INTEGRASI PENDIDIKAN IPS DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENGEMBANGKAN SOFT SKILL SISWA DI SEKOLAH DASAR AL-GONTORY TAMANAN TULUNGAGUNG Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd.,M.M, STKIP PGRI Tulungagung,
[email protected], 081217335580 Abstract: Education is a process of humanizing. To achieve the full human dignity is impossible without going through the process of education. Education must be able to produce people who had precious characters, in addition to having academic abilities and skills are adequate. One way to realize the human character is to integrate character education into every lesson. The integration of character education in learning can be done by loading the values of characters in all the subjects taught in schools and in the implementation of learning activities. The teacher must prepare for character education from the planning, implementation and evaluation. Implementation of character education in schools should be supported by exemplary teachers and parents as well as cultural character. Key Words:Integration, Character Education, Social Learning, Soft Skills Developing Abstrak:Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Untuk meraih derajat manusia seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. Pendidikan harus dapat menghasilkan insan-insan yang memiliki karakter mulia, di samping memiliki kemampuan akademik dan keterampilan yang memadai. Salah satu cara untuk mewujudkan manusia yang berkarakter adalah dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan pemuatan nilai-nilai karakter dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Untuk itu guru harus mempersiapkan pendidikan karakter mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasinya. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah perlu didukung oleh keteladanan guru dan orang tua murid serta budaya yang berkarakter. Kata kunci: Integrasi, Mengembangkan Soft Skill.
Pendidikan
PENDAHULUAN
Karakter,
Indonesia.
Pembelajaran
Pendidikan
IPS,
karakter
perlu
Begitu banyak permasalahan yang ada
diberlakukan sepanjang masa untuk di
di negeri kita saat ini, sebagai seorang
negeri ini, salah satu caranya yaitu dengan
pendidik tentunya kita sangat prihatin
mengoptimalkan
dengan permasalahan di negeri kita tercinta
sekolah bekerja sama dengan keluarga,
peran
sekolah.
Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
Pihak
46
masyarakat, dan elemen bangsa yang lain
pembelajaran
demi
besar
dikatakan pendidikan karakter dengan pola
menanamkan karakter kepada peserta didik
integralistik. Seperti yang telah kita ketahui
sebagai calon penerus bangsa di masa yang
semua bahwa pendidikan karakter di
akan datang. Thomas Lickona (2014:3)
sekolah tidak merupakan mata pelajaran
“pendidikan pengembangan karakter adalah
yang berdiri sendiri. Seperti halnya yang
sebuah proses berkelanjutan dan tak pernah
diutarakan
berakhir (never ending process).
“apapun
mensukseskan
Zulnuraini
agenda
(2012)
“Pendidikan
di
sekolah,
oleh
Zubaidi
aktivitas
atau
bisa
(2011:
263)
pembelajaran
yang
di
diupayakan guru, aktivitas pembelajaran
Sekolah Dasar adalah pondasi yang utama
tersebut haruslah mampu memfasilitasi
bagi tumbuh kembang generasi muda
pembentukan dan pengembangan peserta
Indonesia.” Tetapi masih cukup banyak
didik berkarakter. Salah satu cara yang
permasalah moral yang di lakukan anak
relevan diterapkan adalah pengintegrasian
Sekolah Dasar yang kita jumpai, contohnya
karakter atau nilai-nilai ke dalam kegiatan
tidak asing di telinga kita banyak anak yang
pembelajaran setiap mata pelajaran yang
menucapkan perkatan kotor yang tidak
tertera dalam kurikulum sekolah”.
patut di lontarkan oleh anak seusianya,
Dari
pernyataan
di
atas
dapat
apalagi dengan perkembangan teknologi
disimpulkan bahwa, pendidikan karakter
sekarang anak bisa mengakses hal-hal
tidak merupakan mata pelajaran yang
negatif
dengan
berdiri sendiri, tetapi diintegrasikan dalam
menyebabkan
kurikulum dan berfungsi menjadi penguat
contohnya
sesukanya,
hal
kematangan
seksual
pornografi ini
terlalu
dini
dan
menyimpang. Thomas Lickona (2014:19)
kurikulum yang sudah ada. Pengintegrasian
nilai-nilai
karakter
mengungkapkan “dua tren yang dilakukan
dalam
anak Sekolah Dasar yang mengganggu
memadukan,
antara lain bahasa yang kasar, pelecahan
menerapkan nilai-nilai yang diyakini baik
dan perkembangan seksual yang terlalu
dan benar dalam rangka membentuk,
cepat.”
mengembangkan, dan membina tabiat atau
Salah satu langkah yang dilakukan
kegiatan
bangsa
menanamkan pendidikan karakter terhadap
berlangsung.
didiknya
yaitu
memasukkan,
berarti dan
kepribadian peserta didik sesuai jati diri
lembaga sekolah khususnya pendidik untuk
peserta
pembelajaran
tatkala
kegiatan
pembelajaran
dengan
Selain pengintegrasian karakter dalam
mengintegrasi pendidikan karakter dalam
setiap pembelajaran tidak kalah penting
Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
47
sekolah mampu mengambangkan Soft skill
keteladanan,
peserta didik. Integrasi pendidikan karakter
pengembangan soft skill . semua warga
dalam pembelajaran dan mengembangkan
sekolah dan orang tua peserta didik serta
soft
pemuka masyarakat perlu bekerja sama
skill
terwujudnya
siswa
akan
kompetensi
diharapkan yang
utuh
fasilitasi
nialai,
dan
secara kolaboratif dalam melaksanakan
dikalangan peserta didik, yakni kompetansi
program
pendidikan
karakter.
di bidang akademik sekaligus di bidang non
pelaksanaan
akademik. Marzuki (2011:3) memberikan
dalam kelas dalam berbagai kegiatan,
penjelasan sebagai berikut
termasuk kegiatan di rumah dan dalam
pendidikan
Tempat
karakter
baik
“soft skill adalah suatu kemampuan,
lingkungan masyarakat dengan melibatkan
bakat, atau ketrampilan yang ada dalam diri
partisipasi orang tua. Darmayanti (2010)
setiap
adalah
menyimpulkan bahwa “model pendidikan
kemampuan yang dilakukan dengan cara
karakter yang efektif di Sekolah Dasar
non teknis, artinya tidak berbentuk atau
adalah
tidak kelihatan wujudnya. Namun, soft skill
pendekatan komprehensif.”
manusia.
Soft
skill
ini dapat dikatakan sebagai ketrampilan
model
yang
menggunakan
Dalam jurnal ini mencoba untuk
personal dan inter personal. Yang dimaksud
membahas
soft skill personal adalah kemampuan yang
pendidikan karakter khususnya
di manfaatkan untuk kepentingan diri
pembelajaran IPS untuk mengembangkan
sendiri. Misalnya, dapat mengendalikan
soft skill peserta didik di Sekolah Dasar.
emosi dalam diri, dapat menerima nasehat
Dalam
orang lain, maupun menejemen waktu, dan
peserta didik peka terhadap masalah sosial
selalu berpikir positif. Kemudian yang
di sekitarnya, serta memiliki sikap yang
dimaksud soft skill inter personal adalah
positif sehingga tidak terpengaruh oleh hal
kemampuan yang dimanfaatkan untuk diri
buruk
sendiri dan orang lain. Misalnya, kita
pembelajran
mampu berhubungan atau ber interaksi
Damayanti (2014:123) sebagai berikut:
dengan orang lain, bekerja sama dengan kelompok lain dan lain sebagainya.”
bagaimana
pembelajaran
pengintergasian
IPS
disekitarnya. IPS
“Pembelajaran
di
dalam
diharapkan
Tujuan
dari
ungkapkan
oleh
Ilmu
Pengetahuan
Sosial bertujuan untuk mengajarkan siswa
Pendidikan karakter diintegrasikan ke
menjadi warga Negara Indonesia yang baik
dalam berbagai bidang studi. Metode dan
dan penuh kedamaian. Ilmu pengetahuan
strategi yang digunakan bervariasi yang
sosial diperlukan bagi keberhasilan transisi
sedapat mungkin mencakup penanaman,
kehidupan menuju pada kehidupan yang
Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
48
lebih dewasa dalam upaya membentuk
kehidupan,
termasuk
karakter bangsa yang sesuai dengan prinsip
berhasil
dan semangat nasional. Dengan demikian
pendidikan
peserta didik dalam pembelajaran IPS
diterapkan sejak usia kanak-kanak atau
terlatih untuk menyelesaikan persoalan
yang biasa disebut para ahli psikologi
sosial dengan pendekatan holistik dan
sebagai usia emas (golden age), sesuai
terpadu dari berbagai sudut pandang.”
dengan usia anak sekolah dasar menurut
secara
tantangan
untuk
akademis.”
karakter
ini,
Dasar sebaiknya
Pokok bahasan yang disajikan tidak
Piaget pada tahap operasional kongkrit.
hanya terbatas pada materi yang bersifat
karena usia ini terbukti sangat menentukan
pengetahuan, melainkan juga meliputi nilai-
kemampuan anak dalam mengembangkan
nilai yang wajib melekat pada diri peserta
potensinya. Dari sini, sudah sepatutnya
didik. Terutama nilai-nilai tersebut sangat
pendidikan karakter dimulai dari dalam
bagus apabila sudah kita berikan pada
keluarga dan sekolah, yang merupakan
anak-anak usia muda seperti pada anak
lingkungan pertama bagi pertumbuhan
Sekolah
karakter anak. Rusminingsih (2014:124)
Dasar,
Nasional
Menteri
dalam
pimpinan
Pendidikan dengan
juga menegaskan “pertumbuhan kecerdasan
Lembaga
otak manusia yang paling besar terjadi pada
pertemuan
Pascasarjana
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
masa anak -anak.”
se Indonesia di Auditorium Universitas
Dilihat dari latar belakang berdirinya
Negeri Medan mengatakan "Pendidikan
Sekolah Dasar Al-gontory dilatar belakangi
karakter harus dimulai dari Sekolah Dasar
dengan Pondok Modern Gontor, karena
karena jika karakter tidak terbentuk sejak
pendiri dari Sekolah Dasar tersebut adalah
dini maka akan susah untuk merubah
para alumni dari Pondok Modern Gontor
karakter seseorang.”
dan sampai sekarang masih terintegrasi
Dengan diterapkan
pendidikan secara
karakter sistematis
yang dan
dengan Pondok Modern Gontor yang tentu saja
sangat
berpegang
teguh
dengan
berkelanjutan, seorang peserta didik akan
pendidikan karakter. Selain itu Sekolah
menjadi cerdas emosinya. Rusminingsih
Dasar tersebut juga baru berdiri tahun 2012
(2014:123) menyatakan “kecerdasan emosi
dan sekarang sudah mendapatkan siswa
ini adalah bekal penting menyongsong anak
sebanyak 129 siswa yang terdiri kelas I
dalam
karena
terbagi dalam 2 kelas berjumlah 40 siswa,
seseorang akan lebih mudah dan berhasil
kelas II terbagi 2 kelas berjumlah 38 siswa
menghadapi
kelas III terbagi dalam 2 kelas berjumlah 37
meraih
masa
segala
depan,
macam
tantangan
Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
49
siswa, sedangkan kelas IV berjumlah 9
sebagai standar kompetensi dan kompetensi
siswa,
dasar baru, tetapi terintegrasi ke dalam
selama
4
tahun
ini
cukup
berkembang dengan cepat. Para orang tua
mata
sekarang cukup menyadari benar bahwa
pengembangan diri dan budaya sekolah
pentingnya pendidikan karakter di Sekolah
serta muatan lokal. Oleh karena itu, guru
Dasar.
dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-
Dalam jurnal ini mencoba untuk memaparkan
mulai
dari
bagaimana
perencanaan pendidikan karakter
yang
pelajaran
yang
sudah
ada,
nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam kurikulum, silabus, dan rancana program pembelajaran (RPP) yang
terintegrasi dalalm pembelajaran khususnya
sudah
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
menambahkan tentang Rencana Program
untuk
Pembelajaran
mengembangkan
pelaksanannya
dan
mengevaluasinya.
soft
skill,
bagaimana Selama
ini
ada.
Mulyasa
(RPP)
(2011:78)
yang
berkarakter
pada
hakikatnya
sebagai berikut, “RPP
berkarakter
pengembangan soft skill di Indonesia belum
merupakan rencana jangka pendek untuk
begitu
memperkirakan
diperhatikan
pemerintah
hanya
oleh
pemerintah,
berfokus
atau
memproyeksikan
pada
karakter yang akan ditanamkan kepada
perkembangan intelektual peserta didik saja.
peserta didik dalam pembelajaran. Dengnan
Zubaidi (2011:3) “Indonesia lebih menitik-
demikian
beratkan pada pengembangan intelektual
upaya memperkirakan tindakan-tindakan
atau kognitif semata, sedangkan aspek soft
yang
skill sebagai unsur utama pendidikan
pembelajaran untuk membentuk, membina,
karakter belum diperhatikan secara optimal
dan mengembangkan karakter peserta didik,
bahkan cenderung diabaikan”.
sesuai dengan standar kompetensi dan
RPP
akan
berkarakter
dilakukan
kompetensi
dasar
merupakan
dalam
kegiatan
(SK-KD).
Dalam
PERENCANAAN INTEGRASI
implementasi
pendidikan
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
perencanaan
pembelajaran
PEMBELAJARAN IPS UNTUK
dikembangkan untuk mengkoordinasikan
MENGEMBANGKAN SOFT SKILL
karakter
SISWA
komponen pembelajaran lain, yakni standar
Zubaedi (2011:137) pendidikan karakter
kompetensi dan kompetensi dasar, materi
bukan merupakan mata pelajaran baru yang
standar,
berdiri sendiri, bukan pula dimasukkan
penilaian.
yang
akan
indikator
dibentuk
hasil
Kompetensi
karakter, perlu
dengan
belajar,
dasar
dan
berfungsi
Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
50
mengembangkan karakter peserta didik,
standar
materi standar berfungsi memaknai dan
pendidikan (SKL-SP) mulai dari jenjang
memadukan
pendidikan dasar, menengah dan menengah
kompetensi
dasar
dengan
kompetensi
satuan
karakter, indikator hasil belajar berfungsi
kejuruan,
menunjukkan keberhasilan pembentukan
pendidikan karakter. Begitupun halnya
karakter peserta didik, sedangkan penilaian
dengan standar kompetensi mata pelajaran,
berfungsi mengukur pembentukan karakter
konsistensi
dalam
karakter.
setiap
kompetensi
dasar,
dan
juga
lulusan
mempertegas
dengan
misi
pendidikan
menentukan tindakan yang harus dilakukan
Permendiknas
apabila karakter yang telah ditentukan
tersebut mengartikan kompetensi sebagai
belum terbentuk atau belum tercapai”.
kemampuan
kesuma (2011:85-86) berpendapat terdapat
bertindak
sejumlah hal yang sekurang-kurangnya
perwujutan dari pengetahuan, sikap dan
harus menjadi rambu-rambu bagi guru
ketrampilan yang dimiliki oleh peserta
untuk mengembangkan silabus dan RPP: (1)
didik. Kata “bersikap” dan “bertindak”
dokumen-dokumen resmi kurikulum yang
pada rumusan kompetensi ini, jelas memuat
tercakup
menteri
esensi karakter. Silabus dan Perencana
pendidikan nasional republik indonesia
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tidak ada
nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
Sesuatu yang baru yang harus dikerjakan
untuk satuan pendidikan dasar dan mengah,
oleh guru dalam menyusun silabus dan RPP
(2) pedoman penyusunan RPP dan silabus,
ketika
dan (3) teori-teori pendidikan karakter.
pendidikan karakter dalam mata pelajaran
Standar isi untuk satuan pendidikan dasar
yang diampunya, kecuali harus memahami
dan menengah pada setiap kelompok mata
SK-KD secara lebih cermat dan dengan
pelajaran dan cakupannya tidak lepas dari
menggunakan
misi
karakter.
dalam
pendidikan
peraturan
karakter.
Ini
berarti
nomor
misi
22
bersikap secara
guru
,
tahun
berpikir
konsisten
akan
2006
dan
sebagai
mengembangkan
perspektif
pendidikan
Masalahnya,
perspektif
pembelajaran yang semata-mata kognitif,
pendidikan karakter ini merupakan banrang
adalah tidak sejalan dengan misi ini. Juga
baru bagi banyak guru yang selama ini
standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dibelenggu
dasar
kognitif.
(KD)
yang
merupakan
rincian
oleh Dengan
perspektif
pendidikan
pemahaman
yang
lanjutan dari kelompok mata pelajaran
mendalam diharapkan dapat membantu
tersebut sudah sewajarnya tidak menolak
guru untuk memiliki perspektif pendidikan
serta keberadaan nilai.
karakter ketika memahami SK-KD. Dengan
Disamping itu,
Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
51
perspektif
ini,
SK-KD
yang
memuat
cerdas dan baik sebagai sasaran akhir
pendidikan karakter, akan diberlakukan
pendidikan
karakter.
sebagai pendidikan karakter, dan bukan
memperlakukan
pengajaran pengetahuan secara eksklusif.
memperlakukan
Manusia
manusia alam
lain,
harus
dan
dilandasi
dengan perilku baik. Menuntun peserta PELAKSANAAN INTEGRASI
didik memiliki sikap dan perilaku yang
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
baik secara intrinsik adalah hak dari nurani
PEMBELAJARAN IPS UNTUK
manusia”
MENGEMBANGKAN SOFT SKILL
Mulyasa
SISWA
pembelajaran
Damayanti (2014:85) Pendidikan karakter
peserta didik perlu dilibatkan secara aktif,
secara
proses
karena mereka adalah pusat dari kegiatan
pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai,
pembelajaran dan pembentukan kompetensi.
pemberian
Peserta didik harus didorong
terintegrasi
sarana
di
dalam
agar
diperolehnya
(2014:133-134) efektif
dan
dalam berkarakter,
untuk
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai ke
menafsirkan informasi yang diberikan oleh
dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
guru, sampai informasi tersebut dapat
melalui pembelajaran yang berlangsung di
diterima oleh akal sehat. Strategi seperti ini
dalam maupun di luar kelas pada semua
memerlukan pertukaran pikiran, diskusi,
mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan
dan perdebatan, dalam rangka mencapai
pembelajaran dapat menjadikan peserta
pengertian yang sama terhadap setiap
didik menguasai kompetensi secara utuh,
materi
yaitu mengetahui, mengenal, menyadari,
efektif dan berkarakter, kompetensi dapat
dan berperilaku sesuai karakter bangsa.
diterima dan tersimpan lebih baik. Karena
Sependapat dengan hal tersebut Hasyim
masuk otak dan membentuk karakter
(2015:5) menyimpul sebagai berikut,
melalui proses “masuk akal. Sependapat
“pengembangan
dengan hal dia atas Zubaedi (2011:273-274)
diimplementasikan
karakter dalam
proses
standar.
Melalui
pembelajaran
menyimpulkan sebagaigai berikut,
pembelajaran baik di kelas maupun di luar
“Pendidikan
kelas. Kemunikasi dan interaksi manusia
melekat pada setiap mata pelajaran karena
dalam berbagai kegiatan sosial, budaya,
setiap
ekonomi, politik, hukum dan lingkungan
memiliki nilai-nilai karakter yang harus
selayaknya
nilai-nilai
dilalui dan dicapai siswa. Hanya saja,
karakter untuk mewujudkan perilaku yang
sebagian besar guru tidak menyadari bahwa
dilandasi
oleh
mata
karakter
pelajaran
pada
pada
dasarnya
dasarnya
Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
52
ada nilai-nilai yang dapat membentukan
ketuhanan. Lebih rinci, dijelaskan sebagai
karekter
berikut:
siswa.
Untuk
itu,
perlu
menumbuhkan kesadaran bagi setiap guru
a) Nilai edukatif, melalui pendidikan IPS,
apa pun pelajarannya untuk ikut melakukan
perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap,
pendidikan karakter. Ada banyak cara
kepeduliaan, dan tanggung jawab sosial
mengintegrasikan nilai karakter ke dalam
peserta didik ditingkatkan. Kepeduliaan
mata
lain:
dan tanggungjawab sosial, secara nyata
mengungkapkan nilai-nilai yang dikandung
dikembangkan dalam pendidikan IPS
dalam
untuk mengubah perilaku peserta didik
pelajaran,
antara
setiap
mata
pelajaran,
pengintegrasian nilai-nilai karakter secara
bekerja
langsung
membantu
ke
dalam
mata
pelajaran,
menggunakan perumpamaan dan membuat perbandingan
dengna
sama,
gotong
royong
pihak-pihak
dan yang
membutuhkan
kejadian-kejadian
b) Nilai praktis, dalam hal ini tentunya
serupa dalam hidup para siswa, mengubah
harus disesuaikan dengan tingkat umur
hal-hal negative menjadi nilai positif,
dan kegiatan peserta didik sehari-hari.
mengungkapkan nilai-nilai melalui diskusi
Pengetahuan IPS yang praktis tersebut
dan brainstorming, menggunakan cerita
bermanfaat dalam mengikuti berita,
untuk
nilai-nilai,
mendengakan radio, membaca majalah,
menggunakan cerita untuk muncul nilai-
menghadapi permasalahan kehidupan
nilai, menceritakan kisah hidup orang besar,
sehari-hari
memunculkan
menggunakan
lagu
dan
music
untuk
c) Nilai teoritis, peserta didik dibina dan
mengintegrasikan nilai-nilai, menggunakan
dikembangkan
drama untuk melukiaskan kejadian yang
kearah dorongan mengetahui kenyataan
berisikan nilai-nilai, menggunakan berbagai
(sense
kegiatan seperti kegiatan amal, kunjungan
menggali sendiri dilapangan (sense or
sosial, field trip atau outbound dan klub-
discovery). Kemampuan menyelidiki,
klub kegiatan untuk memunculkan nilai
meneliti dengan mengajukan berbagai
kemanusiaan”.
pernyataan (sense of inquiry).
Sumaatmadja (2007:24) mengemukakan
d) Nilai
of
kemampuan
reality),
filsafat,
dan
nalarnya
dorongan
peserta
didik
kesadaran
dan
bahwa nilai-nilai yang dapat dikembangkan
dikembangkan
dalam IPS meliputi: nilai edukatif, nilai
penghayatan terhadap keberadaanya di
praktis, nilai teoritis, nilai filsafat dan nilai
tengah-tengah
masyarakat,
bahkan
ditengah-tengah alam raya ini. Dari Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
53
kesadaran
keberadaan
tadi,
mereka
EVALUASI INTEGRASI
disadarkan pula tentang peranannya
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
masing-masing
PEMBELAJARAN IPS UNTUK
bahkan
terhasap
terhadap
masyarakat,
lingkungan
secara
keseluruhan
MENGEMBANGKAN SOFT SKILL SISWA
e) Nilai ketuhanan, menjadi landasan kita
Hasyim (2015:78) berpendapat tentang
mendekatkan diri dan meningkatkan
pengertian
IMTAK kepada-Nya. Kekaguman kita
karakter sebegai berikut,
selaku manusia kepada segala ciptaan-
“Evaluasi
Nya,
memiliki makna suatu proses untuk menilai
baik
berupa
fenomena
fisik-
Evaluasi dalam
dalam
pendidikan
pendidikan
karakter
alamiah maupun fenomena kehidupan.
kepemilikan suatu karakter oleh siswa yang
Kelima nilai di atas tidak lepas dari nilai
dilakukan secara terencana sistematis dan
dasar
terarah pada perbuatan kebajikan. Subtansi
pendidikan
(2011:193) Grand
karakter
berpendapat
Design
yang
Zubaedi
Berdasarkan dikembangkan
Evaluasi
dalam
pendidikan
berbasis
karakter adalah upaya membandingakan
Kemendiknas 2010 (sekarang kemendikbud)
perilaku siswa dengan standar perilaku
secara
kultural
berupa indikator yang mencerminkan nilai
pembentukan karakter dalam diri individu
karakter tertentu. Proses membandingkan
merupakan fungsi dari seluruh potensi
antara perilaku anak dengan indikator
individu manusia (kognotif, afektif, konatif
karakter dilakukan pengukuran. Proses
dan psikomotorik) dalam konteks interaksi
pengukuran dapat dilalakukan dengan cara
sosial kultural (dalam keluarga, sekolah,
tes
dan
bagaiman
psikologis
masyarakat)
sepanjang
hayat.
dan
dan
sosial
berlangsung
Konfigurasi
karakter
dan
nom
mengingat
tes.
para
Evaluasi
peserta
menialai
didik
invormasi,
dapat
mengerti,
dalam konteks totalitas proses psikologis
menerapkan, menganalisa, dan menyatukan
dan sosial-kultural dapat dikelompokkan
informasi dengan dirinya sendiri”.
dalam: olah hati (spiritual and emotional),
Akbar
olah
penilaian dalam pembelajaran IPS sebagai
pikir
(intellectual
development),
(2012:9)
berpendapat
tentang
olahraga dan kinestetik (physical and
berikut,
kinesthetic develepment), olah raga dan rasa
“Proses penilaian dalam pembelajaran IPS
(affective and creativity development).
yang dilakukan guru harus memperhatikan karakter peserta didik, sehingga dalam proses yang terjadi nilai yang diperoleh
Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
54
siswa adalah nilai yang menggambarkan
di suatu semester dirumuskan dengan
pencapaian kompetensi kognitif, afektif,
“mengatakan
dan
perasaan dirinya mengenai apa yang
psikomotorik
sesuai
dengan
karakteristik mapel. Penilaian karakter
dilihat/diamati/
lebih
maka
banyak
menggunakan
penilaian
dengan
sesungguhnya
dipelajari/dirasakan”
pendidik
mengamati
(melalui
nontes, yakni penilaian yang tidak menitik
berbagai cara) apakah yang dikatakan
beratkan
kompetensi
seorang peserta didik itu jujur mewakili
assessment).
perasaan dirinya. Mungkin saja peserta
Penilaiannya bisa dalam bentuk penilaian
didik menyatakan perasaannya itu secara
kinerja, penilaian produk, penilaian afektif,
lisan tetapi dapat juga dilakukan secara
penilaian diri, penilaian antarteman, dan
tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh.
lain
Perasaan yang dinyatakan itu mungkin saja
pada
pencapaian
kognitif(authentic
sebagainya.
penilaian
ini,
Untuk
membuat
memiliki gradasi dari perasaan yang tidak
instrumen penilaian sesuai dengan teknik
berbeda dengan perasaan umum teman
yang dipilih. Dengan penilaian yang benar,
sekelasnya sampai bahkan kepada yang
maka
yang
bertentangan dengan perasaan umum teman
dilakukan dapat dipertanggung jawabkan
sekelasnya. Penilaian dilakukan secara
secara benar dan karakter yang diharapkan
terus menerus, setiap saat pendidik berada
pada peserta didik juga dapat diketahui atau
di kelas atau di satuan pendidikan formal
belum, ataukah sudah menjadi kebiasaan
dan nonformal. Model catatan anekdotal
seharihari
(catatan
proses
guru
memudahkan
harus
pembelajaran
atau
belum.
IPS
Untuk
dapat
yang dibuat pendidik ketika
melakukan penilaian dengan benar, guru
melihat adanya perilaku yang berkenaan
dapat mempedomani Standar Penilaian
dengan nilai yang dikembangkan) selalu
Pendidikan”.
dapat
digunakan pendidik. Selain itu
pendidik dapat pula memberikan tugas Adapun contoh penilai pendidikan karakter
yang
terhadap
menurut
kejadian yang memberikan kesempatan
Kemendikbud dalam bukunya Kesuma
kepada peserta didik untuk menunjukkan
(2011:34-35) sebagai berikut penilaian
nilai yang dimilikinya. Sebagai contoh,
pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter
peserta
ditujukan
sikapnya
didasarkan
peserta
kepada pada
didik
peserta beberapa
didik
yang
berisikan
didik
suatu
persoalan
dimintakan
terhadap
upaya
atau
menyatakan menolong
indikator.
pemalas, memberikan bantuan terhadap
Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur
orang kikir, atau hal-hal lain yang bersifat
Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
55
bukan kontroversial sampai kepada hal
MK:
yang dapat mengundang konflik pada
peserta
dirinya.
memperlihatkan perilaku yang dinyatakan
Dari hasil pengamatan, catatan anecdotal,
dalam indikator secara konsisten karena
tugas, laporan, dan sebagainya pendidik
selain sudah ada pemahaman dan kesadaran
dapat
dan
memberikan
kesimpulan/pertimbangan
Membudaya
Karakter,
didik
terus
apabila menerus
mendapat
penguatan
tentang
lingkunganterdekat dan lingkungan yang
pencapaian suatu indikator atau bahkan
lebih luas sudah tumbuh kematangan moral
suatu
(Tahap Autonomi)
nilai.
Kesimpulan/pertimbangan
tersebut dapat dinyatakan dalam pernyataan
Dalam hal ini, ada dua jenis indikator yang
kualitatif dan memiliki makna terjadinya
dapat
proses
indikator untuk satuan pendidikan formal
pembangunan
karakter
sebagai
dikembangkan;
Pertama,
adalah
berikut ini.
dan nonformal. Kedua adalah indikator
BT: Belum Terlihat, apabila peserta didik
untuk
belum memperlihatkan tanda- tanda awal
satuan pendidikan formal dan nonformal
perilaku yang dinyatakan dalam indikator
serta kelas adalah penanda yang digunakan
karena belum memahami makna dari nilai
oleh kepala satuan pendidikan formal dan
itu (Tahap Anomi)
nonformal,
MT: Mulai Terlihat , apabila peserta didik
kependidikan
sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-
melaksanakan, dan mengevaluasi satuan
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam
pendidikan formal dan nonformal sebagai
indikator tetapi belum konsisten karena
lembaga pelaksana pendidikan karakter.
sudah ada pemahaman dan mendapat
Indikator
penguatan lingkungan
kegiatan satuan pendidikan formal dan
terdekat
(Tahap
materi
pembelajaran.
pendidik,
ini
dalam
berkenaan
Indikator
dan
tenaga
merencanakan,
juga
dengan
Heteronomi)
nonformal yang diprogramkan dan kegiatan
MB: Mulai Berkembang, apabila peserta
satuan pendidikan formal dan nonformal
didik sudah memperlihatkan berbagai tanda
sehari-hari (rutin).
perilaku yang dinyatakan dalam indikator
Indikator
dan mulai konsisten, karena selain sudah
menggambarkan
ada
peserta didik berkenaan dengan materi
pemahaman
dan
kesadaran
juga
materi perilaku
tertentu.
pembelajaran berkarakter
mendapat penguatan lingkungan terdekat
pembelajaran
Indikator
dan lingkungan yang lebih luas (Tahap
dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta
Sosionomi)
didik di kelas dan satuan pendidikan formal Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
56
dan nonformal yang dapat diamati melalui
sendiri (melakukan refleksi diri) sehingga
pengamatan pendidik. Hal itu tampak
dapat bertindak kreatif; (5) berperilaku
ketika seorang peserta didik melakukan
peduli sehingga menjadi teladan; (6)
suatu tindakan di satuan pendidikan formal
berperilaku
dan nonformal, tanya jawab dengan peserta
teladan; (7) berperilaku sehat sehingga
didik, jawaban yang diberikan peserta didik
menjadi teladan; (8) berperilaku gotong
terhadap tugas dan pertanyaan pendidik,
royong sehingga menjadi teladan.
bersih
sehingga
menjadi
serta tulisan peserta didik dalam laporan dan
pekerjaan
rumah.
Perilaku
yang
METODE
dikembangkan dalam indikator pendidikan
1.Terdapat Dua Sumber Data dalam
karakter
Jurnal ini
bersifat
progresif.
Artinya,
perilaku tersebut berkembang semakin
a. Data primer adalah data yang diperoleh
kompleks antara satu jenjang kelas dengan
atau dikumpulkan langsung di lapangan
jenjang kelas di atasnya atau bahkan dalam
oleh peneliti. Sumber data primer
jenjang
penelitian
kelas
yang
sama.
Indikator
ini
adalah
pada
wawancara
dan
berfungsi bagi pendidik sebagai kriteria
observasi pada semua kompenen sekolah
untuk memberikan pertimbangan apakah
yang ada kaitannya dengan pelaksanaan,
perilaku untuk nilai tersebut telah menjadi
perencanaan
karakter peserta didik. Untuk mengetahui
karakter.
bahwa suatu satuan pendidikan formal dan
informan kunci dengan kriteria tertentu
nonformal
yang
itu
pembelajaran
telah yang
melaksanakan
dan
Data
ditetapkan
evaluasi
primer
pendidikan
diperoleh
peneliti
yaitu
dari
sesuai
mengembangkan
dengan fokus masalah dalam penelitian ini.
karakter perlu dikembangkan instrumen
Jumlah informan kunci adalah empat guru
asesmen khusus
kelas dan kepala sekolah. Alasan empat
Selanjutnya, asesmen dilakukan dengan
guru kelas dan kepala sekolah dipilih
observasi, dilanjutkan dengan monitoring
sebagai informan kunci karena keempat
pelaksanaan dan refleksi. Asesmen untuk
guru kelas dan kepala sekolah tersebut yang
pendidikan karakter bermuara pada: (1)
paling berperan aktif dalam pembelajaran
berperilaku jujur sehingga menjadi teladan;
pendidikan
(2) menempatkan diri secara proporsional
mengetahui informasi yang dibutuhkan
dan bertanggung jawab; (3) berperi
peneliti sesuai dengan fokus penelitian.
lakudan berpenampilan cerdas sehingga
b.
menjadi teladan; (4) mampu menilai diri
diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
Data
karakter
sekunder
dan
adalah
banyak
data
Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
yang
57
yang melakukan penelitian dari sumber
proses, b) pengorganisasian ke dalam file, c)
yang telah ada. Sumber data sekunder pada
menetapkan indeks urutan, d) memasukkan
penelitian ini berupa dokumen yaitu profil
dalam computer, e) menggandeng unit teks
Sekolah Dasar Al-Gontory, RPP, Silabus,
yang
dan dokumen lain yang terkait dengan
memahami tentang kata, kalimat, kisah,
penelitian ini
sejarah, g) mengalokasikan teks data.
2. Metode Pengumpulan Data.
Proses mendiskripsikan data dan isinya
Dalam teknik pengumpulan data peneliti
untuk dikembangkan ke dalam penjelasan
mengunakan
yang
model spiral, kemudian mengklasifikasikan
antara lain metode
secara detail penjelasan dipandu dengan
beberapa
sekiranya relevan
metode
berbeda,
f)
membangding
dan
wawancara, observasi,dan dokumen.
sistem klasifikasi dari dimensi sumber data
3. Teknik Analisis Data.
yang berperspektif – teory (literature).
Pada penelitian ini menggunakan tehnnik
Deskriptif
analisis data model spiral sebagaimana
menghubungkan klasifikasi kekuatan data,
dirancang oleh Huberman & Miles dalam
interpretasi, kombinasi dan komparatif.
buku (sugiyono:2008:89) sebagai berikut,
Klasifikasi yang menyentuh bukti data
Peneliti kualitatif memberlakukan rumus
adalah menetapkan teks informasi kualitatif,
learining by doing, yaitu mulai mengkritisi,
mencari tingkatan data yang penting, tema-
dan mengklaim bahwa peneliti kualitatif
tema/judul dari bukti dan informasi yang
sangat
dimensional.
luas,
sensitive,
dan
nisbi
(berkembang tanpa batas). Analisis data
Prosisi
kualitatif
korelasi
memakai
paket
kebelakang
kerja
dari
secara
kajian
(hubungan
detail
diutamakan terkait)
pada
diantara
dengan cara menfokuskan pada aspek,
kategori data yang representative. Suatu
insight, yaitu perhatian wawasan yang luas,
contoh untuk penelitian model grounded
dan pemahaman yang mendalam (Tacit
theory, bahwa proposisi adalah interaksi
knowledge), intuation, yaitu pemahaman
dari sebab terjadinya gejala data pada
tentang jiwa, apa yang terkandung atau
kontek dengan langkah analisis. Oleh
dibalik data dibalik data riil (hildden) dan
karena
impression, yaitu pesan apa yang ada pada
merekomendasikan
data itu dan sejauh mana pengaruh serta
kualitatif berangkat dari tafsiran data
manfaat terhadap keliling lingkungan.
kemudian ditemukan (cross-cick) dengan
Pemetaan pengolahan data spiral diawali
literasi.
itu
Askinson
(1995)
bahwa
analisis
dengan proses sebagai berikut: a) analisis Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
58
contoh, karakter jujur, terbentuk dalam
PEMBAHASAN Adapun
Pengintegrasian
pendidikan
satu kesatuan utuh antara tahu makna
karakter yang idealnya diterapkan dalam
jujur (apa dan mengapa jujur), mau
sekolah yang menerapkan pengintegrasian
bersikap jujur, dan berperilaku jujur.
pendidikan karakter dalam pembelajaran,
Karena setiap nilai berada dalam spektrum
menurut Kemendikbud dalam bukunya
atau kelompok nilai-nilai, maka secara
Zubaedi
penjelasan
psikologis dan sosiokultural suatu nilai
singkatnya sebagai berikut, pengintegrasian
harus koheren dengan nilai lain dalam
pendidikan karakter ke dalam semua materi
kelompoknya untuk membentuk karakter
pembelajaran
rangka
yang utuh. Contoh: karakter jujur terkait
intervensi.
pada nilai jujur, tanggung jawab, peduli,
(2011:
206-207)
dilakukan
dalam
mengembangkan
kegiatan
Substansi
sesungguhnya
nilai
secara
dan nilai lainnya. Orang yang berperilaku
eksplisit atau implisit sudah ada dalam
jujur dalam membayar pajak, artinya ia
rumusan kompetensi (SKL, SK, dan KD)
peduli pada orang lain, dalam hal ini
dalam Standar Isi (Pendidikan Dasar dan
melalui negara, bertanggung jawab pada
Pendidikan Menengah), serta perangkat
pihak lain, artinya ia akan membayar pajak
kompetensi masing-masing program studi
yang besar dan pada saatnya sesuai dengan
di pendidikan tinggi. Yang perlu dilakukan
ketentuan. Oleh karena itu, bila semua
lebih lanjut adalah memastikan bahwa
pembayar pajak sudah berkarakter jujur,
pembelajaran materi pembelajaran tersebut
tidak perlu ada penagih pajak, dan tidak
memiliki dampak instruksional dan/atau
akan ada yang mencari keuntungan untuk
dampak pengiring pembentukan karakter.
dirinya sendiri dari prosedur pembayaran
Pengintegrasian nilai dapat dilakukan untuk
pajak. Proses pengintegrasian nilai tersebut,
satu atau lebih dari setiap pokok bahasan
secara
dari setiap materi pembelajaran. Seperti
dilakukan sebagai berikut.
halnya sikap, suatu nilai tidaklah berdiri
a. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam
teknologi
sendiri, tetapi berbentuk kelompok. Secara
silabus
internal setiap nilai mengandung elemen
pembelajaran (RPP).
pikiran, perasaan, dan perilakiu moral yang secara
psikologis
saling
berinteraksi.
dan
pembelajaran
rencana
dapat
pelaksanaan
b. Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam silabus ditempuh antara lain melalui
Karakter terbentuk dari internalisasi nilai
cara-cara sebagai berikut:
yang bersifat konsisten, artinya terdapat
1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK)
keselarasan antarelemen nilai. Sebagai
dan Kompetensi Dasar (KD) pada
Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
59
pendidikan dasar dan pendidikan
mengingat sangatlah penting keaktifan
memengah, atau kompetensi program
peserta didik dalam proses pembelajaran
studi pada pendidikan tinggi, atau
yang bertujuan akan terwujud pembelajaran
standar
yang efektif dan berkarakter. Hal tersebut
kompetensi
pendidikan
nonformal;
sependapat dengan Mulyasa (2014:133-134)
2) Menentukan apakah kandungan nilai-
“Dalam
pembelajaran
efektif
dan
nilai dan karakter yang secara tersirat
berkarakter, peserta didik perlu dilibatkan
atau tersurat dalam SK dan KD atau
secara aktif, karena mereka adalah pusat
kompetensi tersebut sudah tercakup
dari
di dalamnya;
pembentukan kompetensi. Peserta didik
3) Memetakan
keterkaitan
antara
kegiatan
harus
pembelajaran
didorong
untuk
dan
menafsirkan
SK/KD/kompetensi dengan nilai dan
informasi yang diberikan oleh guru, sampai
indikator untuk menentukan nilai
informasi tersebut dapat diterima oleh akal
yang akan dikembangkan;
sehat. Strategi seperti ini memerlukan
4) Menetapkan
nilai-nilai/
karakter
dalam silabus yang disusun;
pertukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan, dalam rangka mencapai pengertian yang
5) Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tercantum dalam silabus ke RPP; 6) Mengembangkan
sama
terhadap
Melalui
setiap
materi
pembelajaran
standar.
efektif
dan
proses
berkarakter, kompetensi dapat diterima dan
pembelajaran peserta didik aktif yang
tersimpan lebih baik. Karena masuk otak
memungkinkan
dan membentuk karakter melalui proses
memiliki
peserta
kesempatan
didik
melakukan
internalisasi
nilai
menunjukkannya
dalam
dan
Setelah mengadakan perencanaan integrasi
perilaku
pendidikan karakter selanjudnya dilakukan
yang sesuai;
pelaksanaannya.
7) Memberikan bantuan kepada peserta didik
yang
masuk akal”.
mengalami
integrasi
Dalam
pendidikan
pelaksanaan
karakter
dalam
kesulitan
pembelajaran khususnya pelajaran IPS
untuk internalisasi nilai mau pun
untuk mengembangkan soft skill siswa di
untuk
SD
menunjukkannya
dalam
perilaku
Al-Gontory
sering
mengadakan
pembelajaran dengan format pembelajaran
Di Sekolah Dasar Al-Gontory belum
Kooperatif.
memaksimalkan
untuk
Menurut Thomas lickona dalam bukunya
berperan aktif dalam proses pembelajaran,
Zubaedi (2011:214 ) pendidikan karakter
peserta
didik
Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
60
amat cocok dengan disajikan dengan format
yang dimiliki. Mengajar dengan model
kooperatif (cooperative learning). Hal ini
pembelajaran kooperatif, ungkap lickona,
menyadari
akan memungkinkan pendidikan dapat
karakter
karakteristik yang
lebih
pendidikan
terfokus
untuk
membangun insan yang bisa hidup secara
mengajarkan nilai-nilai atau karakter dan akademik secara bersamaan.
sosial dengan ketrampilan sosial (soft skill)
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif FASE-FASE
TINGKAH LAKU GURU
Fase 1
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai
Menyampaikan tujuan dan pada pelajaran tersebut dan memotivasi memotivasi siswa. Fase 2
Guru menyajikan kepada siswa dengan jalan demonstrasi
menyajikan informasi
atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa ke membentuk kelompok belajar dan membantu setiap dalam
kelompok-kelompok kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
belajar Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka
Fase 4 Membimbing
kelompok mengajarkan tugas mereka.
bekerja dan belajar Fase 5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi
telah
dipelajari
atau
masing-masing
kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya. Fase 6
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun
Memberikan penghargaan
hasil belajar individu dan kelompok.
Untuk melaksanakan integrasi pendidikan
sekolah dapat dilakukan secara efektif dan
karakter
efesien apabila didukung oleh sumber daya
dalam
pembelajaran
memang
sangat dibutuhkan sumber daya manusia
manusia
yang profesional. Hal tersebut sependapat
mengoprasionalkannya, dana sekolah yang
dengan
cukup untuk menggaji staf sesuai dengan
pendapat
menambahkan
Mulyasa
pendidikan
(2013:41) karakter
di
yang
professional
untuk
fungsinya, sarana prasarana yang memadai
Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
61
untuk mendukung proses pembelajaran,
dibalik teori, fakta, fenomena, informasi,
serta
atau benda yang menjadi bahan ajar dalam
dukungan
yang
tinggi
dari
masyarakatan (orang tua).
suatu pelajaran.
Untuk pelaksanaan Integrasi pendidikan
Selain itu yang menjadi garis bawah
karakter dalam pembelajaran di SD Al-
peneliti
Gontory
dan
diterapkan di SD Al-Gontory bahwa SD
wawancara yang peneliti lakukan dari pihak
tersebut menggunakan kasih sayang dalam
sekolah
proses pembelajarannya. Hal tersebut sama
berdasarkan
khususnya
observasi
yayasannya
sudah
dalam
dengan
pembelajaran
model
yang
cukup maksimal untuk meintegrasikan
halnya
reflektif
yang
nilai-nilai karakter yang bisa di terapkan di
menjadikan kasih sayang sebagai dasar
SD Al-Gontory. Terlihat dari pihak sekolah
interaksi antara guru dan peserta didik
berusaha menciptakan budaya sekolah yang
dalam pembelajaran
berkarakter dan berdudi pekerti dengan mengadakan buku penghubung santri dan
Untuk
buku tata krama dan tata tertib santri. Serta
karakter dalam pembelajaran IPS untuk
dapat dilihat juga dalam Visi dan Misi SD
mengembangkan soft skill siswa di SD al-
Al-Gontory
Gontory
yang
berkomitmen
untuk
evaluasi
integrasi
belum
pendidikan
berjalan
maksimal.
mempersiapkan peserta didik yang muslih,
Sebagian besar evaluasi hanya untuk
cerdas,
mengukur koqnitif atau hard skill nya saja,
sekaligus
kreatif
dengan
kemantapan iman, ilmu dan akhlak mulia.
sedangkan dari sisi soft skill kurang begitu
di SD Al-Gontory menggunkan model
dievaluasi, sehingga hasil yang didapat
reflekstif karena dilihat dari pengertian
belum
model reflektif itu sendiri adalah model
penilaian terhadap pendidikan karakter
pembelajaran pendidikan karakter yang
dibutuhkan
diarahkan
terhadap
pengetahuan yang luas mengenai sifat
makna dan nilai yang terkandung di balik
beserta didik yang berjumlah tidak sedikit
teori, fakta, fenomena, informasi, atau
serta pengetahuan tentang bagaimana cara
benda yang menjadi bahan ajar dalam suatu
mengevaluasi atau menilai karakter peserta
pelajaran.
observasi,
didik dengan cara yang tepat dan sistematis.
wawancara dan data yang peneliti temukan
Suatu proses penilaian dalam pembelajaran
di lapangan pembelajaran yang berlangsung
pendidikan
sedikit
sekali karena dengan penilaian yang benar,
pada
dalam
banyak
pemahaman
hasil
mengarahkan
pada
pemahaman tentang nilai yang terkandung
maka
maksimal.
ke
tekunan,
karakter
proses
Untuk
melakukan
kejelian
sangatlah
pembelajaran
dan
penting
IPS
Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
yang
62
dilakukan dapat dipertanggung jawabkan
1. Perencanaan
integrasi
penididikan
secara benar dan karakter yang diharapkan
karakter dalam pembelajaran IPS di SD
pada peserta didik juga dapat diketahui atau
Al-Gontory, kurang mengembangkan
belum, ataukah sudah menjadi kebiasaan
nilai-nilai karakter yang dilampirkan
seharihari atau belum.
dalam
Idealnya penilaian pendidikan karakter atau
Pembelajaran
soft
skill
Rencana
Pelaksanaan
(RPP)
sehingga
peserta
didik
menurut
pembelajarannya
dalam
bukunya
Kesuma
behavioristik dan kognitivistik maka
(2011:34-35) yang sudah di bahas dalam
kesadaran diri untuk mewujudkan nilai-
pendahuluan yaitu seorang guru melakukan
nilai tersebut dalam praktik kehidupan
pengamatan
sehari-hari
kemendikbut
terus-menerus
dengan
menggunakan catatan anekdotal (catatan
optimal.
yang dibuat pendidik ketika melihat adanya
2. Pelaksanaan
di
masih
sekolah
cenderung
juga
integrasi
belum
pendidikan
perilaku yang berkenaan dengan nilai yang
karakter dalam pembelajaran IPS di SD
dikembangkan),
Al-Gontory
kemudian
memberikan
untuk
mengembangkan
tugas yang berisikan suatu persoalan atau
Softskill peserta didik menggunakan
kejadian yang memberikan kesempatan
model pembelajaran kooperatif namun
kepada peserta didik untuk menunjukkan
belum berjalan dengan maksimal factor
nilai
utama dikarenakan kurangnya sumber
yang
dimilikinya.
pengamatan,
catatan
Dari
hasil
anecdotal,
tugas,
daya
manusia,
laporan, dan sebagainya pendidik dapat
sebelumnya
memberikan
sangat
kesimpulan/pertimbangan
dalam
penelitian
pembelajaran
kooperatif
cocok
digunakan
tentang pencapaian suatu indikator atau
pengintegrasian
bahkan
namun harus di dukung dengan SDM
suatu
nilai.
Kesimpulan/pertimbangan tersebut dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif dan memiliki
makna
terjadinya
pedidikan
dalam karakter
yang baik 3. Dalam evaluasi pendidikan karakter SD
proses
Al-Gontory hanya menyusun laporan
pembangunan karakter sebagai berikut ini:
pencapaian hasil kompetensi peserta
BT: Belum Terlihat MT: Mulai Terlihat
didik yang didalamnya dicantumkan
MB: Mulai Berkembang MK: Membudaya
beberapa aspek nilai karakter yang
Karakter.
dikembangkan disekolah, dan laporan tersebut dibuat pada akhir semeseter.
SIMPULAN Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
63
SARAN 1.Diharapkan
guru
memaksimalkan
integrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran untuk mengembangkan soft skill siswa dengan baik, tentunya secara bertahap melalui pengembangan silabus dan RPP yang berkarakter. 2. Diharapkan guru memaksimalkan dalam penilaian pendidikan karakter, Penilaian tidak
hanya
kognitif
menyangkut
peserta
didik,
pencapaian tetapi
juga
pencapaian afektif dan psikomorotiknya. Penilaian karakter lebih mementingkan pencapaian
afektif
dan
psikomotorik
peserta didik dibandingkan pencapaian kognitifnya. Agar hasil penilian yang dilakukan guru bisa benar dan objektif, guru
harus
memahami
prinsip-prinsip
penilaian yang benar sesuai dengan standar penilaian yang sudah ditetapkan oleh para ahli penilaian.
DAFTAR RUJUKAN Afifuddin. Beni ahmad saebani. 2009. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: Pustaka setia Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002 Ali,
Maksum.2004. et.al., Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Postmodern; Mencari “Visi Baru” atas “Realitas Baru” Pendidikan Kita. Yogyakarta: IRCiSoD
Aqib. Zainal. 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah: Membangun Karakter dan
Kepribadian Yrama Widya
Anak.
Surabaya:
Berger, Peter L. dan Thomas Luckmann.1990. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, ter. Hasan Basari. Jakarta: LP3ES. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter; Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Hasyim. Adelina. 2015. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial Berbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Media Akademi Hariani, Sri dan aba. Firdaus. 2003. Mendidik Anak Sejak Dini. Yogyakarta: kreasi wacana Judiani. Sri. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum, dalam jurnal Pendidiakan dan Kebudayaan, Jakarta: Balitbang Kemendiknas, Vol.16. Edisi III Latif. Abdul. 2007. Pendidikan Berbasis Niali Kemasyarakatan, Bandung: Refika Aditama Lickona. Thomas. 2015. Educating for Charahter : Mendidik untuk Membentuk karakter. Jakarta: Bumi Aksara Lickona. Thomas. 2014. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar Dan Baik. Bandung: Nusa Media Kesuma. Dharma. 2011. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja RosdaKarya Koesoema A. Doni. 2007 Pendidikan karakter. Jakarta: Grasindo Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan
Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
64
Karakter. Bandung: Rosdakarya. Sahlan
Satori
Remaja
Asamaun. 2012 Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter , Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Yang Patut dan Menyenangkan. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
dan Komariah. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Nashir. Haedar. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya. Yogyakarta: Multi Persindo
Sjarkawi. 2011. Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, Jakarta: Bumi Aksara
Nuh, Muhammad. 2011. Desain Induk Pendidikan Karakter Kementrian Pendidikan Nasional. Jakarta.
Soedarsono, Soemarsono. 2008. Karakter Mengantar Bangsa: dari Gelap Menuju Terang. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Supriatna Mamat, Pendidikan Karakter Via Ektrakulikuler, dalam http://file.upi.edu/ Direktori/FIP/JUR._psikologi pend dan bimbingan 196008291987031 Mamat Supriatna /25._Pendidikan Karakter Via Ektrakulikuler.pdf, di akses tanggal 30 Juli 2016 Supranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2004. Penilaian Portofolio, Implementasi Kurikulum 2004. Jakarta: Rosda. Sumaatmadja, Nursid.2007 Konsep Dasar IPS.Modul 1-2. Jakarta: Universitas Terbuka Somantri M. Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Rosda Karya. Tanzeh. Ahmad. 2011. Penelitian Praktis. Teras
Metodologi Yogyakarta:
Wiyani, Novan ardy. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya di Sekolah. Yogyakarta: Pedagogia Supriatna, Mamat “Pendidikan Karakter Via Ektrakulikuler”, dalam http://file.upi.edu/ Direktori/FIP/JUR._psikologi pend dan bimbingan 196008291987031 Mamat Supriatna /25._Pendidikan Karakter Via Ektrakulikuler.pdf, di akses tanggal 9 Juli 2016 Marzuki. 2012. Pengintegrasiian Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Karakter tahun II nomer I. Marzuki. 2012. Pengembangan soft skill berbasis karakter melalui pembelajaran ips sekolah dasar. Madiun: Seminar Nasional Mulyasa. 2013. Manajemen pendidikan karakter.Jakarta: Bumi Aksara Nashir. Haedar. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya.Yogyakarta: Multi Presindo Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Zeitlin,
Muhammad. 1998. Memahami kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nor Nas Kurnia Nanisanti Pembimbing: Dr.Sulastri Rini Rindrayani,S.Pd,M.M, STKIP PGRI Tulungagung
65