PERAN PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI ISLAM Muhammad Nizar Abstrac Manusia adalah makhluk hidup yang diantara tabiatnya adalah berfikir dan bekerja. Oleh karena itu Islam menganjurkan kepada pria dan wanita untuk bekerja. Pekerjaan merupakan salah satu sarana memperoleh rizki dan sumber kehidupan yang layak dan dapat pula bahwa bekerja adalah kewajiban dan kehidupan. pada penelitian kali ini yang di jadikan titik tekan adalah peran perempuan dalam meningkatkan perekonomian yang beralokasi di masjid tiban atau yang sering di sebut masjid ajaib di Malang Jawa Timur. pada penelitian ini, peneliti menggunakan metoda observasi data, baik wawancara maupun studi buku. Setelah dikaji ternyata perdagangan yang berlangsung di masjid Tiban dikategorikan sebagai peluang ekonomi baru. Masih belum ada prospek jangka panjang, mengingat tidak ada suatu informer yang menginformasikan wisata ini. Ketika masjid ini jaya, maka akan perekonomian disekitar masjid juga berkembang, tetapi sebaliknya, jika wisatawan sudah jenuh dengan pemandangan disana, sepi pengunjung, maka perekonomian juga akan perpengaruh merosot. Peran perempuan disekitar masjid Tiban dalam meningkatkan perekonomian masih belum maksimal, terbukti hanya masyarakat disekitar masjid Tiban yang menikmati keuntungan dari berdagang. Mereka masih mengandalkan manajemen tradisional dalam meningkatkan usaha dagangannya, tanpa memikirkan prospektif ke depan, seandainya masjid Tiban ini telah sepi peminat. nilai-nilai perekonomian yang terkandung dalam ekonomi Islam tidak terlepas dari prinsip-prinsip ajaran Islam. Yang dalam pelaksanaannya harus memandang kemaslahatan ummat manusia dan juga bersifat pengabdian. Para pedagang selalu diberikan arahan olek kyai, sehingga kondisi mereka selalu tenang, tidak ada permusuhan, persaingan kotor. Kejujuran kerukunan dan keinklasan dalam mencari nafkah selalu dijunjung tinggi, dengan motto melayani masyarakat dengan sepenuh hati. A. Latar Belakang Masalah Eksistensi perempuan tidak hanya berdampak terhadap diri dan keluarga, tapi juga sangat berpengaruh terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Bahkan kemajuan atau kehancuran negeri tergantung pada perempuan. Perempuan yang terdidik dengan baik akan melahirkan generasi yang baik dan memakmurkan negeri.1 Peranan perempuan dalam konteks berbangsa dan bernegara tidak hanya terlihat pada masyarakat perkotaan, tetapi juga ada pada masyarakat pedesaan, dan bahkan penduduk pedalaman yang notabene berlatar belakang pendidikan rendah, dan menganut 1
Ayatullah Khomeini, Kedudukan Wanita, (Jakarta: Pustaka Lentera, 2004), 45.
1
budaya patriarki.2 Namun demikian, kurang atau tidak tercukupinya kebutuhan ekonomi sangat memantik setiap perempuan untuk bersikap responsif, yakni berpartisipasi dalam memenuhi basic need. Di sisi lain, sejak kecil para perempuan sudah terbiasa membantu tugas dan pekerjaan orang tua mereka. Dalam dewasa ini, hal tersebut di kenal dengan sebutan wanita karir.3 Istilah baru yang digunakan untuk menyebut perempuan yang bekerja di luar rumah mencari nafkah, adalah perempuan professional. 4 Namun demikian, masih saja disebut sebagai makhluk jenis ketiga. Mereka disebut demikian, karena dalam keseharian mereka lebih suka berjejal di lapangan kerja, yang semestinya menjadi tugas laki-laki, daripada tetap pada fitrahnya.5 Peran perempuan dalam menopang ekonomi keluarga sangat penting, bahkan ada yang menjadi tulang punggung keluarga. Perjuangan yang mereka alami bukanlah takdir Allah SWT. Tak lain karena selama ini pemerintah sendiri tidak pernah memperhatikan hak-hak warganya. Khususnya para perempuan yang berdomisili di pedesaan. Mereka jarang mendapatkan pembinaan serta bantuan dari pemerintah, tak jarang posisi perempuan menjadi polemik di tengah masyarakat, ketika mereka harus bekerja untuk mempertahankan dapur supaya tetap mengepul. Bekerja serabutan akan dijalani, tidak peduli harus memeras keringat dan membanting tulang, seperti pada kelas pekerja buruh tani, pedagang sayur, penjahit dan lain-lain. Namun sayang, jasa perempuan dihargai jauh lebih rendah dari pada laki-laki, dengan anggapan bahwa kerja laki-laki lebih berat. Dengan begitu, posisi kaum laki-laki dianggap sebagai raja di dalam keluarga, masyarakat, organisasi, serta di tempat mereka bekerja, dan perempuan sebagai batur (pembantu), tetap kukuh dan tak tergoyahkan.6 Setting sosio-kultural masyarakat menengah ke bawah cenderung bermacammacam pada beberapa bidang mata pencaharian, misalnya tukang tambal ban, bengkel sepeda, tukang cuci sepeda, penjual kerupuk dan lainnya, berpengaruh pada perputaran 2
Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak-anak dan harta benda. Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki dan menuntut subordinasi perempuan. Kebanyakan sistem patriarki juga adalah patrilineal. Patriarki adalah konsep yang digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan studi referensi feministas.Hace ke Distribusi kekuasaan antara laki-laki dan perempuan di mana laki-laki memiliki keunggulan dalam satu atau lebih aspek, seperti penentuan garis keturunan (keturunan patrilineal eksklusif dan membawa nama belakang), hak-hak anak sulung, otonomi pribadi dalam hubungan sosial, partisipasi dalam status publik dan politik atau agama atau atribusi dari berbagai pekerjaan pria dan wanita ditentukan oleh pembagian kerja secara seksual. Patriarki, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Patriarki, (3 Februari 2014). 3 Laporan Independen NGO’s tentang Implementasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1998-2007 mencatat isu yang terkait dengan tindakan diskriminasi terhadap perempuan yang perlu mendapatkan prioritas dintaranya adalah tentang hak pekerja perempuan dan kesehatan reproduksi perempuan. 4 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988), karir berasal dari kata karier (Belanda) yang berarti pertama, perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan dan jabatan. Kedua, pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju. Selain itu kata karir selalu dihubungkan dengan tingkat atau jenis pekerjaan seseorang. Wanita karir berarti wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi (usaha dan perusahaan). S.C. Utami Munandar, Wanita Karir Tantangan dan Peluang, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001), 301. Lihat juga Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontenporer, (Jakarta: English Press, 1991), 1125. 5 Muhammad Thalib, Solusi Islami Terhadap Dilema Wanita Karier, (Yogyakarta: Wihdah Press, 1999), 15. 6 Muhammad Sobary, Menakar Harga Wanita, Wanita Dalam Budaya Dominasi Simbolis dan Actual Kaum Lelaki, (Bandung: Mizan, 1999), 83.
2
roda ekonomi. Implikasinya, banyak penduduk desa yang hidup dalam keterbatasan. Keadaan ini pada tingkat akumulasi tertentu akan menggerakkan para perempuan untuk tidak hanya duduk manis dan berdiam diri di rumah. perempuan yang berstatus sebagai istri pun berhamburan membantu suami ke luar rumah. Hal ini bukan semata-mata kemauan para perempuan atau para istri, tapi karena tuntutan asap dapur atau beban hidupnya yang diharuskan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri. Kompetisi hidup dan tekanan ekonomi global dewasa ini membuat para perempuan harus bekerja di segala bidang. Berbagai jenis pekerjaan dilakukan seperti pembantu rumah tangga, pedagang, buruh, pendidik, dan sebagainya. Terlepas dari latar belakang perempuan tersebut yang terpenting adalah bahwa mereka bekerja karena mereka membutuhkan pekerjaan sebagai pemenuhan kebutuhan pokok hidup mereka sendiri.7 Sejalan dengan ini, diakui bahwa peranan perempuan dalam lingkungan keluarga atau rumah tangga (domestic sector) dan lingkungan masyarakat (public sector) merupakan isu sentral yang sering dipermasalahkan dalam konteks pemenuhan kebutuhan dasar keluarga, misalnya keluarga petani dalam masyarakat desa. Pada praktiknya, jika ekonomi keluarga relatif lemah, misalnya pendapatan suami relatif kecil, maka akan terjadi dilema. Dalam hal ini, kalau suami keberatan atau melarang istri membantu mencari nafkah, maka larangan itu akan menjadi kendor. 8 Larangan ini bisa dimaklumi sebab suami seakan-akan tidak bisa memberi nafkah istrinya. Bila istri ingin membantu suami mencari nafkah, konsekuensinya adalah istri tersebut harus bersedia berperan ganda. Dalam hal ini istri harus bersedia memikul tugas rumah tangganya sebagai seorang istri dan memikul tugas sebagai pekerja atau karyawan.9 Perbedaan peran perempuan dalam konsep Islam dan sekuler memang sangat signifikan, karena konsep dasar yang saling bertolak belakang.10 Peran perempuan dalam konsep sekuler selalu berorientasikan pada apa yang bisa dihasilkan dalam bentuk materi, seperti pendapatan, keterwakilan perempuan dalam parlemen dan lain sebagainya. Sedangkan dalam Islam sangat menghormati perempuan baik sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat.11 7
Mia Siti Aminah, “Muslimah Career” Mencapai Karir Tertinggi Dihadapan Allah, Keluarga, dan Pekerjaan, (Yogyakarta: Pustaka Gratama, 2010), 36. 8 Majalah Perkawinan dan Keluarga, Edisi 416 (Psikologi Keluarga), 40. 9 Ibid., 41 10 Wanita dan pria diciptakan oleh Allah SWT, sebagaimana diciptakannya Hawa dan Adam AS, untuk saling tolong menolong dalam menempuh bahtera kehidupan sebagai khalifah dibumi, menguasai segala yang patut dan menyingkirkan segala yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Keduanya saling mencari dan melengkapi sesuai dengan ketentuan dan aturan Allah SWT. Juariyah Dahlan, Wanita Karir, Jurnal IAIN Sunan Ampel Edisi XII, (Surabaya, 1994). 11 Kedudukan wanita dalam Islam dijelaskan dalam surat at-Taubah ayat 71: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (at-Taubah: 71).
3
Adapun yang terjadi di desa Sanan kecamatan Turen kabupaten Malang, rata-rata semua perempuan ikut berperan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu berperan dwi fungsi, selain mengurus semua keperluan rumah tangga, mendidik anak, melayani suami, mereka juga berperan mencari nafkah seperti membantu suami di sawah atau ladang pertaniannya dan yang sedang marak saat ini adalah berdagang di sekitar Masjid Tiban. Perempuan di pedesaan merupakan bagian dari sebuah masyarakat, perempuan merupakan partner lelaki dalam memakmurkan bumi dan merealisasikan sebuah pemberdayaan. Islam telah menjaga hak-hak sipil perempuan dengan utuh, memelihara kelayakannya dalam menjalankan tugas-tugasnya, melakukan beragam transaksi seperti jual-beli, gadai, hibah, wasiat, dan beberapa bentuk transaksi yang lain yang bisa dikerjakan seorang perempuan.12 Desa Sanan kecamatan Turen kabupaten Malang akan dipilih sebagai area sampel dengan melibatkan perempuan (ibu rumah tangga atau istri) yang rata-rata kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka. Selain karena pendapatan suami yang rata-rata, latar belakang pendidikan yang rendah, istri-istri di desa merupakan perempuan kuat yang tidak berdiam diri di rumah. Mereka adalah pekerja keras yang bisa dan biasa menjalankan aktifitas sebagaimana kaum pria. Ini terbukti dengan tidak sedikitnya perempuan yang berdagang di sekitar kawasan wisata Masjid Tiban. Dari lima puluh Kepala Keluarga (KK) di desa Sanan, kecamatan Turen, kabupaten Malang, lebih dari 70% perempuan bekerja. Rupanya alasan pemenuhan kebutuhan hidup inilah yang menyebabkan para perempuan itu keluar rumah. Sebab jika mereka tidak bekerja kesenjangan dan disharmoni keluarga sudah menanti, lebih-lebih jika hanya mengandalkan upah suami. Fenomena ini terjadi, tidak semata-mata karena kurang atau bahkan tidak tercukupinya kebutuhan dasar rumah tangga mereka, namun kecenderungan perempuan pedesaan, khususnya para istri-istri untuk mengembangkan diri dengan melakukan berbagai usaha sebagai bentuk partisipasi mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam rumah tangga. Dari keringat mereka itulah perputaran roda ekonomi masyarakat kecil berawal, bahkan dari perempuan yang kuat itu sektor wirausaha Indonesia bergantung. Artinya, ketangguhan ekonomi bangsa ini sangat bergantung pada peran mereka. Dari uraian di atas penulis terdorong untuk meneliti peran perempuan untuk memajukan perekonomian Islam di desa Sanan kecamatan Turen kabupaten Malang. Dengan judul ”Peran Perempuan dalam Pengembangan Ekonomi Islam, Studi Kasus Pedagang di Sekitar Masjid Tiban Desa Sanan Kecamatan Turen Kabupaten Malang”. 12
Muhammad al-Ghazali, salah seorang ulama kontenporer, mengemukakan empat hal dalam kaitan kerja wanita: a) wanita tersebut memiliki kemampuan luar biasa yang jarang dimiliki oleh wanita dan pria. b) pekerjaan yang dikakukannya hendaklah yang layak bagi wanita, seperti pendidikan dan bidan. Bahkan Muhammad al-Ghazali mengutip pakar hukum Islam, Kamaluddin Ibnu al-Humam, “suami tidak boleh melarang istrinya untuk melakukan pekerjaan yang sifatnya fard}u kifayah yang khusus berkaitan dengan wanita, seperti menjadi bidan”, namun tentu saja ketika keluar bekerja, wanita harus tampil dengan sikap dan pakaian terhormat. c) wanita bekerja untuk membantu suaminya dalam pekerjaannya, terlihat dipedesaan dimana intri membantu suami dalam usaha pertanian dan semacamnya. e) bahwa wanita pelu bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, jika tidak ada yang menjamin kebutuhannya, atau kalaupun ada, namun tidak mencukupi. M. Quraish Sihab, Perempuan dan Aneka Aktifitas, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), 362.
4
B. Perempuan dalam Ekonomi Islam Islam telah memposisikan perempuan di tempat mulia sesuai dengan kodratnya. Dr. Yusuf Qardhawi pernah mengatakan, “Perempuan memegang peranan penting dalam kehidupan keluarga dan masyarakat“. Jadi, mana mungkin keluarga dan masyarakat itu baik jika perempuannya tidak baik”.13 Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman: 14) Manusia adalah makhluk hidup yang diantara tabiatnya adalah berfikir dan bekerja.14 Oleh karena itu Islam menganjurkan kepada pria dan wanita untuk bekerja. Pekerjaan merupakan salah satu sarana memperoleh rizki dan sumber kehidupan yang layak dan dapat pula bahwa bekerja adalah kewajiban dan kehidupan.15 Secara historis, Islam telah menghilangkan kebiasaan buruk kaum Quraish Ja>hiliah16 yang suka mengubur hidup bayi perempuan karena dianggap sebagai pembawa sial.17 Kemudian, muncul sosok-sosok perempuan hebat seperti Ummul Mukminin Khadijah yang mendukung dakwah Rasulullah SAW baik secara material maupun spiritual. Bahkan, wafatnya Khadijah dan Abu Thalib disebut sebagai “Tahun Kesedihan”.18 Siti Khadijah, Istri Nabi Muhammad SAW, tumbuh di tengah-tengah keluarga yang terpandang dan bergelimang harta, tidak menjadikan Siti Khadijah sebagai sosok yang sombong. Justru keistimewaan yang ada pada dirinya membuatnya rendah hati.19 13
Yusuf Qordhawi, dalam http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Fatawa/PerananWanita.html, (6 Femruari 2013). 14 Yusuf Qordhawi, Fatwa-Fatwa Kontenporer Jus II, alih bahasa As’ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), 42. 15 Abd. Hamid Mursi, Sumber Daya Manusia yang Produktif, Pendekatan al-Qur’an dan Sain, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), 35. 16 Setiap kajian yang membahas masalah Islam biasanya dimulai dengan pembahasan mengenai masa Jahi>liah pra-Islam. Ini adalah wajar dan logis. Pertama memang harus dipelajari lingkungan tempat Islam itu tumbuh. Karena itu kita harus mengenal Jahi>liah agar kita bisa mengenal hakikat Islam dan apa peranannya dalam kehidupan manusia. Penelitian Ilmiah yang murni mewajibkan kepada semua peneliti walaupun non-muslim agar teliti dalam membuat kesimpulan dan definisi. Kata al- jahl (jahil) terdapat dua pengertian. Pertama, alJahl lawan dari kata al-ilm yang artinya mengetahui. Ini menyangkut kaedaan akal. Dan lawan dari kata alhilm yang artinya sopan santun, ini menyangkut kejiwaan dan perilaku. Rus’an, Lintasan Sejarah Islam di Zaman Rasulullah SAW, (Semarang: Wicaksana, 1981), 12. 17 Ahmad Azhar Basyir, Refleksi atas Persoalan Keislaman; Seputar Filsafat, Hukum, Politik, dan Ekonomi, (Bandung: Mizan, 1993), 98. Lihat juga Al-buthy Said Ramadhan, Ahmad, Fiqhus sirah, dirasa manhajiah ‘Ilmiah Li sirati’l Mustafa ‘alaihi wassalam, cet ke-6 (Daru’l Fikr: Ttp, 1977), 28. 18 Nailofar Kak Cik, Biadota Khadijah Binti Khuwailid, dalam http://id.scribd.com/doc/ 148493935/BiadotaKhadijah-Binti-Khuwailid, (3 Januari 2014). 19 Ibnu Hadi Dhirgam Fatturahman, “Khadijah”, dalam http://artikelassunnah.blogspot.com/ /biografi-khadijahbinti khuwailid.html (3 maret 2010).
5
Julukan At-Thahira>h tersemat padanya sebagai penghargaan bahwa Siti Khadijah adalah sosok yang mampu menjaga kesucian dirinya.20 Tahun 575 Masehi, ibunda Siti Khadijah meninggal dunia. 10 tahun kemudian, ayahnya meninggal dunia. Menjadi yatim-piatu beserta harta warisan yang berlimpah bagi sebagian manusia bisa menjadikan diri terlena dan berfoya-foya. Namun tidak demikian dengan Siti Khadijah. Justru kematian kedua orang tuanya membuatnya tumbuh menjadi wanita mandiri. Siti Khadijah melanjutkan tradisi keluarganya sebagai pedagang. Tangan dingin Siti Khadijah membuat bisnis keluarganya berkembang pesat.21 Ada juga Ummul Mukmini>n Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddîq.22 Semasa hidupnya, Aisyah telah meriwayatkan 2.210 hadits yang terbanyak di zamannya dan mengajar di majelis-majelis pengajian Islam yang dikhususkan bagi kaum perempuan.Karena kedalaman ilmunya, Aisyah juga sering dimintai fatwa oleh Khalifah Umar bin Khatta>b.23 Seperti yang dialami Fatimah Az-Zahra yang menumbuk gandum untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lalu, ia mengadukan tangannya kasar kepada Rasulullah SAW. Namun, beliau tidak pernah mengompori Fatimah untuk melawan kepada suami atau bahkan menyuruhnya untuk mencari pembantu.24 Tentu, semua ini sangat jauh berbeda dengan realitas kehidupan perempuan di dunia Barat, baik di negara Eropa maupun Amerika.25 Perempuan lebih diidentikkan
20
Para sejawatnya mengakui keberhasilan Siti Khadijah, ketika itu mereka memanggilnya “Ratu Quraisy” dan “Ratu Mekkah”. Ia juga disebut sebagai at-Tha>hirah, yaitu “yang bersih dan suci”. Nama at- Tha>hirah itu diberikan oleh sesama bangsa Arab yang juga terkenal dengan kesombongan, keangkuhan, dan kebanggaannya sebagai laki-laki. Karenanya perilaku Khadijah benar-benar patut diteladani hingga ia menjadi terkenal di kalangan mereka. Pertama kali dalam sejarah bangsa Arab, seorang wanita diberi panggilan Ratu Mekkah dan juga dijuluki at- Tha>hirah. Orang-orang memanggil Khadijah dengan Ratu Mekkah karena kekayaannya dan menyebut Khadijah dengan at-Thahirah karena reputasinya yang tanpa cacat. Muslich Taman, Pesona Dua Ummul Mukminin, Teladan Terbaik Menjadi Wanita Sukses dan Mulia, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), 9. 21 Ibid., 11-16. Lihat juga Nurhaeni Arief, Engkau Bidadari Para Penghuni Surga, Kisah Teladan Wanita Saleha, (Yogyakarta: Kafila, 2008), 4. 22 Aisyah adalah istri Nabi Muhammad SAW puteri Abu Bakar ash-Shiddiq, teman dan orang yang paling dikasihi Nabi Muhammad SAW. Aisyah masuk Islam ketika masih kecil, sesudah 18 orang yang lain. Nabi Muhammad SAW memperisterinya pada tahun 2 H. Rasulullah selalu mengalah kepadanya dan mengikuti kesenangannya, dengan penuh cinta. Hal itu tidaklah aneh, kerena pekerti mulia yang ada pada dirinya kurang dimiliki oleh wanita lainnya, beliau mempelajari bahasa, syair, ilmu kedokteran, nasab-nasab dan hari-hari arab. Berkata az-zuhri: “andaikata ilmu yang dikuasai Aisyah di bandingkan denga yang dimiliki semua isteri Nabi Muhammad SAW dan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu Aisyah masih lebih utama. “Urwah menambahkan “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang mengerti ilmu kedokteran, syair dan fiqh melebihi Aisyah.” Aisyah meriwayatkan 2.210 hadis. Di antara keistimewaannya, beliau sendiri kadang-kadang mengeluarkan beberapa masalah dari sumbernya, berijtihat secara khusus, lalu mencocokkannya dengan pendapat para sahabat yang alim. Berkenaan dengan keahlian Aisyah, az-Zarkasyi mengarang sebuah kitab khusus al-Ija>bah li iradi mastadrakathu Aisyah ‘ala ash-shahabah. Aisyah wafat pada tahun 57H. Abu Hurairah ikut menyembahyanginya. Sanad yang paling shahih adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id dan Ubaidullah bin Umar bin Hafshin, dari Al-Qasim bin Muhammad, dari Aisyah. Juga yang diriwayatkan oleh Az-Zuhri atau Hisyam bin Urwah, dari Urwah bin Az-Zubair, dari Aisyah. Yang paling d}a’if adalah yang diriwayatkan oleh al-Harits bin Syabi, dari Umm an-Nu’man dari Aisyah. As-Shalih Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Cetakan Kedelapan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009), 98. 23 Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Shiroh Nabawiyah, terjemahan Kashur Suhardi cet.ke-11, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), 75. 24 Ibid., 81. 25 Dini Safila, Kesetaraan Gender untuk Kesejahteraan Negara, dalam http://mjeducation.com /kesetaraangender-untuk-kesejahteraan-negara/, (8 Maret 2013).
6
sebagai makhluk yang lemah. Karena itu, muncul gerakan kesetaraan gender dan feminisme.26 Mereka menuntut persamaan hak antara kaum laki-laki dan perempuan.27 Menurut Syamsudin Arif, peneliti INSISTS, ketersanderaan perempuan dalam ruang publik dipengaruhi oleh asumsi Barat yang menganggap perempuan itu lemah, baik secara fisik maupun mental. Akar dari segala kejahatan adalah perempuan dianggap sebagai laki-laki cacat. “Asumsi inilah yang menyebabkan tumbuh suburnya gerakan kesetaraan gender dan feminisme”.28 Perbedaan peran perempuan dalam konsep Islam dan sekuler memang sangat signifikan, karena konsep dasar yang saling bertolak belakang. Peran perempuan dalam konsep sekuler selalu berorientasikan pada apa yang bisa dihasilkan dalam bentuk materi, seperti pendapatan, keterwakilan perempuan dalam parlemen, dan lain sebagainya. 29 Padahal, Islam sangat menghormati perempuan baik sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat. Sebagai keluarga, seorang perempuan memiliki peranan penting, yakni melahirkan, mengasuh, dan mendidik anak. Tidak heran ada yang mengatakan, “Ibu merupakan sekolah pertama. Jika Anda mempersiapkan perempuan dengan baik, maka anda telah mempersiapkan masa depan bangsa dengan baik”. Allah SWT berfirman: Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (QS. An-Nisa: 124) Jadi seorang mu’min hendaknya mengerjakan perbuatan atau amal yang shaleh dengan disertai iman. Adapun laki-laki dan perempuan mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan karunia itu. Tidak ada pembedaan antara keduanya pahala siapa yang lebih banyak atau berlimpah. Disini menunjukkan bahwa wanita memiliki peranan dan tanggung jawab yang sama pentingnya dengan laki-laki.
26
Feminisme adalah paham atau keyakinan bahwa perempuan benar-benar bagian dari alam manusia, bukan dari yang lain yang menuntut kesetaraan dengan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan, tanpa melihat kodrat dan fitrahnya. Kesetaraan ini biasanya disebut juga dengan istilah kesetaraan gender (gender equality). Gender arti aslinya adalah ‘kelamin’. Tapi maknanya meluas menjadi cirri perilaku, budaya dan psikologis yang dihubungkan dengan jenis kelamin. Pamela Sue Anderson mengatakan bahwa gender itu perilaku salah satu jenis kelamin yang merupakan konstruk budaya (nurture) bukan yang alami (nature). Pamela Sue Anderson, A Feminist Philosophy of Religion: The Rationality and Mysths of Religious Belief, (Oxford: Blackwell Publishers UK), 6. 27 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, (Bandung: Mizan, 1999), 11. 28 Yasir, “Peran Perempuan dalam Perspektif Islam” dalam http://www.majalahgontor.net /index.php? option=com_content &view=article &id=642:peran- perempuan-dalam-perspektif. Islam & catid= 40:laporan&Itemid=103, (13 Januari 2012). 29 Kemampuan wanita memang makin kelihatan dalam berbagai macam pekerjaan dan profesi. Hampir tidak ada lagi pekerjaan yang tak dapat dikerjakan oleh wanita seperti dikerjakan oleh pria. Dan kualitas pekerjaannya tidak lebih rendah dari pria, kecuali kalau pekerjaan itu menuntut tenaga fisik yang besar, seperti pekerjaan buruh pelabuhan. Sebaliknya ada pekerjaan yang lebih tepat dilakukanoleh wanita karena lebih menuntut sifatsifat kewanitaannya. Sayidiman Suryohadiprojo, Menghadapi Tantangan Masa Depan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1987), 237.
7
Islam tidak melarang perempuan menjadi pemimpin, sebagaimana Ratu Balqis yang berhasil memimpin negaranya.30 Ini merupakan bukti bahwa perempuan pun bisa memimpin. Islam memperbolehkan perempuan memimpin di luar rumah, tapi tidak untuk di dalam rumah tangga. Lelaki adalah pemimpin bagi istri dan keluarganya tanpa terkecuali.31 Jadi, perempuan tidak pernah dilarang untuk maju.32 Dalam banyak kasus, perempuan jauh lebih cerdas dan sukses dibanding laki-laki. Ini membuktikan, tidak semua hal bisa ditangani lelaki dan ada sebagiannya memang perlu ditangani kaum perempuan baik mencakup dunia politik dan lainnya. 33 Dan keterlibatan perempuan dalam bidang ekonomi merupakan satu contoh yang nyata bahwa perempuan lebih maju dan terbuka pikirannya.34 Di negara-negara yang mayoritas penduduk muslim dengan ekonomi mapan, seperti Arab Saudi dan Kuwait tuntutan untuk dapat bekerja dan memilih pekerjaan merupakan masalah utama. Di Arab Saudi, hanya 5% perempuan bekerja dan terbatas pada pekerjaan zona domestik (seperti pekerjaan keagamaan, pendidikan dan perawatan). Malaysia dianggap sebagai simbol negara muslim yang berhasil memadukan tradisi dan modernitas dan potret keberhasilan peran perempuan dalam pembangunan, walaupun masih ada ketidakadilan dalam pendapatan karena laki-laki yang dituntut untuk bekerja atau mencari nafkah. Data tahun 2009, diperkirakan jumlah perempuan yang aktif dalam perekonomian 38%, dari hanya 7% tahun 1980 dan 8,5% tahun 1990. Di sektor pendidikan dan profesional bahkan jumlah perempuan melebihi laki-laki.35 Kegiatan ekonomi pasti akan berbicara tentang Produksi, Distibusi dan Konsumsi. Ekonomi merupakan suatu kegiatan dimana titik temunya pada suatu penawaran dan permintaan setiap individu. Berbicara penawaran dan penawaran seharusnya memiliki titik temu yang seimbang (At-Tawadzun Al-Ijtima’i),36 akan tetapi keseimbangan ini tidak 30
Pesantren Kalangsari Pangandaran, Sejarah Ratu Bilqis dan Nabi Sulaiman, dalam http://pesantrenkalangsari. wordpress.com /2013/04/27/sejarah-ratu-bilqis-dan-nabi-sulaiman/, (27 April 2013). 31 Barbara Freyer Stowasser, Reinterpretasi Gender: Wanita dalam al-Qur’an, Hadis dan Tafsir, Cet. ke-1, (Bandung: Putaka Hidayah, 2001), 153. 32 Masdar F. Mas’udi, Islam dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan, (Bandung: Mizan,1997), 41. 33 Pekerja dapat dikelompokkan menjadi pekerja formal dan pekerja informal sesuai dengan kategori tempat kerjanya, sektor formal atau informal. BPS mendefinisikan sektor informal sebagai Perusahaan Non Direktori (PND) dan Usaha Rumah Tangga (URT) dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang. Sedangkan menurut Hendri Saparini dan M. Chatib Basri dari UI, dalam Nofita (2010) menyebutkan ciri-ciri tenaga kerja sektor informal, yaitu 1) tenaga kerja bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak, 2) pekerja tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, 3) tempat bekerja tidak terdapat keamanan kerja (job security), 4) tempat bekerja tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum. Ciri-ciri kegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya, keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah dan tidak diatur dan pasar yang kompetitif, antara lain pedagang kaki lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak jalanan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya. 34 Dahlia Krisnamurti, Ternyata Perempuan Berpikir Lebih Cerdas Dari Pada Pria, dalam http://rahasiaotakjenius.blogspot.com/2013/05/ ternyata-perempuan-berpikir-lebih-hebat.html#. UvQV8PtP3VQ, (Mei 2013). 35 Achmad Charris Zubair, “Wanita dalam Transformasi Sosial Budaya: Telaah Peranan Strategis dalam Konteks Global”, dalam http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/wanita.pdf, 2 (9 April 2012). 36 Aslam Muhammad Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Analisis Komperatif Terpilih, (Jakarta: Pt Rajawali, 2010), 33.
8
mesti tercapai atau terealisasikan. Dengan adanya keseimbangan antara penawaran dan permintaan mungkin “tidak ada masalah” sedangkan jika tidak terjadi keseimbangan yang menurut penulis akan menimbulkan dampak yang segnifikan. Dampak tersebut diantaranya adalah kemiskinan. Islam memandang bahwa kemiskinan sepenuhnya adalah masalah struktural karena Allah telah menjamin rizki setiap makhluk yang telah, sedang, dan akan diciptakannya (QS 30:40; QS 11:6). Di saat yang sama Islam telah menutup peluang bagi kemiskinan kultural dengan memberi kewajiban mencari nafkah bagi setiap individu (QS 67:15). Setiap makhluk memiliki rizki masing-masing (QS 29:60) dan mereka tidak akan kelaparan (QS 20: 118-119). Islam memiliki berbagai prinsip terkait kebijakan publik yang dapat dijadikan panduan bagi program pengentasan kemiskinan dan sekaligus penciptaan lapangan kerja.37 Beberapa prinisip Ekonomi Islam tersebut adalah: 1. Islam mendorong pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor growth). Islam mencapai pro-poor growth melalui dua jalur utama: pelarangan riba dan mendorong kegiatan sektor riil. Pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta. Bersamaan dengan itu, Islam mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif melalui kerja sama ekonomi dan bisnis seperti mudharabah, muzara'ah,dan musaqat. Dengan demikian, tercipta keselarasan antara sektor riil dan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkesinambungan. 2. Islam mendorong penciptaan anggaran negara yang memihak pada kepentingan rakyat banyak (pro-poor budgeting). Dalam sejarah Islam, terdapat tiga prinsip utama dalam mencapai pro-poor budgeting yaitu: disiplin fiskal yang ketat, tata kelola pemerintahan yang baik, dan penggunaan anggaran negara sepenuhnya untuk kepentingan publik. Tidak pernah terjadi defisit anggaran dalam pemerintahan Islam walau tekanan pengeluaran sangat tinggi, kecuali skala pada masa pemerintahan Nabi Muhammad SAW karena perang. Bahkan pada masa Khalifah Umar dan Usman terjadi surplus anggaran yang besar. Yang kemudian lebih banyak didorong adalah efisiensi dan penghematan anggaran melalui good governance. Di dalam Islam, anggaran negara adalah harta publik sehingga anggaran menjadi sangat responsif terhadap kepentingan orang miskin. 3. Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor infrastructure). Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memiliki dampak eksternalitas positif dalam rangka meningkatkan kapasitas dan efisiensi perekonomian. Nabi Muhammad SAW membagikan tanah di Madinah kepada masyarakat untuk membangun perumahan, mendirikan pemandian umum di sudut kota, membangun pasar, memperluas jaringan jalan, dan memperhatikan jasa pos. Khalifah Umar bin Khattab membangun kota Kufah dan Basrah dengan memberi perhatian khusus pada jalan raya dan pembangunan masjid di pusat kota. Beliau juga
37
Ija Suntana, Politik Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 67.
9
memerintahkan Gubernur Mesir, Amr bin Ash, untuk mempergunakan sepertiga penerimaan Mesir untuk pembangunan jembatan, kanal, dan jaringan air bersih. 4. Islam mendorong penyediaan pelayanan publik dasar yang berpihak pada masyarakat luas (pro-poor public services). Terdapat tiga bidang pelayanan publik yang mendapat perhatian Islam secara serius: birokrasi, pendidikan, dan kesehatan. Di dalam Islam, birokrasi adalah amanah untuk melayani publik, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Khalifah Usman tidak mengambil gaji dari kantor-nya. Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan memecat pejabat-pejabat pubik yang korup. Selain itu, Islam juga mendorong pembangunan pendidikan dan kesehatan sebagai sumber produktivitas untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. 5. Islam mendorong kebijakan pemerataan dan distribusi pendapatan yang memihak rakyat miskin. Terdapat tiga instrument utama dalam Islam terkait distribusi pendapatan yaitu aturan kepemilikan tanah, penerapan zakat, serta menganjurkan qardul hasan, infak, dan wakaf. Demikianlah Islam mendorong pengentasan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, pengembangan sektor riil, dan pemerataan hasil pembangunan. Qardhawi mengkategorikan hukum perempuan bekerja di luar rumah atau melakukan aktivitas adalah jaiz (dibolehkan) dan dapat sebagai sunah atau bahkan kewajiban (wajib) karena tuntutan (membutuhkannya), misalnya pada janda yang diceraikan suaminya, dan untuk karena untuk membantu ekonomi suami atau keluarga.38 Demikian juga dalam literature fikih, khususnya fikih Hambali sebagaimana yang ditulis Faqihuddin Abdul Kodir, tidak ditemukan adanya larangan perempuan bekerja selama ada jaminan keamanan dan keselamatan, karena bekerja adalah hak setiap orang. Suami tidak berhak melarang istri bekerja mencari nafkah apabila suami tidak bisa bekerja mencari nafkah karena sakit, miskin atau yang karena yang lain. Seorang laki-laki yang awalnya mengetahui dan menerima calon isteri yang bekerja (perempuan karir) dan setelah menikah akan terus bekerja, maka dengan alasan apapun suami tidak boleh melarang istri untuk bekerja.39 C. Perempuan dan Perdagangan Adanya ungkapan bahwa wanita adalah tiang negara menunjukkan bahwa kedudukan perempuan sangatlah strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta tidak ada perdebatan mendasar mengenai hal tersebut. Terlepas banyaknya kasus menyangkut perempuan, kita sudah sepatutnya untuk mengkonstruksi seideal mungkin dalam sudut pandang yang komprehensif. Al-Qur’an telah memberikan pandangan terhadap keberadaan dan kedudukan perempuan.40 Islam sangat memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengembangkan dirinya sebagai sumber daya manusia di tengah-tengah masyarakat dan telah secara jelas mengajarkan adanya persamaan antara manusia laki-laki dan perempuan 38
Yusuf Qardhawi, “Fatwa-fatwa Kontemporer. Apa saja yang Boleh Dikerjakan Wanita?”, dalam http://dir.groups. yahoo.com/group/wanita-muslimah/message/296 (5 Februari 2014). 39 Faqihuddin Abdul Kodir, “Perempuan Bekerja Menurut Islam”, dalam http://jumiartiagus. multiply.com/journal/item/1 (8 Februari 2014). 40 Nasaruddin Umar, “Perspektif Gender dalam Islam. Jurnal Pemikiran Islam Paramadina”, dalam http://media.isnet.org/ Islam/Paramadina/Jurnal/ Jender3.html (2 Januari 2014)
10
maupun antar bangsa, suku dan keturunan. Yang membedakan mereka terutama adalah tingkat ketaqwaannya. Allah SWT berfirman: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujura>t: 14) Islam dengan kitab suci al-Qur’an dan melalui Rasulullah SAW telah hadir secara ideal dengan gagasan besar mengajarkan prinsip dasar kemanusiaan, perlindungan hak azasi manusia dan kesederajatan serta mengajarkan setiap muslim untuk bekerja dan berusaha memakmurkan dunia, kebebasan mencari rizki sesuai dengan ketentuan dan norma syariat agama serta perintah mengerjakan amal shaleh yang bermanfaat bagi orang lain. Konsekuensi dari kewajiban ini adalah bahwa setiap manusia berhak untuk bekerja mendapatkan pekerjaan.41 Dalam sejarah Islam tercatat adanya perempuan (muslimah) turut berperan aktif dan signifikan membangun peradaban, melakukan aktivitas sosial ekonomi, politik dan pendidikan serta perjuangan untuk kemaslahatan umat. Al-Ghazali dalam bukunya yang mengupas antara lain tentang bagaimana sikap Islam terhadap perempuan pada zaman modern dan sejauh mana aktivitas sosial seorang perempuan dibolehkan menurut ijtihad fiqih Islam, menunjukkan adanya hadits palsu yang mengekang perempuan untuk bersekolah dan keluar rumah serta tugas amar ma’ruf dan nahi mungkar meliputi kaum laki-laki dan perempuan dengan derajat yang sama.42 Yang termuat dalam firman Allah Swt surat At-Tauba>h: 71. Perempuan pekerja yang disamakan artinya dengan pekerja perempuan dapat memiliki makna sesuai dengan definisi pekerja seperti di sebutkan di atas sebagai perempuan yang bekerja. Bekerja sesungguhnya merupakan perwujudan dari eksistensi dan aktualisasi diri manusia dalam hidupnya. Manusia, baik laki-laki maupun perempuan diciptakan Allah SWT untuk melakukan aktivitas pekerjaannya dan merupakan bagian dari amal sa>leh.43 Selain dimaknai sebagai ibadah,44 dengan bekerja maka seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara jasmani maupun rohani. Islam mengajarkan adanya kewajiban untuk bekerja sekaligus hak untuk mendapatkan 41
Ahmad Nur Fuad, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam, (Malang: LPSHAM Huhammadiyah Jatim, 2010), 24-26. 42 Abdullah Abbas, Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman. Diterjemahkan dari Mi’atu Su’al ‘An Al-Islam Karya Syaikh Muhammad Al-Ghazali. (Ciputut: Lentera Hati, 2010,) 716-725. 43 QS. Al-Imra>n: 195, QS. An-Nahl: 97. 44 QS. Jumu’ah: 10, yang artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
11
pekerjaan yang dapat berlaku baik laki-laki maupun perempuan. Manusia dituntut untuk memperjuangkan kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, papan dan kesehatan. Perempuan atau ibu bekerja telah ada sejak masa lalu. Pada waktu kecilnya Muhammad Rasulullah SAW diketahui banyak para ibu bekerja. 45 Misalnya, Halimah As-Sa’diyah yang bekerja untuk menyusuinya. Istri Rasulullah SAW, Siti Khadijah, tumbuh di tengah-tengah keluarga yang terpandang dan bergelimang harta, tidak menjadikan Siti Khadijah sebagai sosok yang sombong. Justru keistimewaan yang ada pada dirinya membuatnya rendah hati. Julukan at-Thahirah tersemat padanya sebagai penghargaan bahwa Siti Khadijah adalah sosok yang mampu menjaga kesucian dirinya. 46 Tahun 575 Masehi, ibunda Siti Khadijah meninggal dunia. 10 tahun kemudian, ayahnya meninggal dunia. Menjadi yatim-piatu beserta harta warisan yang berlimpah bagi sebagian manusia bisa menjadikan diri terlena dan berfoya-foya. Namun tidak demikian dengan Siti Khadijah. Justru kematian kedua orang tuanya membuatnya tumbuh menjadi wanita mandiri. Siti Khadijah melanjutkan tradisi keluarganya sebagai pedagang. Tangan dingin Siti Khadijah membuat bisnis keluarganya berkembang pesat. Berdasarkan kitab Fiqih, Jamaluddin Muhammad Mahmud menyatakan bahwa perempuan dapat bertindak sebagai pembela dan penuntut dalam berbagai bidang. Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, perempuan mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan tertinggi.47 Dalam pandangan yang lain, bahwa Islam menempatkan laki-laki menjadi pemimpin dalam keluarga48 yang berkewajiban memberi nafkah, tetapi peran perempuan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya untuk membantu ekonomi keluarga tidak bisa hindari. Bahkan di zaman modern sekarang ini, banyak terjadi perempuan karier yang bekerja melebihi penghasilan suami. Secara kodrati, sesungguhnya perempuan mengemban tugas utama berkenaan dengan tugas-tugas reproduksi (hamil, melahirkan, menyusui, mengasuh anak)49 atau bekerja reproduktif (hamil, melahirkan, menyusui, pengasuhan, perawatan fisik dan mental untuk berfungsi dalam struktur masyarakat). Realitas bahwa perempuan bekerja di sektor public atau kerja produktif merupakan sebuah pilihan karena berbagai alasan. Di Arab Saudi, misalnya karena faktor ekonomi dan ingin mengimplementasikan ilmunya.50 Menurut Zubair, alasan keketerdesakan ekonomi, selera pasar dan emosi tidak mangacu pada otonomi perempuan selaku manusia. Lain halnya karena dorongan ingin mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya, bukan karena tekanan yang lain yang memerlukan kemauan dan kemampuan
45
Manshur Abdul Hakim, “99 Kisah Teladan Sahabat Perempuan Rasulullah” (Penerbit Republika), http://books. (7 Februari 2013). google. co.id (diakses April 9, 2012) 46 Ibnu Hadi Dhirgam Fatturahman, “Khadijah”, dalam http://artikelassunnah.blogspot.com/ /biografi-khadijahbinti-khuwailid.html (3 maret 2010). 47 M. Quraish Shihab, “Membumikan Al-Qur’an”, dalam http://media.isnet.org/islam/Quraish/ Membumi/Perempuan.html. (23 Januari 2014). 48 QS. An-Nisa>:34. 49 Achmad Charris Zubair, “Wanita dalam Transformasi Sosial Budaya: Telaah Peranan Strategis dalam Konteks Global”, dalam http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/wanita.pdf, 1 (23 Januari 2014). 50 Farinia Fianto, “Pekerja Perempuan di Dua Negeri Islam” , http://www.rahima.or.id/index.php, 1-2 (12 Januari 2014).
12
kualitas untuk bersaing secara sehat dengan laki-laik.51 Tidak bisa dihindari bahwa seiring dengan pesatnya industri banyak sekali terserap pekerja perempuan baik di sektor formal maupun informal. Bahkan beberapa jenis pekerjaan didominanasi pekerja perempuan karena umumnya mempunyai sifat-sifat seperti; sabar, teliti, mudah diatur atau tidak banyak protes, memiliki keterampilan manual dan seringkali bersedia untuk di gaji lebih rendah daripada laki-laki. Di negara-negara yang mayoritas penduduk muslim dengan ekonomi mapan, seperti Arab Saudi dan Kuwait tuntutan untuk dapat bekerja dan memilih pekerjaan merupakan masalah utama. Di Arab Saudi, hanya 5% perempuan bekerja dan terbatas pada pekerjaan zona domestik (seperti pekerjaan keagamaan, pendidikan dan perawatan). Malaysia dianggap sebagai simbol negara muslim yang berhasil memadukan tradisi dan modernitas dan potret keberhasilan peran perempuan dalam pembangunan, walaupun masih ada ketidakadilan dalam pendapatan karena laki-laki yang dituntut untuk bekerja atau mencari nafkah. Data tahun 2009, diperkirakan jumlah perempuan yang aktif dalam perekonomian 38%, dari hanya 7% tahun 1980 dan 8,5% tahun 1990. Di sektor pendidikan dan profesional bahkan jumlah perempuan melebihi laki-laki.52 Permasalahan perempuan yang bekerja di luar rumah tangga (bekerja produksi atau sektor publik) dalam pandangan masyarakat kita yang muslim tidak terlepaskan dari adanya penafsiran ayat-ayat al-Qur’an berwawasan gender yang hampir semua tafsir yang ada mengalami bias gender dan pengaruh budaya Timur Tengah yang androsentris.53 Begitu juga di Indonesia, terutama di pedesaan faktor sosial budaya berpengaruh terhadap eksistensi perempuan. Masih terdapat kecenderungan orang tua secara diskriminatif memprioritaskan anak laki-laki daripada perempuan melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi tinggi serta untuk bekerja mencari nafkah, sementara perempuan lebih diarahkan hanya sebagai ibu rumah tangga.54 Di kalangan muslim, terdapat kelompok yang mengkhawatirkan jika perempuan bekerja yang mengakibatkan perbuatan tidak terpuji karena dimungkinkan adanya hubungan dan pergaulan antara laki-laki dan perempuan sehingga dapat terjadi fitnah, perselingkuhan yang merusak kehidupan rumah tangga. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz memberikan pandangan tentang pekerja perempuan, dikatakan bahwa: “Sebenarnya lahan pekerjaan perempuan di rumah atau di bidang pengajaran dan lainnya yang berhubungan dengan perempuan sudah cukup bagi perempuan tanpa harus memasuki pekerjaan yang menjadi tugas para laki-laki. Orang-orang yang berakal dari negara-negara barat telah menyeru keharusan untuk mengembalikan
51
Achmad Charris Zubair, “Wanita dalam Transformasi Sosial Budaya: Telaah Peranan Strategis dalam Konteks Global”, dalam http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/wanita.pdf, 2 (12 Januari 2014). 52 Farinia Fianto, “Pekerja Perempuan di Dua Negeri Islam”, dalam http://www.rahima.or.id/ index.php, 1-4 (9 April 2012). 53 Nasaruddin Umar, “Perspektif Gender dalam Islam. Jurnal Pemikiran Islam Paramadina”, dalam http://media.isnet.org /islam/Paramadina/Jurnal/Jender3.html (5 Maret 2012). 54 Qardhawi mengkategorikan hukum perempuan bekerja di luar rumah atau melakukan aktivitas adalah jaiz (dibolehkan) dan dapat sebagai sunah atau bahkan kewajiban (wajib) karena tuntutan (membutuhkannya), misalnya pada janda yang diceraikan suaminya, dan untuk karena untuk membantu ekonomi suami atau keluarga.
13
perempuan pada kedudukan yang telah disediakan Allah SWT dan diatur sesuai dengan fisik dan akalnya”.55 Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara.56 Giatnya aktivitas perdagangan suatu negara menjadi indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi tolok ukur tingkat perekonomian negara itu sendiri. Sehingga bisa dibilang perdagangan merupakan urat nadi perekonomian suatu negara. Melalui perdagangan pula suatu negara bisa menjalin hubungan diplomatik dengan negara tetangga. Peningkatan peranan perempuan terutama dalam perekonomian global menjadi mata bahasan utama dalam pertemuan APEC Women and The Economic Forum 2013 di Nusa Dua, Bali, pada 6-8 September 2013. Acara ini dihadiri 820 anggota delegasi dari 20 negara ekonomi APEC dan empat negara pengamat. Acara yang bertema 'Women as Economic Drivers' ini dilakukan bersama dengan APEC Small Medium Enterprises Working Group (SMEWG). Untuk pertama kalinya dalam ajang pra-KTT APEC diselenggarakan pertemuan bersama antara para menteri yang menangani UKM dan menteri yang menangani isu perempuan. D. Masjid Dan Perdagangan Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Arab. Masjid sendiri mempunyai banyak fungsi, selain fungsi keagamaan yang meliputi ibadah, kegiatan bulan ramadhan dan amal. Juga fungsi sosial seperti pusat kegiatan masyarakat, pendidikan dan kegiatan pengumpulan dana.57 Perdagangan yang menjamur di sekitar masjid saat ini sudah tidak asing lagi ditemui di berbagai masjid yang tersebar di seluruh dunia. Nabi melarang kita untuk berdagang di dalam Masjid, namun seperti yang disebutkan diatas fungsi kegiatan pengumpulan dana atau mencari nafkah juga diperbolehkan, asal tidak dalam lingkungan masjid itu sendiri. 1. Pengertian Masjid Masjid adalah simbol keislaman. Ia tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat Islam, karena masjid merupakan bentuk ketundukan umat kepada Allah swt. Kata masjid terulang dua puluh delapan kali dalam Alquran. Secara bahasa masjid berasal dari kata sajada-sujud artinya patuh; taat; tunduk dengan penuh hormat. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, atau bersujud ini adalah bentuk lahiriyah yang paling nyata dari makna-makna tersebut.58 Itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan untuk shalat dinamai masjid, “tempat bersujud”.
55
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, “Pandangan Islam terhadap Pekerjaan Seorang Perempuan”, dalam Sefrizal/ http://id.shvoong.com/humanities/1845934-pandangan-islam-terhadap-pekerjaan-seorang/ (5 Maret 2012). 56 Muhammad Muslihuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 1. 57 Masjid, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid (12 Desember 2013) 58 Moch Fakhrurroji, Manajemen Masjid, (Bandung: Benang Merah Press, 2005), 70.
14
Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum Muslim. Tapi karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid menjadi tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT. al-Qur’an menegaskan: Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS. Al-Ji>n: 18) Tampaknya masjid bukan sekadar tempat sujud dan sarana penyucian atau bertayamum (wudhu dengan debu suci). Masjid adalah tempat Muslim bertolak, sekaligus pelabuhan tempatnya bersauh dalam ketaatan kepada Allah swt. Masjid sebagai institusi kaum muslimin, merupakan indikator bagi muslim paripurna (Insan Kamil). Dengan predikat ini, umat muslim harus bisa memaksimalkan keberadaan masjid sebagai pusat aktivitas yang menawarkan kegiatan-kegiatan alternatif dalam berdakwah. 2. Fungsi Masjid pada Masa Rasulullah Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid kecil yang berlantaikan tanah, dan beratapkan pelepah kurma. Dari sana beliau membangun masjid yang besar, membangun dunia ini, sehingga kota tempat beliau membangun itu benar-benar menjadi Madinah, (seperti namanya) yang arti harfiahnya adalah 'tempat peradaban', atau paling tidak, dari tempat tersebut lahir benih peradaban baru umat manusia.59 Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah Saw. Adalah Masjid Quba', kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah. 60 Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa,61 yang jelas bahwa keduanya Masjid Quba dan Masjid Nabawi dibangun atas dasar ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni ketakwaan. Al-Quran melukiskan bangunan kaum munafik itu sebagai berikut: Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang Mukmin) dan karena kekafiran-(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin, serta menunggu/mengamat-amati kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu.62 E. Gambaran Umum Masjid Tiban 59
Nurcholis Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), 13. Ibid,. 14 61 QS Al-Tawbah: 108. 62 QS. Al-Tawbah: 107. 60
15
Masjid Ajaib atau juga Masjid Tiban sebenarnya adalah Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah yang terletak di Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah adalah nama yang cukup panjang yang mempunyai makna Laut Madu atau, "Fadilah Rohmat" (Segarane, Segara, Madune, Fadhole Rohmat-terjemahan Bahasa Jawa).63 Disebut Masjid Tiban karena konon masjid yang sangat megah ini dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar, dan menurut mitos dibangun oleh Jin dalam waktu hanya semalam. Namun, ketika desas-desus ini dikonfirmasi kepada penghuni pondok, dikatakan bahwa pembangunan masjid yang sebenarnya merupakan kompleks pondok pesantren secara keseluruhan semua bersifat transparan karena dikerjakan oleh santri dan jamaah. Bantahan ini jelas sekali terpampang di depan meja penerima tamu dengan tulisan besar, “Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh jin dsb, itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah.” Pondok Pesantren ini konon mulai dibangun pada tahun 1978 oleh Romo Kiai Haji Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam, atau yang akrab disapa Romo Kiai Ahmad. Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai, tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, lantai 6 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 5, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola oleh para Santriwati (Santri Wanita), berbagai macam makanan ringan dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian Sarung, Sajadah, Jilbab, Tasbih dan sebagainya. Masjid ini selain sebagai tempat ibadah juga menjadi tujuan wisata religi. Karena selain berfungsi sebagai masjid, tempat ini juga memiliki Bangunan yang indah dan megah membuat banyak orang yang datang untuk berkunjung ke masjid Turen ini. Mereka mengagumi kuasa sang pencipta, karena atas hidayahnya yang telah diberikan kepada para pendiri dan masyarakat sekitar masjid ini dapat berdiri kokoh. Dengan adanya masjid itu, banyak masyarakat yang mulai mencari rizki di sekitar Masjid Tiban. Allah Swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepadaNya kamu menyembah. F. Peran Perempuan di Sekitar Masjid Tiban dalam Memajukan Perekonomian Islam Dewasa ini, perempuan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan nasional. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Siti Aminah untuk meningkatkan posisi 63
Masjid Tiban, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Ajaib (20 Maret 2013).
16
derajat perempuan dalam meningkatkan perannya dalam pembangunan nasional adalah dengan pemberdayaan. Pada pendekatan pemberdayaan ini, diasumsikan jika ingin memperbaiki derajat perempuan, maka dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kekuasaannya dan untuk merubah nasibnya sendiri. Artinya, pendekatan ini menghendaki pelibatan kaum perempuan itu saja sebagai objek, tetapi juga sebagai pelaku aktif, sebagai orang yang merumuskan sendiri apa yang menjadi kebutuhan mereka.64 Beberapa ahli studi perempuan menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan posisi bargaining perempuan adalah melalui pengorganisasian, yang dianggap sebagai langkah yang paling kongkrit untuk dapat memberdayakan perempuan itu secara baik. Banyak organisasi perempuan yang bermunculan di neraga kita, mulai dari tingkatan ibu-ibu RT, PKK, sampai tingkatan koperasi wanita, sepertihalnya di kota Malang, Sidoarjo, Surabaya. Di kota Malang, ada sekumpulan Koperasi Wanita Serba Usaha Setia Budi Wanita Jawa Timur. Koperasi yang dirintis dari sekelompok ibu-ibu arisan itu kini telah menjelma menjadi usaha koperasi yang dapat digolongkan menjadi usaha mikro kelas “kakap”, karena asset koperasi saat ini telah mencapai 30,5 milyar. Usaha yang dilakukan oleh Kopwan ini disamping simpan pinjam, juga memiliki toko serba ada, unit travel, swalayan, counter. Ini menunjukkan bahwa kemampuan perempuan dalam mendongkrak harkat dan martabatnya menunjukkan prestasi mengembirakan. Kerja keras dan kekompakannya mampu membawa ke arah yang lebih baik dari kondisi semula, bahkan hasil kerja kerasnya pun dapat dinikmati orang banyak. Masyarakat masjid Tiban ini masih belum mempunyai suatu organisasi yang dapat meningkatkan sumber daya masyarakat, khususnya dalam bidang ekonomi. Hanya sebagian orang yang menikmati kebahagiaan itu. Betapa tidak, masyarakat di sekit masjid lah yang perekonomiannya dapat berkembang, sedangkan yang jauh dari masjid, mereka hanya pasrah dan mengandalkan perekonomian yang mereka jalani, padahal potensi desa Sanan ini sangat potensial, kekayaan alamnya sangat banyak dan melimpah, tetapi rasa untuk berkembang atau meningkatkan potensi diri sangat sulit, kebanyakan anak-anak mereka setelah lulus sekolah atau kuliah, mereka lebih bangga mempekerjakan anaknya di sektor perusahaan, menjadi karyawan pabrik, padahal mereka punya sawah, ladang yang harus di garap. Ada kabar bahwa Indonesia adalah negara makmur, paru-paru dunia, tetapi buah yang kita makan, daging yang kita makan, beras yang kita konsumsi, kedelai, kacang, kopi, semua masing impor dari negara tetangga. Padahal nenek moyang kita mengatakan Indonesia negara yang subur, tongkat di tancap ke tanah, pasti akan tumbuh. Tapi sayangnya, sarjana-sarjana kita, generasi muda kita, lebih bangga menjadi pegawai pabrik dari pada bertani. Padahal keuntungan bertani itu sangat banyak dibandingkan pegawai pabrik. Terdapat beberapa faktor yang dianggap memiliki peran penting dalam pemberdayaan perempuan pedesaan.65 1. Peran serta pemerintah 64
Siti Aminah, Muslimah Career: Mencapai Karir Tertinggi Dihadapan Allah, Keluarga, dan Pekerjaan, 112 Isbandi Rukminto, Intensif Komunitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), 56. 65
17
2.
2.
3.
4.
Perempuan mempunyai andil besar dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Bagaimanapun dalam suatu masyarakat pemerintah baik pusat maupun daerah mempunyai power untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Terutama dalam era otonomi daerah sekarang ini. Pemerintah daerah seharusnya mampu menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, karena secara otonomi pemerintah mampu mengatur masyarakat dan keuangannya sendiri. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Saat ini banyak sekali LSM yang berkembang di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial. Sudah banyak peran nyata yang dilakukan LSM terutama dalam memberdayakan perempuan yang mampu menjangkau hal-hal yang belum tersentuh program pemerintah. Dengan keswadayaan yang dimiliki, LSM mengembangkan kegiatan berbasis daerah atau wilayah, sehingga masing-masing wilayah yang menjadi sasaran memiliki program yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Berbeda dengan program pemerintah yang biasanya sudah berupa paket dari pusat, yang dilaksanakan merata ke semua wilayah Indonesia tanpa memperhatikan wilayah sasaran. Akibatnya, program pemerintah banyak yang mengalami kegagalan. Cara LSM menjadi fasilitator adalah dengan membantu rakyat mengorganisasikan diri, mengidentifikasi kebutuhan lokal, dan memobilisasi sumber daya yang ada pada mereka. Pendampingan Dalam teori yang dikemukakan oleh kartasasmita, dalam suatu masyarakat yang miskin diperlukan pendampingan yang bertugas untuk menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat atau dalam konteks penelitian ini perempuan. Selain itu, pendampingan juga harus melakukan upaya peningkatan kualitas anggota dan pengusaha kelompok, serta peningkatan usaha anggota. Local Community Organization Kelompok masyarakat yang tumbuh dari masyarakat itu sendiri adalah fasilitas yang paling efektif untuk upaya pemberdayaan masyarakat, atau dalam kasus pemberdayaan perempuan, sesuai dengan teori yang dikemukakan Prijono dan Pranata, perempuan yang bekerja dengan perempuan lain akan lebih berdaya dibandingkan jika ia bekerja sendiri. Penentuan local community organization oleh perempuan, akan meningkatkan posisi bergaining perempuan. Disamping itu, ketika mereka berkumpul mereka dapat merumuskan sendiri apa yang menjadi kebutuhan mereka, sehingga dengan kesamaan tujuan, program pemberdayaan akan lebih mudah mencapai sasaran. Koperasi Koperasi merupakan sarana penting yang dapat membantu memberdayakan perempuan, terutama dalam meningkatkan kemampuan berorganisasi dan akses dalam memperoleh pembiayaan. Dua hal tersebut penting, terutama pada perempuan di pedesaan. Perempuan pedesaan yang tidak sedikit yang memiliki pendidikan rendah, akan memiliki keterampilan dalam hal membuat keputusan, kepemimpinan, 18
kemandirian, serta manajemen, sehingga tidak hanya memberdayakan perempuan dalam bidang ekonomi, namun juga dalam hal psikologi. Selain itu, koperasi dipedesaan memiliki fungsi yang sangat penting dalam meiningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti kemudaha akses dalam memperoleh pinjaman, membantu mengorganisir kebutuhan petani, serta menampung hasil tanaman petani agar dapat dijual secara kolektif. 5. Peran Swasta Dewasa ini di Indonesia banyak sekali program Comporate Social Responsibility yang bersifat charity atau ditujukan untuk memberdayakan perempuan dalam suatu daerah atau kelompok masyarakat tertentu. Swasta dinilai memiliki modal yang besar dalam memberdayakan perempuan, karena lebih independent dan tidak terikat pada kepentingan politik manapun. Dengan sumber dana yang cukup besar, swasta mampu memberdayakan perempuan jika program yang dilakukan mampu memfasilitasi perempuan dengan pendampingan yang intensif dan tingkan sustainabilitas yang tinggi. 6. Pendidikan Pendidikan merupakan kunci keberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Pendidikan disini bukan berarti pendidikan formal saja, namun juga pendidikan informal seperti keterampilan membuat kerajinan tangan, keterampilan memasak, kemampuan berorganisasi, sehingga dengan pendidikan perempuan mempunyai bekal atau kekuatan untuk memberdayakan dirinya sendiri. 7. Partisipasi Partisipasi adalah keikut sertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriyah. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran atau dengan bentuk materil. Dalam konteks pemberdayaan perempuan di desa, perempuan harus memiliki kesadaran untuk terlibat sendiri dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Disamping menjadi seorang istri dalam keluarga, juga dapat membantu kegiatan suami dalam mencari nafkah. Sehingga menjadikan perekonomian keluarga kea rah yang lebih baik. Semenjak dibangunnya masjid Tiban, perekonomian masyarakar di sekitar menjadi berkembang, banyak masyarakat yang mendirikan toko, atau hanya sekedar berjualan di sekitar masjid. Omset yang mereka dapatkan cukup tinggi, sekitar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 untuk hari-hari biasa, dan Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 untuk hari libur, semisal sabtu minggu atau hari libur nasional. G. Keberhasilan Perekonomian Masyarakat di sekitar Masjid Tiban Setelah Turut Sertanya Perempuan dalam Perdagangan. Perekonomian masyarakat disekitar masjid Tiban masih belum berhasil, data menunjukkan bahwa orang-orang yang hidup disekitar masjid tersebut yang menjadi kaya, karena merka dengan mudah mmbuka took-toko did pan rumah mereka. Sedangkan yang jauh dari perekonomian masjid, mereka masih mengandalkan perekonomian yang lama, ada yang ke pabrik, petani, pembantu rumah tangga, pedagang di pasar. 19
Perekonomian disini tergolong baru, rata-rata yang berdagang adalah wanita maka tidak heran jika masuk ke tempat wisata ini, rata-rata yang menjual dagangan adalah perempuan. Seorang ibu rumah tangga kadang kesulitan untuk membagi waktu untuk mengurusi semua urusan rumah dan keluarganya. Apalagi perempuan yang memilih berkarir, kesulitan mereka untuk menyeimbangkan peranannya sebagai pekerja pedagang dengan perannya sebagai ibu rumah tangga, jadi berlipat ganda. Tapi itulah tantangan bagi perempuan pekerja sekaligus ibu rumah tangga. Mereka harus bisa membagi waktunya antara bekerja di luar rumah dengan keluarganya di rumah. Walaupun mereka bekerja, kewajiban mengasuh anak, segala aktifitas yang berhubungan dengan keluarga tetap mereka jalani, tetapi ada hari-hari khusus yang sangat sibuk, seperti hari sabtu dan minggu, mengingat hari ini adalah hari libur akhir pekan. H. Kesimpulan 1. Nilai-nilai yang terkandung dalam ekonomi Islam tidak terlepas dari prinsip-prinsip ajaran Islam. Yang dalam pelaksanaannya harus memandang kemaslahatan ummat manusia dan juga bersifat pengabdian. Para pedagang selalu diberikan arahan olek kyai, sehingga kondisi mereka selalu tenang, tidak ada permusuhan, persaingan kotor. Kejujuran kerukunan dan keinklasan dalam mencari nafkah selalu dijunjung tinggi, dengan motto melayani masyarakat dengan sepenuh hati. 2. Perdagangan yang berlangsung di masjid Tiban dikategorikan sebagai peluang ekonomi baru. Masih belum ada prospek jangka panjang, mengingat tidak ada suatu informer yang menginformasikan wisata ini. Ketika masjid ini jaya, maka akan perekonomian disekitar masjid juga berkembang, tetapi sebaliknya, jika wisatawan sudah jenuh dengan pemandangan disana, sepi pengunjung, maka perekonomian juga akan perpengaruh merosot. 3. Peran perempuan disekitar masjid Tiban dalam meningkatkan perekonomian masih belum maksimal, terbukti hanya masyarakat disekitar masjid Tiban yang menikmati keuntungan dari berdagang. Mereka masih mengandalkan manajemen tradisional dalam meningkatkan usaha dagangannya, tanpa memikirkan prospektif ke depan, seandainya masjid Tiban ini telah sepi peminat.
20
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Abdullah. Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman. Diterjemahkan dari Mi’atu Su’al An Al-Islam Karya Syaikh Muhammad Al-Ghazali. Ciputut: Lentera Hati, 2010. Al-buthy Ramadhan,Said. Ahmad. Fiqhus sirah, dirasa manhajiah ‘Ilmiah Li sirati’l Mustafa ‘alaihi wassalam, cet ke-6 Daru’l Fikr: Ttp, 1977. al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. Shiroh Nabawiyah, terjemahan Kashur Suhardi cet.ke-11, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001. Anderson, Pamela Sue. A Feminist Philosophy of Religion: The Rationality and Mysths of Religious Belief, Oxford: Blackwell Publishers UK. Arief,Nurhaeni. Engkau Bidadari Para Penghuni Surga, Kisah Teladan Wanita Saleha, Yogyakarta: Kafila, 2008. As- Subhi, Shalih Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, Cetakan Kedelapan, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009. Basyir,Ahmad Azhar. Refleksi atas Persoalan Keislaman; Seputar Filsafat, Hukum, Politik, dan Ekonomi, Bandung: Mizan, 1993. Dahlan,Juariyah. Wanita Karir, Jurnal IAIN Sunan Ampel Edisi XII, Surabaya, 1994. F. Mas’udi, Masdar. Islam dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan, Bandung: Mizan,1997. Fakhrurroji, Moch. Manajemen Masjid, Bandung: Benang Merah Press, 2005. Freyer Stowasser, Barbara. Reinterpretasi Gender: Wanita dalam al-Qur’an, Hadis dan Tafsir, Cet. ke-1, Bandung: Putaka Hidayah, 2001. Gazalba, Sidi. Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989. J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010. J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2003. Kartasasmita,Ginandjar. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: CIDES, 1996.
21