I.11
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Penyelidikan Pendahuluan Panas Bumi Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Timur Dahlan, Dikdik R., dan Edi M. KP Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi
SARI
”Penyelidikan pendahuluan panas bumi yang dilakukan di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan,
dan Kabupaten Malinau menemukan indikasi keberadaan potensi panas bumi di empat daerah, yaitu daerah Sebakis, Sajau, Semolon, dan Mengkuasar. Indikasi tersebut ditandai dengan pemunculan mata air panas dengan temperatur 51,2°C-90,1°C. Mata air panas tersebut muncul dari batuan sedimen dan diperkirakan berkaitan dengan reservoir batuan sedimen. Karakteristik mata air panas di daerah penyelidikan dicirikan oleh kandungan SiO2 rendah, Na+, Cl-, dan HCO3- yang relatif tinggi. Pada umumnya sampel mata air panas tersebut termasuk tipe bikarbonat, kecuali sampel air panas Sajau yang bertipe klorida bikarbonat, yang mengindikasikan pengaruh air permukaan yang cukup tinggi. Pembentukan sistem panas bumi di daerah penyelidikan diperkirakan berkaitan dengan reservoir batuan sedimen. Berdasarkan data geologi daerah survei yang merupakan bagian dari kraton Kalimantan yang batuan dasarnya atau basementnya merupakan batuan granit dan ditutupi oleh pengendapan batuan sedimen yang sangat tebal yang kemudian diterobos oleh batuan beku Tersier, maka terdapat 2 kemungkinan sistem panas bumi yang terbentuk, yaitu sistem radiogenik dan sistem sirkulasi dalam. Estimasi potensi panas bumi yang dilakukan terhadap keempat daerah panas bumi tersebut menunjukkan potensi panas bumi di daerah panas bumi Sebakis sebesar 5 MWe, daerah panas bumi Sajau 10 Mwe, daerah panas bumi Semolon 10 Mwe, dan daerah panas bumi Mengkuasar sebesar 5 MWe. Semua potensi panas bumi tersebut termasuk dalam kelas sumber daya spekulatif. Dari keempat daerah prospek panas bumi tersebut, daerah panas bumi Sajau menarik untuk dikaji lebih lanjut.
”
Kata kunci: survei pendahuluan, panas bumi kalimanatan timur
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PENDAHULUAN
Metodologi
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau terletak di bagian utara provinsi Kalimantan Timur (Gambar 1). Dari tataan geologi yang ada, wilayah di kedua kabupaten tersebut tidak berada di jalur gunung api yang merupakan daerah potensial bagi keberadaan potensi sumber daya panas bumi. Namun pada kenyataannya di ketiga kabupaten tersebut dijumpai indikasi keberadaan sumber daya panas bumi berupa pemunculan mata air panas di daerah Sebakis, Sajau, Semolon dan Mengkuasar. Selama ini, belum ada informasi yang menjelaskan mengenai adanya penelitian kepanasbumian di kedua daerah tersebut. Namun demikian beberapa penelitian kegeologian tercatat pernah dilakukan, antara lain oleh Bemmelen (1939), Situmorang dan G. Burhan (1995), Hidayat dkk. (1995), dan Wibowo, dkk., (2010). Uji petik yang dilakukan oleh Wibowo, dkk. menunjukkan indikasi keberadaan potensi panas bumi berupa pemunculan mata air panas di daerah Sebakis, Sajau dan Semolon.
Penyelidikan panas bumi di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau dilakukan dengan metode penyelidikan geologi dan geokimia. Metode penyelidikan geologi mempelajari sebaran batuan dan manifestasi panas bumi, serta beberapa parameter geologi lain yang berperan terhadap pemunculan manifestasi dan pembentukan sumber daya panas bumi yang ada. Metode ini dilakukan melalui pengamatan, pengukuran langsung gejala-gejala geologi, pengambilan contoh batuan, dan analisis laboratorium (petrografi, PIMA, dan fission track/K-Ar/X-Ray defraction).
Pemunculan mata air panas pada daerah tersebut di atas menarik untuk dipelajari baik dari sisi pembentukan sistem panas buminya maupun sisi keprospekannya. Oleh karena itu, dalam rangka mempelajari karakteristik sistem panas bumi di daerah tersebut dan inventarisasi potensi panas bumi yang ada dilakukan penyelidikan pendahuluan panas bumi dengan menggunakan metode geologi dan geokimia. Dari penyelidikan ini didapatkan parameter-parameter kepanasbumian yang akan menentukan tindak lanjut penyelidikan kepanasbumian di daerah ini.
I.11
Sementara metode penyelidikan geokimia mempelajari karakteristik fluida reservoir panas bumi berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran dan analisis sampel mata air panas dan mata air dingin yang dijumpai di daerah penyelidikan. Metode ini dilakukan melalui pengamatan kenampakan gejala panas bumi, pengukuran sifat fisika manifestasi panas bumi, pengambilan contoh air panas dan air dingin, pengambilan contoh tanah dan udara tanah pada kedalaman maksimal satu meter, dan analisis laboratorium.
Geologi dan Manifestasi Permukaan Daerah Panas Bumi Sebakis Morfologi daerah panas bumi Sebakis didominasi oleh morfologi perbukitan bergelombang lemah yang dicirikan oleh kemiringan lereng lebih dari 5o dengan ketinggian lebih dari 50
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
meter di atas muka laut, menempati lebih kurang 90% total daerah penyelidikan. Litologi daerah panas bumi Sebakis (Gambar 2) adalah batuan sedimen, yang terdiri dari perselingan batu pasir, serpih dan lempung serta batuan sedimen gamping. Secara umum batuan sedimen perselingan batu pasir, serpih dan lempung memiliki jurus perlapisan kearah timur laut dengan kemiringan berkisar antara 5 hingga 15o kearah tenggara. Struktur geologi yang teramati berupa sesar normal yang berarah relatif barat-timur dengan blok sebelah selatan relatif turun terhadap blok sebelah utara. Sesar normal ini diperkirakan mengontrol terbentuknya manifestasi panas bumi berupa mata air panas di daerah ini. Manifestasi panas bumi yang ada berupa mata air panas Sebakis yang berada di desa Srinanti, kecamatan Semenggaris, Kabupaten Nunukan. Lokasi tersebut berada pada area tambang batu bara PT Pipit Mutiara Jaya, tepatnya pada koordinat 524362 mT dan 450490 mU dengan temperatur air panas 51,2oC, debit sekitar 1,2 liter/detik, pH 6,43, dan daya hantar listrik 1465 mS/cm.
Daerah Panas Bumi Sajau Morfologi daerah panas bumi Sajau terdiri dari morfologi pedataran, perbukitan bergelombang lemah dan perbukitan bergelombang sedang. Satuan morfologi perbukitan bergelombang lemah menempati lebih kurang 70% dari total area. Litologi batuan daerah panas bumi Sajau tersusun oleh batuan sedimen yang terdiri dari perselingan batu pasir kuarsa, serpih, dan
lempung (Gambar 3). Struktur geologi yang berkembang berupa struktur Sesar Normal berarah relatif baratlaut-tenggara, dimana bagian timurlaut relatif turun terhadap bagian baratdaya. Keberadaan sesar ini sangat jelas terlihat pada peta DEM yang ditandai oleh kelurusan yang memanjang sesuai arah jurus sesarnya, dan kemungkinan besar struktur sesar ini adalah kontrol utama pembentukan manifestasi panas bumi di permukaan. Manifestasi panas bumi daerah Sajau berupa pemunculan beberapa mata air panas yang muncul saling berdekatan di tepi anak sungau Sajau sepanjang kurang lebih 50 meter, yaitu di antara desa Tanjung Agung dan desa Sajau, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan. Mata air panas dengan temperatur tertinggi muncul pada koordinat 554287 mT dan 296402 mU. Temperatur air berkisar antara 57,5oC – 90,1oC dengan pH 7,72, debit 1 liter/ menit dan daya hantar listrik 9300 mS/cm.
Daerah Panas Bumi Semolon Morfologi daerah panas bumi Semolon terbagi menjadi satuan morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan bergelombang lemah – sedang dan satuan pedataran. Satuan morfologi perbukitan terjal menempati lebih kurang 60% dari total areal, tersebar di seluruh areal penyelidikan, dicirikan oleh kemiringan lereng lebih dari 40o dengan elevasi lebih dari 100 meter diatas muka laut. Litologi batuan (Gambar 4) tersusun oleh dua satuan batuan, yaitu perselingan batu pasir dan lempung yang berumur Eosen dan endapan permukaan berupa endapan aluvial yang berumur Resen. Struktur geologi yang berkembang berupa sesar nor-
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.11
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
mal yang berarah relatif baratlaut-tenggara yang diperkirakan mengontrol pembentukan manifestasi di daerah ini. Manifestasi tersebut berupa pemunculan mata air panas di tepi sungai Yo sepanjang kurang lebih 150 meter. Temperatur mata air panas berkisar antara 51,4°C - 60,2°C dan pH relatif netral yaitu 6,91 hingga 7,07, dan debit 0,1-1 liter/detik.
Daerah Panas Bumi Mengkuasar Morfologi daerah Mengkuasar terdiri dari morfologi perbukitan terjal, perbukitan bergelombang sedang dan pedataran. Satuan perbukitan bergelombang sedang menempati lebih kurang 60% area, tersebar di sebelah barat dan timur lokasi, dicirikan oleh kemiringan lereng antara 5 hingga 30 o dengan ketinggian antara 50 hingga 100 meter di atas muka laut. Litologi batuan (Gambar 5) terdiri dari tiga satuan batuan, yaitu perselingan batu pasir dan lempung yang berumur Eosen, yang diterobos oleh batuan beku basalt serta endapan permukaan berupa endapan aluvial yang berumur Resen. Hasil pentarikh-an dengan metode jejak belah (fission track) menunujukkan bahwa batuan beku basalt berumur 10 ± 0,1 juta tahun atau Miosen Tengah. Struktur geologi yang berkembang berupa sesar normal yang berarah relatif baratlaut-tenggara yang diperkirakan berfungsi sebagai kontrol pembentukan manifestasi di daerah ini. Manifestasi tersebut terdiri dari pemunculan mata air panas Mengkuasar, dengan temperatur 60,5°C dan pH relatif netral yaitu 6,79.
Karakteristik Kimia Air Panas
I.11
Enam buah sampel air panas dan dua sampel air dingin diambil dalam penyelidikan ini. Hasil analisis laboratorium terhadap kandungan kimia air panas dan air dingin ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil analisis laboratorium terhadap sampel daerah panas bumi Sebakis, Sajau, Semolon dan Mengkuasar menunjukkan kesetimbangan ion berada pada rentang 0,23 – 4,69%. Dengan demikian hasil analisis laboratorium tersebut secara umum dapat digunakan untuk tahapan analisis selanjutnya. Hasil analisis laboratorium menunjukkan sampel air panas di daerah panas bumi Sebakis, Sajau, Semolon dan Mengkuasar pada umumnya memiliki kandungan senyawa silika yang kecil, rata-rata kurang dari 80 mg/L kecuali pada mata air panas Sajau dengan konsentrasi 132,47 mg/L. Sementara konsentrasi Na+, Cl-, dan HCO3- pada umumnya relatif tinggi, dan untuk mata air panas Sajau konsentrasi SO42juga relatif tinggi. Hasil plot pada diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 sebagaimana terlihat pada Gambar 6 menunjukkan air panas Sajau termasuk dalam tipe klorida bikarbonat, sementara air panas Sebakis, Semolon, dan Mengkuasar termasuk tipe bikarbonat. Plot pada diagram segitiga NaK-Mg menunjukkan bahwa sampel air panas Sajau, Semolon dan Mengkuasar berada pada zona kesetimbangan sebagian (partial equilibrium). Diagram segitiga Cl-Li-B menunjukkan mata air panas Semolon 3 berada mendekati sudut Cl dengan perbandingan Cl/B yang lebih besar dibandingkan mata air panas daerah Semolon lainnya. Sementara mata air panas Sajau, Sebakis, dan Mengkuasar berada di tengah diantara sudut Cl dan B. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua pemunculan mata
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
air panas tersebut dipengaruhi oleh lingkungan pemunculannya, yaitu di batuan sedimen. Dilihat dari perbandingan Li/B, terlihat bahwa air panas Sajau memiliki nilai perbandingan Li/B yang relatif lebih besar dibandingkan mata air panas yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa air panas Sajau terbentuk pada lingkungan dengan temperatur yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan transfer Li dari batuan ke dalam air memerlukan reaksi fluida dan batuan yang intensif pada temperatur tinggi (Giggenbach, dkk., 1993).
Asal Fluida Panas Air panas Sebakis menunjukkan karakteristik kimia yang menyerupai air permukaan dimana konsentrasi SiO 2 yang rendah, sementara Ca2+, Mg2+, dan HCO3- yang tinggi. Hal tersebut didukung hasil plot pada diagram segitiga SO4Cl-HCO3 yang menunjukkan tipe air bikarbonat dan diagram Na-K-Mg yang menunjukkan daerah immature water. Diagram segitiga ClLi-B juga menunjukkan perbandingan Li/B yang rendah yang menunjukkan bahwa fluida bukan berasal dari lingkungan dengan temperatur tinggi. Perbandingan nilai Cl/B yang hampir sama dengan nilai B/Cl diperkirakan akibat pembentukan air panas yang berada di lingkungan sedimen dan juga akibat adanya pengaruh air laut. Hasil analisis isotop sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7 juga menunjukkan kandungan isotop δ 18O yang lebih kecil dibandingkan air meteorik, dimana hal ini kemungkinan diakibatkan oleh adanya reaksi antara batuan dengan air laut atau air formasi pada temperatur sedang atau rendah. Berdasarkan pertimbangan di atas maka diperkirakan fluida panas di daerah Sebakis
berasal dari air formasi yang bereaksi dengan batuan kemudian keluar ke permukaan melalui struktur atau rekahan yang ada. Air panas Sajau menunjukkan karakteristik kimia yang menyerupai air panas yang muncul pada daerah vulkanik, seperti memiliki kandungan SiO2, Cl-, SO42-, dan F- yang relatif tinggi. Namun demikian pengaruh lingkungan pemunculannya yang berada di lingkungan sedimen juga tercermin dari tingginya konsentrasi boron. Hasil analisis diagram segitiga SO4-ClHCO3 menunjukkan tipe klorida bikarbonat dan pada diagram Na-K-Mg menunjukkan daerah kesetimbangan sebagian (partial equilibrium). Hal ini mengindikasikan bahwa air panas Sajau berasal dari hasil reaksi antara fluida dan batuan pada temperatur relatif tinggi. Diagram segitiga Cl-Li-B juga menunjukkan bahwa air panas Sajau memiliki nilai perbandingan Li/B yang relatif lebih besar dibandingkan mata air panas yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa air panas Sajau terbentuk pada lingkungan dengan temperatur yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan transfer Li dari batuan ke dalam air memerlukan reaksi fluida dan batuan yang intensif pada temperatur tinggi (Giggenbach, dkk., 1993). Sementara hasil analisis isotop juga menunjukkan adanya pengayaan isotop δ18O dan Deuterium. Hal ini dapat diperkirakan karena air panas Sajau terbentuk melalui proses steam heating ataupun berupa air panas yang mengalami evaporasi pada saat air panas muncul di permukaan. Berdasarkan pertimbangan di atas maka diperkirakan fluida panas di daerah Sajau berasal dari air meteorik yang mengalami reaksi kesetimbangan dengan batuan pada temperatur relatif tinggi dan kemudian muncul ke permukaan melalui
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.11
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
struktur atau rekahan yang ada. Karakteristik air panas Semolon ditunjukkan oleh adanya konsentrasi natrium, klorida, boron, dan bikarbonat tinggi, serta silika yang tidak begitu tinggi, boron. Hasil analisis diagram segitiga SO4-Cl-HCO3 yang menunjukkan air tipe bikarbonat dan diagram Na-K-Mg yang mendekati zona immature water namun masih masuk dalam zona partial equilibrium. Diagram segitiga Cl-Li-B juga menunjukkan perbandingan Li/B yang sangat rendah yang menunjukkan bahwa fluida bukan berasal dari lingkungan dengan temperatur tinggi. Variasi nilai Cl/B antara mata air panas Semolon 3 dengan semolon 1 dan 2 diperkirakan akibat perbedaan derajat interaksi fluida dengan batuan sedimen di sekitarnya dan juga derajat percampuran dengan air laut. Hasil analisis isotop juga menunjukkan air panas daerah Semolon berada mendekati garis global meteoric water line yang menunjukkan bahwa air panas tersebut berasal dari air meteorik. Nilai shifting isotop oksigen sebesar 0,4‰ mengindikasikan bahwa telah terjadi kesetimbangan dengan batuan sekitar. Kecilnya nilai shifting tersebut diperkirakan karena air panas Semolon berada pada lingkungan batuan yang berumur tua. Berdasarkan pertimbangan di atas maka diperkirakan fluida panas di daerah Semolon berasal dari air meteorik yang bereaksi dengan batuan kemudian keluar ke permukaan melalui struktur atau rekahan yang ada. Air panas Mengkuasar menunjukkan karakteristik kimia yang menyerupai air permukaan. Hal tersebut didukung oleh hasil analisis diagram segitiga SO4-Cl-HCO3 yang menunjukkan air tipe bikarbonat dan diagram Na-K-Mg yang
I.11
mendekati zona immature water namun masih masuk dalam zona partial equilibrium. Diagram segitiga Cl-Li-B juga menunjukkan perbandingan Li/B yang rendah yang menunjukkan bahwa fluida bukan berasal dari lingkungan dengan temperatur tinggi. Perbandingan nilai Cl/B yang relatif kecil diperkirakan akibat pembentukan air panas yang berada di lingkungan sedimen. Hasil analisis isotop juga menunjukkan kandungan isotop δ18O yang lebih kecil dibandingkan air meteorik, dimana hal ini kemungkinan diakibatkan oleh adanya reaksi antara batuan dengan air laut atau air formasi pada temperatur sedang atau rendah. Berdasarkan pertimbangan di atas maka diperkirakan fluida panas di daerah Mengkuasar berasal dari air formasi yang bereaksi dengan batuan kemudian keluar ke permukaan melalui struktur atau rekahan yang ada.
Perkiraan Temperatur Reservoir Salah satu informasi penting yang diharapkan dapat diperoleh melalui penyelidikan geokimia panas bumi adalah suhu bawah permukaan (suhu reservoir). Beberapa pendekatan (geotermometer) digunakan untuk memperkirakan suhu reservoir tersebut baik dengan menggunakan konsentrasi ion terlarut dalam air, isotop, maupun konsentrasi gas. Dalam estimasi temperatur reservoir daerah panas bumi Sebakis, Sajau, Semolon, dan Mengkuasar ini digunakan geotermometer silika dan Na-K. Hasil estimasi tersebut menunjukkan temperatur reservoir daerah panas bumi Sebakis sekitar 75oC, Sajau 146oC, Semolon 122oC, dan Mengkuasar 90oC. Sistem Panas Bumi
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Pembentukan sistem panas bumi di daerah survei diperkirakan berkaitan dengan reservoir batuan sedimen. Pada reservoir batuan sedimen ini ada beberapa kemungkinan proses terbentuknya sistem panas bumi. Berdasarkan data geologi daerah survei yang merupakan bagian dari kraton Kalimantan yang batuan dasarnya atau basementnya merupakan batuan granit dan ditutupi oleh pengendapan batuan sedimen yang sangat tebal yang kemudian diterobos oleh batuan beku Tersier, maka ada 2 kemungkinan sistem panas bumi yang terbentuk, yaitu sistem radiogenik dan sistem sirkulasi dalam. Sistem radiogenik terbentuk ketika terjadi peluruhan alamiah unsur radioaktif (thorium, potassium,uranium) yang banyak ditemukan pada batuan beku granitik dan kemudian memanasi air meteorik yang masuk di kedalaman (Anderson & Lund, 1979). Sistem sirkulasi dalam merupakan hasil dari sirkulasi dalam air meteorik sepanjang zona sesar atau zona rekahan pada daerah yang memiliki heat flow yang tinggi (Anderson & Lund, 1979). Pembentukan sistem ini berasosiasi dengan aktivitas sesar pada pola extensional dimana sumber panas diperkirakan berhubungan dengan peningkatan gradien termal di kedalaman. Dengan mempertimbangkan keadaan geologi dan data geokimia yang diperoleh, proses pembentukan sistem panas bumi di daerah Sebakis diperkirakan berkaitan dengan sistem radiogenik. Untuk daerah panas bumi Semolon lebih cenderung berkaitan dengan sistem sirkulasi dalam, sedangkan sistem panas
bumi daerah Sajau dan Semolon diperkirakan berkaitan dengan sistem sirkulasi dalam dan magmatisme, hal ini berkaitan dengan adanya konsentrasi gas H2S di kedua manifestasinya, hanya kita belum bisa mengetahui seberapa jauh pengaruh magmatisme dalam pembentukan kedua sistem panas bumi tersebut.
Kesimpulan Berdasarkan data-data yang ada, pembentukan sistem panas bumi daerah Sajau dan Semolon diperkirakan berkaitan dengan proses sirkulasi dalam dan magmatisme, sementara untuk sistem panas bumi daerah Sebakis diperkirakan berkaitan dengan sistem radiogenik dan sistem panas bumi Mengkuasar kemungkinan besar hanya berkaitan dengan sistem sirkulasi dalam. Namun demikian, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui pembentukan sistem panas bumi di keempat daerah tersebut. Studi terkait keberadaan gas H2S pada sistem panas bumi Sajau dan Semolon perlu dilakukan untuk mempelajari pengaruh magmatisme di kedua sistem panas bumi tersebut.
PUSTAKA Anderson, D.N. and J.W. Lund (Editors), 1979. Direct Utilization of Geothermal Energy: A Technical Handbook, SpecialReport No. 7, Geothermal Resoureces Council, Davis,CA, 250 p. Giggenbach, dkk., 1993, Isotopic and Chemical Composition of Waters and Gases from The East
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.11
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Coast Accretionary Prism, New Zealand, Proceedings of the final Research Co-ordination Meeting on the Application of Isotope and Geochemical Techniques to Geothermal Exploration in the Middle East, Asia, the Pacific and Africa, Philipines. Hidayat, S. dkk. 1995, Geologi lembar Tanjung Redeb, Kalimantan. Publ. P3G Bandung
lidikan Pendahuluan Panas Bumi Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau, Pusat Sumber Daya Geologi (unpublished report) Wibowo, A. E. A., dkk., 2010, Uji petik non vulkanik Kalimantan bagian Timur , Pusat Sumber Daya Geologi (unpublished report)
Nicholson, Keith, 2003, Geothermal Fluids : Chemistry and Exploration Technique, Springer Verlag, Inc, Berlin Situmorang, R.L. dan G. Burhan, 1995, Geologi lembar Tarakan dan Sebatik, Kalimantan. Publ. P3G, Bandung Tim Penyelidikan Pendahuluan, 2011, Penye-
I.11
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan
Gambar 2. Peta geologi daerah panas bumi Sebakis
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.11
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 3. Peta geologi daerah panas bumi Sajau
Gambar 4. Peta geologi daerah panas bumi Semolon
I.11
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 5. Peta geologi daerah panas bumi Mengkuasar
Gambar 6. Plot sampel air panas daerah panas bumi Kabupaten Nunukan, Bulungan dan Malinau pada diagram segitiga kimia
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.11
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 7. Plot hubungan δ18O (‰) dan δ2H (deuterium, D) (‰) air panas daerah Sebakis, Sajau, Semolon dan Mengkuasar
Gambar 8. Sistem panas bumi Radiogenik (Anderson &Lund, 1979)
I.11
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Gambar 9. Sistem panas bumi sirkulasi dalam (Anderson & Lund, 1979)
Tabel 1. Hasil analisis kimia sampel air panas dan air dingin
Parameter
AP Sebakis
AP Sajau
AS
AP
AP
AP
Apan
Semolon 1
Semolon 2
Semolon 3
AS Yo
AP Mengkuasar
pH
9.42
8.57
9.27
9.27
7.11
8.02
7.83
7.55
DHL/ EC
622
2330
521
1964
2410
2050
298
1421
TDS
SiO2
22.14
132.47
33.50
75.68
80.55
74.06
20.52
35.12
B
1.95
34.34
3.27
19.78
26.42
7.21
21.68
4.42
Al3+
0.07
0.00
0.00
0.07
0.00
0.07
0.00
0.00
Fe3+
0.10
0.01
0.14
2.38
0.83
0.20
0.03
0.10
Ca2+
72.60
15.72
41.70
46.10
63.10
45.90
4.02
28.87
Mg2+
5.92
0.73
3.60
9.44
15.05
10.10
1.27
6.71
Na+
101.60
923.10 87.50
754.70
1049.30
820.50
1.13
456.90
K+
2.46
39.38
5.40
24.49
35.02
28.71
0.27
0.27
Li+
0.09
3.22
0.15
0.07
0.05
0.07
1.39
0.19
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.11
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
I.11
As3+
0.00
0.00
0.50
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
NH4+
0.66
23.52
0.77
5.77
8.37
5.74
0.02
5.49
F-
0.00
3.61
0.48
0.00
0.81
0.15
0.64
0.97
Cl-
48.86
872.83 90.24
438.35
577.51
480.10
1.00
62.62
SO42-
2.00
488.04 69.96
2.00
2.00
2.00
2.00
0.00
HCO3-
401.38
761.07 177.98
1511.02
2105.42
1620.90
26.95
1209.19
CO3=
33.84
19.09
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
meq cation
8.65
43.77
6.43
37.00
51.44
39.89
0.56
22.21
meq anion
9.13
48.08
6.94
37.17
50.88
40.16
0.55
21.63
ion balance
-2.65
-4.69
-3.87
-0.23
0.55
-0.33
1.70
1.31
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011