PERAN KULTUR SEKOLAH DAN PROFESIONALISME GURU IPS UNTUK MENGEMBANGKAN SOFT SKILL SISWA DI SMPN I GALUR KULON PROGO
Bambang Eka Saputra STKIP Hamzanwadi Selong, email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran kultur sekolah dan profesionalisme guru IPS untuk mengembangkan Soft skill siswa dalam belajar IPS di SMPN I Galur Kulon Progo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo. Objek penelitian ini adalah kultur sekolah, profesionalisme guru dan soft skill siswa di SMPN I Galur Kulon Progo.Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis dianalisis dengan mereduksi, mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan memverifikasi data yang diproleh dari lapangan. Adapun tenik keabasahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber data. Kultur sekolah yang mencakup nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, slogan-slogan atau moto, kebiasaan-kebiasaan, dan upacara-upacara di SMPN I Galur Kulon Progo dapat dilaksanakan dengan baik pada warga sekolah. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru-guru, TU ikut mengembangkan kultur sekolah dengan secara terus menerus sehingga dapat mempengaruhi Soft skill seluruh siswa di SMPN I Galur Kulon Progo. Siswa yang mempunyai Soft skill baik biasanya kelihatan dari budi pekertinya. Siswa yang mempunyai Soft skill tinggi mampu mengontrol emosinya dan pikiran, itu tergambar dalam budi bahasanya, dalam caranya berkomunikasi, perilakunya tidak grusa grusu, dan perbuatan atau berintegritas tinggi, tenggang rasa dan toleransi tinggi. Profesionalisme guru IPS didalam pembelajarannya dapat memberikan peran yang positif dalam mengembangkan softskill siswa melalui kegiatan belajar baik didalam dan di luar kelas.
Kata kunci: Kultur Sekolah, Profesionalisme Guru IPS, Pengembangan Soft Skill Siswa. PENDAHULUAN
Kultur sekolah merupakan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, slogan-slogan, atau moto, kebiasaan kebiasaan, dan upacara-upacara yang telah dikembangkan dalam waktu yang lama dan dipegang teguh oleh warga sekolah dan diturunkan kepada generasi selanjutnya yang dipergunakan sebagai pegangan dalam memajukan pendidikan di sekolah. (Zamroni: 2010, 1-3). Kultur sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni: proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah, dan kultur sekolah. (Moh Yamin, 2009: 208-209). Kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam ujud fisik maupun abstrak. Kultur sekolah di SMPN I Galur Kabupaten Kulon Progo perlu ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan cara berpikir, perilaku, dan sikap pada semua
civitasnya, baik pimpinan sekolah,
guru,tata usaha, dan siswanya. Pengaruh kultur sekolah yang baik akan mempengaruhi prestasi siswa. Kultur yang "sehat" memiliki korelasi yang tinggi dengan a) prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, b) sikap dan motivsi kerja guru, dan, c) produktivitas dan kepuasan kerja guru. Artinya, sesuatu yang ada pada suatu kultur sekolah hanya dapat dilihat dan dijelaskan dalam kaitan dengan aspek yang lain, seperti, a) rangsangan untuk berprestasi, b) penghargaan yang tinggi terhadap prestasi, c) komunitas sekolah yang tertib, d) pemahaman tujuan sekolah, e) ideologi organisasi yang kuat, f) partisipasi orang tua siswa, g) kepemimpinan kepala sekolah, dan h) hubungan akrab di antara guru. Kultur sekolah yang ada di SMPN I Galur Kulon Progo masih belum berjalan dengan baik, misalkan kultur yang berkaitan dengan motivasi siswa, prestasi, ketertiban, organisasi siswa, partisipasi wali kelas dan lain sebagainya. Profesionalaitas guru IPS di SMPN I Galur sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan siswanya, karena tanpa profesionalitas yang dimiliki oleh seorang guru tidak akan mungkin pendidikan siswa menjadi maju. Guru harus memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia pada anak didiknya. Peran guru dalam pembelajaran sangat dibutuhkan karena guru sebagai pendidik merupakan figur yang sangat domonan dalam menentukan majunya mundurnya ataupun baik buruknya kualitas
ilmu yang diajarkan. Sedangkan guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo masih perlu meningkatkan ketrampilan dalam mengajar, ketrampilan dalam mendalami materi pelajaran, ketrampilan dalam menjelaskan dan ketrampilan dalam membimbing siswa di dalam klas ataupu di luar kelas. Soft skill siswa sebagai kemampuan untuk berkomunikasi, mendengar dan memahami suatu persoalan dan memecahkanya. Kesuksesan siswa tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (Hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (Soft skill). Suatu realita bahwa pendidikan di SMPN I Galur Kulon Progo lebih memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan Hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran Hard skill saja. Semestinya muatan Soft skill dalam kurikulum pendidikan harus ada, mengingat bahwa sebenarnya penentu kesuksesan siswa itu lebih disebabkan oleh unsur Soft skillnya.
PEMBAHASAN Kultur sekolah yang dikembangkan oleh SMPN I Galur Kabupaten Kulon Progo, mencakup dua hal yaitu: 1. Unggul Dalam Prestasi, Taqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, Berakhlak Mulia. 2.Mempunyai Daya Kompetitif Secara Internasional. Untuk mengembangkan visi di SMPN I Galur Kabupaten Kulon Progo Kepala Sekolah bersama komponen pimpinan, guru, Tata Usaha dan Pengurus komite Sekolah mengadakan rapat koordinasi untuk menyatukan visi sekolah. Kultur sekolah di SMPN I Galur mengalami perubahan lebih baik
karena seluruh
komponen yang ada secara bersama sama dapat melaksanakan dengan penuh kesadaran sesuai dengan pembagian tugasnya. Pengembangan Kultur sekolah di SMPN I Galur Kabupaten Kulon Progo yang tercantum dalam konsep visi sekolah unggul dalam prestasi adalah berusaha bagaimana meningkatkan prestasi siswa di bidang kognitif, psikomotorik dan dibidang afektif. Dalam mengembangkan ketiga bidang tersebut siswa dibiasakan dengan model belajar kelompok, tugas kelompok dengan harapan dapat mengembangkan Soft skill siswanya. Kultur sekolah di SMPN I Galur Kabupaten Kulon Progo sudah dikondisikan sejak awal siswa masuk sebagai murid di SMPN I Galur Kulon Progo. Model belajar kelompok dan tugas kelompok akan
mempengaruhi perkembangan Soft skill siswa yang menyangkut karakter pribadi siswa dan akan dapat meningkatkan interaksi individu, kinerja pekerjaan dan prospek karir pada siswa di SMPN I Galur Kulon Progo. Siswa di SMPN I Galur Kulon Progo dibudayakan dimana saja, kapan saja kalau bertemu dengan seseorang harus diawali dengan menyampaikan salam, seyum dan sapa. Sejak awal masuk siswa di SMPN I Galur Kulon Progo sudah ditanamkan konsep belajar itu harus dilakukan dengan iklas, sabar, belajar dengan sungguh-sungguh dan hanya mengharap ridho dari Allah swt. Siswa di SMPN I Galur Kulon Progo sejak awal sudah diajak untuk menghargai waktu dan belajar baik dikelas maupun di luar kelas harus dilakukan dengan sungguh-sungguh serta dilakukan
dengan
cara
belajar
kelompok,
hal
ini
diharapkan
untuk
mengembangkan Soft skill siswanya. Kultur di SMPN I Galur Kulon Progo
dalam rangka mempertahankan
prestasi siswanya untuk mempunyai daya saing dengan sekolah yang lain tidak diperoleh dengan cara yang mudah, tetapi didukung oleh strategi, kebijakan, usaha, dan program-program yang jelas. Program yang dibuat oleh Kepala Sekolah, Guru, Pengurus Komite, dan Karyawan benar benar dibuat secara jelas serta dijabarkan dalam pembuatan beban tugas pada masing-masing bidangnya. Pembagian tugas dari masing masing komponen tersebut selalu berkaitan dengan pengembangan dan kemajuan Soft skill siswanya. Untuk mengetahui peran kultur sekolah di SMPN I Galur Kulon Progo terhadap pengembangan Soft skill siswa dapat dijelaskan melalui kegiatan ataupun pembagian tugas dan kerja dari kepala sekolah, guru, tata usaha,komite sekolah dan siswa itu sendiri. ( Hasil Wawancara, 10 Maret 2012, Edy Suwarno Kepala Sekolah ). Kepala sekolah sebagai pemimpin sangat mempengaruhi maju mundurnya kultur sekolah yang akan mengembangkan kualitas Soft skill siswa di SMPN I Galur Kulon Progo. Kepala Sekolah Di SMPN I Galur Kulon Progo Menerapkan demokratisasi dan eksistensi pembagian tugas serta tanggungjawab terhadap warga sekolah (tugas mengajar, PSB, tugas ensidental). Kepala Sekolah Berupaya menerapkan konsep pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan (Guru, Siswa, kurikulum, sarpras, bahan ajar dan proses pembelajaran). Kepala Sekolah Selalu melakukan koordinasi dan Konsulidasi dengan Komite Sekolah.
Kepala Sekolah SMPN I Galur Kepala Sekolah mempunyai pemikiran tentang: Memberikan reward/punishment bagi guru/ karyawan yang berprestasi atau in disiplinner. Kepala Sekolah menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis sehingga terwujud iklim akademik. Kepala Sekolah menciptakan kepekaan sosial terhadap sesama guru dan karyawan serta terhadap siswanya, khusus untuk siswa dikembangkan hal hal yang berkaitan dengan pengembangan Soft skillnya. (Hasil wawancara 5 Maret 2012, Edy Suwarno dan Nasrah Latifah). Kepala Sekolah SMPN I Galur Kulon Progo untuk mengembangkan Soft skill siswanya membiasakan diri datang lebih awal dari guru- guru, TU dan siswanya. Kepala Sekolah SMPN I Galur Kulon Progo setiap pagi sudah sampai di sekolah pukul 06.15. untuk menyambut kedatangan guru guru dan TU dan siswa siswanya. Adanya kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah SMPN I Galur Kulon Progo ini akhirnya diikuti oleh wakil kepala sekolah, guru-guru, TU dan para siswanya. Uniknya setelah para siswa sampai di pintu gerbang sekolah semuanya turun dan mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan kepala sekolah yang telah berdiri di depan pintu gerbang SMPN I Galur Kulon Progo. Kebiasaan-kebiasaan ini belum dijumpai di sekolah-sekolah sederajat di tempat yang lain. Kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah di SMPN I Galur Kulon Progo ini secara langsung mengajarkan dan mempraktekkan dalam mengembangkan Soft skill para siswanya. ( Hasil Wawancara, 10 Maret 2012, Nasrah Latifah, Wakasek Kurikulum ). Kepala sekolah bersama wakil kepala sekolah dan guru membimbing secara bersama-sama mengajak para siswanya setiap jam istirahat pertama belajar siswa diajak melaksanakan sholat dhuha di Mushola sekolah. Kebiasaaan ini secara langsung ataupun secara tidak langsung akan meningkatkan nilai nilai keagamaannya, dan akan dapat mempengaruhi siswa dalam mengembangkan Soft skill siswanya, terutama siswa akan menjadi lebih baik dalam tingkah laku kesehariannya. Kebiasaan-kebiasaan ini akan meningkatkat Soft skill siswa terutama dalam sikap menghargai guru dan pegawai serta teman temannya. (Hasil wawancara 5 Maret 2012, Edy Suwarno).
Kepala Sekolah bersama wakil kepala sekolah dan guru setiap waktu sholat dhuhur dalam rangka mengembangkan Soft skill siwa juga mengajak siswa sholat berjamaah di mushola sekolah. Dalam pelaksanaan sholat berjamaah tersebut sebagai imam sholat dilakukan oleh bapak guru secara bergantian. Kebiasaankebiasaan dalam rangka pengembangan Soft skill siswa dalam ranga meningkatkan nilai-nilai keagamaan tersebut ternyata dapat berpengaruh secara langsung kepada siswa di SMPN I Galur Kulon Progo. Pengaruh kebiasaan sholat berjamaah ini merupakan usaha untuk meningkatkan Soft skill siswa terutama dalam membentuk karakter pribadi siswa di SMPN I Galur Kulon Progo. Sekolah mengharapkan dengan mengembangkan soft skill siswa secara sungguh-sungguh akan menghasilkan lulusannya menjadi berkualitas dari segi keilmuan tetapi juga mempunyai kepribadian yang baik. Sekolah mengharapkan siswa-sdiswanya dengan mempunyai soft skill dapat mengembangkan pribadi seluruh siswanya dapat meningkatkan interaksi individu, kinerja pekerjaannya dan prospek karir ke depan bagi seluruh siswanya. Harapan sekolah apabila seluruh siswanya mempunyai soft skill
yang baik akan meningkatkan kemampuan
seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan sesamanya baik di dalam dan di luar sekolah. Profesionalisme Guru IPS dalam rangka mengembangkan soft skill siswa melalui pembelajaran IPS di SMPN I Galur Kulon Progo tidaklah mudah, karena guru harus mempunyai strategi yang baik dalam rangka mengembangkan soft skill siswanya. Guru merupakan sosok penentu bagi keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik (Hamzah B. Uno, 2008: 15). Untuk mengembangkan soft skill siwa di SMPN I Galur Kulon Progo Guru IPS selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga dapat ditauladani oleh siswanya. Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo dalam mengembangkan soft skill siswanya dapat dilakukan dengan cara menyelipkan materi pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap perilaku kepada siswanya mempunyai kemandirian yang tinggi. Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo untuk mengembangkan soft skill siswanya dalam proses pembelajaran sering dengan membentuk kelompok-
kelompok belajar dalam menyelesaikan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam proses menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru di dalam kelas tersebut siswa dengan sendirinya mempunyai strategi dikelompoknya, ditiap tiap kelompok terjadi interaksi dengan temannya. Proses interaksi secara langsung dengan teman-temannya dapat dilihat setiap siswanya secara bersama sama mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Setiap siswa akhirnya berani berbicara dan sekaligus juga dapat saling menghargai dari pendapat teman yang lainnya. Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo dalam mengembangkan soft skill siswanya yaitu dengan mengintegrasikan materi pembelajaran dikaitkan dengan rasa keimanan dan ketaqwaan kepada peserta didiknya. Disinilah guru dituntut dapat memasukkan nilai nilai keimanan dan ketaqwaan kepada siswanya, baik itu dalam materi pembelajarannya dan kedalam proses pembelajarannya, misalkan pada waktu siswa diperintahkan oleh guru ips untuk membahas suatu materi yang diberikannya. Kiat-kiat sukses untuk menjadi seorang guru yang profesional, yaitu sebagai berikut yang disepakati di dalam rapat di SMPN I Galur Kulon Progo meliputi: (1). Dahulu Guru IPS di SMPN I Galur selalu gandrung meningkatkan IQ (Intellegent Quotient), sekarang dibutuhkan lagi dua jenis kualitas diri. Bukan hanya trend, tapi wajib dimiliki oleh semua insan manusia (terlebih guru), yaitu menerapkan EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient). Jadi, guru tersebut akan cerdas secara emosional dan spiritual. (2). Guru di SMPN I Galur Kulon Progo selalu meniatkan pada diri sendiri untuk benar-benar mengabdikan diri menjadi guru yang amanah. Kemudian, jadikanlah kritik dari berbagai pihak sebagai dorongan untuk mencari cara baru yang lebih efektif dalam pembelajaran. (3). Seiap Guru di SMPN I Galur Kulon Progo berupaya keras dan pantang menyerah untuk maju dari ketertinggalan pendidikan (pengetahuan) diri pribadi, sekolah, kota, bahkan maju dari ketertinggalan pendidikan bangsa kita, agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya
(4). Guru di SMPN I Galur Kulon Progo selalu berusaha menghormati pribadi siswa dan menjauhkan mereka dari berbagai keluhan, frustasi dan konflik. Bersikap ramah dan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah mereka, sehingga tidak mengganggu pikiran siswa ketika menerima pelajaran di kelas. Guru dan siswa sebaiknya saling "take and give" (berbagi) dan berperan aktif sesuai "tupoksi" (tugas pokok dan fungsinya) serta kewajibannya masing-masing. (5). Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo selalu merancang metode pembelajaran lebih awal, sehari sebelum mengajar di kelas. Mengupayakan agar pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai penuh oleh guru, kemudian menyampaikannya dengan cara menyenangkan dan tidak menyulitkan para siswa. Makin berharga suatu pelajaran, maka makin banyak kesulitan yang harus dilalui oleh seorang guru dan siswa untuk menguasainya. Hal ini tidak berarti pelajaran harus dibuat sulit agar ada nilainya. Namun, menjadi cara guru untuk mengajarkan kepada siswa agar mempelajari banyak hal dan mampu menghadapi kesukaran-kesukaran yang baru. (6). Saat mengajar, Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo kepada siswa di kelas, berusaha menciptakan suasana kondusif yang menjadikan siswa itu tertantang dan menyadari pentingnya ilmu-ilmu pelajaran yang guru ajarkan. Sesuaikan kondisi, kapan saat guru harus bercanda (melucu dan mengajak siswa tertawa), dan kapan saat guru harus mengajak siswanya untuk serius di kelas. Jadi, guru tahu benar, cara mengefesiensikan waktu yang ada, dan tidak mengajak ke hal-hal yang merugikan siswanya. (7). Seorang guru di SMPN I Galur Kulon Progo harus mampu rela berkorban, memiliki kedisiplinan diri (self dicipline) agar tepat waktu memasuki kelas untuk mengajar dan dapat saling mengingatkan, menasehati dan share (berbagi) kepada siswanya menuju paradigma pendidikan yang lebih baik dan maju. (8). Segala isi petuah dan nasehat guru di SMPN I Galur Kulon Progo kepada siswa-siswanya, harus diaktualisasikan terlebih dahulu oleh
guru itu sendiri dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Dengan kata lain, tingkah laku guru yang baik, pasti akan menjadi keteladanan atau contoh yang baik bagi para siswanya. (9). Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo Tidak hanya menguasai ilmu yang diajarkannya, tetapi juga menguasai ilmu-ilmu penting yang menjadi nilai plus bagi guru, misalnya mempelajari bahasa asing, menguasai IPTEK/TI (dunia komputer dan internet), dan kreativitas lainnya sesuai kemampuan yang ada pada guru tersebut. Dua kegiatan yang tak boleh terlupakan untuk dikembangkan oleh guru, yaitu menulis dan meneliti, sehingga memacu guru akan terus membaca dan melakukan refleksi pada setiap kegiatan pembelajaran. (10). Guru di SMPN I Galur Kulon Progo harus mempunyai sifat tegas, jujur, adil, bijaksana dan memenuhi hak dan kewajiban yang selaras, mendahulukan (memprioritaskan) kepentingan orang banyak, halus dan sopan dalam bertutur kata, kemudian wajah diperamah dengan senyum ketika menatap wajah-wajah yang mengharap perhatian penuh (siswa, red) dari guru tercintanya. Tentu tidak ada seorang pun siswa yang akan menjauhi, menakuti, bahkan membenci gurunya tersebut. (Wawancara dengan Kepala sekolah dan Wakasek Kurikulum 22 April 2012). Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo dalam mengembangkan soft skill siswanya sebelum mengajar menyiapkan bahan ajar yang dapat memberikan memotivasi pada siswanya untuk mempraktekkan materi pembelajaran dalam kehidupan sehari harinya. Konsep dan praktek mengajar seperti itu secara langsung ataupun secara tidak langsung akan mempengaruhi soft skill pada siswanya. Motivasi yang diberikan oleh guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo tersebut akan menambah semangat siswanya dalam mengembangkan soft skill pada diri masing masing siswanya. Program guru IPS dalam mengembangkan soft skill siswa juga dapat dilakukan diluar kelas dan di luar sekolah. Diluar kelas misalkan seorang guru IPS yang sedang mengarkan materi lingkungan hidup, siswa disuruh mempraktekkan membersihkan lingkungan disekitar SMPN I Galur, Kulon Progo, yaitu membersihkan sampah yang ada di dalam lingkungan sekolahnya. Siswa
selanjudnya disuruh mengumpulkan sampah yang ada dan memisahkan yang organik dan bukan organik. Dari proses pembelajaran seperti itu secara langsung akan menambah kepeduliah siswa terhadap lingkunggannya, kegiatan itu termasuk usaha dalam mengemabangkan soft skill siswa di SMPN I Galur Kulon Progo. Dalam
materi
pembelajaran
ekonomi
guru
IPS
dalam
rangka
mengembangkan interaksi kegiatan ekonomi, siswa disuruh mengamati dan melihat secara langsung bagaimana orang-orang melakukan proses jual beli di pasar, sehingga siswa dapat secara langsung mengetahui proses terjadinya jual beli. Program pembelajara seperti itu akan menambah pemahaman siswa tentang interaksi yang terjadi di dalam kegiatan perekonomian, otomatis secara langsung menanamkan interaksi siswa. Proses interaksi tersebut juag merupakan salah satu usaha dalam mengembangkan soft skill siswa di SMPN I Galur Kulon Progo. Siswa selanjudnya mengerti dan memahami sikap dan perilaku yang dilakukan oleh pedagang dan pembeli yang mempunyai karakter yang berbeda beda. Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo dalam mengembangkan soft skill siswa yang dikaitkan dengan pelajaran sosiologi juga dapat dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas. Di dalam kelas guru menyampaikan meteri pembelajaran tetang konflik sosial, supaya siswa ikut aktif dan berani berbicara guru menyampaikan
materi
konflik
sosial
kepada
siswanya.
Dalam
proses
pembelajarannya guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo menyuruh siswa untuk membahas dan menjelaskan tentang materi yang berkaitan tentang konflik sosial dengan kehidupan yang ada di masyarakat sekitar mereka tinggal. Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo menyuruh siswanya untuk mencari dampak dari konflik sosial yang ada di dalam masyarakat di sekitar mereka tinggal. Setela selesai siswa mendiskusikan selanjudnya guru menayakan kepada siswa tentang dampak dari konflik sosial tersebut. Diharapkan dengan materi yang berkaitan dengan konflik sosial tersebut siswa di SMPN I Galur Kulon Progo akan tahu mana sikap atau perilaku masyarakat yang baik ataupun yang tidak baik. Akhirnya dengan materi konflik sosial ini guru dapat menyampaikan pesan kepada siswanya untuk menghilangkan sifat negatif karena adanya konflik sosial, dengan pemahaman itu maka soft skill siswa akan menjadi tambah baik, karena siswa tahu
dampak dengan adanya konflik sosial tersebut. (Hasil wawancara 6 Maret 2012, Endang Engganiasih Guru sosiologi) Guru IPS di SMPN I Galur dalam mengembangkan kepedulian sosial kepada siswanya yang berkaitan dengan soft skill dikaitkan dengan materi interaksi sosial dan kepedulian sosial. Siswa SPMPN I Galur Kulon Progo diajak mengunjungi ke Panti Asuhan dan sekaligus siswa diajak memberikan santunan secara iuran. Setelah pulang dari kunjungan ke Panti Asuhan tersebut siswa di SMPN I Galur Kulon Progo ditugaskan untuk membuat laporan yang dilaksanakan di Panti Asuhan tersebut. Dengan kegiatan tersebut secara langsung ataupun tiodak langsung akan meningkatkat perkembangan soft skill siswa di SMPN I Galur Kulon Progo. (Hasil wawancara 6 Maret 2012, Wanti Bakti Asih) Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo dalam mengembangkan soft skill siswanya dalam proses pembelajaran guru mengajak kepada siswanya untuk mengembangkan sikap kejujuran, kerja sama, keteladanan, menghargai orang lain dan mengembangkan toleransi. Proses dalam mengembangkan soft skill siswa ini nampak pada waktu proses pembelajaran siswa dilibatkan secara aktif. Sikap kejujuran siswa di SMPN I Galur Kulon Progo dapat dilihat pada waktu ujian tidak kelihata ada yang menyontek lagi. Proses mengembangkan kerjasama siswa di SMPN I Galur Kulon Progo dapat dilihat dalam kegiatan diskusi dapat berjalan dengan baik, serta siswa dilatih sebagai pemakalah, peserta dan moderator secara langsung, sehingga guru IPS selama proses diskusi sebagai pemantau dan setelah diskusi selesai guru meluruskan apabila ada materi yang kurang tepat. Guru IPS di SMPN I Galur didalam mengajar apabila ada materi yang dapat dipadukan antara mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi dan sosiologi, guru IPS mengajarnya dengan cara bersama sehinnga menggunakan team pengajar dalam satu waktu 3 guru langsung masuk mengajar secara bersama-sama. Dalam proses pembelajaran yang secara bersama sama tersebut masing-masing guru menyampaikan materi secara bergantian, dan masing-masing guru menjelaskan sesuai dengan materi yang diajarkan. Proses yang dilakukan secara bersama-sama itu secara langsung sudah mengajarkan soft skill pada siswanya. (Hasil wawancara 7 Maret 2012, Sukarsih)
Kultur sekolah dan Profesionalisme guru IPS yang baik di SMPN I Galur Kulon Progo dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan soft skill siswanya. Kultur sekolah dan Profesionalisme guru IPS dapat mengembangkan siswa di SMPN I Galur Kulon Progo dalam melakukan interaksi dsengan baik ketika mereka harus bergabung dengan teman-teman lama dan teman barunya baik dari sekolah sekitarnya dan teman yang dating dari luar negeri. SMPN I Galur Kulon Progo sering kedatangan tamu baik itu dari dalam negeri dan dari luar negeri, khususnya pada waktu kedatangan tamu dari luar negeri yang biasa diikuti oleh siswanya, maka siswa di SMPN I Galur Kulon Progo dapat menyambut teman temannya yang berasal dari luar negeri dengan menggunakan bahasa inggris. Kultur sekolah dan profesionalisme guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo dalam mengembangkan soft skill siswanya, hal itu kelihatan pada waktu siswasiswanya mengikuti lomba apapun, mereka dapat tampil dengan percaya diri. Pada waktu mengikuti lomba yang diadakan oleh instansi manapun siswa yang ada di SMPN I Galur Kulon Progo selalu dapat mengikuti lomba dan dapat dikatakan selalu mendapatkan hadiah. Lomba-lomba yang diikuti lomba yang berkaitan dengan akademik dan lomba non akademik. Berhubung soft skill sudah tertanam pada siswanya maka setiap mengikuti lomba seorang guru dapat dikatakan hanya sebagai pendukung semangat dan sebagai pendamping saja. (Hasil wawancara tanggal 7 Maret 2012, Sukarsih dan Nasrah Latifah). Untuk mengembangkan soft skill siswa di SMPN I Galur Kulon Progo, pihak sekolah melatih siswanya membentuk Organisasi Intra Sekolah (OSIS). Organisasi Sekolah yang dibentuk tersebut secara langsung akan mengembangkan soft skill siswanya, karena dalam organisasi tersebut siswa latihan berdiskusi dan berlatih mengembangkan kreatifitasnya serta akan mendorong untuk berlatih bermasyarakat. Di dalam organisasi tersebut secara jelas dapat mengajarkan bagaimana menjadi anggota pengurus yang tersiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan anggota-anggota lainnya. Di dalam organisasi tersebut secara langsung siswa diajarkan bagaimana membuat, melaksanakan, memecahkan dan mengevaluasi program yang ada. (Hasil wawancara tanggal 7 Maret 2012, Edy Suwarno, Sukarsih dan Nasrah Latifah).
Kultur sekolah dan profesionalisme guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo ternyata dapat mendorong berkembangnya soft skill siswanya. Guru IPS mengajarkan cara bermusyawarah dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswanya, sehingga siswa dapat mengembangkan pemikiran kepeduliannya untuk kerja sama. Guru IPS dalam proses pembelajarannya juga mengembangkan siswanya harus selalu meningkatkan rasa menghargai kepada siapapun juga. Siswa juga dibimbing oleh guru cara menggunakan dan mengakses internet. Guru dalam mengembangkan soft skill didalam penggunakan internet disampaikan baik buruknya data yang ada di internet, dan nilai keagamaan ditanamkan bahwa apabila melihat situs yang porno hukumnya kharam, sehingga secara social mengajarkan tentanpendidikan moral. Dengan kultur sekolah dan profesionalisme guru IPS di SMPN I Galur yang baik terlihat dalam pengembangan soft skill pada siswanya dapat dilihat pada perilaku siswa yang sangat sopan, siswa selalu menyapa bapak ibu guru dimanapun berjumpa dan dengan cara salam dan mencium tangan bapak ibu gurunya. Soft skill yang ada pada siswa di SMPN I Galur Kulon Progo Nampak sekali pada siswa yang jarang terdengar bicara keras dan bicara yang berbau porno. Pengaruh soft skill yang lain Nampak kelihatan keberanianya setiap diskusi berjalan siswa rata rata berani berdebat dan dengan cara yang bagus. Adanya pengembangan soft skill yang baik ini maka para wali murid sangat antusias memasukkan siswanya ke SMPN I Galur Kulon Progo, dan siswanya ada yang berasal dari luar kabupaten Kulon Progo. (Hasil wawancara 6 Maret 2012, Wanti Bakti)
KESIMPULAN 1.
Kultur sekolah
yang mencakup nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, slogan-
slogan atau motto, kebiasaan-kebiasaan, dan upacara-upacara di SMPN I Galur Kulon Progo dapat dilaksanakan dengan baik pada warga sekolah. Siswa yang mempunyai Soft skill baik biasanya akan kelihatan dari budi pekertinya. Siswa yang mempunyai Soft skill tinggi akan mampu mengontrol emosinya dan itu tergambar dalam budi bahasanya, dalam caranya
berkomunikasi, perilakunya tidak grusa grusu, dan perbuatan atau berintegritas tinggi, tenggang rasa dan toleransi tinggi. 2.
Profesionalisme guru IPS di SMPN I Galur Kul;on Progo didalam mengembangkan soft skill pada siswanya dapat dilakukan dalam kegiatan proses belajar didalam kelas ataupun di luar kelas. Guru IPS di SMPN I Galur Kulon Progo dalam mengembangkan soft skill siswanya kelihatan pada waktu siswa disuruh membuat kelompok untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh Guru IPS. Siswa dalam mengembangkan soft skill dalam pembelajaran IPS dilakukan oleh guru IPS melakukan praktek kepasar misalnya melihat interaksi jual beli antara pedagang dan pembeli. Dalam materi social siswa disuruh mencari permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat dan bagaimana cara memecahkan permasalahan tersebut. 3.
Adanya kultur sekolah dan profesionalisme guru IPS yang baik akan berpengaruh pada soft skill siswa di SMPN I Galur Kulon Progo. Siswa di SMPN I Galur Kulon Progo diharapkan dapat memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa temannya.
DAFTAR PUSTAKA Agus Salim. (2006). Bangunan teori, metodologi penelitian untuk bidang sosial, psikologi, dan pendidikan. Yogyakarta. Tiara Wacana. Ahmad Tafsir. (2008). Ilmu pendidikan dalam perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Akhmad Sudrajat. (2008). Kompetensi guru dan peran kepala sekolah. Diterbitkan 21 Januari 2008 manajemen pendidikan. Ariefa Efianingrum. (2008). Kultur sekolah untuk mengembangkan good school. Universitas negeri yogyakarta. Barth, J.l. (1990). Methods of intstruction in social studies education.University fress of America. New York. Bower, G. H. (1990). The psychology of learning and motivation advances in research and theory. New York. Academi press. INC. Burhan Bungin. (2010). Analisis data penelitian kualitatif, pemahaman filosofis dan metodologis, kearah model aplikasi. Jakarta. Rajagafindo Persada.
Chris Mann. (2003). Analysis or anecdote? Defending qualitative data before a sceptical audience. England: Open University Press. Clifford Geertz, (1992). Tafsir kebudayaan. Yogyakarta. Kanisius. Creswell John.W.. (1994). Research design qualitative and quantitative approaches .London, United Kingdom. Dahan, H. M. & Abdullah, N. (2009). Challenges in the Integration of Soft skills in Teaching Technical Courses: Lecturers’ Perspectives. Asian Journal of University Education. Vol. 5 No. 2, 67-81, 2009. ISSN 1823-7797. Dapiyanto, F.X. (2008). Relevansi kultur sekolah bagi internalisasi nilai-nilai dalam pendidikan agama katolik di sekolah. Deddy Mulyana. (2003). Metodologi penelitian kualitatif, paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Departemen Pendidikan & Kebudayaan. (1999). Kamus besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. (2006). Evaluasi program pendidikan luar sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Dimyati. (2010). Peran guru sebagai model dalam pembelajaran karakter dan kebajikan moral melalui pendidikan jasmani. Jurnal ilmiah pendidikan. Cakrawala pendidikan. ISSN: 0216/1370. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia bekerja sama dengan LPM UNY. Douglas E. Roby. (2011). Teacher leaders impatcting school culture. Wright State University: Journal ProQuest.