TESIS
PERAN MASA BER KB DALAM MEMEDIASI PENGARUH FAKTOR EKONOMI, SOSIAL DAN DEMOGRAFI TERHADAP JUMLAH ANAK PADA PASANGAN USIA SUBUR DI KABUPATEN BADUNG
NI GUSTI AYU PUTRI NURYATI
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
PERAN MASA BER KB DALAM MEMEDIASI PENGARUH FAKTOR EKONOMI, SOSIAL DAN DEMOGRAFI TERHADAP JUMLAH ANAK PADA PASANGAN USIA SUBUR DI KABUPATEN BADUNG
NI GUSTI AYU PUTRI NURYATI NIM 1291461010
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
PERAN MASA BER KB DALAM MEMEDIASI PENGARUH FAKTOR EKONOMI, SOSIAL DAN DEMOGRAFI TERHADAP JUMLAH ANAK PADA PASANGAN USIA SUBUR DI KABUPATEN BADUNG
Tesis untuk memperoleh Gelar Megister pada Program Megister, Program Studi Ilmu Ekonomi, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
NI GUSTI AYU PUTRI NURYATI NIM 1291461010
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL, 12 JANUARI 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE, MSi Nip 19570727 198403 1 005
Dr. AA I N Marhaeni, SE, MS Nip. 19621231 198601 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Megister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana Universtas Udayana
Prof.Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE, MS
Prof. Dr. dr. A A Raka Sudewi Sp.S(K)
Nip 19530730 198303 1 001
Nip.19590215198510 2 001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 9 Januari 2015
Panitia Penguji TesisBerdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No 4526/UN.14.4/HK/2014, Tanggal 31 Desember 2014.
Ketua
: Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE, MSi
Anggota
: 1. Dr. A.A.I N.Marhaeni, SE, MS 2. Prof .Dr. I Ketut Sudibia, SE,SU 3. Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja, SE,ME 4. Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE, MSi
.
iv
Surat Pernyataan Bebas Plagiat Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ni Gusti Ayu Putri Nuryati NIM : 1291461010 Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Tesis : Peran Masa ber KB dalam Memediasi Pengaruh FaktorEkonomi, Sosial dan Demografi terhadap Jumlah Anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung. Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiahTesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Denpasar, 10 Januari 2015. Yang membuat pernyataan
(Ni Gusti Ayu Putri Nuryati)
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankan penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang MahaEsa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas segala rahmat dan petunjukNya, tesis ini dapat penulis selesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE, Msi sebagai pembimbing I dan Dr. A.A.I N. Marhaeni, SE, MS sebagai pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan kepada Prof. Dr. I Ketut Sudibia, SE, SU serta Dr. Ida Bagus Purbadharmaja, SE, ME dan Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE, Msi sebagai penguji. Ucapan yang sama juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.Dr.dr. Ketut Suastika, Sp PD, KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Megister Ilmu Ekonomi di UniversitasUdayana. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp, S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa program Megister Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE, MS Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan. Sujud dan terima kasih yang dalam penulis persembahkan kepada Ibunda dan Ayahnda tercinta, atas dorongan yang kuat, kebijaksanaan dan doa. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada suami tercinta Ir. A A Gede Kumara dan anak-anakku tercinta A.A. Sagung Winda Wulandewi Kumara, A A Gede Yoga Pramana Kumara dan A.A Bagus Surya Dharma Kumara. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pemerintah daerah Kabupaten Badung yang telah membrikan ijin belajar serta Kepala BKBKS Kabupaten Badung Ibu Putu Rianingsih, SE, MSi. Tak lupa penulis juga ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis hingga selesainya tesis ini.
vi
PERAN MASA BER KB DALAM MEMEDIASI PENGARUH FAKTOR EKONOMI, SOSIAL DAN DEMOGRAFI TERHADAP JUMLAH ANAK PADA PASANGAN USIA SUBUR DI KABUPATEN BADUNG ABSTRAK Pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat dilakukan dengan pengaturan dan pembatasan kelahiran. Program Keluarga Berencana (KB) mengajak Pasangan Usia Subur (PUS) untuk mengatur kelahiran dengan alat, obat dan metode kontrasepsi. Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif asosiatif yang bertujuan untuk menganalisa pengaruh faktor pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri , jam kerja istri dan masa ber KB terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung, juga menganalisis pengaruh tidak langsung faktor pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri dan jam kerja istri terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung melalui masa ber KB. Jumlah sampel yang diambil sejumlah 203 PUS melalui metode wawancara. Tehnik analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan keluarga dan jam kerja istri berpengaruh positif signifikan terhadap masa ber KB sedangkan umur kawin pertama istri berpengaruh negatif signifikan dan pendidikan istri berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap masa ber KB. Pengaruh tidak langsung pendapatan keluarga dan pendidikan istri melalui masa ber KB adalah positif signifikan terhadap jumlah anak lahir hudup, sedangkan umur kawin pertama istri dan jam kerja istri berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah anak lahir hidup pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. Untuk menekan jumlah kelahiran perlu ditingkatkan umur kawin pertama istri, meningkatkan pendidikan istri dengan mensosialisasikan program Gen-Re (Generasi Berencana) dan meningkatkan pendapatan keluarga untuk mampu membiayai kehidupan anak-anak dengan lebih baik sehingga terlahir generasi muda yang sehat dan berpendidikan tinggi. Kata Kunci : Faktor Ekonomi, Sosial dan Demografi, , Masa ber KB, Jumlah anak dan Pasangan Usia Subur.
vii
ROLE OF FAMILY PLANNING PERIODS IN MEDIATING THE EFFECT OF ECONOMIC, SOCIAL, AND DEMOGRAPHIC FACTORS ON THE NUMBER OF CHILDREN IN COUPLES OF FERTILE AGE IN BADUNG DISTRICT ABSTRACT Control of high population growth rate can be done by regulating and controlling birth. Family Planning (FP) invites couples of fertile age (CFA) to regulate birth by means of tools, drugs, and contraceptive methods. This study is a quantitative associative study aimed to analyze influence of family income, age of wife’s first marriage, wife’s education, wife’s working hours, and period of joining family planning program on the number of children in couples of childbearing age in Badung District, also to analyze the effect of indirect factors of family income, age of wife’s first marriage, wife’s education and wife’s working hours on the number of children in couples of childbearing age in Badung District through a period of family planning. The number of samples were taken from 203 CFA through the interview method. Analysis technique used was path analysis. The results showed that the variables of family income and wife’s working hours had positively significant effect on future family planning, while the age of first marriage wife had a negatively significant effect and wife’s education had a negatively significant effect on the period of family planning. The indirect effect of income and wife’s education through joining the period of family planning program was positively significant on the number of children born alive, while age of wife’s first marriage and wife’s working hours had a negatively significant effect on the number of children born alive through a period of family planning in couples of childbearing age in Badung District. To reduce the number of births age of wife’s first marriage should be increased, improving wife’s education programs by socializing Gen-Re (Generation Planning) program and increasing the family income to better finance the children's lives so that the younger generations are born healthy and well educated. Keywords: Economic Factors, Social and Demographics, Period of Family Planning, Number of Children, Couples of Fertile Age.
viii
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ........................................................................................................... … i PRASYARAT GELAR ............................................................................. … … ii LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................… iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................ … iv ABSTRAK ....................................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................. .. vi DAFTAR TABEL ....................................................................................... .. vii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... .. viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. . ix BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 2 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 9 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 10 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 11 1.5 Sistematika Penulisan ................................................................. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 13 2.1 Konsep-konsep dan Definisi ....................................................... 13 2.1.1 Penduduk dan Pembangunan Ekonomi .............................. 13 2.1.2 Fertilitas ............................................................................. 15 2.2 Teori-teori yang Relevan ............................................................. 17 2.2.1 Teori Mikroekonomi Fertilitas Rumah Tangga ................ 17 2.2.2 Teori Aliran Kekayaan .......................................................19 2.2.3 Permintaan Kontrasepsi ..................................................... 20 2.8 Keaslian Penelitian ...................................................................... 27 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ................................................................................ 3.1 Kerangka Berpikir ....................................................................... 3.2 Konsep Penelitian ....................................................................... 3.3 HipotesisPenelitian .....................................................................
30 30 32 34
BAB IV METODE PENELIIAN .................................................................. 4.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 4.2 Lokasi Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian ............................. 4.3 Idenifikasi Variabel ..................................................................... 4.4 Difinisi Operasional Variabel ....................................................... 4.5 Jenis dan sumber Data .................................................................. 4.6 Populasi dan Sampel .................................................................... 4.6.1 Populasi ............................................................................. 4.6.2 Sampel .............................................................................. 4.7 Metode Pengupulan Data ............................................................
36 36 38 38 39 41 42 42 42 44
ix
4.8 Teknis Analisis Data .................................................................... 46 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 5.2 Deskripsi Penelitian...................................................................... 5.2.1 Distribusi PUS berdasarkan Pendapatan Keluarga ............. 5.2.2 Distribusi PUS berdasarkan Umur Kawin Pertama Istri .... 5.2.3 Distribusi PUS berdasrakan Tingkat Pendidikan Istri ......... 5.2.4 Distribusi PUS berdasarkan Jam Kerja Istri ........................ 5.2.5 Distribusi PUS berdasarkan Masa ber KB Istri ................... 5.2.6 Distribusi PUS berdasarkan Jumlah Lahir Hidup ............... 5.3 Analisis data ................................................................................. 5.4 Pembahasan ..................................................................................
57 57 61 61 61 62 63 63 64 66 73
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 88 6.1 Simpulan ...................................................................................... 88 6.2 Saran ............................................................................................ 89 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................94
x
DAFTAR TABEL No. Tabel
Halaman
1.1
Jumlah Pasangan Usia Subur , Peserta KB Aktif dan Bukan Peserta KBmenurut alasan per Kecamatan di Kabupaten Badung tahun 2013................................................................................................... 4
4.1
Stratifikasi Jumlah Populasi dan Sampel per Kecamatan di Kabupaten Badung....... .............................................. ............................................... . 24
5.1
PUS dan Peserta KB Aktif menurut Mix Kontrasepsi berdasarkan per Kecamatan di Kabupaten Badung tahun 2013............................................. 60
5.2 Tingkat Pendapatan Keluarga pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung................................................................................... 61 5.3 Umur KawinPertama Istri pada PUS di Kabupaten Badung........................ 62 5.4 Tingkat Pendidikan Istri pada PUS di Kabupaten Badung........................... 62 5.5 Jam Kerja Istri pada PUS di Kabupaten Badung......................................... 63 5.6 Masa ber KB Istri pada PUS di Kabupaten Badung............................. ...... 64 5.7 Jumlah Anak pada PUSdi Kabupeten Badung.......................................... .. 65 5.8 Pengaruh Pendapatan Keluarga, Umur Kawin Pertama Istri , Pendidikan Istri dan Jam Kerja Istri terhapa Masa ber KB pada PUS di Kabupaten Badung.......................................................................................................... 66 5.9 Pengaruh Pendapatan Keluarga, Umur Kawin Pertama Istri, Pendidikan Istri, Jam Kerja Istri dan masa ber KB terhadapa Jumlah Anak pada PUS di Kabupaten Badung........................................... 68
xi
DAFTAR GRAFIK
No
Grafik
Halaman
1.1
Trend TFR Indonesia dan Provinsi Bali hasil SDKI.................................................. 3
1.2
Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kabupaten Kota/Kota di Provinsi Bali tahun 2000 – 2010 ................................................................
1.3
Jumlah dan laju Pertumbuhan Penduduk, Kabupaten Badung tahun 1990-2010............................................................................................ 6
1.4
Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Kecamatan Kabupaten Badung Tahun 2010................................................................................................................. 7
5
DAFTAR GAMBAR
No
Gambar
Halaman
3.1
Kerangka Berpikir Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi, Sosial dan Demografi terhadap Jumlah Anak pada Pasangah Usia Suburdi Kabupaten Badung..................................................................... ............ 31
3.2
Konsep Penelitian Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi , Sosial dan Demografi Terhadap Jumlah Anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung................................................................... 34
4.1
Rancangan Penelitian Analisis Pengaruh Faktor Ekonomi , Sosial dan Demografi terhadap Jumlah Anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung........................................................... 37
4.2
Diagram Jalur Variabel Penelitian Peran Masa ber KB dalam Memediasi Pengaruh Faktor Ekonomi, Sosial dan Demografi terhadap Jumlah Anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung........................................................... ................... 51
5.1
Peta Wilayah Kabupaten Badung............................................................. 57
5.2
Koefisien Jalur Hubungan Antar Variabel....................... ...................... 69
5.3
Standardized Path Diagram setelah Triming........................................... 72
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No 1
Lampiran Halaman Quisioner Penelitian ............................................................................... 95
2
Hasil Analisis Pendapatan Keluarga , Umur Kawin Pertama Istri, Pendidikan Istri dan Jam Kerja istri terhadap Masa Ber KB pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung............................................ 96
3
Hasil Analisis Pendapatan Keluarga , Umur Kawin Pertama Istri, Pendidikan Istri dan Jam Kerja istri terhadap Jumlah Anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung......................................... 98 Hasil Analisis Pendapatan Keluarga , Umur Kawin Pertama Istri, dan Jam Kerja istri terhadap Masa Ber KB pada Pasanga Usia Subur di Kabupaten Badung................................................................ 99
4
5
Hasil Analisis Pendapatan Keluarga , Umur Kawin Pertama Istri, dan Jam Kerja istri terhadap Jumlah Anak pada Pasanga Usia Subur di Kabupaten Badung................................................................ 100
xiii
DAFTAR SINGKATAN ATAU LAMBANG SINGKATAN KB SP SDKI TFR PUS PKBI PBB WHO BKKBN
: : : : : : : : :
LAMBANG β
: menyatakan bilangan atau parameter yang di sebut beta
Keluarga Berencana SensusPenduduk Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Total Fertility Rate Pasangan Usia Subur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Perserikatan Bangsa-bangsa World Health Organization Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Salah
satu
tantangan
dalam
pembangunan
di
Indonesia
untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila adalah di bidang kependudukan. Proses pelaksanaan pembangunan di satu pihak menghadapi masalah penduduk yang berjumlah banyak dengan pertumbuhan yang relatif masih tinggi, sedangkan di lain pihak sumber daya alam terbatas. Keadaan penduduk tersebut disebabkan oleh lebih tingginya tingkat kelahiran dibandingkan dengan tingkat kematian, di samping itu, penyebaran penduduk yang tidak seimbang juga menyebabkan pemanfaatan sumber-sumber alam yang tidak seimbang. Keadaan ini merupakan masalah dalam usaha pemerataan kesejahteraan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000 artinya setiap tahun selama periode 2000-2010 jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika dialokasikan ke setiap bulan maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau sebesar 0,27 juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia pada saat ini menempati urutan ke-empat dunia setelah Cina yang berjumlah 1,3 milyar jiwa, India yang berjumlah 1,1 milyar jiwa dan Amerika Serikat yang berjumlah 350 juta jiwa (www.majalahforum.com: 26 Juli 2014)
2
Angka fertilitas dan mortalitas di Indonesia yang masih relatif tinggi semakin menambah masalah kependudukan yang ada. Jika dilihat dari sisi pembangunan ekonomi, maka kondisi ini tidak menguntungkan bagi pembangunan karena penduduk dianggap sebagai beban pembangunan. Pengaturan pembatasan akan jumlah anak dalam suatu keluarga, secara mikro merupakan salah satu pertimbangan dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk (Sukamdi, 2001). Tingginya angka fertilitas di Indonesia menyebabkan berbagai masalah kependudukan, salah satunya adalah pertumbuhan penduduk. Prihyugiarto dan Mujianto (2009), menyatakan bahwa program pemerintah mengenai Keluarga Berencana (KB), diyakini telah berkontribusi dalam penurunan tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) terjadi tren penurunan Angka Fertilitas Total atau Total Fertility Rate (TFR) dari tahun 1994 sebesar 2,9 anak per wanita menjadi 2,8 anak per wanita pada tahun 1997 namun terjadi peningkatan pada tahun 2003 menjadi 2,6 dan angka ini stagnan sampai tahun 2012 yaitu 2,6 anak per wanita. Angka ini masih tergolong tinggi sehingga perlu dilakukan berbagai upaya untuk menurunkan TFR secara Nasional. Di pihak lain TFR Provinsi Bali pada periode yang sama , pada awalnya juga menunjukkan penurunan dari tahun menjadi 2,12 (1997), turun lagi menjadi 2,10 anak
2,14 anak per wanita (1994) (2003-2007) dan kemudian
meningkat lagi menjadi 2,30 anak pada tahun 2012 Kedua tren fertilitas di atas dapat diikuti pada Grafik 1.1
3
Grafik 1.1 Trend TFR Indonesia dan Provinsi Bali hasil SDKI 3 .5 0 3 .0 0 2 .9 2 .5 0
2 .8
2 .1 4
2 .0 0
2 .1 2
2 .6
2 .6
2 .1 0
2 .1 0
2 .6 2 .3 0
BA LI
1 .5 0
Indonesia
1 .0 0
Bali
0 .5 0 1994
1997
2003
2007
2012
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2012
TFR merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana kondisi kependudukan suatu daerah sebagai akibat dari pelaksanaan program KB . Murjana Yasa ,(2006) menyatakan bahawa posisi TFR Bali menempati urutan ketiga di Indonesia. TFR di Provinsi Bali hasil SDKI 2007 hingga 2012 mengalami peningkatan
dari 2,10
menjadi 2,30 anak per WUS.
Namun angka Contraceptive Prevelance Rate (CPR) atau PUS yang sedang menggunakan KB di Provinsi Bali mengalami penurunan 59,60 persen, dari 69,40 persen menjadi 59,60 persen . Tingginya angka kelahiran di Indonesia selain kelahiran oleh pasangan usia subur, juga tingginya angka kelahiran terjadi dikalangan remaja umur 15-19 tahun. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan adanya peningkatan jumlah kelahiran dari orang tua usia remaja 15-19 tahun baik di pedesaan maupun diperkotaan melalui pernikahan atau diluar pernikahan. Salah satu penyebab dari pernikahan dini karena pergaulan bebas dan kurangnya pengetahuan
4
remaja tentang kesehatan reproduksi. Program KB di Indonesia mulai dilaksanakan oleh PKBI pada tahun 1957, namun kemudian pada tahun 1970 an Pemerintah RI mengambil alih program KB dan menjadikan program nasional. Pada tahun 1980an, semua provinsi di Indonesia telah melaksanakan program KB di wilayahnya. Pengaturan kelahiran menggunakan kontrasepsi menjadi pokok intervensi dalam program KB nasional. Di samping itu, dilaksanakan tiga upaya pokok program KB lainnya yakni: 1) pendewasaan usia perkawinan, 2) pengaturan kelahiran dan pemberdayaan ekonomi keluarga, 3) peningkatan ketahanan keluarga. Tabel 1.1 menunjukkan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Badung beserta pesrta KB Aktif serta PUS bukan peserta KB hasil pendataan keluarga tahun 2013 yang dilaksanakan oleh Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Badung Tabel: 1.1 Jumlah Pasangan Usia Subur, Peserta KB Aktif dan Bukan Peserta KB menurut alasannya per-Kecamatan di Kabupaten Badung Tahun 2013
PUS BUKAN PESERTA KB
No
1 2 3 4 5 6
Kecamatan
Kuta Mengwi Abiansemal Petang Kuta Selatan Kuta Utara
Jumlah
Jumlah
PUS
Peserta KB
8.368 21.896 16.528 5.918 13.051 12.972
6.864 19.139 14.284 5.243 10.806 11.041
Hamil
218 430 424 171 425 295
Tidak Hamil IAS
IAT
TIAL
1.082 2.006 1.442 371 1.612 1.334
123 253 283 84 142 185
81 68 95 49 66 117
5
BADUNG
78.733
67.377
Sumber : Badan KBKS Kabupaten Badung, 2013
1.963
7.847
1.070
476
Keterangan : IAS = Ingin Anak Segera IAT = Ingin Anak di Tunda TIAL= Tidak Ingin Anak Lagi Program KB berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi secara langsung dan tidak langsung pada tingkat mikro maupun makro. Keterkaitan program KB dan kesehatan reproduksi pada tingkat mikro adalah melalui pembangunan kualitas keluarga, sedangkan pada tingkat makro melalui efisiensi pembangunan sosial dan ekonomi tingkat nasional. Pada tingkat mikro, keluarga yang ber-KB dan berhasil menciptakan kondisi sehat reproduksinya adalah mereka yang pada akhirnya dapat menjadi sumberdaya yang berkualitas tinggi. Karena menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi akan meningkatkan ekonomi keluarga dan ekonomi masyarakat pada umumnya (Dirjen Binkesmas, 2005). Grafik 1. 2 menunjukan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung paling tinggi yaitu sebesar 4,64 dibandingkan dengan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali, bahkan lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali. Laju
pertumbuhan
penduduk
selain
berguna
sebagai
bahan
perencanaan
pembangunan juga dapat berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembangunan.
6
Grafik 1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota, di Provinsi Bali Tahun 2000-2010
Sumber :Sensus Penduduk Tahun 2010
Perkembangan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung tahun 1990 hingga 2010 dapat dilihat pada Grafik 1.3. Berdasarkan Grafik 1.3, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Badung dari tahun ke tahun senantiasa mengalami peningkatan. Data hasil SP1990 menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Badung adalah sebanyak 274.640 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun hanya sebesar 1,23 persen. Jumlah ini meningkat menjadi 345.863 jiwa pada tahun 2000 atau mengalami rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 2,33 persen. Berdasarkan hasil SP 2010, dalam selang sepuluh
7
tahun kemudian jumlah penduduk Kabupaten Badung mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 197.469 jiwa menjadi 543.332 jiwa.
Grafik 1.3 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk, Kabupaten Badung Tahun 1990 – 2010
Sumber : Sensus Penduduk 1990, 2000, dan 2010
Pengaruh peningkatan atau penurunan pada pertumbuhan kelahiran atau fertilitas pada perekonomian bukan hanya dirasakan oleh negara yang masih berkembang. Jurnal penelitian yang ditulis oleh Bloom dan Poza (2010) menunjukkan bahwa peningkatan maupun penuruan fertilitas akan tetap berdampak buruk pada perekonomian di Eropa. Peningkatan yang tinggi jelas menimbulkan kepadatan penduduk yang tidak terkendali sehingga ketahanan ekonomi Eropa juga sangat lemah. Kondisi yang terjadi di Eropa saat ini justru menunjukkan hal yang sebaliknya. Rasio fertilitas masyarakat Eropa sangat rendah. Hal ini jelas menimbulkan ancaman di masa depan baik kondisi perekonomian Eropa. Ancaman
8
bukan hanya pada ketersediaan tenaga kerja yang minim. Namun juga pada permasalahan ekonomi lainnya yang bersifat agregat, misalnya pada kemampuan produksi dari masyarakat eropa yang rendah sehingga dapat melemahkan daya saing Eropa di pasar global.
Grafik 1.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Badung Tahun 2010
Sumber: Sensus Penduduk 2010
Grafik 1.4 menunjukan
laju pertumbuhan penduduk tertinggi berada di
Kecamatan Kuta Selatan dengan laju sebesar 9,13 persen Kecamatan Kuta Utara merupakan kecamatan yang memiliki laju pertumbuhan penduduk tertinggi kedua yaitu sebesar 6,97 persen. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Kuta menempati posisi ketiga dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 5,94 persen dan terendah di kecamatan Petang yaitu hanya sebesar 0,36 persen. Sedangkan laju
9
pertumbuhan penduduk Kecamatan Abiansemal dan Mengwi masing-masing sebesar 2,46 persen dan 1,79 persen. Freedman (1979) menyatakan bahwa variabel antara yang mempengaruhi langsung terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku di suatu masyarakat. Pada akhirnya perilaku fertilitas seseorang dipengaruhi norma-norma yang ada yaitu norma tentang besarnya keluarga dan norma tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya norma-norma tentang besarnya keluarga dan variabel antara di pengaruhi oleh tingkat mortalitas dan struktur sosial ekonomi yang ada di masyarakat, sedangkan Davis and Blake (1956) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas melalui apa yang disebut sebagai “variabel antara” (intermediate variables). Menurut Davis dan Blake faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui “variabel antara”. Program KB sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kependudukan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu, program KB memiliki posisi strategi dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui pengendalian kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan (secara kuantitatif), maupun pembinaan ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga (secara kualitatif) dalam mewujudkan keluarga kecil dan sejahtera. Keterjangkauan pelayanan kontrasepsi melemah sehingga dikhawatirkan berakibat pada meningkatnya kembali tingkat
10
fertilitas karena penggunaan kontrasepsi merupakan faktor terbesar / dominan dalam pengendalian tingkat fertilitas (Handayani, 2010). Informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fertilitas di Kabupaten Badung belum memadai sehingga dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentangm Peran Masa Ber KB dalam Memediasi Pengaruh Faktor Ekonomi, Sosial dan Demografi terhadap Jumlah Anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung. Variabel pendapatan keluarga dan jam kerja istri pada penelitian ini termasuk faktor ekonomi, variabel pendidikan termasuk faktor sosial serta umur kawin pertama istri termasuk faktor demografi dan masa ber KB istri termasuk variabel intervaning. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian ini maka rumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana pengaruh faktor pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri dan jam kerja istri terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung? 2) Bagaimana pengaruh faktor pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri jam kerja istri dan masa ber KB terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung?
11
3) Apakah ada pengaruh tidak langsung faktor pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri , pendidikan istri, jam kerja istri terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung melalui masa ber KB. 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Menganalisis pengaruh faktor pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri dan jam kerja istri terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. 2) Menganalisis pengaruh faktor pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri, jam kerja istri terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. 3) Menganalisis pengaruh tidak langsung faktor pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri dan jam kerja istri terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung melalui masa ber KB 1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk menerapkan konsep-
konsep teori yang selama ini diperoleh dalam perkuliahan serta meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan melalui berbagai temuan di lapangan yang sebelumnya belum terungkap khususnya tentang kependudukan dan pengendalian jumlah
12
kelahiran. Selain itu, diharapakan juga dapat mendukung hasil penelitian sebelumnya yang sudah ada yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. 1.4.2
Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi langsung kepada
Pemerintah Kabupaten Badung khususnya dalam upaya peningkatan kualitas program kependudukan dan keluarga berencana. Program yang dimaksud adalah pengendalian jumlah kelahiran dengan tetap mengedepankan hak dan kesehatan reproduksi keluarga.
1.5
Sistematika Penelitian
Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan Bab II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori-teori atau konsep-konsep yang relevan mengenai pengaruh fakto ekonomi, sosial dan demografi terhadap jumlah anak pada Pasangan Usia Subur sebagai acuan dan landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada, serta rumusan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang ingin dipecahkan dalam tesis ini. Bab III Kerangka Berpikir, Konsep dan Hipotesis Penelitian
13
Bab ini menguraikan tentang kerangka berpikir yang disusun berdasarkan studi teoritik kemudian digambarkan dalam bentuk bagan, model matematika atau perumusan fungsional, yang dilengkapi dengan uraian menunjukan semua variabel
kualitatif, serta
yang akan dikaji pada penelitian ini yang
digunakan sebagai dasar untuk menyusun hipotesis penelitian dalam rangka menjawab tujuan peneitian yang telah dirumuskan. Bab IV Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian BAB V Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang gambaran umum penelitian, analisis data yang mencakup hasil perhitungan dan deskripsi hasil penelitian serta pembahasan dari permasalahan yang ada. BAB VI Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan tentang simpulan dari permasalahan yang dibahas serta saran-saran yang diperlukan.
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Konsep-Konsep dan Definisi
2.1.1
Penduduk dan Pembangunan Ekonomi Teori-teori ekonomi pembangunan memandang penduduk atau menusia serta
kapital sebagai input dalam proses produksi. Kedua input ini juga menjadi vital dalam proses pembangunan serta pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara(Todaro, 2006). Perbedaan pertumbuhan pembangunan , pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan penduduk setiap negara menunjukan bahwa penduduk dapat sebagai modal dalam pembangunan. Penduduk dikatakan menjadi beban
beban dan
pembangunan
ketika penduduk tidak berkualitas (pendidikan dan kesehatan rendah) serta tidak
15
produktif (tidak terserap dalam pasar kerja). Penduduk menjadi modal pembangunan ketika penduduk berperan aktif dalam pembangunan, dimana keadaan ini terjadi ketika penduduk tersebut berkualitas (berpendidikan, sehat serta memiliki ketrampilan dan produktif di pasar kerja) (Birdsall, 2000). Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat untuk mencapaikeberhasilan pembangunan. Pembangunan dikatakan berhasil apabila dapat meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Baik peningkatan maupun penurunan fertilitas di suatu kawasan tetap saja akan menimbulkan dampak negatif pada saat ini maupun pada masa mendatang, oleh karena itulah perlu dilakukan pengendalian terhadap fertilitas. Upaya pengendalian itu dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas. Bloom dan Poza (2010) menyatakan bahwa fertilitas dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu demografi, sosial dan ekonomi. Demografi adalah faktor kependudukan seperti usia pasangan, pendidikan dan pekerjaan. Faktor sosial yang dimaksud adalah suprastruktur atau kelembagaan yang mendorong terciptanya pengendalian fertilitas baik secara formal maupu informal. Faktor ekonomi keluarga merupakan faktor internal yang mempengaruhi fertilitas. Pertumbuhan ekonomi kawasan juga mempunyai peran untuk mempengaruhi keputusan menambah jumlah anggota keluarga. Pengendalian pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui pemakaian kontrasepsi. Kontrasepsi adalah obat atau alat untuk menunda atau menjarangkan kehamilan,
serta
menghentikan
kesuburan.
Kontrasepsi
digunaka untuk
16
mencegah terjadinya kehamilan (Junita, 2009).
Penggunaan kontrasepsi adalah
salah satu cara untuk menurunkan tingkat kelahiran dalam suatu wilayah atau dapat dikatakan salah satu variabel yang secara langsung mempengaruhi angka kelahiran. Pengaturan jarak kehamilan atau kelahiran dapat dilakukan dengan kontrasepsi. Tingkat pemakaian alat kontrasepsi mencerminkan keberhasilan program pemerintah yaitu Keluarga Berencana (Sumini dkk, 2009). Menurunnya jumlah anak yang dimiliki keluarga menyebabkan semakin banyak waktu luang yang dimiliki oleh perempuan untuk meningkatkan kualitas dirinya sehingga masuk ke pasar kerja dengan upah atau gaji yang lebih tinggi (Todaro, 2006).
2.1.2
Fertilitas
Fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya. Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat melahirkan lebih dari seorang bayi (Mantra, 2000). Definisi menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization-WHO), terdapat tiga konsep mengenai kelahiran. Pertama, lahir hidup (live birth), adalah kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, di mana si bayi menunjukkan tandatanda kehidupan pada saar dilahirkan. Kedua adalah lahir mati, kelahiran seorang
17
bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan. Konsep terakhir adalah aborsi, peristiwa kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28 minggu baik secara sengaja maupun tidak disengaja (Adioetomo dan Samosir, 2010). Menurut Rusli (dalam Suandi, 2010) fertilitas merupakan bagian dari sistem yang sangat kompleks dalam sosial, biologi, dan interaksinya dengan faktor lingkungan.
Dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat fertilitas seseorang,
keputusan diambil oleh istri atau suami-istri atau secara luas oleh keluarga. Penentuan keputusan ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang dan lingkungan, misalnya pendidikan, pendapatan, pekerjaan, norma keluarga besar umur perkawinan, dan sebagainya. SDKI (2007) menyebutkan bahwa jumlah anak dari seorang wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk tingkat pendidikan (menyebabkan penundaan perkawinan), umur kawin pertama, keinginan membatasi jumlah anak, dan penggunaan kontrasepsi. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan fertilitas antar masyarakat maupun antar waktu dari suatu masyarakat baru dapat diketahui atau dipahami apabila telah memahami beragam faktor yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan fertilitas. Kertzer (2009) menyampaikan teori yang sedikit berbeda dari Bloom dan Poza (2010) tentang faktor yang mempengaruhi fertilitas. Kertzer menyatakan bahwa fertiitas dipengaruhi oleh 1) usia suami dan istri, 2) pendidikan suami dan istri; 3) pekerjaan suami dan istri, 4) pendapatan suami dan istri, 5) usia suami dan istri saat
18
pertama menikah, 6) usia pernikahan, 7) usia suami dan istri saat pertama memiliki anak, 8) usia anak terkecil, 9) jumlah anak yang telah dimiliki. Lawson dan Mace (2010) menyatakan bahwa fertilitas dapat dikendalikan dengan cara memperhatikan faktor usia ibu saat pertama kali menikah, usia suami, pendidikan ibu, pendapatan rumah tangga, kepemilikan rumah dan dukungan sosial. Tournemaine dan Luangaram (2012) menyampaikan bahwa fertilitas di suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh kebijakan sosial yang berlaku. Dukungan budaya setempat juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keputusan untuk menambah jumlah anak. Ijaiya (2009) yang melakukan penelitian di Afrika menunjukkan bahwa fertilitas sangat dipengaruhi oleh alat kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan (Hafid, 2013). Sumini (2009) menyatakan bahwa Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang secara langsung berpengaruh terhadap angka kelahiran. Adapun cara kontrasepsi yang termasuk di dalamnya adalah IUD, pil hormon, suntikan hormon, kondom, sterilisasi, dan norplant. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemakaian alat kontrasepsi terbukti mampu menurunkan angka kelahiran, sebagai contoh di Nepal, penggunaan alat kontrasepsi berhasil menurunkan angka kelahiran menjadi 4,2, sementara di India angka ini mencapai 3,5 dan Bangladesh sebesar 2. 2.2
Teori-teori yang Relevan
2.2.1 Teori Mikroekonomi Fertilitas Rumah Tangga
19
Menurut Todaro (2006) di banyak negara berkembang anak dipandang sebagai investasi, yaitu sebagai tambahan tenaga untuk menggarap lahan , sebagai gantungan hidup orang tua dan sebagai tabungan di hari tua. Dengan demikian penentuan fertilitas keluarga atau tingkat permintaan akan anak merupakan bentuk pilihan ekonomi yang rasional bagi konsumen (dalam hal ini keluarga). Pilihan menambah jumlah anak diperoleh dengan cara mengorbankan pilihan terhadap barang lain, dimana keputusan itu pada akhirnya efek substitusi dan efek pendapatan,disisi lain jumlah anak yang diinginkan akan berhubungan secara negatif terhadap biaya pemeliharaan anak serta kuatnya keinginan untuk memiliki barang lain. Secara matematis, hubungan tersebut dinyatakan dengan: Qc = f (Y, Pc, Px, Tx) Keterangan: Qc = permintaan akan anak, yaitu jumlah anak yang diinginkan yang diikut dengan usaha untuk mempertahankan kehidupan anak. Y = tingkat pendapatan keluarga Pc = harga neto anak, yaitu biaya oportunitas ditambah biaya-biaya lain guna mempetahankan kehidupan anak Px = harga barang-barang lain selain anak Tx = besar kecilnya preferensi terhadap barang-barang lain selain anak Teori neo klasik menjelaskan bahwa apabila terjadi perubahan pada faktor di atas,maka berimplikasi terhadap jumlah anak yang diminta oleh , yang dijelaskan sebagai berikut : ∂Qc/∂Y > 0 artinya, semakin tinggi penghasilan suatu keluarga, semakin besar
20
pula permintaan akan anak. ∂Qc/∂Pc < 0 artinya, semakin tinggi harga “neto” anak, semakin kecil kuantitas anak yang diminta (diinginkan). ∂Qc/∂Px> 0 artinya, semakin tinggi harga-harga relatif dari barang-barang lain, semakin besar kuantitas anak yang diminta. ∂Qc/∂Tx < 0 artinya, semakin besar preferensi terhadap barang-barang lain, jumlah anak yang diminta akan semakin kecil. Menurut Gary S. Becker (1976) dalam artikelnya
“An Economic Analysis of
Fertility”membahas tentang permintaan akan anak berkurang bila pendapatan meningkat; yakni apa yang menyebabkan harga pelayanan anak berkaitan dengan pelayanan komoditi lainnya meningkat jika pendapatan meningkat. New household economics berpendapat bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih tinggi dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat, (b) bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal. 2.2.2 Teori Aliran Kekayaan Teori aliran kekayaan oleh John Caldwell (1982) menyatakan terdapat hubungan langsung antara struktur keluarga dengan fertilitas. Teori aliran kekayaan (wealth flows theory) tersebut menyatakan bahwa keputusan akan fertilitas dalam masyarakat merupakan respon rasional secara ekonomi pada arus kekayaan suatu
21
keluarga (Kaplan dan Bock, 2001). Masyarakat yang mempunyai kekayaan dengan nilai bersih tinggi akan memutuskan secara rasional ekonomi untuk memiliki anak (surviving children) sebanyak mungkin karena setiap tambahan anak dipercaya akan menambah kekayaan dari orang tua, keamanan di masa tua, dan kesejahteraan secara sosial maupun politik. Sementara itu, pada masyarakat yang memiliki kekayaan bersih yang rendah atau miskin, secara rasional ekonomi akan memutuskan untuk tidak mempunyai anak atau memiliki anak dengan jumlah yang minimum sesuai dengan keinginan dari orang tua. Transisi dari fertilitas tinggi ke fertilitas rendah yang terjadi di seluruh dunia ini merupakan hasil dari perubahan dalam struktur keluarga dengan arus kekayaan tinggi (upward wealth flows) ke struktur keluarga dengan arus kekayaan rendah (downward wealth flows). Sesuai dengan teori aliran kekayaan ini pula terdapat banyak bukti sugestif bahwa perubahan dalam biaya pemeliharaan anak dan persepsi orang tua dari biaya-biaya tersebut berhubungan dengan transisi fertilitas. Masyarakat yang berada dalam lingkungan dengan fertilitas tinggi juga dikatakan mengharapkan dukungan secara ekonomi selama masa tua dibandingkan dengan masyarakat yang berada dalam lingkungan dengan fertilitas rendah. Becker (1960) yang melakukan analisis fertilitas menggunakan pendekatan ekonomi, menghasilkan teori mengenai anak dapat dianggap sebagai kegunaan (utility) dan biaya (cost), meningkatnya pendapatan dan menurunnya harga akan meningkatkan permintaan akan anak sesuai dengan kuantitas dan kualitas dari
22
permintaan anak. Okech et al (2011) dalam penelitiannya di Kenya juga menyatakan bahwa beberapa faktor demografi dan sosio-ekonomi dipertimbangkan dalam menggunakan alat kontrasepsi seperti, umur wanita, agama wanita, tingkat pendidikan wanita dan pasangannya, status pernikahan, jumlah anak masih hidup, keinginan untuk lebih banyak anak, persetujuan pasangan, status kerja, dan rata-rata tingkat pendapatan. 2.2.3 Permintaan Kontrasepsi Fertilitas dan permintaan kontrasepsi mempunyai hubungan negative, artinya sepasang PUS berkeinginan untuk memiliki jumlah anak sedikit, cenderung melakukan permintaan kontrasepsi lebioh kontinyu. Pernyataan ini didukung oleh hasil hasil studi yang dilakukan oleh Hatmadji (1990) tentang pengaruh program KB pada perubahan fertilitas di Jawa, yang menyebutkan bahwa program KB melalui permintaan kontrasepsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan fertilitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berkebalikan antara jumlah anak dengan jumlah permintaan kontrasepsi. 1) Hubungan Pendapatan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Jumlah anak lahir hidup Menurut Gary S. Becker
(1976) bahwa semakin tinggi pendapatan
keluarga semakin sedikit anak yang diinginkan karena para orang tua lebih memilih
meningkatkan kualitas anak sehingga anak dengan memberikan
23
perhatian,meningkatkan pendidikan dan kesehatannya sehingga anak mempunyai nilai lebih tinggi. Hasil SDKI 2007 menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kekayaan, maka proporsi wanita kawin yang menggunakan kontrasepsi juga mengalami kenaikan dari 27 persen menjadi 47 persen. Hal ini membuktikan bahwa mengingkatnya kekayaan akan membuat para wanita kawin dapat memenuhi kebutuhan ber-KB dengan cara membeli sendiri alat kontrasepsi. Nenik (2005) menyatakan bahwa semakin besar atau semakin tinggi pendapatan rata-rata keluarga per bulan, maka probabilitas permintaan kontrasepsi juga semakin besar karena daya beli efektif terhadap jumlah kontrasepsi yang diminta akan semakin besar pula. Menurut Okech, et al (2011), ketiadaan sumber pendapatan akan menyebabkan penurunan penggunaan pelayanan family planning seperti alat kontrasepsi. 2) Hubungan Umur Kawin Pertama dengan Penggunaan dan Jumlah Anak Lahir Hidup.
Alat Kontrasepsi
Davis dan Blake (1956) menyatakan bahwa terdapat tiga (3) faktor penting yang mempengaruhi fertilitas. Tiga faktor yang disebut sebagai intermediate variables dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: variabel hubungan kelamin (umur saat memulai hubungan seks, selibat permanen, lamanya perempuan berstatus kawin, abstinensi sukarela, abstinensi terpaksa, frekuensi hubungan seks), variabel konsepsi (fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak
24
disengaja, fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal disengaja, dan pemakaian alat kontrasepsi), dan variabel kehamilan (mortalitas janin karena halhal yang tidak disengaja dan mortalitas janin karena hal-hal yang disengaja). Umur saat memasuki hubungan seksual menjadi salah satu intermediate variabel yang menyebabkan adanya hubungan perkawinan, dimana umur saat memasuki hubungan seksual merupakan suatu faktor yang dapat diatur. Hasil penelitian Sudibia dkk, 2013 menunjukkan bahwa umur kawin pertama migran dan non migran berpengaruh terhadap banyaknya anak lahir hidup, makin muda umur kawin semakin banyak jumlah anak lahir hidup. Perkawinan seringkali diatur oleh para orang tua (tertua dalam keluarga), yang menginginkan anak mereka menikah dengan calon pasangan yang sesuai keinginan mereka meskipun anak mereka belum mengalami masa pubertas. Salah satu cara yang dapat dilakukan jika suatu perkawinan usia muda memiliki terlalu banyak anak adalah dengan cara kontrasepsi. Jika perkawinan terjadi pada usia tua, masa fertilitas potensial atau masa reproduksi yang baik yang telah terlewati tentu tidak akan kembali sehingga akan kemungkinan untuk memiliki keturunan akan berkurang (Davis dan Blake, 1956). Angeles et al (dalam Suandi, 2010) menyatakan bahwa faktor struktur umur wanita (kontrol kontrasepsi) berpengaruh negatif terhadap fertilitas. Artinya, semakin tua umur maka tingkat produktivitas dan fertilitas individu semakin menurun. Sejalan dengan hal tersebut, Hammad et al. (2010) dalam
25
penelitiannya menemukan bahwa penggunaan kontrasepsi moden pada umur lebih dari 30 tahun adalah negatif. Semakin muda umur perkawinan pertama seorang wanita, semakin banyak jumlah anak yang dimiliki (Asaduzzaman dan Hasinur, 2008). Penelitian di Bangladesh juga menunjukkan bahwa seiring kenaikan lamanya menikah dan usia, wanita lebih memilih sterilisasi dibandingkan dengan metode modern lainnya. Hal ini dikarenakan wanita pada kelompok tersebut ingin membatasi kelahiran sehingga mereka lebih memilih kontrasepsi yang bersifat permanen (Maryatun, 2009).
3) Hubungan Pendidikan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi dan Jumlah Anak Lahir Hidup. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritiual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap keinginan individu dan pasangan untuk menentukan jumlah anak. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa peningkatan pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan alat
26
kontrasepsi. Hasil penelitian di Kenya menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih tinggi menggunakan alat kontrasepsi
IUD
dan
Implant
dibandingkan
dengan
responden
yang
berpendidikan rendah, sedangkan responden yang tidak sekolah mempunyai peluang yang sangat kecil untuk menggunakan metode kontrasepsi IUD (Maryatun, 2009). Bongaarts
dan
Judith (1996)
mengatakan bahwa
wanita yang
tingkat bertahan hidup lebih tinggi, pendapatan lebih tinggi, dan lebih bisa berinvestasi dalam nutrisi dan pendidikan anak. Bollen dan Glanville (dalam Suandi, 2010), menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan prediktor yang kuat terhadap permanen income dan fertilitas termasuk kesertaan KB. Dengan kata lain, tingkat pendidikan berkorelasi positif terhadap penghasilan (income) dan berpengaruh negatif terhadap fertilitas. Gustavo et al. (2005) menyatakan bahwa pendidikan tinggi dapat menjadi suatu cara untuk mengendalikan fertilitas. Hasil penelitian Sudibia dkk, 2013 menunjukkan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup. ALH (Anak Lahir Hidup) ≤ 2 orang lebih banyak dimiliki oleh mereka yang berpendidikan tinggi, dan ALH ≥3 orang lebih banyak dimiliki oleh migran yang berpendidikan rendah. Ini berarti tingkat pendidikan korelasinya negatif terhadap ALH. 4) Hubungan Status Pekerjaan Jumlah Anak Lahir Hidup
dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi dan
27
Bekerja merupakan melakukan suatu pekerjaan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan dengan lama bekerja paling sedikit satu jam dalam satu minggu. Pekerjaan mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan. Pekerjaan pula secara tidak langsung berpengaruh terhadap fertilitas. Semakin meningkatnya pendidikan, semakin tinggi pula keinginan untuk memasuki pasar kerja. Tingginya tuntutan sosial ekonomi mendorong kaum perempuan untuk ikut bekerja dalam waktu yang lebih lama. Alwin dan Prasetyo (2012) menyatakan bahwa status pekerjaan memiliki pengaruh yang tinggi dalam keikutsertaan PUS dalam KB. Wanita yang telah Alwin dan Ketut (2012) menyatakan bahwa status pekerjaan memiliki pengaruh yang tinggi dalam keikutsertaan PUS dalam KB. Wanita yang telah menikah dan bekerja, tentu memiliki tanggung jawab yang besar. Kegiatan mengurus rumah (domestic work) setelah seharian bekerja tentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Keterlibatan wanita dalam pencarian nafkah dapat meningkatkan pendapatan rumah tangganya, yang pada rumah tangga miskin berfungsi sebagai “katup pengaman” untuk bertahan hidup. Sifat dan status pekerjaan wanita juga berpengaruh terhadap fertilitas. Wanita yang bekerja di luar rumah tangga, dengan jenis pekerjaan sebagai karyawan dan berstatus sebagai karyawan yang diupah cenderung memiliki anak sedikit (Siti Hadjar dkk, 1993). 5) Hubungan Jumlah Anak Lahir Hidup (ALH) dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi
28
Sudibia, 2013 menyatakan bahwa bahwa keikutsertaan PUS dalam program KB dalam bentuk menggunakan alat kontrasepsi berpengaruh langsung pada kehamilan yang kemudian berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan hidup. Pemakaian kontrasepsi berfungsi untuk menjarangkan kehamilan (sifat sementara)
dan mengakhiri kehamilan (sifat permanen). Fertilitas dan
permintaan kontrasepsi mempunyai hubungan negatif, artinya sepasang PUS yang berkeinginan untuk memiliki jumlah anak sedikit, memiliki kecenderungan untuk melakukan permintaan kontrasepsi dengan lebih kontinyu (Nenik, 2005). Pemakaian alat kontrasepsi merupakan salah satu dari program BKKBN dalam family planning di Indonesia. Penggunaan alat kontrasepsi merupakan cara untuk mencegah terjadinya kehamilan. Peningkatan angka prevalensi kontrasepsi (contraceptive prevalence rate-CPR) dari 18 persen di tahun 1976 menjadi 61 persen di tahun 2007 dikatakan penyebab dari menurunnya tingkat fertilitas di Indonesia. Wanita dengan banyak anak yang menggunakan layanan keluarga berencana lebih banyak dibandingkan dengan wanita dengan sedikit anak. Hartoyo, dkk (2011) dan Suandi (2010) menyatakan bahwa keikutsertaan keluarga dalam program KB akan terjadi ketika jumlah anak yang lahir hidup melebihi atau sama dengan jumlah anak yang diinginkan keluarga. Alwin dan Prasetyo (2012) serta Palamuleni (2013) dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa jumlah anak merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan kontrasepsi. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin anak yang
29
dimiliki, wanita yang lebih sedikit memiliki anak laki-laki-laki cenderung tidak menginginkan tambahan anak lagi dibandingkan dengan wanita yang memiliki banyak anak perempuan (Anujaya et al., 2009). 2.3
Keaslian Penelitian Penelitian tentang fertilitas sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti.
Namun demikian bukan berarti penelitian ini merupakan duplikasi dari penelitian sebelumnya.Ada beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Berikut disajikan tentang hasil penelitian sebelumnya dan perbedaannya dengan penelitian ini . Ijaiya tahun 2009 melakukan penelitian tentang pengaruh dari program pengendalian fertilitas terhadap angka pertumbuhan kelahiran di Afrika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pengendalian fertilitas dengan menggunakan alat kontrasepsi berpengaruh terhadap pertumbuhan kelahiran. Namun demikian dukungan dari pemerintah untuk mewajibkan setiap pasangan mengikuti program ini masih sangat diperlukan. Kertzer tahun 2009 melakukan penelitian tentang rendahnya fertilitas masyarakat di Italia. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor ekonomi masih menjadi penentu dalam susunan keluarga dan fertilitasnya. Faktor budaya menjadi faktor baru yang mempengaruhi rendahnya fertilitas di Italia. Sumini tahun 2009 melakukan penelitian Kontribusi Pemakaian Alat Kontrasepsi terhadap Fertilitas di Indoneia. Hasil analisis persamaan regresi liner
30
berganda pemakaian alat kontrasepsi terhadap fertilitas belum mampu memberikan penjelasan secara detail mengenai besarnya kontribusi pemakaian alat kontrasepsi di tiap wanita pernah kawin, tetapi telah mampu menunjukkan adanya pengaruh atau kontribusi pemakaian alat kontrasepsi terhadap fertilitas. melakukan peneitian
Dyastari
tahun
2014
tentang Pengaruh Faktor Sosial, Ekonomi dan Demografi
terhadap Partisipasi Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi di Denpasar Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dapat menjadi suatu cara efektif dalam mendewasakan umur kawin pertama . Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada empat variabel bebas (independent variabel) yaitu pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri dan jam kerja istri, masa ber KB sebagai variabel antara (intervaning variabel) serta jumlah anak sebagai variabel terikat (dependent variabel). Data hasil penelitian ini selanjutnya dianalisis menggunakan analisis jalur (path analisis).
31
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1
Kerangka Berpikir Terwujudnya masyarakat sejahtera, adil dan makmur merupakan tujuan dari
proses pembangunan sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-undang Dasar 1945, dan menjadi tugas pokok pemerintah. Proses pembangunan secara keseluruhan menempatkan penduduk sebagai inti dari pembangunan, yaitu sebagai subyek sekaligus obyek di dalamnya. Reproduksi yang dilakukan oleh pasangan usia subur tentunya menimbulkan penambahan jumlah penduduk. Penambahan jumlah penduduk ini harus diimbangi dengan gerak pembangunan yang stabil dan mantap khususnya di bidang ekonomi. Hal ini terjadi karena penambahan jumlah penduduk tentunya meningkatkan kebutuhan ekonomi baik di tingkat mikro maupun makro.
32
Karena itulah pengetahuan tentang Pengaruh faktor-faktor Ekonomi, Sosial dan Demografi menjadi sangat penting artinya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung Tingkat kelahiran atau fertilitas merupakan komponen alamiah yang menentukan perubahan laju pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu fertilitas merupakan indikator penting yang harus diperhatikan dalam upaya pengendalian penduduk. Pengendalian penduduk terkait dengan menekan tingkat fertilitas adalah program Keluarga Berencana (KB). Upaya penurunan tingkat fertilitas pada dasarnya ditujukan agar pertumbuhan
penduduk berjalan seiring dengan pertumbuhan
ekonomi, sehingga akan berdampak pada terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tinggi rendahnya tingkat fertilitas kelompok penduduk dapat disebabkan oleh bebrapa faktor diantaranya struktur umur,tingkat pendidikan, umur perkawinan pertama, banyak perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi dan tingkat pendapatan penduduk. Jika fertilitas itu bertambah tanpa kendali , maka jumlah penduduk semakin meningkat yang berarti laju pertumbuhan penduduk akan meningkat pesat. Masyarakat sejahtera, adil dan makmur Fertilitas
Pertumbuhan Penduduk
33
Pertumbuhan ekonomi
Daya tampung dan daya dukung lingkungan
Penyediaan Kebutuhan Primer
Tekanan Penduduk
Pengendalian Kelahiraran
Alat Kontrasepsi
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Analisi Pengaruh Faktor Ekonomi, Sosial dan Demografi terhadap Jumlah Anak pada Pasangan Usia Subur di 3.2 Konsep Penelitian Kabupaten Badung Davis dan Blake (1956) menyatakan bahwa terdapat tiga (3) faktor penting yang mempengaruhi fertilitas. Tiga faktor yang disebut sebagai intermediate variables dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: variabel hubungan kelamin (umur saat memulai hubungan seks, selibat permanen, lamanya perempuan berstatus kawin, abstinensi sukarela, abstinensi terpaksa, frekuensi hubungan sek), variabel konsepsi (fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak disengaja, fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal disengaja, dan pemakaian alat kontrasepsi), dan variabel kehamilan (mortalitas janin karena hal-hal yang tidak disengaja dan mortalitas janin karena hal-hal yang disengaja). Umur saat memasuki hubungan seksual menjadi salah satu intermediate variabel yang menyebabkan adanya hubungan perkawinan, dimana umur saat memasuki hubungan seksual merupakan suatu faktor
34
yang dapat diatur. Keterkaitan antar faktor yang mempengaruhi jumlah anak dapat dijelaskan sebagai berikut : Hasil peneltian Nenik (2005) menunjukkan bahwa pendapatan mempunyai hubungan negatif dengan jumlah anak yaitu semakin besar pendapatan semakin sedikit anak yang dimiliki karena permintaan terhadap alat kontrasepsi dapat dipenuhi oleh pasangan usia subur. Angeles et al (dalam Suandi, 2010) menyatakan bahwa faktor struktur umur wanita (kontrol kontrasepsi) berpengaruh negatif terhadap fertilitas, artinya semakin tua umur kawin pertama seorang wanita maka tingkat produktivitas dan fertilitas individu semakin menurun. . Semakin muda umur perkawinan pertama seorang wanita semakin banyak jumlah anak yang dimiliki (Asaduzzaman dan Hasinur, 2008). Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keinginan individu dan pasangan untuk menentukan jumlah anak. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa peningkatan pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan alat kontrasepsi, yang berarti pula akan menurunkan angka fertilitas. Alwin dan Prasetyo (2012) menyatakan bahwa status pekerjaan memiliki pengaruh yang tinggi dalam keikutsertaan PUS dalam KB. Wanita yang telah menikah dan bekerja, tentu memiliki tanggung jawab yang besar. Sifat dan status pekerjaan wanita juga berpengaruh terhadap fertilitas. Wanita yang bekerja di luar rumah tangga dan berstatus sebagai karyawan yang diupah cenderung memiliki anak sedikit (Siti Hadjar dkk, 1993).
35
Fertilitas dan permintaan kontrasepsi mempunyai hubungan negatif, artinya sepasang PUS yang berkeinginan untuk memiliki jumlah anak sedikit, memiliki kecenderungan untuk melakukan permintaan kontrasepsi dengan lebih kontinyu (Nenik, 2005). Penggunaan alat kontrasepsi merupakan cara untuk mencegah terjadinya kehamilan. fertilitas di Indonesia. Faktor-faktor tersebut disajikan pada Gambar 3.2 di bawah ini yang memuat konsep penelitian ini.
Pendapatan keluarga X1 Umur Kawin Pertama istri X2 Tingkat Pendidikan istri X3 Jam kerja istri X4
Masa ber KB X5 (Y1)
Jumlah Anak Y
36
Gambar 3.2 Konsep Penelitian Peran Masa ber KB dalam Memediasi Pengaruh Faktor Ekonomi, Sosial dan Demografi terhadap Jumlah Anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung
3.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan
kerangka konsep penelitian maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini sebagai berikut. 1) Pendapatan keluarga, pendidikan istri dan jam kerja istri berpengaruh positif terhadap masa ber KB , sedangkan umur kawin pertama istri berpengaruh negatif terhadap masa ber KB
pada pasangan usia subur di Kabupaten
Badung. 2) Pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri, jam kerja istri berpengaruh negatif terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. 3) Pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri dan jam kerja istri bepengaruh tidak langsung terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung melalui masa ber KB.
37
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1
Rancangan Penelitian Tahap pertama
menetapkan topik masalah yaitu
merupakan salah satu masalah serius
masalah kependudukan
di Kabupaten Badung. Laju pertumbuhan
penduduk yang semakin tinggi dari tahun ketahun sangat berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan penduduk. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang terikat oleh perkawinan yang sah yang paling berhubungan dengan fertilitas. Sehubungan dengan permasalahan tersebut dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang Peran Masa ber KB dalam Memediasi
38
Pengaruh Faktor Ekonomi, Sosial dan Demografi terhadap Jumlah Anak pada PasanganUsia Subur di Kabupaten Badung. Sebagai variabel bebas (independent variabel) yaitu pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri dan jam kerja istri, masa ber KB sebagai variabel antara (intervaning variabel) serta jumlah anak sebagai variabel terikat (dependent variabel). Tahapan kedua adalah dengan menjabarkan topik tersebut dan menguraikan latar belakang masalah dan perumusan masalah. Tahap ketiga adalah melakukan kajian pustaka untuk mengetahui teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian, selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, kuesioner dan observasi yang berhubungan dengan hal-hal yang akan diteliti. Setelah teori-teori dan data tersedia baru kemudian menentukan sampel dari populasi (PUS) yang ada di Kabupaten Badung. Sampel ditentukan dengan cara accidental
sampling. Setelah data terkumpul dilakukan analisis menggunakan
analisis jalur (path analysis) dan terakhir adalah menguraikan hasil penelitian serta membahasnya ,untuk selanjutnya ditarik kesimpulan. PUS Kabupaten Badung
Data Sekunder
Jenis dan Sumber Data Observasi awal Observasi Merumuskan Masalah
Data Primer
Wawancara
39
Hipotesis
Metode Penelitian
Kuesioner
Teknik Sampling
Pengolahan Data
Proportionate Stratified RandomSampling
Teknik Analisa Data Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Analisis Jalur
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Peran Masa ber KB dalam Memediasi Pengaruh FaktorLingkup Ekonomi, Sosial danPenelitian Demografi terhadap Jumlah Anak 4.2 Lokasi Ruang dan Waktu padaPasangan Usia Subur di Kabupaten Badung Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Badung dengan mengambil sampel di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kuta Selatan, Mengwi, dan Petang. Alasan yang mendasari pemilihan lokasi ini adalah
karena ketiga kecamatan tersebut
dianggap mampu mewakili daerah perkotaan yaitu Kecamatan Kuta Selatan dengan laju pertumbuhan penduduk 9,13 persen, Kecamatan Mengwi mewakili daerah transisi
dengan laju pertumbuhan penduduk 2,46 persen dan Kecamatan Petang
mewakili daerah pedesaan dengan laju pertumbuhan penduduk 0,36 persen. 4.3
Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
40
tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Variabel bebas Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini yang termasuk variabel
bebas yaitu : pendapatan
keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri dan jam kerja istri. Variabel pendapatan keluarga dan jam kerja istri termasuk faktor ekonomi, variabel pendidikan istri termasuk faktor sosial dan yang termasuk faktor demografi yaitu umur kawin pertama istri. 2) Variabel intervaning Variabel intervening adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, yang termasuk variabel intervening dalam penelitian ini adalah masa ber KB. 3) Variabel terikat Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini yang termasuk variable terikat yaitu jumlah anak. 4.4
Definisi Operasional Variabel Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
41
1) Pasangan Usia Subur (PUS) PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun dan masih haid, atau pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri sudah berumur lebih dari 49 tahun tetapi masih haid (BKKBN, 2007). 2) Pendapatan keluarga (X1) Pendapatan merupakan arus uang yang mengalir dari pihak dunia usaha kepada masyarakat dalam bentuk upah dan gaji, bunga, sewa, dan laba (Rosyidi, 2001). Pendapatan keluarga dalam penelitian ini dilihat dari sejumlah pendapatan atau penghasilan (rupiah) yang diperoleh dari suami dan istri dalam waktu satu bulan yang diukur dengan satuan rupiah. 3) Umur Kawin Pertama Istri(X2) Umur kawin pertama istri merupakan umur saat
seorang perempuan
pertama kali menikah yang di ukur dengan satuan tahun. 4) Pendidikan Istri (X3) Sesuai dengan program wajib belajar yang diberikan pemerintah, pendidikan di Indonesia memiliki jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, serta pendidikan tinggi. Pendidikan dalam penelitian ini yaitu lama pendidikan yang ditempuh atau diselesaikan oleh responden yang diukur dengan jumlah tahun. 5) Jam kerja istri (X4)
42
Jam kerja adalah banyak waktu yang digunakan oleh responden untuk bekeja dalam kurun waktu satu minggu yang di ukur dengan satuan jam . 6) Masa ber KB (X5) Masa ber KB adalah lamanya responden menggunakan alat kontrasepsi yang diukur dengan satuan bulan.Masa ber KB dihitung dengan cara menjumlahkan periode atau lamanya ber KB
pertama dan seterusnya
setelah diselingi kehamilan atau masa tidak ber KB.
7) Jumlah Anak (Y) Jumlah anak adalah jumlah anak responden baik anak
lahirhidup yang dilahirkan oleh
yang tinggal serumah dan atau tinggal di tempat
lain, baik yang belum menikah maupun yang telah menikah. 4.5 Jenis dan Sumber Data 4.5.1 Jenis data 1)
Data kuantitatif adalah datayang mempunyai satuan hitung (Sugiyono, 2010), seperti pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri, jam kerja istri, masa ber KB, dan jumlah anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung.
2)
Data kualitatif adalah data-data yang berupa keterangan-keterangan yang tidak mempunyai satuan hitung, yang digunakan untuk memberikan
43
penjelasan yang mendukung penelitian (Sugiyono, 2010). Contoh : alat kontrasepsi yang sedang dipakai, pekerjaan dan jenis kelamin anak. 4.5.2
Sumber data
1)
Data primer adalah data yang secara langsung dikumpulkan oleh peneliti dan dipublikasikan oleh peneliti yang bersangkutan. Data tersebut meliputi variabel pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri, jam kerja istri, masa ber KB, dan jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung.
2)
Data sekunder adalah data yang sudah dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang lain atau pihak lain di luar peneliti. Data sekunder diperoleh dari Badung Dalam Angka serta dari Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Badung.
4.6 Populasi dan Sampel 4.6.1 Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2012: 115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada di di Kecamatan Kuta Selatan, Mengwi dan Petang . Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Badung seperti terlihat pada Tabel 1.1 maka diketahui jumlah PUS di Kecamatan Kuta Selatan, Mengwi dan Petang adalah sebesar 40.865 pasangan.
44
4.6.2 Sampel Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012). Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendekatan Slovin, dengan rumus sebagai berikut : N 1+Ne2
n =
Keterangan n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Nilai kritis (batas ketelitian = 7 persen) Berdasarkan rumus Slovin di atas nilai kritis yang digunakan adalah 7 persen, jumlah populasi dalam penelitian ini sebesar 40.865 PUS, maka jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut : 40.865 n=
1+40.865(0,07)2 40.865
n = n
201,238
= 203,068
Hasil perhitungan sampel menunjukkan nilai 203,068 sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 203 pasang responden. Pengambilan sampel pada
45
penelitian ini dengan metode Proportionate Stratified Random Sampling. Pada metode ini jumlah sampel yang diambil proporsional dengan jumlah
anggota
populasi dimasing-masing kecamatan. Stratifikasi populasinya dapat dihitung sebagai berikut : Jumlah sampel di Kecamatan Kuta Selatan 13.051 =
40.865 =
x 203 = 64,831
65 PUS
Jumlah sampel di Kecamatan Mengwi =
=
21.896 40.865
x 203 = 108,770
109 PUS
Jumlah sampel di Kecamatan Petang = =
5.918 40.865
x 203 = 29,398
29 PUS
Tabel 4.1 Stratifikasi Jumlah Populasi dan Sampel per kecamatan di Kabupaten Badung
No 1
Kecamatan Kuta Selatan
Jumlah Jumlah Jumlah Populasi Populasi Sampel (PUS) Kabupaten Kabupaten A B C 13.051
40.865
203
Jumlah Sampel (PUS) D = A:B x C 65
46
2
Mengwi
3
Petang
21.896
40.865
203
109
5.918
40.865
203
29
4.7 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Wawancara terstruktur yaitu cara peneliti untuk mendapatkan data dengan cara menanyakan secara langsung beberapa hal mengenai penelitian kepada responden. Data yang diperoleh dalam metode wawancara untuk penelitian ini adalah data pendapatan,umur kawin pertama, pendidikan, jam kerja, masa ber KB dan jumlah anak lahir hidup oleh responden (Pasangan Usia Subur) di Kabupaten Badung. 2) Wawancara mendalam
Wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan kepada responden agar peneliti memperoleh informasi yang lebih terperinci atau alasan yang sebenarnya dari responden tersebut dalam mengambil suatu keputusan yang terkait dengan penelitian. Data yang diperoleh dalam metode wawancara mendalam ini adalah data pendukung seperti alasan penggunaan alat kontrasepsi dan alasan jangka waktu penggunaan alat kontrasepsi oleh responden. Wawancara mendalam dilakukan kepada PUS yang menjadi responden.
47
3) Observasi Observasi adalah melakukan pengamatan terhadap gejala atau fenomena yang diteliti. Observasi dalam penelitian ini merupakan observasi non partisipan, yaitu peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas tetapi hanya sebagai pengamat independen (Rahyuda dkk, 2004). Data yang diperoleh
melalui observasi adalah data-data serta hasil penelitian
terdahulu mengenai keadaan sosial, ekonomi, dan demografi penduduk di Kabupaten Badung.
4.8 Teknik Analisis Data Dalam studi ini dilakukan beberapa metode analisis deskritif dan analisis jalur (path analysis) yaitu teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat baik secara langsung maupun tidak langsung. 4.8.1 Analisis Deskritif Penerapan statistik deskritif dalam studi ini antara lain perhitungan rata-rata, tabel-tabel, gambar-gambar dan sebagainya yang dibuat atau dihitung dengan paket program SPSS dan exell. 4.8.2 Analisis Jalur
48
Analisis jalur atau analisis lintasan merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel. Pemilihan anlisis jalur dengan pertimbangan bahwa bentuk hubungan sebab akibat yang muncul dalam studi ini merupakan mdel yang komplek, yaitu adanya variabel yang berperan ganda, sebagai variabel independen pada suatu hubungan, namun menjadi variabel dependen dalam hubungan lain mengingat adanya hubungan kausalitas yang berjenjang. Bentuk hubungan seperti ini membutuhkan alat analisi yang mampu menjelaskan sistem
secara simultan. Kerlinger (2002)
menyebutkan bahwa dengan menggunakan analisis jalur akan dapat dihitung pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel. Analisis jalur pertama kali diperkenalkan oleh Sewell Wrigth, seorang ahli genetika populasi anatara tahun 1918-1921. Analisis jalur dapat digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya. Prosedur ini dapat mengestimasi koefisien-koefisien sejumlah persamaan struktural linear yang mewakili hubungan sebab akibat tersebutmencakup dua jenis variabel, yaitu variabel penjelas, baiasa dinotasikan X 1,X2,…….Xn dan variabel yang dijelaskan yaitu Y1,Y2,…..Yn. Berbeda dengan persamaan regresi dimana pengaruh variabel X terhadap variabel Y hanya bentuk pengaruh langsung, dalam persamaan
49
structural linear pengaruh variabel X terhadap Y dapat berupa pengaruh langsung dan tidak langsung. Pengaruh tidak langsung dari variabel X terhadap suatu variabel Y adalah melalui variabel lain yang disebut variabel intervening variabel atau variabel antara. Pengaruh total variabel X terhadap variabel Y tersebut merupakan penjumlahan dari pengaruh langsung dari seluruh pengaruh tidak langsung (Daryanto dan Hafizrianda, 2010). Alasan penggunaan analisis jalur yaitu: 1) Hipotesis yang diuji dikembangkan dengan model (kerangka konsepsual) yang semua hubungan bersifat asimetri dan merupakan sistem, serta model dapat dikatagorikan bersifat rekursif sehingga metode yang paling tepat adalah analisis jalur. 2) Analisis jalur memberikan metode langsung berkaitan dengan hubungan ganda secara simultan (metode struktural) sehingga memberikan efisiensi analisis statiska. 3) Kemampuannya untuk menguji hubungan secara konprehensip dan memberikan suatu bentuk transisi anlisis exploratory menuju analisis confirmatory. Bentuk transisi berkaitan dengan upaya yang
lebih
besar
dalam
semua
lapangan
studi
untuk
mengembangkan upaya seperti ini memerlukan kemampuan untuk menguji suatu hubungan yang berantai yang berbentuk model
50
yang besar, seperangkat prinsip dasar, atau suatu teori keseluruhan. Hal seperti ini sangat cocok diselesaikan dengan anlisis jalur. Langkah-langkah analisis jalur dapat dilihat pada uraian berikut. 1) Pertama Langkah pertama didalam analisis jalur adalah merancang model berdasarkan konsep teori yaitu: (1) Pendapatan keluarga berpengaruh terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur (2) Umur kawin pertama istri berpengaruh terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur (3) Pendidikan istri berpengaruh terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur. (4) Jam kerja istri berpengaruh terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur (5) Pendapatan keluarga berpengaruh terhadap jumlah anak pasangan usia subur. (6) Umur kawin pertama istri berpengaruh terhadap jumlah anak pasangan usia subur. (7) Pendidikan istri berpengaruh terhadap jumlah anak pasangan usia subur.
51
(8) Jam kerja istri berpengaruh terhadap jumlah anak pasangan usia subur (9) Masa ber KB berpengaruh terhadap jumlah anak pasangan usia subur Hubungan antar variabel berdasarkan uraian tersebut dapat diilustrasikan seperti Gambar 4.2 Model tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sehingga membentuk sistem persamaan. Sistem persamaan ini ada yang menamakan system persamaan simultan atau ada juga yang menyebutkan model struktural. Berdasarkan diagram jalur pada gambar 4.2 menghasilkan dua persamaan struktural. Persamaan strukturalnya dapat disajikan seperti dibawah ini : (1) Hubungan antara X1, X2, X3 dan X4 terhadap X5 X5 = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ei…..………....(4.1) Keterangan : b1 adalah koefisien jalur X1 dengan X5 b2 adalah koefisien jalur X2 dengan X5 b3 adalah koefisien jalur X3 dengan X5 b4 adalah koefisien jalur X4 dengan X5 X1 adalah pendapatan keluarga X2 adalah umur kawin pertama istri X3 adalah pendidikan istri X4 adalah jam kerja istri dan X5 adalah masa ber KB
52
Pendapatan keluarga (X1)
b1
b5
Umur kawin pertama istri (X2) b2
e2
53
b6
e1
b9
Masa ber KB (X5)
Jumlah Anak (Y)
b3 b7
Pendidikan istri (X3)
b8
b4
Jam Kerja istri (X4)
Gambar 4.2
Gambar 4.2 4.2 Peran Masa ber KB dalam Diagram Jalur VariabelGambar Penelitian Memediasi Pengaruh Faktor Ekonomi, Sosial dan Demografi terhadap Jumlah Anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung
(2) Hubungan antara X1, X2, X3, X4 dan X5 terhadap Y Y = b5X1 + b6X2 + b7X3 + b8X4 + b9X5 + e2…………………….(4.2) Keterangan: b5 adalah koefisien jalur X1 dengan Y b6 adalah koefisien jalur X2 dengan Y b7 adalah koefisien jalur X3 dengan Y b8 adalah koefisien jalur X4 dengan Y b9 adalah koefisien jalur X5 dengan Y
(3) Hubungan tidak langsung antara X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y melalui X5 Y = b1X1 + b9X5
54
Y = b2X2 + b9X5
.......................................................(4.3)
Y = b3X3 + b9X5 Y = b4X4 + b9X5 Keterangan : b1 adalah koefisien jalur X1 dengan Y melalui X5 b2 adalah koefisien jalur X2 dengan Y melalui X5 b3 adalah koefisien jalur X3 dengan Y melalui X5 b4 adalah koefisien jalur X4 dengan Y melalui X5 2) Kedua Langkah kedua dari analisis jalur adalah pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi. Menurut Sarwono (2007) prinsip-prinsip dasar yang sebaiknya dipenuhi dalam analisi jalur diantaranya adalah. (1) Model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah linear aditif (2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran kausal kesatu arah, sedangkan pada model yang mengandung kausal resiprokal tidak dapat dilakukan anlisis jalur.
(3) Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval. (4) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrument pengukuran valid dan reliabel) (5) Model yang dianalisis dispesifikasikan (diidentifikasi) dengan benar bedasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan.
55
Uji linearitas menggunakan cueve fit dan menerapkan prinsip partisimony yaitu bilamana seluruh model signifikan atau non signifikan berarti dapat dikatakan model berbentuk linear. 3) Ketiga Langkah ketiga didalam analisis jalur adalah pendugaan parameter atau koefisen path. Perhitungan koefisien pada gambar diagram jalur pada uraian sebelumnya dijelaskan. (1) Untuk anak panah bolak balik
koefisennya merupakan koefisien
korelasi, r. (2) Untuk anak panah satu arah
digunakan perhitungan regresi variabel
yang distandarkan, secara parsial pada tiap-tiap persamaan. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) yaitu metode kuadrat terkecil biasa. Hal ini dapat dilakukan mengingat modelnya rekursif (satu arah). Dari perhitungan diperoleh koefisien jalur pengaruh langsung. Didalam analisis jalur disamping ada pengaruh langsung juga dapat pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Koefisien beta dinamakan koefisien jalur merupakan pengaruh langsung, sedangkan pengaruh tidak langsung dilakukan dengan mengalikan koefisien beta dari variabel yang dilalui. Pengaruh total dihitungdengan menjumlahkan pengaruh langsung dan tidak langsung (Ghozali, 2001) berdasarkan gambar 4.2 dapat dilakukan perhitungan pengaruh tidak langsung dan pengaruh total.
56
(1) Pengaruh langsung pendapatan keluarga dengan jumlah anak pada pasangan usia subur sama dengan b5. (2) Pengaruh tidak langsung pendapatan keluarga dengan jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB sama dengan b1 x b9 (3) Pengaruh total pendapatan keluarga terhadap jumlah anak pasangan usia subur melalui masa ber KB b5 +(b1 x b9) (4) Pengaruh langsung umur kawin pertama istri dengan jumlah anak pasangan usia subur sama dengan b6. (5) Pengaruh umur kawin pertama dengan jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB sama dengan b2 x b9. (6) Pengaruh total umur kawin pertama istri dengan jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB sama dengan b6 +(b2 x b9) (7) Pengaruh langsung pendidikan istri dengan jumlah anak pada pasangan usia subur sama dengan b7 (8) Pengaruh tidak langsung pendidikan istri dengan
jumlah anak pada
pasangan usia subur melalui masa berKB b3 x b9. (9) Pengaruh total pendidikan istri dengan jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB b7 +(b3 x b9). (10)Pengaruh langsung jam kerja istri dengan jumlah anak pada pasangan usia subur sama dengan b8. (11)Pengaruh tidak langsung jam kerja istri dengan jumlah anak
57
pasangan usia subur melalui masa ber KB b4 x b9. (12)Pengaruh total masa ber KB dengan jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB b8 +(b4 x b9) (13)Pendugaan parameter b1,b2,b3,b4,b5,b6,b7,b8, dan b9 dilakukan dengan metode (OLS) ordinary least square untuk tiap-tiap model persamaan dengan software SPSS versi 13 selanjutnya dilakukan uji statistik. 4) Keempat Langkah keempat didalam analisis jalur adalah pemeriksaan validitas atau kesahihan model. Sahih adalah tidaknya suatu hasil analisis tergantung dari terpenuhi atau tidaknya asumsi yang melandasinya. Terdapat dua indikator validitas model didalam analisis jalur, yaitu koefisien determinasi total theory trimming. (1) Koefisien Determinasi Total Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan (Garson, 2003) :
2 2 Rm2 1 Pe21 Pe...........…… 2 . . . Pep
(4.3)
Koefisien determinasi total yaitu koefisien yang menyatakan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien Determinasi Total mirip dengan koefisien determinasi (R 2) pada analisis regresi. Interpretasinya pun hampir sama.
58
Pei yang merupakan standar error of estimale dari model regresi dihitung dengan rumus : Pei = 1 - R2…….................………………. (4.4) (2) Theory Trimming Uji validasi koefisien jalur pada setiap jalur untuk pangaruh langsung adalah sama dengan pada analisis regresi, menggunakan nilai p (p value) dari uji t, yaitu pengujian koefisien regresi variabel yang dilakukan secara parsial. Berdasarkan teory trimming, maka jalur-jalur yang non significant dibuang sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empiris, kecuali untuk model tertentu yang didukung oleh konsep atau teori. Dalam penelitian theory trimming total diberlakukan karena secara teori variabel yang dianalisis memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung. 5) Kelima Langkah terakhir didalam analisis jalur adalah melakukan interpretasi hasil,yaitu
menentukan
jalur-jalur
pengaruh
yang
signifikan
dan
mengindentifikasi jalur yang pengaruhnya lebih kuat, yaitu dengan membandingkan besarnya koefisien jalur yang terstandar.
BAB V DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
59
Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang ada di wilayah Provinsi Bali. Kabupaten Badung secara fisik memiliki bentuk wilayah menyerupai sebilah keris (gambar 5.1). Keunikan ini kemudian diangkat menjadi lambang daerah, yang di dalamnya terkandung semangat dan jiwa ksatria berkaitan dengan peristiwa Puputan Badung. Semangat ini kemudian melandasi moto Kabupaten Badung, Cura Dharma Raksaka, yang berarti kewajiban pemerintah untuk melindungi
kebenaran
dan
rakyatnya
(Humas
Badung,2011).
Wilayah Kabupaten BadungGambar terletak5.1pada posisi 08o14'17"--08o50'57" Peta Wilayah Kabupaten Badung Lintang Selatan (LS) dan 115o05'02"-15 o15' 09" Bujur Timur (BT) membentang
60
di tengah-tengah Pulau Bali.
Luas wilayah Kabupaten Badung adalah 418,52
km 2(7,43% dari luas Pulau Bali). Bagian utara Kabupaten Badung merupakan daerah pegunungan
yang berudara
sejuk,
berbatasan
dengan
Kabupaten
Buleleng. Wilayah di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia.
Sebelah
timur wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar. Bagian tengah wilayah Badung merupakan daerah persawahan. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Tabanan.
Secara
umum
Kabupaten
Badung
merupakan daerah beriklim tropis yang memiliki dua musim, yaitu musim kemarau (April–Oktober) dan musim hujan (Nopember- Maret). Curah hujannya rata-rata 893,4- 2.702,6 mm 30oC
per
tahun.
Kemudian
suhu
udaranya
berkisar
25oC-
dengan kelembapan udara rata-rata mencapai 79% .Kabupaten Badung
terdiri dari 6 (enam ) kecamatan yaitu Kecamatan Kuta Selatan, Kuta, Kuta Utara, Mengwi, Abiansemal dan Petang, dan 62 desa/kelurahan. Masalah-masalah kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk perlu menjadi fokus perhatian utama dalam pembangunan. Penduduk dengan kuantitas yang cukup besar dan dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi, serta persebaran tidak merata, apabila tidak diatur, dikendalikan dan diarahkan akan menjadi permasalahan di tahun-tahun mendatang dan menambah beban bagi pemerintah. Melalui pengendalian pertumbuhan, pengaturan pesebaran, serta
61
peningkatan kualitas penduduk diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan pemerataan hasil pembangunan sehingga dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Sejalan dengan pola laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Badung, perkembangan distribusi penduduk juga menunjukkan hal yang sama. Persentase jumlah penduduk di tiga kecamatan yang berlokasi di Badung bagian selatan mengalami peningkatan, sedangkan hal berbeda terjadi di tiga kecamatan lainnya. Penurunan persentase jumlah penduduk terjadi di tiga kecamatan yang berlokasi di Badung bagian utara. Perekonomian masyarakat di Badung bagian utara yang tergantung pada sektor pertanian kurang memberikan daya tarik bagi para pendatang untuk
memperoleh
pendapatan
di
wilayah
tersebut.
Sedangkan
tingginya
perkembangan sektor pariwisata justru menjadi daya tarik bagi para pendatang untuk mencari pendapatan di wilayah Badung bagian selatan. Kontrasepsi merupakan obat atau alat untuk mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan. Menurut jenisnya kantrasepsi ada dua macam, yakni kontrasepsi yang mengandung hormonal dan tidak mengandung hormonal. Kontrasepsi yang mengandung hormonal seperti pil KB, suntikan, dan implant. Sedangkan kontrasepsi yang tidak mengandung hormonal seperti IUD dan kondom. Selain kontrasepsi tersebut terdapat pula metode kontrasepsi mantap yakni Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP). Metode Operasi Wanita disebut juga dengan istilah tubektomi yakni suatu metode yang dilaksanakan melalui prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau kesuburan seorang perempuan
62
secara permanen. Sedangkan Metode Operasi Pria (MOP) lazim pula disebut dengan vasektomi. Partisipasi masyarakat Kabupaten Badung dalam mempergunakan kontrasepsi tampak semakin melembaga dan membudaya di masyarakat. Pilihan mereka dalam mempergunakan kontrasepsi sangat bervariasi sesuai dengan pilihan metode kontrasepsi yang tersedia. Jika dilihat partisipasi masyarakat Kabupaten Badung dalam melaksanakan keluarga berencana (KB) menurut per metode kontrasepsi yang digunakan sesuai dengan pilihannya. Profil PUS dan peserta KB Aktif menurut mix kontrasepsi di Kabupaten Badung per kecamatan adalah seperti pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 PUS dan Peserta KB Aktif Menurut mix Kontrasepsi Berdasarkan PerKecamatan di Kabupaten Badung, Tahun 2013 Metode Kontrasepsi
Kuta
Jumlah
Kondom
Pil
Sun-tikan
Implant
%
2.45
9
320
36
2.684
930
427
6.864
82.03
Mengwi
21.896 12.584
29
1.180
48
4.323
725
250 19.139
87,41
Abinsmal
16.528
9.424
76
461
66
3.390
591
276 14.284
86,42
5.918
3.153
190
240
32
1.346
235
Kuta Sel.
13.051
2.748
22
511
27
KutaUtara
12.972
5.293
46
347
57
35.660
372
3.059
Petang
Badung Sumber :
8.368
MOW
PUS
MOP
Kecamatan
IUD
∑
78.733
BKBKS Kabupaten Badung, 2013
5.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian
47
5.243
88,59
4.663 2.611
224 10.806
82,79
3.534 1.365
399 11.041
85,11
266 19.940 6.457 1.623 67.377
85,57
63
5.2.1 Distribusi PUS berdasarkan Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga adalah sumber pendapatan untuk biaya hidup sehari-hari dalam suatu keluarga. Pendapatan dapat menjadi indikator tingkat kesejahteraan keluarga . Keluarga yang satu dan yang lainnya tentu memiliki pendapatan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pendapatan terendah sebesar Rp 3.000.000.00,- dan tertinggi sebesar Rp 15.000.000,00,Tabel 5.2 Tingkat Pendapatan Keluarga pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung Pendapatan keluarga (ribuan rupiah)
Orang
Persentase
3.000,- < 5.000,-
66
32,51
5.000, - < 7.000,7.000, - < 11.000,11.000, + Jumlah
65 53 19 203
32,02 26,11 9,36 100,00
Sumber : Data primer, 2014
5.2.2. Distribusi PUS Berdasarkan Umur Kawin Pertama Umur seorang PUS berkaitan dengan potensi reproduksi yang sesuai dengan waktu reproduksi sehat. Maya, dkk (2012) menyatakan bahwa masa reproduksi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu menunda kehamilan saat umur < 20 tahun, masa mengatur jarak kehamilan saat umur 20-30 tahun, dan masa mengakhiri kehamilan saat umur >30 tahun. Umur perkawinan pertama responden dalam penelitian ini tersebar dari umur menikah 17 tahun hingga 36 tahun. Umur kawin pertama istri kebanyakan terjadi pada kisaran umur antara 21 tahun s/d 29
64
tahun, karena pada kisaran umur tersebut di atas merupakan umur yang paling ideal untuk berproduksi dan mengatur jarak kelahiran. Tabel 5.3 Umur Kawin Pertama Istri pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung Umur Kawin Pertama (tahun) < 20
Orang 47
Persentase 23,15
20 − 24
151
74,38
25 – 29
3
1,48
30 − 34
1
0,49
35 +
1
0,49
203
100.00
Jumlah Sumber : Data Primer, 2014
5.2.3.Distribusi PUS Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pernikahan pada usia muda. PUS yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar berpendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA) yaitu sebesar 114 orang atau 56,16 persen dan hanya sebagian kecil yang berpendidikan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar 4,93 persen yang banyak di temui di Kecamatan Petang. Kecamatan Petang merupakan salah satu kecamatan di Badung Utara yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya petani.
65
Tabel 5.4 Tingkat Pendidikan Istri pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung No
Tingkat Pendidikan Istri
Jumlah
1 2 3 4
Tamat Sekolah Dasar Tamat SMP Tamat SMA TamatAkademi/P Tinggi Jumlah
10 18 114 61 203
Sumber : Data Primer, 2014
Persentase 4.93 8.87 56.16 30.05 100.00
5.2.4 Distribusi PUS Berdasarkan Jam Kerja Bekerja dapat menjadi alasan seseorang menggunakan kontrasepsi. Suatu perusahaan ada yang menerapkan aturan agar wanita tidak hamil selama bekerja di perusahaan tersebut, sehingga seorang PUS yang sudah menikah memilih untuk menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Bekerja atau tidaknya seorang PUS yang menikah dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya mempengaruhi keadaan kehamilannya dan dapat menekan kelahiran sehingga PUS tidak terlalu direpotkan dengan banyak anak yang membatasi kesempatan untuk mencari pekerjaan di luar rumah atau meniti karier di tempat kerja Tabel 5.5 Jam kerja istri (per minggu) pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung No
Jam Kerja (Jam)
1 2 3 4
10 < 23 24 < 34 35 < 42 43 + Jumlah
Orang 17 40 129 34 203
Persentase 8.37 19.70 63.55 16.75 100.00
66
Sumber : Data Primer, 2014
Pada penelitian ini sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai atau pekerja tetap pada suatu perusahaan atau bekerja dengan orang lain,yaitu sebanyak 63,55 persen, dan hanya 8,37 persen yang bekerja sambilan selain mengerjakan pekerjaan rumah seperti membuat canang dan berternak babi. 5.2.5 Distribusi PUS Berdasarkan Masa Ber KB Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung sebagian besar menggunakan alat kontarsepsi, dengan masa ber selama 101 bulan s/d 198 bulan. Masa ber KB diperoleh dengan cara menjumlahkan masa ber KB awal dan seterusnya setelah diselingi kehamilan. Pada penelitian ini juga ada 11 pasang PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi karena beberapa alasan yaitu tidak cocok salah satu alat kontrasepsi, ingin anak segera dan ada juga karena menginginkan jenis kelamin anak tertentu (laki/perempuan), Ada juga PUS mengemukan
tidak nyaman jika
menggunakan kontrasepsi. Tabel 5.6 Masa ber KB pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung No
Masa Ber KB (tahun)
1 2 3 4 5 6 Sumber : Data Primer, 2014
< 1 tahun 1-5 5-9 10 -14 15 – 19 20 + Jumlah
Jumlah 13 29 57 60 35 9 203
Persentase 6,40 14,29 28,08 29;56 17,24 4,43 100.00
67
5.2.6 Distribusi PUS Berdasarkan Jumlah Lahir Hidup Jumlah anak yang dimiliki PUS mempengaruhi partisipasi PUS dalam penggunaan kontrasepi serta lama penggunaan kontrasepsi. Distribusi PUS berdasarkan Jumlah Anak Lahir Hidup (ALH) menunjukkan bahwa terdapat 23 PUS mempunyai anak 4 (empat) orang dan tidak menginginkan anak lagi. PUS yang memiliki anak lebih dari 2 (dua) orang dikarenakan PUS menginginkan jenis kelamin anak tertentu yang belum mereka miliki (perempuan/laki-laki). Hasil wawancara dengan Ni Made Sariani, salah satu PUS Kecamatan Mengwi yang memiliki anak empat orang dengan jenis kelamin laki-laki. Sebenarnya pasangan ini mengingikan jenis kelamin anak perempuan, sampai lahir anak keempat anaknya semua laki-laki, dan akhirnya setelah kelahiran anak keempat memutuskan untuk memilih metode kontrasepsi mantap (MOW). Sedangkan berbeda halnya dengan dengan PUS Ni Gst Ayu Palawati yang sudah memiliki anak 3 (empat) dengan jenis kelamin perempuan, pasangan ini menginginkan jenis kelamin anak laki-laki
dan sampai anak ketiga
pasangan ini memutuskan untuk memilih metode kontrasepsi mantap (MOW). Pada Penelitian ini juga menunjukan bahwa jumlah anak 2 (dua) orang paling banyak dimiliki oleh PUS yaitu sebanyak 50,25 persen, karena mereka berpendapat dengan program Pemerintah melalui BKKBN yang mana menghimbau untuk menekan angka kelahiran dengan 2 (dua) anak cukup, laki perempuan sama saja. Ini merupakan jumlah anak ideal demi terwujudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
68
No 1 2 3 4
Tabel 5.7 Jumlah Anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung Jumlah anak(orang) Jumlah Persentase 1 16 7.88 2 102 50.25 3 62 30.54 4 23 11.33 Jumlah
203
100.00
Sumber : Data Primer, 2014
5.3 Analisis Data 5.3.1. Analisis Validitas Model Perhitungan koefisien jalur dalam penelitian ini menggunakan regresi sederhana, yaitu Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri, jam kerja istri terhadap masa ber KB dan jumlah anak, maka program yang digunakan adalah SPSS versi 22 terhadap model persamaan struktural 4.1 dan 4.2 dan 4.3 seperti yang disajikan pada teknik analisis. 1) Pengaruh pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri, jam kerja istri terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung . Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 5.8 terlihat bahwa pendapatan keluarga dan jam kerja istri berpengaruh positif terhadap masa ber KB sedangkan
69
umur kawin pertama istri, dan pendidikan istri berpengaruh negatif terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung.
Tabel 5.8 Pengaruh Pendapatan keluarga, Umur kawin pertama istri, Pendidikan istri dan Jam kerja istri terhadap Masa ber KB pada Pasangan usia subur di Kabupaten Badung
1
Model (Constant) Pendapatan Umur kawin Pendidkan Jam kerja
Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients B Std.Error Beta 150.057 36.158 7.052 1.986 .256 -5.508 1.546 -.254 -.562 1.551 -.027 .341 .091 .249
Dependent Variable: Masa ber KB
t
4.150 3.552 -3.562 -.363 3.750
Sig. .000 .000 .000 .717 .000
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa variabel umur kawin pertama istri berpengaruh negatif dan signifikan terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. Hal ini ditunjukkan oleh signifikansi atau probabilitas penolakan terhadap Ho sebesar 0,000. Variabel pendidikan istri berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. Hal ini ditunjukkan oleh signifikansi atau probabilitas penerimaan terhadap Ho sebesar 0,717. Di pihak lain pendapatan keluarga, dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap masa ber KB pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. Hal ini ditunjukkan oleh signifikansi atau probabilitas penolakan terhadap Ho sebesar 0,000.
70
Dari Tabel 5.9 juga dapat disusun persamaan sebagai berikut. Y1 = 150,057+7,052(X1)-5,508(X2)-0,562(X3)+0,341 (X4)...............................(5.1) Keterangan: X1 adalah pendapatan keluarga X2 adalah umur kawin pertama istri X3 adalah pendidikan istri X4 adalah jam kerja istri Y1 adalah masa ber KB 2) Pengaruh Pendapatan keluarga, Umur kawin pertama istri, Pendidikan istri, Jam kerja istri dan Masa ber KB terhadap Jumlah anak masih hidup pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa variabel umur kawin pertama, jam kerja istri dan masa ber KB berpengaruh negatif, dan signifikan terhadap jumlah anak masih hidup pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. Hal ini ditunjukan oleh signifikansi atau probabilitas penolakan Ho sebesar 0.004, 0,007 dan 0,000. Di pihak lain pendapatan keluarga, dan pendidikan istri berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung, dengan probabilitas penolakan Ho masing-masing sebesar 0.000, dan 0.019 Tabel 5.9 Pengaruh Pendapatan keluarga, Umur kawin pertama istri, Pendidikan istri,Jam kerja istri dan Masa ber KB terhadap Jumlah anak masih hidup pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung
Model 1 (Constant) Pendapatan
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std.Error Beta t 1.666 .523 3.187 .166 .028 .428 5.861
Sig.
.002 .000
71
Model 1 (Constant) Pendapatan Umur Kawin Pendidikan Jam Kerja Masa ber KB
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std.Error Beta t 1.666 .523 3.187 .166 .028 .428 5.861 -.032 .022 -.085 -2.910 .051 .022 .172 2.370 -.002 .001 -.011 -1.982 -.003 .001 -.084 -3.299
Dependent Variable: Jumlah Anak
Sig.
.002 .000 .004 .019 .007 .000
Berdasarkan Tabel 5.9 dapat disusun persamaan regresi pendapatan keluarga, dan pendidikan istri berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung, sedangkan variabel umur kawin pertama istri, jam kerja istri dan masa ber KB berpengaruh negatif dan signifikan sebagai berikut: Y2 = 1,666 + 0,166 (X1) - 0,032 (X2) + 0,051 (X3) - 0,002 (X4) - 0,003 (Y1)...(5.2) Keterangan X1 adalah pendapatan keluarga X2 adalah umur kawin pertama istri X3 adalah pendidikan istri X4 adalah jam kerja istri Y1 adalah masa ber KB Y2 adalah jumlah anak 1) Koefisien Jalur Berdasarkan tabel 5.8 dan tabel 5.9 dengan menggunakan koefisien regresi terstandar dapat dibuat ringkasan koefisien jalur hubungan langsung antar variabel penelitian seperti yang disajikan pada Gambar 5.2 Pendapatan keluarga (X1)
72
β1= 0,256
Umur kawin pertama istri (X2)
β 5 = 0,428
β 2 = -0,254
e2
Pendidikan istri (X3) Jam kerja istri (X4)
β 3 = -0,027
e1
β6= -0,85 60,00400000
0004===0,0 Masa ber KB 0,004 (X5)
β 9 = -0,084
β(X 7 =)0,172 5
β 4 = 0,249
Jumlah anak pasangan usia subur (Y)
β 8 = -011
Gambar 5.1 Koefisien Jalur Hubungan Langsung Antar Variabel Penelitian
Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dijelaskan bahwa hubungan antara umur kawin pertama, jam kerja istri dan masa ber KB dengan jumlah anak pada pasangan usia subur adalah negatif dan pendapatan keluarga dan pendidikan istri dengan jumlah anak pada pasangan usia subur adalah positf. 1) Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Pengaruh Total Variabel Pendapatan Keluarga, Umur Kawin Pertama Istri, Pendidikan Istri, Jam
73
Kerja Istri, Masa ber KB dan Jumlah Anak Masih Hidup Pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung Pengujian dengan analisis path juga menunjukkan besaran dari pengaruh total, pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari satu variabel terhadap variabel lainnya yang diuraikan sebagai berikut. 1)Pengaruh langsung pendapatan keluarga terhadap masa ber KB = ρ1 = 0,256 2)Pengaruh langsung umur kawin pertama istri terhadap masa ber KB = ρ2 = 0,254 3)Pengaruh langsung pendidikan istri terhadap masa ber KB = ρ3 = -0,027 4)Pengaruh langsung jam kerja istri terhadap masa ber KB = ρ4 = 0,249 5)Pengaruh langsung masa ber KB terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur = ρ9 = -0,084 6)Pengaruh tidak langsung pendapatan keluarga terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB = ρ1 x ρ9 = (0,256) x -0,084 = 0,022 7)Pengaruh tidak langsung umur kawin pertama istri terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB = ρ2 x ρ9 = -0,254 x -0,084 = 0,021. 8)Pengaruh tidak langsung pendidikan istri terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB = ρ3 x ρ9 = -0,027 x -0,084 = 0,002 9)Pengaruh tidak langsung jam kerja istri terhadap jumlah anak pada pasangan
74
usia subur melalui masa ber KB = ρ4 x ρ9 = 0,249 x -0,0,84 = -0,021. 10)Pengaruh total adalah penjumlahan dari pengaruh langsung. dan seluruh pengaruh tidak langsung. (1) Pengaruh total pendapatan keluarga terhadap pendapatan jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB = ρ5+ (ρ1 x ρ9) = 0,428 + (-0,022) = 0,406 (2) Pengaruh total umur kawin pertama istri terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur
melalui masa ber KB = ρ6+ (ρ2 x ρ9) = -0,085 + (0,021) = -0,064.
(4) Pengaruh total jam kerja istri terhadap jumlah anak pasangan usia subur melalui masa ber KB = ρ8+ (ρ4 x ρ9) = -0,011 + (-0,021) = 0,032. Berdasarkan pengaruh langsung, tidak langsung di atas, maka jalurjalur yang non signifikan dibuang dan dilakukan analisis seperti terlihat pada lampiran 4 dan 5, sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empirik seperti berikut. Y1 = β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + ε1
..……….………..…….... (6)
Y2 = β5 X1 + β6 X2 + β7 X3 + β8 X4 + β9 Y1 + ε2
…….…………...
Y1 = 0,248X1 - 0,263 X2 + 0,249 X4 Y2 = 0,4278 X1 - 0,027 X2 - 0,006 X4 - 0,089 Y1 Pendapatan Keluarga (X1) β1= 0,248
β 5 = 0,428 0,478
e2
(7)
75
β 5 = 0,428
Umur Kawin Pertama Istri (X2)
β 2 = -0,263 β 6 = -0,085
Masa ber KB (X5)
e1
β 4 = 0,249
β 9 = -0,089
Jumlah Anak Pasangan Usia Subur (Y)
β 8 = -0,006
Jam Kerja Istri (X4)
Gambar 5.2 Koefisien Jalur Hubungan antar Variabel Penelitian setelah Trimming Berdasarkan
Gambar
5.2
diperoleh hubungan antar variabel yang
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat yang signifikan, dengan P < α = 0,05, sehingga perlu dilakukan trimming. Hubungan tersebut dapat dilihat lampiran 4 , adalah pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, dan jam kerja istri berpengaruh terhadap masa ber KB bersifat langsung (direct) tanpa melalui perantara, dengan koefisien path pengaruh langsung sebesar 0,248, -0,263, dan 0,249. Pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri, jam kerja istri dan masa ber KB berpengaruh terhadap jumlah anak masih hidup pada usia subur bersifat langsung (direct) tanpa melalui perantara maupun tidak langsung, dengan koefisien path sebesar 0,478; -0,027; -0,006 dan -0,089 dan dapat pula dilihat bahwa masa ber
76
KB tidak mampu memediasi variabel pendidikan istri dalam mnentukan jumlah anak pada pasangagn usia subur di Kabupaten Badung. 5.4 Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri, jam kerja istri dan masa ber KB terhadap jumlah anak lahir hidup pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. Pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri, jam kerja dan masa ber KB berpengaruh langsung terhadap jumlah anak lahir hidup pada pasangan usia subur. Berdasarkan Gambar 5.1, maka diperoleh hasil sebagai berikut : 5.4.1
Pengaruh Langsung Pendapatan Keluarga, Umur Kawin Pertama Istri, Pendidikan Istri, dan Jam Kerja Istri terhadap Masa ber KB pada Pasangan Usia Subur di KabupatenBadung.
Dalam penelitian ini terdapat pengaruh langsung, pengaruh langsung tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1)
Pengaruh langsung pendapatan keluarga terhadap masa ber KB Pendapatan
merupakan faktor yang menentukan dalam permintaan
kontrasepsi, semakin besar pendapatan maka semakin besar permintaan terhadap kontrasepsi. Dalam penelitian ini, hubungan pendapatan keluarga ke masa ber KB mempunyai pengaruh langsung dengan koefisien path sebesar 0,256 dan P sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa pendapatan keluarga berpengaruh langsung dan signifikan terhadap masa
77
ber KB. Hal ini sesuai dengan hipotesis pada bab sebelumnya. Hasil penelitian ini
sesuai dengan
teori dari Nenik (2005) dan mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Dyastari, (2014) yang mengatakan terdapat hubungan positif dan nyata antara faktor ekonomi dengan penggunaan alat kontrasepsi di Denpasar Barat. 2)
Pengaruh langsung umur kawin pertama istri terhadap masa ber KB Umur kawin pertama menentukan perempuan untuk lama tidaknya ber KB ,semakin muda melangsungkan perkawinan maka semakin lama ber KB sedangkan semakin tua melangsungkan perkawinan maka makin pendek masa ber KB. Dalam penelitian ini, umur kawin pertama istri mempunyai pengaruh langsung terhadap masa ber KB dengan koefisien path sebesar 0,254 dan P sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa umur kawin pertama berpengaruh langsung dan signifikan terhadap masa ber KB. Hal ini disebabkan karena semakin muda kawin maka akan menyebabkan masa berkeluarga lebih banyak, sehingga berpengaruh terhadap lamanya ber KB. Hal ini sesuai dengan hipotesis serta didukung dengan teori dari Davis dan Blake (1956) dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumini (2009) yang menyatakan bahwa umur kawin
pertama berpengaruh nyata dan
negatif terhadap masa ber KB. Hal yang sama diungkapkan oleh Dyastari, (2014) yang menyatakan bahwa umur kawin pertama berpengaruh negatif
78
dan nyata terhadap masa berkontrasepsi pada pasangan usia subur di Denpasar Barat. 3)
Pengaruh langsung pendidikan istri terhadap masa ber KB Pendidikan istri merupakan cara yang efektif dalam mendewasakan umur kawin pertama dari seorang perempuan. Dalam penelitian ini, pendidikan istri mempunyai pengaruh langsung terhadap masa ber KB dengan koefisien path sebesar -0,027 dan p sebesar 0,717 lebih besar dari 0,05. Ini berarti bahwa pendidikan istri berpengaruh langsung dan tidak signifikan terhadap masa ber KB. Hal ini dapat dijelaskan karena pendidikan dari responden sebagian besar tamat SMA yaitu sebanyak 114 PUS (56,16 persen) dari 203 PUS yang menjadi sampel, sedangkan responden yang tamat SD hanya 10 PUS(4,93 persen) sehingga
menyebakan tingkat pendidikan di
Kabupaten Badung berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap masa ber KB. 4) Pengaruh langsung jam kerja istri terhadap masa ber KB. Bekerja merupakan melakukan suatu pekerjaan dengan tujuan untuk memeperoleh penghasilan dengan lama bekerja paling sedikit satu jam dalam satu minggu. Disamping itu status pekerjaan memiliki pengaruh yang tinggi dalam keikutsertaan PUS dalam KB. Dalam penelitian ini hubungan jam kerja dengan masa ber KB mempunyai pengaruh langsung dengan koefisien path sebesar 0,249 dan P sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa jam
79
kerja berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap masa ber KB. Hal ini sesuai dengan hipotesis pada bab sebelumnya dan sesuai dengan penelitian
Alwin dan Prasetyo (2012)
yang mengatakan bahwa status
pekerjaan memiliki pengaruh yang tinggi dalam keikutsertaan PUS dalam ber KB. PUS yang bekerja diluar rumah akan memakai alat kontrasepsi lebih lama karena ingin membatasi jumlah anak dan mengatur jarak kelahiran anak, sehingga PUS tidak merasa kewalahan mengurus anak disaat bekerja diluar rumah. Hasil penelitian ini sesuai juga dengan hasil penelitian yang dilakukan Siti Hadjar, dkk
(1993) yang menyatakan wanita
yang bekerja di luar rumah tangga, dengan jenis pekerjaan sebagai karyawan dan berstatus sebagai karyawan yang diupah cenderung memiliki anak sedikit dengan menggunakan alat kontrasepsi 5.4.2
Pengaruh Langsung Pendapatan Keluarga, Umur Kawin Pertama Istri, Pendidikan Istri, Jam Kerja Istri dan Masa ber KB terhadap Jumlah anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung.
1) Pengaruh langsung pendapatan keluarga terhadap jumlah anak lahir hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah anak dengan koefisien path sebesar 0,428 dan P sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa pendapatan keluarga berpengaruh langsung dan signifikan terhadap jumlah anak artinya semakin tinggi pendapatan semakin banyak jumlah anak, hasil penelitian ini sesuai dengan teori
aliran kekayaan(wealth flows theory) oleh John Caldwell
80
(1982) yang menyatakan bahwa keputusan akan fertilitas dalam masyarakat merupakan respon rasional secara ekonomi pada arus kekayaan suatu keluarga . Masyarakat yang mempunyai kekayaan dengan nilai bersih tinggi akan memutuskan secara rasional ekonomi untuk memiliki anak (surviving children) sebanyak mungkin karena setiap tambahan anak dipercaya akan menambah kekayaan dari orang tua.Keluarga yang mempunyai pendapatan yang lebih merasa mampu untuk membiayai kebutuhan anak-anaknya. 2) Pengaruh langsung umur kawin pertama istri terhadap jumlah anak. Umur kawin pertama istri berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah anak dengan koefisien path sebesar -0,085 dan P sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa umur kawin pertama istri berpengaruh langsung dan signifikan terhadap jumlah anak, semakin muda umur kawin pertama istri semakin panjang masa reproduksinya, sehingga anak yang dilahirkan semakin banyak. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Angeles et
al (dalam Suandi, 2010) menyatakan bahwa faktor struktur umur wanita (kontrol kontrasepsi) berpengaruh negatif terhadap fertilitas. Artinya, semakin tua umur maka tingkat produktivitas dan fertilitas individu semakin menurun. Sejalan dengan hal tersebut, Hammad et al. (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa Semakin muda umur perkawinan pertama seorang wanita, semakin banyak jumlah anak yang dimiliki (Asaduzzaman dan Hasinur, 2008).
81
3) Pengaruh langsung pendidikan istri terhadap jumlah anak lahir hidup. Tingkat pendidikan istri berpengaruh langsung signifikan terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur dengan koefisien path sebesar 0,172 dan P sebesar 0,019 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa pendidikan istri berpengaruh langsung dan signifikan terhadap jumlah anak yang artinya meningkatnya pendidikan istri akan meningkatkan jumlah anak lahir hidup pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. Hasil penelitian ini
tidak mendukung teori yang ada dan beberapa
hasil penelitian yang telah dilakukan yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin sedikit jumlah anak yang dilahirkan. Tingkat pendidikan istri berhubungan dengan tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat pendidikan
istri semakin
baik pekerjaan yang diperoleh
sehingga hasil/upah yang diterima akan semakin banyak pula yang mempengaruhi pendapatan keluarga. Kesenjangan tingkat pendidikan dari responden yang ada di tiga kecamatan (Petang, Mengwi dan Kuta Selatan) tidak terlalu menjolok
Sebagian besar dari responden yang diwawancara
berpendidikan tamat SMA dan sebagian kecil yang tamat SD. PUS yang berpendidikan tamat SMA dan perguruan tinggi sebagian besar ditemui di wilayah Kuta Selatan dan ada beberepa di Kecamatan Mengwi. Kecamatan Kuta Selatan merupakan wilayah pariwisata , yang mana masyarakatnya
82
mempunyai peluang lebih bayak untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga pendapatan yang di peroleh juga lebih banyak, sehingga responden merasa lebih mampu untuk membiayai kehidupan anak-anak mereka dibandingkan dengan PUS yang ada di Kecamatan Petang . Hasil wawancara dengan PUS I G A Wahyuni (45 th)
yang beralamat di Br
Gede Abianbase,
Mengwi,
berpendidikan S1 pada tanggal 8 September 2014 sebagai berikut: “ saat ini saya mempunyai 3 (tiga) orang anak, seorang perempuan dan 2 (dua)orang laki-laki. Sejak menikah saya dan suami menginginkan punya seorang anak perempuan dan 2 (dua) orang anak laki-laki, dengan keadaan ekonomi seperti saat ini saya merasa mampu untuk membiayai dan memenuhi kebutuhan anak-anak saya ” Disamping karena merasa mampu untuk membiayai kebutuhan anakanaknya, PUS yang mempunyai anak lebih dari 2 (dua)
karena
menginginkan jenis kelamin anak tertentu seperti laki-laki atau perempuan. Masyarakat Bali yang menganut paham patrilinial kehadiran anak laki-laki sangat diharapkan. Walaupun BKKBN sudah mensosialisasikan program “ 2 anak cukup, laki perempuan sama saja” Namun masih ada masyarakat yang tetap mengharapkan kelahiran anak dengan jenis kelamin yang berbeda. 4)
Pengaruh langsung jam kerja istri terhadap jumlah anak lahir hidup. Jam kerja berpengaruh langsung terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur dengan koefisien path sebesar -0,011 dan P sebesar 0,007 lebih
83
kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa jam kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap perempuan
yang
dan
jumlah anak . Menurut Siti Hadjar dkk, (1993), bekerja
diluar
rumah
sebagai
pegawai/karyawan
mempunyai anak yang sedikit dibandingkan dengana perempuan yang tidak bekerja atau perempuan/istri yang bekerja dirumah. Keterlibatan wanita dalam pencarian nafkah dapat meningkatkan pendapatan rumah tangganya, yang pada rumah tangga miskin berfungsi sebagai “katup pengaman” untuk bertahan hidup. Sifat dan status pekerjaan wanita juga berpengaruh terhadap fertilitas. Wanita yang bekerja di luar rumah tangga, dengan jenis pekerjaan sebagai karyawan dan berstatus sebagai karyawan yang diupah cenderung memiliki anak sedikit. 5) Pengaruh langsung masa ber KB terhadap jumlah anak lahir hidup. Fertilitas dan permintaan kontrasepsi mempunyai hubungan negatif, artinya sepasang PUS yang berkeinginan untuk memiliki jumlah anak sedikit, memiliki kecenderungan untuk melakukan permintaan kontrasepsi dengan lebih kontinyu. Dalam penelitian ini, masa ber KB berpengaruh langsung terhadap jumlah anak dengan koefisien path sebesar -0,084 dan nilai P sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa masa ber KB berpengaruh secara langsung negatif dan signifikan terhadap jumlah anak lahir hidup. Ini berarti bahwa semakin lama masa ber KB maka jumlah anak akan semakin sedikit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
84
Nenik (2005) yang menyatakan bahwa masa ber KB mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah anak ini disebabkan oleh dengan penggunaan alat kontrasepsi yang lebih lama akan mencegah terjadinya kehamilan yang berdampak terhadap jumlah anak yang dilahirkan. 5.4.2
Pengaruh Tidak Langsung Variabel Pendapatan Keluarga, Umur Kawin, Pendidikan Istri, Jam Kerja terhadap Variabel Masa ber KB dan Jumlah Anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa pengaruh tidak langsung antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengaruh tersebut diantaranya sebagai berikut.
1) Pengaruh tidak langsung pendapatan keluarga terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB. Nenik (2005) menyatakan bahwa semakin besar atau semakin tinggi pendapatan
rata-rata keluarga per bulan, maka probabilitas permintaan
kontrasepsi juga semakin besar karena daya beli dan pola
pikir
yang
semakin maju tentang permintaan alat kontrasepsi juga semakin meningkat, sehingga berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendapatan sekitar 4 juta s/d 8 juta per bulan. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan /pegawai tetap pada suatu perusahaan dan PNS, sehingga sebagian besar waktu yang dibutuhkan untuk bekerja di luar rumah lebih banyak sehingga
pendapatan yang
85
diperoleh juga lebih banyak dibandingkan dengan responden yang bekerja sampingan di rumah. Wanita yang bekerja diluar rumah membutuhkan alat kontrsepsi untuk membatasi kelahiran anaknya. Dalam penelitian ini, pendapatan keluarga mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap jumlah anak pasangan usia subur melalui masa ber KB dengan koefisien path sebesar 0,478 dan P sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa pendapatan keluarga berpengaruh tidak langsung dan signifikan terhadap jumlah anak melalui masa ber KB. Pendapatan keluarga berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah anak lahir hidup, keluarga yang mempunyai pendapatan yang tinggi merasa mampu untuk membiayai kebutuhan anak-anaknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori aliran kekayaan (wealth flows theory) oleh John Caldwell (1982) yang menyatakan bahwa keputusan akan fertilitas dalam masyarakat merupakan respon rasional secara ekonomi pada arus kekayaan suatu keluarga. Masyarakat yang mempunyai kekayaan dengan nilai bersih tinggi akan memutuskan secara rasional ekonomi untuk memiliki anak (surviving children) sebanyak mungkin karena setiap tambahan anak dipercaya akan menambah kekayaan dari orang tua, keamanan di masa tua, dan kesejahteraan secara sosial maupun politik. Sementara itu pada masyarakat yang memiliki kekayaan bersih yang rendah atau miskin secara rasional ekonomi akan memutuskan untuk tidak
86
mempunyai anak atau memiliki anak dengan jumlah yang minimum sesuai dengan keinginan dari orang tua. Penelitian ini juga sesuai dengan teori Todaro (2006) yang menyatakan bahwa di banyak negara berkembang anak dipandang sebagai investasi, yaitu sebagai tambahan
tenaga untuk
menggarap lahan, sebagai gantungan hidup orang tua dan sebagai tabungan di hari tua. Dengan demikian penentuan fertilitas keluarga atau tingkat permintaan akan anak merupakan bentuk pilihan ekonomi yang rasional bagi konsumen (dalam hal ini keluarga). 2)
Pengaruh tidak langsung umur kawin pertama istri terhadap jumlah anak melalui masa ber KB. Struktur umur wanita berpengaruh negatif terhadap fertilitas, dan berpengaruh positif terhadap masa ber KB, artinya semakin tua umur kawin seorang wanita maka tingkat produktivitas dan fertilitasnya menurun. Sejalan dengan Hammad et al (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa penggunaan kontrasepsi modern pada umur lebih dari 30 tahun adalah negatif. Semakin muda umur pertama seorang wanita menikan semakin banyak jumlah anak yang dimiliki. Umur kawin pertama istri selain mempunyai pengaruh langsung juga mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur
melalui masa ber KB
dengan koefisien path sebesar -0,027 dan P sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa umur kawin pertama istri berpengaruh tidak langsung
87
dan signifikan terhadap jumlah anak pasangan usia subur melalui masa ber KB. Hal ini disebabkan karena semakin muda kawin seorang wanita akan mempengaruhi jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Asaduzzaman dan Hanisur (2008) penelitian yang dilakukan di Bangladesh dan Maryatun (2009) yang menyatakan bahwa seiring kenikan lamanya menikah dan usia wanita lebih memilih sterilisasi dibandingkan dengan metode lainnya. Hal ini dikarenakan wanita pada kelompok ini ingin membatasi kelahiran. 3) Pengaruh tidak langsung pendidikan istri terhadap pasangan usia subur melalui masa ber KB.
jumlah anak pada
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keinginan individu dan pasangan untuk menentukan jumlah anak. Berbagai penelitian membuktikan bahwa
peningkatan
pendidikan
berpengaruh
terhadap
peningkatan
penggunaan alat kontrasepsi. Hasil penelitian di Kenya menunjukan bahwa responden yang berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih tinggi menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah, sedangkan responden yang tidak bersekolah mempunyai peluang yang sangat kecil untuk menggunakan metode kontrasepsi (Maryatun, 2009). Hasil analisis pada Tabel 5.8 menunjukkan
bahwa variabel
pendidikan istri brepengaruh tidak signifikan teradap masa ber KB. Sehingga
88
dibuang dan dilakukan analisis ulang seperti terlihat pada lampiran 4 dan 5, sehingga Standardized Path Diagram setelah Trimming seperti terlihat pada Gambar 5.2. Hasil wawancara dengan responden yang bernama Ni Putu Ayuningsih (45 tahun), berpendidkan S1, beralamat Br. Muncan, Kelurahan Kapal pada tanggal 17 September 2014 sebagai berikut : “ saya mempunyai 2 (dua) orang anak, dan tidak ingin punya anak lagi karena saya ingin kedua anak saya nanti menjadi orang yang sukse dengan membiayai pendidikan sampai jenjang tertinggi sehingga mampu memproleh pekerjaan yang baik. Saat ini saya tidak menggunakan alat kontrasepsi, tapi saya dan suami tahu teknik senggama supaya tidak terjadi kehamilan” 4)
Pengaruh tidak langsung jam kerja terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB. Status pekerjaan memiliki pengaruh yang tinggi dalam keikutsertaan PUS dal KB. Wanita yang telah menikah dan bekerja, memiliki tanggung jawab yang besar. Kegiatan mengurus rumah tangga setelah seharian bekerja tentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Keterlibatan wanita dalam pencarian nafkah dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga. Wanita yang bekerja di luar rumah tangga, dengan jenis pekerjaan sebagai karyawan dan berstatus sebagai karyawan yang diupah cenderung memiliki anak sedikit (Siti Hadjar dkk, 1993). Jam kerja
selain mempunyai pengaruh langsung juga
mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB dengan koefisien path sebesar -0,006 dan P sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti bahwa jam kerja berpengaruh
89
langsung dan signifikan terhadap jumlah anak melalui masa ber KB. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jam kerja akan mempengaruhi jumlah anak melalui masa ber KB.
Oleh karena pengaruh tidak langsung jam kerja
terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur melalui masa ber KB adalah signifikan, maka dapat dikatakan bahwa masa ber KB memediasi secara parsial pengaruh jam kerja terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur (Alwin dan Prasetyo, 2012). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyastari (2014) yang menyatakan bahwa faktor sosial, ekonomi dan demografi terhadap partisipasi pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi di Denpasar Barat Berdasarkan hasil uji koefisien path ada dua persamaan yang terdapat nilai P< 0,05 maka berdasarkan theory trimming jalur-jalur yang nonsignifikan tersebut dibuang, sehingga diperoleh jalur yang signifikan yaitu: (1)
Pendapatan keluarga berpengaruh signifikan terhadap masa ber KB dengan koefisien path pengaruh langsung sebesar 0,256.
(2)
Umur kawin pertama berpengaruh signifikan terhadap masa ber KB dengan
(3)
koefisien path pengaruh langsung sebesar -0,254.
Jam kerja berpengaruh signifikan terhadap masa ber KB dengan koefisien patH pengaruh langsung sebesar 0,249.
90
(4)
Pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri, pendidikan istri, jam kerja dan masa ber KB berpengaruh terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur dengan koefisien path sebesar 0,428; -0,085; 0,1,72; -0,011 dan -0,084.
91
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka disusun beberapa simpulan, yaitu: 1) Pendapatan keluarga dan jam kerja berpengaruh positif signifikan terhadap masa
ber KB, artinya semakin banyak pendapatan keluarga semakin tinggi
permintaan terhadap alat kontrasepsi sehinggga
masa ber KB semakin
panjang, semakin lama jam kerja istri permintaan terhadap alat konrasepsi juga semakin
banyak. Umur kawin pertama istri berpengaruh negatif
signifikan terhadap masa ber KB, artinya
semakin muda umur
kawin
pertama semakin lama masa ber KB, karena waktu berkeluarga juga semakin lama sehingga masa ber KB semakin lama pula lama dan pendidikan istri berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap masa ber KB. 2) Pendapatan keluarga dan pendidikan istri berpengaruh positif
signifikan
terhadap jumlah anak lahir hidup pada pasangan usia subur di Kabupaten Badung. Semakin tinggi pendidikan dan pendapatan keluarga semakin mampu untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya . 3) Pendapatan keluarga, umur kawin pertama istri dam jam kerja istri berpengaruh signifikan tidak langsung terhadap jumlah anak pada pasangan usia subur, melalui masa ber KB.
92
6.2
Saran 1) Untuk menekan jumlah anak yang dilahirkan oleh pasangan usia subur sebaiknya semua pihak baik pemerintah dan swasta
mensosialisasikan
program KB secara efektif melalui: (1) Program Generasi Berencana (Gen-Re) kepada generasi muda baik melalui sekolah maupun sekehe taruna teruni (STT) yang ada ditingkat banjar tentang kesehatan reproduksi serta efek samping dari masingmasing alat kontrasepsi sehingga remaja benar-benar merencanakan masa depannya. (2) Menunda usia kawin dengan cara meningkatkan pendidikan, generasi muda yang bependidikan tinggi diharapkan memperoleh pekerjaan yang lebih baik sehingga pendapatan juga mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kelaurga seperti memberikan pendidikan dan kesehatan yang baik untuk anak-anak mereka . 2) Memberikan pencerahan /pemahaman kepada yang berpendidikan tinggi tentang pentingnya program KB dalam rangka menurunkan persentase unmetneed.
93
DAFTAR PUSTAKA Alwin Tentrem Naluri dan Ketut Prasetyo. 2012. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi dan Demografi Terhadap Keikutsertaan Pasangan Usia Subur (PUS) diKecamatan Geneng Kabupaten Ngawi. Swara Bhumi, 1 (2):1-7. Anujaya Jayaraman, Vinod Mishra, dan Fred Arnold. 2009. The Relationship of Family Size and Composition to Fertility Desire, Contraceptive Adoption, and Method Choice in South Asia. International Perspectives on Sexual and Reproductive Health, 35 (1) : 29-38. Asaduzzaman dan Hasinur Rahaman Khan. 2008. Factors Related to Childbearing in Bangladesh: A Generalized Linear Modeling Approach. BRAC University Journal, 5 (2) : 15-21. Becker, Gary S. 1976. An Economic Analysis of Fertility. dalam National Bureau of Economic Research (ed). Demographic and Economic Change in Developed Countries. Columbia University Press. Bongaarts, John dan Judith Bruce. 1998. Population Growth and Policy Options in the Developing World. Washington: International Food Policy Research Institute Bloom, David E.; Poza, Alfonso Sousa. 2010. Introduction to Special Issue of the European Journal of Population: ‘Economic Consequences of Low Fertility in Europe’. Eur J Population (2010) 26. P: 127–139. Bongaarts, John dan Judith Bruce. 1998. Population Growth and Policy Options in the Developing World. Washington: International Food Policy Research Institute. Davis, Kingsley dan Judith Blake. 1956. Social Structure and Fertility: An Analytic Framework. Economic Development and Cultural Change, 4 (3) : 211-235 Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Departemen Kesehatan RI.
94
Enyekit, E.O.; W.J.Ubulom; Onuekwa, F.A. 2011. Achieving Human Capital Development In Nigeria Through Vocational Education For Nation Building. Academic Research International. Volume 1, Issue 3, November 2011. Freedman, Ronald, “Theories of fertility decline: a reappraisal” in Philip M. Hauser (ed.), World Population and development, Syracuse University Press, New York, 1979. Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : BP UNDIP. Gustavo Angeles, David K. Guilkey, dan Thomas A Mroz. 2005. The Effects of Education and Family Planning Program Fertility in Indonesia. Economic Development and Cultural Change, 54 (1) : 165-201. Hammad Ali Qazi, Anjum Hashmi, Syed Amir Raza, Jamil Ahmed Soomro, dan Aslam Ghauri. 2010. Contraceptive Methods and Factors Associated with Modern Contraceptive In Use. Journal of Family and Reproductive Health, 4 (1) : 41-46. Hartoyo, Melly Latifah, dan Sri Rahayu Mulyani. 2011. Studi Nilai Anak, Jumlah Anak yang diinginkan, dan Keikutsertaan Orang Tua dalam Program KB. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 4 (1) : 37-45. Hafid, Muh. Anwar. 2013. Penggunaan Kontrasepsi Oral Dan Suntik Terhadap Kenaikan Indeks Massa Tubuh Pada Ibu Akseptor KB di Puskesmas Bontonompo Kab.Gowa. Jurnal Kesehatan. Volume VI No. 1/2013. P: 11 – 19. Handayani, Desy. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pengambilan Keputusan Memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDRj.) di Wilayah Bidan Praktik Swasta Titik Sri Suparti Boyolali. JurnalKesMaDaSka, Vol 1 No. 1, Juli 2010 (56-65). Hondroyiannis, George. 2010. Fertility Determinants and Economic Uncertainty: An Assessment Using European Panel Data. J Fam Econ Iss (2010). P: 31–50.
95
Ijaiya, Gafar T. et.al. 2009. Estimating the Impact of Birth Control on Fertility Rate in Sub-Saharan Africa. African Journal of Reproductive Health Vol 13 No 4 December 2009. P: 137–145. Islam, M. Mazharul; Islam, M. Ataharul; Chakroborty, Nitai. 2003. Fertility Transition in Bangladesh: Understanding The Role of The Proximate Determinants. J. biosoc. Sci. (2003) 36. P: 351–369. Kaplan, H.S. dan J. Bock. 2001. Fertility Theory: Caldwell’s Theory of Intergenerational Wealth Flows. International Encyclopedia of the Social and Behavioural Sciences. Kertzer, David I.; White, Michael J.; Bernardi, Laura; Gabrielli, Giuseppe. 2009. Italy’s Path to Very Low Fertility: The Adequacy of Economic and Second Demographic Transition Theories. Eur J Population (2009) 25. P: 89–115. Khodabakhshi, Akbar. 2011. Relationship between GDP and Human Development Indices in India. Department of Economics, Bu Ali Sina University, Hamedan, Iran. Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=1867887. Akses 10 Oktober 2013. Lawson, David W.; Mace, Ruth. 2010. Optimizing Modern Family Size Trade-offs between Fertility and the Economic Costs of Reproduction. Hum Nat (2010) 21. P: 39–61. Lee, Ronald; Mason, Andrew. 2010. Fertility, Human Capital, and Economic Growth over the Demographic Transition. Eur J Population (2010) 26. P: 159–182 Lutz, Wolfgang; Testa, Maria Rita; Penn, Dustin J. 2006. Population Density is a Key Factor in Declining Human Fertility. Popul Environ (2006) 28. P: 69–81. Maryatun. 2009. Analisis Faktor-faktor pada Ibu yang Berpengaruh Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD di Kabupaten Sukoharjo. Eksplanasi. Volume 4 Nomor 8 Edisi Oktober 2009. P: 155 – 169. Murjana Yasa, I G. W. 2006. Poyeksi Penduduk, Peran KB Nasional, dan Implikasinya Terhadap Pembangunan. Piramida, 2 (1) : 18-24. Nenik Woyanti. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kontrasepsi di Kota Semarang. Dinamika Pembangunan, 2 (1) : 40-56.
96
Okech, Timothy C., Nelson W. Wawire. Tom K. Mburu. 2011. Contraceptive Use among Women Reproductive Age in Kenya’s City Slums. International Journal of Business and Social Science, 2 (1) : 22-43. Omojimite, Ben. U. 2011. Building Human Capital for Sustainable Economic Development in Nigeria. Journal of Sustainable Development. Vol. 4, No. 4; August 2011. P: 183 – 189. Prettner, Klaus; Prskawetz, Alexia. 2012. Decreasing fertility, economic growth and the intergenerational wage gap. Empirica (2010) 37. P: 197–214. Sudibia, Dayuh Rimbawan, Marhaeni, Surya Dewi R, 2013. Jurnal Kependudukan dan Pegembangan Sumber Daya Manusia. Piramida 9 (2).: 85-87. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alafabeta. Sukamdi. 2001. “Memahami Masalah Kependudukan di Indonesia: Telaah Kritis terhadap Kondisi Kependudukan Dewasa Ini” dalam Faturochman dan Agus Dwiyanto (ed.). Rerorientasi Kebijakan Kependudukan. Yogyakarta: Aditya Media . Sumini. 2009. Kontribusi Pemakaian Alat Kontrasepsi terhadap Fertilitas. Analisa Lanjut SDKI 2007. Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Todaro, Michael dan Stephen Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Tournemaine, Frederic; Luangaram, Pongsak. 2012. R&D, human capital, fertility, and growth. J Popul Econ (2012) 25. P: 923–953.
97
Lampiran 1 : Rekapitulasi Data Hasil Penelitian NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 I5 16 17 18 19 20
Nama Istri NI WAYAN EKAWATI NI KETUT ARIANI NI MADE SUSANTI NI WAYAN CANTING NI KADEK SUARDANI NI KETUT ARIANTI NI WAYAN SEKARIATI NI MADE INDAH I GA WAHYUNI NI KETUT AYUSARI NIWYN AYU SRI N NI WYN SRI WAHYUNI NI MADE SARIANI NI MADE WIWIK SUDEWI I GA SUSILAWATI DESAK MADE ALIT NI PUTU DAMAYANTI NI PUTU ENI S NI KT SUARTI NI NYOMAN SUDANI
X1 7,000,000 5,500,000 15,000,000 4,000,000 5,000,000 15,000,000 6,000,000 9,000,000 11,000,000 7,000,000 9,000,000 4,000,000 4,000,000 9,000,000 6,000,000 12,000,000 8,000,000 11,000,000 7,000,000 6,000,000
X2 X3
X4
21 24 25 28 23 22 22 25 27 28 23 19 19 25 20 23 25 28 21 24
205 110 136 60 182 180 208 180 176 180 176 160 250 180 180 170 176 176 205 110
12 12 13 12 12 12 12 15 19 12 17 12 12 15 12 12 17 17 12 12
X5 (bln) 34 134 84 80 120 90 90 100 72 120 156 216 72 120 90 48 96 100 34 134
X6 L P 1 1 1 1 0 3 2 1 1 0 0 2 1 0 2 0 2 1 2 1 2 2 1 1 4 0 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1
X7 kalender S MOW tidak cocok kondom IAS IAS IAS IUD IUD Suntikan MOW IUD MOW IUD . S
98
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
NI MADE TINIATI RAI SUDANI NI MADE CIPTASARI NI MADE SUNARTI NI WAYAN PANDE NI MADE AYU PUTRI GST AYU SUTRINI NI KETUT WARTINI NYOMAN ALIT DARMINI KOMANG TRI UTAMI NI MADE SUMATRI NI KETUT UTAMI GST AYU LAMIATI DESAK PUTU NINGSIH RAI PARTIKASARI NI WAYANSUARTINI NI MADE SUKANADI NI MD PARMIANTI NI WYN SUMARTINI SUMARTINI NI NYM DARMIATI MADE PURBAWATI SI LUH SUKARMINI AYU MADE SRI NI MADE SURANADI
9,000,000 4,000,000 5,000,000 14,500,000 6,000,000 9,000,000 11,000,000 7,000,000 9,000,000 4,000,000 4,000,000 9,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 7,000,000 11,000,000 8,000,000 6,000,000 15,000,000 13,000,000 12,000,000 5,000,000 7,000,000 9,000,000
25 28 23 22 22 25 27 28 23 19 19 25 20 23 25 28 24 25 23 21 21 20 19 24 24
13 12 12 12 12 15 19 12 17 12 12 15 12 12 17 17 17 12 12 12 12 12 6 9 17
136 60 182 90 208 180 176 100 176 160 250 180 100 90 176 176 208 208 90 208 208 208 208 204 186
84 40 120 70 170 160 72 120 156 216 72 120 68 48 96 90 172 100 60 198 156 107 90 144 240
0 2 1 3 1 3 2 2 2 1 4 1 1 1 1 1 2 0 1 2 2 1 0 1 2
3 1 0 0 0 0 1 1 2 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 2 1
MOW IUD kondom IAS IAS IAS S IUD IUD IUD MOW IUD MOW IUD IAS IUD IAS IUD S S HAMIL IAS S IUD
99
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
NI MADE RERIAYANI NI WAYAN SUCITAWATI SUMARTINI NI LUH NENGAH S GA PT DARMESTI DESAK KT JUNI DESAK KT KARDI NI MADE SURANADI NI KOMANG AYU CM NI WAYAN RASMINI NI MADE WATI NI KT MUDARTI GST AYU PALAWATI MARTA MARYATI GST AYUDIAH PARWATI TAMIMAH SRIWAHYUNI NI PUTU AYUNINGSIH NI LUH KAYAN MIA T NI KETUT RAHAYU NI WYN YULIASIH NI G AEKA PAYANI NI NYOMAN PUTRI NI KT MUDARTI NI PUTU WINDA
10,000,000 7,000,000 15,000,000 13,000,000 12,000,000 5,000,000 7,000,000 9,000,000 10,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 12,000,000 5,000,000 6,000,000 3,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 5,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 5,000,000 12,000,000
27 19 21 21 20 19 24 24 27 19 24 24 23 21 17 20 20 23 20 26 22 20 24 24 23
17 9 12 12 12 6 9 17 17 9 12 12 12 14 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
208 238 208 208 208 208 204 186 208 238 120 240 135 130 98 128 160 60 130 140 76 208 130 240 135
108 207 198 156 107 80 144 240 108 207 60 112 228 96 240 97 13 60 26 13 14 210 60 112 228
1 1 2 2 1 0 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 3 1 1 2 1 0 1 0
1 2 1 0 1 1 2 1 1 2 2 2 3 1 1 1 0 0 0 0 0 1 2 2 3
S S S S IUD IAS S IUD S S IUD PIL MOW IUD IMPLANT S IAS HAMIL IAS IUD MOW IUD PIL IUD
100
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95
NI PUTU INTAN NYOMAN SISSILAWATI NYOMAN ARINI ALIT WAHYUNI NI NYOMAN KARNI JERO PUSPA NI PUTU RATNAWATI NI WYN YULIASIH NI WAYAN SULI GST AYU WITARINI NI NYM GATI NI KADE SUKRA NI NYM SUGIANI NI PUTU SRI ARWATI RAI AYU ADI WITARI ASTERIA KADEK SUMIATI KEDEK MULAYATI NI KT ALIT ARTINI NI MADE DARMINI PUTU SUARTINI LUH SUENI PUTU ARIASIH NI MD PARMIANTI NI WYN SUMARTINI
5,000,000 6,000,000 3,000,000 4,000,000 4,000,000 4,000,000 5,000,000 4,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 7,000,000 5,000,000 6,000,000 6,000,000 5,000,000 9,000,000 7,000,000 4,000,000 8,000,000 6,000,000
21 17 20 20 23 20 26 22 20 17 21 26 21 24 20 23 24 25 20 25 22 30 24 25 23
14 12 12 12 12 12 12 12 12 9 6 12 17 12 17 17 9 17 12 12 12 17 17 12 12
130 98 140 150 60 130 90 76 208 80 150 210 180 150 225 176 198 208 189 167 176 176 208 208 180
96 240 97 13 60 26 13 14 210 180 144 48 124 48 134 120 166 164 225 207 175 144 172 106 60
1 1 1 1 3 1 1 2 1 3 2 1 0 0 2 1 0 1 2 1 2 1 2 0 1
1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 0 2 3 1 1 2 0 2 1 1 1
IUD IMPLANT S IAS S HAMIL IAS IUD MOW PIL S S IAS S IUD S S IUD MOW MOW PIL MOW IUD IAS IUD
101
96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
NI NYM DARMIATI MADE PURBAWATI SI LUH SUKARMINI NI MADE SURANADI NI MADE RERIAYANI NI WAYAN SUCITAWATI NI LUH NENGAH S DESAK KT JUNI DESAK KT KARDI NI MADE SURANADI NI LUH SUCITAWATI NI WYN SURI NI NYM GATI NI KMG SURYANI NI NYM SUGIANI NI PUTU SRI ARWATI RAI AYU ADI WITARI LUHGD SAGITA DEWI NI KDK SURNIASIH A.A SERI MULYATI NI KT ALIT ARTINI HANIS DWINASTUTI PUTU SUARTINI LUH SULETRI NI MADE SUKANADI
13,000,000 12,000,000 5,000,000 9,000,000 10,000,000 7,000,000 9,000,000 5,000,000 7,000,000 9,000,000 10,000,000 4,750,000 5,000,000 5,000,000 9,000,000 7,000,000 6,000,000 12,000,000 5,000,000 12,000,000 13,000,000 11,000,000 9,000,000 11,000,000 12,000,000
21 20 19 24 27 19 21 19 24 24 27 17 21 26 21 24 20 23 24 25 20 25 22 30 24
12 12 6 17 17 9 12 6 9 17 17 9 6 12 17 12 17 17 9 17 12 12 12 17 17
208 208 208 186 208 238 208 208 204 186 208 0 150 0 208 208 208 176 198 208 189 208 208 208 208
156 107 106 240 108 207 156 100 144 240 108 180 144 48 0 48 134 120 166 164 225 207 175 144 172
2 1 0 2 1 1 2 0 1 2 1 3 2 1 0 0 2 1 0 1 2 1 2 1 2
0 1 1 1 1 2 0 1 2 1 1 1 1 1 0 2 0 2 3 1 1 2 0 2 1
S HAMIL IAS IUD S S S IAS S IUD IUD PIL S S IAS S IUD S S IUD MOW MOW PIL MOW IUD
102
121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145
NI MD PARMIANTI NI WYN SUMARTINI SUMARTINI NI LUH NENGAH S GA PT DARMESTI DESAK KT JUNI DESAK KT KARDI NI MADE SURANADI NI KOMANG AYU CM NI WAYAN RASMINI NI KETUT SARI NI KETUT AYU NI MADE MANIK NI KETUT SAYONG NI WAYAN YULIARTINI NI LUH GEDE ELIANI NI MADE KARMINI NI KETUT ARI NI NYM SUSI MADE AYU NI LUH SANTI NI PUTU SONI NI WYAN SUSI ANTARI NI MADE INDAH NI KADEK WAHYUNI
8,000,000 6,000,000 15,000,000 13,000,000 12,000,000 5,000,000 7,000,000 9,000,000 10,000,000 7,000,000 7,000,000 8,000,000 9,000,000 12,000,000 10,000,000 7,000,000 7,000,000 6,000,000 14,500,000 4,000,000 5,000,000 15,000,000 6,000,000 9,000,000 11,000,000
25 23 21 21 20 19 24 24 27 19 25 25 20 24 28 20 21 24 25 28 23 22 22 25 27
12 12 12 12 12 6 9 17 17 9 9 12 17 17 12 12 12 12 13 12 12 12 12 15 19
208 0 208 208 208 208 204 186 208 238 0 208 0 208 208 0 205 110 136 60 182 0 208 180 176
0 60 198 156 107 0 144 240 108 207 135 120 156 132 12 87 34 134 84 0 120 0 0 0 72
0 1 2 2 1 0 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 2 1 0 1 2
1 1 1 0 1 1 2 1 1 2 2 3 1 2 0 1 1 1 3 1 0 0 0 0 1
IAS IUD S S HAMIL IAS S IUD S S IUD IUD PIL S IAS IUD . S MOW tidak cocok IMPLANT IAS IAS sistem kalender sistem kalender
103
146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170
NI KETUT WARTINI MADE SRIAYU NYOMAN WIWIK A A DIAH SANTI DESAK SANTI AYU MADEE SUSILAWATI KOMANG ALIT I GST AYU DIAN DAYU SEKERTI NI WAYAN DARTI NI KETUT WIDIANI NI NYM SUYANTIK NI PUTU APRILIANI NI WYN SURI NI WAYAN SULI NI MADE SUARTINI A A AYU ASTINI NI PUTU SRI ARWATI NI MADE SRI AYU PUTU SUCITAWATI NI WAYAN MANDRI NI KETUTLASTRI I GST AYU SUTRINI RIA ASTUTI PUTU SUARTINI
7,000,000 9,000,000 4,000,000 4,000,000 9,000,000 6,000,000 12,000,000 8,000,000 11,000,000 5,000,000 12,000,000 9,000,000 8,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 9,000,000 7,000,000 6,000,000 9,000,000 6,000,000 13,200,000 12,000,000 11,000,000 9,000,000
28 23 19 19 25 20 23 25 28 23 21 23 25 17 21 26 21 24 20 23 24 25 20 25 22
12 17 12 12 15 12 12 17 17 6 17 12 12 9 6 12 17 12 17 17 9 17 12 12 12
0 176 160 250 180 0 0 176 176 208 208 208 208 0 150 0 208 208 208 176 198 208 189 208 208
120 156 216 72 120 0 48 96 0 268 180 204 15 180 144 48 0 48 134 120 166 164 225 207 175
2 2 1 4 1 1 1 1 1 2 2 1 1 3 2 1 0 0 2 1 0 1 2 1 2
1 2 1 0 1 1 2 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 2 0 2 3 1 1 2 0
IUD IUD Suntikan MOW IUD MOW IUD TIAL S IUD S PIL S S IAS S IUD S S IUD MOW MOW PIL
104
171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195
LUH SULETRI NI MADE SUKANADI NI MD PARMIANTI NI WYN SUMARTINI SUMARTINI NI MADE WATI NI KT MUDARTI GST AYU ARINI MARTA MARYATI GST AYUDIAH PARWATI TAMIMAH SRIWAHYUNI NI PUTU AYUNINGSIH NI LUH KAYAN MIA T NI KETUT RAHAYU NI WYN YULIASIH NI G AEKA PAYANI NI WYN SURI NI NYM GATI NI KMG SURYANI NI NYM SUGIANI NI PUTU SRI ARWATI RAI AYU ADI WITARI LUHGD SAGITA DEWI NI KDK SURNIASIH
10,000,000 12,000,000 8,000,000 6,000,000 15,000,000 6,000,000 5,000,000 12,500,000 5,000,000 6,000,000 3,000,000 4,000,000 7,000,000 4,000,000 5,000,000 4,000,000 5,000,000 4,000,000 5,000,000 5,000,000 9,000,000 7,000,000 6,000,000 7,000,000 5,000,000
30 24 25 23 21 24 24 23 21 17 20 20 23 20 26 22 20 17 21 26 21 24 20 23 24
17 17 12 12 12 12 12 12 14 12 12 12 17 12 12 12 12 9 6 12 17 12 17 17 9
208 208 208 0 208 0 240 135 130 98 0 0 60 0 0 76 208 0 150 0 180 150 225 176 198
144 172 0 60 198 60 112 228 96 240 97 13 60 26 13 14 210 180 144 48 0 48 134 120 166
1 2 0 1 2 0 1 0 1 1 1 1 3 1 1 2 1 3 2 1 0 0 2 1 0
2 1 1 1 1 2 2 3 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 2 0 2 3
MOW IUD IAS IUD S IUD PIL IUD IUD IMPLANT S IAS HAMIL IAS IUD MOW PIL S S IAS S IUD S S
105
196 197 198 199 200 201 202 203
A.A SERI MULYATI NI KT ALIT ARTINI HANIS DWINASTUTI PUTU SUARTINI LUH SULETRI NI MADE SUKANADI NI MD PARMIANTI NI MADE SUMARTINI
KETERANGAN : X1 = Pendapatan keluarga X2 = Umur kawin pertama istri X3 = Pendidikan istri X4 = Jam kerja istri X5 = Masa ber KB X6 = Jumlah anak X7 = Alat kontrasepsi yang dipakai s
6,000,000 6,000,000 5,000,000 9,000,000 7,000,000 4,000,000 8,000,000 15,000,000
25 20 25 22 30 24 25 24
17 12 12 12 17 17 12 12
208 189 167 176 176 208 208 0
164 225 207 175 144 172 0 60
1 2 1 2 1 2 0 1
1 1 2 0 2 1 1 2
IUD MOW MOW PIL MOW IUD IAS IUD
106
Lampiran 2 : Kuisioner Penelitian JUDUL : PERAN MASA BER KB DALAM MEMEDIASI PENGARUH FAKTOR EKONOMI, SOSIAL DAN DEMOGRAFI TERHADAP JUMLAH ANAK PADA PASANGAN USIA SUBUR DI KABUPATEN BADUNG. Nomor Responden
:
IDENTIFIKASI RESPONDEN 1. Nama 2. Alamat
-
Banjar Desa Kecamatan
3. Agama
: : : : : :
4. Berapa umur ibu saat ini ?...............tahun (...........................tgl/bln/th) 5. Umur kawin pertama ibu..............tahun (tgl/bl/th pernikahan ............................) Perkawinan I ................. tahun Perkawianan II........ ...... tahun dst 6. Berapa jumlah anak yang ibu lahirkan......................orang 1. Laki-laki =
.......... orang
2. Perempuan =..............orang 7. Selama perkawinan, apakah ibu pernah hidup terpisah dengan suami? Kalau pernah perpisahan karena apa ?................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................ 8. Menurut ibu jumlah anak ideal itu apa ? ........................................................................................................................... dan berapa jumlahnya dalam keluarga ...................orang. Kenapa ?.......................................................................................................................
107
9. Apa pekerjaan ibu saat ini? ( uraikan bidang usahanya) ....................................................................................................................................... ...................................................................................................................................... 10. Berapa lama ibu menekuni pekerjaan ini ?
.....................bulan
11. Berapa lama ibu bekerja dalam satu hari ?...............................jam (dalam sebulan ....................................jam) 12. Berapa rata-rata pendapatan ibu perhari
----------------(Rp) atau satu bulan
..........................(Rp) 13. Berapa rata-rata pendapatan suami ibu dalam satu hari ................(Rp) atau dalam satu bulan
...............(Rp)
14. Sebutkan alasan ibu memilih pekerjaan yang ibu tekuni saat ini ? ............................................................................................................................................. ............................................................................................................................................. 15. Apakah ada penghasilan tambahan keluarga ibu dalam satu bulan ? a) Sewa : -
Rumah ............................ (Rp)
-
Tanah .............................(Rp)
-
Mobil .............................. (RP)
-
dll sebutkan ..........................................
b). Bunga deposito/tabungan .......................(Rp) 16. Berapa besar pengeluaran keluarga ibu dalam satu bulan ? a. Pengeluaran untuk keperluan makan (konsumsi) ............................(Rp) b. Pengeluaran untuk keperluan bukan makan.......................................... (Rp)
108 Lampiran 3. Hasil Analisis Pendapatan Keluarga, Umur kawin pertama istri, Pendidikan istri dan Jam kerja istri terhadap Masa ber KB pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung
a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 150.057 36.158 Pendapatan (X1) 7.052 1.986 .256 Umur Kawin (X2) -5.508 1.546 -.254 Pendidikan (X3) -.562 1.551 -.027 Jam Kerja (X4) .341 .091 .249 a. Dependent Variable: Masa ber KB (X5)
t 4.150 3.552 -3.562 -.363 3.750
Sig. .000 .000 .000 .717 .000
95% Confidence Interval for B Correlations Collinearity Statistics Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance VIF 78.753 221.362 3.137 10.968 .241 .245 .226 .781 1.281 -8.558 -2.459 -.209 -.245 -.227 .798 1.252 -3.620 2.495 -.015 -.026 -.023 .744 1.344 .162 .521 .325 .258 .239 .919 1.088
109
Lampiran 4 : Hasil Analisis Pendapatan Keluarga, Umur kawin pertama istri, Pendidikan istri Jam kerja istri dan Masa ber KB terhadap Jumlah anak pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Pendapatan (X1) Umur Kawin (X2) Pendidikan (X3) Jam Kerja (X4) Masa ber KB (X5)
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.666 .523 .166 .028 -.032 .022 .051 .022 -.002 .001 -.003 .001
a. Dependent Variable: Jumlah Anak (Y)
Standardized Coefficients Beta .428 -.085 .172 -.011 -.084
t 3.187 5.861 -2.910 2.370 -1.982 -3.299
Sig. .002 .000 .004 .019 .007 .000
95% Confidence Interval for B Correlations Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial .635 2.697 .110 .222 .448 .385 -.070 .018 .120 -.083 .009 .093 .302 .166 -.003 .002 .088 -.012 -.003 .001 .030 -.086
Part .366 -.073 .148 -.010 -.076
Collinearity Statistics Tolerance VIF .734 .750 .744 .858 .804
1.362 1.333 1.345 1.165 1.244
110
Lampiran 5 : Hasil Analisis Pendapatan Keluarga, Umur kawin pertama istri, dan Jam kerja istri terhadap Masa ber KB pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung setelah Trimming
a Coefficients
Model 1 (Constant) Pendapatan X1) Umur Kawin (X2) Jam kerja (X4)
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 148.971 35.955 6.839 1.892 .248 -5.706 1.444 -.263 .341 .091 .249
a. Dependent Variable: Masa ber KB (Y)
t 4.143 3.614 -3.953 3.751
Sig. .000 .000 .000 .000
95% Confidence Interval for B Correlations Collinearity Statistics Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance VIF 78.069 219.872 3.107 10.571 .241 .248 .230 .856 1.168 -8.553 -2.860 -.209 -.270 -.251 .912 1.096 .161 .520 .325 .257 .238 .920 1.087
TESIS
PERAN MASA BER KB DALAM MEMEDIASI PENGARUH FAKTOR EKONOMI, SOSIAL DAN DEMOGRAFI TERHADAP JUMLAH ANAK PADA PASANGAN USIA SUBUR DI KABUPATEN BADUNG
NI GUSTI AYU PUTRI NURYATI NIM 1291461010
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
111
Lampiran 6 : Hasil Analisis Pendapatan Keluarga, Umur kawin pertama istri, dan Jam kerja istri dan Masa ber KB pada terhadap Jumlah Anak Pasangan Usia Subur di Kabupaten Badung setelah Trimming