PEDOMAN
PENYELENGGARAAN SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA DAERAH PEMBERANTASAN dan DAERAH ELIMINASI MALARIA DI INDONESIA
DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG DIREKTORAT JENDERAL PP&PL KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2013
KATA PENGANTAR Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menjadi ancaman di daerah tropis dan subtropics yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak umur di bawah lima tahun dan ibu melahirkan serta menurunkan produktifitas kerja. Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria masih sering terjadi, pada tahun 2012 terdapat dua kejadian KLB malaria yaitu di Provinsi Sumatera Utara dengan 57 kasus dan di Provinsi Yogyakarta dengan 85 kasus. Hal ini disebabkan antara lain adanya perubahan lingkungan, tingginya mobilisasi penduduk dan kewaspadaan yang belum optimal. Untuk itu diperlukan surveilans yang baik agar KLB dapat di deteksi dini dan ditanggulangi dengan cepat. Program Pengendalian malaria difokuskan untuk mencapai eliminasi malaria yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah bersama mitra kerja pembangunan dan masyarakat. Eliminasi malaria tersebut dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi dari satu pulau ke pulau yang lain sampai seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2030. Pentahapan eliminasi terdiri dari tahap pemberantasan, pre-eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan. Masing-masing tahapan mempunyai tujuan dan sasaran yang berbeda sesuai Permenkes No. 293 tahun 2009. Kegiatan surveilans pun disesuaikan berdasarkan tahapan eliminasi tersebut, dan surveilans merupakan hal yang sangat penting untuk ditingkatkan dalam pencapaian eliminasi karena salah satu syarat eliminasi adalah adanya surveilans yang baik. Dalam rangka peningkatan surveilans malaria tersebut, maka disusunlah buku pedoman. Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan masyarakat khususnya dalam pelaksanaan pengendalian malaria. Jakarta, Juli 2013 Direktur PPBB Dr.Andi Muhadir, MPH NIP 195504251982031005
2
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karuniaNya buku Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria ini dapat diselesaikan. Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas baik global maupun nasional. Hal ini tercantum dalam target 6c MDGs (Millenium Development Goals) dan RPJMN serta Renstra Kemenkes. Annual Parasite Incidens (API) Indonesia mengalami penurunan yaitu 3.620/00 pada tahun 2000 menjadi 1.69 0/00 pada tahun 2012. Kabupaten/Kota yang API nya sudah dibawah 1 per 1000 penduduk pada tahun 2012 adalah 68%. Dan ditargetkan bahwa pada tahun 2030 Indonesia dapat mencapai eliminasi malaria. Upaya untuk percepatan pencapaian eliminasi malaria dilakukan melalui kegiatan diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans, pengendalian vector, peningkatan peran serta masyarakat dan kemitraan. Salah satu komponen penting dalam pengendalian malaria adalah tersedianya data yang valid tentang perencanaan, monitoring dan evaluasi serta respon dan tindakan terhadap peningkatan kasus yang mengarah kepada Kejadian Luar Biasa (KLB). Ini dapat diperoleh melalui penyelenggaraan surveilans terpadu. Buku pedoman ini merupakan acuan teknis bagi tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan pengendalian malaria khususnya pelaksana surveilans malaria. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi diterbitkannya buku pedoman ini, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Juli 2013 Direktur Jenderal PP dan PL
Prof.dr.Tjandra Yoga Aditama
3
DAFTAR ISI I.
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 5 A. Latar Belakang..................................................................................................... 5 B. Pengertian............................................................................................................ 7 II. TUJUAN ................................................................................................................. 13 1. Tujuan Umum :................................................................................................... 13 2. Tujuan Khusus : ................................................................................................. 13 III. DASAR HUKUM..................................................................................................... 14 IV. RUANG LINGKUP.................................................................................................. 15 V. KEBIJAKAN TEKNIS.............................................................................................. 16 VI. STRATEGI ............................................................................................................. 17 VII. PENGORGANISASIAN .......................................................................................... 18 VIII. TEKNIS OPERASIONAL PENYELENGGARAAN SURVEILANS.......................... 19 A. Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Pada Tahap Pemberantasan .................................................................................... 20 B. Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Di Daerah Pada Tahap Pre-Eliminasi, Eliminasi Dan Pemeliharaan.................... 37 IX. POKOK-POKOK KEGIATAN PENGUATAN KINERJA SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA .................................................................... 58 X. PERAN ................................................................................................................... 62 XI. INDIKATOR KINERJA............................................................................................ 68 LAMPIRAN.................................................................................................................... 69 TIM PENYUSUN ........................................................................................................... 71
4
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa. Sampai tahun 2011 65 % dari 497 Kabupaten/Kota di Indonesia termasuk wilayah endemis malaria. Sampai akhir tahun 2011 terdapat 106 negara endemis malaria di seluruh dunia,sementara itu pada tahun 2010 jumlah penderita mencapai 216 juta orang dan 665.000 penderita diantaranya meninggal, terutama anak-anak berumur kurang dari lima tahun (86%). (http://www.who.int/malaria/world_malaria_report_2011/WMR2011_factsheet.pdf)
Selama tahun 2005 – 2011, kejadian malaria di seluruh Indonesia cenderung menurun, yaitu 4,10 kasus per 1000 penduduk pada tahun 2005 menjadi 1,75 kasus per 1000 penduduk pada tahun 2011. Jumlah pemeriksaan sediaan darah dengan uji diagnosis malaria meningkat, dari 47% (982.828 pemeriksaan sediaan darah dari 2.113.265 penderita klinis) pada tahun 2005, menjadi 63 % (1.164.405 pemeriksaan sediaan darah dari 1.849.062 penderita klinis) pada tahun 2011. Walaupun demikian selama tahun 2011 masih sering tejadi KLB malaria di 9 kabupaten/kota dari 7 Provinsi dengan penderita mencapai 1.139 kasus dengan 14 kasus diantaranya meninggal ( CFR= 1,22 % ) (Subdit Malaria, 2011)
B. Program Pengendalian Malaria Program pengendalian malaria difokuskan untuk mencapai eliminasi malaria sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria secara bertahap sampai tahun 2030. Eliminasi malaria tersebut dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oelh Pemerintah, pemerintah daerah, bersama mitra kerja pembangunan, termasuk LSM, dunia usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan masyarakat. Eliminasi malaria dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi, dan dari satu pulau ke pulau yang lebih luas sampai seluruh wilayah Indonesia, sesuai dengan situasi malaria dan ketersediaan sumber daya yang tersedia. Untuk mencapai tujuan pengendalian malaria diterapkan strategi pengendalian malaria sebagai berikut : 1. penemuan dini dan pengobatan yang tepat, dengan akses pelayanan kesehatan berkualitas, 5
2. penurunan risiko penularan dengan memanfaatkan forum gebrak malaria, 3. memperkuat sistem surveilans, monitoring dan evaluasi, 4. memperkuat SDM dan pengembangan teknologi, 5. advokasi dan sosialiasi, 6. penggalangan kemitraan, 7. pemberdayaan dan penggerakan masyarakat Kondisi endemisitas malaria di berbagai wilayah di Indonesia bervariasi dan ini mengharuskan perbedaan strategi pengendalian yang lebih sesuai antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu, kabupaten/kota di Indonesia perlu ditetapkan status endemisitasnya atau tahapan eliminasi malaria yang telah dicapainya. Daerah Jawa-Bali yang sebagian besar telah berada pada tahapan pra-eliminasi, tentu berbeda strategi pengendaliannya dengan daerah-daerah lain yang masih berada pada tahapan pemberantasan. Kriteria umum tahapan eliminasi daerah kabupaten/kota dan karakteristik epidemiologinya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 1 Kriteria Umum Daerah Kabupaten/Kota Sesuai Tahapan Eliminasi Tahapan Eliminasi Kabupaten/Kota Kriteria
Pemberantasan
SPR (%) 5% - lebih API --(/1000) Kasus --indigenous
PreEliminasi
Eliminasi
Pemeliharaan
<5% ---
--<1/1000 pddk Kasus masih ditemukan sampai dg 3 th pertama tidak ada kasus indigenous
Tidak ada kasus indigenous > 3 tahun
---
Tabel 2 Karakteristik Epidemiologi Daerah Kabupaten/Kota Sesuai Tahapan 6
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Eliminasi Tahapan Eliminasi Kabupaten/Kota Kriteria Penularan setempat Kejadian malaria
Pemberantasan Tinggi
PreEliminasi rendah
Menyebar rata, terutama balita
% kasus malaria/kasus demam di Puskesmas Pemeriksaan mikroskopis
Tinggi
Terkonsentra si di daerah reseptif malaria kecil
Belum semua Puskesmas
Semua Puskesmas, belum semua kasus suspek
Perekaman dan pelaporan Data Kriteria KLB dan investigasi
Agregat
Agregat – sebagian individual Berdasarkan peningkatan jumlah kasus
Berdasarkan peningkatan jumlah kasus
Eliminasi sangat rendah terbatas, jarang, sporadis
Pemeliharaan tidak ada
Sangat kecil
Tidak ada
Semua Puskesmas, semua kasus suspek individual
Semua Puskesmas, semua kasus suspek
Hanya kasus impor
individual
Satu kasus Satu kasus indigenous indigenous
Informasi tentang besarnya jumlah dan kematian kejadian malaria, beserta distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat menentukan kondisi endemisitas wilayah-wilayah di Indonesia dan sangat diperlukan dalam merumuskan perencanaan, pelaksanaaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan sistem pencatatan dan pelaporan yang didukung oleh suatu sistem yang handal dalam penyelenggaraan sistem surveilans dan sistem informasi malaria (sismal) berdasarkan tahapan eliminasi malaria di indonesia
C. Pengertian 1.
1
Surveilans adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan 1
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
7
2.
Surveilans malaria adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit malaria dan faktor-faktor yang mempengaruhi, termasuk pola perubahan dan distribusinya, agar dapat melakukan tindakan pengendalian malaria secara efektif dan efisien melalui proses penemuan penderita, pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi kepada lintas program dan lintas sektor terkait dalam pengendalian malaria
3.
Sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria (SKD-KLB Malaria) merupakan sistem kewaspadaan dini terhadap KLB malaria beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB malaria yang cepat dan tepat 2.
4.
Kasus tersangka malaria (malaria suspek) seseorang yang tinggal di daerah endemis malaria atau adanya riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu terakhir sebelum menderita sakit, menderita sakit dengan gejala demam atau riwayat demam dalam 48 jam terakhir
5.
Kasus malaria konfirmasi atau disebut kasus malaria positif adalah seseorang dengan hasil pemeriksaan sediaan darah positif malaria berdasarkan pengujian mikroskopis ataupun rapid diagnostic test/RDT. Kasus malaria konfirmasi terbagi menjadi kasus malaria indigenous, kasus malaria impor dan kasus malaria konfirmasi asimtomatis
6.
Kasus malaria indigenous adalah kasus malaria positif yang penularannya terjadi di wilayah setempat dan tidak ada bukti langsung berhubungan dengan kasus impor. Secara teknis, kasus malaria indigenous adalah kasus tersangka malaria yang tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu sebelum sakit dan hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria
7.
Kasus malaria impor adalah kasus malaria positif yang penularannya terjadi di luar wilayah. Secara teknis kasus malaria impor adalah kasus tersangka malaria dengan riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam 4 minggu terakhir sebelum menderita sakit dan hasil pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria
2
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 042/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria
8
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
8.
Kasus Introduce adalah kasus indigenous yang tertular langsung oleh kasus impor. Secara teknis, kasus introduce adalah seseorang yang :
9.
Yang tinggal di daerah tahap eliminasi atau pemeiliharaan, yang Menderita sakit demam dan positif malaria, dan dengan riwayat tinggal dalam radius 100 meter dari kasus impor, pada 2-8 minggu sebelum mulai demam, dan tidak ada riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria 4 minggu terakhir sebelum demam
Kejadian luar biasa (KLB) malaria adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian penyakit malaria yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Secara teknis KLB malaria berbeda setiap daerah berdasarkan tahapan eliminasi malaria : a. Pada daerah tahap pemberantasan dan pre-eliminasi, terjadi KLB malaria jika : Pada suatu desa atau kelurahan (1) terjadi peningkatan jumlah penderita dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini : Jumlah penderita dalam sebulan pada bulan sebelumnya Jumlah penderita dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya Jumlah penderita maksimum pada pola maksimum dan minimum dan slide positivity rate pada Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 20% dan parasit Plasmodium falsiparum dominan atau (2) terjadi peningkatan jumlah penderita malaria meninggal dalam periode tertentu (satu bulan) lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama b. Pada daerah tahap eliminasi, terjadi KLB malaria jika : Pada suatu desa atau kelurahan :
9
(1) Terjadi peningkatan jumlah penderita indigenous dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini : Jumlah penderita indigenous dalam sebulan pada bulan sebelumnya Jumlah penderita indigenous dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya Jumlah penderita indigenous maksimum pada pola grafik maksimum-minimum, dan slide positivity rate pada Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) atau pada Penemuan Kasus Malaria Secara Aktif (ACD) lebih dari 20% dan parasit Plasmodium falsiparum dominan atau (2) terjadi peningkatan jumlah penderita malaria (indigenous, impor) meninggal dalam periode tertentu lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya dengan periode yang sama c. Pada daerah tahap pemeliharaan, terjadi KLB malaria jika ditemukan satu atau lebih penderita malaria indigenous
10. Jejaring Surveilans dan Sistem Informasi Malaria adalah jejaring dalam satu kesatuan sistem yang melakukan pertukaran data, informasi, teknologi dan keahlian terkait dengan kegiatan pengendalian malaria di Indonesia yang meliputi: a. Jaringan kerjasama antara unit-unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dengan unit-unit pelaksana pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, laboratorium dan unit penunjang lainnya. b. Jaringan kerjasama antara unit-unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dengan pusat-pusat penelitian dan kajian c. Jaringan kerjasama antara unit-unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria yang ada di kabupaten/Kota, provinsi dan pusat d. Jaringan kerjasama unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dengan berbagai lintas sektor terkait nasional, bilateral negara, regional dan internasional 11. Eliminasi Malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat (indigenous) dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada
10
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
vektor malaria di wilayah tersebut sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali 3 12. API (Annual Parasite Incidence) adalah jumlah penderita positif malaria dalam satu tahun per 1000 penduduk (tengah tahun) di suatu wilayah tertentu. Wilayah API adalah desa/kelurahan, kecamatan/wilayah puskesmas, kabupaten/kota. 13. ABER (Annual Blood Examination Rate) adalah prosentase jumlah sediaan darah yang diperiksa untuk pengujian malaria (mikroskopis dan RDT) dalam satu tahun terhadap jumlah penduduk (tengah tahun) dalam suatu wilayah tertentu. 14. SPR (Slide Positivity Rate) adalah prosentase jumlah sediaan darah positif terhadap jumlah sediaan darah yang diperiksa. 15. Fokus malaria aktif adalah wilayah masih terjadi penularan malaria. Secara teknis fokus malaria aktif adalah wilayah (desa/kelurahan) yang mempunyai riwayat adanya kasus malaria indigenous dalam 3 tahun terakhir. 16. Wilayah reseptif malaria adalah wilayah yang memiliki vektor malaria dengan kepadatan tinggi dan terdapat faktor lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria 17. Wilayah vulnerabel malaria adalah wilayah yang rawan terjadinya penularan malaria karena berdekatan dengan wilayah yang masih terjadi penularan malaria, atau masih tingginya kasus impor dan/atau masih tingginya vektor infektif yang masuk ke wilayah ini 18. Daerah berdasarkan tahapan pengendalian eliminasi adalah daerah yang menerapkan sesuai dengan salah satu dari 4 tahapan pemberantasan, tahap preeliminasi, tahap pemeliharaan.
malaria atau tahapan pengendalian malaria eliminasi, yaitu tahap eliminasi dan tahap
19. Daerah endemis malaria adalah wilayah puskesmas, atau kabupaten/kota yang masih terjadi penularan malaria. Secara teknis daerah endemis malaria diartikan sebagai wilayah seluas Puskesmas/Kecamatan, kabupaten/kota atau provinsi yang mempunyai fokus malaria aktif
3
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 293/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria Indonesia
11
20. Unit pelaksana surveilans adalah kelompok kerja teknis struktural atau fungsional, dengan dukungan sarana dan sistem kerja tertentu yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan sistem surveilans, baik berlangsungnya mekanisme kerja surveilans, maupun upaya penguatan kinerja surveilans. 21. Unit sumber data surveilans adalah kelompok kerja teknis struktural atau fungsional, dengan dukungan sarana dan sistem kerja tertentu yang bertugas menyediakan data surveilans sesuai ketentuan dalam penyelanggaraan sistem surveilans 22. Surveilans rutin adalah surveilans yang seluruh proses kegiatan surveilans dilaksanakan sepanjang tahun 23. Surveilans khusus adalah surveilans yang seluruh proses kegiatan surveilans dilaksanakan dalam periode waktu terbatas. 24. Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB agar dapat mengetahui secara dini dan respon terjadinya KLB 25. Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perubahan kondisi rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini kondisi yang rentan terjadinya KLB, tindakan pencegahan dan atau antisipasi yang sesuai. 26. Kondisi rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan-perilaku dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB 27. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan pada saat terjadi KLB malaria untuk menangani penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian baru 28. Peringatan Kewaspadaan Dini KLB merupakan pemberian informasi adanya ancaman terjadinya KLB malaria pada suatu daerah dalam periode waktu tertentu 29. Program penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar daerah yang KLB malaria tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. 12
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
II. TUJUAN 1. Tujuan Umum : Terselenggaranya sistem surveilans, sistem informasi dan SKD-KLB berdasarkan tahapan eliminasi malaria di indonesia
2. Tujuan Khusus : a. Meningkatnya pemahaman petugas terhadap pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria berdasarkan tahapan eliminasi b. Tersedianya data penyakit dan faktor risiko malaria serta data terkait lainnya dalam pengendalian malaria c. Terlaksananya kegiatan pengolahan dan analisis data secara rutin d. Diperolehnya peta stratifikasi malaria menurut desa, kecamatan dan kabupaten/kota e. Meningkatnya Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) malaria f. Terlaksananya diseminasi informasi data dan informasi serta rekomendasi kepada pelaksana program pengendalian malaria, lintas program dan lintas sektor terkait dalam pengendalian malaria
13
III. DASAR HUKUM Dalam pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria mengacu kepada dasar hukum sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 3. PP No 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria Di Indonesia 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 275/MENKES/III/2007 tentang surveilans malaria 8. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 443.41/465/SJ Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria Di Indonesia
14
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
IV. RUANG LINGKUP Ruang lingkup penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria meliputi kebijakan teknis, strategi, pengorganisasian, jenis penyelenggaraan, pokok kegiatan penguatan kinerja, dan indikator kinerja
15
V.KEBIJAKAN TEKNIS 1. Surveilans dan sistem informasi malaria merupakan bagian integral dari sistem surveilans epidemiologi nasional untuk mendukung tersedianya data dan informasi yang cepat dan akurat, sebagai dasar pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pengendalian malaria, termasuk SKD-KLB 2. Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-masing wilayah
16
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
VI. STRATEGI 1. Advokasi, sosialisasi, dan dukungan peraturan perundangundangan dalam penyelenggaran surveilans dan sistem informasi malaria 2. Pengembangan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan kebutuhan program 3. Peningkatan mutu data dan informasi 4. Peningkatan kompentensi tenaga pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria 5. Pengembangan tim pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria 6. Penguatan jejaring surveilans dan informasi malaria 7. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi bagi pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria
17
VII. PENGORGANISASIAN Sesuai dengan peran dan fungsinya, setiap fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta, unit pelaksana teknis daerah dan pusat, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan kementerian kesehatan melaksanakan surveilans dan sistem informasi malaria.
18
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
VIII. TEKNIS OPERASIONAL PENYELENGGARAAN SURVEILANS Berdasarkan tahapan eliminasi malaria pada masing-masing daerah, penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria terdiri atas : a. Surveilans malaria di daerah pada tahap pemberantasan b. Surveilans malaria di daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan Masing-masing penyelenggaraan surveilans tersebut memiliki sumbersumber data dan pemanfaatan data dengan teknis analisis yang berbeda. Data yang berasal dari berbagai sumber data surveilans dihimpun, diolah dan dilaporkan dalam 2 kelompok kegiatan surveilans, yaitu surveilans rutin, dan surveilans khusus. Sementara pemanfatan data surveilans tersebut dibagi dalam 2 bagian, yaitu pemanfaatan data untuk mendukung kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria (informasi kinerja program), dan pemanfaatan data surveilans untuk mendukung pelaksanaaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) malaria
Gambar Penyelenggaraan Surveilans Malaria A. Surveilans Tahap Pemberantasan Sumber Data Pemanfaatan Data 1.Surveilans Rutin 1.Diseminasi Informasi 2.Surveilans Khusus 2.Informasi Kinerja Program 3.SKD-KLB Malaria B. Surveilans Tahap PreEliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan Sumber Data Pemanfaatan Data 1.Surveilans Rutin 1.Diseminasi Informasi 2.Surveilans Khusus 2.Informasi Kinerja Program 3.SKD-KLB Malaria Keterangan : Sumber Data : Perekaman, pengumpulan, pengolahan dan pelaporan Pemanfaatan Data : penyajian dan analisis
19
A.
Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Pada Tahap Pemberantasan
Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria di daerah program pengendalian malaria tahap pemberantasan malaria terdiri dari surveilans rutin, surveilans khusus, data dan informasi kinerja program dan SKD KLB malaria. 1. Surveilans Rutin Surveilans rutin terdiri dari jenis surveilans rutin (sumber data, variabel, perekaman dan pengolahan data) , pelaporan data, dan penyebarluasan informasi a. Jenis Surveilans (1) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Penemuan Penderita Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini adalah penderita yang berobat ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang didiagnosis sebagai penderita malaria. Penderita malaria terdiri dari kasus malaria suspek, kasus malaria suspek dengan pengujian mikroskopis/ pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif (b) Variabel Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek. Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/ pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan, sesuai Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 10.1)
(c) Perekaman dan Pengolahan Data Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya direkam pada Register Penderita Berobat Di Puskesmas/Fasilitas Pelayanan 20
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Kesehatan dengan keterangan diagnosis kasus malaria suspek Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat, direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Puskesmas (PCD). Data kasus malaria suspek pada Register Penderita Berobat di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (PCD) dan data kasus malaria positif pada Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 10.1) atau Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Puskesmas (PCD), kemudian direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan (PCD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 10.4) Gambar Alur Perekaman dan Pengolah Data Malaria Berdasarkan Penemuan Penderita di Puskesmas Daerah Tahap Pemberantasan Kasus Malaria Suspek di Puskesmas
Rekam dalam Register Penderita Berobat Puskesmas (PCD)
Rujuk Pemeriksaan Mikroskopis
Rekam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Puskesmas (PCD)
Kasus malaria positif
Rekam dalam Kartu Penderita Malaria Positif Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas (PCD)
(2) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (Active Case Detection) Kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan menjadi alternatif pengendalian malaria pada tahap pemberantasan, antara lain karena sangat tingginya risiko sakit berat atau meninggal, dan kegiatan penemuan penderita malaria secara pasif tidak efektif menurunkan risiko penularan malaria di daerah tersebut (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini adalah penderita malaria yang ditemukan saat melaksanakan kunjungan dari rumah 21
ke rumah atau yang berkunjung ke pos-pos pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dalam rangka kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan Penderita malaria terdiri dari kasus malaria suspek, kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif (b) Variabel Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek. Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan (c) Perekaman dan Pengolahan Data Kasus malaria suspek yang ditemukan saat melaksanakan kegiatan penemuan penderita malaria secara aktif di lapangan direkam pada Register Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (ACD). Kasus malaria suspek dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD). Data kasus malaria suspek yang telah direkam pada Register Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (ACD) dan data kasus malaria positif pada Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 10.4) (3) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Program Pengendalian Malaria (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini terdiri atas : Distribusi kelambu pada kegiatan ante natal care, bersumber dari laporan Cohort Ibu pada Program Kesehatan Ibu Hamil 22
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Distribusi kelambu pada kegiatan imunisasi, bersumber dari laporan Rekapitulasi Bayi Puskesmas Program Imunisasi Distribusi kelambu pada penderita malaria berobat, bersumber dari catatan Kartu Penderita Malaria Distribusi kelambu melalui kegiatan lainnya, bersumber dari laporan hasil kegiatan, seperti : kampanye kelambu masal, penanggulangan KLB.
(b) Variabel Variabel perekaman data program pengendalian malaria terdiri atas distribusi kelambu masing-masing wilayah (desa) dari berbagai program terkait (ante natal care, Imunisasi, KIA dan lain sebagainya) (c) Perekaman dan Pengolahan Data Data jumlah kelambu yang didistribusikan pada pelaksaaan kegiatan pengendalian malaria direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 10.5) (d) Analisis Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu menurut desa/kelurahan pertahun. Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu dalam kerangka menurunkan risiko penularan malaria, dianalisis bersama dengan cakupan penyemprotan insektisida, cakupan pengobatan massal dan perbaikan kegiatan masyarakat yang berisiko penularan malaria. (4) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Logistik Obat (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini adalah Laporan Penggunaan Obat Malaria di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. (b) Variabel Variabel perekaman Data Logistik Obat Malaria terdiri atas penerimaan, pemanfaatan dan sisa (c) Perekaman dan Pengolahan Data
23
Data logistik obat malaria direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 10.5) (d) Analisis Monitoring penerimaan, pemanfaatan dan sisa obat berkala bulanan dan tahunan pada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan Jumlah obat yang dimanfaatkan dibandingkan dengan cakupan pengobatan
(5) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Berdasarkan Hasil Pengamatan Vektor Malaria Daerah pada tahap pemberantasan, melaksanakan pengamatan vektor di seluruh wilayah dengan menetapkan titiktitik pengamatan (sentinel) yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (a) Sumber Data Sumber data pengamatan vektor adalah pengukuran vektor yang dilaksanakan pada lokasi-lokasi pengamatan yang telah ditentukan berdasarkan riwayat kejadian KLB atau tingginya kejadian malaria. (b) Variabel Variabel perekaman data pengamatan vektor adalah ratarata kepadatan vektor (nyamuk dan jentik) per bulan pada wilayah dusun/desa (kelurahan) atau atas dasar lokasi pengamatan vektor yang telah ditentukan (c) Perekaman dan Pengolahan Data Data pengamatan vektor direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Pengamatan Vektor Puskesmas (contoh lampiran 10.7) (d) Analisis Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan lokasi pengamatan vektor Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan wilayah Puskesmas Peta kepadatan vektor menurut wilayah pengamatan vektor
24
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
(6) Surveilans Migrasi Tidak dilaksanakan di daerah pada tahap pemberantasan b. Analisis Data yang diperoleh dari pelaksanaan surveilans rutin dimanfaatkan untuk menyediakan data-informasi indikator kinerja program dan untuk keperluan SKD-KLB malaria c. Pelaporan (1) Puskesmas, RS dan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah merekam dan merekapitulasi Data Surveilans Rutin, segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. Beberapa daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan bukan Rumah Sakit mengirimkan laporan ke Puskesmas dimana Fasilitas Pelayanan Kesehatan berada. (2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui e-mail dalam bentuk file excel dan file scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang. (3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui e-mail dalam bentuk file excel dan file scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang.
25
Gambar Alur Pelaporan Bulanan Data Penderita Malaria Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Rumah Sakit
Puskesmas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain
d. Penyebarluasan Informasi Data dan analisis data surveilans rutin diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan Minimal, Puskesmas/RS, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan menerbitkan : (1) Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan dan informasi lain yang diperlukan secara periodik bulanan, antara lain meliputi (a) % jumlah kasus malaria suspek yang diperiksa RDT atau mikroskopis per jumlah kasus malaria suspek (% sediaan darah per bulan) (b) jumlah kasus malaria positif per 1.000 kasus suspek diperiksa dengan RDT atau mikroskopis (slide positivity rate per bulan) (c) % kasus malaria dg Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per bulan) (d) % kasus malaria positif <5 tahun per total kasus malaria positif (e) % kasus malaria positif ibu hamil per total kasus malaria positif (f) % kasus malaria positif perempuan per total kasus malaria positif (g) % jml kasus malaria positif rawat inap per total penderita rawat inap (h) % jml kasus malaria positif rawat inap meninggal per total penderita rawat inap meninggal, 26
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
(i) curah hujan perbulan (j) data kepadatan vektor perbulan (contoh pada lampiran 1. Tabel Analisis, III.1. Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan) (2) Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan, Profil Malaria dan informasi lain yang diperlukan secara periodik tahunan, antara lain meliputi (a) data jumlah penduduk, (b) data jumlah penduduk di wilayah reseptif, (c) jumlah kasus malaria suspek, (d) jumlah kasus malaria suspek dengan RDT dan mikroskopis (% sediaan darah tahunan), (e) jumlah kasus malaria positif, (f) jumlah kasus malaria positif ibu hamil, (g) jumlah kasus malaria positif berumur <5 tahun, (i) % jumlah kasus malaria positif per total jumlah kasus malaria suspek diperiksa (dengan RDT+mikroskopis) (slide positivity rate per tahun) (j) % jumlah kasus malaria positif Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per tahun), (k) Annual parasit incidence (API) per total penduduk dan desa, puskesmas, atau kabupaten/kota (l) jumlah kasus malaria positif yang dirawat inap, (m) jumlah kasus malaria positif yang dirawat inap meninggal per 100.000 penduduk, (n) jumlah laporan unit sumber data bulanan yang diterima (kelengkapan laporan), (o) jumlah laporan unit sumber data bulanan diterima tepat waktu (ketepatan laporan) (contoh pada lampiran 1. Tabel Analisis, III.2. Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan)
2. Surveilans Khusus Surveilans khusus terdiri dari jenis surveilans khusus (metode dan format laporan), pelaporan data, dan penyebarluasan informasi a. Jenis Surveilans, Metode dan Format Pelaporan Daerah pada tahap pemberantasan, melaksanakan kegiatan Surveilans Khusus, antara lain : Surveilans Pada Saat KLB, Survei Vektor, Pemeriksaan Darah Massal (Mass Blood Survey), Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever Survey), Survei 27
Dinamika Penularan Malaria, Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat, Monitoring Efikasi Obat dan Resistensi Obat, Monitoring Resisten Insektisida dan Kelambu Berinsektisida, serta penelitian-penelitian Tujuan, metode, sumber data dan variabel serta pelaporannya adalah spesifik masing-masing jenis Surveilans Khusus, dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah dan permasalahannya
(1) Surveilans Pada Situasi KLB Malaria Merupakan bagian dari penyelidikan dan penanggulangan KLB, dan wajib dilaksanakan selama periode KLB. Setelah KLB dinyatakan selesai, kegiatan surveilans kembali pada sistem surveilans dalam keadaan normal Kegiatan penyelidikan-penanggulangan dan surveilans selama periode KLB adalah sebagai berikut : (a) Puskesmas yang mengetahui adanya indikasi KLB malaria, segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/W1) Pada daerah tahap pemberantasan, indikasi KLB malaria adalah terdapat peningkatan jumlah kasus malaria positif pada wilayah dan periode waktu tertentu, atau adanya peningkatan jumlah kematian karena malaria. (b) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24 Jam/W1 diterima Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi (c) Melaksanakan berbagai upaya pengobatan penderita dan pengendalian penularan malaria, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan penanggulangan KLB, antara lain : Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan dekat dengan pemukiman penduduk (metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama pada lokasi yang diduga terjadi penularan yang tinggi Pemeriksaan Darah Massal (MBS), terutama pada wilayah-wilayah KLB dengan attack rate dan atau case fatality rate yang tinggi 28
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Mendistribusikan kelambu berinsektisida, Melaksanakan Penyemprotan Insektisida (IRS)
(d) Melaksanakan surveilans Secara umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria, antara lain, data penderita berdasarkan kegiatan Penemuan Penderita Malaria di Pos-pos Kesehatan dan atau Fasilitas Kesehatan Lain; data penderita berdasarkan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), jumlah rumah/keluarga terlindungi menurut dusun/desa KLB sebagai hasil kegiatan penyemprotan rumah (IRS), distribusi kelambu, perbaikan kegiatan masyarakat dan sebagainya (e) Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai penyelidikan lebih luas :
Melakukan kajian jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dan pengaruhnya terhadap menculnya KLB malaria Melaksanakan Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat, dan pengaruhnya terhadap munculnya KLB malaria Melaksanakan kajian kondisi lingkungan pemukiman, curah hujan dan migrasi penduduk, dan pengaruhnya terhadap munculnya KLB malaria, terutama untuk mengetahui adanya lingkungan sebagai sumbersumber penularan Melakukan survei dinamika penularan Melaksanakan pengamatan dan survei vektor Melaksanakan verbal otopsi
Kriteria KLB malaria pada daerah tahap pemberantasan, serta tatacara pelaksanaan surveilans selama periode KLB malaria disesuaikan dengan kondisi dan keperluan analisis KLB yang terjadi. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 (2) Survei Vektor Penular Malaria Merupakan kajian dan penelitian vektor penular malaria pada suatu wilayah tertentu yang diduga telah terjadi penularan malaria. 29
Daerah pada tahap pemberantasan melaksanakan survei vektor sesuai kebutuhan berdasarkan analisis situasi malaria dan pengamatan vektor, terutama pada daerah yang terjadi peningkatan kasus malaria sangat tinggi atau terjadi KLB malaria, daerah-daerah yang sering terjadi KLB, daerah dengan angka kejadian malaria cukup tinggi dan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari waktu ke waktu.
(3) Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever Survey) Penemuan penderita demam massal adalah menemukan kasus malaria positif diantara penduduk pada suatu wilayah tertentu dengan cara memeriksa semua penderita demam suspek malaria (kasus malaria suspek) pada suatu wilayah tertentu, dan memastikan diagnosis malaria (jenis parasit) melalui pemeriksaan mikroskopis atau pemeriksaan cepat (RDT). Semua kasus malaria positif mendapat pengobatan standar. Tujuan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal adalah mengukur besarnya risiko penularan malaria di wilayah tertentu. Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal pada daerah tahap pemberantasan dilaksanakan pada wilayah yang diduga terjadi KLB malaria, terutama sebagai metode pembuktian/konfirmasi terjadinya KLB malaria (4) Pemeriksaan Darah Massal (Mass Blood Survey) Pemeriksaan darah massal adalah menemukan dan mengobati kasus malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) diantara penduduk pada wilayah tertentu dengan cara melakukan pemeriksaan sediaan darah semua anggota masyarakat yang berada pada wilayah tertentu dan dalam periode waktu terbatas. Seseorang yang ditemukan parasit pada sediaan darahnya adalah kasus malaria positif, dan setiap kasus malaria positif mendapat pengobatan standar. Tujuan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal adalah menurunkan risiko penularan dengan cepat pada suatu wilayah tertentu. Daerah pada tahap pemberantasan, melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS) pada : (a) Wilayah desa/dusun endemis tinggi malaria, tetapi sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala. (b) Daerah yang sedang terjadi peningkatan jumlah penderita malaria atau berjangkit KLB malaria 30
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
(c) Daerah yang sulit terjangkau pelayanan (remote area) di wilayah endemis tinggi malaria. (5) Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Setiap wilayah mempunyai spesifikasi budaya dan perilaku penduduk berisiko penularan malaria, dan oleh karena itu, perlu melaksanakan survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat untuk mengetahui strategi pengendalian malaria yang lebih tepat Prioritas melaksanakan survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat didaerah pada tahap pemberantasan antara lain : (a) Wilayah-wilayah tertentu dimana upaya pengendalian malaria tidak menunjukkan perbaikan (b) Wilayah-wilayah yang akan melaksanakan pengendalian malaria
(6) Survei Dinamika Penularan Malaria Survei Dinamika Penularan Malaria adalah kajian menyeluruh dan sistematis terhadap perubahan tingkat dampak penularan malaria di suatu wilayah agar dapat diperoleh cara-cara pengendalian malaria yang tepat. Di daerah tahap pemberantasan, prioritas Survei Dinamika Penularan Malaria adalah pada wilayah-wilayah dengan penularan malaria tinggi dan tidak menunjukkan perbaikan setelah dilaksanakan berbagai upaya pengendalian malaria, atau daerah yang akan menerapkan upaya pengendalian malaria dimana informasi epidemiologi dan atau cara-cara pengendalian yang tepat belum diketahui dengan baik.
31
(7) a.
Surveillans Obat dan Insektisida Efikasi Obat Daerah tahap pemberantasan melaksanakan Monitoring Efikasi Obat sesuai dengan penetapan daerah Sentinel Monitoring Efikasi Obat yang yang ditentukan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan Daerah dan atau lembaga tertentu dapat melaksanakan Monitoring Efikasi Obat yang tetap menjadi bagian integral dari kegiatan Monitoring Efikasi Obat Nasional
b.
Resistensi Obat
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
(8)
Penelitian Hasil penelitian malaria wajib dilaporkan dan dimanfaatkan dalam analisis surveilans malaria, baik lokal, regional maupun nasional
b. Analisis Data surveilans khusus dikompilasi, dilaporkan dan dimanfaatkan dalam analisis surveilans malaria, baik lokal, regional maupun nasional, sesuai dengan metode surveilans dan desain analisis pada masing-masing surveilans khusus, baik menurut waktu, tempat dan kelompok masyarakat Sasaran. metode dan desain analisis data Surveilans Khusus lihat pada lampiran masing-masing Surveilans Khusus c. Pelaporan (1) Pelaksana surveilans khusus membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan Surveilans Khusus, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya 1 bulan sejak pelaksanaan Surveilans Khusus tersebut selesai. (2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi Data Surveilans Khusus dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan (3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi Data Surveilans Khusus tersebut dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) d. Penyebarluasan Informasi Data dan analisis data surveilans khusus diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan
3. Data dan Informasi Indikator Kinerja Program Surveilans untuk perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, atau disebut surveilans untuk 33
manajemen adalah surveilans dan sistem informasi malaria terhadap indikator kinerja program pengendalian malaria Indikator kinerja utama program pengendalian malaria yang wajib dilaksanakan pemantauan di daerah tahap pemberantasan adalah: a.API berdasarkan analisis menurut kabupaten, Puskesmas/kecamatan dan desa/kelurahan b. SPR (slide positivity rate) berdasarkan analisis menurut kabupaten/kota sebagai bahan untuk menentukan status tahapan eliminasi c. Cakupan pengobatan menurut desa/kelurahan, menurut Puskesmas dan kabupaten/kota d. Cakupan konfirmasi mikroskopis/RDT/PCR menurut Puskesmas dan kabupaten/kota e. Error rate pemeriksaan mikroskopis, berdasarkan pemeriksaan ulang terhadap hasil pemeriksaan mikroskopis malaria positif (100%) dan hasil pemeriksaan mikroskopis malaria negatif (5%). f. Cakupan pencegahan (IRS atau kelambu/LLIN’s) menurut desa/dusun, Puskesmas dan kabupaten/kota
4. SKD KLB Sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria (SKD-KLB Malaria) merupakan sistem kewaspadaan dini terhadap KLB malaria beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB malaria yang cepat dan tepat 4. SKDKLB malaria merupakan salah satu pilar penting program penanggulangan KLB malaria. Pada daerah tahap pemberantasan, SKD-KLB malaria dilaksanakan pada semua wilayah, terutama wilayah yang sering terjadi peningkatan kasus malaria atau KLB malaria, fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria dan wilayah vulnerabel malaria. Secara umum, metode SKD-KLB malaria di daerah pada tahap pemberantasan, tidak berbeda dengan tahap lain. (1) Kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit malaria, riwayat KLB malaria dan kondisi 4
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 042/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria
34
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
lingkungan dan masyarakat yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB agar dapat menentukan adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria, yaitu wilayah yang sering terjadi peningkatan kasus malaria, fokus-fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria dan wilayah vulnerabel malaria. (2) Memberikan peringatan pada pengelola program malaria, program terkait lainnya, sektor terkait dan masyarakat tentang adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap munculnya KLB malaria (3) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap munculnya KLB malaria, terutama di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya serta masyarakat di daerah rentan KLB malaria, yaitu : (a) Melaksanakan berbagai upaya pencegahan terjadinya KLB malaria (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) (b) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) (c) Melaksanakan sistem deteksi dini timbulnya kondisi rentan terjadinya KLB dan respon, terutama dengan melaksanakan pemantauan wilayah setempat rentan terjadinya KLB malaria, terutama terhadap muncul atau berkembangnya fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria, wilayah vulnerabel malaria, curah hujan dan perubahan kegiatan masyarakat yang berpotensi terjadinya KLB malaria (d) Melaksanakan sistem deteksi dini adanya KLB dan respon, terutama melaksanakan pemantauan wilayah setempat kasus malaria di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain, serta mengembangkan sistem informasi dugaan adanya KLB malaria dari masyarakat (e) Melaksanakan penyelidikan dugaan KLB malaria, terutama pada kejadian peningkatan kasus malaria, dan atau peningkatan kasus malaria meninggal dengan faktor risiko terjadinya KLB malaria. Dugaan adanya KLB malaria juga bisa terjadi dengan ditemukannya satu kasus malaria pada wilayah yang tidak pernah terdapat kasus malaria di wilayah tersebut, tetapi memiliki faktor risiko terjadinya KLB malaria
35
SKD-KLB Malaria Kajian Epid menentukan daerah/ masyarakat rentan terjadi KLB malaria 1
3
Upaya Pencegah an KLB Peringatan kewaspadaan pada daerah yg rentan KLB malaria 2
5
Sistem Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Sistem Deteksi Dini KLB 6
Kesiapsiagaan menghadapi KLB
4
Indentifikasi rentan KLB di masyarakat PWS rentan malaria Penyelidikan rentan KLB Indentifikasi KLB di masyarakat PWS kasus malaria Penyelidikan - dugaan KLB
Secara lengkap, metode dan pelaksanaan SKD-KLB dapat dipelajari pada lampiran 3a. SKD-KLB Malaria
36
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
B. Penyelenggaraan Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Di Daerah Pada Tahap Pre-Eliminasi, Eliminasi Dan Pemeliharaan Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria di daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan malaria terdiri dari surveilans rutin, surveilans khusus, data dan informasi indikator kinerja program serta SKD KLB Malaria.
1. Surveilans Rutin a. Jenis Surveilans (1) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini adalah penderita yang berobat ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan yang didiagnosis sebagai penderita malaria. Penderita malaria terdiri atas kasus malaria suspek, kasus malaria suspek dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat dan kasus malaria positif (b) Variabel Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek. Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan Variabel data kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, tanggal mulai sakit, gejala, faktor risiko dan obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan sesuai Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 10.1)
(c) Perekaman dan Format Pelaporan Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya direkam pada Register 37
Penderita Berobat di Puskemas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dengan keterangan diagnosis kasus malaria suspek Kasus malaria suspek berobat ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria di Puskesmas (PCD). Kasus malaria positif berobat ke Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya diwawancara dan direkam datanya dalam Kartu Penderita Malaria Positif di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (PCD) Data kasus malaria suspek pada Register Penderita Berobat di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (PCD) dan data kasus malaria positif pada Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Puskesmas direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Klinik Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan (PCD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 10.4) Data penderita malaria positif yang direkam pada Kartu Penderita Malaria Positif (lampiran 10.1), kemudian dihimpun dalam Register Harian Penderita Malaria di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (contoh lampiran 10.3) dan kemudian direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria (lampiran 10.4)
Alur Perekaman dan Pengolah Data Malaria Berdasarkan Penemuan Penderita di Puskesmas Tahap Preeliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan Kasus Malaria Suspek di Puskesmas Rujuk Pemeriksaan Mikroskopis Kasus Malaria Positif
Rekam dalam Register Penderita Berobat Puskesmas (PCD) Rekam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Puskesmas (PCD) Rekam dengan Kartu Penderita Malaria Positif (PCD) Rekam Pada Register Harian penderita Malaria (PCD) Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas (PCD)
38
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
(2) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (Active Case Detection) Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) adalah kunjungan secara aktif dan berkala 2-4 minggu sekali ke setiap rumah penduduk untuk menemukan dan mengobati penderita demam dengan malaria positif (kasus malaria positif). Kegiatan Penemuan Kasus Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) menjadi salah satu cara pengendalian malaria pada tahap preeliminasi, dan eliminasi, terutama di fokus malaria aktif, dimana upaya pengendalian dengan penemuan penderita malaria pasif di Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lain tidak efektif menurunkan risiko penularan malaria
(a) Sumber Data Sumber data surveilans ini adalah penderita malaria yang ditemukan pada saat kunjungan dari rumah ke rumah atau yang berkunjung ke pos-pos pelayanan kesehatan yang dilaksanakan dalam rangka kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan. Penderita malaria adalah seseorang yang didiagnosis oleh petugas sebagai penderita malaria. Penderita malaria terdiri dari kasus malaria suspek, kasus malaria suspek dengan pemeriksaan mikroskopis/pemeriksaan cepat, dan kasus malaria positif (b) Variabel Variabel data kasus malaria suspek terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, gejala, serta diagnosis kasus malaria suspek serta status penemuan penderita secara aktif (ACD). Variabel data kasus malaria dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat terdiri atas identitas penderita, alamat desa/dusun, umur, jenis kelamin, tanggal berobat, tanggal mulai sakit, gejala, hasil pemeriksaan mikroskopis (jenis parasit) dan atau pemeriksaan cepat, obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan, serta status penemuan penderita secara aktif (ACD). (contoh lampiran 10.1) Variabel data kasus malaria positif terdiri atas identitas penderita, tanggal mulai sakit, gejala, faktor risiko dan obat yang diterima penderita serta variabel lain yang diperlukan, serta status penemuan penderita secara aktif (ACD). sesuai Kartu Penderita Malaria Positif (contoh lampiran 10.1) 39
(c) Perekaman dan Pengolahan Data Kasus malaria suspek yang ditemukan pada saat kunjungan rumah direkam pada Register Penderita Malaria Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif (ACD) dengan keterangan diagnosis kasus malaria suspek Kasus malaria suspek tersebut yang dirujuk dan diperiksa dengan pengujian mikroskopis/pemeriksaan cepat direkam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD). Kasus malaria positif yang ditemukan diwawancara dan direkam datanya dalam Kartu Penderita Malaria Positif Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (ACD) Data kasus malaria suspek pada Register Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) dan data kasus malaria positif pada Register Pemeriksaan Mikroskopis Malaria Pada Penemuan Penderita malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan (ACD) setiap akhir minggu dan setiap akhir bulan (lampiran 10.4) Data penderita malaria positif yang direkam pada Kartu Penderita Malaria Positif (lampiran 10.1), dihimpun dalam Register Harian Penderita Malaria Pada Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (contoh lampiran 10.3) dan kemudian direkapitulasi dalam formulir Rekapitulasi Penderita Malaria dengan kode ACD (lampiran 10.4)
40
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Alur Perekaman dan Pengolah Data Malaria Berdasarkan Penemuan Penderita di Lapangan Tahap Preeliminasi, Eliminasi dan Pemeliharaan Kasus Malaria Suspek di Lapangan Rujuk Pemeriksaan Mikroskopis Kasus Malaria Positif
Rekam dalam Register Penderita Malaria ACD Rekam dalam Register Pemeriksaan Mikroskopis di Lapangan (ACD) Rekam dengan Kartu Penderita Malaria Positif (ACD) Rekam Pada Register Harian penderita Malaria (ACD) Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas (ACD)
(d) Analisis Secara umum, analisis data Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan sama dengan analisis data bersumber data Penemuan Penderita Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
(3) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Program Pengendalian Malaria (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini terdiri atas : Distribusi kelambu pada kegiatan ante natal care, bersumber dari laporan Cohort Ibu pada program Kesehatan Ibu Hamil Distribusi kelambu pada kegiatan imunisasi, bersumber dari laporan Rekapitulasi Bayi Puskesmas Program Imunisasi Distribusi kelambu pada penderita malaria berobat, bersumber dari catatan pada Kartu Penderita Malaria Distribusi kelambu melalui kegiatan lainnya, bersumber dari laporan hasil kegiatan, seperti : kampanye kelambu masal, penanggulangan KLB. (b) Variabel Variabel perekaman data program pengendalian malaria terdiri atas distribusi kelambu masing-masing wilayah (desa) 41
dari berbagai program terkait (ante natal care, Imunisasi, KIA dan lain sebagainya) (c) Perekaman dan Pengolahan Data Data jumlah kelambu yang didistribusikan dalam pelaksanaan program pengendalian malaria, direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 10.5) (d) Analisis Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu menurut karakteristik wilayah berdasarkan dusun (API), fokus malaria aktif, wilayah-wilayah reseptif dan wilayah berisiko lainnya pertahun Cakupan penduduk yang menggunakan kelambu dalam kerangka menurunkan risiko penularan malaria, dianalisis bersama dengan cakupan penyemprotan insektisida, cakupan pengobatan massal dan perbaikan kegiatan masyarakat yang berisiko penularan malaria.
(4) Surveilans Dan Sistem Informasi Malaria Bersumber Data Logistik Obat (a) Sumber Data Sumber data surveilans rutin ini adalah Laporan Penggunaan Obat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. (b) Variabel Variabel perekaman Data Logistik Obat Malaria terdiri atas penerimaan, pemanfaatan dan sisa (c) Perekaman dan Format Pelaporan Data logistik obat malaria direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Data Program Malaria Puskesmas (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) (contoh lampiran 10.5)
(d) Analisis Analisis data untuk memonitor penerimaan, pemanfaatan dan sisa obat malaria secara berkala bulanan dan tahunan pada masing-masing Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan
42
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Analisis juga dilakukan pada jumlah obat yang dimanfaatkan dibandingkan dengan cakupan pengobatan menurut Puskesmas dan kabupaten/kota
(5) Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Berdasarkan Hasil Pengamatan Vektor Malaria Daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeiliharaan melaksanakan pengamatan vektor, terutama di fokus malaria aktif dan atau sering terjadi KLB malaria, wilayah reseptif dan wilayah vulnerabel malaria karena banyaknya kasus impor dan migrasi, dengan menetapkan titik-titik pengamatan (sentinel) yang ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota (a) Sumber Data Sumber data pengamatan vektor adalah pengukuran kepadatan vektor yang dilaksanakan pada lokasi-lokasi pengamatan yang telah ditentukan dinas kesehatan kabupaten/kota. (b) Variabel Variabel perekaman data pengamatan vektor adalah ratarata kepadatan vektor (nyamuk dan jentik) per bulan dan wilayah dusun/desa (kelurahan) atau atas dasar lokasi pengamatan vektor yang telah ditentukan (c) Perekaman dan Pengolahan Data Data pengamatan vektor direkam dan dikompilasi kedalam formulir Rekapitulasi Pengamatan Vektor Puskesmas (contoh lampiran 10.7) (d) Analisis Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan lokasi pengamatan vektor Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan wilayah Puskesmas Peta kepadatan vektor menurut wilayah pengamatan vektor
(6) Surveilans Migrasi Surveilans migrasi adalah memantau besarnya ancaman atau risiko terjadinya penularan malaria yang disebabkan karena tingginya jumlah penduduk migrasi dari daerah endemis malaria ke wilayah-wilayah reseptif malaria, mendeteksi adanya 43
penularan malaria dan melakukan tindakan penanggulangan yang cepat, rasional, efektif dan efisien. Surveilans migrasi dilaksanakan pada daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi malaria dan tahap pemeliharaan (a) Sumber Data Sumber data surveilans migrasi adalah : Data wilayah reseptif yang memungkinkan menjadi tujuan penduduk migrasi Data jumlah penduduk migrasi dari daerah endemis malaria ke wilayah-wilayah reseptif malaria, antara lain tempat usaha, pertambangan, dan sebagainya, berdasarkan informasi dari berbagai pihak Data penapisan penduduk migrasi dari daerah endemis malaria yang positif malaria (kasus malaria positif), terutama di wilayah-wilayah reseptif yang menjadi tujuan penduduk migrasi. Penapisan penduduk migrasi dapat dilakukan dengan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) atau melaksanakan pelayanan pengobatan pada lokasi ini. Surveilans berbasis masyarakat di wilayah-wilayah reseptif terhadap kemungkinan adanya penduduk migrasi dari daerah endemis malaria, termasuk dengan hotel, tempat penginapan, tempat kost dan sebagainya. Penduduk migrasi dari daerah endemis malaria di wilayah reseptif dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Penderita malaria terdiri dari kasus malaria indigenous dan kasus malaria impor, dan perlu dilakukan penyelidikan lebih luas untuk memastikan tidak adanya penularan setempat dan mengurangi sumber-sumber penularan malaria. (b) Variabel Variabel perekaman data jumlah penduduk migrasi terdiri atas jumlah penduduk migrasi berdasarkan daerahdaerah yang dikunjungi dan bulan kunjungan Variabel penapisan malaria pada penduduk migrasi terdiri atas jumlah penduduk migrasi diperiksa, kasus malaria indigenous dan kasus malaria impor menurut wilayah penularan dan bulan kejadian Variabel data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan variabel pada surveilans rutin bersumber data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas/fasilitas 44
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
pelayanan kesehatan lainnya, dan variabel jumlah kasus malaria impor dan kasus malaria indigenous Variabel data Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Lapangan, Penemuan Penderita Demam Massal dan Pemeriksaan Darah Massal, sesuai dengan masingmasing surveilans khusus tersebut dan variabel jumlah kasus malaria impor dan kasus malaria indigenous .
(c) Perekaman dan Pengolahan Data Data penapisan penduduk migrasi direkam sebagaimana Pemeriksaan Darah Massal (MBS), Pemeriksaan Demam Massal (MFS) dan laporan kegiatan pelayanan pengobatan Puskesmas Data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas sesuai dengan surveilans rutin bersumber data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas. Setiap kasus malaria positif dilakukan wawancara dan direkam dalam Kartu Penderita Malaria. Data Penemuan Penderita Maria Secara Aktif di Lapangan, Penemuan Penderita Demam massal dan Pemeriksaan Darah Malaria direkam dan diolah sesuai dengan masing-masing metode surveilans khusus tersebut. (d) Analisis Perkembangan penduduk migrasi menurut bulan, asal penularan (daerah endemik yang dikunjungi sebelum sakit) dan lokasi kunjungan (daerah di daerah tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan) Perkembangan jumlah kasus impor menurut bulan kejadian, umur, jenis kelamin dan lain sebagainya Deteksi kasus malaria positif indigenous. Satu kasus indigenous perlu perhatian dan penyelidikan epidemiologi. b. Analisis Data yang diperoleh dari pelaksanaan surveilans rutin dimanfaatkan untuk menyediakan data-informasi indikator kinerja program dan untuk keperluan SKD-KLB malaria c. Pelaporan (1) Fasiltas Pelayanan Kesehatan yang mengetahui adanya kejadian malaria atau dugaan adanya kejadian malaria di tempat kerjanya, segera menginformasikannya kepada Puskesmas dan atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana penderita itu bertempat tinggal saat sakit. 45
(2) Puskesmas yang mengetahui adanya kejadian malaria positif indigenous di wilayah kerjanya, segera melakukan penyelidikan epidemiologi awal dan mengirimkan laporan adanya kejadian malaria dengan menggunakan formulir laporan KLB 24 jam (W1) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. (3) Puskesmas, RS dan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah merekam dan merekapitulasi Data Surveilans Rutin, segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya, dengan melampirkan hasil perekaman dalam formulir Register Harian Malaria di Puskesmas/RS (2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui e-mail dalam bentuk excel dan scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang, dengan melampirkan daftar penderita pada Register Harian Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi data Rekapitulasi Data Surveilans Rutin, dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan), selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya. Pengiriman laporan dilakukan melalui e-mail dalam bentuk excel dan scanning laporan resmi yang sudah ditandatangani oleh pejabat berwenang, dengan melampirkan daftar penderita pada Register Harian Malaria Dinas Kesehatan Provinsi
46
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Gambar Alur Pelaporan Bulanan Data Penderita Malaria Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Rumah Sakit
Puskesmas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain
c. Penyebarluasan Informasi Data dan analisis data surveilans rutin diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan Minimal, Puskesmas/RS, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan menerbitkan : (1) Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan dan informasi lain yang diperlukan secara periodik bulanan, antara lain meliputi (a) % jumlah kasus malaria suspek yang diperiksa RDT atau mikroskopis per jumlah kasus malaria suspek (% sediaan darah per bulan) (b) kasus malaria positif per jumlah kasus suspek diperiksa dengan RDT atau mikroskopis (slide positivity rate per bulan) (c) % kasus malaria dg Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per bulan) (d) % kasus malaria positif <5 tahun per total kasus malaria positif (e) % kasus malaria positif ibu hamil per total kasus malaria positif (f) % kasus malaria positif perempuan per total kasus malaria positif (g) % jml kasus malaria positif rawat inap per total penderita rawat inap 47
(h) % jml kasus malaria positif rawat inap meninggal per total penderita rawat inap meninggal, (i) curah hujan (j) data kepadatan vektor (contoh pada lampiran 1. Tabel Analisis, III.1. Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan) (2) Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan, Profil Malaria dan informasi lain yang diperlukan secara periodik tahunan, antara lain meliputi (a) data jumlah penduduk, (b) data jumlah penduduk di wilayah reseptif, (c) jumlah kasus malaria suspek, (d) jumlah kasus malaria suspek dengan RDT dan mikroskopis (% sediaan darah tahunan), (e) jumlah kasus malaria positif, (f) jumlah kasus malaria positif ibu hamil, (g) jumlah kasus malaria positif berumur <5 tahun, (i) % jumlah kasus malaria positif per total jumlah kasus malaria suspek diperiksa (dengan RDT+mikroskopis) (slide positivity rate per tahun) (j) % jumlah kasus malaria positif Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif (% Pfalsiparum per tahun), (k) Annual parasit incidence (API) per total penduduk dan desa, puskesmas, atau kabupaten/kota (l) jumlah kasus malaria positif yang dirawat inap, (m) jumlah kasus malaria positif yang dirawat inap meninggal per 100.000 penduduk, (n) jumlah laporan unit sumber data bulanan yang diterima (kelengkapan laporan), (o) jumlah laporan unit sumber data bulanan diterima tepat waktu (ketepatan laporan) (contoh pada lampiran 1. Tabel Analisis, III.2. Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan)
2. Surveilans Khusus a. Jenis Surveilans, Metode dan Format Laporan Daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, melaksanakan kegiatan Surveilans Khusus, antara lain : Surveilans Pada Saat KLB, Survei Vektor, Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif (ACD), Pemeriksaan Darah Massal (Mass Blood Survey), Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever 48
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Survey), Survei Dinamika Penularan Malaria, Survei KAP, Monitoring Efikasi Obat, Monitoring Resistensi Insektisida dan penelitian-penelitian survei untuk Tujuan, metode, sumber data dan variabel serta pelaporannya adalah spesifik masing-masing jenis Surveilans Khusus, dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah dan permasalahannya (1) Surveilans Pada Situasi KLB malaria Merupakan bagian dari penyelidikan dan penanggulangan KLB, dan wajib dilaksanakan selama periode KLB. Setelah KLB dinyatakan selesai, kegiatan surveilans kembali pada sistem surveilans dalam keadaan normal Kegiatan penyelidikan-penanggulangan dan surveilans selama periode KLB adalah sebagai berikut : (a) Puskesmas yang mengetahui adanya indikasi KLB malaria, segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/W1) diikuti dengan penyelidikan epidemiologi Pada daerah pada tahap pre eliminasi dan tahap eliminasi, indikasi KLB malaria adalah jika ditemukan adanya peningkatan jumlah kasus malaria positif indigenous, Pada daerah pada tahap pemeliharaan, indikasi KLB malaria jika ditemukan satu atau lebih penderita malaria positif indigenous (b) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24 Jam/W1 diterima Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Survei Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi (c) Melaksanakan berbagai upaya pengobatan penderita dan pengendalian penularan malaria, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan penanggulangan KLB, antara lain : Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan dekat dengan pemukiman penduduk (metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama pada lokasi yang diduga terjadi penularan yang tinggi 49
Pemeriksaan Darah Massal (MBS), terutama pada wilayah-wilayah KLB dengan attack rate dan atau case fatality rate yang tinggi Mendistribusikan kelambu berinsektisida, Melaksanakan Penyemprotan Insektisida (IRS)
(d) Melaksanakan surveilans Secara umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria, antara lain, data penderita berdasarkan kegiatan Penemuan Penderita Malaria di Pos-pos Kesehatan dan atau Fasilitas Kesehatan Lain; data penderita berdasarkan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), jumlah rumah/keluarga terlindungi menurut dusun/desa KLB sebagai hasil kegiatan penyemprotan rumah (IRS), distribusi kelambu, perbaikan kegiatan masyarakat dan sebagainya (e) Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai penyelidikan lebih luas :
Melakukan kajian jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dan pengaruhnya terhadap KLB malaria Melaksanakan Survei Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat, dan pengaruhnya terhadap penularan malaria dan KLB malaria Melaksanakan kajian kondisi lingkungan pemukiman, curah hujan dan migrasi penduduk, dan pengaruhnya terhadap KLB malaria, terutama untuk mengetahui adanya lingkungan sebagai sumber-sumber penularan Melakukan survei dinamika penularan Melaksanakan pengamatan dan survei vektor Melaksanakan verbal otopsi
Kriteria KLB malaria pada daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, serta tatacara pelaksanaan surveilans selama periode KLB malaria disesuaikan dengan kondisi dan keperluan analisis KLB yang terjadi. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3
50
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
(2) Survei Vektor Penular Malaria Merupakan kajian dan penelitian vektor penular malaria pada suatu wilayah tertentu yang diduga telah terjadi penularan malaria. Daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan survei vektor sesuai kebutuhan berdasarkan analisis situasi malaria dan pengamatan vektor, terutama pada wilayah reseptif malaria, fokus malaria aktif, terutama jika upaya pengendalian malaria tidak menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu
(3) Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever Survey) Penemuan Penderita Demam Massal adalah menemukan kasus malaria positif diantara penduduk pada suatu wilayah tertentu dengan cara memeriksa semua penderita demam suspek malaria (kasus malaria suspek) pada suatu wilayah tertentu, dan memastikan diagnosis malaria (jenis parasit) melalui pemeriksaan mikroskopis atau pemeriksaan cepat (RDT). Semua kasus malaria positif mendapat pengobatan standar. Tujuan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal adalah mengukur besarnya risiko penularan malaria di wilayah tertentu. Daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, melaksanakan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) untuk : (a) memastikan tidak terjadinya penularan setempat malaria pada suatu wilayah reseptif malaria (b) membuktikan bahwa desa/dusun tertentu yang telah mencapai kondisi penularan rendah adalah benar menunjukkan penularan malaria rendah (c) membuktikan adanya KLB malaria
(4) Pemeriksaan Darah Massal (Mass Blood Survey) Pemeriksaan darah massal adalah menemukan dan mengobati kasus malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) diantara penduduk pada wilayah tertentu dengan cara melakukan pemeriksaan sediaan darah semua anggota masyarakat yang berada pada wilayah tertentu dan dalam periode waktu terbatas. Seseorang yang ditemukan parasit pada sediaan darahnya adalah kasus malaria positif, dan setiap kasus malaria positif 51
mendapat pengobatan standar. Tujuan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal adalah menurunkan risiko penularan dengan cepat pada suatu wilayah tertentu. Daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS) untuk : (a) Penanggulangan KLB malaria (b) Menemukan dan mengobati penderita malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) pada fokus malaria aktif untuk menurunkan besarnya risiko penularan (c) Menemukan dan mengobati penderita malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) pada wilayah reseptif dengan dugaan terjadi penularan setempat yang disebabkan karena tingginya migrasi penduduk dari daerah endemis malaria, agar penularan malaria dapat dihentikan
(5) Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Setiap wilayah mempunyai spesifikasi budaya dan perilaku penduduk berisiko penularan malaria, dan oleh karena itu, perlu melaksanakan survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat untuk mengetahui strategi pengendalian malaria yang lebih tepat Prioritas melaksanakan survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat di daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, antara lain : (a) Wilayah-wilayah tertentu dimana upaya pengendalian malaria tidak menunjukkan perbaikan (b) Wilayah-wilayah yang akan melaksanakan upaya pengendalian malaria (c) Wilayah-wilayah dengan risiko penularan tinggi karena merupakan wilayah reseptif malaria dan tingginya migrasi penduduk dari daerah endemis malaria
(6) Survei Dinamika Penularan Malaria Survei Dinamika Penularan Malaria adalah kajian menyeluruh dan sistematis terhadap dinamika penularan malaria di suatu wilayah agar dapat diperoleh cara-cara pengendalian malaria yang tepat.
52
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Di daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemiliharaan melaksanakan Survei Dinamika Penularan Malaria dengan prioritas pada wilayah-wilayah dengan penularan setempat malaria tinggi, terutama adanya kasus-kasus malaria indigenous dan tidak menunjukkan perbaikan setelah dilaksanakan berbagai upaya pengendalian malaria. Survei Dinamika Penularan Malaria dapat diterapkan sebelum menerapkan suatu upaya pengendalian malaria, dimana informasi epidemiologi dan atau cara-cara pengendalian yang tepat belum diketahui dengan baik.
53
(7)
Surveillans Obat dan Insektisida
a.
Efikasi Obat Daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan Monitoring Efikasi Obat sesuai dengan penetapan daerah Sentinel Monitoring Efikasi Obat yang yang ditentukan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan Daerah dan atau lembaga tertentu dapat melaksanakan Monitoring Efikasi Obat, yang tetap menjadi bagian integral dari kegiatan Monitoring Efikasi Obat Nasional
b.
Resistensi Insektisida Daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan Monitoring Resistensi Obat sesuai dengan penetapan daerah Sentinel Monitoring Resistensi Obat yang ditentukan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan Daerah dan atau lembaga tertentu dapat melaksanakan Monitoring Resistensi Obat secara mandiri, yang tetap menjadi bagian integral dari kegiatan Monitoring Resistensi Obat Nasional
c.
Efek Samping Obat Daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan melaksanakan monitoring efek samping obat. Monitoring tersebut dilakukan terhadap obat malaria yang digunakan oleh program Pengendalian Malaria. Hal ini dilakukan dengan pemantauan terus menerus, untuk menjaring kemungkinan adanya risiko efek samping obat malaria yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.
d.
Kualitas Obat Salah satu aspek penting dalam keberhasilan pengobatan malaria adalah mutu obat yang digunakan selain ketepatan
diagnosis dan ketepatan pemilihan dan penggunaan obat. Saat ini beredar beberapa jenis obat malaria baik yang digunakan sendiri oleh masyarakat maupun yang digunakan melalui resep dokter. Obat-obat malaria yang beredar tersebut pada kenyataannya dapat diakses oleh masyarakat secara langsung baik melalui sarana sarana pelayanan kesehatan maupun melalui toko atau kios. Pemerintah wajib menjamin bahwa mutu obat malaria yang beredar tersebut bermutu baik sehingga dapat memberikan efek yang diharapkan. Saat ini pengawasan mutu melalui sampling dan pengujian mutu obat dilakukan oleh Badan POM e.
Resistensi Insektisida Daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan melaksanakan Monitoring Resistensi Insektisida sesuai dengan penetapan daerah Sentinel Monitoring Resistensi Insektisida yang ditentukan secara nasional oleh Kementerian Kesehatan Daerah dan atau lembaga tertentu dapat melaksanakan Monitoring Resistensi Insektisida secara mandiri, yang tetap menjadi bagian integral dari kegiatan Monitoring Resistensi Insektisida Nasional
(8) Penelitian Hasil penelitian malaria wajib dilaporkan dan dimanfaatkan dalam analisis surveilans malaria, baik lokal, regional maupun nasional b. Analisis Data surveilans khusus dikompilasi, dilaporkan dan dimanfaatkan dalam analisis surveilans malaria, baik lokal, regional maupun nasional, sesuai dengan metode surveilans dan desain analisis pada masing-masing surveilans khusus, baik menurut waktu, tempat dan kelompok masyarakat Sasaran. metode dan desain analisis data Surveilans Khusus lihat pada lampiran masing-masing Surveilans Khusus c. Pelaporan (1) Pelaksana surveilans khusus membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan Surveilans Khusus, dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 54
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
selambat-lambatnya 1 bulan sejak pelaksanaan Surveilans Khusus tersebut selesai. (2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengkompilasi Data Surveilans Khusus dan segera mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan (3) Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi Data Surveilans Khusus tersebut dan segera mengirimkannya ke Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) d. Penyebarluasan Informasi Data dan analisis data surveilans khusus diinformasikan pada berbagai pihak yang memerlukan agar dapat digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, SKD-KLB, penelitian dan pengembangan
3. Data dan Informasi Indikator Kinerja Program Surveilans untuk perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program pengendalian malaria, atau disebut surveilans untuk manajemen adalah surveilans dan sistem informasi malaria terhadap indikator kinerja program pengendalian malaria Indikator kinerja utama program pengendalian malaria yang wajib dilaksanakan pemantauan di daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan adalah: a. API berdasarkan analisis menurut kabupaten, Puskesmas/kecamatan dan desa/kelurahan b. SPR (slide positivity rate) berdasarkan analisis menurut kabupaten/kota sebagai bahan untuk menentukan status tahapan eliminasi c. Cakupan pengobatan menurut desa/kelurahan, terutama di fokus malaria aktif, menurut Puskesmas dan kabupaten/kota d. Cakupan konfirmasi mikroskopis/RDT/PCR menurut Puskesmas dan kabupaten/kota e. Error rate pemeriksaan mikroskopis, berdasarkan pemeriksaan ulang terhadap hasil pemeriksaan mikroskopis malaria positif (100%) dan hasil pemeriksaan mikroskopis malaria negatif (5%). f. Cakupan pencegahan (IRS atau kelambu/LLIN’s) menurut desa/dusun, Puskesmas, teruatama daerah endemis malaria, dan kabupaten/kota
55
4. SKD KLB Sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria (SKD-KLB Malaria) merupakan sistem kewaspadaan dini terhadap KLB malaria beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB malaria yang cepat dan tepat 5. Pada daerah tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, SKDKLB malaria dilaksanakan pada semua wilayah, terutama fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria dan wilayah vulnerabel malaria. Secara umum, metode SKD-KLB malaria di daerah pada tahap preeliminasi, eliminasi dan pemeliharaan, tidak berbeda dengan tahap lain. (1) Kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit malaria, riwayat KLB malaria dan kondisi lingkungan dan masyarakat yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB agar dapat menentukan adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria, yaitu wilayah yang sering terjadi peningkatan kasus malaria, fokus-fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria dan wilayah vulnerabel malaria. (2) Memberikan peringatan pada pengelola program malaria, program terkait lainnya, sektor terkait dan masyarakat tentang adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap munculnya KLB malaria (3) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap munculnya KLB malaria, terutama di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya serta masyarakat di daerah rentan KLB malaria, yaitu : (a) Melaksanakan berbagai upaya pencegahan terjadinya KLB malaria (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) (b) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) (c) Melaksanakan sistem deteksi dini timbulnya kondisi rentan terjadinya KLB dan respon, terutama melaksanakan kegiatan pemantauan wilayah setempat rentan KLB malaria, terutama muncul atau berkembangnya fokus malaria aktif, wilayah reseptif malaria, wilayah vulnerabel malaria, curah 5
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 042/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria
56
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
hujan dan perubahan kegiatan masyarakat yang berpotensi terjadinya KLB malaria (d) Melaksanakan sistem deteksi dini adanya KLB dan respon, terutama melaksanakan kegiatan pemantauan wilayah setempat kasus malaria di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lain, serta mengembangkan sistem informasi dugaan adanya KLB malaria dari masyarakat (e) Melaksanakan penyelidikan dugaan KLB malaria, terutama pada kejadian peningkatan kasus malaria indigenous, dan atau peningkatan kasus malaria meninggal dengan faktor risiko terjadinya KLB malaria. Dugaan adanya KLB malaria juga bisa terjadi dengan ditemukannya satu kasus malaria indigenous pada wilayah yang tidak pernah terdapat kasus malaria di wilayah tersebut, tetapi memiliki faktor risiko terjadinya KLB malaria
SKD-KLB Malaria Kajian Epid menentukan daerah/ masyarakat rentan terjadi KLB malaria 1
3
Upaya Pencegah an KLB Peringatan kewaspadaan pada daerah yg rentan KLB malaria 2
5
Sistem Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Sistem Deteksi Dini KLB 6
Kesiapsiagaan menghadapi KLB
4
Indentifikasi rentan KLB di masyarakat PWS rentan malaria Penyelidikan rentan KLB Indentifikasi KLB di masyarakat PWS kasus malaria Penyelidikan - dugaan KLB
Secara lengkap, metode dan pelaksanaan SKD-KLB dapat dipelajari pada lampiran 3a. SKD-KLB Malaria
57
IX. POKOK-POKOK KEGIATAN PENGUATAN KINERJA SURVEILANS DAN SISTEM INFORMASI MALARIA 1.
Advokasi dan sosialisasi, perundang-undangan
serta
dukungan
peraturan
Pokok kegiatan ini bertujuan untuk : a. Adanya pemahaman dan komitmen pimpinan di pusat dan daerah, tentang pentingnya penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria berdasarkan tahapan eliminasi dalam upaya pengendalian malaria b. Adanya peraturan perundangan di pusat dan daerah dalam upaya penguatan kinerja surveilans dan sistem informasi malaria sehingga dapat berperan nyata dalam upaya pengendalian malaria c. Adanya pemahaman, komitmen dan dukungan pelaksana program pengendalian malaria dalam pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria d. Adanya dukungan pembiayaan dan ketersediaan sumber daya Pokok kegiatan advokasi, sosialisasi serta dukungan peraturan perundangan di pusat dan daerah terdiri : a. advokasi dan sosialisasi penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria melalui berbagai berbagai media sesuai dengan kondisi setempat b. merumuskan rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan surveilans dan sistem informasi malaria yang jelas, obyektif, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan beserta kebutuhan anggaran biaya yang diperlukan disetiap unit pelaksana dan sumber data surveilans dan sistem informasi malaria c. laporan kinerja surveilans dan sistem informasi malaria tahunan di setiap unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dilengkapi dengan laporan profil malaria daerah dan hasil kerja lainnya d. Desiminasi informasi ke pemangku kepentingan dan institusi terkait. 2. Pengembangan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan kebutuhan program pengendalian malaria dan kondisi daerah
58
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Pokok kegiatan pengembangan surveilans dan sistem informasi malaria antara lain : a. Melaksanakan evaluasi dan penyempurnaan berkala pedoman penyelengggaraan surveilans dan sistem informasi malaria, minimal 5 tahun sekali b. Mendorong pengembangan surveilans dan sistem informasi malaria inovatif sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan daerah dengan tetap mengacu pada pedoman penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria ini 3. Peningkatan mutu data dan informasi yang bertujuan untuk menjamin validitas data (pengelolaan program, lingkungan, pengamatan vektor, KIA dan Imunisasi) dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut : a. Memperkuat kemampuan pengumpulan dan pengolahan serta pelaporan data disetiap unit sumber data dan unit pelaksana surveilans, baik perbaikan sistem, mekanisme kerja, dukungan kelengkapan sarana, penerapan teknologi tepat guna informasi dan komunikasi serta sumberdaya manusia b. Pertemuan berkala petugas teknis unit sumber data dan unit pelaksana surveilans dalam rangka validasi data, peningkatan kemampuan dan keterampilan, pertukaran data dan informasi c. Pengendalian kelengkapan dan mutu data-informasi melalui sistem umpan balik, supervisi dan konsultasi d. Kajian kinerja penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi di unit penyelenggara surveilans dan sistem informasi, unit sumber data dan penyelenggara program pengendalian malaria, baik di pusat maupun di daerah, secara berkala dan atau sesuai kebutuhan
4. Peningkatan kompetensi tenaga pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria bertujuan untuk membentuk tenaga pelaksana yang profesional, memiliki kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan surveilans malaria Pokok kegiatan peningkatan kompetensi tenaga pelaksana surveilans a. Menjamin tersedianya jumlah dan jenis tenaga surveilans dan sistem informasi malaria di setiap unit pelaksana dan unit sumber data di pusat dan daerah serta unit pelaksana teknisnya sesuai standar 59
b. Mendorong dan memfasilitasi sumber daya manusia surveilans dan sistem informasi agar mendapat pendidikan, pelatihan dasar dan pelatihan berkelanjutan yang diperlukan. c. Menyelenggarakan pertemuan teknis surveilans dan sistem informasi malaria berkala minimal 3 bulanan untuk evaluasi kinerja, peningkatan kapasitas dan pertukaran informasi tehnik pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria d. Menyediakan referensi malaria dan informasi terkait lainnya dengan penguatan kepustakaan, konsultasi dan akses internet untuk mengetahui perkembangan situasi malaria terkini di berbagai Negara, lintas batas daerah dan informasi lainnya e. Melaksanakan supervisi dan bimbingan kinerja surveilans dan sistem informasi malaria f. Monitoring dan evaluasi ketenagaan yang mendukung pelaksanaan surveilans dan sistem informasi malaria
5. Pengembangan unit pelaksana surveilans malaria bertujuan membentuk unit pelaksana surveilans malaria yang mampu berkontribusi dalam upaya pengendalian malaria dengan didukung ketersediaan tenaga, alat dan bahan, dan perangkat sistem. Pokok kegiatan antara lain : a. membentuk unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria di kementerian kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk unit pelaksana teknis pusat dan daerah, dengan jumlah dan jenis ketenagaan serta sumberdaya lain yang diperlukan (standar) b. membangun, monitoring dan evaluasi kerjasama internal tim pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria dan kerjasama eksternal tim penyelenggara program pengendalian malaria, lintas program dan lintas sektor terkait
6. Penguatan jejaring surveilans dan sistem informasi malaria bertujuan meningkatkan kerjasama unit pelaksana surveilans dengan rumah sakit, puskesmas, laboratorium, klinik dan praktek swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, lembaga penelitian dan lembaga terkait lainnya Pokok kegiatan antara lain : a. Menyelenggarakan kegiatan pencatatan, perekaman, pengolahan data di unit-unit sumber data surveilans dan 60
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
pelaporan kepada unit-unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria b. Menyelenggarakan pertukaran data dan informasi malaria antar negara, daerah, antar program dan antar sektor terkait, terutama pusat-pusat kajian, dan pusat pusat penelitian c. Pertemuan kajian situasi malaria dan rekomendasi secara teratur dengan semua anggota jejaring surveilans malaria
7. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi a. Mengembangkan sistem aplikasi pencatatan dan pelaporan berbasis elektronik (e-sismal) b. Mengembangkan sistem pemetaan dan analisis spasial dengan GIS (Geographic Information System) c. Inovasi pemanfaatan teknologi informasi di pusat dan daerah
61
X. PERAN Peran masing-masing unit kerja adalah sebagai berikut : 1. Puskesmas a. Merupakan unit pelaksana surveilans terdepan. b. Melaksanakan perekaman, pencatatan dan pengolahan data sebagai sumber data surveilans rutin, surveilans khusus dan SKD-KLB, meliputi antara lain kejadian malaria, vektor, perilaku penduduk, lingkungan, dan lain sebagainya, dan melaporkan bulanan dan tahunan serta laporan khusus kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota d. Melaksanakan analisis kejadian malaria di wilayahnya, membuat peta endemisitas wilayah kerja menurut desa (stratifikasi) tahunan dan melaksanakan sistem deteksi dini KLB dengan pemantauan wilayah setempat kejadian malaria harian, mingguan atau bulanan dan informasi silang kejadian malaria dengan puskesmas berbatasan sesuai situasi malaria di daerahnya e. Membuat peta lokasi tempat perindukan nyamuk penular malaria tahunan dan melaksanakan sistem deteksi dini kondisi rentan terjadinya KLB melalui pemantauan wilayah setempat terhadap faktor risiko malaria, baik berdasarkan kelompok masyarakat maupun berdasarkan wilayah dusun/Rt/RW dan desa/kelurahan f. Pembinaan kader dan masyarakat di wilayah kerjanya untuk berperan secara aktif melaksanakan surveilans malaria (surveilans berdasarkan partisipasi masyarakat)
2. Rumah Sakit a. Merupakan unit pelaksana surveilans terdepan. b. Melaksanakan perekaman, pencatatan dan pengolahan data sebagai sumber data surveilans rutin, surveilans khusus dan SKD-KLB, meliputi antara lain kejadian malaria, dan melaporkan bulanan dan tahunan serta laporan khusus kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, serta Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria secara berkala bulanan dan tahunan d. Melaksanakan analisis kejadian malaria berdasarkan data malaria rumah sakit, terutama melaksanakan sistem deteksi dini KLB malaria 62
hasil penyelidikan epidemiologi KLB dan kajian lainnya, dan melaporkan setiap bulan dan setiap tahun serta laporan khusus kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, serta pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) b. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria secara berkala bulanan dan tahunan c. Melaksanakan analisis kejadian malaria di wilayahnya, terutama melaksanakan sistem deteksi dini KLB malaria dengan melaksanakan pemantauan wilayah setempat kejadian malaria berdasarkan uji laboratorium, hasil penyelidikan epidemiologi dan kajian lainnya secara harian, mingguan atau bulanan dan memberikan informasi silang pada dinas kesehatan kabupaten/kota atau puskesmas setempat d. Membuat laporan monitoring resistensi dan efikasi obat, resistensi insektisida dan efikasi kelambu berinsektisida (LLIN’s) ke pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan)
6. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan a. Melaksanakan penelitian, kajian dan pengembangan yang berkaitan dengan upaya pengendalian malaria, dan membuat laporan khusus disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, serta Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan).
7. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota a. Melaksanakan pengendalian kegiatan surveilans dan sistem informasi malaria di wilayah kerjanya, termasuk upaya penguatan kinerja surveilans dan sistem informasi puskesmas dan rumah sakit serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya b. Melaksanakan perekaman, pencatatan dan pengolahan data sebagai sumber data surveilans rutin, surveilans khusus, indikator kinerja program dan SKD-KLB, dan melaporkan data tersebut berkala setiap bulan dan tahun serta laporan khusus kepada dinas kesehatan provinsi dan pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan berkala setiap bulan dan tahun terhadap penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria d. Melaksanakan analisis terhadap indikator utama pengendalian malaria, antara lain, data kejadian malaria dan peta stratifikasi wilayah kerja menurut desa dan puskesmas/kecamatan berdasarkan tingkat endemisitasnya (API); slide positifity rate (SPR) 64
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
kabupaten/kota; cakupan pengobatan; cakupan konfirmasi mikroskopis/RDT/PCR; error rate pemeriksaan mikroskopis dan cakupan pencegahan (IRS atau kelambu) e. Melaksanakan evaluasi dan menetapkan pencapaian indikator tahapan eliminasi malaria (pemberantasan, pre eliminasi, eliminasi, dan pemeliharaan) kabupaten/kota berkala tahunan f. Melaksanakan SKD KLB malaria, terutama melakukan analisis potensi terjadinya KLB malaria secara berkala setiap bulan, melaksanakan sistem deteksi dini KLB malaria, dan kondisi rentan (faktor risiko) malaria, baik berdasarkan kelompok masyarakat maupun berdasarkan wilayah dusun/Rt/RW, desa/kelurahan dan wilayah puskesmas/kecamatan serta informasi silang kejadian malaria antar dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai situasi malaria didaerahnya g. Melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria di wilayah kerjanya h. Mendistribusikan informasi malaria kepada lintas program dan lintas sektor, terutama kepada puskesmas dan rumah sakit secara berkala setiap bulan dan tahun dalam kerangka peningkatan kewaspadaan dini KLB malaria i. Membina jejaring kerja surveilans di wilayah kerjanya, baik lintas program, lintas sektor dan media masa/masyarakat j. Membina kader dan masyarakat perorangan dan kelompok untuk berperan secara aktif melaksanakan surveilans malaria (surveilans berdasarkan partisipasi masyarakat) l. Pemantauan mutu laboratorium dan laboratorum rujukan di wilayah kerja kabupaten/kota
8. Dinas Kesehatan Provinsi a. Melaksanakan pengendalian kegiatan surveilans dan sistem informasi malaria di wilayah kerjanya b. Melaksanakan perekaman, pencatatan dan pengolahan data sebagai sumber data surveilans rutin, surveilans khusus, indikator kinerja program dan SKD-KLB, dan melaporkan data tersebut berkala setiap bulan dan tahun serta laporan khusus kepada pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan berkala bulanan dan tahunan terhadap penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria d. Melaksanakan analisis terhadap indikator utama pengendalian malaria, antara lain, data kejadian malaria dan peta stratifikasi wilayah kerja menurut puskesmas/kecamatan dan kabupaten/kota berdasarkan tingkat endemisitasnya (API); slide positifity rate (SPR) 65
provinsi; cakupan pengobatan; cakupan konfirmasi mikroskopis/RDT/PCR; error rate pemeriksaan mikroskopis dan cakupan pencegahan (IRS atau kelambu) berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota e. Melaksanakan evaluasi dan menetapkan pencapaian indikator tahapan eliminasi malaria (pemberantasan, pre eliminasi, eliminasi, dan pemeliharaan) kabupaten/kota berkala tahunan berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota setempat f. Melaksanakan SKD-KLB, terutama melaksanakan analisis potensi terjadinya KLB malaria di wilayah kerjanya secara berkala setiap bulan serta informasi silang kejadian malaria antar dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi sesuai situasi malaria didaerahnya g. Melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya. h. Mendistribusikan informasi malaria di wilayah kerja dinas kesehatan provinsi kepada lintas program dan lintas sektor, terutama dinas kesehatan kabupaten/kota, UPT pusat dan daerah di wilayah kerjanya, secara berkala setiap bulan dan tahun dalam kerangka peningkatan kewaspadaan dini KLB malaria i. Membina jejaring kerja surveilans di wilayah kerjanya, baik lintas program, lintas sektor dan media masa/masyarakat j. Membina masyarakat perorangan dan kelompok untuk berperan secara aktif melaksanakan surveilans malaria (surveilans berdasarkan partisipasi masyarakat) di tingkat provinsi. l. Pemantauan mutu laboratorium dan laboratorum rujukan di wilayah kerja provinsi
9. Pusat a. Pengendalian kegiatan surveilans dan sistem informasi malaria secara nasional b. Melaksanakan perekaman, pencatatan dan pengolahan data sebagai sumber data surveilans rutin, surveilans khusus, indikator kinerja program dan SKD-KLB, berkala setiap bulan dan tahun c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan berkala bulanan dan tahunan terhadap penerimaan dan pemanfaatan logistik program pengendalian malaria d. Melaksanakan analisis terhadap indikator utama pengendalian malaria, antara lain, data kejadian malaria dan peta stratifikasi wilayah kerja menurut kabupaten/kota dan provinsi berdasarkan tingkat endemisitasnya (API); slide positifity rate (SPR) provinsi; cakupan pengobatan; cakupan konfirmasi mikroskopis/RDT/PCR; error rate pemeriksaan mikroskopis dan cakupan pencegahan (IRS 66
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
atau kelambu) berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten e. Melaksanakan evaluasi dan menetapkan tahapan eliminasi malaria (pemberantasan, pre eliminasi, eliminasi, dan pemeliharaan) kabupaten/kota berkala setiap tahun berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota f. Melaksanakan SKD-KLB, terutama melaksanakan analisis potensi terjadinya KLB malaria nasional secara berkala bulanan g. Melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria berkoordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota. h. Mendistribusikan informasi perkembangan malaria nasional dan negara-negara lain yang berisiko penularan malaria ke wilayah Indonesia kepada lintas program dan lintas sektor, terutama kepada dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, UPT pusat dan daerah terkait, secara berkala setiap bulan dan tahun dalam kerangka peningkatan kewaspadaan dini KLB malaria i. Membina jejaring kerja surveilans secara nasional, baik lintas program, lintas sektor dan media masa/masyarakat j. Membina masyarakat perorangan dan kelompok untuk berperan secara aktif melaksanakan surveilans malaria (surveilans berdasarkan partisipasi masyarakat) secara nasional k. Kajian, penelitian dan pengembangan dalam rangka pengendalian malaria, termasuk pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (e-sismal) l. Pemantauan mutu laboratorium dan laboratorum rujukan secara nasional
67
XI. INDIKATOR KINERJA 1. Masukan (Input) a. Ketersediaan petugas pada unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria, minimal terdiri atas : Pusat tediri atas 6 orang (2 dokter, 2 epidemiolog, 2 entomolog) Provinsi terdiri atas 3 orang (1 dokter, 1 epidemiolog, 1 entomolog) Kabupaten/Kota terdiri atas 2 orang (1 epidemiolog, 1 entomolog) Puskesmas 1 orang (epidemiolog/entomolog) UPT BLK/BTKLPP terdiri atas 4 orang (1 dokter, 1 epidemiolog, 1 entomolog, 1 pranata laboratorium) b. Ketersediaan pedoman surveilans dan sistem informasi malaria di semua unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria c. Ketersediaan sarana pengolahan data & komunikasi (komputerprinter-software program, telepon dan internet) pada setiap unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria 2. Proses a. Setiap petugas di unit pelaksana surveilans dan sistem informasi malaria telah mengikuti pelatihan standar b. Terlaksananya kegiatan surveilans dan sistem informasi sesuai standar c. Terselenggaranya pertemuan teknis surveilans dan sistem informasi malaria di setiap kabupaten/kota dalam rangka penguatan kinerja surveilans, validasi data dan pertukaran informasi minimal enam bulan sekali 3. Keluaran (Output) a. Kelengkapan laporan : (1) Jumlah puskesmas/rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan dengan laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara lengkap pertahun sebesar minimal 80% Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes dg laporan lengkap pertahun = Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes dg laporan lengkap (12 bl) ----------------------------------------------------------------------------------- x 100 % Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes yang ada pada awal tahun
68
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
(2) Jumlah Dinas Kesehatan Kab/Kota dg laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Provinsi secara lengkap pertahun sebesar 100% Jumlah Dinas Kesehatan Kab/Kota dg laporan lengkap pertahun = Jumlah Dinas Kesehatan Kab/Kota dg laporan lengkap (12 bl) -------------------------------------------------------------------------------- x 100% Jumlah Dinas Kesehatan Kab/Kota yang ada pada awal tahun
b. Ketepatan laporan (1) Jumlah Puskesmas/RS/Fasilitas dengan laporan tepat waktu laporan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota minimal sebesar 80% Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes dg laporan tepat waktu pertahun = Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes dg laporan tepat waktu ---------------------------------------------------------------------------------- x 100 % Jumlah Puskesmas/RS/Fasyankes yang ada pada awal tahun
c. Laporan KLB/dugaan KLB dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kab/kota kurang dari 24 jam sejak diketahui minimal 80% (1) Jumlah laporan KLB malaria dilaporkan <24 jam sejak diketahui oleh Puskesmas = Jml lap KLB malaria dilaporkan <24 jam sejak diketahui Puskesmas ------------------------------------------------------------------------------------------x100% Jml KLB malaria yang ada (dilaporkan) d. Distribusi informasi malaria dari unit pelaksana surveilans (Pusat/Dinas Kesehatan Provinsi/Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) bulanan lengkap sebesar 100 % (1) Jumlah distribusi informasi malaria per tahun = Jumlah unit pelaksana surveilans dengan distribusi informasi malaria lengkap (12 bl) --------------------------------------------------------------------- x 100 % Jml unit pelaksana surveilans
LAMPIRAN Lampiran 1. Tehnik Analisis (Lp_Tehnik Analisis) Lampiran 2. Pengamatan dan Survei Vektor (Lp_Survei Vektor) 69
Lampiran 3. Penyelidikan & Penanggulangan KLB serta Surveilans (Lp_KLB) Lampiran 3a. SKD-KLB malaria Lampiran 4. Penemuan Penderita Secara Aktif (Lp_ACD) Lampiran 5. Penemuan Penderita Demam Massal (Lp_Survei Demam Massal) Lampiran 6. Pemeriksaan Darah Massal (Lp_Survei Darah Massal) Lampiran 7. Survei KAP Malaria (Lp_Survei KAP Malaria) Lampiran 8. Surveilans Migrasi (Lp_Surv Migrasi) Lampiran 9. Survei Dinamika Penularan (Lp_Survei Dinamika Penularan) Lampiran 10. Formulir Pencatatan dan Pelaporan Surveilans Rutin (Lp_formulir)
70
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
TIM PENYUSUN Pengarah Penanggung jawab Koordinator
: dr. Andi Muhadir, MPH (Direktur PPBB) : dr. Asik, MPPM (Kasubdit Malaria) : dr. Elvieda Sariwati, M.Epid (Kasie Bimbingan dan Evaluasi)
Editor
: 1. Dr. Asik Surya, MPPM, Kepala Subdit. Pengendalian Malaria 2. Dr. Sholah Imari, MSc, PAEI
Kontributor 1. Dr. Niken Wastu Palupi, MKM, Subdit. Pengendalian Malaria 2. Dr. Elvieda Sariwati, MEpid, Subdit. Pengendalian Malaria 3. Adhi Sambodo, SKM, MKes, Subdit. Pengendalian Malaria 4. Drs. Budi Pramono, MKes, Subdit. Pengendalian Malaria 5. Dr.Marti Kusumaningsih, MSc, Subdit. Pengendalian Malaria 6. Yetty Intarti, MKes, Subdit. Pengendalian Malaria 7. Dewa Made Angga Wisnawa, BSc,MScPH, Subdit. Pengendalian Malaria 8. Dr.Pranti Sri Mulyani, MSc, Subdit. Pengendalian Malaria 9. Dr.Worowijat, MKM, Subdit. Pengendalian Malaria 10. Dr.Minerva Theodora PS, Subdit. Pengendalian Malaria 11. Hanifah Rogayah, SKM, Subdit. Pengendalian Malaria 12. Hermawan Susanto,SSi, Subdit. Pengendalian Malaria 13. Nur Asni, AMAK, Subdit. Pengendalian Malaria 14. Abdurrahman, Subdit Surveilans dan Respon KLB 15. Aris Munanto, Subdit Pengendalian Vektor 16. Budi Santoso, SKM, MKes, Subdit Pengendalian Vektor 17. Dr.Iqbal Djakaria, Bagian PI 18. Dr. Ferdinand Laihad, UNICEF 19. Dr. Erfandi, PAEI
71
Lampiran 1. Tehnik Analisis Lampiran 1. Tehnik Analisis .............................................................. 72 I. Indikator Analisis Malaria................................................................ 73 A. Indikator Analisis Malaria Berdasarkan Periode Pelaksanaan...... 73 B.Pengukuran Indikator Analisis Malaria........................................... 74 C.Pelaksana Analisis Berdasarkan Indikator Analisis Malaria .......... 79 II. Tehnik Analisis dan Penerapannya di Lapangan .......................... 81 A. Prinsip Analisis Epidemiologi Malaria ........................................... 81 B. Sumber Data Malaria.................................................................... 82 III. Tabel Analisis Indikator Bulanan dan Tahunan ............................ 84 A. Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan...................................... 84 B.Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan...................................... 87
72
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
LAMPIRAN 1. Tehnik Analisis I. Indikator Analisis Malaria Pada daerah dengan pengendalian tahap pemberantasan, memiliki endemisitas yang masih sangat tinggi, sehingga tidak memungkinkan dilakukan pemeriksaan dan tindakan perorangan. Analisis data biasanya dalam bentuk data agregat (jumlah) kasus dan kematian, dan upaya penanggulangan dilakukan pada sekelompok populasi, misalnya tindakan indoor residual spraying pada semua rumah di daerah rentan penularan malaria. Pada daerah endemis rendah atau sudah memasuki daerah dengan program pengendalian malaria sesuai dengan tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan akan semakin memerlukan analisis individual, walaupun analisis data agregat masih dipertahankan
A. Indikator Analisis Malaria Berdasarkan Periode Pelaksanaan Pada daerah dengan endemisitas sangat tinggi ini, berbagai bentuk analisis perlu dilakukan : Mingguan dan Bulanan 1. Kecenderungan jumlah kasus malaria (+) mingguan dan atau bulanan serta deteksi dini adanya KLB malaria pada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat serta proporsinya terhadap total jumlah kunjungan ke fasilitas pelayanan 2. Kecenderungan kejadian malaria menurut jenis parasit bulanan dan deteksi dini peningkatan P.falciparum, masing-masing fasilitas pelayanan dan masyarakat 3. Kecenderungan kejadian malaria (+) ibu hamil dan proporsinya terhadap total kasus malaria (+) 4. Kecenderungan kejadian malaria menurut usia dan proporsinya terhadap total kasus malaria (+) 5. Kecenderungan kejadian malaria (+) menurut jenis kelamin dan proporsinya terhadap total kasus malaria (+) 6. Kecenderungan kejadian malaria meninggal mingguan, bulanan dan deteksi dini adanya KLB malaria, masing-masing fasilitas pelayanan dan masyarakat serta proporsinya terhadap total jumlah meninggal di fasilitas pelayanan kesehatan 7. Kecenderungan kejadian malaria menurut wilayah (peta) secara berkala bulanan dan atau tahunan
73
8. Kecenderungan kasus malaria (+) rawat inap (RI) dan kasus malaria (+) meninggal serta proporsinya terhadap kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan per bulan 9. Perkembangan curah hujan bulanan 10. Perkembangan vektor bulanan 11. Kelengkapan laporan bulanan (Absensi) Tahunan 1. Identifikasi dusun, desa dan Puskesmas reseptif malaria dan jumlah penduduknya 2. Jumlah kasus suspek yang diuji (Pemeriksaan) dengan RDT + mikroskopis 3. Jumlah kasus malaria (+) dan proporsinya terhadap suspek malaria 4. Jumlah kasus malaria (+) berdasarkan tipe parasit serta proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) 5. Jumlah kasus malaria (+) menurut jenis kelamin dan proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) 6. Jumlah kasus malaria (+) menurut golongan umur dan prorsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) 7. Jumlah kasus malaria (+) ibu hamil dan proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) 8. Annual Parasite Incidence (API) (Jumlah kasus malaria (+) per 10.000 penduduk pertahun (5 tahun terakhir) 9. Peta stratifikasi endemisitas malaria, tingkat Desa, Puskesmas/Kecamatan dan kabupaten/kota a. Endemis tinggi – API >5/1,000 penduduk berisiko b. Endemis sedang – API 1 – 5/1,000 penduduk berisiko c. Endemis rendah – API <1/1,000 penduduk berisiko d. Non-endemis (tidak ditemukan penderita indegeneus) 10. Proporsi sediaan darah positif / Slide Positive Rate (SPR) 11. Jumlah kasus malaria (+) Rawat Inap (RI) dan jumlah kasus malaria (+) Rawat Inap per 10.000 penduduk pertahun 12. Jumlah kasus malaria (+) meninggal dan jumlah kasus malaria (+) Rawat Inap meninggal, dan jumlah kasus (+) meninggal per-total jumlah kasus malaria (+) 13. Kelengkapan laporan tahunan 14. Cakupan pengobatan malaria sesuai standard 15. Cakupan penggunaan kelambu berinsektisida 16. Kelengkapan dan ketepatan laporan 17. Kelengkapan laporan 18. Absensi mingguan dan bulanan 19. Indikator kinerja surveilans malaria
B.
Pengukuran Indikator Analisis Malaria
Secara umum indikator analisis malaria dan periode pengukuran analisis malaria dapat dilihat pada tabel berikut : 74
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Tabel Indikator Analisis Malaria No
Indikator Analisis
Pengukuran Indikator
Tampilan Analisis
Periode Analisis
1
Kasus malaria positif bulanan per 1.000 penduduk (MoPI)
Jumlah penderita malaria positif selama satu bulan ------------------------ x 1000 x 12 Jumlah penduduk berisiko dalam wilayah kerja
Grafik Bulanan kecenderungan MoPI
2
Proporsi Sediaan Darah Positif
Jumlah sediaan darah diperiksa positif ----------------------------- x 100 Jumlah sediaan darah Diperiksa
Grafik Bulanan kecenderungan proporsi sediaan darah positif
3
Proporsi Malaria Positif menurut golongan umur
Jumlah kasus malaria positif pada golongan umur tertentu ----------------------------- x 100 Jumlah kasus malaria positif pada semua golongan umur
Grafik Bulanan kecenderungan proporsi malaria positif menurut golongan umur
golongan umur : <1 tahun, 1-4 tahun, 5-14 tahun, 15-24 tahun, 25-44 tahun, 45 th atau lebih 4
75
Proporsi Malaria positif menurut jenis kelamin
Jumlah kasus malaria positif pada jenis kelamin tertentu ----------------------------- x 100 Jumlah kasus malaria positif pada semua jenis kelamin
Grafik Bulanan kecenderungan proporsi malaria positif menurut jenis kelamin
No
Indikator Analisis
Pengukuran Indikator
Tampilan Analisis
Periode Analisis
5
Angka kejadian (incidence rate) malaria menurut golongan umur (API per golongan umur)
Jumlah kasus malaria positifpada golongan umur tertentu ------------------------------- x 1000 Jumlah penduduk Berisiko pada golongan umur yang sama
Grafik Bar pada Tahunan tahun tertentu dan Grafik kecenderungan API selama 5 tahun terakhir
6
Angka kejadian (incidence rate) malaria menurut jenis kelamin
Jumlah kasus malaria positif pada jenis kelamin tertentu ------------------------------- x 1000 Jumlah penduduk berisiko pada jenis kelamin yang sama
Grafik Bar pada Tahunan tahun tertentu dan Grafik kecenderungan API selama 5 tahun terakhir
7
Angka kejadian (incidence rate) malaria (API)
Jumlah kasus malaria Positif selama setahun ------------------------------ x 1000 Jumlah penduduk berisiko
Peta stratifikasi Tahunan Puskesmas/ Kecamatan, Dinkes Kab/ Kota Grafik kecenderungan API selama 5 tahun terakhir
8
Proporsi Malaria Positif menurut pekerjaan
Jumlah kasus malaria positif pada pekerjaan tertentu --------------------------------- x 100 Jumlah kasus malaria positif pada semua pekerjaan
Grafik Bulanan kecenderungan proporsi malaria menurut pekerjaan
9
Kasus meninggal diantara malaria positif (case fatality rate)
Jumlah kasus malaria positif meninggal dalam setahun --------------------------------- x 100 Jumlah kasus malaria positif dalam satu tahun yang sama
Tahunan
76
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
No
Indikator Analisis
Pengukuran Indikator
Tampilan Analisis
Periode Analisis
10
Proporsi cakupan anak < 1 tahun yang di lindungi kelambu
11
Hasil Pengobatan Penderita
grafik
12
Rujukan Dari
Grafik
13
Di Rujuk Ke
grafik
14
Proporsi Jenis Parasit
Jumlah sediaan darah Grafik Bulanan positif jenis parasit kecenderungan tertentu --------------------------------- x 100 Jumlah sediaan darah diperiksa
15
ABER
Jumlah sediaan darah positif + negatif --------------------------------- x 100 Jumlah penduduk
Tahunan
16
Proporsi Cakupan Ibu Hamil yang di lindungi kelambu
Kelambu yang dibagikan dalam kegiatan ANC -------------------------------- x 100 Jumlah Ibu Hamil
Tahunan
17
Proporsi penggunaan RDT
Jumlah penggunaan RDT --------------------------------- x 100 Jumlah pemeriksaan mikroskopis+RDT
Bulanan
18
Proporsi ibu Jumlah ibu hamil positif malaria hamil dengan --------------------------------- x 100 malaria Jumlah ibu hamil diperiksa
Tahunan
77
Jumlah kelambu yang dibagikan dalam kegiatan Imunisasi selama satu tahun --------------------------------- x 100 Jumlah anak < 1 tahun dalam tahun yang sama
No
Indikator Analisis
Pengukuran Indikator
Tampilan Analisis
Periode Analisis
19
Proporsi skrining ibu hamil
Jumlah ibu hamil diskrining ----------------------- x 100 Jumlah sasaran ibu hamil
20
Kelengkapan Jumlah laporan yang Laporan diterima pada bulan Bulanan tertentu ------------------------------- x 100 Jumlah laporan yang seharusnya pada bulan yang sama
Tabel absensi Bulanan dan grafik kecenderungan
21
Kelengkapan Jumlah fasilitas pelayanan Laporan dengan laporan lengkap Tahunan 12 bulan pada tahun tertentu --------------------------------- x 100 Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan pada awal tahun yang sama
Tabel Daftar Tahunan dan peta kelengkapan laporan fasilitas pelayanan dan grafik kecenderungan
Dengan menggunakan software e-sismal, keluaran dari analisis tersebut dapat langsung terhitung secara otomatis.
78
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
C.
No
Pelaksana Analisis Berdasarkan Indikator Analisis Malaria Tabel Daftar Pelaksana Indikator Analisis Malaria Pelaksana Indikator Periode Dinkes Pusat Analisis Analisis Puskes RS Dinkes mas Kab/Kota Provinsi
1
Kasus malaria positif bulanan per 1.000 penduduk (MoPI)
Bulanan
v
-
v
v
v
2
Proporsi Sediaan Darah Positif
Bulanan
v
v
v
v
v
3
Proporsi Malaria positif menurut golongan umur
Bulanan
v
v
v
v
V
4
Proporsi Malaria positif menurut jenis kelamin
Bulanan
v
v
v
v
V
5
Angka kejadian Tahunan (incidence rate) malaria menurut golongan umur (API per golongan umur)
v
-
v
v
V
6
Angka kejadian Tahunan (incidence rate) malaria menurut jenis kelamin (API per jenis kelamin)
v
-
v
v
v
7
Angka kejadian (incidence rate) malaria (API)
Tahunan
v
-
v
v
v
8
Proporsi Malaria Positif menurut pekerjaan
Bulanan
-
-
v
v
v
9
Kasus meninggal diantara malaria positif (case fatality rate)
Tahunan
v
v
v
v
v
79
No
Indikator Analisis
Periode Analisis
Pelaksana Puskes Dinkes Dinkes Pusat RS mas Kab/Kota Provinsi
10
Proporsi cakupan Tahunan anak < 1 tahun yang di lindungi kelambu
v
-
v
v
v
11
Hasil Pengobatan Bulanan Penderita
v
v
v
v
v
12
Rujukan Dari
Tahunan
13
Di Rujuk Ke
Tahunan
14
Proporsi Jenis Parasit
Bulanan
v
v
v
v
v
15
ABER
Tahunan
v
-
v
v
v
16
Proporsi Cakupan Tahunan Ibu Hamil yang di lindungi kelambu
v
-
v
v
V
17
Proporsi Bulanan penggunaan RDT
v
-
v
v
V
18
Proporsi ibu hamil Tahunan dengan malaria
v
-
v
v
V
19
Proporsi skrining ibu hamil
v
-
v
v
V
20
Kelengkapan laporan bulanan
-
-
v
v
V
-
-
v
v
V
21
80
Kelengkapan laporan tahunan
Bulanan Tahunan
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
II. Tehnik Analisis dan Penerapannya di Lapangan A. Prinsip Analisis Epidemiologi Malaria Surveilans Epidemiologi Malaria adalah : a. analisis terus menerus secara sistematis terhadap penyakit malaria dan kondisi yang mempengaruhinya b. agar dapat melaksanakan upaya pengendalian malaria, termasuk SKD-KLB malaria, dengan efektif dan efisien c. dengan melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dan penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan pengendalian malaria. Pengertian penyakit malaria meliputi parasit, penderita dan distribusi parasit serta distribusi penderita. Parasit malaria meliputi tipe, subtype, potensi mutasi genetic, perkembangbiakan, siklus hidup didalam dan diluar tubuh manusia, caracara penularan, resistensi terhadap obat dan lain sebagainya. Penderita penyakit malaria adalah karakteristik seseorang ketika menderita penyakit, daya tahan, imunitas, masa inkubasi parasit ketika menginfeksi seseorang, pola gejala dan patofisiologi tubuh, perubahan beratnya sakit dan risiko meninggal, masa infektif dan lain sebagainya. Distribusi penyakit malaria adalah mencakup distibusi parasit malaria dan distribusi penderita malaria yang digambarkan dalam bentuk epidemiologi deskriptif menurut ciri-ciri waktu, tempat dan orang, baik dalam angka absolut atau dalam bentuk rate (angka kesakitan/insidence rate, angka kematian/mortality rate, case fatality rate, dan sebagainya). Kondisi yang mempengaruhi pada definisi surveilans tersebut adalah berpengaruh terhadap munculnya atau terjadinya perubahan karakateristik parasit malaria, perubahan karakteristik penderita dan distribusinya (parasit dan penderita). Surveilans adalah melakukan analisis dengan cermat, kritis dan obyektif terhadap penyakit malaria dan kondisi yang mempengaruhinya pada suatu populasi atau wilayah tertentu. “Analisis” menjadi bagian sangat penting dari proses kegiatan surveilans malaria. Analisis mencakup aspek cukup luas dan komplek diantara ketersediaan data dan informasi yang tersedia tepat waktu, kemampuan individu atau suatu unit surveilans malaria menguasai dan memanfaatkan metode analisis surveilans malaria, penguasaan terhadap ilmu penyakit malaria dan faktor-faktor yang berpengaruh penyakit tersebut, penguasaan terhadap kondisi 81
masyarakat yang berhubungan dengan malaria, disamping faktor keterampilan dan pengalamannya. Kompleksitas proses “analisis” tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut :
Gambar Analisis Malaria Data yg akan dianalisis
Strategi analisis Keterampilan & pengalaman
Tampilan Analisis
Interpretasi
Informasi
Data terkait lainnya Hasil penelitian Penduduk & lingkungan
Surveilans malaria sebagaimana dimaksud tersebut diatas, bukan saja memerlukan data yang dapat diperoleh dalam Sistem Informasi dan Surveilans Malaria (SISMAL), tetapi juga sangat diperlukan pengembangan model-model analisis malaria, meningkatkan jangkauan informasi untuk memperoleh berbagai referensi yang diperlukan, perlunya pelatihan, standarisasi pengalaman petugas (jam terbang) dan jejaring informasi untuk melengkapi data dan informasi kondisi yang dapat mempengaruhi kejadian malaria.
B. Sumber Data Malaria Pengumpulan dan Pengolah Data Malaria dalam Sistem Informasi dan Surveilans Malaria (SISMAL) Data yang dapat dianalisis dalam surveilans malaria, perlu dihimpun dan diolah sedemikian rupa, sehingga dapat tersedia pada petugas atau tim analisis surveilans tepat waktu di Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Pusat dan unit terkait lainnya dalam pengendalian malaria. 82
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Secara umum, sumber data surveilans malaria dapat digambarkan dalam skema dibawah ini :
Gambar Sumber Data Malaria Pelaksanaan Surveilans
Program Pengendalian Malaria
Pengamatan Vektor Program Penyehatan Lingkungan
KIAImunisasi
Perekaman Pengolahan Data Dasar SISMAL Analisis Malaria SISMAL: Sistem Informasi dan Surveilans Malaria
Data Dasar SISMAL didistribusikan kepada berbagai unit terkait dalam pengendalian malaria di Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, dan lain sebagainya. Analisis malaria dapat menghasilkan informasi penting dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program serta dalam rangka monitoring evaluasi. Informasi ini juga sangat penting dalam rangka pelaksanaan kewaspadaan dini KLB malaria.
83
III. Tabel Analisis Indikator Bulanan dan Tahunan A. Tabel Analisis Indikator Malaria Bulanan a. Analisis Indikator Malaria Bulanan di Dinas Kesehatan Kab/Kota Setiap Dinas Kesehatan Kab/Kota membuat tabel analisis malaria bulanan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Puskesmas dan Rumah Sakit. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masing-masing Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kab/Kota. Tabel analisis ini dikirim setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan semua Puskesmas serta Rumah Sakit di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kab/Kota
1 2 3 ..
84
A B C ….. Total
Kepadatan vektor malaria
Tingginya curah hujan
% Jml ks malaria (+) meninggal per total RI meninggal
Jml ks malaria (+) RI meninggal
% jml ks malaria (+) RI per total penderita rawat inap
Jumlah kasus malaria (+) rawat ianp (RI)
Jumlah penderita rawat inap meninggal
Jumlah penderita rawat inap
% ks malaria (+) perempuan per total ks malaria (+)
Kasus malaria (+) perempuan
% ks malaria (+) ibu hamil per total ks malaria (+)
Kasus malaria (+) ibu hamil
th
% ks malaria (+) <5 per total kasus malaria (+)
Kasus malaria (+) berumur <5 th
% kasus malaria dg Pfalsiparum per jml ks malaria (+)
Kasus malaria dg pfalsiparum (+)
% kasus malaria (+) per jumlah ks suspek diperiksa
Kasus malaria (+)
No
Nama Puskesmas dan Rumah Sakit
Kasus suspek diperiksa RDT + mikroskopis
Tabel Analisis Bulanan Indikator Malaria Kabupaten/Kota
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
b. Analisis Indikator Malaria Bulanan di Dinas Kesehatan Provinsi Setiap Dinas Kesehatan Provinsi membuat tabel analisis malaria bulanan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Dinas Kesehatan Kab/Kota, Puskesmas dan Rumah Sakit. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masingmasing Dinas Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kab/Kota. Tabel analisis ini dikirim setiap bulan kepada Dirjen PP&PL Kementerian Kesehatan dan tembusan BTKLPP setempat dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kerja Dinas Kesehatan Provinsi.
1
.. 2
Kab I 1. Pkm A 2. RS B ….. Kota II 1. RS UD 2. Pkm X ….. Total
c. Analisis Indikator Malaria Bulanan di Nasional 85
Kepadatan vektor malaria
Tingginya curah hujan
% Jml ks malaria (+) meninggal per total RI meninggal
Jml ks malaria (+) RI meninggal
% jml ks malaria (+) RI per total penderita rawat inap
Jumlah kasus malaria (+) rawat ianp (RI)
Jumlah penderita rawat inap meninggal
Jumlah penderita rawat inap
% ks malaria (+) perempuan per total ks malaria (+)
Kasus malaria (+) perempuan
% ks malaria (+) ibu hamil per total ks malaria (+)
Kasus malaria (+) ibu hamil
th
% ks malaria (+) <5 per total kasus malaria (+)
Kasus malaria (+) berumur <5 th
% kasus malaria dg Pfalsiparum per jml ks malaria (+)
Kasus malaria dg pfalsiparum (+)
% kasus malaria (+) per jumlah ks suspek diperiksa
Kasus malaria (+)
No
Nama Dinas Kesehatan Kab/Kota, Puskesmas dan Rumah Sakit
Kasus suspek diperiksa RDT + mikroskopis
Tabel Analisis Bulanan Indikator Malaria Provinsi
No
1
.. 2
86 Nama Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota
Provinsi I 1. Kab A 2. Kota B ….. Provinsi II 1. Kab X 2. Kab Y …..
Total Jumlah laporan Puskesmas dan RS yang diterima
Kepadatan vektor malaria
Tingginya curah hujan
% Jml ks malaria (+) meninggal per total RI meninggal
Jml ks malaria (+) RI meninggal
% jml ks malaria (+) RI per total penderita rawat inap
Jumlah kasus malaria (+) rawat ianp (RI)
Jumlah penderita rawat inap meninggal
Jumlah penderita rawat inap
% ks malaria (+) perempuan per total ks malaria (+)
Kasus malaria (+) perempuan
% ks malaria (+) ibu hamil per total ks malaria (+)
Kasus malaria (+) ibu hamil
% ks malaria (+) <5 per total kasus malaria (+)
th
Kasus malaria (+) berumur <5 th
% kasus malaria dg Pfalsiparum per jml ks malaria (+)
Kasus malaria dg pfalsiparum (+)
% kasus malaria (+) per jumlah ks suspek diperiksa
Kasus malaria (+)
Kasus suspek diperiksa RDT + mikroskopis
Pusat membuat tabel analisis malaria bulanan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masing-masing Dinas Kesehatan Provinsi dan nasional. Tabel analisis ini dikirim setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan BTKLPP.
Tabel Analisis Bulanan Indikator Malaria Nasional
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
B. Tabel Analisis Indikator Malaria Tahunan a. Analisis Indikator Malaria Tahunan Dinas Kesehatan Kab/Kota Setiap Dinas Kesehatan Kab/Kota membuat tabel analisis malaria tahunan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Puskesmas. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masing-masing Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kab/Kota.
1 2 3 ..
Jumlah laporan bulanan diterima tepat waktu
Jumlah laporan bulanan diterima
Jml ks mal (+) rawat inap meninggal per 100.000 pdd
Jml Ks mal (+) rawat inap per 10.000 pdd
Jml ks mal (+) rawat inap meninggal
Jml Ks mal (+) rawat inap
API per pdd daerah reseptif
API per total penduduk
% Ks Ibu Hamil per jml ks mal ria (+)
% Ks dg Pfalsiparum per Jml Ks Mal (+)
% Ks Malaria (+) per Total Uji RDT+mikroskopis
Jml Ks <5 th
Jml Ks Ibu.Hamil
Jml Ks dg P.Falsiparum (+)
Jml Kasus Malaria (+)
Jml Pdd Reseptif
Nama Puskesmas
Jml Pdd
No
Jml Uji RDT+Mikroskopis
Tabel Analisis Indikator Malaria Kabupaten/Kota
A B C ….. Total
b. Analisis Indikator Malaria Tahunan di Dinas Kesehatan Provinsi Setiap Dinas Kesehatan Provinsi membuat tabel analisis malaria tahunan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masing-masing Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. 87
I
.. II
Jml laporan bulanan tepat waktu
Jml laporan bulanan diterima
Jml ks mal (+) rawat inap meninggal per 100.000 pdd
Jml Ks mal (+) rawat inap per 10.000 pdd
Jml ks mal (+) rawat inap meninggal
Jml Ks mal (+) rawat inap
API per pdd daerah reseptif
API per total penduduk
% Ks Ibu Hamil per jml ks mal ria (+)
% Ks dg Pfalsiparum per Jml Ks Mal (+)
% Ks Malaria (+) per Total Uji RDT+mikroskopis
Jml Ks <5 th
Jml Ks Ibu.Hamil
Jml Ks dg P.Falsiparum (+)
Jml Kasus Malaria (+)
Jml Pdd Reseptif
Jml Pdd
No
Nama Kab/Kota dan Puskesmas
Jml Uji RDT+Mikroskopis
Tabel Analisis Indikator Malaria Provinsi
Kab. I 1. Pkm A 2. Pkm B ….. Kab II 1. Pkm X 2. Pkm Y ….. TOTAL
c. Analisis Indikator Malaria Tahunan Nasional dan Regional Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) membuat tabel analisis malaria tahunan berdasarkan situasi masing-masing wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Analisis ini diikuti dengan tampilan grafik dan peta yang sesuai, sehingga dapat membantu interpretasi adanya masalah malaria dan mengukur kinerja pengendalian malaria di masing-masing Dinas Kesehatan Provinsi dan Nasional. Hal yang sama dilaksanakan oleh BBTKLPP dalam wilayah regionalnya masing-masing.
88
No
I
.. II
89 Nama Provinsi dan Kab/Kota
Provinsi I 1. Kab A 2. Kab B ….. Provinsi II 1. Kota X 2. Kab Y …..
TOTAL Jml Puskesmas dengan l12 aporan bulanan
Jml laporan bulanan Puskesmas yang diterima
Jml laporan bulanan diterima tepat waktu
Jml laporan bulanan diterima
Jml ks mal (+) rawat inap meninggal per 100.000 pdd
Jml Ks mal (+) rawat inap per 10.000 pdd
Jml ks mal (+) rawat inap meninggal
Jml Ks mal (+) rawat inap
API per pdd daerah reseptif
API per total penduduk
% Ks Ibu Hamil per jml ks mal ria (+)
% Ks dg Pfalsiparum per Jml Ks Mal (+)
% Ks Malaria (+) per Total Uji RDT+mikroskopis
Jml Ks <5 th
Jml Ks Ibu.Hamil
Jml Ks dg P.Falsiparum (+)
Jml Kasus Malaria (+)
Jml Uji RDT+Mikroskopis
Jml Penduduk Daerah Reseptif
Jml Penduduk
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Tabel Analisis Indikator Malaria Nasional
Lampiran 2 : Pengamatan dan Survei Vektor Malaria
A. Pengamatan Vektor 1. Pengertian dan Tujuan Walaupun secara umum, malaria ditularkan oleh nyamuk, terutama nyamuk anopheles, tetapi jenis nyamuk penular malaria tersebut adalah spesifik pada masing-masing daerah, kepadatan bervariasi, dan sangat besar pengaruh kondisi lingkungan yang mendukung perkembang biakan nyamuk. Mencermati keberadaan nyamuk tersebut, sangat diperlukan pengamatan vektor sebagai bagian dari penyelenggaraan surveilans malaria Tujuan Memantau secara terus menerus dan sistematis terhadap kepadatan nyamuk menurut wilayah dan perkembangannya dari waktu ke waktu dan hubungannya dengan perkembangan kejadian malaria 2. Pelaksana Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, BTKLPP dan Pusat 3. Sumber Data, Variabel, Perekaman dan Pengolahan Data a. Sumber Data Pengukuran kepadatan vektor pada titik/lokasi pengamatan vektor rata-rata perhari dan perbulan. Pemilihan lokasi pengamatan vektor adalah sebagai berikut : (1) Pada daerah pada tahap pemberantasan, lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan riwayat terjadinya KLB malaria atau tingginya kejadian malaria (fokus malaria aktif) (2) Pada daerah pada tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeilharaan, lokasi pengamatan vektor juga berdasarkan riwayat terjadinya KLB malaria, tingginya kejadian malaria, tetapi juga diprioritaskan pada wilayah (dusun/desa) reseptif malaria atau wilayah vulnerabel (3) Lokasi pengamatan vektor dapat merupakan sentinel pengamatan vektor pada wilayah lebih luas, terutama untuk 90
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
memantau perkembangan vektor musiman dan hubungannya dengan penentuan kegiatan penemuan dan pengobatan kasus malaria melalui Penemuan Penderita Demam Massal atau Pemeriksaan Darah Massal Hasil Pengamatan Vektor (Lihat Pedoman Pemberantasan Vektor, Dit. P2B2, Ditjen PP&PL, Departemen Kesehatan, 2006) b. Variabel Variabel perekaman data pengamatan vektor adalah rata-rata kepadatan vektor (nyamuk dan jentik) per bulan pada wilayah dusun/desa (kelurahan) atau atas dasar lokasi pengamatan vektor yang telah ditentukan c.
91
Perekaman dan Pengolahan Data Data hasil pengukuran kepadatan vektor pada masing-masing lokasi direkam dalam formulir Pengamatan Kepadatan Vektor Harian (tabel 2.1) Rata-rata hasil pengukuran kepadatan vektor masing-masing lokasi dikompilasi kedalam formulir Kepadatan Vektor Bulanan (tabel 2.2)
Tabel 2.1 Formulir Pengamatan Kepadatan Vektor Harian Provinsi Kab/Kota Kecamatan/Puskesmas Puskesmas Tahun/Bulan
: : : : :
……………….. ………………... ………………../……………….. ………………../……………….. ……../…….
Kepadatan Vektor Per Lokasi Pengamatan Tanggal Lokasi 1
Lokasi-2
Lokasi-3
Lokasi-4
RataRata
1 2 3 4 .. 31 Rata-rata per bulan Tabel 2.2 Formulir Pengamatan Kepadatan Vektor Bulanan Provinsi Kab/Kota Kecamatan/Puskesmas Puskesmas Tahun Tanggal
: : : : :
Kepadatan Vektor Per Lokasi Pengamatan Lokasi-1
Januari Februari Maret April Mei Juni .. Desember Rata-rata per hari dalam sebulan
92
……………….. ………………... ………………../……………….. ………………../……………….. ……. Lokasi-2
Lokasi-3
Lokasi-4
Rata-Rata
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
4. Tampilan Analisis Bentuk tampilan analisis sebagai berikut : a. Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan lokasi pengamatan vektor b. Perkembangan kepadatan vektor menurut bulan dan wilayah Puskesmas d. Perkembangan kepadatan vektor, perkembangan kasus malaria bulanan dan curah hujan bulanan c. Peta kepadatan vektor menurut wilayah pengamatan vektor dan penetapan wilayah reseptif malaria
5. Langkah-langkah a. Menentukan lokasi pengukuran vektor sesuai dengan kebutuhan dan kriteria b. Pengukuran kepadatan vektor dilakukan pada malam hari, diamati jenis vektor dewasa dan kepadatannya, sekaligus dengan pengukuran kelembapan, curah hujan dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan vektor (lihat Pedoman Pemberantasan Vektor) b. Setiap hari pengukuran, dihitung kepadatan rata-rata dari semua lokasi pengamatan vektor. c. Setiap akhir bulan pengukuran, dihitung kepadatan rata-rata per hari per lokasi pengamatan dalam sebulan, juga rata-rata perhari semua lokasi pengamatan dalam waktu sebulan c. Pindahkan data pengukuran pengamatan vektor rata-rata perhari semua lokasi dalam setahun kedalam tabel Pengamatan Kepadatan Vektor Bulanan (Tabel 2.2) d. Buat grafik fluktuasi kepadatan vektor e. Hasil pengamatan vektor digunakan untuk menentukan dusun, desa dan Puskesmas reseptif malaria Contoh Analisis : a. Grafik Fluktuasi Kepadatan Vektor perhari Kepadatan nyamuk Anopheles diperoleh dengan pengamatan pada beberapa titik pengamatan di wilayah reseptif dengan umpan manusia, kemudian diambil rata dalam sehari (semalam) dan kemudian dirataratakan perhari dalam sebulan pengamatan.
93
b. Wilayah reseptif adalah wilayah yang memiliki vektor malaria dengan kepadatan tinggi dan terdapat faktor lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria. Data wilayah reseptif, sebaiknya setingkat desa, walaupun sebenarnya hanya sebagian dari desa. Desa ditetapkan sebagai wilayah reseptif, karena di desa tersebut yang pernah berjangkit penularan malaria, 94
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
yang kemudian diteliti dengan cermat pada kondisi lingkungan dan perkembangan vector nyamuk malaria yang berpotensi terjadinya penularan malaria
Contoh Daftar Wilayah Desa Reseptif malaria di Puskesmas Jaya Tabel Wilayah Reseptif Malaria, Puskesmas Jaya, 2010-2011
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
95
Desa
Jml Pdd
Total AMAN BIDAI CHARL DENAH ELOK ERNAN GALUH HANNA INTAN
36700 2000 6000 500 700 2000 4500 7000 9000 5000
Jml Du sun
2011 Jml Dusun Reseptif
47 4 4 3 4 4 6 8 7 7
13 4 3 2 2 2 0 0 0 0
Jml Pdd Reseptif 6100 2000 3000 400 200 500 0 0 0 0
Jml Pdd 36700 2000 6000 500 700 2000 4500 7000 9000 5000
Jml Du sun 47 4 4 3 4 4 6 8 7 7
2012 Jml Dusun Reseptif 10 4 3 2 1 0 0 0 0 0
Jml Pdd Reseptif 5600 2000 3000 400 100 0 0 0 0 0
Peta Wilayah Reseptif Malaria
Gambar Peta Desa Reseptif dan Insidens Malaria Puskesmas Jaya, 2012 Incidance rate per 1000 pop >4 1-4 <1
Desa Reseptif Reseptif Non Reseptif
Gambar Wilayah Reseptif Menurut Puskesmas Kabupaten Jaya, 2012
Reseptif Non Reseptif
Puskesmas reseptif adalah Puskesmas yang terdapat wilayah reseptif, baik desa reseptif maupun dusun reseptif
96
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
B. Survei Vektor Merupakan kajian dan penelitian vektor penular malaria pada suatu wilayah tertentu yang diduga telah terjadi penularan malaria. Survei vektor dapat dilaksanakan survei vektor spot dan survei vektor berkala. 1. Tujuan Survei Survei Vektor diharapkan dapat mengidentifikasi bionomik vektor (nyamuk anopheles) yang terdiri atas : (1) Tempat berkembang biak nyamuk (2) Jenis nyamuk (3) Siklus hidup nyamuk (4) Kepadatan nyamuk malam hari di dalam dan di luar rumah serta tempat-tempat berisiko penularan (lihat hasil survei perilaku penduduk) (5) Kebiasaan nyamuk istirahat di dalam dan di luar rumah (6) Kebiasaan nyamuk menggigit di dalam dan di luar rumah (7) Kebiasaan menggigit manusia (antopofilik) dan hewan (zoofilik)
2. Sasaran Survei Daerah pada tahap pemberantasan melaksanakan survei vektor sesuai kebutuhan berdasarkan analisis situasi malaria dan pengamatan vektor, terutama pada daerah yang terjadi peningkatan luar biasa, daerahdaerah yang sering terjadi KLB, daerah dengan angka kejadian malaria cukup tinggi dan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari waktu ke waktu. Daerah pada tahap eliminasi melaksanakan survei vektor, sesuai kebutuhan berdasarkan analisis situasi malaria dan pengamatan vektor, terutama di wilayah reseptif malaria, atau fokus malaria aktif Waktu survei sebelum puncak jumlah kasus malaria (pemantauan mingguan/bulanan wabah malaria) atau puncak kepadatan vektor (pengamatan vektor).
3. Metode dan Desain Analisis Metode dan desain analisis Survei Vektor lihat pada pedoman terkait. Petugas surveilans malaria, perlu memahami siklus hidup nyamuk, dan metode serta desain analisis survei vektor ini agar hasil survei vektor dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis situasi malaria sehari-hari (surveilans rutin) maupun surveilans khusus 97
Referensi Siklus Hidup Nyamuk Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, mengalami 4 stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas : 1. Nyamuk dewasa : Proporsi keberadaan nyamuk jantan dan betina dewasa adalah sama, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyakum betina keluar dari kepompong. Setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Perkembangan telur menjadi nyamuk dewasa tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk. 2. Telur nyamuk. Stadium telur ini memakan waktu 1 – 2 hari. Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur ini berbeda – beda tergantung dari jenisnya. - Nyamuk anopeles meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung. - Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. - Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada benda-benda yang terapung dipermukaan air atau pada dinding penampungan air sedikit diatas permukaan air. - Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan – tumbuhan air, secara bergerombol berbentuk karangan bungan.
3. Jentik nyamuk Stadium jentik memerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatang predator. 98
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
4. Kepompong Stadium kepompong lebih kurang 1 – 2 hari. Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Pada stadum ini terbentuk sayap hingga dapat terbang,. Tempat Berkembang Biak (Breeding Places) Dalam siklus hidup nyamuk memerlukan tiga tempat hidup, yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan umpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces). Nyamuk mempunyai tipe breeding places yang berlainan, culex dapat berkembang di sembarangan tempat air, Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, mansonia senang berkembang biak di kolam – kolam, rawa – rawa, danau yang banyak tanaman airnya dan Anopeheles memiliki bermacam breeding places, sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai berikut : 1. Air payau adalah tempat berkembang biak yang disukai Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus dan Anopheles vagus 2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disukai Anopheles sundaicus dan Anopheles maculatus 3. Tempat yang terlindung dari sinar matahari disenangi Anopheles vagus, Anopheles umbrosus untuk berkembang biak. 4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles vagus, indefinitus, letifer untuk tempat berkembang biak. 5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi Anopheles aconitus, vagus, barbirostris, dan anullaris untuk berkembang biak. Kebiasaan menggigit Waktu aktif mencari darah dari masing – masing nyamuk berbeda – beda, anopheles dan colex merupakan nyamuk yang aktif pada malam hari, adalah sedangkan Aedes merupakan nyamuk yang aktif pada siang hari, dan pada umumnya nyamuk yang menghisap darah adalah nyamuk betina.
99
Tempat beristirahat (resting places) Setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2 – 3 hari. Tempat beristirahat bisa bagian dalam rumah atau diluar rumah, seperti gua, lubang lembab, tempat yang berwarna gelap dan lain – lain Bionomik Nyamuk (kebiasaan hidup) Pemahaman bionomik ini merupakan informasi penting dalam upaya pengendalian vektor, misalnya dalam pemberantasan nyamuk dengan insektisida. Nyamuk mempunyai bermacam-macam kebiasaan yang perlu diketahui untuk pengendalian malaria, misalnya : a. Kebiasaan yang berhubungan dengan perkawinan/mencari makan, dan lamanya hidup. b. Kebiasaan kegiatan diwaktu malam, dan perputaran menggigitnya. c. Kebiasaan berlindung diluar rumah dan di dalam rumah. d. Kebiasaan memilih mangsa. e. Kebiasaan yang berhubungan dengan iklim, suhu, kelembaban dll. f. Kebiasaan di dalam rumah atau di luar rumah. Metode Pengendalian Vektor Pengendalian vektor sampai tuntas (pembasmian) adalah sangat sulit dilakukan, yang dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi vektor sampai tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Prinsip dasar dalam pengendalian vektor : 1. Pengendalian vektor dilakukan dengan berbagai macam cara agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak membahayakan kehidupan manusia 2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Cara-cara pengendalian vektor malaria, antara lain : 1. manipulasi lingkungan terhadap jentik dan nyamuk. Baik cara sederhana dengan pengaturan tanam, menjaga irigasi, pengeringan sawah, atau yang canggih dengan pengaturan irigasi, pembangunan dan sebagainya 2. penyemprotan insektisida pada nyamuk dan larvasida terhadap jentik (IRS-indoor residual spraying)
100
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
3. umpan binatang ternak, sehingga nyamuk menggigit hewan dan tidak pada manusia 4. rumah terproteksi dari masuknya nyamuk anopheles 5. menghindar dari tempat dengan kepadatan nyamuk tinggi atau dengan obat pelindung diri Untuk mengetahui strategi pengendalian vektor yang tepat, perlu dilakukan pengamatan dan survei vektor
101
Lampiran 3 : Penyelidikan, Penanggulangan KLB Malaria dan Surveilans
I. Pendahuluan Pada saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria, maka segera dilakukan upaya penanggulangan KLB yang secara umum terdiri dari : 1. Penyelidikan epidemiologi 2.Upaya penemuan dan pengobatan penderita 3.Upaya pengendalian agar KLB tidak (pencegahan) 4.Surveilans
berkembang
luas
Keempat kegiatan tersebut dilaksanakan serentak dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Biasanya penyelidikan epidemiologi dilaksanakan sesegera mungkin, dan informasi awal hasil penyelidikan disampaikan pada tim penanggulangan. Misalnya kepastian tentang diagnosis etiologi KLB, ditetapkannnya luas darah berjangkit dan kelompok populasi yang mendapat serangan paling parah. Adanya informasi awal, segera diikuti dengan menyelenggarakan surveilans epidemiologi, terutama data penderita berobat dan mendapat perawatan intensif Hubungan keempat kegiatan digambarkan sebagai berikut :
102
tersebut,
secara
skematis
dapat
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Gambar Penanggulangan KLB Malaria Penyelidikan Epidemiologi Pengobatan dan Perawatan Pengendalian dan Pencegahan Surveilans Epidemiologi
Surveilans epidemiologi yang baik, akan membantu upaya penanggulangan dan penyelidikan epidemiologi lebih focus, efektif dan efisien. Kegiatan penyelidikan epidemiologi dan surveilans epidemiologi saling memberi informasi, dan pada upaya penanggulangan KLB malaria dilaksanakan dalam satu paket kegiatan
II. Pengertian KLB Malaria Kasus Malaria Suspek pada KLB adalah : Seseorang bertempat tinggal di daerah KLB (ditetapkan) dan dalam periode KLB (ditetapkan) yang menunjukkan gejala demam (37,5-400C) atau riwayat demam dalam 48 jam terakhir, disertai menggigil dan berkeringat. Gejala lain yang bisa muncul adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot, pegel-pegel 6 . Kasus malaria positif (simtomatis) pada KLB malaria adalah kasus suspek malaria yang pada pengujian sediaan darah (mikroskopis) atau pengujian cepat RDT, ditemukan adanya parasit malaria atau jejak parasit malaria (Plasmodium falsiparum) Kasus malaria indigenous pada KLB malaria adalah kasus malaria positif yang penularannya terjadi di wilayah setempat dan tidak ada bukti langsung berhubungan dengan kasus impor. Secara teknis, kasus malaria indigenous pada KLB malaria adalah kasus malaria positif (simtomatis) yang tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam empat minggu terakhir sebelum sakit (demam) 6
Depkes RI. Pedoman SKD-KLB Malaria, tahun 2007
103
Kriteria teknis KLB malaria dibedakan antara daerah tahap pemberantasan, pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan
1. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Pemberantasan Dan Preeliminasi Pada Desa atau Kelurahan a. Terjadi peningkatan jumlah penderita dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini: Jumlah penderita dalam sebulan pada bulan sebelumnya Jumlah penderita dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya Jumlah maksimum penderita pada pola maksimum dan minimum dan slide positivity rate pada Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 20%; dan parasit Plasmodium falsiparum dominan atau b. terjadi peningkatan jumlah penderita malaria meninggal dalam periode tertentu lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama; dan slide positivity rate pada Kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 20% ; dan parasit Plasmodium falsiparum dominan Secara skematis penentuan adanya KLB malaria dapat dilihat pada gambar Alur Penetapan KLB Malaria Pada Daerah Tahap Pemberantasan, dibawah ini :
104
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria Gambar Alur Penetapan KLB Malaria Pada Daerah Tahap pemberantasan, Pre Eliminasi dan Eliminasi Laporan masyarakat
Laporan dokter/petugas
Perkembangan mingguan/bulanan malaria
Peningkatan Kasus Malaria Positif Ya
Tidak
Jumlah kasus >2 kali dibanding bulan sebelumnya/ bulan sama tahun sebelumnya/maksimum kurva pada periode waktu yang sama/
Tidak
atau
Kematian > 50% dibanding bulan sebelumnya
Ya
MFS : PR>20% Pf dominan Kewaspada an tinggi *)
Tidak
Ya
KLB Malaria
pada daerah tahap eliminasi : peningkatan kasus malaria poitif indigenous
2. Kriteria KLB Malaria Pada Daerah Tahap Eliminasi Pada Desa atau Kelurahan : a. Terjadi peningkatan jumlah penderita malaria indigenous di suatu wilayah tertentu dalam sebulan sebanyak 2 kali atau lebih dibandingkan dengan salah satu keadaan dibawah ini:
Jumlah penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan pada bulan sebelumnya Jumlah penderita malaria indigenous di wilayah yang sama dalam sebulan, pada bulan yang sama tahun sebelumnya Jumlah maksimum penderita malaria indigenous di wilayah yang sama pada pola maksimum dan minimum dan slide positivity rate pada kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 20%; dan parasit Plasmodium falsiparum dominan atau b. terjadi peningkatan jumlah penderita malaria (indigenous dan atau impor) meninggal dalam periode tertentu lebih dari 50 % dibanding keadaan sebelumnya dalam periode yang sama; dan slide positivity rate pada kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) lebih dari 20% ; dan parasit Plasmodium falsiparum dominan 105
Secara skematis penentuan adanya KLB malaria tahap Eliminasi dapat dilihat pada gambar Alur Penetapan KLB Malaria Pada Daerah Tahap Pemberantasan, Pre-eliminasi, dan Eliminasi
3. Pada Daerah Pengendalian Malaria Tahap Pemeliharaan Terjadi KLB malaria jika : ditemukan satu atau lebih penderita malaria indigenous (termasuk penderita malaria introduce)
III. Tujuan Penyelidikan Epidemiologi Dan Surveilans 1. 2. 3. 4.
Memastikan adanya KLB malaria Menetapkan etiologi KLB malaria (jenis parasit) Penemuan penderita Mengetahui gambaran epidemiologi KLB berdasarkan karakteristik waktu (kurva), tempat (dusun/desa) dan orang (umur, jenis kelamin) dan faktor risikonya 5. Mengidentifikasi kelompok rentan KLB malaria 6. Mengetahui pola musiman dan bionomik vektor 7. Mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap malaria 8. Mengetahui musim dan curah hujan dan pengaruhnya terhadap perkembangan malaria 9. Identifikasi penduduk migrasi dan hubungannya dengan perkembangan malaria 10. Mengetahui sumber-sumber dan cara penularan malaria (identifikasi penularan setempat) 11. Rekomendasi upaya penanggulangan yang lebih baik
IV. Metode A. Sumber Informasi Adanya KLB Malaria 1. Sistem deteksi dini KLB malaria di Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan (SKD-KLB malaria) melalui kegiatan pemantauan adanya KLB di masyarakat, Pemantauan Wilayah Setempat Kasus Malaria dan penyelidikan dugaan adanya KLB malaria 2. Laporan masyarakat
106
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
B. Pelaksanaan Kegiatan Penanggulangan KLB Malaria 1. Puskesmas segera membuat laporan adanya KLB malaria kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (laporan KLB 24 jam/W1) 2. Melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera setelah Laporan KLB 24 Jam/W1 dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Survei pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dapat dilaksanakan bersama dengan kegiatan penyelidikan epidemiologi 3. Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan dekat dengan pemukiman penduduk (metode Penemuan Penderita Demam Massal/MFS), terutama pada lokasi yang diduga terjadi penularan yang tinggi a. Tujuan (1) memastikan adanya KLB malaria (2) mencari, menemukan dan mengobati penderita malaria, sehingga dapat menurunkan risiko penularan setempat (menghilangkan sumber-sumber penularan) b. Pelaksanaan (1) Penderita berobat ke pos-pos kesehatan direkam dalam Register Berobat Pos Kesehatan. Penderita demam (kasus malaria suspek) diberi tanda sebagai kasus malaria suspek (2) Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diwawancarai dengan menggunakan formulir wawancara Form Penyelidikan Epidemiologi KLB Malaria (lampiran lpklb-01) (3) Setiap penderita demam (kasus malaria suspek) diambil spesimen darah dan diuji secara mikroskopis atau RDT yang sesuai (4) Setiap kasus malaria positif mendapat pengobatan standar (5) Penderita demam yang tidak datang ke pelayanan kesehatan didatangi ke rumah penderita. (6) Setiap kasus malaria positif diikuti dengan pemeriksaan kontak dengan menguji sediaan darah penghuni rumah (3-5 rumah) yang berdekatan dengan rumah kasus malaria positif. Kasus malaria positif (simtomatis dan asimtomatis) harus mendapat pengobatan standar. 107
(7) Rangkaian kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) diselesaikan dalam waktu secepatnya tidak lebih dari 7 hari sejak kegiatan ini dilaksanakan, termasuk pemberian obat kepada penderita malaria positif untuk menghilangkan parasit malaria dari penderita. Cara ini diharapkan dapat menurunkan risiko penularan dan mencegah terjadinya reinfeksi. (8) Melakukan analisis untuk memastikan adanya KLB Malaria dan atau evaluasi dampak terhadap perkembangan dan perluasan KLB malaria (lihat analisis pada kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal/MFS) (9) Jika diperlukan, mengintensifkan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS) di seluruh wilayah KLB malaria, sehingga seluruh penderita malaria dapat ditemukan dan diobati dalam waktu kurang dari 7 hari sejak mulai melaksanakan Penemuan Penderita Demam Massal, sehingga dampak pengobatan dapat menurunkan risiko penularan malaria dan mencegah reinfeksi di seluruh wilayah KLB 7. Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan menerapkan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), sesuai hasil analisis dan keputusan tim penanggulangan KLB, terutama pada wilayah-wilayah KLB dengan attack rate dan atau case fatality rate yang tinggi 8. Melaksanakan upaya penanggulangan KLB malaria dengan mendistribusikan kelambu berinsektisida, sesuai analisis dan keputusan tim penanggulangan KLB 9. Melaksanakan upaya penanggulangan KLB Malaria dengan melaksanakan Penyemprotan Insektisida (IRS), sesuai analisis dan keputusan tim penanggulangan KLB 10. Sesuai dengan kebutuhan penyelidikan dapat dilakukan berbagai penyelidikan lebih luas : a. Melakukan kajian pengaruh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap KLB malaria b. Melaksanakan survei pengaruh pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap malaria dan KLB malaria c. Melaksanakan kajian pengaruh kondisi lingkungan pemukiman, curah hujan dan migrasi penduduk terhadap KLB malaria, terutama untuk mengetahui adanya lingkungan sebagai sumber-sumber penularan 108
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
d. Melakukan survei dinamika penularan e. Melaksanakan pengamatan dan survei vektor Data vektor yang dikumpulkan adalah meliputi spesies vektor, bionomik dan tempat perkembangbiakan. Data tersebut dikumpulkan dari hasil kegiatan survey vektor pada saat konfirmasi KLB dan akhir KLB. (Lihat pada Pengamatan dan Survei Vektor) f. Melaksanakan verbal otopsi 11. Melaksanakan surveilans Secara umum, surveilans selama periode KLB malaria adalah memanfaatkan data yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan penanggulangan KLB malaria, antara lain, kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif di Pos-pos Kesehatan dan atau Fasilitas Kesehatan Lain; Pemeriksaan Darah Massal (MBS), kegiatan penyemprotan rumah (IRS), penyelidikan epidemiologi, pengamatan vektor dan sebagainya Gambar Surveilans Pada Saat KLB Malaria Di Daerah Tahap Pemberantasan KLB Malaria Pelaksanaan Surveilans
Data Penemuan Kasus Secara Aktif (Pos Kesehatan)
Intervensi MBS Analisis
Survei kontak
Intervensi IRS
Pengamatan dan survey Vektor Penyelidikan epidemiologi Pengamatan dan observasi lapangan petugas
Intervensi Kelambu
Intervensi Lingkungan Penanggula ngan KLB
Sumber Data Epid. Laporan Png.KLB
C. Analisis Hasil Penemuan Penderita Demam Massal Pada penemuan kasus malaria secara pasif di Puskesmas, Rumah Sakit dan Fasilitas lainnya mempunyai register pasien rawat jalan/inap harian standar. Demikian juga, pada pelayanan kesehatan di pos-pos 109
pelayanan kesehatan dalam rangka Penemuan Penderita Demam Massal, menggunakan register pasien rawat jalan/inap harian standar Setiap penderita demam pada register pasien rawat jalan/inap harian yang diyakini sebagai kasus malaria suspek, diwawancara lebih jauh dengan menggunakan formulir wawancara Kasus Malaria Suspek Pada KLB malaria (lihat pada Lampiran 3.1) Data terekam dalam register rawat jalan/inap harian, dipindahkan/direkam ulang dalam Daftar Penderita Demam Massal Pada KLB Malaria sebagai master data penyelidikan KLB malaria ini. Data dalam Daftar Penderita Demam Massal diolah sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan analisis yang dibahas pada pokok bahasan analisis dibawah ini :
1. Penetapan Etiologi KLB Malaria Etiologi KLB malaria dapat ditegakkan jika distribusi gejala kasuskasus yang dicurigai menunjukkan gejala demam adalah dominan, dan gejala lain yang menonjol adalah menggigil, dan berkeringat, tetapi beberapa daerah bisa mempunyai gejala dan tanda lebih spesifik . Sumber data analisis etiologi KLB malaria dapat berdasarkan data Penemuan Kasus Malaria Secara Pasif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, atau Penemuan Penderita Demam Massal. Setiap penderita yang dicurigai dilakukan uji diagnostic dengan pemeriksaan mikroskopis sediaan darah, RDT atau pengujian lain yang sesuai Gejala klinis penderita malaria bisa rancu dengan gejala klinis DBD, oleh karena itu, distribusi gejala dan hasil pengujian laboratorium menjadi sangat penting untuk menentukan etiologi KLB malaria. Gejala dan tanda penyakit lain yang dicurigai atau mirip dengan gambaran klinis malaria juga perlu ditanyakan pada saat mewawacarai penderita yang dicurigai, sehingga pada waktu analisis distribusi gejala dapat dimanfaatkan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain sebagai etiologi KLB ini. Misalnya, jika juga curiga dengan DBD, maka wajib ditanyakan bercak kemerahan, tanda-tanda perdarahan, dan perlunya pemeriksaan trombosit dan hematokrit. Gejala dan tanda klinis tersebut ditanyakan pada setiap penderita yang dicurigai (suspek malaria). Gejala dan tanda klinis ini sebaiknya ditanyakan pada semua penderita, tetapi apabila jumlah kasus 110
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
malaria pada KLB ini cukup besar, gejala dan tanda klinis ini bisa ditanyakan pada sebagian penderita sampai jumlah cukup memadai untuk analisis etiologi KLB malaria (minimal 25 suspek malaria), tetapi gejala dan tanda klinis yang merupakan kriteria kasus malaria, wajin ditanyakan pada semua penderita, misalnya gejala demam dalam 48 jam terakhir, menggigil, sakit kepala dan ikterik Gambaran distribusi gejala malaria pada KLB malaria dapat dimanfaatkan untuk menentukan etiologi KLB malaria. Contoh dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Distribusi Gejala Pada KLB Malaria No 1 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jumlah Kasus Dicurigai
Gejala Demam (37,5-400C) Menggigil Berkeringat Sakit kepala Mual Muntah Diare Nyeri otot Anemi (pucat) Mata/Kulit kuning (ikterus) Air kencing seperti air teh /hitam Gangguan kesadaran Meninggal Jumlah kasus yang diperiksa
%
100%
Hasil Pengujian Laboratorium Hasil Pengujian Laboratorium No
Metode Pemeriksaan RDT Mikroskopis : P falsiparum P. vivak
111
Jumlah Kasus Diperiksa
Jumlah Hasil Pemeriksaan
2. Memastikan adanya KLB Malaria Penetapan KLB Malaria dilaksanakan secara bertahap sejak adanya dugaan adanya KLB Malaria, sampai KLB dinyatakan berakhir. Adanya dugaan KLB Malaria sudah memerlukan penyelidikan dan penanggulangan KLB sesuai dengan kondisinya a. Memantau perkembangan jumlah absolut kasus malaria suspek dan kasus malaria positif dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan bulanan) berdasarkan Penemuan Kasus Malaria di Fasiltas Kesehatan atau informasi lain. b. Apabila terdapat indikasi KLB malaria, maka (1) Memeriksa penderita dicurigai, rumah tempat tinggalnya dan lingkungan sekitarnya untuk mengidentifikasi adanya tempattempat perindukan nyamuk. (2) Memeriksa warga dari rumah ke rumah di sekitar rumah penderita dicurigai untuk menemukan penderita suspek malaria (demam), setiap penderita suspek dilakukan pemeriksaan RDT atau mikroskopis. Setidak-tidaknya harus menemukan 5 kasus suspek malaria yang diperiksa RDT/mikroskopis. (3) Jika terdapat kasus malaria positip lainnya, maka investigasi diperluas untuk menentukan besar masalah KLB malaria (epidemiologi deskriptif menurut waktu, tempat, orang), luas wilayah yang berjangkit KLB malaria dan risiko beratnya penyakit dan kematian. c. Menentukan waktu mulai KLB malaria, memantau perkembangan luas daerah berjangkit KLB dan memantau perkembangan besarnya attack rate kasus malaria suspek dan kasus malaria positif selama periode KLB (harian. mingguan dan bulanan) d. Memantau perkembangan slide positivity rate (SPR) dan proporsi Plasmodium falsiparum dari waktu ke waktu (harian, mingguan dan bulanan) e. Jika diperlukan, melakukan penyelidikan lebih luas untuk mengetahui pengaruh faktor risiko tertentu dan identifikasi sumber-sumber penularan
3. Menetapkan luasnya KLB berdasarkan waktu, tempat dan orang (epidemiologi deskriptif) Secara umum, data penderita malaria berdasarkan kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal dapat diolah dan disajikan dalam berbagai bentuk tampilan analisis yang memberikan gambaran luasnya KLB malaria : -------------------------------------------------------------------------------------112
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
a. Kurva epidemi atau grafik fluktuasi kasus mingguan, atau bulanan b. Distribusi Kasus KLB malaria menurut hasil pengujian laboratorium c. Distribusi Kasus KLB malaria menurut umur dan jenis kelamin d. Distribusi Kasus KLB malaria menurut Desa/Dusun dan waktu e. Distribusi Kasus KLB malaria menurut karakteristik khusus lainnya --------------------------------------------------------------------------------------a. Kurva epidemi atau grafik fluktuasi kasus mingguan, atau bulanan
Grafik Kurva Epidemi Kasus Malaria Positif KLB Malaria, Puskesmas Jaya, 2012 140
Penemuan Demam Massal
Laporan mingguan Puskesmas
JUMLAH KASUS
120 100 80 60 40 20 0 12
13
Kasus Suspek
14
15
16
MINGGU
Kasus Positif
17
18
19
Kasus Meninggal
Analisis pada contoh grafik Kurva Epidemi Kasus Malaria Pada KLB Malaria Puskesmas Jaya, 2012 : (1) KLB Malaria dimulai pada minggu ke 16, 2012, dan masih berlangsung tinggi saat penyelidikan (minggu ke 19, 2012) (2) Jumlah kasus malaria suspek adalah jumlah kasus malaria suspek antara minggu ke 16-19, 2012. Kasus malaria suspek pada minggu 12-15, 2012, bukan kasus KLB (tidak masuk dalam periode KLB). Satuannya adalah kasus (3) Jumlah kasus malaria positif adalah jumlah kasus malaria positif antara minggu ke 16-19, 2012, dan attack rate adalah per 1000 penduduk di daerah (dusun/desa) yang berjangkit KLB malaria 113
b. Distribusi Kasus KLB malaria menurut hasil pengujian laboratorium Tabel Distribusi Kasus Malaria Menurut Minggu Mulai Sakit KLB Malaria di Puskesmas Jaya, 2012 Kasus Malaria Kasus Suspek Kasus Positif Pf % Pf
Minggu Mulai Sakit 12
13
14
15
16
17
18
19
20
22
20
18
25
40
100
120
6
6
6
8
16
20
60
50
2
2
1
4
10
18
50
40
33
33
17
50
63
90
84
80
20
Analisis pada contoh tabel Distribusi Kasus Malaria Menurut Minggu Mulai Sakit Pada KLB Malaria Puskesmas Jaya, 2012 : (1) Periode KLB 16-19, 2012 (2) Jumlah kasus malaria positif pada periode KLB (minggu 16-19, 2012) adalah 146 kasus. Ini menunjukkan attack rate ….. per 1.000 penduduk wilayah KLB (3) Jumlah kasus malaria positif Plasmodium falsiparum selama periode KLB adalah 118 kasus, % Pf terhadap kasus malaria positif adalah 80,8 % (118 ks /146 ks %)
c. Distribusi Kasus KLB malaria menurut umur dan jenis kelamin Tabel Distribusi Kasus Menurut Jenis Kelamin KLB Malaria Puskesmas Jaya, 2012 Attack Populasi Kasus Case Jenis Meninggal Rate per Berisiko positif Fatality Kelamin **) 1.000 *) **) Rate (%) pdd Laki-laki 1400 80 1 57,1 1,2 Perempuan 1600 28 3 17,5 10,7 Total 3000 118 4 39,3 3,4 *) dusun-dusun berjangkit KLB (terjadi peningkatan kasus) **) kasus selama periode KLB Analisis : Sampai minggu ke 19, 2012, jumlah kasus seluruhnya 118 kasus, attack rate total sebesar 39,3 per 1000 populasi berisiko. 114
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Risiko sakit pada laki-laki lebih besar dibanding perempuan, tetapi risiko meninggal diantara kasus malaria lebih besar pada perempuan.
Tabel Distribusi Kasus Menurut Umur KLB Malaria Puskesmas Jaya, 2012 Gol. Populasi Kasus Attack Case Meninggal Umur Berisiko positif Rate per Fatality **) (tahun) *) **) 1.000 pdd Rate (%) <1 60 0 0 0 1-4 240 0 0 0 5-9 200 10 2 50 20 10-14 180 8 2 44 25 15-24 350 40 114 0 25-44 1000 40 40 0 45 + 1970 20 10 0 Total 3000 118 4 39,3 3,4 *) dusun-dusun berjangkit KLB (terjadi peningkatan kasus) **) kasus selama periode KLB Analisis : Sampai minggu ke 19, 2012, jumlah kasus seluruhnya 118 kasus, attack rate total sebesar 39,3 per 1000 populasi berisiko. Risiko sakit terberat adalah pada usia 15-24 tahun, risiko sakit cukup tinggi pada usia <10 tahun. d. Distribusi Kasus KLB malaria menurut Desa/Dusun dan waktu Tabel Distribusi Kasus Menurut Dusun/Desa KLB Malaria Puskesmas Jaya, 2012 Attack Populasi Kasus Case Meninggal Rate per Desa/Dusun Berisiko positif Fatality **) 1.000 *) **) Rate (%) pdd Labu/Meriah 500 80 4 160 5 Labu/DsTuo 800 20 0 25 0 Damai/Kwt1 1700 18 10,6 0 Total 3000 118 4 39,3 3,4 *) dusun-dusun berjangkit KLB (terjadi peningkatan kasus) **) kasus selama periode KLB
115
Analisis : Sampai minggu ke 19, 2012, jumlah kasus seluruhnya 118 kasus, attack rate total sebesar 39,3 per 1000 populasi berisiko. Risiko sakit terberat adalah pada dusun Merah Desa Labu
Grafik Kurva Epidemi Kasus Malaria Positif KLB Malaria, Puskesmas Jaya, 2012 70
Penemuan Demam Massal
Laporan mingguan Puskesmas
JUMLAH KASUS
60 50
Total Kasus Mirah Tuo KW1
40 30 20 10 0 12
13
14
15
16
17
18
19
MINGGU
Analisis : Sampai minggu ke 19, 2012, jumlah kasus seluruhnya 118 kasus. Risiko sakit terberat adalah pada dusun Merah Desa Labu, peningkatan kasus sudah dimulai sejak minggu 15, sementara Dusun Tuo dan KW1 baru terjadi peningkatan kasus pada minggu 17 e. Distribusi Kasus KLB malaria menurut karakteristik khusus lainnya Terutama analisis untuk mengidentifikasi dugaan sumber-sumber penularan malaria. Berdasarkan analisis terhadap data epidemiologi deskriptif dapat ditentukan : 1. kapan terjadi KLB, kapan KLB dimulai dan KLB berakhir 2. bagaimana kecenderungan KLB saat ini (meningkat, tetap, menurun atau sudah berakhir) 3. bagaimana perluasan KLB saat ini (menyebar, tetap, semakin menyempit daerah berjangkitnya atau sudah berakhir) 4. berapa besar Attack Rate, Case Fatality Rate, Mortality Rate, termasuk kesimpulan analisis spesifik menurut umur, jenis kelamin, desa/dusun dan khusus lainnya
116
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
D. Analisis Lain 1. Analisis karakteristik penularan a. Penularan setempat Indikasi penularan setempat antara lain : (1) ditemukan sejumlah kasus malaria positif, terutama bayi dan anak < 9 tahun positif malaria (2) ditemukan vektor atau tersangka vektor (3) ditemukan tempat perindukan potensial (4) banyak kasus pada kelompok wanita b. Penularan di luar wilayah KLB tidak ada indikasi penularan setempat (1) tidak terdapat vektor penular (2) kasus malaria pada umumnya laki-laki (3) kasus malaria pada umumnya dewasa
2. Analisis Sumber dan Cara Penularan Dimaksudkan sumber penularan adalah lokasi dimana penularan dari orang (penderita) – nyamuk - orang lain (penderita baru) terjadi. Artinya lokasi tersebut banyak terdapat kasus malaria ditempat tersebut atau banyak kasus malaria yang berhubungan dengan tempat tersebut, ada tempat dimana nyamuk berkembang biak (tempat perindukan nyamuk), dan terjadi hubungan antara kasus yang digigit nyamuk, dan nyamuk infected tersebut mengigit calon kasus baru Informasi adanya sumber dan cara penularan, sangat penting dalam upaya memutus rantai penularan malaria.
Langkah analisis sumber dan cara penularan : a. Mengembangkan hipotesis sumber dan cara penularan bersasarkan analisis terpadu terhadap perkembangan kasus, distribusi kasus berdasarkan lokasi (dusun/desa), distribusi kasus menurut karakteristik penduduk (jenis kelamin, umur, tempat bekerja dan faktor lain yang dicurigai), hasil survei bionomic vektor, hasil pengamatan kebiasaan penduduk, perubahan lingkungan dan sebagainya b. Membuktikan hipotesis yang telah disusun dengan survei dinamika penularan, baik berdasarkan data yang telah diperoleh, maupun mengembangkan survei baru untuk melengkapi hasil pendataan sebelumnya 117
V. Pelaporan Contoh Format pelaporan Judul : Laporan KLB Malaria Di ……………………., tahun ………….. Daftar Tim : Nama, gelar, satuan tugas, jabatan dan kedudukan dalam tim penyelidikan, handphone dan email Laporan Ringkas (Untuk Pimpinan) Dibuat secara ringkas memuat bagian-bagian penting hasil penyelidikan yang perlu disampaikan pada pimpinan dengan bahasa “umum”
Laporan Tanggal Puskesmas Kecamatan Kab/Kota Provinsi I. II. III. IV. V. VI. VII. VIII. IX. X. XI.
: …………….... : …………….... :…… ………… : ……………… : ………………
Abstrak Kepastian adanya KLB malaria Penetapan etiologi KLB malaria Kurva epidemi Gambaran epidemiologi secara umum (jumlah kasus dan meninggal, periode KLB, wilayah penularan KLB malaria) Gambaran epidemiologi menurut umur, jenis kelamin serta menurut variabel penting lainnya Gambaran epidemiologi menurut daerah (peta) atau lokasi khusus lainnya Keadaan KLB saat penyelidikan dilakukan (kecenderungan, perluasan) Sumber (asal) dan cara penularan Rekomendasi cara-cara penanggulangan Rekomendasi penyelidikan lebih luas atau lebih teliti
Masing pembahasan tersebut sesuai dengan kaidah pelaporan penelitian epidemiologi sesuai dengan hasil penyelidikan epidemiologi. Pokok bahasan dapat dilihat pada lampiran lampiran lpklb-03
118
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran lpklb-01 ------------------------------------------------------------------------------------------------FORM PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA MALARIA Puskesmas Kabupaten/Kota Tanggal Penyelidikan
: …………………………. : ………………………… : …………………………
A. IDENTITAS PENDERITA 1. Nama : ………………… 2. Umur (tahun + bulan) : ………………… 3. Status dalam keluarga : ………………… 4. Alamat RT/RW : ….……………… Kelurahan-Desa …………………. Kecamatan : ………………….. Kab/Kota :………………….. Provinsi : ………………….. 5. Pekerjaan Utama Alamat tempat kerja
:…………………. :………………….
6. Pekerjaan Sampingan Alamat Tempat Kerja
: ………………… :………………….
:
7. Hubungan dengan penderita : ……………………… (diisi apabila responden adalah orang-orang kontak) a. Hubungan sedarah serumah (orang tua, anak, saudara, bukan saudara) b. Hubungan tidak serumah (tetangga, teman kantor, teman sekolah, lainnya sebutkan : …………………….
B. RIWAYAT PENYAKIT 1. Sakit yang sekarang sudah berapa lama ? …… hari 2. Antara 2-4 minggu sebelum sakit yang sekarang, apakah pergi bermalam ke luar daerah/desa ? Ya/Tidak 3. Jika Ya, sebutkan alamatnya ! RT/RW/Dusun 119
: ………………….
Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten Provinsi
: …………………. : ….……………… : ..…..…………… :..…. ……………..
4. Apa gejala yang timbul pada sakit yang sekarang ? a. Demam b. Pusing c. Mual d. Muntah e. menggigil f. Pegal-pegal g. Diare 5. Pernahkan sakit dengan gejala seperti sakit yang sekarang ? Ya/Tidak 6. Jika Ya, kapan/tanggal berapa sakit yang terakhir ? ………………… 7. Tempat tinggal saat sakit tersebut dimana ? RT/RW/Dusun Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten Provinsi
: …………………. : …………………. : ….……………… : ..…..…………… :..…. ……………..
8. Diagnosis yang dibuat Puskesmas
: Pf/Pv/Mx
9. Tanggal Sediaan Darah dibuat Nomor slide Sediaan darah
: …………… : ………………
10. Tanggal pemeriksaan Sediaan Darah Laboratorium Pemeriksa
: ………………. : ………………………
11. Klasifikasi penderita
: a. indigenous b. relaps c.Impor
12. Daftar Spesimen Sediaan Darah semua penghuni rumah penderita : No. 1 2 3 4 5
120
No. SD
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Klinis
Diagnosis
Obat
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
13. Aktivitas rutin di luar rumah pada malam hari Jam 18.00-20.00 20.00-22.00 22.00-24.00 00.00-02.00 02.00-04.00 04.00-06.00
Kegiatan
Tempat Kegiatan
10. Kondisi sekitar rumah : a. ada genangan air berjentik b. ada tambak tidak terurus dan berjentik c. banyak semak bernyamuk d. dekat dengan hutan : ……. Km e. lainnya : ………………………….. 11. Kegiatan kumpul-kumpul (kegiatan sosial) yang selalu dihadiri : a. …………………………………………………………………………… b. …………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………
Pewawancara : …………………………………..
121
Lampiran lpklb-02 -------------------------------------------------------------------------------------------------Pada KLB malaria dimana jumlah kasus cukup banyak, sehingga kemampuan wawancara dan perekaman data menjadi kendala, maka dapat menggunakan formulir dalam bentuk daftar. Misalnya pada daerah tahap pemberantasan, Perekaman data dibuat pada 2 tabel terpisah : 1. Register Keluarga, Ini digunakan jika kegiatan dilaksanakan dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Penderita dengan riwayat demam 48 jam terakhir dilakukan wawancara dan pemeriksaan khusus dengan Form Penyelidikan KLB Malaria 2. Register Kunjungan Penderita Berobat. Ini digunakan jika kegiatan penemuan kasus malaria dengan melaksanakan kegiatan pos pengobatan di pemukiman yang terjadi KLB malaria. Penderita demam (kasus malaria suspek) diberi tanda sebagai kasus malaria suspek untuk diwawancara 3. Form Penyelidikan KLB Malaria (Register Penderita Malaria Pada Penyelidikan KLB Malaria)
Register Keluarga KLB Malaria di Puskesmas Jaya, 2012 Nama Desa : …………… Tanggal PE : …………… No Nama KK
122
Dusun
Anggota Keluarga
Jenis Umur Kelamin
Riwayat Demam 48 jam terakhir
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Register Penderita Malaria KLB Malaria di …………………, tahun ……… Nama Desa : …………….. Tanggal PE : ………………
123
diare
Kode Slide pegal
menggigil
muntah
mual
pusing
Demam
Dusun
Tgl mulai sakit
Nama KK
Jenis kelamin
N o
Nama Kasus Demam
Umur
Gejala klasifi kasi
Hasil Pf, Pv, Po, Pm
Obat
Lampiran LpKLB-03 -------------------------------------------------------------------------------------------------Panduan Pokok Bahasan dan Ruang Lingkup Pelaporan Pokok Bahasan Pelaporan Sumber Informasi adanya KLB Lokasii KLB dan jumlah penduduk berisiko
Faktor yang berpotensi menimbulkan KLB
Situasi Penyakit
Upaya penanggulangan yang telah dilakukan Pihak-pihak yang member bantuan Bantuan yang diharapkan (bila ada) 124
Ruang Lingkup Pelaporan Informasi melalui : a. Petugas Puskesmas ……. b. Kunjungan ke lokasi KLB a. KLB malaria terjadi di Dusun …. Dusun …., Dusun ….., Desa ……, Kecamatan ……. Kab/Kota ……. b. Jumlah penduduk masing-masing Dusun : Dusun ………… : ….. Orang Dusun …………..: …. Orang Dusun …………..: …. Orang c. Kondisi geografi : …….. a. Status sosial ekonomi penduduk b. Distribusi penduduk menurut jenis pekerjaannya c. Perilaku, kebiasaan, atau pekerjaan masyarakat yang menunjang atau berkaitan dengan penularan penyakit malaria, misalnya perilakudan kebiasaan pada malam hari, adanya pekerja musiman, bekerja ke hutan, dsb d. Sarana kesehatan, cara minum obat e. Faktor cuaca, musim, curah hujan saat terjadi KLB f. Faktor lingkungan, tempat perindukan nyamuk potensial a. Data kasus penyakit minimal dalam 3 bulan terakhir b. data kasus kematian sejak mulai KLB hingga situasi terakhir a. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Puskesmas, Dinkes Kab, Dinkes Provinsi a. Bantuan pusat b. Bantuan Dinkes c. Bantuan lain a. Pengadaan kelambu b. Insektisida
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Pokok Bahasan Pelaporan
Kesimpulan
Saran-Rekomendasi
125
Ruang Lingkup Pelaporan c. Tambahan alat/perlengkapan penyemprotan d. Obat artemeter injeksi, artesdiaquine dsb e. RDT/alat laboratoium lainnya f. Dana operasional g. Bimbingan teknis h. Bahan penyuluhan-promosi i. dsb Faktor-faktor yang menyebabkan KLB bertambah buruk, atau dapat ditanggulangi a. Perilaku dan kebiasaan masyarakat b. Tempat perindukan nyamuk c. Penanggulangan KLB oleh Pemda setempat sudah atau belum optimal karena keterbatasan tenaga, sarana, dan lain-lain nyang menjadi kendala dalam penanggulangan KLB a. Usulan kepada program terkait di Kab/Kota, Provinsi dan Pusat b. Usulan kepada lintas program c. Usulan kepada lintas sektor
Lampiran 3a. SKD-KLB Malaria
I. Pendahuluan Pada bahasan SKD-KLB perlu dibahas terlebih dahulu konsep dasar program penanggulangan KLB malaria. Program penanggulangan KLB malaria, berbeda dengan kegiatan penyelidikan dan penanggulangan malaria. Kegiatan penyelidikan dan penanggulangan KLB adalah tindakan yang diambil ketika terjadi KLB malaria, sementara program penanggulangan KLB malaria adalah merencanakan dan melaksanakan kegiatan (pengorganisasian) yang terarah, terpadu dan sistematis dalam periode waktu tertentu (proses manajemen) agar KLB-KLB malaria pada suatu daerah dapat dikurangi dampaknya, atau bahkan dapat dicegah jangan sampai terjadi lagi (tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat). Program penanggulangan KLB malaria bisa berjangka waktu rencana kerja tahunan atau lima tahunan, termasuk bagaimana melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan suatu KLB malaria dengan rasional, cepat, efektif dan efisien. Pokok program penanggulangan KLB malaria mencakup 5 pilar kegiatan utama : 1. Melakukan kajian atau analisis epidemiologi untuk mengetahui dan menentukan daerah-daerah yang sering terjadi KLB malaria, termasuk masalah dan cara-cara penanggulangannya 2. Memprogramkan upaya-upaya pencegahan (pengendalian faktor risiko malaria) agar dimasa yang akan datang tidak terjadi KLB malaria, terutama di daerah-daerah yang sering terjadi KLB malaria 3. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) KLB malaria dan respon, sehingga munculnya KLB malaria dapat segera diketahui dini dan dilakukan tindakan penanggulangan KLB tersebut 4. Memperkuat kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan munculnya KLB malaria 5. Melaksanakan penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria secara rasional, cepat, efektif dan efisien (jika terjadi) Secara skematis program penanggulangan KLB malaria tersebut dapat dilihat pada skema :
126
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Upaya Pencegahan KLB Malaria *)
SKD KLB Malaria
Kesiapsiagaan menghadapi KLB malaria
Penanggulangan KLB malaria
Tidak Menjadi Masaslah KesMas
Kajian Epidemiologi
Gambar 1 Program Penanggulangan KLB Malaria
*) pengobatan massal, kelambu berinsektisida, penyemprotan rumah, perbaikan lingkungan dan kegiatan masyarakat, dan lain-lain
Mencermati konsep program penanggulangan KLB malaria tersebut, maka sistem kewaspadaan dini (SKD) malaria merupakan bagian dari program penanggulangan KLB.
II. Pengertian Deteksi dini KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB agar dapat mengetahui secara dini dan respon terjadinya KLB Deteksi dini kondisi rentan KLB merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB dengan cara melakukan intensifikasi pemantauan secara terus menerus dan sistematis terhadap perubahan kondisi rentan KLB agar dapat mengetahui secara dini kondisi yang rentan terjadinya KLB, tindakan pencegahan dan atau antisipasi yang sesuai. Kejadian luar biasa (KLB) malaria adalah muncul atau meningkatnya jumlah kasus malaria dan atau kematian pada periode waktu dan wilayah tertentu yang bermakna secara epidemiologi sesuai dengan tahapan pengendalian malaria suatu daerah.
127
Kondisi rentan KLB adalah kondisi masyarakat, lingkungan-perilaku dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya KLB Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan pada saat terjadi KLB malaria untuk menangani penderita, mencegah perluasan kejadian dan timbulnya penderita atau kematian baru Peringatan Kewaspadaan Dini KLB merupakan pemberian informasi adanya ancaman terjadinya KLB malaria pada suatu daerah dalam periode waktu tertentu Program penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar daerah yang KLB malaria tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa malaria (SKD-KLB Malaria) merupakan sistem kewaspadaan dini terhadap KLB malaria beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya dan tindakan penanggulangan KLB malaria yang cepat dan tepat 7.
III. Tujuan Terselenggaranya kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB malaria, sehingga dapat dilaksanakan upaya-upaya pencegahan dan antisipasi, serta penanggulangan KLB malaria secara dini, rasional, efektif dan efisien Khusus 1. Teridentifikasi daerah retan terjadinya KLB malaria 2. Terselenggaranya peringatan kewaspadaan terjadinya KLB di daerah rentan KLB malaria 3. Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLB malaria 4. Terdeteksi secara dini adanya kondisi faktor risiko yang rentan terjadi KLB malaria 5. Terdeteksi secara dini adanya KLB malaria 6. Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB malaria 7. Terselenggaranya upaya-upaya pencegahan dan antisipasi kemungkinan terjadinya KLB malaria 7
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 042/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria
128
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
8. Terselenggaranya upaya penanggulangan KLB malaria secara dini, rasional, efektif, efisien
IV. Metode Secara operasional kegiatan SKD-KLB dibagi dalam 2 periode : periode pelaksanaan SKD-KLB Malaria dan periode penyelidikan epidemiologi KLB malaria. SKD-KLB pada periode penyelidikan epidemiologi KLB dibahas dalam pembahasan tentang Penyelidikan, Penanggulangan KLB malaria dan Surveilans (lampiran 3). Pada pembahasan ini, hanya dibahas SKDKLB malaria periode pelaksanaan SKD-KLB malaria A. Pelaksanaan SKD-KLB Malaria Secara umum pelaksanaan SKD-KLB malaria terdiri dari kegiatan : 1. Kajian epidemiologi secara terus menerus dan sistematis terhadap penyakit berpotensi KLB dan kondisi rentan KLB agar dapat menentukan adanya daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terjadinya KLB malaria 2. Memberikan peringatan pada pengelola program dan sektor serta masyarakat adanya daerah atau kelompok rentan KLB malaria agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB malaria 3. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya serta masyarakat di daerah rentan KLB malaria terhadap kemungkinan terjadinya KLB malaria, yaitu : 3a. Melaksanakan berbagai upaya pencegahan terjadinya KLB (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) 3b. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjadinya KLB (merupakan bagian dari program penanggulangan KLB) 3c. Melaksanakan sistem deteksi dini timbulnya kondisi rentan terjadinya KLB dan respon 3d. Melaksanakan sistem deteksi dini adanya KLB dan respon 3e. Melaksanakan penyelidikan dugaan KLB malaria
129
SKD-KLB Malaria Kajian Epid menentukan daerah/ masyarakat rentan terjadi KLB malaria 1
3
Upaya Pencegah an KLB Peringatan kewaspadaan pada daerah yg rentan KLB malaria 2
5
Sistem Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Sistem Deteksi Dini KLB 6
Kesiapsiagaan menghadapi KLB
4
Indentifikasi rentan KLB di masyarakat PWS rentan malaria Penyelidikan rentan KLB Indentifikasi KLB di masyarakat PWS kasus malaria Penyelidikan - dugaan KLB
B. Teknis Pelaksanaan SKD-KLB Malaria 1. Teknis Pelaksanaan Kajian Epidemiologi a. Tujuan Kajian Epidemiologi Tujuan melaksanakan kajian epidemiologi adalah mengidentifikasi dan menentukan adanya daerah atau kelompok masyarakat tertentu yang rentan terjadi KLB malaria. Daerah atau kelompok masyarakat rentan terjadi KLB malaria : Daerah rentan KLB malaria dapat seluas regional, provinsi, atau kabupaten/kota, tetapi juga dapat seluas kecamatan, desa atau bahkan dusun-dusun, sesuai dengan wilayah analisisnya Penentuan daerah atau masyarakat rentan KLB malaria sangat penting untuk mendorong semua pihak agar meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan antisipasi kemungkinan terjadinya KLB sebagai prioritas program, dan memperkuat kemampuan mendeteksi dini munculnya kondisi rentan KLB dan kemampuan mendeteksi dini munculnya KLB serta memperkuat kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya KLB Daerah dan atau kelompok masyarakat rentan terjadinya KLB malaria dapat ditentukan untuk perkembangan situasi 5 tahun ke depan, 1 tahun ke depan dan 3-6 bulan ke depan. 130
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Penentuan daerah rentan KLB malaria dalam masa 5 tahun dan 1 tahun ke depan dapat memberi waktu yang cukup untuk menghadapi kemungkinan terjadinya KLB malaria dimasa yang akan datang, terutama untuk menyiapkan sumber daya manusia, infrastruktur, pedoman dan perencanaan anggaran yang lebih baik. Disamping itu, upaya pencegahan terjadinya KLB malaria di daerah dan atau kelompok masyarakat rentan KLB tersebut dapat dilaksanakan dan dimasukkan dalam rencana strategis dan rencana tahunan program pengendalian malaria Penentuan daerah rentan KLB malaria 3-6 bulan kedepan dapat mendorong program lebih fokus atau memprioritaskan daerah ini dalam pelaksanaan sistem deteksi dini terjadinya KLB malaria dan responnya serta menempatkan logistik dan sumber daya penanggulangan KLB malaria
b. Sumber Data Kajian Epidemiologi Untuk melakukan kajian epidemiologi dalam menentukan daerah atau kelompok masyarakat rentan KLB dapat bersumber dari data dan informasi sebagai berikut : (1) Laporan data Penemuan Penderita Malaria Di Puskesmas Dan Rumah Sakit Serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya selama 5 tahun terakhir (2) Laporan Hasil Penemuan Penderita Malaria melalui bergai kegiatan Penemuan Penderita Secara Aktif (ACD), kegiatan Penemuan Penderita Demam Massal (MFS), dan kegiatan pemeriksaan Darah Massal (MBS) (3) Laporan hasil penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria selama 5 tahun terakhir (4) Laporan data KLB malaria Kabupaten/Kota selama 5 tahun terakhir (5) Pengamatan dan survei vektor (6) Kajian terhadap perubahan lingkungan, curah hujan, pemukiman (7) Demografi dan perubahan adat istiadat serta perilaku penduduk berisiko terhadap penularan malaria, termasuk migrasi penduduk antar wilayah (8) Cakupan program malaria dan pembangunan daerah yang berhubungan dengan ancaman penularan malaria (9) Data dan informasi lain yang diperlukan
131
c. Analisis Kajian Epidemiologi Melaksanakan analisis terhadap data yang diperoleh dari berbagai sumber data. (1) Annual Parasite Incidence (API) (Jumlah kasus malaria (+) per 1000 penduduk pertahun (5 tahun terakhir) (2) Peta stratifikasi endemisitas malaria, tingkat desa, Puskesmas/ kecamatan dan kabupaten/kota (5 tahun terakhir) Endemis tinggi – API ≥5/1,000 penduduk Endemis sedang – API 1 – 5/1,000 penduduk Endemis rendah – API <1/1,000 penduduk Non-endemis (tidak ditemukan penderita indegenous) (3) Jumlah kasus malaria (+) berdasarkan tipe parasit serta proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) (proporsi Falciparum) (4) Jika diperlukan, dapat dilakukan analisis tambahan pada berbagai indikator : (a) Identifikasi desa dan Puskesmas reseptif malaria, daerah fokus malaria aktif dan jumlah penduduknya (b) Jumlah kasus suspek yang diuji (Pemeriksaan) dengan RDT + mikroskopis dibanding jumlah suspek malaria (% SD Konfirmasi) (c) Jumlah kasus malaria (+) dan proporsinya terhadap suspek malaria yang diperiksa sediaan darahnya (SPR) (d) Jumlah kasus malaria (+) menurut jenis kelamin dan proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) (e) Jumlah kasus malaria (+) menurut golongan umur dan proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) (f) Jumlah kasus malaria (+) ibu hamil dan proporsinya terhadap total jumlah kasus malaria (+) (g) Jumlah kasus malaria (+) Rawat Inap (RI) per 10.000 penduduk pertahun (h) Jumlah kasus malaria (+) meninggal karena malaria dibagi jumlah seluruh kasus rawat inap yang meninggal (5) Jika diperlukan, dapat dilakukan analisis kinerja program tahunan, antara lain : (a) Cakupan pengobatan malaria sesuai standard (b) Cakupan penggunaan kelambu berinsektisida (c) Cakupan IRS = jumlah rumah yang disemprot dibanding jumlah total seluruh rumah di desa (6) Analisis Data KLB Malaria Tahunan (a) Peta daerah berjangkit KLB malaria selama 5 tahun terakhir, menurut daerah kabupaten/kota dan atau Puskesmas, 132
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
termasuk luas wilayah kejadian, populasi berisiko, frekuensi kejadian, jumlah kasus dan kematian serta jenis parasitnya. (b) Data KLB dapat dipisah untuk analisis terhadap semua KLB dan analisis terhadap KLB dengan jumlah kasus besar saja (7) Analisis perkembangan malaria bulanan selama 3-5 tahun terakhir, untuk mengetahui pola kecenderungan dan periode waktu yang tepat melaksanakan upaya pencegahan penularan, baik kabupaten/kota dan puskesmas (8) Jika diperlukan, dapat melakukan analisis Data Surveilans Khusus (9) Jika diperlukan, dapat melakukan analisis curah hujan, suhu udara dan kelembapan serta kondisi lain yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk/vektor penular malaria Berdasarkan kajian epidemiologi, dapat disusun klasifikasi daerah kabupaten/kota, puskesmas dan atau desa/dusun berdasarkan tingkat kerentanan daerah atau kelompok masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya KLB malaria Pelaksana (1) Program Pengendalian Malaria Pusat (Ditjen PP&PL) melaksanakan kajian epidemiologi daerah berisiko terjadinya KLB malaria secara nasional setiap bulan (2) Program Pengendalian Malaria Provinsi (Dinas Kesehatan Provinsi) melaksanakan kajian epidemiologi daerah berisiko terjadinya KLB malaria di wilayah kerjanya setiap bulan menurut kabupaten/kota dan Puskesmas (3) Program Pengendalian Malaria Kabupaten (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) melaksanakan kajian epidemiologi daerah berisiko terjadinya KLB malaria di wilayah kerjanya setiap bulan menurut Puskesmas, desa dan dusun
2. Tehnik Pelaksanaan Peringatan Kewaspadaan Daerah Rentan KLB Malaria Informasi adanya daerah atau kelompok masyarakat rentan KLB malaria, sebagai hasil kajian epidemiologi, disampaikan pada berbagai pihak, terutama kepada penanggungjawab program pengendalian malaria setempat, agar dapat melaksanakan upaya-upaya pencegahan terjadinya KLB malaria, meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan adanya KLB malaria dan memperkuat sistem deteksi dini munculnya KLB malaria serta sistem deteksi munculnya kondisi rentan terjadinya KLB malaria 133
Secara teknis penyampaian informasi adanya daerah atau kelompok masyarakat rentan KLB malaria adalah dengan secara teratur mendistribusikan hasil analisis indikator malaria yang dilaksanakan secara teratur setiap bulan dan setiap tahun beserta profil tahunan malaria dari masing-masing wilayah
3. Tehnik Pelaksanaan Upaya Pencegahan Terjadinya KLB Malaria Dalam kerangka pelaksanaan program penanggulangan KLB malaria, penyelenggara program pengendalian malaria memproritaskan upayaupaya pencegahan malaria pada daerah-daerah atau kelompok masyarakat rentan terjadi KLB malaria. Upaya pencegahan dimaksud antara lain, penemuan dan pengobatan penderita malaria melalui kegiatan Pemeriksaan Darah Massal (MBS), kegiatan Penemuan Penderita Malaria Secara Aktif untuk menurunkan risiko penularan malaria (ACD), program pengendalian vektor malaria, baik melalui distribusi kelambu berinsektisida, penyemprotan insektisida (IRS), perbaikan lingkungan yang berisiko penularan malaria, perubahan perilaku penduduk dan lain sebagainya. Surveilans atau analisis epidemiologi dapat membantu menentukan bagaimana, kapan dan pada daerah mana upaya pencegahan malaria dapat dilaksanakan. Hasil analisis penting antara lain : a. Menentukan daerah fokus malaria aktif b. Menentukan daerah reseptif malaria c. Menentukan luas daerah atau kelompok masyarakat yang sering terjadi KLB malaria d. Menentukan masa penularan berdasarkan pola musiman kasus malaria bulanan, maupun pola musiman vektor malaria berdasarkan pengamatan vektor. MBS akan efektif jika dilaksanakan sebelum puncak masa penularan e. Melakukan monitoring dan evaluasi dampak upaya pencegahan terjadinya KLB malaria
4. Tehnik Pelaksanaan Kesiapsiagaan Menghadapi Kemungkinan Terjadinya KLB Malaria Upaya pencegahan terjadinya KLB malaria seringkali tidak berjalan sepenuhnya, sehingga risiko terjadinya KLB malaria masih cukup besar. Mencermati kondisi tersebut, maka dalam kerangka pelaksanaan program penanggulangan KLB malaria, penyelenggara program pengendalian malaria yang memiliki daerah-daerah rentan terjadinya 134
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
KLB malaria perlu memperkuat kemungkinan terjadinya KLB malaria.
kesiapsiagaan
menghadapi
Maksud kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadnya KLB malaria adalah apabila terjadi KLB malaria, maka upaya penanggulangan KLB malaria dapat dilakukan dengan segera, rasional, efektif, efisien, sehingga KLB malaria yang terjadi dapat segera dihentikan, jumlah kasus dan jumlah kasus meninggal dapat diturunkan hanya sedikit, tidak menyebar terlalu luas, dan periode KLB lebih singkat. Kesiapsiagaan menghadapi KLB malaria terdiri atas : a. Kesiapsiagaan Sumber Daya Manusia Tenaga yang harus disiapkan dalam penanggulangan KLB malaria adalah tenaga dokter, perawat, surveilans epidemiologi, sanitarian dan entomologi serta tenaga lain sesuai dengan kebutuhan. Tenaga ini menguasai pengendalian malaria dan terampil melaksanakan penyelidikan-penanggulangan KLB malaria. Keterampilan melaksanakan penyelidikan-penanggulangan KLB malaria harus selalu terjaga dengan : (1) melaksanakan pelatihan teknis penyelidikan – penanggulangan KLB malaria secara berkala (2) peningkatan keahlian dengan memperoleh informasi terkini mengenai malaria, ketersediaan kepustakaan dan sumbersumber referensi, ketersediaan daftar tenaga ahli yang dapat menjadi tempat berkonsultasi dan rujukan (3) pemutakhiran pengalaman dengan melaksanakan penyelidikan-penanggulangan KLB malaria minimal sekali setahun. Pada daerah pada tahap pemberantasan dan pre-eliminasi harus memperkuat sumber daya manusia sampai Puskesmas, rumah sakit, bahkan di masyarakat. Sementara pada daerah tahap eliminasi dan pemeiliharaan, SDM perlu diperkuat sampai kabupaten/kota atau provinsi, dan daerah-daerah yang rentan terjadinya KLB malaria, tergantung besarnya risiko terjadinya KLB malaria pada masing-masing wilayah.
135
b. Kesiapsiagaan Sistem Konsultasi dan Referensi Setiap daerah memiliki pola KLB malaria yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tim penyelidikan-penanggulangan KLB malaria memiliki daftar para ahli terkait yang dapat menjadi tempat berkonsultasi menghadapi suatu KLB malaria, baik ahli setempat, regional, nasional dan internasional, termasuk rujukan laboratorium. Disamping itu, tim penyelidikan – penanggulangan KLB malaria mempersiapkan kepustakaan dengan referensi yang sesuai, termasuk ketersediaan sarana yang memungkinkan tim yang berada di lapangan dapat memperoleh konsultasi dan referensi melalui komunikasi internet (media maya)
c. Kesiapsiagaan Sarana Penunjang dan Anggaran Biaya Sarana penunjang penting yang harus dimiliki adalah peralatan komunikasi, transportasi, obat-obatan malaria, alat dan media diagnostik, laboratoium penunjang mikroskopis malaria, bahan dan peralatan lainnya, termasuk pengadaan anggaran dalam jumlah yang memadai apabila terjadi suatu KLB malaria.
d. Kesiapsiagaan Strategi dan Tim Penanggulangan KLB Setiap daerah memiliki pola KLB malaria yang berbeda-beda, juga terdapat kekhususan tatahubungan kerja dalam tim, inter dan antar program dan dengan sektor lain. Oleh karena itu, setiap daerah menyiapkan pedoman operasional baku penyelidikanpenanggulangan KLB malaria dan membentuk tim penyelidikanpenanggulangan KLB malaria yang melibatkan lintas program dan fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, rumah sakit, dsb) e. Kesiapsiagaan Kerjasama Penanggulangan Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat
KLB
Malaria sering menimbulkan KLB yang terjadi pada daerah perbatasan, baik karena perpindahan penduduk (migrasi perbatasan) maupun distribusi vektor penular malaria yang dapat menjangkau wilayah yang luas. Kasus-kasus KLB malaria dari suatu daerah endemis tinggi, bisa ditemukan di daerah lain sebagai kasus impor dan berpotensi terjadinya penularan dan KLB malaria baru. Menghadapi situasi KLB malaria tersebut diperlukan kerjasama penyelidikan –penanggulangan kedua daerah, baik antar kabupaten/kota, antar provinsi dan bahkan antar negara berbatasan Indonesia. 136
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
5. Tehnik Pelaksanaan Kewaspadaan Terhadap KLB Malaria Upaya pencegahan terjadinya KLB malaria, misalnya cakupan kelambu, dan penyemprotan rumah secara massal, seringkali tidak berjalan sepenuhnya, sehingga risiko terjadinya KLB malaria masih cukup besar. Mencermati kondisi tersebut, maka dalam kerangka pelaksanaan program penanggulangan KLB malaria, penyelenggara program malaria yang memiliki daerah-daerah rentan KLB malaria perlu memperkuat kewaspadaan terhadap KLB malaria. Kewaspadaan terhadap KLB malaria meliputi peningkatan kegiatan surveilans (pemantauan) untuk mendeteksi dini munculnya kondisi rentan KLB malaria dan respon, dan peningkatan kegiatan surveilans untuk mendeteksi dini munculnya KLB malaria dan respon. Kewaspadaan terhadap munculnya KLB malaria, terutama dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan semua fasilitas pelayanan kesehatan, terutama Puskesmas di daerah yang rentan terjadinya KLB malaria
a. Deteksi Dini Kondisi Rentan KLB Malaria Deteksi dini kondisi rentan KLB malaria merupakan kewaspadaan terhadap timbulnya perubahan kegiatan masyarakat, perubahan konisi lingkungan, perubahan perilaku masyarakat dan penurunan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan terjadinya KLB malaria. Deteksi di ni kondisi rentan KLB malaria tersebut dapat dilaksanakan dengan menerapkan caracara surveilans epidemiologi atau sering disebut Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) kondisi rentan KLB Dengan diketahuinya daerah yang mengalami kondisi rentan KLB malaria tersebut, maka manajer program malaria mendorong upayaupaya pencegahan terjadinya KLB malaria dan meningkatkan kewaspadaan berbagai pihak terhadap KLB malaria : (1) Memantau Munculnya Daerah/Lokasi Yang Mengalami Kondisi Rentan KLB Malaria Mencermati secara terus menerus perubahan kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan KLB malaria antara lain : (a) memantau munculnya daerah-daerah reseptif malaria, kondisi perumahan dan perilaku penduduk yang rentan atau berpotensi terjadinya penularan malaria, 137
(b) melakukan analisis pola curah hujan, dan menganalisis pengaruhnya terhadap penularan malaria (c) memantau penurunan kualitas dan kwantitas pelayanan kesehatan (keterjangkauan pelayanan, cakupan pengobatan, jumlah dan jenis ketenagaan, ketersediaan obat dan sarana), dan menganalisis pengaruhnya terhadap timbulnya KLB malaria (d) memantau penurunan kondisi status kesehatan masyarakat (kemiskinan), dan menganalisis pengaruhnya terhadap timbulnya KLB malaria
(2) Pemantauan Wilayah Setempat Kondisi Rentan KLB Malaria Merupakan bagian dari kegiatan memantau munculnya kondisi rentan KLB malaria, tetapi lebih intensif pada beberapa indikator utama munculnya kondisi rentan KLB malaria Setiap Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya secara terus menerus dan sistematis merekam dan melakukan analisis data perubahan kondisi rentan KLB malaria menurut desa/kelurahan atau lokasi tertentu lainnya, terutama di daeran rentan KLB malaria, dengan cara menyusun tabel dan grafik PWS kondisi rentan KLB. Setiap kondisi rentan KLB dianalisis terus menerus dan sistematis untuk mengetahui secara dini adanya ancaman KLB Contoh PWS kondisi rentan KLB malaria : Pengamatan kepadatan vektor bulanan Pengamatan tingginya curah hujan bulanan Pengamatan migrasi penduduk Pengamatan terhadap kegiatan masyarakat berisiko penularan malaria
138
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
700
Kepadatan Vektor Kasus malaria
150
600
125 500
99
100
90
75
86
88
60
50
400 60
65
40
300 40 30
25
20
200
35
20
Jumlah Kasus Malaria
Kepadatan nyamuk (rata-rata)
Grafik Fluktuasi Kepadatan Anopheles Perhari dan Kasus Malaria Puskesmas Jaya, 2012
100
0 Des
Nov
Okt
Sep
Ags
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
Nov
0
Nov
Okt
Sep
Ags
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
Nov
Data Kepadatan Vektor di Puskesmas Jaya, 2011-2012 Kepadatan Vektor Menurun Bulan Desa Renta n KLB A 1 1 4 9 9 8 9 9 8 9 4 4 4 5 5 0 5 9 5 1 6 0 0 0 0 0 C 2 1 5 7 9 9 8 9 9 8 5 4 3 0 5 0 0 9 5 1 6 0 0 0 0 0 G 2 2 4 8 9 8 9 8 9 9 4 5 3 5 5 0 0 9 5 2 0 0 0 0 0 5 H 2 2 3 9 9 9 8 8 6 7 3 3 3 0 5 0 5 9 5 0 0 0 5 0 0 5 Puskes 2 2 4 8 9 9 8 8 8 8 4 3 3 mas 0 0 0 0 9 0 6 8 0 5 0 0 5
Des
Bulan Pengamatan
Sumber : Puskesmas Jaya, 2012 (contoh)
(3) Penyelidikan Dugaan Kondisi Rentan KLB Apabila mengetahui adanya dugaan kondisi rentan KLB malaria, maka Dinas Kesehatan dan Puskesmas melakukan penyelidikan : (a) Secara aktif mengumpulkan informasi tentang dugaan daerah atau lokasi terjadi kondisi rentan KLB malaria dari berbagai sumber, termasuk laporan masyarakat tentang kegiatan 139
masyarakat yang berpotensi timbulnya KLB malaria, naik oleh masyarakat perorangan atau kelompok (b) Mempelajari data PWS kondisi rentan KLB malaria yang dimilikinya, terutama data perkembangan daerah reseptif malaria, lokasi-lokasi fokus malaria aktif, cakupan pengobatan dan distribusi kelambu serta upaya pencegahan lainnya, serta status pelayanan kesehatan di daerah-daerah rentan KLB malaria tersebut (c) Mewawancarai pihak-pihak terkait yang patut diduga mengetahui adanya perubahan kondisi rentan KLB malaria tersebut (c) Mengunjungi dan melakukan penyelidikan di daerah yang diduga terdapat perubahan kondisi rentan KLB malaria
b. Deteksi Dini Munculnya KLB Malaria Deteksi dini munculnya KLB merupakan kewaspadaan terhadap munculnya KLB malaria dengan memantau muncul dan meningkatnya jumlah kasus malaria atau terjadinya KLB malaria di masyarakat, melaksanakan pemantauan wilayah setempat terhadap kasus malaria dan penyelidikan dugaan KLB : (1) Memantau Munculnya KLB Malaria di Masyarakat Petugas kesehatan di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan mewawancarai setiap kasus malaria yang datang berobat, guru, dan atau sumber informasi lain, tentang kemungkinan adanya penderita penyakit dengan gejala yang sama di tempat tinggalnya dan didiagnosis sebagai kasus malaria suspek, misalnya demam, mengigil, dan sebagainya, terutama munculnya kasus-kasus tersebut pada kelompok anak-anak, kelompok wanita hamil atau kasus-kasus yang meninggal, yang kemudian dapat disimpulkan adanya dugaan KLB. Adanya dugaan KLB malaria pada suatu lokasi tertentu diikuti dengan penyelidikan (2) Pemantauan Wilayah Setempat Kasus Malaria Merupakan bagian dari memantau munculnya KLB malaria, tetapi dilaksanakan lebih intensif pada beberapa indikator utama deteksi dini adanya KLB malaria (a) Pemantauan wilayah setempat mingguan/bulanan terhadap perkembangan kasus malaria, bersumber pada laporan data Penemuan Penderita Malaria di Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya : Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya merekam data penderita malaria mingguan/bulanan 140
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
menurut desa /kelurahan. Data yang direkam fasilitas pelayanan kesehatan dikirim secara teratur mingguan/bulanan kepada Puskesmas setempat Data penderita malaria yang telah direkam, disusun dalam tabel dan grafik Pemantauan Wilayah Setempat KLB malaria (W2) Secara teknis PWS KLB malaria adalah melakukan Analisis Kecenderungan Kejadian Malaria Mingguan, atau Bulanan Puskesmas melakukan analisis terus menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit malaria di wilayahnya untuk mengetahui secara dini adanya KLB malaria Adanya dugaan peningkatan penyakit malaria atau dugaan KLB malaria diikuti dengan penyelidikan Grafik Kasus Malaria Menurut Bulan, Puskesmas Jaya, 2012
Jumlah Kasus Malaria
700 600
600 500
500
450
400 300
300 200
200 100
200
150 80
100 50
100
100
30
Des
Nov
Okt
Sep
Ags
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
Des
Nov
0
Bulan Pengamatan Sumber : Puskesmas Jaya, 2012 (contoh)
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
150
200
300
600
600
800
350
300
100
100
75
250
400
700
600
600
300
200
150
150
150
150
200
750
450
500
400
400
100
100
100
200
300
600
500
700
400
200
150
100
100
150
200
500
450
600
300
200
100
100
Sumber : Puskesmas Jaya, 2012 (contoh)
141
Des
Apr
60 50 40 60 30
Mar
30 70 80 50 50
Feb
Jan
90 70 80 80 80
Des
Puskes mas
Nov
Desa Rentan KLB A C G H
Tabel Data Kasus Malaria di Puskesmas Jaya, 2011-2012 Jumlah Kasus Menurun Bulan
(b) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif menurut jenis parasit secara periodik bulanan, diikuti dengan analisis % kasus malaria positif Plasmodium falsiparum per jumlah kasus malaria positif per bulan, pada masing-masing fasilitas pelayanan dan kelompok masyarakat tertentu (c) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif ibu hamil secara periodik bulanan, diikuti dengan analisis proporsi kasus malaria positif ibu hamil terhadap total kasus malaria poditif (d) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif menurut usia secara periodik bulanan, diikuti dengan analisis proporsi kasus malaria positif bayi/balita terhadap total kasus malaria positif (e) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif menurut jenis kelamin secara periodik bulanan dan proporsinya terhadap total kasus malaria positif (f) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif meninggal di fasilitas pelayanan setiap bulan, diikuti dengan proporsi kasus malaria positif meninggal terhadap total kasus meninggal di fasilitas pelayanan kesehatan yang sama (g) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif menurut wilayah (peta) secara periodik bulanan dan atau tahunan (h) Pemantauan perkembangan kasus malaria positif rawat inap (RI), diikuti analisis kasus malaria positif rawat inap terhadap total kasus rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan yang sama per bulan
(3) Penyelidikan Dugaan KLB Apabila diketahui adanya dugaan KLB malaria, maka Dinas Kesehatan dan Puskesmas melakukan penyelidikan : (a) Secara aktif mengumpulkan informasi tentang dugaan KLB malaria dari berbagai sumber, termasuk dari masyarakat perorangan dan kelompok (b) Mewawancarai setiap pengunjung Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya tentang kemungkinan adanya peningkatan sejumlah penderita penyakit malaria pada lokasi tertentu yang dicurigai terdapat dugaan adanya KLB malaria (c) Mempelajari register rawat inap dan rawat jalan terhadap kemungkinan adanya peningkatan kasus malaria pada lokasi tertentu yang dicurigai terjadi dugaan KLB malaria berdasarkan alamat penderita, umur dan jenis kelamin atau karakteristik lainnya (d) Mewawancarai kepala desa, guru sekolah dan setiap orang yang mengetahui keadaan masyarakat tentang adanya peningkatan penderita malaria 142
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
(e) Membuka pos pelayanan di lokasi yang diduga terjadi KLB malaria dan menganalisis data penderita berobat untuk mengetahui kemungkinan adanya peningkatan penyakit malaria (Penemuan Penderita Demam Massal) (f) Mengunjungi rumah-rumah penderita demam yang dicurigai (Penemuan Penderita Demam Massal) atau kunjungan dari rumah ke rumah terhadap semua penduduk (Pemeriksaan Darah Massal) tergantung pilihan tim penyelidikan
(4) Deteksi Dini KLB Malaria Melalui Pelaporan Kewaspadaan oleh Masyarakat Masyarakat yang mengetahui adanya seseorang atau sekelompok orang yang menderitas sakit malaria (kasus malaria suspek) memberitahu Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai laporan kewaspadaan oleh masyarakat. Isi laporan kewaspadaan terdiri dari penyakit (dugaan penderita malaria), gejala, alamat/desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota tempat kejadian, waktu kejadian, jumlah penderita dan jumlah meninggal. Masyarakat yang berperan memberikan laporan adanya seseorang atau sekelompok orang menderita malaria antara lain : (a) Kepala keluarga, kepala RT/RW dan kepala desa/lurah yang mengetahui adanya penderita malaria (b) Kader malaria desa/kelurahan (c) Petugas kesehatan yang memeriksa penderita malaria (d) Kepala fasilitas pelayanan kesehatan Secara umum pelaksanaan Sistem Deteksi Dini KLB Malaria pada berbagai tahap pengendalian adalah sebagai berikut : Tahapan Pengendalian Malaria Kegiatan Surveilans
Pemberan tasan
Kajian Epidemiologi : Sasaran Semua wilayah
Pre Eliminasi (penderita indigenous dan impor)
Eliminasi (penderita indigenous dan impor)
Pemeliha raan (penderita impor dan introduce)
Semua wilayah
Semua wilayah
Semua wilayah
Deteksi Dini Munculnya Kondisi Rentan KLB Malaria : a. Pemantauan Semua Semua Semua Kondisi wilayah wilayah wilayah Rentan KLB
143
Semua wilayah
Tahapan Pengendalian Malaria Kegiatan Surveilans
Pemberan tasan
b. PWS kondisi rentan KLB malaria
Semua wilayah
c. Penyelidikan dugaan kondisi rentan KLB
Semua wilayah
Pre Eliminasi (penderita indigenous dan impor) Semua wilayah, terutama daerah reseptif dan fokus malaria aktif kasus indigenous Semua wilayah
Deteksi Dini Munculnya KLB Malaria : a. Pemantauan Semua Semua munculnya wilayah wilayah KLB malaria b. PWS KLB Semua Semua (analisis wilayah wilayah, mingguan terutama dan bulanan desa rentan kasus KLB, fokus malaria) malaria aktif dan daerah reseptif malaria c. Penyelidikan Apabila Apabila dugaan KLB terdapat terdapat malaria peningkat peningkat an kasus an kasus malaria, malaria terutama indigenous, Plasmo terutama dium Plasmo falsiparum dium falsiparum
144
Eliminasi (penderita indigenous dan impor) Daerah reseptif dan fokus malaria aktif kasus indigenous
Pemeliha raan (penderita impor dan introduce) (-)
Semua wilayah
(-)
Semua wilayah
Semua wilayah
desa rentan KLB, fokus malaria aktif dan daerah reseptif malaria
(-)
Apabila terdapat peningkat an kasus malaria indigenous, terutama Plasmo dium falsiparum
Apabila terdapat satu kasus introduce/ indigenous
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran 3a/SKD-KLB 1. Berbagai Bentuk Kajian Epidemiologi
A. Annual Parasite Incidence
1. Pengertian dan Tujuan Annual Parasite Incidense (API) adalah jumlah penderita malaria (konfirmasi) per 1.000 penduduk pertahun Jumlah penderita malaria (konfirmasi) dalam satu tahun API = -------------------------------------------------------------------------- x 1.000 Jumlah penduduk (tengah tahun)
Tujuan a. Mengetahu besarnya masalah malaria di setiap wilayah tertentu (desa, puskesmas/kecamatan, kabupaten/kota) b. Mengetahui perkembangan kasus malaria dari tahun ke tahun dalam satuan wilayah tertentu 2. Pelaksana Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat serta UPT yang bertugas melakukan surveilans malaria 3. Sumber Data Laporan Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas dan Rumah Sakit 4.Tampilan Analisis a. Bentuk Tabel Analisis API Tabel Annual Parasite Incidence Kabupaten Jaya, 2007-2011 2007 2008 2009 2010 Puskes No Pdd mas Ks API Ks API Ks API Ks API 1 Andika 20000 10 0,5 5 0,3 2 0,1 0 0 2 Budijaya 15000 10 0,7 10 0,7 10 0,7 10 0,7 3 Laweyan 60000 10 0,2 10 0,2 0 0 5 0,1 4 Senen 10000 20 2 20 2 20 2 10 1 5 Teluk 5000 50 10 70 14 60 12 40 8 Total 110000 100 0,9 115 1,0 92 0,8 65 0,5 145
2011 Ks API 0 0 10 0,7 2 0,0 5 0,5 20 4 37 0,3
b. Bentuk Grafik Analisis Perkembangan Daerah Berdasarkan API
146
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
c. Bentuk Peta Analisis Perkembangan Malaria Berdasarkan API Peta Annual Parasite Incidence Kab. Jaya 2007-2011 2007
2010
2011 API per 100.000 5 /lebih 1-4 <1
5. Langkah-langkah Analisis Perkembangan Malaria Berdasarkan API a. Laporan Rekapitulasi Bulanan Malaria di Unit Pelayanan (Puskesmas) b. Buat tabel analisis perkembangan malaria menurut API yang terdiri dari kolom No, nama daerah, data penduduk, tahun dan jumlah kasus serta API masing-masing tahun (setidaknya dibuat selama 5 tahun terakhir). API dihitung kemudian setelah data jumlah kasus dan data penduduk tersedia c. Buat grafik analisis perkembangan malaria berdasarkan API selama beberapa tahun. Dibuat untuk satu wilayah secara keseluruhan, misalnya perkembangan malaria satu wilayah Kabupaten. Kemudian dibuat juga grafik analisis perkembangan malaria berdasarkan API untuk masing-masing sub-wilayah dari wilayah tersebut. Seringkali dua grafik analisis tersebut diatas dijadikan dalam satu grafik d. Buat peta perkembangan malaria berdarkan API selama beberapa tahun. Ini hampir sama dengan grafik analisis sub-wilayah dalam bentuk peta. Peta API dibuat dalam model area map.
147
Lampiran 3a/SKD-KLB 2. Berbagai Bentuk Pemantauan Wilayah Setempat Kasus Malaria A.
Pemantauan perkembangan jumlah kasus malaria positif mingguan/bulanan dan proporsinya terhadap total jumlah kunjungan ke fasilitas pelayanan
1. Tujuan a. Mengetahui pola musiman kejadian malaria b. Deteksi adanya peningkatan malaria atau KLB malaria c. Analisis kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB
2. Pelaksana a. Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kab/Kota, terutama dalam rangka pola musiman dan deteksi dini peningkatan malaria dan KLB malaria b. BTKLPP, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL), terutama dalam rangka identifikasi kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB dan informasi untuk merumuskan rencana program pengendalian malaria
3. Sumber Data a. Laporan Mingguan Malaria b. Laporan Bulanan Penderita Malaria Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain Secara Bulanan 4. Tampilan Analisis a. Pemantauan perkembangan kasus malaria positif dan kasus malaria meninggal (mingguan atau bulanan) serta deteksi dini adanya KLB malaria (1) Tabel Analisis Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Wilayah (Desa/Kelurahan, Puskesmas/Kecamatan/Kab-Kota) Tabel dibuat untuk data Kasus (Tabel Analisis Perkembangan Kasus Malaria Menurut Bulan dan Desa) dan data Kasus Meninggal (Tabel Analisis Perkembangan Kasus Malaria Meninggal Menurut Bulan dan Desa), dan berdasarkan tabel ini dibuat grafik 148
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
(2) Grafik/Kurva Perkembangan Malaria Menurut Bulan pada suatu wilayah tertentu (Desa/Kelurahan, Puskesmas/Kecamatan, Kabupaten-Kota) Tabel Analisis Perkembangan Kasus Malaria Menurut Bulan dan Desa Puskesmas : Puskesmas Jaya Tahun : 2012 (Januari- November) Sumber : Rekapitulasi Penderita Malaria di Puskesmas - 1 Jumlah Penderita Per Bulan Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Total
20
20
25
39
37
26
11
3
7
9
10
Total 207
AMAN BIDAI CHARLI DENAH ELOK ERNAN GALUH HANNA INTAN
12 6 2 0 0 0 0 0 0
16 3 1 0 0 0 0 0 0
20 4 1 0 0 0 0 0 0
30 6 3 0 0 0 0 0 0
27 6 4 0 0 0 0 0 0
20 4 2 0 0 0 0 0 0
10 0 1 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0
6 1 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0
163 30 14 0 0 0 0 0 0
Des
Feb
Pdd
Jan
No
Nama Desa
IR / 1000
36700
5,6
2000 6000 500 700 2000 4500 7000 9000 5000
81 5 28 0 0 0 0 0 0
Tabel Analisis Perkembangan Kasus Malaria Meninggal Menurut Bulan dan Desa Puskesmas : Puskesmas Jaya Tahun : 2012 (Januari-November) Sumber : Rekapitulasi Penderita Malaria di Puskesmas - 1
149
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
2 1 0 1 0 0 0 0 0 0
2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Des
Feb
Total AMAN BIDAI CHARLI DENAH ELOK ERNAN GALUH HANNA INTAN
Jumlah Penderita Meninggal Per Bulan Jan
No
Nama Desa
Total Kasus 11 207 8 163 2 30 1 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
CFR /100 5.3 4.9 6.7 7.1 0 0 0 0 0 0
Kurva malaria menurut bulan dibuat setiap tahun berjalan, dan dibuat selambat-lambatnya satu minggu setelah data direkam dan diolah. Sebaiknya juga disertakan kurva yang sama selama 3-5 tahun terakhir. Kurva yang sama juga dibuat di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, BTKLPP dan Pusat sesuai keperluannya masing-masing.
150
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Pada kurva ini, juga ditampilkan kurva kunjungan Puskesmas non malaria. Kurva jumlah kunjungan Puskesmas non malaria relatif tetap setiap bulan, sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan kelengkapan laporan Puskesmas, dan memperkirakan pengaruh kelengkapan laporan tersebut terhadap kurva malaria. Jika kelengkapan laporan turun, artinya jumlah Puskesmas yang melapor berkurang, maka jumlah kunjungan turun, dan jumlah kasus malaria juga mengalami penurunan. Penurunan jumlah kasus malaria terakhir ini, lebih disebabkan karena jumlah Puskesmas yang melapor turun
b. Perkembangan kasus malaria menurut wilayah (peta) secara berkala bulanan dan atau tahunan (1) Tabel Analisis Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Wilayah (Desa/Kelurahan, Puskesmas/Kecamatan/Kab-Kota) Tabel dibuat untuk analisis terhadap kasus dan kasus meninggal, dan berdasarkan tabel ini dibuat peta (2) Peta (Spot Map) Perkembangan Malaria Menurut Bulan pada suatu wilayah tertentu (Desa/Kelurahan, Puskesmas/Kecamatan, Kabupaten-Kota)
Peta Sebaran Malaria Puskesmas Jaya, 2012
151
= 1 kasus = 1 ks meninggal
September
Oktober
November
Desember
Perkembangan kasus malaria dari bulan ke bulan dan wilayah (Desa) dapat dibuat dalam seri beberapa peta spot map. Tampilan seri peta tersebut, dapat dimanfaatkan untuk menganalisis perkembangan sekaligus sebaran kasus-kasus malaria dalam suatu wilayah tertentu secara cepat
5. Langkah-langkah Analisis a. Kasus malaria direkam dalam Register Harian Penderita Malaria 12 b. Data pada register tersebut dihimpun dalam Laporan Rekapitulasi Penderita Malaria di Puskesmas 1-4 c. Berdasarkan laporan rekapitulasi tersebut dibuat Tabel Analisis Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Wilayah (Desa), seperti pada contoh Tabel Analisis d. Berdasarkan tabel analisis tersebut dapat dibuat Grafik/Kurva Perkembangan Malaria Menurut Bulan pada suatu wilayah tertentu (Desa/Kelurahan, Puskesmas/Kecamatan, Kabupaten-Kota). Lihat pada contoh tabel e. Pada analisis tingkat Kabupaten, Provinsi dan Pusat, seringkali pada kurva juga dicantumkan kurva kunjungan Puskesmas. Kurva kunjungan Puskesmas biasanya dalam jumlah yang selalu sama setiap bulannya, jika terjadi peningkatan atau penurunan tajam, kemungkinan besar kelengkapan laporan Puskesmas berbeda sangat tajam, bisa semakin lengkap atau semakin banyak yang tidak melapor. f. Berdasarkan tabel analisis perkembangan malaria tersebut (point 3) dapat juga dibuat Peta (Spot Map) Perkembangan Malaria Menurut Bulan. Lihat pada contoh Peta dibawah ini
Tampilan tabel, kurva dan peta ini dimanfaatkan untuk menentukan pola musiman malaria, dan perkiraan kemungkinan telah terjadi KLB malaria, sehingga program bisa menentukan langkah penanggulangan lebih tepat dan kapan kesiapsiagaan operasional menghadapi KLB perlu diperketat.
152
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
B. Perkembangan Kejadian Malaria Menurut Jenis Parasit Berkala Bulanan, Terutama Plasmodium Falsiparum
1. Tujuan : a. Mengetahui pola musiman kejadian malaria berdasarkan jenis parasit b. Deteksi adanya peningkatan malaria atau KLB malaria P. falsiparum c. Analisis kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB
2. Pelaksana a. Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kab/Kota, terutama dalam rangka pola musiman dan deteksi dini peningkatan malaria dan KLB malaria b. BTKLPP, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL), terutama dalam rangka identifikasi kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB dan informasi untuk merumuskan rencana program pengendalian malaria
3. Sumber Data Laporan Bulanan Penderita Malaria Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan 4. Tampilan Analisis a. Tabel Analisis Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Jenis Parasit b. Grafik/Kurva Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Jenis Parasit
153
Tabel Analisis Perkembangan Malaria Plasmodium falsifarum Menurut Bulan dan Desa Puskesmas : Jaya Tahun : 2011 Sumber Data : Rekapitulasi Penderita Malaria di Puskesmas - 4
154
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
22 6 8 8 0 0 0 0
20 10 5 5 0 0 0 0
22 18 2 2 0 0 0 0
41 25 8 8 0 0 0 0
42 22 10 10 0 0 0 0
28 18 5 5 0 0 0 0
18 12 3 3 0 0 0 0
15 5 5 5 0 0 0 0
4 4 0 0 0 0 0 0
8 8 0 0 0 0 0 0
Total
Mar
17 5 12 4 8 0 0 0
Des
Feb
1 Total 2 Pf 3 Non Pf Pv Pm Po Pk Mix
Jan
Jumlah Penderita Per Bulan Jenis No Parasit
% Pf
7 256 100.00 7 140 54.69 0 58 0 50 19.53 0 8 3.13 0 0 0.00 0 0 0.00 0 0 0.00
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
5. Langkah-langkah Analisis a. Kasus malaria direkam dalam Register Harian Penderita Malaria 12 b. Data pada register tersebut dihimpun dalam Laporan Rekapitulasi Penderita Malaria di Puskesmas 1-4 c. Berdasarkan laporan rekapitulasi tersebut dibuat Tabel Analisis Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Jenis Parasit . Lihat contoh tabel analisis dibawah d. Berdasarkan tabel analisis tersebut dapat dibuat Grafik/Kurva Perkembangan Malaria Menurut Bulan dan Jenis Parasit (P.falsiparum, Non P.falsiparum dan Jenis Parasit Tidak Jelas. e. Tampilan tabel, kurva dan peta ini dimanfaatkan untuk menentukan pola musiman malaria, dan perkiraan kemungkinan telah terjadi KLB malaria, sehingga program bisa menentukan langkah penanggulangan lebih tepat dan kapan kesiapsiagaan operasional menghadapi KLB perlu diperketat.
155
C. Perkembangan Kasus Malaria Positif Ibu Hamil Dan Proporsinya Terhadap Total Kasus Malaria Positif
1. Pengertian dan Tujuan Ibu hamil menderita malaria berisiko anemi, gangguan kelahiran, dan keguguran. Oleh karena itu, ibu hamil menderita malaria perlu mendapat perawatan yang memadai. Adanya peningkatan ibu hamil menderita sakit malaria, dapat menjadi indikasi awal adanya KLB malaria Tujuan a. Mendeteksi kecenderungan jumlah dan proporsi ibu hamil menderita malaria b. Deteksi adanya peningkatan malaria atau KLB malaria c. Analisis kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB
2. Sumber Data Rekapitulasi laporan bulanan penderita malaria di fasilitas pelayanan kesehatan 3. Pelaksana Puskesmas, RS, Dinkes Kab/Kota dan Dinkes Provinsi 4.Tampilan Analisis a. Tabel analisis kejadian malaria di fasilitas pelayanan kesehatan b. Grafik kecenderungan proporsi kejadian malaria berdasarkan proporsi status kehamilannya
156
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Kecenderungan Malaria Puskesmas Jaya, tahun 2012 Proporsi Ibu Hamil
Jumlah Kasus Malaria 40
80%
JUMLAH KSUS
PROPORSIi (%)
100%
60% 40% 20%
30
20
10
0% Sep
Okt
Nov
Des
BULAN
Hamil
0 Sep
Okt
Nov
Des
BULAN
Tidak Hamil
Kejadian malaria meningkat, tetapi proporsi ibu hamil yang berobat karena malaria positif malah turun. Ini mengindikasikan ibu hamil yang sedang sakit malaria banyak yang tidak mendapat pelayanan Sebaliknya, jika jumlah kasus malaria ibu hami meningkat, terutama proporsinya terhadap total ibu hamil meningkat, ini dapat menjadi inidkasi awal dugaan KLB malaria. Adanya dugaan KLB perlu dilakukan penyelidikan.
5. Langkah-langkah Rekapitulasi Laporan Bulanan Penderita Malaria Tabel analisis distribusi malaria berdasarkan status kehamilan dan total (setahun sekali) Tabel analisis jumlah kasus malaria menurut status kehamilan dan bulan Grafik kecenderungan proporsi ibu hamil menderita malaria
157
E. Perkembangan Kejadian Malaria Positif Menurut Usia Dan Proporsinya Terhadap Total Kasus Malaria Positif
1. Pengertian dan Tujuan Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik epidemiologi malaria yang sangat penting. Adanya sejumlah anak-anak yang menderita sakit malaria, terutama pada anak balita, menunjukkan adanya penularan setempat, karena anak-anak biasanya belum bepergian jauh dari rumah. Adanya banyak anak-anak yang menderita sakit malaria, dapat menjadi indikasi awal adanya KLB malaria Analisis epidemiologi berdasarkan jenis kelamin dan umur juga bisa menunjukkan pencarian pengobatan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Pada kelompok masyarakat tertentu, perempuan akan datang berobat jika sudah menunjukkan sakit yang berat dibanding laki-laki yang segera berobat ketika menderita sakit belum terlalu berat. Tujuan a. Mendeteksi kecenderungan jumlah dan proporsi kasus malaria menurut umur dan jenis kelamin b. Deteksi adanya peningkatan malaria atau KLB malaria c. Analisis kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB 2. Sumber Data Rekapitulasi Laporan Penderita Malaria Bulanan atau Surveilans Khusus (Survei Darah Massal, Survei Demam Massal, dsb) Data demografi (BPS) 3. Pelaksana Dilaksanakan di semua tingkat Setahun sekali sebagai profil tahunan malaria Mingguan atau Bulanan sesuai kebutuhan setempat 4. Tampilan Analisis a. Tabel analisis Menurut Jenis Kelamin b. Tabel analisis menurut umur, grafik proporsi dan insidens malaria menurut umur c. Tabel perkembangan jumlah dan proporsi kasus malaria menurut umur dan bulan kejadian, grafik perkembangan jumlah dan proporsi kasus malaria menurut umur
158
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Tabel Distribusi Malaria Menurut Jenis Kelamin Puskesmas Jaya, Tahun 2012 Jenis Jumlah Jumlah Jumlah Insidens CFR No Proporsi Kelamin Penduduk Kasus Meninggal /1000 /100 Laki-laki 16700 100 3 48,3% 6,0 3,0 Perempuan 20000 107 8 51,7% 5,4 7,5 Total 36700 207 11 100% 3,0 5,3 Jumlah penduduk diperoleh dari BPS, merupakan total penduduk. Seringkali sebagai populasi berisiko digunakan penduduk di desa atau dusun-dusun reseptif saja atau yang terdapat kasus malaria
Tabel Distribusi Malaria Menurut Golongan Umur Puskesmas Jaya, Tahun 2012 Golongan Jumlah Jumlah Jumlah Insidens CFR No Proporsi Umur (th) Penduduk Kasus Meninggal /1000 /100 1 <1 1000 2 0 0,9% 2 0 2 1-4 3000 15 7 7,2% 5 46,7 3 5-14 8000 40 2 19,3% 5 5 4 15-24 7000 50 0 24,2% 7,1 0 5 25-44 13000 80 0 38,7% 6,2 0 6 45/lebih 4700 20 2 9,7% 4,3 10 Total 36700 207 11 100% 3,0 5,3 Jumlah penduduk diperoleh dari BPS, merupakan total penduduk. Seringkali sebagai populasi berisiko digunakan penduduk di desa atau dusun-dusun reseptif saja atau yang terdapat kasus malaria
159
Grafik Proporsi dan Insiden Malaria Menurut Umur tersebut berasal dari sumber data yang sama. Untuk menunjukkan risiko terjadinya malaria pada populasi di Puskesmas Jaya, lebih baik digunakan analisis insidens, sedangkan pengerahan sumber daya, obat-obatan, lebih banyak memanfaatkan analisis proporsi. Analisis proporsi dapat juga dimanfaatkan dalam menentukan besarnya masalah malaria pada suatu wilayah, misalnya proporsi yang tinggi pada anak-anak balita menunjukkan adanya penularan setempat yang serius. Berdasarkan pemikiran tersebut terakhir ini, analisis kecenderungan perkembangan malaria bulanan berdasarkan proporsi menurut umur, dapat dimanfaatkan sebagai deteksi dini adanya masalah malaria yang serius
160
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Kecenderungan Malaria Puskesmas Jaya, tahun 2012 Proporsi Golongan Umur
Jumlah Kasus Malaria 40
80%
JUMLAHKSUS
PROPORSIi (%)
100%
60% 40% 20%
30
20
10
0% Sep
Okt
Nov
Des
BULAN
<1
1-4
5-14
0 Sep
Okt
Nov
Des
BULAN
15/lebih
Berdasarkan analisis kecenderungan proporsi malaria menurut umur, dapat diketahui pada bulan November 2012 terjadi peningkatan nyata proporsi anak balita yang menderita sakit malaria. Apabila analisisnya berdasarkan analisis kecenderungan jumlah kasus (absolut), seringkali terjadi keraguan apakah terjadi peningkatan orang sakit atau hanya karena minat berobat meningkat
161
Peningkatan proporsi anak menderita sakit malaria dapat menjadi indikasi penularan setempat yang serius, dan dapat menjadi indikasi awal adanya KLB malaria, yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
Kecenderungan Jml Kasus Malaria Menurut Umur
Puskesmas Jaya, tahun 2012 16 14
JUMLAH KASUS
12 10
<1 1-4 5-14 15/lebih
8 6 4 2 0 Sep
Okt
Nov
Des
BULAN
5. Langkah-langkah a. Merekam data kasus malaria b. Rekapitulasi laporan bulanan penderita malaria c. Tabel analsisis d. Grafik kecenderungan proporsi malaria menurut umur dan jenis kelamin e. Grafik kecenderungan jumlah kasus menurut umur dan jenis kelamin
162
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
F. Perkembangan Kasus Malaria Positif Rawat Inap/Meninggal dan Proporsinya Terhadap Total Kasus Rawat Inap/Meninggal di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Per Bulan
1. Pengertian dan Tujuan Seperti halnya pada analisis kejadian malaria pada anak balita, analisis terhadap proporsi sakit berat (rawat inap) dan meninggal karena malaria sangat penting untuk mendeteksi adanya masalah malaria pada suatu wilayah. Analisis kejadian malaria pada kelompok khusus ini dilaksanakan dengan ketat, setidak-tidaknya dalam periode waktu bulanan atau bahkan mingguan jika terdapat indikasi meningkatnya kejadian malaria. Tujuan a. Mendeteksi kecenderungan jumlah dan proporsi kasus malaria sakit berat (rawat inap) dan meninggal di fasilitas pelayanan kesehatan b. Deteksi adanya peningkatan malaria atau KLB malaria c. Analisis kecenderungan jangka panjang dalam rangka SKD-KLB
2. Sumber Data Rekapitulasi laporan bulanan penderita malaria di Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan Surveilans khusus (Penemuan Penderita Demam Massal, Pemeriksaan Darah Massal, Penemuan Penderita Secara Aktif) 3. Pelaksana Puskesmas, RS, Dinkes Kab/Kota dan Dinkes Provinsi 4.Tampilan Analisis
163
Tabel Distribusi Kasus Malaria Rawat Inap Menurut Bulan Puskesmas : Jaya Tahun : 2011
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
10
16
12
8
5
1
0
2
1
0
0
0
0
0
0
3
41
42
28
18
15
4
8
4
96
95
85
98
95
65
75
5
12
8
9
7
6
2
1
6
10.4 16.8 14.1 8.2
5.3
1.5
0.0
7
8.3
0.0
0.0
0.0
164
0.0
0.0
0.0
Des
Jun
2 4 4 12 Kasus malaria Rawat Inap 0 0 0 2 Kasus malaria Rawat Inap Meninggal 17 22 20 22 Total Kasus Malaria 95 68 90 80 Total penderita Rawat Inap (semua penyakit) 6 7 9 10 Total Penderita Rawat Inap Meninggal (semua penyakit) 2.1 5.9 4.4 15.0 % Kasus Rawat Inap per Total penderita rawat inap 0.0 0.0 0.0 20.0 % Kasus Meninggal per total penderita meninggal
Mar
Mei
1
Feb
Apr
Rawat Jan
No
Total
Jumlah Penderita Malaria Per Bulan
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Kecenderungan Malaria Rawat Inap dan Total Puskesmas Jaya, tahun 2012
JUMLAH KASUS
40
30 R. INAP
20
Meninggal TOTAL
10
Des
Nov
Okt
Sep
Ags
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
0
BULAN
Grafik kecenderungan rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan cukup sensitif menggambarkan timbulnya masalah malaria di masyarakat. Surveilans terhadap kasus malaria rawat inap juga lebih sederhana, karena penderita secara pasif datang berobat, sehingga tidak memerlukan survei ke lapangan dengan biaya dan tenaga yang cukup besar.
165
Kecenderungan % Malaria Rawat Inap dan Meninggal Puskesmas Jaya, tahun 2012
PROSENTASE(%)
20.0
% R. Inap
10.0
% Meninggal
Des
Nov
Okt
Sep
Ags
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
0.0
BULAN
Kecenderungan proporsi Jumlah Kasus Malaria Rawat Inapterhadap Jumlah Semua Kasus Rawat Inap ini dapat digunakan mendeteksi adanya masalah malaria di masyarakat lebih tepat dibanding kecenderungan absolut jumlah kasus rawat inap. Hal ini disebabkan karena kecenderungan absolut jumlah kasus rawat inap terpengaruh oleh fluktuasi kunjungan ke pelayanan kesehatan bukan karena terjadinya peningkatan masalah malaria di masyarakat. Sementara pada kecenderungan proporsi jumlah kasus malaria rawat inap terhadap jumlah semua kasus rawat inap, sama-sama terpengaruh fluktuasi kunjungan, sehingga fluktuasi kunjungan tersebut dapat terkontrol cukup baik. Demikian juga dengan kecenderungan proporsi jumlah kasus malaria rawat inap meninggal terhadap jumlah semua kasus rawat inap meninggal dalam periode yang sama. 5. Langkah-langkah Rekapitulasi laporan bulanan penderita malaria Tabel distribusi kasus malaria rawat ianp dan total menurut bulan Grafik kecenderungan malaria rawat inap dan total Grafik kecenderungan proporsi jumlah kasus malaria rawat inap dan jumlah kasus malaria rawat inap meninggal
166
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran 3a/SKD-KLB 3. Berbagai bentuk Pemantauan Wilayah Setempat Faktor Risiko KLB Malaria A. Perkembangan Curah Hujan
1. Pendahuluan Indonesia memiliki variasi musim, mesim penghujan dan musim kemarau serta pancaroba atau pergantian musim. Salah satu indikasi perubahan musim dapat diukur dengan besarnya curah hujan masingmasing wilayah dalam periode waktu bulanan. Perubahan musim dari waktu ke waktu berpengaruh terhadap perkembangan malaria pada suatu wilayah, baik pengaruhnya terhadap sifat-sifat parasit, nyamuk penular dan daya tahan penduduk Curah hujan pada suatu wilayah, misalnya kabupaten/kota, dapat dibuat dalam beberapa metode : rata, poligon atau cara isoheat. Untuk keperluan ini, yang digunakan umumnya cara rata-rata yang dapat diperoleh dari BMKG atau Dinas Pertanian masing-masing daerah Mencermati hubungan curah hujan dan perkembangan malaria, maka pemantauan curah hujan dapat digunakan untuk antisipasi kecenderungan malaria dan upaya-upaya penanggulangannya
Tujuan 1. Mendapatkan perkembangan curah hujan kabupaten/Kota 2. Tingginya curah hujan berhubungan dengan peningkatan terjadinya KLB malaria 3. Mengetahui pola musiman curah hujan yang berperan penting dalam analisis SKD-KLB malaria
2. Pelaksana Dinas Kesehatan kabupaten/Kota 3. Sumber Data Dinas Pertanian Kab/kota BMKG Dibawah ini terdapat contoh Informasi curah hujan yang dapat diunduh dari BMKG
167
Informasi Curah Hujan Wilayah-wilayah Indonesia
http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Informasi_Hujan_Bulanan.bmkg
168
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Contoh Informasi Curah Hujan Dari Dinas Pertanian kab/Kota
Des
Nov
Okt
Agt Sep
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
No. Kecamatan
Jan
Banyaknya Curah Hujan Menurut Bulan dan Kecamatan Di Kabupaten Klaten Tahun 2004 (mm)
01 Prambanan - - - - - - - - - - - 02 Gantiwarno 378 258 248 31 37 0 14 - - - 118 328 03 Wedi - - - - - - - - - - - 04 Bayat - - - - - - - - - - - 05 Cawas 192 238 128 58 - - 13 - 28 25 143 460 06 Trucuk 158 178 100 28 - - 19 - - - 144 330 07 Kalikotes - - - - - - - - - - - 08 Kebonarum 418 458 234 49 290 12 11 - - 49 152 481 09 Jogonalan - - - - - - - - - - - 10 Manisrenggo - - - - - - - - - - - 11 Karangnongko 191 - - - 46 - - - - 87 287 330 12 Ngawen - - - - - - - - - - - 13 Ceper - - - - - - - - - - - 14 Pedan 258 138 306 134 125 7 33 - 1 68 263 490 15 Karangdowo 346 221 361 94 85 5 17 - - 28 307 446 16 Juwiring 221 225 232 154 118 7 104 - - 92 351 548 17 Wonosari 215 230 258 170 149 6 114 - - 74 360 555 18 Delanggu 245 236 229 164 121 6 102 - - 95 370 561 19 Polanharjo - - - - - - - - - - - 20 Karanganom 308 226 295 70 123 0 55 - - 65 232 339 21 Tulung 285 457 302 252 166 0 78 - 5 40 225 482 22 Jatinom 343 281 318 135 136 0 50 - 11 91 236 483 23 Kemalang - - - - - - - - - - - 24 Klaten Selatan - - - - - - - - - - - 25 Klaten Tengah - - - - - - - - - - - 26 Klaten Utara - - - - - - 6 - - - - Rata – Rata 2004 276 262 251 111 135 7 51 - 13 65 245 449 2003 241 506 227 50 65 13 - - - 34 193 293 2002 204 216 138 101 34 3 - - - 6 65 135 2001 352 155 224 165 83 57 29 - - 145 250 42 2000 250 375 378 327 35 22 - 1 39 204 Sumber : Klaten Dalam Angka
169
Rata2 118 107 80 179 74 154 159 171 177 177 143 190 174 146 137 75 105 125
4. Tampilan Analiis a. Tabel Analisis Curah Hujan b. b. Grafik Analisis
17 104 114 102
-
-
5. Langkah-langkah a. Merekam data curah hujan dari sumber resmi (misalnya Pertanian Kab/kota, BMKG). Perekaman dilakukan setiap karena biasanya beberapa sumber data curah hujan menerbitkan data curah hujan dalam beberapa bulan saja) b. Memindahkan data curah hujan kedalam tabel curah hujan bulan berjalan c. Membuat grafik Curah Hujan Kab/Kota atau Provinsi. 170
Des
5 7 6 6
Nov
85 118 149 121
Okt
94 154 170 164
Sep
361 232 258 229
Ags
221 225 230 236
Jul
Mei
346 221 215 245
Jun
Apr
Krdowo Juwiring Wonosari Delanggu
Mar
1 2 3 4
Kab/Kota
Feb
No
Jan
Bulan
28 92 74 95
307 351 360 370
446 548 555 561
Dinas bulan, hanya setiap
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
d. Menghubungkan atau melakukan analisis perkembangan curah hujan dengan perkembangan malaria dari bulan ke bulan. Grafik curah hujan dan grafik perkembangan malaria dapat dibuat dalam satu grafik.
171
B. Pengamatan Vektor Malaria
1. Pengertian dan Tujuan Walaupun secara umum, malaria ditularkan oleh nyamuk, terutama nyamuk anopheles, tetapi jenis nyamuk penular malaria tersebut adalah spesifik pada masing-masing daerah, kepadatan bervariasi, dan sangat besar pengaruh kondisi lingkungan yang mendukung perkembang biakan nyamuk. Mencermati keberadaan nyamuk tersebut, sangat diperlukan pengamatan vector sebagai bagian dari penyelenggaraan surveilans malaria Tujuan a. Memantau secara terus menerus dan sistematis terhadap nyamuk, distribusi dan perkembangannya serta kondisi lingkungan yang berpenmgaruh terhadap keberadaan nyamuk, distribusi dan perkembangannya tersebut. b. Kepadatan nyamuk yang tinggi berpengaruh terhadap risiko penularan malaria dan terjadinya KLB malaria c. Kecenderungan pola hujan yang sangat penting melakukan kajian epidemiologi 2. Pelaksana Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, BTKLPP dan Pusat 3. Sumber Data Daerah reseptif malaria Pengamatan Vektor Hasil Pengamatan Vektor (Lihat Pedoman Pemberantasan Vektor, Dit. P2B2, Ditjen PP&PL, Departemen Kesehatan, 2006) 4. Tampilan Analiis Wilayah reseptif adalah wilayah yang memiliki vektor malaria dengan kepadatan tinggi dan terdapat faktor lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria. Data wilayah reseptif, sebaiknya setingkat desa, walaupun sebenarnya hanya sebagian dari desa. Desa ditetapkan sebagai wilayah reseptif, karena di desa tersebut yang pernah berjangkit penularan malaria, yang kemudian diteliti dengan cermat pada kondisi lingkungan dan 172
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
perkembangan vector nyamuk malaria yang berpotensi terjadinya penularan malaria a. Daftar Wilayah Desa Reseptif malaria di Puskesmas Jaya b. Peta Wilayah Reseptif Malaria c. Grafik Fluktuasi kepadatan nyamuk perhari Kepadatan nyamuk Anopheles diperoleh dengan pengamatan pada beberapa titik pengamatan di wilayah reseptif dengan umpan manusia, kemudian diambil rata dalam sehari (semalam) dan kemudian diratakan perhari dalam sebulan pengamatan Tabel Wilayah Reseptif Malaria, Puskesmas Jaya, 2010-2011
No
Desa Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
173
AMAN BIDAI CHARL DENAH ELOK ERNAN GALUH HANNA INTAN
Jml Pdd
2011 Jml Jml Dusun Dusun Reseptif
Jml Pdd Reseptif
Jml Pdd
2012 Jml Jml Dusun Dusun Reseptif
Jml Pdd Reseptif
36700
47
13
6100
36700
47
10
5600
2000 6000 500 700 2000 4500 7000 9000 5000
4 4 3 4 4 6 8 7 7
4 3 2 2 2 0 0 0 0
2000 3000 400 200 500 0 0 0 0
2000 6000 500 700 2000 4500 7000 9000 5000
4 4 3 4 4 6 8 7 7
4 3 2 1 0 0 0 0 0
2000 3000 400 100 0 0 0 0 0
Gambar Peta Desa Reseptif dan Insidens Malaria Puskesmas Jaya, 2012 Incidance rate per 1000 pop >4 1-4 <1
Desa Reseptif Reseptif Non Reseptif
Gambar Wilayah Reseptif Menurut Puskesmas Kabupaten Jaya, 2012
Reseptif Non Reseptif
Puskesmas reseptif adalah Puskesmas yang terdapat wilayah reseptif, baik desa reseptif maupun dusun reseptif
174
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
5. Langkah-langkah a. Pengamatan vektor dilakukan pada malam hari, diamati jenis dan kepadatannya, sekaligus dengan pengamatan kelembapan, curah hujan dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan vektor (lihat Pedoman Pemberantasan Vektor) b. Setiap hari pengamatan, hasil pengamatan vektor dibuat rata-rata perhari, kemudian setiap bulan, hasil pengamatan vektor dirataratakan dalam sebulan (per-malam per-bulan) c. Pindahkan data pengamatan vektor kedalam tabel Fluktuasi Kepadatan Vektor d. Buat grafik fluktuasi kepadatan vektor e. Hasil pengamatan vektor digunakan untuk menentukan dusun, desa dan Puskesmas reseptif malaria
175
Lampiran 4. Penemuan Penderita Secara Aktif di Lapangan (Active Case Detection/ACD) I. Pendahuluan Deteksi Aktif Kasus Malaria adalah upaya mencari dan menemukan penderita demam (suspek malaria) dengan aktif mengunjungi penduduk dari rumah-ke rumah yang dilaksanakan secara berkala. Penduduk yang menderita demam dan hasil pengujian darah menyatakan bahwa malaria positif, maka penderita ini wajib segera mendapat pengobatan yang sesuai II. Tujuan 1. Menemukan semua penderita malaria 2. Memberikan obat yang sesuai 3. Menurunkan risiko terjadinya peningkatan penularan malaria dengan tatalaksana kasu malaria dengan tepat
III. Sasaran Kegiatan penemuan kasus malaria dengan ACD dilaksanakan di daerah pengendalian malaria tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan Sasaran ACD adalah semua penduduk pada wilayah rawan penularan malaria. Wilayah rawan penularan malaria antara lain : wilayah reseptif atau vulnerabel, wilayah fokus yaitu wilayah yang diduga terjadi penularan setempat baru, atau wilayah yang terjadi peningkatan kejadian malaria.
IV. Metode Penentuan wilayah rawan penularan malaria berdasarkan pada analisis surveilans rutin, surveilans migrasi, survei vektor (spot dan longitudinal), riwayat terjadinya KLB malaria dan kondisi lingkungan serta perilaku penduduk yang berpotensi terjadinya penularan malaria (lihat survei dinamika penularan) Pada dasarnya kegiatan ACD adalah : a. mengunjungi penduduk secara berkala untuk menemukan penderita demam (suspek malaria). Kunjungan ke penduduk dapat berbentuk kunjungan dari rumah ke rumah, atau mendirikan pos pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan pemukiman penduduk. b. Setiap penduduk yang menderita demam diambil sediaan darahnya untuk pemeriksaan mikroskopis malaria dan atau pengujian dengan RDT c. Setiap penduduk yang menderita demam dan positif malaria mendapat pengobatan standar 176
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Berdasarkan status wilayahnya, kegiatan penemuan kasus malaria dibagi menjadi dua cara atau langkah-langkah kegiatan : A. Langkah-langkah kegiatan ACD pada wilayah fokus yang diduga terjadi penularan setempat (baru) atau wilayah yang terjadi peningkatan malaria adalah : 1. Persiapan lapangan a. Menetapkan wilayah-wilayah sasaran kegiatan ACD, dapat satu desa fokus atau beberapa dusun fokus dalam satu desa. b. Satu dusun fokus dilaksanakan oleh satu tim ACD untuk melaksanakan kunjungan rumah ke rumah, dengan perkiraan jumlah petugas pelaksana ACD adalah : jumlah rumah x jumlah siklus per bulan = -----------------------------------------------------40 rumah x 25 hari c. Mendata penduduk perdusun menurut Rumah/Kepala Keluarga dan membuat peta rumah (berikan kode rumah untuk setiap Kepala Keluarga) (lihat formulir ACD-1) d. Berdasarkan data bulanan penderita malaria Puskesmas (surveilans rutin) yang berasal dari fokus atau representasi fokus dibuat kurva mingguan/bulanan selama 3-5 tahun terakhir e. Berdasarkan data pengamatan vektor (survei vektor longitudinal) juga dibuat fluktuasi nyamuk menurut rata-rata bulanan untuk 3-5 tahun terakhir f. Tentukan periode penularan tinggi dan periode penularan rendah. Periode penularan tinggi dilaksanakan ACD dengan kunjungan rumah siklus 2 mingguan, sementara periode penularan rendah dilaksanakan ACD dengan kunjungan rumah siklus 4 mingguan (1 bulan) g. Siapkan sarana pemeriksaan dalam ACD, formulir Kunjungan Rumah ACD (formulir ACD-2) dan formulir Pemeriksaan Demam (formulir ACD-3) serta brosur atau buku saku sosialisasi pengendalian malaria h. Buatlah jadwal kunjungan rumah, sehingga setiap Kepala Keluarga akan dikunjungi kembali sesuai dengan siklus kunjungan. Sesuaikan jadwal kunjungan dengan letak rumah pada peta dusun i. Buatlah perencanaan kegiatan ACD bersama kepala dusun dan kader setempat j. Sampaikan jadwal kunjungan rumah dalam rangka ACD ini kepada masyarakat yang akan dikunjungi
177
2. Pelaksanaan lapangan
a. Pastikan bahwa warga yang akan dikunjungi mengetahui jadwal kunjungan rumah dalam rangka ACD b. Sosialisasi pengendalian malaria dan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan penderita demam (suspek malaria) c. Lakukan kunjungan rumah ke rumah sesuai jadwal pada masing-masing anggota tim ACD d. Setiap rumah yang dikunjungi, lakukan wawancara dan pemeriksaan serta pengambilan sediaan darah per-kepala keluarga (1) Pada kunjungan pertama, catat data keluarga dalam formulir kunjungan rumah ACD (formulir ACD-2). Anggota keluarga yang sedang bepergian, tetap harus dicatat. (2) Tanyakan kembali, apakah ada anggota keluarga yang menderita sakit demam dalam 48 jam terakhir. Sebutkan nama setiap anggota keluarga, dan tandai anggota keluarga yang menderita demam. (3) Setiap anggota keluarga yang menderita sakit demam : (a) Isi formulir Pemeriksaan Sakit Demam (formulir ACD-3) (b) Ambil sediaan darah sesuai pedoman yang berlaku untuk pemeriksaan mikroskopis. Pastikan label pada slide sediaan darah telah tercatat sesuai dengan nama, KK dan dusun pada formulir Pemeriksaan Sakit Demam (formulir ACD-3) (c) Lakukan pemeriksaan dengan RDT (jika dilakukan) (d) Berikan obat penurun demam, atau berikan obat malaria standar jika telah diketahui ada tidaknya parasit dalam darah penderita. (e) Semua Sediaan Darah disimpan dalam tempat slide dan segera dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis. (f) Pada setiap penderita malaria positif (konfirmasi), Wawancara penderita dan Isi Kartu Penderita Malaria (terlampir) dan Otopsi Verbal pada kasus meninggal Berikan pengobatan standar Laksanakan pemeriksaan kontak (5 orang kontak) untuk memastikan ada tidaknya penularan setempat, sumber penularan (indigenous/impor) dan pengobatan kontak yang positip malaria Lakukan crossnotificasion (jika diperlukan) Penderita yang mendapat pengobatan standar, harus di follow up : o Penderita Plasmodium falsiparum (+) difollow up pada hari ke 7 dan ke 28 setelah pengobatan 178
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
o
Penderita Plasmodium vivak (+) difollow up pada hari ke 7, 28 dan 3 bulan setelah pengobatan
B. Langkah-langkah kegiatan ACD pada wilayah reseptif atau vulnerabel 1. Persiapan lapangan a. Menetapkan wilayah-wilayah sasaran kegiatan ACD, dapat satu desa merupakan satu wilayah reseptif/vulnerabel atau beberapa dusun reseptif/vulnerabel dalam satu desa. b. Satu dusun reseptif/vulnerabel dilaksanakan oleh satu tim ACD untuk melaksanakan pelayanan kesehatan pasif (Pos Pelayanan Kesehatan) agar penderita demam dapat datang berobat c. Mendata penduduk perdusun menurut Rumah/Kepala Keluarga dan membuat peta rumah (berikan kode rumah untuk setiap Kepala Keluarga) (lihat formulir ACD-1) d. Berdasarkan data bulanan penderita suspek dan malaria (positif) Puskesmas (surveilans rutin) yang berasal dari wilayah reseptif/vulnerabel atau representasi wilayah reseptif/vulnerabel, dibuat kurva mingguan/bulanan selama 3-5 tahun terakhir e. Berdasarkan data pengamatan vektor (survei vektor longitudinal) juga dibuat fluktuasi nyamuk menurut rata-rata bulanan untuk 3-5 tahun terakhir f. Tentukan periode potensi penularan tinggi dan periode potensi penularan rendah. Periode potensi penularan tinggi dilaksanakan ACD dengan mendirikan Pos Pelayanan Kesehatan dengan siklus 1 bulan sekali g. Siapkan sarana pemeriksaan dalam ACD, formulir Pemeriksaan Demam (formulir ACD-3) serta brosur atau buku saku sosialisasi pengendalian malaria h. Tetapkan jumlah, lokasi dan jadwal kegiatan Pos Pelayanan Kesehatan, sehingga semua penduduk akses terhadap pelayanan kesehatan i. Buatlah perencanaan kegiatan Pos Pelayanan Kesehatan bersama kepala dusun dan kader setempat dan masyarakat, sehingga Pos Pelayanan Kesehatan dapat dikunjungi semua penderita demam. j. Sampaikan jadwal kegiatan Pos Pelayanan Kesehatan dalam rangka ACD ini kepada masyarakat yang akan dikunjungi. Pos Pelayanan Kesehatan juga akan melayani penderita sakit lainnya.
179
2. Pelaksanaan lapangan a. Pastikan bahwa warga diwilayah yang akan dilaksanakan kegiatan ACD telah mengetahui lokasi dan jadwal kegiatan Pos Pelayanan Kesehatan b. Sosialisasikan Program Pengendalian Malaria dan pelaksanaan kegiatan Pos Pelayanan Kesehatan agar penduduk yang menderita demam (suspek malaria) datang berobat. Sosialisasi dapat melalui berbagai pertemuan warga (masjid, pertemuan warga, dsb) dan publikasi lain c. Laksanakan kegiatan di Pos Pelayanan Kesehatan. Pastikan papan nama Pos Pelayanan Kesehatan terpampang dengan jelas. d. Setiap anggota keluarga yang menderita sakit demam : (1) Isi formulir Pemeriksaan Sakit Demam (formulir ACD-3) (2) Ambil sediaan darah sesuai pedoman yang berlaku untuk pemeriksaan mikroskopis. Pastikan label pada slide sediaan darah telah tercatat sesuai dengan nama, KK dan dusun pada formulir Pemeriksaan Sakit Demam (formulir ACD-3) (3) Lakukan pemeriksaan dengan RDT (jika dilakukan) (4) Berikan obat penurun demam, atau berikan obat malaria standar jika telah diketahui ada tidaknya parasit dalam darah penderita. (5) Kunjungi penduduk yang menderita demam (suspek malaria) yang tidak bisa datang ke Pos Pelayanan Kesehatan, dan lakukan kegiatan (1) s/d (4) diatas (6) Semua Sediaan Darah disimpan dalam tempat slide dan segera dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis. (7) Pada setiap penderita malaria positif (konfirmasi), Wawancara penderita dan Isi Kartu Penderita Malaria (terlampir) dan Otopsi Verbal pada kasus meninggal Berikan pengobatan standar Laksanakan PE KLB atau pemeriksaan kontak (5 orang kontak) untuk memastikan ada tidaknya penularan setempat, sumber penularan (indigenous/impor), dan pengobatan kontak yang positip malaria Laksanakan crossnotificasion (jika diperlukan) Penderita yang mendapat pengobatan standar, harus di follow up : o Penderita Plasmodium falsiparum (+) difollow up pada hari ke 7 dan ke 28 setelah pengobatan o Penderita Plasmodium vivax (+) difollow up pada hari ke 7, 28 dan 3 bulan setelah pengobatan
180
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
C. Analisis Hasil ACD pada wilayah kegiatan 1. Proporsi Keluarga diperiksa Jumlah keluarga diperiksa = ----------------------------------------- x 100% Jumlah keluarga seluruhnya ** Dimanfaatkan untuk mengkur kinerja ACD per bulan 2. Proporsi kasus malaria konfirmasi Jumlah kasus demam positif malaria = ---------------------------------------------------- x 100% Jumlah penduduk sakit demam 3. Rate Prevalensi kasus malaria (Parasit Rate) per bulan Jumlah kasus malaria (+) dalam sebulan = ------------------------------------------------------------------------ x 1000 Jumlah penduduk diperiksa dalam bulan yang sama Dibuat kurva prevalence rate untuk menentukan kecenderungan penularan malaria, sebagai bahan evaluasi kegiatan ACD dalam upaya menurunkan tingginya risiko penularan 4. Proporsi Plamodium falsiparum Jumlah kasus malaria P. falsiparum (+) + jumlah kasus malaria campuran per bulan = ------------------------------------------------------------- x 100% Jumlah kasus malaria semua parasit pada bulan yang sama Dibuat kurva proporsi Plasmodium falsiparum menurut bulan, untuk menentukan besarnya risiko penularan dan tindakan yang diperlukan 5. Proporsi kasus malaria konfirmasi umur < 5tahun Jumlah kasus malaria konfirmasi berumur <5 th per bulan = ----------------------------------------------------------------- x 100% Jumlah kasus malaria konfirmasi semua golongan umur pada bulan yang sama 181
Dibuat kurva proporsi kasus malaria menurut umur, untuk menentukan besarnya risiko penularan dan tindakan yang diperlukan 6. Prevalence Rate (Parasit Rate) per tahun menurut umur/jenis kelamin/faktor risiko lain Prevalence Rate Kasus Malaria (Konfirmasi) Puskesmas : ……… Desa : Tahun : ……… Dusun : Jumlah Jml Kasus Jml Kasus Umur Populasi Malaria Malaria (Konfirmasi) berisiko Meninggal < 1th 1-4 th 5-14 15-24 25-44 45 + Total
………… ………… Prevalence Case Rate fatality per 1000 Rate (%)
V. Pencatatan dan Pelaporan 1. Penderita malaria sebagai hasil kegiatan ACD direkam dalam Kartu Penderita Malaria di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan kemudian direkam dalam E-sismal sebagai register harian penderita malaria dengan kode ACD. Oleh karena itu, data penderita malaria dilaporkan ke Puskesmas setiap hari, termasuk hasil pemeriksaan mikroskopis. 2. Disamping itu, setiap bulan, hasil kegiatan ACD direkapitulasi terpisah dan dibuat laporan bulanan pelaksanaan ACD VI. Petugas Pelaksana 1. Petugas kesehatan terlatih ACD dan petugas terlatih mikroskopis 2. Masyarakat terlatih (kader, JMD) untuk wilayah yang sulit terjangkau oleh petugas kesehatan dibawah pengawasan petugas kesehatan terlatih
182
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran
Formulir ACD-1 Daftar Kepala Keluarga dan Kode Rumah Daftar Kepala Keluarga, Jumlah Anggota dan Kode Rumah Kab/Kota : ……………. Desa : Puskesmas : ……………. Dusun/RTTgl. Pendataan ……………. RW : : Jumlah Nama Kepala Kode No Anggota Keluarga Rumah Keluarga
183
………….. ……………
Keterangan
ACD-2 Deteksi Penderita Malaria Aktif (ACD) Daftar Kepala Keluarga, Anggota dan Pemantauan Demam Pada Siklus Pertama ACD Puskesmas :
………………..
Kab/Kota :
………………..
No
Nama Kepala Keluarga
Desa/Dusun: Tgl Pendataan:
Nama Anggota Umur Sex Keluarga *)
………….. ………….. Pemeriksaan Siklus 1
Pekerjaan **) Tgl
Demam
*) termasuk kepala keluarga **) terkait dengan risiko penularan ***) sebagai kolom control, tandai √ jika demam dan telah diambil sediaan darah dan atau RDT
Lampiran : Penemuan Penderita Demam Masssal
184
SD/RD T ***)
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran 5.
Penemuan Penderita Demam Massal (Mass Fever Survey/MFS)
Penemuan Penderita Demam Massal merupakan kegiatan pencarian dan penemuan penderita demam positif parasit malaria diantara penduduk Tujuan 1. Memastikan desa dengan jumlah kasus rendah adalah benar menunjukkan tingkat transmisi rendah (konfirmasi) 2. Menemukan penderita demam positif parasit malaria pada populasi rawan untuk mendapat pengobatan dan menghilangkan sumber penularan malaria. Ini dilaksanakan jika pengendalian malaria dengan PCD dan ACD dan penanggulangan KLB tidak berhasil 3. Mendapatkan prevalensi kasus malaria pada populasi rawan Sasaran 1. MFS konfirmasi a. Dilaksanakan pada daerah endemis yang sudah menunjukkan transmisi rendah, dengan kriteria : (1) Desa/dusun pernah endemis tinggi (2) Wilayah reseptif malaria (3) Mobilitas penduduk tinggi (4) Surveilans dengan kinerja rendah b. Dilaksanakan pada saat puncak penularan malaria berdasarkan kurva bulanan penderita malaria c. Memastikan KLB malaria 2. MFS khusus mengurangi sumber penularan dan mencegah KLB a. Dilaksanakan pada daerah fokus yang menunjukkan kecenderungan kenaikan jumlah penderita, dengan kriteria : (1) Ditemukan satu kasus indigenous bayi (2) MOPI kumulatif dua bulan berturut-turut 3% atau dua kali MOPI bulan sebelumnya b. Dilaksanakan sebelum puncak penularan malaria, berdasarkan kurva bulanan penderita malaria dan atau potensi terjadinya penularan meningkat Metode Pada prinsipnya, MFS adalah memeriksa adanya parasit malaria pada sediaan darah setiap orang yang menderita demam yang ada pada populasi tertentu.
Lampiran : Penemuan Penderita Demam Masssal
185
Langkah Persiapan 1. Tentukan batas daerah yang akan dilaksanakan MFS berdasarkan: a. Sebaran penderita malaria berdasarkan penemuan pasif b. Sebaran nyamuk penular malaria di daerah tersebut c. Keadaan lingkungan dan sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap penularan malaria 2. Hitung jumlah penduduk berdasarkan data pemerintahan desa setempat dan perkiraan adanya penderita demam rata-rata setiap hari 3. Siapkan kebutuhan tenaga dan logistik : a. Jumlah tenaga b. Spesifikasi tenaga (beri keterangan) c. Jumlah slide kaca sebesar jumlah penduduk + 10 % per pos pelayanan d. Jumlah formulir MFS 4. Pelatihan dan pembahasan dengan kader malaria 5. Penyuluhan pelaksanaan MFS (sasaran, mekanisme, pos pelayanan dan jadwal) 6. Menjelang hari pelaksanaan MFS, kader mendata penduduk dari rumah ke rumah warga, dan mencatat warga menderita demam atau riwayat menderita demam dalam 48 jam terakhir Langkah Pelaksanaan 1. Menyiapkan pos-pos pelayanan, termasuk tenaga dan logistik serta formulir MFS 2. Warga yang menderita demam yang akan diperiksa dicatat dalam formulir MFS dan diberikan kartu berisi nama dan kode 3. Warga yang akan diperiksa mendatangi meja pemeriksaan sediaan darah yang telah ditentukan 4. Petugas di meja pemeriksaan sediaan darah mengambil sediaan darah dan tulis di bagian pinggir slide : nama, kode dan tanggal pengambilan sediaan darah (dapat sekaligus diperiksa dengan RDT) 5. Slide disimpan pada tempatnya untuk pemeriksaan lebih lanjut 6. Mendatangi ke rumah warga yang tercatat oleh kader (menderita demam) yang belum mengikuti pemeriksaan 7. Pemeriksaan mikroskopis Sediaan Darah sesuai pedoman terkait 8. Setelah diperoleh hasil pemeriksaan sediaan darah, warga yang positif parasit malaria segera mendapat pengobatan standar (jika dengan pengujian RDT, penderita positif langsung diberikan obat)
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Pelaporan Hasil Pelaksanaan MFS segera dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kab/kota dan Puskesmas dimana MFS dilaksanakan, selambat-lambatnya 1 minggu setelah pelaksanaan MFS. Laporan MFS berisi : 1. 2. 3. 4.
Daftar Nama Tim MFS Laporan pelaksanaan Analisis MFS Lampiran Daftar Peserta Survei Demam Massal
Pada daerah pengendalian tahap eliminasi dan pemeliharaan, laporan ditembuskan pada Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat (Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan) Tindakan Pasca MFS Dilaksanakan Surveilans pasif dengan melaksanakan pelayanan pengobatan (Puskesmas Keliling) di daerah tersebut setidak-tidaknya setiap bulan selama 3 bulan berturut-turut setelah MFS dilaksanakan Format Analisis MFS Prosentase Penduduk Demam Diperiksa Sediaan Darah (SD) Jumlah SD yang diperoleh = ------------------------------------- x 100 Jumlah penduduk Point Prevalence Rate (Parasit Rate) Jumlah SD+RDT positif parasit malaria = ----------------------------------------------------- x 1000 Jumlah SD diperiksa Proporsi parasit falsiparum Jumlah SD positif parasit falsiparum = -------------------------------------------------- x 100 Jumlah SD positif parasit malaria Proporsi Pengobatan Jumlah SD positif parasit malaria mendapat obat = ------------------------------------------------------------------ x 100 Jumlah SD positif parasit malaria Lampiran : Penemuan Penderita Demam Masssal
187
Referensi Depkes RI. Pedoman Penemuan Penderita. Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Ditjen PP&PL, Depkes RI. Tahun 2007
Formulir Penemuan Penderita Demam Massal sebagai berikut :
Penemuan Penderita Demam Massal Daftar Kepala Keluarga dan Anggota Puskesmas :
………………..
Desa/Dusun: …………..
Kab/Kota :
………………..
Tanggal MFS : …………..
Nama Kepala Keluarga
No
Nama Anggota Keluarga *)
Umur
Sex
Demam (Y/T)
Pekerjaan **)
Tgl Mulai Demam
Diambil SD ***)
*) termasuk kepala keluarga **) terkait dengan risiko penularan ***) sebagai kolom control, tandai √ jika demam dan telah diambil sediaan darah
Penemuan Penderita Demam Massal Daftar Pemeriksaan Sediaan Darah Penduduk Demam Desa/Dusun :…………………. Tgl MFS :………………….
Nama Kepala Keluarga
Dusun/ RT/RW
Sex
No
Nama Anggota Keluarga
Umur
Puskesmas :………………….. Kab/Kota :…………………..
Tanggal Mulai Demam
Gejala Tambahan
Jenis Tanggal Pemerik Hasil Pemeriksaan Pemerik saan saan RDT SD RDT SD Jenis
Lampiran : Penemuan Penderita Demam Masssal
Pengobatan Tanggal
Jenis obat
189
Penemuan Penderita Demam Massal Data Penduduk Kab/Kota : Puskesmas : Desa : Tahun :
…………… …………… …………… ……. Umur (Tahun)
No
Dusun
<1
1-4
5-9
10-14
Jenis Kelamin 15+
L
P
1 2 ...
Dst
Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal
190
Formulir MBS sebagai berikut :
Pemeriksaan Darah Massal (MBS) Malaria Daftar Kepala Keluarga, Anggota dan Pemeriksaan Puskesmas :…………………..
Desa /Dusun :…………………/ ………………………..
Nama Anggota *)
Sex
No
Nama Kepala Keluarga
Umur
Kab/Kota :…………………..
Tgl Survei :…………………. Pekerjaan
Gejala Sakit dalam 48 jam terakhir Demam
Tanggal Pemerik saan **)
Jenis Pemerik saan
RDT SD RDT SD
*) termasuk Kepala Keluarga **) periksa semua anggota keluarga, jika tidak diperiksa, tuliskan disini alasannya
Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal
Hasil Pemeriksaan
194
Jenis
Pengobatan Tanggal
Jenis obat
Format Analisis Pemeriksaan Darah Massal Prosentase Penduduk Diperiksa SD (Sediaan Darah) Jumlah SD yang diperoleh = ------------------------------------- x 100 Jumlah penduduk Point Prevalence Rate (Parasit Rate) Jumlah SD positif parasit malaria = --------------------------------------------- x 1000 Jumlah SD diperiksa Proporsi parasit falsiparum Jumlah SD positif parasit falsiparum = -------------------------------------------------- x 100 Jumlah SD positif parasit malaria Proporsi kasus malaria konfirmasi (demam) Jumlah penduduk demam yang positif malaria = ---------------------------------------------------------------- x 100% Jumlah penduduk positif malaria Proporsi Pengobatan Jumlah SD positif parasit malaria mendapat obat = ------------------------------------------------------------------ x 100 Jumlah SD positif parasit malaria
Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal
195
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 8. Surveilans Migrasi I. Pendahuluan Pada wilayah dengan kasus indigenous sudah tidak pernah ditemukan atau kejadiannya sangat rendah, tetapi kasus impor masih sering terjadi, dan kondisi wilayah tersebut berpotensi terjadinya perkembangbiakan vektor penular malaria, maka wilayah ini merupakan wilayah rentan terjadinya penularan malaria Surveilans migrasi merupakan bagian dari SKD-KLB malaria, yaitu melakukan analisis secara terus menerus dan sistematis terhadap kecenderungan migrasi penduduk, kecenderungan kasus impor dan deteksi dini adanya penularan setempat serta deteksi dini perubahan kondisi lingkungan, vektor dan perilaku penduduk yang berpotensi terjadinya penularan malaria. II. Tujuan 1. Menemukan penderita malaria yang baru datang dari daerah endemis malaria yang datang ke daerah reseptif malaria 2. Memberikan pengobatan standar pada penderita malaria 3. Kecenderungan kasus malaria impor, introduce dan indigenous (penularan setempat) di wilayah reseptif 4. Kecederungan (pola musiman) vektor malaria di wilayah reseptif 5. Pola musiman migrasi penduduk wilayah reseptif dari dan ke daerah endemis malaria
III. Sasaran Surveilans migrasi dilaksanakan pada daerah dengan pengendalian malaria tahap pre eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan yang memiliki wilayah reseptif dan vulnerabel
IV. Metode 1. Melaksanakan kegiatan ACD pada wilayah reseptif malaria 2. Melaksanakan kegiatan ACD pada fokus, jika diduga terjadi penularan setempat atau peningkatan kasus indigenous 3. Melaksanakan pengawasan dan survei vektor 4. Melaksanakan pemantauan pola musiman migrasi penduduk dari dan ke daerah endemis malaria V. Pencatatan dan Pelaporan 1. Data penemuan kasus malaria konfirmasi merupakan bagian dari laporan penderita malaria di Puskesmas dengan kode ACD 2. Laporan dan analisis tersendiri perlu dilakukan setiap bulan untuk peningkatan kewaspadaan dini dan respon kemungkinan terjadinya penularan setempat Kementerian Kesehatan RI
196
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
VI. Pelaksana Petugas Puskesmas terlatih atau kader kesehatan/JMD terlatih
Referensi Pedoman Penemuan Penderita Malaria
Kementerian Kesehatan RI
197
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 9. SURVEI DINAMIKA PENULARAN MALARIA I. Pendahuluan Malaria merupakan salah satu penyakit menular di Indonesia yang tersebar sangat luas, angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi dan faktor risiko yang komplek. Untuk mendapatkan alternatif strategi pengendalian malaria yang efektif dan efisien di suatu wilayah diperlukan kajian menyeluruh dan berorientasi pada identifikasi dan upaya pemutusan mata rantai penularan malaria yang lebih dikenal sebagai Survei Dinamika Penularan Malaria.
II. Pengertian : Dinamika penularan malaria adalah pola dan intensitas penularan malaria di suatu wilayah tertentu dan pengaruh adanya penderita atau carrier malaria sebagai sumber penularan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya penularan tersebut. Kondisi yang mempengaruhi terjadinya penularan malaria meliputi jumlah dan sebaran penderita/carrier, perilaku penduduk berisiko penularan, jenis, penyebaran dan kepadatan vektor penular, lingkungan rentan penularan dan jangkauan/mutu pelayanan kesehatan Survei Dinamika Penularan adalah kajian menyeluruh dan sistematis terhadap dinamika penularan malaria agar dapat diperoleh cara-cara pengendalian malaria di suatu wilayah tertentu
III. Tujuan dan Manfaat Tujuan 1. Mengetahui distribusi malaria menurut waktu, tempat dan ciri-ciri penduduk (orang) 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penularan malaria 3. Mengetahui sumber (penderita/carier, vektor, lingkungan) dan cara penularan malaria 4. Menentukan metode intervensi yang tepat 5. Menentukan mitra strategis pengendalian malaria Manfaat • Mengetahui metode pemberantasan yang tepat guna • Membuat perencanaan yang tepat sasaran berdasarkan fakta • Mengetahui program/sektor lain yang terlibat dalam pengendalian malaria
Kementerian Kesehatan RI
198
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
IV. Kerangka Pikir Malaria Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh berbagai jenis parasit malaria : Plasmodium vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. ovale; parasit golongan sporozoa. Reservoir Hanya manusia menjadi reservoir terpenting untuk malaria. Primata secara alamiah terinfeksi berbagai jenis malaria termasuk P. knowlesi, P. brazilianum, P. inui, P. schwetzi dan P. simium yang dapat menginfeksi manusia di laboratorium percobaan, akan tetapi jarang terjadi penularan/transmisi secara alamiah. Masa inkubasi Waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untukP. Vivax dan P. ovale, dan 7-30 hari untuk P. malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-10 bulan terutama pada beberapa strain P. vivax di daerah tropis Masa Penularan Nyamuk dapat terinfeksi apabila dalam darah penderita malaria, yang dihisap oleh nyamuk terdapat gametosit. Keadaan ini bervariasi tergantung pada spesies dan strain dari parasit serta respons seseorang terhadap pengobatan. Pada penderita malaria dengan Plasmodium malariae yang tidak diobati atau tidak diobati dengan benar dapat menjadi sumber penularan selama 3 tahun. Sedangkan untuk vivax berlangsung selama 1-2 tahun dan untuk malaria falciparum umumnya tidak lebih dari satu tahun. Penularan Melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang infektif. Sebagian besar spesies menggigit pada senja hari dan menjelang malam. Perkembangan Parasit Dalam Tubuh Nyamuk Setelah nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual (gametosit), gamet jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit) bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk yang kemudian menembus dinding perut nyamuk dan membentuk kista (oocyst) yang berada pada lapisan luar, yang nantinya akan memproduksi ribuan sporosoit. Ini membutuhkan waktu 8-35 hari tergantung pada jenis parasit dan suhu lingkungan tempat dimana vektor berada. Sporosoit-sporosoit yang telah diproduksi tersebut berpindah ke seluruh organ tubuh nyamuk dan beberapa sporozoit mencapai kelenjar ludah nyamuk, menjadi matang dan apabila nyamuk menggigit orang tersebut, maka sporosoit siap ditularkan.
Kementerian Kesehatan RI
199
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Perkembangan Parasit Dalam Tubuh Manusia Dalam tubuh manusia, sporozoit yang berasal dari nyamuk saat menghisap darah manusia, akan memasuki sel-sel hati dan membentuk stadium yang disebut skison eksoeritrositer. Sel-sel hati akan pecah dan parasit aseksual (skison) memasuki aliran darah, berkembang dalam sel darah (eritrosit) dari bentuk tropzoit immature menjadi tropozoit matur (siklus eritrositik). Sel darah merah kemudian pecah, dan skison akan menyerang sel darah merah yang lain. Umumnya perubahan dari troposoit menjadi skison yang matang dalam darah memerlukan waktu 48-72 jam, sebelum melepaskan 8-30 merosoit eritrositik (tergantung spesies) untuk menyerang eritrositeritrosit lain. Gejala klinis terjadi pada tiap siklus karena pecahnya sebagian besar skison-skison eritrositik. Didalam eritrosit-eritrosit yang terinfeksi, beberapa merosoit berkembang menjadi bentuk seksual yaitu gamet jantan (mikrogametosit) dan gamet betina (makrogametosit). Siklus Hidup Parasit Malaria
Peri ode antara gigitan nyamuk yang terinfeksi dengan ditemukannya parasit dalam sediaan darah tebal disebut “periode prepaten” yang biasanya berlangsung antara 612 hari pada P. falciparum, 8-12 hari pada P. vivax dan P. ovale, 12-16 hari pada P. malariae (mungkin lebih singkat atau lebih lama). Gametosit biasanya muncul dalam aliran darah dalam waktu 3 hari setelah parasitemia pada P. vivax dan P. ovale, dan setelah 10-14 hari pada P. falciparum.
Kementerian Kesehatan RI
200
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Beberapa bentuk eksoeritrositik pada P. vivax dan P. ovale mengalami bentuk tidak aktif (hipnosoit) yang tinggal dalam sel-sel hati dan menjadi matang dalam waktu beberapa bulan atau beberapa tahun yang menimbulkan relaps. Fenomena ini tidak terjadi pada malaria falciparum dan malaria malariae, Kondisi yang berpengaruh terhadap penularan malaria 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Distribusi penderita malaria menurut waktu, tempat dan orang Distribusi penderita menurut jenis parasit malaria Tempat perkembangbiakan nyamuk Kebiasan nyamuk (waktu dan tempat) menggigit orang, Kebiasaan nyamuk (waktu dan tempat) istirahat, Perilaku penduduk sehari-hari berada pada lokasi digigit nyamuk Kondisi rumah, tempat tinggal, tempat bekerja penduduk yang potensi digigit nyamuk
Faktor Risiko Penularan Malaria Jenis Parasit
distribusi ks Malaria Jenis nyamuk
Tempat berkembangbiak nyamuk
Nyamuk
Tertular Malaria
Kebiasaan waktu dan tempat menggigit Kondisi tempat tinggal penduduk Kebiasaan orang berada pada lokasi digigit nyamuk
Curah hujan
Malaria, reservoir, masa inkubasi, penularan dapat dipelajari pada dalam tatalaksana malaria
Kementerian Kesehatan RI
201
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
V. Pelaksanaan Survei Entomologi, epidemiologi, dokter yang menguasai program pengendalian malaria dan pengelola program setempat (Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) A. Persiapan 1. Menentukan gambaran epidemiologi kasus malaria menurut Puskesmas/Kecamatan : a. Peta stratifikasi Puskesmas/Kecamatan dalam satu Kab/Kota b. Tabel prevalensi rate malaria menurut golongan umur dan jenis kelamin c. Kurva mingguan atau bulanan kasus malaria suspek dan konfirmasi, terutama pada Puskesmas/kecamatan dengan strattifikasi tinggi, sehingga dapat diukur kinerja program dan kecenderungan malaria Berdasarkan data dan informasi diatas dapat ditentukan Puskesmas/Kecamatan dengan masalah malaria dan memerlukan Survei Dinamika Penularan 2. Pada Puskesmas/Kecamatan terpilih a. Peta stratifikasi desa b. Tabel prevalensi rate menurut golongan umur, jenis kelamin, dll c. Buat kurva mingguan atau bulanan kasus malaria konfirmasi d. Curah hujan (Kabupaten/Kota) Berdasarkan informasi tersebut dapat ditentukan desa sasaran Survei Dinamika Penularan. Kriteria desa yang akan disurvei : : a. Menggambarkan keadaan yang sama (representative) dengan daerah sekitarnya (optional) b. Dimungkinkan kerjasama dengan perangkat desa, kader dan masyarakat c. Survei dilaksanakan pada puncak penularan malaria (berdasarkan kurva mingguan atau kurva bulanan) 3. Persiapan survei integrasi Menentukan jenis survei, metode, jadwal serta persiapan pelaksanaan di lapangan, yang pada dasarnya adalah melakukan survei untuk mengukur besarnya masing-masing faktor risiko penularan malaria Jenis survei sesuai dengan kebutuhan analisis dinamika penularan masingmasing wilayah yang ditetapkan oleh tim survei a. Data umum Data demografi Data fasilitas umum Data rumah menurut jenis rumah Transportasi, perdagangan, sekolah dan perpindahan penduduk lain
Kementerian Kesehatan RI
202
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
b. Peta wilayah Survei Dinamika Penularan Peta wilayah dengan gambaran ketinggian, perbukitan, jalan, sungai, parit, kolam, danau, pantai, kebun, sawah, semak, semua rumah, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas umum lainnya (sekolah, pasar, masjid, tempat pertemuan). Kondisi lokasi ini diharapkan dapat menuntun pada tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk, tempat-tempat penularan, dan pencarian pertolongan Letak rumah diberi kode, sehingga letak kasus sesuai dengan tempat tinggalnya dapat diketahui dengan tepat. c. Distribusi kasus malaria Bersumber pada data harian malaria fasilitas pelayanan kesehatan (PCD) Berdasarkan data ini dapat ditentukan : (1) Grafik mingguan/bulanan perkembangan kasus malaria 3-5 tahun terakhir sesuai dengan jenis parasit (2) Grafik kecenderungan malaria menurut % jenis parasit (3) Grafik kecenderungan malaria menurut % umur (4) Jumlah dan prevalens rate malaria menurut desa, umur dan jenis kelamin selama 3-5 tahun terakhir (5) Jumlah dan prevalens rate malaria menurut kondisi yang dicurigai berhubungan dengan faktor risiko malaria (6) Peta sebaran malaria (spot map) atau area map 3-5 tahun terakhir berdasarkan kasus malaria konfirmasi, jenis parasit, kasus meninggal d. Mendirikan pos-pos pelayanan kesehatan statis selama periode waktu tertentu atau pos-pos pelayanan kesehatan keliling berkala Maksud mendirikan pos adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat agar dapat berobat, terutama jika menderita sakit demam atau malaria Berdasarkan kegiatan ini juga akan diperoleh data harian malaria di pospos kesehatan, sehingga diperoleh informasi sama dengan data distribusi kasus malaria selama periode pelayanan e. Pengamatan vektor penular malaria Dapat diketahui kurva kepadatan nyamuk (pola musiman) secara umum berdasarkan pada pengamatan kepadatan vektor di beberapa titik pengamatan selama 3-5 tahun terakhir (setidak-tidaknya data Puskesmas) f. Active Case Detection Menempatkan petugas khusus untuk menemukan penderita demam (suspek malaria) berdasarkan kunjungan rumah secara berkala dan laporan masyarakat. Setiap kasus demam dilakukan pemeriksaan RDT dan pengujian mikroskopis serta pengobatan standar. Adanya kegiatan ACD yang dilaksanakan dalam periode waktu tertentu, misalnya selama 3 bulan, akan diperoleh data penderita demam, dan Kementerian Kesehatan RI
203
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
konfirmasi malaria, sehingga dapat menjadi sumber data survei dinamika penularan. Bentuk analisisnya sama dengan Survei Demam Massal g. Survei Demam Massal Survei ini lebih tepat sebagai upaya pencarian penderita malaria di tengahtengah masyarakat, tetapi bisa juga dimanfaatkan sebagai upaya mengidentifikasi gambaran distribusi malaria berdasarkan data masyarakat (data berbasis masyarakat). Survei diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) Jumlah dan prevalens rate kasus malaria konfirmasi (positif) malaria menurut jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan faktor risiko penularan lainnya yang dicurigai (2) Case fatality rate dan mortality rate menurut umur, jenis kelamin dan faktor risiko lainnya yang dicurigai (3) Peta sebaran kasus malaria konfirmasi malaria (spot map tempat tinggal) atau area map berdasarkan kasus malaria konfirmasi, jenis parasit, kasus meninggal Kasus konfirmasi malaria mendapat pengobatan standar Survei Demam Massal sebaiknya sekaligus dengan survei KAP menggunakan daftar pertanyaan, bukan fokus group discussion dan wawancara mendalam Metode dapat dipelajari pada lampiran Survei Demam Massal. Sasaran survei bisa survei total penduduk atau survei sampel sesuai metode sampling. h. Survei Darah Massal Survei ini lebih tepat sebagai upaya pencarian penduduk positif malaria di tengah-tengah masyarakat, tetapi bisa juga dimanfaatkan sebagai upaya mengidentifikasi gambaran distribusi malaria berdasarkan data masyarakat (data berbasis masyarakat). Survei diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) Jumlah dan prevalens rate penduduk positif malaria menurut jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan faktor risiko penularan lainnya yang dicurigai (2) Jumlah dan prosentase kasus malaria terhadap total penduduk positif malaria (3) Case fatality rate dan mortality rate menurut umur, jenis kelamin dan faktor risiko lainnya yang dicurigai (4) Peta sebaran penduduk positip malaria (spot map tempat tinggal) atau area map berdasarkan kasus malaria konfirmasi, jenis parasit, kasus meninggal Penduduk positip malaria mendapat pengobatan standar Survei Darah Massal sebaiknya sekaligus dengan survei KAP menggunakan daftar pertanyaan, bukan focus group discussion dan wawancara mendalam
Kementerian Kesehatan RI
204
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Metode dapat dipelajari pada lampiran Survei Darah Massal. Survei dapat survei total penduduk atau survei sampel sesuai metode sampling i.
Survei vektor penular malaria Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengamatan vektor (sering disebut sebagai survei vektor longitudinal), tetapi survei vektor lebih fokus pada satu periode waktu survei saja, sehingga lebih teliti dalam mengidentifikasi gambaran keberadaan vektor di wilayah tersebut. Survei diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) Tempat berkembang biak nyamuk (2) Jenis nyamuk (3) Kepadatan nyamuk malam hari di dalam dan di luar rumah serta tempat-tempat berisiko penularan (lihat hasil survei perilaku penduduk) (4) Kebiasaan nyamuk istirahat di dalam dan di luar rumah (5) Kebiasaan nyamuk menggigit di dalam dan di luar rumah
j.
Kajian perilaku penduduk (KAP) Kajian ini diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) KAP malaria (2) KAP berisiko penularan malaria (3) KAP tatalaksana penderita dan pencarian pertolongan
k. Kajian pelayanan kesehatan Kajian ini diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) Jenis dan frekuensi pelayanan kesehatan umum bagi penduduk wilayah Survei Dinamika Penularan (2) Jenis dan frekuensi pelayanan kesehatan khusus terkait dengan tatalaksana kasus malaria, termasuk kemampuan penegakan diagnosis, obat, tenaga medis, rujukan dan pencatatan dan pelaporan l.
Kajian program pengendalian malaria Kajian ini diharapkan dapat mengidentifikasi : (1) Kegiatan program pengendalian malaria yang dilaksanakan dalam 3-5 tahun terakhir di daerah Survei Dinamika Penularan, antara lain : distribusi kelambu, penyemprotan rumah, ACD, MFS, MBS, larvasidasi dan pengendalian lingkungan lainnya, termasuk kegiatan penyuluhan terkait (2) Dampak program terhadap kejadian malaria
m. Penyelidikan KLB malaria Mereview hasil penyelidikan dan penanggulangan KLB malaria yang pernah terjadi di daerah survei atau sekitarnya Jika pada saat Survei Dinamika Penularan Malaria terjadi KLB malaria, maka dapat dilakukan penyelidikan KLB malaria
Kementerian Kesehatan RI
205
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
B. Pelaksanaan Lapangan a. Koordinasi internal tim Survei Dinamika Penularan yangkemungkinan terdiri dari beberapa tim dengan jadwal masing-masing. b. Koordinasikan jadwal kegiatan Survei Dinamika Penularan Malaria dengan kader dan pelaksana lapangan, pastikan kesiapan masyarakat c. Lakukan monitoring dan evaluasi setiap hari dan minggu, agar proses pelaksanaan survei sesuai jadwal
C. Pembahasan Survei Dinamika Penularan a. Menetapkan besar masalah malaria berdasarkan kajian epidemiologi (waktu, tempat dan orang), jenis parasit dan tatalaksana penderita. b. Menentapkan peta entomologi dan identifikasi waktu, tempat dan kondisi yang dicurigai terjadinya penularan c. Menetapkan hubungan (deskriptif) distribusi kasus malaria menurut waktu, tempat dan orang terhadap peta entomologi dan identifikasi waktu, tempat dan kondisi yang dicurigai terjadinya penularan (sumber dan cara penularan) d. Menentukan strategi penanggulangan yang tepat sesuai temuan sumber dan cara penularan e. Melakukan pembahasan (seminar) bersama pengelola program, kader, tokoh, camat, lurah, guru, dan masyarakat di lokasi Survei Dinamika Penularan untuk mendapatkan kesamaan pemahaman, tambahan informasi dan masukan pengendalian malaria D. Kesimpulan a. Besar masalah malaria di wilayah Survei Dinamika Penularan Malaria b. Faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap kejadian penularan malaria c. Rekomendasi pengendalian malaria di wilayah Survei Dinamika Penularan dan sekitarnya E. Laporan ----
Kepustakaan 1. Adhi S. Dokumen bahan-bahan Pelatihan Survei Dinamika Penularan (tidak dipublikasi) 2. ICDC. Final Report of Supprt for Expansion and Strengthening of Micreoscopy and Entomology (training, workshop and supervision) on Malaria Transmision Dynamic Survey. Subdirectorate of Malaria, Directorate VBDC, DG CDC & EH, MOH. RI, 2006 3. Lukman Hakim, Sukmono, dkk. Dinamika Penularan malaria di desa Tafanutu Kecamatan Moti Kota Ternate Tahun 2004. Laporan Proyek, Jakarta, 2004 4. David L, Heymann. Control of Communicable Diseases Manual. 19th Ed. American Public Association. Washington, 2008 Kementerian Kesehatan RI
206
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran 10. Formulir Perekaman, Pencatatan dan Pelaporan Surveilans Rutin Malaria Lampiran 10.1 Kartu Penderita Malaria ...........................................208 Lampiran 10.2 Formulir Autopsi Verbal ...........................................212 Lampiran 10.3 Formulir Register Harian Malaria di Puskesmas......214 Lampiran 10.4 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas Bulanan...... 215 Lampiran 10.5 Formulir Rekapitulasi Data Program Puskesmas Bulanan ........... 217 Lampiran 10.5 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria RS/Fasyankes Bulanan. 218 Lampiran 10.6 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Kab/Kota Bulanan ......... 220 Lampiran 10.7. Formulir Pengamatan Kepadatan Vektor................222 Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Kab/Kota ...................................................................................224 Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Provinsi .....................................................................................225 Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Pusat (Nasional) .......................................................................226 Laporan Cohort Ibu Program Kesehatan Ibu Hamil.........................227 Laporan Rekapitulasi Bayi Puskesmas Program Imunisasi.............228 Formulir Logistik Obat Malaria.........................................................229 ALur Pelaporan................................................................................236
Kementerian Kesehatan RI
207
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 10.1 Kartu Penderita Malaria KARTU PENDERITA MALARIA Tahap pengendalian malaria *) : Pemberantasan/Preeliminasi/Eliminasi/Pemeliharaan Nomor Register
**)
: .........................................................
Tanggal
: ……………………….
1. Puskesmas/Pustu/Poskesdes/RS/Lab *)
:
2. Kecamatan
:
3. Kabupaten/Kota
:
4. Provinsi
:
5. Nama Penderita
:
6. Umur
: ..... tahun ..... bulan
7. Jenis Kelamin *)
: laki-laki/perempuan
Jika penderita perempuan
*)
Jika hamil, usia kehamilan
8. Alamat lengkap Desa/kelurahan Dusun/RW-RT
: hamil/tidak hamil : ….. minggu
: *)
*)
: :
9. Titik koordinat rumah penderita ***) Lintang derajat
:
Bujur derajat
:
*)
Lingkari yang dipilih Diisi dengan kode puskesmas - tahun - bulan - nomor urut (contoh : P190113010-12012-02-001) Kode Puskesmas sesuai dengan kode yang ditetapkan Kementerian Kesehatan ***) Koordinat rumah penderita dan tempat penularan serta tempat perkembangbiakan wajib diisi pada daerah yang berada pada tahap eliminasi dan pemeliharaan. **)
Kementerian Kesehatan RI
208
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
10. Pekerjaan penderita *)
Nelayan
Buruh tambang
Ibu rumah tangga
Pegawai
TNI
POLRI
Berkebun
Perambah hutan
Petani
Petambak
Pedagang 11. Pemeriksa *)
dokter
bidan
12. Gejala *) (bisa lebih dari satu)
demam
menggigil
berkeringat
diare
Sakit kepala
Nyeri sendi
mual
muntah
Tidak nafsu makan
13.
perawat
Tanggal mulai timbul gejala **) : ……………………………………...
14. Riwayat bepergian dan bermalam di daerah endemis : Ya/Tidak malaria dalam 1 bulan terakhir sebelum sakit ? **) ***)
Bila ya, sebutkan nama wilayah dan tanggal berkunjung No
Desa
Kecamatan
Kabupten/kota
Tanggal Berkunjung
15. Riwayat pernah menderita penyakit malaria sebelumnya : Ya/Tidak Bila Ya, sebutkan waktunya (Tgl-Bulan-Tahun)
: …………………
16. Obat malaria yang pernah diterima
: ...……………….
17. Pemeriksaan Laboratorium a. Tanggal pemeriksaan
:
b. Metode Pemeriksaan
:
c. Hasil
:
RDT pos
neg
Mikroskopis pos
neg
PCR pos
neg
in
imp
*)
beri tanda centang () pada kotak yang dipilih diisi tahap pengendalian eliminasi dan pemeliharaan ***) lingkari yang dipilih **)
Kementerian Kesehatan RI
209
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
d.Kepadatan parasit
:
e. Jenis parasit
:
Pf
Pv
Pm
Lain : .... 18. Pengobatan
:
ACT
(ACT:DHP, AAQ,)
Po
Mix : .... Primaquine
Kina
Lain (sebutkan) : ....
19. Keadaan malaria
:
tanpa komplikasi
dengan komplikasi
20. Follow Up Pengobatan Hari 4 :
pos
neg
kepadatan parasit :
Hari 14 :
pos
neg
kepadatan parasit :
Hari 28 :
pos
neg
kepadatan parasit :
3 bulan :
pos
neg
Kepadatan :
21. Efek samping obat
22. Rujukan penderita
:
a. Dirujuk dari
:
b. Dirujuk ke
:
mual
lemas
Pusing
:
muntah
pingsan
Kejang
:
Sakit kepala
Primaquine
Kina
Pustu
:
Primaquine
Kina
Poskesdes
Polindes/bidan
Klinik praktek swasta
Kader/posmaldes
Rumah Sakit
Puskesmas lain
23. Hasil Akhir Pengobatan Kondisi akhir pengobatan (diisi saat follow up terakhir merujuk pertanyaan no. 19)
:
Sembuh Gagal, karena :
faktor
kepatuhan
Meninggal Follow up tidak lengkap
Kementerian Kesehatan RI
210
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
24. Kasifikasi asal penderita
:
indigenous
impor
tidak diketahui
(diisi pada daerah pengendalian eliminasi dan pemeliharaan) 25. Asal kegiatan penemuan penderita
Kementerian Kesehatan RI
:
PCD
ACD
MBS
:
MFS
Survei kontak
Kina
:
kader
Follow up
PE KLB
211
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 10.2 Formulir Autopsi Verbal FORMULIR AUTOPSI VERBAL A.
RESPONDEN 1.
Nama
: ....
2.
Alamat
: ....
3.
Umur
: ...
4.
Hubungan dengan penderita
: 1. Ayah 2. Ibu 3. Paman
4. Bibi 5. Lain-lain : ....
B. KEADAAN PENDERITA SAAT SAKIT 1.
Nama penderita meninggal
: ....
2.
Jenis kelamin
: 1. laki-laki 2. perempuan
3.
Tanggal lahir (tg/bl/th)
4.
Tanggal meningggal (tg/bl/th)
5.
Dimana tempat meninggal
: 1. Fasilitas kesehatan Sebutkan nama, alamat : ..... 2. Di rumah 3. Dalam perjalanan 4. Lain, sebutkan : .....
6.
Pekerjaan
:
B. KEADAAN PENDERITA SAAT SAKIT 1.
Gejala awal dan utama saat sakit (demam, menggigil, sakit kepala, muntah, dll)
: .....
2.
Lama menderita sakit
: ...... hari
3.
Gejala berat selama sakit
: 1. Kejang, lama : ...... 2. Kencing berwarna hitam, lama : ..... 3. Muntah-muntah, lama : ......
4.
Apakah dilakukan pemeriksaan sediaan darah ?
: 1. Ya, Nama tempat : ...... Cara pemeriksaan : 1. Mikroskopis 2. Lab. 2. Tidak
Kementerian Kesehatan RI
212
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
5.
Apakah nama tempat pelayanan (Puskesmas, RS, BP)
:
.....
6.
Apakah mendapat pengobatan
:
1. Ya, nama obat : 2. Tidak
7.
Dari mana penderita mendpat obat ?
:
1. Apotik 2. Puskesmas 3. RS 4. Lain-lain, sebutkan : ........
C. KEADAAN DI SEKITAR PENDERITA 1.
Apakah ada penderita dengan gejala yang sama tinggal berdekatan dengan penderita ?
:
1. Ya, a. Serumah b. Tetangga 2. Tidak
c. Satu desa d. Lain
2.
Apakah penderita baru pulang dari melancong ?
:
1. Ya, nama lokasi : ..................... Lama perjalanan : ...... hari 2. Tidak
3.
Apakah sebelumnya, penderita pernah menderita penyakit dengan gejala yang sama ?
:
1. Ya, kapan : ....... Apakah minum obat ? 1. Ya, nama obat : ................. 2. Tidak 2. Tidak
D. RESUME RIWAYAT SAKIT 1. Gejala utama 2. Komplikasi/gejala berat 3. Penyebab kematian (dokter) a. Penyakit penyebab kematian langsung b. Penyakit perantara c. Penyakit penyebab utama kematian d. Penyakit yan berkontribusi terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan a, b dan c
Pelaksana Auto Verbal ....................................
Kementerian Kesehatan RI
213
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 10.3 Formulir Register Harian Malaria di Puskesmas
Kementerian Kesehatan RI
214
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran 10.4 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Puskesmas Bulanan (Lp_rekapPu)
Kementerian Kesehatan RI
215
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Kementerian Kesehatan RI
216
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran 10.5 Formulir Rekapitulasi Data Program Puskesmas Bulanan (Lp_rekapPu)
Kementerian Kesehatan RI
217
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 10.5 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria RS/Fasyankes Bulanan (Lp_rekapRS)
Kementerian Kesehatan RI
218
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Kementerian Kesehatan RI
219
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 10.6 Formulir Rekapitulasi Penderita Malaria Kab/Kota Bulanan Lp_rekapKa
Kementerian Kesehatan RI
220
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Kementerian Kesehatan RI
221
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 10.7. Formulir Pengamatan Kepadatan Vektor
Kementerian Kesehatan RI
222
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Kementerian Kesehatan RI
223
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 3d
Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Kab/Kota Lp_kelengkapan
Kementerian Kesehatan RI
224
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran 3e
Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Provinsi Lp_kelengkapan
Kementerian Kesehatan RI
225
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 3f
Formulir Monitoring Kelengkapan Laporan dan Publikasi Bulanan Malaria di Pusat (Nasional) Lp_kelengkapan
Kementerian Kesehatan RI
226
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran 4
Laporan Cohort Ibu Program Kesehatan Ibu Hamil
Kementerian Kesehatan RI
227
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran 5
Laporan Rekapitulasi Bayi Puskesmas Program Imunisasi
Kementerian Kesehatan RI
228
Pedoman Penyelenggaraan Surveilans dan Sistem Informasi Malaria
Lampiran 5a
Formulir Logistik Obat Malaria
Kementerian Kesehatan RI
229
Formulir Logistik Obat Malaria
Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal
230
Formulir Logistik Obat Malaria
Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal
231
Formulir Logistik Obat Malaria
Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal
232
Formulir Logistik Obat Malaria
Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal
233
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Formulir Logistik Obat Malaria
Kementerian Kesehatan RI
234
Formulir Logistik Obat Malaria
Lampiran : Pemeriksaan Darah Massal
235
Daerah Pemberantasan dan Daerah Eliminasi Malaria
Lampiran
ALur Pelaporan Gambar Alur Pelaporan Data Penderita Malaria Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Rumah Sakit
Kementerian Kesehatan RI
Puskesmas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain
236