Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember Novita Nuraini#1, Rossalina Adi Wijayanti #2 #
Jurusan Kesehatan, Politeknik Negeri Jember Jln Mastrip Kotak Pos 164 Jember
[email protected] [email protected]
Abstract Angka prevalensi scabies di pondok pesantren masih cukup tinggi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pencegahan penyakit skabies lebih penting dari pengobatan. Pencegahan penyakit skabies ini lebih efektif jika dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan pencegahan penyakit memberikan informasi pengetahuan yang muaranya mengubah sikap dan perilaku menjadi lebih higienis sehingga mampu mencegah berbagai macam penyakit, termasuk scabies. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat merupakan suatu solusi yang harus diterapkan di lingkungan Pondok. Di Kabupaten Jember, terdapat Pondok Pesantren Nurul Islam dimana banyak santri ynag mengeluh gatal (kudisan). Penanganan penyakit kulit ini hendaknya harus komprehensif, yaitu ditunjang perbaikan pengetahuan, pengobatan yang lengkap serta adopsi PHBS dalam kegiatan sehari-hari yang didukung sarana perlengkapan pribadi yang tidak digunakan bergantian. Kegiatan pengabdian bertujuan memberikan pengetahuan, pengobatan serta dukungan sarana penunjang kegiatan PHBS. Tahapan pelaksanaan pengabdian meliputi ceramah, diskusi, simulasi, pemberian sarana dalam kegiatan PHBS dan diakhiri pembentukan komitmen para santri untuk menerapkan PHBS di lingkungan pondok pesantren nurul islam. Kegiatan pengabdian telah dilaksanan dengan baik. Setiap pihak sangat antusias baik para santri maupun pengurus pondok. Luaran kegiatan pengabdian berupa Pengetahuan dan pemahaman tentang PHBS, Keterampilan siswa dalam membuat poster kreatif dan mencuci tangan dengan benar, Sarana PHBS berupa peralatan mandi dan gosok gigi, obatobatan untuk penyakit scabies. Media peningkatan pengetahuan PHBS berupa X-banner, poster dan Banner. Kegiatan PHBS perlu di pertahankan karena memberikan manfaat kepada santri berupa peningkatan derajat kesehatan serta meningkatkan produktivitas belajar dan berkarya. Keywords— Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Skabies
I. PENDAHULUAN Scabies masih menjadi masalah di beberapa Negara. Kline et al. (2013) menyebutkan skabies merupakan salah satu penyakit kulit yang terabaikan. Heukelbach et al. (2005) menyatakan penyakit Scabies sering diabaikan oleh individu yang terkena dampaknya dan tidak memotivasi individu tersebut mendatangi pusat perawatan kesehatan yang berdekatan dengan tempat tinggal. Alasan mengapa skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas penanganannya rendah, namun sebenarnya scabies kronis dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Scabies menimbulkan ketidaknyamanan karena menimbulkan lesi yang sangat gatal. Akibatnya, penderita sering menggaruk dan mengakibatkan infeksi sekunder terutama oleh bakteri Group A Streptococci (GAS) serta Staphylococcus aureus (Golant, et al. 2012). Komplikasi akibat infestasi sekunder GAS dan S.aureus sering terdapat pada anak-anak di Negara berkembang (Golant, et al. 2012; Gilmore SJ. 2011). Insiden dan prevalensi skabies masih sangat tinggi di Indonesia terutama pada lingkungan masyarakat pesantren.
Hal ini diperkuat dengan penelitian Ma’rufi et al. (2005) bahwa prevalensi Scabies pada pondok pesantren di Kabupaten Lamongan 64,2%. Kuspriyanto (2005) juga menyebutkan di Pasuruan prevalensi Scabies di pondok pesantren adalah 70%. Selanjutnya Sungkar (1997) menyatakan bahwa Scabies di suatu pesantren yang padat penghuninya dan higienenya buruk prevalensi penderita skabies dapat mencapai 78,7%, tetapi pada kelompok higienenya baik prevalensinya hanya 3,8%. Tahun 2003, prevalensi skabies di 12 pondok pesantren di Kabupaten Lamongan mencapai 48,8%13 dan di Pesantren AnNajach Magelang pada tahun 2008 prevalensi skabies adalah 43% (Saad, 2008). Selanjutnya Badri (2007) juga mengungkapkan bahwa Scabies merupakan penyakit yang lazim di pondok pesantren dan sejauh ini belum ada kepedulian untuk menumbuhkembangkan upaya higiene perseorangan, dalam membuat pesan-pesan kesehatan dalam mencegah skabies. Tingkat pendidikan yang rendah (paling tinggi hanya sampai sekolah dasar) cenderung lebih tinggi prelevansi skabiesnya secara signifikan dibandingan dengan orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Ciftci 2006).
159
Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7
Pendidikan memegang peranan penting dalam mencegah tingginya prevalensi Scabies, misalnya mengedukasi anakanak tentang pengetahuan pencegahan Scabies. Contohnya himbaun untuk melarang anak untuk berbagi barang pribadi seperti baju, handuk, selimut yang menjadi agen penularan Scabies melalui kontak dari kulit ke kulit (Zayyid 2010). Semakin rendah tingkat pendidikan sesorang maka tingkat pengetahuan tentang personal higienis juga semakin rendah. Akibatnya menjadi kurang peduli tentang pentingnya personal higienis dan perannya dalam higiene rendah terhadap penyebaran penyakit. Perlu program kesehatan umum untuk mendidik populasi mengerti aspek pencegahan penyakit (Raza et al. 2009). Di Kabupaten Jember, terdapat Pondok Pesantren Nurul Islam dimana banyak santri ynag mengeluh kudisan. Besar kemungkinan termasuk gejala scabies. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pencegahan penyakit skabies lebih penting dari pengobatan, sehingga menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk mencari sebuah solusi untuk pencegahan penyakit yang lebih efektif. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan prevalensi skabies sehingga diperlukan pendidikan agar populasi mengerti aspek pencegahan penyakit (Raza et al. 2009). Pencegahan penyakit skabies ini lebih efektif jika dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan pencegahan penyakit memberikan informasi pengetahuan yang muaranya mengubah sikap dan perilaku menjadi lebih higienis sehingga mampu mencegah berbagai macam penyakit, termasuk scabies. Berdasarkan pemikiran tersebut maka tim pengabdian pada masyarakat bermaksud mengadakan kegiatan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember. Melalui kegiatan ini diharapkan para santri dapat mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat bagi diri sendiri dan lingkungan pesantren. III. TAGET DAN LUARAN A. Target 1) Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember memahami pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat santri. 2) Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember memahami penyakit yang diakibatkan oleh perilaku hidup tidak bersih dan sehat. 3) Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember memahami tentang tanda tanda penyakit scabies. 4) Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember bisa mempraktekkan cara mencuci tangan yang benar 5) Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember dapat membuat poster kreatif berisi himbauan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. B. Luaran 1) Pengetahuan dan pemahaman santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember Jember tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
2) Santri bisa melakukan cara mencuci tangan dengan benar dan selalu mempraktekkannya. 3) Poster kreatif berisi himbauan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. 4) Sarana mendukung perilaku hidup bersih dan sehat berupa handuk yang kadang rawan untuk saling berbagi antara santri. 5) Budaya berperilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari hari. III. METODE PELAKSANAAN Kegiatan pengabdian ini akan dilakukan dalam beberapa tahapan yang merupakan solusi permasalah yang dihadapi mitra. A. Ceramah Penyuluhan tentang prinsip hidup bersih dan sehat terutama untuk mencegah penyakit scabies kepada santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember. B. Diskusi Kesempatan tanya jawab bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada santri Pondok Pesantren Nurul Islam Jember agar lebih dapat memahami hal-hal yang terlewatkan selama penyuluhan. C. Simulasi Peragaan cara mencuci tangan dengan benar sebagai salah satu wujud perilaku hidup bersih dan sehat. Sehingga santri setidaknya bisa melakukan dengan baik. D. Bimbing Membimbing santri untuk membuat poster kreatif. Poster kreatif berisi prinsip hidup bersih dan sehat di pondok serta himbaun untuk tidak berbagi barang pribadi yang menjadi agen penularan Scabies melalui kontak kulit. Poster ditempel di tempat berkumpulnya para santri agar mudah dibaca dan dipahami. E. Komitmen Adanya komitmen kelompok santri untuk selalu berperilaku hidup bersih dan sehat dalam kegiatan sehari hari. IV. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI Tim pelaksana pengabdian merupakan staf pengajar di Progam Studi D IV Rekam Medik Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Jember. Baik ketua maupun anggota tim pelaksana pengabdian telah menyandang gelar S2 dengan bidang ilmu yang linier dengan gelar kesarjanaannya dibidang yang serumpun yaitu Kedokteran/Managemen Administrasi Rumah Sakit dan Kesehatan Masyarakat/Kebijakan Kesehatan. Jenjang pendidikan dan kompetensi yang dimiliki tim pelaksana pengabdian merupakan modal penting untuk melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian masyarakat yang berjudul “Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok
160
Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7
Pesantren Nurul Islam Jember” telah selesai dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2016 dengan dihadiri wakil dari pengurus yayasan Nurul Islam, 20 orang guru pendamping serta 176 santri laki-laki dan 97 santri perempuan. Tahapan aktivitas yang telah dilakukan selama kegiatan pengabdian adalah sebagai berikut. 1) Melaksanakan koordinasi awal dengan mitra: Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2016. Koordinasi meliputi pengumpulan data serta observasi oleh tim pengabdian ke lokasi pondok pesantren nurul islam. Tim pengabdian menemui dan melakukan wawancara kepada pihak pengurus yayasan, para guru pendamping pondok, pengurus pos kesehatan pondok, serta beberapa santri terkait permasalahan kesehatan yang dihadapi santri. Wawancara yang dilakukan menghasilkan informasi mengenai banyaknya jumlah santri yang menderita penyakit kulit (gudik). Tim pengabdian kemudian melakukan observasi ke kamar-kamar santri, kamar mandi, tempat wudhu, serta mengamati kegiatan sehari-hari yang dilakukan santri. Berdasarkan hasil temuan tim pengabdian, pencegahan dan penularan scabies di pondok pesantren nurul islam dapat dihindari salah satunya melalui teradopsinya PHBS di dalam kegiatan sehari-hari santri. Pada tahapan kegiatan ini, tidak ditemukan kendala yang berarti dikarenkan mitra sangat kooperatif dalam memberikan informasi yang dibutuhkan serta memberikan keleluasaan untuk melakukan observasi menyeluruh. 2) Melakukan survei bahan dan pembelian obat-obatan: Kegiatan ini meliputi survey ke lokasi untuk pembelian obatobatan serta perlengakapan untuk pemeriksaan kesehatan kulit santri Perlengkapan yang dibutuhkan berupa obat salep untuk penyakit scabies serta obat minum untuk mengurangi gatal, handscoon, tube tempat pemberian salep. Survey ke percetakan untuk pembuatan poster dan melakukan pembelian alat tulis untuk kelengkapan pembuatan poster kreatif. Melakukan pembelian peralatan mandi sebagai sarana PHBS untuk penyelenggaraan mandi sehat yang dibagikan kepada para santri. Kendala yang dihadapi pada tahap ini adalah mencari jenis dan sediaan obat yang sesuai dengan kebutuhan santri, namun kendala ini tersolusikan dengan pemberian salep dengan tube dan label. 3) Melaksanakan Koordinasi pelaksanaan kegiatan pengabdian dengan mitra: Kegiatan ini dilakukan demi kelancaran kegiatan pengabdian, meliputi survey lokasi penyuluhan seta perlengkapannya, Survey lokasi kegiatan pembuatan poster kreatif serta perlengkapannya, survey lokasi pemeriksan dan pengobatan santri, susunan acara, serta keperluan surat menyurat dan penentuan waktu kegiatan. Kendala yang dihadapi pada tahap ini adalah mengingat cukup banyaknya santri yang terlibat maka tim pengabdian dan pengurus yayasan perlu menyusun suatu alur kegiatan yang sesuai sehingga pelaksanaan penyuluhan berjalan
kondusif disaat kegiatan pemeriksaan juga berlangsung dengan. 4) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan: Kegiatan ini dilaksanakan paa Tanggal 17 Oktober 2016, dimulai pukul 08.00 dengan dihadiri seorang wakil dari yayasan nurul islam, 20 guru pendamping santri serta 273 santri. Kegiatan pemberian materi dilakukan kurang lebih 90 menit dengan sarana powerpoint menggunakan inovasi pemberian lagu-lagu menarik yang berkaitan dengan PHBS dengan tujuan mudah dicerna dan diingat oleh peserta. Kegiatan pemberian informasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tim Pengabdian Memberikan Materi Penyuluhan
Gambar 2. Menunjukkan suasana kegiatan pengabdian. Kegiatan pemberian materi dapat berjalan dengan baik, dibuktikan dengan antusiasme para santri saat sesi diskusi dimana para santri melakukan Tanya jawab dan mempelajari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan PHBS. Selama ini santri masih banyak menggunakan alat mandi yang bergantian dengan sesame santri sehingga memudhkan penularan penyakit scabies. Hal tersebut tidak disarankan karena penularan penyakit kulit salah satunya melalui kontak alat pribadi melalui kulit. Melalui sarana mandi sehat yang dibagikan kepada para santri diharapkan para santri bisa menggunakan alat pribadinya masing-masing tanpa harus bergantian. Penyuluhan diakhiri dengan dilakukannya simulasi cuci tangan yang baik dan benar dipimpin tim pengabdian dan diikuti oleh seluruh peserta penyuluhan, sehingga diharapkan untuk berikutnya seluruh santri dapat berkomitmen untuk selalu menerapkan cara mencuci tangan yang benar dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan pemeriksaan dan pengobatan penyakit kulit dilakukan oleh satu orang dokter dari tim pengabdian dengan dibantu beberapa tenaga kesehatan dari pondok pesantren untuk screening penyakit scabies. Perlengkapan yang digunakan saat pemeriksan yaitu senter, handscoon, dan kasa steril. Kegiatan pemeriksaan tersaji pada Gambar 2.
161
Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7
Gambar 2. Tim Pengabdian Melakukan Pemeriksaan dan Pengobatan Penyakit Kulit
Gambar 2. Menyajikan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan penyakit kulit. Hasil pemeriksaan santri didapatkan 28 santri menderita scabies dengan tanda infeksi, 76 santri menderita scabies tanpa tanda infeksi, serta 21 santri menderita penyakit kulit lainnya. Selain melakukan pemeriksaan dan pengobatan, juga diberikan edukasi kepada santriterkait penyakit kulit yang dideritanya, Kegiatan pembuatan poster kreatif diikuti oleh 9 orang santri yang melakukan inovasi merancang poster bertemakan PHBS pondok pesantren menggunakan alat tulis yang telah disediakan tim pengabdian. Kegiatan ini melalui proses pembimbingan oleh tim pengabdian dimana tujuannya para santri bisa berkreasi secara ilmiah dan bermanfaat. Hasil pembuatan poster kemudian dicetak dan diberikan kembali kepada pihak pondok pesantren. Kendala yang dialami saat pelaksanakan kegiatan pengabdian adalah dengan begitu banyaknya santri yang menderita penyakit kulit tim kesehatan cukup memerlukan waktu yang panjang, namun pelaksanaan bisa berjalan kondusif dengan bantan para guru pendamping santri. 5) Melaksanaan kegiatan pemasangan poster PHBS dan penyerahan obat scabies: Kegiatan penyerahan dan pemasangan poster karya para santri yang telah dicetak oleh tim pengabdian kepada pihak pondok pesantren. Pemasangan dilakukan di lokasi-lokasi kamar mandi, kamar tidur serta tempat wudhu dimana para santri sering berada sehingga harapannya akan menjadi sarana yang sifatnya affirmative kepada para santri. Kegiatatan penyerahan obat scabies dilakukan kepada pihak pengurus pos kesehatan pesantren nurul islam, dimana bertujuan agar pengobatan yang dilakukan bisa berkelanjutan hingga tuntas. 6) Melakukan Pemaparan hasil kegiatan serta evaluasi PHBS di lingkungan Pondok: Kegiatan ini dilakukan dengan mempresentasikan hasil-hasil dari penyuluhan, pemeriksaan kulit, serta pembuatan poster kretif kepada pihak pondok pesantren. Kegiatan ini dihadiri oleh wakil dari yayasan, guru pengurus, serta tim pengabdian. Harapannya adalah pihak pondok pesantren mengetahui bagaimana kondisi kesehatan kulit santrinya serta bagaimana cara yang harus diterapkan untukmeningkatkan derajat kesehatan santri. Hasil dari
pemaparan ini adalah pihak pondok pesantren sangat terbuka dan menginginkan kegiatan lanjutan berupa pendampingan kepada pihak guru pengurus terkait pemberantasan penyakit scabies di pondok sehingga ujung tombak monitoring dan evaluasi akan berkelanjutan kepada para santri. Luaran yang sudah diperoleh pada pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember adalah sebagai berikut : 1) Poster Kreatif PHBS: Berupa 8 poster bertema PHBS pondok yang dipasang di beberapa lokasi yang sering dilewati oleh santri 2) Sarana pendukung kegiatan mandi sehat: Berupa sarana pribadi yang dibagikan kepada para santri sehingga mereka tidak menggunakan alat pribadi secara bergantian 3) Obat-obatan penyakit kulit: Berupa salep dan obat minum untuk menunjang pengobatan penyakit scabies melalui pos kesehatan pesantren VI. KESIMPULAN Kegiatan pengabdian ini telah menghasilkan poster kreatif oleh santri terkait PHBS dan telah dilakukan pemasangan di area pondok, memberikan sarana mandi sehat utuk para santri serta memberikan obat-obatan scabies yang telah diterima oleh pengurus pos kesehatan pesantren. Saran yang dapat diberikan yaitu: 1) Perlu dilakukan monitoring terhadap keberlanjutan kegiatan yang berlandaskan PHBS di lingkungan pondok pesantren nurul islam 2) Perlu dilakukan kegiatan monitoring kejadian penyakit scabies serta proses pengobatan yang paripurna sehingga dapat terjadi pencegahan penularan UCAPAN TERIMA KASIH Tim pengabdian kepada masyarakat dengan judul Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember mengucapkan terima kasih kepada Pondok Pesantren Nurul Islam Jember dan Politenik Negeri Jember atas dukungan pendanaan sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan pengabdian ini menjadi salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di sekitar Politeknik Negeri Jember untuk dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Serta bagi Politeknik Negeri Jember sebagai sarana pembuktian untuk dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan secara benar demi kesejahteraan bersama. Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan di pondok pesantren nurul islam dalam upaya pencegahan dan pemberantasan masalah kesehatan.
[1]
DAFTAR PUSTAKA Azizah I.N. & Setiyowati W. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian skabies pada balita di tempat pembuangan akhir kota semarang. Dinamika Kebidanan 1, 1-5.
162
Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7
[2] [3]
[4]
[5] [6] [7]
[8] [9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14] [15]
[16] [17]
Badri M. 2007. Hygiene perseorangan santri pondok pesantren wali songo ngabar ponorogo. Media Litbang Kesehatan 17, 1-7. Ciftci IK, Karaca S, Dogru O, Cetinkaya Z, & Kulac K. (2006). Prevalence of pediculosis and skabies in preschool nursery children of Afyon, Turkey. Korean Journal of Parasitology 44, 95-98 Depkes RI, 2007). Pedoman penyelenggaraan dan pembinaan pos kesehatan pesantren. 2007. Diunduh dari: http://perpustakaan.depkes.go.id. Gilmore SJ. Control strategies for endemic childhood scabies. PloS One. 2011;6:e15990. Golant AK, Levitt JO. Scabies: a review of diagnosis and management based on mite biology. Pediatr Rev.2012;33:e1-e12. Heukelbach J, Wilcke T, Winter B & Feldmeier. (2005). Epidemiology and morbidity of scabies and pediculosis capitis in resource-poor communities in Brazil. British Journal of Dermatology 153: 150–156. Johnstone P, Strong M. Scabies. BMJ. 2008;8:1707. Kline K., James S. McCarthy, Pearson M, Loukas A., & Hotez P. (2013). Neglected tropical diseases of oceania: review of their prevalence, distribution, and opportunities for control. Plosneglected tropical diseases, 7, 17-55. Kuspriyanto (2005). Pengaruh sanitasi dan higiene perorangan terhadap penyakit kulit. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: PPs Universitas Airlangga. Raza N,. Qadir S. N. R., Agna H. (2009). Risk faktor for scabies among male soldier in Pakistan: casecontrol study. Eastern Mediterranean Health Journal 15, 1-6 Roodsari MR, Malekzad F, Ardakani ME, Alai BA, Ghoraishian M. Prevalence of scabies and pediculosis in Ghezel Hesar Prison, Iran. IDTMRC. [diakses 24 Maret 2012]. Diunduh dari: http://www.jpad.org.pk/Oct Dec%202006/3.Original%20 article%20Prevalence%20of%20scabies%20and%20pediculosis%20 in%20Ghezel%20Hesar%20 prison,%20Iran.pdf. Saad. Pengaruh faktor higiene perorangan terhadap kejadian skabies di Pesantran An-Najach Magelang. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008. Shelley FW, Currie BJ. Problems in diagnosing scabies, a global disease in human and animal populations. CMR. 2007;268-79. Steer AC, Jenney AWJ, Kado J, Batzloff MR, Vincent SL, Waqatakirewa L, et al. High burden of impetigo and scabies in a tropical country. PLoS Negl Trop Dis. 2009;3:e467. Sungkar S. (1997). Skabies. Majalah Kedokteran Indonesia 47 (01) : 33-42 Zayyid M., Saadah M.S., Adil R., Rohela A.R., & Jamaiah, I. (2010). Prevalence of skabies and head lice among children in a welfare home in Pulau Pinang, Malaysia. Tropical Biomedicine 27, 442–446.
163