pembangunan manusia
Indikator keberhasilan pembangunan manusia
Indeks pembangunan manusia (IPM) 1. Angka harapan hidup 2. Pendidikan 3. Daya beli
Indikator kemiskinan 1. Headcount ratio index (H) 2. Poverty gap index (P1) 3. Income gap indeks (I) 4. Sen indeks of poverty (P2).
Implikasi kebijakan Gambar 2. Kerangka Pemikiran
9
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan mustahik yang terdaftar sebagai penerima program pendayagunaan zakat BAZ Kota Bogor. Wawancara dilakukan kepada 60 responden yang di bagi ke dalam dua kategori. Kategori pertama merupakan 30 orang mustahik dari program kesehatan dengan sub program aktivitas klinik. Kategori kedua merupakan 30 orang mustahik dari program kemanusiaan dengan sub program paket senyum. Data sekunder diperoleh dari laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor, Badan Pusat Statistik Kota Bogor, United Nations Development Programme (UNDP), World Health Organization (WHO), jurnal, artikel, skripsi, buku, dan internet.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan didua kategori lokasi yang berbeda. Lokasi pertama di Poliklinik Ibnu Sina Tirta Pakuan, Bogor. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa polilklinik ini sudah memiliki manajemen administrasi yang baik, sehingga data yang dibutuhkan lebih mudah diperoleh. Selain itu, poliklinik ini juga lebih baik dalam hal pelayanan, sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan wawancara dengan pasien. Sedangkan lokasi kedua di Kota Bogor. Peneliti mencari rumah mustahik penerima program paket senyum yang tersebar di enam kecamatan di Kota Bogor. Dari enam kecamatan, sampel yang berhasil diwawancarai berlokasi di Kecamatan Bogor Barat, Tanah Sareal, dan Bogor Selatan. Pertimbangan pemilihan lokasi untuk penelitian kedua adalah jarak tempuh, alamat yang jelas, dan kemudahan akses ke rumah mustahik. Kedua penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2013.
Metode Pemilihan Sampel Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (sengaja), yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan karakteristik yang cocok berkaitan dengan contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian (Juanda 2009). Pertimbangan dalam pengambilan sampel yaitu berdasarkan program pendayagunaan zakat yang aktif berjalan dan periode waktunya yang sudah cukup lama yang disesuaikan dengan tema penelitian. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 60 responden, terdiri dari 30 responden penerima program kesehatan yang telah terdaftar sebagai pasien lebih dari 6 bulan dan rutin datang berobat minimal 2 minggu sekali. Dan 30 responden penerima program kemanusiaan sub program paket senyum yang rutin menerima sembako setiap bulan selama lebih dari 6 bulan.
10 Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif untuk menerangkan perkembangan pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor tahun 2009-2011. Metode analisis kuantitatif terdiri dari beberapa alat analisis yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pertama, untuk membuktikan perubahan pendapatan yang terjadi setelah adanya distribusi zakat digunakan uji t-statistik. Kedua, untuk menganalisis peran zakat terhadap IPM, menggunakan estimasi nilai IPM tingkat individu. Ketiga, untuk menganalisis peran zakat terhadap tingkat kemiskinan, menggunakan perhitungan indikator kemiskinan yang meliputi headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2). Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah metode statistik yang menjelaskan pengumpulan dan penyajian data sehingga dapat lebih mudah dipahami. Metode ini berhubungan dengan hal yang menguraikan atau memberikan keterangan mengenai suatu data. Metode analisis deskriptif dilakukan dalam penelitian ini untuk menganalisis perkembangan program zakat BAZ Kota Bogor. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel dan gambar yang merupakan hasil publikasi laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor. Data laporan yang tersedia saat ini hanya periode 2009 -2011. Metode Analisis Perubahan Pendapatan Mustahik Untuk melihat apakah terjadi perubahan pendapatan mustahik karena adanya distribusi zakat, digunakan analisis uji t-statistik. Uji t-statistik merupakan salah satu metode pengujian hipotesis untuk data berpasangan atau data tidak bebas. Uji ini sering dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah percobaan. Uji kali ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah distribusi zakat. Data yang digunakan adalah data pendapatan dengan dan tanpa zakat dengan ragam tidak diketahui. Hipotesis uji t : H0 : π = 0 H1 : π > 0 Statistik uji :
thit =
π ππ βπ
Keterangan : d = rata-rata selisih pendapatan dengan dan tanpa zakat Sd = standar deviasi n = jumlah sampel
11 Metode Analisis Peran Zakat terhadap IPM Nilai IPM diperoleh dengan menggabungkan tiga nilai indeks yang terdiri dari indeks angka harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks daya beli. Nilai indeks ini menggunakan standar internasional yang digabungkan dengan standar nasional. Formulanya sebagai berikut (Sen dan Anand 1994): IPM = 1/3 (indeks angka harapan hidup) + 1/3 (indeks pendidikan) + 1/3 (indeks daya beli) Metode yang digunakan pada penelitian ini sedikit berbeda dengan metode standar yang digunakan UNDP. metode yang digunakan UNDP adalah untuk perbandingan antar negara dan antar tingkat daerah lokal. Namun penelitian kali ini menggunakan pendekatan baru yang mengestimasi pada tingkat keluarga atau individu. Formulanya mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan Nurzaman (2010). Estimasi secara rinci untuk masing-masing komponen IPM adalah sebagai berikut. Indeks Angka Harapan Hidup Indeks angka harapan hidup yang saat ini digunakan oleh UNDP dan beberapa negara dalam mengestimasi IPM ditingkat nasional adalah dengan menganggap kondisi ketika individu lahir. Demikian juga untuk tingkat provinsi dan kabupaten, telah sesuai dengan standar nilai IPM internasional. Namun dalam penelitian ini, untuk memperkirakan nilai indeks harapan hidup pada tingkat individu akan dilakukan penyesuaian metode dengan mempertimbangkan variasi sebaran dari populasi. Dengan kata lain, untuk mendapatkan angka harapan hidup seseorang pada usia tertentu, dengan menggunakan harapan hidup saat lahir yang sudah terdapat di BPS dan sebagian data yang tidak tersedia, diperoleh dari WHO. Spesifikasi model sebagai berikut: IHi =
πΈπ₯π ,π, π β πΈπ₯π ,π,(πππ ) πΈπ₯π ,π, πππ₯ βπΈπ₯π ,π(πππ )
Keterangan: IHi πΈπ₯π, π, π
= indeks harapan hidup individu (i) = harapan hidup seorang individu (i) yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin πΈπ₯π, π πππ₯ πππ πΈπ₯π, π(πππ) adalah data standar internasional untuk harapan hidup maksimum dan minimum yang diperoleh dari WHO dengan rentang nilai dari 0 tahun sampai 100 tahun. Indeks Pendidikan Indeks pendidikan menggunakan dua indikator yaitu rata-rata lama sekolah dan tingkat melek huruf. Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas diseluruh jenjang pendidikan formal yang dijalani. Dengan kata lain, indikator ini dihitung dengan
12 menggunakan dua variabel secara simultan yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Angka melek huruf juga diperlakukan untuk penduduk usia 15 tahun atau lebih dengan indikator yang diperoleh dari kemampuan membaca dan menulis. Perhitungan dalam penelitian ini menggunakan standar pemerintah Indonesia. Untuk indikator melek huruf, dua batas yang digunakan untuk maksimum 100 dan minimum 0, yang menggambarkan kondisi 100 adalah masyarakat yang mampu membaca dan menulis dan kondisi 0 untuk sebaliknya. Kemudian pola ini dihitung dengan indeks pendidikan : Indeks pendidikan =
2
πΏππ‘ β0
3
100 β0
1
+ 3 πΏπβ0 /(15 β 0)]π₯100
Keterangan: Lit = angka melek huruf LS = lama sekolah 0 = jumlah minimum Lit dan LS 100 = jumlah maksimum dari Lit 15 = jumlah minimum lari LS Indeks Daya Beli Indeks pendapatan atau daya beli seseorang diukur dengan kualitas standar hidup yang layak. Pada penelitian ini, standar hidup yang layak seorang individu akan dihitung secara langsung dengan menyesuaiakan pengeluaran riil perkapita. Langkah pertama adalah dengan menghitung pengeluaran pendapatan bulanan keluarga masing-masing mustahik. Komponen pengeluaragan mengikuti metode standar yang digunakan pemerintah yang didasarkan pada harga 27 komoditas. Namun, pada penelitian ini komoditas tersebut mengalami beberapa penyederhanaan yang diseseuaikan dengan kondisi mustahik dilapangan manjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Langkah berikutnya adalah menyesuaikan nilai paritas daya beli (PPP) dari pengeluaran ke dalam unit Dolar AS. Metode ini sering digunakan oleh banyak negara untuk menyesuaikan nilai pendapatan domestik bruto (PDB) perkapita agar dapat melakukan perbandingan standar dalam perhitungan IPM di tingkat internasional, formulanya adalah sebagai berikut: PPP yang disesuaikan (Xij) = pengeluaran keluarga per tahun x (PDB deflator Indonesia/PDB deflator AS) Selanjutnya, untuk mendapatkan indeks standar hidup yang layak adalah dengan memasukkan PPP yang telah disesuaikan ke dalam formula berikut, Indeks daya beli =
log πππβlog π₯ πππ log π₯ πππ₯βlog π₯ πππ
Keterangan: Ξ§ππ = daya beli yang telah disesuaikan ke keluarga (i) π₯ πππ = daya beli minimum selama setahun di tingkat internasional yang telah ditetapkan UNDP yakni sebesar US$ 100
13 π₯ πππ₯
= daya beli maksimum untuk setahun di tingkat internasional yang telah ditetapkan UNDP sebesar US$ 40 000.
Metode Analisis Peran Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan Untuk menganalisis peran zakat terhadap tingkat kemiskinan mustahik, digunakan beberapa indikator kemiskinan. Indikator kemiskinan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap indeks (I), sen indeks of poverty (P2). Berikut akan dijelaskan mengenai masing-masing indikator tersebut. Headcount Ratio Index (H) Headcount ratio index merupakan indikator kemiskinan yang mengukur jumlah orang miskin yang berada di bawah garis kemiskinan. Kategori miskin didasarkan pada standar garis kemiskinan yang dikeluarkan BPS. Adapaun rumus dari dari rasio ini adalah : H=
π π
Keterangan : H = headcount ratio index q = jumlah keluarga mustahik yang berada di bawah garis kemiskinan n = jumlah observasi Garis kemiskinan keluarga diperoleh dari mengalikan garis kemiskinan per kapita per bulan dengan rata-rata besar ukuran keluarga. Garis kemiskinan kota Bogor tahun 2011 adalah Rp 305.870. Penggunaan headcount ratio index pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa banyak mustahik yang berada dibawah garis kemiskinan dan menggambarkan berapa jumlah mustahik yang dapat dikurangi melalui pendayagunaan zakat. Apabila nilai dari indeks headcount ini berkurang, maka berarti pendayagunaan zakat memiliki dampak yang positif, karena mampu mengurangi jumlah mustahik yang hidup dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan. Atau dengan kata lain, semakin kecil nilai headcount ratio index, maka jumlah penduduk miskin semakin sedikit. Poverty Gap Index (P1) dan Income Gap Indeks (I) Untuk menganalisis tingkat kedalaman kemiskinan digunakan dua instrumen yaitu poverty gap index (P1) untuk mengukur kesenjangan kemiskinan dan income gap index (I) untuk mengukur indeks kesenjangan pendapatan. Poverty gap index (P1) menunjukkan selisih antara pendapatan agregat komunitas masyarakat miskin dengan garis kemiskinan atau mengukur berapa jarak rata-rata pendapatan agregat kelompok miskin dengan garis kemiskinan. Indeks poverty gap diukur dengan satuan mata uang dengan formula sebagai berikut:
14 P1 =
π π=1
π β π¦π /π
Keterangan: P1 = kesenjangan kemiskinan Z = garis kemiskinan keluarga yi = pendapatan keluarga mustahik ke-i q = jumlah keluarga mustahik yang berada di bawah garis kemiskinan Jika setelah distribusi zakat, nilai indeks ini mengalami penurunan, berarti zakat memiliki pengaruh yang positif dalam pengurangan tingkat kesenjangan kemiskinan. Atau dengan kata lain, semakin kecil indeks ini, maka semakin sedikit selisih (gap) antara pendapatan agregat komunitas masyarakat miskin dengan garis kemiskinan sehingga kesejahteraan semakin baik. Income Gap Index (I) mengukur persentase rata-rata kesenjangan pendapatan setiap orang miskin terhadap batas kemiskinan. Indeks ini dibuat oleh Amartya Sen untuk menormalisasikan kesenjangan kemiskinan keseluruhan populasi menjadi kesenjangan kemiskinan rata-rata individu (Beik 2010). Formula untuk mengukur indeks kesenjangan pendapatan yaitu : I=
ππ π=βπ(π§) ππ§
Keterangan: I = indeks kesenjangan kemiskinan pendapatan gi = z-yi , selisih pendapatan mustahik ke-i dengan garis kemiskinan q = jumlah keluarga mustahik yang berada di bawah garis kemiskinan z = garis kemiskinan keluarga yi = pendapatan keluarga mustahik ke-i Semakin kecil nilai rasio ini, maka semakin sedikit orang miskin dalam komunitas tersebut. Apabila keberadaan program pendayagunaan zakat mampu menurunkan nilai indeks income gap ini, maka zakat memiliki dampak yang positif terhadap penurunan tingkat kedalaman kemiskinan. Sen Index of Poverty (P2) sen index of poverty (P2) atau indeks keparahan kemiskinan menggambarkan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin. Formula untuk indeks Sen adalah : P2 = H[I+(1-I)Gp] Keterangan : P2 = sen index of poverty H = headcount ratio index I = income gap index Gp = gini coefficient of the poor
15 Nilai indeks gini berkisar antara 0-1. Untuk, Indeks gini = 0 menandakan pemerataan pendapatan yang sempurna 0
π π =1 πππ
(πΉππ + πΉππβ1 )
Keterangan: IG = indeks gini Fpi = frekuensi keluarga dalam kelas pendapatan ke-i Fci = frekuensi kumulatif dari total pendapatan dalam kelas pendapatan ke-i Fci-1 = frekuensi kumulatif dari total pendapatan dalam kelas pendapatan ke (i-1) Semakin kecil indeks ini, maka sedikit persentase orang miskin, selisih (gap) antara pendapatan agregat masyarakat miskin dengan garis kemiskinan juga semakin sedikit, dan kesenjangan pendapatan semakin kecil. Apabila setelah pendayagunaan zakat, nilai indeks ini mengalami penurunan, maka artinya zakat memiliki dampak positif dalam mengurangi tingkat keparahan kemiskinan.
HASIL DAN PEMBAHASAN GAMBARAN UMUM Potensi Sosial Ekonomi Daerah Bogor Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara, merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya kebun raya yang didalamnya terdapat Istana Bogor di pusat kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Pembangunan di daerah ini lebih diarahkan pada pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, dengan meprioritaskan pembangunan sektor perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh sektor industri. Kependudukan dan Ketenagakerjaan di Kota Bogor Penduduk Kota Bogor pada tahun 2011 adalah 967 398 jiwa, yang terdiri dari 493 761 laki-laki dan 473 637 perempuan. Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin (sex ratio), yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu. Rasio jenis kelamin laki-laki terhadap perempuan di Kota Bogor
16 menurut hasil sensus penduduk adalah 104 yang berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan rata-rata terdapat 104 penduduk laki-laki atau bisa juga diartikan jumlah penduduk laki-laki di Kota Bogor 4 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di Kecamatan Bogor Selatan sebesar 106 dan terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Timur yakni sebesar 103. Lebih jelasnya lihat Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2005-2011 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Laki-laki (orang) 431 862 444 508 457 717 476 476 481 559 484 791 493 761
Perempuan (orang) 423 223 434 630 447 415 465 728 464 645 465 543 473 637
Jumlah (orang) 855 085 879 138 905 132 942 204 946 204 950 334 967 398
Sex Ratio 102 102 102 102 104 104 104
Sumber : BPS Kota Bogor 2012
Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Bogor Barat sebanyak 4 826 jiwa (22.21%). Diikuti penduduk Kecamatan Tanah Sareal sebanyak 195 742 jiwa (20.23%), Bogor Selatan sebanyak 184 336 jiwa (19.05%), Bogor Utara sebanyak 173 732 jiwa (17.96%), Bogor Tengah sebanyak 102 145 jiwa (10.56%), dan Bogor Timur sebanyak 96 617 jiwa (9.99%). Partisipasi Angkatan Kerja tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dari 65.56 persen pada tahun 2010 menjadi 61.92 persen. Tingkat pengangguran di Kota Bogor pada tahun 2011 mengalami penurunan cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 72 015 orang pada tahun 2010 menjadi 44 985 orang pada tahun 2011. Pendidikan di Kota Bogor Menurut hasil survei sensus nasional pada tahun 2011 (Susenas 2013), penduduk usia 10 tahun ke atas di Kota Bogor yang dapat membaca dan menulis sebanyak 771 492 orang atau sekitar 98.10 persen. Artinya hanya sekitar 1.90 persen penduduk usia 10 tahun ke atas di Kota Bogor yang tidak dapat membaca dan menulis. Dilihat dari jenis kelamin ternyata penduduk perempuan lebih banyak yang tidak dapat membaca dan menulis dibandingkan dengan penduduk laki-laki dengan perbandingan 3:1. Penduduk yang berusia 10 tahun ke atas memiliki ijazah paling banyak adalah ijazah SMU/SMA/SMK yaitu sebesar 28.36 persen. Ijazah SD sebesar 26.37 persen, ijazah SMP sebesar 18.61 persen, sedangkan yang memiliki ijazah perguruan tinggi 10.52 persen, dan yang tidak memiliki ijazah SD sebesar 16.14 persen. Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah di Kota Bogor sudah menunjukkan pencapaian yang baik dengan berhasilnya program Wajib Belajar 9 tahun. Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Bogor sudah memasuki pendidikan kelas 1 SLTA yang ditunjukkan dengan pencapaian angka 9.85.
17 Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kota Bogor Pada tahun 2011 di Kota Bogor terdapat 10 rumah sakit dengan jumlah tempat tidur 1 726 buah. Jumlah puskesmas RRI sebanyak 24. Puskesmas pembantu sebanyak 28 dan 11 puskesmas keliling. Semua puskesmas yang ada merupakan puskesmas pelaksana program pemerintah. Penyandang permasalahan sosial di Kota Bogor terdiri dari 941 anak terlantar, 5 anak nakal, 112 korban penyalahgunaan narkoba dan 1 679 penyandang cacat. Sedangkan jumlah data potensi dan sumber kesejahteraan social terdiri 163 jumlah tenaga kesejahteraan social masyarakat, 126 organisasi social, 216 karang taruna, 362 wahana kesejahteraan sosial. Perkembangan Zakat Program BAZ Kota Bogor 2009 - 2011 Secara umum, zakat yang disalurkan oleh BAZ kota Bogor mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dan memerlihatkan perkembangan yang semakin baik. Namun, untuk penerimaan zakat, perkembanganya lebih bersifat fluktuatif. Hal ini bisa disebabkan pengeluaran untuk zakat masih dianggap sebagai perintah agama yang bersifat sunnah, bukan sebagai kewajiban. Meskipun tidak sedikit ketagori mustahik yang menyadari kewajiban berzakat.
Penerimaan Zakat Berdasarkan Muzaki Jumlah zakat yang berasal dari muzaki perseorangan mencapai Rp 1 035 774 122.00. Angka ini hampir dua kali lipat dari jumlah zakat yang berasal dari UPZ Dinas atau perusahaan di tahun 2009. Di tahun 2010, jumlah zakat dari muzaki perseorangan naik cukup signifikan pada angka Rp 1 604 789 220.00 dan pada tahun 2011 meskipun sempat turun, namun angkanya masih lebih tinggi dari tahun 2009. Tabel 2. Laporan Penerimaan Zakat Berdasarkan Muzaki Uraian Muzaki Perseorangan UPZ Dinas Perusahaan Total Penerimaan Zakat
2009 1 035 774 122
Penerimaan Zakat (Rp) 2010 2011 1 604 789 220 1 065 692 926
545 347 580 545 301 558 2 126 423 260
422 569 721 117 099 090 2 144 458 031
527 591 033 529 446 300 1 122 730 259
Sumber : BAZ Kota Bogor 2013
Penerimaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) BAZ dan Mitra BAZ Sepanjang tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, angka penerimaan ZIS di BAZ Kota Bogor menunjukkan grafik meningkat. Tahun 2009, pertumbuhan ZIS
18 meningkat dalam kisaran 100 persen dibanding tahun 2008. Begitu juga penerimaan ZIS tahun 2010 dan tahun 2011. Sampai akhir tahun 2011, jumlah dana ZIS yang dihimpun BAZ Kota Bogor bersama mitra BAZ yaitu unit pengumpul zakat (UPZ) Masjid, UPZ Sekolah, UPZ Dinas, dan BAZ Kecamatan, telah mencapai Rp 10 382 217 469. Perkembangan penerimaan ZIS tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
12,000 10,382
Juta Rupiah
10,000 8,000 6,000 5,205 4,000
3,523
2,000 0 2009
2010
2011
Tahun
sumber : BAZ Kota Bogor 2013
Gambar 3. Total Penerimaan ZIS BAZ dan Mitra BAZ Penyaluran Zakat Berdasarkan Asnaf Sejak tahun 2009-2011, program-program pendayagunaan BAZ Kota Bogor telah terorganisir berdasarkan asnaf, dengan proporsi anggaran terbesar pada asnaf sabilillah sebesar Rp 696 651 729. Program tersebut tersalur pada program pendidikan, syiar, dan kesehatan. Proporsi anggaran terbesar kedua adalah asnaf miskin dengan angka Rp 499 559 341 yang tersalur pada program kemanusiaan, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Kemudian, proporsi anggaran terbesar berikutnya adalah asnaf fakir dengan angka Rp 369 275 700 yang tersalur pada program kemanusiaan. Secara lengkap ditampilkan pada Gambar 4.
19
700
Juta Rupiah
600 500 400 300 200 100 0 Fakir
Miskin
Muallaf
Riqab
Gharimin
Sabilillah
Ibnu Sabil
Asnaf sumber : BAZ Kota Bogor 2013
Gambar 4. Distribusi Anggaran Berdasarkan Asnaf Tahun 2009-2011
Proporsi Dana ZIS Per Program Untuk pembiyaan program-program, BAZ Kota Bogor juga menghimpun dana infak dan shadaqah, yang kemudian pendayagunaannya digabung bersama dana zakat atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan ZIS. Secara proporsi, pendistribusian dana ZIS sepanjang tahun 2009-2011 tersebar pada dua program yaitu kesehatan dan kemanusiaan. Di tahun 2009, program kesehatan menyerap dana ZIS terbanyak dengan proporsi 48.85 persen dari seluruh dana pendistribusian. Selama tehun 2010-2011, proporsi terbesar dana pendayagunaan berada pada program kemanusiaan yang berada pada kisaran 30.34 persen dan 33.40 persen dari total dana pendayagunaan. Tabel 3. Proporsi Dana ZIS Per Program Tahun 2009-2011 2009 Program
Jumlah (Rp)
2010
2011
Prp. (%)
Jumlah (Rp)
Prp. (%)
Jumlah (Rp)
Prp. (%)
Kesehatan
860 628 547
49
422 147 597
26
471 671 765
28
Pendidikan
232 809 831
13
257 080 384
16
248 052 500
15
62 984 600
4
95 285 080
6
100 957 500
6
Kemanusiaan
396 366 372
22
488 122 804
30
553 156 700
33
Dakwah
208 924 080
12
345 959 654
22
282 997 305
18
Ekonomi
Total
1 761 713 430 100 1 608 595 519
Ket: Prp = Proporsi Sumber : BAZ Kota Bogor 2013
100 1 656 835 770 100
20 Perkembangan Penyaluran Program BAZ Kota Bogor Program Kesehatan Program ini memiliki tiga aktivitas utama yaitu aktivitas klinik dan ambulance, health emergency case (HEC), dan medical plus. Sejak tahun 2009, anggaran yang telah dikeluarkan BAZ Kota Bogor untuk program kesehatan mencapai Rp 761 368 257. Anggaran yang besar ini terkait adanya kasus-kasus kesehatan besar dan darurat para dhuafa yang ditangani BAZ Kota Bogor pada aktivitas HEC yang mencapai 220 kasus. Tahun 2010 jumlah anggaran untuk program kesehatan mengalami penurunan pada kisaran angka Rp 300 065 188. Hal itu juga terjadi pada tahun 2011 yang angkanya mencapai Rp 257 700 905. Penurunan anggaran ini lebih dikarenakan adanya penurunan jumlah kasus darurat yang ditangani BAZ Kota Bogor. Namun, alokasi anggaran untuk membantu dhuafa dalam mengakses obat dan ongkos berobat dhuafa yang terangkum dalam aktivitas medical plus, mengalami peningkatan signifikan di tahun 2011 angkanya mencapai Rp 35 861 110. Sedangkan, di tahun 2010, angkanya baru mencapai Rp 2 046 300.
600
Juta Rupiah
500 400 300 200 100 0 2009
2010 Klinik
HEC
2011 Medical Plus
Gambar 5. Penyaluran Dana Program Kesehatan Program Pendidikan Program pendidikan memiliki tiga aktivitas utama yaitu guru ngajiku, Beastudy, dan angkasa Institute. Guru ngajiku adalah aktivitas untuk memberikan apresiasi kepada guru ngaji di Kota Bogor yang telah dengan sepenuh hati memberikan dedikasi untuk menebar pengetahuan agama kepada anak-anak. Aktivitas beastudy bergerak dalam ranah menanggulangi kasus-kasus pendidikan darurat yang dihadapi dhuafa. Aktivitas ini untuk memastikan para pelajar dhuafa
21 yang kesulitan biaya dapat terus menjalani proses pendidikannya. Aktivitas angkasa institute memberikan kesempatan bagi lulusan SMA/sederajat dari kalangan dhuafa, untuk menjalani pendidikan selama satu tahun. Angkasa institute bertujuan mengahasilkan orang-orang muda yang kreatif, inovatif, seta penuh inspirasi tetapi terjaga oleh nilai-nilai kepedulian, kemanusiaan, peduli dan berbagi dengan orang banyak. Di tahun 2011, aktivitas angkasa institute terwujud dalam penguatan aktivitas Gebu Cinta yang juga memiliki semangat serupa dalam beragam aktivitas. Berikut rekapitulasi lengkap tentang ketiga aktivitas di program pendidikan : Tabel 4. Laporan Penyaluran Dana Program Pendidikan Nama Program Beastudy Guru Ngajiku Angkasa/Gebu Cinta Total Penyaluran Dana
2009 (Rp) 67 694 700 95 001 000 162 705 700
2010 (Rp) 77 886 560 84 420 500 89 211 279 251 518 339
2011 (Rp) 111 325 000 167 207 600 23 368 000 301 900 600
Sumber : Laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor 2012
Tabel 5. Laporan Jumlah Penerima Manfaat Program Pendidikan Nama Program Beastudy Guru Ngajiku Angkasa/Gebu Cinta Total Penyaluran Dana
2009 (orang) 121 212 0 352
2010 (orang) 128 192 19 339
2011(orang) 216 112 19 347
Sumber : Laporan tiga tahunan BAZ Kota Bogor 2012
Program Kemanusiaan Program ini terdiri dari tiga aktivitas utama yaitu aksi peduli bencana, paket senyum, dan bedah rumah. Aksi peduli bencana adalah aktivitas yang disiapkan untuk menangani berbagai bencana alam yang mungkin terjadi di kota Bogor, termasuk untuk membiayai proses tanggap darurat karena terjadinya bencana alam. Paket senyum adalah aktivitas untuk menjamin kebutuhan pokok dhuafa yang masuk asnaf fakir. Sedangkan, bedah rumah adalah aktivitas untuk melakukan rehab rumah dhuafa. Salah satu program kemanusiaan yang sudah berjalan cukup baik adalah Paket Senyum. Program ini berupa pemberian paket sembako yang rutin setiap bulan. Program yang awalnya bernama βBeras Fakirβ ini mulai dijalankan pada Agustus 2010. Saat itu tercatat ada 227 orang fakir di Kota Bogor yang menerima paket senilai Rp 50 000. Jumlah penerimanya terus bertambah setiap bulan dan bantuan pun dinaikkan menjadi Rp 100 000. Namun, saat itu program ini belum memiliki manajemen yang baik dalam hal kriteria mustahik yang berhak menerima. Pada tahun 2011 progam βBeras Fakirβ diganti namanya menjadi βPaket Senyumβ. Besaran nilai paket dinaikkan menjadi Rp 200 000 dan penerima paket berjumlah 80 orang. Kriteria untuk menentukan penerima bantuan adalah mereka yang tidak memiliki sumber pendapatan sama sekali. Saat ini jumlah
22 penerima program paket senyum adalah 150 orang yang tersebar di enam kecamatan di Kota Bogor. Tahun 2009, dana yang telah dikeluarkan BAZ Kota Bogor untuk program kemanusiaan mencapai Rp 103 857 900.00. Dana ini telah disalurkan untuk meringankan beban sekitar 237 orang yang mengalami musibah bencana alam. Di tahun 2010, dananya mencapai Rp 84 602 200.00 dengan jumlah penerima manfaat lebih banyak dari tahun 2009, yaitu 234 orang. Tahun 2011, jumlah anggaran program kemanusiaan meningkat hampir empat kali lipat dari anggaran tahun 2009. Angkanya mencapai Rp 468 199 600 00 dengan jumlah penerima manfaat mencapai 1 750. Laporan Penyaluran Dana Program Kemanusiaan dapat di lihat pada Gambar 6. 500 450 400 Juta Rupiah
350 300 250 dana program kemanusiaan
200 150 100 50 0 2009
2010 Tahun
2011
sumber : BAZ Kota Bogor 2013
Gambar 6. Penyaluran Dana Program Kemanusiaan Demografi Responden Responden yang digunakan dalam penelitian ini merupakan mustahik dari program kesehatan sub program aktivitas klinik dan program kemanusiaan sub program paket senyum. Total responden adalah sebanyak 60 orang. Karakteristik demografi responden akan dijelaskan pada Tabel 6.
23 Tabel 6. Karakteristik Demografi Responden Karakteristik demografi Jenis kelamin KK laki-laki perempuan Usia 21-35 tahun 36-50 tahun 51-65 tahun 66-80 tahun >81 tahun Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD SD SMP SMA Diploma/Sarjana Besar ukuran keluarga 1-3 orang 4-6 orang >7 orang Pendapatan sebelum zakat (rupiah per bulan) <600.000 600.000-1.200.000 >1200.000
Jumlah
Presentase
19 41
31.7 68.3
2 8 27 21 2
3.3 13.3 45 35 3.3
21 13 15 6 5 -
35 21.7 25 10 8.3 -
35 19 6
58.3 31.7 10
26 24 10
43.3 40 16.7
Berdasarkan Tabel 6, mayoritas keluarga adalah berjenis kelamin perempuan (68.3 persen). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar tanggung jawab kepala keluarga dipegang oleh perempuan dan merupakan sesuatu yang tidak wajar. Dari segi usia, mayoritas responden berada pada usia yang tidak produktikf yaitu 51-65 tahun (45 persen), kemudian diikuti kelompok usia 66-80 tahun (21 persen). Hal ini mengindikasikan mayoritas responden merupakan kelompo usia tua yang memiliki peluang sangat kecil untuk meningkatkan kualitas taraf hidupnya. Dari aspek pendidikan, mayoritas responden tidak pernah bersekolah (35 persen) dan sebagian besar tidak tamat SD (13 persen) dan tamat SD (15 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan responden masih rendah. Dari segi besar ukuran keluarga, mayoritas responden memiliki tanggungan keluarga 1-3 orang (35 persen). Kemudian diikuti dengan keluarga dengan tanggungan 4-6 orang (19 persen). Hal ini bisa diindikasikan responden memiliki tanggungan yang cukup besar. Dari segi pendapatan, mayoritas responden berada pada pendapatan dibawah Rp 600 ribu per bulan (43.4 persen).
24 Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar responden termasuk kalangan menengah ke bawah. Secara umum dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden penelitian ini adalah kepala keluarga didominasi perempuan dengan usia yang tidak produktif lagi, sudah menikah dan memiliki tanggungan berkisar 1-3 orang, tidak pernah sekolah, dan berpenghasilah dibawah Rp 600 000 per bulan.
Analisis Hasil Penelitian Analisis Perubahan Pendapatan Mustahik Berdasarkan hasil perhitungan uji t-statistik diperoleh nilai t hit (18.76) lebih besar dari ttabel (1.96) sehingga tolak H0. Artinya, pendapatan setelah zakat berbeda nyata pada taraf Ξ±=5 persen terhadap pendapatan sebelum distribusi zakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian zakat kepada mustahik memberikan pengaruh nyata pada tingkat pendapatannya. Analisis Peran Zakat terhadap IPM Berdasarkan hasil estimasi perhitungan IPM tingkat individu pada mustahik program pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor, dari 60 responden diperoleh rata-rata nilai komponen IPM sebagai berikut: Tabel 7. Nilai Komponen IPM Komponen IPM
Indeks angka harapan hidup Indeks Pendidikan Indeks paritas daya beli (PPP) tanpa zakat Indeks paritas daya beli (PPP) dengan zakat IPM sebelum distribusi zakat IPM setelah distribusi zakat Perubahan IPM (%)
Nilai
0.34 0.55 0.53 0.59 0.47 0.49 4.1
Indeks (%) 34 55 53 59 47 49
Tabel 8. Klasifikasi nilai IPM menurut statusnya Tingkatan Status Rendah Menengah bawah Menengah atas Tinggi
Kriteria IPM < 50 50 β€ IPM <66 66 β€ IPM <80 IPM β₯ 80
Sumber : BPS Kota Bogor 2012
Berdasarkan data pada Tabel 7 dan Tabel 8, nilai IPM mustahik sebelum dan setelah distribusi zakat berada pada tingkatan rendah. Sebelum distribusi zakat IPM mustahik sebesar 47 dan setelah distribusi zakat naik menjadi 49. Artinya
25 terjadi perubahan nilai IPM mustahik sebesar 4.1 persen, namun perubahannya masih kecil. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti pengaruh nilai komponen-komponen IPM itu sendiri. Hasil analisis tiap komponen IPM menunjukkan perubahan yang tidak terlalu signifikan. Nilai Indeks angka harapan hidup mustahik adalah 0.34. Artinya, rata-rata kemungkinan hidup bayi-bayi yang lahir pada tahun tersebut sekitar 34 persen dan dapat bertahan hidup hingga umur 34 tahun. Namun, melihat fakta yang terjadi sekarang, banyak tahun yang dapat ditempuh oleh mustahik berkisar 60 tahun ke atas. Hasil ini berdasarkan survei langsung ke para mustahik yang menjadi sampel penelitian ini. Dari 60 mustahik yang diwawancarai, tidak ada yang berumur minimal 34 tahun. Ini membuktikan bahwa estimasi perhitungan indeks angka harapan hidup belum bisa dijadikan fokus untuk mengukur kesejahteraan penduduk di bidang kesehatan. Tabel 9. Rata-rata usia mustahik Jarak usia (tahun) β€ 50 51-65 66-80 > 80
Jumlah mustahik (orang) 10 27 21 2
Komponen IPM berikutnya adalah indeks pendidikan. Indeks pendidikan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia dan juga mempresentasikan dimensi pengetahuan dalam IPM. Indikator yang digunakan dalam menghitung indeks pendidikan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf menggambarkan presentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang mampu baca tulis. Sementara rata-rata lama sekolah menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari penelitian, angka melek huruf mustahik sebesar 73 persen. Hal ini berarti sebesar 27 persen mustahik yang berumur di atas 15 tahun tidak bisa baca tulis. Sedangkan, rata-rata lama sekolah mustahik berkisar 4.2 tahun. Artinya rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh mustahik usia 15 tahun ke atas dalam menempuh semua jenis pendidikan formal adalah sebesar 4.2 tahun. Berdasarkan dua indikator tersebut, maka diperoleh nilai indeks pendidikan sebesar 0.55. Komponen IPM yang digunakan dalam mengukur standar hidup masyarakat adalah dengan indeks daya beli. Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa. Kemampuan ini dipengaruhi oleh harga riil dan nilai tukar. Pada penelitian ini, untuk melihat adanya pengaruh dari distribusi zakat, maka paritas daya beli mustahik dihitung sebelum dan setelah distribusi zakat. Indeks paritas daya beli mustahik sebelum distribusi zakat adalah sebesar 0.53. Sedangkan setelah distribusi zakat indeks paritas daya beli mustahik naik menjadi 0.59. persentase perubahannya hanya sebesar 10.2 persen. Ini mengindikasikan bahwa paritas daya beli mustahik mengalami peningkatan sebesar 10.2 persen dan berimplikasi positif terhadap standar hidup kelompok mustahik.
26 Hasil analisis dari ketiga komponen IPM di atas menunjukkan bahwa komponen indeks angka harapan hidup yang paling mempengaruhi rendahnya nilai IPM mustahik. Ini karena indeks angka harapan hidup bukan komponen yang memiliki hubungan langsung dengan distribusi zakat. Dana zakat yang disalurkan pada program ini lebih kepada bantuan uang dan sembako yang berpengaruh secara langsung pada indeks paritas daya beli.
Analisis Peran Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan Mustahik Setelah memperoleh nilai IPM dari mustahik, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan indikator kemiskinan. Hal ini untuk melihat lebih jelas bagaimana peran zakat dalam pembangunan manusia. Karena kemiskinan merupakan salah satu poin penting dalam mengukur pembangunan manusia (Soedjatmoko 1995) Tabel 10. Indikator kemiskinan Indeks Kemiskinan H P1 (rupiah) I P2 Gp
Sebelum distribusi zakat 0.85 536 265.89 0.43 0.84 0.98
Setelah distribusi zakat 0.77 301 755.66 0.24 0.75 0.97
Persentase perubahan (%) 9.8 43.73 43.73 10.8 1
Berdasarkan Tabel 10, nilai indeks headcount ratio sebelum distribusi zakat adalah sebesar 0.85 yang artinya dari seluruh rumah tangga terdapat 85 persen keluarga yang dikategorikan miskin berdasarkan garis kemiskinan keluarga. kehadiran program pendayagunaan zakat menyebabkan nilai headcount ratio mengalami penurunan dari 0.85 menjadi 0.77. Ini menunjukkan bahwa pendayagunaan zakat memiliki dampak yang positif, karena mampu mengurangi jumlah mustahik yang hidup dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan sebesar 9.8 persen. Hal ini membuktikan bahwa terjadi penurunan tingkat kemiskinan keluarga mustahik setelah distirbusi zakat. Nilai indeks poverty Gap atau kesenjangan kemiskinan mengalami penurunan dari Rp 536 265.891 menjadi Rp 301 755.662. Artinya, sebelum terjadinya pendistribusian zakat, jarak antara rata-rata pendapatan rumah tangga miskin mustahik dengan garis kemiskinan adalah Rp 536 265.891. Dengan adanya program pendayagunaan zakat dari BAZ kota Bogor, jarak ini dapat diperkecil menjadi Rp 301 755.662. Penurunan angka sebesar 43.73 persen mengindikasikan bahwa pendistribusian zakat yang dilakukan oleh BAZ Kota Bogor secara empirik mampu menurunkan tingkat kesenjangan kemiskinan keluarga mustahik. Hal yang sama juga terjadi pada indeks kesenjangan pendapatan dimana indeks kesenjangan pendapatan turun dari sebelum distribusi zakat sebesar 0.43 menjadi 0.24 setelah distribusi zakat. Hal ini menujukkan keberadaan zakat mampu menurunkan nilai rasio kesenjangan pendapatan sebesar 43.73 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat kedalaman kemiskinan dapat direduksi oleh program pendistribusian zakat BAZ Kota Bogor.
27 Nilai indeks sen atau tingkat keparahan kemiskinan sebelum adanya distribusi zakat sebesar 0.84 menunjukkan bahwa kelompok mustahik berada pada tingkat keparahan kemiskinan yang tinggi. Kehadiran program pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor mampu mereduksi tingkat keparahan kemiskinan menjadi 0.75. Penurunan indeks sen sebesar 10.8 persen ini mengindikasikan bahwa program zakat berdampak positif terhadap pengentasan kemiskinan. Untuk melihat apakah terjadi kesenjangan dalam pemberian zakat kepada mustahik, digunakan analisis gini coefficient of the poor (Gp). Nilai Gp mustahik sebelum pemberian dana zakat adalah sebesar 0.98. Artinya, kesenjangan pendapatan mustahik sebelum distribusi zakat sangat tinggi. Setelah distribusi zakat Gp mustahik mengalami penurunan manjadi 0.97. Perubahan Gp mustahik hanya sebesar 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa setelah pemberian zakat, kesenjangan pendapatan mustahik masih sangat tinggi. Ini bisa dikarenakan dalam distribusi zakat, BAZ Kota Bogor belum memperhatikan dari sisi pembobotan dana zakat yang diberikan kepada masing-masing mustahik.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Total penerimaan zakat sempat mengalami penurunan yang cukup besar di tahun 2011. Sementara total penerimaan dari ZIS BAZ dan mitra BAZ menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk penyaluran dana zakat berdasarkan asnaf, program yang menerima dana paling besar adalah program kemanusiaan, kemudian program kesehatan. Distribusi zakat kepada mustahik menunjukkan terjadinya perubahan pada tingkat pendapatan mustahik. Dengan menggunakan Uji t-Statistik, ditemukan bahwa pendapatan mustahik sebelum dan setelah distribusi zakat berbeda pada taraf nyata 5 persen. Dengan kata lain, distribusi zakat dapat meningkatkan tingkat pendapatan mustahik. IPM mustahik sebelum dan setelah distribusi zakat berada pada tingkatan rendah. Nilai IPM sebelum distribusi zakat sebesar 47 dan setelah distribusi zakat menjadi 49. Hal ini mengindikasikan, terjadi perubahan nilai IPM sebesar 4.1 persen dengan adanya program pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor. Peran zakat terhadap tingkat kemiskinan mustahik diukur dengan menggunakan indikator kemiskinan. Indikator ini meliputi headcount ratio index (H), poverty gap index (P1), income gap index (I), dan sen index of poverty. Hasil analisis dari 60 mustahik menunjukkan bahwa nilai H mustahik turun dari 0.85 menjadi 0.77. Nilai I mustahik mengalami penurunan dari sebelum distribusi zakat sebesar 536 265.89 menjadi 301 755.66. Hal yang sama juga terjadi pada indeks kesenjangan pendapatan dimana indeks kesenjangan pendapatan turun dari sebelum distribusi zakat sebesar 0.43 menjadi 0.24 setelah distribusi zakat. Nilai indeks sen juga mengalami penurunan dari 0.84 menjadi 0.76. Penurunan pada semua nilai indikator kemiskinan tersebut mengindikasikan bahwa program pendayagunaan zakat oleh BAZ kota Bogor terbukti memiliki implikasi yang
28 positif terhadap pengentasan kemiskinan dan berperan baik dalam meningkatkan pembangunan manusia. Hasil analisis Gp sebelum distribusi zakat merepresentasikan kesejangan pendapatan yang sangat tinggi diantara mustahik. Nilai Gp mustahik sebelum menerima dana zakat adalah sebesar 0.98. Mengalami penuruan menjadi 0.97 setelah mustahik menerima bantuan zakat. Perubahan Gp mustahik hanya sebesar 1 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa setelah pemberian zakat, kesenjangan pendapatan mustahik masih sangat tinggi. Ini bisa dikarenakan dalam distribusi zakat, BAZ Kota Bogor belum memperhatikan dari sisi pembobotan dana zakat yang diberikan kepada masing-masing mustahik. Saran Pemerintah, lembaga-lembaga zakat, Muzaki, dan perusahaan BUMN diharapkan lebih menyadari pentingnya mengeluarkan kewajiban zakatrnya, agar sumber-sumber dana zakat semakin besar dan bisa dioptimalkan pendayagunaannya. Jika ada penelitian selanjutnya disarankan dapat menggunakan lebih banyak sampel, baik untuk mustahik atau pun untuk programprogram pendayagunaan zakat.
DAFTAR PUSTAKA Anriani. 2010. Analisis Dampak Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan Mustahik : Studi Kasus Pendayagunaan zakat oleh BAZ Kota Bogor di Tiga Kecamatan Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Beik IS. 2009. Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika. Jurnal Zakat & Empowering: 2:47-55. Beik IS. 2010. Tiga Dimensi Zakat. Jakarta: Harian Republika. [BAZ] Badan Amil Zakat Kota Bogor. 2013. Laporan Tiga Tahunan 2009-2011. Bogor (ID): BAZ Kota Bogor. [BAZNAS] Badan Amil Zakat Nasional. 2013. [Internet diunduh 2013 Mei 01]. Tersedia pada : http://www.pusat.baznas.go.id. Jakarta (ID): BAZNAS [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2011. Bogor dalam Angka 2012. Bogor (ID): BPS Kota Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2012. Hasil Proyeksi dan Sensus Penduduk 2010. Bogor (ID): BPS Kota Bogor. Chapra MU. 2000. Sistem Moneter Islam. Basri IA, penerjemah. Jakarta (ID): Gema Insani Press. [Depag] Departemen Agama Republik Indonesia. 1999. [Internet diunduh 2013 September 12]. Tersedia pada : http://www.kemenag.go.id. Jakarta (ID): Depag. Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Kuncoro M. 2010. Ekonomika Pembangunan. Jakarta (ID): Erlangga. Marzali A. 2007. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta (ID): Kencana.
29 Meier GM. 1998. Leading Issues in Economic Development. Oxford University Press. Nurzaman MS. 2010. Zakat and human development: an empirical analysis on poverty alleviation in Jakarta, indonesia. Center for Islamic economics and finance, Qatar faculty of Islamic studies, Qatar foundation. p 1-26. Pramanik AH. 1993. Development and Distribution in Islam. Petaling Jaya: Pelanduk Publications. Sen A dan Anand S. 1994. Human Development index : Methodology and Measurement. Human Development Report Office Occasional Papers. Soedjatmoko.1995. Dimensi Manusia dalam Pembangunan-Pilihan Karangan Soedjatmoko. Jakarta (ID): Pustaka LP3ES Indonesia. Suprayitno E. 2005. Ekonomi Islam. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. [SUSENAS] Survei Sensus Nasional Kota Bogor. 2013. Laporan Sensus Kota Bogor. Bogor (ID): Susenas. Torre R dan Moreno H. 2010. Advances in sub national measurement of the Human Development Index: The case of Mexico. Human Development Research Paper No.23. Tsani T. 2010. Analisis Dampak Distribusi Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan : Studi Kasus Pendayagunaan Zakat oleh BAZDA Lampung Selatan [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Qardhawi Y. 2001. Hukum-Hukum Zakat. Jakarta (ID): Lintera Antar Nusa.
30
Lampiran 1 Tabel Konversi Tingkat Pendidikan No
Tingkat Pendidikan Tertinggi Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Diploma 1 Diploma 2 Diploma 3 SI S2 S3
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 sumber : BPS 2010
Lampiran 2 Daftar Pengeluaran Barang No 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jenis pengeluaran Pengeluaran kebutuhan dasar Beras Gula, teh, kopi minyak sayur daging/ayam/ikan, lauk pauk lainnya.. sayur, buah bumbu-bumbu Sewa rumah Listrik dan air Gas Susu Konsumsi makanan ringan anak-anak Rokok Biaya bensin/biaya transportasi Biaya sekolah (SPP, buku, transportasi, dll) Pulsa ponsel Telepon rumah Biaya kesehatan Utang jatuh tempo Kredit barang/arisan Biaya lainnya
Konversi Tahun 0 6 9 12 13 14 15 16 18 21
31
Lampiran 3 Tabel Nilai Maksimum-minimum Indikator IPM Indikator IPM Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Daya Beli
Maksimum 85
Minimum 25
Sumber UNDP
100
0
UNDP
15
0
UNDP
732 720a
360 000b
Menggunakan PDB perkapita riil yang disesuaikan.
Keterangan : a) perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018 b) penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru sumber : BPS 2010
Lampiran 4 Tabel t-statistik Pengeluaran Keluarga per bulan (tz)
Pengeluaran Keluarga per bulan (dz)
2.046.000 1.178.000 915.000 1.461.000 383.000 2.261.000 1.603.000 1.034.000 362.000 1.662.000 1.982.000 574.000 1.181.000 440.000 1.052.000 412.000 742.000 342.000 1.505.000 1.054.000 987.000 812.000
2.230.000 1.308.000 1.115.000 1.761.000 604.000 2.521.000 1.903.000 1.114.000 602.000 1.902.000 2.202.000 843.300 1.381.000 600.000 1.232.000 652.000 982.000 548.000 1.685.000 1.254.000 1.187.000 1.012.000
Bantuan BAZ (dalam Rupiah) per bulan 184.000 130.000 200.000 300.000 220.000 260.000 300.000 80.000 240.000 240.000 220.000 260.000 200.000 160.000 180.000 240.000 240.000 200.000 180.000 200.000 200.000 200.000
32 632.000 320.000 536.000 292.000 951.000 1.300.000 2.025.000 874.000 301.500 870.000 610.000 934.000 972.000 790.000 1.219.000 470.000 536.000 603.000 982.500 629.500 390.000 315.000 264.000 962.000 714.000 440.500 320.000 881.000 334.000 191.000 410.000 638.000 320.000 183.000 190.000 170.000 384.000 234.000 Total π Sd thit
832.000 480.000 716000 412.000 1.151.000 1.400.000 2.139.000 1.094.000 551.500 1.120.000 860.000 1.184.000 1.222.000 1.040.000 1.469.000 720.000 786.000 853.500 1.322.500 879.500 640.000 565.000 514.000 1.212.000 964.000 690.500 570.000 1.131.000 548.000 411.000 660.000 888.000 570.000 433.000 440.000 420.000 634.000 484.000
200.000 160.000 180.000 120.000 200.000 100.000 110.000 220.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 6674.000 111.233 45929,15 18,760
33
Lampiran 5 Tabel Indeks Angka Harapan Hidup No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Exa 50 61 58 59 67 23 63 59 50 47 61 60 57 66 63 62 61 38 38 52 64 62 55 73 30 75 72 62 45 65 63 61 76 59 71 66 43 75
Tahun lahir 1963 1952 1955 1954 1946 1990 1950 1954 1963 1966 1952 1953 1956 1947 1950 1951 1952 1975 1975 1961 1949 1951 1958 1940 1983 1938 1941 1951 1968 1948 1950 1952 1937 1954 1942 1947 1970 1938
Exa (i) 47 46 46 46 45 52 46 46 47 47 46 46 46 45 46 46 46 48 48 47 45 46 46 45 52 44 45 46 47 45 46 46 44 45 45 45 48 44
Exa min 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Exa max 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85
AHH 0.37 0.35 0.35 0.35 0.33 0.45 0.35 0.35 0.37 0.37 0.35 0.35 0.35 0.33 0.35 0.35 0.35 0.38 0.38 0.37 0.33 0.35 0.35 0.33 0.45 0.32 0.33 0.35 0.37 0.33 0.35 0.35 0.32 0.33 0.33 0.33 0.38 0.32
34 82 39 70 40 49 41 70 42 64 43 65 44 58 45 76 46 75 47 75 48 76 49 70 50 85 51 80 52 65 53 65 54 75 55 80 56 60 57 66 58 60 59 69 60 Rata-rata
1931 1943 1964 1943 1949 1948 1955 1937 1938 1938 1937 1943 1928 1933 1948 1948 1938 1933 1953 1947 1953 1944
44 45 47 45 45 45 45 44 44 44 44 44 43 44 44 44 44 44 46 45 46 44
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85
0.32 0.33 0.37 0.33 0.33 0.33 0.33 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.30 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.35 0.33 0.35 0.32 0.34
Lampiran 6 Tabel Indeks Pendidikan No
Lit
LS
Lit Max
Ls Min
Indeks Lit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
100 100 100 100 100 100 100 100 0 100 100 100 100 100
6 6 9 7 5 6 12 5 0 12 3 6 12 6
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67
Indeks LS 0.13 0.13 0.20 0.15 0.11 0.13 0.27 0.11 0 0.27 0.07 0.13 0.27 0.13
Indeks pendidikan 80 80 87 82 78 80 93 78 0 93 73 80 93 80
35 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 100 100 100 0 100 0 100 100 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 100 100 0 0
5 3 6 12 9 6 6 8 6 3 9 9 6 3 9 3 9 0 0 4 8 0 12 0 1 4 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 6 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 0 0.67 0.67 0.67 0 0.67 0 0.67 0.67 0 0 0 0 0 0.67 0 0 0 0 0 0 0.67 0.67 0 0
0.11 0.07 0.13 0.27 0.20 0.13 0.13 0.18 0.13 0.07 0.20 0.20 0.13 0.07 0.20 0.07 0.20 0 0 0.09 0.18 0 0.27 0 0.02 0.09 0 0 0 0 0 0.02 0 0 0 0 0 0 0.07 0.13 0 0
78 73 80 93 87 80 80 84 80 73 87 87 80 73 87 73 87 0 67 76 84 0 93 0 69 76 0 0 0 0 0 69 0 0 0 0 0 0 73 80 0 0
36 57 100 58 100 0 59 0 60 Rata-rata
6 0 0 0
100 100 100 100
15 15 15 15
0.67 0.67 0 0
0.13 0 0 0
80 67 0 0 54.9
daya beli (tz) 0.73 0.64 0.60 0.67 0.45 0.74 0.69 0.61 0.44 0.69 0.72 0.52 0.64 0.47 0.62 0.46 0.56 0.43 0.68 0.62 0.61 0.58 0.53 0.42 0.50 0.40 0.60 0.65 0.73 0.59 0.41 0.58
daya beli (dz) 0.74 0.65 0.63 0.70 0.52 0.76 0.72 0.63 0.52 0.72 0.74 0.58 0.66 0.52 0.64 0.54 0.61 0.51 0.69 0.65 0.64 0.61 0.58 0.49 0.55 0.46 0.63 0.66 0.73 0.62 0.51 0.63
Lampiran 7 Tabel Indeks Daya Beli No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
log Xij (tz) 7.84 7.60 7.49 7.70 7.11 7.89 7.74 7.55 7.09 7.75 7.83 7.29 7.60 7.18 7.55 7.15 7.40 7.07 7.71 7.55 7.53 7.44 7.33 7.04 7.26 7.00 7.51 7.65 7.84 7.47 7.01 7.47
log Xij (dz) 7.88 7.65 7.58 7.78 7.31 7.93 7.81 7.58 7.31 7.81 7.87 7.46 7.67 7.31 7.62 7.35 7.52 7.27 7.76 7.63 7.61 7.54 7.45 7.21 7.39 7.15 7.59 7.68 7.86 7.57 7.27 7.58
log X min
log X max
5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95
8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55
37 33 7.32 34 7.50 35 7.52 36 7.43 37 7.62 38 7.20 39 7.26 40 7.31 41 7.52 42 7.33 43 7.12 44 7.03 45 6.95 46 7.51 47 7.39 48 7.18 49 7.04 50 7.48 51 7.06 52 6.81 53 7.14 54 7.34 55 7.04 56 6.79 57 6.81 58 6.76 59 7.12 60 6.90 Rata-rata
7.47 7.60 7.62 7.55 7.70 7.39 7.43 7.46 7.65 7.48 7.34 7.28 7.24 7.61 7.52 7.37 7.29 7.58 7.27 7.15 7.35 7.48 7.29 7.17 7.17 7.15 7.33 7.22
5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95 5.95
8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55 8.55
0.53 0.60 0.60 0.57 0.64 0.48 0.50 0.52 0.60 0.53 0.45 0.42 0.38 0.60 0.55 0.47 0.42 0.59 0.43 0.33 0.46 0.53 0.42 0.32 0.33 0.31 0.45 0.37 0.53
0.58 0.64 0.64 0.61 0.67 0.55 0.57 0.58 0.65 0.59 0.53 0.51 0.50 0.64 0.60 0.55 0.51 0.63 0.51 0.46 0.54 0.59 0.51 0.47 0.47 0.46 0.54 0.49 0.59
38
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN PERAN ZAKAT DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ kota Bogor
Peneliti : Rina Murniati
Penelitian ini dilaksanakan sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi dalam bidang Ilmu Ekonomi pada Institut Pertanian Bogor. Semua informasi yang didapat akan dijaga kerahasiannya.
Catatan penting : -
Kepala Keluarga, disingkat KK, adalah orang yang memiliki tanggung jawab tertinggi di dalam mengelola rumah tangga (bisa laki-laki atau perempuan).
-
Anggota Keluarga, disingkat AK, adalah mereka yang hidup dan tinggal bersama KK dikediaman/ rumah yang sama.
39 BAGIAN A : INFORMASI PERSONAL 1. Profil Kepala Keluarga/responden Nama : No Hp : Jenis Kelamin 1. Lakilaki 2. Perem puan
Hubungan dengan KK 1. Kepala keluarga 2. Suami/iste ri 3. Anak 4. Saudara kandung 5. Orang Tua 6. Mertua 7. Kerabat 8. Lainnya (β¦β¦β¦)
U Usia
Status Pernikahan 1. Belum Nikah 2. Menikah 3. Janda/Duda
Pendidikan 1. Tidak pernah sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. Diploma 6. Universit as 7. Lainnya (β¦β¦)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Pekerjaan Tidak bekerja Ibu rumah tangga Pelajar/mahasis wa Pedagang/wiras wasta Petani/peternak/ nelayan Karyawan (Pekerja bangunan, PNS/pekerja pabrik/tentara/p olisi Lainnya (β¦β¦β¦β¦...)
INFORMASI ANGGOTA KELUARGA
2. 2.1 2.2 2.3
Keluarga Jumlah KK + AK Jumlah Tanggungan (istri/suami, anak, orang tua, dll) Jumlah anak di bawah 15 tahun/belum menikah/masih belajar/ belum bekerja dan orang tua, yang tinggal di rumah bebeda namun menjadi tanggungannya. 2.4 Jumlah 2.2 + 2.3
Daerah Tempat Tinggal :
Kec.______________________
40 BAGIAN B : SUMBER PENDAPATAN 1. Pendapatan Bulanan KK dan Semua AK (yang tinggal satu rumah) dalam satu tahun terakhir (jika ada) KK (Rp/hari atau Rp/bulan)
Jenis pendapatan
Semua AK (Rp/hari atau Rp/bulan)
AK 1
AK 2
AK 3
Jumlah Pendapatan Keluarga (Rp/bulan)
AK 4
Gaji Hasil Jualan/dagang Komisi Upah Kiriman dari keluarga Bantuan dari orang lain Tanah yang disewakan Rumah yang disewakan Peralatan yang disewakan (perahu, jala) Jumlah
2. Pendapatan bulanan KK dan semua AK yang didapat dari menjalankan pekerjaan sampingan dalam satu tahun terakhir (jika ada). Jumlahkan dulu semua, kemudian dibagi dengan 12, dan masukkan ke dalam tabel berikut. Sumber pendapatan sampingan
KK Rp/bulan)
Semua AK (Rp/bulan) AK 1
Bertani/bur uh tani Beternak Nelayan Pembantu rumah tangga Lainnya (β¦β¦β¦)
Total
AK 2
AK 3
AK 4
Total Pendapatan Keluarga (Rp/bulan)
41 BAGIAN C : KOMPONEN IPM 1. Indeks Pendidikan ο· Partisipasi bersekolah : 1. Tidak/belum pernah bersekolah 2. Masih bersekolah 3. Tidak bersekolah lagi ο· Jenjang dan jenis pendidikan tertinngi yang pernah/sedang diikuti : 1. SD/SDLB 8. M. Aliyah 2. M. Ibtidaiyah 9. SMK 3. Paket A 10. Paket C 4. SMP/SMPLB 11. D1/D2 5. M. Tsanawiyah 12. D3 6. Paket B 13. S1 7. SMA/SMLB 14. S2/S3 ο· Tingkat/kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki : 1 2 3 4 5 6 7 8 (Tamat) ο· Dapat membaca dan menulis : 1. Huruf latin 2. Huruf Arab
3. Huruf lainnya
2. Indeks Standar Hidup Layak Jenis pengeluaran Total Pengeluaran Keluarga (Rp/bulan) Pengeluaran kebutuhan dasar Beras Gula, teh, kopi minyak sayur daging/ayam/ikan, lauk pauk lainnya.. sayur, buah bumbu-bumbu Sewa rumah Listrik dan air Gas Susu Konsumsi makanan ringan anakanak Rokok Biaya bensin/biaya transportasi Biaya sekolah (SPP, buku, transportasi, dll) Pulsa ponsel Telepon rumah Biaya kesehatan Utang jatuh tempo
42 Kredit barang/arisan Biaya lainnya Total
BAGIAN D : BANTUAN BAZ KOTA BOGOR Jenis Bantuan
KK (Rp/bulan)
Semua AK (Rp/Bulan) jika ada AK 1 AK 2 AK 3
Total Pendapatan Keluarga (Rp/bulan)
Biaya Kesehatan Beasiswa Pendidikan Sembako Lainnya (β¦β¦β¦β¦.)
Total Catatan : jika hanya diberi 1 kali, misal Rp 480.000, maka jumlah tersebut harus dibagi 12, baru dimasukkan ke dalam tabel. Terima kasih atas bantuan dan kerja samanya
43
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 14 Juli 1990 dari Bapak Pendri dan Ibu Lismawati. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SDN 005 Tualang, SLTPN 01 Tualang, SMAN 01 Tualang dan diterima di IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Dinas Pendidikan Kabupaten Siak Sri Indrapura tahun 2009 di Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan diberbagai oraganisasi intra maupun ekstra kampus. Kegiatan tersebut di antaranya adalah Rohis kelas A.12 TPB-IPB sebagai bendahara (2009-2010), anggota OMDA IKPMR dan Istana Mas (2009-sekarang), Kestari KAMMI Daerah Bogor (20092010), Staf Divisi Keputrian FORMASI FEM IPB (2010-2011), Staf Divisi SDI SES-C FEM IPB (2010-2011), Sekretaris Umum KAMMI Komisariat IPB (20102011), Sekretaris Umum FORMASI FEM IPB (2011-2012), Staf FSLDK IPB (2011-2012), Staf Bidang Politik KAMMI Daerah Bogor (2011-2012), Sekretaris Bidang Politik dan Kebijakan Publik KAMMI Daerah Bogor (2012-2013), dan Kepala Bidang Kemuslimahan KAMMI Daerah Bogor (2013-2015). Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi berjudul Analisis Peran Zakat dalam Pembangunan Manusia (Studi Kasus Program Pendayagunaan Zakat BAZ Kota Bogor).