PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI BREEDING OF BLACK RICE VARIETY FOR DROUGHT TOLERANCE AND HIGH YIELD I Gusti Putu Muliarta Aryana1), Muhammad Zairin2), Bambang Budi Santoso1), Suwarto3), Siti Permatasari1) 1)
2)
Universitas Mataram Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3) Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRAK Padi beras hitam asal Bali “Baas Selem” memiliki kandungan antosianin tinggi, aroma baik, dan rasa nasi pulen, namun hasilnya rendah (2,7 t/ha). Oleh karena itu, varietas ini perlu disilangkan dengan varietas unggul berdaya hasil tinggi Situ Patenggang yang toleran kekeringan dengan potensi hasil 6 t/ha. Penelitian dilaksanakan selama 3 tahun. Pada tahun I (2013), penelitian bertujuan untuk memperoleh pendugaan keragaman genetik dan peran gen sifat kekeringan sebagai dasar penentuan metode seleksi. Kegiatan terdiri atas dua percobaan. Percobaan 1 adalah pembentukan populasi hasil persilangan P1 Situ Patenggang dan populasi P2 Baas Selem. Persilangan pertama dilakukan secara silang tunggal antara Situ Patenggang sebagai
tetua jantan (P1) dan Baas Selem sebagai tetua betina (P2) untuk menghasilkan F1. Persilangan kedua dilakukan dengan metode back cross antara F1 sebagai tetua betina dan P1 dan P2 sebagai tetua jantan sehingga dihasilkan F1BC1.1 dan F1BC1.2. F1 sebagian dibiarkan selfing untuk membentuk populasi F2. Percobaan 2 adalah evaluasi keragaman genetik sifat kekeringan padi beras hitam toleran kekeringan dan daya hasil tinggi. Tetua P1 dan P2 ditanam di lapangan masing-masing 50 tanaman. F1, F1BC1.1, dan F1BC1.2 ditanam masingmasing 25 tanaman dan F2 ditanam 250 tanaman. Untuk penentuan nilai heritabilitas dan peran gen pengendali kekeringan berdasarkan indeks kering pucuk dan penyembuhan menurut standar IRRI dilakukan penanaman di pot. Pengamatan dilakukan terhadap umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang malai, jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai, bobot 100 butir gabah, dan bobot gabah per rumpun. Evaluasi keragaman genetik diduga dengan menggunakan nilai heritabilitas. Peran gen yang mengendalikan sifat kekeringan dengan derajat dominansi dihitung dari potensi ratio. Hasil penelitian menunjukkan dari percobaan 1 penanaman pertama diperoleh 917 gabah persilangan tunggal F1 antara Baas Selem (tetua betina) dan Situ Patenggang (tetua Jantan). Dari penanaman kedua, populasi hasil selfing (F2) populasi F1 Baas Selem X Situ Patenggang menghasilkan 601 gabah F1BC1.1 (back cross antara F1 Baas Selam x Situ Patenggang dengan Situ Patenggang (P1)) serta 702
gabah F1BC1.2 (back cross antara populasi F1 Baas Selem x Situ Patenggang dengan Baas Selem (P2)). Pada populasi F1 hasil persilangan Baas Selem x Situ Patenggang, aksi gen sifat kekeringan berdasarkan indeks kering pucuk dan penyembuhan bersifat dominan tidak sempurna. Persilangan Baas Selem x Situ Patenggang memiliki heritabilitas arti luas tergolong sedang dan heritabilitas arti sempit tergolong rendah pada sifat kekeringan berdasarkan indeks kering pucuk dan penyembuhan. Berdasarkan nilai heritabilitas dengan tindak gen dominan yang tidak sempurna pada sifat kekeringan hasil persilangan Baas Selem x Situ Patenggang maka metode seleksi bulk dapat diterapkan pada tahun kedua untuk menghasilkan varietas unggul padi gogo beras hitam toleran kekeringan dan berdaya hasil tinggi. Kata kunci: Beras hitam, perakitan varietas, toleran kekeringan, hasil tinggi. ABSTRAK Balinese black rice "Baas Selem" cultivar has high anthocyanin content, good aroma and taste, but lower yield (2,7 t/ha), therefore it needs to be crossed with superior variety Situ Patenggang, an upland rice germplasm having drought tolerance and high yield potential (6 t/ha). Research will be conducted for three years. The objective of year I (2013) was to obtain estimation of genetic diversity and character of drought
genes that will be used as the basis for determining method of selection. The research consisted of two experiments. Firstly, establishment of crossed populations of P1 Situ Patenggang and P2 Baas Selem. The first crossing was single cross between Situ Patenggang as a male parent (P1) and Baas Selem as female parent (P2) to produce F1. The second crossing was back cross between F1 as female parent and P1 and P2 as male parents to produce F1BC1.1 and F1BC1.2. Part of the F1 population was selfed to produce F2 population. Secondly, evaluation of the genetic diversity of rice paddy for drought tolerance and high yield potential. Determination of heritability and gene character for drought was based on shoot drought indexes and healing follow IRRI standard by planting in pots. Variables observed were flowering age, plant height, panicle length, total filled and empty grains per tiller, grain weights per 100 seeds and per clump. Method to find out genes controlling character of drought tolerant was based on degree of dryness dominant properties which calculated through potential ratio. The results showed that from the first experiment and the first planting produced 917 grains of F1 single cross between Baas Selem (female) and Situ Patenggang (male). The first experiment and second planting of F2 population (selfed population) of Baas Selem x Situ Patenggang F1 produced 601 grains of F1BC1.1 and 702 grains of F1BC1.2. In the F1 population crosses of Baas Selem x Situ Patenggang, no perfect gene action was found based
on shoot drought index and healing dominant traits. Crossing beetwen Baas Selem x Situ Patenggang had medium heritability in broader sense and low heritability in narrow sense based on shoot drought index and healing. Implication of this result is that bulk method will be used for selection in the second year of experiment to produce promising black paddy rice lines with drought tolerance and high yield potential. Keywords: Black rice, breeding, drought tolerance, high yield.