PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO (2009-2013)
Skripsi Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
oleh Elhumairoh Wijaya 1110113000030
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul
:
PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA
ANAKDT RD KONGO (2009-2014) 1.
Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk mernenuhi salah satu persyaratan meperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ini telah
saya
di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. J.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka sya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(IIN)
Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Desember 2014
w
1t
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Elhumairoh Wiiaya
Nama
:
NIM
:1110113000030
Program Studi : Hubungan Intemasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
:
PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA
ANAK DI RD KONGO (2409-2013) dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji. Jakafta,
1
1 Desember
Mengetairui,
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Pembimbing Skripsi
Debbie Afianty, M.Si
Irf'an l{utagalung,
111
2014
LI-.M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI PERAN ICRC DALAM UPAYA MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO (2009-2013) Oleh Elhumairoh Wijaya 1 1 101 13000030
Telah dipertattankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 19 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Soaial (S. Sos) pada Program Studi Hubmgan lntemasional. Ketua,
fry^)-
Debbie Afianty,M.Si. NIP:
Penguji
I
liaili Pertiwi, MA NIP: Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 19 Desember 2014. Ketua Program Studi Hubungan Intemasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lv
ABSTRAK Skripsi ini menganalisa peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo tahun 2009-2013. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif. Kerangka pemilikiran yang digunakan adalah teori peran, konsep organisasi internasional dan hak asasi manusia. Peran ICRC terbentuk melalui spesifitas dan ruang lingkup organisasi ini. Dalam hubungan internasional ICRC dianggap sebagai aktor independen dengan status sui generis. Dari analisa tersebut didapatkan bahwa terdapat dua peran utama ICRC yang berpengaruh bagi penurunan angka perekrutan tentara anak. Dalam lini operasional ICRC memberikan bantuan kemanusiaan terhadap tentara anak di RD Kongo berupa bantuan psikologis, penyatuan hubungan keluarga kembali dan bantuan ekonomi. Kedua selain menargetkan tentara anak ICRC juga menargetkan pihak-pihak yang berkonflik di RD Kongo dengan sosialisasi dan penerapan hukum humaniter internasional di negara tersebut. Sehingga dengan menargetkan program ICRC kepada pihak perekrut tentara anak dan anak-anak yang menjadi korban, ICRC mampu berkontribusi dalam mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo. Kata kunci : peran, ICRC, tentara anak, RD Kongo.
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur, penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang dengan penuh rahmat dan pertolongan-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Sosial Program Studi Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta doa-doa dari orang-orang yang telah mendukung penulis secara moril maupun materil. Selanjutnya, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis yang dengan sabar selalu mendukung dan mendoakan penulis penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Irfan Hutagalung, L.LM. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini.Terima kasih atas sharing ilmu dan waktu yang bapak Irfan berikan kepada penulis. Terima kasih saya juga sampaikan kepada bapak Drs. Armein Daulay,M.Si karena bapak telah bersedia memberikan nasehat dan masukan agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. Terima kasih kepada Pak Adian Firnas, M.Si sebagai dosen penasehat akademik karena telah meluangkan waktu dan memberikan nasehat kepada penulis. Terima kasih pula kepada bapak/ibu dosen atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan selama masa perkuliahan serta seluruh civitas akademika FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat penulis Andhini Citra Pertiwi yang selalu mendukung dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa terima kasih kepada Nabila Fatma G, Detty Oktavina, Istiqamah, Annisa Zakiah, Peni Intan, Siti Maunah, Tisa Lestari, Rosa Permata, mahyar Diani, Dini Rizki, Yuri, Bisti, Dede Rifa‟atul, Bagus Supri Hendra, Afrillia, serta teman-teman seperjuangan HI‟10 atas diskusi dan kebersamaan selama ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada temanteman Fetullah Gullen Chair yaitu Miss Guzel Sener, leny dan Fita atas doa dan dukungannnya. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan diharapkan mampu menambahkan keilmuan HI, dengan tidak terlepas atas kekurangan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan bantuan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih.
Jakarta, 8 Desember 2014
Elhumairoh Wijaya
vi
DAFTAR ISI JUDUL………………………………………………………….………………...i HALAMAN PERNYATAAN………………………………….………………..ii LEMBER PERSETUJUAN PEMBIMBING……...………….………………iii ABSTRAK………………………………………………………..……………...iv KATA PENGANTAR………………………………………….….……………..v DAFTAR ISI……………………………………………………..……………...vii DAFTAR TABEL……………………………………………….………………ix DAFRAR GAMBAR…………………………………………..…………………x DAFTAR LAMPIRAN………………………………………..………………...xi BAB I. PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah………………………………….………………..1 B. Pertanyaan Penelitian……………………………….………………...6 C. Tujuan dan Manfaat………………………………….………………..7 D. Tinjauan Pustaka…………………………………..…………………..8 E. Kerangka Pemikiran……………………………..…………………...11 1. Teori Peran…………………………..……………………….11 2. Konsep Organisasi Internasional……………..………………13
vii
3. Konsep Humanitarianisme………………….……………….16 F. Metode Penelitian………………………………………...……...…...18 G. Sistematika Penulisan……………………………..…………………19 BAB II. POSISI ICRC TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN KONFLIK BERSENJATA A. Sejarah Berdirinya ICRC………………………………….………...21 B. Tujuan dan Kegiatan ICRC.……………………….………………25 C. Status ICRC.……………………………………..………………….26 D. Pembuatan Keputusan dan Pendanaan ICRC……………………….32 E. Konvensi dan Protokol Internasional Tentang Anak......……………34 F. Peran ICRC Terhadap Korban Anak-Anak ........................................39 G. Peran ICRC Di Beberapa Negara………………………………….43 BAB III. PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO A. Profil RD Kongo………………………………………………….....48 B. Sejarah Perekrutan Tentara Anak di RD Kongo ...………………….49 C. Angkatan Bersenjata Yang Merekrut Anak-Anak…………………..53 D. Alasan Anak-Anak Bergabung Kedalam Angkatan Bersenjata atau Kelompok Bersenjata ……………………………………………….58
viii
BAB IV. PERAN ICRC DALAM MENGURANGI PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO (2009-2013) A. Peran ICRC...............…………………………………….………….63 1. Peran ICRC Dalam Lini Operasional………………..…………...65 2. Peran ICRC Dalam Pengembangan dan Promosi Hukum Humaniter Internasional dan Prinsip Kemanusian……………….75 B. Efektifitas Peran ICRC….…………………………………………..85 BAB V.KESIMPULAN……………..…………..............................…………....90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
:
Perbedaan
Status
Hukum
Nasional
dan
Internasional....……...............……....29 Tabel 2.2 : Kategori Anak Dalam Konflik...……………………......…………..2 Tabel 4.1
: Tentara Anak Yang Telah Kembali Kepada
Keluarganya…............................................................................................……...76 Tabel 4.2
: Bantuan ICRC terhadap Anak (Termasuk Tentara
Anak) ………....................……………………………………………………….72 Tabel 4.3
: Hukum Internasional Mengenai Anak Yang Telah
di Ratifikasi RD Kongo………………………………………………................77
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Proses Pembuatan Keputusan ICRC…………………….......….33 Gambar 3.1 : Peta RD Kongo ……………..…………........................…….......48 Gambar 3.2 : Pemetaan
Kekuatan
Kelompok
Bersenjata
di
RD
Kongo….............……………………………………………………………......57 Gambar 4.1 : Bagan Perbandingan Jumlah Anak Yang Direkrut dan Yang Telah Ditangani ICRC…………………………....…………………...........................88
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Peta kantor ICRC di RD Kongo Lampiran 2 : Struktur Pembuat Kebijakan ICRC
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah Skripsi ini membahas tentang upaya ICRC dalam mengurangi perekrutan tentara anak di Republik Democratik Kongo (RD Kongo). Negara RD Kongo dipilih karena dalam sejarah tercatat bahwa negara ini menjadi pemicu utama Perang Afrika1 tahun 1998-2003 yang memakan hingga empat juta korban jiwa akibat tindak kekerasan, kelaparan dan penyakit2. Hingga saat ini konflik di RD Kongo masih juga belum mereda dan kasus perekrutan tentara anak terus terjadi dengan angka yang tinggi. Perekrutan tentara anak dimulai dari konflik bersenjata yang terjadi di negara tersebut. Perintah resmi perekrutan tentara anak di RD Kongo muncul tahun 1998 ketika Perdana Menteri Laurent Desire Kabila memerintahkan prajuritnya untuk merekrut anak-anak menjadi prajurit perang. Sekitar 30.000 ribu anak-anak telah ikut berperang antara tahun 2003-2006. Mereka bukan hanya sebagai tentara kelompok-kelompok pemberontak, bahkan sebagai tentara pemerintah. Sepertiga dari anak-anak ini merupakan perempuan yang direkrut baik untuk kegiatan militer dan tujuan pelampiasan seksual. Pada tahun 2003 sebenarnya Perdana Menteri Joseph Kabila telah melarang penggunaan anak-anak
1
Disebut Perang Afrika karena melibatkan 7 negara: RD Kongo, Rwanda, Uganda, Namibia, Zimbabwe, Angola dan Chad. 2 Abdul Hadi Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika (Bandung: CV. Angkasa, 2008), 164.
1
dalam peperangan, akan tetapi praktek ini masih di pertahankan oleh National Congress for the Defense of The People (CNDP) dan kelompok bersenjata lain3. Beberapa kelompok yang merekrut anak-anak adalah Movement Du 23 Mars (M23),
Kelompok bersenjata Mai-Mai (Seperti: Congolese Resistance
Patriots (Pareco) dan Aliance of Patriots for a Free and Sovereign Congo (APCLS)) dan Front for Patriotic Resistance in Ituri (FRPI).4 Bahkan juga kelompok Transnational Networks seperti The Democratic Forces for the Liberation of Rwanda (FDLR-Rwanda) dan Lord‟s Resistance Army (LRAUganda)5. Pada pemilu 30 Juli 2006 di RD Kongo terdapat 33 calon presiden yang mendaftarkan diri. Calon terkuat berdasarkan sejumlah polling ialah Presiden Joseph Kabila yang telah memerintah negara tersebut sejak 2001 6. Pada babak pertama pemilu, tidak ada dari salah satu calon presiden yang berhasil mendapatkan suara hingga 50 persen. Kemudian diadakanlah putaran kedua pada 29 Oktober 2006. Pada putaran kedua tersebut Presiden Kabila memenangkan lagi pemilu dengan jumlah suara 44,8 persen suara disusul oleh Jean Pierre-Bemba
3
Dora Szuj, Childern in Armed Conflicts- A General Review Of Child Soldier, Especially in The Democratic Republic Of The Congo, Jurnal AARMS Vol 9, no. 2 (2010), 355, Miclos Zrinyi National Defense University, Budapest, Hunggary, http://www.zmne.hu/aarms/docs/Volume9/Issue2/pdf/12.pdf. Diakses pada 23 November 2013. 4 MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24 Oktober 2014, 24, http://monusco.unmissions.org/LinkClick.aspx?fileticket=DazRcHfpAJo%3D&tabid=10701&mid =13689&language=en-US. Diakses pada tanggal 11 September 2014 5 Child-Soldiers, Democratic Republic of the Congo (DRC) Briefing Note to the UN Secutiry Council Working Group On Childern and Armed Conflict, (England: Coalition to stop the Use of Child Soldiers, 2011), 5-6, http://childsoldiers.org/user_uploads/pdf/finaldrcbriefingtoscwg4feb20111596791.pdf. Diakses pada 21 November 2013. 6 Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika, 164.
2
dengan perolehan 20 persen suara. Kekalahan Bemba dalam pemilu inilah yang menyebabkan ia melakukan kekacauan politik bahkan dengan penembakan7. Selain konflik politik, juga terjadi pergolakan etnik di RD Kongo, antara lain konflik Ituri yang merupakan konflik antara agrikulturalis Lendu dan peternak Hema di wilayah Ituri sebelah Timur laut negara ini8. Konflik lain yang juga muncul adalah konflik Kivu. Hal ini terjadi akibat kontak bersenjata antara militer RD Kongo melawan pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Laurent Nkunda9. Pemberontakan yang dipimpin oleh Laurent Nkunda ini terjadi pada bulan Agustus 2008. Konflik ini merupakan konflik yang terjadi pertama kali sejak perjanjian damai pada Januari 2008. Diperkirakan 100.000 warga sipil terpaksa mengungsi karena konflik. Selain orang dewasa korban konflik juga merupakan anak-anak. Di kamp pengungsian anak-anak dipaksa untuk bekerja, seperti mencari kayu bakar. Akan tetapi keadaan disekitar mereka sangat rentan dan mudah direkrut oleh kelompok.10 Merekapun tidak dapat kembali ke rumah karena situasi konflik yang masih berjalan. Berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas menjadikan anakanak sebagai korban yang paling dirugikan. Selain mereka harus mengalami kekerasan dan kematian, anak-anak juga dilibatkan dalam proses konflik 7
Adnan, Perkembangan Hubungan Internasional di Afrika, 164. Chris Simpson, Congo‟s Forgotten War, BBC News, 5 Januari 2001, http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/1102289.stm. Diakses pada 22 November 2013. 9 BBC, PBB Minta Tambahan Pasukan, BBC Indonesia, 12 November 2008, http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/11/081112_drcongo.shtml. Diakses pada 3 Apil 2014. 10 Human Right Watch, DR Congo: Humanitarian Crisis Deepens as Peace process Falters, 25 September 2008, http://www.hrw.org/news/2008/09/25/dr-congo-humanitarian-crisisdeepens-peace-process-falters, diakses pada 29 Desember 2014. 8
3
bersenjata secara langsung.Mereka direkrut menjadi anggota angkatan bersenjata oleh kelompok-kelompok bersenjata termasuk oleh pemerintah RD Kongo. Pada tahun 2007, diperkirakan terdapat sekitar 7000 anak-anak yang masih aktif menjadi prajurit di kelompok bersenjata yang berada di sekitar Timur Kongo. Sampai sekarang. belum ada pencegahan yang efektif untuk menganggulangi perekrutan anak di bawah umur menjadi angkatan bersenjata11. Salah satu organisasi internasional yang berperan dalam permasalahan tentara anak ini adalah The International Commitee of The Red Cross (ICRC). Ini adalah organisasi yang tidak memihak, netral dan mandiri. ICRC memiliki misi kemanusian untuk melindungi kehidupan dan martabat korban koflik bersenjata dan korban situasi kekerasan lain serta memberi mereka bantuan12. ICRC juga merupakan organisasi yang mengawasi berjalannya hukum humaniter internasional ini.13 Dalam pasal 39 Convention On The Right Of The Child 1989 dinyatakan bahwa14: “State parties shall take all appropriate measures to promote physical and psychological recovery and social reintegration of a child victim of: any form of neglect, exploitation, of abuse; toture or any other form of cruel, inhuman or degrading treatment of punishment; or armed conflicts. Such recovery and reintegration shall take place in an environment which fosters the health, selfrespect and dignity of the child. (Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah yang tepat untuk meningkatkan pemulihan fisik maupun psikologis dan reintegrasi dalam masyarakat seorang anak yang menjadi korban dari: setiap bentuk penelantara, eksploitasi, atau penyalahgunaan; penyiksaan atau setiap bentuk kekejaman atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau yang merendahkan martabat atau pertentangan 11
Szuj, Children in Armed Conflicts, 355. ICRC, The ICRC: Its Mission and Work, 4 September 2009, 4, http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/icrc_002_0963.pdf. Diakses pada 23 November 2014, 13 Ambarwati, Denny Ramadhany, dan Rina Rusman, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009, xix. 14 Convention On The Right Of The Child, 1989. 12
4
kesepakatan. Pemulihan dan reintegrasi seperti itu akan dilakukan dalam suatu lingkungan yang membantu pengembangan kesehatan, harga diri dan martabat anak.) (Terjemahan penulis)
Dari pasal di atas dapat dilihat bahwa perekrutan tentara anak merupakan salah satu bentuk kekejaman dan eksploitasi terhadap anak. Tidak jarang anak mendapat penyiksaan sehingga mereka mengalami trauma prsikologis. Oleh sebab itu diperlukan program reintegrasi dan pemulihan psikologis. Meskipun pasal di atas mengacu pada aktor negara, akan tetapi adakalanya negara tidak mampu atau tidak ingin menolong.15 Dalam proses operasional itulah ICRC bergerak. ICRC telah bekerja di Republik Demokratik Kongo sejak tahun 1960. Dahulu, Republik Demokratik Kongo masih bernama Zaire. Pada tahun 1978 akhirnya ICRC membuka delegasi permanen di Republik Demokratik Kongo. Fungsi ICRC ialah untuk memenuhi kebutuhan darurat bagi pengungsi dan penduduk yang terkena dampak konflik, misalnya memastikan bahwa orang terluka dan sakit dapat menerima perawatan yang memadai termasuk dukungan psikologis. Mereka juga mengunjungi tahanan dan membantu memulihkan kontak antara kerabat yang dipisahkan. Selain itu ICRC, membantu mendukung pengembangan
Perhimpunan
Nasional16.
15
ICRC
juga
mempromosikan
Archer, International Organizations, 80. Perhimpunan nasional adalah Palang Merah atau Bulan Sabit Merah Nasional yang berada di masing-masing negara yang telah menandatangi perjanjian dengan ICRC. Perhimpunan nasional bertindak sebagai penolong otoritas publik negara mereka sendiri dalam bidang kemanusiaan dan menyediakan berbagai layanan termasuk bantuan bencana dan kesehatan serta program sosial. Dalam masa konflik, Perhimpunan Nasional membantu penduduk sipil yang terkena dampak dan bila sesuai, juga mendukung pelayanan medis militer. Lihat ICRC, Annual Report 2013, 5. 16
5
pengetahuan dan penghormatan hukum humaniter internasional antara otoritas yang terkait. 17 Sebagai respon atas konflik bersenjata yang terjadi pada Agustus 2008, ICRC dan Palang Merah dari RD Kongo memperkirakan bahwa program mereka dalam menangani korban konflik akan lebih luas dari yang direncanakan. ICRC meminta dana tambahan bagi program mereka di RD Kongo. Sehingga total anggaran tahun 2009 bagi RD Kongo akan lebih dari 55 juta dolar AS. Perluasan anggaran ini akan memungkinkan bagi ICRC dan Palang Merah RD Kongo untuk memperluas program bantuan bagi korban konflik bersenjata. Salah satu program penting mereka adalah memulihkan hubungan keluarga anak-anak tanpa pendamping termasuk tentara anak-anak kepada keluarga mereka. Diperkirakan hampir 500 keluarga yang melaporkan kehilangan akan anak-anak mereka.18 Berdasarkan paparan diatas serta fenomena-fenomena yang terjadi, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan memahami tentang fenomena tersebut, yang akan dituangkan dalam penelitian dengan judul:“Peran ICRC Dalam Upaya Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di Republik Demokratik Kongo (2009-2013)”. Penulis melihat bahwa usai konflik bersenjata besar yang terjadi tahun 2008 di RD Kongo, ICRC harus menambah usaha ekstra bagi kegiatan kerja mereka tahun 2009. Seperti yang telah di paparkan bahwa ICRC bahkan harus 17
ICRC, ICRC Annual Report 2012 (Genewa: ICRC 2013), 112, www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report-2012.pdf. Diakses pada 12 Januari 2014. 18 ICRC, Democratic Republic of The Congo: ICRC Steps Up Efforts to Help Displaced People and Their Host Communities, 15 Mei 2009, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/news-release/2009-and-earlier/congo-kinshasanews-150509.htm, diakses pada 27 Desember 2014.
6
menambah anggaran dana mereka. Selain itu perekrutan tentara anak merupakan hal yang melanggar hukum humaniter internasional. ICRC sebagai organisasi yang mengawasi berjalannya hukum humaniter internasional, berhak untuk menjalankan misinya untuk melindungi dan mencegah terjadinya perekrutan tentara anak. B. Pertanyaan Penelitian Penulisan ini akan merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Peran ICRC dalam Upaya Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di Republik Demokratik Kongo (2009-2013)?” C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui faktor apa yang mendorong perekrutan tentara anak serta respon ICRC terkait perekrutan tentara anak di Republik Demokratik Kongo. 2. Untuk menganalisis peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di Republik Demokratik Kongo. 3. Menjelaskan teori Peran, konsep Organisasi Internasional dan konsep Hak Asasi Manusia.
7
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoretis Secara teoretis dapat menambah wawasan ilmu Hubungan Internasional yang berkaitan dengan bahasan yang diteliti, khususnya peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di Republik Demokratik Kongo (2009-2013) b. Manfaat Praktis 1. Menambah wawasan tentang Peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo 2. Dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti serta bagi masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo D. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini terdapat beberapa pembanding melalui literatur review dari berbagai sumber. Permasalahan tentara anak telah ditulis oleh Hanan Rianastashia tahun 2009 dalam skripsi di FISIP Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” yang berjudul “Peran United Nations International Children’s Fund (UNICEF) Dalam Upaya Mengatasi Perekrutan Serdadu Anak (Child Soldier) di Daerah Konflik Studi Kasus: Sierra Leone”. Skripsi ini membahas mengenai permasalahan tentara anak di Sierra Leone. Fenomena ini menggugah masyarakat internasional yang diwakili oleh UNICEF. Ia adalah badan organisasi di bawah naungan PBB yang menjalankan mandat untuk
8
mepromosikan serta melindungi hak asasi manusia. Skripsi ini pula menggunakan metode penelitian kualitatif serta memakai konsep human security dan konsep peran organisasi internasional. Dari pemaparan tersebut didapatkan bahwa Kapabilitas UNICEF dalam kasus tentara anak di Sierra Leone hanya untuk mengatasi akibat dari adanya konflik atau tentara anak itu sendiri. Instabilitas politik serta konflik yang berkempanjangan di Sierra Leone merupakan faktor semakin meningkatnya rekrutmen tentara anak. Namun dengan ditanda tanganinya perjanjian perdamaian, serta menguatnya aturan hukum di Sierra leone dan perubahan stabilitas keamanan yang semakin membaik maka berdampak pada penurunan jumlah rekrutmen anak-anak ke dalam kelompok bersenjata19. Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Sabrina Kusumah Wardani di FISIP UIN Syarif Hidayatullah berjudul “Peran UNICEF Terhadap Perekrutan Tentara Anak Pada Konflik Di Srilanka Periode 2002-2009”. Sripsi ini membicarakan mengenai masalah perekrutan tentara anak di Srilanka dalam konflik bersenjata. Sabrina menganggap bahwa fenomena tentara anak seringkali tersembunyi karena aktifitas mereka yang berada di daerah-daerah terpencil. Tentara anak juga dianggap sebagai pasukan tanpa resiko karena tanpa dibayar dan mudah untuk dikendalikan. Dalam skripsi ini digunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan konsep organisasi internasional, konsep human security dan teori peran.
19
Hanan Rianastashia, Peran UNICEF Dalam Upaya Mengatasi Perekrutan Serdadu Anak (Child Soldier) di Wilayah Konflik Studi Kasus: Sierra Leone (Skripsi, FISIP, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta, 2009), 79.
9
Berdasarkan pemaparan di atas, didapatkan bahwa UNICEF sebagai organisasi di bawah naungan PBB memberikan bantuan hukum bagi anak-anak yang diculik dan direkrut ke dalam pasukan militer. UNICEF juga terlibat dalam demobilisasi tentara anak. Selanjutnya, organisasi tersebut juga meningkatkan kesadaran akan hak anak melalui program dan laporan tentang pelanggaran keji hak anak, mendukung pusat-pusat perawatan darurat, membina keluarga dan grup di mana anak-anak mendapat perlindungan sementara proses pencarian keluarga mereka dilakukan20. Dari dua skripsi yang telah diuraikan, diperoleh data yang menyatakan bahwa kedua penulis di atas membahas mengenai peran UNICEF di kedua negara berbeda yaitu Sierra Leone dan Sri Lanka. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan mereka adalah, pertama penulisan ini memfokuskan penelitian pada peran ICRC sebagai organisasi internasional dengan rentang waktu 2009-2013. Kedua penulisan ini juga membatasi ruang lingkup penelitian di negara RD Kongo yang merupakan salah satu negara yang rawan konflik. Dan ketiga, metode penelitian yang digunakan penulis adalah teori peran, konsep organisasi internasional dan hak asasi manusia. E. Kerangka Pemikiran Untuk menganalisis penelitian Peran ICRC dalam menangani perekrutan tentara anak di Republik Demokratik Kongo (2009-2013), digunakan teori dan konsep yang dapat mendukung proses analisa. Mohtar Mas‟oed (1994)
20
Sabrina Kusumah Wardhani, Peran UNICEF Terhadap Perekrutan Tentara Anak Pada Konflik Di Sri Lanka Periode 2002-2009. (Skripsi, FISIP, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013),77-78.
10
menyebutkan bahwa untuk memahami fenomena hubungan internasional kita perlu menyederhanakannya dengan konseptualisasi. Konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu objek, sifat objek atau suatu fenomena tertentu21. Masih menurut Mochtar Mas‟oed (1994), konsep merupakan pondasi bagi teori. Tanpa menggunakan teori maka fenomena-fenomena serta data yang ada akan sulit dimengeri. Teori juga menggabungkan serangkaian konsep sehingga dapat menjadi suatu penjelasan yang menunjukkan bagaimana konsep-konsep itu secara logis saling berhubungan. Untuk itu, penulis menggunakan teori peran, konsep organisasi internasional, konsep hak asasi manusia dan konsep hukum humaniter22. 1. Teori Peran Sebastian Harnisch menyatakan bahwa teori peran pertama kali muncul dalam Analisa Politik Luar Negeri pada tahun 1970. Pada tahun tersebut para ahli teori mulai mencoba untuk memastikan pola perilaku negara-negara dalam struktur “bipolar” (perang dingin) seperti gerakan non-blok, sekutu dan satelit.23 Sejak saat itu semakin banyak ahli teori peran yang berpendapat bahwa terdapat perluasan peran sosial (seperti pemimpin, mediator, insisiator) dan kontra peran (seperti pengikut, aggressor dan lain-lain) sebagai struktur sosial Hubungan Internasional yang berkembang.24 Para ahli berpendapat bahwa peran dalam
21
Mochtar Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi (Jakarta: LP3ES, 1994), 93. 22 Mas‟oed,Ilmu Hubungan Internasional, 184-185. 23 Sebastian Harnisch, Role Theory: Operationalization of Key Concept, dalam Sebastian Harnisch, Cornelia Frank dan Hanns W. Maull ed, Role Theory in International Relations: Aproaches and Analysis, (USA: Routledge, 2011), 7. 24 Harnisch, Role Theory, 7.
11
hubungan internasional tidak dapat dipandang atau diteorikan tanpa mengacu pada peran lain dan pengakuan melalui masyarakat. Thies dan Andrews menyebutkan peran adalah posisi sosial (aktor yang diakui oleh sosial) yang dibentuk oleh harapan sendiri (ego) dan harapan orang lain (alter expectation)25. Kemudian menurut Harnisch, role expectation untuk aktor terorganisir seperti negara atau organisasi internasional dapat bervariasi. Role expectation setiap orang berbeda sesuai dengan ruang lingkupnya sehingga kewajiban merekapun menjadi berbeda. Kemudian, menurut sebagian peneliti peran dan identitas saling berkaitan. Identitas adalah bahwa lembaga atau kelompok mendefinisikan dirinya melalui mata orang lain dan dihadapan masyarakat. Dalam hubungan internasional, negara atau aktor-aktor yang lain memiliki peran yang dibentuk oleh identitas organisasi mereka.
26
Konsep peran dalam organisasi internasional adalah pada peran apa
yang dimainkan oleh organisasi-organisasi dalam melakukan perubahan sistem internasional. Peran organisasi internasional terbagi menjadi tiga: sebagai instrumen, arena dan aktor.27 Peran sebagai instrumen berarti bahwa organisasi internasional digunakan sebagai alat atau intrumen oleh anggotanya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Peran sebagai arena adalah organisasi internasional sebagai suatu tempat atau forum bagi dibuatnya kebijakan atau bagi diambilnya suatu tindakan. Terakhir
25
Harnisch, Role Theory, 8. Harnisch, Role Theory, 10-13. 27 Clive Archer, International Organizations (London: Routledge, 2001), 65- 68. 26
12
peran sebagai aktor yaitu organisasi internasional sebagai aktor independen dalam sistem internasional.28 ICRC berperan sebagai aktor independen dalam sistem internasional yang mampu membuat kebijakan sendiri terutama dalam mengupayakan perlindungan dan pencegahan dalam mengurangi perekrutan tentara anak. Dalam memenuhi perannya ICRC terbatas pada ruang lingkup dan spesifikasi organisasi yaitu hanya pada perlindungan dan pertolongan pada korban perang yang dalam penulisan skripsi ini dikhususkan untuk tentara anak. ICRC dalam hubungan internasional disamakan sebagai organisasi internasional dengan status unik yaitu sui generis. Sehingga dalam melaksanakan kewajibannya ICRC mampu bekerja sama dengan pihak-pihak yang berkonflik karena identitasnya sebagai organisasi internasional yang netral, tidak berpihak dan mandiri. 2. Konsep Organisasi Internasional Menurut Clive Archer, organisasi internasional dapat diartikan sebagai sebuah badan formal dengan struktur berkelanjutan yang dibentuk berdasarkan pada perjanjian antara dua pihak atau lebih ( antara aktor negara maupun nonnegara) dengan tujuan mengejar kepentingan umum dari anggotanya.29 Selznick menyatakan sebuah organisasi internasional dalam merupakan bentuk lembaga yang mengacu pada sistem aturan formal dan tujuan, instrumen administrasi yang rasional,30. Duverger menambahkan bahwa organisasi internasional memiliki
28
Archer, International Organizations, 67- 79. Archer, International Organizations, 35. 30 Archer, International Organizations, 3. 29
13
organisasi teknis dan materi resmi seperti konstitusi formal, peralatan fisik, mesin, emblem, alat tulis kop surat, staf, hirarki adminsitrasi dan sebagainya 31. Terdapat
beberapa
fungsi
organisasi
internasional
dalam
sistem
internasional berdasarkan perannya (yaitu sebagai instrumen, arena dan aktor). Organisasi internasional berfungsi dalam artikulasi dan agregasi, penyebaran norma, rekrutmen, sosialisasi, pembuat kebijakan, pengaplikasi aturan, pemberi keputusan peradilan dan dalam fungsi operasional.32 Menurut J. Craig Barker , menyatakan bahwa organisasi internasional (khusus organisasi internasional antar negara) dianggap sebagai international legal personality (subjek hukum internasional) karena memiliki kemampuan untuk menjadi bagian dalam perjanjian internasional, mengadakan konferensi internasional, menerima dan mengerjakan misi diplomatik dan menyatakan protes terhadap negara serta menegaskan klaim internasional.33 Dalam konteks Organisasi internasional, ICRC
merupakan organisasi
internasional yang bersifat unik. ICRC merupakan organisasi yang kerap disamakan seperti organisasi non-negara karena didirikan berdasarkan inisiatif individu, tapi memiliki keistimewaan seperti organisasi antar-negara yang memiliki keistimewaan hak-hak tertentu dalam memenuhi kewajiban tertentu pula.34 Mochtar Kusuma Atmaja dan Etty R. Agoes dalam buku Pengatar Hukum Internasional menyebutkan bahwa ICRC diakui sebagai organisasi internasional
31
Archer, International Organizations, 3. Archer, International Organizations, 94-107. 33 J. Craig Barker, International Law and Internantional Relations: Internantional Relations for the 21st Century, (London: Continuum 2000),25 34 Lindblom, Non-Governmental Organization, 61-62. 32
14
yang memiliki kedudukan sebagai subjek hukum internasional walaupun dengan ruang lingkup yang terbatas dan memiliki keunikan dalam hukum internasional.35 Pada awalnya hanya negara yang dianggap mampu untuk mengemban hak dan kewajiban . Menurut Barker, sebuah entitas dapat diakui sebagai subjek hukum internasional
harus mampu untuk mengemban hak dan kewajiban di
bawah hukum internasional dan memiliki kapasitas prosedural untuk menegakkan hak-hak dan kewajibannya.36 Selanjutnya Barker menyatakan bahwa kategori lain yang diakui sebagai subjek hukum internasional ini adalah Individu dan organisasi internasional akan tetapi dengan hak dan kewajiban yang terbatas. Selain dari negara, individu dan organisasi internasional terdapat sebuah entitas unik yang mendapat status sebagai subjek hukum internasional. Oleh karena itu entitas ini disebut sebagai Sui Generis. Terdapat tiga entitas yang memiliki subjek hukum internasional dengan karakter unik yaitu: Hollysee (Vatican), Sovereign Order of Malta dan ICRC.37 Keberadaan Sui Generis ini menunjukan bahwa negara (hukum internasional) menerima keberadaan entitas non-negara dan non-organisasi internasional sebagai internasional legal personality.38 Dalam penulisan skripsi ini, penulis meletakkan ICRC sebagai sebuah organisasi yang bersifat internasional yang memiliki subjek hukum internasional juga yang memiliki hak dan kewajiban. Kewajibannya ini berkaitan erat dengan 35
Mochtar Kusuma Atmaja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: PT Alumni, 2003), 101. 36 Barker, International Law and Internantional Relations, 44. 37 Anna-Karin Lindblom, Non-Governmental Organization in International Law, Camridge Studies in International And Comparative law (CSICL), (USA: Camridge University Press, 2005), 63 38 Lindblom, Non-Governmental Organization, 63-64.
15
peran aktif ICRC dalam hubungan internasional, khususnya di RD Kongo untuk mengurangi perekrutan tentara anak. Sedangkan hak ICRC antara lain adalah perlindungan dan kekebalan hukum organisasi ini di negara tersebut. ICRC dalam sistem internasional memenuhi fungsi sebagai aktor yang beroperasi bidang kemanusiaan, penyebar norma (hukum humaniter internasional dan hak asasi manusia), pembuat peraturan (konvensi dan protokol internasional tentang tentara anak), penerap peraturan serta berperan dalam sosialisasi hukum humaniter internasional. 3. Konsep Humanitarianisme Sejarah humanitarianisme kerap dikaitkan dengan Henry Dunant ketika melakukan perjalanan bisnis ke Italia. Henry melewati sebuah perang di daerah Solferino. Melihat banyaknya korban yang berjatuhan hatinya menjadi tergerak, sehingga Henry dan masyarakat sekitar bergabung untuk membantu korban tanpa memilih-milih siapa yang harus dibantu olehnya. Sepulangnya dari Italia ia menulis buku yang berjudul A Memory Of Soferino yang akhirnya menggugah hati masyarakat. Opini masyarakat yang besar akhrinya mendorong terbentuknya ICRC. Kejadian inilah yang menjadi momentum humanitarianisme modern.39
Terdapat tiga asumsi umum yang digunakan untuk mendefinisikan humanitarianism.40 Pertama, pendapat bahwa seluruh manusia adalah setara. Kedua, humanitarianisme adalah etika kebaikan, kebajikan dan simpati yang 39
Michael Barnett, The International Humanitarian Order, Ingrris: Routledge,
2010, 1.
40
Linda L. Lyman, Jane Strachan dan Angeliki Lazaridou, Shaping Social Justice Leadership Insights of Women Educators Worldwide, Marryland: Roman and Littlefield Publisher 2012, 79.
16
dilakukan terhadap semua manusia tanpa memihak. Ketiga adalah kasih sayang yang mendorong untuk melakukan tindakan dalam rangka merbah kondisi yang tidak menguntungkan bagi manusia. Selanjutnya, Michael Barnett menyatakan bahwa humanitarianisme secara umum dipahami sebagai bantuan yang terjadi pada saat masa kekacauan terjadi, Konsep ini diaplikasikan pada saat pertolongan pada saat kekacauan atau setelah masa itu terlewati.41 Mahkamah
Internasional
PBB
sebagaimana
dikutip
Ambarwati,
mendefinisikan humanitarianisme atau prinsip kemanusiaan sebagai ketentuan untuk memberikan bantuan tanpa diskriminasi kepada korban yang terluka di medan perang agar dapat mengurangi penderiataan manusia.42 Sehingga ICRC merupakan bagian dari perkembangan humanitarianisme itu sendiri. Dan peran ICRC bagi perlindungan dan pencegahan perekrutan tentara anak merupakan aksi humanitarianisme. Aksi ini juga digunakan untuk mengembalikan hak anak yang telah diabaikan di RD Kongo akibat perekrutan tentara anak.
F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Taylor dan Bogdan yang dikutip oleh Suyanto dan Sutinah menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti43. Senada dengan kalimat di atas, Conny R. Semiawan
41
Michael Barnett, The International Humanitarian Order, 2. Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional, 42. 43 Suyanto Bagong dn Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 166. 42
17
menyatakan bahwa pada penulisan deskriptif metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode ini memiliki beberapa tahap yang biasanya diikuti, sehingga jalur pemikiran penulis dapat diikuti. Langkah-langkahnya dimulai dengan identifikasi masalah, dilanjutkan dengan tinjauan pustaka, pengumpulan data, wawancara dan analisis data44. Bungin menyebutkan penelitian kualitatif dapat menggunakan data sekunder melalui metode dokumenter dan penelusuran data online yaitu melalui bacaan dari literatur, jurnal ilmiah, majalah ilmiah, surat kabar dan situs-situs internet45. Penulis mendapat data tersebut dengan mengunjungi beberapa perpustakaan di Jakarta seperti Perpustakaan Nasional, Perpustakaan ICRC, Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan CSIS. Selanjutnya, pengelolaan data diawali dengan proses analisis data yang dikumpulkan secara bersamaan dan berkesinambungan. Data yang telah diperoleh akan diverifikasi terlebih dahulu untuk menjamin kebenaran data yang dipaparkan. Kemudian data tersebut akan diklasifikasi sesuai dengan bagianbagiannya yaitu dengan menempatkan pada kategori masing-masing yang berhubungan dengan peran ICRC dalam mengangani pelanggaran HAM berupa perekrutan tentara anak 2009-2013. Terakhir menganalisa data berdasarkan kerangka konseptual sehingga data yang diperoleh dapat di percaya dan dapat diterapkan dalam penelitian untuk merumuskan jawaban dari pertanyaan penelitian.
44
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta:Grasindo, 2008), 98 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009); 108. 45
18
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan A. Latar Belakang B. Pertanyaan Penelitian C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian D. Tinjauan Pustaka E. Kerangka Teori 1.
Teori Peran
2.
Konsep Organisasi Internasional
3.
Konsep Hak Asasi Manusia
F. Sistematika Penulisan BAB II. Posisi ICRC Terhadap Anak-Anak Korban Konflik Bersenjata A. Sejarah Berdirinya ICRC B. Tujuan dan Kegiatan ICRC C. Status ICRC D. Pembuatan Kebijakan dan Pendanaan ICRC E. Konvensi dan Protokol Internasional Tentang Anak F. Peran ICRC terhadap Korban Anak-Anak G. Peran ICRC di Beberapa Negara BAB III. Perekrutan Tentara Anak Di RD Kongo A. Profil RD Kongo
19
B. Sejarah Perekrutan Tentara Anak Di RD Kongo C. Alasan Bergabungnya Anak-Anak Kedalam Angkatan Bersenjata atau Kelompok Bersenjata BAB IV. Peran ICRC dalam Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di RD Kongo (2009-2013) A. Peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo 2009-2013 1.
Peran ICRC dalam lini operasional
2.
Peran ICRC dalam pengembangan dan promosi hukum humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan
B. Efektifitas Peran ICRC BAB V. Kesimpulan
20
BAB II POSISI ICRC TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN KONFLIK BERSENJATA Konflik bersenjata merupakan ancaman bagi anak-anak. Mereka merupakan objek rentan yang masih membutuhkan keluarga dan masyarakat untuk memberikan pengasuhan dan perlindungan. ICRC menganggap bahwa anak-anak tidak hanya mewakili segmen besar dari populasi masyarakat tetapi juga lebih rentan dibandingkan orang dewasa. Bab ini akan menjelaskan tinjauan umum mengenai ICRC. Organisasi tersebut secara luas diketahui sebagai organisasi yang aktif melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kemanusiaan dan hukum humaniter internasional. Dengan demikian upaya penanggulangan perekrutan tentara anak menjadi salah satu program penting bagi ICRC. Pembahasan bab ini dimulai dari awal didirikannya sampai pada peran ICRC terhadap perlindungan anak-anak dalam konflik bersenjata. A. Sejarah Berdirinya ICRC Asal-usul terbentuknya ICRC bermula pada peristiwa Perang Solferino. Perang ini terjadi pada tanggal 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, yaitu antara pasukan koalisi Perancis dan Italia melawan pasukan Austria46. Pasukan koalisi Franco-Sardinia yang dipimpin oleh Kaisar Charles Louis Napoleon Bonaparte (Napoleon III) memulai pertempuran pada pukul tiga pagi. Setelah 15 jam dalam pertempuran akhirnya perang berakhir pada pukul enam sore. Usai
46
ICRC, Kenali ICRC, (Jakarta: Delegasi Regional ICRC, 2009), 6.
21
peperangan, didapati sekitar 6000 orang tewas dan lebih dari 35.000 luka-luka atau hilang47. Pada saat itu, Henry Dunant seorang pebisnis yang berasal dari Swiss sedang melakukan perjalanan bisnis di Italia dan tak sengaja melewati daerah peperangan. Tergugah dengan penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat segera bertindak mengerahkan bantuan untuk menolong para korban. Dunant menolong para korban dengan sama tanpa melihat mereka sebagai prajurit aliansi Perancis-Italia atau prajurit Austria. Sikap Dunant ini kemudian disebut dengan istilah “tutti fratelli” (semua saudara) 48. Beberapa waktu kemudian setelah kembali ke Swiss, Ia menuangkan pengalamannya di Eropa serta ide dan gagasannya dalam buku berjudul A Memory Of Solferino49. Dalam bukunya Dunant mengajukan tiga gagasan50 : 1. Membentuk organisasi
kemanusiaan internasional,
yang dapat
dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang. 2. Mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang, serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan pada saat perang. 47
ICRC, Solferino and The International Committee of The Red Cross, 1 Juni 2010, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/solferino-feature-240609.htm. Diakses pada 22 Mei 2014. 48 ICRC,Solferino and The International Committee. 49 ICRC,Kenali ICRC, 6. 50 Henry Dunant, A Memory Of Solferino, (USA: ICRC 1959),129-130.
22
3. Mengusulkan sebuah lambang atau tanda khusus untuk perlindungan bagi anggota medis dan peralatan medis yang digunakan di medan perang. Sebuah komite tetap akhirnya dibentuk di Jenewa untuk menindaklanjuti gagasan Dunant tersebut. Lambang komite ini adalah palang merah di atas dasar berwarna putih, Tujuan dari pembentukan lambang ini adalah agar perhimpunan bantuan kemanusiaan (ICRC) di setiap negara dapat dikenali secara luas. Pada mulanya, komite ini bernama The International Committee to Aid Military Wounded yang kemudian menjadi International Committee of the Red Cross (ICRC)51. ICRC bermarkas besar di negara Swiss yang terkenal dengan kenetralannya. Posisi mereka di negara ini di perkuat melalui perjanjian antara kedua belah pihak pada 19 Maret 1993 yang sekaligus menentukan mengenai status dan markas besar ICRC di Swiss52.
B. Tujuan dan Kegiatan ICRC ICRC adalah organisasi yang tidak memihak, netral dan mandiri yang memiliki misi kemanusiaan yang bertujuan untuk melindungi kehidupan dan martabat korban konflik bersenjata dan korban situasi kekerasan lain serta memberikan mereka bantuan. Organisasi ini juga berupaya untuk mencegah penderitaan bagi korban konflik bersenjata dengan cara mempromosikan dan
51
Henry Dunant, A Memory Of Solferino, 129-130. ICRC, Agreement Between ICRC and Switzerland 1993, 20 Januari 2012, https://www.icrc.org/casebook/doc/case-study/agreement-icrc-switzerland-case-study.htm. Diakses 2 Desember 2014. 52
23
memperkuat hukum humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusian universal53. Dalam preamble dari Statutes of The International Red Cross And Red Crescent Movement yang diadopsi oleh Konferensi Red Cross ke 25 di Jenewa pada tahun 1986 menyebutkan bahwa ICRC merupakan bagian dari gerakan humaniter dunia yang memiliki 7 prinsip dasar yang wajib di penuhi54. Ketujuh prinisip tersebut adalah kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan kesemestaan. Tujuan
ICRC
adalah
untuk
memastikan
penghormatan terhadap
kehidupan, martabat, dan kesejahteraan mental maupun fisik para korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain, yaitu melalui kegiatan kemanusiaannya yang netral dan mandiri55. Agar tujuan ICRC ini tercapai, pihak-pihak yang berkonflik harus mendukung dan memfasilitasi kegiatan kemanusian ICRC. Berkaitan dengan tujuan ICRC, dalam Protocol Additional to The Geneva Conventions of 12 Augusts 1949, And Relating to The Protection Of Victims Of Internatinal Armed Conflicts 8 Juni 1977, Pasal 81 ayat 1 menyebutkan sebagaimana berikut56: “The Parties to the conflict shall grant to the International Committee of The Red Cross all facilities within their power so as to enable it to carry out the humanitarian function assigned to it by 53
ICRC, The ICRC‟s mandat and Mission, Overview, 29 Oktober 2010 http://www.icrc.org/eng/who-we-are/mandat/overview-icrc-mandat-mission.htm. Diakses pada 30 April 2014. 54 Preamble, Statutes Of The International Red Cross and Red Crescent Movement ,5, http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/statutes-en-a5.pdf. Diakses 16 Mei 2014. 55 ICRC, Misi dan Kegiatannya, 6. 56 Protocol Additional to The Geneva Conventions of 12 Augusts 1949, And Relating to The Protection Of Victims Of Internatinal Armed Conflicts(Protocol 1) 8 Juni 1977 , 258, http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/xsp/.ibmmodres/domino/OpenAttachment/applic/ihl/ihl.nsf/ D9E6B6264D7723C3C12563CD002D6CE4/FULLTEXT/AP-I-EN.pdf. Diakses pada 6 Mei 2014.
24
the Conventions and this Protocol in order to ensure protection and assistance to the victims of conflicts; the International Committee of The Red Cross may also carry out any other humanitarian activities in favour of these victims, subject to the consent of the Parties to the conflict concerned.” (Pihak-pihak dalam sengketa harus memberikan kepada ICRC semua fasilitas di dalam kekuasaan mereka sehingga memungkinkannya pelaksaan fungsi-fungsi ICRC yang ditugaskan kepadanya oleh Konvensi dan Protokol ini agar terjaminnya perlindungan dan bantuan bagi para korban sengketa; ICRC juga dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan lainnya bagi kepentingan para korban, dengan harus mendapatkan ijin dari pihak-pihak dalam sengketa yang bersangkutan). (terjemahan penulis)
Selanjutnya identitas ICRC dilihat dari elemen penting yang menjadi pedoman kegiatan organisasi ini, yaitu hakikat ganda kegiatan ICRC. Dalam hal ini kegiatan ICRC berjalan dalam dua lini, pertama ialah lini operasional, yaitu menolong para korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain. Lini kedua adalah mengembangan dan mempromosikan hukum humaniter internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan57. Kedua lini tersebut saling berkaitan karena lini pertama beroperasi dalam bingkai yang ditetapkan oleh lini yang kedua. Sedangkan lini kedua menyerap pengalaman lini pertama serta memfasilitasi respons ICRC terhadap kebutuhankebutuhan yang telah teridentifikasi. Dengan demikian, hakikat ganda ini memperkuat identitas ICRC serta membedakannya dari organisasi-organisasi kemanusiaan lain, baik organisasi non-pemerintah maupun organisasi antar-
57
ICRC, Consultation on Performance Benchmarks for Australian Aid, ICRC feddback 3 Maret 2014, 2, http://aid.dfat.gov.au/Publications/Documents/international-committee-of-the-redcross.pdf. Diakses pada 7 Mei 2014.
25
pemerintah yang umumnya hanya berkonsentrasi pada salah satu dari dua lini tersebut58. ICRC merupakan badan gerakan tersendiri dari International Red Cross and Red Crescent Movement atau dapat juga hanya disebut sebagai Gerakan (Movement). Badan dari Gerakan meliputi International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (Federasi), dan Red Cresent Societies (Perhimpunan Nasional). Setiap bagian dari Gerakan ini bersifat independen59. Akan tetapi setiap bagian dari Gerakan ini memiliki kaitan yaitu keserupaan tugas antara semua komponen gerakan dan oleh penggunaan lambang-lambang yang sama60.
C. Status ICRC ICRC berbeda dari organisasi antar-pemerintah dan organisasi nonpemerintah (NGO) lainnya. Organisasi swasta seperti asosiasi, federasi, serikat pekerja, dan NGO lainnya tidak didirikan oleh pemerintah atau oleh perjanjian antar-pemerintah61. NGO dapat memainkan peran dalam urusan internasional berdasarkan aktifitas mereka tetapi tidak memiliki status sebagai subjek hukum internasional juga tidak memiliki mandat untuk keberadaan dan kegiatan mereka. Jika keanggotaan atau kegiatan organisasi ini terbatas pada negara tertentu maka dianggap sebagai NGO nasional. Jika kegiatannya lintas batas negara, maka
58
ICRC, Misi dan Kegiatannya, 8. Lindblom, Non-Governmental Organization, 68. 60 ICRC, Misi dan Kegiatannya, 8. 61 Gabor Rona, The ICRC‟s Status: In a Class of its Own, 1, 17 Februari 2004, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5w9fjy.htm. Diakses pada 18 Mei 2014. 59
26
disebut NGO internasional. Contohnya, seperti Medicins Sans Frontieres, Amnesty International, Human Rights Watch, Oxfam dan lain-lain62. Istilah
“organisasi
internasional”
atau
“organisasi
antar-negara”
menunjukan sebuah asosiasi yang didirikan oleh pemerintah melalui perjanjian dengan tujuan umum dan memiliki organ khusus sendiri untuk memenuhi fungsi tertentu. Selain aturan dalam menetapkan struktur organisasi ada ketentuan tentang tujuan asosiasi serta hak dan kewajiban para anggotanya. Tidak seperti NGO, organisasi antar-pemerintah yang memiliki mandat dari pemerintah dapat menikmati beberapa fasilitas yang dalam bahasa diplomatiknya disebut Privileges and Immunities63. Pengakuan sebuah organisasi dalam hukum internasional berasal dari kemampuannya untuk mengemban hak dan kewajiban. Dalam ICJ Advisory Opinion Reparcity For Injuries Suffered In The Service of The United Nations 1949 disebutkan bahwa sebagai internasional legal personality harus memiliki kemampuan untuk mengemban hak dan kewajiban internasional dan memiliki kapasitas untuk mempertahankan haknya.64 Selanjutnya dijelaskan sebuah organisasi memiliki kapasitas hukum internasional dan hak istimewa serta kekebalan di wilayah masing-masing anggotanya. Sebuah organisasi internasional mendapatkan akses ini melalui perjanjian internasional dengan negara
62
Gabor Rona, The ICRC‟s Status, 1. Gabor Rona, The ICRC‟s Status, 1. 64 International Court Of Justice, Report of judgements, Advisory Opinion and Orders: Reparcition for Injuries Suffered in The Service of The United Nations, April 11th 1949, Layden A.W. Sijrhoff‟s Publishing Company, 179, http://www.icj-cij.org/docket/files/95/7497.pdf. Diakses pada 24 November 2014. 63
27
anggotanya. Sehingga organisasi ini berhak mengingatkan anggota mereka akan kewajiban tertentu sesuai dengan kapasitas organisasi ini. Dalam ICJ Advisory Opinion ini, ICJ juga menyebutkan bahwa organisasi internasional (organisasi antar negara) adalah sebuah badan politik yang diisi dengan tugas politik dari dan meliputi bidang yang luas seperti pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, pemgembangan hubungan persahabatan antar bangsa dan pencapaian kerjasama internasional dalam pemecahan masalah seperti ekonomi, sosial, budaya, atau kemanusiaan dan berurusan dengan anggotanya.65 Dengan demikian, PBB dan badan-badannya, atau organisasi antarpemerintah lainnya seperti Organisasi Negara-Negara Amerika dianggap memiliki status subjek hukum internasional. Di sisi lain, organisasi non-pemerintah atau NGO tidak memiliki status tersebut meskipun lingkup operasi mereka adalah lingkup internasional66. ICRC bukanlah organisasi antar-pemerintah dan bukan pula organisasi non-pemerintah. Bagan berikut menjelaskan perbedaan dari individu, negara dan organisasi dalam hukum nasional dan internasional:
65
International Court Of Justice, Report of judgements, 179. Gabor Rona, The ICRC Privilege Not To Testify: Confidentiality In Action, International Review Of The Red Cross no. 845 (Maret 2002), 2, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5wsd9q.htm#a1. Diakses pada tanggal 8 November 2013. 66
28
Tabel 2.1. Perbedaan status hukum nasional dan internasional No
Hukum Internasional
Hukum Nasional
1
Individu
Ya
Dibatasi
2
Negara
Ya
Ya
3
Bermacam-macam tergantung pada Organisasi hukum negara dan sifat organisasi tersebut
Ya untuk ICRC dan Organisasi antar-pemerintah; tidak untuk organisasi nonpemerintah (NGO)
Sumber: Gabor Rona, The ICRC Privilege Not To Testify: Confidentiality in Action, 2.
ICRC adalah sebuah asosiasi swasta berdasarkan hukum Swiss dan mempunyai subjek hukum internasional, yang pembentukannya juga diatur dalam Swiss Civil Code67. Terdapat beberapa hal yang menguatkan status ICRC dianggap dalam hubungan internasional. Pertama, ICRC adalah subjek dari mandat internasional yang diberikan kepadanya oleh perjanjian hukum humaniter internasional68. Secara langsung mandat ini di atur dalam Konvensi Jenewa 194969. Contohnya, dalam Common Article70 3 dalam Konvensi Jenewa 1949 menyatakan bahwa “sebuah badan kemanusian tidak memihak, seperti komite internasional palang merah dapat menawarkan jasanya kepada para pihak yang 67
Yves Beigbeder, The Role And Statute of International Humanitarian Volunteers And Organizations: The Rights and Duty to Humanitarian Assisstance, (Netherlands: martinus Nijhoff Publishers, 1991), 318. 68 Gabor Rona, The ICRC Privilege Not to Testify, 2. 69 Lindblom, Non-Governmental Organization, 70. 70 Common articles adalah pasal-pasal yang sama atau nyari sama, baik isinya ataupun nomor pasalnya yang terdapat di dalam semua Konvensi Jenewa 1949. Pasal-pasal tersebut dicantumkan berulang pada setiap Konvensi Jenewa karena memang sangat penting dan merupakan ketentuan pokok dari Konvensi Jenewa.
29
berkonflik”. Ketentuan paling luar biasa dari konvensi dalam hal ini adalah pasal 10 dari Konvensi Jenewa I-III. ICRC juga memiliki hak untuk mengunjungi tawanan perang (Pasal 126 dari Konvensi Jenewa III), dan untuk memantau kepatuhan terhadap aturan Konvensi Jenewa IV berkaitan dengan perlindungan warga sipil (Pasal 55 dan 61) 71. Kedua, status hukum Internasional ICRC diakui dalam hubungannya dengan negara-negara PBB, dimana ia mendapat status sebagai Observer sesuai dengan Resolusi Umum General Assembly 45/6 yang diadopsi pada 16 Oktober 1990 melalui konsesnsus72. Selain itu delegasi ICRC di New York bertemu setiap bulan dengan Ketua Dewan Keamanan PBB. Selain itu presiden ICRC bertemu setiap tahun dengan dewan keamanan secara keseluruhan73. Ketiga, ICRC yang berstatus independen dari afiliasi dengan negara manapun merupakan badan gerakan tersendiri dari International Red Cross and Red Crescent Movement yang dalam konferensi internasionalnya negara-negara partisipan dapat menentukan ICRC untuk menawarkan layanan atau interfensi dalam konflik bersenjata74. Keempat, badan pengadilan internasional dan domestik telah memasukkan peraturan mengenai kekebalan dan hak testimonial ICRC pada peraturan pengadilan. The International Criminal Tribunal for The
71
Lindblom, Non-Governmental Organizatio, 70. Christian Koenig, Observer status for the ICRC at the United Nations: a Legal Viewpoint, International Review of The Red Cross, no. 280, 28 Februari 1991, 1, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/article/other/57jnwj.htm. Diakses pada 18 Mei 2014. 73 Gabor Rona, The ICRC privilege Not To Testify, 3. 74 Gabor Rona, The ICRC privilege Not To Testify, 3. 72
30
Former Yugoslavia (ICTY) membedakan ICRC dari NGO lain dengan mengutip mandat hukum internasional termasuk aturan menolak untuk bersaksi75. Kelima, status hukum internasional ICRC juga secara implisit diakui dalam peraturan ICC tentang Prosedur dan Saksi, dasar pengakuan ini adalah pemberian mandat internasional oleh Hukum Humaniter Internasional pada ICRC76. Keenam, ICRC juga menikmati status spesial sebagai konsultatif
di
beberapa badan internasional seperti Non-Aligned Movement, The Organization of African Unity, The Organization of American States, The council Of Europe, The International Maritime Organization and The International Organization for Migration77. Ketujuh, banyak negara memeperlakukan ICRC seperti mereka memperlakukan
organisasi
antar-negara
contohnya
UNHCR.
ICRC
mempertahankan hubungan diplomatiknya dengan negara-negara dan organisasi internasional, juga memperlakukan mereka setara pada tingkat koordinasi. Sebagai tambahan, pada tahun 1993, ICRC dan Swiss menandatangai perjanjian status dimana Dewan Federal Swiss “mengakui kepribadian yuridis internasional dan kapasitas hukum” dari ICRC. Organisasi ini juga memiliki perjanjian markas di lebih dari 60 negara ditambah dengan pengakuan hak istimewa dan kekebalan diplomatiknya, contohnya kekebalan terhadap proses hukum yang melindunginya dari sidang administratif dan sidang pengadilan, dan tidak dapat diganggu-gugatnya gedung, arsip serta dokumen-dokumen ICRC.78
75
Gabor Rona, The ICRC‟s Status, 1. Gabor Rona, The ICRC privilege Not To Testify, 3. 77 Christian Koenig, Observer Status Of ICRC, 2. 78 ICRC, Kenali ICRC, 6. 76
31
Hak kekebalan dan istimewa tersebut harus ada pada ICRC agar dapat bekerja secara netral dan mandiri.
D. Pembuatan Keputusan dan Pendadaan ICRC Badan pembuat keputusan ICRC terdiri dari Majelis, Dewan Majelis dan Kepresidenan, yang memiliki tanggung jawab untuk membuat kebijakan, strategi dan keputusan mengenai hukum humaniter. Badan-badan ini mengawasi seluruh kegiatan organisasi, baik kegiatan di lapangan maupun di kantor pusat juga persetujuan tujuan dan anggaran.79 Proses
pembuatan
keputusan
ICRC
dimulai
dengan
penaksiran
(assessment) dengan tujuan untuk memahami situasi agar dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi masyarakat. Selanjutnya penaksiran ini akan di analisis agar dapat merumuskan aksi atau kebijakan yang sebaiknya diambil. Setelahnya kebijakan akan diimplementasikan dan diawasi oleh ICRC. Proses terakhir adalah review, evaluasi dan pembelajaran dari hasil kerja yang di review setiap tahunnya.80 Di bawah ini merupakan tabel dari proses pembuatan keputusan di ICRC.
79
ICRC, ICRC Decision-Making Structures, 1 Juli 2014, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/icrc-decision-making-structures-030706.htm, diakses pada 28 Desember 2014. 80 ICRC, Annual Report, 22.
32
Gambar 2.1 Proses Pembuatan Keputusan ICRC
proses dan analisis
review, evaluasi dan pembelajaran
formulasi dan rencana
implementasi dan pengawasan
Sumber: ICRC, Annual Report 2012, 22.
Selanjutnya, pendanaan ICRC berasal dari sumbangan sukarela negara yang telah meratifikasi Konvensi Jenewa, Palang Merah dan Bulan Sabit Merah nasional, Organisasi supranasional (seperti European Commission), dan sumber public dan swasta.81 Sumbangan bagi ICRC dapat dilakukan dalam beberapa bentuk seperti uang, makanan, barang dan layanan. Bantuan dalam bentuk makanan dapat berupa beras, minyak, dan lain-lain. Bantuan berupa barang contohnya, kendaraan, selimut, plastic, terpal, peralatan dapur dan tenda. Sedangkan bantuan layanan dapat berupa staf ahli.82
81
ICRC, Finances, https://www.icrc.org/en/who-we-are/finances, diakses pada 28 Desember 2014. 82 ICRC, Kenali ICRC, 50.
33
Amerika Serikat menjadi negara pendonor terbesar bagi ICRC pendanaan ICRC. Negara pendonor terbesar kedua adalah Inggris dan kemudian Swiss. Secara keseluruhan wilayah Afrika merupakan daerah yang paling banyak memerlukan bantuan ICRC baik berupa uang, makanan dan barang. RD Kongo merupakan bagian dari peringkat sepuluh besar negara-negara yang menjadi tujuan pendanaan ICRC.83
E. Konvensi dan Protokol Internasional tentang anak Peraturan internasional tentang anak merupakan bagian dari hukum humaniter internasional. Dimulai dari Konvensi Jenewa yang pertama yang disusun oleh Henry Dunant hinggga peraturan internasional modern yang ada saat ini. ICRC sebagai merupakan organisasi yang mengawasi berjalannya hukum humaniter internasional ini.84 ICRC juga berperan sebagai promoter dan pemelihara hukum humaniter internasional.
ICRC
memiliki
pelayanan
konsultasi
hukum
humaniter
internasional untuk mendorong negara-negara peratifikasi agar mengadopsi hukum humaniter kedalam peraturan nasional mereka. Organisasi ini juga memberikan bantuan teknis kepada negara-negara mengenai undang-undang untuk menuntut penjahat perang dan melindungi lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.85
83
David P. Forsythe dan Barbara Ann J.Rieffer-Flanagan, The Interntional Committee of The Red Cross: A Neutral Humanitarian Actor, (London: Routledge,2007). 84 Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional, xix. 85 Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional, 149.
34
Guna mewujudkan perlindungan bagi masyarakat dalam situasi konflik bersenjata maupun situasi kekerasan lainnya ICRC mempromosikan dan memperkuat hukum humaniter dan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.86 Melalui hukum humaniter internasional dan prinsip kemanusian yang tertuang dalam konvensi dan protokol internasional akhirnya peraturan yang lebih baik terwujud untuk membatas perekrutan tentara anak dengan batas minimal umur 18 tahun. ICRC, Perhimpunan Nasional dan Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah juga menetapkan bahwa 18 tahun adalah batas usia minimal dari perekrutan tentara anak. Selain mengembangkan peraturan hukum humaniter dalam Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan I dan II, ICRC juga turut serta sebagai expert dalam pembuatan draf dari berbagai konvensi dan protokol internasional menyangkut perlindungan anak.
87
Konvensi dan protokol internasional yang
pertama mengenai anak adalah Konvensi Jenewa 1-4. Pada dua konvensi awal yaitu Konvensi Jenewa I mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka dan Sakit di Darat dan Konvensi Jenewa II mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka, Sakit dan Karam di Laut belum terdapat aturan khusus mengenai tentara anak. Akan tetapi dalam Konvensi Jenewa III mengenai Perlakuan Terhadap Tawanan Perang terdapat dua
86
ICRC, The International Committee of the Red Cross‟s (ICRC‟s) confidential approach, International Review of The Red Cross vol. 94 no. 887 September 2012, 1, http://www.icrc.org/eng/assets/files/review/2012/irrc-887-confidentiality.pdf. Diakses pada tanggal 8 November 2013. 87 Alain Aeschlimann, The ICRC says “no” to the recruitment of child soldiers, 06-022007 Statement, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/statement/children-statement060207.htm. Diakses pada 23 Oktober 2014.
35
pasal yaitu pasal 16 dan 49 yang berkaitan dengan anak pada masa perang88. Pertama adalah pasal 16 yang berisi tentang persamaan perlakuan terhadap tawanan perang, dan penahan harus memberikan perlakukan sesuai dengan usia mereka. Kedua adalah pasal 49 mengenai perekrutan buruh tahanan perang harus memperhatikan usia dan kesehatan fisik mereka. Pada Konvensi Jenewa IV mengenai Perlindungan Sipil di Masa Perang terdapat lebih banyak pasal yang berkaitan dengan anak saat perang terutama mengenai hak atas perlindungan khusus karena kerentanan anak-anak89. Perlindungan khusus ini harus tetap diberikan bahkan jika mereka berpartisipasi langsung dalam permusuhan. Selanjutnya hukum humaniter mengenai perlindungan anak terdapat dalam Protocol Additional To The Geneva Conventions Of 12 August 1949 (Protokol 1 dan II). Protokol I mengenai Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional dan Protokol II mengenai perlindungan Konflik Bersenjata NonInternasional ini telah secara khusus mengatur mengenai tentara anak. Terutama dengan membuat 15 tahun menjadi batasan minimum dimana mereka dapat berpartisipasi dalam permusuhan atau direkrut menjadi tentara anak dengan larangan hukuman mati bagi anak-anak di bawah usia 18 tahun yang didakwa karena terlibat dalam kejahatan perang. “The Parties to the conflict shall take all feasible measures in order that children who have not attained the age of fifteen years do not take a direct part in hostilities and, in particular, they shall refrain from recruiting them into their armed forces…” (Protokol Tambahan II Pasal 77).
88
ICRC, Summary Table of IHL Provisions Specifically Aplicable to Children, Januari 2003, 1, http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/ang03_04a_tableaudih_total_logo.pdf. Diakses pada 23 maret 2014. 89 ICRC, Summary Table of IHL Provisions, 1.
36
(Para pihak yang berkonflik harus mengambil semua langkah yang layak agar anak-anak yang belum mencapai usia lima belas tahun tidak mengambil suatu bagian langsung dalam permusuhan, dan khususnya, mereka harus menahan diri dari merekrut anak-anak menjadi angkatan bersenjata mereka…). (terjemahan penulis)
Perlindungan anak secara hukum selanjutnya terdapat dalam Convention Of The Rights Of Child, 1989. Dalam Konvensi Hak Anak PBB terdapat satu pasal mengenai keterlibatan anak dalam konflik. Isu ini disebutkan dalam pasal 38 yang memuat berbagai kewajiban negara untuk tidak merekrut anak di bawah 15 tahun dan memberikan perlindungan bagi anak yang terkena dampak konflik bersenjata. 90 Konvensi Hak Anak 1989 selanjutnya dikembangkan dengan adanya Optional Protocol to The Convention of The Rights of Child on The Involvement of Children in Armed Conflict, 2000.Dalam protokol opsional konvensi hak-hak anak ini terdapat perubahan besar mengenai aturan perekrutan tentara anak. Karena secara jelas mencantumkan pelarangan terhadap perekrutan tentara anakanak di bawah usia 18 tahun dalam peperangan.91 Pelarangan ini berlaku bagi kelompok bersenjata dan tentara pemerintah suatu negara. Untuk itu dijelaskan bahwa negara harus menjamin keamanan dan memperlakukan anak-anak itu sesuai dengan usia mereka. Semua hal ini tersebutkan dalam pasal 1, pasal 2 dan pasal 4 pada paragraf pertama. 90
Konvensi Hak Anak-Anak, http://www.unicef.org/magic/media/documents/CRC_bahasa_indonesia_version.pdf. Diakses pada 3 Desember 2013. 91 Kristin Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers: The ICRC Approach, Refugee Survey Quarterly Vol. 27 no. 4 (2009), 147, http://rsq.oxfordjournals.org/. Diakses pada tanggal 30 Januari 2014.
37
Peraturan selanjutnya adalah Rome Statute of The International Criminal Court, 1998. Karena kontribusi besar ICRC dalam setiap konferensi internasional membawa perkembangan yang baik pada perkembangan hukum internasional yang berlaku untuk perlindungan anak dalam konflik bersenjata. Pada Statuta Mahkamah Pidana Internasional pasal 8 Undang-Undang the International Criminal Court (ICC) menyeebutkan bahwa perekrut tentara anak di bawah usia 15 ditetapkan sebagai penjahat perang92. Selanjutnya, dalam Paris Principles and Paris Commitment,2007, juga mengatur mengenai batas minimal usia tentara anak yaitu 18 tahun. Dan mengharuskan untuk selalu mengupayakan pembebasan bersyarat anak-anak dari angkatan bersenjata atau kelompok bersenjata setiap saat bahkan saat konflik93. Sebagai pengawas berjalannya hukum humaniter internasional, ICRC berupaya agar Konvensi Jenewa dan konvensi selanjutnya dihormati serta dijalankan.94 Perekrutan tentara anak merupakan pelanggaran dari hukum humaniter internasional. ICRC berhak untuk melakukan tindakan yang diperlukan selama konflik terjadi untuk melindungi warga sipil termasuk anak-anak sesuai dengan ketentuan konvensi Jenewa.95
92
Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers, 147. The Paris Principles, February 2007, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/paris-principles-commitments-300107.htm. Diakses pada 28 Mei 2014 dari. 94 Ambarwati dkk, xix. 95 Ambarwati dkk, 154. 93
38
F. Peran ICRC terhadap Korban Anak-Anak ICRC menjalankan perannya di lapangan menggunakan empat pendekatan dengan strategi menyeluruh setelah menganalisis situasi yang ada. Agar secara langsung ataupun tidak langsung, dalam jangka pendek, menengah, atau panjang, dapat memastikan penghormatan terhadap kehidupan, martabat, dan kesejahteraan fisik serta mental para korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain96. Empat pendekatan tersebut adalah: pendekatan perlindungan, pendekatan bantuan, pendekatan pencegahan dan pendekatan kerjasama. 97 Pendekatan perlindungan dilancarkan untuk melindungi kehidupan dan martabat para korban termasuk anak-anak dalam konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain. program-programnya antara lain adalah membantu unacompanied children dan separated children melalui program pemulihan hubungan keluarga. ICRC bekerja dengan pemerintah atau organisasi terkait untuk membantu pencarian orang hilang bagi anak-anak yang ditinggal ayah mereka. Sebagai upaya mengatasi tahanan anak atau anak yang mendampingi orang tua mereka di tahanan (lebih banyak kaum ibu) ICRC memberikan perlindungan kepada mereka agar kebutuhan mereka terjamin. Organisasi ini juga memberikan jaminan kepada anak-anak berupa membuka saluran komunikasi dengan keluarga yang terpisah dan memberikan jaminan pendidikan kepada mereka.98 Untuk membantu korban konflik bersenjata dan korban situasi kekerasan lain digunakan pendekatan bantuan. Pendekatan bantuan ICRC menargetkan 96
ICRC, Misi dan Kegiatannya, 14. ICRC, Misi dan Kegiatannya, 14-16. 98 ICRC, Annual Report 2010, 43. 97
39
bantuan terhadap populasi masyarakat, dengan cara meberikan bantuan ekonomi kepada anak-anak atau keluarga anak-anak tersebut. Bantuan itu berupa makanan, peralatan rumah tangga, lapangan pekerjaan bagi anak-anak yang harus menjadi kepala keluarga, bantuan air bersih dan fasilitas kesehatan yang memadai. Bantuan bagi anak-anak yang menjadi tahanan biasa tergantung pada kebutuhan mereka seperti pakaian, pendidikan dan rekreasi, kesehatan dan lain-lain. Pendekatan bantuan juga diberikan peda yang terluka dan sakit dengan cara memberikan perawatan kesehatan yang diprioritaskan pada anak-anak, juga rehabilitasi fisik bagi anak-anak seperti kursi roda dan tongkat.99 Sebagai upaya untuk mencegah penderitaan dengan mempromosikan, memperkuat, dan mengembangkan Hukum Humaniter Internasional dan prinsipprinsip kemanusiaan universal digunakan pendekatan pencegahan. Pendekatan pencegahan menargetkan pada otoritas politik, diplomat dan militer, juga pada angkatan bersenjata, pemangku bersenjata lain dan civil society (seperti media, sekolah, universitas, dan NGO) selalu menekankan pada pentingnya sadar pada anak-anak yang membutuhkan perlindungan lebih dan mencegah dari perekrutan tentara anak atau penggunakan anak-anak 100 Untuk mengarahkan dan mengkoordinasi kegiatan bantuan kemanusiaan internasional yang dilakukan Gerakan dalam konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain digunakan pendekatan kerja sama. Pendekatan kerjasama dilakukan dengan national societies untuk mendorong penguatan masyarakat.
99
ICRC, Annual Report 2010, 44. ICRC, Annual Report 2010, 45.
100
40
ICRC juga mendorong pembangunan National Society, pertolongan pertama dan kapasitas persiapan darurat agar dapat cepat merespon kebutuhan dari anak-anak dalam konflik bersenjata atau situasi kekerasan lainnya. ICRC juga mendukung program kepemudaan agar pemuda dapat mempelajari mengenai nilai-nilai hukum humaniter dan bekerja dalam bidang kemanusiaan dalam negara mereka sendiri.101 Masing-masing pendekatan mempunyai strategi implementasinya sendiri. Strategi implementasi ini menggabungkan berbagai kegiatan dari keempat program yang diuraikan secara rinci dalam alat perencanaan tahunan yaitu program perlindungan, bantuan, pencegahan dan kerja sama. Menggabungkan kegiatan merupakan hal yang sangat penting, ICRC terikat kewajiban untuk memanfaatkan semua sarana yang ada padanya sesuai dengan situasi, prioritas serta tujuan yang telah diidentifikasi102. ICRC mengakui bahwa anak-anak tidak hanya mewakili segmen besar dari populasi masyarakat tetapi juga lebih rentan daripada orang dewasa. Meskipun perlindungan terhadap mereka telah diberikan oleh hukum nasional dan internasional, tetapi anak-anak tetap menjadi penerima manfaat utama dari program pendekatan pencegahanan, perlindungan dan bantuan ICRC di seluruh
101 102
ICRC, Annual Report 2010, 47. ICRC, Misi dan Kegiatannya, 16-17.
41
dunia103. Di bawah ini terdapat tabel yang menjelasan kategori anak-anak yang menjadi korban atau terlibat dalam konflik104: Tabel 2.2. Kategori anak dalam konflik. Anak
Anak adalah setiap orang di bawah usia 18 tahun, kecuali di bawah hukum yang berlaku kedewasaan di capai lebih awal
Separated Children
Separatd Children adalah anak yang terpisah dari kedua orang tuanya atau dari walinya, tetapi tidak terpisah dari kerabat lainnya. Karena mungkin saja anak yang terpisah dengan orang tuanya itu masih didampingi oleh anggota keluarga dewasa lainnya.
Unacompanied Childern
Unacompanied children atau unaccompanied minor, adalah anakanak tanpa pendamping yang telah terpisah dari orang tua dan kerabat lainnya sejak awal dan tidak sedang dirawat oleh orang dewasa yang oleh hukum atau kebiasaan bertanggung jawab untuk melakukannya.
Anak-anak yang terlibat langsung dengan kelompok atau angkatan bersenjata
Seorang anak yang berhubungan atau terlibat langsung dengan kekuatan bersenjata atau kelompok bersenjata adalah setiap orang di bawah 18 tahun yang sedang atau telah di rekrut atau digunakan oleh angkatan bersenjata atau kelompok bersenjata menjadi pejuang, koki, kuli, utusan, mata-mata atau tujuan seksual dan lain-lain. Kategori ini mempromosikan ide bahwa semua anak yang berhubungan dengan angkatan dan kelompok bersenjata harus berhenti terkait dan harus mendapatkan manfaat dari pelucutan senjata, demobilisasi dan reintegrasi, terlepas dari peran mereka dengan aktor bersenjata.
Sumber: ICRC Annual Report 2012, h. 36.
103
ICRC, Annual Repport 2012, Annex 3: The ICRC Oprational Approach to Childern, 35, www.icrc.org/eng/assets/files/annual-report/icrc-annual-report-2012.pdf. Diakses 21 Oktober 2013. 104 ICRC, Annual Repport 2012,36.
42
G. Peran ICRC di Beberapa Negara
Peran ICRC pada anak-anak merata dilakukan di semua negara. Akan tetapi terdapat beberapa negara yang rawan perekrutan tentara anak terutama di daerah Afrika.105 Masalah perekrutan tentara anak merupakan pelanggaran terhadap hukum humaniter yang harus ditangani. ICRC berperan aktif dalam program reintegrasi kembali tentara anak baik dengan keluarga maupun masyarakat. Program-program yang telah di paparkan dalam subbab sebelumnya merupakan upaya yang dilakukan ICRC di setiap negara yang bekerjasama dengan organisasi ini. Diantara program-program tersebut terdapat beberapa program khusus yang dimiliki ICRC masing-masing negara. Sebagai contoh, Uganda merupakan salah satu negara yang rawan perekrutan tentara anak karena konflik. LRA merupakan sebuah kelompok bersenjata yang aktif di daerah Utara Uganda.106 Kelompok bersenjata ini melakukan perekrutan tentara anak, kekerasan seksual terhadap anak dan berbagai kejahatan lain. Pada tahun 2005 angkatan bersenjata Uganda berhasil mengusir LRA keluar dari wilayah negara tersebut. Pada akhirnya LRA kini tersebar di DR Kongo, Republik Afrika Tengah dan Sudan Selatan.107
105
Elizabeth Flock, Washingtonpost: Child Soldiers Still Used In More Than 25 Countries Around The World, 14 Maret 2012, http://www.washingtonpost.com/blogs/worldviews/post/child-soldiers-still-used-in-more-than-25countries-around-the-world/2012/03/14/gIQAl2FNCS_blog.html, diakses pada 28 Desember 2014. 106 BBC, Uganda Profile, 21 Mei 2013, http://www.bbc.com/news/world-africa14112297, diakses pada 30 Desember 2014. 107 PBB, General Assembly Security Council: Children And Armed Conflict, Report Of Secretary General A/66/782-S/2012/261 26 April 2012, 12,
43
Perekrutan tentara anak banyak terjadi di wilayah perbatasan Uganda dan negara lain seperti DR Kongo. Anak-anak yang direkrut dijadikan tentara di wilayah pendudukan LRA sekarang. Pada tahun 2011 terdapat 3 orang anak dari Uganda yang di rekrut dan di bawa ke DR Kongo. Selanjutnya antara tahun 20122013 terdapat 9 orang anak Uganda yang direkrut untuk berperang di DR Kongo oleh LRA.108 Meskipun angka perekrutan anak tidak setinggi yang terjadi di DR Kongo akan tetapi Uganda memiliki program bantuan pelatihan skill dari ICRC yang diikuti oleh anak-anak korban konflik termasuk para tentara anak yang di sebut Life-Planning Skill. Program ini bertujuan untuk meningkatkan skill kerja dari anak-anak dan pemuda Uganda yang berusia antara 12-25 tahun terutama mantan tentara anak.109 Program ini dilakukan sebagai salah satu upaya bantuan untuk meningkatkan kemampuan mereka sehingga tidak menjadikan pekerjaan tentara sebagai satu-satunya alternatif mata pencarian mereka. Negara selanjutnya adalah Sierra Leone yang merupakan negara rawan perekrutan tentara anak. Negara ini mengalami konflik panjang antara tahun 1991 hingga 2002. Konflik ini juga menyebabkan kelompok bersenjata Sierra leone merekrut anak-anak sebagai tentara. Diperkirakan terdapat 17 ribu anak yang
http://reliefweb.int/report/world/children-and-armed-conflict-report-secretary-generala66782%E2%80%93s2012261, diakses pada 30 Desember 2014. 108 MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24 Oktober 2014, 6, http://monusco.unmissions.org/LinkClick.aspx?fileticket=DazRcHfpAJo%3D&tabid=10701&mid =13689&language=en-US. Diakses pada tanggal 11 September 2014. 109 ICRC, Children Affected By Armed Conflict And Other Situation Of Violence, 12.
44
terlibat menjadi tentara selama periode 1991 hingga 2002. Tentara anak yang direkrut antara usia 6-17 tahun. 110 Untuk mengatasi trauma psikologi para mantan tentara anak, Palang Merah Sierra Leone dengan bantuan Palang Merah Inggris membuat program bernama Child Advocacy and Rehabilitation. Salah satu metode yang digunakan adalah melalui dukungan psikososial seperti konseling individual maupun berkelompok. Hasil yang didapat adalah setiap tahunnya terdapat sekitar 300 anak usia 10-18 tahun yang mendaftar untuk mengikuti Program 11 bulan.111 Berdasarkan pemaparan diatas dapat dilihat bahwa ICRC berupaya untuk meningkatkan taraf hidup anak-anak agar tidak bergabung dengan tentara anak. selain itu ICRC juga berupaya untuk merehabilitasi dan mengintegrasikan mantan tentara anak kedalam kehidupan keluarga dan masyarakat kembali. Uraian bab 2 diatas, menggambarkan mengenai organisasi ICRC. Dimana ICRC yang merupakan private institution serta memiliki markas besar di Swiss. Organisasi ini memiliki status sebagai Sui Generis karena menerima pengakuan sebagai subjek hukum internasional di mata hukum internasional. Terkait palanggaran terhadap hak anak yaitu perekrutan dan penggunaan anak-anak dalam peperangan, ICRC sebagai penegak hukum humaniter internasional berperan akrif dalam upaya mengurangi pelanggaran tersebut. Dengan meminimalisir perekrutan anak dan melindungi anak-anak diharapkan hak anak dapat terpenuhi dan 110
Jake R. Bright, Sierra Leone 2012: An Alternative perspective on War And Child Soldiers in Africa, http://www.africa.com/blog/sierra_leone_2012_an_alternative_perspective_on_war_and_child_sol diers_in_africa/, diakses pada 30 Desember 2014. 111 ICRC, Children Affected by Armed Conflict and Other Situations of Violence, 12.
45
terlaksanakan. Selanjutnya untuk lebih memahami kasus perekrutan tentara anak, maka pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai perekrutan tentara anak yang terjadi di RD Kongo.
46
BAB III PEREKRUTAN TENTARA ANAK DI RD KONGO
Pada tahun 2013, terdapat 414 kasus konflik politik dimana 45 kasus diantaranya merupakan konflik kekerasan yang melibatkan peperangan, salah satunya di negara RD Kongo112. Ketidakstabilan politik ini membawa anak-anak hidup dan tumbuh dalam situasi yang tidak layak113. Bahkan, anak-anak justru dijadikan tentara dan sasaran dari kekerasan orang dewasa disekitarnya. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penyebab munculnya tentara anak di RD Kongo yang tidak jauh berakar dari perang yang terjadi di negara itu. Perekrutan ini selain dilakukan oleh kelompok bersenjata bahkan juga oleh pemerintah RD Kongo itu sendiri. Oleh karena itu, selanjutnya akan dibahas pula mengenai alasan dari bergabungnya anak-anak dalam kelompok bersenjata. Baik secara paksa maupun secara suka rela.
112
The Heidelberg Institute for Internationeal Conflict Research (HIIK), Disputes, NonViolent Crises, Violent Crises, Limited Wars, Wars, Conflict Barometer no. 22 2013, (Jerman: HIIK 2014) 15. 113 Ketidakstabilan politik yang terjadi di RD Kongo berawal pasca kemerdekaan negara ini pada tahun 1960. Perdana Menteri Patrice Lumumba menolak mengakui Joseph Kasavu sebagai Presiden. Gejolak politik antara dua pemimpin ini kemudian dimanfaatkan oleh Joseph Mobutu. Mobutu melakukan kudeta pada tahun 1965 yang akhirnya membuatnya menjadi penguasa selama hampir 31 tahun. Selanjutnya pada tahun 1997 Laurent Kabila mengadakan pemberontakan yang akhirnya membuat perang besar tahun 1998-2003. Pada 2006 ketika pemilu pertama dilaksanakan beberapa calon presiden merasa tidak puas dengan kemenangan Joseph Kabila sebagai presiden sehingga menimbulkan kerusuhan baru. Lihat http://www.bbc.com/news/world-africa-13286306. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.
47
A. Profil RD Kongo Gambar 3.1. Peta RD Kongo
Sumber: http://worldmap.org/maps/prepared/churchstatus/democratic%20republic%20of%20the%20congo/DRC_provinces.jpg
RD Kongo terletak di Afrika Tengah berbatasan dengan Angola, Burundi, Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, Rwanda, Sudan Selatan, Tanzania, Uganda dan Zambia. Memiliki sumber daya alam seperti Kobalt, tembaga, nobium, tantalum, minyak bumi, berlian industry dan permata, emas, perak, seng, mangan, timah, uranium, batubara, air dan kayu. Negara tersebut terdiri dari 11
48
provinsi yaitu: Bandundu, Bas-Congo, Equateur, kasai-Occidental, Kasai oriental, katangan, Kinshasa, Maniema, Kivu utara, Orientale, dan Kivu Selatan.
B. Sejarah Perekrutan Tentara Anak Di Kongo Seperti yang telah dijelaskan dalam uraian terdahulu, perekrutan tentara anak dimulai dari kondisi politik dan pemerintahan di RD Kongo yang tidak stabil hingga menimbulkan peperangan. Ketidakstabilan ini bermula dari diberikannya kemerdekaan terhadap RD Kongo oleh Belgia pada tahun 1960114. Kemerdekaan yang diberikan kepada negara ini tanpa persiapan lebih matang mengenai pemerintahan RD Kongo menyebabkan Jenderal Mobutu sebagai pemimpin militer melakukan pemberontakan. Pemberontakan Mobutu terhadap Presiden Joseph Kasavu membuatnya berkuasa penuh di negara ini hingga tahun 1980an115. Usai terjadinya genosida di Rwanda yang melibatkan suku Hutu dan Tutsi, di tahun 1996116 konflik kedua suku ini melebar ke RD Kongo. Hal ini terjadi karena suku Hutu Rwanda yang terusir dari negara mereka lari ke daerah perbatasan antara Rwanda dan RD Kongo di daerah Kivu 117. Hal ini dimanfaatkan oleh Laurent Desire Kabila, untuk memimpin pemberontakan dengan dukungan 114
ICRC, Our World Views From The Field, Democratic Republic Of The Congo, Opinion Survey and In-Depth Research, (Geneva: IPSOS, 2009), 8. 115 ICRC, Our World Views From The Field, 8. 116 Genosida di Rwanda ini terjadi pada tahun 1994 yang dilakukan oleh ekstremis etnis Hutu terhadap etnis Tutsi dan lawan politik mereka. Genosida ini dimulai setelah ditembak jatuhnya pewawat Presiden Juvenal Habyarimana yang bersuku Hutu. Hanya dalam 100 hari, dari April hingga Juli 1994 sekitar 800.000 orang telah menjadi korban. Perang ini berakhir setelah Gerakan Pemberontak Front Patriotik Rwanda yang dipimpin oleh etnis Tutsi masuk kenegara itu dari Uganda dan mengambil kendali pemerintahan. Lihat Mengenang „Genosida 100 hari‟di Rwanda, 7 April 2014, m.bbc.co.uk/Indonesia/dunia/2014/04/140407_rwanda_genosida. Diakses pada 3 Mei 2014. 117 William Mcpheson, Rwanda In Congo: Sixteen Years intervention, 9 Juli 2012, http://africanarguments.org/2012/07/09/rwanda-in-congo-sixteen-years-of-intervention-bywilliam-macpherson/. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.
49
dari suku Tutsi Rwanda dan Uganda118 dan berhasil memasuki Kinshansa, RD Kongo. Kemudian Kabila memplokamirkan dirinya sebagai Presiden di tahun 1997119. Pada tahun 1998, grup pemberontakan baru terbentuk dengan dukungan Rwanda dan Uganda yang telah berbalik melawan Kabila. Perang ini semakin melebar dengan bergabungnya Zimbabwe, Angola, Namibia dan Chad yang mendukung Kabila120. Kemudian terjadi perjanjian gencatan senjata antara pihakpihak yang terlibat dalam konflik ditandatangai di Lusaka, Zambia, pada tahun 1999. Selanjutnya PBB membentuk pasukan keamanan yaitu United Nations Organization Mission in the Democratic Republic of the Congo (Monuc) untuk mengawasi pengimplementasian dari perjanjian gencatan senjata ini121. Perjanjian perdamaian antara pihak-pihak yang berkonflik baru benarbenar di tanda tangani pada tahun 2003122. Akan tetapi, peperangan dan konflik masih terus berlangsung di daerah timur RD Kongo tepatnya Kivu Utara dan Selatan123. Konflik terjadi akibat perebutan sumberdaya alam yang kaya dan
118
Negara Rwanda dan Uganda memiliki pemerintahan yang dikuasai suku Tutsi sehingga berkeinginan untuk melindungi suku Tutsi di negara mereka dan di RD Kongo dari para pemberontak Hutu. Selain itu kedua negara ini juga memiliki keiinginan untuk menguasai RD Kongo yang memiliki kekayaan alam berlimpah. Francois Misser, DR Congo The North Kivu Crisis, Januari 2009, http://www.refworld.org/pdfid/4988032e2.pdf. Diakses pada 8 Agustus 2014. 119 ICRC, Our World Views From The Field, 8. 120 Global Issues, Anup Shah, The Democratic Republic of Congo, 21 Agustus 2010, http://www.globalissues.org/article/87/the-democratic-republic-of-congo. Diakses pada 2 Mei 2014. 121 UN, MONUC Background, www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/monuc/background.shtml. Diakses pada 14 Maret 2014. 122 Donatien Nduwimana, Reintegration of Child Soldiers in Eastern DRC: Chalanges and Prospect, Occasional Paper Serries 4, No 2, (Kenya: International Peace Support Training Center, 2013), 1. http://www.ipstc.org/media/documents/Occasional_Paper_4-2%20.pdf. Diakses pada 9 Agustus 2014. 123 Peperangan ini mayoritas terjadi di daerah Kivu dimana daerah merupakan basis beberapa kelompok-kelompok pemberontak seperti Conseil National pour la Defense du Peuple
50
dimiliki oleh negara ini serta konflik bersenjata antara pasukan pemberontak dengan pasukan pemerintah. Pada akhirnya perekrutan dan penggunaan anak-anak telah menjadi karakter dari konflik yang masih berlangsung di RD Kongo. Perekrutan terhadap tentara anak di RD Kongo ini terjadi sejak 1996 ketika perang RD Kongo terjadi. Laurent Kabila merekrut anak-anak guna melancarkan pemberontakan terhadap Presiden Mobutu.124 Perintah perekrutan tentara anak di negara ini secara resmi pertama kali muncul dari Presiden Kabila pada tahun 1998. Kabila memerintahkan tentara RD Kongo untuk merekrut anakanak sebagai kombatan125. Tentara anak-anak ini dalam bahasa Swahili126 disebut sebagai kodogos yang berarti “anak-anak kecil yang berjuang” 127. Felix Ndagijimana, pemimpin dari sebuah NGO di RD Kongo bernama Concert d‟Actions pour Jeunes et Enfants Défavorisés (CAJED) mengaskan bahwa fenomena perekrutan tentara anak merupakan hal baru di RD Kongo. Ndagijimana mengatakan bahwa128: “ It
is something that we had never seen in the country, not even in the armed groups that operated in the sixties. We have only witnessed it since the war broke out in 1996” (Ini (perekrutan tentara anak) adalah sesuatu yang tidak pernah terlihat sebelumnya di negara ini, bahkan tidak pula dilakukan oleh kelompok bersenjata yang beroperasi pada tahun 60an. Kami (CNDP), Forces Democratiques pour la Liberation du Rwanda (FDLR), The Mai-mai, dan Lord‟s Resistance Army (LRA) sumber: ICRC, Our World Views From The Field, 9. 124 Child Soldier International, Child Soldiers Global Report 2001-Democratic Republic of The Congo, 2001, http://www.refworld.org/docid/498806012d.html. Diakses pada 17 September 2014. 125 Dora Szuj, Childern in Armed Conflicts, 355. 126 Bahasa Swahili merupakan bahasa yang digunakan oleh beberapa negara di Afrika yaitu Tanzania, Kenya, Uganda, Rwanda, Burundi, Mozambik, dan RD Kongo. 127 Mark A. Drumbl, Reimagining Child Soldiers in International Law and Policy,(New York: Oxford University Press, 2012), h. 32. 128 ICRC, DR Congo-Kinshasa: Former Child Soldiers Return to Their Families, 24 September 2007, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2007/congo-kinshasafeature-240907.htm. Diakses pada 23 Juli 2014.
51
mulai menyaksikannya terjadi sejak perang yang dimulai pada tahun 1996) (terjemahan penulis)
Tindakan Presiden Kabila diikuti oleh kelompok pemberontak ADFL yang menyertakan kurang lebih 10.000 tentara anak dalam pasukan mereka129. Kelompok bersenjata yang beraliansi dengan Presiden Kabila seperti RDC-ML dan Militisi Mai-Mai juga melakukan tindakan serupa. Dalam Child Soldier Global Report tahun 2004 diperkirakan bahwa anak-anak berusia di bawah 18 tahun hampir setengahnya menjadi anggota angkatan bersenjata kelompok MaiMai130. Selain pemerintah RD Kongo dan kelompok pemberontak, tentara asing juga merekrut anak-anak negara itu. Selama perang Kongo tahun 1996-1997 pasukan pemerintah Rwanda menolong pasukan pemerintah RD Kongo dalam memobilisasi tentara anak131. Hal ini disebabkan kelompok pemberontak Rwanda, FDLR, mengalami kesulitan ketika merekrut dan mengontrol orang dewasa, sehingga mereka beralih ke anak-anak. Berdasarkan pada laporan PBB tahun 2013 mengenai anak-anak dan konflik di RD Kongo, sekitar 1200 tentara anak telah direkrut oleh berbagai macam kelompok bersenjata132. Konflik yang masih berlanjut di Timur RD
129
Sarah K. Lischer, War, Displacement, and the Recruitment of Child Soldiers in the Democratic Republic of Congo, April 2006, 16. http://kms1.isn.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/28058/ipublicationdocument_singledocument/45e 17691-dac4-424c-ba8f-05d877e82939/en/2006_4_War_Displacement.pdf. Diakses pada 23 Juni 2014. 130 Lischer, War, Displacement, and the Recruitment, 16. 131 Lischer, War, Displacement, and the Recruitment, 17. 132 Nduwimana, Reintegration of Child Soldiers,1.
52
Kongo ini menyebabkan terpisahnya jaringan keluarga, sehingga membuat anakanak lebih mudah direkrut menjadi tentara anak.
C. Angkatan Bersenjata Yang Merekrut Tentara Anak Akibat dari konflik yang berkepanjangan di RD Kongo perekrutan terhadap tentara anak masih terus berlangsung. Konflik berkepanjangan ini terjadi karena ketidakstabilan politik. Selain dari itu terdapat alasan lain yaitu perebutan kekuasaan terhadap sumberdaya alam di RD Kongo yang melimpah ruah133. Menurut perkiraan MONUSCO pada periode tahun 2009-2013 berbagai kelompok bersenjata dan angkatan bersenjata pemerintah telah merekrut sekitar 5.505 orang anak134. Adapun usia anak yang direkrut berkisar antara 6 hingga 12 tahun135. Adapun kelompok bersenjata yang merekrut tentara anak adalah:
1. Forces Democratiques de Liberation du Rwanda (FDLR) FDLR mulai menjadi grup yang terorganisir dimulai antara tahun 1996-1999. Kelompok ini berada di bawah kepemimpinan Silvestre Mudachumura, dengan mayoritas beranggotakan mantan kombatan Interahamwe Hutu yang bertanggung jawab atas genosida suku Tutsi di Rwanda 1994136. Antara tahun 2012-2013 kelompok ini telah merekrut 136 anak laki-laki dan 1 anak perempuan dengan umur antara
133
Anup Shah, The Democratic Republic of Congo. MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24. 135 MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24. 136 IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East, Humanitarian News and Analysis, 15 Juni 2010, http://www.irinnews.org/report/89494/drc-who-s-who-among-armedgroups-in-the-east. Diakses pada 16 Mei 2014. 134
53
9-17 tahun. Mereka di rekrut ketika berada di jalan, di pasar, saat pulang sekolah, bahkan saat di dalam sekolah. Anak-anak ini mayoritas di gunakan untuk menjadi tentara anak, sisanya untuk menjadi pengantar pesan, mata-mata, tukang masak atau pelayan sex137.
2. Mouvement du 23 Mars (M23) M23 merupakan kelompok bersenjata yang baru di bentuk pada 6 Mei 2012 di Rutshuru, RD Kongo, oleh Jenderal angkatan bersenjata pemerintah RD Kongo yang bernama Bosco Ntaganda. M23 kemudian bergabung dengan Congres National Pour La Defense du Peuple (CNDP) dan Patriotes Resistant Congolais (PARECO) di bawah pimpinan Ntaganda.138 Antara tahun 2012-2013 M23 telah menculik 124 anak. Tidak berbeda jauh seperti FDLR, anak-anak di kelompok ini di jadikan kombatan, pembawa senjata dan mata-mata.
3. Lord‟s Resistance Army (LRA) Kelompok bersenjata LRA di dirikan oleh Joseph Kony di Uganda Utara 1987, yang kemudian pada tahun 2005 LRA masuk ke RD Kongo139. Pada tahun 2011 LRA menculik 124 anak, 59 dari mereka merupakan perempuan. Menurut data MONUSCO, LRA menculik 33 orang anak di periode tahun 2012-2013. Hingga saat ini LRA masih 137
MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 11. MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 14. 139 IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East. 138
54
aktif melakukan penculikan dan penyiksaan terhadap masyarakat sekitar. 140
4. Kelompok Bersenjata Mai-Mai Kelompok bersenjata Mai-Mai merupakan kelompok bersenjata yang bergabung bersama-sama karena suatu kesamaan. Kelompok Mai-Mai biasa berkumpul di Lubumbashi, RD Kongo, tetapi lebih sering beroperasi dengan kelompok-kelompok kecil dan meneror desa.141 Biasanya kelompok Mai-Mai lebih dikenal dengan nama pemimpin mereka. Beberapa kelompok besar dari kategori kelompok Mai-Mai ini adalah Congolese Resistance Patriots (Pareco) dan Aliance of Patriots for a Free and Sovereign Congo (APCLS).142 Kelompok Pareco pada periode tahun 2012-2013 telah merekrut 30 orang anak kedalam angkatan bersenjata mereka. dari 996 anak yang terekrut tahun 20122013 terdapat 316 anak di rekrut oleh kelompok bersenjata Mai-Mai, APCLS, dan beberapa kelompok kecil lainnya143.
140
Amnesty International, Amnesty International Annual Report 2013 – Democratic Republic of The Congo, 23 may 2013, 2, http://www.refworld.org/docid/519f51a561.html. Diakses pada 10 Maret 2014. 141 Andrew McGregor, New Offensive Expected Against Mai-Mai Militias in MineralRich Katanga, Jamestown Foundation, 4 April 2014, http://www.refworld.org/docid/534f99be4.html. Diakses pada 17Agustus 2014. 142 IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East. 143 MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 6.
55
5. Front for Patriotic Resistance in Ituri (FRPI) FRPI dilaporkan merekrut 68 anak pada periode tahun 2012-2013. Kelompok bersenjata ini aktif beroperasi di daerah selatan Ituri, RD Kongo, Mereka memerangi angkatan bersenjata pemerintah dan Penjaga Perdamaian PBB. Beberapa mantan pemimpin FRPI merupakan penjahat perang yang saat ini masih di adili di ICC karena tindakan kejahatan perang termasuk diantaranya perekrutan anak sebagai tentara.144 Selain kelima kelompok bersenjata yang telah di sebutkan di atas, masih banyak terdapat beberapa kelompok bersenjata lain yang melakukan perekrutan tentara anak di RD Kongo terutama di Provinsi Kivu Utara dan Selatan. Seperti Rayia Mutomboki yang pada periode tahun 2012-2013 telah merekrut 98 orang anak-anak. Selain itu terdapat lebih dari sepuluh kasus perekrutan anak selama periode tersebut yang juga dilakukan oleh Alied Democratic Forces (ADF), Forces Democratiques du Congo (FDC) dan Nduma Defence du Congo/Sheka (NDC/Sheka).145 Selain dari yang telah disebutkan diperkirakan masih terdapat banyak kelompok bersenjata lain di RD Kongo. Peta dibawah ini menampilkan pemetaan kekuasaan kelompok bersenjata di RD Kongo sebagai mana berikut:
144 145
IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East. MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 6.
56
Gambar 3.2. Pemetaan kekuatan kelompok bersenjata di RD Kongo
Sumber: MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, h.22.
Perekrutan tentara anak ini terjadi bukan hanya dilakukan oleh kelompok bersenjata tetapi juga oleh angkatan bersenjata pemerintah RD Kongo. Pada tahun 2009, Presiden Kabila mengeluarkan kebijakan untuk mengintegrasikan kelompok bersenjata ke dalam tentara RD Kongo yang di sebut Forces Armees de la Republiqe Democratique du Congo (FARDC). Salah satu dari kelompok bersenjata tersebut adalah kelompok CNDP yang dipimpin oleh Bosco Ntaganda yang juga akhirnya mendapatkan jabatan dalam tubuh FARDC. Akan tetapi,
57
Ntaganda146 justru melegalkan perekrutan tentara anak. Pada 2009 diketahui terdapat 154 kasus perekrutan tentara anak yang juga dilakukan kembali pada tahun 2010.147 Selanjutnya, hingga tahun 2011 angkatan bersenjata pemerintah RD kongo yang di sebut dengan FARDC ini masih aktif merekrut tentara anak. Kurangnya kontrol yang efektif terhadap cara perekrutan tentara FARDC, membuat batasan minimal umur 18 tahun kerap diabaikan.148 Pada tahun 2012 dan 2013 frekuensi perekrutan tentara anak oleh tentara pemerintah RD Kongo ini telah menurun.
B. Alasan Anak-Anak Bergabung Kedalam Angkatan Bersenjata atau kelompok Bersenjata Anak-anak masih memerlukan dukungan tambahan seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan dari orang-orang dewasa disekitarnya. Namun pada saat konflik antara orang dewasa terjadi, anak-anak justru kerap menjadi korbannya. Dengan memanfaatkan kepolosan anak-anak, orang dewasa memperbudak atau memanfaatkan anak-anak tersebut demi tujuan mereka masing-masing. Dalam hal peperangan, anak-anak dijadikan tentara anak dan sasaran kekerasan lainnya.
146
Setelah menjadi Jenderal di FARDC Bosco Ntaganda mendukung adanya perekrutan tentara anak. Kemudian pada tahun 2012 Ntaganda mengadakan pemberontakan pada pemerintah dengan membawa 600 angkatan bersenjata yang setia padanya. Setelah itu ia membentuk kelompok pemberontak M23 yang membawa RD Kongo pada situasi konflik yang semakin buruk. Setelah kalah Ntaganda menyerahkan diri dan sekarang berada di den Haag untuk diadili. Data dapat dilihat di Peny Dale, Profile: Bosco Ntaganda The Confolese Terminator, 18 Maret 2013, http://www.bbc.com/news/world-africa-17689131. 147 Security Council, Report of the Secretary-General on Children and Armed Conflict in the Democratic Republic of the Congo, S/2014/453, 30 juni 2014, 3, http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/N1443195.pdf. Diakses pada 30 September 2014. 148 Child Soldier International, Louder than Words: An Agenda for Action to end State Use of child Soldiers (United Kingdom: Oxuniprint, 2012), 112.
58
Akan tetapi ternyata akibat tumbuh dilingkungan yang penuh konflik beberapa anak-anak cenderung memilih sendiri untuk bergabung dengan angkatan bersenjata. Beberapa kelompok bersenjata menyatakan bahwa anak-anak lebih mudah (melalui paksaan, intimidasi atau persuasi) untuk di rekrut dari pada orang dewasa149. Selain itu loyalitas dan partisipasi anak-anak lebih mudah untuk di pertahankan. Dengan berbagai macam faktor seperti kemiskinan, pendidikan, pengungsi, kamp pengungsian yang dimasuki oleh kelompok bersenjata (militerisasi), identitas agama atau etnis, tidak adanya keluarga, atau desakan dari keluarga, serta ajakan teman-teman membuat anak-anak rela menjadi tentara. Perekrutan tentara anak yang dilakukan oleh pemerintah RD Kongo dan kelompok bersenjata ini memiliki beberapa alasan lain. Pihak pemerintah RD Kongo pada masa Laurent Kabila mengeluarkan perintah resmi untuk merekrut tentara anak. Hal ini dikarenakan beberapa alasan seperti anak-anak merupakan tentara yang tidak takut berperang sehingga kerap diletakan di baris depan pasukan. Selain itu, anak-anak lebih mudah untuk diatur dari pada orang dewasa150. Senada dengan pendapat pemerintah RD Kongo seorang pemberontak dari negara tersebut menyatakan bahwa ada 3 alasan utama mengapa anak-anak dapat menjadi tentara yang bagus yaitu; mereka menaati perintah, mereka tidak perlu khawatir untuk kembali bersama istri atau keluarga dan mereka tidak kenal
149
Jens Christopher dan Scott Gates, Recruiting Children for Armed Conflict, 78, dalam Scott Gates dan Simon Reich, ed, Child Soldiers in the Age of Fractured States (USA: University of pittsburg Press, 2009). 150 Lischer, War, Displacement, and the Recruitment, 17.
59
takut151. Alasan pertama anak-anak bergabung kedalam angkatan bersenjata adalah karena mereka bergabung secara suka rela. Dalam kasus perekrutan tentara anak, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian anak-anak memilih dengan suka rela bergabung dengan angkatan bersenjata atau kelompok bersenjata di sekitarnya. Terdapat lima faktor utama yang mendorong anak-anak untuk bergabung dengan angkatan bersenjata atau kelompok bersenjata tanpa harus dipaksa. Kelima faktor tersebut adalah: perang, kemiskinan, pendidikan, pekerjaan dan keluarga152. Tetapi perlu digarisbawahi bahwa masih ada faktor-faktor minor lain yang mempengaruhi seperti faktor ideologi, etnisitas, perjuangan untuk kemerdekaan atau melawan tekanan, teman dan masih banyak alasan lainnya. Hanya saja kelima faktor di atas dianggap lebih universal dan mencakup faktor-faktor lainnya juga. Alasan kedua adalah mereka direkrut secara paksa. Terdapat berbagai faktor yang mendorong perekrutan tentara anak. Sebagian anak secara sadar bergabung dengan sendirinya kedalam kelompok bersenjata atau angkatan bersenjata, sedangkan sebagian lainnya secara paksa. Perekrutan secara paksa oleh kelompok bersenjata dilakukan dengan cara penculikan atau intimidasi agar bergabung153.
151
Christopher dan Gates, Recruiting Children for Armed Conflict 79. Rachel Brett, Adolescents Volunteering For Armed Forces or Armed Groups, Current Issues and Comment, RICR Desember, 2003, vol. 85, No. 852, 859, www.icrc.org/eng/assets/files/other/irrc_852_brett.pdf. Diakses pada 31 April 2014. 153 UN News Center, Child Recruitment Remains „Endemic‟ in RD kongo, UN Says in New Report, 24 Oktober 2013 http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=46330#.U677oZR_upB. Diakses pada 24 juni 2014. 152
60
Pola perekrutan tentara anak secara paksa lebih banyak dilakukan karena kelompok bersenjata ini juga sekaligus menyerang desa-desa kecil. Tahun 2009 terdapat 2.280 kasus perekrutan tentara anak di RD Kongo.. 1.108 kasus di tahun 2010, 767 kasus ditahun 2011, 1.296 kasus di tahun 2012, dan 1.033 di tahun 2013. 70 persen dari kasus perekrutan tentara anak ini terjadi di daerah Kivu Utara dan
Selatan,
tempat
basis
kekuatan
kelompok
bersenjata
lokal
dan
transnasional.154 Pada periode tahun 2010-2013 terdapat 876 anak yang di culik di RD Kongo. 60 persen dari penculikan itu dilakukan oleh kelompok bersenjata transnasional yaitu LRA.155 Selain penculikan modus yang digunakan adalah penyerang terhadap sekolah dan rumah sakit. Penyerangan ini terjadi di Provinsi Kivu Utara, Katanga dan Provinsi Oriental. Selama 2010-2013, 180 sekolah dan 83 pusat kesehatan diserang. 47 sekolah hancur, 82 dijarah dan 51 digunakan sebagai markas. Selanjutnya, 53 pusat kesehatan dijarah,18 dihancurkan sisanya dijadikan markas.156 Perekrutan tentara anak di daerah perbatasan merupakan salah satu cara yang juga dilakukan oleh kelompok bersenjata. Di daerah perbatasan antara RD Kongo, Republik Afrika Tengah, Sudan Selatan dan Uganda kasus seperti ini sering terjadi terutama karena daerah-daerah ini merupakan wilayah pendudukan LRA. Pada tahun 2011 LRA melakukan penyerangan di distrik Uele, Provinsi
154
UNSC, Report Of The Secretary – General on Children and Armed Conflict in DRC, S/2014/453, 30 Juni 2014, 6, http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/N1443195.pdf. Diakses pada 30 September 2014. 155 UN Security Council, Report of The Secretary, 10. 156 UN Security Council, Report of The Secretary, 10.
61
Oriental. 124 anak dilaporkan di culik dan 39 diantaranya dipaksa menjadi tentara anak sedangkan sisanya dijadikan pekerja paksa.157 Setelah dipaparkan tentang perekrutan tentara anak di RD Kongo serta peran ICRC di RD Kongo dalam mengurangi perekrutan tentara anak, kini dapat dipahami bahwa perekrutan tentara anak di negara ini sangat memprihatinkan. Hingga saat ini ketika mayoritas anak-anak didunia dapat menikmati pendidikan dan keamanan, anak-anak di RD Kongo terutama di Provinsi Kivu Utara dan Selatan harus mengalami ancaman setiap harinya. Minimnya pendidikan, sarana kesehatan dan kekerasan telah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari karena konflik yang masih berlanjut terutama ancaman perekrutan tentara anak baik secara paksa maupun suka rela. Untuk itu pada bab selanjutnya, akan di paparkan mengenai analisa Peran ICRC dalam upaya mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo terutama dalam interval waktu 2009-2013.
157
General Assembly Security Council, Report of The Secretary General: Children And Armed Conflict, 26 April 2012, A/66/782-S/2012/261, http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/Full_Report_4118.pdf, diakses pada 28 Desember 2014.
62
BAB IV Peran ICRC dalam Upaya Mengurangi Perekrutan Tentara Anak di RD Kongo (2009-2013) Dalam sistem internasional sebuah entitas seperti organisasi internasional dapat berperan penting. Salah satu contoh yang terlihat adalah ICRC sebagai aktor independen dalam hubungan internasional mampu menunjukan kapabilitasnya dalam bidang kemanusiaan158. ICRC mampu memberikan bantuan bagi korban konflik bersenjata yang tidak mampu dilakukan oleh aktor negara. Sehingga dalam bab ini akan di bahas mengenai peran ICRC serta efektifitas ICRC sebagai organisasi internasional yang memiliki status sui generis. A. Peran ICRC Dalam bab terdahulu, telah diuraikan mengenai sejarah ICRC. Henry Dunant membangun organisasi ini dengan tujuan untuk menolong korban konflik bersenjata, baik itu kombatan yang terluka maupun penduduk sipil tanpa membeda-bedakan. Karena, pada saat perang Solferino terjadi, terdapat banyak korban jiwa yang tidak di perdulikan oleh negara yang bertikai (Italia, Perancis dan Austria) sehingga membutuhkan pertolongan dari pihak lain. 159 Thies dan Andrews (dikutip Harnisc 2011) berpendapat peran adalah posisi sosial yang dibentuk oleh harapan sendiri (ego) dan harapan orang lain
158 159
Archer, International Organizations, 80. ICRC, Kenali ICRC, 6.
63
(alter expectation).160 Penulis beranggapan bahwa ICRC dibangun berdasarkan pada tujuan untuk menolong korban konflik bersenjata yang dapat disebut sebagai ego. Sementara itu, harapan dari para korban yang membutuhkan pertolongan merupakan alter expectation. Dengan gabungan keduanya akhirnya membentuk peran ICRC dalam bidang kemanusiaan yang berjalan hingga saat ini. Selanjutnya ICRC dianggap sebagai sebuah organisasi yang memiliki status sui generis yang telah di jelaskan pada bab 2. Status ini diberikan kepada sebuah entitas yang mampu mengemban hak dan kewajiban. Status sui generis ICRC ini memiliki ruang lingkup terbatas yaitu hanya pada bidang kemanusiaan yang dikuatkan dengan Konvensi ICRC (Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahannya).161 Hal ini juga sesuai dengan pendapat Harnisc (2011) bahwa role expectation dari seorang aktor dapat berbeda-beda sesuai dengan ruang lingkupnya, sehingga membentuk kewajiban yang berbeda pula.162 Peran ICRC sebagai aktor independen berada dalam bidang kemanusiaan. Tujuan dari organisasi tersebut adalah untuk melindungi kehidupan dan mencegah penderitian korban konflik bersenjata. Sehingga, kewajiban ICRC adalah memberikan bantuan dan mengawasi pelaksaan berbagai standar internasional guna melindungi korban konflik bersenjata yang dalam skipsi ini dikhususkan pada tentara anak.
160
Harnisc, Role Theory, 7. Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: PT.Alumni, 2003), 101. 162 Harnisc, Role Theory, 8. 161
64
Dalam melaksanakan perannya di RD Kongo, ICRC melakukan kegiatan dengan berpedoman pada dua hal yaitu pertama dalam lini operasional dan kedua pengembangan dan promosi hukum humaniter internasional serta prinsip kemanusiaan.163 Kedua kegiatan tersebut akan dijelaskan selanjutnya. 1. Peran ICRC dalam lini Operasional Organisasi internasional dapat berperan sebagai aktor independen yang setara dengan negara dan berfungsi dalam hal operasional. 164 Kegiatan tersebut adalah program pemulihan hubungan keluarga kembali, program bantuan ekonomi dan program kerjasama. Pentingnya program reintegrasi dan pemulihan psikologis ini dijelaskan dengan kata-kata oleh Leocadie seorang Psikolog yang direkrut dan dilatih tim Psikologi ICRC di provinsi Oriental, RD Kongo. Leocadies mengatakan165: “Helping a child understand what happened to them, and how and why they are feeling a certain way is, very important. Aside form listening, the ICRC thaught us some „normalization techniques‟. For instance, children often do not realize that their very survival is a great achievement. We remind them of this, how they managed to survive the wild on their own and get home. We try to restore their hope and show them that there is a light at the end of the tunnel” (Menolong anak agar mengerti bahwa apa yang telah terjadi pada mereka, bagaimana, kenapa mereka merasakan perasaan seperti itu (tekanan psikologis: mudah marah, mudah lelah atau sensitive terhadap suara keras), merupakan hal yang penting. Selain dari mendengarkan, ICRC mengajarkan kami sebuah „teknik normalisasi‟. Misalnya, anak-anak kerap tidak menyadari bahwa kelangsungan hidup mereka merupakah sebuah prestasi besar. Kami mengingatkan mereka tentang ini, tentang bagaimana mereka dapat bertahan di alam liar (lingkungan kelompok bersenjata yang biasa 163
ICRC, Misi dan Kegiatannya, 8. Archer, International Organizations, 107. 165 ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery. 164
65
bersembunyi di hutan-hutan) dengan usaha mereka sendiri hingga pulang kerumah. Kami mencoba untuk mengembalikan harapan dan memperlihatkan kepada mereka bahwa akan selalu ada cahaya di ujung sebuah terowongan) (terjemahan penulis)
Program pemulihan hubungan keluarga merupakan bagian dari pendekatan perlindungan
(protection). Banyak anak-anak yang direkrut
secara paksa oleh kelompok bersenjata hingga harus berpisah dari kedua orang tua mereka. Tak jarang anak-anak ini harus terpisah selama bertahuntahun. Setelah anak-anak ini berhasil dilepaskan dari kelompok bersenjata, merupakan hal utama untuk mengembalikan mereka kepada keluarga masing-masing mantan tentara anak ini.
166
Karena perlindungan terbaik
bagi mereka adalah dalam lindungan orang tua dan keluarga mereka.167 Penyebaran informasi mengenai pencarian keluarga dilakukan melalui penyiaran radio. Beberapa daerah yang aktif dengan kegiatan radio adalah desa Banda di Distrik Bas-Uele.168 Selain itu provinsi Kivu juga memiliki radio dan bulletin yang aktif dalam menyebarkan informasi mengenai anak-anak yang terpisah dari keluarganya.169 Penyebaran informasi juga dilakukan dengan menelepon pemerintah daerah atau melalui internet. Penyebaran informasai melalui internet ini dilakukan melalui situs
166
Nduwimana, Reintegration of Child Soldiers, 12. ICRC, RD Congo-Kinshasa: Former Child Soldiers Return To Their Family. 168 ICRC, DR Congo: Healing Memories Trhough Drama 169 ICRC, Democratic Republic of the Congo, ICRC-Bulletin no. 01/2012, http://reliefweb.int/report/democratic-republic-congo/democratic-republic-congo-%E2%80%93icrc-bulletin-no-012012, diakses pada 27 Desember 2014. 167
66
resmi
dari
program
pemulihan
hubungan
keluarga
yaitu
familylinks.icrc.org.170 Proses pencarian keluarga dari mantan tentara anak membuthkan waktu yang tidak sebentar. Sehingga mereka harus memperoleh perlindungan dan dipenuhi kebutuhannya sampai keluarga mereka ditemukan kembali. ICRC juga meminta bantuan kepada masyarakat agar menjadi orang tua angkat sementara atau membawa mantan tentara anak ke penampungan sementara dari Perhimpunan Nasional. Hal ini dilakukan agar anak-anak yang sedang menunggu ini tidak direkrut kembali oleh kelompok bersenjata. 171 Di RD Kongo staff ICRC memastikan bahwa orang tua angkat sementara yang ingin mengasuh para mantan tentara anak dapat memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.172 Staff ICRC akan datang secara langsung untuk menyeleksi keluarga angkat ini. Karena keluarga angkat ini harus paham benar mengenai kondisi psikologis dari para mantan tentara anak, serta kebutuhan emosi dan fisik anak. Sementara itu ICRC secara aktif mengunjungi anak-anak di pusat rehabilitasi dan mewawancarai mereka mengenai kehidupan mereka sebelum bergabung dengan kelompok bersenjata atau angkatan bersenjata. Dengan memperoleh data dari mantan tentara anak, ICRC berusaha untuk 170
ICRC, Restoring Family Links, http://familylinks.icrc.org/en/Pages/home.aspx , diakses pada 29 Desember 2014. 171 ICRC, Annual Report 2013: Democratic Republic of The Congo, Genewa 2014,42, http://www.icrc.org/eng/assets/files/annual-report/icrc-annual-report-2013.pdf. 172 DRC; Invisible Wounds And Local Path To Recovery, 10 Oktober 2012, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2012/congo-kinshasa-drc-mental-healthfeature-2012-10-10.htm. Diakses pada 18 September 2014.
67
mencari keluarga mereka dan memfasilitasi komunikasi antara keduanya. Adapun data dari program pemulihkan hubungan keluarga di RD Kongo selama kurun waktu 2009-2013173 khusus bagi mantan tentara anak adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Tentara Anak Yang Telah Kembali Kepada Keluarganya
Tahun
Tentara anak yang telah kembali kepada keluarganya
1
2009
916 anak termasuk di dalamnya tentara anak
2
2010
394 tentara anak
3
2011
339 tentara anak
4
2012
250 tentara anak
5
2013
511 tentara anak
NO
Sumber: Annual report ICRC tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 yang diolah pribadi oleh penulis.
Langkah selanjutnya yang dilakukan ICRC adalah memantau keadaaan psikologis mantan tentara anak. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan psikologis antara mereka dan keluarga serta masyarakat sipil biasa. Sehingga, staff ICRC di RD Kongo juga memfasilitasi konseling psikologi guna memberikan dukungan untuk para tentara anak dan juga masyarakat. 173
Data diolah dari ICRC Annual Report, Democratic Republic of the Congo tahun 2009 Diakses dari www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report-2019.pdf, ICRC Annual Report tahun 2010 Diakses dari www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annualreport-2010.pdf, ICRC Annual Report tahun 2011 Diakses dari www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report-2011.pdf, ICRC Annual Report tahun 2012 Diakses dari www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report-2012.pdf, ICRC Annual Report tahun 2013 Diakses dari http://www.icrc.org/eng/assets/files/annual-report/icrc-annual-report2013.pdf.
68
Dukungan psikologis ini selain dilakukan secara langsung dengan asisten konseling juga dilakukan dengan memanfaatkan radio-radio lokal174. Program ini berjalan di Desa Kamananga dan Bayakiri setiap hari selama dua minggu pada tahun 2012. Para relawan dalam tim Palang Merah Pemulihan Hubungan Keluarga akan mempersiapkan keluarga mantan tentara anak. Mereka akan menjelaskan berbagai jenis masalah emosional dan psikologis yang dimiliki oleh para mantan tentara anak karena kekejaman yang telah mereka alami. Minimnya pengetahuan dari keluarga mantan tentara anak membuat kesalahpahaman kerap terjadi, sehingga tindak lanjut dan pendampingan sangat penting.175 Terdapat program pemulihan psikologis lain diadakan di Desa Banda dan Dakwa, RD Kongo, yang dimulai pada tahun 2010 dan masih berjalan hingga saat ini. Desa Banda merupakan salah satu desa yang mengalami penyerangan parah oleh kelompok LRA pada tahun 2009.176 Sejak September 2011, tim psikologi ICRC telah melatih lebih dari 150 relawan Palang Merah RD kongo, guru, dan pemimpin agama dan spiritual di desa Doruma, Banda dan Dakwa, untuk lebih memahami gejala psikologis dan emosional serta menyesuaikan dengan jenis perawatannya. 177
174
ICRC, Dr Congo: Humanitarian Situation Deteriorates in The Kivus, 25 Mei 2012, Diakses pada 30 April 2014, dari http://www.icrc.org/eng/resources/documents/update/2012/drcongo-update-2012-05-25.htm. 175 ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery. 176 ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery. 177 ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery.
69
Program lain yang diluncurkan oleh ICRC sebagai upaya untuk memfasilitasi reunifikasi keluarga dan reintegrasi mantan tentara anak kepada kehidupan keluarga dan masyarakat mereka yaitu Child Protection Initiative. Program ini diluncurkan pada tahun 2011 yang dijalankan di 9 Desa di Provinsi Kivu.178 Salah satu jenis perawatan yang dilakukan oleh ICRC adalah melalui drama atau pementasan peran. Sejak 2012,179 volunteer dari ICRC RD Kongo, pemimpin agama dan guru-guru mengerjakan produksi drama dengan menjelajahi berbagai macam trauma yang kemudian dijadikan tema. Selain itu terdapat sesi tanya jawab antara masyarakat dan konselor psikologi yang hadir. Tujuan dari pementasan drama ini adalah agar terjadi perubahan sikap terhadap korban yang selamat dari konflik. Kegiatan drama ini pula merupakan keberlanjutan dari program pemulihan psikologis di desa Banda. Program pemulihan hubungan keluarga dan konseling psikologi, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan keluarga mantan tentara anak menjadi lebih baik. Apabila kesejahteraan mereka meningkat, alternatif bergabung dengan kelompok bersenjata atau kelompok bersenjata sebagai alasan mendapat gaji sebagai pejuang pun akan ditinggalkan. Program pemulihan hubungan keluarga serta program konseling psikologi merupakan upaya pemenuhan kembali hak anak yang hilang. Agar mereka memperoleh perlindungan, keamanan dan kesehatan. Tanpa
178
ICRC, Annual Report 2012,RD Kongo, 124. ICRC, Democraric Republic of the Congo: “Healing memories” through drama, 26 juni 2014, https://www.icrc.org/en/document/dr-congo-healing-memories-throughdrama#.VDc9B8J_uO8. Diakses pada 30 September 2014. 179
70
keluarga dan tanpa bantuan orang dewasa (dalam hal ini ICRC), maka mereka tidak akan dapat menghilangkan trauma yang telah dialami hingga dewasa nanti. Selain itu dengan kepulangan mereka kepada keluarga, anakanak tersebut diharapkan dapat menikmati melanjutkan pendidikan kembali. Sejalan dengan proses pemulihan hubungan keluarga maka anakanak biasanya diberi bantuan ekonomi dan kebutuhan peralatan seharihari. Diantara peralatan sehari-hari itu adalah pakaian dan makanan untuk membantu mengurangi biaya bagi keluarga mereka. Karena, kemiskinan kerap menjadi sebab utama bagi anak-anak untuk bergabung dengan kelompok bersenjata atau angkatan bersenjata. ICRC memantau program dengan mengadakan kunjungan berkala sebagai tindak lanjut dari program yang diadakan agar kesejahteraan mantan tentara anak meningkat. Upaya lain yang dilakukan ICRC adalah memberikan anak bantuan berupa usaha pertanian, pelatihan keterampilan seperti jahit menjahit dan bantuan lain (lihat tabel 4.2).180 Hal ini dilakukan untuk membantu meningkatkan mata pencaharian mereka sebab tidak jarang diantara mereka harus menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah. Selain mendapatkan tersebut hal lain yang mendapat perhatian ICRC adalah berkaitan dengan pusat kebersihan seperti kamar mandi dan toilet. Tabel 4.2. dibawah ini menggambarkan bantuan yang di berikan ICRC kepada mantan tentara anak. Tabel 4.2. 180
ICRC, Annual Report 2013, 135.
71
Bantuan ICRC terhadap anak (Termasuk mantan tentara anak) Bantuan Makanan
2009 84.809
2010 57
2011 12.454
Peralatan rumah tangga penting Bantuan pertanian, veterinary dan inisiatif micro-ekonomi/input produktif Pekerjaan, layanan dan pelatihan
60.763
7.041
47.160
56.58 3
188.69 9
115.327
--
-
2012 86.03 1 66.69 9 67.94 9 10.48 9
2013 101.31 8 73.845 65.315
12.157
Sumber: ICRC Annual Report, DRC, 2009-2013, dari berbagai sumber yang diolah penulis.
Pada tahun 2013 terdapat 13 tempat fasilitas khusus berbasis masyarakat yang memfasilitasi reintegrasi anak-anak kedalam kehidupan keluarga dan membantu mencegah perekrutan anak-anak kembali.181 Pusat fasilitas khusus ini terdapat di Provinsi Kivu Selatan dan Kivu Utara, karena kedua propinsi tersebut adalah tempat yang paling rawan dalam perekrutan tentara anak. Kemudian, dalam melaksanakan perannya untuk mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo ICRC melakukan kerjasama dengan berbagai pihak. Hal ini merupakan pendekatan kerjasama yang dilancarkan ICRC. Progam utama ICRC dalam mengurangi perekrutan tentara anak adalah bertindak sebagai fasilitator reintegrasi hubungan keluarga dan masyarakat. Program tersebut merupakan program Pemulihan Hubungan Keluarga yang telah di bahas sebelumnya. ICRC memiliki fasilitas seperti
181
ICRC, Annual Report 2013, 137
72
website online bernama familylinks.icrc. org182, juga aktif dalam penyiaran nama anak-anak yang terpisah dengan keluarganya di radio lokal.183 ICRC RD Kongo juga bekerja sama dengan ICRC dari negara lain seperti Rwanda dan Uganda.184 Karena letak ketiga negara tersebut yamg berdekatan banyak kasus perekrutan tentara anak terjadi di daerah perbatasan dan dibawa ke RD Kongo. Pada 2013 ICRC berhasil membantu beberapa anak Rwanda yang ada di RD Kongo menghubungi keluarga mereka berkat siaran radio yang terus mengumumkan nama anak-anak itu.185 Sementara itu program disarmament (pelucutan senjata) dan demobilization (pembebasan dari tugas militer) bukanlah dalam kapasitas kegiatan ICRC. Untuk melaksanakan program ini ICRC bekerja sama dengan organisasi lain. seperti MONUSCO, The Demobilization and Reintegration
Commission
(CONADER),
Multy
Country
and
Reintegration Programe (MCRP), UNHCR, UNICEF dan Save The Children.186 Sebaliknya dalam program reintegration ICRC merupakan organisasi utama yang fokus dalam program ini. Masyarakat juga merupakan sasaran dari kerjsama ICRC. Karena situasi negara yang masih mengalami konflik menjadikan perkembangan 182
ICRC, Reuniting Families Separaties by Conflict and Disaster, 29 Oktober 2010, http://www.icrc.org/eng/what-we-do/restoring-family-links/overview-reuniting-families.htm. Diakses pada 3 April 2014. 183 ICRC, Dr Congo: Humanitarian Situation Deteriorates in The Kivus. 184 ICRC, Democratic Republic of The Congo: Growing concern for victims of fighting in North Kivu, 1 November 2013, https://www.icrc.org/eng//resources/documents/newsrelease/2013/11-01-dr-congo-fighting-north-kivu.htm. Diakses pada tanggal 28 November 2014. 185 ICRC, Anual Report 2013, Rwanda, 189. 186 Nduwimana, Reintegration of Child Soldiers, 10-14
73
peran ICRC di beberapa daerah terganggu. Seperti di Provinsi Kivu Utara dan Kivu Selatan, masyarakat berinisiatif bersama ICRC untuk melakukan kegiatan yang membantu memfasilitasi reintegrasi anak dalam kehidupan keluarga dan membantu mencegah perekrutan anak-anak berulang lagi. Di tahun 2013 diadakan acara budaya dan membangun tempat konsultasi dimana anak-anak dapat bertemu sesama masyarakat dan dapat mempelajari resiko ketika mereka terjun ke lingkungannya.187 Kristin Barstad seorang Penasehat Perlindungan Anak ICRC mengatakan bahwa di bawah naungan konvensi Genewa, pihak-pihak yang terkait seperti negara, PBB, Organisasi internasional di RD Kongo selain ICRC, masyarakat dan media memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan kondusif untuk memenuhi hukum humaniter internasional.188 Sehingga dalam lini operasional terdapat program kerjasama yang ditujukan kepada semua pihak yang terkait. Upaya mengurangi perekrutan tentara anak ini bukan hanya menjadi tanggung jawab ICRC semata, tetapi juga merupakan tanggung jawab negara agar dapat menjamin hak setiap warganya tak terkecuali anakanak.189 Disisi lain masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan mengayomi para mantan tentara anak agar dapat berbaur dengan lingkungannya kembali.
187
ICRC, Annual report 2013, 135 Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers, 146. 189 Rhona K.M. Smith, Hukum Hah Asasi Manusia, 69. 188
74
2. Peran ICRC dalam pengembangan dan promosi Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia. Archer
(2002)
berpendapat
bahwa
organisasi
internasional
berkontribusi penting menciptakan norma dalam hubungan internasional.190 ICRC merupakan salah satu organisasi internasional tersebut. Hal ini mengingat bahwa organisasi internasional yang dapat membuat norma atau peraturan hanyalah merupakan organisasi antar negara seperti PBB. Akan tetapi, ICRC merupakan organisasi unik dengan status sui generis, yang juga mengembangkan norma internasional seperti organisasi antar negara yaitu norma hukum perang atau yang dikenal sebagai hukum humaniter internasional. Fungsi ICRC sebagai pembuat norma, juga sebagai pembuat peraturan. Dalam hubungan internasional sebenarnya tidak terdapat undangundang yang khusus membuat peraturan resmi.191 Akan tetapi dapat dikatakan bahwa dengan konferensi resmi dan meratifikasi perjanjian antara negara untuk mematuhi konvensi yang dibuat tersebut, maka peraturan yang telah dikembangkan akan dianggap sah dan harus diterapkan. Peraturan pelarangan perekrutan tentara anak ini juga termasuk dalam konvensi internasional yang dikembangkan ICRC baik dalam konvensi Jenewa maupun konvensi lain.
190
192
Pada pasal 77 ayat 2 dalam
Archer, International Organizations, 96. Archer, International Organizations, 102. 192 Alain Aeschlimann, The ICRC says “no” to the recruitment of child soldiers. 191
75
Protocol Additional to The Geneva Conventions 1977193, disebutkan bahwa anak-anak yang belum berusia 15 tahun tidak diizinkan untuk terlibat langsung dalam permusuhan atau direkrut sebagai angkatan bersenjata. Perkembangan yang signifikan terjadi pada konferensi internasional yang membahas mengenai tentara anak, yaitu pada Paris Principles and Paris Commitment 2007. Standar internasional ini mengatur bahwa batas minimal usia tentara anak yaitu 18 tahun.194 Fungsi ICRC sebagai pembuat peraturan menjadikan ICRC juga berfungsi sebagai penerap peraturan yang telah dibuat. Sehingga ICRC bertugas melakukan pengawasan penerapan konvensi Genewa dan standar internasional lainnya di negara yang telah meratifikasinya. 195 Hal menarik yang perlu diketahui dari RD Kongo termasuk negara yang telah meratifikasi Konvensi Genewa 1949 dan Konvensi Hak Anak PBB 1989. Tabel 4.3. di bawah ini menunjukan konvensi dan standar internasional yang telah di ratifikasi oleh RD Kongo:
193
Protocol Additional to The Geneva Convention of 12 August 1949, http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/xsp/.ibmmodres/domino/OpenAttachment/applic/ihl/ihl.nsf/ D9E6B6264D7723C3C112563CD002D6CE4/FULLTEXT/AP-I-EN.pdf. Diakses pada tanggal 28 Mei 2014. 194 The Paris Principles, 2007. 195 Archer, International Organizations, 104.
76
Tabel 4.3. Hukum Internasional mengenai anak yang telah diratifikasi RD Kongo Hukum Internasional Konvensi Jenewa 1949 Protokol Tambahan I Mengenai Perlindungan Terhadap Korban Konflik Bersenjata Internasional 1977 Konvensi Hak Anak PBB 1989 Protokol Tambahan Mengenai Keterlibatan Anak dalam Konflik Bersenjata 2000 Statuta Pengadilan Pidana Internasional 1998 Protokol Tambahan II Mengenai Perlindungan Terhadap korban Konflik Bersenjata Non-Internasional 1977
Tanggal meratifikasi 24 Februari 1961 03 juni 1982 28 September 1990 11 November 2001 11 April 2002 12 Desember 2002
Sumber: Sumber diolah pribadi dari Database ICRC 196 dan Watchlist Report h.3197
Suatu
negara
yang telah meratifikasi
standar atau peraturan
internasional konsekuensinya ialah harus menerapkan peraturan tersebut kedalam undang-undang nasional mereka. Akan tetapi ICRC masih mengalami tantangan di RD Kongo akibat situasi konflik berkepanjangan sehingga kerap terjadi pelanggaran. Untuk itu ICRC terus berupaya untuk menegakkan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional dan hak asasi manusia dengan program edukasi dan sosialisasi penyebaran peraturanperaturan internasional mengenai tentara anak di RD Kongo.
196
ICRC database yang dapat dilihat di https://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/vwTreatiesByCountrySelected.xsp?xp_countrySelected=CD 197 Watchlist on Children and Armed Conflict, The Impact of Armed Conflict on Children in The Democratic Republic of Congo (DRC), New York Juni 2003, 3, http://www.watchlist.org/reports/pdf/dr_congo.report.pdf. Diakses pada tanggal 20 September 2014.
77
Penulis berpendapat bahwa, penghormatan terhadap hukum humaniter dan hak asasi manusia ditekankan terutama terhadap para angkatan bersenjata seperti polisi dan tentara. Karena para kombatan tersebut merupakan garda terdepan RD Kongo untuk menjaga perdamaian dan keamanan di negara tersebut. Para kombatan harus melaksanakan tugas mereka didasari dengan sikap kemanusiaan. Oleh karena itu, setiap tahun ICRC mengadakan pelatihan mengenai penerapan hukum humaniter internasional. Salah satu pendekatan yang digunakan ICRC untuk mencegah terjadinya perekrutan tentara anak, adalah melalui penyebaran dan promosi hukum humaniter internasional kepada angkatan bersenjata pemerintah maupun kelompok bersenjata. ICRC juga berusaha mengadakan dialog dengan kelompok bersenjata untuk menegakan prinsip hukum humaniter dan kemanusiaan.
198
Program tersebut juga merupakan bagian dari fungsi
ICRC dalam hal sosialisasi hukum humaniter internasional dan hak asasi manusi. Sosialisasi juga dilakukan kepada masyarakat melalui seminar dan pelatihan di Perguruan Tinggi. Terdapat banyak peraturan (konvensi dan protokol internasional) yang harus diketahui oleh pihak-pihak yang berkonflik. Oleh karena itu ICRC aktif mengadakan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tentang hukum humaniter dan aturan-aturan mendasar lainnya199. Prinsipprinisp hukum humaniter internasional haruslah dipahami oleh angkatan bersenjata pemerintah seperti tentara dan polisi. Karena sebagai pasukan 198 199
Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers,146. Barstad, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers,148.
78
negara mereka berkewajiban untuk menjaga kestabilan dan menciptakan situasi kondusif bagi masyarakat. Non-Kombatan akan sepenuhnya bergantung pada perlindungan dari kombatan, terutama pasukan pemerintah. Di RD Kongo, para staff ICRC selalu berusaha untuk mempromosikan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional antara anggota angkatan bersenjata dan anggota berbagai macam kelompok bersenjata. Para staff ICRC ini kerap dikirim ke daerah-daerah di setiap provinsi untuk mengadakan pertemuan dengan para pemengang senjata. ICRC RD Kongo menyatakan bahwa staff ICRC kerap mengadakan pertemuan dengan perwira militer senior dan komandan kelompok bersenjata untuk berbicara mengenai kepatuhan tehadap hukum humaniter200. Kegiatan ICRC dalam edukasi hukum humaniter terus dilaksanakn setiap tahunnya. Pada tahun 2009 ICRC mengadakan briefing tentang hukum humaniter internasional dan akse keamanan nasional yang dihadiri oleh 2.467 pasukan militer dan polisi di Kinshasa, 1.324 petugas militer dan polisi di Kivu, 477 dan 603 petinggi tentara di Provinsi Oriental dan Katanga, dan 95 petugas MONUSCO di Kinshansa dan Kivu. Selanjutnya, ICRC juga melatih 30 instruktur untuk mengajarkan hukum humaniter
200
ICRC, DRCongo: Removing the Snake Without Breaking The Eggs, 29 Desember 2010, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/dr-congo-feature-ihl-2010-1229.htm. Diakses pada 1 Mei 2014.
79
internasional.Organisasi ini juga mendukung pembuatan film bertema hukum humaniter internasional dalam bahasa local.201 Pada tahun 2010 kegiatan briefing dan presentasi hukum humaniter internasional di haridir oleh seluruh jajaran dalam angkatan bersenjata dan MONUSCO untuk mempelajari hukum humaniter serta pertolongan pertama pada korban konflik bersenjata. Untuk mengurangi ketidak lengkapan pendataan masyarakat termasuk anak-anak, ICRC mengadakan seminar The Management of Human Remains yang dihadiri oleh perwakilan Kementerian Pertahan RD Kongo, Kementerian Kesehatan dan anggota Komunitas Nasional. Forum diskusi bersama juga diadakan di Kivu yang dihadiri perwira militer dan ICRC yang membicarakan mengenai masalah terkait hukum humaniter.202 Selanjutnya, ditahun 2011 ICRC mengaadakan briefing di lembaga pelatihan atau di lapangan. Briefing hukum humaniter internasional di kombinasikan dengan pelatihan pertolongan pertama pada korban konflik bersenjata. Briefing ini dihadiri oleh lebih dari 5.500 perwira militer. Yang siap untuk menyebar ke daerah Kivu. Dalam program pelatihan nasional ICRC bekerjasama dengan para stakeholder keamanan termasuk UNI Eropa dan MONUSCO. ICRC juga berkoordinasi dengan NGO hak asasi manusia dan pemimpin masyarakat dalam membuat bahan ajaran yang disesuaikan untuk mendukung delegasi dalam pelatihan atau pembekalan kelompok-kelompok tertentu. Di tahun 2011, ICRC bekerjasama dengan 201 202
ICRC, ICRC Annual Report 2009. ICRC, ICRC Annual Report 2010.
80
Kementerian Pendidikan dan 14 Perguruan Tinggi untuk mempromosikan hukum humaniter internasional di kalangan muda melalui seminar.203 Pada tahun 2012, briefing hukum humaniter internasional yang diadakan ICRC dihadiri oleh 7300 kombatan di Kivu dan Provinsi Oriental. Selanjutnya dalam pelatihan hukum humaniter dan hak asasi manusia, ICRC berhasil melatih 39 instruktur militer, 43 instruktur pelatih hukum humaniter dari kantor pusat akademi militer nasional dan 60 polisi yang mempelajari mengenai integrasi norma-norma hak asasi manusia.204 Selanjutnya pada tahun 2013, ICRC mengadakan briefing khusus yang berbeda dari tahun sebelumnya. Briefing ini diadakan untuk pejabat pemerintah, diplomat, perwakilan LSM dan akademisi dari berbagai provinsi, 100 pejabat senior serta anggota parlemen, dan lebih dari 1500 mahasiswa dan dosen. Hal yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya juga dilakukan ICRC dengan mengadakan kompetisi yang juga turut mengundang perwakilan tim mahasiswa Rwanda dan Uganda. Kompetisi ini dimenangkan oleh tim mahasiswa dari Universitas Bukavu dan Kinshasa.205 Program berkelanjutan yang dilaksanakan di ICRC seperti yang telah dipaparkan diatas dilakukan untuk terus mengingatkan para pemangku senjata mengenai kewajiban mereka kepada para korban khususnya anak-anak. Selain itu bukan hanya para angkatan bersenjata yang harus selalu di ingatkan, tetapi juga pemerintah dan aktor lain yang 203
ICRC, ICRC Annual Report 2011. ICRC, ICRC Annual Report 2012. 205 ICRC, ICRC Annual Report 2013. 204
81
berada di RD Kongo. Aktor lain itu seperti organisasi internasional (UNICEF, UNHCR), MONUSCO, dan Organisasi non-pemerintah lain.206 Program selanjutnya yang dilakukan untuk melindungi anak-anak dari perekrutan adalah mengadakan dialog dengan kelompok bersenjata Salah satu karakteristik yang menjadi identitas ICRC adalah bersikap netral,tidak berpihak dan rahasia dalam melaksanakan tugasnya. Sifat kerahasiaan ICRC ini harus di hormati oleh negara dan aktor penting lainnya. Pendekatan kerahasiaan ini diterapkan ketika ICRC mengadakan dialog dengan kelompok bersenjata. Ketika mengadakan, ICRC tetap menginformasikan kepada pemerintah bahwa akan terjadi pertemuan dengan kelompok bersenjata. Namun, keterangan lebih lanjut seperti waktu, tempat dan topik apa yang kan dibicarakan merupakan suatu rahasia yang tidak di beritahukan kepada pemerintah.207 Berdialog dengan kelompok bersenjata bukanlah hal yang mudah dilakukan karena menemukan mereka sangatlah sulit. Sebelum dapat mengontak suatu kelompok bersenjata, ICRC akan meminta pertolongan pihak ketiga di lapangan operasional untuk menghubungkan mereka. Selain dengan cara itu, ICRC biasanya mendapatkan informasi dari tahanan di rumah detensi. Hal ini karena mengunjungi tahanan merupakan salah satu program regular ICRC, meskipun begitu menemukan kelompok bersenjata
206
ICRC Annual Report 2011, 141. Nora Mcgann, Diplomatic Engagement of Armed Non-State Actors by Third Party States: How, When and Why, 30 April 2013, Institute for the Study of Diplomacy, George Town University, 41, https://isd.georgetown.edu/sites/isd/files/JFD_McGann_ANSA_Paper_NEW.pdf. Diakses pada tanggal 24 September 2014. 207
82
masih bukanlah hal mudah karena mereka bersembunyi di daerah yang terpencil.208 Selain dialog secara langsung yang bersifat rahasia, pada tahun 2009 ICRC turut mengundang 287 anggota dari berbagai kelompok bersenjata di Kivu untuk turut hadir dalam briefing tentang hukum humaniter internasional dan aksi kemanan nasional.209 Selanjutnya pada tahun 2010, hal serupa kembali dilaksanakan bagi kelompok-kelompok bersenjata.210 Selain terhadap kelompok bersenjata seperti yang telah disebutkan di atas, ICRC juga mengadakan dialog dengan angkatan bersenjata pemerintah. Terutama kepada angkatan bersenjata yang di tugaskan di daerah terpencil dan daerah rawan konflik seperti di provinsi Kivu. Metode yang digunakan adalah dengan mengirim staff ICRC seperti para pemuda yang telah melalui sesi pelatihan hukum humaniter ke daerah konflik. Dialog ini kerap diadakan di daerah terpencil dan bahkan dalam situasi konflik bersenjata antara kelompok-kelompok bersenjata di daerah itu. Seorang staff ICRC di Uvira, RD Kongo, yang juga bertugas untuk berdialog dengan angkatan bersenjata di daerah terpencil bernama Patient Masiriki mengatakan bahwa211: “ICRC staff often encounter senior army officers and commanders of the armed groups to talk to them about compliance with humanitarian law. This is a combat zone and we try to have regular contact with everyone concerned, including civilians. Our neutrality is well known and understood”.
208
Mcgann, Diplomatic Engagement of Armed Non-State Actors, 30. ICRC Annual Report 2009 210 ICRC Annual Report 2010 211 ICRC, DR Congo: Removing The Snake Without Breaking The Eggs. 209
83
(Staf ICRC sering menghadapi perwira militer dan komandan senior kelompok bersenjata untuk berbicara dengan mereka tentang kepatuhan terhadap hukum humaniter. Ini adalah zona tempur dan kami mencoba untuk memiliki kontak teratur dengan semua orang yang bersangkutan, termasuk warga sipil. Netralitas kami terkenal dan dipahami) (Terjemahan penulis)
Sangat penting bagi kelompok bersenjata maupun angkatan bersenjata pemerintah untuk menerima ICRC dan cara kerja organisasi ini. Sehingga pembangunan hubungan antara ICRC dan para kombatan secara berkala dapat terjadi dan terus berkembang agar menjadi kuat. Setelah hubungan dirasa kuat ICRC akan mulai bernegosiasi dan membuat rekomendasi tentang bagaimana kelompok bersenjata dan angkatan bersenjata ini seharusnya bersikap terhadap masyarakat.212 Melalui penekanan prinsip-prinip hukum humaniter diharapkan akan menciptakan pasukan kelompok bersenjata dan angkatan bersenjata yang dapat menghormati penduduk sipil terutama anak-anak. Sehingga anak-anak dapat terhindar dari perekrutan menjadi tentara atau angkatan bersenjata. Dalam ICRC annual report setiap tahunnya menyebutkan bahwa organisasi ini selalu berusaha menjaga hubungan dengan segala pihak terutama dengan kelompok-kelompok bersenjata dan berdialog dengan mereka secara berkala. Penyebaran hukum humaniter yang bersifat terus menerus dan menyentuh segala pihak tidak terlepas dari posisi netral ICRC. Dengan prinsip ini ICRC berhasil menjadi pihak yang mampu masuk dan aktif di segala lini konflik dan dapat berhubungan dengan pihak manapun. Selain prinsip netral ICRC juga memiliki prinisip tidak berpihak yang membuat 212
Mcgann, Diplomatic Engagement of Armed Non-State Actors, 36.
84
ICRC mampu menjaga hubungan dengan berbagai kelompok bersenjata serta angkatan bersenjata.
B. Efektifitas Peran ICRC Efektifitas peran ICRC merupakan proses penampilan peran oleh ICRC yang pada akhirnya akan memberikan hasil yang baik maupun hasil yang buruk. Harapan peran (role expectation) dari setiap aktor berbeda-beda. Perbedaan ini juga dapat dilihat dari identitas, ciri dan karakteristik serta ruang lingkup dari peran tersebut.213 Peran ICRC pertama dapat ditelaah dari segi karakteristiknya dalam Hubungan Internasional. ICRC memiliki dua usur karakter yaitu unsur organisasi non-pemerintah karena didirikan oleh individu (Henry Dunant). Unsur kedua adalah unsur organisasi antar pemerintah dimana agar fungsi ICRC dapat terpenuhi negara harus memperlakukan ICRC sama seperti organisasi antar negara. Karakterisitik unik ICRC adalah status sui generis. Keuntungan dari status Sui Generis ini adalah membuat sifat kerahasiaan, netral, tidak berihak dan independen ICRC diakui baik oleh negara dan aktor lainnya. Delegasi ICRC berhak untuk tidak bersaksi di pengadilan dan dokumen-dokumen ICRC tidak dapat diganggu gugat. Hal ini berhubungan dengan tingkat kepercayaan yang ingin dibangun oleh ICRC kepada pihak-pihak yang berkonflik agar kerahasiaan arsip dan informasi mereka tetap terjaga.
213
Harnisc, Role Theory, 8.
85
Status ICRC sebagai sui generis ini diakui oleh RD Kongo yang juga telah meratifikasi Konvensi Genewa. Sehingga, ICRC berhak melakukan intervensi khusus yang di sebut “country specific intervention”. Intervensi ini tidak akan dianggap sebagai sebuah pelanggaran atas kedaulatan sebuah negara. Bentuk intervensi ini adalah214: 1. ICRC
menargetkan
pemerintah
untuk
meratifikasi
perjanjian
internasional dan untuk memberlakukan penerapannya secara resmi dalam peraturan negara seperti contohnya adalah Konvensi Genewa. 2. Memberikan pendidikan dan pelatihan hukum humaniter internasional para pihak yang berkonflik seperti angkatan bersenjata pemerintah dan kelompok bersenjata. 3. Komunikasi antara ICRC dengan pihak yang terlibat dalam konflik.
Organisasi ini menjalankan programnya bukan hanya untuk angkatan bersenjata pemerintah tetapi juga pada kelompok bersenjata dan korban konflik bersenjata. Dengan sikap netral dan rahasia ICRC mampu membaur diri pada pihak-pihak yang berkonflik tanpa harus dicurigai. Dalam menjalankan perannya untuk berdialog, ICRC sangat mengandalkan sifat kerahasiaan dan kenetralan tersebut agar terus tercipta hubungan baik dan meningkatkan kepercayaan mereka terhadap ICRC.
214
Steven R. Ratner, Law Promotion Beyond Law Talk: The Red Cross, persuasion and The Laws of War, The European Journal of International Law Vol: 22 no 02 tahun 2011, 467, http://ejil.oxfordjournals.org/content/22/2/459.full.pdf. Diakses pada 9 Oktober 2014.
86
Tingkat kepercayaan kelompok bersenjata ini juga di dukung dengan status ICRC yang bermarkas di Swiss, yaitu sebuah negara yang bersikap netral dalam hubungan internasional. Kelompok bersenjata kerap merasa curiga terhadap organisasi non-negara atau organisasi international yang berbasis di Amerika Serikat, Inggris maupun Perancis.215 Peran ICRC dalam menyebarkan hukum humaniter di RD Kongo berhasil membuat Pemerintah mempublikasikan Law On The Protection Of The Child pada tahun 2009 yang dipublikasikan pada jurnal resmi pemerintahan negara tersebut. Peraturan ini merupakan implementasi dari Konvensi Hak Anak PBB, 1989. Pasal-pasal yang dipublikasikan tersebut menekankan pada Hak Asasi Manusia dan Hukum Humaniter Internasional, seperti perlindungan terhadap anak dalam konflik bersenjata.216 Keberhasilan lain yang juga telah di bahas dalam bab ini adalah edukasi hukum humaniter yang tidak pernah terputus setiap tahunnya. Sehingga terus memberikan kontribusi kepada angkatan bersenjata dan masyarakat yang paham akan pelarangan perekrutan tentara anak dan perlindungan terhadap mereka. Selanjutnya peran ICRC dalam mengurangi perekrutan tentara anak adalah dengan program pemulihan hubungan keluarga kembali. Program ini terus berjalan setiap tahunnya dan diiringi dengan program konseling bagi kejiwaan mantan tentara anak. 215
Ratner, Law Promotion Beyond Law Talk, 467 ICRC, Report And Document: National Implementation Of International Humanitarian Law, Interntional Review of The Red Cross, Volume 91 No 875 September 2009, 628, https://www.icrc.org/eng/assets/files/other/irrc-875-national-imp-jan-july-ihl.pdf. Diakses pada 25 November 2014. 216
87
Gambar 4.1. Bagan Perbandingan jumlah anak-anak yang direkrut dan yang telah ditangani ICRC 2500 2000 Jumlah anak-anak yang direkrut
1500
Jumlah kasus yang ditangani ICRC
1000
Jumlah yang telah kembali kepada keluarganya
500 0 2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: MONUSCO: Child Recruitment by Armed Groups in DRC, United Nation Security Council Reports 2014 dan ICRC Annual Report 2009-2013 yang penulis olah secara pribadi.
Pada tahun 2009 terdapat data perekrutan anak-anak yang masih tinggi. Karena saat itu peraturan Law On The Protection Of The Child pada tahun 2009 baru saja dijalankan. Kemudian terdapat kemajuan pada tahun tersebut yaitu penerapan dari hukum-hukum tersebut dan program reintegrasi kelompok bersenjata kedalam angkatan bersenjata pemerintah (FARDC). Dari kedua program ini mengantarkan penurunan jumlah perekrutan tentara anak di tahun 2010 dan berlanjut hingga tahun 2011. Akan tetapi, jumlah perekrutan tentara anak di tahun 2012 agak meningkat karena terbentuk kelompok pemberonta baru bernama M23 yang juga dipimpin oleh mantan jenderal FARDC. Sehingga situasi keamanan di RD Kongo kembali memburuk dan mempengaruhi jalannya program pemulihan hubungan keluarga kembali. Beruntung pada tahun 2012 kelompok bersenjata ini berhasil di tumpas
88
sehingga dapat membuat proram pemulihan hubungan keluarga meningkat di tahun 2013. Kemudian juga terjadi penurunan kembali pada angka perekrutan tentara anak. Secara keseluruhan penulis berpendapat, bahwa ICRC mampu berperan aktif dalam mengurangi perekrutan tentara anak. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penurunan angka perekrutan tentara anak terjadi karena konflik yang mulai berkurang dan peran dari organisasi lain (PBB dan MONUSCO). Akan tetapi ICRC juga membawa keberhasilan tersendiri dalam memberikan kontribusi bagi berkurangnya angka perekrutan tentara anak. Selain itu berbagai program yang dilakukan ICRC dalam perannya sebagai aktor independen merupakan dalam usaha untuk memenuhi dan melindungi hak asasi anak. Menurut penulis, anak-anak adalah masa depan sebuah bangsa. Dengan adanya perang dan eksploitasi anak sebagai tentara akan menyebabkan generasi penerus suatu negara minim pendidikan. Angka kesejahteraan dan harapan hidup jadi semakin berkurang sehingga RD Kongo menjadi tempat yang tidak kondusif bagi pertumbuhan anak.
89
BAB V KESIMPULAN ICRC merupakan organisasi internasional yang bersifat sui generis karena mampu mengemban hak dan kewajiban. Dalam sistem internasional ICRC berperan sebagai aktor independen mengedepankan kegiatannya dalam bantuan kemanusiaan yang tidak mampu dilakukan oleh negara-negara yang sedang mengalami konflik. Sehingga dengan mengedepankan perannya sebagai aktor independen ICRC membantu mengurangi perekrutan tentara anak yang tidak mampu di kontrol oleh pemerintah RD Kongo. Sebagaimana yang telah dibahas dalam skripsi ini, bahwa masalah perekrutan tentara anak di RD Kongo merupakan masalah yang serius karena anak yang di rekrut sejak tahun 1996 berjumlah ribuan. Perekrutan tentara anak merupakan salah satu pelanggaran hukum humaniter internasional dan jelas mengabaikan hak asasi anak. Sebagai badan yang bergerak di bidang kemanusiaan, ICRC memiliki tanggung jawab pada penegakan peraturan internasional dan penegakan prinsip kemanusiaan terutama terhadap anak. Dalam menjalankan kewajibannya ini ICRC memiliki beberapa kegiatan yang di lakukan untuk mengurangi perekrutan tentara anak di RD Kongo, Kegiatan tersebut adalah, pertama program pemulihan hubungan keluarga diikuti dengan program konseling psikologi. Kedua program bantuan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan anak agar mereka terhindar dari keinginan untuk menjadi tentara demi mendapatkan uang. Ketiga penyebaran hukum humaniter
90
internasional serta prinsip kemanusiaan yang ditujukan pada pihak-pihak terkait, seperti angkatan bersenjata pemerintah, kelompok bersenjata, juga masyarakat seperti sosialisasi hukum humaniter di universitas. Keempat kerjasama yang ditargetkan pada pihak-pihak selain ICRC seperti organisasi internasional (PBB, MONUSCO, UNICEF dll), Pemerintah RD Kongo, dan masyarakat guna meningkatkan kerja sama dalam mengurangi perekrutan tentara anak. Peran ICRC di RD kongo ini juga dapat dilihat melalui dua lini kegiatan. Lini pertama ialah kegiatan dalam lini operasional yang menurut penulis mencakup program pemulihan hubungan keluarga, bantuan ekonomi dan kerjasama. Ketiga program ini dilaksanakan langsung di lapangan dan menargetkan pihak-pihak yang terkait baik tentara anak dan juga pemerintah maupun aktor lainnya. Lini kedua ialah pengembangan dan promosi hukum humaniter internasional yang khusus mencakup program penyebaran hukum humaniter. ICRC telah lama di kenal sebagai pengembang hukum humaniter internasional serta berperan aktif dalam pengembangan standar internasional lain tentang anak sebagai ahli. Selain itu seperti yang telah di bahas bahwa negara yang telah meratifikasi peraturan internasional ini wajib untuk menerapkannya. ICRC berhak untuk mengawasi berjalannya aturan internasional tersebut serta melakukan tindakan yang diperlukan dalam bantuan kemanusiaan. Di antaranya adalah mengedukasi angkatan bersenjata pemerintah, berdialog dengan kelompok bersenjata
dan
mengajarkan
masyarakat
internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan. 91
pentingnya
hukum
humaniter
Kedua lini ini yang membuat peran ICRC di RD Kongo semakin signifikan karena ICRC bukan hanya membantu para mantan tentara anak tetapi juga mengarahkan kegiatan mereka pada pelaku perekrutan. ICRC menjalankan fungsinya sebagai pelaksana operasional kemanusiaan, pembuat peraturan, pengawas peraturan, penyebar norma dan berperan sebagai agen sosialisasi bagi prinsip kemanusiaan yang berkaitan tentang perekrutan tentara anak baik dalam peperangan maupun setelah perang. ICRC sebagai organisasi non-negara juga mampu mendorong RD Kongo
untuk menerapkan hukum humaniter
internasional dan hak asasi manusia dalam peraturan nasionalnya yaitu Law On The Protection Of The Child. Kontribusi ICRC bagi upaya untuk mengurangi perekrutan tentara anak menunjukan keberhasilan. Tidak dapat dipungkiri bahwa penurunan angka tentara anak dapat terjadi karena peran aktif seluruh pihak-pihak yang terkait seperti MONUSCO dan UNICEF. Akan tetapi ICRC mampu memberikan kontribusi melalui peran dari program-programnya tersendiri.
92
Daftar Pustaka
Buku Adnan, Abdul Hadi, 2008, Perkembangan Hubungan Internasional Di Afrika, Bandung: CV.Angkasa. Ambarwati, Denny Ramadhany, dan Rina Rusman, 2009 Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Atmaja, Mochtar Kusuma dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: PT. Alumni. Bagong, Suyanto dan Sutinah, 2007, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Barker, J.Craig, 2000, International Law And International Relations: International Relations for The 21st Century, London: Continuum. Barnett, Michael, 2010, The International Humanitarian Order, Ingrris: Routledge. Beigbeder, 1991, Yves, The Role and Statue of International Humanitarian Voluntees and Organizations: The Right and Duty in Humanitarian Assistance, Belanda: Marimus Nijhoff Publisher. Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cassese, Antonio, 2005, Hak Asasi Manusia di Dunia Yang Berubah, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Child Soldiers International, 2012, Louder Than Worlds: An Agenda for Action to end State Use of Child Soldiers, United Kingdom: Oxuniprint. Christopher, Jens, 2009, dan Scott Gates, Recruiting Children for Armed Conflict, dalam Scott Gates dan Simon Reich, ed, Child Soldiers in the Age of Fractured States, USA: University of pittsburg Press. Archer,Clive, 2001, International Organizations, London: Routledge. Dunant, Henry, 1959, A Memory Of Solverino, USA: ICRC. Drumbl, Mark A., 2012, Reimagining Child Soldiers in International Law and Policy, New York: Oxford University Press. Forsythe, David P., dan Barbara Ann J.Rieffer-Flanagan, 2007, The Interntional Committee of The Red Cross: A Neutral Humanitarian Actor, London: Routledge. Harnisch, Sebastian, 2011, Role Theory: Operationalization Of Key Concept,Sebastian Harnisch, Cornelia frank dan Hanns W. Maull
xiv
ed, 2011, Role Theory in International Relations: Aproaches and Analysis, USA:Routledge. ICRC, 2009, Kenali ICRC, Jakarta: Delegasi Regional ICRC. Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: PT.Alumni. Lindblom, Anna-Karin, 2005, Non-Governmental Organizations in International Law, Camridge Studies in International And Comparative Law (CSICL), USA: Camridge University Press. Lyman, Linda L., Jane Strachan dan Angeliki Lazaridou, 2012 Shaping Social Justice Leadership Insights of Women Educators Worldwide, Marryland: Roman and Littlefield Publisher. Mas‟oed, Mochtar, 1994, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi, Jakarta:LP3ES. Semiawan, Conny R, 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta:Grasindo. Smith, Rhona K.M. et al, 2008, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: PUSHAM UII. Soulnier, Francoise Bouchet, 2014, The Practical Guide to Humanitarian Law, Maryland: Rouman and Litlefield. Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Tomuschat, Christian, 2008, Human Rights; Between Idealism and Realism, New York: Oxford University Press. Turner, Thomas, 2007, The Congo Wars: Conflict, Myth and Reality, London: Zed Book. Ubaedillah, A., dan Abdul Rozak ed, 2007, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah
Skripsi Rianastashia, Hanan, 2009, Peran UNICEF Dalam Upaya Mengatasi Perekrutan Serdadu Anak (Child Soldier) Di Wilayah Konflik Studi Kasus: Sierra Leone.: Skripsi Universitas PembangunanNasional “Veteran”.Jakara. Wardhani, Sabrina Kusumah 2013,Peran UNICEF Terhadap Perekrutan Tentara Anak Pada Konflikdii Sri Lanka Periode 2002-2009. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurnal
xv
Barstad, Kristin, Preventing The Recruitment Of Child Soldiers: The ICRC Approach, Refugee Survey Quarterly Vol. 27 no. 4 (2009), http://rsq.oxfordjournals.org/. Diakses pada tanggal 30 Januari 2014. Brett, Rachel, Adolescents Volunteering For Armed Forces or Armed Groups, Current Issues and Comment, RICR Desember, vol. 85, No. 852, 2003, www.icrc.org/eng/assets/files/other/irrc_852_brett.pdf. Diakses pada 31 April 2014. ICRC, Report And Document: National Implementation Of International Humanitarian Law, Interntional Review of The Red Cross, Volume 91 No 875 September 2009, https://www.icrc.org/eng/assets/files/other/irrc-875-national-impjan-july-ihl.pdf. Diakses pada 25 November 2014. ICRC, The International Committee of the Red Cross‟s (ICRC‟s) confidential approach, International Review of The Red Cross vol. 94 no. 887, September 2012, http://www.icrc.org/eng/assets/files/review/2012/irrc-887confidentiality.pdf. Diakses pada tanggal 8 November 2013. Koenig, Christian, Observer Status For The ICRC at The United Nations: A Legal Viewpoint, International Review of The Red Cross, No. 280, 28 Februari 1991, dari http://www.icrc.org/eng/resources/documents/article/other/57jnwj. htm. Diakses pada 18 Mei 2014. Nduwimana, Donatien, Reintegration of Child Soldiers in Eastern DRC: Chalanges and Prospect, Occasional Paper Serries 4, No 2, (Kenya: International Peace Support Training Center, 2013), http://www.ipstc.org/media/documents/Occasional_Paper_42%20.pdf. Diakses pada 9 Agustus 2014. Szuj,Dora, Childern in Armed Conflicts- A General Review Of Child Soldier, Especially in the democratic Republic of The Congo, Jurnal AARMSVol. 9. No 2 (2010) , Miclos Zrinyi National Defense University, Budapest, Hunggary http://www.zmne.hu/aarms/docs/Volume9/Issue2/pdf/12.pdf. Diakses pada 23 November 2013 Rona, Gabor, The ICRC Priviledge Not to Testify: Confidentiality in Action, International Review Of The Red Cross no. 845 (Maret 2002), http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5wsd9q.htm#a1 . Diakses pada 18 Mei 2014.
xvi
Ratner, Steven R. Law Promotion Beyond Law Talk: The Red Cross, persuasion and The Laws of War, The European Journal of International Law Vol: 22 no 02 tahun 2011, Diakses pada 9 Oktober 2014 dari http://ejil.oxfordjournals.org/content/22/2/459.full.pdf. Diakses pada 9 Oktober 2014. The Heidelberg Institute for Internationeal Conflict Research, 2014, Disputes, Non-Violent Crises, Violent Crises, Limited Wars, Wars, Conflict Barometer no. 22 2013, Jerman: The Heidelberg Institute for Internationeal Conflict Research (HIIK).
Dokumen Allain Aeslimann, The ICRC says “no” to the recruitment of child soldiers, 06-02-2007 Statement, dapat dilihat di https://www.icrc.org/eng/resources/documents/statement/childrenstatement-060207.htm. Amnesty International, Amnesty International Annual Report 2013 – Democratic Republic of The Congo, 23 may 2013, http://www.refworld.org/docid/519f51a561.html. Diakses pada10 Maret 2014. Child Soldier International, Child Soldiers Global Report 2001Democratic Republic of The Congo, 2001, http://www.refworld.org/docid/498806012d.html. Diakses pada 17 September 2014. Coalition to stop the Use of Child Soldiers, Democratic Republic of the Congo (DRC) Briefing Note to the UN Secutiry Council Working Group On Childern and Armed Conflict, Child-Soldiers.org, 2 Februari 2011, http://childsoldiers.org/user_uploads/pdf/finaldrcbriefingtoscwg4feb20111596 791.pdf Convention on the Rights of the Child, 20 November 1989 (http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/Treaty.xsp?action=openDoc ument&documentId=B92BDC3CAE1B142DC12563CD002D6E8 C). Francois Misser, DR Congo The North Kivu Crisis, Januari 2009, Diakses pada 8 Agustus 2014, dari http://www.refworld.org/pdfid/4988032e2.pdf.
xvii
Human Right Watch, DR Congo: Humanitarian Crisis Deepens as Peace process Falters, 25 September 2008, http://www.hrw.org/news/2008/09/25/dr-congo-humanitariancrisis-deepens-peace-process-falters, diakses pada 29 Desember 2014. ICJ, Report of Judgements, Advisory Opinion and Orders: Reparcition for Injuries in The Service of The United Nations, 11 April 1949, Layden A.W Sirjhoff‟s Publishing Company, Diakses dari http://www.icj-cij.org/docket/files/95/7497.pdf ICRC, Annual Report 2009, Genewa: ICRC, 2010, www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report2019.pdf. ICRC, Annual Report 2010, Genewa: ICRC, 2011, www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report2010.pdf. ICRC, Annual Report 2011, Genewa: ICRC, 2012, www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report2011.pdf. ICRC, Annual Report 2012, Genewa: ICRC, 2013, www.icrc.org/eng/assets/files /annual-report/icrc-annual-report2012.pdf. ICRC, Annual Report 2013, Genewa: ICRC, 2014, http://www.icrc.org/eng/assets/files/annual-report/icrc-annualreport-2013.pdf. ICRC, Consultation on Performance Benchmarks for Australian Aid, 3 Maret 2014, http://aid.dfat.gov.au/Publications/Documents/internationalcommittee-of-the-red-cross.pdf. ICRC, Finances, https://www.icrc.org/en/who-we-are/finances, diakses pada 28 Desember 2014. ICRC, Misi dan kegiatannya, 19 Juni 2008, http://icrcjakarta.info/wpcontent/uploads/2011/07/0963-The-ICRC-Its-Mission-and-WorkInd.pdf. ICRC, 2009, Our World Views From The Field, Democratic Republic Of The Congo, Opinion Survey and In-Depth Research, Geneva: IPSOS. ICRC, Summary Table of IHL Provisions Specifically Aplicable to Children, Januari 2003,http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/ang03_04a_tableau dih_total_logo.pdf.
xviii
ICRC, Solferino and The International Committee of The Red Cross, 1 Juni 2010, dari http://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/solferin o-feature-240609.htm. ICRC, The ICRC‟s Fundamental Principles Of The Red Cross and Red Crescent, 1996, http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/icrc_002_0513.pdf. ICRC, The ICRC: Its Mission and Work, 4 September 2009, http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/icrc_002_0963.pdf. Diakses pada 23 November 2014. ICRC, The ICRC‟s Mandat and Mission, 29 Oktober 2010, http://www.icrc.org/eng/who-we-are/mandat/overview-icrcmandat-mission.htm. Jake R. Bright, Sierra Leone 2012: An Alternative perspective on War And Child Soldiers in Africa, http://www.africa.com/blog/sierra_leone_2012_an_alternative_pers pective_on_war_and_child_soldiers_in_africa/, diakses pada 30 Desember 2014. Konvensi Hak Anak-Anak http://www.unicef.org/magic/media/documents/CRC_bahasa_indo nesia_version.pdf. Mcgann, Nora, Diplomatic Engagement of Armed Non-State Actors by Third Party States: How, When and Why, 30 April 2013, Institute for the Study of Diplomacy, George Town University, https://isd.georgetown.edu/sites/isd/files/JFD_McGann_ANSA_Pa per_NEW.pdf. MONUSCO, Child Recruitment by Armed Groups in DRC, 24 Oktober 2014, data http://monusco.unmissions.org/LinkClick.aspx?fileticket=DazRcHf pAJo%3D&tabid=10701&mid=13689&language=en-US. Diakses pada tanggal 11 September 2014. Optional Protocol to the Convention on The Rights of The Child on the involvement of Children in armed Conflict, 25 May 2000 (http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/Treaty.xsp?documentId=24C AD49E85523D5941256937002F7220&action=openDocument). Preamble, Statutes Of The International Red Cross And Red Cressent Movement, http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/statutes-ena5.pdf. Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949, and relating to the Protection of Victims of International Armed
xix
Conflict Protocol I 8 June 1977 (http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/1a13044f3bbb5b8ec12563fb 0066f226/8e174bc1926f72fac12563cd00436c73) Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949, and relating to the Protection of Victims of International Armed Conflict Protocol II 8 June 1977 (http://www.icrc.org/applic/ihl/ihl.nsf/1a13044f3bbb5b8ec12563fb 0066f226/5cbb47a6753a2b77c12563cd0043a10b). Rona, Gabor, The ICRC‟s Statues: In A Class of It‟s Own, 17 Februari 2004, Diakses pada 18 Mei 2014 dari http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/5w9fjy.htm. Sarah K. Lischer, War, Displacement, and the Recruitment of Child Soldiers in the Democratic Republic of Congo, April 2006, h. 16. diakses pada 23 Juni 2014 dari http://kms1.isn.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/28058/ipublication document_singledocument/45e17691-dac4-424c-ba8f05d877e82939/en/2006_4_War_Displacement.pdf. UN Security Council, Report of the Secretary-General on Children and Armed Conflict in the Democratic Republic of the Congo, S/2014/453, 30 juni 2014, http://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/N1443195.pdf . Diakses pada 30 September 2014. PBB, General Assembly Security Council: Children And Armed Conflict, Report Of Secretary General A/66/782-S/2012/261 26 April 2012, 12, http://reliefweb.int/report/world/children-and-armed-conflictreport-secretary-general-a66782%E2%80%93s2012261, diakses pada 30 Desember 2014. The Paris Principles, Februari 2007, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/misc/parisprinciples-commitments-300107.htm. Watchlist on Children and Armed Conflict, The Impact of Armed Conflict on Children in The Democratic Republic of Congo (DRC), New York, Juni 2003, data http://www.watchlist.org/reports/pdf/dr_congo.report.pdf. Diakses pada tanggal 20 September 2014. UN, MONUC Background, diakses pada 14 Maret 2014 dari www.un.org/en/peacekeeping/missions/past/monuc/background.sht ml. UN, DRC Briefing Note to the UN Security Council Working Group on Children and Armed Conflict, 3 Februari 2011, http://www.child-
xx
soldiers.org/user_uploads/pdf/finaldrcbriefingtoscwg4feb20111596 791.pdf. Diakses pada 30 September 2014.
Surat Kabar Online BBC. Congo Forgotten War, 15 Januari 2001. diakses pada 22 November 2013 (http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/1102289.stm). BBC. Mengenang „Genosida 100 hari‟di Rwanda, dimodifikasi terakhir pada 7 April 2014, m.bbc.co.uk/Indonesia/dunia/2014/04/140407_rwanda_genosida. diakses pada 3 Mei 2014. BBC. PBB Minta Tambahan Pasukan, dimodifikasi terakhir pada tanggal 12 November 2008, http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/11/081112_drco ngo.shtml, diakses pada 3 April 2014. BBC, Profile: DR Congo militia leader Thomas Lubanga, dimodifikasi terakhir pada tanggal 10 Juli 2012, http://m.bbc.com/news/worlafrika-17358799. diakses pada 21 Mei 2014. BBC. PBB Bebaskan Anak-Anak Dari Milisi Kongo, domodifikasi terakhir pada tanggal 17 Agustus 2013, http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/08/130817_pbb_bebas kan_tentara_anak.shtml. Diakses pada 20 November 2013. BBC, Uganda Profile, 21 Mei 2013, http://www.bbc.com/news/worldafrica-14112297, diakses pada 30 Desember 2014. Elizabeth Flock, Washingtonpost: Child Soldiers Still Used In More Than 25 Countries Around The World, 14 Maret 2012, http://www.washingtonpost.com/blogs/worldviews/post/childsoldiers-still-used-in-more-than-25-countries-around-theworld/2012/03/14/gIQAl2FNCS_blog.html, diakses pada 28 Desember 2014. Imogen Foulkes, BBC: UN Warns of Refugee Camp Dangers to Children, 15 September 2010, http://www.bbc.co.uk/news/world-europe11307679. Diakses pada 7 Oktober 2014. IRIN, DRC: Who‟s Who Among Armed Groups in The East, Humanitarian News and Analysis, 15 Juni 2010, http://www.irinnews.org/report/89494/drc-who-s-who-amongarmed-groups-in-the-east. Diakses pada 16 Mei 2014.
xxi
Peny Dale, BBC Profile: Bosco Ntaganda The Confolese Terminator, 18 Maret 2013, http://www.bbc.com/news/world-africa-17689131. William Mcpheson, Rwanda In Congo: Sixteen Years intervention, dimodifikasi terakhir pada 9 Juli 2012, http://africanarguments.org/2012/07/09/rwanda-in-congo-sixteenyears-of-intervention-by-william-macpherson/. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.
Website Andrew McGregor, New Offensive Expected Against Mai-Mai Militias in Mineral-Rich Katanga, Jamestown Foundation, 4 April 2014, http://www.refworld.org/docid/534f99be4.html. di akses pada 17Agustus 2014. Anup Shah, The Democratic Republic of Congo, dimodifikasi terakhir pada 21 Agustus 2010, http://www.globalissues.org/article/87/thedemocratic-republic-of-congo. Diakses pada 2 Mei 2014. CIA, The World Fact Book: Democratic Republic of the Congo, diakses pada 4 Oktober 2014 dari https://www.cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/geos/cg.html ICRC, Agreement Between ICRC and Switzerland 1993, 20 Januari 2012, https://www.icrc.org/casebook/doc/case-study/agreement-icrcswitzerland-case-study.htm. Diakses 2 Desember 2014. ICRC, Democratic Republic of the Congo: “Healing memories” through drama, 26 juni 2014, https://www.icrc.org/en/document/dr-congohealing-memories-through-drama#.VDc9B8J_uO8. Diakses pada 30 September 2014. ICRC, DR Congo-Kinshasa: Former Child Soldiers Return to Their Families, Dimodifikasi terakhir pada, 24 September 2007, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2007/congokinshasa-feature-240907.htm. Diakses pada 23 Juli 2014. ICRC, Democratic Republic of The Congo: Growing concern for victims of fighting in North Kivu, 1 November 2013 https://www.icrc.org/eng//resources/documents/newsrelease/2013/11-01-dr-congo-fighting-north-kivu.htm. Diakses pada tanggal 28 November 2014. ICRC, Dr Congo: Humanitarian Situation Deteriorates in The Kivus, 25 Mei 2012, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/update/2012/drcongo-update-2012-05-25.htm. Diakses pada 30 April 2014. ICRC, DR Congo: Invisible Wound And Local Paths To Recovery, 10 Oktober 2012, https://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2012/congo-
xxii
kinshasa-drc-mental-health-feature-2012-10-10.htm. Diakses pada 17 September 2014. ICRC, DR Congo: Removing the Snake Without Breaking The Eggs, 29 Desember 2010, http://www.icrc.org/eng/resources/documents/feature/2010/drcongo-feature-ihl-2010-12-29.htm. Diakses pada 1 Mei 2014. ICRC. Reuniting Families Separaties by Conflict and Disaster, dimodikfikasi terakhir pada tanggal 29 Oktober 2010, http://www.icrc.org/eng/what-we-do/restoring-familylinks/overview-reuniting-families.htm. Diakses pada 3 April 2014. ICRC. The ICRC in DR Congo, dimodifikasi terakhir pada tanggal 17 November 2013, http://www.icrc.org/eng/where-wework/africa/congo-kinshasa/index.jsp. Diakses pada 22 November 2013. UN News Center, Child Recruitment Remains „Endemic‟ in DR Congo, UN Says in New Report, 24 Oktober 2013, http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=46330#.U677oZ R_upB. Diakses pada 24 juni 2014.
xxiii
Lampiran 1 : Peta kantor ICRC di RD Kongo
xxiv
Lampiran 2. Bagan Stuktur Pembuat keputusan ICRC
xxv