PENURUNAN KADAR SUKROSA DAN TOTAL KOLONI FUNGI PAPAN PARTIKEL AMPAS TEBU DENGAN PERENDAMAN AIR DAN PENAMBAHAN FUNGISIDA
ANNAFI WIDYA ASTIKA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penurunan Kadar Sukrosa dan Total Koloni Fungi Papan Partikel Ampas Tebu dengan Perendaman Air dan Penambahan Fungisida” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Annafi Widya Astika NIM F34090048
ABSTRAK ANNAFI WIDYA ASTIKA. Penurunan Kadar Sukrosa dan Total Koloni Fungi Papan Partikel Ampas Tebu dengan Perendaman Air dan Penambahan Fungisida. Dibimbing oleh ONO SUPARNO dan DEDE HERMAWAN. Ampas tebu merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel. Permasalahan yang terjadi pada ampas tebu adalah bau yang disebabkan oleh pertumbuhan fungi. Kandungan sukrosa pada ampas tebu menjadi pemicu utama timbulnya bau dan pertumbuhan fungi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida terhadap kadar sukrosa dan jumlah koloni fungi, mendapatkan kombinasi terbaik kedua perlakuan dan pengaruhnya pada sifat fisik papan partikel ampas tebu yang dihasilkan. Untuk mengurangi kadar sukrosa dan menghambat pertumbuhan fungi maka dilakukan perendaman air panas dan dingin yang dilanjutkan dengan penambahan fungisida pada taraf 0.000, 0.125, dan 0.250 g/L air. Uji kadar sukrosa menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada perendaman air panas dengan total sukrosa 0.717%. Uji total koloni fungi terbaik terdapat pada taraf fungisida 0.125 g/L dengan nilai total koloni 0. Tidak ada pengaruh nyata perendaman air dan penambahan fungisida terhadap analisis kadar air, kerapatan, daya serap air, dan pengembangan tebal. Perlakuan terbaik pada penelitian terdapat pada papan partikel ampas tebu dengan perlakuan perendaman air panas dan taraf fungisida 0.125 g/L air. Kata kunci: ampas tebu, papan partikel, perendaman, fungisida
ABSTRACT ANNAFI WIDYA ASTIKA. Reduction of Sucrose Content and Total Fungal Colony of Bagasse Particle Board with Water Soaking and Fungicides Addition. Supervised by ONO SUPARNO and DEDE HERMAWAN. Bagasse was the materials that can be used as a raw material for particle board. The problem that occured in bagasse was odor caused by the growth of fungi which appear as a result of the sucrose content in material. The objectives of this research were to find out the effect of soaking and fungicides addition on sucrose levels and fungi colony counts, to obtain best combination of both treatments, and to know the physical properties of bagasse particleboard resulted. Hot and cold soaking and fungicides addition on level 0.000, 0.125, and 0.250 g/L of water used to reduce the levels of sucrose and inhibit fungi growth. Sucrose content test showed that the best treatment was in hot soaking with total sucrose 0.717%. The best total fungal colony test was in fungicide 0.125 g/L with a total value of 0 colony. There was a significant correlation between soaking and fungicide added with the density, water content, water absorbsion, and swelling thickness analysis. The best treatment in the research was in bagasse particleboard with hot soaking treatment and fungicide level 0.125 g/L. Keywords: bagasse, particle board, soaking, fungicide
PENURUNAN KADAR SUKROSA DAN TOTAL KOLONI FUNGI PAPAN PARTIKEL AMPAS TEBU DENGAN PERENDAMAN AIR DAN PENAMBAHAN FUNGISIDA
ANNAFI WIDYA ASTIKA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Penurunan Kadar Sukrosa dan Total Koloni Fungi Papan Partikel Ampas Tebu dengan Perendaman Air dan Penambahan Fungisida Nama : Annafi Widya Astika NIM : F34090048
Disetujui oleh
Prof Dr Ono Suparno, STP, MT Pembimbing I
Dr Ir Dede Hermawan, MScFTrop Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Penurunan Kadar Sukrosa dan Total Koloni Fungi Papan Partikel Ampas Tebu dengan Perendaman Air dan Penambahan Fungisida Nama : Annafi Widya Astika NIM : F34090048
Disetujui oleh
~Prof Dr Gno Supamo, STP, MT Pembimbing I
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
TJ 4 MAR 201ij
-
Dr Ir Dede Herrnawan, MScFTrop Pembimbing II
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Penurunan Kadar Sukrosa dan Total Koloni Fungi Papan Partikel Ampas Tebu dengan Perendaman Air dan Penambahan Fungisida” ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini dibuat dengan tema proses dengan memanfaatkan perendaman air dan penambahan fungisida pada pembuatan papan partikel. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu produk papan partikel berbahan dasar ampas tebu. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada: 1. Bapak Prof Dr Ono Suparno, STP, MT dan Bapak Dr Ir Dede Hermawan, MScFtrop selaku Pembimbing Skripsi atas bimbingan dan arahannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi 2. Bapak Dr Ir Mohammad Yani, MEng selaku Penguji atas saran dan masukannya pada siding skripsi 3. Ayahanda Imron, Ibunda Rochwati, Adinda Adlu Hakam Ramadhan serta Fahmi Tri Wendrawan atas semua dukungan dan doanya 4. Sahabat terkasih Nur Cahaya, Putri Rizky Utami, R.A Siti Marhani, Arini Pradita, Dian Elmawati, Firdawati, Tiara Putri Larasati, Chichie Ayu Martimbang, dan Mita Puspasari atas semangat yang diberikan 5. Rekan-rekan di TIN 46 Herdiarti Destika, Nurus Amanah, Ricky Susanto Putra, Muhammad Harun Al Rasyid, Anastasya Hidayat, Pronika Kricella, dan Laras Wahyu yang telah banyak membantu dalam pengerjaan penelitian ini 6. Teman terbaik saya Endita Dwi Priyasti, Dian Tirta Annisa, Iswarawati, Reyna Velayati, Meidera Ayudia dan Dwi Endah yang telah memberikan berbagai informasi yang sangat menunjang penelitian saya 7. Keluarga besar TIN 46 atas dukungan, bantuan dan persahabatan indah yang tak terlupakan 8. Seluruh rekan dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Annafi Widya Astika
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
1
METODE
2
Alat dan Bahan
2
Persiapan dan Pretreatment Bahan Baku
2
Pengukuran Jumlah Kebutuhan Bahan Baku
2
Pengempaan
2
Pengkondisian
2
Pengujian Papan Partikel
3
Prosedur Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Pembuatan Papan Partikel Ampas Tebu
4
Pengujian Papan Partikel Ampas Tebu
5
SIMPULAN DAN SARAN
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL 1. Karakteristik ampas tebu
5
DAFTAR GAMBAR 1. Pola pemotongan contoh uji 2. Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada penurunan kadar sukrosa papan partikel ampas tebu 3. Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada penurunan total koloni fungi papan partikel ampas tebu 4. Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada nilai kerapatan papan partikel ampas tebu 5. Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada nilai kadar air papan partikel ampas tebu 6. Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada nilai kadar daya serap air partikel ampas tebu 7. Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada nilai kadar pengembangan tebal papan partikel ampas tebu
3 7 8 10 11 12 13
DAFTAR LAMPIRAN 1. Metode analisis sukrosa dan total plate count 2. Metode pengujian sifat fisik papan partikel ampas tebu 3. Analisis keragaman kadar sukrosa papan partikel ampas tebu 4. Hasil uji lanjut Duncan kadar sukrosa papan partikel ampas tebu 5. Analisis keragaman total koloni fungi 6. Hasil uji lanjut Duncan total koloni fungi 7. Analisis keragaman sifat kerapatan papan partikel ampas tebu 8. Analisis keragaman kadar air papan partikel ampas tebu 9. Tabel analisis keragaman daya serap air papan partikel ampas tebu 10. Analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel ampas tebu
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu jenis tanaman bukan kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku papan partikel adalah ampas tebu. Kandungan lignoselulosa yang tinggi dan ketersediaannya menjadikan ampas tebu layak untuk diolah menjadi papan partikel. Menurut Iswanto et al. (2007) hasil samping industri gula terbanyak adalah ampas tebu dengan taraf 35-45% dari bahan baku. Penggunaannya hingga saat ini hanya sebagai bahan bakar industri sedangkan sisanya dibuang atau dibiarkan begitu saja. Sisa ampas tebu yang belum termanfaatkan dapat diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi, salah satunya papan partikel. Potensi ampas tebu sebagai bahan baku pembuatan papan partikel sudah mulai dikenal oleh masyarakat. Beberapa peneliti sudah mulai menggunakan ampas tebu sebagai bahan baku papan partikel diantaranya Iswanto et al. (2007) tentang pengaruh perendaman terhadap sifat fisik dan mekanis papan partikel dengan penambahan parafin dan perekat urea formldehyde dan Xu et al. (2009) tentang penambahan parafin pada papan partikel ampas tebu. Selain itu, industri pengolahan papan partikel juga mulai menggunakan ampas tebu sebagai bahan baku industrinya. Penggunaan ampas tebu sebagai bahan baku papan partikel sering menemui kendala. Salah satu kendala yang dihadapi adalah munculnya bau pada papan partikel pada saat proses penyimpanan dan pendistribusian, sehingga dapat terjadi proses pengembalian barang oleh konsumen. Munculnya bau pada papan partikel dapat terjadi karena adanya kandungan sukrosa yang tersisa pada ampas tebu sehingga terjadi aktivitas mikroorganisme dalam ampas tebu. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meminimalkan jumlah kadar sukrosa dan aktivitas mikroorganisme pada ampas tebu. Perumusan Masalah Bau pada papan partikel ampas tebu dapat timbul karena adanya aktivitas mikroorganisme di dalamnya. Dalam penelitian ini digunakan perlakuan perendaman dengan air dingin dan panas untuk melihat efektivitas dari masingmasing perendaman air dalam melarutkan sukrosa pada ampas tebu. Selain itu, dilakukan juga penambahan fungisida untuk melihat pengaruhnya pada aktivitas mikroorganisme pada berbagai taraf. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman air pada penurunan total sukrosa dan penambahan fungisida pada penurunan total koloni fungi serta mendapatkan kombinasi terbaik perendaman air dan penambahan fungisida dan mengetahui sifat-sifat fisik papan partikel ampas tebu yang dihasilkan.
2
METODE Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian adalah ember plastik, panci, hammer mill, timbangan, pencetak papan, pengempa panas, alat pemotong, alat penyemprot, pendingin tegak, buret, desikator, otoklaf, pipet, cawan alumunium, Erlenmeyer, labu ukur, batu didih, cawan petri, labu ulir, jangka sorong dan cawan plastik. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian adalah ampas tebu, air, fungisida berbahan aktif guazatine 25%, potato dextrose agar, aquades, HCl, NaOH, larutan luff school, KI dan H2SO4. Persiapan dan Pretreatment Bahan Baku Persiapan bahan baku dilakukan dengan melakukan analisis proksimat pada bahan. Bahan yang sudah dilakukan analisis pendahuluan kemudian di pretreatment dengan dua jenis perendaman air yaitu perendaman panas dan dingin. Perendaman dingin dilakukan dengan merendam bahan pada air kondisi normal dalam waktu 24 jam, sedangkan perendaman panas dilakukan pada suhu 80100°C selama 2 jam. Bahan yang telah direndam kemudian dikeringkan hingga mencapai kadar air 10-12% (Iswanto et al. 2007). Ampas tebu kemudian disemprot menggunakan fungisida guazatine dengan tiga konsentrasi berbeda yaitu 0.0, 0.125, 0.250 g/L air. Jumlah fungisida dalam air yang disemprotkan pada masing-masing bahan 20 ml fungisida dalam air untuk masing-masing papan. Bahan yang telah melalui proses pretreatment kemudian dikeringkan hingga mencapai kadar air rata-rata 11%. Pengukuran Jumlah Kebutuhan Bahan Baku Papan yang akan dibuat adalah papan partikel berkerapatan rendah dengan sasaran kerapatan 0.4 g/cm3. Pengukuran jumlah kebutuhan bahan baku dilakukan berdasarkan Pan et al. (2005) maka dapat diperkirakan bahwa ampas tebu yang dibutuhkan untuk membuat 1 papan partikel berukuran 10 x 10 cm2 adalah sebanyak 22.2 gram pada kondisi bahan dengan nilai kadar air 11%. Pengempaan Pembuatan lembaran papan partikel dilakukan dengan meletakkan bahan pada cetakan plat alumunium 10.0 x 10.0 x 0.5 cm3. Pengempaan dilakukan dengan menggunakan tekanan spesifik 200 kgf/cm2 dengan suhu 120oC selama 10 menit. Pengkondisian Setelah dilakukan proses pengempaan, maka dilakukan pengkondisian papan partikel untuk menyeimbangkan kadar air dan menghilangkan tegangan sisa yang terbentuk selama proses pengempaan panas. Pengkondisian dilakukan sekurang-kurangnya 14 hari pada suhu ruang.
3 Pengujian Papan Partikel Pengujian utama yang dilakukan pada papan partikel adalah uji kandungan sukrosa pada papan partikel ampas tebu dengan menggunakan metode luff schoorl sesuai SNI 01-2892-1992 tentang cara uji gula, Uji total fungi dengan menggunakan metode Total Plate Count sesuai dengan SNI 01-2332.3-2006 seperti tertera pada Lampiran 1. Selain dilakukan pengujian kadar sukrosa dan total koloni fungi pada papan partikel, dilakukan pula uji sifat fisik papan partikel untuk melihat adanya pengaruh perendaman dan penambahan fungisida pada mutu papan partikel. Pengujian sifat fisik papan partikel meliputi pengujian kerapatan, kadar air, penyerapan air, dan pengembangan tebal dengan rincian perlakuan tertera pada Lampiran 2. Pengujian sifat fisik partikel dilakukan berdasarkan standar pengujian JIS A 5908-2003 dengan standar pemotongan papan sesuai dengan standar ASTM (2007) seperti pada Gambar 1. 10 cm
4 cm
2.5 cm
10 cm
5 cm
4 cm
Gambar 1 Pola pemotongan contoh uji Keterangan : A B dan C
= Ukuran pengujian kadar air dan kerapatan = Ukuran pengujian daya serap air dan pengembangan tebal
Prosedur Analisis Data Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan analisis faktorial 2x3 dalam rancangan acak lengkap dengan tiga kali ulangan. Parameter perlakuan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah perlakuan pendahuluan perendaman air (A) dan taraf fungisida yang digunakan (B). Taraf masing-masing faktor yang akan digunakan adalah faktor A dengan dua taraf perendaman (A) yaitu perendaman air dingin (A1) dan perendaman air panas (A2), dan faktor B adalah kadar fungisida dengan tiga taraf yaitu 0.0 (B1), 0.125 (B2), dan 0.250 (B3) g/L air.
4 Model umum rancangan percobaan faktorial acak lengkap adalah sebagai berikut : Y(ij)n = µ + Ai + Bj + ABij + εn(ij) i = 1, 2 j = 1, 2, 3 n = 1, 2, 3 Keterangan: Y(ij)n = Respon pengamatan papan partikel dengan faktor jenis perendaman air ke-i, dan kadar fungisida dalam air taraf ke–j, pada replikasi ke-n µ = Pengaruh rata-rata pengamatan Ai = Pengaruh jenis perendaman air taraf ke- i (jenis perendaman air). Bj = Pengaruh taraf fungisida taraf ke- j (kadar fungisida) ABij = Pengaruh interaksi antara jenis perendaman air taraf ke- i dan taraf fungisida taraf ke- j. εn(ij) = Pengaruh sisa faktor jenis perendaman air taraf ke-i, dan kadar fungisida taraf ke-j pada replikasi ke-n. Untuk mengetahui hubungan faktor A dan faktor B terhadap nilai respon (Y), maka dilakukan analisis keragaman (anova) dari data hasil perhitungan diatas. Apabila dalam analisis keragaman diperoleh pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjutan Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Papan Partikel Ampas Tebu Kayu merupakan salah satu jenis bahan baku utama yang dibutuhkan manusia dalam pemenuhan kebutuhan papannya. Sebagai bahan baku utama ketersediaan kayu mulai mengalami penurunan. Hal ini disebabkan lama pertumbuhan kayu yang tidak sebanding dengan kebutuhan kayu sebagai bahan baku industri yang terus mengalami peningkatan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebagian industri menggunakan sisa industri kayu yang berupa serbuk gergaji serta potongan-potongan kayu untuk diolah menjadi papan partikel. Beberapa peneliti juga berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan riset pembuatan papan partikel menggunakan berbagai bahan baku non kayu lain yang mengandung lignoselulosa. Bahan baku ini umumnya berasal dari tanaman non kayu atau hasil samping agroindustri yang masih dapat dimanfaatkan. Menurut Filho et al. (2011) penelitian tentang papan partikel dari limbah agroindustri berlignoselulosa sangat dibutuhkan karena limbah tersebut dapat menimbulkan permasalahan ekonomi dan lingkungan. Wang dan Sun (2001) menyebutkan bahwa salah satu hasil samping agroindustri yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku papan partikel adalah ampas tebu. Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan baku papan partikel cukup potensial mengingat ampas tebu merupakan hasil samping produk agroindustri gula yang masih belum banyak termanfaatkan dengan optimal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2012, terdapat setidaknya 2.6 juta ton tebu yang digunakan pada proses produksi gula. Dari proses tersebut, umumnya akan dihasilkan rendemen ampas tebu sejumlah 35-40% dari bobot awal tebu (Iswanto et al.
5 2007). Umumnya, 60% ampas tebu tersebut digunakan sebagai bahan bakar dan sisanya 390 ribu ton ampas tebu masih belum termanfaatkan. Selain faktor ketersediaan bahan yang melimpah, ampas tebu juga memiliki kadar serat yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis proksimat yang dilakukan menggunakan bahan baku ampas tebu diperoleh nilai kadar serat kasar sebanyak 33.29% seperti pada Tabel 1. Serat yang terdapat pada ampas tebu merupakan serat yang tidak larut air dan sebagian besar terdiri dari selulosa dan lignin. Saha (2003) menyebutkan, ampas tebu yang telah melalui proses ekstraksi gula mengandung sekurangnya 40% selulosa dan 25% lignin. Lignin merupakan salah satu bahan yang dapat berfungsi sebagai perekat pada papan partikel. Pada penelitian ini, papan partikel dibuat tanpa menggunakan perekat atau disebut papan partikel binderless. Pada papan partikel binderless umumnya terjadi self bonding atau kekuatan perekatan sendiri dengan mengaktivasi kandungan kimia pada bahan melalui proses pemberian panas dan tekanan (Widyorini et al. 2005). Pada ampas tebu, perekatan dilakukan dengan memanfaatkan kandungan bahan kimia berupa lignin di dalamnya. Lignin yang terdapat pada ampas tebu akan menjadi lunak seiring dengan adanya panas dan tekanan sehingga akan mengisi bagian-bagian kosong pada papan partikel (Miki et al. 2004). Gugus fenolik pada lignin menyebabkan daya rekat lignin hampir sama dengan daya rekat fenol formaldehid (Surdiding et al. 2007).
Tabel 1 Karakteristik ampas tebu Komposisi Kimia Nilai Kadar Air 9.22 % Kadar Abu 4.45 % Lemak Kasar 1.62 % Protein Kasar 2.46 % Serat Kasar 33.29% Karbohidrat 48.96 %** Sukrosa 2.57 % Koloni Fungi 400 kol/g ** by difference Pengujian Papan Partikel Ampas Tebu Papan partikel yang dihasilkan dari bahan dasar ampas tebu umumnya merupakan papan partikel yang memiliki mutu cukup baik jika dibandingkan dengan bahan berserat lainnya. Namun, kandungan sukrosa sebagai salah satu zat ekstraktif, seringkali menyebabkan kerusakan pada papan partikel yang dihasilkan. Sukrosa pada ampas tebu dapat menjadi sumber energi bagi fungi sehingga papan partikel akan mengalami kontaminasi. Sukrosa akan diubah menjadi gula pereduksi yang dilanjutkan dengan pembentukan alkohol dan asam. Asam dapat memicu adanya pemecahan ikatan glikosidik pada selulosa sehingga selulosa akan mengalami degradasi. Selain itu, sukrosa sebagai zat ekstraktif juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menurunkan higroskopisitas dan permeabilitas kayu. Meskipun dalam kadar yang sedikit, zat ekstraktif mampu
6 mempengaruhi pH, kontaminasi, dan penetrasi, sehingga keteguhan rekat papan menjadi rendah (Surdiding et al. 2007). Selain sebagai zat ekstraktif, sukrosa dalam ampas tebu dapat merangsang pertumbuhan mikroba pada papan partikel. Proses ini akan dilanjutkan dengan proses hidrolisis yang mengakibatkan kekuatan papan partikel ikut mengalami penurunan. Selain itu, sukrosa juga dapat merangsang adanya pertumbuhan fungi pendegradasi selulosa yang biasa menyerang tebu sehingga menyebabkan bau. Adanya berbagai pengaruh yang disebabkan oleh kandungan sukrosa pada ampas tebu menyebabkan perlu dilakukan upaya untuk meminimalisasi jumlah sukrosa pada ampas tebu. Surdiding et al. (2007) menyatakan bahwa perpindahan zat ekstraktif dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya penguapan dan pelarutan. Pada penelitian ini, pemindahan zat ekstraktif dilakukan dengan pelarutan menggunakan perendaman dengan media air. Mikroorganisme akan sangat rentan menyerang ampas tebu karena adanya kandungan gula di dalamnya. Pada kondisi kelembapan udara yang tinggi ketersediaan bahan makanan akan mendorong pertumbuhan mikroba khususnya fungi pada ampas tebu. Pada ampas tebu yang digunakan, terdapat kemiripan gejala dengan penyakit yang ada pada tebu yaitu penyakit nanas. Penyakit nanas adalah penyakit yang disebabkan oleh fungi jenis Ceratocystis paradoxa. Fungi tersebut umumnya menyerang bagian tanaman tebu pasca panen yang luka atau terkelupas dan menghasilkan warna merah kehitaman yang disertai bau manis seperti bau nanas. Fungi jenis ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan fungisida berbahan aktif benomyl, guazatine atau propiconazole (Raid 2006). Pada penelitian ini, untuk menghambat pertumbuhan fungi digunakan fungisida dengan bahan aktif guazatine. Guazatine merupakan fungisida non sistemik yang bekerja dengan melindungi permukaan bagian yang disemprotkan. Fungisida non sistemik akan menghambat adanya perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel pada permukaan tanaman (Djojosumarto 2008). Perlakuan pada penelitian ini dilakukan sebagai upaya pemindahan zat ekstraktif dan menghambat pertumbuhan fungi. Perlakuan pada bahan terdiri atas jenis perendaman air dan taraf fungisida. Jenis perendaman air dibedakan menjadi perendaman dingin dan perendaman panas sedangkan taraf fungisida terbagi menjadi 0.000, 0.125, 0.250 g/L air. Analisis Sukrosa Ampas tebu merupakan hasil samping dari produksi gula sehingga seringkali masih terdapat kandungan sukrosa sisa. Kandungan sukrosa pada bahan selain dapat mempengaruhi proses perekatan juga dapat menjadi sumber kerusakan seperti pertumbuhan fungi. Salah satu upaya pemindahan gula pada ampas tebu dapat dilakukan dengan melarutkan kandungan sukrosa pada ampas tebu melalui proses perendaman air. Pada penelitian ini, dilakukan dua jenis perendaman dalam air, yaitu perendaman panas dan perendaman dingin dengan analisis akhir kadar sukrosa seperti pada Gambar 2.
7
Kadar Sukrosa (%)
3,0 2,5 Fungisida 0.000 g/L Fungisida 0.125 g/L Fungisida 0.250 g/L
2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 Kontrol Dingin Panas Jenis Perendaman Air
Gambar 2 Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada penurunan kadar sukrosa papan partikel ampas tebu
Gambar 2 menjelaskan nilai rata-rata kadar sukrosa dari masing-masing perlakuan. Kadar sukrosa terdapat pada rentang 0.72% hingga 1.29%. Berdasarkan data hasil analisis kadar sukrosa, maka dilakukan analisis keragaman kadar sukrosa papan partikel ampas tebu dengan hasil seperti pada Lampiran 3. Hasil analisis keragaman menyebutkan bahwa nilai F hitung dari perlakuan perendaman air lebih besar dari nilai F tabel pada taraf 1% sehingga dapat disimpulkan perlakuan perendaman air berpengaruh nyata pada nilai kadar sukrosa. Nilai F hitung dari penambahan fungisida lebih kecil dari nilai F tabel sehingga dapat disebutkan bahwa penambahan fungisida tidak berpengaruh nyata pada nilai kadar sukrosa. Selain itu F hitung pada kombinasi perlakuan bernilai kurang dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi nyata antara perlakuan perendaman air dengan penambahan fungisida terhadap kadar sukrosa papan partikel. Nilai rata-rata terkecil kadar sukrosa terdapat pada papan dengan perlakuan perendaman air panas pada taraf fungisida 0.250 g/L. Nilai ratarata terbesar terdapat pada papan partikel dengan perlakuan perendaman air dingin dengan taraf fungisida 0.000 g/L. Masing-masing perlakuan yang dilakukan menurunkan nilai sukrosa papan partikel dari nilai mula-mula mencapai 2.57% mengalami penurunan sebanyak 1.32% hingga mencapai kadar sukrosa terendah sebesar 0.72%. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap papan partikel yang dihasilkan maka dilakukan analisis lanjutan Duncan dan diperoleh data seperti pada Lampiran 4. Berdasarkan analisis Duncan, diperoleh keputusan bahwa jenis perendaman air memiliki notasi yang berbeda. Artinya, jenis perendaman air memiliki nilai berbeda nyata satu sama lain. Berdasarkan hal tersebut, dapat disebutkan bahwa jenis perendaman air yang paling efektif dalam pengurangan jumlah total sukrosa pada papan partikel adalah perendaman air panas. Hal ini sesuai dengan pengujian yang dilakukan oleh Iswanto et al. (2007) yang menghasilkan total kelarutan gula pada perendaman panas jauh lebih tinggi dibandingkan pada perendaman dingin. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kelarutan gula yang umumnya lebih tinggi
8 pada air panas dibandingkan dengan pada air dingin sehingga penurunan kadar gula pada perendaman panas lebih banyak dibandingkan pada perendaman dingin.
Total Koloni (kol/g)
Analisis Fungi Kandungan sukrosa pada ampas tebu dapat memicu pertumbuhan fungi pendegradasi selulosa yang dapat mempengaruhi kekuatan papan partikel dan mempercepat laju kerusakannya. Selain itu, pertumbuhan fungi dapat pula memicu adanya bau pada papan partikel. Pemberian fungisida dapat memberantas dan menghambat pertumbuhan fungi karena fungsinya sebagai pengendali organisme pengganggu pada tanaman berupa jamur atau fungi (Djojosumarto 2008). Pengujian total koloni fungi pada papan partikel ampas tebu tampak pada Gambar 3.
450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
Fungisida 0.000 g/L Fungisida 0.125 g/L Fungisida 0.250 g/L
Kontrol Dingin Panas Jenis Perendaman Air
Gambar 3 Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada penurunan total koloni fungi papan partikel ampas tebu
Gambar 3 menunjukan nilai total koloni fungi pada hari ke-7 inkubasi. Nilai total koloni fungi terdapat pada rentang antara 0 hingga 100 kol/g. Analisis keragaman total fungi menjelaskan pengaruh masing-masing perlakuan dan kombinasinya terhadap total koloni fungi pada papan partikel yang dihasilkan. Tabel pada Lampiran 5 menjelaskan bahwa nilai F hitung perendaman air bernilai kurang dari F tabel pada taraf 5% maupun 1 %. Artinya, perlakuan perendaman air tidak berpengaruh nyata pada total koloni fungi papan partikel. Perlakuan pembedaan taraf fungisida memiliki nilai lebih besar dari F tabel pada taraf 5% maupun 1 %. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dilihat bahwa penambahan fungisida memberikan pengaruh sangat nyata pada total koloni fungi papan partikel ampas tebu. Kombinasi perlakuan perendaman air dan penambahan fungisida tidak memberikan nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi nyata antar kedua perlakuan terhadap total koloni fungi. Pada papan partikel control, nilai total fungi mencapai 400 kol/g. setelah dilakukan perlakuan perendaman air dan penambahan fungisida,
9 total koloni mengalami penurunan hingga mencapai kadar koloni 0 kol/g pada perlakuan perendaman air panas maupun dingin dengan taraf fungisida 0.125 g/L dan 0.250 g/L. Perlakuan perendaman air dan penambahan fungisida juga mengalami penurunan pada perendaman panas dan dingin pada taraf fungisida 0.000 g/L hingga mencapai 100 kol/g. Untuk melihat pengaruh perbedaan perlakuan, maka dilakukan uji lanjutan Duncan dan diperoleh hasil seperti pada Lampiran 6. Analisis lanjutan Duncan memberikan keterangan pembeda dari masingmasing perlakuan. Berdasarkan hasil analisis Duncan, dapat diketahui bahwa perlakuan taraf fungisida memberikan dampak yang berbeda pada total koloni mikroba yang dihasilkan. Fungisida pada taraf 0.000 g/L memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan taraf 0.125 g/L dan 0.250 g/L. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan penggunaan fungisida pada taraf 0.125 g/L memberikan dampak terbaik karena dengan jumlah yang sedikit sudah cukup untuk menghambat pertumbuhan mikroba papan partikel yang dihasilkan. Pertumbuhan fungi terhambat setelah dilakukan penambahan fungisida. Hal tersebut dikarenakan fungisida yang digunakan merupakan fungisida non sistemik sehingga setelah disemprotkan fungisida akan bekerja melindungi bagian yang disemprot dari pertumbuhan fungi (Djojosumarto 2008). Analisis Kekuatan Fisik 1. Kerapatan Kerapatan merupakan salah satu sifat yang akan mempengaruhi sifat-sifat lain pada papan partikel. Umumnya, kerapatan papan partikel sangat bergantung pada jenis dan ukuran partikel bahan yang digunakan. Semakin tinggi densitas dari bahan, maka akan semakin tinggi pula kerapatannya dan semakin kecil ukuran partikel maka semakin luas jumlah kontak antar bahan sehingga kerapatan juga semakin besar (Xu et al. 2004). Untuk memperkirakan kerapatan papan yang akan dibuat, maka dibutuhkan perhitungan jumlah bahan sebelum dilakukan pengepresan. Nilai kerapatan papan partikel ini akan menentukan kegunaan dari papan partikel. Pada penelitian ini akan dibuat papan partikel dengan sasaran kerapatan 0.4 g/cm3. Kerapatan tersebut menggambarkan kegunaan papan bukan untuk keperluan bangunan melainkan digunakan sebagai panel akustik. Panel akustik berfungsi sebagai peredam suara yang dipasang pada plafon maupun pemisah antar ruang. Untuk membuat papan partikel dengan sasaran kerapatan tersebut, maka jumlah ampas tebu yang digunakan adalah 22.2 gram pada kadar air bahan 11%. Setelah dilakukan pengepresan maka diperoleh papan partikel dengan nilai kerapatan antara 0.36-0.40 g/cm3 (Gambar 4).
10
Kerapatan (g/cm3)
0,5 0,4 0,3 Fungisida 0.000 g/L 0,2
Fungisida 0.125 g/L Fungisida 0.250 g/L
0,1 0,0 Kontrol Dingin Panas Jenis Perendaman Air
Gambar 4
Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada nilai kerapatan papan partikel ampas tebu
Nilai kerapatan rata-rata papan partikel ampas tebu berkisar antara 0.36 g/cm3 hingga 0.40 g/cm3. Hasil nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan mendekati nilai sasaran yang diinginkan yaitu 0.40 g/cm3. Hal ini juga tampak pada papan partikel kontrol dengan nilai kerapatan 0.40 g/cm3. Pada hasil analisis kerapatan dilakukan pula analisis keragaman untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap nilai kerapatan papan partikel. Hasil analisis keragaman kerapatan papan partikel ampas tebu dapat dilihat pada Lampiran 7. Analisis keragaman yang dilakukan pada nilai kerapatan memperoleh hasil F hitung yang lebih kecil dari nilai F tabel. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa perlakuan perendaman air maupun penambahan fungisida tidak berpengaruh nyata pada papan partikel yang dihasilkan dan tidak terjadi interaksi nyata antar kedua perlakuan sehingga dapat disebutkan bahwa perendaman air dan pemberian fungisida tidak mempengaruhi nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan. 2. Kadar Air Papan partikel merupakan salah satu bahan yang paling mudah menyerap air. Hal ini dikarenakan adanya rongga-rongga antar partikel yang dalam kondisi setimbang dapat diisi oleh air di udara. Nilai kadar air dari papan partikel umumnya lebih kecil dibandingkan nilai kadar air bahan baku papan partikel yang dibuat. Pada papan partikel ini, ampas tebu yang dibuat memiliki kadar air 11%. Nilai kadar air bahan akan mengalami penguapan pada proses pengempaan sehingga kadar air papan lebih kecil. Dari bahan tersebut, dihasilkan papan partikel dengan nilai kadar air seperti pada Gambar 5.
11 6
Kadar Air (%)
5 4 Fungisida 0.000 g/L
3
Fungisida 0.125 g/L
2
Fungisida 0.250 g/L 1 0 Kontrol
Dingin Panas Jenis Perendaman Air
Gambar 5 Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada nilai kadar air papan partikel ampas tebu
Nilai rata-rata kadar air papan partikel berkisar antara 3.59% hingga 4.40%. Menurut Iswanto et al. (2007) perlakuan perendaman air menyebabkan jumlah zat ekstraktif yang menghambat perekatan mengalami penurunan sehingga daya rekat antar partikelnya lebih kuat. Hal tersebut menyebabkan air akan lebih sulit masuk dibandingkan pada papan partikel tanpa perendaman. Penelitian yang dilakukan Iswanto et al. (2007) pada papan partikel dengan penambahan parafin dan perekat urea formaldehyde memperoleh nilai kadar air papan partikel 12.22% setelah perendaman dingin dan 9.58% setelah perendaman panas. Analisis keragaman kadar air menghasilkan data seperti Lampiran 8. Berdasarkan analisis keragaman kadar air, diperoleh hasil F hitung perendaman air, taraf fungisida, dan kombinasi perendaman air masing-masing lebih kecil pada taraf 5% maupun 1%. Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor perendaman air dan penambahan fungisida tidak berbeda nyata terhadap nilai kadar air papan partikel. Selain itu kombinasi kedua perlakuan juga tidak menunjukkan adanya interaksi nyata pada analisis kadar air papan partikel. Artinya, perlakuan perendaman air dan penambahan fungisida tidak mempengaruhi nilai kadar air papan partikel yang dihasilkan. 3. Daya Serap Air Uji analisis daya serap papan partikel adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat kemampuan papan partikel menyerap air selama 24 jam. Partikel air akan mengisi rongga-rongga kosong pada papan partikel. Semakin rendah nilai pengembangan tebalnya, maka kekuatan papan semakin baik. Semakin tinggi kerapatan papan partikel, umumnya semakin sedikit jumlah air yang dapat terserap kedalam. Pada papan partikel ampas tebu, diperoleh hasil pengembangan tebal seperti pada Gambar 6.
12
Daya Serap Air (%)
25 20 15 Fungisida 0.000 g/L 10
Fungisida 0.125 g/L Fungisida 0.250 g/L
5 0 Kontrol Dingin Panas Jenis Perendaman Air
Gambar 6 Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada nilai kadar daya serap air partikel ampas tebu
Pengujian nilai daya serap air dilakukan setelah perendaman papan partikel selama 24 jam. Daya serap air papan partikel terdapat pada rentang 13.22% dan 20.20%. Nilai daya serap air yang diperoleh pada papan partikel ini cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kerapatan papan yang rendah sehingga jarak antar partikel yang dapat dimasuki air masih cukup besar. Xu et al. (2009) menyatakan bahwa ampas tebu merupakan bahan yang memiliki nilai kerapatan lebih rendah dari kayu sehingga masih dibutuhkan perlakuan tambahan untuk meningkatkan kualitas papan partikel yang dihasilkan. Pengujian analisis keragaman daya serap air papan partikel terdapat pada Lampiran 9. Meskipun nilai daya serap air papan partikel cukup tinggi, namun secara keseluruhan tidak ada pengaruhdan interaksi nyata nilai daya serap air pada masing-masing perlakuan. Nilai F hitung perendaman air, penambahan fungisida maupun kombinasi keduanya lebih kecil dari nilai F tabel pada taraf 5% maupun 1%. Hasil penelitian menyatakan bahwa perlakuan yang dilakukan pada papan partikel tidak meningkatkan nilai daya serap air papan partikel yang dihasilkan. 4. Pengembangan Tebal Nilai pengembangan tebal umumnya dilihat untuk menentukan kegunaan papan partikel yang digunakan. Semakin tinggi nilai pengembangan tebal maka semakin buruk mutu papan partikel yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena jumlah air yang bisa tertampung dalam papan semakin banyak sehingga dimensi papan menjadi tidak stabil. Pada penelitian ini, nilai pengembangan tebal papan partikel tampak seperti pada Gambar 7.
13
Pengembangan Tebal (%)
140 120 100 80 Fungisida 0.000 g/L 60
Fungisida 0.125 g/L
40
Fungisida 0.250 g/L
20 0 Kontrol Dingin Panas Jenis Perendaman Air
Gambar 7 Pengaruh perendaman air dan penambahan fungisida pada nilai kadar pengembangan tebal papan partikel ampas tebu
Nilai pengembangan tebal papan partikel diperoleh dengan membandingkan hasil peningkatan bobot papan partikel terhadap berat awal papan partikel dengan perlakuan perendaman selama 24 jam. Pengembangan tebal papan partikel berkisar antara 96.41% hingga 138.26%. Pengembangan tebal papan partikel ini tergolong besar karena nilai kerapatan papan partikel yang kecil yaitu hanya 0.4 g/cm3 sedangkan berdasarkan hasil analisis Okuda dan Sato (2004), papan partikel binderless ampas tebu akan menghasilkan nilai pengembangan tebal yang cukup baik pada kerapatan 1.0 g/cm3. Berdasarkan hasil analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel diperoleh data seperti pada Lampiran 10. Tabel analisis keragaman pengembangan tebal menjelaskan pengaruh perlakuan perendaman air, penambahan fungisida dan kombinasi keduanya terhadap nilai pengembangan tebal papan partikel ampas tebu. Analisis keragaman diatas, menggambarkan nilai F hitung masing-masing perlakuan yang bernilai kurang dari F tabel pada taraf 5% maupun 1%. Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh kesimpulan bahwa perlakuan perendaman air dan penambahan fugisida tidak berpengaruh nyata pada pengembangan tebal papan partikel. Selain itu tidak terjadi interaksi nyata antara dua perlakuan tersebut. Kombinasi perendaman air dengan penambahan fungisida tidak mempengaruhi nilai pengembangan tebal papan partikel yang dihasilkan.
14
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan perendaman air berpengaruh pada respon kadar sukrosa papan partikel. Perendaman air panas lebih banyak melarutkan sukrosa dibandingkan dengan perendaman air dingin. Perlakuan penambahan fungisida berpengaruh pada respon petumbuhan fungi pada papan partikel. Pertumbuhan fungi pada papan dengan penambahan fungisida lebih sedikit dibandingkan dengan papan tanpa penambahan fungisida. Perendaman air dan penambahan fungisida tidak memberikan pengaruh nyata pada analisis mutu fisik papan partikel seperti kerapatan, kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal. Kedua perlakuan tidak menurunkan nilai mutu papan partikel yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlakuan kombinasi perendaman air dan penambahan fungisida dapat diterapkan untuk menurunkan nilai sukrosa dan menghambat pertumbuhan fungi pada papan partikel ampas tebu. Kombinasi terbaik perendaman air dan penambahan fungisida terdapat pada papan partikel dengan perlakuan perendaman air panas yang disertai penambahan fungisida kadar 0.125 g/L sebanyak 20 mL/20 g ampas tebu. Sifat-sifat fisik yang dihasilkan pada papan partikel ampas tebu diantaranya adalah kerapatan yang mendekati nilai kerapatan sasaran, kadar air yang cukup rendah, daya serap air yang tinggi, dan pengembangan tebal yang juga tinggi. Berdasarkan sifat fisiknya, papan partikel yang dibuat belum memenuhi standar JIS sehingga perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan mutu sifat fisiknya dengan penambahan perekat.
Saran Perlu dilakukan pretreatment bahan baku ampas tebu saat bahan sampai di industri papan partikel dengan perendaman air yang dilanjutkan dengan penambahan fungisida. Bahan dikeringkan hingga kadar air cukup rendah dan disimpan pada tempat yang kering untuk menghindari pertumbuhan fungi. Selain itu, perlu dilakukan dilakukan penelitian lanjutan pada taraf fungisida lebih rendah dari taraf yang digunakan pada penelitian ini dengan nilai kerapatan yang lebih tinggi sehingga dapat diketahui nilai optimum kadar fungisida dan karakteristik sifat mekanis papan partikel yang dihasilkan.
15
DAFTAR PUSTAKA [ASTM] American Society for Testing and Materials. 2004. ASTM E 413. America [USA]: ASTM. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia 01-28921992. Jakarta [ID]: BSN. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia 01-2332.32006. Jakarta [ID]: BSN. Filho RMB, Mendes LM, Novack KM, Aprelini LO, Botaro VR. 2011. Hybrid chipboard panels based on sugarcane bagasse, urea formaldehyde and melamine formaldehyde resin. Industrial Crops and Product 3: 369-373. Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta [ID]: Agromedia. Iswanto AH, Coto Z, Effendi K. 2007. Pengaruh perendaman partikel terhadap sifat fisis dan mekanis papan partikel dari ampas tebu. J Perennial 4: 6-9. [JIS] Japanese Industrial Standard. 2003. Japanese Standar Association Particleboard. Japan: JIS. Miki T, Takakura N, IIzuka T, Yamaguchi K, Kanayama K. 2004. High Performance Structures and Materials 2: 411-419. Okuda N, Sato M. 2004. Manufacture and mechanical properties of binderless boards from kenaf core. J Wood Sci 50: 53-61. Pan Z, Cathcart A, Wang D, 2005. Thermal and chemical treatments to improve adhesive property of rice bran. Ind Crops Prod 22: 233–240. Raid RN. 2006. Florida Sugarcane Handbook. Florida [UK]: University of Florida. Saha, B. 2003. Hemicellulose bioconversion. J Ind Microbiol Biotechnol. 30: 279–291. Surdiding R, Koroh DN, Syamani FA, Yanti H, Saad S, Sucipto T. 2007. Analisis Perekatan Kayu. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Wang D, Sun XS. 2001. Low density particleboard from wheat straw and corn pith. Industrial Crops and Product 15: 43-50. Widyorini R, Higashihara T, Xu J, Watanabe T, Kawai S. 2005. Self-bonding characteristics of binderless kenaf core composites. Wood Sci Technol 39: 651662. Xu J, Sugawara R, Widyorini R, Han G, Kawai S. 2004. Manufacture and properties of low density binderless particleboard from kenaf core. J Wood Sci 50: 62-67. Xu X, Yao F, Wu Q, Zhou D. 2009. The influence of wax-sizing on dimension stability and mechanical properties of bagasse particleboard. Industrial crops and products 29: 80-85.
16
LAMPIRAN
17 Lampiran 1 Metode analisis sukrosa dan total plate count 1. Sukrosa (Analisis Luff Schoorl) (BSN 1992) Sebanyak 5 gram sampel ditimbang ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan dengan 200 ml larutan HCl 3%, kemudian dididihkan selama 3 jam dengan pendingin tegak. Setelah dididihkan, dilakukan netralisasi dengan menggunakan larutan NaOH 30% (indikator fenolftalin). Isi larutan kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 500 ml dan ditera untuk kemudian disaring. 10 ml hasil penyaringan dipipet ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan larutan luff schoorl dan beberapa batu didih serta 15 ml air suling. Campuran tersebut dipanaskan dalam nyala tetap dan dididihkan selama 10 menit (dihitung dari saat mulai mendidih) kemudian didinginkan dengan cepat pada bak berisi es. Setelah campuran dingin ditambahkan 15 ml larutan KI 20% dan 25 ml H2SO4 25% secara perlahan-lahan. Campuran dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0.1 N (indikator kanji 0.5%). 2. Total Plate Count (TPC) (BSN 2006) Perhitungan total koloni mengacu pada SNI total plate count dengan memodifikasi bahan baku menggunakan PDA untuk media tumbuh fungi. Sebanyak 1 gram sampel diencerkan hingga menjadi 10 ml dengan menggunakan aquades yang telah disterilkan hingga menjadi larutan pengenceran 10-1. Hasil pengenceran diambil 1 ml untuk kemudian dimasukkan dalam labu ulir yang berisi 9 ml aquades hingga menghasilkan larutan pengenceran 10-2. Hasil pengenceran diambil kembali 1 ml untuk kemudian dimasukkan dalam labu ulir selanjutnya yang berisi 9 ml aquades hingga menghasilkan larutan pengenceran 10-3. Hasil pengenceran 10-2 dan 10-3 masing-masing diambil 1 ml dan dituang ke cawan petri yang telah berisi media agar PDA kemudian diratakan dengan menggunakan batang gelas bengkok. Kemudian cawan diinkubasi dalam posisi terbalik dalam inkubator pada suhu 35°C. Pengamatan jumlah mikroba dilakukan pada hari ke-1, 3, 5, dan 7.
18 Lampiran 2 Metode pengujian sifat fisik papan partikel ampas tebu 1. Kerapatan (JIS 2003) Nilai kerapatan papan partikel diketahui dengan menghitung nilai berat, panjang, lebar, serta tebal papan partikel. Kerapatan dari tiap-tiap papan partikel diperoleh berdasarkan hasil bagi dari berat contoh terhadap volume papan partikel. 2. Kadar Air (JIS 2003) Sampel yang akan dihitung kadar airnya ditimbang. Sampel dimasukkan kedalam oven pada 103 ± 5oC hingga berat sampel konstan. Pada kondisi konstan sampel ditimbang kembali hingga diperoleh bobot akhir sampel untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus: 𝑊1 − 𝑊2 𝐾𝐴 = 𝑥 100% 𝑊2 Keterangan : KA = kadar air (%) W1 = bobot awal papan (g) W2 = bobot akhir contoh (g) 3. Daya Serap Air dan Pengembangan Tebal (JIS 2003) Sampel yang akan diuji diukur berat dan tebalnya. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang diisi air hingga sampel terendam. Sampel didiamkan selama 2 dan 24 jam kemudian dihitung kembali bobot dan tebal sampel setelah perendaman air. Perhitungan nilai penyerapan air dan pengembangan tebal dihitung dengan menggunakan rumus berikut: 𝑊2 − 𝑊1 𝑇2 − 𝑇1 𝑃𝐴 = 𝑥 100% 𝑃𝑇 = 𝑥 100% 𝑊1 𝑇1 Keterangan PA = Penyerapan Air (%) W1 = Berat kering udara (g) W2 = Berat setelah perendaman air (g) PT = Pengembangan Tebal (%) T1 = Tebal sebelum perendaman air (cm) T2 = Tebal setelah perendaman (cm)
19 Lampiran 3 Analisis keragaman kadar sukrosa papan partikel ampas tebu Sumber
DB
Perendaman air Fungisida Kombinasi Galat
1 2 2 12
JK
KT
F
1.45 1.45 2582.99** 4.7x10-5 2.4 x10-5 0.04 -4 -5 1.32x10 6.63x10 0.12 0.006 5.59x10-4
** Berbeda sangat nyata pada taraf 1%
F Tabel 5% 4.75 3.88 3.88
F Tabel 1% 9.33 6.93 6.93
20 Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan kadar sukrosa papan partikel ampas tebu Jenis Perendaman Air Dingin Dingin Dingin Panas Panas Panas
Kadar Fungisida (ml/l) 0.0 1.0 0.5 0.5 0.0 1.0
Rata-Rata Kadar Sukrosa (%) 1.29 1.29 1.28 0.72 0.72 0.72
Notasi a a a b b b
21 Lampiran 5 Analisis keragaman total koloni fungi Sumber
DB
JK
KT
F
Perendaman Air Fungisida Kombinasi Galat
1 2 2 12
555.56 27777.78 1111.11 6666.67
555.56 13888.89 555.56 555.56
1 25** 1
** Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
F Tabel 5% 4.75 3.88 3.88
F Tabel 1% 9.33 6.93 6.93
22 Lampiran 6 Hasil uji lanjut Duncan total koloni fungi Jenis Perendaman Air Dingin Panas Dingin Dingin Panas Panas
Kadar Fungisida (ml/l) 0.0 0.0 0.5 1.0 0.5 1.0
Rata-Rata Total Koloni (Kol/g) 100 100 0 0 0 0
Notasi a a b b b b
23 Lampiran 7 Analisis keragaman sifat kerapatan papan partikel ampas tebu Sumber
DB
Perendaman Air Fungisida Kombinasi Galat
1 2 2 12
JK 0.00 0.00 0.00 0.00
KT 0.00 0.00 0.00 0.00
F 1.11 0.94 2.85
F Tabel 5% 4.75 3.88 3.88
F Tabel 1% 9.33 6.93 6.93
24 Lampiran 8 Analisis keragaman kadar air papan partikel ampas tebu Sumber
DB
JK
KT
F
Perendaman Air Fungisida Kombinasi Galat
1 2 2 12
0.42 1.00 0.36 3.47
0.42 0.50 0.18 0.29
1.46 1.72 0.63
F Tabel 5% 4.75 3.88 3.88
F Tabel 1% 9.33 6.93 6.93
25 Lampiran 9 Tabel analisis keragaman daya serap air papan partikel ampas tebu Sumber
DB
Perendaman Air Fungisida Kombinasi Galat
1 2 2 12
JK 8.57 81.69 14.87 235.03
KT
F
8.57 40.85 7.44 19.59
0.44 2.09 0.38
F Tabel 5% 4.75 3.88 3.88
F Tabel 1% 9.33 6.93 6.93
26 Lampiran 10 Analisis keragaman pengembangan tebal papan partikel ampas tebu Sumber
DB
JK
KT
Perendaman Air Fungisida Kombinasi Galat
1 2 2 12
11.54 2165.80 1066.47 12965.42
11.54 1082.90 533.24 1080.45
F 0.01 1.00 0.49
F Tabel 5% 4.75 3.88 3.88
F Tabel 1% 9.33 6.93 6.93
27
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Metro, Provinsi Lampung, pada tanggal 21 September 1991 dari ayah Imron dan ibu Rochwati dengan seorang adik bernama Adlu Hakam Ramadhan. Penulis yang berdarah suku Jawa ini menempuh studi di SD Pertiwi Teladan Metro (1997-2003), SMP Negeri 1 Metro (2003-2006), dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2006-2009) dan diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2009. Penulis aktif di organisasi Himalogin sebagai anggota departemen Public Relation bidang Hubungan Eksternal periode 2010-2011. Sekretaris Organisasi Mahasiswa Daerah Lampung periode 2010-2011. Kepala Departemen Mitra Desa Badan Eksekutif Mahasiswa Fateta periode 2011-2012. Penulis melaksanakan Praktek Lapangan pada Juli-Agustus 2012 di PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Judul praktek lapang adalah “Manajemen Pengawasan Mutu di Departemen Quality Management System” di Cikarang, Bekasi.