PERAN ORANG TUA DALAM MELAKUKAN PENCEGAHAN ISPA PADA ANAK PRASEKOLAH DI DESA DUKUN KABUPATEN MAGELANG Florentina Dian Maharina*, Lidwina Triastuti L.**, Monica Saptiningsih*** *STIKes Santo Borromeus Jl. Parahyangan Kav.8 Blok B No.1 Kota Baru Parahyangan, Kec. Padalarang Kab. Bandung Barat Jawa Barat 40558
[email protected]
ABSTRAK Desa Dukun merupakan salah satu desa di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah yang merupakan kawasan rawan bencana III (KRB III). Desa Dukun merupakan desa yang terkena bahaya debu vulkanik dan hujan pasir akibat erupsi gunung Merapi pada tahun 2010, sehingga mengakibatkan munculnya penyakit ISPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan fenomena-fenomena yang terjadi mengenai peran orang tua dalam melakukan pencegahan ISPA pada anak prasekolah di Desa Dukun Kabupaten Magelang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan dalam penelitian adalah satu key informan dan lima informan. Hasil penelitian terhadap informan mengenai peran orang tua dalam melakukan pencegahan ISPA menghasilkan empat tema yaitu: (1) pengobatan ke layanan kesehatan, (2) mencegah penularan, (3) kebersihan lingkungan, dan (4) pola hidup sehat. Disarankan kepada para orang tua anak prasekolah agar melakukan pencegahan ISPA antara lain adalah dengan cara mengajarkan kepada anak untuk memakai masker saat banyak debu dan mengajarkan untuk menutup mulut saat bersin atau batuk. Daftar pustaka: 23 buku (2003-2013), 5 jurnal, 5 website Kata kunci: Peran orang tua, ISPA Anak prasekolah sebagai bagian dari balita merupakan individu yang masih berada pada masa tumbuh kembang. Sistem imun pada usia prasekolah masih relatif rendah dibandingkan dengan usia-usia selanjutnya. Sistem imun yang belum sempurna pada balita menyebabkan balita rentan terkena infeksi, yang salah satunya adalah ISPA. Kondisi balita yang rentan terkena infeksi ini membutuhkan perhatian dan peran orang tua dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya karena secara sosiologis anak balita mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi pada lingkungan dan orang dewasa, sehingga sangat diperlukan peran orang tua dalam pencegahan ISPA (Nelson, 2003).
LATAR BELAKANG Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah. Penyakit ISPA ini biasanya menular. Penyakit ISPA dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung dari patogen penyebabnya, faktor lingkungan dan faktor pejamu (WHO, 2007). ISPA merupakan penyakit menular penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Setiap tahun hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA (WHO, 2007). Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak bawah lima tahun (balita) di Indonesia. Prevalensi ISPA di Indonesia adalah 25,5% dan provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai angka prevalensi di atas angka nasional yaitu 29,08%. Prevalensi tertinggi pada balita (>35%), sedangkan prevalensi terendah adalah pada kelompok umur 15-24 tahun. Penyebab kematian balita karena pneumonia adalah nomor dua dari seluruh kematian balita (15,5%). Jumlah kematian balita akibat pneumonia tahun 2007 adalah 30.470 balita atau rata-rata 83 balita meninggal setiap hari akibat pneumonia (Riskesdas, 2007).
Peran orang tua antara lain adalah peran sebagai penyedia, perawatan anak, sosialisasi anak, peran pendidikan, dan peran afektif. Eva Maretta (2009) menyebutkan dalam penelitiannya di wilayah kerja Puskesmas Martubung Medan bahwa hasil dari penelitiannya adalah terdapat hubungan antara peran orang tua dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2012) di Dusun Takan Lor Semarang menunjukkan hasil bahwa
97
upaya pencegahan yang kurang baik yang dilakukan oleh keluarga cenderung lebih mempengaruhi kejadian ISPA pada balita di wilayah tersebut. Penyakit ISPA di Jawa Tengah, khususnya di daerah sekitar Gunung Merapi, mengalami peningkatan karena erupsi merapi yang terjadi pada tahun 2010 dan aliran lahar dingin yang menyebabkan lingkungan perumahan sekitar lereng dan bantaran beberapa sungai di Merapi membawa material batu, pasir, dan debu (polutan) yang menyebabkan pencemaran udara. Kondisi ini diperberat dengan adanya hujan abu akibat erupsi Gunung Kelud yang terjadi pada Bulan Februari 2014 yang juga mengenai beberapa daerah di Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Magelang. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada November 2013, didapatkan data dari Puskesmas Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa kasus ISPA menempati peringkat tertinggi di wilayah kerja puskesmas tersebut, terutama pada anak balita di Desa Dukun. Kasus ISPA di Desa Dukun ini sejak bulan Januari hingga September 2013 mencapai 868 balita, dengan rata-rata per bulan sebanyak 96 balita yang menderita ISPA. Hasil wawancara pada 10 orang tua di Desa Dukun menunjukkan hasil bahwa peran orang tua sebagai provider (penyedia) sudah tercukupi, misalnya penyedia dalam hal ekonomi, orang tua sudah memenuhi kebutuhan anaknya. Peran sosialisasi sudah terpenuhi, yaitu dengan orang tua mendorong anak-anaknya untuk berhubungan dengan orang lain, anak diperbolehkan bermain bersama anak-anak yang lainnya dan orang tua mendorong anak untuk bertegur sapa dengan tetangga. Peran afektif sudah terpenuhi dengan saling mengasihi, mendukung, dan menghargai anaknya. Peran perawatan dan peran orang tua sebagai pendidik masih kurang di Desa Dukun ini, didapatkan hasil sebanyak tujuh orang tua mengatakan bahwa mereka kurang memperhatikan kesehatan anak-anaknya, yaitu orang tua tidak mengajarkan kepada anaknya untuk memakai masker jika terdapat polusi udara misalnya karena debu atau asap kendaraan, orang tua tidak mengajarkan kepada anaknya untuk menutup mulut jika batuk atau bersin, orang tua tidak membersihkan rumah setiap hari, orang tua tidak membuka jendela rumah setiap hari. Berdasarkan data yang telah didapat serta melihat pentingnya peran orang tua dalam
pencegahan ISPA, maka peneliti tertarik untuk meneliti peran orang tua dalam melakukan pencegahan ISPA pada anak prasekolah di Desa Dukun Kabupaten Magelang. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Penentuan informan dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teknik sampel purposif (purposive sample). Teknik purposive sample ini memfokuskan pada informan-informan yang kaya dengan kasus untuk studi mendalam. Key informan dalam penelitian ini adalah kader posyandu di Desa Dukun, sebanyak satu orang. Informan dalam penelitian ini adalah ibu dari anak-anak usia prasekolah usia 3 sampai 6 tahun sebanyak 5 orang. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Karakteristik Informan Rekapitulasi Karakteristik Key Informan
Rekapitulasi Karakteristik Informan
2.
98
Analisis Tema Analisis tema dilakukan setelah data yang dikumpulkan melalui indepth interview dan field note dibuat transkrip verbatim. Analisis tema menggunakan langkah-langkah yang dikembangkan Collaizi (1978, dalam Holloway dan Daymon 2008). Dari hasil analisis ditemukan 4 tema, yaitu (1) pengobatan ke layanan kesehatan, (2) mencegah penularan, (3) kebersihan lingkungan dan (4) pola hidup sehat.
a. Pengobatan ke layanan kesehatan Keterlambatan pencarian pelayanan kesehatan merupakan salah satu penyebab tingginya kematian akibat ISPA. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pencarian pelayanan kesehatan antara lain status sosial ekonomi, usia ibu, pendidikan ibu, persepsi orang tua, usia anak, jenis kelamin anak, jumlah balita dalam keluarga, dan bencana alam (Wusanani, 2012). Pencarian pengobatan bilamana sakit juga dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan seseorang yang mengupayakan perilaku masyarakat untuk menyadari atau mengetahui cara memelihara kesehatan, menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan dan kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit (Notoatmodjo, 2007). Seluruh informan melakukan pengobatan ke layanan kesehatan jika anak sakit. Sebagian informan memeriksakan anaknya ke puskesmas, dan sebagian lagi ke bidan yang ada di desa. Letak desa Dukun yang dekat dengan layanan kesehatan ini meningkatkan kesadaran informan untuk melakukan pengobatan di layanan kesehatan. Hendarwan dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa upaya pengobatan ke layanan kesehatan didukung dengan kemudahan transportasi, dimana umumnya daerah responden terjangkau oleh sarana transportasi umum. Kesadaran informan untuk melakukan pengobatan langsung ke layanan kesehatan adalah karena pengobatannya pasti. Karena jika membeli obat dari warung saja, kadang tidak cepat sembuh. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah (2003) bahwa masyarakat di Kelurahan Sumur Boto, Kecamatan Banyumanik, Semarang, dalam melakukan pengobatan biasanya ibu balita membeli obat di warung terdekat, tetapi jika penyakitnya bertambah parah, barulah mereka
membawa anaknya ke pusat pelayanan kesehatan. b. Mencegah penularan Sakit ISPA bisa dicegah dengan melakukan beberapa upaya yang cukup mudah karena berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah sakit ISPA adalah dengan menghindari kontak langsung dengan penderita ISPA (Referensi Kesehatan Keluarga Indonesia, 2014). Penderita ISPA dapat menularkan penyakit pada orang lain melalui udara. Dalam penelitian ini sebagian informan mengungkapkan bahwa mereka menghindarkan anaknya dari orang lain yang sedang sakit ISPA, supaya tidak tertular. Sebagian kecil informan tidak menghindarkan anaknya dari orang yang sedang menderita ISPA. Informan tersebut membiarkan anaknya dekat dengan orang yang sakit. Peneliti berpendapat bahwa upaya pencegahan dengan menghindari kontak dengan penderita ISPA ini dilakukan oleh informan atas dasar motivasi intrinsik. Motivasi dari dalam diri ini memicu informan untuk melakukan pencegahan anak kontak dengan penderita ISPA agar anak tidak tertular. Sedangkan informan yang membiarkan anaknya kontak dengan penderita ISPA, dikarenakan informan menganggap bahwa semua itu tergantung pada kekebalan tubuh, sehingga tidak perlu menghindarkan anak dari penderita ISPA. Jika kekebalan bagus, maka anak tidak akan tertular, maka informan membiarkan anaknya tidak menjauh dari penderita ISPA. c. Kebersihan lingkungan Kebersihan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah, dan bau. Kondisi lingkungan yang kurang sehat akan mempengaruhi derajat kesehatan seseorang (Iswarini, 2006). Manusia
99
perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat supaya tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara mengelap jendela dan perabot rumah tangga, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan masak dan peralatan makan, membersihkan kamar mandi dan jamban, serta membuang sampah. Pada penelitian ini seluruh informan menjaga kebersihan lingkungan rumahnya. Hal yang mereka lakukan adalah dengan menyapu dan mengepel lantai rumah. Sebagian informan membersihkan rumah setiap hari, dan sebagian membersihkan rumah tidak setiap hari.
dari pernyataan kelima informan yang mengungkapkan peran mereka dalam mencegah ISPA pada anak. SARAN Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah: 1. Bagi para orang tua anak prasekolah di Desa Dukun Kabupaten Magelang: Peneliti menyarankan kepada para orang tua anak prasekolah agar melakukan pencegahan ISPA antara lain adalah dengan cara mengajarkan kepada anak untuk memakai masker saat banyak debu dan mengajarkan untuk menutup mulut saat bersin atau batuk. 2. Bagi kader Posyandu di Desa Dukun Kabupaten Magelang: Melakukan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya orang tua anak prasekolah mengenai penyakit ISPA, termasuk cara pencegahan dan penanggulangannya secara terorganisir.
d. Pola hidup sehat Pola hidup sehat pada dasarnya adalah kehidupan yang mengarah pada perilaku untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh dan kebugaran stamina. Hal ini dapat terlihat dari berbagai cara dan aktivitas yang dilakukan untuk menunjang kesehatan, misalnya dengan olahraga, istirahat, dan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi (Irwansyah, 2006). Seluruh informan mengajarkan kepada anaknya untuk melakukan hidup sehat, yaitu dengan mengajarkan mandi minimal dua kali dalam satu hari, menggosok gigi, mencuci tangan, dan makan makanan yang bergizi. Salah satu informan mengaku anaknya susah untuk diajarkan hidup sehat, tetapi informan tetap mengajarkan hidup sehat terus-menerus.
DAFTAR PUSTAKA Behrman, Richard E dan Robert M. Kliegman. 2010. Nelson esensi pediatri. Ed.4. Jakarta: EGC Bungin, B. 2003. Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: EGC Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2003. Pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat. Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Friedman, Marylin dkk, 2010. Buku ajar keperawatan keluarga: riset, peori, & Praktik. Jakarta: EGC Habeahan, Eva Maretta. 2009. “Hubungan peran orang tua dalam pencegahan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan kekambuhan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di wilayah kerja puskesmas Martubung Medan”. Program Sarjana Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Sumatera
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dalam melakukan pencegahan ISPA pada anak prasekolah adalah ditemukan empat tema, yaitu (1) pengobatan ke layanan kesehatan, yaitu dengan memeriksakan anak jika sakit ke puskesmas dan bidan di desa, (2) mencegah penularan, yaitu dengan menghindarkan anak dari orang lain yang sedang sakit, dan (3) kebersihan lingkungan, yaitu dengan membersihkan lingkungan rumah, (4) pola hidup sehat. Tema-tema yang muncul berdasarkan
Huriah, Titik dan Ratna Lestari. 2013. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) terhadap kemampuan ibu dalam perawatan ISPA pada balita di dusun lemahdadi kasihan bantul yogyakarta.
100
Khomsan, Ali dan Faisal Anwar. 2008. Sehat itu mudah: wujudkan hidup sehat dengan makanan tepat. Jakarta: PT Mizan Publika
Pneumonia Balita. 2010. [Online] [Cited 2014 Jan 16th, 11:10]http://www.depkes.go.id/downloads /publikasi/buletin/BULETIN%20PNEUM ONIA.pdf
Kozier, B. 2005. Fundamental nursing: concepts, process and practice. USA: Philadelpia
Potter, P. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktek. Jakarta: EGC
Marshall, Catherine dan Gretchen B. Rossman. 2011. Designing qualitative research. Ed.5. London: Sage Publication [Online] [Cited 2014 Feb 26th, 10:02]http://books.google.co.id/books?id= efSKBrsk7UkC&printsec=frontcover&dq =designing+qualitative+research&hl=en& sa=X&ei=rVcNU639K8a4rgeNpIDgDw& redir_esc=y#v=onepage&q=designing%20 qualitative%20research&f=false
Speziale dan Carpenter, D.R. 2003. Qualitative research in nursing. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Meadow, Roy dan Simon Newell, 2005. Lecture notes on paediatrics. Jakarta: Erlangga
Supartini, Yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC
Moleong, L.J. 2006. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Syamsudin dan Damianti, Vismia. 2009. Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Moleong, L.J. 2013. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Widoyono. 2011. Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya. Ed.2. Jakarta: Erlangga
Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2006. Buku ajar keperawatan komunitas pengantar dan teori. Jakarta: Salemba Medika
WHO. 2007. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jenewa: WHO
Mubarak, Wahit Iqbal. 2006. Ilmu keperawatan komunitas 2: teori dan aplikasi dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik dan keluarga. Jakarta: CV Sagung Seto
Wibowo, Masdar Ma’ruf. 2012. “Kaitan pengasuhan dengan kekambuhan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada anak bawah lima tahun (balita)-studi kasus di Dusun Takan Lor, Desa Pabelan, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang”. Program Sarjana Keperawatan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga Widoyono, 2011. Penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya. Ed.2. Jakarta: Erlangga
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta Nursalam, 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta : SalembaMedika
Wong, Donna L dkk, 2009. Buku ajar keperawatan pediatrik. Ed.6. Jakarta: EGC
Penyakit ISPA hasil riskesdas di indonesia. 2007. [Online] [Cited 2014 Jan 16th, 09 : 10] https://www.google.com/search?q=Penyak it+ISPA+Hasil+Riskesdas+di+Indonesia& ie=utf-8&oe=utf8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefox-a
Wusanani, Yulinar. 2012. “Hubungan status sosial ekonomi dengan perilaku ibu dalam pencarian pelayanan kesehatan balita dengan infeksi saluran pernapasan akut”. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
101